• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

B A D A N P U S A T S T A T I S T I K KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

kabupaten Humbang Hasundutan

(2)

Sebagai salah satu ukuran kinerja daerah, khususnya dalam hal evaluasi proses pembangunan sumber daya manusianya, maka penyediaan data mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan hal yang sangat penting. Indeks ini akan memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan-kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan penduduk.

Publikasi ini menyajikan informasi komponen-komponen IPM, status dan perkembangan IPM, serta gambaran umum Kabupaten Humbang Hasundutan. Penyajian disertai dengan penjelasan praktis, dan dilengkapi dengan konsep/definisi baku untuk memudahkan pemahaman dan pemanfaatan informasi bagi seluruh pengguna data untuk kemajuan daerah.

Publikasi ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Kami mengharapkan kritik dan saran penyempurnaan dari para pengguna publikasi ini untuk perbaikan edisi yang akan datang.

Doloksanggul, November 2019

Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan

(3)
(4)

Kata pengantar --- i

Daftar Isi --- iii

Daftar Tabel --- v

Daftar Grafik --- vii

1 Konsep dan Pengukuran Pembangunan Manusia 1 Tujuan Pembangunan Manusia 3

Pembangunan Manusia Dalam Agenda Nasional 6

Mengukur Pembangunan Manusia 9

Pemanfaatan IPM Dalam Rencana Pembangunan Daerah 10 Sistem Informasi Pembangunan Manusia 12

Keterbatasan Indeks Pembangunan Manusia 15

2 Pembangunan Manusia Humbang Hasundutan 19 Perubahan Metodologi Penghitungan IPM 19

Perkembangan Pembangunan Manusia 23

Perkembangan Pembangunan Dimensi Kesehatan 25

Perkembangan Pembangunan Dimensi Pendidikan 28

Perkembangan Pembangunan Dimensi Pengeluaran Rumahtangga 29 3 Kapabilitas Dasar Manusia Humbang Hasundutan 33 Kapabilitas Dasar Bidang Kependudukan 35

Kapabilitas Dasar Bidang Kesehatan 40

Kapabilitas Dasar Bidang Pendidikan 43

Kapabilitas Dasar Bidang Ekonomi 45

4 Disparitas Pembangunan Manusia 49

Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan 51

Perbandingan Pembangunan Manusia Antarwilayah 51

Perbandingan Dimensi Kesehatan Manusia Antarwilayah 56

Perbandingan Dimensi Pendidikan Antarwilayah 57

Perbandingan Dimensi Pengeluaran Rumahtangga Antarwilayah 58

5 Kesimpulan 63

(5)
(6)

hal. Tabel 2.1 Simulasi Perbedaan Rata-rata Aritmatik dan Rata-rata

Geometrik

23 Tabel 2.2 Tabel Nilai Pembangunan Manusia Humbang Hasundutan,

2019

24

Tabel 3.1 Rasio Jenis Kelamin (persen), 2015-2019 37

Tabel 3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk, 2018 38

Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2015-2018 42

Lampiran 1 Komoditi Kebutuhan Pokok Sebagai Dasar Penghitungan Daya Beli (PPP)

67 Lampiran 2 IPM Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara,

2015-2019

68 Lampiran 3 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, 2015-2019

69 Lampiran 4 Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, 2015-2019

70 Lampiran 5 Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, 2015-2019

71 Lampiran 6 Pengeluaran per Kapita Menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Sumatera Utara, 2015-2019

(7)
(8)

hal.

Grafik 2.1 Perjalanan Metodologi Penghitungan IPM di UNDP 22

Grafik 2.2 Perkembangan Angka IPM Humbang Hasundutan, 2015-2019 25

Grafik 2.3 Perkembangan Angka Harapan Hidup, 2015-2019 26

Grafik 2.4 Perkembangan Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama

Sekolah (tahun), 2015-2019 28

Grafik 2.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (ribu Rupiah/tahun), 2015-2019

30

Grafik 3.1 Perkembangan Beban Ketergantungan Penduduk, 2015-2019 39

Grafik 3.2 Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan

Tempat Tinggal, 2016-2019 42

Grafik 3.3 Persentase Penduduk Melek Huruf, 2019 44

Grafik 3.4 Persentase Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan

Kontribusi Tertinggi, 2018 46

Grafik 3.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (Rupiah/bulan),

2015-2019 47

Grafik 4.1 Perkembangan Selisih Nilai IPM, 2015-2019 52

Grafik 4.2 Perkembangan Selisih Nilai Angka Harapan Hidup (tahun), 2015-2019

56 Grafik 4.3 Perkembangan Selisih Harapan Lama Sekolah (tahun),

2015-2019

57 Grafik 4.4 Perkembangan Selisih Pengeluaran per Kapita (ribu Rupiah),

2015-2019

(9)

cx

KONSEP DAN PENGUKURAN

PEMBANGUNAN MANUSIA

(10)
(11)

Konsep Pengukuran

Tujuan Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia berarti pertumbuhan yang positif dan perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, dan tingkat kesejahteraan. Hal ini harus terjadi pada semua aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan. Oleh karena itu, fokus utama pembangunan manusia adalah pada manusia dan kesejahteraannya.

Konsep pembangunan manusia memang terdengar berbeda dibanding konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia menekankan pada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup penuh dengan kebebasandan bermartabat. Tidak hanya itu, pembangunan manusia juga berbicara tentang perluasan kapabilitas individu dan komunitas untuk memperluas jangkauan pilihan mereka dalam upaya memenuhi aspirasinya.

Perspektif pembangunan manusia merupakan sebuah pemikiran radikal dalam konsep pembangunan. Perspektif ini menggantikan konsep pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan per kapita yang digunakan oleh perencana kebijakan sebelumnya. United Nation for Development Programme (UNDP) menempatkan manusia sebagai kekayaan bangsa yang sesungguhnya Pertumbuhan ekonomi yang dipandang dari sisi perdagangan, investasi, dan teknologi merupakan hal yang esensial. Akan tetapi, hal itu hanya melihat manusia sebagai alat untuk

(12)

mencapai pertumbuhan, dan bukan sebagai tujuan dari pembangunan.

Pendekatan pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi dan distribusi komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat – pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural – dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.

Untuk menghindari kekeliruan dalam memaknai konsep ini, perbedaan cara pandang pembangunan manusia terhadap pembangunan dengan pendekatan konvensional perlu diperjelas. Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model ‘pertumbuhan ekonomi’ lebih menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input dari proses produksi – sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir. Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang.

(13)

Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto/PDB) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan jangka panjang, yang meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, dan bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Namun demikian, pembangunan ekonomi atau lebih tepat pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena pembangunan ekonomi menjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung melalui dua macam jalur.

Jalur pertama melalui kebijaksanaan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang merupakan prioritas seperti pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran itu merupakan indikasi besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua melalui kegiatan pengeluaran rumah tangga. Dalam hal ini faktor yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan antara kedua variabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja.

(14)

Aspek ini sangat penting karena sesungguhnya, penciptaan lapangan kerja merupakan “jembatan utama” yang mengaitkan antara keduanya.

Pembangunan Manusia Dalam Agenda Nasional

Sustainable Development Goals (SDGs)/ Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (TPB) merupakan agenda pembangunan global yang disepakat negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, hingga tahun 2030. Terdapat tujuh belas tujuan dalam program TPB yaitu:

1. Tanpa Kemiskinan 2. Tanpa Kelaparan

3. Kehidupan Sehat dan Sejahtera 4. Pendidikan Berkualitas

5. Kesetaraan Gender

6. Air Bersih dan Sanitasi Layak 7. Energi Bersih dan Terjangkau

8. Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi 9. Industri, Inovasi, dan Infrastruktur

10. Berkurangnya Kesenjangan

11. Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan 12. Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab 13. Penanganan Perubahan Iklim

14. Ekosistem Lautan 15. Ekosistem Daratan

16. Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh 17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

(15)

Komitmen pemerintah Indonesia dalam mengusung TPB salah satunya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Target-target dalam TPB diseleraskan mencakup: program, kegiatan dan indikator yang dapat dievaluasi, serta mengidentifikasi pembiayaan. Seluruh pemangku kepentingan seperti ormas, filantropi, akademisi, pelaku usaha, dan kepentingan lainnya turut terlibat dalam pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi TPB sesuai spesifikasinya.

(16)

Agenda TPB diusung pemerintah Indonesia dalam Nawacita pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla periode 2014-2019. Secara khusus, isu mengenai pembangunan manusia menjadi salah satu poin penting agenda pemerintah yang terwujud dalam beberapa program seperti pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Sehat, dan Program Indonesia Kerja.

Pemerintah menargetkan pembangunan daerah tertinggal semakin maju dengan meningkatnya IPM pada daerah tertinggal sehingga ketimpangan IPM semakin berkurang dan pemerataan kesejahteraan manusia terus diwujudkan.

Sumber daya manusia yang berkualitas diperoleh dari meningkatnya akses pendidikan berkualitas pada semua jenjang pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, meningkatnya kompetensi siswa di bidang literasi dan sains, meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan pengembangan jaminan kesehatan.

(17)

Mengukur Pembangunan Manusia

Dalam sistem pengukuran dan monitoring pembangunan manusia, idealnya mencakup banyak variabel untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Namun, terlalu banyak indikator akan memberikan gambaran yang membingungkan. Isu ini menjadi perhatian penting dalam pengukuran pembangunan manusia.

Pengukuran pembangunan manusia pertama kali diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. UNDP memperkenalkan sebuah gagasan baru dalam pengukuran pembangunan manusia yang disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sejak saat itu, IPM dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup:

1. umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); 2. pengetahuan (knowledge); dan

(18)

Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Pada laporan pertamanya, UNDP mengukur dimensi kesehatan dengan menggunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan angka melek huruf. Adapun untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.

Pemanfaatan IPM Dalam Rencana Pembangunan Daerah

IPM menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan. Manfaat penting IPM antara lain sebagai berikut:

 Indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam

upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

 Penentuan peringkat atau level pembangunan suatu

wilayah/negara.

 Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain

sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU)

IPM merupakan tingkatan status pembangunan manusia di suatu wilayah akan berfungsi sebagai patokan dasar perencanaan jika dibandingkan:

1. Antarwaktu untuk memberikan gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau

(19)

2. Antarwilayah untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lain

Untuk lebih memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah, sebagai alat ukur komposit, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan. Di sektor perencanaan, pemanfaatan IPM terbatas hanya sebagai patokan dasar. Oleh karena itu, suatu kajian tentang situasi pembangunan manusia perlu dilakukan disuatu wilayah untuk memberikan petunjuk yang lebih jelas tentang arah kebijakan pembangunan di masa yang akan datang.

Dalam konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam pola dasar pembangunan daerah yang akan datang. Hal ini merupakan langkah penting karena IPM menduduki salah satu posisi penting dalam manajemen pembangunan daerah. Kedudukan dan peranan IPM dalam manajemen pembangunan akan lebih terlihat apabila dilengkapi dengan data yang berisikan indikator relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem basis data pembangunan manusia. Sistem basis data tersebut merupakan sumber data utama dalam identifikasi lebih lanjut untuk mengenali lebih dalam permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan upaya dan hasil-hasil serta dampak pembangunan manusia. Identifikasi tersebut dirumuskan ke dalam suatu analisis situasi pembangunan manusia yang mengkaji berbagai kendala dalam implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya dan potensi yang dimiliki

(20)

suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan daerah periode yang akan datang.

Proses ini merupakan kajian untuk menghasilkan rekomendasi implikasi kebijakan pembangunan yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, maka IPM merupakan alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumus kebijakan tentang langkah–langkah pada masa mendatang yang perlu dilakukan.

Sistem Informasi Pembangunan Manusia

Analisis situasi merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan yang lazimnya dilakukan setelah visi dan sasaran jangka panjang ditetapkan. Analisis situasi yang cermat dan menyeluruh akan mempermudah tahapan perencanaan berikutnya yaitu penetapan prioritas dan sasaran jangka menengah dan jangka pendek serta mengidentifikasi pilihan kebijakan untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Dalam kerangka pembangunan manusia, analisis situasi harus dilakukan secara menyeluruh dalam arti mencakup semua aspek yang dianggap berkaitan dengan konsep global pembangunan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam analisis tersebut disebut sebagai isu pembangunan manusia.

IPM sebagai alat ukur status pembangunan manusia sangat sensitif terhadap perubahan yang sedang terjadi, sehingga IPM merupakan sistem informasi pembangunan manusia yang memusatkan perhatian pada kemajuan dan pencapaian program

(21)

sektoral serta kajiannya dengan program nasional. Pada tingkat kabupaten/kota, kajian ini disebut analisis situasi pembangunan manusia karena hanya mengkaji kemajuan dan pencapaian suatu wilayah, sedangkan pada tingkat provinsi kajian ini disebut laporan pembangunan manusia karena juga mengkaji perbandingan kemajuan dan pencapaian antarkabupaten/kota dan indikator yang terhimpun dalam sistem informasi pembangunan manusia dan diperkaya dengan permasalahan yang spesifik daerah yang dikemukakan.

Data yang terhimpun dalam sistem informasi pembangunan manusia adalah data yang dapat menggambarkan status pembangunan manusia pada tahun yang bersangkutan dan pencapaiannya. Pada tahun–tahun berikutnya, setiap tahun akan diperbaharui data-datanya sehingga pemantauan tentang upaya pembangunan manusia dapat dilakukan berkesinambungan setiap tahun.

Pemanfaatan data yang dihasilkan BPS untuk perencanaan secara intensif baru dilakukan di tingkat pusat. Di tingkat provinsi pemanfaatan data statistik belum seintensif yang dilakukan oleh BPS di tingkat pusat, terlebih lagi pemanfaatan di tingkat kabupaten/kota yang sangat sedikit. Hal ini terjadi karena dalam sistem pengumpulan data BPS sangat jarang dihasilkan data yang terpadu yang dapat mengkaitkan berbagai macam variabel agar dapat mengungkapkan fenomena dan perkembangan yang terjadi secara representatif untuk tingkat kabupaten/kota.

(22)

Sejak 1993, BPS telah merancang Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) agar menjadi suatu alat untuk mengkaji dan memantau pelaksanaan pembanguan sektor sosial atau kesejahteraan rakyat serta pencapaian pembangunan manusia pada tingkat kabupaten dan kota setiap tahun. Selain itu, data Susenas dapat digunakan untuk mengkaji kaitan antarvariabel sektoral misalnya kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan, pengeluaran, dan konsumsi rumah tangga untuk dapat mengungkapkan perkembangan fenomena tertentu misalnya perkembangan atau peningkatan kualitas hidup yang setiap tahun di masing-masing kabupaten/kota.

Pemanfaatan secara optimal dari data yang dihasilkan oleh BPS kabupaten/kota akan sangat membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah. Data yang semestinya dimanfaatkan dalam pembagunan daerah bukan saja data bidang sosial, tetapi juga data bidang ekonomi seperti PDRB, dan statistik keuangan daerah yang bersama data pencatatan administrasi hasil pelayanan instansi sektoral akan memperkaya ketersediaan data dan kajian yang diperlukan para pengambil keputusan dan perumusan kebijakan di tingkat daerah. Dalam konteks ini, badan perencanaan pembangunan daerah (provinsi/kabupaten/kota) memerlukan dukungan BPSprovinsi maupun kabupaten/kota dalam hal penyediaan data dan kajian yang diperlukan dalam penyusunan dan merancang program pembangunan. Karena itu, adalah penting untuk mendayagunakan data yang dihasilkan oleh BPS.

(23)

Selain manfaat yang dimilikinya, IPM juga mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:

1. Sangat sulit mengukur pembangunan manusia dalam arti luas hanya dengan satu indeks komposit, tak peduli sebanyak apapun komponen indikatornya (apalagi jika diingat bahwa semakin banyak variabel yang dimasukkan ke dalam indeks komposit tersebut semakin tinggi pula kemungkinan besarnya kesalahan).

2. IPM juga masih mempunyai kelemahan dari segi data dan arti. Kelemahan yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah tidak memiliki arti tersendiri secara individual. Jelasnya, IPM suatu negara, provinsi atau kabupaten/kota tidak bermakna tanpa dibandingkan dengan IPM negara, provinsi atau kabupaten/kota lainnya.

3. IPM belum mempertimbangkan kesetaraan gender. Untuk menanggapi masalah ini, UNDP menyusun dua indeks turunan IPM yaitu IPG dan IDG.1

Sementara untuk mempertimbangkan kemiskinan, disusunlah IKM2

IPG disusun dari angka harapan hidup; angka melek huruf; rata-rata lama sekolah; rata-rata upah buruh non pertanian; dan sumbangan pendapatan (dalam persen). Sedangkan IDG disusun dari data keterwakilan dalam parlemen; proporsi dari manajer, staf administrasi, pekerja profesional dan teknisi; persentase aktif secara ekonomi (proporsi dari angkatan kerja); serta upah di bidang non pertanian. Masing-masing indikator penyusun IPG dan IDG tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin (menggunakan data laki-laki dan perempuan).

2IKM dibangun oleh tiga komponen yaitu peluang suatu populasi untuk tidak bertahan hidup

sampai umur 40 tahun , indikator kedua diukur dengan angka buta huruf penduduk umur Keterbatasan Indeks Pembangunan Manusia

(24)

Tinggi rendahnya nilai IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Proses desentralisasi tampaknya telah membuka potensi-potensi wilayah untuk berkembang secara aktif dan mandiri. Kompetisi antarwilayah makin dinamis sebagai ajang adu kebijakan pembangunan manusia yang efektif dan efisien.

Otonomi daerah diharapkan mampu mengurangi kesenjangan capaian pembangunan manusia antarkota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia. Wilayah perkotaan yang sarat dengan fasilitas pembangunan memiliki capaian pembangunan manusia yang lebih tinggi dibanding daerah-daerah di sekitarnya. Daya tarik kota membawa dampak pada berpindahnya penduduk yang lebih berkualitas ke kota. Sebagai dampaknya, daerah-daerah penyangga dan wilayah kabupaten memiliki capaian pembangunan yang relatif rendah. Melalui otonomi daerah, diharapkan masing-masing daerah mampu mengembangkan program-program yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah sehingga kualitas pembangunan manusianya dapat ditingkatkan.

Namun perlu disadari, perubahan atau peningkatan angka IPM tidak bisa terjadi secara instan. Pembangunan manusia merupakan sebuah proses dan tidak bisa diukur dalam waktu singkat. Berbeda dengan pembangunan ekonomi pada umumnya, hasil pembangunan pendidikan dan kesehatan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Untuk itu, program-program pembangunan manusia harus

dewasa [15 tahun keatas], serta keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar [meliputi akses terhadap air bersih, akses terhadap sarana kesehatan, dan persentase balita dengan status gizi kurang].

(25)

dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus dipantau pelaksanaannya sehingga lebih terarah.

(26)

PEMBANGUNAN MANUSIA HUMBANG

HASUNDUTAN

IPM

RATA-RATA LAMA SEKOLAH

PENGELUARAN PER KAPITA

(27)
(28)

Perubahan Metodologi Penghitungan IPM

Awalnya, UNDP memperkenalkan suatu indeks komposit yang mampu mengukur pembangunan manusia. Ketika diperkenalkan pada tahun 1990, mereka menyebutnya sebagai Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang kemudian secara rutin dipublikasikan setiap tahun dalam Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report). Kala itu, IPM dihitung melalui pendekatan dimensi umur panjang dan hidup sehat yang diproksi dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi pengetahuan yang diproksi dengan angka melek huruf dewasa ,serta dimensi standar hidup layak yang diproksi dengan PDB per kapita. Untuk menghitung ketiga dimensi menjadi sebuah indeks komposit, digunakan rata-rata aritmatik.

Setahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan penghitungan IPM dengan menambahkan variabel rata-rata lama sekolah ke dalam dimensi pengetahuan. Akhirnya, terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

Terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan, UNDP memberi bobot untuk keduanya. Indikator angka melek huruf diberi bobot dua per tiga, sementara indikator rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga. Hingga tahun 1994, keempat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM masih cukup relevan. Namun akhirnya, pada tahun 1995 UNDP kembali melakukan penyempurnaan metode penghitungan IPM. Kali ini, UNDP mengganti variabel rata-rata lama sekolah menjadi gabungan angka partisipasi kasar. Pembobotan tetap dilakukan dengan metode yang sama seperti sebelumnya.

(29)

Pemutakhiran Metodologi

Grafik 2.1 Perjalanan Metodologi Penghitungan IPM di UNDP

Pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini perubahan drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut perubahan yang dilakukan pada penghitungan IPM sebagai metode baru. Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan. Indikator Angka Partisipasi Kasar gabungan (Combine Gross Enrollment

Ratio) diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling). Indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti

dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara penghitungan juga ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik untuk menghitung indeks komposit.

Catatan

AHH: Angka Harapan Hidup saat lahir; APK: Angka Partisipasi Kasar. AMH: Angka Melek Huruf HLS: Harapan Lama Sekolah RLS: Rata-rata Lama Sekolah PNB: Produk Nasional Bruto PDB: Produk Domestik Bruto

1990 Launching:

 Kompo

nen IPM yang digunakan AHH, AMH, PDB perkapita  Metode agregasi menggunakan rata-rata aritmatik 1990 1991 Penyempurnaan:

Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, RLS, PDB per kapita

2011 Penyempurnaan: Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari tahun 2008 menjadi 2005 1995 Penyempurnaan: Komponen IPM yang digunakan AHH, AMH, Kombinasi APK, dan PDB per kapita 2010 UNDP mengubah metodologi:  Komponen IPM yang digunakan AHH, RLS, HLS, dan PNB per kapita  Metode agregasi menggunakan rata-rata geometrik 2010 2014 Penyempurnaan:

1. Mengganti tahun dasar PNB per kapita dari 2005 menjadi 2011

2. Mengubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik

(30)

Kesehatan Pendidikan Hidup Layak Standar Rata-rata Aritmatik Geometrik Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5)

3 3 3 3,00 3,00

2 3 4 3,00 2,88

1 3 5 3,00 2,47

Perubahan yang dilakukan UNDP tidak hanya sebatas itu, UNDP juga menyempurnakan penghitungan metode baru. UNDP merubah tahun dasar penghitungan PNB per kapita dari 2008 menjadi 2005. Tiga tahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan kembali penghitungan metode baru. Kali ini, UNDP merubah metode agregasi indeks pendidikan dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik dan tahun dasar PNB per kapita. Serangkaian perubahan yang dilakukan UNDP bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit yang cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia.

Perkembangan Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia merupakan isu strategis bagi perekenomian sehingga capaiannya perlu dipantau

Pada dasarnya, perubahan metodologi penghitungan IPM didasarkan pada alasan yang cukup rasional. Suatu indeks komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan pemilihan metode dan variabel yang tepat, indeks yang dihasilkan akan cukup relevan. Namun, alasan utama yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM setidaknya ada dua.

(31)

Pemutakhiran Metodologi

Indeks pembangunan manusia di Humbang Hasundutan pada tahun 2019 telah mencapai 68,83 dan berstatus “sedang”. Pada tingkat regional, capaian pembangunan manusia cukup bervariasi. Capaian pembangunan manusia tertinggi berada di Kota Medan dengan IPM sebesar 80,97. Sementara capaian pembangunan manusia terendah berada di Kabupaten Nias Barat dengan IPM sebesar 61,14.

Tabel 2.2 Tabel Nilai Pembangunan Manusia Humbang Hasundutan, 2019

Komponen Nilai

IPM

68,83

Tahun

Angka Harapan Hidup

69,06

Tahun

Harapan Lama Sekolah

13,27

Tahun

Rata-rata Lama Sekolah

9,53

Tahun Pendapatan per Kapita

7.902

juta Rp

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2019 manusia Humbang Hasundutan diharapkan memiliki harapan hidup di kisaran 69 tahun. Harapan lama sekolah bagi penduduk usia 7 tahun di Humbang Hasundutan selama 13 tahun.

Selama periode lima tahun terakhir (2015-2019) angka IPM manusia Humbang Hasundutan terus mengalami peningkatan.

(32)

salah satu bukti bahwa ada improvement/peningkatan kualitas hidup yang dilakukan pemerintah setempat bagi masyarakatnya.

Grafik 2.2 Perkembangan Angka IPM Humbang Hasundutan, 2015-2019

Tahun 2015 anggka IPM Humbang Hasundutan berada pada nilai 66,03; tahun sebesar 2016 66,56; tahun 2017 sebesar 67,30; tahun 2018 sebesar 67,96; dan tahun 2019 sebesar 68,83.

Secara rinci, perkembangan dari dimensi-dimensi pembentuk angka pembangunan manusia Humbang Hasundutan dirinci dalam penjelasan-penjelasan di bawah ini.

Perkembangan Pembangunan Dimensi Kesehatan

Umur harapan hidup saat lahir merupakan indikator yang dapat mencerminkan derajat kesehatan suatu wilayah, baik dari sarana prasarana, akses, hingga kualitas kesehatan. Pada tahun 2019, pertumbuhan umur harapan hidup saat lahir di Sumatera Utara sebesar 0,54 persen, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang

66,03 66,56

67,30

67,96

68,83

(33)

Pemutakhiran Metodologi

hanya 0,06 persen. Sementara angka harapan hidup Humbang Hasundutan meningkat dari 68,69 tahun di tahun 2018 menjadi 69,06 tahun di tahun 2019.

Grafik 2.3 Perkembangan Angka Harapan Hidup (tahun) Humbang Hasundutan, 2015-2019

Perkembangan umur harapan hidup saat lahir dari tahun 2015 sampai 2019 cenderung meningkat. Secara rata-rata, umur harapan hidup tumbuh sebesar 0,25 persen per tahun selama tahun 2015-2019. Hal ini menunjukkan harapan bayi yang baru lahir untuk hidup semakin besar karena membaiknya derajat kesehatan masyarakat. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, diantaranya kemajuan teknologi di bidang kesehatan, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta kepedulian masyarakat terhadap gaya hidup sehat.

68,10 68,26

68,41

68,69

69,06

(34)
(35)

Pemutakhiran Metodologi

Perkembangan Pembangunan Dimensi Pendidikan

Dimensi pengetahuan dalam penghitungan IPM merupakan agregasi dari angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Angka harapan lama sekolah menghitung pendidikan dari usia 7 tahun ke atas, sedangkan rata-rata lama sekolah menghitung dari usia 25 tahun ke atas. Pada tahun 2019, pertumbuhan harapan lama sekolah di Sumatera Utara sebesar 0,08 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar 0,31 persen. Sedangkan pertumbuhan rata-rata lama sekolah di Sumatera Utara sebesar 1,18 persen, meningkat pesat jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang sebesar 0,97 persen.

Harapan lama sekolah di Humbang Hasundutan di tahun 2019 sebesar 13,27 tahun naik 0,02 poin dibanding tahun 2018 dengan 13,25 tahun. Rata-rata lama sekolah di Humbang Hasundutan di tahun 2019 sebesar 9,53 tahun naik 0,18 poin dibanding tahun 2018 dengan 9,28 tahun.

Grafik 2.4 Perkembangan Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah (tahun), Humbang Hasundutan 2015-2019

13,15 13,21 13,24 13,25 13,27

8,90 8,91 9,10 9,28 9,53

2015 2016 2017 2018 2019

(36)

Pertumbuhan rata-rata lama sekolah sebagai indikator pengetahuan di tahun 2019 cukup signifikan. Namun secara umum, pertumbuhan indikator pengetahuan di Kabupaten Humbang Hasundutan hanya mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2015 hingga 2019. Secara rata-rata, angka harapan lama sekolah tumbuh sebesar 1,44 persen per tahun selama tahun 2015-2019. Sedangkan harapan lama sekolah rata-rata tumbuh sebesar 0,21 persen per tahun untuk periode yang sama. Kedua indikator ini menggambarkan capaian

(stock) dan penambahan (flow) sumber daya manusia berkualitas di

suatu wilayah

Perkembangan Pembangunan Dimensi Pengeluaran Rumah Tangga

Standar hidup layak diwakili oleh indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan, mencerminkan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa. Agar kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah menjadi terbanding, perlu dibuat standarisasi. Misalnya, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta Selatan. Dengan adanya standarisasi ini, maka perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat dibandingkan. Pada tahun 2019, pertumbuhan pengeluaran per kapita di Sumatera Utara sebesar 2,48 persen, mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 3,54 persen.

(37)

Pemutakhiran Metodologi

Grafik 2.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (ribu Rupiah/tahun) Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015-2019

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan di Sumatera Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Selama lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan pengeluaran per kapita Sumatera Utara meningkat sebesar 2,55 persen per tahun. Tahun 2015, pengeluaran per kapita penduduk berkisar 9,56 juta Rupiah per tahun kemudian di tahun 2019 meningkat mencapai 10,40 juta Rupiah. Sebagai catatan pengeluaran perkapita di sini adalah pengeluaran per kapita dengan tahun dasar 2012 yang sudah disesuaikan antar daerah (pengeluaran perkapita disesuaikan). Searah dengan Sumatera Utara, pengeluaran per kapita penduduk Humbang Hasundutan peningkatan dari sebesar 6,88 juta Rupiah per tahun 2015 menjadi 7,90 juta Rupiah per tahun di 2019, meningkat 3,56 persen dari tahun 2018 ke 2019.

6.889 7.135 7.412 7.630 7902 2015 2016 2017 2018 2019

(38)
(39)

POTRET KAPABILITAS DASAR

MANUSIA HUMBANG HASUNDUTAN

(40)
(41)

Potret Kapabilitas Dasar Manusia

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya, sehingga tujuan utama pembangunan manusia adalah memperluas pilihan-pilihan yang dimiliki manusia.

Kapabilitas Dasar Bidang Kependudukan

Penduduk merupakan sumber daya yang harus ditingkatkan kualitasnya karena penduduk sebagai pelaksana dan juga sebagai sasaran dari pembangunan. Penduduk yang berkualitas tinggi akan menjadi aset dalam menunjang keberhasilan pembangunan, sebaliknya penduduk yang berkualitas rendah akan menjadi beban bagi pembangunan. Oleh karena itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan maka perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 pasal 3 ayat 1 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan. Lebih lanjut pasal 4 ayat 1 menyebutkan tujuan dari perkembangan kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.

(42)

Komposisi penduduk menurut struktur umur penduduk merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana beban tanggungan penduduk. Ketidakseimbangan komposisi antara kelompok umur produktif dengan non produktif akan menyebabkan permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya. Demikian juga halnya dengan distribusi atau penyebaran penduduk antarwilayah, sangat dipengaruhi oleh tingkat pemerataan hasil pembangunan. Tingkat pemerataan hasil pembangunan akan mempengaruhi penyebaran dan tingkat kepadatan penduduk. Penduduk biasanya akan melakukan migrasi ke wilayah yang terdapat fasilitas-fasilitas yang lebih baik dibanding wilayah yang ditempati sebelumnya.

Aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan penduduk seperti arus migrasi, angka kelahiran, dan kematian. Ketiga komponen ini turut serta dalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan politik serta pertahanan.

Data kependudukan sangat dibutuhkan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Dari data kependudukan dapat dibuat berbagai perencanaan kebutuhan fasilitas penunjang kesejahteraan masyarakat, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, dan fasilitas lainnya. Data kependudukan yang terkait, diantaranya data tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, kepadatan dan penyebaran penduduk serta data struktur umur penduduk.

(43)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

Jumlah penduduk Humbang Hasundutan pada keadaan Juni 2010 adalah 172.326 jiwa terdiri dari 85.448 jiwa laki-laki dan sebanyak 86.838 jiwa perempuan. Mengikuti tren tingkat kelahiran, kematian dan migrasi, maka sampai dengan tahun 2019 jumlah penduduk Humbang Hasundutan masih terus meningkat. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pertengahan tahun, jumlah penduduk Humbang Hasundutan tahun 2019 mencapai 188.480 jiwa terdiri dari 93.612 jiwa laki-laki dan sebanyak 94.868 jiwa perempuan.

3.1.1. Rasio Jenis Kelamin

Besar kecilnya rasio jenis kelamin dipengaruhi oleh pola mortalitas dan migrasi penduduk suatu daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut. Jumlah penduduk perempuan Kabupaten Humbang Hasundutan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki terlihat dari rasio jenis kelamin di tahun 2019 berada di bawah nilai 100 yaitu 98,53 persen.

Tabel 3.1 Rasio Jenis Kelamin (persen), 2015-2019

Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 (1) (3) (4) (5) (6) (7) Humbang Hasundutan 98,47 98,56 98,63 98,68 98,53 Tapanuli Utara 97,85 97,72 97,62 97,73 97,62 Toba Samosir 98,58 98,55 98,69 98,59 98,87 Dairi 99,79 99,85 99,80 99,83 99,68 Samosir 98,43 98,90 98,93 98,69 98,66 SUMATERA UTARA 99,59 99,60 99,60 99,60 99,57

(44)

Secara umum, jumlah penduduk perempuan di Provinsi Sumatera Utara memang lebih banyak dibanding penduduk laki-laki dengan rasio jenis kelamin 99,57 persen. Fenomena tersebut terjadi hampir merata di banyak kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.

3.1.2. Penyebaran Penduduk

Persebaran penduduk di kabupaten Humbang Hasundutan termasuk belum merata, masih terpusat di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Doloksanggul dengan 26,19 persen penduduk berdomisili di kecamatan ini. Sementara dari segi kepadatan penduduk, kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Baktiraja dengan kisaran 319 penduduk di setiap km2. Hal ini agak berbeda dengan asumsi umum bahwa wilayah dengan populasi terbesar otomatis memiliki kepadatan terbesar, dalam hal ini kecamatan Baktiraja memiliki wilayah terkecil sehingga 7.236 penduduk yang bermukim di kecamatan tersebut menjadi cukup padat.

Tabel 3.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk, 2019

Kecamatan Penduduk Jumlah Distribusi (%) Kepadatan (%) (1) (2) (3) (4) Pakkat 25 110 13,20 65,79 Onan Ganjang 10 694 5,62 48,05 Sijamapolang 5 509 2,90 39,30 Doloksanggul 50 242 26,42 240,05 Lintong Nihuta 32 306 16,93 177,70 Paranginan 13 425 7,06 280,98 Baktiraja 7 329 3,85 328,36 Pollung 19 527 10,27 59,65 Parlilitan 18 410 9,68 25,30 Tarabintang 7 734 4,07 31,89 HUMBANG HASUNDUTAN 190 186 100,00 75,99

(45)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

3.1.3. Struktur Umur dan Ketergantungan

Ada tiga pengelompokan penduduk berkenaan dengan kaitan antara struktur umur dan kemampuan berproduksi secara ekonomi. Pertama, kelompok penduduk usia muda, yaitu penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (0-14 tahun). Kedua, kelompok penduduk usia produktif, yaitu penduduk yang berumur 15-64 tahun. Terakhir, kelompok penduduk usia tua, yaitu penduduk yang berumur 65 tahun ke atas.

Angka Beban Ketergantungan menggambarkan persentase penduduk yang ditanggung usia produktif dengan membandingkan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah penduduk usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas). Penduduk dengan usia produktif diharapkan menjadi tulang punggung dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah, sehingga beban ketergantungan yang besar secara tidak langsung berpengaruh terhadap laju perekonomian.

Grafik 3.1 Perkembangan Beban Ketergantungan Penduduk, 2015-2019

83,05 87,76 82,56 82,10 81,72 80,96 70,00 80,00 90,00

(46)

Angka beban ketergantungan penduduk Humbang Hasundutan adalah 81,15 persen; artinya setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung sekitar 81 (81,15) jiwa penduduk usia non produktif. Angka ini cukup tinggi mengingat perbandingan penduduk produktif dibanding non produktif hampir seimbang. Fenomena yang mempengaruhi kejadian tersebut salah satunya adalah para pemuda atau penduduk dalam usia produktif cenderung memilih untuk merantau keluar kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan pendidikan yang lebih baik ataupun mencari kesempatan pekerjaan.

Kapabilitas Dasar Bidang Kesehatan

Salah satu komponen dalam penentuan kualitas hidup manusia adalah kesehatan. Kualitas hidup manusia tergantung dari derajat kesehatannya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang.

Keberhasilan dalam melakukan pembangunan di bidang kesehatan ditandai dengan penduduk yang hidup dengan perilaku dan berada dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan tinggi. Hal ini tercantum dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJK) 2005-2025.

(47)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

Derajat kesehatan penduduk dapat diukur dari angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Angka mortalitas menunjukkan jumlah satuan kematian per 1000 jiwa per tahun. Morbiditas adalah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan.

3.1.4. Kondisi Lingkungan dan Perumahan

Secara umum, penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan yang tempat tinggalnya berstatus milik sendiri persentasenya cukup tinggi dengan nilai 82,61 persen di tahun 2019. Angka ini bergerak agak fluktuatif dari tahun 2015 dengan 80,47 persen penduduk yang berstatus penguasaan tempat tinggal milik sendiri, kemudian tahun 2016 sebesar 83,79 persen, tahun 2017 sebesar 75,57 persen, dan tahun 2018 sebesar 80,45 persen.

Status penguasaan tempat tinggal terbesar kedua adalah Kontrak dan Bebas Sewa. Termasuk ke dalam kategori ini adalah rumah warisan dari orangtua atau keluarga yang belum diserahterimakan secara hukum/legal namun penguasaannya berada pada tangan yang menempati rumah tanpa ada kewajiban membayar sewa. Pada tahun 2015 penduduk dengan status tempat tinggal bebas sewa sebesar 15,48 persen, kemudian tahun 2016 menjadi 11,21 persen, kembali naik di tahun 2017 dengan 19,45 persen, di tahun 2018 menjadi 11,97 persen, dan tahun 2019 menjadi 11,51.

(48)

Grafik 3.2 Persentase Rumahtangga Menurut Status Kepemilikan Tempat Tinggal, 2016-2019

3.1.5. Akses Medis

Fasilitas kesehatan merupakan penunjang penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Kehidupan masyarakat yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses fasilitas kesehatan.

Tabel 3.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2015-2018

Fasilitas Kesehatan 2015 2016 2017 2018

(1) (2) (3) (4) (5)

Rumah sakit umum 1 1 1 1

Rumah bersalin 4 4 4 4

Puskesmas & Pustu 35 35 35 35

Poskesdes 167 167 159 159 Posyandu 243 249 249 253 M… B… 2017 2016 2018 2019 83,79 75,57 80,45 84,89 16,21 24,43 19,55 15,11

(49)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

Kapabilitas Dasar Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial-ekonomi suatu daerah.

Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Program pembangunan pendidikan nasional yang dilakukan saat ini telah mempertimbangkan kesepakatan-kesepakatan internasional seperti pendidikan untuk semua (education for all), konvensi hak anak (convention on the right

of child) dan Millenium Development Goals (MDGs) yang secara jelas

menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara penanggulangan kemiskinan, peningkatan keadilan sosial, dan lainnya.

Program atau kebijaksanaan pemerintah dewasa ini dalam bidang pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk dapat sekolah. Dengan demikian diharapkan tingkat pendidikan masyarakat akan lebih baik dan utamanya tingkat melek huruf

(50)

terutama pada penduduk usia sekolah (7-18 tahun) akan mencapai 100 persen. Sejauh mana program ini berhasil dilaksanakan tercermin dari profil pendidikan penduduk yang akan dibahas dalam uraian berikut, meliputi status pendidikan formal dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

Indikator makro mendasar dari keberhasilan pendidikan dalam kemampuan membaca dan menulis adalah tingkat melek huruf untuk penduduk 10 tahun ke atas, karena kemampuan membaca dan menulis seseorang berhubungan dengan kemampuannya menyerap ilmu pengetahuan. Ketidakmampuan membaca dan menulis disebut buta huruf.

Grafik 3.3 Persentase Penduduk Melek Huruf, 2019

Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk kabupaten dengan persentase melek huruf tinggi hal ini berbanding lurus dengan tingginya persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang pernah mengikuti/sedang mengikuti pendidikan setingkat sekolah dasar dengan 91,19 persen memiliki ijazah SD dan 8,81 persen tidak memiliki ijazah SD.

99,32

0,68

(51)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

Kapabilitas Dasar Bidang Ekonomi

Kapabilitas seseorang dalam ekonomi seringkali terbentur dengan kemiskinan. Uang memiliki arti penting untuk memperluas pilihan, terutama bagi penduduk miskin. Faktor kemiskinan dapat menghambat berbagai aspek dalam kehidupan diantaranya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan yang memadai, padahal kedua aspek tersebut merupakan kapabilitas dasar dalam pembangunan manusia. Sayangnya menanggulangi kemiskinan bukan perkara yang mudah karena terkait dengan berbagai dimensi kehidupan yang saling berpengaruh satu sama lain.

Pengeluaran atau pendapatan telah memberikan sedikit gambaran mengenai ukuran pembangunan. Pembangunan manusia adalah perluasan kebebasan nyata yang dinikmati oleh manusia. Kebebasan salah satunya bergantung pada faktor ekonomi yang didalamnya terkandung makna adanya kesetaraan atau pemerataan (UNDP, 1996).

3.1.6. Struktur Perekonomian Daerah

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan wilayah dengan penduduk bermata pencaharian utama dari bidang pertanian. Wilayah agraris tersebut menyumbang 43,41 persen bagi PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan. Meski berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, kaum petani didominasi oleh petani gurem yang memiliki lahan dengan luas lahan kurang dari 500 meter persegi, namun secara

(52)

keseluruhan, sektor lapangan usaha masih menjadi sumber pencaharian utama masyarakat Humbang Hasundutan.

Grafik 3.4 Persentase Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha dengan Konstribusi Tertinggi, 2019

Grafik di atas menampilkan urutan lapangan usaha dengan kontribusi terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto. Konstributor tertinggi adalah Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan 43,41 persen; diikuti lapangan usaha Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor dengan 15,51 persen; di posisi tiga lapangan usaha Konstruksi dengan 14,66 persen, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib dengan 11,25 persen, lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 3,38 persen; dan lapangan usaha lainnya 11,79 persen.

43,41

15,51 14,66

11,25

3,38 11,79

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi

Administasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

(53)

Potret Kapabilias Dasar Manusia

3.1.7. Pengeluaran per Kapita Penduduk

Pola pengeluaran penduduk dapat menggambarkan sejauh mana tingkat pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pada dasarnya jika pola pengeluaran masih didominasi oleh konsumsi makanan dan minuman artinya wilayah tersebut masih merupakan wilayah berkembang. Sebaliknya jika pola pengeluaran didominasi komoditi non makanan maka penduduk di wilayah tersebut bisa dianggap lebih maju.

Grafik 3.5 Perkembangan Pengeluaran per Kapita (Rupiah/Bulan), 2015-2019

Pengeluaran penduduk untuk kategori makanan dan non makanan untuk masyarakat Humbang Hasundutan sama-sama meningkat dan didominasi pengeluaran untuk makanan. Posisi pengeluaran untuk non makanan masih lebih kecil atau hanya 39,55 persen dibandingkan pengeluaran makanan sebesar 60,02 persen dari total pengeluaran rumahtangga.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang diadakan setiap tahun, pada tahun 2015 Rp 380.822 per kapita

380.822,00 425.510,00 470.711,00 517.024,46 487.650,00 232.546,00 277.923,00 308.059,00 338.237,45 324.869,00 2015 2016 2017 2018 2019

(54)

per bulan untuk komoditi makanan dan 232.546 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2016 Rp 425.510 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan 277.923 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2017 Rp 470.711 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan Rp 308.059 per kapita untuk komoditi non makanan. Tahun 2018 Rp 517.024 per kapita per bulan untuk komoditi makanan dan Rp 338.237 per kapita per bulan untuk komoditi non makanan.

(55)

DISPARITAS

PEMBANGUNAN MANUSIA

(56)
(57)

Disparitas Pembangunan Manusia

Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan

Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada garis 20

1’-2028’ Lintang Utara dan 98010’– 98058’Bujur Timur, dengan

ketinggian 330-2.075 m di atas permukaan laut. Luas wilayah 251.765,93 ha terdiri dari 250.271,02 ha daratan dan 1.494,91 ha danau. Berdasarkan letak geografisnya terhadap Provinsi Sumatera Utara, kabupaten ini berada di tengah-tengah dengan batas-batas teritorialnya sebagai berikut.

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Samosir Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat

Secara administrasi, sejak dimekarkan tahun 2003, Kabupaten Humbang Hasundutan di tahun 2017 terdiri dari sepuluh kecamatan dengan 153 desa dan 1 kelurahan. Ibukota kabupaten adalah Kecamatan Doloksanggul.

Perbandingan Pembangunan Manusia Antarwilayah

Kesenjangan pembangunan antarwilayah dalam jangka panjang bisa memberikan dampak pada kehidupan sosial masyarakat yang secara langsung juga mempengaruhi kualitas manusianya. Oleh sebab itu, perbandingan pencapaian pembangunan manusia antar wilayah menjadi sangat penting sebagai dasar evaluasi pemerintah dalam perumusan kebijakan

(58)

yang selanjutnya digunakan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia.

Selama kurun waktu lima tahun, kesenjangan pembangunan manusia tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara masih cukup tinggi namun cenderung semakin menyempit. Kesenjangan antara IPM kabupaten/kota tertinggi dan terendah selisihnya yaitu 19,83. Kesenjangan di tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara selama empat tahun terakhir terjadi antara Kota Medan (tertinggi) dengan Kabupaten Nias Barat (terendah).

Grafik 4.1 Perkembangan Selisih Nilai IPM , 2015-2019

Hal yang lebih menarik jika membandingkan pencapaian pembangunan manusia antarkabupaten dan kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa kota memiliki daya tarik tersendiri dibanding kabupaten. Kota menyediakan berbagai macam fasilitas yang memadai sehingga masyarakat dapat melakukan aktivitas dengan mudah. Kemudahan akses yang tersedia di kota cukup banyak, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.

20,62

20,31 20,42

20,23

19,83

(59)

Disparitas Pembangunan Manusia

Oleh karena itu, secara fisik umumnya kota jauh lebih maju dibanding kabupaten.

Di tahun yang sama, perbedaan kemajuan antara kota dengan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara begitu terlihat. Kota yang telah berstatus pembangunan manusia “tinggi” telah mencapai 75 persen. Sementara di wilayah kabupaten, hanya 48 persen kabupaten yang telah berhasil mencapai status pembangunan manusia “tinggi”. Ditambah lagi, masih terdapat sekitar 52 persen kabupaten yang berstatus pembangunan manusia “sedang”. Tetapi, tidak terdapat kota dengan status pembangunan manusia “rendah”.

(60)

Fenomena kesenjangan di kota dan kabupaten juga terjadi pada semua dimensi pembangunan manusia, baik kesehatan, pendidikan, maupun standar hidup yang layak. Selama tahun 2017 hingga 2019, kesenjangan yang terjadi di kabupaten lebih kecil bila dibanding dengan kesenjangan yang terjadi di kota. Hal ini terjadi

Kota

Kabupaten

IPM 74,92

Kab. Toba Samosir

Kota Gunung Sitoli

IPM 69,30

Kota Medan

IPM 80,97

IPM 61,14

(61)

Disparitas Pembangunan Manusia

pada semua dimensi, kecuali dimensi pendidikan. Fenomena yang menarik justru terjadi pada dimensi pengeluaran per kapita dimana kesenjangan yang terjadi di kabupaten lebih tinggi bila dibandingkan dengan kesenjangan yang terjadi di kota.

Diantara ketiga dimensi pembangunan manusia, nampaknya dimensi standar hidup yang layak memiliki fenomena yang cukup

Tinggi

70 ≤ IPM < 80

Sangat Tinggi

IPM > 80

Sedang

60 ≤ IPM < 70

Rendah

IPM < 60 Kategori IPM

-

-75%

48%

25%

52%

(62)

-menarik. Kesenjangan pengeluaran per kapita yang terjadi di kota lebih tinggi dibandingkan dengan kesenjangan yang terjadi di kabupaten dengan angka yang hampir mendekati. Namun perkembangan kesenjangan keduanya selama empat tahun justru cenderung semakin memburuk. Dengan demikian, dimensi ini juga perlu mendapat perhatian khusus agar kesenjangan pembangunan manusianya tidak semakin melebar.

Perbandingan Dimensi Kesehatan Antarwilayah

Seiring dengan kesehatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara yang semakin membaik, kesenjangan kesehatan antarkabupaten/kota pun semakin mengecil. Hal ini dapat dilihat dari jarak antara Angka Harapan Hidup (AHH) tertinggi dengan Angka Harapan Hidup terendah.

Grafik 4.2 Perkembangan Selisih Nilai Angka Harapan Hidup (tahun), 2015-2019

Tahun 2019 kesenjangan AHH antarkabupaten/kota sebesar 10,82, dan pertama kalinya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

10,71 10,69 10,66 10,69 10,82 2015 2016 2017 2018 2019

(63)

Disparitas Pembangunan Manusia

angka tersebut meningkat. Dalam hal ini, upaya-upaya untuk pemerataan pembangunan kesehatan masyarakat harus terus digalakkan. Tentunya, harus mempertimbangkan daerah yang menjadi prioritas agar kesenjangan juga semakin mengecil

Perbandingan Dimensi Pendidikan Antarwilayah

Seiring dengan perbaikan kualitas kesehatan, dalam kurun waktu 2015-2019, pendidikan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. Harapan lama sekolah penduduk 7 tahun semakin meningkat. Begitu pula dengan rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Grafik 4.3 Perkembangan Selisih Harapan Lama Sekolah (tahun), 2015-2019

Kesenjangan capaian pembangunan pendidikan yang ditunjukkan dengan rentang angka harapan lama sekolah tertinggi dan terendah di kabupaten/kota semakin membaik. Selisihnya cenderung berfluktuatif sejak 2015 hingga 2019, yang berarti bahwa

2,19

1,82

2,33 2,59 2,51

(64)

upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk sekolah masih dalam upaya pemerataan di seluruh Provinsi Sumatera Utara.

Kesenjangan angka harapan lama sekolah tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara terjadi akibat perbedaan capaian antara Kota Medan dengan Kabupaten Nias. Pada tahun 2019, rata-rata penduduk usia 7 di Medan dapat berpotensi menempuh pendidikan antara 14 ke 15 tahun. Di tahun yang sama, penduduk usia 7 tahun di Nias hanya berpotensi menempuh pendidikan selama 12 tahun.

Pola yang sama terjadi pada indikator rata-rata lama sekolah. Selama setengah dasawarsa, kesenjangan yang terjadi antara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan capaian rata-rata lama sekolah tertinggi dengan terendah cenderung menurun. Artinya, perubahan pendidikan di kabupaten/kota terendah cukup menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Perbandingan Dimensi Pengeluaran Rumah Tangga Antarwilayah

Dimensi standar hidup yang layak menjadi salah satu kunci penting dalam membangun kualitas kehidupan manusia. Dimensi ini diproksi dengan indikator pengeluaran per kapita. Selama kurun waktu 2015 hingga 2019, pengeluaran per kapita Provinsi Sumatera Utara terus meningkat. Namun, hal itu masih menyisakan persoalan kesenjangan antarwilayah.

Secara metodologi, pengeluaran per kapita pada bagian ini sedikit berbeda dengan pengeluaran per kapita pada bab sebelumnya dimana masyarakat Humbang Hasundutan memiliki

(65)

Disparitas Pembangunan Manusia

pengeluaran per kapita untuk konsumsi makanan dan non makanan tahun 2019 sebesar Rp 812.518 per kapita per bulan.

Grafik 4.4 Perkembangan Selisih Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan (ribu Rupiah), 2015-2019

Pengeluaran per kapita pada bagian ini merupakan agregat penghitungan setahun, selain itu telah dilakukan pembobotan terhadap variasi komoditi yang dikonsumsi. Hal ini bertujuan agar angka setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia dapat dibandingkan terutama untuk paritas daya belinya. Pembobotan inilah yang menjadikan data pengeluaran per kapita dalam IPM lebih menggambarkan disparitas antar wilayah.

8.984 9.002 9.019 9.028 9.024 2015 2016 2017 2018 2019

(66)
(67)
(68)

Berdasarkan hasil analisis data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk periode 2015-2019 didapat beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Tren pembangunan manusia di Humbang Hasundutan secara umum meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2019 Capaian IPM Humbang Hasundutan adalah 68,83 atau naik 0,87 poin dari 67,96 di tahun 2018. 2. Komponen-komponen IPM yang mengalami peningkatan yaitu:

3. Capaian IPM Humbang Hasundutan masih berada dalam kategori “sedang”. 4. Selisih IPM antara Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kota Medan

yang memiliki IPM tertinggi adalah 12,14 poin.

5. Selisih indikator Angka Harapan Hidup antara Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kota Pematang Siantar yang memiliki Angka Harapan Hidup tertinggi adalah 4,27 poin.

6. Selisih indikator Harapan Lama Sekolah antara Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kota Medan yang memiliki Harapan Lama Sekolah tertinggi adalah 1,26 poin

7. Pengeluaran per kapita penduduk Humbang Hasundutan rata-rata bertumbuh sebesar 3,56 persen per tahun dengan tingkat pertumbuhan terendah selama lima tahun terakhir adalah tahun 2014 dengan nilai pertumbuhan 0,99 persen dan tertinggi di tahun 2017 dengan nilai pertumbuhan 3,88 persen.

8. Berdasarkan perbandingan dengan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan seperti Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir dapat terlihat bahwa:

a. Kabupaten Toba Samosir memiliki IPM tertinggi dengan 74,92 dan Humbang Hasundutan memiliki IPM terendah dengan 68,83 b. Kabupaten Tapanuli Utara memiliki Harapan Lama Sekolah

tertinggi dengan 13,68 tahun dan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki Harapan Lama Sekolah terendah dengan 13,27 tahun.

(69)

Kesimpulan

c. Kabupaten Samosir memiliki Angka Harapan Hidup tertinggi dengan 71,16 tahun dan Kabupaten Tapanuli Utara memiliki Angka Harapan Hidup terendah dengan 68,46 tahun.

d. Kabupaten Toba Samosir memiliki tingkat pengeluaran per kapita tertinggi dengan 12,37 juta Rupiah per tahun dan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki tingkat pengeluaran per kapita terendah dengan 7,90 juta Rupiah per tahun.

9. IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pembangunan manusia di suatu wilayah sekaligus dapat menjadi pembanding disparitas pembangunan manusia antar wilayah dengan indikator yang dianggap relevan untuk mewakili kualitas hidup manusia.

(70)
(71)
(72)

KOMODITI KEBUTUHAN POKOK SEBAGAI DASAR PENGHITUNGAN DAYA BELI (PPP)

Makanan Non Makanan

Beras Jeruk Bawang putih Rokok kretek filter Transportasi/ pengangkutan umum Tepung Terigu Mangga Cabe merah Rokok kretek tanpa filter Pos dan Telekomunikasi Ketela pohon

/singkong Salak Cabe rawit Rokok putih Pakaian dewasa jadi laki-laki Kentang Pisang ambon Tahu Rumah sendiri/bebas

sewa

Pakaian jadi perempuan dewasa

Tongkol/tuna/ cakalang

Pisang raja Tempe Rumah kontrak Pakaian jadi anak-anak Kembung Pisang lainnya Nasi campur/rames Rumah sewa Alas kaki

Bandeng Pepaya Nasi goreng Rumah dinas Minyak pelumas Mujair Minyak kelapa Nasi putih Listrik Meubelair Mas Minyak goreng

lainnya Lontong/ketupat sayur Air PAM Peralatan rumah tangga Lele Kelapa Soto/gule/sop

/rawon/cincang LPG Perlengkapan rumah tangga perabot Ikan segar lainnya Gula pasir Sate/tongseng Minyak tanah Alat-alat dapur/makan Daging sapi Teh Mie bakso/mie

rebus/mie goreng

Lainnya (batu baterai, aki, korek, obat nyamuk dll)

Daging ayam ras Kopi Makanan ringan

anak

Perlengkapan mandi Daging ayam

kampung

Garam Ikan (goreng/bakar dll)

Barang kecantikan Telur ayam ras Kecap Ayam/daging

(goreng dll) Perawatan kulit, muka, kuku, rambut Susu kental manis Penyedap

masakan/vetsin

Makanan jadi lainnya

Sabun cuci

Susu bubuk Mie instan Air kemasan galon Biaya RS Pemerintah Susu bubuk bayi Roti manis/roti

lainnya Minuman lainnya jadi Biaya RS Swasta Bayam Kue kering Es lainnya Puskesmas/pustu Kangkung Kue basah Praktek dokter/poliklinik Kacang panjang Makanan

gorengan

SPP

Bawang merah Gado-gado/

Gambar

Grafik 2.1 Perjalanan Metodologi Penghitungan IPM di UNDP
Tabel 2.2 Tabel Nilai Pembangunan Manusia Humbang Hasundutan, 2019
Grafik 2.2 Perkembangan Angka IPM Humbang Hasundutan, 2015-2019
Grafik 2.3 Perkembangan Angka Harapan Hidup (tahun)  Humbang Hasundutan, 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan masjid lama dan bangunan perluasan menunjukkan kombinasi antara langgam Jawa, berupa atap tajug bersusun dua yang disangga oleh empat sakaguru, dengan langgam Indische

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam tindak pidana penganiayaan rumusan deliknya dititik beratkan terhadap akibat yang dialami oleh korban yang dilakukan oleh

Sedangkan Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan Perundang-Undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan

Metode analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ) untuk menetukan komoditi unggulan, dan Analisis Overlay Peta untuk menetukan Arahan Pola Pemanfaatan Lahan

Penyelesaian Persamaan Pell dengan menggunakan Metode Ring Kuadratik Dalam menyelesaikan persamaan Pell dengan metode ring kuadratik dibutuhkan solusi awal yang

Garis politik yang dianut oleh semaoen ketika ia diangkat menjadi ketua sarikat islam telah menimbulkan perpecahan dalam tubuh pengurus sarikat islam cabang semarang. Semaoen

Dari Gambar 3 terlihat bahwa rasio realisasi terhadap anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kabupaten Kepulauan Meranti merupa- kan Kabupaten dengan rasio paling tinggi