• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh (Firmansyah, 2015) yang berjudul

“Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan Terhadap IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dengan menggunakan Teknik analisis regresi linear berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten dari tahun 2009-2013 dengan menggunakan metode data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel dana perimbangan, Belanja Modal, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap IPM.

Sedangkan variabel kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IPM pada Kabupaten/Kota Provinsi Banten. Perbedaan penelitian tersebut terdapat pada Variabel bebas, lokasi penelitian, dan waktu penelitian.

Pnelitian ini dilakukan oleh (Umiyati et al., 2017) dengan judul

“Pengaruh belanja modal, pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk miskin terhadap indeks pembangunan manusia di Kabupaten/kota Provinsi Jambi”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh belanja modal, Pertumbuhan Ekonomi, dan jumlah

(2)

penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dengan menggunakan metode data Panel. Hasil penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Belanja modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan jumlah penduduk miskin berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi.

Penelitian ini dilakukan oleh (Mongan, 2019) yang berjudul

“Pengaruh Pengeluaran Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Bidang Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini menggunakan analisis regersi linear berganda data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran belanja pemerintah pusat dalam pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM. Pengeluaran pemerintah pusat dalam sektor kesehatan dan pengeluaran pemerintah daerah dalam pendidikan memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sementara pengeluaran pemerintah daerah di sektor kesehatan memiliki efek negatif dan signifikan. Perbedaan penelitian tersebut terdapat pada Variabel bebas, lokasi penelitian, dan waktu penelitian.

(3)

Penelitian ini dilakukan oleh (Hanantoko, 2020) yang berjudul

“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Timur 2014-2018”.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian metode data panel. Hasil penelitian dengan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan kepada indeks pembangunan manusia, DBH berpengaruh signifikan kepada indeks pembangunan manusia, DAU berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, DAK berdampak signifikan kepada indeks pembangunan manusia, Belanja modal berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Perbedaan penelitian tersebut terdapat pada Variabel bebas, lokasi penelitian, dan waktu penelitian.

Penelitian ini dilakukan oleh (Sanggelorang et al., 2015) yang berjudul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian metode data panel. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh positif, yaitu meningkat sebesar 0,870 dan secara statistik signifikan

(4)

terhadap indeks pembangunan manusia. Dan variabel pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan berpengaruh negatif, yaitu sebesar -0,438 dan secara statistik tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di Sulawesi Utara. Perbedaan penelitian tersebut terdapat pada penambahan Variabel bebas, lokasi penelitian, dan waktu penelitian

B. Landasan Teori

1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu ukuran yang dapat digunakan dalam mengukur kesejahteraan masyarakat dimana dapat dilihat dari beberapa komponen diantaranya yaitu terdiri dari kesehatan, pendidikan dan standar hidup. Indeks pembangunan manusia adalah salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Menurut (Apriliyah S. Napitupulu, 2007) Indeks Pembangunan Manusia mempunyai pengaruh dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Indeks Pembangunan Manusia memiliki indikator komposit dalam penghitungannya antara lain angka harapan hidup, angka melek huruf, dan konsumsi per kapita. Peningkatan pada sektor kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga semakin tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah.

Menurut (Hardjanto, 2013) Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Semakin tinggi kualitas

(5)

sumber daya manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan suatu negara atau daerah. Indeks pemabangunan manusia (IPM) menjadi indikator utama dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Dalam rangka peningkatan indeks pembangunan manusia, aspek yang menjadi fokus perhatian adalah peningkatan standar pendidikan, derajat kesehatan, dan mutu ekonomi keluarga. Ketiga hal tersebut satu sama lain saling berkaitan. Dengan demikian dalam konteks pembangunan SDM, ketiga aspek tersebut harus diperhatikan secara utuh.

Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga kompisisi indikator yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia suatu negara, antara lain:

a. Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian bayi)

b. Tingkat pendidikan diukur dengan jumlah penduduk yang melek huruf atau tingkat pendidikan yang telah dicapai atau lamanya pendidikan seseorang penduduk.

c. Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluarna per tahun.

Badan Pusat Statistik mengelompokkan capaian IPM menjadi empat kategori, yaitu: kategori sangat tinggi dengan nilai IPM ≥ 80, kategori tinggi dengan nilai 70 ≤ IPM < 80, kategori sedang dengan nilai 60 ≤ IPM < 70, dan kategori rendah dengan nilai IPM < 60. (Badan Pusat Statistik, 2020)

(6)

Indeks pembangunan manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi sebab pembangunan manusia yang baik akan menciptakan Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas dan akan menjadikan faktor-faktor produksi mampu dimaksimalkan. Adapun komponen Indeks Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut : 1) Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata perkiraan berapa banyak waktu atau tahun yang ditempuh oleh seseorang sejak lahir.

2) Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan jumlah tahun yang digunakan dalam menjalankan pendidikan formal.Cakupan penduduk yang dihitung rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir.

3) Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Angka harapan lama sekolah dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Angka harapan lama

(7)

sekolah digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.

4) Pengeluaran Perkapita

Pengeluaran perkapita merupakan pengeluaran yang ditentukandari nilai pengeluaran perkapita dan paritas daya beli.

Rata-rata pengeluaran per kapita setahun. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan.

Perhitungan IPM dilakukan setiap tahun, adapun manfaat perhitungan IPM antara lain (Kusumaningrum, 2018) : 1) Sebagai indikator untuk perbandingan kinerja antar daerah dalam menentukan kualitas pembangunan manusia 2) Sebagai indikator untuk mengetahui perkembangan kinerja pembangunan manusia pada masing-masing komponen 3) Sebagai dasar kebijakan untuk mendorong pemerintah daerah agar terpacu menaikkan peringkatnya melalui pemanfaatan sumberdaya dan penentuan prioritas program peningkatan kualitas hidup manusia 4) Sebagai salah satu kriteria untuk penentuan besarnya alokasi dana bantuan pembangunan manusia dari pusat ke daerah. 5) Sebagai indikator kajian untuk mengukur kinerja kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah terkait dengan hasil-hasil pembangunan lainnya seperti

(8)

pengentasan kemiskinan, pengangguran, peningkatan kesehatan masyarakat dan lainnya

2. Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan

Menurut (Sadono, 2009) Pengeluaran pemerintah yaitu bagian dari kebijakan fiskal, yang merupakan suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah untuk daerah atau regional. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.

Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Menurut (Todaro & Smith, 2011) persyaratan bagi suatu negara dalam meningkatkan produktifitas masyarakat serta kualitas manusianya adalah dengan memenuhi salah satu hak dasar mereka, salah satu hak dasar rakyat adalah mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik. Pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan adalah salah satu cara dalam memenuhi salah satu hak dasar tersebut.

Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai anggaran kesehatan adalah UU No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan

(9)

pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji. Realisasi anggaran pengeluaran pemerintah untuk bidang kesehatan dan pendidikan diharapkan bisa meningkatkan pembangunan manusia (Sanggelorang et al., 2015).

Menurut (Notoatmodjo, 2007) mutu manusia dilihat dari sisi kesehatannya. Karena menurut beliau, kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan adalah salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia. Kekurangan kalori, gizi, karbohidrat, protein, dan lain sebagainya akan membuat derejat kesehatan suatu individu berkurang dan menjadi rendah. Rendahnya derajat kesehatan bagi suatu populasi akan menyebabkan kualitas manusia yang rendah serta tingkat mental yang rendah.

Menurut (Widodo, Adi, dkk, 2012) Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi Undang-Undang Dasar.

Perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera (welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan.

Sementara itu, tingkat kemisikinan akan terkait dengan tingkat kesejahteraan.

(10)

Investasi pemerintah di bidang kesehatan dapat berupa alokasi anggaran untuk membiayai pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dan nonfisik untuk di bidang kesehatan. Pemerintah membangun sarana dan prasarana publik sehingga masyarakat mendapatkan kemudahan akses terhadap pelayanan di sektor kesehatan. Dengan kemudahan masyarakat mendapat akses terhadap layanan kesehatan, maka kebutuhan dasar masyarakat akan kesehatan dapat dipenuhi sehingga kualitas kehidupan masyarakat menjadi meningkat. Dengan mengoptimalkan pengeluaran pemerintah, dalam hal ini khususnya pengeluaran untuk kepentingan kesehatan, maka kualitas kesehatan yang lebih baik dapat dihasilkan sehingga produktivitas yang tinggi akan lebih mudah dicapai.

3. Dana Perimbangan

Menurut (Halim A, 2007) Dana perimbangan merupakan salah satu dana transfer (granst) berasal dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada setiap pemerintah daerah guna untuk membiayai keperluan dan kebutuhan daerah untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk dapat memberikan pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Menurut (Widjaja, 2005) Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan

(11)

masyarakat yang semakin membaik. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan antar pemerintah daerah.

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan ke daerah untuk mendanai kebutuhan dan keperluan daerah dalam melaksanakan dan menjalankan desentralisasi. Komponen dana transfer perimbangan terdiri dari 3, yaitu:

a. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu bagian dari dana transfer perimbangan yang dialokasikan bertujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah dan membiayai kebutuhan segala pengeluarannya. Porsi jumlah DAU terbesar dibandingkan dengan komponen dana perimbangan lainnya. DAU dialokasikan ke daerah atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan akan fiskal daerah yang dikurangi kapasitas fiskal daerah. DAU sebagai unconditional granst penggunaanya lebih fleksibel, sehingga pemanfaatannya dapat meningkatakan belanja daerah yang dapat meningkatkan kesejahteran masyarakat dan mendorong perekonomian daerah (Kurnia, 2013)

b. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

(12)

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegaitan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

c. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentraliasasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil yang berasal dari pajak terdiri dari : a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), b) Pajak Penghasilan (PPh) c) Pajak Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan. Sedangkan Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam terdiri dari : a) kehutanan, b) pertambangan umum, b) perikanan, c) pertambangan minyak dan gas bumi, d) pertambangan panas bumi.

4. Kemiskinan

Kemiskinan adalah seseorang yang secara ekonomis tidak mampu mencukupi kebutuhan dan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran yang dianggap sebagai kebutuhan mendasar dari standar hidup tertentu. Kemiskinan (porper) dalam arti sempit diartikan sebagai keadaan kekurangan barang maupun uang untuk menjamin kebutuhan dasar.

Menurut Badan Pusat Statistik kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi standar minimum

(13)

kebutuhan dasar yang berada di kondisi dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat konsumsi seseorang dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk konsumsi orang perbulan. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan atau dibawah garis kemiskinan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produtivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin merupakan salah satu elemen dalam mengukur Indeks Pembagunan Manusia (IPM) (Rasidin K & Bonar M, 2004).

Menurut Sharp (1996:173-191) dalam (kuncoro, 2006) ada tiga penyebab kemiskinan jika dilihat dari sisi ekonomi. Penyebab yang pertama yaitu kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan kepemilikan sumber daya sehingga menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dengan kualitas yang rendah dan jumlah yang terbatas. Penyebab yang kedua yaitu kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah mengakibatkan produktifitas menjadi rendah sehingga tingkat upah juga rendah.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, adanya diskriminasi atau keturunan. Penyebab yang

(14)

ketiga yaitu kemiskinan muncul akibat adanya perbedaaan akses ke modal (Suryandari, 2017).

Menurut Lanjouw dalam ginting (2008) meneyatakan bahwa pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan serta kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan dengan penduduk tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar mereka.

Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan yang akan berpengaruh terhadap kualitas manusianya.

Menurut (Chriswardani Suryawati, 2010) kemiskinan dalam arti luas memiliki lima konsep yang terpadu yaitu :

a. Kemiskinan (proper) b. Keterasingan (isolation) c. Ketergantungan (dependence) d. Ketidakberdayaan (powerless)

e. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency)

Menurut (Kuncoro, 2014) kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi standar hidup minimum bahkan kebutuhan dasar. Dimana konsumsi dijadikan sebagai dasar pengukuran kemiskinan. Berdasarkan konsumsi ini, garis kemiskinan terdiri dari dua unsur yaitu:

(15)

1) Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari

2) Jumlah kebutuhan lain yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari

Indikator-indikator kemiskinan yang digunakan secara umum adalah pendapatan, tingkat fertilitas, harapan hidup, air bersih, tingkat upah, konsumsi, mortalitas anak usia balita, imunisasi, tingkat kematian ibu, kekurangan gizi anak, tingkat penyerapan anak usia sekolah dasar, proporsi pengeluaran pemerintah untuk pelayanan kebutuhan dasar masyarakat, pemenuhan bahan pangan (kalori/protein), perkembangan penduduk, melek huruf, urbanisasi, pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan (Dewi et al., 2017).

Kemiskinan sendiri memiliki beberapa ukuran untuk menyatakan bahwa terdapat dua ukuran kemiskinan, ukuran-ukuran tersebut yaitu:

1. Kemiskinan mutlak (absolute).

Ukuran kemiskinan mutlak ini seringkali dihubungkan pada tingkat pendapatan dan kebutuhan. Tingkat kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak.

Selanjutnya jika ukuran pendapatan yang diperoleh oleh orang atau keluarga tersebut tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhan minimum, maka orang atau keluarga tersebut dapat dikatakan miskin. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara

(16)

keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis kemiskinan. Konsep ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik (konsumen) terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.

2. Kemiskinan relatif

Ukuran kemiskinan relatif umumnya pada keluarga atau orang yang sudah memiliki tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, namun tingkat pemenuhan kebutuhan dasar minimum tersebut masih jauh dari kebutuhan hidup sederhana maka orang atau keluarga tersebut masih termasuk kategori miskin. Dengan kata lain ukuran kemiskinan relatif ini adalah ukuran yang relatif dan umumnya ditentukan oleh lingkungan sekitar.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah bidang Kesehatan, Dana Perimbangan, dan Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Privinsi Papua Barat. Untuk mengetahui pengaruhnya digunakan analisis regresi data panel, sehingga dapat diketahui dan di analisis bagaimana pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan, Dana Perimbangan, dan Jumlah Penduduk Miskin terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Privinsi Papua Barat.

(17)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Perumusan Hipotesis

Di duga Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan, Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Jumlah Penduduk Miskin berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat tahun 2014-2019.

Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan (X1)

Dana Perimbangan (X2)

• Pembangunan rumah sakit

• BPJS

• Puskesmas

Indeks Pembangunan

Manusia

Jumlah Penduduk Miskin (X3)

• Dana Alokasi Umum

• Dana Alokasi Khusus

• Dana Bagi Hasil

• Pendapatan Rendah

• Tabungan Rendah Pembangunan

Insfrastruktur

• Jalan

• Jembatan

• Produktifitas Rendah

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir  D.  Perumusan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

Kaidah pencacahan adalah suatu kaidah yang digunakan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu kejadian.Dalam kehidupan sehari-hari, kita

Penerimaan dalam masyarakat ialah mereka lebih mudah menerima seseorang berpenampilan agamis (pakaian syar’i) dibandingkan seseorang yang biasa.Selain itu, pada bidang ekomoni dari 5

Tanah yang digunakan untuk menutup lubang bekas penambangan pada TS 1.44 Mapur PT Timah (Persero) Tbk, berasal dari pekerjaan stripping (pengupasan tanah atas),

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam tindak pidana penganiayaan rumusan deliknya dititik beratkan terhadap akibat yang dialami oleh korban yang dilakukan oleh

43 PURWANTO SD NEGERI 1 SUNGAPAN Galur SMP N 1 LENDAH. 44 WAHYU SUDARMOKO SD NEGERI PLERET KIDUL Panjatan SMP N

Berdasarkan pemikiran di atas, maka pada tahun 2015 Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usian Dini, Nonformal dan Informal (BP-PAUDNI) Regional IV telah mengalokasikan anggaran