DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S. 1989. Discovering Islam: Making Sense of Muslim History and Society. London: Routledge.
Armstrong, Karen. 2011. Perang Suci: Kisah Detail Perang Salib, Akar Pemicunya, dan Dampaknya Terhadap Zaman Sekarang. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Arnold, Thomas W. 1985. Sejarah Da’wah Islam. Jakarta: Widjaya.
Asadulla, Abubakr. 2008. Islam Vs. West: Fact Or Fiction?: A Brief Historical, Political, Theological, Philosophical, and Psychological Perspective. Bloomington: iUniverse.
Atchity, Kenneth J. 1998. The Classical Roman Reader: New Encounters With Ancient Rome. Oxford University Press: 1998.
Bergant, Dianne dan Robert J Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Budiardjo, Miriam. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cetakan V. Jakarta: Gramedia.
Burns, Thomas S. 1991. A History of the Ostro-Goths. Bloomington: Indiana University Press.
Collins, Roger. 2004. A History of Spain: Visigothic Spain 409 -711. New Jersey: Blackwell Publishing.
Collins, Michaeldan Matthew APrice. 2006. The Story Of Christianity, Menelusuri Jejak Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius.
Crowther, Nigel B. 2007. Sport in Ancient Times. Westport: Greenwood Publishing Group.
Drinkwater, John dan Hugh Elton. 2002. Fifth-Century Gaul: A Crisis of Identity?. Cambridge: Cambridge University Press.
Dunstan, William E. 2010. Ancient Rome. Lanham: Rowman & Littlefield Publishers.
Durant, Will. 1944. Caesar and Christ. New York: Simon and Schuster.
Duverger, Maurice. 2007. SosiologiPolitik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta:Bulan Bintang.
Faisal, Sanafiah. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fletcher, Richard. 2009. Relasi Damai Islam-Kristen. Tangerang: Alvabet.
Frassetto, Michael. 2003. Encyclopedia of Barbarian Europe: Society in Transformation. Santa Barbara: ABC-CLIO.
Freely, John. 2011. Cahaya dari Timur: Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam Membentuk Dunia Barat. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ganchy, Sally dan Sarah Gancher. 2009. Islam and Science, Medicine, and Technology. New York: The Rosen Publishing Group.
Gibbon, Edward. 1837. The History of the decline and fall of the Roman Empire. London: Oxford University.
Hitti, Philip Khuri. 2006. History of the Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Huda, Ni’matul. 2012. Ilmu Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Husaini, Adian. 2005.Wajah Peradaban Barat: dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta: Gema Insani.
Jestice, Phyllis G. 2004. Holy People of the World: A Cross-cultural Encyclopedia. Santa Barbara: ABC-CLIO.
Jones, Kenneth R. 2011. Jewish Reactions to the Destruction of Jerusalem in A.D. 70: Apocalypses and Related Pseudepigrapha. Leiden: BRILL.
Kawuran,Megandaru W. 2008. Kamus Politik Modern. Yogyakarta: Pura Pustaka.
Knippenberg, Hans. 2005. The Changing Religious Landscape of Europe. Amsterdam: Het Spinhuis.
Kleinhenz, Christopher. 2004. Medieval Italy: An Encyclopedia, Volume 2. New York: Routledge.
Lalu, Yosef. 2010. Gereja Katolik Memberi Kesaksian Tentang Makna Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Le Strange, Guy. 2011. Baghdad: During the Abbasid Caliphate. New York: Cosimo Inc.
Lewis, David Levering. 2012. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Macpherson, Ian. 1975. Spanish Phonology: Descriptive and Historical. Manchester: Manchester University Press.
Mahmuddunasir, Syed. 1985. Islam: Its Concept & History. New Delhi: Lahoti Fine Art Press.
Nawawi, Hadri. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Prasetyo, Bambang dkk. 2005. Metode PenelitianKuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pruitt, Dean G dan Jeffrey Z Rubin. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roger Garaudy. 1984. Janji-Janji Islam(terj. Prof. H.M. Rasyidi). Jakarta: Bulan Bintang.
Rogers,Harold E. 2006. The History of Democracy: From the Middle East to Western Civilizations. Bloomington: AuthorHouse.
Rojinsky, David. 2010. Companion to Empire: A Genealogy of the Written Word in Spain and New Spain, C.550-1550. Amsterdam: Rodopi.
Roth, Norman. 1994. Jews, Visigoths, and Muslims in Medieval Spain: Cooperation and Conflict. Leiden: BRILL.
Ruggles, D Fairchild. 2002. Gardens, Landscape, and Vision in the Palaces of Islamic Spain. University Park: Penn State Press.
Russell, Bertrand. 2013. History of Western Philosophy. London: Routledge.
Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat Dalam Wacana dan Agenda. Jakarta: Gema Insani.
Schweid, Eliezer. 2008. The Classic Jewish Philosophers: From Saadia Through the Renaissance (trans. Leonard Levin). Leiden: BRILL.
Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi.
Suhelmi, Ahmad. 2007. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syafii, Ahmad. 2006. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin, Jakarta: Gema Insani Press. Hlm. 190.
van den End, Thomas dan Christiaan de Jonge. 1997. Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam. Jakarta: STT Jakarta.
Von Grunebaum, Gustav Edmund. 1970. Classical Islam: A History, 600-1258. New Jersey: Transaction Publishers.
Waldman, Carl dan Catherine Mason. 2006. Encyclopedia of European Peoples. New York: Infobase Publishing.
Watt, W Montgomery. 1995. Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam Atas Eropa Abad Pertengahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wenn, Stephen Robert dan Gerald P Schaus. 2007. Onward to the Olympics: Historical Perspectives on the Olympic Games. Waterloo: Wilfrid Laurier University Press.
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.
Wolfram, Herwig. 1990. History of the Goths. Barkeley:University of California Press.
BAB III
PENGARUH INTERAKSI PERADABAN ISLAM-BARAT DALAMPERANG SALIB TERHADAP IDE DEMOKRASI
A. Interaksi Islam-Baratdalam Kerja Sama dan Konflik
Sejarah yang telah diuraikan pada Bab II menjelaskan bahwa peradaban
Barat merupakan bagian yang terpisah dari peradaban Yunani dan Romawi.
Namun, ketiga peradaban tersebut pernah mendominasi wilayah yang sama, yakni
benua Eropa. Benua Eropa pada abad 21 telah terbagi-bagi menjadi beberapa
negara modern dan jarang sekali para sarjana modern mengatakan negara-negara
Eropa dengan istilah peradaban Barat. Hal ini disebabkan karena pada masa
modern dengan adanya dampak dari globalisasi, sulit sekali untuk membedakan
sebuah kondisi masyarakat yang terpisah dari yang lain untuk disebut sebagai
sebuah peradaban. Peradaban Barat lebih mengacu kepada masyarakat Barat pada
Abad Pertengahan sampai pada awal abad ke-19 yang masih dapat dikatakan
berada dalam kesatuan tatanan masyarakat dan berbeda dari masyarakat lain.
Tanpa peradaban Yunani Klasik, peradaban Barat mungkin tak akan
pernah muncul dalam sejarah kemanusiaan. Meminjam istilah Roger Garaudy,
tanpa peradaban Yunani (disamping peradaban Romawi, Islam dan Kristiani),
munculnya peradaban Barat dalam sejarah hanyalah l'occident est un accident
(kebetulan belaka).96
96
Ahmad Suhelmi. Op. Cit., Hlm. 37.
Akan tetapi dia menyebutkan bahwa peradaban Kristiani berbeda dengan peradaban Barat dan menyebutkan pendapat yang sama seperti yang dikemukakan oleh Roger Garaudy tentang adanya peradaban Judeo-Kristiani yang menurut penulis itu merupakan analisis yang kurang tepat jika mengacu kepada pengertian peradaban yang dikemukan oleh Samuel P. Huntington (lihat hal. 10).
Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban Barat dewasa
ini lahir dari puing-puing kehancuran peradaban Yunani-Romawi. Peradaban
Barat merupakan kelahiran kembali peradaban Yunani-Romawi. Dia mengatakan,
munculkebangkitan)”.97
Masa kejayaan peradaban Islam terhitung sangat singkatwalaupun
kehadirannya dalam pentas sejarah cukup lama (jika ditambah dengan kekuasaan
Turki Utsmani, antara tahun 600-1600). Masa kejayaan peradaban Islam yang
sedikit itu, ternyata justru mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan
bagi kemunculan dan pertumbuhan peradaban lain, yang muncul maupun terus
ada dan tumbuh sejak Islam hadir sebagai sebuah peradaban.
Dalam konteks kelahiran dan perkembangan peradaban
Barat, Roger Garaudy menyebut tiga pilar peradaban Barat, yaitu peradaban
Yunani-Romawi, Judeo Kristiani dan Islam.Pilar yang ketiga, yaitu peradaban
Islam, memiliki pengaruh dalam perkembangan peradaban Barat. Pengaruh
tersebut disebabkan karena adanya interaksi antar kedua peradaban. Interaksi
tersebut terjadi pada Abad Pertengahan ketika peradaban Islam berkembang
dengan sangat cepat di Eropa bagian paling Barat, Spanyol.
Kemunculan Islam di Jazirah Arab tidaklah dengan sendirinya langsung
muncul peradaban Islam. Peradaban Islam baru terbentuk beberapa waktu
kemudian, ketika peradaban tersebut tumbuh menjadi satu kekuatan di segala
bidang, yang mampu memengaruhi dunia, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan yang menjadi pusat dunia (masyarakat
Eropa, Asia Kecil, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Jazirah Arab) sama seperti
negara Amerika Serikat pada pasca Perang Dingin sampai akhir tahun 90-an yang
menjadikan dunia satu kutub (yang sebelumnya terdiri dari dua kutub, Russia).
Peradaban Islam sebagai sebuah peradaban sangat tergantung kepada mekanisme
masyarakat Muslim pada Abad Pertengahan, bagaimana masyarakat Muslim
mampu mengaplikasikan nilai-nilai dalam ajaran Islam dalam kehidupannya.
Karena peradaban Islam adalah akumulasi hasil dari masyarakat Muslim, maka ia
lebih dekat kepada nilai-nilai ajaran Islam.
98
97
Ibid. Hlm. 1-3.
98
Dalam teori interaksi sosial, wujud dari interaksi tersebut dapat berupa
interaksi antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Interaksi
yang terjadi antara peradaban Islam dan peradaban Barat dapat digolongkan
sebagai interaksi antar kelompok. Masyarakat yang merupakan kumpulan
individu atau kelompok merupakan bagian dari suatu peradaban dan satu-satunya
unsur peradaban yang menjadi subjek sekaligus objek. Unsur peradaban lain yang
berwujud abstrak adalah sistem pemerintahan, pemikiran-pemikiran dan
budaya/nilai-nilai. Sedangkan unsur peradaban yang berwujud konkrit termasuk
dari bangunan, tatanan kota, infrastruktur, dan produk-produk ilmu
pengetahuan/teknologi yang berwujud fisik. Interaksi antara peradaban Islam dan
Barat, peradaban Islam diwakili oleh masyarakat Muslim di Spanyol.
Bentuk dari interaksi seperti yang disebutkan oleh Pruit dan Rubin terbagi
menjadi tiga, yaitu kerja sama, persaingan, dan konflik. Interaksi peradaban Islam
dan peradaban Barat dapat digolongkan ke dalam bentuk kerja sama dan konflik.
Catatan-catatan sejarah mengungkapkan bahwa sejak berkembangnya peradaban
Islam di Spanyol, menjadi awal interaksi antara masyarakat Muslim dan Barat.
Interaksi yang berbentuk kerja sama berupa perdagangan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.Sedangkan interaksi yang berbentuk konflik berupa pertentangan
identitas dan perebutan wilayah. Di antara berbagai konflik yang terjadi, salah
satu yang paling penting adalah Perang Salib. Dalam konteks ini, Perang Salib
selama dua abad merupakan salah satu tonggak penting dalam proses interaksi
antara peradaban Islam dengan Barat. Dengan terjadinya perang tersebut,
perdagangan semakin meningkat di kawasan Laut Mediterania,
tumbuhnyamerkantilisme dan juga menjadi proses pertukaran budaya.
Dalamwilayah Kerajaan Islam di belahan barat –SemenanjungIberia
danAfrika Utara– Yahudi, Kristen, dan Muslimbergabung dalamsebuah
masyarakat yangsering digambarkanolehsejarawanmodern dengankata “masa
keemasan”. Mereka berbagi pengetahuan seperti puisi, musik, arsitektur, tafsir,
tentara Kristen terjebak dalam peperangan Reconquista. Di Mediterania timur,
masyarakatyang saling bergantungjuga dapatditemukan seperti di
UniversitasAl-Azhar di Kairo dan Universitas Kordobadi Spanyol.Keduanya didirikanpada abad
ke-10, mengikutimodel universitas yang lebih tua (BaitAl-Hikmah di Baghdad),
sebagai tempatpembelajaran bersamadi antara para sarjanadaritiga tradisi.
Keduamodel pendidikan tersebutmemilikipengaruh besar padainstitusipendidikan
tinggiEropadan kemajuanilmiah Eropa
Dalam sejarah awal Islam, ilmu pengetahuan menempati peran sentral.
"Seorang sejarawan terkenal mengatakan bahwa ciri khas dari sekolah di Baghdad
pada Abad Pertengahan terlihat dari prinsip-prinsipnya, yaitu semangat
keilmiahan untuk melanjutkan perkembangan ilmu pengetahuan dari hal-hal yang
diketahui sampai kepada hal-hal yang tidak diketahui, memperhitungkan secara
tepat dari sebuah fenomena, tidak membenarkan apapun jika belum dikonfirmasi
oleh pengalaman atau dari adanya eksperimen. Demikianlah prinsip-prinsip dasar
diajarkan dan diakui kemudian oleh para ahli."Banyak kontribusi dibuat untuk
ilmu-ilmu alam. Namun demikian, kemajuan ilmiah berkurang setelah abad
ketigabelas. Muslim secara bertahap menjadi apatis, dan beberapa bahkan .
Peradaban Islam di Spanyol yang lebih maju dibandingkan peradaban
Barat pada Abad Pertengahan, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
mendorong banyak masyarakat Barat yang datang ke Kordoba untuk belajar di
universitas-universtias disana. Kota Kordoba menjadi pusat kemegahan di Eropa
pada masa Kerajaan Umayyah. Infrastruktur peninggalan Kekaisaran Romawi
yang telah hancur karena disebabkan perang antar kaum barbar, dibangun
kembali. Bangunan yang paling dapat mewakili dari kemegahan kota tersebut
adalah istana Kerajaan Umayyah. Kordoba dikenal terutama dari sekolah
memusuhi ilmu pengetahuan dan alam, walaupun Islam memiliki tradisi kuat
dalam mendorong analisis ilmiah dan rasa ingin tahu.99
Sedangkan Interaksi dalam perdagangan merupakan dampak dari kegiatan
ilmiah tersebut. Para ahli sejarah Abad Pertengahan juga mengemukakan bahwa
kegiatan penerjemahan naskah-naskah lama dari Yunani melibatkan masyarakat
Barat. Kegiatan tersebut berdampak pada perkembangan perekonomian
masyarakat Barat, yaitu arus perdagangan di laut Mediterania menjadi ramai
terutama di kota-kota pelabuhan seperti Genoa, Florence dan Venice. Karena
adanya interaksi menyebabkan terjadinya transformasi budaya danpermintaan
pasar terhadap produk-produk dari Timur semakin meningkat dalam masyarakat
Barat. Hal itu juga yang menyebabkan beberapa keluarga pedagang di kota-kota
tersebut menjadi kaya dari monopoli perdagangan dan pengaturan sistem
perbankan yang menjadi kebutuhan pasar masa itu.
Kajian awal tentang perdagangan abad pertengahan tidak dapat dipisahkan
dari seorang ahli sejarah terkenal asal Belgia bernama Henri Pirenne (1862-1935)
walaupun keakuratan kajian Pirenne banyak diperdebatkan. Dengan meneliti
perpindahan dari masa Romawi ke Abad Pertengahan, Pirenne manaruh perhatian
penting pada pengaruh kedatangan masyarakat Muslim di Eropa terhadap
ekonomi. Pirenne berpendapat bahwa ekonomi Kekaisaran Romawi bertumpu
pada pembangunan fisik kota-kota dan pada perdagangan di daerah kawasan Laut
Mediterania. Setelah invasi kaum barbar (yang kemudian disebut sebagai
masyarakat Barat) pada abad ke-5, perekonomian menurun drastis. Perubahan
datang setelah Muslim menguasai Afrika bagian utara dan Spanyol pada abad
ketujuh.100
99
Abubakr Asadulla. 2008. Islam Vs. West: Fact Or Fiction?: A Brief Historical, Political, Theological, Philosophical, and Psychological Perspective. Bloomington: iUniverse. Hlm. 58.
100
Richard Fletcher. 2009. Relasi Damai Islam-Kristen. Tangerang: Alvabet. Hlm. 66.
Perjalanan pada Abad Pertengahan sangatlah sulit ditempuh, berbahaya,
kepentingan pemerintahan, perang, perniagaan, agama, dan untuk mencari ilmu.
Menurut analisis Goitein, mengenai dokumen-dokumen Geniza, suatu koleksi
dokumen Abad Pertengahan yang ditemukan di Fustat (Kairo Lama), orang-orang
lebih memilih melakukan perjalanan lewat jalur air ketimbang lewat daratan,
sekalipun untuk jarak-jarak yang pendek.101
Dengan fokus pada peristiwa kerja sama antara kedua pihak, khususnya
pada paruh pertama abad keduabelas, Kohler menyatakan bahwa banyak kontrak
dan perjanjian yang ditandatangani, yang menunjukkan bahwa perdamaian dan
kompromi sering dianggap lebih disukai dibandingkan dengan konfrontasi dan
perang. Perjanjian-perjanjian seperti itu sering kali berupa lintas pengakuan –
kaum muslim dan kaum Frank bekerja sama melawan kaum muslim dan kaum
Frank lainnya– dan didorongoleh kepentingan lokal bersama dan kebutuhan
bantuan militer untuk melawan pesaing-pesaing politik. Bagi kaum muslim
sendiri, perjanjian-perjanian itu juga dibutuhkan untuk mendapatkan akses ke
pelabuhan-pelabuhan di kawasan Mediterania bagian timur, yang banyak di
antaranya masih tetap dalam genggaman kaum Frank (bagian dari masyarakat
Barat) untuk waktu yang sangat lama. Pentingnya perdagangan jalur laut pada
periode ini menjadi jaminan bahwa kaum muslim akan berusaha mencapai
sejumlah kompromi dengan kaum Frank untuk melindungi dan menjaga
kepentingan-kepentingan dagang mereka.102
101
Carole Hillenbrand. 2007. Perang Salib: Sudut Pandang Islam. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Hlm. 456.
102
Ibid. Hlm. 487.
Sejak abad ke-11, wilayah-wilayah di sebelah timur Mediterania yang secara aktual terpengaruh oleh masuknya Tentara Salib, pada masa pergolakan itu sendiri masyarakat Muslim disana terpecah-pecah di bawah sejumlah pemimpin kecil, yang tujuan-tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan kedudukan pribadi mereka dan untuk menjadi lebih kuat dibandingkan rival-rivalnya di tingkat lokal. Tidak ada motif bagi upaya persatuan dan kesatuan masyarakat Muslim untuk melawan Barat yang dikomandani Perancis. Pada kondisi-kondisi tertentu sebagian malah beraliansi dengan Perancis untuk bertempur melawan kelompok muslim lain.
Lihat Muhammad Sholikhin. 2010. Menyatu Diri Dengan Ilahi. Jakarta: Narasi. Hlm. 48-49.
Interaksi dalam kerja sama diwarnai juga dengan konflik, seperti
Reconquista (atau penaklukan kembali) yang dimulai sejak Alfonso IV, Raja
mendapat dukungan pada Perang Salib. Adapun yang menjadi penyebab utama
Perang Salib sebenarnya adalah keberadaan Dinasti Saljuk (cikal bakal Turki
Utsmani atau Turki Ottaman)
Selain itu, kalangan Kristen Barat sudah mulai mengidap Islamophobia,
dengan pertimbangan, Dinasti Saljuk sebagai bangsa yang masih baru memeluk
Islam, mereka belum memiliki pandangan luas dan masih fanatik sekali. Hal
tersebut dianggap membahayakan masyarakat Barat yang akan berziarah ke
Yerusalem, dan mengancam kekuasaan Bizantium di Konstantinopel. Juga adanya
kedisiplinan Turki Saljuk dan tindakan keras terhadap para peziarah yang
berziarah ke Holy Spulchure di Yerusalem, misalnya mengenai cukai lalu lintas
yang tidak pernah terjadi pada zaman pemerintahan Abbasiyah di Baghdad.
yang sedang mencapai masa puncak. Seperti yang
diketahui, tujuan Perang Salib adalah untuk merebut Bait Al-Maqdis serta
mendirikan Kerajaan Kristen di negeri Asia Afrika. Sedangkan potensi ancaman
terbesar saat itu adalah kekuasaan Bani Saljuk.
103 Hal
itulah yang menggugah Kaisar Bizantium, Alexius Commenus, yang menghimbau
Paus Urban II untuk mengusir dan menaklukkan Kerajaan Islam tersebut.104
Demokrasi seperti yang kita pahami di Abad 21, merupakan satu sistem
politik yang berlandaskan pada ide demokrasi. Yaitu suatu ide tentang kedudukan
antara negara dan masyarakat. Dalam ide demokrasi, kekuasaan dalam negara
dipegang oleh rakyat. Dengan prinsip tersebut, pengakuan hak manusia,
persamaan individu, keadilan dalam hukum akan terwujud karena proses
pengambilan kebijakan dilakukan bersama-sama.
B. Pengaruh InteraksiTerhadap Ide Demokrasi
103 Ibid.
Lihat juga Gustav Edmund Von Grunebaum. 1970. Classical Islam: A History, 600-1258. New Jersey: Transaction Publishers. Hlm. 115.
104
Sistem demokrasi yang pernah diterapkan di Athena, menjadi inspirasi
masyarakat Barat untuk memperoleh suatu kehidupan baru yang lebih baik.
Walaupun para filsuf Yunani pada masa tersebut mengkritisi sistem politik
demokrasi, negara-negara saat ini percaya bahwa sistem demokrasi merupakan
sistem yang paling ideal untuk diterapkan di abad modern. Plato sendiri
memberikan pilihan yang paling baik yaitu monarki konstitusi. Karena sistem
politik demokrasi pada masa Yunani Klasik terlalu banyak menyita waktu dalam
pengambilan keputusan dan adanya kecenderungan akan terjebak ke dalam anarki
yang disebabkan persamaan hak dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain,
tidak adanya satu figur yang kuat untuk mengambil keputusan penting karena
semua kebijakan harus melalui suara terbanyak. Dan untuk catatan, hak
persamaan yang dimaksud tidak berlaku bagi budak. Yunani membenarkan
adanya perbudakan.
Akan tetapi yang menjadi penting bagi masyarakat Barat adalah
prinsip-prinsip dari sistem politik tersebut, yang kemudian disebut sebagai ideologi
demokrasi atau paham demokrasi. Persamaan hak dijunjung tinggi dan
keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan telah menjamin tegaknya
keadilan. Perbedaan sistem demokrasi Athena dan Republik Romawi hanya pada
istilah saja. Kedua sistem tersebut mengikutsertakan keterlibatan masyarakat
dalam pengambilan keputusan dan bahkan posisi dewan atau senat yang menjadi
wakil rakyat berada di atas kaisar. Namun dalam perkembangan kekaisaran
tersebut, Republik Romawi tidak berjalan seperti yang diharapkandan berubah
menjadi suatu sistem monarki. Dewan tetap diperbolehkan membahas suatu
kebijakan akan tetapi kaisar sendiri yang akan memutuskan kebijakan.
Dengan bercermin dari masa lalu, baik John Locke ataupun Montesquieu,
memberikan satu alternatif dengan memisahkan kekuasaan negara kepada tiga
lembaga yang berbeda agar kekuasaan raja dan para dewan setara, dengan harapan
keadilan akan dapat terwujud. Untuk mengimplementasikan hal tersebut, perlu
Semua lembaga negara harus tunduk pada konstitusi tersebut dan konstitusi harus
dijunjung tinggi. Meskipun masyarakat Barat pada masa itu masih berada di
bawah pengaruh kekuasaan raja dan paus, namun pemikiran John Locke tersebut
kemudian banyak diterima oleh sarjana-saraja Barat baik ketika dia masih hidup
atau sesudahnya. Hal itu disebabkan dari argumen yang dia jelaskan tentang
hakikat negara dan hubungan negara dengan masyarakat. Dia mengemukakan
bahwa negara itu lahir dari sutu kontrak sosial yang dibuat oleh masyarakat baik
secara sadar atau tidak untuk menjamin kepentingan dari masyarakat tersebut dan
bukan atas keinginan Tuhan. Oleh karena itu, kekuasaan raja bukan berasal dari
Tuhan tetapi dari kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat yang terikat dengan
perjanjian tersebut. Dengan demikian, segala kebijakan yang dibuat oleh negara
harus sesuai dengan atau berdasarkan kepentingan masyarakat.
Pemikiran dari filsuf-filsuf Barat tidak dapat dipisahkan dari adanya
Renaissance. Juga, pemikiran mereka tidak dapat dipisahkan dari kondisi
masyarakat Barat pada masa itu dan hubungan masyarakat Barat dengan
masyarakat luar, yaitu masyarakat Muslim.Peradaban Islam melalui tradisi
keilmuan yang dicanangkan oleh para amir di Kerajaan Islam Spanyol (masa
Kerajaan Umayyah) telah menjembatani peradaban Yunani Klasik dengan
peradaban Barat. Pengenalan pemikiran-pemikiran filsuf Yunani oleh sarjana
Muslim, telah memberikan masyarakat Barat sebuah perbandingan antara
masyarakat maju dengan kondisi masyarakat mereka.
Pada Golden Age of Islamic science (masa keemasanilmu pengetahuan
Islam), dari abad kedelapan sampai ketigabelas, para sarjana Muslim menetapkan
panggung untuk Renaisans Eropa. The Golden Age of Islam dimulai pada masa
Khalifah Ma'mun, yang mendirikan House of Science di Baghdad (perpustakaan,
pusat penerjemahan, dan observatorium astronomi), dan berlangsung sampai
dengan kematian Averroes (Ibnu Rusyid), yang merupakan filsuf terakhir dari
para filsuf muslim, pada tahun 1198 di usia 72 tahun. "Bahwa Renaissance terjadi
kebudayaan (nilai-nilai dalam ajaran Islam) sementara Eropa terjebak dalam
kegelapan di Abad Pertengahan." Menurut sebagian sarjana, ilmu pengetahuan
modern di Eropa tidak lebih dari perluasan ilmu-ilmu yang dikembangkan di
dunia Muslim pada abad kedelapan sampai abad ketigabelas. Transformasi ini
terjadi melalui Spanyol dan Sisilia. Menurut E.J. Holmyard, "Pada masa awal
perkembangan Islam,orang-orang Muslim merupakan pencari ilmu pengetahuan
yang sangat antusias dan menjadikan Baghdad pusat intelektual dunia." Selama
berabad-abad, umat Islam mendominasi penelitian ilmiah dan pemikiran, mereka
merupakan para ahli dari ilmu-ilmu pengetahuan di masanya. Dalam kata-kata Sir
John Glubb, "Selama lima abad setelah Muhammad SAW, umat Islam
mendominasi dunia baik secara kultural maupun militer persis seperti yang
dilakukan oleh negara-negara di Eropa dan negara Amerika Serikat selama 250
tahun belakangan ini".105
Menurut J.B. Bury, gerakan sosial dan intelektual yang mempersiapkan
masyarakat Barat memasuki awal masa Renaissance, dimulai di kota-kota
pelabuhan Italia di abad ke-13. Keadaan ini dimungkinkan karena kota-kota
pelabuhan tersebut masih bisa berhubungan dengan pedagang-pedagang Timur
tanpa dipengaruhi oleh sentimen keagamaan akibat Perang Salib, yang dengan
demikian memberikan kemajuan dan kesejahteraan yang lebih baik kepada
penduduknya. Pemicunya adalah minat terhadap kebudayaan Yunani Klasik yang
mengutamakan kebebasan akal, pengalaman manusia, dan kehidupan duniawi.
Pada mulanya minat tersebut tumbuh di kalangan perorangan kelas menengah atas
saja yang tidak puas dengan suasana terkekang Abad Pertengahan.
Individu-individu kelas menengah yang gelisah tersebut memiliki perpustakaan pribadi
atau akses terhadap perpustakaan yang menghimpun karya-karya Yunani Klasik.
Mereka yang biasanya merupakan kaum bangsawan atau pemuka-pemuka agama
juga memiliki kemampuan untuk membaca literatur Yunani Klasik. Minat ini
serta gagasan-gagasan yang terkandung di dalamnya –kesadarantentang
105
kepribadian dan harga diri, lingkungan yang lebih luas dan dunia pada umumnya–
lambat laun menyebar ke seluruh Italia, terus ke Eropa Utara (terutama Jerman),
yang kemudian melahirkan gerakan pembaruan atau Reformasi dalam agama
Katolik. Dalam istilah yang lain, masyarakat Eropa sejak abad ke-14 mulai
memasuki masa awal Renaissance, awal abad modern, dan mengenal serta
menghayati paham baru yang disebut humanisme. Humanisme bertumpu pada
keutamaan akal dan kebebasan berpikir yang kemudian dikenal dengan paham
liberal (liberalisme). Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan
humanisme tersebut merupakan antitesa dari paradigma kehidupan yang
berkembang di masa sebelumnya yang menundukkan pemikiran manusia di
bawah otoritas gereja dan raja-raja absolut. Liberalisme pada tahap awal
perkembangannya dikenal sebagai liberalisme klasik. Istilah ini digunakan untuk
membedakannya dengan liberalisme modern awal abad ke-20, juga dengan
neoliberalisme yang mulai dipopulerkan sejak penghujung abad ke-20. Tatanan
liberalisme klasik pada penyempurnaan demokrasi politik dan sistem ekonomi
kapitalis berdasarkan kepada prinsip persaingan bebas.106
Perpustakaan pribadi milik para golongan kelas menengah atas atau akses
kepada literatur-literatur Yunani Klasik diperoleh dari adanya kegiatan
penerjemahan yang dilakukan oleh Kerajaan Islam di Spanyol. Karena dalam
masyarakat Barat, sistem pendidikan hanya dilakukan di dalam gereja dan
rumah-rumah para biarawan yang menyebabkan hanya para goloongan elite saja yang
mendapatkan pendidikan. Akan tetapi dengan adanya kegiatan penerjemahan
tersebut, ilmu pengetahuan tersebar ke Eropa melalui perdagangan di kawasan
Laut Mediterania. Interaksi antara peradaban Islam dengan peradaban Barat telah
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dalam masyarakat Barat yang
ditandai lahirnya Renaissance. Dan dengan adanya gerakan ini,sistem
pemerintahan yang baik dan hubungan antara masyarakat dengan negara menjadi
106
isu yang penting di kalangan para cendekiawan Barat pada masa tersebut dan ide
demokrasi kemudian muncul pada abad-abad setelahnya sebagai jawaban atas
tuntutan perubahan di dalam tatanan masyarakat Barat.107
Kaitan antara konflik peradaban Islam-Barat dengan munculnya ide
demokrasi memang jauh. Namun dampak dari konflik tersebut, seperti konflik
yang paling lama yaitu Perang Salib, menjadi penting dalam kaitannya dengan
pemikiran para filsuf Barat tentang ide demokrasi karena telah membuat
hubungan negara dengan masyarakat dalam peradaban Barat bergeser dari apa
yang semestinya. Konflik ini menjadi penting bagi pergeseran nilai-nilai yang
telah tertanam di dalam masyarakat Barat yang selama beratus tahun telah
berusaha dijaga oleh para pemuka agama dan raja dengan berbagai kebijakan. Banyak para ahli sejarah mengatakan bahwa interaksi peradaban Islam dan
Barat memang memiliki pengaruhterhadap perubahan dalam masyarakat Barat
Abad Pertengahan disebabkan oleh interaksi dalam bentuk kerja sama, yaitu
melalui kerja sama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi jika mengkaji lewat teori
konflik, interaksi yang berbentuk konflik di antara kedua peradaban juga memiliki
pengaruh terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat Barat dalam hal ini
perubahan sistem politik mereka, yang dari monarki dan teokrasi menjadi
negara-bangsa yang demokratis. Perubahan tersebut terlihat jelas dari masyarakat
Perancis yang mendirikan pemerintahan Republik melalui revolusi.
108
Usaha para bangsawan dalam Perang Salib telah meningkatkan prestise
(pengaruh dari kewibawaan atau nama) raja-raja di Eropa. Dahulu mereka tidak
lebih dari bangsawan biasa yang kuasanya lebih besar sedikit dibandingkan dari
bangsawan-bangsawan lainnya, dan yang selalu berperang sama seperti yang lain.
107
Menurut pandangan mereka sesuai dengan istilah renaissance yang digunakan, yaitu kelahiran kembali budaya Yunani. Akan tetapi penulis berpendapat, itu merupakan yang pertama kalinya karena masyarakat Barat bukan bagian dari Yunani Klasik.
108
PerangSalib menjadikan mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang lebih berarti
dalam masyarakat Barat (perhatikan peran raja Perancis dan Inggris serta kaisar
Jerman dalam Perang Salib). Khususnya di Perancis, raja menjadi begitu kuat
sehingga ia dapat mempersatukan negaranya dan kemudian kekuasaan tersebut
disalahgunakan oleh penerusnya yang menjadikan kelahiran negara-negara
nasional –dalamarti modern– dipercepat. Sejajar dengan perkembangan ini,
pengaruh paus menurun. Paus sebagai pemimpin rohani dan juga politik dalam
Perang Salib kehilangan prestise karena setelah Perang Salib yang pertama,
perang-perang sesudahnya dapat dikatakan tidak mencapai hasil. Pemindahan
pusat Gereja ke Avignon selama abad ke-14 (“Pembuangan Babel Gereja” dan
“Skisma Barat” antara tahun 1378-1415) menuntaskan perkembangan tersebut.109
Akibat langsung dari Perang Salib yang negatif bagi Gereja adalah
dibenarkannya kekerasan. Senjata diterima sebagai alat untuk mempropagandakan
iman dan memberantas orang-orang yang mempunyai ajaran yang berbeda dengan
ajaran Katolik Roma, baik di luar maupun di dalam masyarakat Barat. Karena
paus telah menjanjikan pengampunan dosa bagi orang-orang yang terkena
hukuman gereja kalau mereka ikut serta dalam Perang Salib, maka surat
penghapusan dosa menjadi jauh lebih penting dari dahulu dan sistem surat
penghapusan dosa dikembangkan sampai terjadi ekses-ekses yang ditentang oleh
Martin Luther.110
Selain raja-raja, Perang Salib juga berdampak pada penduduk kota-kota.
Pengaruh feodal di kota-kota berkurang sebab para lord (tuanfeodal atau pemilik
tanah), kaum bangsawan, sibuk berperang dalam Perang Salib, sehingga tidak
sempat menjalankan pemerintahan di kota-kota itu secara efektif. Kebutuhan
mereka akan uang memaksa mereka untuk memberi hak-hak istimewa (privilese)
kepada kota-kota (mungkin para keluarga yang berpengaruh seperti keluarga
pedagang) sebagai imbalan uang yang diberikan. Hak-hak istimewa ini, yang
109
Thomas van den End dan Christiaan de Jonge. Op. Cit., Hlm. 83-84.
110
memberi kebebasan yang lebih besar, memperkuat kedudukan kota-kota tersebut.
Disebabkan Perang Salib, hubungan-hubungan dengan dunia Timur menjadi lebih
intensif, tidak hanya di medan pertempuran, tetapi juga di bidang perdagangan.
Perdagangan meningkat, kota-kota perdagangan seperti Kota Venezia, kota-kota
di Perancis dan di tepi Sungai Rhein, berkembang dan kaum saudagar menjadi
kelas masyarakat yang menentukan (seperti keluarga De Medici di Florence di
Italia). Demikianlah Perang-perang Salib mendorong perkembangan masyarakat
Barat dari masyarakat feodal ke masyarakat modern.
Dengan adanya Perang Salib, semangat baru mulai menjiwai masyarakat
Barat. Semangat baru ini tidak hanya nyata dalam keinginan berziarah atau ikut
serta dalam Perang Salib. Semangat yang baru juga menghasilkan pembentukan
universitas-universitas sekitar tahun 1200 dan sebelumnya telah menghasilkan
pembaruan teologi yang mulai sekitar tahun 1100 (Anselmus, Abaelardus) dan
yang memuncak dalam karya Thomas Aquinas (Thomas dari Aquino). Pada
zaman yang sama, juga terjadi perkembangan dalam kesenian (seni bangunan,
seni pahat, dan seni lukis). Perkembangan ini disebut dengan istilah “Renaissance
abad ke-12” yang sebagian sarjana membedakannya dengan “Renaissance abad
ke-14”. Renaissance inilah yang menjadikan masyarakat Barat terbuka untuk
menerima apa saja dari luar, juga dari Spanyol dan Byzantium.111 Tidak hanya
isinya yang diterimaoleh masyarakat Barat, yaitu filsafat Aristoteles, tetapi juga
bungkusnya, yaitu bentuk yang diberikan filsuf-filsuf Arab kepada filsafat
Aristoteles untuk menyesuaikan Aristoteles dengan ajaran Islam. Perlu disebut di
sini nama Avicenna (Ibnu Sina, 980-1037, di Persia), Averroes (Ibnu Rusyd,
1126-1198, di Spanyol) dan juga nama seorang Yahudi, Maimonides (Mosyed
Maimon, 1135-1204), yang menulis dalam bahasa Arab.112
Akhirnya pengalaman dari Perang Salib mendorong masyarakat Barat
untuk mencari jalan ke Timur Jauh, daerah penghasil barang-barang mewah
111
Yang dimaksud adalah kebudayaan dari masyarakat Muslim Spanyol dan pemikiran dari YunaniKlasik.
112
seperti rempah-rempah dan kain sutera (India, Indonesia, Tiongkok), supaya
mereka tidak bergantung lagi pada Kerajaan Islam. Hal itu berarti harus mencari
jalan laut yang menghindari wilayah orang-orang Islam, yaitu Timur Tengah.
Demikianlah ditemukan Amerika dan jalan laut melalui Afrika Selatan (Tanjung
Harapan). Dengan penemuan benua Amerika, masyarakat Barat yang ingin
merasakan kebebasan, melarikan diri dari Eropa dan menetap di Amerika yang
masih merupakan koloni-koloni di bawah kekuasaan para raja di Eropa.
Walaupun demikian, sebuah daerah baru yang jauh dari Eropa memungkinkan
masyarakat Barat yang tidak terbagi ke dalam kasta (tidak adanya golongan
bangsawan) untuk mewujudkan suatu negara yang tidak berbentuk monarki.Akan
tetapi sesuai dengan pemikiran para filsuf-filsuf Barat yang mencita-citakan
persamaan dan keadilan seperti yang pernah dilakukan di Perancis, yang dikenal
dengan Revolusi Perancis.
Interaksi yang terjadi memang memiliki pengaruh terhadap munculnya
perkembangan ide demokrasi dalam peradaban Barat.Namun di samping itu,
nilai-nilai dalam ajaran Islam yang tercermin dalam peradaban Islam ada kemungkinan
memiliki pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran para filsuf Barat yang
pemikiran mereka dijadikan doktrin dalam demokrasi modern. Karena nilai-nilai
dalam ajaran Islam tersebut mencerminkan adanya kebebasan dan jaminan
terhadap hak-hak manusia. Nilai-nilai tersebut lebih menyempurnakan sistem
demokrasi Yunani Klasik, karena dalam sistem demokrasi yang pernah diterapkan
di Athena masih membenarkan adanya perbudakan yang berarti menolak adanya
persamaan hak. Sistem tersebut juga sering dikritik oleh para filsuf yang hidup
pada masa itu di Athena. Selain itu, dalam ajaran Islam juga diharuskan untuk
memperhatikan suara minoritas.
Hal itu dapat dilihat dengan melakukan perbandingan antara nilai-nilai
dalam ajaran Islam dengan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi modern.
Nilai-nilai yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh Henry B Mayo
dengan damai dan secara melembaga;(2)menjamin terselenggaranya perubahan
secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah; (3)menyelenggarakan
pergantian pimpinan secara teratur; (4)membatasi pemakaian kekerasan sampai
minimum; (5)mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta
tingkah laku; dan (6)menjamin tegaknya keadilan. Semua nilai-nilai tersebut telah
ditetapkan dalam ajaran Islam sesuai dengan tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh Muhammad SAW sebagai Rasul Allah (penyampai pesan Allah), yang
tindakan-tindakan tersebut juga menjadi hukum atau ketentuan-ketentuan bagi
umat Muslim setelah ketetapan dalam Al Qur’an (tentunya tidak akan ada
pertentangan antara tindakan Muhammad dengan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam Al Qur’an).
Peradaban Islam, seperti yang dijelaskan oleh Samuel P Huntington,
merupakan satu entitas kultural dan satu identitas masyarakat walaupun terkadang
berbeda kesatuan secara politis. Dalam suatu peradaban terdapat budaya atau
nilai-nilai yang membentuk jiwa masyarakat tersebut. Pengakuan atas nilai-nilai
tersebut yang menjadi alasan bagi masyarakat tadi untuk disebut sebagai satu
peradaban. Memang dalam istilah peradaban bukan hanya berbicara tentang nilai
akan tetapi juga berbicara tentang pemerintahan dan teknologi. Namun
kebudayaan merupakan fondasi dasar dari peradaban. Dan di dalam kebudayaan
sudah pasti terdapat satu masyarakat yang memiliki nilai-nilai yang menyatukan
masyarakat tersebut. Nilai-nilai juga bisa diartikan sebagai norma-norma yang
mengatur atau dengan pengertian modern saat ini dapat disebut hukum.
Peradaban Islam adalah sebuah peradaban baru yang dipisahkan dari
peradaban Jazirah Arab atau orang-orang Arab. Karena orang-orang Arab
sebelum datangnya Islam sama sekali berbeda dengan kondisi setelah datangnya
Islam baik dalam segi pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan teknologi. Dan
pada masa awal datangnya Islam, masa awal saat diajarkannya nilai-nilai baru
sebagai pembawa nilai-nilai tersebut telah memberikan penjelasan hukum-hukum
yang ditetapkan oleh Allah untuk diyakini sebagai ajaran yang benar. Dan segala
perkataan, tindakan dan persetujuan oleh Muhammad SAW juga kemudian
menjadi hukum-hukum dalam ajaran Islam. Nilai-nilai tersebut yang kemudian
memberikan satu identitas budaya baru kepada masyarakat Arab yang juga
disebarkan kepada masyarakat-masyarakat yang berada dalam wilayah taklukan
kerajaan Islam pada abad-abad berikutnya. Budaya baru tersebut menjadi dasar
yang membentuk satu tatanan masyarakat yang semua para ahli setuju untuk
menyebutnya sebagai peradaban Islam.
Penjelasan nilai-nilai demokrasi sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh Henry B Mayo akan dijelaskan implementasinya dalam peradaban Islam,
jauh sebelum para pemikir-pemikir Barat mencetuskan pemikirannya dimana
pemikiran mereka digunakan masyarakat Barat sebagai dasar dari ide demokrasi
modern. Pertama, menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara
melembaga. Muhammad SAW pada saat melakukan ibadah pada tahun ke-6
Hijriah, membuat satu kesepakatan dengan para penduduk Mekkah untuk
melakukan gencatan senjata walaupun posisi Muhammad pada saat itu
memungkinkan untuk melakukan serangan dan menguasai Mekkah. Hal itu
menunjukkan adanya tujuan untuk mewujudkan perdamaian dengan penduduk
Mekkah yang menjadi musuh Muhammad SAW dan para pengikutnya pada masa
itu walaupun tidak melembaga. Karena pengertian melembaga itu sendiri dalam
pengertian modern, harus berwujud adanya suatu lembaga (institusi/organisasi)
yang berdasarkan undang-undang untuk mengatur suatu hal tertentu. Akan tetapi
pada masa Umar bin Khattab, khalifah kedua dalam Kekhalifahan Rasyidin, dia
menunjuk seseorang sebagai qadhi (setara hakim agung pada masa sekarang) di
Mesir yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai perselisihan yang terjadi di
wilayah tersebut. Tentu saja penunjukkan hakim tersebut didorong oleh
hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam atau tidak terlepas dari adanya
nilai yang membentuk peradaban Islam tersebut memiliki kesamaan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam ide demokrasi modern.
Kedua, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah. Pengertian perubahan itu sendiri sangat luas
dan ruang lingkupnya jika dikaitkan kepada perubahan masyarakat akan meliputi
berbagai bidang. Dalam ajaran Islam, jika perubahan tersebut berupa perubahan
dalam ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan atau perubahan hukum-hukum
Islam sama sekali tidak akan terjamin kedamaian. Karena hukum-hukum tersebut
merupakan ketetapan Allah yang tidak dapat diubah dan bukan sebuah perjanjian
atau kesepakatan. Hukum-hukum tersebut merupakan hukum dasar atau pedoman
hidup bagi seluruh Muslim. Hal tersebut dapat dilihat saat terjadinya perpecahan
masyarakat Islam di dalam keyakinan terhadap hukum-hukum Islam dimana cucu
Muhammad tewas dibunuh saat perang Karbala. Dimana salah satu kelompok
memiliki keyakinan yang berbeda tentang hukum-hukum Islam. Pada saat
Muhammad SAW masih hidup, semua masyarakat muslim itu berada dalam satu
kesatuan. Setelah kematiannya, masyarakat Islam terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian. Itu artinya telah terjadi perubahan dalam masyarakat yang
sedang berubah, dan dalam ajaran Islam, hal itu tidak dijamin akan terselenggara
secara damai. Karena hukum dalam Islam itu sendiri melarang adanya bid’ah atau
tindakan yang dibuat sebagai bagian dari keagamaan akan tetapi tidak sesuai atau
tidak berkaitan dengan keagamaan. Hal itu sama saja jika dikaitkan dengan masa
sekarang, yaitu adanya jaminan bagi masyarakat yang berada dalam suatu wilayah
negara yang menganut demokrasi untuk menghapus demokrasi itu sendiri atau
menerapkan ideologi lain seperti komunis atau monarki absolut. Tentu saja hal itu
tidak dapat dijamin akan terselenggara secara damai bahkan oleh negara yang
mengaku paling demokratis sekalipun. Oleh karena itu, jika yang dimaksud oleh
Henry B Mayo adalah perubahan yang berada di luar konteks tersebut, maka
dalam peradaban Islam sendiri hal itu telah dilakukan pada masa Kekhalifahan
berupa cara berpakaian, makan, dan ilmu pengetahuan selama tidak bertentangan
dengan hukum-hukum Islam. Perpaduan kebudayaan itu (asimilasi) terjadi pada
masa Umar, dimana ekspansi telah dilakukan yang mengakibatkan masyarakat
Arab yang telah masuk Islam berinteraksi dengan masyarakat di luar Arab.
Ketiga, menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur. Makna dari
kata teratur disini juga memiliki dua arti, satu bermakna “secara tertib/damai atau
tidak ada kerusuhan” dan yang lain bermakna “secara berkala atau periode yang
tetap”. Jika yang dimaksud secara tertib, maka hal itu telah diwujudkan dari
tindakan Muhammad SAW ketika menjadi pemimpin baik dalam agama maupun
masyarakat Muslim (dalam arti sosial/pemerintahan). Ketika Muhammad SAW
sakit dan tidak dapat menjadi imam dalam shalat, Abu Bakar ditunjuk sebagai
penggantinya tanpa ada kerusuhan yang terjadi. Begitu juga saat Abu Bakar
menjadi khalifah yang pertama. Akan tetapi hal itu berada dalam keadaan mutlak
karena keputusan Muhammad SAW merupakan hukum bagi Muslim yang
membuat banyak para sarjana Barat modern mengatakan seperti berada dalam
keadaan monarki absolut dimana semua keputusan Muhammad SAW berlaku
secara mutlak bagi Muslim. Untuk itu, pada poin ketiga ini akan dikaitkan pada
keempat khalifah sebagai penerus Muhammad SAW yang keputusan mereka
bukan merupakan hukum-hukum Islam atau dijadikan ketetapan-ketetapan dalam
Islam. Kesepakatan diangkatnya Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah tidak menimbulkan kerusuhan atau
peperangan walaupun ada beberapa kelompok yang merasa tidak puas dengan
keputusan tersebut. Hal itu lebih disebabkan oleh fanatisme yang timbul dari
pengaruh masing-masing khalifah dalam masyarakat Arab mengingat budaya
orang Arab yang memiliki semangat yang kuat dalam kesukuan. Hal itu juga
merupakan sesuatu yang wajar dalam masyarakat yang menganut demokrasi
sekaligus merupakan konsekuensi dari demokrasi itu sendiri seperti yang akan
dijelaskan pada poin berikutnya. Sedangkan jika makna teratur yang dimaksud
baik masa Kekhalifahan Rasyidin yang demokratis ataupun masa Kerajaan Islam
yang berbentuk monarki absolut, tidak menunjukkan adanya implementasi nilai
demokrasi tersebut. Akan tetapi jika dilihat kembali pada poin ini dengan
pengertian teratur secara berkala, Henry B Mayo mungkin tidak akan dapat
memberikan satu contoh negara modern yang telah mewujudkan nilai ini. Karena
presiden negara Amerika Serikat telah digantikan oleh wakilnya karena berada
dalam keadaan diluar kondisi yang ditetapkan sebelum masa periode jabatannya
habis. Jika yang nilai demokrasi yang dimaksud adalah adanya pergantian secara
berkala yang ditetapkan dalam konstitusi sebagai syarat negara demokrasi, dalam
Islam hal itu diserahkan kepada ummah. Tetapi jika pergantian pemimpin
dilakukan secara berkala yang tidak tetap atau tidak ada waktu yang ditetapkan
dalam konstitusi maka dalam ajaran Islam sendiri, yaitu telah dijelaskan
Muhammad SAW melalui persetujuan atas Abu Bakar yang menjadi imam dalam
shalat saat dia sakit, sudah memenuhi poin yang dimaksud oleh Henry B Mayo.
Karena segala ucapan, tindakan dan persetujuan Muhammad merupakan hukum
dalam Islam, maka persetujuan menggantikan posisi imam tersebut telah menjadi
dasar hukum dalam Islam, yaitu ketika pemimpin sedang sakit atau tidak dapat
lagi memimpin (meninggal) maka digantikan oleh pemimpin yang lain. Selain itu
juga ditetapkan untuk tidak patuh kepada pemimpin yang tidak melaksanakan
hukum-hukum Islam atau melanggar ketetapan yang telah ditentukan dengan kata
lain melanggar konstitusi maka pemimpin tersebut boleh digantikan. Dalam masa
Kekhalifahan Rasyidin, hal itu telah diimplementasikan dimana pergantian
pemimpin dilakukan ketika pemimpin yang lama meninggal (tidak dapat lagi
memimpin). Oleh karena itu, nilai-nilai dalam ajaran Islam yang telah membentuk
tatanan masyarakat Islam sebagai peradaban Islam, memiliki nilai-nilai yang sama
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi modern sesuai dengan poin
yang dikemukakan oleh Henry B Mayo.
Keempat, membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum. Dalam
kekerasan. Sanksi-sanksi yang dikenakan kepada pelanggaran-pelanggaran
hukum-hukum Islam seperti membunuh memiliki sanksi yang cukup keras, yaitu
hukuman mati. Namun jika keluarga yang dibunuh mau menerima diat dan
memaafkan si pembunuh, hukuman mati tidak dilaksanakan. Pelanggaran lain
seperti mencuri juga memiliki sanksi yang keras, yaitu dengan pemotongan salah
satu anggota tubuh yang dimulai dari tangan. Selain itu, pelanggaran lain yang
lebih bersifat rohani seperti meninggalkan shalat dan puasa, sanksinya lebih
bersifat tekanan batin berupa dosa dan bukan sanksi secara fisik. Karena hal
tersebut merupakan hubungan kepada Allah, bukan hubungan sesama manusia.
Dalam masa pemerintahan Islam itu sendiri, melihat kepada masa Kerajaan
Umayyah dan Abbasiyah, pemakaian kekerasan tidak begitu terlihat dalam
catatan-catatan sejarah kecuali yang berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran
yang disebutkan tadi yang pasti dilaksanakan karena sudah merupakan ketetapan
dalam hukum-hukum Islam. Namun, bagi masyarakat non-muslim yang berada
dalam wilayah pemerintahan Islam (dzimmi), tidak dikenakan sanksi-sanksi
tersebut kecuali membunuh seorang muslim dan penghinaan kepada agama.
Masyarakat yang masuk ke dalam kategori dzimmi ini diberikan kebebasan untuk
mennyelesaikan permasalahan sesuai dengan hukum agama atau ketentuan
mereka sendiri. Hal ini yang membuat banyak para sarjana Barat berpendapat
bahwa Muhammad SAW menegakkan agama dengan pedang. Namun dari sisi
muslim sendiri, itu merupakan ketegasan hukum.
Kelima, mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta
tingkah laku. Pendapat yang berbeda tidak dipermasalahkan dalam ajaran Islam
selama perbedaan itu tidak berkaitan dengan hal-hal mendasar dalam ajaran Islam,
yaitu rukun Islam dan rukun Iman. Perbedaan pendapat dalam hukum-hukum
Islam yang sudah tetap dan jelas seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an ataupun
telah dijelaskan oleh Muhammad SAW tidak dibolehkan. Misalnya, jumlah rakaat
perbedaan tidak masalah dan dalam ajaranIslam dikenal adanya Ijtihad, yaitu
kesepakatan para Ulama (orang-orang berilmu) karena adanya perbedaan
pendapat. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam dikenal
adanya berbagai mazhab yang berkenaan dengan fiqih, seperti mazhab Syafi’i,
Maliki, Hambali dan Hanafi. Serta dalam ilmu yang khusus untuk menentukan
benar atau tidaknya suatu hadits sering terjadi perbedaan di antara Ulama.
Nilai-nilai tersebut telah ada sebelum Henry B Mayo mengungkapkan pendapatnya
tentang nilai-nilai demokrasi modern.
Keenam, menjamin tegaknya keadilan. Keadilan berkaitan dengan
pengakuan akan adanya hak azasi manusia, yaitu hak hidup, hak milik dan hak
pengakuan persamaan derajat di dalam masyarakat dan hukum. Dan untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya hukum yang tertulis sebagai dasar
pedoman bagi suatu negara atau dalam istilah saat ini disebut konstitusi.
Al-Qur’an dan Sunnah merupakan konstitusi dalam masyarakat Islam. Dalam ajaran
Islam, hukum dalam perdagangan, pembagian harta warisan, pembagian harta
rampasan perang, dan perlakuan kepada tawanan perang atau budak, dan
hubungan sesama manusia telah ditetapkan. Namun melihat ke dalam peradaban
Islam pada Abad Pertengahan berdasarkan sejarah yang tertulis, yaitu dari
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh kerajaan Islam (penguasa) Umayyah,
Abbasiyah, atau Ottoman sering kali terlihat adanya penyimpangan. Akan tetapi
jaminan terhadap tegaknya keadilan telah ditetapkan dalam ajaran Islam hanya
saja pelaksanaan hukum tersebut sering kali berbeda. Seperti pembunuhan yang
dilakukan oleh keluarga Bani Abbas kepada keluarga Bani Umayyah yang tercatat
dalam sejarah, dimana disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Abbasiyah tersebut
tidak dihukum mati karena telah melakukan pembunuhan akan tetapi malah
menjadi penguasa.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam demokrasi yang dikemukakan oleh
Henry B Mayo juga sesuai dengan nilai dalam ajaran Islam. Namun
peradaban Islam mengalami kemunduran atau mulai diabaikan oleh masyarakat
Islam. Sehingga Kekhalifahan Rasyidin yang memiliki kekuasaan tunggal113
Selain dari perbandingan yang dijelaskan di atas, teori filsuf Muslim Abad
Pertengahan dengan teori filsuf Barat Abad Pencerahan memiliki kesamaan atau
kedekatan pemikiran. Kesamaan tersebut menunjukkan kemungkinan adanya
pengaruh dari filsuf Muslim terhadap pemikiran filsuf Barat. Filsuf Muslim yang
dimaksud adalah Ibnu Khaldun dan filsuf Barat, John Locke, dalam pemikiran
tentang negara. Pemikiran Ibnu Khaldun dan John Locke tentang negara
sama-sama berdasarkan dari suatu perjanjian yang dilakukan oleh masyarakat, yang
juga adanya pengakuan atas hak-hak alamiah manusia yang diperoleh sejak dia
lahir. Karena perjanjian tersebut dilakukan untuk menjamin masyarakat yang
melakukan perjanjian dapat memperoleh hak-hak mereka.Akan tetapi ada
perbedaan cara penyampaian tentang hak manusia di antara kedua filsuf tersebut.
Ibnu Khaldun secara tidak langsung mengemukakan hak manusia itu dengan
mengatakan bahwa manusia agar bisa bertahan hidup harus makan dan berada
dalam keadaan aman dari serangan makhluk-makhluk lain. Jika dijabarkan, Ibnu
Khaldun menganggap hak manusia merupakan hal yang sudah dianggap milik
semua manusia dan penjagaan hidup itu yang ditekankan dalam pemikirannya,
seperti memperoleh makanan dan juga berada dalam keadaan aman dari
serangan-serangan makhluk lain. Dengan kata lain, dalam menjaga hidup manusia
memerlukan adanya makanan (hak milik) dan berada dalam keadaan aman dari
serangan-serangan makhluk lain (hak kebebasan). Sedangkan John Locke (tidak seperti doktrin trias politica) dan beberapa penguasa (masa kerajaan) yang
masih memegang erat nilai-nilai dalam ajaran Islam, dapat dikatakan demokratis
meskipun tidak menganut sistem demokrasi seperti yang diterapkan oleh
negara-negara modern saat ini. Karena nilai-nilai dalam ajaran Islam memiliki nilai-nilai
yang sama dengan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi modern.
113
mengemukakan secara eksplisit bahwa manusia memiliki hak alamiah, yakni hak
hidup, milik, dan kebebasan. Perbedaan tersebut bisa disebabkan kondisi
lingkungan dari kedua filsuf. Ibnu Khaldun berada pada kondisi yang relatif
damai dan John Locke berada dalam kondisi sebaliknya, yaitu kondisi adanya
perbedaan hak dalam masyarakat Barat yang sudah dianggap sebagai suatu bentuk
yang wajar. Tidak mengherankan John Locke dianggap bapak hak azasi manusia
oleh masyarakat Barat mengingat pemikiran tersebut adalah hal yang baru bagi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Identitas Barat yang lahir dari perpecahan dalam Kekaisaran Romawi dan kemudian runtuh setelah suku-suku barbar dari utara Eropa menyerang Kekaisaran Romawi Barat, menjadikan suku-suku tersebut menjadi bagian dari kekaisaran yang baru dan masyarakat yang beradab. Peradaban Barat dalam perjalanan sejarahnya, berhadapan dengan peradaban Islam yang berkembang pesat di Spanyol. Interaksi yang terjadi antara kedua peradaban baik dalam kerja sama maupun dalam konflik telah memberikan kontribusi dalam perkembangan masyarakat Barat yang lebih modern.
Masyarakat Barat yang tertinggal dalam ilmu pengetahuan mendapat pengaruh dari adanya pengembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam, yang kemudian menjadikan masyarakat Barat menyukai literature-literatur dari Yunani Klasik. Peradaban Islam menjadi jembatan antara peradaban Yunani Klasik dengan peradaban Barat. Namun perkembangan tersebut bukan hanya disebabkan oleh adanya pengembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Perdagangan yang terjadi di kawasan Mediterania juga turut serta membantu dalam pertukaran kebudayaan. Dan pada masa Perang Salib, perdagangan tersebut menjadi lebih intens dan bukan hanya dalam medan perang saja.
lebih berkuasa, pengaruh paus menurun, dan adanya kota-kota yang mendapat kebebasan lebih yang semua hal itu turut membantu lahirnya Renaissance.
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dalam masyarakat Barat, khususnya ilmu pengetahuan filsafat dari Yunani Klasik, lahir banyak pemikir-pemikir Barat seperti John Locke dan Montesquieu yang telah memberikan kontribusi bagi terciptanya ide demokrasi modern yang berbeda bentuknya dengan demokrasi yang pernah diterapkan di Athena. Kedua pemikir tersebut memberikan satu pandangan tentang bagaimana seharusnya negara berjalan dan bagaimana kedudukan negara dalam masyarakat. Adanya berbagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat Barat setelah Renaissance turut mempercepat proses lahirnya negara-negara bangsa di Eropa dimana demokrasi mulai dapat diterapkan.
Dalam kaitannya antara ide demokrasi dan ajaran Islam, terdapat kesamaan di dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai dalam ide demokrasi modern dan nilai-nilai dalam ajaran Islam tidak jauh berbeda. Ide demokrasi modern yang dikenalkan oleh negara Amerika Serikat berasal terutama dari pemikiran John Locke dan Montesquieu. Pemikiran John Locke sendiri sangat mirip dengan pemikiran Ibnu Khaldun, salah satu pemikir Islam. Kedua pemikir mengatakan bahwa negara lahir dari adanya kesepakatan masyarakat atau kontrak sosial.
menyebabkan semua yang berkaitan dengan Yunani Klasik dihancurkan seperti kuil-kuil, perpustakaan dan sekolah.
Pengaruh Perang Salib atau konflik terhadap ide demokrasi di Eropa, tidak bisa dijelaskan dengan satu atau dua kalimat. Namun pengaruh tersebut dapat digambarkan seperti Demokrasi Pancasila yang hadir dalam negara Indonesia karena adanya konflik yang terjadi dan juga adanya pengetahuan dari masyarakat Barat yang ditransformasikan kepada para pendiri bangsa melalui pembelajaran. Para pendiri bangsa Indonesia merupakan orang-orang terpelajar yang menamatkan studinya di luar negeri atau pun di sekolah sekolah dalam negeri yang didirikan masyarakat Barat. Konflik antara Belanda dan Indonesia memberikan semangat baru dalam masyarakat Indonesia yang merasa sebagai satu identitas. Gambaran lebih jelas tentang perang kegiatan penerjemahan dalam Peradaban Islam terhadap Renaissance, jika dikaitkan dengan masa sekarang, ilmu pengetahuan dengan mudah diakses oleh masyarakat yang berada dalam negara yang sedang berkembang melalui perusahaan percetakan yang menerbitkan buku-buku pengetahuan ke seluruh dunia atau media internet yang merupakan hasil dari pencapaian suatu peradaban.
Hadits. Disiplin ilmu tersebut merupakan cabang ilmu yang mengkhususkan pada pengkajian asal-usul suatu hadits untuk ditetapkan kedudukan dari hadits tersebut, benar atau salah.Penulis juga berpendapat bahwa sangat membingungkan bagaimana sistem pendidikan pada masa sekarang telah memberikan batasan-batasan untuk mencapai suatu penemuan tanpa merujuk kepada para pemikir dan ilmuwan Barat. Penulis menganggap semua ketetapan standar-standar dalam dunia pendidikan untuk dapat diterima sebagai suatu hal yang ilmiah oleh masyarakat dunia benar-benar telah dikekang.
B. Implikasi Teoritis
Melihat arti dari renaissance itu sendiri adalah kelahiran kembali budaya Yunani Klasik termasuk pemikiran para filsuf dalam bidang politik. Plato, salah satu filsuf Yunani Klasik yang paling dikenal, mengatakan bahwa sistem monarki konstitusional merupakan sistem pemerintahan yang terbaik. Plato sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh sarjana Barat, mengkritisi sistem demokrasi yang diterapkan di Athena karena adanya kecenderungan akan terjebak dalam kondisi anarki dimana tidak adanya figur yang kuat. Aritoteles juga berpendapat bahwa negara yang dipegang oleh rakyat dan bertujuan jelek disebut demokrasi.
Perlu diperhatikan, semua kepentingan kolektif warga adalah jaminan akan kebebasan untuk mendapatkan hak sebagai manusia dan tegaknya keadilan. Untuk itu yang perlu ditekankan adalah sebuah hukum yang menjadi pengikat seluruh warga dan menjamin kepentingan kolektif warga tersebut atau disebut sebagai konstitusi. Hal tersebut juga sama seperti yang dikemukanan oleh John Locke. Sebelum pemikiran John Locke dikenal, aplikasi tersebut telah diterapkan dalam pada masa Kekhalifaan Rasyidin dan masa kerajaan-kerajaan Islam lain yang masih memegang erat nilai-nilai dalam ajaran Islam.
BAB II
SEJARAH PERADABAN ISLAM DAN PERADABAN BARAT PADAABAD PERTENGAHAN
A. Sejarah Peradaban Barat
1. Runtuhnya Romawi Barat
Penerus kepemimpinan Kekaisaran Romawi, Diocletian (284-305) membuat perubahan radikal dengan membagi kekaisaran menjadi belahan barat dan timur yang diperintah oleh tetrarki dan mengeluarkan sejumlah besar titah hukum. Di atas kertas, tetrarki Diocletian adalah sebuah solusi elegan untuk mengatasi kondisi politik yang tidak stabil yang telah menghasilkan sekitar dua puluh kaisar dan kaisar-gadungan dalam jangka waktu yang singkat sejak kematian Kaisar Julian. Karena pada masa Julian, Kekaisaran Romawi baru saja selesai berperang dengan Kerajaan Sassania (Persia atau Iran) yang dimenangkan oleh Shapur I, shahanshah (sebutan untuk raja Persia). Perang itu telah berdampak pada kondisi Kekaisaran Romawi yang segera membutuhkan reformasi politik dan stabilitas ekonomi. Namun, lambatnya Romawi untuk pulih dari keterpurukan menyebabkan kekaisaran tersebut masuk ke dalam anarki, anjloknya mata uang, dan perang saudara antara apa yang disebut dengan kaisar-kaisar barak. Perang saudara dimenangkan oleh Diocletian.
mendorongDiocletian untuk memberikan otonomi daerah sebagai kebijakan yang akan memaafkan kediktatorannya menurut Will Durrant.24
Diocletian dan kawan seperjuangannya, Maximian sebagai kaisar senior (augusti) yang masing-masing berkuasa di belahan timur dan di belahan barat, serta dua kaisar bawahan (cesari) yang naik status augustus ketika kaisar senior meninggal dunia. Dua kaisar bawahan tersebut yakni Galerius dan Constantius. Galerius menjadi kaisar bawahan dari Diocletian dan Constantius sebagai kaisar bawahan Maximian. Keempat pemimpin ini memiliki wilayah masing-masing akan tetapi kaisar bawahan tetap tunduk pada kekuasaan kaisar senior. Wilayah-wilayah kekaisaran di bagian barat seperti Gaul, Spain, dan Britain menjadi wilayah yuridiksi Constantius. Sedangkan Galerius memiliki Danube sebagai wilayah yuridiksi di belahan timur.25
Kekuasaan otoritas yang ditanamkan di tangan para kaisar membuat motto yang disakralkan Senatus Populusque Romanum (Senat dan Rakyat Roma) hampir tidak layak bagi entablature marmer yang di atasnya moto itu dituliskan. Karena Diokletianus sendiri telah menyatakan dirinya dewa, tampaknya ada kekecewaan besar di kalangan orang Kristen di kekaisaran itu dikarenakan keengganan mereka untuk mengakui klaim tersebut. Kerajaan menetapkan kebijakan harga tetap dan membekukan profesi komersial dan birokrasi kunci selama-lamanya untuk keturunannya sendiri. Sebuah sistem perpajakan penyitaan untuk menyubsidi birokrasi yang besar mengalihkan sisa harta kekayaan rakyat biasa maupun prajurit ke jajaran tinggi kelas bangsawan dan kelompok mapan militer. Kekuatan militer kekaisaran yang sudah besar itu tumbuh dari tiga puluh Pemerintahan Maximianus berpusat di kota Milan yang menjadi ibukota administratif belahan barat. Kota Split di Kroasia menjadi ibukota belahan timur Diocletian (sebelum ibukota belahan timur dipindahkan ke Konstantinopel oleh Kaisar Constantine).
24
Will Durant. 1944. Caesar and Christ. New York: Simon and Schuster. Hlm. 641.
25
legion yang terdiri atas 300.000 infantri menjadi total 435.000 tentara. Para inovator besar kekaisaran bahkan mencabut perdamaian tiga puluh tahun dengan Kerajaan Sassania. Meskipun ekonomi pasar dan basis pertanian melemah secara gawat –dalam cara yang akan tampak nyata menjelang akhir abad berikutnya– Romawi abad ketiga berhasil bertahan dari sekitar enam puluh tahun tantangan Kerajaan Sassania bahkan ketika suku-suku Jerman berulang kali mencabik pertahanan Rhine dan Danube. Penerus Diokletianus, Konstantinus Agung (306-337), bukan hanya mempertahankan kekaisaran yang terpecah itu tetapi bahkan mereplikasi Kota Abadi (City of God) sebagai Konstantinopel di tempat koloni Yunani lama, Bizantium, lokasi strategis bagi Danube dan Eufrat. Bagian barat kerajaan, dilembagakan secara resmi oleh Konstantinus pada 325 dan secara bersama-sama diperintah oleh Roma dan Konstantinopel.26
Pada musim gugur 376, kaum Goth Tervingi dari Antiokhia yang dipimpin oleh Alaviv dan Fritigern, memohon izin kepada kaisar Romawi Timur yang saat itu dipegang oleh Kaisar Valen, untuk memasuki wilayah kekaisaran. Mereka melewati Danube dan menetap di wilayah Thrace.27
26
David Levering Lewis. 2012. The Greatness of Al-Andalus: Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Hlm.36-38.
27
Herwig Wolfram. 1990. History of the Goths. Barkeley:University of California Press. Hlm. 117.
infanteri Thracian dicegat dan dibantai. Enam bulan kemudian, Thrace berada di ambang menjadi benteng barbar di dalam kekaisaran, sebuah situasi yang mengerikan untuk menuntut respon bersama dari Valen maupun sekutu baratnya, Gratianus.Valens memimpin barisan pasukan terbaiknya keluar dari Antiokhia pada akhir musim panas tahun378. Bersamaan dengan itu, Gratianus mempesiapkan pasukan pilihannya di Milan (ibukota administratif Romawi Barat) untuk menggabungkan kekuatan dengan Kekaisaran Romawi Timur. Akan tetapi Valens melakukan penyerangan terlebih dahulu kepada kaum Goth sebelum pasukan Gratianus bergabung dengan pasukannya. Dalam satu hari di Adrianople pada awal Agustus 378, kaum Goth menghabisi tiga legiun Romawi kurang dari tiga haridan Kaisar Valens terbunuh.Fritigern mematahkan tulang belakang Kekaisaran Romawi.
Dua dekade kemudian, Alaric I, pemimpin cerdik mereka dan calon
Romanitas, menuntut penghormatan dari kaisar (bersama pajak tahunan, perjanjian real estate, dan gelar kehormatan Latin). Namun Kaisar Honorius mengabaikan hal tersebut yang menyebabkan Kota Abadi (Roma) diserang dan mengalami kerusakan yang luas akibat kebakaran (gedung senat lama dibakar). Kuil, gereja, dan rumah-rumah bangsawan dikosongkan. Adik tiri Honorius, Galla Placidia, dipaksa untuk menikah dengan saudara laki-laki Alaric I.Pernikahan itu berlangsung pada Januari 414.28
Pada saat Hispania (Spanyol) diserang oleh suku Alans, Suevi, dan Vandals, Honorius maupun Flavius Konstantinus, komando sekaligus menantunya, meminta bantuan kaum Goth. Honorius menawarkan gelar dan lahan untuk imbalan atas pelayanan mereka di Hispania sebagai feoderati, atau penengah kekiasaran non-Latin. Goth dan Romawi berbaris-baris selama enam tahun untuk membersihkan Alans dan Vandal dari sebagaian besar Hispania. Komisi kekaisaran mereka secara substansial dilunasi pada 419. Kaum Visigoth,
28
sebagaimana sebutan untuk Goth kemudian, diberi wilayah di bagian selatan Galia (Aquitania). Hispania adalah bayangan cermin dari Roma itu sendiri. Provinsi-provinsi yang berisi populasi kekaisaran yang paling Latin di luar Italia. Selain Kordoba Caesaraugusta (Zaragoza), Augusta Emerita (Merida), dan Valentia (Valencia) merupakan kota-kota kosmopolitan di Hispania.29Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476 setelah Romulus Augustus dipaksa untuk menyerah kepada pemimpin Jermanik, Odoacer.30Romulus dibiarkan tetap hidup dan dia diasingkan ke wilayah pedalaman Campania.31
Tak sampai satu abad sebelum Odoacer membubarkan pemerintahan Kekaisaran Romawi Barat, kaisar terakhir yang memerintah atas nama Kekaisaran Romawi bersatu mengeluarkan ketetapan agama yang teramat penting bagi dunia. Theodosius I menuntaskan kemenangan ekumenis ideologi yang telah menyebar dari kelas bawah sampai kelas atas dunia Romawi. Meskipun Maklumat Milan Konstantin mengesahkan Kekristenan pada tahun 313, menetapkan kedudukan sejajar antara sekte yang kuat itu dengan politeisme dan dualisme yang saling bersaing.Hanya setelah dekrit Theodosius pada tahun 380 maka monoteisme baru menjadi iman resmi Kekaisaran Romawi. Keluarga-keluarga senator tua yang kuat berjuang keras untuk mempertahankan kuil-kuil pagan dan melestarikan acara-acara perayaan dan permainan Colosseum. Harapan terbaik mereka yang terakhir adalah menyelamatkan apa yang mereka yakini sebagai jiwa peradaban mereka dari metastasis Kristen yang datang bersama pemerintahan singkat namun brilian dari kaisar-filsuf Julian Pemurtad (361-363). Sampai dia dibunuh ketika mundur Kemudian Odoacer mengirim pesan kepada Kaisar Zeno di Konstantinopel, yang juga merupakan penguasa yang sah atas wilayah kekaisaran bagian barat, dimana pesan tersebut mempengaruhi kaisar bahwa penunjukan penguasa baru di wilayah tersebut tidak lagi diperlukan. Bisa dibilang, Abad Kegelapan berawal dari kepergian Romulus.
29
David Levering Lewis. Op. Cit.,Hlm. 177.
30
Carl Waldman dan Catherine Mason. 2006. Encyclopedia of European Peoples. New York: Infobase Publishing. Hlm. 642.
31