• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aurat dalam perspektif ulama mazhab dan relevasinya dengan masa kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aurat dalam perspektif ulama mazhab dan relevasinya dengan masa kini"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

セャヲ@

l1

Z--/111b/

/s:

AURA T DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB

DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI

Ma'rifa Muhaimin

NIM:l03043127961

I

PER:sr•:AAN urn,,;-)

----.'

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAN RELEVANSINYA DENGAN MASA KINI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Saijana Hukum Islam (SHI)

Oleh

Ma'rifa Muhaimin Nim:! 03043127961

Di Bawah Bimbingan

t<_'\A '\t ᄋ⦅ZMセ@ l::' iil\, () -! /\

Pembimbin II

Dr. H. Ahm d Mukri AjL MA. NIP. 150.220.544

Hj. Ummu Hanah Yusuf. MA NIP.150.277.548

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF I-IIDA YATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi be1judul AURAT DALAM PERSPEKTIF ULAMA MAZHAB DAN RELEV ANSINYA DENG AN MASA KINI telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH).

Jakarta, 30 Mei 2008

Mengesahkan,

ari'ah dan Hukum

Pro .Dr.H.

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr.H.Ahmad Mukri Adji, MA

Sekretaris

Pernbirnbing I

Pembimbing II

Penguji I

Penguji II

NIP. 150 220 159

: H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 150 290 159

: Dr.H.Ahmacl Mukri Adji. MA NIP. 150 220 159

: Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA. NIP .150 277 548

: Prof.Dr.H.Hasanudclin. AF.MA NIP. 150 150 917

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

hidayah, taufik, dan Inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT

kepada Nabi dan Rasul-Nya Muhammad SAW beserta Sahabat keluarganya dan

para pengikutnya hingga akhir zaman.

Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

2. Ketua Progran Studi Perbandingan Mazhab Dan Hukmn Fakultas Syari'ah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Ahmad Mukri

Aji, MA yang juga sebagai pembimbing I, terimakasih atas waktunya ditengah

kesibukan Bapak dalam memberikan bimbingan dan saran bagi penulis. Dan

sekretaris Progran Studi Perbandingan Mazhab Hukum, Bapak Muhammad

Taufiki, M.Ag.

3. Ibu Hj. Ummu Hanah Yusuf, MA. sebagai pembimbing II, yang dengan penuh

keikhlasan dan ketulusan hati telah meluangkan waktu untuk memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis.

(5)

4. Orang Tua tercinta, kakak-kakak dan adik, yang senantiasa mendoakan

penulis dan memberikan motifasi, baik moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi serta menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Abi clan Umi, yang selalu memberikan bimbingan serta motifasi yang sangat

bermanfaat.

6. Teman-teman PMF angkatan 2003 yang ticlak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Akhirnya kepacla Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua

bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak tersebut diberikan-Nya pahala yang

berlipat ganda. Amin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada

pembaca, meski skripsi ini tidak lepas dari kekurangannya.

Jakarta, 14 April 2008 M 07 Rabi'ul Tsani 1429 H

(6)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFT AR ISi... ... .. . ... ... ... ... .. . ... .. . ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... ... ... .. . .. . . .. .. ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan ... 10

E. Studi Pustaka ... 11

F. Sistematilrn Penulisan... 12

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT ... 13

A. Pengertian Aurat ... 13

B. Batas Aurnt Perempuan Dan Laki-Laki ... 15

C. Hukum Menutup Aurat ... 30

D. Hikmah Dan Nilai Filisofis Menutup Aurat... 34

BAB III: BUSANA MUSLIMAH SEBAGAI PENUTUP AURAT ... . DAN RELEV ANSINYA DENGAN MASA KINI ... 42

(7)

A. Pengertian Busana Muslimah... 42

B. Kriteria Busana Muslimah Sebagai Penutup Aurat ... . Dan Hikmahnya Sebagai ... . Penanggulangan Pornoaksi... 48

C. Penyebab Dan Bahayanya Pornoaksi ... 57

D. Pandangan Ulama Mazhab Kaitannya Dengan ... . Penampakan Aurat... 69 セ@ E. Analisis Penulis Tentang Hukum Pornoaksi Sebagai ... . Penampakan Aurat... 77

BAB IV : PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan... 81

B. Saran-Saran... 82

DAFT AR PUSTKA.... .. ... 84

(8)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nabi Muhammad SAW. pada awalnya membangun lradisi-lradisi unluk

membentuk identilas muslim yang lainnya. Di anlaranya adalah cara berpakaian.

Pakaian merupakan kebuluhan pokok bagi setiap manusia di samping makan dan

lempal tinggal. Pakaian merupakan penutup yang dapat menyembunyikan hal-hal

yang dapal membual seseorang malu (aural) bila dilihal orang lain. Inilah fungsi dasar

mengapa manusia mengenakan pakaian, dimana pada hakekatnya menulup aurat

adalah filrah manusia yang diaklualisasikan saal ia memiliki kesadaran. Kesadaran

naluriah menulup aurat adalah salah salu ciri khas manusia yang membedakannya

dari makhluk Tuhan lainnya, seperli hewan. 1

Dalam hal ini, persoalan aural lernyala sudah dibicarakan ketika manusia

belum menapak di dunia ini. Hal ini menunjukkan bahwa menulup aural adalah faklor

yang sangat penling dalam keselamalan perjalanan manusia dalam upayanya

menjumpai sang khalik. Di sinilah pentingnya busana sebagai penulup aurat.2

Salah satu aturan yang ada dalam ajaran Islam adalah perintah unluk

menulup aural, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam upaya menulup aural

1

Siti Muri'ah, "Wanita Karir Dalam Bi11gkai Islam", (Bandung: ANGKASA, t.th), h

111.

2

1-Iuzaemah T. Yanggo. Fiqh Peren1p1111n Ko11te111porer, (Jakarta: al-Mawardi Prima,

(9)

2

tersebut ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan atas dasar syari'at. Bagi

setiap orang pemakaian busana lebih ditentukan oleh faktor estetika berpakaian yang

erat kaitannya dengan model dan corak penampilan suatu busana.

Perempuan bebas dalam memilih aktivitasnya dan menentukan masa

depannya, begitu juga pakaiannya dengan tetap menjaga tolak ukur Islami. Akan

tetapi perempuan telah mendapatkan kebebasannya dalam pakaian yang diserukan

oleh Islam.

Disyariatkannya berpakaian bagi perempuan di dalam Islam adalah untuk

mewujudkan tujuan yang asasi. Pertama, untuk menutup aurat dan menjaga jangan

sampai terjadi fitnah. Kedua, untuk membedakannya dari perempuan non muslimah

dan muslimah, sebagai penghormatan bagi perempuan muslimat tersebut.3

Selain sebagai penutup aural, pakaian juga berguna sebagai pelindung

untuk menjaga kesehatan tubuh. Iajuga berfungsi sebagai perhiasan. Pakaian sebagai

perhiasan adalah pakaian yang membuat pemakainya memiliki warna keindahan.

Namun yang tidak kalah pentingnya adalah pribadi yang terlindungi dari mata yang

jalalatan. Oleh karena itu, al-Qur'an mewasiatkan dengan pakaian takwa dan

mengingatkan, takwa merupakan pakaian yang paling mulia dan suci.4 Dalam ha! ini,

sebagaimana dijelaskan dalam surah al-'A'rafayat 26:

I. h.27.

3

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasmz Wanita, (Jakarta :Gema lnsani Press, 1997), Cet

4

(10)

Artinya : "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu clan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka

se/alu ingat". (Q.S. al-'Araaf/7: 26).

Menurut aJaran Islam, tubuh manusia merupakan amanah Allah bagi

pemilik tubuh yang bersangkutan yang wajib dipelihara dan dijaga dari segala

perbuatan tercela, perbuatan yang merugikan diri pemilik tubuh itu sendiri, maupun

masyarakat. Di samping itu, pakaian juga dapat menjaga keselamatan hidup clan

kehidupannya, serta memelihara kehormatannya, baik di dunia maupun di akhirat

kelak.5

Sejarah telah membuktikan bahwa kehidupan manusia dari masa ke masa

telah meninggalkan kebudayaan yang dapat dibanggakan. Ilmu pengetahuan

mendapatkan perhatian seiring dengan majunya teknologi modern seperti sekarang

ini. Dengan adanya kemajuan teknologi clan derasnya arus informasi, memungkinkan

globalisasi tersebut berdampak langsung dan berpengaruh pada individu dengan

sangat mudah, salah satunya adalah tata berpakaian.

5Neng Djubaidah, "Pornografi 1la11 Por11oaksi Ditinjau Dari Hukun1 lsla111", (Jakarta:

(11)

4

Mengenai permasalahan tentang aurat, busana muslimah dan pornoaksi

merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Pornoaksi serta hal-hal lain dan

yang sejenisnya, akhir-akhir ini semakin merebak dengan bebas dan tersiar luas di

tengah-tengah masyarakat, baik melalui media cetak, elektronik, media komunikasi

modern, maupun dalam bentuk perbuatan nyata.

Pornoaksi selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh yang erotis dan sensual

untuk membangkitkan nafsu birahi baik bagi lawan jenis maupun sejenis. Dimana

gerakan-gerakan tubuh atau goyangan yang erotis dan sensual bagi para penyanyi

atau penari yang telah jauh dari norma kesopanan apalagi jika dinilai dari sudut

Islam. Hal ini yang selalu ditayangkan melalui televisi dengan adanya menu-menu

acara seperti joged, digoda (di go yang dangdut), dangdut ria dan lain-lain, secara kasat

mata telah mempertotonkan erotisme. Para penyanyi dan penari menggunakan busana

yang sangat ketat, sehingga dapat menampakkan bentuk-bentuk tubulmya.

Menggunakan celana pendek dan baju yang hanya menutupi buah dada dan

memperlihatkan aural yang seharusnya ditutupi. Dalam hal ini, pada masa sekarang

telah banyak bermunculan model-model pakaian yang menjadi trend sehingga dapat

menampakan atau memperlihatkan aurat dan bentuk tubuhnya, dan hal ini sudah

dianggap biasa oleh masyarakat.

Dalam kenyataannya pornoaksi telah menimbulkan berbagai dampak

negatif bagi umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, terutama

generasi muda, baik terhadap perilaku, moral (akhlak), maupun terhadap sendi-sendi

(12)

perselingkuhan dan kelahiran anak diluar nikah dan sebagainya. Dan adapun

orang-orang yang menjadi korbannya tidak hanya perempuan dewasa, tetapi banyak korban

yang masih anak-anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Para pelakunya

pun tidak hanya orang-orang yang tidak dikenal, atau orang yang tidak mempunyai

hubungan kekeluargaan dengan korban, diantaranya pelaku yang masih mempunyai

hubungan darah, hubungan kerja, hubungan tetangga dan sebagainya. Bahkan, para

korban akibat pornoaksi dan yang lainnya, tidak hanya orang yang masih hidup,

orang yang sudah meninggal pun dijadikan korban perkosaan, sebagai tempat

pelampiasan hawa nafsu birahi yang ditimbulkan oleh adegan-adegan porno yang

ditontonnya melalui film-film, VCD-VCD, tayangan-tayangan dan lain-lain.6

Bila hal tersebut terus menerus betjalan dan berkembang, maka akan

berakibat pada kehancuran bangsa. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan upaya

penghentiannya melalui tindakan kongkrit, antara lain: dengan penetapan peraturan

perundang-undangan yang memuat ancaman hukuman yang tegas dan berat.

Dalam hukum Islam, perbuatan-perbuatan tersebut telah dilarang secara

tegas, karena jelas kemudharatannya. Namun yang perlu dikemukakan disini adalah,

sampai saat ini masih ada yang beranggapan bahwa, tubuh bagi setiap orang adalah

hak mutlak pribadi masing-masing individu, sehingga mereka bebas untuk

memperlakukan tubuhnya masing-masing, termasuk memperlakukan tubuhnya untuk

melakukan perbuatan pornoaksi. Apabila ada orang lain yang merasa terganggu atau

terangsang hasrat seksualnya sebagai akibat dari melihat, mendengar atau

6

(13)

6

menyentuhnya, menurut mereka adalah justru hal itu disebabkan orang yang melihat,

mendengar atau menyentuhnya tersebut telah rusak moralnya serta kotor pikirannya.

Menurut mereka hukum publik tidak berhak untuk mengatur perilaku seseorang

terhadap sikap, perbuatan atau perlakuan terhadap tubuh masing-masing individu,

bukan hak hukum publik.7 Hal tersebut dapat kita analisa dengan perkembangan

mode barn (mutakhir) yang sedemikian rupa nampak sekali berkembang terutama

pada busana perempuan, yang sama sekali bukan dari Islam, bukan pakaian Islam,

dan bukanlah jilbab {penutup).

Sudah dianggap biasa bila perempuan masa kini berpakaian terbuka dan

mencolok dandanannya. Hal ini sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh sikap hidup

dan pandangan si pemakai busana tersebut. Dengan membuat mode pada bajunya, ia

membuat sempit bagian tengahnya atau memotongnya menjadi pendek dan

menghubungkan dengan sebagian kain yang lain, seperti halnya hiasan untuk

kepalanya. Semua itu bertentangan dengan pakaian perempuan Islam. Meskipun

panjang menutupi badan tetapi dianggap sebagai perhiasan yang mengundang

perhatian. Pakaian modern memang bisa menjadi hijab akan tetapi di sana terdapat

perbedaan antara cinta kasih dan kecabulan, antara menutup aural dan telanjang.

Dalam hukum Islam telah diatur secara tegas dan jelas tentang cara

memelihara tub uh seperti yang dijelaskan dalam surah an-Nur ayat 30 dan 31 sebagai

berikut:

7

(14)

, , J , ,,.

c:fl

セB。@

,a

•J

;,,,

セセ@

L::

Artinya: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera-putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau

budak- budak yang mereka miliki, atau pe/ayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aural wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai

(15)

8

Ajaran Islam merupakan petunjuk bagi manusia untuk mewujudkan

ketentraman dan kesejahteraan. Pada hakikatnya hukum Islam merupakan jaminan

untuk mewujudkan kemaslahatan manusia, dan salah satu kemaslahatan itu adalah

pakaian, karena dalam hukum Islam pakaian merupakan masalah kemanusiaan,

karena terkait di dalamnya harkat dan martabat manusia. Sehingga manusia

diwaj ibkan untuk memperlakukan dan memanfaatkan tubuh agar terjaga

kehormatannya dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. 8

Dalam Islam, pemakaian busana dianjurkan tidak tipis, agar warna kulit

pemakainya tidak tampak dari luar, dan busana yang dipakai agak longgar/jangan

terlalu sempit (ketat) agar tidak menampakan tubuh. Karena dalam suatu hadits

Rasulullah mengingatkan : "Di akhir masa nanti akan ada diantara umatku

wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, di atas kepala mereka terdapat seperti punuk

unta (meninggikan rambut seperti punuk unta) karena memang mereka itu adalah

manusia-manusia terkutuk.9

Nabi pernah memberikan baju dari kain linen yang sangat lunak kepada

Usamah bin Zaid. Setelah Nabi mengetahui bahwa Usamah telah memberikan baju

tersebut kepada istrinya, Nabi berkata: "Suruhlah istrimu memakai baju dalam yang

tebal di bawah baju linen itu, aku khawatir kalau-kalau baju tersebut dapat

menampakan bentuk tubuhnya.

8 Ali Yafie,

Menggagas Fiqll Sosial tlari Li11gku11gan Hidup, Asurausi Hi11gga Uklunva!t,

(Bandung : Mizan, Nov, 1995), Cet IIJ, h. 241.

9

(16)

Hal di atas, merupakan salah satu fenomena yang berkembang dimasyarakat

kita pada saat ini dan harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan

lembaga-lembaga terkait. Maka dari itu segera mengambil tindakan yang cepat, tepat

dan benar untuk menanggulangi dan mencegah dampak yang lebih negatif.

Dari uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk menulisnya melalui skripsi

yang diberi judul : "Aurat Dalam Perspektif Ulama Mazhab Dan Relevansinya

Dengan Masa Kini".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Dari latar belakang di atas, penulis akan memperjelas persoalan dan

permasalahan yang akan dibahas serta untuk membatasi bahasannya, maka penulis

hanya membahas tentang aural dalam perspektif ulama mazhab dan relevansinya

dengan masa kini.

Dalam pembatasan skripsi 1m, penulis merumuskan permasalahan adalah

sebagai berikut :

I. Apa yang dimaksud dengan aurat dan busana muslimah?

2. Bagaimana !criteria busana muslimah sebagai penutup aural dan hikmah busana

muslimah sebagai penanggulangan pornoaksi?

3. Bagaimanakah perspektif ulama mazhab dan kaitannya dengan penampakkan

aural dan busana muslimah?

4. Apa yang menyebabkan maraknya perilaku pornoaksi dan apa bahaya dari

(17)

10

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang aurat dan busana muslimah pada masa

kini.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama mazhab tentang aurat dan busana

muslimah serta pornoaksi.

3. Untuk mengetahui kaitannya antara aurat, busana muslimah serta pornoaksi dan

dampak te1jadinya hal-hal yang berbau pornoaksi.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menjadikan sarana

dan mempermudah pembaca dalam memahami tentang aurat dalam perspektif

ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Metode penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan penelitian

perpustakaan sebagai tempat memperoleh data. Dengan demikian, penelitian ini

termasukjenis penelitian kepustakaan (Library Research). Data dikumpulkan dengan

cara membaca, menganalisa buku-buku figh mazhab serta kitab-kitab tafsir berfungsi

sebagai sumber primer serta di dalamnya pula ada literatur sekunder yang bersumber

dari majalah, artikel, internet dan bahan pustaka lain yang ada kaitannya dengan

(18)

Adapun dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

dikeluarkan oleh UIN Jakarta Press.

E. Stu di Pustaka

Pembahasan tentang aurat, dan busana muslimah bukanlah hal yang

baru, karena sudah banyak pembahasan yang mengangkat permasalahan tersebut.

Karena hampir semua buku-buku fiqh, baik itu fiqh klasik kontemporer atau yang

lainnya membahas tentang hal tersebut, termasuk rnasalah pornoaksi.

Dalam bukunya Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau

Dari Hukum Islam membahas secara detail tentang masalah tersebut. Perrnasalahan

tentang pornoaksi sebelumnya sudah dibahas dalam karya ilimiah difakultas Syari'ah,

akan tetapi pembahasannya tidak hanya pornoaksi saja, akan tetapi membahas tentang

rnasalah pornografi dan pornoaksi ditinjau dari hukum Islam, dan ada juga yang

membahas pengaruh pornografi dan pornoaksi terhadap pergeseran norma perilaku

seksual kaum rernaja ( dalarn perspektif hukum Islam dan hukurn positif di Indonesia).

Sehingga perrnasalahannya seputar permasalahan pornografi dan pornoaksi dan

pergeseran prilaku seksual kaurn remaja terhadap pornografi dan pornoaksi. Namun

pada pernbahasan kali ini penulis hanya membahas tentang pornoaksinya saja untuk

dikaitkan dengan permasalahan aural yang sangat memprihatinkan pada zaman

sekarang. Dalam karya ilmiah ini penulis berupaya menyajikan uraian mengenai

(19)

12

menjadikan ayat-ayat al-Qur'an sebagai dalil untuk dijadikan sebagai dasar

hukurnnya serta hadis-hadis yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. Agar

dapat diperoleh informasi yang jelas dalam mencakup tentang aurat dalam perspektif

ulama mazhab dan relevansinya dengan masa kini.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi dalam empat bab dengan

beberapa sub Bab secara rinci. Sistematikanya adalah sebagai berikut:

Bab 1

Bab ll

Bab lil

Bab IV

Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian

dan teknik penulisan, studi pustaka, serta sistematika penulisan.

Tinjauan umum tentang aurat, yang terdiri dari Pengertian aurat, batas

aurat perempuan dan laki-laki, hukum menulup aurat serta hikmah dan

nilai filosofis menutup aural.

Busana muslimah sebagai penulup aural dan relevansinya dengan masa

kini, yang lerdiri dari pengerlian busana muslimah, krileria busana

muslimah sebagai penulup aural dan hikmahnya sebagai

penanggulangan pornoaksi, penyebab dan bahayanya pornoaksi,

pandangan ulama mazhab kailannya dengan penampakan aural, analisis

penulis lenlang hukum pornoaksi sebagai penampakan aural.

(20)

BAB II

PERPUSTi\KM. N

Mセᄋ[LセmセMjMM

. UIN SYl\H JAKARTA

---TINJAUAN UMUM TENTANG AURAT

A. Pengertian Aurat

Aurat berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti celah,

kekurangan, sesuatu yang memalukan atau sesuatu yang dipandang buruk dari

anggota tubuh manusia dan yang membuat malu bila di pandang.1

Menurut bahasa aurat berasal dari kata (

_;.§'-)

yang berarti ialah,

anggota tubuh yang tak baik diperlihatkan. 2 Sedangkan aurat menurut Ibn

Manzhur adalah berarti malu, aib dan buruk. Kata "aurat" ada yang mengatakan

berasal dari kata "Awira"

(_;.§'-)

aiiinya hilang perasaan, kalau dipakai untuk

mata, maka mata itu hilang cahayanya dan lenyap pandangannya.3 Pada umumnya

kata ini memberi ai·ti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan.

Ada juga yang mengatakan kata "Aurat" berasal dari "Aara"

(..;LI::.)

artinya

menutup dan menimbun seperti menutup mata air dan menimbunnya.4 Ada juga

yang berpendapat, kata 'Aurat' berasal dari kata "A'wara"

(_;.§'-I)

yakni sesuatu

yang jika dilihat akan mencemai·kan.

1

K.H. Husein Muhammad, Fiqlz Perempuan : Rejleksi Ki11i At11s Wac1111a Aga11w D1111 Gender, (Yogyakarta : Lkis, 2001 ), h. 51.

'Mahmud Yunus, Kamus Arab bu/011esia, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah Dan Pentafsiran al-Qur'an, 1973), Cet I, h. 185.

3

lbn Manzhur, Lisa11 al-Arab, (al-Qahirah, Dar al-Ma'arif, t.th.,) Jilid V, h. 3164-3167.

(21)

14

Sedangkan menurut istilah, Imam Abd. Mu'ti Muhammad al-Nawawi

dalam kitab Syarh Kasyifah al-Saja, aurat adalah sesuatu yang wajib ditutup

dalam salat dan sesuatu yang haram dilihat di luar salat. 5

Jadi aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, haram dilihat

oleh orang lain, dan wajib untulc ditutup. Menurut Taqiyuddin Abu Bakar bin

Muhammd al-Husaini ad-Dimasyqi, mengatakan bahwa yang dikatakan aurat

ialah sesuatu yang wajib ditutup di dalam salat. Sedangkan Wahbah az-Zuhaili,

ahli fikih dan ushul fikih kontemporer menyebutkan yang dikatakan aurat ialah

sesuatu yang wajib ditutup dan haram dilihat.

Dari definisi-definisi di atas terlihat 3 hal yaitu :

I. Aurat merupakan bagian dari tubuh manusia

2. Amat haram di lihat orang lain dan orang yang melihatnya berdosa.

3. Aurat wajib ditutup. Orang yang membuka aurat berdosa.

Adapun dalil mengenai wajibnya menutup aural adalah : Firman Allah

SWT.

.(\"\:

セエO⦅ᄏjiI@

ᄋᄋᄋセセGZQQ@

Artinya: "Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan lzendaklalz mereka menutupkan

kain kudung kedadanya".(an-Nur/24 :31).

J ' ) ,) ,}) .. , ) ,,. )

セGZi@

/

t1

,,

ゥL[セ@

,,.

l'J

\!PG

セ@

セLLN@

セ@

,,

f

Lセ@ セヲj@

,,. ,,.

|jセ@

セ@

..f

.,. ,,.

セ@

. (f\ :

v/...:,1yv'}1

スNセセ|@
(22)

Artinya:"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indalz di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janga11lah berlebi!z-lebihan. Sesunggulmya Allah tidak me11yukai orang-orang yang

berlebih-lebihan". (Q.S. al-Al-A'raf/7: 31).

Dan hadis Nabi :

-'1 _,, I ,, ,,. ; . , , ,; セ@ ,.. ,,, )'1 ,,.

NNGNiャャセ@

..'.Ill

セj@

ifa

NGMAMZZNZ[セliNiセ@ セcャ@ セiセ@ NNGNiャャセセセ@

:J-,,. ,,.

"'

...

;. ;.. / /

,,. ,. .I -;, ,. ,,.. ,,. セLLN@ ,,. ... 0 -;. ,. ,,. ,,. ,,

1;;.:. '.II

セ@

Jj

セiセセ@

セiセ@

iセI@

i\):ll

セIセcャセ@

Jl:;J

セj@

セ@

,,. ,,. ,. ,,. ,,. ,,.

6

HセNjiセ@ セMQ@

;IJJ) .

セ@ セ@

J)

J D.IJ

\;;_:.J

,. ,,.,, ,,.

Artinya: "Dari 'Aisyah ra, Asma binti Abu Bakar pema/z bertemu Rasu/ul/ah

SAW, dengan memakai pakaia11 tipis. Maka Rasu/ulah SAW be1pali11g darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang perempuan yang telah haid tidak dibe11arka11 untuk diperlihatkan darinya, kecuali i11i dan illi. Seraya Rasu/ullah 111e11gisyaratka11 pada

muka dan kedua telapak ta11gannya". (H.R. Abu Daud).

Hadis ini menerangkan sesungguhnya perempuan ketika sudah haid

tidak baik baginya untuk dilihat kecuali wajah dan dua telapak tangannya.

B. Batas Aurat Perempuan Dan Laki-Laki

Setelah dipaparkan pengertian aurat di atas, maka perlu diketahui pula

bahwa aurat perempuan dan laki-laki itu berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan

tubuh antara perempuan dan laki-laki itu sendiri. Sungguh Allah telah

memberikan kepada badan wanita kekhususan. Kekhususan yang

membedakan-nya dari lelaki dan meletakkan pada setiap tempat dari badanmembedakan-nya godaan yang

khas. Sementara wanita dalam melihat pria tidak dengan perhatian yang detail.

Yakni bagian badan pria tidak membangkitkan gairah wanita secara khusus. Dan

6

(23)

16

jika te1jadi sesuatu dari yang demikian itu, maka pengaruhnya pun lemah.7

Artinya ketika tubuh perempuan terbuka auratnya, maka dampaknya lebih besar

ketimbang laki-laki, ha! ini dikarenakan tubuh wanita mempunyai kharisma yang

khusus.

Mengenai batas anggota tubuh yang dianggap aurat yang

membedakan antara perempuan dan laki-laki. Untuk aurat laki-laki secara urnum

mayoritas ulama berpendapat bahwa laki-laki semestinya menutup bagian anggota

tubuh antara pusat dan kedua lutut kaki. Untuk aurat perempuan ulama figh juga

berbeda pendapat tetapi secara umum perempuan lebih tetiutup dari laki-laki.

1. Batas aurat perempuan

Ulama sepakat bahwa aural perempuan adalah seluruh anggota

tubulmya kecuali muka dan dua telapak tangan. Dan batasan aurat perempuan

itu berbeda-beda, perbedaannya tergantung kepada siapa perempuan itu

berhadapan.

a. Batas aurat perempuan merdeka

Ada beberapa pendapat yang dinyatakan oleh ulama figh. Dalam

mazhab Syafi'i seperti dikatakan oleh an-Nawawi dan al-Khathib

asy-Syirbini, aurat perempuan merdeka adalah seluruh tubuh kecuali muka

dan kedua telapak tangan (bagian atas/luar dan bawal1idalam) sampai

pergelangan tangan. Al-Muzani menambahkan kedua telapak kaki juga

tidak termasuk aurat yang wajib ditutup.

7

Abu Syuqqah1 Busa11a Dau Per/liasa11 Wanita Menurut Al-Qur'a11 Dt111 Hadis,

(24)

Imam al-Marghinani dari mazhab Hanafi mengatakan bahwa aurat

perempuan merdeka adalah seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua

telapak tangan. Akan tetapi pendapat yang paling kuat ( ashah) dalam mazhab

adalah bahwa kedua telapak kaki juga tidak termasuk aurat yang wajib ditutup.

Dalam mazhab Maliki juga ada dua pendapat yaitu pendapat yang

mengatakan muka dan telapak tangan perempuan merdeka bukan aurat dan

pendapat yang menambahkan kedua telapak kaki yang termasuk bukan aural.

Akan tetapi, Imam Muhammad bin Abdullah al-Maghribi mengatalcan bahwa

kalau perempuan merasa khawatir terjadi fitnah, ia harus menutup muka dan

kedua telapak tangannya. 8

Sementara dalam mazhab Hanbali aurat perempuan merdeka adalah

seluruh anggota tubuh tanpa kecuali, hanya untuk salat dan beberapa keperluan

tertentu diperbolehkan membuka muka dai1 telapak tangannya, tetapi sebagian

ulama Hai1bali tetap mewajibkan menutup seluruh anggota tubuh termasuk di

dalain salat.

Asy-Syaukani dalam Nail al-Authar menyimpulkan perbedaan ulaina

mengenai batas aurat perempuan merdeka, ada yang mengatakan seluruh

tubuhnya adalah aurat kecuali muka dai1 kedua telapak tangan. Ini dikatakan oleh

al-Qasim dalam satu dari dua pendapatnya, asy-Syafi'i dalain salah satu dari

beberapa pendapatnya, Abu Hanifah dari satu di antara dua riwayat darinya dan

Malik. Ada yang mengatakan (auratnya adalal1 seluruh tubuhnya kecuali muka,

kedua telapak tangan) dan kedua telapak kaki sainpai tempat gelang kaki. Ini

'Muhammad Abdullah al-Maghribi, Mawallib al-Ja/i/, (Beirut : Dar al-Fikr, 193 8 H),

(25)

rヲjャjセ[[@ · t\,,,·,/._J\\; ii ,rt\" l·\

CHi'\1

s

サ|NLLセNLLッ@

} ..

GN|H\LNセイZ[ᄋM[NGL[セNO@

··

1s

----·-. ·-- ---·----. MᄋMᄋMMセMMM --·-· - ----·-···-.--- ----" - ---j

dikatakan oleh al-Qasim dalam (perkataannya Abu Hanifah dalam satu riwayat,

ats-Tsauri dari Abu al-Abbas). Ada yang mengatalcan bahwa auratnya adalah

seluruh tubuhnya kecuali muka. Ini dikatalcan oleh Ahmad bin Hanbal dan

Dawud. Ada yang mengatalcan bal1wa seluruh anggota tubuhnya adalah aurat

tanpa kecuali. Ini dikatalcan oleh sebagian murid asy-Syafi'i dan diriwayatkan

juga dari Ahmad.9

Semua pendapat ulama mengenai batas aurat perempuan merujuk pada

surah an-Nur ayat 31.

Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menaha11 pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasmmya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. dan !ze11daklah mereka menutupkan kain kudung

kedadanya".(an-Nur/24 :31).

Disamping itu terdapat alasan lain yang menunjukkan bahwasanya

seluruh tubuh wanita adalal1 aurat kecuali muka dan dua telapak tangan karena

sabda Rasulullah SAW kepada Asma' binti Abu Bakar :

.)\ ,,, I ,,, ,,, 1 ,,, セ@ ,; ,,, .)\ ,,,

.:UI

J.o

NGNiャャセZZL@

c.fo

セセ@

セ@

l/.I

セセcャ@

セiセ@

NGNiャャセZZL@

セlBM[ヲ@

,,, ,,, セ@ ,; ,,, ,,, ,,,

,,, ,,, :. ,,, ,,, ,,, ,,,, ,,, :. ' :. ,,, ,,, ,,, ,,,

iセ@

'11

I;.

,j.J.

セ|@ セ@

セ@ セi@

d!

|セI@ ゥセi@

セI@ セcャセ@

J\;J

(.G.J

セ@

,,, ,,, ,,, ,,, ,,, ,,,

9 Asy-Syaukani,

Nail al-A11thar, (Mesir: Halaby, t.th), Jilid II, h.55

10

(26)

Artinya: "Dari 'Aisyalt ra, Asma binti Abu Bakar pernalt berte11111 Rasulu!lalt SAW, dengan memakai pakaian tipis. Maka Rasululalt SAW berpaling darinya, dan bersabda : Hai Asma, sesunggulmya jika seorang perempuan yang telalt ltaid tidak dibenarkan untuk diperliltatkan darinya, kecuali ini dan ini. Seraya Rasulullalt mengisyaratkan pada

muka dan kedua telapak tangannya". (H.R. Abu Daud).10

Dali! inilah yang menunjukkan dengan jelas bahwasanya seluruh tubuh

perempuan itu adalah aurat, kecuali muka dan dua telapak tangannya. Maka

diwajibkan untuk menutup auratnya, yaitu menutupi seluruh tubuhnya kecuali

muka dan telapak tangannya.

Demikian pula dalam hadis lain, yang menerangkan perhiasan zhahir

(yang boleh diperlihatkan) itu adalah wajah (termasuk celak mata) dan telapak

tangan hingga pergelangan (berikut cincin dijari dan henna pada kuku), clan

pakaian.11

Menurut keterangan Ibnu Umar, 'Ata, Ikrimah, Abusysyatsa, Ibrahim

dan Nakha'i clalam riwayat Ibnu Katsir, perhiasan zhahir itu ialah "mukanya dan

dua telapaknya serta cincin". Riwayat lb nu Katsir yang lain menyatakan : "muka

clan telapak tangan" .12

b. Aurat Perempuan Berhaclapan Dengan Mahramnya

Dalam ha! ini ulama mazhab berbeda pendapat tentang anggota baclan

perempuan yang wajib ditutupi dari pandangan mahramnya yang laki-laki selain

suaminya dan dari yang sejenis (perempuan) yang muslimah.13

'0 Abu Daud, S1111a11 Abu Dal/{{, foe.cit.

11

lbnu Katsir, Tafsir af-Q11r'a11i al-Azhim, (Mesir:Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah, t.th), Jilid III, h. 335.

12 /bit/

13Muhammad Jawad al-Mughniyah, al-Fiqh 'Ala a/-Mat/zaf1ib al-Kfuunsah,

(27)

20

Syafi'i berpendapal bahwa aural perempuan berhadapan dengan

mahramnya adalah anlara pusal dan lulul, sama dengan aural lald-laki alau aural

perempuan berhadapan dengan perempuan. Dan mazhab ini membolehkan

melihal selain anlara pusal dan lulu!. Karena mazhab lebih bersikap moderal,

dimana perempuan mahram yang sudah balig bagian aural yang boleh dilihal

darinya adalah anlara pnsal dan lulul dengan calalan saal melihalnya lidak

diserlai syahwat. Memm1l mereka bahagian lersebul lidak lermasuk aural, maka

dengan demikian laki-laki berslalus mahram lerhadap perempuan mahramnya

boleh melihal bahagian lersebut.14

Menurul ulama Malikiyah, aural perempuan lerhadap mahramnya

ialah seluruh lubuhnya selain wajah dan ujung-ujung badan, yailu kepala, leher,

dua langan dan kaki. Sedangkan menurul ulama Hanabi/alz, auralnya lerhaclap

mahramnya ialah seluruh baclan selain wajah, leher, kepala, lulul, kedua langan,

lumil clan belis.15 Bahagian-bahagian ilu adalah bahagian yang pada umumnya

lerlihal clan lerbuka. Selain bahagian yang umumnya biasa lerbuka berarti liclak

boleh clilihal seperli dada, punggung clan anlara keduanya.16

Yusuf al-Qaradhawi berpendapal bahwa dihadapan mahram, seorang

perempuan boleh menampakkan lempal perhiasan balinnya seperti lelinga, leher,

rambul, kedua langan, lumil dan belis. Adapun selain itu seperti punggung, perul,

14

Ahmad Sudirman Abbas, Penga11/1tr Pemika/w11 : Analisa Perba11di11g1111 A11tar

11'/azltab, (Jakarta: PT.Prima Heza Lestari, 2006). Cetakan I, h. 79.

15 Abdurrahman Al-Juziry, al-Fiqlt al-Mazaltib11/ Arba'alt, (Beirut : Dar al-Fikr:

1990), h. l 92.

16

(28)

dada dan paha tidak diperbolehkan untuk dilihat karena bertentangan dengan

l .1 11

aturan cesus1 aan secara umum.

Adapun yang dimaksud dengan mahram, adalah :

1. Suami

2. Ayah

3. Ayah suami (mertua)

4. Putranya yang laki-laki

5. Putra suami

6. Saudara

7. Putra dari saudara

8. Putra dari saudari

9. Perempuan

10. Budaknya

11. Laid-laid yang menyertainya, tapi laki-laki itu tidak mempunyai keinginan

lagi kepada perempuan.

12. Anak kecil yang belum mengetahui tentang aural perempuan

13. Paman ( saudara ayah)

14. Paman (saudara ibu). 18

Masalah mahram di atas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

surah an-Nur ayat 31 sebagai berikut :

"Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal >VIII Haram, (Daar : al-Baidla, Daar al-Ma'rifah, 1985), Cetakan ke I, h. I 54.

18Huzaemah T. Yanggo. Fiqfl Peremp1w11 Ko11temporer, (Jakarta: al-Mawardi

(29)

22

Artinya:"Katakanlah kepada wanita yang berinum: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perlziasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perltiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terltadap wanita) atau anak-anak yang be/11111 mengerti tentang aural wanita. Dan jmzganlalt mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Al/alt, hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntzmg".(an-Nur/24:31 ).

Dari beberapa pendapat ulama fiqh di alas dapat disimpulkan bahwa

aural perempuan adalah selurnh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.

Sedangkan bagi laki-laki bila berada dihadapan kerabat-kerabat mahramnya atau

perempuan muslimah yang lain auratnya adalah antara pusat dan lutut.

c. Batas Aural Perempuan Bila Berhadapan Dengan Orang Bukan Mahramnya

Ulama telah sepakat bahwa menutup seluruh tubuh perempuan adalah

wajib.19 Tentang aural perempuan saat berhadapan dengan laki-laki bukan

19

(30)

'Atha, Mujahid al-Hasan mereka mengatakan bahwa wajah dan kedua telapak

tangan bukan aurat.

2. Sedangkan menurut Hanafiyah, Ats-Tsauri dan al-Muzaini dan Syi'ah

Imamiyah menurut riwayat yang shahih mengatakan bahwa wajah, kedua

lelapak tangan dan kedua telapak kaki tidak termasuk aurat.

3. Hanya wajah saja yang tidak lermasuk aurat. Ini pendapat dari Imam Ahmad

dalam salah satu riwayat dan pendapat Daud azh-Zhahiri serta sebagian Syi'ah

Z .d. I ai iya J. 20

Adapun yang perlu diperhatikan dalam masa!ah aural ini bagi

perempuan, ia hai·us menjaga diri agar jangan sampai memperlihalkan auratnya

kepada siapapun yang tidak berhak melihalnya. Hal ini dimaksudkan agar lidak

limbul fitnah bagi dirinya se1ta laki-laki yang memandangnya. Karena itu, di

tempal-lempal di mana laki-laki dan perempuan berkumpul, Islam

memerintah-kan kepada kedunya untuk menjaga pandangan. Seperti dijelaskai1 dalam surah

an-Nur ayat 30:

Arlinya:"Katakanlalt kepada orang laki-laki yang beriman: "Hemlaklalt mereka menalzan pandangan, dan memeliltara kemaluannya; yang demikian itu adalalt lebilz Suci bagi mereka, Sesunggulmya Al/alt Malta mengetaltui apa yang mereka perbuat".(an-Nur/24:30).

d. Aural Perempuan Dalam Sala!

Dari 'Aisyah ra. Bahwa Nabi SAW, bersabda :

(31)

25

.-. ..: J\ > 0 ,,.

.

(L>:i...;ir,

セセ@

Ct.i

.

セスMQI@

•.)\:.;,,

.

':/)

Jolb-

ゥセ@ NGNiャャセGZO@

.

,,. ,,. ,,. '//} ,, ,, ,, 1' ,..

Artinya: "Allah tidak menerima salat seorang wanita haid kecuali dengan

memakai khimar (tutup kepala) ". (I-LR. Ibnu Maj ah dan Tirmidzi).

Kata-kata "haa'idh" dalam Hadis di atas diaitikan telah dewasa atau

telah mencapai umur !mid. Menanggapi Hadis di atas, Asy-Syaukani mengatakan

Hadis itu menunjukkan bahwa menutup kepala dalam salat bagi perempuan

adalah wajib.

Aural perempuan dalam salat, hal ini diperselisihkam oleh para ulama.

Ada yang mengatakan seluruh tubulmya adalah aurat selain wajah dan dua telapak

tangan. Hal ini dikemukakan oleh Syafi' i, Abu Hanifah dan juga Malik dalam

salah satu riwayat beliau.21 Dan ada pula yang mengatakan, hanya wajah saja

yang bukan aural bagi perempuan dalam salatnya. Selain wajah adalah aural.

Demikian menurut sahabat-sahabat Syafi'i. Sementara ada pula yang

diriwayat-kan dari Ahmad.

Jadi, menutup aurat dalam salat adalah salah satu syarat sahnya salat.

Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis, sebagai berikut :

.,,

",.. ,,.

セセセ|GNZNN@

, ,

Artinya: "Wahai Rasulullah, apakalz wanita muslimah bolelz mengerjakan salat

dengan baju kurung dan kerudung ? Nabi menjawab : bolelz, asal

baju kurung itu sempurna dan menutupi bagian punggung tlan ketlua

kaki".(H.R. Abu Daud).

(32)

Kata

t'.JJ

yang dimaksud ia!ah baju kurung perempuan yang menutup

seluruh tubuh sampai ke kaki. Baju seperti ini dikatakan "sabigh" kalau cukup

panjang dari atas sampai ke bawah.22

Dan adapun pakaian yang di!arang untuk salat, dalam ha! ini fuqaha

sudah menyapakati model pakaian yang tidak boleh dipakai untuk mengerjakan

salat. Misalnya, pakaian minim yang tidak bisa dipakai sebagai penutup kelamin.

Semua larangan mengenai pakaian adalah sebagai langkah preventif, supaya aurat

tidak menyibak. 23 Akan tetapi dalam salat yang dilakukan dengan menggunakan

baju yang pendek di bawah lutut bagi perempuan pada waktu darurat adalah

boleh (sah), hanya saja mak:ruh bila ia masih mampu menutupi anggota-anggota

badan yang terlihat. 24

Untuk memperoleh kesahihan salat disyaratkan perempuan itu tertutup

auratnya. Pakaian yang dipakai untuk menutupi aurat haruslah tidak tipis tembus

pandang, tidak menggambarkan lekuk-lekuk badan dan tidak mirip dengan

pakaian laki-laki. Bila penutup badan itu tipis dan memperlihatkan warna kulit

dari balik pakaian, maka salatnya tidak sah. 25

Jadi menutup aurat dalam salat merupakan syarat sahnya salat

seseorang. N amun dalam ukuran aurat dalam salat, ha! ini ulama berbeda

pendapat. Mazlzab Hanafi mengatakan batas aurat perempuan dalam salat adalah

seluruh tubuhnya, sampai rambut yang terjuntai dari arah telinga pun termasuk

aurat. M azlzab Syafi

'i,

mengatakan batas aurat perempuan dalam salat ialah

22/bid, h. 116.

23

lbnu Rusyd, op. cit., h.254

24

Musa Shahih Syaraf, Fatwa-fatwa Ko11temporer Te11ta11g Problematika Wa11ita, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), Cetakan I, h. 66.

25

(33)

27

seluruh lubuhnya, sampai rambul yang terjunlai dari arah telinga, kecuali wajah

dan dua telapak tangan saja, baik punggung alaupun perulnya. Sedangkan mazltab

llambali, balas aurat dalam pandangan mereka bagi perempuan dalam salat ialah

seluruh lubuh selain wajah saja. Selain wajah, seluruh tubuh perempuan adalah

26

aural.

Memperlihalkan aurat kepada orang lain adalah haram, salat dan

puasanya lidak ada gunanya, karena sesungguhnya perempuan muslimah adalah

perempuan yang memiliki budi pekerli dan agama yang dapal membedakannya

dari perempuan lain alau perempuan non muslimah. Adapun perempuan yang

tidak mulaninah, maka budi pekerti mereka adalah memamerkan serta

memperlontonkan hiasan lubuhnya, menggoda dan memfitnah.

Demikianlah balasan aural perempuan berhadapan dengan muhrimnya

alau bukan muhrimnya alau balasan aural perempuan dalam salat.

2. Batas aural laki-laki

Ulama sepakat bahwasanya aurat laki-laki ialah anggola tubuh yang

lerdapal di antara pusar dan lutut. Oleh karena itu dibolehkan melihal seluruh

badannya kecuali yang lersebul di atas, bila yang demikian itu lidak menimbulkan

fitnal1.27 Meskipun aural laki-laki hanya terbalas pada daerah-daerah lerlenlu,

telapi tradisi manusia (lerulama lradisi Islam) mengaajurkan kaum laki-laki

dalam seliap keadaan unluk menutup badannya apalagi auralnya. 28

26Anshori Umar, op.cit., h.117-118.

27

Fuad Mohd Fachruddin, Aural Dan Jilbab Da/11111 P111ultmg11n Mata Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet.III, h.23

28

(34)

Mengenai batas aurat laki-laki, Ibnu Rusyd dan as-Syaukani

mengatakan bahwa ulama fiqh berbeda pendapat. Pendapat pertama yaitu Imam

Syafi'i, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah bahwa aurat laki-laki adalah antara

pusar dan kedua lutut. Pendapat kedua adalah pendapat sekolompok ulama, aurat

laki adalah dua kemaluannya. Sebagian ulama yang lain berkata, aurat

laki-laid adalah qubul, du bur dan paha. 29

Ulama Malikiyah dan Syfifi'iyah, mereka berpendapat bahwa batas

aurat laki-laki berbeda-beda sesuai dengan perbedaan orang yang memandangnya.

Bila yang memandang itu para perempuan mahramnya dan laki-laki lain, maka

auratnya adalah yang terdapat pada antara pusar dan lutut. Oleh karena itu

dibolehkan bagi perempuan yang bukan muhrim untuk melihat pada anggota

tersebut ketika terbebas dari maksud untuk merasakan nikmat. Jika tidak maka

melihatnya itu dilarang. Berbeda halnya dengan Syafi'iyah, mereka berpendapat

bahwa melihat pada anggota itu haram secara mutlak. Akan tetapi tetap wajib

hukumnya menutup pusar dan lutut. Karena sesuatu yang menjadikan tidak

sempurnanya sesuatu kecuali dengan menutupnya, maka wajib pula hukumnya.30

Hanafiya/l, mengatakan bahwa aurat laki-laki adalah apa yang

terdapat di antara bawah pusar sampai bawah lutut. Menurut pendapat yang lebih

shahih, lutut dan paha termasuk aural. Berdasarkan asar : "Aural laki-laki adalah

antara pusar sampai lutut" atau antara bawah pusar sampai melampaui lutut.31

Berdasarkan Hadis yang diriwayatkan Imam Darn Qutni : "lutut merupakan

aurat".

29Ibnu Rusyd, op.cit., h.252.

30Abdurrahman al-Jaziri, op.cit., h.192

(35)

29

) ' ) ,..,,.. .>> )- ,..,..,,.,... ,..o

.i'.ul

セ@

lu1

セj@

j\';:

j[ZaNGセ@

lu1

セj@

\#-

セ@

j\';

,a:;1c.

0''•..;J.

セ@

, • 32•

(l'·iat

J1:;11';r,J).

セゥ@

c,.

セ|@

;

セj@

セ@

セ@ / ,.. ,.. /

Artinya: "Dari Aqabah bin Alqamah berkata : Saya mendengar Ali berkata :

Rasulullalt SAW bersabda: Lutut termasuk aurat". (H.R. Dar Qutni).

Hanabilah, mengatakan bahwa aurat laki-laki yaitu antara pusat dan

lutut. Adapun pusat dan kedua lutut tidak termasuk aurat, berdasmkan Hadis Amr

Ibn Syuaib.

) / ,,. :: "' ..1\ t: I "' ,.. ,..

\::JI

};J;

9-'

(-LJ

セNF|セNFi@ ェセ@

J\';

GBセ@

::f-

|NMZNセZGNセN@

J.

.J;s,

::f-,.. / ,., ,..,.. ,.. ,..

J1:;i1

セijjI@

.

Gi

c,.

¢;1 JI

セi@

セ@

1::

セセ@ セ|@

セク@セi@

Hjjセ@

, , , , , ,

.

,

SSNHセ@

Artinya: "Dari Amr bin Syuaib, dari pamannya, Rasulullah SAW bersabda, janganlah kamu melilzat pada antam pusar da11 lutut, karena upa

yang terdapat di bawalz pusar sampai bagian dari aurat. (l-1.R. Dmu

Qutni).

Sesungguhnya bawah pusar sampai ke lutut adalah aurat. Karena pusar

dan lutut adalah batas maka keduanya tidak termasuk aural.

Ulama Syi'ah Imamiyah, mereka membedakan antma yang wajib

ditutupi bagi orang yang melihat dan yang wajib ditutupi bagi orang yang dilihat.

Mereka berpendapat bagi laki-laki tidak wajib ditutupi kecuali kedua

kemalummya tetapi bagi perempuan yang bukan muhrimnya, diwajibkan

menahan pandangannya, selain muka dan dua telapak tangan. Ringkasnya bahwa

seorang laki-laki boleh melihat badan laki-laki lainnya, juga boleh melihat dmi

32Sunan Dar Qutni, Imam Kabir Ali bi11 Umar Dar Qut11i, (Beirut Libanon: Dar

al-Fikr, 1994), Jilid I. H. 182.

33

(36)

badan perempuan yang dari muhrimnya selain dua kemaluannya tanpa ragu-ragu,

. b !'la 34

JUga se a 1 1ya.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwasanya aurat

laid-Iaki adalah anggota tubuh yang terdapal pada antara pusar dan Iutut. Hanya saja

mereka berbeda pendapat dalam masalah Iutut. Menurut ulama Hanafiyah ia

termasuk aurat sedang menurul ulama yang lainnya bahwa lutut bukanlah

lermasuk aurat. Namun telap wajib menutupnya karena ha! itu adalah pendukung

kewajiban.

C. Hukum Meuutup Aurat

I. Menutup Aural Ketika Salal

Hukum menulup aural kelika salat, semua ulama mazhab sepakal

bahwa setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup sebagian anggota

badannya kelika salat.

Perempuan muslimah mengenakan baju kurung dan kerudung pada

saal melaksanakan salat. Imam Syafi'i berpendapal, bahwa perempuan

muslimah hams menutupi auratnya secara baik dan benar pada saal

menunaikan salat, dimana pakaian yang dikenakannya pada saal ruku' atau

sujud tidak memperlihalkan bentuk tubuhnya.35

Diriwayalkan dari Aisyah, bahwa ia pernah mengerjakan salal

dengan mengenakan empat lapis pakaian. Yang demikian ilu merupakan

amalan yang disunnatkan dan jika di Iuar kemampuannya ada bagian yang

34

Muhammad Jawad al-Mughniyah, op.cit., h.82.

35

(37)

31

terbuka.36 Imam Ahmad mengatakan : "secara umum para ulama bersepakat

tentang baju kunmg dan kerudung". Hal ini diperkuat oleh hadis dari Ummu

Salamah, ketika ia bertanya :

/) セ@ / / ,,. ,.. ,,. ,,. ,,o .. >;. /

セ@

|[Nセg@

セセiセセ@

r

:

J\;

セ@ Mェセ@

セZ@ セ@

:i)1

cf!'\

セi@ セセセセ@

(

''\'

';'\'\") |セGBᄋ@ "-'\•_

• セNj@ セ@

J'.

OIJJ • W..U .JJf"' Artinya: "Walzai Rasulullalz, apakah perempuan muslimah bolelz

mengerja-kan salat denga11 baju kuru11g da11 kerudu11g ? Nabi menjawab: boleh, asal baju kunmg itu sempurna dan menutupi bagian

punggung dan kedua kaki".(H.R. Abu Daud).

J adi, menutup aurat ketika salat adalah salah satu syarat sahnya salat.

Sebagaimana penulis kemukakan sebelumnya.

2. Menutup Aurat Di Luar Salat

Menurut Imamiyah, bagi setiap orang baik laki-laki maupun

perempuan wajib menutup anggota badannya di luar salat, kalau ada orang

lain (bukan muhrimnya) yang melihatnya. Sedangkan menurut Syafi'i dan

Maliki, bagi perempuan boleh membuka wajahnya dan dua telapak tangannya

(baik dalam maupun di luar salat). Sedanagkan Hambali mengatakan, tidak

boleh di buka kecuali wajahnya saja.37

Bal3wasanya perempuan itu adala13 aurat, diperintahkan untuk

berhijab dan menutup diri dan dilarang untuk tabarruj dan menampakkan

perhiasan se1ia keindahan anggota tubuh yang bisa menimbulkan fitnal3.

Karenanya ia diperintahkan untuk menutup kepalanya dalam salat maupun di

luar salat, berdasarkan Hadis Nabi SAW:

36

1bid

(38)

,.. -; ... .>, .J f.J,..

.

HQUセ⦅GN[ャ{L@

セセ@

セセ@ セスMQI@

ᄋNIセ@

セャ@ セセ@

セ@

.111

J.i:

セ@

,.. ,.. 1f ,.. ,,, ... 1f ,..

Artinya: ''Allah tidak menerima salat wanita yang haidh kecuali dengan penutup kepala".

Ini menunjuk:kan bahwa wanita diperintahkan untuk menutup apa

yang laki-laki tidak diperintahkan untuk menutupnya, sebagai hak Allah

SAW. meski tidak ada manusia yang melihatnya. Menutup aurat adalah wajib

karena hak Allah tersebut, meski di luar salat, hingga di dalam kegelapan atau

ketika sedang sendiri tidak dilihat orang lain. 38

Bila diteliti nash-nash yang berkaitan dengan hukum menutup aurat,

yaitu yang terdapat dalam surah al-Ahzab ayat 35 dan an-Nur ayat 31, akan

dijumpai bahwa kesemuanya berbentuk Amar (perintah) atau Nahi (larangan)

yang menurut ilmu ushul fiqih akan dapat memproduk wajib 'aini ta'abudi,

yaitu suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim tanpa harus

bertanya alasannya.

Perintah menutup aurat sudah ada sejak zaman Nabi Adam a.s. Di

mana Adam diciptakan dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat itu belum

ada manusia lainnya, maka aurat pada walctu itu belum berfongsi dan belum

mempunyai arti. Setelah Hawa diciptakan maka beliau adalah isteri Nabi

Adam. Hal ini berarti pula bahwa hidup mereka terbatas dalam satu jiwa

bertubuh dua. Setelah Adam dan Hawa ditempatkan di Surga oleh Allah,

maka Allah menyuruh mereka menutup aurat, karena Surga adalah tempat

38Amin bin Yahya al-Wazan,

al-FataJva al-Jami'alt Lil Mar'ati Musli1nah7 terjem

(39)

33

yang suci. Iblislah yang mengganggu manusia untuk membuka auratnya agar

manusia terjun ke dalam maksiat. Maka Allah pun memberikan azab kepada

mereka dengan dikeluarkan Adam dan Hawa ke dunia. 39 Dari kisah tersebut

menunjukkan bahwa pada waktu itu sudah ada perintah untuk menutup aurat.

Salah satu usaha preventif agar tidak timbul madarat bagi wanita

yang dalam tugas kesehariannya berada di tengah komunitas pria adalah

perlunya menegakkan perintah (wajib) menutup aurat atau dengan kata lain

berbusana yang Islami. 40

Namun demikian, bila diteliti lebih jauh, kewajiban menutup

aurat ini ada hubungannya dengan kewajiban lain yang diperintahkan Allah

demi kemashlahatan manusia, seperti 41 :

1. Menutup aurat itu merupakan faktor penunjang dari kewajiban menahan

pandangan yang cliperintahkan Allah SWT, dalam surah an-Nur ayat 30

dan 31:

Artinya:"Katakanlah kepada orang !aki-laki yang beriman: "Hemlaklah

mereka menaha11 pandanganya ... ". (Q.S. an-Nur: 30).

Artinya:"Katakanlah kepada wanita ya11g beriman: "Hendaklah mereka

menalzan pa11da11ga11nya ... ". (Q.S. an-Nur : 31 ).

39

Fuad Mohd Fachruddin, op. cit., h. 14-15.

40Siti Muri'ah, "Wanita Karir

Dalani Bingkai lslan1", (Bandung:

ANGKASA, t.th), h. 112.

(40)

2. Menutup aurat sebagai faktor penunjang dari larangan berzina yang lebih lerkuluk sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam surah al-Isra' ayal 3 2 sebagai berikul :

Artinya:"Da11 janganlalz kamu mendekati zina; Sesunggulmya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. da11 suatujalan yang buruk. (Q.S.

al-'Isra'/17:32).

3. Menutup aural menjadi wajib karena sad adz-dzara'i, yailu menulup pinlu ke dosa yang lebih besar. Oleh karena ilu, para ulama telah sepakal mengalakan bahwa menulup aural adalah wajib bagi setiap pribadi wanita dan pria Islam.42 Khususnya kaum wanila, kewajiban ini diwujudkan dengan mengenakan jilbab atau yang dikenal dengan busana muslimah.

D. Hikmah Dan Nilai Filosofis Menutup Aurat

I. Hikmah Menutup Aurat

Kedudukan perempuan dalam Islam adalah pathner laki-laki dimana Allah mengkhitabinya sebagaimana Allah mengkhitabi laki-laki. Allah syaratkan beberapa kewajiban dan ibadah serta mengurutkan hisab dan balasan untuk laki-laki dan perempuan seluruhnya.

Ulama sepakat bahwa perintah-perintah agama dan larangannya, adab serla pemberlakuan tmdang-undang kepada manusia berlaku umum untuk laki-laki dan perempuan, kecuali karena perbedaan fitrah dan naluri anlara laki-laki dan perempuan dan hal-hal yang mempengaruhinya.43

42

(41)

35

Menutup aurat merupakan perintah dari agama (teks syara'), tetapi

batasan mengenai aurat adalah ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan

kemanusiaan dalam segala aspek. Untuk itu, dalam menentukan batas aurat,

baik untuk laki-laki maupun perempuan diperlukan mekanisme tertentu

terhaclap segala nilai yang berkembang di masyarakat sehingga dalam tingkat

tertentu batasan itu bisa cliterima oleh sebagian besar komponen masyarakat.

Dal am ha! ini, yang suclah clikembangkan oleh ulama fiqh juga hams menjadi

salah satu penentu pertimbangan, agar tubuh manusia tidak di gunakan untuk

kepentingan-kepentingan rendah dan murahan yang bahkan mungkin bisa

menimbulkan gejolak (fitnah) yang mengakibatkan kerusakan yang ticlak

clinginkan terhadap tatanan kehidupan masyarakat.

Sebagai seorang mukmin wajib mengimani bahwa setiap perintah

atau larangan Allah SWT terhaclap suatu perbuatan pasti acla hilanahnya

clibalik semua itu. Hanya saja, sering kali Allal1 ticlak memberitahukan hikmah

itu secara verbal kepacla manusia. Manusia cliberi kesempatan untuk mencari

sencliri hikmah dibalik syariat Allah. Seperti firman Allah SWT claim sural1

al-Isra' ayat 85 berikut :

Artinya: "Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

(Q.S.al-Isra:85).

Adapun hikmal1 menutup aurat antara lain, perempuan Islam yang

yang menutup aurat alcan menclapat pahala, karena ia telah melaksanakan

(42)

yang berlipat ganda, karena dengan menutup aurat ia telah menyelamatkan

orang lain dari berzina mata. 44

2. Nilai Filosofis Menutup Aurat

Pada dasarnya manusia itu berdarah panas. Namun karena hawa

udara di luar dirinya tidak stabil, dimana manusia kadangkala harus

menghadapi hawa yang sangat dingin sementara mekanisme tubuh manusia

tidak dilengkapi sistem kekebalan untuk menghadapi hawa yang tidak stabil,

maka manusia membutuhkan pakaian pelindung untuk melindungi diri dari

instabilitas hawa.

Ada sekelompok masyarakat yang menganjurkan melepaskan

pakaian, karena merasa membutuhkan pakaian ketika mereka merasa dingin.

Dan adapun masyarakat di Gurun Sahara, Afrika Utara, menutupi seluruh

tubuh mereka dengan pakaian, agar terlindungi dari panas matahari dan pasir

yang biasa beterbangan di gurun terbuka itu. Dan masyarakat yang hidup

dikutub pun mengenakan pakaian tebal yang terbuat dari kulit agar

menghangatkan badan mereka.

Memakai pakaian tertutup bukanlah monopoli masyarakat Arab,

dan bukan pula berasal dari budaya mereka, bahkan menurut ulama dan filosof

besar Iran, Murtadha Muthahari,45 pakaian penutup (seluruh badan

perempuan) telah dikenal dikalangan banyak bangsa-bangsa kuno dan lebih

melekat pada orang-orang Sassan Iran, dibandingkan dengan tempat-tempat

44Huzaemah T. Yanggo, op.cit., h.24.

45Murtadha Muthahari, On The Islamic Hijab, Terj. Gaya Hit/up Wanita Islam,

(43)

37

lain. "Pakaian tertutup muncul di bumi ini jauh sebelum datangnya Islam. Di

India dan Iran lebih keras tuntutannya daripada yang diajarkan Islam". Di

dalam masyarakat Arab, tradisi ini menjadi sangat kukuh pada saat

pemerintahan Dinasti Umawiyah, tepatnya pada masa pemerintahan al-Walid

II (Ibn Yazid 125 H/747 M) di mana penguasa ini menetapkan adanya bagian khusus buat perempuan di rumah-rumah.46

Beberapa alasan para pakar yang mengakibatkan adanya keharusan

bagi perempuan untuk memakai pakaian tertutup.

Alasan pertama antara lain adalah alasan filosofis yang berpusat

pada kecenderungan kearah kerahiban dan pe1juangan melawan kenikmatan

dalam rangka melawan nafsu. Walaupun bolehjadi ada benarnya, namun yang

pasti, ditetapkannya oleh agama Islam bentuk pakaian tertutup baik tertutup

secara keseluruhan maupun sebagian, bukanlah faktor-faktor tersebut yang

menjadi penyebabnya. Ini, karena Islam tidak mengenal kerahiban.47

Alasan kedua sementara orang mengantar kepada keharusan

memakai pakaian tertutup adalah alasan keamanan. Pada masa lalu, bukan

hanya harta benda orang lain yang dirampas, tetapi isteri juga dirampas,

apalagi jika sang isteri cantik. Nabi Ibrahim as. terpaksa menyatakan bahwa

yang bersarna dia adalah saudara perempuannya padahal dia adalah isteri

beliau karena khawatir isterinya dirampas oleh penguasa masanya. Alasan ini

pun bukan menjadi pertimbangan Islam menetapkan batas-batas yang boleh

46

Hasan al-'Audat, a/-Mar'ah al-'Arabiyah Fi ad-Di11 Wa al-Mujtama, (al-Ahalay, Beirut, 2000), h.101-102.

47

M.Quraish Shihab, Jilbab Pakaia11 Wmiita Muslima/1, (Jakarta: Lentera Hati,

(44)

dilihat dari sosok perempuan. Salah satu buktinya adalah ketika turunnya

perintah mengenakan jilbab, Islam di Madinah sudah mulai amat mapan.

Seandainya perintah menutup aurat karena alasan keamanan, maka tentu

ketika itu, tidak perlu lagi perempuan memakai pakaian tertutup.48

Alasan ketiga yang diduga oleh sementara orang sebagai penyebab

lahirnya pakaian te1iutup serta menghalangi perempuan ke 1 uar rumah, adalah alasan ekonomi. Mereka menduga laki-laki mengeksploitasi perempuan

dengan menugaskan mereka melakukan aneka aktivitas untuk kepentingan

laki-laki.49

Semua manusia kapan dan dimanapun, mqJu atau terbelakang

beranggapan bahwa pakaian merupakan salah san1 kebutuhan pokok

disamping makan dan tempat tinggal. Dan juga pakaian berfi.mgsi untuk

menutup anggota badan yang dapat membuat malu apabila anggota badan

tersebut dilihat oleh orang lain.

Kebenaran pandangan hukum Islam ini dapat dilihat dalam sejarah

peradaban manusia yang melukiskan manusia purba tanpa busana dan

manusia primitif dengan busana minim. Al-Qur'an melukiskan, dalam surah

al-A'raf ayat 19-27, problematik pertama dalan1 sejarah keagamaan adalah

masalah makanan dan pakaian. Dari penuturan ayat-ayat yang berbicara

tentang prikehidupan manusia awal itu, tergambar bahwa tidak semua jenis

makanan itu boleh dimanakan oleh manusia, dan tidak seluruh tubuh yaitu

boleh terbiarkan terbuka. Itulah ketentuan-ketentuan hukum yang secara dini

48/bid 49

(45)

39

dikenal manusia dalam kehidupannya. Khususnya menyangkut pakaian lebih

dijelaskan bahwa telah disediakan baginya pakaian penutup aurat (untuk

memenuhi unsur etis kehidupan manusia) dan pakaian hias (untuk memenuhi

unsur estetis dalam kehidupannya). Dijelaskan pula bahwa stand<tr berpakaian

itu ialah takwa (pemenuhan ketentuan-ketentuan agama). Kecenderungan

memilih pakaian yang indah dan makanan yang baik diakui oleh ajaran Islam

karena yang demikian itu adalah fitri (bersifat alamiah), tetapi diperingatkan

supaya dalam hal-hal tersebut jangan berlaku berlebih-lebihan, karena Allah

tidak senang kepada mereka yang berfoya-foya. Perlu ditekankan ini lebih

khusus lagi pada saat-saat menghadap Allah (bersujud) supaya berpakaian

b . , b ·1 50

yang ai c- a1 c.

Nilai filosofis menutup aural bagi perempuan di dalam Islam ialah

bahwa dia haiT1s menutup tubuhnya dalan1 pergaulannya dengan laki-laki yai1g

bukan muhrimnya agar tidalc memamerkan dan mempertontonkan dirinya.

Sehubungan dengan masalah ini sebagaimana dijelaskan dalam smah an-Nur

dan surah al-Ahzab, menjelaskan sejauh mana penutup dan hubungan antara

laki-laki dan perempuan tanpa menggunakan hijab. Menurut Muthahai·i

menutup aurat pe1juangan melawan kenikmatan dalam rangka melawan nafsu

manusiawi. Bahwa perempuan adala11 bentuk tertinggi kesenangan, sehingga

jika laki-laki diberi kesempatan berkumpul bebas dengan perempuan maka

perhatian dan kegiatan laki-laki hanya akan tertuju kearah sana, sehingga

(46)

kegiatan positif akan sangat berkurang dan masyarakat tidak akan mengalami

k emaJuan. . 51

Sehingga dalam ha! ini menutup aurat baik bagi laki-laki maupun

perempuan diwajibkan atas Islam. Khususnya bagi perempuan, diwajibkan

mengenakan jilbab atau yang dikenal dengan bus

Referensi

Dokumen terkait

memusatkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa sekolah menengah untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi antara lain: tingkat pendidikan, pendapatan orang

Pada diagnosa deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal, tindakan yang dilakukan adalah:membantu sepenuhnya saat mandi atau kebersihan diri

Miopia merupakan kelainan refraksi dengan bayangan sinar dari suatu objek yang jauh difokuskan di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi, yang terjadi akibat

Sesuai dengan arah studi yang dipilih, maka teknik analisis data menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian dengan cara mencari fakta dengan interpretasi yang tepat

Jika ilmu pengetahuan telah mengklaim dapat berdiri sendiri, merasa dapat menyelesaikan masalahnya secara sendiri dan tidak mem- butuhkan bantuan dari ilmu lain, maka

Kesimpulannya, untuk mengurangi penggunaan tempat dan mempercepat waktu perhitungan lebih baik menggunakan kompresi page pada tabel jawaban yang digunakan pada sistem tes online

IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pembangunan manusia di suatu wilayah sekaligus dapat menjadi pembanding disparitas pembangunan manusia

etika dan hukum sebagai referensi dalam (apapun dalam standar dokumen kebijakan direktur). Tugas dan Wewenang.. 1) Menciptakan Brand Image perusahaan sebagai role