• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR

RESTI YANUAR AKHIR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Resti Yanuar Akhir

(4)

RESTI YANUAR AKHIR. Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek tanah yang memiliki prospek bisnis yang cukup baik di Bogor. Harga Anggrek Vanda douglas yang cenderung fluktuatif dan marjin pemasaran yang cukup besar menyebabkan nilai farmer’s

share relatif kecil. Penelitian mengenai analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas yang dilaksanakan di Desa Rawakalong bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pemasaran yang efisien dari segi efisiensi operasional pemasaran. Pendekatan analisis pemasaran yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitif. Penentuan responden petani dipilih secara purposive sampling sebanyak 20 orang dan responden lembaga pemasaran menggunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 saluran pemasaran yang terbentuk dengan saluran, lembaga, fungsi, dan perilaku pasar yang berbeda di setiap salurannya. Berdasarkan analisis efisiensi operasional pemasaran yakni perhitungan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya memperlihatkan bahwa saluran IV (petani pedagang besar konsumen) merupakan saluran yang relatif lebih efisien.

Kata kunci: Anggrek Vanda douglas, efisiensi, farmer’s share, efisien

ABSTRACT

RESTI YANUAR AKHIR. Marketing Efficiency Analysis of Cut Orchid Vanda douglas in Rawakalong Village, Gunung Sindur Subdistrict, Bogor Regency. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

Vanda douglas Orchid has a good business prospect in Bogor, but its

farmer’s share is relatively low. The aim of this study that is conducted in Rawakalong Village is to identify the efficiency of marketing system. This research used both qualitative and quantitative marketing analysis. The method used to select the respondents was purposive sampling with total result 20 people. The method used to select the marketing institutions was snowball sampling. The result showed that there were 4 marketing channels formed with different channels, institutions, functions, and market conduct. Three parameters that were used on the marketing operational efficiency analysis were the sum of marketing

margin, farmer’s share and benefit-cost ratio which showed that channel IV (farmers wholesaler consumers) was relatively more efficient.

(5)

Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG, KECAMATAN

GUNUNG SINDUR, KABUPATEN BOGOR

RESTI YANUAR AKHIR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat, karunia, dan izin-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang diambil penulis sejak Bulan Februari 2014 ini adalah tentang tataniaga dengan judul yaitu Analisis Efisiensi Pemasaran Anggrek Potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, bantuan, dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Amzul, SP, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji Departemen Agribisnis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Edi Rantau selaku ketua Gapoktan Bersatu Desa Rawakalong yang telah membantu selama penelitian dan pengumpulan data, Bapak Bodri dan Ibu Nengsih yang telah memberikan tempat tinggal sementara selama proses pengumpulan data skripsi, petani Anggrek Vanda douglas, para pedagang dan florist serta kantor Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang juga telah membantu proses pencarian data sekunder skripsi. Kemudian tak lupa penghargaan penulis sampaikan kepada dosen pembimbing akademik Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Abuss dan dosen-dosen Departemen Agribisnis IPB atas bimbingan, ilmu, dan didikannya selama perkuliahan. Selanjutnya ungkapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada umi, abi, kakak kandung dan kakak ipar, saudara kembar serta seluruh keluarga besar atas segala perhatian dan doanya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih dan semangat atas dukungan, doa, dan kerja sama dari rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 47 IPB, rekan-rekan lorong 3 Asrama Putri Gedung A3 TPB IPB, rekan-rekan kelas B.01 TPB IPB, BEM FEM IPB 2012 khususnya Departemen Kajian Strategis, dan BEM KM IPB 2013 khususnya Biro IPB Social Political Centre (ISPC) IPB.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan masalah 4

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Kajian Penelitian tentang Pemasaran 7

Kajian Penelitian Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran 8

Kajian Penelitian Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran 9

Kajian Penelitian Analisis Perilaku Pasar 9

Kajian Penelitian Analisis Keragaan Pasar 10

Keterkaitan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 19

METODE PENELITIAN 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Pengumpulan Data Responden 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data 22

Definisi Operasional Penelitian 25

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26

Keadaan Umum Wilayah dan Penduduk 26

Karakteristik Petani Responden 29

Karakteristik Lembaga Pemasaran Responden 31

Gambaran Umum Pascapanen Anggrek Vandadouglas

di Desa Rawakalong 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Identifikasi Lembaga Pemasaran 35

Analisis Saluran Pemasaran 35

Analisis Fungsi Pemasaran 41

Analisis Perilaku Pasar 46

Analisis Keragaan Pasar 48

Efisiensi Pemasaran 54

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia

tahun 2012

2 Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi

di Indonesia periode 2010-2012

3 Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman anggrek di

Jawa Barat periode 2009-2012

4 Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor periode

2009-2012

5 Sebaran jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa

Rawakalong tahun 2011

6 Sebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Rawakalong

tahun 2011

7 Sebaran jumlah penduduk Desa Rawakalong berdasarkan jenis

mata pencaharian tahun 2011

8 Sebaran petani responden berdasarkan usia tahun 2014 9 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan tahun

2014

10 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman bertani

Anggrek Vanda douglas tahun 2014

11 Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan di Desa

Rawakalong tahun 2014

12 Sebaran lembaga pemasaran responden (pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, dan florist) berdasarkan kelompok usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman dalam

berdagang Anggrek Vanda douglas tahun 2014

13 Sebaran petani responden dan volume penjualan anggrek potong

Vanda douglas di setiap saluran pemasaran anggrek di Desa

18 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani dan

lembaga-lembaga pemasaran di Desa Rawakalong

19 Marjin pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa

Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor

20 Farmer’s share pada setiap saluran pemasaran anggrek potong

Vanda douglas di Desa Rawakalong

21 Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga

pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong 22 Nilai efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran

(11)

1 Perkembangan harga dan volume rata-rata Anggrek Vanda Douglas di Pasar Rawabelong periode Januari 2009-Agustus

2013 (diolah) 6

2 Kurva pembentukan marjin pemasaran 17

3 Skema kerangka pemikiran operasional 20

4 Proses pemetikan bunga 33

5 Proses pengikatan bunga 34

6 Skema pola saluran pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat 36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data karakteristik petani responden anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur,

Kabupaten Bogor tahun 2014 59

2 Data karakteristik lembaga pemasaran Anggrek Vanda

Douglas yang terlibat tahun 2014 60 3 Dokumentasi penelitian aktivitas pemasaran Anggrek Vanda

douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur,

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional sehingga sektor pertanian sangat berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Adapun peran strategis sektor pertanian nasional adalah: 1) pemasok bahan makanan pokok penduduk; 2) pemasok bahan industri; 3) penyedia lapangan kerja terbesar bagi penduduk; 4) pencipta nilai tambah atau Produk Domestik Bruto (PDB); 5) sumber penghasil devisa negara; dan 6) salah satu alternatif pemecahan kemiskinan penduduk pedesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 turun sebesar 5.78% dibandingkan tahun 2012 mencapai 6.23%. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha tahun 2011 sampai 2013 didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing memberikan kontribusi sebesar 23.69%, 14.43%, dan 14.33%. Data tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian masih sangat diperhitungkan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Salah satu sektor pertanian yang menopang pembangunan perekonomian nasional adalah sektor hortikultura. Florikultur atau tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek bisnis yang cerah untuk dikembangkan di pasar domestik maupun pasar internasional. Perkembangan produksi tanaman hias mengalami peningkatan terutama pada tanaman hias anggrek. Hal ini dilihat dari permintaan anggrek yang cenderung terus meningkat terutama di pasar ekspor Asia, Eropa, dan Amerika. Pasar Uni Eropa mengkonsumsi lebih dari 50% produk tanaman hias dunia karena sebagian besar penduduknya mempunyai tingkat konsumsi bunga potong per kapita yang tinggi.

Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman anggrek pada tahun 2012 memiliki volume ekspor terbesar yaitu 57.61 ton dan diikuti oleh tanaman krisan sebesar 50.92 ton. Artinya, anggrek merupakan komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi dalam perdagangan internasional.

Tabel 1 Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2012

Komoditi Volume (Ton) Nilai (US$) Harga

(US$/Ton)

Anggrek 57.61 668 956 11 611.80

Krisan 50.92 1 031 511 20 257.48

Mawar 43.27 528 027 12 203.07

Anyelir - 0 -

Tanaman Hias

lainnya 6 341.24 16 584 580 2 615.35

(14)

Usaha budidaya bunga potong anggrek di Indonesia mempunyai prospek bisnis yang cukup baik secara komersial. Anggrek sendiri memiliki kegunaan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat dan ungkapan belasungkawa. Negara yang menjadi tujuan ekspor anggrek potong Indonesia adalah Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, dan Belanda (Balithi 2010). Permintaan ekspor anggrek ke Jepang mengalami peningkatan setiap tahun dan pada tahun 2010 naik sebesar 30%. Pertumbuhan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya tumbuh 15% 1.

Tanaman anggrek potong memiliki nilai estetika tinggi karena berbunga indah dengan aneka ragam dan keunikan serta warna yang menarik. Tanaman anggrek dalam taksonominya digolongkan dalam famili Ochidaceae yang merupakan famili yang sangat besar dan tersebar di seluruh dunia kecuali daerah kering dan dingin. Sebagian besar ditemukan di daerah basah beriklim tropis dengan ketinggian 0-3500 m di atas permukaan laut (Kartikaningrum 2010).

Selera konsumen terhadap kualitas bunga potong anggrek juga berkembang terutama dalam hal warna, ukuran, susunan, bentuk, dan daya tahan bunga. Perkembangan selera tersebut sangat dipengaruhi oleh grower (pembesar bibit anggrek) dan trend pasar di luar negeri. Berkaitan dengan selera konsumen anggrek potong maka menurut penelitian dari Hartanta (2005) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli bunga potong anggrek, yaitu: 1) faktor pertama terdiri dari variabel sumber daya konsumen, kepribadian, warna dan tingkat kesegaran; 2) faktor kedua terdiri dari variabel keluarga, harga dan jumlah kuntum; 3) faktor ketiga terdiri dari variabel jenis bunga potong anggrek. Dari hasil penelitiannya ini maka variabel-variabel yang paling mempengaruhi konsumen dalam membeli bunga potong anggrek secara berurutan adalah: 1) variabel jenis bunga potong anggrek; 2) variabel kepribadian; 3) variabel warna; 4) jumlah kuntum; 5) variabel keluarga; 6) variabel harga; 7) tingkat kesegaran; dan 8) variabel sumber daya konsumen.

Melihat perkembangan produksi komoditi anggrek maka di Indonesia jenis anggrek yang umumnya berpotensi menjadi incaran pasar lokal dan internasional adalah jenis Dendrobium (34%), Oncidium var. Golden Shower

(26%), Cattleya (20%), Vanda (17%) dan anggrek lainnya sebesar (3%) (Dithorti 2008). Konsumen pasar dalam negeri untuk anggrek adalah florist (45%), hotel (20%), gedung pertemuan dan katering (20%), perkantoran (10%), dan sisanya pembeli perorangan (5%) (Mardiasa 2007). Usaha budidaya anggrek potong pada umumnya dilakukan oleh pengusaha bermodal besar sedangkan para petani tradisional lebih membudidayakan anggrek pot dan anggrek tanah seperti

Aranthera,Oncidium, dan Vanda yang modalnya lebih rendah (Solvia 2010). Wilayah di Indonesia dengan produksi anggrek tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat yang mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya dengan pertumbuhan tahun 2011 sampai 2012 sebesar 86.65%. Posisi kedua pada tahun yang sama berada di Provinsi Jawa Tengah sebesar 53.21%. Namun penurunan produksi anggrek terbesar berada di Provinsi DKI Jakarta sebesar -87.44% diikuti oleh Sumatera Barat sebesar -58.05%. Salah satu sebab produksi anggrek di

1

(15)

Jakarta menurun karena kelangkaan lahan yang disertai harga jual lahan yang tinggi dan banyaknya konversi lahan menjadi bangunan-bangunan perkantoran. Hal ini mengakibatkan petani anggrek di Jakarta lebih banyak berinvestasi di luar Jakarta seperti di Tangerang, Bogor, dan Bekasi 2. Berikut adalah perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010 sampai 2012 pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010-2012

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012);

a

angka sementara

Sentra produksi anggrek potong nasional menyebar di wilayah Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi dengan Jawa Barat sebagai sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia dan DKI Jakarta sebagai pusat penjualan terbesar tepatnya di Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. Provinsi Jawa Barat sebagai sentra produksi anggrek terbesar karena berbagai faktor yang mendukung pengembangan usahatani anggrek seperti iklim, lahan yang subur, banyaknya lembaga penelitian dan lokasi yang strategis terutama dalam hal penjualan ke berbagai tempat terutama di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Depok.

Tabel 3 Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman anggrek di Jawa Barat periode 2009-2012

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)

2

(16)

Berdasarkan informasi dari Tabel 3 memperlihatkan bahwa produktivitas anggrek di Jawa Barat pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 7.73 tangkai/m2 dan mengalami peningkatan sebesar 21.81 tangkai/ m2 pada tahun 2012. Jenis anggrek yang paling banyak dibudidayakan di Jawa Barat adalah jenis Dendrobium, Phaleonopsis, dan Vanda yang juga jenis anggrek paling banyak dicari oleh para pedagang, perangkai bunga, dan para pecinta bunga (lovers). Hal ini disebabkan bentuk bunga yang cantik serta mudah dibudidayakan. Namun dari ketiga jenis anggrek ini maka yang paling mudah dalam hal pembudidayaan adalah jenis anggrek Vanda, karena anggrek Vanda

sangat produktif ditanam di daerah rendah sampai ketinggian 200 m di atas permukaan laut, kemampuan berbunga lebih cepat, dan ditanam dengan bantuan langsung cahaya matahari serta tidak membutuhkan naungan (Sarwono 2002). Anggrek Vanda jarang digunakan sebagai rangkaian bunga karena tangkainya yang kaku, tetapi anggrek Vanda banyak digunakan sebagai garnis pada makanan dan minuman, papan ungkapan suka dan duka cita, penghias rumah dan bahkan ruang pesta (Ditjen PPHP 2005).

Sifat bunga potong anggrek Vanda adalah daya tahan bunga lebih dari dua minggu jika masih melekat pada tanaman tetapi ketahanan bunga hanya satu minggu apabila digunakan sebagai bunga potong (Balqis 2013). Tanaman anggrek termasuk dalam karakteristik sifat hortikultura yaitu memiliki volume penjualan yang besar, cepat rusak atau layu, mempunyai kualitas yang beranekaragam sehingga dalam jangka waktu yang relatif singkat dapat terjadi penurunan nilai atau harga yang sangat drastis, bahkan terdapat kecenderungan untuk tidak laku dijual.

Perumusan Masalah

Salah satu wilayah di Jawa Barat yang termasuk wilayah sentra produksi anggrek adalah di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tahun 2012 tercatat luas panen tanaman anggrek di Kabupaten Bogor adalah 106 271 m2. Pemerintah Kabupaten Bogor juga menjadikan anggrek sebagai komoditas unggulan daerah. Hal tesebut didasarkan pada Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan dan Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2010 tentang Peningkatan Daya Saing Produk Kabupaten Bogor serta Hasil-Hasil Kajian Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan Oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor.

Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor pada Tabel 4 menjelaskan bahwa produksi anggrek di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan secara siginifikan yaitu 31.41% dari tahun 2011. Kabupaten Bogor terkenal memiliki bermacam jenis anggrek yang indah, salah satunya yaitu anggrek Vanda douglas. Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek hasil persilangan Vanda hookeriana dengan Vanda teres. Anggrek Vanda

(17)

Tabel 4 Perkembangan produksi anggrek di Kabupaten Bogor periode 2009-2012

Tahun Produksi (Tangkai)

2009 2 664 636

2010 1 443 824

2011 3 464 148

2012 4 552 450

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2012)

Di wilayah Kabupaten Bogor yang menjadi sentra produksi anggrek terbesar terdapat di Kecamatan Gunung Sindur dengan menambah luas tanam sebesar 9100 m2 (Distanhut 2012) dan produksi anggrek Vanda douglas di Kecamatan Gunung Sindur terpusat di Desa Rawakalong. Permintaan terbesar anggrek Vanda douglas banyak dari Jakarta terutama komoditasnya 80% dijual ke Pasar Rawabelong dan sisanya dijual ke florist-florist di sekitar daerah Jakarta dan Bogor.

Petani-petani Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang tergabung dalam Kelompok Tani Sugih Mukti dan Kelompok Tani Maju sering mengalami beberapa kendala dalam hal memasarkan atau menjual produk anggrek

Vanda douglas diantaranya: 1) Mekanisme pembentukan harga bersifat tertutup dan berjalan sepihak sebagai akibat ketidakseimbangan kekuatan tawar menawar antara pelaku, hal ini mengakibatkan nilai jual bunga dari petani anggrek masih ditentukan oleh pedagang besar di Pasar Rawabelong sehingga posisi tawar (bargaining position) petani juga rendah menyebabkan petani hanya sebagai pihak penerima harga (price taker); 2) Informasi bersifat asimetris disebabkan kurangnya informasi harga yang dimiliki petani anggrek mengenai perkembangan harga dan situasi pasar; 3) Rendahnya posisi tawar petani juga memicu perbedaan harga yang diterima petani (produsen) dengan harga yang dibayar oleh konsumen (marjin pemasaran).

(18)

Sumber: Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Pasar Rawabelong (2013)

Gambar 1 Perkembangan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di Pasar Rawabelong periode Januari 2009-Agustus 2013 (diolah)

Pada Gambar 1 memperlihatkan harga rata-rata anggrek potong Vanda douglas pada tingkat konsumen di Pasar Rawabelong, Jakarta Barat cenderung berfluktuatif pada periode Januari 2009 hingga Agustus 2013. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan harga rata-rata anggrek Vanda douglas yang sangat tinggi sebesar Rp89 149.13 dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai Rp50 631.41.

Dari informasi tersebut maka terdapat perbedaan harga antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen (marjin pemasaran). Marjin pemasaran yang semakin besar pada umumnya akan menyebabkan persentase bagian harga yang diterima petani semakin kecil. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fikri (2013) marjin pemasaran yang tinggi disebabkan oleh faktor biaya (risiko) pemasaran yang tinggi seperti infrastruktur transportasi yang tidak mendukung (jalan rusak) dan tata cara penentuan harga yang tidak adil dan terbuka serta ikatan kerjasama yang berlandaskan hutang memaksa petani hanya menjual produknya kepada satu orang pedagang.

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan alternatif saluran pemasaran yang lebih efisien. Alternatif saluran pemasaran diperoleh dengan menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya, lembaga dan fungsi pemasaran, serta perilaku pasar sehingga dapat dirumuskan dalam penelitian efisiensi pemasaran ini sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ?

2. Apakah sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa

(19)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Menganalisis dan mengidentifikasi sistem pemasaran anggrek potong

Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti, sebagai wadah dalam proses pembelajaran dan melatih berpikir kritis dan analitis dalam mengembangkan ilmu-ilmu terapan agribisnis yang sudah dipelajari selama kuliah di Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan menjadi kemudahan dalam

menggali sumber informasi dalam pemasaran sehingga dapat

meningkatkan motivasi petani untuk mengembangkan usahanya.

3. Bagi pemerintah dan stakeholder, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan, strategi pengembangan, dan pemasaran agribisnis anggrek di Bogor.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan pembanding untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup analisis efisiensi pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Komoditas yang diteliti adalah anggrek tanah jenis

Vanda douglas dengan mengkaji sistem pemasaran dengan melihat saluran, lembaga, dan fungsi pemasaran, perilaku pasar, dan keragaan pasar dengan analisis indikator marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya dari segi efisiensi operasional anggrek potong Vanda douglas.

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Penelitian tentang Pemasaran

(20)

demikian penelitian ini diambil dari beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding dari penelitian sebelumnya sehingga akan dirumuskan tentang sistem pemasaran yang efisien melalui berbagai pendekatan analisis seperti menganalisis fungsi-fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, perilaku, dan keragaan pasar. Keragaan pasar menggunakan 3 indikator analisis antara lain marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu seperti dari skripsi dan jurnal ilmiah.

Beberapa hasil kajian penelitian terdahulu tentang pemasaran bunga potong yang dapat dijadikan sumber referensi antara lain: penelitian oleh Estefan (2011) yang menganalisis usahatani dan pemasaran bunga potong Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor; selanjutnya penelitian oleh Maulana (2003) mengenai analisis pendapatan usahatani dan pemasaran bunga Gerbera di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat; penelitian dari Trisnoherlambang (2001) yang menganalisis kelayakan investasi dan sistem tataniaga bunga potong Krisan di PT Kebun Ciputri Molek, Desa Ciputri, Cianjur, Jawa Barat; dan penelitian Puspitasari et al. (2012) terkait pemasaran dan marjin pemasaran Anggrek Vanda douglas di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Hasil penelitian di atas terbagi menjadi beberapa rangkuman yaitu kajian analisis fungsi-fungsi pemasaran, lembaga dan saluran pemasaran, perilaku, dan keragaan pasar, serta efisiensi pemasaran.

Kajian Penelitian Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran

Pendekatan fungsi pemasaran menurut Kohls dan Uhl (2002) terdiri dari tiga fungsi yakni fungsi pertukaran (proses pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, pengangkutan, transportasi, dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (pembiayaan, informasi harga, sortasi, grading, dan manajemen risiko). Penelitian yang dilakukan oleh Estefan (2011) bahwa petani Anggrek Dendrobium hanya melakukan fungsi pertukaran sedangkan lembaga pemasaran yang lain seperti pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul luar daerah, pedagang besar, dan floris melakukan semua fungsi pemasaran. Pada fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar hanya melakukan kegiatan penyimpanan produk. Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan oleh lembaga pemasaran selanjutnya (semua pedagang) berupa penanggulangan risiko, pembiayaan dan informasi pasar. Pedagang pengumpul lokal Anggrek Dendrobium melakukan fungsi fasilitas dengan menambahkan kegiatan sortasi. Kerjasama yang terjadi diantara lembaga pemasaran adalah antara pedagang pengumpul dengan petani serta pedagang pengumpul dengan pedagang besar.

(21)

Kajian Penelitian Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2012) lembaga pemasaran adalah berbagai organisasi bisnis yang melaksanakan atau mengembangkan aktivitas bisnis (fungsi-fungsi pemasaran). Metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi pola saluran dari lembaga pemasaran adalah metode snowball sampling yaitu metode yang menggunakan pendekatan alur pemasaran mulai dari petani hingga konsumen akhir sesuai dengan informasi yang didapatkan dari lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi pemasaran.

Identifikasi saluran pemasaran komoditi bunga potong dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jumlah saluran pemasaran setiap komoditasnya bervariasi mulai dari dua saluran (Puspitasari et al. 2012; Trisnoherlambang 2001), empat saluran (Maulana 2003), dan enam saluran (Estefan 2011) dengan petani responden berjumlah 2 hingga 20 orang. Beberapa kasus tertentu dengan jumlah saluran lebih dari empat biasanya memiliki lima atau lebih lembaga pemasaran yang terlibat dengan kegiatan pemasarannya lebih kompleks (Estefan 2011). Banyaknya jumlah saluran pemasaran umumnya dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang terlibat, jangkauan pasar yang luas, jarak distribusi komoditi yang dipasarkan dari produsen hingga konsumen (Fikri 2013).

Kajian Penelitian Perilaku Pasar

Perilaku pasar (market conduct) adalah seperangkat strategi dalam pemilihan yang ditempuh oleh penjual dan pembeli dalam rangka mencapai tujuan. Perilaku pasar dapat diamati dengan melakukan aktivitas kerjasama antar lembaga pemasaran meliputi aktivitas pembelian dan penjualan, sistem penetapan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama usaha baik bersifat lisan (asas kepercayaan) maupun tertulis (kontrak kerjasama). Pada aktivitas pembelian dan penjualan, umumnya petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul secara langsung di lahan petani (Maulana 2003). Namun ada juga yang menggunakan sistem langganan antara petani dengan pedagang pengumpul maupun pedagang pengumpul dengan pedagang besar sehingga masing-masing lembaga pemasaran sudah memiliki akses untuk membeli dan menjual produknya ke lembaga pemasaran berikutnya ((Estefan 2011).

Cara penetapan harga dan pembayaran juga berbeda-beda. Petani dengan pedagang pengumpul melakukan proses tawar menawar harga hingga mencapai harga yang disepakati bersama (Estefan 2011). Penentuan harga di tingkat lembaga pemasaran selanjutnya juga melalui proses tawar menawar meskipun lembaga pemasaran yang lebih tinggi sangat dominan dalam menentukan harga karena lebih mengetahui informasi pasar (Maulana 2003). Penentuan harga di tingkat petani dan lembaga pemasaran memiliki kecenderungan mengikuti mekanisme pasar. Harga tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan daya beli konsumen (Trisnoherlambang 2001).

(22)

besar lebih banyak dipengaruhi adanya kerjasama dalam bentuk persekongkolan harga karena adanya sistem langganan (Maulana 2003).

Kajian Penelitian Keragaan Pasar

Keragaan pasar (market performance) dalam penelitian ini diukur melalui marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Keragaan pasar juga mempengaruhi kinerja pasar yang dapat diidentifikasi melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, volume penjualan, efisiensi penggunaan sumber daya, penghematan biaya, dan peningkatan jumlah barang yang dipasarkan sehingga mencapai keuntungan maksimum (Estefan 2011).

Dari hasil penelitian terdahulu didapatkan bahwa penelitian Estefan (2011) yang meneliti tentang pemasaran Anggrek Dendrobium didapatkan hasil bahwa saluran 1 merupakan saluran yang relatif cukup efisien dengan nilai marjin pemasaran terkecil sebesar Rp500 per tangkai dengan total biaya pemasaran terkecil sebesar Rp42.71 per tangkai. Rasio keuntungan terhadap biaya terbesar didapat pada saluran 1 sebesar 10.71, farmer’s share tertinggi yakni 77.27% dan volume penjualan terbesar yakni 83.9%.

Berdasarkan penelitian dari Maulana (2003) didapatkan bahwa pola

saluran 1 (petanipedagang pengumpulpedagang besarkonsumen)

merupakan saluran yang relatif paling efisien karena memberikan keuntungan yang lebih besar untuk lembaga pemasaran yang terlibat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnoherlambang (2001) memperlihatkan bahwa marjin keuntungan pedagang perantara bunga Krisan saluran 2 sama dengan marjin keuntungan total sebesar 73.60%. Hal tersebut disebabkan pada saluran 2 hanya terdapat satu lembaga pemasaran. Nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran 1 dan 2 masing-masing sebesar 9.99 dan 14.87. Hal tersebut terjadi karena saluran 1 memiliki rantai pemasaran yang lebih panjang daripada saluran 2.

Kemudian pada penelitian Puspitasari et al. (2012) menjelaskan bahwa saluran 1 terbukti lebih efisien karena memberikan marjin dan keuntungan yang lebih besar terhadap petani anggrek Vanda douglas dengan nilai efisiensi pemasaran pada saluran 1 lebih rendah yaitu 0.06 dari pada saluran 2 sebesar 0.153. Hal ini dipengaruhi oleh adanya biaya yang dikeluarkan dan nilai penjualan dari Anggrek Vanda douglas tersebut.

Keterkaitan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

(23)

secara sengaja (purposive) sedangkan metode untuk menentukan responden lembaga pemasaran lainnya menggunakan metode snowball sampling. Alat analisis yang digunakan terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berupa analisis fungsi, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis kuantitatifnya yakni menghitung marjin pemasaran,

farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Adanya perbedaan penelitian sekarang dibanding penelitian terdahulu terutama terletak pada komoditas pertanian yang diteliti, lokasi dan waktu penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini didasari oleh kerangka teoritis mengenai konsep sistem pemasaran meliputi konsep saluran dan lembaga pemasaran; konsep fungsi pemasaran; konsep perilaku dan keragaan pasar serta konsep efisiensi pemasaran yang terdiri dari struktur biaya dan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Konsep Pemasaran

Pengertian pemasaran dalam perspetif makro adalah kegiatan yang mengalirkan produk dari petani (produsen primer) sampai ke konsumen akhir. Dalam kegiatan menyalurkan produk dari petani hingga konsumen, terdapat kegiatan produktif yang bertujuan menciptakan nilai tambah produk dari segi bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan. Beberapa ahli mengidentifikasi pemasaran sebagai proses keseluruhan aktivitas bisnis yang mengkoordinasikan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan pengguna jasa. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) kegiatan pemasaran yang produktif berkaitan dengan penciptaan nilai tambah suatu produk baik jasa atau barang.

Pengertian pemasaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek ekonomi dan aspek manajemen (Asmarantaka 2012). Dari aspek ekonomi bahwa pemasaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi-fungsi ini merupakan aktivitas produktif dalam mengalirnya produk atau jasa dari petani hingga konsumen akhir. Schaffner et al. (1998) dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan pemasaran dari aspek manajemen bahwa perusahaan dalam proses perencanaan, penetapan harga, promosi, dan distribusi produk dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan konsumen individu maupun organisasi. Salah satu strategi perusahaan dalam manajemen pemasaran adalah strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas product, price, place, dan promotion mix (Kotler 2002).

(24)

merupakan aktivitas bisnis dan merupakan kegiatan yang produktif untuk meningkatkan nilai guna bentuk (form utility), tempat (place utility), waktu (time utility), dan kepemilikan (possession utility) (Asmarantaka 2012). Ada banyak tahapan yang terjadi dalam pemasaran agribisnis seperti pembelian, pengumpulan, penyimpanan, pengepakan, pergudangan, komunikasi, advertensi, keuangan, transportasi, grading, sortasi, pengolahan, conditioning, pengemasan, penjualan,

retailing, penanggungan risiko, asuransi, standardisasi, peraturan, pemeriksaan, dan kumpulan informasi. Jadi pengertian pemasaran produk agribisnis dapat ditinjau dari perspektif makro (antar kelembagaan dalam sistem pemasaran dan analisis ekonomi) maupun perspektif mikro (analisis manajemen dalam satu lembaga atau perusahaan).

Tujuan pemasaran produk agribisnis adalah untuk memenuhi keinginan konsumen sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuknya agar menciptakan kepuasan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan preferensi (kepuasan) konsumen menurut Kohls dan Uhl (2002) antara lain: 1) nilai fungsi dari produk (primer atau sekunder), nilai physiological dari pangan, kandungan gizi untuk kesehatan dan ketahanan hidup; 2) nilai sosiopsikologis pangan-serat, status, agama, estetika, dan gaya hidup; 3) nilai ekonomi pangan-serat (harga); 4) ketersediaan produk; dan 5) pengetahuan konsumen dan informasi produk pangan-serat.

Pemasaran menjadi bagian dari subsistem dalam agribisnis sehingga fungsi dan peranannya mempengaruhi pertumbuhan dan pengembangan sektor pertanian melalui peningkatan keuntungan (pendapatan petani, pengolah, pabrik, lembaga pemasaran, dan kepuasan konsumen), peningkatan pangsa pasar dan tanggung jawab sosial melalui strategi kompetitif. Analisis sistem pemasaran dari perspektif makro dapat dilakukan melalui pendekatan pemasaran (Kohls dan Uhl 2002) antara lain:

1. Pendekatan fungsi (The Functional Approach)

Pendekatan fungsi merupakan pendekatan studi pemasaran dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi atau perlakuan yanga ada pada proses dalam sistem pemasaran yang akan meningkatkan kebutuhan konsumen (kepuasan). 2. Pendekatan kelembagaan (The Institutional Approach)

Pendekatan ini menekankan pada peran dari pelaku-pelaku bisnis yang terlibat selama proses pemasaran berlangsung.

3. Pendekatan Sistem Perilaku (The Behavioural-Systems Approach)

Pendekatan ini dilakukan secara kontinu untuk mengetahui efisiensi dari seluruh subsistem yang ada dalam sistem pemasaran. Pendekatan ini juga melihat keseluruhan dimensi dari interaksi antara lembaga-lembaga pemasaran yang saling melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam sistem pemasaran. Ada empat pendekatan sistem perilaku menurut Kohls dan Uhl (2002) terdiri dari input-output system, power system, communications system, dan the behavioral system for adapting to internal-external change.

Konsep Fungsi-Fungsi Pemasaran

(25)

biaya-biaya pemasaran dan memahami perbedaan biaya antar lembaga-lembaga serta fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Ada tiga karakteristik pendekatan fungsi pemasaran (Kohls dan Uhl 2002) yaitu:

1) Dampak dari pelaksanaan fungsi tidak hanya terhadap biaya pemasaran tetapi juga pada nilai produk. Dalam mengevaluasi fungsi pemasaran harus memperhitngkan dan mempertimbangkan antara biaya dan manfaat (benefit).

2) Adanya kemungkinan dalam mengurangi atau mengeliminasi pedagang

perantara (eliminate the middleman) tetapi tidak mengeliminasi fungsi-fungsi pemasaran.

3) Fungsi pemasaran dapat dilakukan oleh perusahaan, individu, kelompok, maupun organisasi yang ditujukan pada berbagai tahapan atau tempat dalam sistem pemasaran guna menciptakan nilai tambah produk agribisnis.

Berdasarkan karakteristik nomor 3 bahwa fungsi pemasaran harus dilakukan oleh setiap pelaku bisnis yang terlibat dalam proses pemasaran berlangsung. Kohls dan Uhl (2002) mengidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran menjadi tiga fungsi utama, diantaranya:

1. Fungsi pertukaran (Exchange Functions) merupakan aktivitas yang berkaitan dengan perpindahan hak kepemilikan produk atau jasa secara hukum yang terdiri dari:

a. Pembelian (Buying/ Assembling) yaitu kegiatan dalam pencarian produk atau jasa yang digunakan sebagai bahan baku atau mengalihkan kepemilikan dari penjual kepada pembeli.

b. Penjualan (Selling) yaitu kegiatan pemasaran yang mengalihkan barang kepada pembeli dengan harga yang telah ditetapkan.

2. Fungsi fisik (Physical Functions) merupakan aktivitas yang membantu menyelesaikan permasalahan dari pemasaran dan memberikan nilai tambah terhadap produk yang digunakan. Fungsi ini terdiri dari:

a. Penyimpanan (Storage) yaitu kegiatan menjamin adanya ketersediaan bahan baku sepanjang waktu yang diperlukan dengan cara menjaga agar kondisi produk tetap baik sampai waktu penjualan tiba. Mekanisme penyimpanan adalah implementasi dari fungsi pemasaran yaitu kegunaan waktu (utility of time).

b. Pengangkutan (Transportation) yaitu kegiatan pemindahan produk dari tempat produksi ke tempat konsumen karena adanya jarak antara produsen dengan konsumen.

c. Pengolahan (Processing) yaitu kegiatan dalam mengubah bentuk produk primer menjadi produk dengan nilai tambah yang tinggi bagi konsumen. 3. Fungsi fasilitas (Facilitating Function) merupakan serangkaian kegiatan yang

memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik, terdiri atas:

a. Standardisasi (Standarization) yaitu fungsi yang menggunakan suatu standar yang dikembangkan terhadap suatu produk agar menjadi seragam dalam hal kualitas dan kuantitas.

b. Pembiayaan (Financing) yaitu fungsi yang menyangkut kegiatan penyediaan dana untuk membiayai proses produksi dan pemasaran.

(26)

d. Penanggungan risiko (Risk Bearing) yaitu fungsi yang digunakan untuk menghitung tingkat kemungkinan kehilangan atau kerugian selama proses pemasaran agribisnis berlangsung. Risiko-risiko tersebut terjadi terutama pada produk pertanian yang bersifat bulky, voluminous dan perishable;

lalu risiko karena fluktuasi harga bagi komoditi yang bersifat musiman. Penanggulangan risiko dapat dilakukan melalui kontrak pembelian dan penjualan serta melalui mekanisme hedging pada future market.

Konsep Saluran dan Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran merupakan berbagai organisasi atau kelompok bisnis yang melakukan dan mengembangkan kegiatan bisnis dengan mengalirkan produk dari produsen ke tangan konsumen. Hanafiah dan Saefudin (2006) mendefinisikan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran yang mengalirkan barang dari produsen sampai ke konsumen akhir. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga penyedia jasa.

Pengelompokkan lembaga pemasaran berdasarkan fungsi dapat

dikelompokkan menjadi tiga:

1) Lembaga fisik pemasaran yaitu lembaga pemasaran yang menjalankan fungsi fisik seperti transportasi produk dari produsen ke konsumen.

2) Lembaga perantara pemasaran yaitu lembaga yang melakukan fungsi

pertukaran.

3) Lembaga fasilitas pemasaran yaitu lembaga yang menjalankan fungsi fasilitas seperti bank, koperasi, Lembaga Perkreditan Desa.

Dalam aktivitas pemasaran bahwa setiap lembaga pemasaran saling membutuhkan satu sama lain dalam melakukan proses pemasaran produk. Kohls dan Uhl (2002), mengklasifikasikan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran yaitu:

1. Pedagang perantara (Merchant of Middlemen) merupakan lembaga pemasaran yang melakukan penanganan berbagai fungsi pemasaran dalam aktivitas pembelian dan penjualan dari produsen ke konsumen.

a. Pedagang pengumpul (Assembler) yaitu pihak yang mengumpulkan dan membeli produk dari produsen (petani) dalam volume yang besar untuk mendapatkan marjin pemasaran kemudian menjual kembali kepada lembaga pemasaran berikutnya.

b. Pedagang grosir (Wholeseller) yaitu pihak yang menjual produk dari pedagang pengumpul kepada pedagang pengecer, pedagang grosir lain, dan industri terkait, tetapi tidak menjual produknya kepada konsumen akhir.

c. Pedagang pengecer (Retailers) yaitu pihak yang membeli produk dari pedagang grosir untuk langsung dijual kembali kepada konsumen akhir. 2. Agen perantara (Agent of Middlemen) merupakan lembaga pemasaran

(27)

a. Komisioner (Commission Men) yaitu pihak yang menyalurkan produk untuk memperoleh komisi. Komisioner memiliki kekuasaan relatif lebih luas dalam mengontrol dan menetapkan harga produk yang akan dijual. b. Broker (Brokers) yaitu pihak yang menyalurkan produk untuk

memperoleh komisi dengan kekuasaan yang relatif terbatas (tanpa memiliki hak mengontrol produk secara langsung).

3. Spekulator (Speculative Middlemen) merupakan lembaga pemasaran yang melakukan jual-beli produk untuk memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan pergerakan harga di pasar. Biasanya spekulator bekerja dalam jangka pendek dengan memanfaatkan fluktasi harga dan minimum penanganan produk.

4. Pengolah dan pabrikan (Processor and Manufacturers) yaitu lembaga pemasaran yang melakukan aktivitasnya mengubah bentuk fisik produk primer menjadi produk setengah jadi dan produk akhir untuk memperoleh marjin pemasaran berupa nilai tambah produk.

5. Organisasi Pendukung (Facilitative Organizations) yaitu lembaga pemasaran yang membantu memperlancar aktivitas pemasaran, misalnya pemerintah berupaya menciptakan kebijakan serta peraturan yang terkait dengan aktivitas pemasaran dan perdagangan, keterlibatan asosiasi eksportir dan importir , intelijen pasar, dan penangglaungan risiko.

Saluran pemasaran adalah sekumpulan pelaku-pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis untuk menyalurkan produk dari petani (produsen) kepada konsumen akhir. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), panjang saluran pemasaran tergantung pada:

1) Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen maka semakin panjang saluran tataniaganya.

2) Skala produksi

Semakin besar skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.

3) Cepat tidaknya produk yang mengalami kerusakan

Produk hortikultura yang bersifat mudah rusak akan mengakibatkan saluran pemasaran pendek karena harus segera diterima konsumen.

4) Posisi keuangan pengusaha

Pedagang dengan posisi keuangan yang kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.

Dengan mengetahui saluran pemasaran suatu komoditas maka dapat diketahui jalur mana yang lebih efisien dari semua jalur-jalur yang dapat dilalui dan mempermudah mencari besarnya marjin yang diterima setiap lembaga yang terlibat.

Konsep Perilaku dan Keragaan Pasar

(28)

dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggambarkan perilaku pasar (Kohls dan Uhl 2002) yaitu:

1) Input-output system; sistem yang menggambarkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam mengelola sejumlah input menjadi satu set ouput.

2) Power system; sistem yang menjelaskan bahwa perusahaan mengembangkan kualitas, pemimpin pasar, dan memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga dapat menentukan harga.

3) Communication system; bagaimana menciptakan dan meningkatkan sistem informasi yang efektif.

4) System for adapting to internal and external change; sistem yang menggambarkan bagaimana perilaku perusahaan dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan dan adaptasi terhadap perubahan.

Perilaku pasar dapat diketahui dengan melihat bentuk strategi lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu yang meliputi aktivitas pembelian dan penjualan, sistem penetapan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil atau pengaruh dari struktur pasar dan perilaku pasar yang dapat terlihat dari variabel ekonomi seperti kapasitas produk, harga, dan biaya pada pasar-pasar tertentu. Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012) mendefinisikan kinerja pasar sebagai nilai akhir yang diperoleh akibat dari penyesuaian pasar yang dilakukan oleh lembaga pemasaran.

Konsep Ukuran Efisiensi Pemasaran

Ukuran efisiensi pemasaran adalah tingkat kepuasan konsumen dan kegiatan pemasaran dalam mengalirkan produk atau jasa dari produsen ke tangan konsumen akhir. Konsep efisiensi sering menggunakan kinerja pasar sebagai tolak ukurnya. Sistem pemasaran dikatakan efisien jika tercipta keadaan dimana produsen, lembaga pemasaran lainnya, dan konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran. Menurut Abbot dan Makeham (1990) dalam Hidayati (2009), menjelaskan hal-hal yang dapat menunjang efisiensi proses pemasaran yaitu: 1) pemasaran dapat berjalan dengan baik apabila ada pengaturan pasar berupa kekuatan legal dalam suatu perjanjian dan adanya perlindungan untuk melawan praktik-praktik kecurangan; 2) informasi pasar sangat diperlukan oleh partisipan yang menginginkan efisiensi mekanisme pasar; 3) penelitian pasar yang akan menprediksi keadaan di masa mendatang; 4) penyuluhan dan pelatihan terutama bagi partisipan yang mempunyai kemampuan dan keterampilan rendah; 5) promosi; dan 6) akses terhadap lembaga keuangan sangat penting untuk memperoleh pendanaan dalam aktivitas pemasaran.

Adapun indikator efisiensi pemasaran produk agribisnis digolongkan ke dalam dua jenis (Cramer dan Jansen 1991; Kohls dan Uhl 2002 dalam Asmarantaka 2012) sebagai berikut:

(29)

konsumen tanpa peningkatan biaya; dan c) peningkatan kepuasan konsumen dengan adanya peningkatan biaya tetapi nilai output tambahan (kepuasan konsumen) lebih besar daripada nilai input tambahan (biaya tambahan pemasaran). Pendekatan analisis yang umumnya digunakan dalam kajian efisiensi operasional adalah analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

2. Efisiensi harga; suatu konsep menyeluruh dari suatu sistem pemasaran dimana tingkat efisiensi harga hanya mungkin terjadi apabila adanya koordinasi antar tingkat lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran. Efisiensi harga akan tercapai apabila: 1) masing-masing pihak merasakan kepuasan terhadap harga yang berlaku; 2) penggunaan sumberdaya mengalir dari penggunaan bernilai rendah ke nilai yang tinggi; dan 3) mengkoordinasikan aktivitas penjual-pembeli mulai dari petani, lembaga pemasaran, dan konsumen.

Konsep Marjin Pemasaran

Konsep marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani (produsen) dengan harga di tingkat konsumen akhir atau tingkat retail. Pengertian marjin pemasaran dari sisi aspek mikro, marjin pemasaran adalah selisih harga jual dengan harga beli atau biaya-biaya dan keuntungan dari perusahaan akibat adanya aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan. Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012) menyatakan bahwa marjin pemasaran diartikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Terdapat dua pengertian mengenai marjin pemasaran namun nilainya sama yaitu: 1) perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen; 2) total biaya yang dikeluarkan (marjin keuntungan yang diterima) oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam menghasilkan dan mendistribusikan barang (jasa) kepada konsumen. Berikut kurva terbentuknya biaya atau marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2.

VM=(Pr-Pf)Qrf

--

Gambar 2 Kurva pembentukan marjin pemasaran Pf

Pr P

Qr,f

Df Dr

Sr

Sf

0

(30)

Keterangan:

Sumber: Hammond dan Dahl (1977) dalam Asmarantaka (2012)

Berdasarkan Tomek dan Robinson (1990) dalam Asmarantaka (2012) bahwa primary dan derived demand merupakan kondisi yang menentukan permintaan awal dari proses pemasaran di tingkat petani dan permintaan turunan yaitu permintaan dari lembaga-lembaga pemasaran ke tingkat konsumen. Sedangkan primary dan derived supply adalah penawaran awal yaitu di tingkat petani dan penawaran turunan di tingkat pedagang atau pabrik pengolah dan di tingkat pedagang pengecer. Nilai marjin pemasaran (value of marketing) pada Gambar 3 merupakan selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Penentuan marjin dapat diketahui dengan dua komponen yaitu melalui return to factor dan return to institution. Return to factor adalah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses pemasaran seperti upah, bunga, sewa, dan keuntungan. Sedangkan return to institution adalah pengembalian terhadap jasa atau aktivitas yang dilakukan setiap lembaga pemasaran dalam proses pemasaran (Hammond dan Dahl 1977 dalam Asmarantaka 2012).

Konsep Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir dan diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Hudson (2007) menyatakan farmer’s share adalah rasio antara harga di tingkat petani terhadap harga di tingkat retail. Kohls dan Uhl (2002) menambahkan bahwa farmer’s share

sebagai perbedaan harga di tingkat petani dan pedagang pengecer. Secara umum besaran farmer’s share dan marjin pemasaran bervariasi antar komoditi tergantung biaya relatif pemasaran sehubungan dengan nilai tambah (waktu, bentuk, dan tempat). Secara matematis farmer’s share dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

Fsi = Persentase yang diterima petani

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga di tingkat konsumen

Sumber: Asmarantaka (2012)

Konsep Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran

(31)

operasional lebih tepat menggunakan rasio keuntungan terhadap biaya karena pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan sehingga indikatornya

adalah π/C dan nilainya harus positif. Jika penyebaran rasio keuntungan terhadap

biaya merata pada setiap lembaga pemasaran, maka secara teknis saluran pemasaran tersebut semakin efisien. Dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:

Keterangan:

πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i

Sumber: Asmarantaka (2012)

Kerangka Pemikiran Operasional

(32)

Gambar 3 Skema Kerangka Pemikiran Operasional

Gambaran sistem pemasaran Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong yang efisien

Analisis Kuantitatif: Marjin Pemasaran

Farmer’s share

Rasio Keuntungan terhadap biaya

Analisis Kualitatif: Fungsi Pemasaran Lembaga dan Saluran Pemasaran Perilaku Pasar

o Ketersediaan informasi pasar yang belum memadai

o Adanya marjin pemasaran yang relatif tinggi di tingkat petani dengan di tingkat konsumen. o Posisi tawar (bargaining position) petani rendah

Analisis Efisiensi Operasional Pemasaran

Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan bagi pemerintah dalam upaya perbaikan sistem pemasaran dan meningkatkan kesejahteraan petani

Keterangan:

Alur pemikiran

Saling berhubungan

(33)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah di Desa Rawakalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Pasar Rawabelong, Jakarta Barat sebagai tempat penjualan tanaman hias bunga. Pemilihan lokasi di Desa Rawakalong sebagai tempat penelitian dipilih secara sengaja (purposive) karena pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu sentra budidaya anggrek potong Vanda douglas di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Kemudian Pasar Rawabelong di Jakarta Barat juga dijadikan tempat penelitian karena selama proses penelitian berlangsung, tempat tersebut paling banyak dijadikan tempat penjualan anggrek potong Vanda douglas yang didatangkan dari Bogor terutama di wilayah Gunung Sindur. Penelitian ini juga dimulai pada Bulan Februari sampai Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) di lapang dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) kepada petani responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat selama proses kegiatan pemasaran berlangsung di Desa Rawakalong.

Data sekunder diambil melalui berbagai literatur yang dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mendukung dari data primer selama proses penelitian berlangsung. Data-data sekunder tersebut berasal dari buku teks, jurnal ilmiah, laporan penelitian, situs internet, dan data-data yang diperoleh dari lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian di Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan LSI IPB, dan penelusuran langsung ke kantor Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Jakarta, dan Pusat Promosi dan Pemasaran Hortikultura Pasar Rawabelong.

Metode Pengumpulan Data Responden

(34)

sengaja (purposive) yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersatu sebanyak 20 orang, terdiri dari 15 orang dari Kelompok Tani Sugih Mukti dan 5 orang dari Kelompok Tani Maju yang masih aktif membudidayakan Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Kemudian proses wawancara kepada petani dilakukan dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah atau kebun-kebun Anggrek Vanda douglas milik petani. Selain mengambil data melalui proses wawancara, dilakukan juga dengan pengamatan langsung terhadap aktivitas budidaya, panen, dan pascapanen Anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong.

Penentuan responden lembaga pemasaran dilakukan dengan metode non probability sampling yakni metode snowball sampling. Metode ini diperoleh dari informasi petani responden mengenai penelusuran saluran pemasaran Anggrek

Vanda douglas yang dilakukan mulai dari petani hingga ke konsumen akhir. Metode ini berupaya menelusuri aliran produk dan keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran dalam melaksanakan fungsi pemasarannya hingga ke konsumen akhir.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengambilan data primer melalui proses pengamatan langsung di lapang dan wawancara dengan petani, selanjutnya dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk memperoleh jawaban dari masalah yang terjadi selama proses pengamatan di lapang. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif guna mengidentifikasi gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fungsi-fungsi pemasaran, saluran dan lembaga pemasaran, serta perilaku pasar. Analisis secara kualitatif juga dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabulasi sederhana. Lalu analisis kuantitatif untuk menganalisis marjin pemasaran,

farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap lembaga pemasaran dan diolah dengan menggunakan kalkulator dan software Microsoft Excel di komputer yang kemudian dibentuk dengan sistem tabulasi data. Selanjutnya analisis-analisis ini akan digunakan untuk mengetahui sistem pemasaran anggrek Vanda douglas dari segi tingkat efisiensi operasional.

Analisis Fungsi, Lembaga, dan Saluran Pemasaran

Lembaga pemasaran dianalisis untuk mengetahui lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam melaksanakan fungsi pemasaran anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong. Dengan menganalisis keterlibatan lembaga-lembaga pemasaran ini dalam proses pemasaran maka didapatkan informasi mengenai aliran produk anggrek Vanda douglas yang membentuk saluran pemasaran dari mulai petani anggrek hingga ke konsumen akhir. Analisis saluran pemasaran diidentifikasi dengan tahapan-tahapan proses terbentuknya saluran pemasaran anggrek, gambaran dalam proses transaksi jual-beli yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran, dan melihat bagaimana proses pascapanen produk selama kegiatan berlangsung.

(35)

berupa pembelian dan penjualan; fungsi fisik berupa proses penyimpanan, pengemasan, pengangkutan; dan fungsi fasilitas berupa pembiayaan, standardisasi, penanggulangan risiko, dan informasi pasar.

Analisis Perilaku dan Keragaan Pasar

Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif guna mendapatkan informasi terkait perilaku lembaga pemasaran Anggrek Vanda douglas dalam hubungan kompetitif untuk mencapai tujuan pemasaran dalam struktur pasar. Adapun aktivitas yang diamati dalam perilaku pasar yaitu: 1) praktik pembelian dan penjualan; 2) penetapan harga; 3) sistem pembayaran yang dilakukan apakah secara tunai atau hutang; dan 4) kerjasama antar lembaga pemasaran dalam sistem pemasaran anggrek Vanda douglas di Desa Rawakalong.

Analisis keragaan pasar digunakan sebagai hasil dari proses dalam struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadinya hubungan proses tawar menawar dan persaingan harga (Sudiyono 2002). Keragaan pasar menggunakan analisis kuantitatif berupa analisis marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Analisis Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat petani atau produsen (Pf) dengan harga di tingkat konsumen akhir (Pr) yang dapat dirumuskan MT = Pr

– Pf. Analisis marjin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran Anggrek Vanda douglas. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Besaranya marjin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapatkan oleh lembaga pemasaran. Secara matematis, sebaran marjin total dapat dirumuskan pada persamaan (a) dan (b) sebagai berikut.

MT = Pr – Pf ...(a) ...(b) Keterangan:

Pr = Harga pembelian di tingkat konsumen

Pf = Harga penjualan di tingkat petani

MT & Mi = Marjin Total dan marjin pemasaran lembaga ke-i

Marjin pemasaran setiap lembaga (Mi) dihitung untuk mendapatkan nilai marjin pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran anggrek

Vanda douglas di Desa Rawakalong. Marjin pemasaran pada lembaga ke-i diperoleh dari selisih harga jual pada lembaga ke-i (Pji) dengan harga beli pada lembaga ke-i (Pbi).Selain itu marjin pemasaran diperoleh dengan biaya pemasaran pada lembag ke-i (Ci) dan keuntungan pemasaran pada lembaga ke-i (πi). Dapat dirumuskan pada persamaan (c) dan (d) sebagai berikut.

Mi = Pji – Pbi ... (c) Mi = Ci + πi ...(d) Keterangan:

Pji = Harga penjualan pada lembaga ke-i

(36)

Ci& πi = Biaya dan keuntungan pada lembaga ke-i

i = 1,2,3,4,...,n

Maka dapat diperoleh persamaan dari persamaan (c) dan (d) yaitu:

Pji – Pbi = Ci + πi ... (e)

Dengan demikian keuntungan yang diperoleh dari marjin pemasaran anggrek Vanda douglas dapat dirumuskan yaitu:

πi = Pji – Pbi – Ci ... (f)

Persentase marjin total pemasaran dapat dihitung dengan membagi marjin pada tingkat ke-i dengan harga pembelian di tingkat konsumen akhir. Dapat dirumuskan sebagi berikut.

Sumber: Asmarantaka (2012)

Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share adalah merupakan ukuran efisiensi pemasaran secara kuantitatif yang merupakan bagian dari nilai yang dibayar konsumen akhir dan diterima oleh petani dalam bentuk persentase (%). Dalam mengevaluasi ukuran marjin pemasaran dan farmer’s share, kedua ukuran ini tidak dapat dijadikan patokan utama dalam menentukan apakah saluran pemasaran tersebut efisien atau tidak. Hal ini disebabkan kompleksitas penanganan produk yang harus dilakukan

untuk dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Itu artinya harus

memperhitungkan bentuk, fungsi, dan atribut-atribut produk dari petani sampai kepada konsumen. Meskipun farmer’s sharebukan menjadi standar ukuran utama dalam sistem pemasaran tetapi dengan mengetahui nilai farmer’s share maka dapat diketahui seberapa besar nilai yang diterima petani dari nilai yang dibayar oleh konsumen. Analisis lebih jauh tentang efisiensi pemasaran akan lebih baik jika hasilnya menggunakan data time series untuk jangka panjang (Asmarantaka 2012). Berikut rumus dari farmer’s share yang telah ditulis di bab sebelumnya yaitu:

Keterangan:

Fsi = Persentase yang diterima petani

Pf = Harga di tingkat petani

Pr = Harga di tingkat konsumen

Sumber: Asmarantaka (2012)

(37)

sedikit. Hal ini karena petani menjual produknya dengan harga yang relatif rendah. Begitupun jika semakin tinggi nilai marjin pemasaran dalam sistem pemasaran maka nilai farmer’s share juga akan rendah. Dengan demikian

farmer’s shareberhubungan negatif dengan marjin pemasaran.

Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Analisis kuantitatif berikutnya yaitu rasio keuntungan terhadap biaya

(π/C). Rasio keuntungan terhadap biaya dapat dicapai jika rasio biaya dan keuntungan merata dan bernilai positif dalam sistem pemasaran. Berikut rumus dari rasio keuntungan dan biaya yang telah ditulis pada bab sebelumnya:

Keterangan:

πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke-i Ci = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke-i

Sumber: Asmarantaka (2012)

Berdasarkan rumus di atas, jika nilai π/C positif maka sistem pemasaran

tersebut efisien sedangkan jika nilai π/C negatif atau nol maka sistem pemasaran

dikatakan tidak efisien.

Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional pada penelitian ini ditujukan untuk memberikan batasan ruang lingkup penelitian. Selain itu definisi penelitian operasional pada penelitian ini digunakan untuk mendefinisikan setiap variabel-variabel yang ada dalam penelitian.

1. Pemasaran Anggrek Vanda douglas adalah kegiatan yang berkaitan dengan proses penyaluran atau pemindahan barang secara fisik yaitu Anggrek tanah Vanda douglas dari petani selaku produsen anggrek di Desa Rawakalong hingga konsumen akhir dengan melibatkan lembaga-lembaga pemasaran berdasarkan fungsi-fungsi yang dilakukan pada sistem pemasaran anggrek potong Vanda douglas di Desa Rawakalong.

2. Anggrek Vanda douglas adalah jenis anggrek tanah yang hidup di atas tanah dan tidak membutuhan naungan sehingga sangat ditentukan oleh sinar matahari langsung. Anggrek Vanda douglas merupakan anggrek hasil persilangan Vanda hookeriana dengan Vanda teres.

3. Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat petani adalah harga rata-rata anggrek yang diterima petani responden di Desa Rawakalong. Harga Anggrek Vanda douglas dikonversi ke dalam satuan Rp per tangkai selama musim panen Bulan Januari hingga Maret 2014.

4. Harga Anggrek Vanda douglas di tingkat konsumen akhir adalah harga rata-rata anggrek yang diterima oleh konsumen akhir. Harga Anggrek

Gambar

Tabel 1 Perkembangan volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia tahun 2012
Tabel 2  Perkembangan produksi anggrek menurut beberapa provinsi di Indonesia periode 2010-2012
Gambar 1 Perkembangan harga rata-rata Anggrek Vanda douglas di Pasar
Gambar 2 Kurva pembentukan marjin pemasaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah periksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk disajikan dan dipertahankan didepan dosen Penguji Skripsi Progra Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan Food & Beverages yang tercatat di Bursa Efek

Kalau aturan pemerintah yang larang se’i dengan tatobi sonde ada, hanya pas melahirkan itu ada kayak sosialisasi, tenaga kesehatan dong kasi tahu boleh panggang tapi

Ruang lingkup dari masalah yang akan dibahas lebih ditekankan pada menganalisis situasi pemasaran yang berjalan, merancang dan implementasi website e-marketing

Sementara, rata-rata kendaraan dalam sistem adalah sebesar 0,24 unit, sedang rata-rata kendaraan dalam antrian adalah 0,00138 unit (tidakada kendaraan yang mengantri

Inflasi dapat juga didefinisikan sebagai salah satu proses kenaikan harga-harga dalam suatu perekonomian yang disebabkan dua masalah utama, pertama disebabkan tingkat

Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Karawang, secara terperinci yang mengatur tentang

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)