• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN ALAT BERAT

PEMANENAN KAYU PADA SALAH SATU IZIN USAHA

PEMANFAATAN HUTAN ALAM DI KALIMANTAN TIMUR

CHANDRA DARMAWAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Chandra Darmawan

(4)

ABSTRAK

CHANDRA DARMAWAN. Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN.

Penentuan jumlah alat pemanenan hutan yang sesuai dengan kebutuhan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan pemanenan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis jumlah kebutuhan alat dan membandingkan dengan ketersediaan alat pemanenan di IUPHHK-HA PT Ratah Timber Kalimantan Timur sehingga dapat memberikan informasi dalam menentukan jumlah peralatan pemanenan yang akan digunakan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur waktu kerja dan volume dari setiap tahapan pemanenan sehingga diperoleh produktivitas pemanenan. Besarnya produktivitas penebangan adalah sebesar 12.73 m3/jam, penyaradan sebesar 13.64 m3/jam, pemuatan sebesar 151.66 m3/jam, pengangkutan 26,38 m3/jam dan pembongkaran 207.01 m3/jam. Jumlah alat yang dibutuhkan dalam kegiatan penebangan adalah sebanyak 4 unit

chainsaw, penyaradan sebanyak 4 unit bulldozer, pemuatan sebanyak 1 unit wheel loader, pengangkutan sebanyak 2 unit logging truck dan pembongkaran sebanyak 1 unit wheel loader. Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk kegiatan penebangan terdapat kelebihan jumlah alat sebanyak 9 unit chainsaw, penyaradan lebih sebanyak 7 unit bulldozer,

pengangkutan lebih sebanyak 3 unit logging truck dan pembongkaran lebih sebanyak 1 unit

wheel loader. Untuk kegiatan pemuatan, jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan jumlah alat yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 unit wheel loader.

Kata kunci: alat berat, pemanenan kayu, produktivitas, waktu kerja.

ABSTRACT

CHANDRA DARMAWAN. Avaibility and Needs of Heavy Equipment for Timber Harvesting in a Natural Forest Utilization Company in East Borneo. Supervised by JUANG RATA MATANGARAN.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN ALAT BERAT

PEMANENAN KAYU PADA SALAH SATU IZIN USAHA

PEMANFAATAN HUTAN ALAM DI KALIMANTAN TIMUR

CHANDRA DARMAWAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur

Nama : Chandra Darmawan NIM : E14090020

Disetujui oleh

Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah kebutuhan alat pemanenan, dengan judul “Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Berat Pemanenan Kayu pada Salah Satu Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Alam di Kalimantan Timur”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Tri Sujatmiko selaku direktur utama PT Ratah Timber Kalimantan Timur yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian pada perusahaan tersebut. Bapak Ganjar selaku manager camp PT Ratah Timber Kalimantan Timur, Bapak Wijonarko, Bapak Acong, Mas Pa’i dan Mas Ancau yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Daden Rachdiana), ibu (Alm. Elly Komariyati), serta seluruh keluarga, atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman Fahutan angkatan 46 pada umumnya dan teman-teman MNH 46 pada khususnya yang selalu memberikan dukungan dan bantuan sampai terselesaikannya karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Jenis Data 2

Prosedur Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Produktivitas Alat 9

Waktu Kerja Tidak Efektif 12

Ketersediaan dan Kebutuhan Alat 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Tahapan Elemen dan Waktu Kerja dari Kegiatan Pemanenan Hutan 5 2 Batas-Batas Wilayah Pengusahaan Hutan IUPHHK-HA PT Ratah

Timber 7

3 Luas Areal Kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber Berdasarkan

Fungsi Hutan. 8

4 Luas Areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber Berdasarkan Jenis Tanah 8 5 Kondisi Topografi Areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber 8 6 Data Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan Rata-Rata di Sekitar

Areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber 9

7 Produktivitas Alat 9

8 Kebutuhan Alat Pemanenan 16

9 Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Pemanenan 17

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Alir Penelitian 6

2 Persentase Elemen Kerja Penebangan 13

3 Persentase Elemen Kerja Penyaradan 13

4 Persentase Elemen Kerja Pemuatan 14

5 Persentase Elemen Kerja Pengangkutan 15

6 Persentase Elemen Kerja Pembongkaran 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Waktu Kerja Penebangan 20

2 Data Waktu Kerja Penyaradan 22

3 Data Waktu Kerja Pemuatan 24

4 Data Waktu Kerja Pengangkutan 27

5 Data Waktu Kerja Pembongkaran 30

6 Data Volume dari Setiap Kegiatan Pemanenan 33

7 Daftar Kondisi Alat Berat dan Ringan 34

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomassa lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat (Suparto 1982). Tahapan penting dalam operasi kegiatan pemanenan hutan adalah penebangan, penyaradan, muat bongkar dan pengangkutan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis. Sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak dipilih karena menghasilkan produksi kayu lebih tinggi dibandingkan secara manual. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja dengan menggunakan sistem mekanis relatif lebih sedikit, dimana hal ini umum dilakukan di luar pulau Jawa dengan areal hutan yang luas.

Peranan alat berat dan peralatan pemanenan kayu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam mewujudkan kelancaran produksi kayu. Penggunaan peralatan pemanenan kayu sangat membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan yaitu mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan jenis pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia dan hal tersebut dilakukan karena alasan efisiensi, keterbatasan tenaga kerja, keamanan serta faktor ekonomi lainnya (Suhartana dan Yuniawati 2007).

Besarnya produktivitas alat pemanenan berpengaruh terhadap kegiatan produksi kayu. Dalam usaha untuk menemukan standar produktivitas kerja dari suatu pekerjaan yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan evaluasi usaha dan penilaian produktivitas tenaga kerja, perlu dimulai dengan analisis yang dilaksanakan secara mendalam (Mujetahid 2008). Peningkatan produktivitas dan efisiensi alat pemanenan dapat dicapai apabila waktu kerja tidak efektif dikurangi atau dihilangkan. Pengurangan waktu kerja tidak efektif dapat dilakukan dengan pengoperasian alat tersebut secara efisien dan melakukan pengawasan terhadap pekerja.

Penentuan jumlah alat pemanenan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat berakibat tidak tercapainya tujuan yang diharapkan dan dapat menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri. Oleh karena itu, agar tujuan tersebut dapat dicapai dengan baik, perlu adanya perhitungan pemilihan alat berat yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan alat tersebut tidak terlepas dari pertimbangan beberapa faktor terkait, sehingga kegiatan produksi ataupun pemanenan kayu dapat dilakukan secara optimal.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis kebutuhan alat pemanenan kayu.

(14)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi terkait perbandingan ketersediaan dan kebutuhan jumlah alat pemanenan kayu yang optimal guna meningkatkan produksi kayu di IUPHHK-HA PT Ratah Timber.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menghitung dan menentukan peralatan pemanenan kayu yang sesuai dengan kebutuhan di IUPHHK-HA PT Ratah Timber.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di IUPHHK-HA PT Ratah Timber Kalimantan Timur. Penelitian akan dilakukan dalam waktu satu bulan yaitu pada bulan Februari sampai Maret 2014.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen RKT (Rencana Kerja Tahunan), RKUPHHK (Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) dan Laporan Hasil Produksi (LHP).

Alat

Alat yang diukur dalam penelitian ini terdiri atas chainsaw untuk kegiatan penebangan, bulldozer untuk kegiatan penyaradan, wheel loader untuk kegiatan pemuatan dan pembongkaran, logging truck untuk kegiatan pengangkutan,

stopwatch untuk menghitung waktu kerja, pita ukur untuk mengukur diameter dan panjang kayu, microsoft excel untuk mengolah data, tally sheet untuk mencatat data penelitian, kamera untuk dokumentasi selama penelitian dilakukan, alat tulis, kalkulator serta papan jalan.

Jenis Data

Data Primer

(15)

3 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil yang sudah ada di perusahaan tersebut berupa data letak, luas dan keadaan umum lokasi penelitian, target produksi kayu per tahun, RKT (Rencana Kerja Tahunan) tahun 2014, RKUPHHK (Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu) dan Laporan Hasil Pemanenan (LHP) petak yang akan dilakukan penelitian serta daftar alat pemanenan kayu yang digunakan dari mulai kegiatan penebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dimulai dari:

1. Survey lokasi penelitian pada petak areal kerja dalam RKT PT Ratah Timber tahun 2014.

a. Menentukan lokasi yang sesuai untuk penelitian serta memudahkan dalam pengamatan.

b. Lokasi penelitian dimulai dari petak penebangan, TPn, TPK antara, dan TPK akhir.

2. Menghitung waktu kerja yang diperlukan dari setiap tahapan pemanenan hutan. Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan seorang pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan tertentu. Waktu kerja dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk suatu kegiatan yang sudah merupakan bagian tertentu dari pekerjaan bersangkutan. Sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah waktu yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang tidak efektif dalam suatu proses produksi (ILO 1979). Adapun pengukuran dilakukan dari tahapan berikut:

a. Penebangan pohon

Kegiatan ini dilakukan di blok tebang RKT 2014 pada petak P25, R25, dan Q24. Total pengukuran dilakukan sebanyak 66 siklus penebangan atau sebanyak 66 pohon dengan waktu kerja rata-rata 6 jam per harinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan chainsaw Stihl MS 270 sebanyak 32 siklus dan chainsaw Stihl 070 sebanyak 34 siklus penebangan. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai ketika operator

chainsaw berjalan menuju pohon yang akan ditebang, membersihkan areal sekitar pohon yang akan ditebang, menentukan arah rebah, pembuatan takik rebah dan balas, pembersihan cabang, pemotongan bontos dan ujung kayu serta pembagian batang. Sedangkan waktu tidak efektif adalah seperti persiapan alat, memotong kayu yang tersangkut, memperbaiki

chainsaw, mengisi bahan bakar, mengambil bar yang terjepit, dan istirahat. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter dan panjang batang untuk menentukan besarnya volume kayu yang ditebang.

b. Penyaradan kayu

(16)

4

D85E-SS sebanyak 31 siklus penyaradan dan Caterpillar D7G sebanyak 33 siklus penyaradan. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai ketika

bulldozer bergerak menuju ke lokasi penebangan, kemudian helper

memasangkan choker pada kayu yang akan disarad, bulldozer menyarad kayu sampai ke TPn, melepas choker saat kayu telah sampai di TPn dan merapikan log di TPn. Sedangkan waktu tidak efektif adalah seperti persiapan alat, memasang kembali choker yang terlepas, berhenti di jalan, mengisi bahan bakar, perbaikan alat dan istirahat. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter dan panjang log untuk menentukan besarnya volume kayu yang disarad.

c. Pemuatan kayu

Kegiatan ini dilakukan di TPK antara (Km 22). Total pengukuran dilakukan sebanyak 99 siklus pemuatan atau sebanyak 102 batang kayu yang dimuat dengan waktu kerja rata-rata 6 jam per harinya dengan menggunakan wheel loader Caterpillar 966 H. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai ketika wheel loader bergerak menuju ke lokasi tumpukan kayu di TPK, mengambil kayu, meletakkannya ke atas truk dan bermanuver kembali. Sedangkan waktu tidak efektif adalah seperti persiapan alat, mogok, menunggu logging truck, meletakkan kembali log yang terjatuh, mengisi bahan bakar, berhenti, memasang trailer pada

logging truck, memperbaiki posisi log di trailer, memindahkan log ke tumpukan lain, dan istirahat. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter dan panjang log untuk menentukan besarnya volume kayu yang dimuat.

d. Pengangkutan

Kegiatan ini dilakukan di TPK antara (Km 22) menuju TPK akhir (Km 0). Total pengukuran dilakukan sebanyak 13 siklus pengangkutan atau sebanyak 107 batang kayu yang diangkut dengan waktu kerja rata-rata sekitar 6 jam per harinya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan logging truck mercedes benz actros 4043 sebanyak 7 siklus pengangkutan dan nissan TZA 520 sebanyak 6 siklus pengangkutan. Pengukuran waktu kerja efektif dimulai ketika truk bergerak menuju TPK antara, bermanuver di TPK antara, mengangkut kayu dari TPK antara menuju TPK akhir dan bermanuver kembali di TPK akhir. Sedangkan waktu kerja tidak efektif adalah seperti persiapan alat, berhenti di jalan, menunggu, mogok, mengisi bahan bakar dan istirahat. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter dan panjang log untuk menentukan besarnya volume kayu yang diangkut.

(17)

5 terjatuh, merapikan tumpukan log, mengisi bahan bakar, menaikkan trailer

ke atas logging truck, memindahkan log, ban terselip, berhenti, dan istirahat. Selain itu, dilakukan juga pengukuran diameter dan panjang log untuk menentukan besarnya volume kayu yang dibongkar.

3. Menghitung dimensi kayu atau batang dari setiap tahapan pemanenan hutan yang meliputi kegiatan penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran. Alur pengumpulan data dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.

Tabel 1 Tahapan Elemen dan Waktu Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Hutan

No. Kegiatan Elemen Kerja Keterangan

1 Penebangan 1. Membersihkan areal sekitar pohon tebangan

2. Penebang menuju pohon yang akan ditebang

3. Penentuan arah rebah

4. Pembuatan takik rebah dan takik balas

5. Pembersihan cabang 6. Pemotongan bontos kayu 7. Pemotongan ujung kayu 8. Pembagian batang

a. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 merupakan waktu kerja efektif b. Waktu kerja tidak efektif seperti

persiapan alat, memotong kayu yang tersangkut, mengisi bahan bakar, memperbaiki chainsaw, mengambil bar yang terjepit dan istirahat

2 Penyaradan 1. Bulldozer menuju lokasi tebangan 2. Memasang choker

3. Menyarad kayu 4. Melepas choker 5. Merapikan log di TPn

a. 1, 2, 3, 4 dan 5 merupakan waktu kerja efektif

b. Waktu kerja tidak efektif seperti persiapan alat, memasang kembali choker yang terlepas, mengisi bahan bakar, berhenti di jalan, perbaikan alat dan istirahat 3 Pemuatan 1. Wheel loader menuju ke

tumpukan logdi TPK antara 2. Pemuatan log ke atas logging

truck

3. Manuver wheel loader di TPK antara

a. 1, 2 dan 3 merupakan waktu kerja efektif

b. Waktu kerja tidak efektif seperti persiapan alat, mogok, menunggu logging truck, meletakkan kembali log yang terjatuh, mengisi bahan bakar, berhenti, memasang trailer pada logging truck, memperbaiki posisi log di trailer, memindahkan log ke tumpukan lain dan istirahat

4 Pengangkutan 1. Logging truck menuju ke TPK antara

2. Manuver di TPK antara 3. Mengangkut log menuju TPK

akhir

4. Manuver di TPK akhir

a. 1, 2, 3 dan 4 merupakan waktu kerja efektif

b. Waktu kerja tidak efektif seperti persiapan alat, berhenti di jalan, mengisi bahan bakar, menunggu, mogok dan istirahat 5 Pembongkaran 1. Wheel loader menuju ke logging

truck

2. Pembongkaran log ke atas logging truck

3. Manuver wheel loader di TPK akhir

a. 1, 2 dan 3 merupakan waktu kerja efektif

(18)

6

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian

Prosedur Analisis Data

1. Perhitungan Volume Kayu

Volume kayu dihitung dengan menggunakan rumus Brereton metric:

Keterangan:

V = Volume kayu bulat (m³) D = Diameter kayu bulat (cm) P = Panjang kayu bulat (m) Du = Diameter ujung kayu (cm) Dp = Diameter pangkal kayu (cm)

Petak penebangan TPK akhir

Kegiatan

TPK antara

Penebangan Pemuatan dan

pengangkutan Pembongkaran

Data primer

a. Target produksi b. Jam kerja efektif

dalam sehari c. Hari kerja efektif

dalam setahun Data sekunder

Pengolahan data menggunakan rumus untuk mencari kebutuhan alat

Membandingkan alat yang tersedia dan alat yang dibutuhkan dari setiap kegiatan pemanenan hutan

Lokasi

Produktivitas alat  Mengukur waktu kerja dari setiap elemen kerja  Mengukur diameter dan panjang log

(19)

7 2. Perhitungan Produktivitas Alat

Rumus umum produktivitas alat menurut Wasono (1965) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P = Produktivitas alat (m3/jam) H = Hasil kerja (m3)

a = Waktu kerja/trip (menit) h = Jumlah waktu kerja (60 menit) 3. Perhitungan Kebutuhan Alat

Kebutuhan alat dihitung dengan rumus berikut (United Tractor 1984):

Keterangan:

N = Jumlah kebutuhan alat (unit) VP = Volume pekerjaan (m3/tahun)

WP = Waktu penyelesaian pekerjaan (jam/tahun) KP = Kapasitas produksi alat (m3/jam)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Letak dan Luas

Letak geografis areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber berada pada 114°55'−115°30' Bujur Timur dan 0°2' LS−0°15' LU. Berdasarkan letak administrasi pemerintahan, areal tersebut berada dalam Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan IUPHHK-HA PT Ratah Timber termasuk dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Mamahak Besar, Dinas Kehutanan Kabupaten Mahakam Ulu, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan pembagian wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber berada dalam wilayah DAS Mahakam yang tersebar pada Sub DAS Ratah. Adapun batas-batas areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Batas-Batas Wilayah Pengusahaan Hutan IUPHHK-HA PT Ratah Timber

No Lokasi Berbatasan dengan

1 Utara Areal Penggunaan Lain (APL) dan IUPHHK-HA PT Seroja Universum

Nawastu

2 Timur APL dan IUPHHK-HA PT Kedap Sayaaq

3 Selatan Hutan Negara (Non IUPHHK) dan Hutan Lindung Batu Buring Ayok

(20)

8

Hasil super-imposse antara Peta Areal Kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber dengan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas Areal Kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber Berdasarkan Fungsi Hutan.

No Fungsi Hutan Luas Jumlah

(Ha) Blok I Blok II

1 Hutan Produksi Tetap (HP) 66 610 6 810 73 420 2 Hutan Produksi Terbatas

(HPT) 20 005 - 20 005

Jumlah 86 615 6 810 93 425

Sumber : RKUPHHK PT Ratah Timber Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kalimantan Skala 1 : 250 000 tahun 1975, areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber memiliki tiga jenis tanah yaitu podsolik merah kuning, latosol dan aluvial. Data secara rinci disajikan melalui Tabel 4.

Tabel 4 Luas Areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber Berdasarkan Jenis Tanah No Jenis Tanah

Sumber : RKUPHHK PT Ratah Timber Topografi

Hasil analisis kelas lereng berdasarkan Peta Garis Bentuk dan Potret Udara skala 1 : 25 000 menunjukan bahwa sebagian besar areal kerja (± 71.9%) tergolong datar hingga landai. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kondisi Topografi Areal IUPHHK PT Ratah Timber

Klasifikasi Kelas Lereng

(21)

9 Iklim

Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt dan Fergusson, iklim di areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber termasuk iklim sangat basah atau tipe A dengan jumlah bulan basah sebanyak 12 bulan (nilai Q = 0%) dengan Suhu serta kelembaban rata-rata di sekitar areal kerja IUPHHK-HA PT Ratah Timber adalah 24.6°C dan 85.1%. Data curah hujan rata-rata disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Data Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan Rata-Rata di Sekitar Areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber

No Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan

Sumber : RKUPHHK PT Ratah Timber

Produktivitas Alat

Berdasarkan ILO (1979), produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Produktivitas alat diperoleh dari hasil pengukuran waktu kerja dan volume kayu pada setiap tahapan kegiatan pemanenan kayu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas/prestasi kerja dapat dilihat pada faktor yang mempengaruhi waktu total dan produktivitas, hal ini disebabkan karena prestasi kerja berkaitan dengan waktu yang digunakan dan hasil yang diperoleh seorang pekerja (Gautama 2008). Hasil pengukuran produktivitas alat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Produktivitas Alat

(22)

10

Penebangan

Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu yang meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto 1979). Berdasarkan pengukuran waktu kerja di lapangan, total waktu kerja efektif penebangan diperoleh sebesar 25.70 jam dengan waktu kerja efektif rata-rata sebesar 0.39 jam per siklusnya. Sedangkan total waktu kerja tidak efektif yang diperoleh sebesar 9.95 jam dengan rata-rata sebesar 0.15 jam per siklusnya. Jadi, total waktu kerja yang diperoleh dalam kegiatan penebangan adalah sebesar 35.65 jam dengan rata-rata sebesar 0.54 jam per siklusnya. Total volume kayu yang ditebang adalah 453.82 m3 dengan rata-rata sebesar 6.88 m3 per siklus penebangan. Berdasarkan data waktu kerja dan volume di atas, dapat ditentukan besarnya produktivitas penebangan adalah sebesar 12.73 m3/jam.

Hal ini cukup jauh berbeda dengan hasil penelitian Sastrodimedjo dan Simarmata (1974) di PT Bhirawa Timber yang menunjukkan besarnya produktivitas penebangan adalah sebesar 25.15 m3/jam dengan waktu kerja 5–8 jam per hari dan di PT Halmahera Kayu sebesar 23.98 m3/jam dengan waktu kerja 3–5 jam per harinya. Alat yang digunakan memiliki merk dan tipe yang sama, akan tetapi besarnya produktivitas relatif berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi tegakan, skill, topografi, iklim dan lain-lain (Sastrodimedjo dan Simarmata 1974). Kondisi tegakan di areal IUPHHK-HA PT Ratah Timber tidak terlalu rapat, topografinya pun relatif landai. Selain itu waktu kerjanya pun berbeda. Kondisi iklim sukar diprediksi dan memiliki hari hujan yang cukup banyak dalam setahun yang menyebabkan produktivitas kerja penebangan di PT Ratah Timber relatif kecil.

. Penyaradan

Penyaradan merupakan kegiatan pemindahan kayu yang berasal dari petak tebang (tunggak) menuju tempat pengumpulan kayu (TPn). Kegiatan penyaradan dimulai saat kayu diikatkan ke rantai penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuannya (TPn, tepi sungai, tepi jalan rel atau tepi jalan mobil,

landing) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai penyarad (Elias 1980). Kegiatan pembalakan di Kalimantan Timur yang umum dilakukan oleh unit manajemen adalah dengan ground based skidding atau menggunakan

bulldozer/tractor sebagai alat utama dalam proses penyaradan kayu (Ruslim 2011).

(23)

11 ini terjadi dikarenakan perbedaan tipe, kapasitas dan waktu kerja alat sarad yang digunakan. Selain itu, besarnya produktivitas penyaradan juga dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya topografi, kondisi tanah, keterampilan operator, kondisi traktor, jarak sarad, volume muatan dan kondisi tegakan (Dulsalam dan Sukanda 1989).

Pemuatan

Pemuatan merupakan kegiatan memindahkan kayu gelondongan dari tanah atau lapangan ke atas alat angkut jarak jauh (truk, kereta rel, kapal, dsb). Kegiatan awal dari perjalanan panjang membawa kayu dari TPn ke TPK.

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, total waktu kerja efektif pemuatan yang diperoleh adalah sebesar 135.65 menit atau sekitar 2.26 jam dengan rata-rata sebesar 1.37 menit per siklus. Sedangkan total waktu kerja tidak efektif yang diperoleh adalah sebesar 85.50 menit atau sekitar 1.43 jam dengan rata-rata sebesar 0.86 menit per siklus. Jadi, total waktu kerja pemuatan yang diperoleh adalah sebesar 221.15 menit atau sekitar 3.69 jam dengan rata-rata sebesar 2.23 menit per siklus. Adapun total volume kayu yang dimuat adalah 558.98 m3 dengan rata-rata sebesar 5.65 m3 per siklus pemuatan. Berdasarkan data waktu kerja dan volume di atas, dapat ditentukan besarnya produktivitas pemuatan adalah sebesar 151.66 m3/jam. Hal ini sangat jauh berbeda dengan hasil penelitian Sastrodimedjo et al. (1973) dengan menggunakan Caterpillar 980 B di PT Bon Guan Dasaad sebesar 49.97 m3/jam dan hasil penelitian Sastrodimedjo et al.

(1977) di PT Taliabu Timber sebesar 43.70 m3/jam. Adanya perbedaan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan tenaga (HP) alat pemuatan yang digunakan. Selain itu, produktivitas alat muat juga ditentukan oleh tipe alat, jumlah persediaan kayu, banyaknya truk yang akan dimuat dan keterampilan operator (Sastrodimedjo et al.

1977)

Pengangkutan

Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan kayu dari titik pengumpulan kayu (TPn) ke tujuan akhir (TPK, industri, pasar kayu). Pengangkutan darat dilakukan dari TPn menuju TPK akhir. Pengangkutan melalui darat ini menggunakan logging truck.

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, total waktu kerja efektif yang diperoleh adalah sebesar 22.15 jam dengan rata-rata sebesar 1.70 jam per siklus, sedangkan total waktu kerja tidak efektif yang diperoleh adalah sebesar 1.20 jam dengan rata-rata sebesar 0.09 jam per siklus. Total waktu kerja pengangkutan yang diperoleh adalah sebesar 23.35 jam dengan rata-rata sebesar 1.80 jam per siklus. Adapun total volume kayu yang diangkut adalah 615.98 m3 dengan rata-rata sebesar 47.38 m3 per siklus. Berdasarkan data waktu kerja dan volume di atas, dapat ditentukan besarnya produktivitas pengangkutan adalah 26.38 m3/jam.

(24)

12

dipengaruhi oleh jarak angkut, kelandaian jalan angkutan, kondisi permukaan jalan, kemampuan alat, dan keterampilan serta motivasi operator, baik operator

knuckle boom maupun operator truk logging. Jarak angkut di PT Ratah Timber sebesar 22 km dengan kondisi permukaan jalan yang padat dan rata serta relatif landai. Selain truk Nissan TZA-520 yang digunakan, PT Ratah Timber juga menggunakan truk Mercedes Benz Actros 4043 dengan daya (HP) dan kapasitas angkutnya yang jauh lebih besar, sedangkan di PT Mapasu Waya dan PT Kutai Timber hanya menggunakan Nissan TZA-520. Hal ini lah yang menyebabkan perbedaan produktivitas kerja pengangkutan diantara ketiga IUPHHK-HA tersebut.

Pembongkaran

Pembongkaran merupakan kegiatan memindahkan kayu gelondongan dari alat angkut ke tempat pengumpulan akhir/TPK. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, total waktu kerja efektif yang diperoleh adalah sebesar 123.75 menit atau sekitar 2.06 jam dengan rata-rata sebesar 1.53 menit per siklus. Sedangkan total waktu kerja tidak efektif yang diperoleh adalah sebesar 46.78 menit atau sekitar 0.78 jam dengan rata-rata sebesar 0.58 menit per siklus. Jadi, total waktu kerja pemuatan yang diperoleh adalah sebesar 170.53 menit atau sekitar 2.84 jam dengan rata-rata sebesar 2.11 menit per siklus. Adapun total volume kayu yang dibongkar adalah 588.35 m3 dengan rata-rata sekitar 7.26 m3 per siklus pembongkaran. Berdasarkan data waktu kerja dan volume di atas, dapat ditentukan besarnya produktivitas pembongkaran ialah sebesar 207.01 m3/jam. Hal ini cukup jauh berbeda dengan penelitian Sastrodimedjo et al. (1977) di PT Mangole Timber dengan menggunakan Caterpillar 988 yaitu sebesar 58.63 m3/jam. Hal ini disebabkan karena perbedaan merk dan tipe alat yang digunakan. Selain itu, beberapa hal yang mempengaruhi produktivitas pembongkaran diantaranya adalah ukuran dan berat kayu, tipe alat, jarak pemuatan serta fasilitas alat yang akan dimuati (Sastrodimedjo dan Simarmata 1974).

Waktu Kerja Tidak Efektif

(25)

13

Gambar 2 Persentase Elemen Kerja Penebangan

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja penebangan dapat dilakukan dengan cara mengurangi waktu kerja tidak efektif yang ada selama kegiatan penebangan, terutama pada waktu istirahat (mengobrol, merokok, minum dan duduk), memperbaiki chainsaw (membersihkan busi, mengencangkan dan mengikir rantai) dan memperbaiki bar yang terjepit. Berdasarkan Gambar 2, pengukuran waktu istirahat sebesar 17.47 % dari waktu total penebangan, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki chainsaw sebesar 7.2 % dari waktu total. Hal ini sebenarnya dapat diminimalkan sekecil mungkin. Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki bar yang terjepit sebesar 3.24 % dari waktu total penebangan yang sebenarnya dapat dihilangkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dari kegiatan penebangan tersebut. Berdasarkan penelitian Budiaman (2012), besarnya waktu kerja tidak produktif mencapai 18% dari waktu total. Waktu kerja tidak produktif digunakan terutama untuk kegiatan pemeliharaan gergaji mesin, penajaman mata gergaji, penggantian rantai gergaji dan pengisian bahan bakar.

Gambar 3 Persentase Elemen Kerja Penyaradan

(26)

14

Produktivitas kerja penyaradan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi waktu kerja tidak efektif yang ada selama kegiatan penyaradan, terutama pada waktu menunggu, istirahat (mengobrol, merokok, minum dan duduk), memperbaiki alat dan memasang choker yang terlepas. Berdasarkan pengukuran waktu di lapangan, pengukuran waktu persiapan alat sebesar 4 % dari waktu total, menunggu sebesar 11.05 % dari waktu total, waktu istirahat sebesar 13.53 % dari waktu total dan waktu untuk memperbaiki alat sebesar 1.21 % dari waktu total penyaradan. Hal ini sebenarnya dapat diminimalkan sekecil mungkin. Waktu yang dibutuhkan untuk memasang choker yang terlepas adalah sebesar 1.31 % dari waktu total kegiatan penyaradan yang sebenarnya dapat dihilangkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dari kegiatan penyaradan tersebut.

Gambar 4 Persentase Elemen Kerja Pemuatan

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja pemuatan dapat dilakukan dengan cara mengurangi waktu kerja tidak efektif yang ada selama kegiatan pemuatan, terutama pada waktu menunggu, berhenti, istirahat (mengobrol, merokok, minum), memasang trailer, memperbaiki posisi log di truk dan memasang serta memindahkan log. Berdasarkan Gambar 4, besarnya waktu persiapan tergolong cukup besar yaitu sebesar 19 % dan waktu memasang trailer

sebesar 3.84 % dari waktu total pemuatan. Hal ini dapat diminimalkan sekecil mungkin. Ada juga waktu tidak efektif yang seharusnya dapat dihilangkan yaitu waktu ketika meletakkan log yang terjatuh sebesar 2.41 % dari waktu total dan waktu ketika wheel loader tersebut mogok sehingga tidak bisa digunakan dengan waktu kerja sebesar 28.29 % dari waktu total pemuatan. Dua hal ini lah yang menyebabkan besarnya waktu kerja tidak efektif sehingga dapat memperkecil nilai produktivitas kerja dari kegiatan pemuatan.

42.6%

Perbaiki Posisi Log di truk Memindahkan Log

(27)

15

Gambar 5 Persentase Elemen Kerja Pengangkutan

Produktivitas kerja pengangkutan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi waktu kerja tidak efektif yang ada selama kegiatan pengangkutan. Adapun waktu kerja tidak efektif tersebut antara lain menunggu, istirahat dan berhenti. Berdasarkan gambar diatas, besarnya waktu tidak efektif tidak terlalu besar tetapi masih bisa untuk diminimalkan. Contohnya pada waktu persiapan alat sebesar 2.6 %, mengisi bensin sebesar 2.45 %, dan istirahat sebesar 3.13 %. Hal ini dapat diminimalkan kembali sehingga dapat menambah produktivitas kerja dari pengangkutan itu sendiri. Selain itu untuk waktu menunggu dan berhenti seharusnya dapat dihilangkan.

Gambar 6 Persentase Elemen Kerja Pembongkaran

(28)

16

tergelincir. Hal ini berasal dari kesalahan operator dan seharusnya tidak terjadi sehingga tidak memperkecil produktivitas kerja dari kegiatan pembongkaran.

Ketersediaan dan Kebutuhan Alat

Perhitungan jumlah kebutuhan alat pemanenan dalam suatu pengusahaan hutan diperlukan beberapa data, antara lain data produktivitas alat, target produksi, jam kerja efektif dalam sehari dan hari kerja efektif dalam setahun. Berdasarkan RKT 2014, target produksi IUPHHK-HA PT Ratah Timber adalah sebesar 66 448 m3, sedangkan untuk menentukan hari kerja efektif di IUPHHK-HA PT Ratah Timber diperlukan perhitungan hari dengan mempertimbangkan banyaknya hari hujan setiap tahun, hari libur dan waktu perizinan. Berdasarkan data dari PT Ratah Timber diperoleh bahwa hari libur sekitar 84 hari dalam setahun dan waktu perizinan sekitar 60 hari. Oleh karena itu diperoleh bahwa hari kerja efektif di IUPHHK-HA PT Ratah Timber adalah kurang lebih sekitar 220 hari. Hal ini belum dikurangi dengan hari hujan setiap tahunnya dikarenakan kurangnya data curah hujan secara rinci dari perusahaan tersebut. Berdasarkan data curah hujan pada RKUPHHK-HA PT Ratah Timber, data yang diperoleh hanya hari hujan dalam setahun yaitu sebanyak 123 hari hujan. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, jam kerja efektif cukup relatif yaitu 6 jam dari setiap kegiatan baik penebangan, penyaradan, pemuatan, dan pembongkaran. Sedangkan untuk pengangkutan jam kerja rata-rata sebesar 10 jam. Data selengkapnya mengenai kebutuhan alat pemanenan disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8 Kebutuhan Alat Pemanenan No Kegiatan Produktivitas

(29)

17 Tabel 9 Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Alat Pemanenan

No Kegiatan Ketersediaan Alat (unit) IUPHHK-HA PT Ratah Timber secara keseluruhan sudah cukup memenuhi bahkan melebihi jumlah kebutuhan alat yang diperlukan. Hal ini dapat kita lihat dimulai pada kegiatan penebangan. Chainsaw yang tersedia sebanyak 13 unit, sedangkan yang dibutuhkan hanya 4 unit. Hal ini berarti jumlah chainsaw di IUPHHK-HA PT Ratah Timber lebih sebanyak 9 unit. Selain itu, dalam kegiatan penyaradan, bulldozer yang tersedia sebanyak 11 unit, sedangkan yang dibutuhkan hanya 4 unit. Hal ini berarti jumlah bulldozer tersebut lebih sebanyak 7 unit. Pada kegiatan pemuatan jumlah wheel loader yang tersedia sudah sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1 unit. Pada kegiatan pengangkutan,

logging truck yang tersedia sebanyak 5 unit, sedangkan alat yang dibutuhkan sebanyak 2 unit. Hal ini berarti bahwa logging truck tersebut lebih sebanyak 3 unit. Pada kegiatan pembongkaran, wheel loader yang tersedia sebanyak 2 unit sedangkan yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 unit. Hal ini berarti jumlah alat tersebut lebih sebanyak 1 unit. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, alat pemanenan yang tersedia di IUPHHK-HA PT Ratah Timber tidak semua dapat beroperasi dengan baik dikarenakan kondisinya yang rusak. Untuk itu diperlukan perbaikan dan perawatan dari setiap alat agar setiap kegiatan pemanenan yang dimulai dari kegiatan penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan pembongkaran dapat berjalan dengan baik dan lancar.

(30)

18

Saran

Perhitungan jumlah kebutuhan alat yang optimal dari setiap kegiatan pemanenan akan lebih baik jika ditambahkan juga dengan perhitungan mengenai analisis biaya dari setiap alat pemanenan yang dibutuhkan agar penjelasan mengenai kebutuhan alat pemanenan dapat lebih lengkap dan rinci sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan dalam menentukan jumlah alat pemanenan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiaman A. 2002. Waktu kerja dan produktivitas penebangan kayu penuh (whole tree) pada pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan

15(2): 1−6.

Dulsalam, Sukanda. 1989. Produktivitas traktor caterpillar D7G di suatu perusahaan hak pengusahaan hutan di Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan

6(6): 368−372.

Elias. 1980. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Gautama I. 2008. Prestasi pekerja dalam kegiatan pembagian batang pada

kegiatan pemanenan di hutan jati rakyat Desa Lili Riattang Kabupaten Bone. Jurnal Hutan dan Masyarakat3(2): 111−234.

International Labour Organisation (ILO). 1979. Introduction to Work Study. Geneva : ILO.

Mujetahid A. 2008. Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona grandis) rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 5(1): 53−58.

PT Ratah Timber. 2010. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada hutan produksi periode tahun 2011−2020. Kutai Barat (ID): PT Ratah Timber.

Ruslim Y. 2011. Aspek teknis dan ekonomis penyaradan dengan menggunakan pancang tarik (monocable winch) di PT belayan river timber. Jurnal Penelitian Dipterokarpa5(1): 59−72.

Sastrodimedjo RS, Simarmata SR. 1974. Produktivitas dan Biaya Eksploitasi Mekanis Kayu Meranti di Kalimantan. Bogor (ID): Laporan No. 47. Lembaga Penelitian Hasil Hutan hlm: 1−12.

Sastrodimedjo RS, Sumantri I, Soewito. 1973. Produktivitas dan Biaya Peralatan Mekanis pada Eksploitasi Jenis-Jenis Meranti di Sumatera. Bogor (ID): Laporan No. 15. Lembaga Penelitian Hasil Hutan hlm: 1−11.

(31)

19 Suhartana S, Yuniawati. 2007. Penggunaan alat pemanenan kayu yang efisien: studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Wahana Foresta1(2):1−12.

Suparto RS. 1982. Eksploitasi Hutan Modern. Bogor (ID): Fakutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

United Tractors. 1984. Manajemen Alat-Alat Besar. Jakarta (ID): PT United Tractor.

United Tractors. 1993. Teknologi Baru dalam Pemanenan Kayu. Jakarta (ID): PT United Tractor.

(32)

20

(33)

21 Nomor

Pohon Siklus

Total Waktu Kerja Efektif

(jam)

Total Waktu Kerja Efektif

(%)

Total Waktu Kerja Tidak Efektif (jam)

Total Waktu Kerja Tidak Efektif (%)

Total Waktu Kerja (jam)

47 47 0.13 37.55 0.21 62.45 0.34

48 48 0.31 34.92 0.57 65.0 0.87

49 49 0.12 100.00 0.00 0.00 0.12

50 50 0.42 100.00 0.00 0.00 0.42

51 51 0.36 47.99 0.39 52.01 0.75

52 52 0.41 100.00 0.00 0.00 0.41

53 53 0.24 53.70 0.20 46.30 0.44

54 54 0.18 64.10 0.10 35.90 0.28

55 55 0.29 100.00 0.00 0.00 0.29

56 56 0.36 97.19 0.01 2.81 0.37

57 57 0.34 51.60 0.32 48.40 0.66

58 58 0.25 94.06 0.02 5.94 0.26

59 59 0.28 100.00 0.00 0.00 0.28

60 60 0.34 34.37 0.66 65.63 1.00

61 61 0.25 46.74 0.29 53.26 0.54

62 62 0.38 64.33 0.21 35.67 0.59

63 63 0.38 62.66 0.23 37.34 0.60

64 64 0.17 100.00 0.00 0.00 0.17

65 65 0.26 87.59 0.04 12.41 0.29

66 66 0.24 100.00 0.00 0.00 0.24

Total 24.23 5 031.66 11.42 1 568.34 35.65

(34)

22

(35)

23 No.

Pohon Siklus

Total Waktu Kerja Efektif

(jam)

Total Waktu Kerja Efektif

(%)

Total Waktu Kerja Tidak Efektif (jam)

Total Waktu Kerja Tidak Efektif (%)

Total Waktu Kerja (jam)

48 45 0.21 51.03 0.20 48.97 0.42

49 46 0.17 100.00 0.00 0.00 0.17

50 47 0.23 30.24 0.53 69.76 0.76

51 48 0.26 78.75 0.07 21.25 0.33

52 49 0.18 100.00 0.00 0.00 0.18

53 50 0.26 90.73 0.03 9.27 0.29

54 51 0.25 100.00 0.00 0.00 0.25

55 52 0.18 92.16 0.02 7.84 0.19

56 53 0.27 80.50 0.06 19.50 0.33

57 54 0.28 100.00 0.00 0.00 0.28

58 55 0.51 58.26 0.37 41.74 0.88

59 56 0.21 79.13 0.05 20.87 0.26

60 57 0.21 100.00 0.00 0.00 0.21

61 58 0.23 83.71 0.04 16.29 0.27

62 59 0.23 28.33 0.58 71.67 0.81

63 60 0.18 100.00 0.00 0.00 0.18

64 61 0.30 100.00 0.00 0.00 0.30

65 62 0.30 58.90 0.21 41.10 0.51

66 63 0.27 100.00 0.00 0.00 0.27

67 64 0.23 94.01 0.01 5.99 0.25

Total 19.63 5 168.88 10.04 1 231.12 29.67

(36)

24

(37)
(38)
(39)

27 Lampiran 4 Data Waktu Kerja Pengangkutan

(40)
(41)
(42)

30

(43)
(44)
(45)

33 Lampiran 6 Data Volume dari Setiap Kegiatan Pemanenan

No Kegiatan Jumlah Batang

Panjang Rata-Rata (m)

Diameter Rata-Rata (cm)

Volume (m3)

1 Penebangan 66 17.44 69.08 453.82

2 Penyaradan 67 18.18 65.33 404.58

3 Pemuatan 102 16.06 66.01 558.98

4 Pengangkutan 107 16.07 68.46 615.98

(46)

1

Lampiran 7 Daftar Kondisi Alat Berat dan Ringan

No

Jenis Merk / Mode HP / Watt Bahan Penggunaan Penggunaan

Keadaan Kehutanan Pemilik Operator

Peralatan Type Tenaga Bakar Lapangan Untuk Cq.Direktorat Tetap

P K B R Exploitasi No.Unit

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

2 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 680/4523/DK-III/1994 PT. RTC No. 44

3 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - - R 680/4523/DK-III/1994 PT. RTC No. 45

4 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - R 405/IV/BPH-3/96 PT. RTC No. 48

5 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 405/IV/BPH-3/96 PT. RTC No. 47

6 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - R 177/IV/PHH-2/2000 PT. RTC No. 49

7 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 177/IV/PHH-2/2000 PT. RTC No. 50

8 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 680/1618/DK-III/2005 PT. RTC No. 02

9 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 680/1618/DK-III/2005 PT. RTC No. 01

10 Tractor D 7 G Cat 220 HP Solar Logs Towing P - B - 25/VI-BPH/2008 PT. RTC No. 03

11 Wheel Loader 966 F Cat 220 HP Solar Logs Loader P - B - 172/VI/BPH/2006 PT. RTC No. 01

12 Wheel Loader 966 H Cat 220 HP Solar Logs Loader P - B - 195/VI-BPHA/2007 PT. RTC No. 02

13 Motor Grader 621 R Komatsu 220 HP Solar Road Maintenance P - - R 2312/IV/BPH-3/95 PT. RTC No. 14

14 Logging truck Nissan TZA-52 170 HP Solar Logs Transport P - B - 432/IV/BPH-3/97 PT. RTC No. 87

15 Logging truck Nissan TZA-520 170 HP Solar Logs Transport P - B - 172/VI/BPH/2006 PT. RTC No. 01

16 Logging truck Nissan TZA-520 170 HP Solar Logs Transport P - B - 25/VI/BPH/2008 PT. RTC No. 02

17 Logging truck Mercedes Benz 428 HP Solar Logs Transport P - B - PT. RTC No. 03

18 Logging truck Mercedes Benz 428 HP Solar Logs Transport P - B - PT. RTC No. 05

19 Dump Truck Nissan TZA-520 170 HP Solar General Transport P - - R 2312/IV/BPH-3/95 PT. RTC No. 89

20 Double Cabin Toyota Hilux 134 HP Solar General Transport P - B - PT. RTC No. 04

21 Mega Cabin Mitsubishi Strada L - 200 110 HP Solar General Transport P - B - 172/VI/BPH/2006 PT. RTC No. 01

22 Double Cabin Mitsubishi strada Triton 110 HP Solar General Transport P - B - PT. RTC No. 03

23 Pick up Daihatsu HilineTaft F 70 110 HP Solar General Transport P - B - 195/VI-BPHA/2007 PT. RTC No. 02

24 Wheel Loader 966 H Cat 220 HP Solar Logs Loader P - B - PT. RTC No. 03

25 Motor Grader Komatsu R 521 220 HP Solar Road Maintenance P - B - PT. RTC No. 15

26 Excavator Komatsu P 200 200 HP Solar Road Maintenance - K B - PT. RTC No.16

27 Tractor Komatsu D 85ESS2 220 HP Solar Logs Towing P - - R PT. RTC No.04

28 Tractor Komatsu D 85ESS2 220 HP Solar Logs Towing P K B - PT. RTC No.05

(47)

35

Lampiran 8 Dokumentasi Lapangan

(a) (b)

Kegiatan Penyaradan menggunakan Bulldozer, Komatsu D85E-SS (a) dan Caterpillar D7G (b)

Kegiatan Pemuatan menggunakan Wheel Loader Caterpillar 966 H

(a) (b)

Kegiatan Penebangan menggunakan Chainsaw, STIHL MS 270 (a) dan STIHL 070 (b)

(48)

36

(a) (b)

Kegiatan Pengukuran Diameter Batang (a) dan Pengukuran Panjang Batang (b)

(a) (b)

Kegiatan Pengangkutan menggunakan Nissan TZA-520 (a) dan Mercedes Benz Actros 4043 (b)

(49)

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Bogor pada tanggal 23 Juli 1991 dari pasangan Bapak Daden Rachdiana dan Ibu Elly Komaryati. Penulis putra ke dua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 1997−1999 di SDN Sindang Sari Bogor. Namun pada tahun 1999 penulis pindah ke SDN Papandayan 1 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Untuk jenjang menengah pertama penulis menempuh pendidikan di SMPN 1 Bogor dan lulus tahun 2006 dan lulus SMA pada tahun 2009 di SMAN 1 Bogor dan kemudian melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi diantaranya pada tahun 2010 menjadi anggota Pengurus Cabang Sylva IPB divisi Infokom, pada tahun 2011 menjadi pengurus FMSC (Forest Management Students Club) divisi PSDM dan anggota Pengurus Cabang Sylva IPB divisi PPO, pada tahun 2012 menjabat sebagai Kepala Departemen PPO Pengurus Pusat Sylva Indonesia periode 2012-2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa kehutanan pada tahun 2010 sebagai peserta Bina Corps Rimbawan (BCR) dan Temu Manager (TM), pada tahun 2011 panitia BCR 2011 divisi Komisi Disiplin dan panitia TM 2011 sebagai ketua divisi Komisi Disiplin serta panitia FORESTER CUP 2011 anggota divisi logistik dan transportasi, pada tahun 2012 penulis menjadi panitia BCR 2012 sebagai ketua divisi Komisi Disiplin, panitia Hari Bumi, Ketua Acara Temu Nasional dan RAKERNAS Sylva Indonesia, panitia PIKNAS pada tahun 2013 penulis juga menjadi asisten praktikum Ekologi Hutan pada tahun ajaran 2011/2012.

Gambar

Gambar 1. Tabel 1  Tahapan Elemen dan Waktu Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Hutan
Tabel 5 Kondisi Topografi Areal IUPHHK PT Ratah Timber
Tabel 7 Produktivitas Alat
Gambar 4 Persentase Elemen Kerja Pemuatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

When the Secretariat in the light of information received is satisfied that any species included in Appendix I or II is being affected adversely by trade in specimens of that

Tujuh mantri berbahagia, ayo kawan sekarang pergi, karena sudah pasti yang dituju, tidak akan kernana perginya, sekarang oleh kita tentu tertangkap, saat itu

(beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan

Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan pendapat Supranto (2001) bahwa untuk memperoleh hasil baik dari suatu analisis faktor, maka jumlah responden yang diambil

Pengamatan lebih lanjut pada komponen kualitas susu lainnya (Tabel 3) menunjukkan sapi genotipe BB di BPPT-SP Cikole cenderung menghasilkan bahan kering dan bahan kering tanpa

bahwa dalam rangka meningkatkan kegiatan bidang perkebunan di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Timur sesuai dengan kewenangan dan ketentuan berdasarkan

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

bouyancy tank pada struktur terpancang kaki empat sehingga dapat mengurangi bahaya keruntuhan yang terjadi pada struktur, dan mengetahui tegangan yang terjadi pada sambungan