BADAN PUSAT STAT ISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Humbang Hasundutan 2017
No. Publikasi: 12150.1818Katalog: 4102002.1215
Ukuran Buku Size: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman: x + 74 halaman Naskah:
Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan
Gambar Kover oleh:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan
Diterbitkan oleh:
© BPS Kabupaten Humbang Hasundutan
Dicetak oleh: Purnama Jaya
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 iii KATA PENGANTAR
Sebagai salah satu ukuran kinerja daerah, khususnya dalam hal evaluasi proses pembangunan sumber daya manusianya, maka penyediaan data mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan hal yang sangat penting. Indeks ini akan memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan-kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan penduduk.
Publikasi ini menyajikan informasi komponen-komponen IPM, status dan perkembangan IPM, serta gambaran umum Kabupaten Humbang Hasundutan. Penyajian disertai dengan penjelasan praktis, dan dilengkapi dengan konsep/definisi baku untuk memudahkan pemahaman dan pemanfaatan informasi bagi seluruh pengguna data untuk kemajuan daerah.
Publikasi ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Kami mengharapkan kritik dan saran penyempurnaan dari para pengguna publikasi ini untuk perbaikan edisi yang akan datang.
Doloksanggul, Desember 2018 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 v
DAFTAR ISI
hal.
Kata pengantar --- iii
Daftar Isi --- v
Daftar Tabel --- vii
Daftar Grafik --- ix
1 Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia 1 1.1 Ide Dasar --- 3
1.2 Mengukur Pembangunan Manusia --- 6
1.3 Pemanfaatan IPM dalam Rencana Pembangunan Daerah 7 1.4 Sistem Informasi Pembangunan Manusia --- 9
1.5 Keterbatasan Indeks Pembangunan Manusia --- 11
2 Pemutakhiran Metodologi 15 2.1 Perjalanan Penghitungan IPM --- 17
2.2 Perubahan Metodologi Penghitungan IPM --- 19
2.3 Indikator Baru Dalam Penghitungan IPM --- 21
2.4 Dampak Perubahan Metodologi --- 22
2.5 Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia --- 23
3 Capaian Pembangunan Manusia 27 3.1 Capaian Bidang Kependudukan --- 29
3.2 Capaian Bidang Kesehatan --- 33
3.3 Capaian Bidang Pendidikan --- 36
3.4 Capaian Bidang Ekonomi --- 37 3.5 Pembangunan Manusia di Kabupaten Humbang Hasundutan 40
4 Disparitas Pembangunan Manusia 53
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan 55
4.2 Perbandingan Pembangunan Manusia Antara Kabupaten dan Kota
---55
5 Kesimpulan 63
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 vii
DAFTAR TABEL
hal. Tabel 2.1 Simulasi Perbedaan Rata-rata Aritmatik dan Rata-rata
Geometrik
---20 Tabel 2.2 Perbedaan Indikator IPM pada Metode Lama dan Metode
Baru
---21 Tabel 3.1 Rasio Jenis Kelamin (persen), 2013-2017 --- 31 Tabel 3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk, 2017 --- 32 Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2015-2017 --- 35 Lampiran 1 Komoditi Kebutuhan Pokok Sebagai Dasar Penghitungan
Daya Beli (PPP)
---71 Lampiran 2 IPM Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara,
2013-2017
---72 Lampiran 3 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, 2013-2017
---73 Lampiran 4 Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, 2013-2017
---74 Lampiran 5 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, 2013-2017
---75 Lampiran 6 Pengeluaran per Kapita Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara, 2013-2017
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 ix
DAFTAR GRAFIK
hal. Grafik 2.1 Perjalanan Metodologi Penghitungan IPM di UNDP --- 18 Grafik 3.1 Perkembangan Beban Ketergantungan Penduduk, 2013-2018 33 Grafik 3.2 Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan
Tempat Tinggal, 2017-2018 --- 35 Grafik 3.3 Persentase Penduduk Melek Huruf, 2018 --- 37 Grafik 3.4 Persentase Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan
Kontribusi Tertinggi, 2018
---38 Grafik 3.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (Rupiah/bulan),
2013-2017 --- 39 Grafik 3.6 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Angka Harapan
Hidup --- 42 Grafik 3.7 Perkembangan IPM, 2013-2017 --- 43 Grafik 3.8 Perkembangan Angka Harapan Hidup (tahun), 2013-2017 -- 44 Grafik 3.9 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Angka Harapan
Hidup --- 45 Grafik 3.10 Rata-rata Lama Sekolah (MYS) dan Estimasi Lama Sekolah
(EYS), 2013-2017 --- 46 Grafik 3.11 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Harapan Lama
Sekolah
---48 Grafik 3.12 Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita (persen), 2013-2017 49 Grafik 3.13 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Pengeluaran per
Kapita
---51 Grafik 4.1 Perkembangan Selisih Nilai IPM, 2013-2017 --- 56 Grafik 4.2 Perkembangan Selisih Nilai Angka Harapan Hidup (tahun),
2013-2017
---59 Grafik 4.3 Perkembangan Selisih Harapan Lama Sekolah (tahun),
2013-2017
---60 Grafik 4.4 Perkembangan Selisih Pengeluaran per Kapita (ribu Rupiah),
2013-2017
KONSEP DAN PENGUKURAN
PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 3
1.1. Ide Dasar
Pembangunan manusia berarti pertumbuhan yang positif dan perubahan dalam tingkat kesejahteraan. Hal ini harus terjadi pada semua aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan. Oleh karena itu, fokus utama pembangunan manusia adalah pada manusia dan kesejahteraannya.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP, 1995:12). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Produktivitas. Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan (nafkah) dan lapangan pekerjaan. Pembangunan ekonomi yang demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan. Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup. 3. Kesinambungan. Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial
harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan-harus selalu diperbaharui (replenished).
4. Pemberdayaan. Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan
4 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 Konsep pembangunan manusia memang terdengar berbeda
dibanding konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia menekankan pada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup penuh dengan kebebasandan bermartabat. Tidak hanya itu, pembangunan manusia juga berbicara tentang perluasan kapabilitas individu dan komunitas untuk memperluas jangkauan pilihan mereka dalam upaya memenuhi aspirasinya.
Perspektif pembangunan manusia merupakan sebuah pemikiran radikal dalam konsep pembangunan. Perspektif ini menggantikan konsep pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan per kapita yang digunakan oleh perencana kebijakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang dipandang dari sisi perdagangan, investasi, dan teknologi merupakan hal yang esensial. Akan tetapi, hal itu hanya melihat manusia sebagai alat untuk mencapai pertumbuhan, dan bukan sebagai tujuan dari pembangunan.
Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto/PDB) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan jangka panjang, yang meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, dan bukan manusia di sekeliling pembangunan.
Mengutip isi HDR pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 5
5
Untuk menghindari kekeliruan dalam memaknai konsep ini, perbedaan cara pandang pembangunan manusia terhadap pembangunan dengan pendekatan konvensional perlu diperjelas. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model ‘pertumbuhan ekonomi’ lebih menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input dari proses produksi – sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang.
Namun demikian, pembangunan ekonomi atau lebih tepat pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena pembangunan ekonomi menjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung melalui dua macam jalur.
Jalur pertama melalui kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang merupakan prioritas seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran itu merupakan indikasi besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan
6 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah
tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena sesungguhnya, penciptaan lapangan kerja merupakan “jembatan utama” yang mengaitkan antara keduanya.
Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat – pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural – dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.
1.2. Mengukur Pembangunan Manusia
Dalam sistem pengukuran dan monitoring pembangunan manusia, idealnya mencakup banyak variabel untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Namun, terlalu banyak indikator akan memberikan gambaran yang membingungkan. Isu ini menjadi perhatian penting dalam pengukuran pembangunan manusia.
Pengukuran pembangunan manusia pertama kali diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. UNDP memperkenalkan sebuah gagasan baru dalam pengukuran pembangunan manusia yang disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sejak saat itu, IPM dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 7
7
Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup:
1. umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); 2. pengetahuan (knowledge); dan
3. standar hidup layak (decent standard of living)
Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Pada laporan pertamanya, UNDP mengukur dimensi kesehatan dengan menggunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan angka melek huruf. Adapun untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.
1.3. Pemanfaatan IPM Dalam Rencana Pembangunan Daerah
IPM menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan. Manfaat penting IPM antara lain sebagai berikut:
Indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Penentuan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara.
Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU)
8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 IPM merupakan tingkatan status pembangunan manusia di suatu
wilayah akan berfungsi sebagai patokan dasar perencanaan jika dibandingkan:
1. Antarwaktu untuk memberikan gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau
2. Antarwilayah untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lain
Untuk lebih memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah, sebagai alat ukur komposit, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan. Di sektor perencanaan, pemanfaatan IPM terbatas hanya sebagai patokan dasar. Oleh karena itu, suatu kajian tentang situasi pembangunan manusia perlu dilakukan disuatu wilayah untuk memberikan petunjuk yang lebih jelas tentang arah kebijakan pembangunan di masa yang akan datang.
Dalam konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam pola dasar pembangunan daerah yang akan datang. Hal ini merupakan langkah penting karena IPM menduduki salah satu posisi penting dalam manajemen pembangunan daerah. Kedudukan dan peranan IPM dalam manajemen pembangunan akan lebih terlihat apabila dilengkapi dengan data yang berisikan indikator relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem basis data pembangunan manusia. Sistem basis data tersebut merupakan sumber data utama dalam identifikasi lebih lanjut untuk mengenali lebih dalam permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan upaya dan hasil-hasil serta dampak pembangunan manusia. Identifikasi tersebut dirumuskan ke dalam suatu analisis situasi pembangunan manusia yang mengkaji berbagai kendala dalam implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya dan potensi yang dimiliki suatu wilayah untuk
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 9
9
dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan daerah periode yang akan datang.
Proses ini merupakan kajian untuk menghasilkan rekomendasi implikasi kebijakan pembangunan yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, maka IPM merupakan alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumus kebijakan tentang langkah– langkah pada masa mendatang yang perlu dilakukan.
1.4. Sistem Informasi Pembangunan Manusia
Analisis situasi merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan yang lazimnya dilakukan setelah visi dan sasaran jangka panjang ditetapkan. Analisis situasi yang cermat dan menyeluruh akan mempermudah tahapan perencanaan berikutnya yaitu penetapan prioritas dan sasaran jangka menengah dan jangka pendek serta mengidentifikasi pilihan kebijakan untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Dalam kerangka pembangunan manusia, analisis situasi harus dilakukan secara menyeluruh dalam arti mencakup semua aspek yang dianggap berkaitan dengan konsep global pembangunan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam analisis tersebut disebut sebagai isu pembangunan manusia.
IPM sebagai alat ukur status pembangunan manusia sangat sensitif terhadap perubahan yang sedang terjadi, sehingga IPM merupakan sistem informasi pembangunan manusia yang memusatkan perhatian pada kemajuan dan pencapaian program sektoral serta kajiannya dengan program nasional. Pada tingkat kabupaten/kota, kajian ini disebut analisis situasi pembangunan manusia karena hanya mengkaji kemajuan dan pencapaian suatu wilayah, sedangkan pada tingkat provinsi kajian ini disebut laporan pembangunan manusia karena juga mengkaji perbandingan kemajuan dan pencapaian antarkabupaten/kota dan indikator yang terhimpun dalam sistem informasi pembangunan manusia
10 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 dan diperkaya dengan permasalahan yang spesifik daerah yang
dikemukakan.
Data yang terhimpun dalam sistem informasi pembangunan manusia adalah data yang dapat menggambarkan status pembangunan manusia pada tahun yang bersangkutan dan pencapaiannya. Pada tahun–tahun berikutnya, setiap tahun akan diperbaharui data-datanya sehingga pemantauan tentang upaya pembangunan manusia dapat dilakukan berkesinambungan setiap tahun.
Pemanfaatan data yang dihasilkan BPS untuk perencanaan secara intensif baru dilakukan di tingkat pusat. Di tingkat provinsi pemanfaatan data statistik belum seintensif yang dilakukan oleh BPS di tingkat pusat, terlebih lagi pemanfaatan di tingkat kabupaten/kota yang sangat sedikit. Hal ini terjadi karena dalam sistem pengumpulan data BPS sangat jarang dihasilkan data yang terpadu yang dapat mengkaitkan berbagai macam variabel agar dapat mengungkapkan fenomena dan perkembangan yang terjadi secara representatif untuk tingkat kabupaten/kota.
Sejak 1993, BPS telah merancang Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) agar menjadi suatu alat untuk mengkaji dan memantau pelaksanaan pembanguan sektor sosial atau kesejahteraan rakyat serta pencapaian pembangunan manusia pada tingkat kabupaten dan kota setiap tahun. Selain itu, data Susenas dapat digunakan untuk mengkaji kaitan antarvariabel sektoral misalnya kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan, pengeluaran, dan konsumsi rumah tangga untuk dapat mengungkapkan perkembangan fenomena tertentu misalnya perkembangan atau peningkatan kualitas hidup yang setiap tahun di masing-masing kabupaten/kota.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 11
11
Pemanfaatan secara optimal dari data yang dihasilkan oleh BPS kabupaten/kota akan sangat membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah. Data yang semestinya dimanfaatkan dalam pembagunan daerah bukan saja data bidang sosial, tetapi juga data bidang ekonomi seperti PDRB, dan statistik keuangan daerah yang bersama data pencatatan administrasi hasil pelayanan instansi sektoral akan memperkaya ketersediaan data dan kajian yang diperlukan para pengambil keputusan dan perumusan kebijakan di tingkat daerah. Dalam konteks ini, badan perencanaan pembangunan daerah (provinsi/kabupaten/kota) memerlukan dukungan BPSprovinsi maupun kabupaten/kota dalam hal penyediaan data dan kajian yang diperlukan dalam penyusunan dan merancang program pembangunan. Karena itu, adalah penting untuk mendayagunakan data yang dihasilkan oleh BPS.
1.5. Keterbatasan Indeks Pembangunan Manusia
Selain manfaat yang dimilikinya, IPM juga mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:
1. Sangat sulit mengukur pembangunan manusia dalam arti luas hanya dengan satu indeks komposit, tak peduli sebanyak apapun komponen indikatornya (apalagi jika diingat bahwa semakin banyak variabel yang dimasukkan ke dalam indeks komposit tersebut semakin tinggi pula kemungkinan besarnya kesalahan).
2. IPM juga masih mempunyai kelemahan dari segi data dan arti. Kelemahan yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah tidak memiliki arti tersendiri secara individual. Jelasnya, IPM suatu negara, provinsi atau kabupaten/kota tidak bermakna tanpa dibandingkan dengan IPM negara, provinsi atau kabupaten/kota lainnya.
12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 3. IPM belum mempertimbangkan kesetaraan gender. Untuk
menanggapi masalah ini, UNDP menyusun dua indeks turunan IPM yaitu IPG dan IDG.1 Sementara untuk mempertimbangkan kemiskinan, disusunlah IKM2
Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Proses desentralisasi tampaknya telah membuka potensi-potensi wilayah untuk berkembang secara aktif dan mandiri. Kompetisi antarwilayah makin dinamis sebagai ajang adu kebijakan pembangunan manusia yang efektif dan efisien.
Otonomi daerah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan capaian pembangunan manusia antarkota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia. Wilayah perkotaan yang sarat dengan fasilitas pembangunan memiliki capaian pembangunan manusia yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Daya tarik kota membawa dampak pada berpindahnya penduduk yang lebih berkualitas ke kota. Sebagai dampaknya, daerah-daerah penyangga dan wilayah kabupaten memiliki capaian pembangunan yang relatif rendah. Melalui otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah mampu mengembangkan program-program yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah sehingga kualitas pembangunan manusianya dapat ditingkatkan.
1IPG disusun dari angka harapan hidup; angka melek huruf; rata-rata lama sekolah; rata-rata upah buruh non pertanian; dan sumbangan pendapatan (dalam persen). Sedangkan IDG disusun dari data keterwakilan dalam parlemen; proporsi dari manajer, staf administrasi, pekerja profesional dan teknisi; persentase aktif secara ekonomi (proporsi dari angkatan kerja); serta upah di bidang non pertanian. Masing-masing indikator penyusun IPG dan IDG tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin (menggunakan data laki-laki dan perempuan).
2IKM dibangun oleh tiga komponen yaitu peluang suatu populasi untuk tidak bertahan hidup sampai umur 40 tahun , indikator kedua diukur dengan angka buta huruf penduduk umur dewasa [15 tahun keatas], serta keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar [meliputi akses terhadap air bersih, akses terhadap sarana kesehatan, dan persentase balita dengan status gizi kurang].
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 13
13
Namun perlu disadari, perubahan atau peningkatan angka IPM tidak bisa terjadi secara instan. Pembangunan manusia merupakan sebuah proses dan tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Berbeda dengan pembangunan ekonomi pada umumnya, hasil pembangunan pendidikan dan kesehatan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Untuk itu, program-program pembangunan manusia harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus dipantau pelaksanaannya sehingga lebih terarah.
PEMUTAKHIRAN
METODOLOGI
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 17
2.1. Perjalanan Penghitungan IPM
Sejak pertama kali diperkenalkan oleh UNDP, IPM terus mendapat banyak sorotan. Banyak dukungan yang mengalir, tetapi tidak sedikit kritikan terhadap indikator ini. Sebagian pihak berpendapat bahwa indikator yang tercakup di dalam IPM kurang mewakili pembangunan. Para pakar terus bekerja untuk mendalami lebih jauh tentang pembangunan manusia. Tidak hanya itu, mereka terus melakukan kajian untuk menyempurnakan penghitungan IPM. Hal itu terutama dilakukan pada indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM. Tercatat bahwa UNDP melakukan dua kali penyempurnaan pada tahun 1991 dan 1995 dan perubahan ditahun 2010.
Awalnya, UNDP memperkenalkan suatu indeks komposit yang mampu mengukur pembangunan manusia. Ketika diperkenalkan pada tahun 1990, mereka menyebutnya sebagai Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index) yang kemudian secara rutin dipublikasikan setiap tahun
dalam Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report). Kala itu, IPM dihitung melalui pendekatan dimensi umur panjang dan hidup sehat yang diproksi dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi pengetahuan yang diproksi dengan angka melek huruf dewasa ,serta dimensi standar hidup layak yang diproksi dengan PDB per kapita. Untuk menghitung ketiga dimensi menjadi sebuah indeks komposit, digunakan rata-rata aritmatik.
Setahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan penghitungan IPM dengan menambahkan variabel rata-rata lama sekolah ke dalam dimensi pengetahuan. Akhirnya, terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan, UNDP memberi bobot untuk keduanya. Indikator angka melek huruf diberi bobot dua per tiga, sementara indikator rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga. Hingga tahun 1994, keempat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM masih
18 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 cukup relevan. Namun akhirnya, pada tahun 1995 UNDP kembali melakukan
penyempurnaan metode penghitungan IPM. Kali ini, UNDP mengganti variabel rata-rata lama sekolah menjadi gabungan angka partisipasi kasar. Pembobotan tetap dilakukan dengan metode yang sama seperti sebelumnya.
Grafik 2.1 Perjalanan Metodologi Penghitungan IPM di UNDP
Pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini perubahan drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut perubahan yang dilakukan pada penghitungan IPM sebagai metode baru. Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan. Indikator Angka Partisipasi Kasar gabungan (Combine Gross Enrollment Ratio) diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling). Indikator Produk Domestik Bruto
Catatan
AHH: Angka Harapan Hidup saat lahir; APK: Angka Partisipasi Kasar. AMH: Angka Melek Huruf HLS: Harapan Lama Sekolah RLS: Rata-rata Lama Sekolah PNB: Produk Nasional Bruto PDB: Produk Domestik Bruto
199
5
201
1
201
4
199
1
1990 Launching: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, PDB perkapita Metode agregasi menggunakan rata-rata aritmatik
1990
1991 Penyempurnaan:Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, RLS, PDB per kapita
2011 Penyempurnaan: Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari tahun 2008 menjadi 2005 1995 Penyempurnaan: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, Kombinasi APK, dan PDB per kapita 2010 UNDP mengubah metodologi: Komponen
IPM yang digunakan AHH, RLS, HLS, dan PNB per kapita Metode agregasi menggunakan rata-rata geometrik
2010
2014 Penyempurnaan:1. Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari 2005 menjadi 2011
2. Mengubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 19
19
(PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara penghitungan juga ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik untuk menghitung indeks komposit.
Perubahan yang dilakukan UNDP tidak hanya sebatas itu. Setahun kemudian, UNDP menyempurnakan penghitungan metode baru. UNDP merubah tahun dasar penghitungan PNB per kapita dari 2008 menjadi 2005. Tiga tahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan kembali penghitungan metode baru. Kali ini, UNDP merubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik dan tahun dasar PNB per kapita. Serangkaian perubahan yang dilakukan UNDP bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit yang cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia.
2.2. Perubahan Metodologi Penghitungan IPM
Pada dasarnya, perubahan metodologi penghitungan IPM didasarkan pada alasan yang cukup rasional. Suatu indeks komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan pemilihan metode dan variabel yang tepat, indeks yang dihasilkan akan cukup relevan. Namun, alasan utama yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM setidaknya ada dua.
Pertama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Sebelum penghitungan metode baru digunakan, AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antarwilayah dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit, variabel yang tidak sensitif membedakan akan menyebakan indikator komposit menjadi tidak relevan. Oleh karena itu, indikator AMH dianggap sudah tidak relevan sebagai komponen dalam penghitungan IPM. Selanjutnya adalah indikator PDB per kapita. Indikator ini pada dasarnya
20 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 merupakan proksi terhadap pendapatan masyarakat. Namun disadari bahwa
PDB diciptakan dari seluruh faktor produksi dan apabila ada investasi dari asing turut diperhitungkan. Padahal, tidak seluruh pendapatan faktor produksi dinikmati penduduk lokal. Oleh karena itu, PDB per kapita kurang dapat menggambarkan pendapatan masyarakat atau bahkan kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah.
Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Pada dasarnya, konsep yang diusung dalam pembangunan manusia adalah pemerataan pembangunandan sangat anti terhadap ketimpangan pembangunan. Rata-rata aritmatik memungkinkan adanya transfer capaian dari dimensi dengan capaian tinggi ke dimensi dengan capaian rendah. Perumpamaan sederhana untuk dapat melihat kelemahan rata-rata aritmatik misalnya dengan menghitungan secara sederhana nilai ketiga dimensi pembangunan manusia.
Tabel 2.1 Simulasi Perbedaan Rata-rata Aritmatik dan Rata-rata Geometrik
Kesehatan Pendidikan Hidup Layak Standar Rata-rata Aritmatik Geometrik Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5)
3 3 3 3,00 3,00
2 3 4 3,00 2,88
1 3 5 3,00 2,47
Misal, capaian dimensi umur panjang dan sehat, dimensi pengetahuan, dan dimensi standar hidup masing-masing adalah 3, 3, dan 3. Dengan rata-rata aritmatik dapat diperoleh dengan mudah bahwa rata-rata ketiga dimensi adalah (3 + 3 + 3)/3 = 3. Pada contoh kasus lain, misalkan capaian ketiga dimensi berturut-turut adalah 2, 3, dan 4. Rata-rata ketiga dimensi juga masih 3, yaitu (2 + 3 + 4) = 3. Secara nyata terlihat bahwa ada ketimpangan capaian
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 21
21
antardimensi pembangunan manusia. Pada kasus yang lebih ekstrim, rata-rata aritmatik mampu menutupi ketimpangan pembangunan manusia yang terjadi di suatu wilayah. Misal capaian ketiga dimensi secara berturut-turut menjadi 1, 3, dan 5. Dalam kondisi ketimpangan yang ekstrim ini, rata-rata pembangunan manusia tetap 3. Kondisi ini sama dengan capaian suatu wilayah pada contoh kasus pertama. Rata-rata aritmatik menyebabkan seolah-olah tidak terjadi ketimpangan karena hasil dapat ditutupi oleh dimensi yang lebih tinggi capaiannya. Kelemahan rata-rata aritmatik ini menjadi salah satu alas an mendasar untuk memperbarui metode penghitungan IPM.
2.3. Indikator Baru Dalam Penghitungan IPM
UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru dengan beberapa perbedaan mendasar dibanding metode lama. Setidaknya, terdapat dua hal mendasar dalam perubahan metode baru ini. Kedua hal mendasar terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan indeks. Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru pada dimensi pengetahuan yaitu Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling). Indikator ini digunakan untuk menggantikan indikator AMH yang memang saat ini sudah tidak relevan karena capaian di banyak negara sudah sangat tinggi. UNDP juga menggunakan indikator PNB per kapita untuk menggantikan indikator PDB per kapita.
Tabel 2.2 Perbedaan Indikator IPM pada Metode Lama dan Metode Baru
Dimensi Metode Lama Metode Baru
Umur Panjang dan Hidup
Sehat Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)
Pengetahuan
Angka Melek Huruf (AMH) Harapan Lama Sekolah (HLS) Kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK)
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Standar Hidup Layak PDB per Kapita PNB per Kapita
22 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan
indeks. Untuk menghitung agregasi indeks, digunakan rata-rata geometrik (geometric mean). Cara penghitungan indeks yang terbilang baru ini cederung sensitif terhadap ketimpangan. Tidak seperti rata-rata aritmatik yang dapat menutupi ketimpangan yang terjadi antardimensi, rata-rata geometrik menuntuk keseimbangan ketiga dimensi IPM agar capaian IPM menjadi optimal.
2.4. Dampak Perubahan Metodologi
Perubahan mendasar yang terjadi pada penghitungan IPM tentunya membawa dampak. Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat perubahan metode penghitungan IPM.
Pertama, perubahan level IPM. Secara umum, level IPM metode baru lebih rendah dibanding IPM metode lama. Hal ini terjadi karena perubahan indikator dan perubahan cara penghitungan. Penggantian indikator Angka Melek Huruf (AMH) menjadi Harapan Lama Sekolah (HLS) membuat angka IPM lebih rendah karena secara umum AMH sudah di atas 90 persen sementara HLS belum cukup optimal. Selain itu, perubahan rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik juga turut andil dalam penurunan level IPM metode baru. Ketimpangan yang terjadi antardimensi akan mengakibatkan capaian IPM menjadi rendah.
Kedua, terjadi perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator dan cara penghitungan membawa dampak pada perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator berdampak pada perubahan indeks dimensi. Sementara perubahan cara penghitungan berdampak signifikan terhadap agregasi indeks. Namun, perlu dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak dapat dibandingkan karena kedua metode tidak sama.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 23
23
Beberapa negara yang telah mencoba mengaplikasi metode baru penghitungan IPM mencacat perubahan peringkat yang terjadi di tingkat regional. China misalnya, mengaplikasikan metode baru di tingkat regional mulai tahun 2013 dengan menggunakan data tahun 2011. Hasilnya cukup menggembirakan tetapi dampak yang muncul juga cukup signifikan. Tercatat beberapa provinsi mengalami perubahan drastis, antara lain Guangdong (4 menjadi 7), Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20). Filipina juga mengalami hal serupa dimana terjadi perubahan peringkat yang tajam di tingkat regional. Misalnya, Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi 63), Camiguin (28 menjadi 39), dan Albay (30 menjadi 43).
2.5. Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia
Indonesia turut ambil bagian dalam mengaplikasikan penghitungan metode baru. Dengan melihat secara mengalam tentang kelemahan pada penghitungan metode lama, Indonesia merasa perlu memperbarui penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional. Pada tahun 2014, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM dengan metode baru. Untuk mengaplikasikan metode baru, sumber data yang tersedia di Indonesia antara lain.
Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010-SP2010, Proyeksi Penduduk).
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial Ekonomi Nasional-SUSENAS).
PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS.
Indonesia melakukan beberapa penyesuaian terhadap metode baru. Penyesuaian ini dilakukan pada indikator PNB per kapita karena ketersediaan data. Dari empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM metode baru, tiga
24 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 diantaranya sama persis dengan UNDP. Khusus untuk PNB per kapita, indikator ini
diproksi dengan pengeluaran per kapita.
Indikator angka harapan hidup saat lahir tidak mengalami perubahan pada metode baru. Akan tetapi, sumber data yang digunakan dalam penghitungan indikator ini telah diperbarui dengan menggunakan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP2010). Indikator ini menjadi indikator penting untuk melihat derajat kesehatan suatu masyarakat. Indikator ini tetap dipertahankan keberadaannya karena selain relevansinya, juga ketersediaan hingga tingkat kabupaten/kota cukup memadai.
Indikator angka melek huruf diganti dengan indikator baru yang disebut harapan lama sekolah. Seperti pada penjelasan sebelumnya, indikator angka melek huruf sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini sehingga diganti dengan harapan lama sekolah. Indikator rata-rata lama sekolah tetap dipertahankan karena menggambarkan stok yang terjadi pada dunia pendidikan. Namun, cakupan penghitungan yang digunakan pada metode baru telah diganti. Pada metode lama, cakupan penduduk yang dihitung adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas. Sementara pada metode baru, cakupan penduduk yang dihitung adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas sesuai dengan rekomendasi UNDP. Selain untuk keterbandingan dengan internasional, alasan penting lain yaitu bahwa pada umumnya penduduk berusia 25 ke atas tidak bersekolah lagi. Walaupun sebagian kecil ada yang masih bersekolah, jumlahnya tidak signifikan. Penduduk usia 25 tahun ke atas merupakan stok pendidikan yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Indikator pengeluaran per kapita juga tetap dipertahankan keberadaannya karena cukup operasional dari sisi ketersedian data. Pada dasarnya, indikator PNB per kapita lebih menggambarkan kesejahteraan masyarakat dibanding pengeluaran per kapita. Namun data ini tidak tersedia hingga tingkat kabupaten/kota. Meski pengeluaran per kapita tetap digunakan,ada perubahan pada penghitungan paritas
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 25
25
daya beli yang digunakan. Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam penghitungan paritas daya beli. Sementara pada metode baru terdapat 96 komoditas yang digunakan. Hal ini dilakukan karena selama 1990 hingga 2014 telah terjadi banyak perubahan pola konsumsi masyarakat sehingga komoditas penghitungan paritas daya beli juga harus diperbarui.
26 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 Pada metode lama, agregasi indeks komposit menggunakan rata-rata
aritmatik. Sementara pada metode baru menggunakan rata-rata geometrik. Metode agregasi indeks komposit yang digunakan pada metode baru merupakan penyempurnaan metode lama. Seperti pada penjelasan sebelumnya, rata-rata geometrik memiliki keunggulan dalam mendeteksi ketimpangan dibanding rata-rata aritmatik.
Kecepatan perubahan IPM juga menjadi salah satu fokus dalampembangunan manusia. Pada metode lama, kecepatan perubahan IPM diukur dengan menggunakan reduksi shortfall. Pada metode baru, kecepatan perubahan IPM diukur dengan menggunakan pertumbuhan aritmatik.
CAPAIAN PEMBANGUNAN
MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 29
Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya, sehingga tujuan utama pembangunan manusia adalah memperluas pilihan-pilihan yang dimiliki manusia.
3.1. Capaian Bidang Kependudukan
Penduduk merupakan sumber daya yang harus ditingkatkan kualitasnya karena penduduk sebagai pelaksana dan juga sebagai sasaran dari pembangunan. Penduduk yang berkualitas tinggi akan menjadi aset dalam menunjang keberhasilan pembangunan, sebaliknya penduduk yang berkualitas rendah akan menjadi beban bagi pembangunan. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan maka perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 pasal 3 ayat 1 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan. Lebih lanjut pasal 4 ayat 1 menyebutkan tujuan dari perkembangan kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.
Komposisi penduduk menurut struktur umur penduduk merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana beban tanggungan penduduk. Ketidakseimbangan komposisi antara kelompok umur produktif dengan non produktif akan menyebabkan permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya. Demikian juga halnya dengan distribusi atau penyebaran penduduk antarwilayah, sangat dipengaruhi oleh tingkat pemerataan hasil pembangunan. Tingkat pemerataan hasil
30 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 pembangunan akan mempengaruhi penyebaran dan tingkat kepadatan
penduduk. Penduduk biasanya akan melakukan migrasi ke wilayah yang terdapat fasilitas-fasilitas yang lebih baik dibanding wilayah yang ditempati sebelumnya.
Aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk seperti arus migrasi, angka kelahiran, dan kematian. Ketiga komponen ini turut serta dalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan politik serta pertahanan.
Data kependudukan sangat dibutuhkan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Dari data kependudukan dapat dibuat berbagai perencanaan kebutuhan fasilitas penunjang kesejahteraan masyarakat, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan fasilitas lainnya. Data kependudukan yang terkait, diantaranya data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, kepadatan dan penyebaran penduduk serta data struktur umur penduduk.
Jumlah penduduk Humbang Hasundutan pada keadaan Juni 2010 adalah 172.326 jiwa terdiri dari 85.448 jiwa laki-laki dan sebanyak 86.838 jiwa perempuan. Mengikuti tren tingkat kelahiran, kematian dan migrasi, maka sampai dengan tahun 2017 jumlah penduduk Humbang Hasundutan masih terus meningkat. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pertengahan tahun, jumlah penduduk Humbang Hasundutan mencapai 186.694 jiwa terdiri dari 92.702 jiwa laki-laki dan sebanyak 93.992 jiwa perempuan.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 31
31
3.1.1. Rasio Jenis Kelamin
Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Jumlah penduduk perempuan Kabupaten Humbang Hasundutan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki terlihat dari rasio jenis kelamin di tahun 2017 sebesar 98,63 persen.
Secara umum, jumlah penduduk perempuan di Provinsi Sumatera Utara memang lebih banyak dibanding penduduk laki-laki dengan rasio jenis kelamin 99,60 persen. Fenomena tersebut terjadi hampir merata di banyak kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.1 Rasio Jenis Kelamin (persen), 2013-2017
Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (3) (4) (5) (6) (7) Humbang Hasundutan 98,59 98,67 98,47 98,56 98,63 Tapanuli Utara 97,73 97,77 97,85 97,72 97,62 Toba Samosir 98,61 98,66 98,58 98,55 98,69 Dairi 99,71 99,74 99,79 99,85 99,80 Samosir 98,78 98,54 98,43 98,90 98,93 SUMATERA UTARA 99,55 99,57 99,59 99,60 99,60 3.1.2. Penyebaran Penduduk
Persebaran penduduk di kabupaten Humbang Hasundutan termasuk belum merata, masih terpusat di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Doloksanggul dengan 26,19 persen penduduk berdomisili di kecamatan ini. Sementara dari segi kepadatan penduduk, kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Baktiraja dengan kisaran 319 penduduk di setiap km2. Hal ini agak berbeda dengan asumsi umum bahwa wilayah dengan populasi terbesar otomatis memiliki kepadatan terbesar, dalam hal ini
32 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 kecamatan Baktiraja memiliki wilayah terkecil sehingga 7.236 penduduk yang
bermukim di kecamatan tersebut menjadi cukup padat.
Tabel 3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk, 2017
Kecamatan Penduduk Jumlah Distribusi (%) Kepadatan (%) (1) (2) (3) (4) Pakkat 24 722 13,24 63,69 Onan Ganjang 10 534 5,64 46,57 Sijamapolang 5 435 2,91 38,21 Doloksanggul 48 894 26,19 226,84 Lintong Nihuta 31 617 16,94 170,98 Paranginan 13 251 7,10 273,44 Baktiraja 7 236 3,88 319,73 Pollung 19 168 10,27 57,39 Parlilitan 18 208 9,75 24,72 Tarabintang 7 629 4,09 30,99 HUMBANG HASUNDUTAN 186 694 100,00 73,12
3.1.3. Struktur Umur dan Ketergantungan
Ada tiga pengelompokan penduduk berkenaan dengan kaitan antara struktur umur dan kemampuan berproduksi secara ekonomi. Pertama, kelompok penduduk usia muda, yaitu penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (0-14 tahun). Kedua, kelompok penduduk usia produktif, yaitu penduduk yang berumur 15-64 tahun. Terakhir, kelompok penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 65 tahun ke atas.
Angka Beban Ketergantungan menggambarkan persentase penduduk yang ditanggung usia produktif dengan membandingkan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas).
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 33
33
Penduduk dengan usia produktif diharapkan menjadi tulang punggung dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah, sehingga beban ketergantungan yang besar secara tidak langsung berpengaruh terhadap laju perekonomian.
Grafik 3.1 Perkembangan Beban Ketergantungan Penduduk, 2013-2018
Angka beban ketergantungan penduduk Humbang Hasundutan adalah 80,96 persen; artinya setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung sekitar 81 (80,96) jiwa penduduk usia non produktif. Angka ini cukup tinggi mengingat perbandingan penduduk produktif dibanding non produktif hampir seimbang. Fenomena yang mempengaruhi kejadian tersebut salah satunya adalah para pemuda atau penduduk dalam usia produktif cenderung memilih untuk merantau keluar kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan pendidikan yang lebih baik ataupun mencari kesempatan pekerjaan.
3.2. Capaian Bidang Kesehatan
Salah satu komponen dalam penentuan kualitas hidup manusia adalah kesehatan. Kualitas hidup manusia tergantung dari derajat kesehatannya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang. 83,05 87,76 82,56 82,10 81,72 80,96 70,00 80,00 90,00
34 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 Keberhasilan dalam melakukan pembangunan di bidang
kesehatan ditandai dengan penduduk yang hidup dengan perilaku dan berada dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan tinggi. Hal ini tercantum dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJK) 2005-2025.
Derajat kesehatan penduduk dapat diukur dari angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Angka mortalitas menunjukkan jumlah satuan kematian per 1000 jiwa per tahun. Morbiditas adalah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan.
3.2.1. Kondisi Lingkungan dan Perumahan
Secara umum, penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan yang tempat tinggalnya berstatus milik sendiri persentasenya cukup tinggi dengan nilai 80,45 persen di tahun 2018. Angka ini bergerak agak fluktuatif dari tahun 2014 dengan 76,64 persen penduduk yang berstatus penguasaan tempat tinggal milik sendiri, kemudian tahun 2015 sebesar 80,47 persen, tahun 2016 sebesar 83,79 persen, dan tahun 2017 sebesar 75,57 persen.
Status penguasaan tempat tinggal terbesar kedua adalah Bebas Sewa. Termasuk ke dalam kategori ini adalah rumah warisan dari orangtua atau keluarga yang belum diserahterimakan secara hukum/legal namun penguasaannya berada pada tangan yang menempati rumah tanpa ada kewajiban membayar sewa. Pada tahun 2014 penduduk dengan status tempat tinggal bebas sewa sebesar 1,41 persen, nilai tersebut naik signifikan di tahun 2015 dengan 15,48 persen, kemudian tahun 2016 menjadi 11,21 persen, kembali naik di
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 35
35
tahun 2017 dengan 19,45 persen dan di tahun 2018 menjadi 11,97 persen.
Grafik 3.2 Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan Tempat Tinggal, 2017-2018
3.2.2. Akses Medis
Fasilitas kesehatan merupakan penunjang penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kehidupan masyarakat yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses fasilitas kesehatan.
Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2015-2017
Fasilitas Kesehatan 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4)
Rumah sakit umum 1 1 1
Rumah bersalin 4 4 4
Puskesmas & Pustu 35 35 35
Poskesdes 167 167 159 Posyandu 243 249 249 2014 2015 2016 2017 2018*) 76,64 80,47 83,79 75,57 80,45
36 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017
3.3. Capaian Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial-ekonomi suatu daerah.
Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Program pembangunan pendidikan nasional yang dilakukan saat ini telah mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti pendidikan untuk semua (education for all), konvensi hak anak (convention on the right of child) dan Millenium Development Goals (MDGs) yang secara jelas menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan sosial, dan lainnya.
Program atau kebijaksanaan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk dapat sekolah. Dengan demikian diharapkan tingkat pendidikan masyarakat akan lebih baik dan utamanya tingkat melek huruf terutama pada penduduk usia sekolah (7-18 tahun) akan mencapai 100 persen. Sejauh mana program ini berhasil dilaksanakan tercermin dari profil pendidikan penduduk yang akan dibahas dalam uraian berikut, meliputi status pendidikan formal dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.
Indikator makro mendasar dari keberhasilan pendidikan dalam kemampuan membaca dan menulis adalah tingkat melek huruf untuk penduduk 10 tahun ke atas, karena kemampuan membaca dan menulis
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 37
37
seseorang berhubungan dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan. Ketidakmampuan membaca dan menulis disebut buta huruf.
Grafik 3.3 Persentase Penduduk Melek Huruf, 2018
Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk kabupaten dengan persentase melek huruf tinggi hal ini berbanding lurus dengan tingginya persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang pernah mengikuti/sedang mengikuti pendidikan setingkat sekolah dasar dengan 91,19 persen memiliki ijazah SD dan 8,81 persen tidak memiliki ijazah SD.
3.4. Capaian Bidang Ekonomi
Kapabilitas seseorang dalam ekonomi seringkali terbentur dengan kemiskinan. Uang memiliki arti penting untuk memperluas pilihan, terutama bagi penduduk miskin. Faktor kemiskinan dapat menghambat berbagai aspek dalam kehidupan diantaranya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, padahal kedua aspek tersebut merupakan kapabilitas dasar dalam pembangunan manusia. Sayangnya menanggulangi kemiskinan bukan perkara yang mudah karena terkait dengan berbagai dimensi kehidupan yang saling berpengaruh satu sama lain.
Pengeluaran atau pendapatan telah memberikan sedikit gambaran mengenai ukuran pembangunan. Pembangunan manusia adalah perluasan
Dapat membaca; 99,66 Tidak dapat membaca; 0,34
38 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 kebebasan nyata yang dinikmati oleh manusia. Kebebasan salah satunya
bergantung pada faktor ekonomi yang didalamnya terkandung makna adanya kesetaraan atau pemerataan (UNDP, 1996).
3.4.1. Struktur Perekonomian Daerah
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan wilayah dengan penduduk bermata pencaharian utama dari bidang pertanian. Wilayah agraris tersebut menyumbang 44,49 persen bagi PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan. Meski berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, kaum petani didominasi oleh petani gurem yang memiliki lahan dengan luas lahan kurang dari 500 meter persegi, namun secara keseluruhan, sektor lapangan usaha masih menjadi sumber pencaharian utama masyarakat Humbang Hasundutan.
Grafik 3.4 Persentase Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan Konstribusi Tertinggi, 2018
Grafik di atas menampilkan urutan lapangan usaha dengan kontribusi terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto. Konstributor tertinggi adalah Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan 44,49 persen; diikuti lapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor dengan 14,75 persen; di posisi tiga lapangan usaha Konstruksi dengan 14,20
44,49
14,75 14,20
11,41
3,38 11,77
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi
Administasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 39
39
persen, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib dengan 11,41 persen, lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 3,38 persen; dan lapangan usaha lainnya 11,77 persen.
3.4.2. Pengeluaran per Kapita Penduduk
Pola pengeluaran penduduk dapat menggambarkan sejauh mana tingkat pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pada dasarnya jika pola pengeluaran masih didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman artinya wilayah tersebut masih merupakan wilayah berkembang. Sebaliknya jika pola pengeluaran didominasi komoditi non makanan maka penduduk di wilayah tersebut bisa dianggap lebih maju.
Grafik 3.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (Rupiah/Bulan), 2013-2017
Pengeluaran penduduk untuk kategori makanan dan non makanan untuk masyarakat Humbang Hasundutan sama-sama meningkat dan didominasi pengeluaran untuk makanan. Posisi pengeluaran untuk non makanan masih lebih kecil atau hanya 39,55 persen dibandingkan pengeluaran makanan sebesar 60,44 persen dari total pengeluaran rumahtangga.
355.647 358.998 380.822 425.510 470.711 182.673 177.054 232.546 277.923 308.059 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 2013 2014 2015 2016 2017
40 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang diadakan
setiap tahun, pada tahun 2013 penduduk Humbang Hasundutan mengeluarkan Rp 355.647 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 182.673 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2014 Rp 358.998 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 177.054 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2015 Rp 380.822 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 232.546 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2016 Rp 425.510 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 277.923 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2017 Rp 470.711 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 308.059 per kapita untuk komoditi non makanan.
3.5. Pembangunan
Manusia
di
Kabupaten
Humbang
Hasundutan
Capaian IPM Humbang Hasundutan merupakan agregasi dari tiga dimensi yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, serta standar hidup layak. Dimensi umur panjang dan hidup sehat yang diwakili oleh indikator angka harapan hidup saat lahir menunjukkan capaian yang bagus. Saat ini, rata-rata bayi yang baru lahir dapat bertahan hidup hingga usia 67,30 tahun. Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Secara rata-rata, penduduk 25 tahun ke atas di Humbang Hasundutan telah menempuh pendidikan hingga 9,10 tahun atau setara dengan Kelas IX. Meski masih perlu terus ditingkatkan, harapan baru muncul. Dalam waktu bersamaan, secara rata-rata anak berusia 7 tahun yang masuk ke jenjang pendidikan diharapkan mampu bersekolah hingga 13,2 tahun atau setara Diploma I. Tidak kalah penting, standar hidup layak yang diukur melalui indikator PNB per kapita telah menunjukkan hal positif. Rata-rata PNB per kapita Humbang Hasundutan telah mencapai 7,4 juta rupiah per tahun.
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 41
41
Dengan capaian IPM di tahun 2017, Humbang Hasundutan berada pada posisi status pembangunan manusia kategori “sedang”. Meskipun demikian capaian ini hanya mengantarkan Humbang Hasundutan pada posisi 26 dari 33 kabupaten/kota dalam pencapaian pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara.
Level pembangunan manusia yang tinggi bukan menjadi satu-satunya indikator dalam melihat pencapaian pembangunan manusia. Perkembangan pembangunan manusia juga menjadi salah satu indikator penting. Humbang Hasundutan dan Samosir misalnya, meskipun level capaian pembangunan manusia hanya berstatus “sedang” tetapi perkembangannya bagus.
Dibandingkan kabupaten terdekat, Humbang Hasundutan masih tertinggal dari Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Toba Samosir telah jauh meninggalkan Humbang Hasundutan yang saat ini IPM di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Danau Toba ini telah masuk pada kategori “tinggi”. Tapanuli Utara juga telah masuk pada kategori “tinggi”. Sementara itu, Samosir bersama Humbang Hasundutan berada pada posisi “sedang”.
Sebesar 45,4 persen atau sebanyak 15 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara telah berhasil mencapai status pembangunan manusia “tinggi” yaitu Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Toba Samosir, Kota Sibolga, Kota Padangsidimpuan, Kota Tebing Tinggi, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar, dan Kota Medan. Sementara lima kabupaten dengan pembangunan manusia dalam kategori “rendah” adalah Nias Barat, Nias, Nias Selatan, Nias Utara, dan Mandailing Natal.
42 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017
Grafik 3.6 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Angka Harapan Hidup
Kota Pematangsiantar Toba
Samosir
Labuhanbatu Kota Tebing Tinggi
Kota Binjai Nias Simalungun Karo Kota Sibolga Nias Barat Tapanuli Utara Nias Selatan Kota Medan Deli Serdang Nias Utara Kota Padangsidimpuan
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 43
43
Perkembangan pembangunan manusia secara umum menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Kabupaten Humbang Hasundutan menunjukkan kenaikan IPM selama periode 2013 hingga 2017. Hal serupa juga terjadi pada seluruh kabupaten/kota. Peningkatan pembangunan manusia terus terjadi setiap tahun.
Grafik 3.7 Perkembangan IPM, 2013-2017
Selama kurun waktu tahun 2013-2017 beberapa kabupaten/kota mampu meningkatkan pembangunan manusia di daerah masing-masing dengan konsistensi yang baik, terlihat dari peningkatan nilai IPM kabupaten/kota yang secara rata-rata semakin baik tiap tahunnya.
Apabila ditelusuri lebih jauh, wilayah yang mencatat perkembangan tercepat sebagian besar merupakan wilayah dengan capaian IPM tidak begitu tinggi. Bahkan, beberapa wilayah merupakan daerah dengan IPM terendah. Capaian IPM rendah bukan menjadi hambatan untuk meningkatkan pembangunan manusia. Wilayah dengan capaian pembangunan manusia yang masih rendah memiliki peluang untuk tumbuh lebih cepat dibanding wilayah dengan capaian yang sudah tinggi.
3.5.1. Pembangunan Bidang Kesehatan
Hidup lebih lama merupakan dambaan setiap orang. Untuk dapat berumur panjang, diperlukan kesehatan yang lebih baik. Pembangunan manusia memperluas pilihan-pilihan manusia dengan mensyaratkan
64,92 65,59 66,03 66,56 67,30 63,00 65,00 67,00 2013 2014 2015 2016 2017
44 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 berumur panjang. Proksi umur panjang dan sehat yang digunakan
dalam pembangunan manusia adalah indikator angka harapan hidup saat lahir (e0). Indikator ini menjadi salah satu indikator gambaran kesehatan masyarakat.
Grafik 3.8 Perkembangan Angka Harapan Hidup (tahun), 2013-2017
Selama kurun waktu 2013 hingga 2017, angka harapan hidup Humbang Hasundutan terus meningkat. Artinya, harapan seorang bayi yang baru lahir untuk dapat hidup lebih lama menjadi semakin tinggi. Saat ini, angka harapan hidup di Humbang Hasundutan telah mencapai 68,41 tahun. Selama empat tahun, angka harapan hidup saat lahir di Humbang Hasundutan tumbuh 0,14 persen per tahun.
Di tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, angka harapan hidup pada tahun 2017 bervariasi. Variasi angka harapan hidup berkisar dari 61,97 tahun hingga 72,63 tahun. Angka harapan hidup tertinggi berada di Kota Pematang Siantar dengan 72,63 tahun. Sementara angka harapan hidup terendah berada di Kabupaten Mandailing Natal dengan 61,97 tahun.
67,70 67,80 68,10 68,26 68,41 67,00 68,00 69,00 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB Lapangan Usaha Kabupaten Humbang Hasundutan 2017Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017 45
45
Grafik 3.9 Wilayah di Provinsi Sumatera Utara Menurut Angka Harapan Hidup
67,80 – 69,66 64,45 – 67,80
46 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Humbang Hasundutan 2017
3.5.2. Pembangunan Bidang Pendidikan
Pendidikan memperluas peluang seseorang. Pendidikan meningkatkan kreativitas dan imajinasi. Sebagai nilai tambah, pendidikan juga akan memperluas pilihan-pilihan lain. Manusia yang berpendidikan akan lebih memperhatikan tingkat kesehatan agar dapat hidup lebih lama. Tidak hanya itu, manusia yang berpendidikan juga akan berpeluang besar mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih layak. Oleh karena itu, pendidikan menjadi penting sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas manusia agar dapat memperluas peluang mereka.
Grafik 3.10 Rata-rata Lama Sekolah (MYS) dan Estimasi Lama Sekolah (EYS), 2013-2017
Sampai dengan tahun 2017, rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas di Humbang Hasundutan telah mencapai 8,9 tahun atau setara dengan kelas IX. Sementara anak usia 7 tahun yang masuk dunia pendidikan diharapkan akan dapat bersekolah selama 13,15 tahun atau mencapai Diploma I. Selama empat tahun terakhir, rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah terus meningkat. Rata-rata lama sekolah tumbuh 0,75 persen per tahun, sementara harapan lama sekolah tumbuh 1,73 persen per tahun.
12,67 13,13 13,15 13,21 13,24 8,80 8,88 8,90 8,91 9,10 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 2013 2014 2015 2016 2017 EYS MYS