• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Produktivitas antara Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Produktivitas antara Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ANTARA RUMPON

DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN RUMPON DENGAN

ATRAKTOR DAUN KELAPA DI PULAU TUNDA

CAHRA WIBIKSANA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Produktivitas Antara Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

ABSTRAK

CAHRA WIBIKSANA. Perbandingan Produktivitas antara Rumpon dengan Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun di Pulau Tunda. Dibimbing oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan DANIEL R. MONINTJA.

Nelayan di Indonesia pada umumnya menggunakan daun kelapa sebagai bahan pembuatan atraktor. Penelitian ini dilakukan untuk menguji coba bahan alami lain sebagai bahan atraktor rumpon dengan menggunakan ijuk. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan komposisi serta jumlah ikan yang tertangkap di sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa dan ijuk, mengukur sebaran panjang dan bobot total ikan. Hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon ijuk berjumlah 224 ekor yang terdiri dari 12 jenis ikan, dan berasal dari 6 famili. Famili yang mendominasi adalah Carangidae dengan jumlah 140 ekor. Sementara itu, hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon kelapa berjumlah 195 ekor yang terdiri dari 13 jenis ikan, dan berasal dari 9 famili. Famili yang mendominasi adalah Carangidae dengan jumlah 103 ekor. Uji kenormalana One-Way ANOVA menunjukkan bahwa data yang diperoleh menyebar normal. Hasil perhitungan Uji f menunjukkan nilai p-value untuk hasil tangkapan sebesar 0,829, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk jenis atraktor terhadap jumlah hasil tangkapan pada setiap daerah penangkapan.

Kata kunci: atraktor, daun kelapa, ijuk, rumpon

ABSTRACT

CAHRA WIBIKSANA. Productivity Comparison between Fish Aggregating Device with Palm Fiber Attractor and Fish Aggregating Device with Coconut Leaves Attractor in Tunda Island. Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI and DANIEL R. MONITNJA

Fishermen in Indonesia applied coconut leaves as an attractor in Fish Aggregating Device (FAD). The research was to conducted to examine palm fiber, a natural material wich was utilized as an-alternative attractor. This research aimed to compare the composition of catch around FAD using coconut leaves and palm fiber, and measure the distribution of lenght, and total weight of catch. There were 224 fish caught around FAD using palm fiber, which consisted of 12 species, and 6 families. Mostly, they were Carangidae which constituted 140 fish. There were 195 fish caught aroubd FAD using coconut leaves, which consisted of 13 species, and 9 families. Mostly, they were Carangidae which constituted 103 fish. The One-way ANOVA test showed thats the value of the catch was 0,829. It means there was no significant difference between two attractor in the number of catches in each fishing around.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ANTARA RUMPON

DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN RUMPON DENGAN

ATRAKTOR DAUN KELAPA DI PULAU TUNDA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perbandingan Produktivitas antara Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda

Nama : Cahra Wibiksana

NIM : C44090062

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. Pembimbing I

Prof. Dr. Ir Daniel R. Monintja Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M. Sc. Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat, terutama nikmat iman dan nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Tak lupa penulis haturkan salawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, karena Dialah kita semua dapat seperti sekarang ini. Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan suatu penelitian di Departeman Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Perbandingan Produktivitas Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Daun Kelapa di Pulau Tunda”.

Penulis tak lupa mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi. dan Prof. Dr. Ir Daniel R. Monintja, selaku pembimbing yang telah memberikan nasihat, arahan serta bimbingan dalam penyelesaian usulan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada orang tua. Tak lupa ucapan terimakasih disampaikan kepada PSP 46 (Tibet, Eka, Upeh, Gun, Apoy, Dedi, Aguywele, Choliin, Qori, Bangsat, Idem Kintil, Maul, Bagus, Tyas, Dimas, Faiz, Agus), PSP 47, dan PSP 48 (Lapet dan Fitri) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Sadar dengan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam penulisan usulan penelitian ini. Penulis mengharapkan kritikan dan saran para pembaca. Semoga usulan penelitian ini dapat menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan 4

Alat 7

Metode Penelitian 7

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Hasil Tangkapan Rumpon Ijuk dan Rumpon Daun Kelapa 11 Sebaran Frekuensi Panjang Ikan dan Berat Total Ikan 15

Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan 18

KESIMPULAN DAN SARAN 18

Kesimpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rincian bahan-bahan pembuatan atraktor 6

Tabel 2 Nilai ekonomis hasil tangkapan rumpon ijuk 11 Tabel 3 Nilai ekonomis hasil tangkapan rumpon kelapa 13

Tabel 4 Bobot hasil tangkapan di rumpon ijuk 17

Tabel 5 Bobot hasil tangkapan di rumpon kelapa 17

Tabel 6 Jumlah hasil tangkapan 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 3

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 4

Gambar 3 Konstruksi rumpon ijuk 5

Gambar 4 Konstruksi rumpon kelapa 5

Gambar 5 Konstruksi alat tangkap pancing ulur 6

Gambar 6 Kerangka dasar rumpon 7

Gambar 7 Kerangka rumpon 8

Gambar 8 Rumpon atraktor kelapa 8

Gambar 9 Rumpon atraktor ijuk 9

Gambar 10 Komposisi jenis ikan di rumpon ijuk 12

Gambar 11 Komposisi famili ikan di rumpon ijuk 12

Gambar 12 Komposisi jenis ikan di rumpon kelapa 13

Gambar 13 Komposisi famili ikan di rumpon kelapa 13

Gambar 14 Sebaran panjang ikan selar hijau 15

Gambar 15 Sebaran panjang ikan selar kuning 16

Gambar 16 Sebaran panajng ikan kembung 16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bahan-bahan pembuatan rumpon 21

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumpon atau Fish aggregating device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Berkumpulnya ikan di sekitar rumpon berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makanan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon dipasang. Rumpon dapat menciptakan daerah penangkapan ikan buatan, sehingga kapal penangkap ikan dapat menghemat waktu dan bahan bakar karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan-gerombolan ikan (Subani, 1986).

Pulau Tunda merupakan salah satu gugusan pulau dari 17 pulau yang berada di Kabupaten Serang Provinsi Banten. 80% masyarakat Pulau Tunda bermata pencaharian sebagai nelayan. Kegiatan aktivitas pengelolaan perikanan di Pulau Tunda adalah perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap pancing dan arnada penangkapan kapal kayu tradisional. Jumlah armada nelayan pancing di Pulau Tunda adalah sebanyak 73 armada tangkap dengan jumlah ABK tiga sampai lima untuk satu armada penangkapan (KKP, 2012). Nelayan pancing biasanya menggunakan rumpon untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam operasi penangkapan ikan.

Anderson dan Gates (1996) dalam Yusfiandayani (2004) menuliskan bahwa rumpon tradisional menggunakan bambu sebagai pelampung dan atraktor sebagai pengumpul ikan telah digunakan nelayan Indonesia dan Philipina sejak tahun 1990-an. Nelayan di Indonesia pada umumnya menggunakan daun kelapa sebagai bahan pembuatan atraktor. Selain daun kelapa terdapat bahan-bahan alternatif lain seperti ban bekas, tali rafia, drum minyak yang dijadikan bahan pembuat atraktor pada rumpon. Nelayan di Pulau Tunda pada umumnya menggunakan daun kelapa sebagai bahan pembuatan atraktor. Terdapat bahan-bahan alternatif lain seperti ban bekas, dan pohon kedongdong yang dijadikan bahan pembuat atraktor, namun bahan bahan alami seperti daun kelapa dan pohon kedongdong cepat mengalami pembusukan. Adanya penggunaan bahan alternatif tersebut menyebabkan adanya suatu pemikiran untuk mencoba alternatif lain dengan membuat rumpon dengan atraktor alami yang tahan lama di air laut yaitu dengan menggunakan ijuk. Suryadi (2010) mengemukakan bahwa serat ijuk merupakan bahan yang tahan terhadap asam dan garam air laut. kerangka pemikiran dari penelitian dapat dilihat di Gambar 1.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Membandingkan komposisi serta jumlah ikan yang tertangkap di sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa dan ijuk; dan

(15)

2

Manfaat Penelitian

(16)

3

Gambar 1 Kerangka pemikiran Perikanan Rumpon Laut Dangkal

Upaya penangkapan ikan

Penunjang Sumberdaya Perikanan

Daerah penangkapan buatan

Rumpon atraktor daun Kelapa

Rumpon atraktor ijuk

Perlunya penelitian mengenai alternatif dari atraktor rumpon selain daun kelapa,salah satunya menggunakan ijuk

Uji coba penangkapan 1. Komposisi hasil tangkapan 2. Ukuran layak tangkap

Indikator biologi Aspek penangkapan

Produktivitas rumpon dengan atraktor yang berbeda 1. Produktivitas rumpon dengan atraktor yang berbeda 2. Potensi atraktor ijuk sebagai pengganti rumpon dengan

(17)

4

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2013. Lokasi penelitian dan pengambilan data adalah di Perairan Pulau Tunda, Banten (Gambar 2).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

(18)

5

Tabel 1 Rincian bahan-bahan pembuatan atraktor

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan merupakan jawaban dari tujuan yang sudah ditentukan dan tidak dimaksudkan sebagai ringkasan hasil. Dalam Simpulan, penulis harus dan hanya menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada Pendahuluan. Simpulan merupakan generalisasi dari hasil penelitian dan argumentasi penulis, atau pernyataan singkat yang merupakan hakikat dari bab Hasil dan Pembahasan atau hasil pengujian berbagai hipotesis yang berkaitan.

Simpulan merupakan hasil penelitian yang boleh jadi telah dikemukakan dalam perumusan masalah dan telah diberi jawaban sementara berupa hipotesis. Dalam menulis simpulan, penulis harus membedakan dugaan, temuan, dan simpulan hasil studi. Pernyataan simpulan harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Penyampaian simpulan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali, yakni dalam Pembahasan, Simpulan, dan Abstrak sehingga diperlukan kecermatan untuk menyajikannya dengan ungkapan yang berbeda-be

Gambar 3 Konstruksi rumpon ijuk Keterangan : a. Ketinggian rumpon (2,5m)

b. Atraktor ijuk c. Pemberat (10kg) d. Lebar atrakor (3m)

Gambar 4 Konstruksi rumpon kelapa Keterangan : a. Ketinggian rumpon (2,5m)

(19)

6

Tabel 1 Rincian bahan-bahan pembuatan atraktor

No Komponen Bahan Ukuran Jumlah Berat alat tangkap pancing ulur terdiri dari tali utama No. 400, lima buah tali cabang No. 100, lima buah mata pancing No. 16, dan pemberat sebesar 10-20 ons (Gambar 5). Jumlah alat tangkap pancing ulur yang digunakan adalah lima unit.

Gambar 5 Konstruksi alat tangkap pancing ulur Keterangan : a.tali utama No. 400

(20)

7

Alat

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) GPS (Global Positioning System);

2) Penggaris untuk mengukur panjang ikan;

3) Alat tulis untuk pencatatan data dan informasi; dan 4) Timbangan untuk mengukur berat ikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental, yaitu uji coba serabut ijuk sebagai atraktor rumpon. Tahap-tahap pembuatan rumpon adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat rumpon dengan atraktor daun kelapa dan rumpon dengan atraktor ijuk. Bahan-bahan pembuatan rumpon seperti ijuk, tali tambang, dan batang kayu didapat dari daerah Karangantu, hal ini dikarenakan di Pulau Tunda tidak terdapat bahan-bahan tersebut, sedangkan daun kelapa didapat di daerah Pulau Tunda. 2. Pembuatan

Pembuatan satu unit rumpon dimulai dengan membuat rangka rumpon yang terbuat dari batang kayu berbentuk persegi panjang berukuran p x l : 3 x 2,5 (m) (Gambar 6), rangka rumpon kemudian disusun di atas rakit sehingga berbentuk kubus berukuran p x l x t : 3 x 3 x 2,5 (m) (Gambar 7), kemudian atraktor daun kelapa diikat sebanyak tiga buah di setiap sisi rangka rumpon, sedangkan untuk atraktor ijuk diikat di setiap tiang rangka rumpon (Gambar 8 dan 9).

(21)

8

Gambar 7 Kerangka rumpon

(22)

9

3. Pelepasan rumpon

Tahap pelepasan rumpon dimulai dengan mengikat rumpon pada rakit, kemudian rakit ditarik menggunakan kapal menuju lokasi pelepasan rumpon. Daerah pelepasan rumpon dipilih berdasarkan pengalaman nelayan, yakni daerah yang berlumpur, datar, dan tidak terlalu jauh dari pulau. Pemilihan lokasi tersebut dimaksudkan agar daerah penangkapan mudah dijangkau dan rumpon dapat dengan mudah menancap di dasar perairan sehingga posisi rumpon tidak mudah bergeser. Rumpon daun kelapa dipasang pada posisi S:

05° 49.502’ danE: 106° 18.196’, sedangkan rumpon ijuk dipasang pada posisi

05° 50.161’ dan E: 106° 18.924’. Jarak antara rumpon dengan atraktor daun kelapa dan tempat sandar kapal adalah 1,2 mil dengan kedalaman 43,3 m, sedangkan jarak antara rumpon dengan atraktor daun kelapa dan rumpon dengan atraktor ijuk adalah 1,3 mil yang ditempatkan pada kedalaman 37,9 m.

Tahap-tahap operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan

Kegiatan persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi penangkapan adalah mempersiapkan alat tangkap, kapal perikanan, dan perbekalan. Persiapan alat tangkap meliputi pembuatan unit alat tangkap pancing ulur sebelum menuju fishing ground. Persiapan kapal meliputi pembelian bahan bakar, pemasangan alat GPS (Global Positioning System), dan pengecekan kondisi kapal. Persiapan perbekalan meliputi bahan makanan dan minuman yang diperlukan selama operasi penangkapan, dan selanjutnya pergi ke fishing ground.

(23)

10

2. Operasi penangkapan (settting dan hauling)

Operasi penangkapan ikan dimulai 4 minggu setelah penanaman rumpon, hal tersebut dimaksudkan agar rumpon mengalami proses pembusukan terlebih dahulu. Pengambilan data di setiap rumpon dilakukan selama 2 jam antara pukul 08.00-10.00 dan 10.00 WIB setiap 2 hari sekali selama 2 minggu. Pemasangan alat tangkap pancing dilakukan setelah kapal berlabuh di sekitar daerah rumpon, dilanjutkan dengan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing ulur yang telah dipersiapkan sebelumnya sebanyak lima unit pancing ulur. Penurunan (setting) alat tangkap dilakukan secara bersamaan di sisi kiri dan kanan perahu yang kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan alat tangkap pancing (hauling) ketika sudah terasa ada ikan yang memakan pancing. Proses setting dan hauling berlangsung selama dua jam di sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa dan rumpon dengan atraktor ijuk.

Data yang dikumpulkan yaitu data primer. Pengambilan data pimer didapat pengamatan secara langsung melalui metode uji coba penangkapan, yaitu berupa operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur sebanyak enam kali ulangan pada setiap rumpon.

Data primer yang dikumpulkan :

1. Jenis spesies ikan di sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa dan rumpon dengan araktor ijuk; dan

2. Berat dan panjang ikan total yang tertangkap.

Analisis Data

Analisi data dilakukan secara deskriptif terhadap komposisi jens dan ukuran ikan hasil tangkapan. Ukuran panjang yang digunakan adalah ukuran panjan g total, untuk mengetahui distribusi frekuensi panjang ikan hasil tangkapan yang dominan tertangkap. Penentuan jumlah selang kelas dan interval kelas unutk ukuran panjang total ikan dihitung menggunakan rumus distribusi frekuansi (Walpole, 1995) yaitu:

(24)

11 mengetahui perbandingan hasil tangkapan setiap pengambilan data. Bila data tidak menyebar normal, maka akan dilakukan analisis data non parametrik menggunakan Uji Kruskall Walls. Hipotesis untuk Uji One-Way ANOVA yaitu :

H0 : Jenis bahan atraktor tidak berpengaruh terhadap jumlah hasil

tangkapan antara rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa. H1 : Jenis bahan atraktor berpengaruh terhadap jumlah hasil

tangkapan antara rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa. Dasar pengambilan keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tangkapan Rumpon Ijuk dan Rumpon Daun Kelapa

Ikan hasil tangkapan di daerah sekitar rumpon dengan atraktor ijuk terdiri dari 6 famili, 12 jenis ikan sebanyak 224 ekor. Dokumentasi hasil tangkapan dapat dilihat pada lampiran 2. Sebanyak 81,25% dari total hasil tangkapan merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting yang berasal dari famili Carangidae, Scombridae, dan Clupeidae, sedangkan 18, 75% merupakan hasil tangkapan yang tidak mempunyai nilai ekonomis tinggi berasal dari famili Nemipteridae, Caesionidae, dan Tetraodontidae (Tabel 2). Komposisi ikan hasil tangkapan di daerah sekitar rumpon ijuk dapat dilihat pada Tabel 2, Gambar 10, dan Gambar 11.

Tabel 2 Nilai ekonomis hasil tangkapan rumpon ijuk

Jenis Famili Jumlah ( ekor)

Ikan berekonomis tinggi Selar hijau Carangidae 66

Kue Carangidae 5

Layang Carangidae 5

Selar kuning Carangidae 63 Pecak kuluit Carangidae 1

Tongkol Scombridae 2

Kembung Scombridae 33

Tembang Clupidae 7

Total 182 (81,25%)

Ikan ekonomis rendah Kurisi Nemipteridae 39

Pasir 1

Ekor kuning Caesionidae 1

Buntal Tetraodontidae 1

Total 42 (18,75%)

(25)

12

(Seriolina nigrofasciata) (Gambar 11). Ikan dari famili Nemipteridae tertangkap sebanyak 39 ekor (17,41%), Scombridae 35 ekor (15,62%), Clupidae 7 ekor (2,23%), sedangkan yang paling sedikit adalah dari famili Tetraodontidae, dan Caesionidae masing-masing sebanyak 1 ekor (0,45%). Lima ikan yang mendominasi adalah jenis ikan selar hijau(Atule mate) 66 ekor, selar kuning (Selaroides leptoleptis) 63 ekor, kurisi (Nemipterus sp.) 39 ekor, kembung (Rastrelliger sp.) 33 ekor, layang (Decapterus russelli), kue (Carangoides sp.), tembang (Sardinella gibbosa) yang masing-masing berjumlah 5 ekor (Gambar 10).

Ikan hasil tangkapan ikan di daerah sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa terdiri dari 9 famili, 13 jenis spesies ikan dengan jumlah 195 ekor ikan. Sebesar 68, 72% hasil tangkapn di rumpon daun kelapa merupakan hasil tangkapan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, hasil tangkapan tersebut tediri dari famili Carangidae, dan Scombridae, sedangkan 31, 28% merupakan hasil tangkapan yang tidak berekonomis tinggi, hasil tangkapan tersebut terdiri dari famili Nemipteridae, Sphryoenidae, Tetraodontidae, Serranidae, Leioghnatidae,

Gambar 10 Komposisi jenis ikan di rumpon ijuk

Gambar 11 Komposisi famili ikan di rumpon ijuk

(26)

13 Mullidae. Komposisi hasil tangkapan ikan di rumpon kelapa dapat dilihat pada Tabel 3, Gambar 12 dan 13.

Tabel 3 Nilai ekonomis hasil tangkapan rumpon kelapa Ikan ekonomis penting Jenis Famili Jumlah ( ekor)

Selar hijau Carangidae 12

Layang Carangidae 30

Selar kuning Carangidae 50

Kue Carangidae 11

Kembung Scombridae 23

Tongkol Scombridae 8

Total 134 (68,72%)

Ikan berekonomis

rendah Kurisi Nemipteridae 17

Barakuda Sphryroenidae 22

Buntal Tetraodontidae 5

Kerapu Serranidae 1

Pepetek Leioghnatidae 2

Kuniran Mullidae 13

Sulir 1

Total 61 (31,28%)

Famili ikan yang mendominansi hasil tangkapan sama dengan famili yang mendominasi di rumpon ijuk yaitu famili Carangidae dengan jumlah 103 ekor (52,83%), Scombridae 31 ekor (15, 89%), Nemipteridae 17 ekor (8,71%), Sphrynidae 22 ekor (11,28%), Tetraodontidae 5 ekor (2,56%), Leioghnatidae 2 ekor (1,02%), Mullidae 13 ekor (6,66%), sedangkan yang paling sedikit adalah dari famili Serranidae yang hanya tertangkap 1 ekor (0,51%) (Gambar 13). Lima spesies ikan yang mendominasi hasil tangkapan adalah jenis ikan selar kuning (Selaroides leptoleptis) 50 ekor, layang (Decapterus russelli) 30 ekor, kembung (Rastralliger sp.) 23 ekor , barakuda (Sphyraena sp.) 22 ekor, dan kurisi (Nemipterus sp.) 17 ekor (Gambar 12).

Gambar 12 Komposisi jenis ikan di rumpon kelapa

(27)

14

Ikan dari famili Carangidae merupakan famili yang mendominasi hasil tangkapan di rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa. Ikan-ikan tersebut merupakan jenis ikan pelagis besar dan kecil yang hidup bergerombol. Terdapat lima jenis ikan hasil tangkapan rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa merupakan ikan pelagis besar dan pelagis kecil yang pada umumnya berkumpul di rumpon. Jenis ikan pelagis kecil tersebut yaitu selar hijau(Atule mate), selar kuning (Selaroides leptoleptis), layang (Decapterus russelli), kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan pelagis besar yaitu ikan tongkol (Auxis thazard). Banyaknya ikan pelagis yang tertangkap di rumpon diduga karena posisi rumpon yang berada di dasar perairan pada kedalaman 37 m dan 42 m sesuai dengan habitat dan kebiasaan renang ikan-ikan pelagis. Berkumpulnya ikan-ikan-ikan-ikan pelagis juga diduga berkaitan dengan waktu pengambilan data yang dilakukan pada pukul 08.00-12.00 WIB. Suhu air di permukaan lebih tinggi pada siang hari, sehingga ikan-ikan pelagis beruaya ke lapisan yang lebih bawah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Gunarso (1985) yang menyebutkan bahwa daerah yang diminati ikan pelagis adalah daerah yang banyak mendapat cahaya matahari yang dikenal dengan daerah trofik, dengan suhu 28°-30°C, pada siang hari suhu permukaan akan lebih tinggi, sehingga ikan pelagis beruaya ke lapisan bawah. Laevastu dan Hayes (1981) diacu dalam Nadler (2011) pada siang hari ikan pelagis berada di dasar perairan membentuk gerombolan yang padat dan kompak (schooling), sedangkan malam hari naik ke permukaan membetuk gerombolan yang menyebar (scatter). Ikan pelagis juga dapat muncul ke permukaan pada siang hari, apabila cuaca mendung disertai hujan gerimis.

Ikan selar hijau (Atule mate) dan selar kuning (Selaroides leptoleptis) merupakan ikan yang mendominasi hasil tangkapan di rumpon ijuk dan rumpon kelapa. Ikan selar hijau dan selar kuning mendominasi hasil tangkapan diduga karena kedalaman pemasangan rumpon yang sesuai dengan habitat dan penyebaran kedua ikan tersebut, serta kebiasaan ikan selar hijau dan selar kuning yang hidup bergerombol sehingga banyak tertangkap. FAO (fishbase.org) menjelaskan bahwa ikan selar hijau dan selar kuning umumnya hidup dan banyak terdapat di teluk dan selat. Ikan selar hijau dan selar kuninng hidup pada

(28)

15 kedalaman 50m, dan biasanya membentuk schooling pada kedalaman kurang dari 50m. Ikan selar kuning merupakan ikan meso-pelagic yang hidup di yang hidup di bagian dekat permukaan dan dasar perairan. Djuhanda (1981) diacu dalam Hidayat (2005) menyebutkan bahwa penyebaran ikan selar hijau adalah semua laut tropis dan indopasifik. Ikan selar hijau banyak tertangkap di perairan pantai serta hidup berkelompok sampai kedalaman 80m.

Sebaran Frekuensi Panjang Ikan dan Berat Total Ikan

Tiga jenis ikan hasil tangkapan terbanyak di rumpon ijuk yang termasuk dalam ikan ekonomis penting adalah ikan selar hijau (Atule mate), selar kuning (Selaroides leptoleptis), dan kembung (Rastralliger sp.). Oleh karena itu, hanya tiga jenis ikan tersebut yang dianalisis sebaran panjangnya. Ukuran panjang ikan selar hijau (Atule mate) yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 13 - 28,9 cm, dan yang tertangkap di rumpon daun kelapa berkisar antara 14,8 – 29,2 cm (Gambar 14). Frekuensi panjang tertinggi terdapat terjadi pada selang 21,4 - 23,4 cm yaitu sebanyak 22 ekor ikan. Fishbase (2012) menjelaskan ukuran panjang pertama kali ikan selar hijau matang gonad adalah 17,1 cm, sehingga ikan selar hijau yang layak tangkap di rumpon ijuk adalah 65,51%,sisanya yaitu 34,84% merupakan ikan selar hijau yang belum layak tangkap. Ikan selar hijau yang layak tangkap di rumpon kelapa dalah sebesar 83,3%, sedangkan yang tidak layak tangkap sebesar 16,7%.

Gambar 14 Sebaran panjang ikan selar hijau

(29)

16

Gambar 15 Sebaran panjang ikan selar kuning

Ukuran pajang ikan kembung (Rastralliger sp.) yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 16,5 - 25,7 cm, dan yang tertangkap di rumpon kelapa berkisar antara 18,9 – 25,9 cm (gambar 16). Frekuensi panjang tertinggi ikan kembung yang tertangkap di rumpon kelapa terdapat pada selang 18,6 - 20,6 cm sebanyak 15 ekor ikan, sedangkan di rumpon kelapa terdapat pada selang 20,7 – 22,7 cm sebanyak 10 ekor ikan. Fishbase (2012) menjelaskan ukuran panjang pertama kali ikan kembung matang gonad adalah 20,4 cm, sehingga ikan kembung yang layak tangkap di rumpon ijuk adalah 36,4%,sisanya yaitu 65,6% merupakan ikan selar hijau yang belum layak tangkap. Ikan selar hijau yang layak tangkap di rumpon kelapa adalah sebesar 78,3%, sedangkan yang tidak layak tangkap sebesar 21,7%.

Gambar 16 Sebaran panjang ikan kembung

(30)

17 seangkan total hasil tangkapan di rumpon kelapa adalah sebanyak 20,6 kg. (Bobot hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5).

Tabel 4 Bobot hasil tangkapan di rumpon ijuk No Jenis ikan Bobot (kg) Total berat (kg)

Tabel 5 Bobot hasil tangkapan di rumpon kelapa No Jenis Bobot (kg) Total berat (kg)

Hasil tangkapan yang diperoleh pada saat penelitian jumlahnya fluktuatif. Jumlah hasil tangkapan pada saaat trip pertama merupakan yang paling sedikit, yaitu 1 ekor ikan untuk rumpon ijuk dan 8 ekor ikan untuk rumpon kelapa. Hasil tangkapan terbanyak untuk kedua rumpon terjadi pada saat trip ke -4 yakni sebanyak 114 ekor ikan untuk rumpon ijuk, dan 69 ekor ikan untuk rumpon kelapa. Berikut disajikan tabel jumlah hasil tangkapan tiap trip (Tabel 4).

Tabel 6 Jumlah hasil tangkapan No. Jenis rumpon Jumlah hasil tangkapan per trip

1 2 3 4 5 6 Total

1 Rumpon ijuk 1 56 17 114 21 11 220

(31)

18

Terdapat dua faktor yang diduga menyebabkan hasil tangkapan tiap tripnya berfluktuatif. Kedua faktor tersebut yaitu faktor cuaca kemudian gangguan dari nelayan setempat yang menangkap ikan di sekitar rumpon ijuk dan kelapa dengan menggunakan alat tangkap bagan perahu, bagan perahu tersebut menggunakan cahaya untuk mengumpulkan ikan pada malam hari. Faktor cuaca seperti arus yang cepat dan gelombang yang besar menyebabkan nelayan sulit untuk menjangkarkan kapal di sekitar rumpon, sehingga posisi kapal berubah-ubah terseret arus. Gangguan cuaca tersebut terjadi pada saat trip ke-1, kemudian pada saat rtip yang ke-2 nelayan tidak dapat menjangkarkan kapal di daerah sekitar rumpon kelapa, dikarenakan arus dan gelombang yang besar, sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil data. Gangguan dari nelayan setempat terjadi pada operasi penangkapan yang ke-5 dan ke-6, sehingga hasil tangkapan menurun. Berdasarkan informasi dari nelayan, penurunan jumlah hasil tangkapan tersebut dikarenakan banyaknya kapal-kapal penangkapan cumi pada saat malam hari di daerah sekitar rumpon. Kapal-kapal cumi tersebut menggunakan cahaya pada saat operasi penangkapan ikan yang menyebabkan berkurangnya ikan di daerah sekitar rumpon. Ikan-ikan pelagis biasanya hidup bergerombol dengan kelompoknya maupun dengan jenis lainya. Ikan-ikan ini bersifat fototaksis positif (mengikuti cahaya).

Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan

Uji kenormalan jumlah hasil tangkapan antara rumpon ijuk dan rumpon kelapa menunujukkan data yang diperoleh menyebar normal, maka dilanjutkan dengan Uji f. Hasil perhitungan uji f menunjukkan nilai p-value untuk hasil tangkapan sebesar 0,829, atau diatas 0,005, sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk perbedaan jenis atraktor terhadap jumlah hasil tangkapan pada rumpon ijuk dan rumpon kelapa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil tangkapan ikan di daerah sekitar rumpon dengan atraktor ijuk terdapat 6 famili, 12 jenis ikan sebanyak 224 ekor. Famili ikan yang mendominansi hasil tangkapan adalah ikan dari famili Carangidae dengan jumlah 139 ekor. Jenis ikan yang mendominasi adalah jenis ikan selar hijau(Atule mate) 66 ekor. Hasil tangkapan ikan di daerah sekitar rumpon dengan atraktor daun kelapa terdiri dari 9 famili, 13 jenis spesies ikan dengan jumlah 195 ekor ikan. Famili ikan yang mendominasi hasil tangkapan sama dengan famili yang mendominasi di rumpon ijuk yaitu famili Carangidae dengan jumlah 103 ekor. Jenis ikan yang mendominansi hasil tangkapan adalah jenis ikan selar kuning (Selaroides leptoleptis) 50 ekor.

(32)

19 leptoleptis) yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 7 - 13,5 cm, dan yang tertangkap di rumpon kelapa berkisar antara 7,3 – 17,7 cm. Ukuran pajang ikan kembung (Rastralliger sp.) yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 16,5 - 25,7 cm, dan yang tertangkap di rumpon kelapa berkisar antara 18,9 – 25,9 cm.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan bahan dan metode yang sama, namun waktu dalam pengambilan data pertama mempunyai selang waktu 3-4 bulan dari pelepasan rumpon.

2. Perlu dipertimbangkan cuaca pada saat pengambilan data seperti musim penangkapan, gelombang, dan arus laut sehingga pengambilan data dapat dilakukan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubugannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan Ikan. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 149 hal.

Hidayat T. 2005. Pembuatan Hidrolistat dari Ikan Selar Kuning (Carang leptoleptios) dengan Menggunakan Enzim Papain. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Hasil perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Direktori Pulau-pulau Kecil Indonesia [internet]. [ Diacu 13 Oktober 2013]. Tersedia pada http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktoripulau/index.php/public_c/pulau_ info/374.

Nadler F. 2011. Keragaan Sumberdaya Ikan Pelagis Ekonomis Penting Berdasarkan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara pada Kurun Waktu 2005-2009. [Skripsi]. Bogor (ID): Depatemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pardede F M. 2012. Terumbu Buatan Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Sebagai Fish Aggregating Device Di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Subani W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan Indonesia Jurnal penelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta (ID).

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Perikanan laut. Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Jakarta (ID): Badab Penelitian perikanan Laut, Departemen pertanian. 245 hal. Suriadi. 2010. Analisis Pengaruh Penambahan Serat Ijuk Aren Terhadap Sifat

(33)

20

[internet]. [Diacu 1 Oktober 2013]. Tersedia pada www. repository.usu.ac.idbitstream123456789284304Chapter%20II.pdf.pdf. Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987.

Laporan Akhir Survey Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore, Bacan dan sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor (ID).

(34)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Bahan-bahan pembuatan rumpon

No Nama bahan Gambar 1 Daun kelapa

(35)

22

3 Kayu gelam

4 Tali PE

(36)

23 Lampiran 2 Dokumentasi hasil tangkapan

No Jenis ikan Gambar 1 Selar hiaju

(Atule mate)

2 Selar kuning (Selaroides leptoleptis)

(37)

24

4 Tongkol (Auxis thazard)

6 Barakuda (Sphryraena sp.)

(38)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang Provinsi Jawa Barat pada tanggal 13 November 1990 dari Bapak Ade Supardi dan Ibu Suharni. Penulis merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara. Penulis lulus dari SMA N 1 Cimalaka pada tahun 2009 dan masuk IPB melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2009 penulis memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama perkuliahan penulis menjadi asisten mata kuliah Daerah Penangkapan Ikan pada tahun ajaran 2012/1013 dan mata kuliah Eksplorasi Penangkapan Ikan tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasisawa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf Departemen Kewirausahaan pada masa jabatan 2011/2012 dan sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan Bakat pada masa jabatan 2012/2013.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Rincian bahan-bahan pembuatan atraktor d
Tabel 1 Rincian bahan-bahan pembuatan atraktor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kantor SULUT TOMOHON TOMOHON UTARA Rumah SULUT TOMOHON TOMOHON UTARA Kantor SULUT TOMOHON TOMOHON UTARA Rumah SULUT MINAHASA KAWANGKOAN Kantor SULUT TOMOHON TOMOHON UTARA Rumah

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Muhammad Shofiyullah NIM : 10630057 Jurusan : Kimia Fakultas : Sains dan Teknologi Judul Penelitian : Identifikasi Senyawa Aktif dan

Rata-rata pendapatan perbulan dar responden yang datang ke Bakso Kota Cakman Bogor berkisar antara Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 yaitu sebanyak 43,33 persen pada shift pertama,

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 72 Dari gambar dapat dilihat lebih jelas bahwa propinsi Jawa Tengah, Gorontalo, Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa

Dari yang terjadi pada akad mudhārabah yang dijalankan Bank Sulselbar syariah maka terlihat suatu konflik yang terbentuk nyata akan merubah pola pikir

Sebagai contoh adalah film Throne of Blood atau Kumonosu-Jo karya Akira Kurosawa hasil adaptasi naskah Macbeth karya William Shakespeare dan pementasan drama

Tahap ini meliputi analisis awal akhir yang menemukan fakta hasil belajar peserta didik yang rendah disebabkan motivasi belajar yang rendah, buku peserta didik yang

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa percernaan campuran (co-digestion) dapat menghasilkan total biogas yang lebih banyak daripada