• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Karakteristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Karakteristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK IKAN PADA RUMPON

DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN ATRAKTOR DAUN

KELAPA DI PERAIRAN PULAU TUNDA BANTEN

LUTFI IMAM BAIHAQI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Karateristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Lutfi Imam Baihaqi

(4)

ii

ABSTRAK

LUTFI IMAM BAIHAQI. Perbandingan Karateristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten. Dibimbing oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan DANIEL R MONINTJA.

Penulis tertarik menggunakan bahan ijuk karena telah banyak bahan lain yang diujicobakan untuk atraktor, seperti tali rafia dan ban. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan katrakteristik ikan pada atraktor ijuk dengan atraktor daun kelapa. Metode yang digunakan yaitu, analisis Tingkat Kematangan gonad (TKG), kelimpahan, keragaman, keseragaman, dan dominansi plankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tidak layak tangkap di sekitar rumpon ijuk dan daun kelapa masing-masing adalah 97% dan 96%. Komposisi plankton pada kedua rumpon didominasi oleh genus Rhizosolenia. Nilai indeks keragaman plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.18-1.35 dan pada rumpon daun kelapa 0.72-1.20. Nilai indeks keseragaman plankton pada ikan di rumpon ijuk berada pada kisaran 0.19-0.52 dan pada rumpon daun kelapa 0.33-0.52. Nilai indeks dominansi plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.39-0.91 dan pada rumpon daun kelapa 0.43-0.62.

Kata kunci: daun kelapa, ijuk, rumpon

ABSTRACT

LUTFI IMAM BAIHAQI. Comparison of The Characteristic of Fish of The Use of Rumpon with Palm Fiber Atractor and Coconut Leaves Atractor in Tunda Island, Banten. Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI and DANIEL R MONINTJA.

Author is interested in using the material palm fiber because many materials have been used for attractor such as rope and tire. The purpose of this research was to compare the characteristic of fish rumpon with palm fiber atractor to coconut leaves atractor. Gonad Maturity Level, abundance, diversity, uniformity, and the dominance index of plankton were used as tool analysis. The results showed that 97% of the fish caught were immature on a rumpon with palm fiber atractor and 96% for rumpon with coconut leaves atractor. Mostly, plankton found in both rumpon was Rhizosolenia genus. Index value of diversity in rumpon with palm fiber ranged form 0.18 to 1.35 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.72 to 1.20. Index value of uniformity in rumpon with palm fiber atractor ranged from 0.19 to 0.52 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.33 to 0.52. Index value of dominance in rumpon with palm fiber atractor ranged from 0.39 to 0.91 and in rumpon with coconut leaves atractor ranged from 0.43 to 0.62.

(5)

iv

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK IKAN PADA RUMPON

DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN ATRAKTOR DAUN

KELAPA DI PERAIRAN PULAU TUNDA BANTEN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

vi

Judul Skripsi : Perbandingan Karakteristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Rumpon dengan Atraktor Daun Kelapa di Pulau Tunda Banten

Nama : Lutfi Imam Baihaqi NIM : C44090018

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei-Juli 2013 ini ialah Perbandingan Karaktreristik Ikan pada Rumpon dengan Atraktor Ijuk dan Atraktor Daun Kelapa di Perairan Pulau Tunda.

Penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi dan Dr. Ir. Daniel R. Monintja, selaku pembimbing yang telah memberikan nasihat dan arahan, serta Dr. Ir. Zulkarnain, M.Si selaku dosen penguji tamu. Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada orang tua dan teman-teman penulis khususnya PSP 46 (Cacat, Aguy, Upeh, Eka, Gun, Tibet, Iin, Lia, Bagus, Tyas, Idem, Apoy, Surini, dan Dwi Safitri) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(11)
(12)

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat 2

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 4

Prosedur Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Perbandingan Rumpon 11

Komposisi Hasil Tangkapan 11

Tingkat Kematangan Gonad 12

Nilai Kelimpahan Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan 14 Analisis Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Plankton di Perairan

dan Isi Perut Ikan 16

Komposisi Plankton di Dalam Perut Ikan 18

KESIMPULAN DAN SARAN 22

Kesimpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

(13)

ix

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan kedua rumpon 11

2. Komposisi TKG hasil tangkapan pada rumpon ijuk 13 3. Komposisi tingkat kematangan gonad ikan pada rumpon daun

kelapa 13

4. Komposisi Tingkat Kematangan Gonad Ikan 13

5. Komposisi Plankton pada isi perut ikan dan sampel air 20

6. Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air 21

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir 3

2. Peta Pulau Tunda 4

3. Rumpon atraktor daun kelapa 5

4. Rumpon atraktor ijuk 5

5. Alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian. 6

6. Rumpon daun kelapa (a) dan rumpon ijuk (b) 7

7. Komposisi hasil tangkapan 12

8. Perbandingan tingkat kematangan gonad antar rumpon 14

9. Nilai kelimpahan plankton 15

10.Perbandingan nilai kelimpahan antar rumpon 15 11.Perbandingan nilai indeks keragaman plankton pada isi perut ikan 16 12.Perbandingan nilai indeks keragaman plankton 16 13.Perbandingan nilai indeks keseragaman plankton 17

14.Perbandingan indeks keseragaman plankton 17

15.Perbandingan nilai indeks dominansi plankton 18 16.Perbandingan nilai indeks dominansi plankton 18 17.Komposisi plankton dalam isi perut ikan di rumpon ijuk 19 18.Komposisi Planton pada Sampel Air Rumpon Ijuk 19 19.Komposisi plankton pada isi perut ikan yang tertangkap di rumpon

daun kelapa 20

20.Komposisi Plankton pada sampel air rumpon daun kelapa 21 21.Komposisi plankton pada isi perut ikan hasil tangkapan dikedua

rumpon 22

DAFTAR LAMPIRAN

1. Alat dan bahan yang digunakan 24

2. Rumpon yang digunakan 24

(14)

x

4. Komposisi hasil tangkapan 25

5. Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon ijuk 25 6. Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon daun kelapa 26 7. Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon daun

kelapa 26

(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Tunda merupakan salah satu kawasan yang terdapat di Provinsi Banten. Pulau Tunda memiliki perairan dengan potensi perikanan yang baik, ini ditunjang dengan beranekaragamnya terumbu karang dan biota lautnya, serta masih banyak pohon mangrove. Hal ini menyebabkan hampir sebagian besar penduduk Pulau Tunda memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan Pulau Tunda merupakan nelayan pancing.

Alat tangkap pancing yang digunakan oleh nelayan Pulau Tunda adalah pancing ulur dan pancing layang-layang. Daerah penangkapan nelayan Pulau Tunda berjarak sekitar 2–3 mil dari Pulau Tunda. Hasil tangkapan dari alat tangkap ini beragam, mulai dari ikan karang sampai ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar.

Nelayan Pulau Tunda sudah mengenal alat bantu penangkapan yang disebut rumpon. Alat bantu penangkapan ini sangat membantu nelayan untuk mengumpulkan ikan. Hal tersebut dapat memudahkan nelayan tanpa harus mengejar ikan untuk menangkapnya. Menurut Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa komponen utama terbentuknya rumpon yaitu, atraktor, tali temali, pelampung dan pemberat. Bagian atraktor merupakan bagian yang paling utama dari komponen rumpon, karena berfungsi sebagai pengumpul ikan. Ikan-ikan yang berkumpul di sekitar atraktor biasa ditangkap oleh nelayan. Menurut Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (1987), ada beberapa syarat umum dari terhadap atraktor, yaitu :

1) Mempunyai daya tahan yang baik; 2) Tahan lama;

3) Mempunyai bentuk posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah; 4) Melindungi ikan-ikan kecil; dan

5) Terbuat dari bahan yang kuat dan murah.

(17)

2

Perumusan Masalah

Penggunaan ijuk untuk bidang perikanan telah sering digunakan, sehingga penulis tertarik ingin mengujicobakan ijuk yang berasal dari pohon aren yang dibandingkan dengan daun kelapa. Hal ini dilakukan untuk melihat karakteristik ikan hasil tangkapan dari kedua rumpon tersebut dengan beberapa parameter.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Menganalisis tingkat kematangan gonad ikan yang berkumpul di sekitar rumpon ijuk dan daun kelapa;

2) Menganalisis isi perut ikan yang tertangkap di sekitar rumpon; dan

3) Menghitung indeks keragaman, keseragaman dan dominansi plankton yang terdapat pada isi perut dan sampel air di sekitar rumpon.

Manfaat

(18)

3

Ukuran dan Tingkat Kelayakan Hasil Tangkapan

(19)

4

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei-Juli 2013. Penelitian ini meliputi pengambilan data (Gambar 2) dan analisis sampel di laboratorium. Analisis sampel dilakukan di laboratoriun Ekobiologi dan Konservasi Sumberdaya Perairan, Departeman Menejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

.

Gambar 2 Peta Pulau Tunda

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian (lihat Lampiran 1) antara lain:

(20)

5

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Rumpon

Rumpon terbagi 3 jenis berdasarkan pemasangan dan pemanfaatannya, yaitu rumpon perairan dasar, rumpon perairan dangkal, dan rumpon perairan dalam. Rumpon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rumpon perairan dasar yang dibuat sebanyak 2 buah (lihat Lampiran 2). Rumpon ini berukuran 3 x 3 x 2,5 meter yang terbuat dari kerangka berbahan kayu. Rumpon ini menggunakan kayu sebanyak 22 buah kayu untuk dijadikan kerangka sebelum atraktor dipasangkan. Tiap ujung-ujung bawah dipasangkan pemberat yang beratnya sekitar 10 kg sebanyak 9 buah. Masing-masing rumpon berukuran sama hanya dibedakan atraktornya, yaitu daun kelapa dan ijuk (Gambar 3 dan 4).

Gambar 3 Rumpon atraktor daun kelapa

Gambar 4 Rumpon atraktor ijuk 2. Pancing Ulur

Alat tangkap ini akan dioperasikan untuk melihat hasil tangkapan yang ada pada tiap rumpon yang telah di pasang. Pancing ulur yang digunakan menggunakan

A

B

C

Keterangan : A : atraktor daun

kelapa B : pemberat

C : konstruksi rumpon

C

A

B

Keterangan : A : atraktor ijuk B : pemberat

(21)

6

mata pancing yang berukuran no.16 dengan mata pancing berkisar 5 mata pancing pada tiap pancing yang digunakan. Benang yang digunakan berjenis Polyamide (PA) dengan no. 400 sebagai tali utama dan no.100 sebagai tali cabang serta pemberat berkisar 10-20 ons. Komponen-komponen tersebut sesuai dengan peryataan Subani dan Barus (1989), yang menyatakan bahwa pancing ulur terdiri atas komponen utama yaitu tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), swivel yang terbuat dari besi putih, mata pancing dan pemberat. Pancing ulur ini dalam pengoperasiannya tidak menggunakan umpan, hanya umpan buatan yang terbuat dari benang sutera yang terdapat pada mata pancing (Gambar 5).

Gambar 5 Alat tangkap pancing ulur yang digunakan dalam penelitian.

3. Formalin 15 %

Formalin digunakan untuk mengawetkan sampel yang akan dibawa ke laboratorium.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode experimental fishing, yaitu dengan melakukan percobaan mengoperasikan alat tangkap pancing ulur dengan bahan yang diujicobakan yaitu rumpon. Ini dilakukan agar didapatkan data dan informasi. Tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut ini :

1) Persiapan

Tahap persiapan ini dimulai dengan pembuatan rumpon. Hal pertama dalam pembuatan rumpon ini adalah pembuatan kerangka rumpon sebelum dipasangkan

(22)

7

atraktornya. Rangka rumpon membutuhkan sekitar 22 buah kayu yang dimaksudkan agar rumpon ini tetap kuat saat di dalam air. Rumpon ini berukuran 3 x 3 x 2,5 meter sehingga berbentuk bangun ruang terlihat seperti kubus. Pada tiap ujung-ujung rumpon diikatkan dengan batu yang berberat sekitar 10 kg sebanyak 9 buah batu ini agar rumpon tidak terbawa oleh arus. Tahap akhir dalam pembuatan rumpon ini dipasangkan atraktor. Rumpon sebanyak 2 unit yang digunakan, yaitu rumpon dengan atraktor ijuk sebagai uji coba dan rumpon dengan atraktor daun kelapa (Gambar 6).

(a) (b)

Gambar 6 Rumpon daun kelapa (a) dan rumpon ijuk (b) 2) Pemilihan Daerah Penempatan dan Pemasangan Rumpon

Daerah penempatan rumpon dipilih terlebih dahulu tempat atau perairan yang sesuai untuk rumpon, yaitu perairan yang dasarnya pasir atau lumpur. Hal tersebut agar rumpon tidak mengenai terumbu karang yang dapat berakibat merusak ekosistem terumbu karang tersebut, setelah diperkirakan cocok untuk rumpon maka rumpon ditarik menggunakan kapal agar rumpon tersebut tenggelam. Rumpon ijuk dipasang pada posisi S 050 50.161’ dan E 1060 18.924’ dan untuk rumpon daun kelapa dipasang pada posisi E 050 49.502’ dan E 1060 18.196’. Rumpon ijuk dengan rumpon daun kelapa berjarak sekitar 1,2 mil. Rumpon ijuk berada pada kedalaman 37,9 meter, sedangkan rumpon daun kelapa berada pada kedalaman 43,3 meter. 3) Pengoperasian Alat Tangkap

Rumpon yang telah terendam selama 1 bulan, dilakukan operasi penangkapan untuk mengetahui ikan yang terdapat pada rumpon tersebut. Pengambilan data ini dilakukan dengan perbedaan 2 jam tiap rumpon. Hal tersebut dilakukan karena hanya menggunakan sebuah kapal penangkapan. Sampel yang diambil sebanyak 6 untuk mendapatkan hasil tangkapan dan sampel air diambil sebanyak 2 kali.

(23)

8

1) Mempersiapkan sampel yang akan diindetifikasi. Sampel berupa usus ikan yang telah diambil dipisahkan dari ikannya dan telah diawetkan dengan formalin;

2) Mencuci sampel atau usus ikan dengan air bersih, setalah itu buka usus ikan dan ambil isinya yang berupa kotoran ikan;

3) Mengencerkan kotoran ikan tersebut dengan air sebanyak 3 ml, setelah itu haluskan sehingga dapat diambil untuk diamati;

4) Mengambil kotoran ikan tersebut yang telah diencerkan dengan menggunakan pipet tetes;

5) Meneteskan pada kaca obyek sebanyak 3 tetes, yang dimaksudkan untuk melakukan 3 kali pengulangan dalam pengamatan; dan

6) Mengidentifikasi plankton yang terdapat pada plankton dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, dan lakukan 5 pengamatan setiap pengulangannya.

Pengamatan Jenis-Jenis ikan

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan yang tertangkap pada rumpon. Ini diperlukan untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan yang diperoleh pada kedua rumpon.

Analisis Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat kematangan gonad ini untuk menunjukkan kematangan seksual pada ikan. Tahapan kematangan gonad adalah akan memijah, baru memijah atau baru selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada saat pertumbuhan ikan itu sendiri dan tergantung pula pada lingkungannya.

Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dalam dua cara, yaitu pengamatan secara langsung (visual) dan analisis laboratorium. Cara yang umum dilakukan adalah dilakukan secara pengamatan secara langsung (visual), ini dilakukan berdasarkan ukuran dan penampakan gonad, sebagai catatan metode ini bersifat subyektif.

Untuk pengamatan secara langsung (visual) ada beberapa indikator pembagian tahapan kematangan gonad yang terdiri dari (Effendie 2002) :

1) Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, ¼ bag, ½ bag, ¾ bag atau penuh);

2) Berat gonad segar (ditimbang); 3) Penampakan warna gonad;

4) Penampakan butiran telur (ovarium) untuk ikan betina; dan 5) Ada tidaknya pembuluh darah dan lain-lain.

Pengamatan yang dilakukan secara langsung ini bersifat subyektif maka sering terjadinya perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu. Acuan standar yang digunakan terdapat 5 tahap TKG (Tingkat Kematangan Gonad), yakni :

1) TKG I (immature, dara);

(24)

9

3) TKG III (maturing/ripening, pematangan); 4) TKG IV (mature/ripe/gravid, matang); dan 5) TKG V (spent, salin).

Analisis Isi Perut Ikan

Analisis isi perut ikan ini dilakukan guna mengetahui apa saja yang dimakan oleh ikan, serta mengidentifikasi apakah ikan yang tertangkap ini memakan makanan yang terdapat pada atraktor rumpon. Untuk melihat isi perut ikan, hal pertama yang dilakukan adalah pembedahan dengan cara menggunting bagian perut ikan dimulai dari anus sampai tutup insang. Usus diambil secara perlahan yang kemudian dilakukan pengukuran panjang usus ikan. Untuk menghindari keluarnya makanan yang terdapat pada usus ikan maka usus ikan diikat dengan benang, yang kemudian diawetkan dengan formalin 15% dan akan dibawa pada laboratorium untuk pengamatan lebih lanjut.

Uji laboratorium akan dilakukan pengidentifikasian isi perut dari masing-masing jenis ikan dengan menggunakan buku identifikasi Fischer dan Whitehead (1974). Apabila terdapat organisme lainnya maka digunakan klasifikasi menurut Yamaji (1976). Metode yang digunakan dalam mengetahui makanan ikan yang meliputi penentuan secara kualitatif, kuantitatif dan frekuensi kejadian yaitu dengan cara mencatat jumlah ikan yang ususnya kosong, serta menghitung jumlah kelimpahannya dengan rumus berikut ini :

Keterangan :

N = jumlah kelimpahan organism dalam usus ikan Vb = volume pengeceran

Vi = volume satu tetes contoh

n = banyaknya organisme dalam satu tetes contoh Analisis Indeks Keragaman

Nilai indeks keragaman ini akan menunjukkan suatu ekosistem itu seimbang atau tidaknya suatu ekosistem. Keragaman itu sendiri merupakan general dari individu yang diambil secara acak dari suatu populasi (Yusfiandayani 2004). Besarnya suatu keragaman diformulasikan sebagai berikut ini Kreb (1972) diacu dalam Yusfiandayani (2004) :

Keterangan :

s = jumlah taksa

H’ = Indeks keragaman Shannon-Weaner Pi = ni/N

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu

(25)

10

H’ < 3,2 : keragaman populasi kecil 3,2 <H< 9,9 : keragaman populasi sedang H’> 9,9 : keragaman populasi tinggi Analisis Indeks Keseragaman

Indeks keseragaman (E’) diperlukan untuk mengetahui keseimbangan suatu komunitas, yaitu suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Untuk mengetahuinya maka diperlukan formulasi sebagai berikut ini :

Keterangan :

E : Indeks Keseragaman;

H’maks : Indeks keragaman komunitas ( ); Nilai indeks keseragaman antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini : 0 < E ≤ 0,5 : keseragaman kecil;

0,5 < E ≤0,75 : kesergaman sedang; 0 ,75< E ≤ 1 : keseragaman tinggi.

Dengan kriteria yang terdapat di atas, apabila suatu nilai indeks keseragamannya kecil maka akan semakin kecil pula keseragaman populasi yang ada. Analisis Indeks Dominansi

Apabila ingin melihat suatu dominansi suatu jenis maka diperlukan indeks dominansi untuk mengetahuinya. Dalam mengetahui indeks dominansi diperlukan formulasi sebagai berikut ini :

∑ Keterangan :

C : Indeks Dominansi

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini : 0 < E ≤ 0,5 : dominansi kecil;

(26)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Rumpon

Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang digunakan untuk memudahkan proses penangkapan. Rumpon yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rumpon dasar. Penelitian ini membandingkan 2 buah rumpon dengan atraktor yang berbeda, yaitu atraktor ijuk dan atraktor daun kelapa. Rumpon ini dibandingkan untuk mendapatkan informasi tentang hasil tangkapan yang diperoleh. Rumpon ini memiliki beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan kedua rumpon

Karakteristik Rumpon ijuk Rumpon daun kelapa Ukuran konstruksi 3 m x 3 m x 2.5 m 3 m x 3 m x 2.5 m Penampakan atraktor Serabut lembaran daun Warna atraktor hitam pekat Hijau

Kedalaman rumpon 37.9 m 43.3 meter Jarak dari pantai 2.5 mil 1.2 mil

Apabila melihat dari konstruksi yang dibuat rumpon ini berbentuk bangun ruang yang memiliki ukuran yang sama. Ada beberapa karakteristik dari kedua rumpon tersebut yang berbeda, yaitu penampakan atraktor, warna atraktor, kedalaman dan jarak rumpon dari bibir pantai.

Komposisi Hasil Tangkapan

(27)

12

Gambar 7. Komposisi hasil tangkapan

Rumpon ijuk berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan rumpon daun kelapa. Beragam ikan yang didapatkan atau dihasilkan dari proses hasil tangkap ini, rumpon daun kelapa lebih beragam daripada rumpon ijuk. Ikan–ikan yang mendominasi hasil tangkapan adalah ikan-ikan yang mempunyai sifat bergerombol, yaitu selar hijau, kembung, layang, tongkol, selar kuning, tembang, dan barakuda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Telaumbanua (2004), yang menyatakan bahwa jenis ikan-ikan yang tertangkap umumnya merupakan ikan yang memiliki ciri-ciri ikan pelagis, perenang cepat dan bergerombol.

(28)

13

Tabel 2 Komposisi TKG hasil tangkapan pada rumpon ijuk

No TKG Persentase

1 I 19%

2 II 34%

3 III 44%

4 IV 3%

5 V 0%

Tingkat kematangan gonad pada rumpon daun kelapa yang digunakan sebagai kontrol, hasil untuk tingkat kematangan gonad tidak berbeda karena TKG I, TKG II, dan TKG III berturut-turut didapatkan bernilai 29%, 26%, dan 41% ini dapat dikatakan bahwa hampir 95% ikan yang berhasil tertangkap di rumpon daun kelapa tidak layak tangkap. Tabel 3 memperlihatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdapat pada ikan di rumpon daun kelapa.

Tabel 3 Komposisi tingkat kematangan gonad ikan pada rumpon daun kelapa

No TKG Persentase

1 I 29%

2 II 26%

3 III 41%

4 IV 4%

5 V 0%

Perbandingan tingkat kematangan gonad dari ikan yang tertangkap antara rumpon ijuk dengan rumpon daun kelapa ini dapat dilihat di Tabel 4 dan Gambar 8.

Tabel 4 Komposisi Tingkat Kematangan Gonad Ikan

No TKG Jumlah Persentase

Kelapa Ijuk Kelapa Ijuk

1 I 61 43 29% 19%

2 II 54 75 26% 34%

3 III 85 97 41% 44%

4 IV 8 6 4% 3%

(29)

14

Gambar 8 Perbandingan tingkat kematangan gonad antar rumpon

Jumlah ikan yang tertangkap paling banyak adalah untuk TKG III pada rumpon ijuk dengan jumlah ikan sebanyak 97 ekor dan daun kelapa dengan jumlah ikan sebanyak 85 ekor ikan (Gambar 8). TKG I dan TKG II untuk rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa tidak jauh berbeda jumlah yang tertangkap. Hasilnya dapat dilihat berturut-turut yaitu TKG I untuk rumpon dengan atraktor ijuk berjumlah 75 ekor dan rumpon dengan atraktor daun kelapa berjumlah 54 ekor ikan, sedangkan TKG II rumpon dengan atraktor ijuk berjumlah 43 ekor ikan dan rumpon dengan atraktor kelapa berjumlah 61 ekor ikan. Tingkat kematangan gonad (TKG) ikan hasil tangkapan dari kedua rumpon, yaitu rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa tidak jauh berbeda dilihat dari kelayakan hasil tangkapannya. Banyaknya ikan-ikan yang tertangkap merupakan ikan yang tidak layak tangkap juga dipengaruhi oleh mata pancing yang digunakan, dalam hal ini mata pancing yang digunakan bernomor 16.

Semakin panjang ukuran suatu ikan maka tingkat kematangan gonad akan ikut meningkat, hal ini berdasarkan data yang didapatkan. Panjang ikan hasil tangkapan pada rumpon ijuk dibagi menjadi 5 kelas, dengan panjang 7 cm – 13.5 cm merupakan TKG I dan 22.7 cm merupakan TKG V (lihat Lampiran 5). Untuk panjang ikan pada rumpon daun kelapa, yaitu panjang 6 cm – 12.5 cm merupakan TKG I, dan 27.6 cm – 41.4 cm merupakan TKG IV (lihat Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Nikolysky (1996) bahwa tingkat kematangan gonad (TKG) berhubungan dengan panjang dan berat.

Nilai Kelimpahan Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan

(30)

15

plankton yang mendominasi adalah genus Rhizosolenia. Genus Rhizosolenia ini selalu ada pada tiap pengamatan (Gambar 9).

Gambar 9 Nilai kelimpahan plankton

Nilai kelimpahan ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan plankton pada perairan di sekitar rumpon-rumpon tersebut. Hasil yang didapatkan adalah nilai kelimpahan plankton di sekitar rumpon ijuk berkisar antar 480-720 individu/ml sedangkan untuk nilai kelimpahan plankton di sekitar rumpon daun kelapa berkisar 340-440 individu/ml. Komunitas terbesarnya atau yang mendominasi merupakan komunitas dari genus Rhizosolenia (Gambar 10).

Gambar 10 Perbandingan nilai kelimpahan antar rumpon

(31)

16

Analisis Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Plankton di Perairan dan Isi Perut Ikan

Nilai indeks keragaman plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.18-1.35, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.72-1.20 dapat dilihat pada Gambar 11. Hasil perhitungan plankton pada isi perut ikan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Hal ini dapat diasumsikan bahwa plankton yang terdapat pada isi perut ikan yang tertangkap pada rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa sama-sama memiliki keragaman populasi yang kecil. Hal tersebut dapat diasumsikan pula bahwa plankton yang menjadi makanan ikan pada tiap rumpon ijuk maupun rumpon daun kelapa tidak berbeda.

Nilai indeks keragaman plankton pada sampel air rumpon ijuk berkisar antara 1.19-2.09, sedangkan rumpon daun kelapa berkisar antara 1.55-1.90 dapat dilihat pada Gambar 12. Hal ini menunjukkan bahwa di kedua sampel air tersebut memiliki keragaman yang populasi yang kecil.

Gambar 11 Perbandingan nilai indeks keragaman plankton pada isi perut ikan

Gambar 12 Perbandingan nilai indeks keragaman plankton

(32)

17

Nilai indeks keseragaman plankton pada ikan di rumpon ijuk berada pada kisaran 0.19-0.52, sedangkan di rumpon daun kelapa berada pada kisaran 0.33-0.52 (Gambar 13). Hal ini menunjukkan bahwa keseragaman di kedua rumpon sama-sama kecil, yang berarti ada suatu genus plankton yang mendominasi komunitas tersebut.

Nilai keseragaman plankton untuk sampel air rumpon ijuk berkisar antara 0.85-0.93 (Gambar 14), sedangkan di rumpon daun kelapa berkisar antara 0.73-0.86. Hal tersebut mengasumsikan bahwa untuk sampel air rumpon ijuk memiliki keseragaman yang tinggi, sedangkan sampel air rumpon daun kelapa untuk sampling ke-1 yang memiliki keseragaman yang besar dan sampling ke-2 keseragamanya sedang.

Gambar 13 Perbandingan nilai indeks keseragaman plankton

Gambar 14 Perbandingan indeks keseragaman plankton

(33)

18

Nilai indeks dominansi plankton pada ikan yang tertangkap di rumpon ijuk berkisar antara 0.39-0.91, sedangkan di rumpon kelapa berkisar antara 0.43-0.62 (Gambar 15). Nilai indeks dominansi plankton untuk ikan yang tertangkap di rumpon ijuk diasumsikan merata karena dari penangkapan 1-6 mengalami penaikan yang cukup signifikan, sedangkan untuk indeks dominansi pada ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa diasumsikan dominansinya sedang.

Nilai indeks dominansi plankton pada sampel air rumpon ijuk berkisar antara 0.1-0.28, sedangkan di rumpon daun kelapa berkisar antara 0.25-0.52 (Gambar 16). Hal tersebut diasumsikan bahwa untuk kedua sampel air dari rumpon-rumpon tersebut tingkat dominansinya rendah.

Gambar 15 Perbandingan nilai indeks dominansi plankton

Gambar 16 Perbandingan nilai indeks dominansi plankton

Komposisi Plankton di Dalam Perut Ikan

Indentifikasi plankton dilakukan dengan pembedahan isi perut ikan. Selain itu, dilakukan pula pengamatan air yang diambil di sekitar rumpon. Hasil yang diperoleh komposisi isi perut ikan yang tertangkap di rumpon ijuk sebanyak 33 genus

(34)

19

dan ditemukan sebanyak 1543 total keseluruhan. Genus yang mendominasi adalah genus Rhizosolenia yang berkisar 72% dari keseluruhan genus yang dapat diidentifikasikan (Gambar 17). Genus Rhizosolenia ini hampir ditemukan disetiap pengamatan dalam isi perut ikan yang tertangkap. Untuk selanjutnya diikuti oleh

Leptocylindricus 7%, Pluerosigma 6%, Coscinodiscus 4%, Nitszchia 3%, dan

Guinardia 2%.

Gambar 17 Komposisi plankton dalam isi perut ikan di rumpon ijuk

Komposisi plankton yang terdapat pada sampel air di perairan sekitar rumpon ijuk ditemukan sebanyak 14 genus dan dapat diidentifikasi sebanyak 60 ekor plankton. Genus Rhizosolenia mendominasi dengan nilai 25 %, yang diikuti oleh

Leptocylindricus 17%, Thalassionema 15% dan Thalasiossira 10% dari 14 genus yang ada pada perairan sekitar rumpon ijuk. Komposisi Genus yang lainnya berkisar antara 2%-5% (Gambar 18).

(35)

20

Komposisi plankton yang pada isi perut ikan di sekitar rumpon ijuk dibandingkan dengan komposisi plankton pada sampel air di sekitar rumpon ijuk yang telah diambil. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa plankton hampir sama atau tidak jauh berbeda genusnya. Hanya saja pada sampel air lebih ditemukan genus yang kurang beragam dibandingkan dengan plankton pada isi perut ikan. Analisis isi perut ikan dilakukan pada ikan dominan. Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air di sekitar rumpon ijuk dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi Plankton pada isi perut ikan dan sampel air

Genus Plankton

Sampel Air

Spesies Ikan

Selar Hijau Selar Kuning Kurisi

Rhizosolenia v v v V

Guinardia v v v V

Skeletonema v v v V

Leptocylindricus v v v V

Chaetoceros v v v V

Tabel 5 menunjukkan ada beberapa ikan hasil tangkapan dominan, yaitu selar hijau (Atule mate), selar kuning (Selaroides leptolepis), dan kurisi (Nemiterus nemata), yang mana hasil dari isi perutnya sama dengan yang terdapat pada sampel air sekitar rumpon ijuk. Ini mengindikasikan bahwa ikan-ikan tersebut memakan plankton-plankton yang ada di sekitar rumpon

Komposisi plankton yang terdapat pada isi perut ikan yang tertangkap di rumpon daun kelapa ditemukan sebanyak 34 genus dan berjumlah 1340 ekor plankton. Genus Rizosolenia mendominasi dengan persentase 70% dari keseluruhan. Genus ini ditemukan hampir di setiap sampel ikan yang tertangkap.

Komposisi plankton pada sampel air yang diambil di sekitar rumpon daun kelapa ditemukan sebanyak 12 Genus dengan jumlah total 39 ekor plankton. Genus yang mendominasi sampel air dari rumpon daun kelapa ini yaitu Rizosolenia 49%, yang diikuti oleh Coscinodicus 13% dan Leptocylindricus 10%. Komposisi yang lainnya berkisar antara 2% hingga 5% (Gambar 19).

.

(36)

21

Gambar 20 Komposisi Plankton pada sampel air rumpon daun kelapa

Gambar 19 dan Gambar 20 memperlihatkan bahwa komposisi genus plankton pada isi perut ikan dan sampel air, dapat diasumsikan kemungkinan ikan-ikan memakan plankton yang berada di sekitar rumpon tersebut. Ini juga memperlihatkan bahwa rumpon tempat untuk mencari makan ikan-ikan tersebut.

Tabel 6 Komposisi plankton pada isi perut ikan dan sampel air

Genus Plankton Sampel Air

Spesies Ikan Kembung Layang Selar Kuning

Rhizosolenia v v v v

Guinardia v v v v

Leptocylindricus v v v v

Pleurogsima v v v v

Ceratium v v v v

Tabel 6 memperlihatkan bahwa ikan-ikan yang tertangkap dominan pada rumpon daun kelapa memakan plankton-plankton yang ada di sekitar rumpon daun kelapa. Ikan-ikan dominan tersebut adalah kembung, layang dan selar kuning, serta plankton yang ada pada isi perut ikan dan sampel air adalah Rhizosolenia, Guinardia,

Leptocylindricus, Pleurosigma dan Ceratium.

(37)

22

Gambar 21 Komposisi plankton pada isi perut ikan hasil tangkapan dikedua rumpon Gambar 21 memperlihatkan bahwa, ikan-ikan hasil tangkapan di kedua rumpon memakan plankton tersebut. Plankton-plankton yang dapat diidentifikasikan tersebut merupakan plankton-plankton yang dominan. Plankton yang mendominasi pada ikan hasil tangkapan di rumpon ijuk dan rumpon daun kelapa adalah genus Rhizosolenia. Genus ini didapatkan sebanyak 1107 ekor pada rumpon ijuk dan sebanyak 935 ekor pada rumpon daun kelapa. Selain itu, plankton-plankton lainnya yaitu

Leptocylindricus, Pleurosigma, Guinardia, Skeletonema, dan Coscinodicus.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rumpon dengan atraktor ijuk hasil tangkapan immature fish dengan TKG I 19%, TKG II 34%, dan TKG III 44% dan rumpon dengan atraktor daun kelapa TKG I 29%, TKG II 26% dan TKG III 41%.

2. Komposisi plankton pada isi perut ikan didominasi oleh Genus Rhizosolenia. Genus ini hampir terdapat pada semua isi perut ikan yang tertangkap.

(38)

23

Saran

1. Diperlukannya penelitian untuk menentukan musim penangkapan, ini dimaksudkan agar didapatkannya hasil tangkapan yang layak tangkap.

2. Diperlukannya penelitian lebih lanjut tentang komposisi plankton dan perifiton yang terdapat pada atraktor di kedua rumpon tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nustama. Nikolsky BJ. 1987. Environmental sciencie. Second edition. New Jersey (US):

Department of Biology Catonsuile Community College Prentice Hall Inc. Pardede FM. 2012. Efektivitas Terumbu Buatan Berbahan Dasar Tempurung Kelapa

Sebagai Fish Aggregating Device Di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ramadan ANS. 2011. Uji Coba Tutupan Ijuk dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Subani W, Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Jakarta. No. 50:7

Telaumbanua SB, Suardi ML dan Bukhari. 2004 . Studi Pemanfaatan Teknologi Rumpon dalam Pengoperasian Purse Seine di Perairan Sumatera Barat. Jurnal Mangrove dan Pesisir. 4(3):23-34.

Tim Pengkaji Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan Akhir Survey Lokasi dan desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore, Bacan dan Sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yamaji L. 1976. Marine Plankton of Japan. Japan (JP): Hoikkusha Publishing Co. Ltd, 360p.

(39)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat dan bahan yang digunakan

`

Pancing Ulur Plankton Net

Botol film Echosounder

Lampiran 2 Rumpon yang digunakan

(40)

25 Lampiran 3 Ikan hasil tangkapan

Ikan selar hijau Ikan kuwe

Lampiran 4 Komposisi hasil tangkapan

Lampiran 5 Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon ijuk

(41)

26

Lampiran 6 Tabel panjang ikan dan TKG pada rumpon daun kelapa

No Kisaran Panjang (cm) TKG

1 6 - 12.5 I

2 7.7 - 30 II

3 16.1 - 39 III

4 27.6 - 41.4 IV

5 - V

Lampiran 7 Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon daun kelapa

Lampiran 8 Tabel perhitungan plankton pada isi perut ikan rumpon ijuk

Sampel I II III IV V VI

Nilai Kelimpahan 620 6460 8020 8200 3560

Hmaks 1.3979 2.7235 2.7959 2.4609 2.4082

Indeks Keragaman 0.7291 0.9234 1.2089 1.1005 1.1984

Indeks Keseragaman 0.5215 0.3391 0.4324 0.4472 0.4976

Indeks Dominansi 0.6129 0.6244 0.4862 0.4588 0.4308

Sampel I II III IV V VI

Nilai Kelimpahan 1320 11900 3660 6380 3540 4060

Hmaks 0.9542 2.7235 2.0828 2.6021 2 2.3522

Indeks Keragaman 0.1857 0.9617 0.6803 1.3594 0.9792 1.1937

Indeks Keseragaman 0.1946 0.3531 0.3266 0.5224 0.4896 0.5075

(42)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 9 Agustus 1991. Penulis merupakan anak kedua pasangan Bapak Sofyan dan Ibu Nurhimla Ismayanti. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Pagi Kalibata kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 227 Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2009. Pada Tahun 2009 penulis diterima di kampus IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis saat ini tercatat sebagai mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Selama di IPB penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai pengurus tahun 2010-2011 dan menjabat sebagai Ketua Himafarin pada tahun 2011-2012. Selain itu, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Eksploratori Penangkapan Ikan (EPI) pada tahun 2010-2012 dan juga sebagai asisten mata kuliah Alat Penangkapan Ikan (API) tahun ajaran 2012-2013.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir
Gambar 2 Peta Pulau Tunda
Gambar 3 Rumpon atraktor daun kelapa  A : atraktor ijuk
Gambar 6 Rumpon daun kelapa (a) dan rumpon ijuk (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait