• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Waduk Sempor Kebumen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Waduk Sempor Kebumen)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN WADUK BAGI PENGEMBANGAN

PERIKANAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT

(STUDI KASUS: WADUK SEMPOR KEBUMEN)

FUQUH RAHMAT SHALEH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

FUQUH RAHMAT SHALEH. Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen). Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI dan SIGID HARIYADI.

Waduk Sempor merupakan salah satu waduk serbaguna yang berada di Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Pemanfaatan Waduk Sempor di bidang perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya keramba jaring apung (KJA). Saat ini pengembangan perikanan di Waduk Sempor masih belum tepat terbukti terjadinya penurunan hasil tangkapan nelayan dan produksi budidaya ikan di KJA yang tidak maksimal. Pengelolaan di Waduk Sempor ini harus sesuai dengan pendekatan ekologi yang di dukung dari aspek ekonomi dan aspek sosial berupa kelembagaan. Oleh karena itu penulis memilih topik penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya perairan waduk guna pengembangan perikanan berkelanjutan di Waduk Sempor.

Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun strategi pengelolaan sumberdaya perairan Waduk Sempor berbasis masyarakat untuk pengembangan perikanan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari-Maret 2014 di Waduk Sempor. Potensi perairan di Waduk Sempor dapat dilihat dari data kualitas air dan struktur komunitas ikan. Perhitungan daya dukung keramba jaring apung dilakukan dengan pendekatan beban P menurut Beveridge 1987, sedangkan daya dukung perikanan alami dengan pendekatan produktivitas primer. Aspek ekonomi dilakukan dengan analisis usaha perikanan dan aspek sosial dilihat dari kelembagaan di Waduk Sempor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Waduk Sempor berdasarkan baku mutu air PP No. 82 tahun (2001) masih sesuai untuk kegiatan perikanan. Komunitas ikan di Waduk Sempor adalah ikan lohan (40%), nila (37%), betutu (20%), tawes (1%), lobster air tawar (1%) dan bandeng (1%). Daya dukung perikanan alami berdasarkan produktivitas primer saat ini adalah 51,85 ton//tahun. Pengembangan keramba jaring apung di Waduk Sempor berdasarkan pendekatan ekologi dan aturan yang berlaku adalah sebanyak 113 unit. Daya dukung perikanan alami setelah dilakukan penambahan KJA menjadi 81,72 ton/tahun dikarenakan pemanfaatan sisa pakan yang terbuang. Jumlah benih ikan yang ditebar sebanyak 579 580 ekor/tahun dengan bobot benih 25 g. Jenis ikan yang dapat ditebar antara lain ikan Nila, Tawes dan Bandeng.

Kegiatan usaha perikanan di Waduk Sempor berdasarkan analisis usaha bahwa budidaya keramba jaring apung dan nelayan tangkap menguntungkan tetapi pendapatan yang didapat masih di bawah dari UMR Kabupaten Kebumen 2014. Dengan adanya penerapan teknologi budidaya yang tepat serta adanya peneberan benih, pendapatan akan meningkat. Pembentukan Kelompok Bersama dalam kelembagaan di Waduk Sempor untuk mengelola perikanan tangkap, budidaya dan wisata dalam satu manajemen.

(5)

SUMMARY

FUQUH RAHMAT SHALEH. Reservoir Management For Sustainable Development of Community-Based Fisheries (Case Study: Sempor Reservoir Kebumen). Supervised by KADARWAN SOEWARDI and SIGID HARIYADI.

Sempor Reservoir is one of the multipurpose reservoirs located in the Kebumen district, Central Java, one of the utilization in the fisheries. The utilization of Sempor Reservoir for fisheries and aquaculture floating net cage (KJA). A decrease in the catch and aquaculture production of fish in cage because management has not been right. Management of Sempor Reservoir must be comply with the ecological approach in support of the economic and social aspects such as institutional.

The aim of this study was to develop a management strategy of aquatic resources of Sempor Reservoir management for fisheries development based on community. The research was conducted from January to March 2014 in the Sempor Reservoir. The potential of Sempor Reservoir can be seen from the data of water quality and fish community structure. Carrying capacity of the floating net cage calculated followed Beveridge 1987 based on P loading and carrying capacity of the natural fisheries whereas with the approach of primary productivity. Economic aspects using fisheries profit analysis and the social aspects using stakeholder and institutional analysis in Sempor Reservoir.

The results showed that the water quality in the Sempor reservoir based on water quality standard PP No 82 tahun 2001 was still appropriate for fishing activities. Fish communities in Reservoir Sempor consist of Lohan fish (40%), Tilapia (37%), Betutu (20%), Tawes (1%), fresh lobster (1%) and Bandeng (1%). Carrying capacity of natural fisheries based on primary productivity was 51.85 tons/year. Development of floating cages in the Sempor Reservoir based on ecology and applicable rules were 113 units. Carrying capacity of the natural fishery after the addition of KJA could be 81.72 tons/year due to the utilization of residual feed by fish. The juvenile capable number of stocked fish are 579 580 fishes/year with the juvenile weight of 25 g. Types of fish that can be stocked consist Tilapia, Tawes and Bandeng.

Fisheries business activity in Sempor Reservoir based on profit analysis show that floating net cage aquaculture and fishing capture profitable but still below the income obtained from UMR Kebumen District 2014. Needed new group at Sempor Reservoir with one management for natural fisheries, aquaculture and tourism

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

PENGELOLAAN WADUK BAGI PENGEMBANGAN

PERIKANAN BERKELANJUTAN BERBASIS MASYARAKAT

(STUDI KASUS: WADUK SEMPOR KEBUMEN)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah pengelolaan perairan waduk, dengan judul Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan Berkelanjutan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Waduk Sempor Kebumen).

Pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku yang tercinta Bapak (Sriyanto Agung Wiryono SH) dan Ibu (Enny Suyanti) atas kasih sayang dan suka cita pengorbanan yang diberikan. 2. Prof Dr Kadarwan Soewardi dan Dr Ir Sigid Hariyadi, Msc selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan kepada Penulis dari tahap awal pelaksanaan penelitian sampai tahap akhir penulisan karya ilmiah ini.

3. Dr Ir Niken TM Pratiwi, Msi selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan tulisan ini. 4. Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku Ketua Program Studi SDP untuk tahun studi

2014-2017 yang telah membantu tahapan penyelesaian studi dan penelitian. 5. Seluruh keluarga, terutama Mbak Leny Suci Respitowati dan Adekku

Hendrianto Noor Ikhwan, Mbah Puteri Banjar, Mas Adi, keponakanku tercinta (Adli dan Alesya), Om Thomas, dan Siti Rachela Nurbhaita atas doa dan dukungan yang tidak pernah putus sehingga tulisan ini berhasil diselesaikan.

6. Seluruh kolega Unconditionally buddies (Panji, Bambang, Wahyu, Dede, Alim, Ka Apri, Dita, Ntaa, Mbak Pepen, Ka Cha-cha, Zulmi), Bang Brow (M Suhaemi Syawal) dan Mas Ammar, MSP UNDIP ( Sebrina, Mas Tain,Vian, Mas Andreas, Ita), Kru Kapal Waduk Sempor atas kerjasamanya dalam pengambilan sampel penelitian.

7. Seluruh rekan SDP 2011, SDP 2012, Bimiers, rekan pondok D’Qaka serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 3

2 METODE 4

Waktu dan lokasi Penelitian 4

Alat dan Bahan 5

Prosedur Pelaksanaan Penelitian 5

Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 22

4 SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(12)

DAFTAR TABEL

1. Titik lokasi penelitian 4

2. Parameter air yang diamati 6

3. Konversi ∑PP dengan areal ikan yang dapat dipanen pada perairan dengan produktivitas primer yang berbeda (Beveridge 1987) 7 4. Karakteristik fisika, kimia dan biologi perairan Waduk Sempor bulan

Januari-Maret 2014 11

5. Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor 13

6. Perhitungan daya dukung saat ini 14

7. Daya dukung keramba jaring apung 15

8. Perhitungan penambahan daya dukung perairan alami setelah ada KJA 15 9. Biaya pengeluaran per unit KJA di Waduk Sempor 17

10.Analisis usaha KJA di Waduk Sempor 18

11. Biaya pengeluaran nelayan tangkap Waduk Sempor 18 12. Analisis usaha nelayan tangkap Waduk Sempor 19 13. Asumsi analisis biaya setelah penerapan teknologi budidaya yang tepat 19 14. Asumsi analisis usaha nelayan tangkap setelah penebaran benih 20

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir perumusan masalah 3

2. Lokasi penelitian di Waduk Sempor Kebumen 4

3. Rata-rata unsur hara Waduk Sempor bulan Januari-Maret 2014 12 4. Produktivitas Primer Waduk Sempor bulan Januari-April 2014 12

5. Komunitas ikan di Waduk Sempor 13

6. Hasil tangkapan harian nelayan Waduk Sempor 13

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waduk merupakan salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Sumberdaya perairannya, sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi di wilayah sekitarnya. Pengembangan pengelolaan waduk selain dari fungsi utama waduk sebagai penyelesaian kekeringan, juga memiliki fungsi pemanfaatan di berbagai bidang, salah satunya adalah perikanan dan wisata.

Pengembangan usaha perikanan yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai jika memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1) mempertahankan ketersediaan stok perikanan di perairan, (2) mempertahankan kelestarian dan kualitas lingkungan, (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan tersebut, (4) meningkatkan keterpaduan dan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan menetapkan zona pengembangan (Laetje 2012).

Pemanfaatan perikanan tangkap di waduk tergantung dari sumberdaya perairannnya. Di sisi lain pengembangan budidaya KJA juga mempengaruhi perikanan tangkap yang berada di waduk tersebut. Limbah pakan dari KJA tersebut akan menyebabkan eutrofikasi dan mempengaruhi hasil tangkap nelayan. Siagian (2014) menyatakan bahwa peningkatan produksi budidaya di waduk sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan produksi tangkapannya.

Pemanfaatan waduk sebagai tempat budidaya ikan sistem keramba jaring apung (KJA), selain untuk mengejar keuntungan ekonomi yang maksimum perlu memperhitungkan batasan ekologinya agar pertumbuhan KJA dapat terkendali. Kelalaian dalam memperhatikan kondisi lingkungan perairan dan ekspansi secara besar-besaran yang melebihi daya dukung lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan seringkali dihadapkan kepada resiko kerugian yang cukup besar dan berkepanjangan (Sachoemar 2006). Pada saat jumlah KJA melampaui batas tertentu dapat mengakibatkan proses sedimentasi yang tinggi berupa penumpukan sisa pakan di dasar perairan yang akan menyebabkan penurunan kualitas perairan (pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air danau/waduk). Kondisi inilah yang mengakibatkan salah satunya adalah kematian massal ikan tiap tahun terjadi di berbagai danau/waduk di Indonesia misalnya Waduk Cirata.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan pada umumnya bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikan bersifat umum. Pemanfaatan sumber daya perikanan harus membawa kesejahteraan kepada nelayan dan petani ikan, dengan tanpa mengabaikan kelestariannya. Partisipasi secara aktif masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya perairan sangat diperlukan pada saat ini. Dengan demikian masyarakat lokal dapat lebih aktif ikut berperan dalam menangani permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan mereka (Panjaitan, 2007).

(14)

2

banyak memberi kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar waduk. Terjadinya penurunan akan hasil produksi tangkap nelayan yang semulanya pada tahun 1990, yaitu 20 kg/hari/nelayan menjadi 3 kg/hari/nelayan sehingga pendapatan nelayan semakin sedikit (Supriyanto 2011). Pemanfaatan budidaya keramba jaring apung (KJA) saat ini masih kurang optimal. Hal ini terlihat pada luas pemanfaatan budidaya KJA di Waduk Sempor hanya 0,02% (400m2) yang dikelola secara tradisional oleh Kelompok Mina Marga Mulia dan perserorangan.

Oleh karena itu, dibutuhkan kajian pengelolaan yang bijak dalam pengembangan perikanan yang berkelanjutan berbasis masyarakat agar tidak menimbulkan eksploitasi berlebihan yang menimbulkan kerusakan sumberdaya perairan dan mensejahterakan masyarakat sekitar waduk.

Rumusan Masalah

Salah satu informasi atau komponen teknologi pengelolaan yang penting dalam rangka upaya mengelola suatu sumber daya perikanan adalah data atau pengetahuan tentang potensi sumber daya perikanan umum yang bersangkutan (Sarnita 2001). Variabel potensi sumberdaya perairan yang diamati meliputi parameter kualitas air, komunitas ikan, dan produktivitas perairan di Waduk Sempor.

Pengelolaan waduk untuk pengembangan perikanan berkelanjutan harus berdasarkan dengan pendekatan ekologi. Pengembangan perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA) menyumbang masukan nutrien khususnya P dari sisa pakan. Beban P yang masuk ke perairan dapat memicu pertumbuhan fitoplankton, yang apabila berlebihan dapat mengganggu keberlangsungan hidup biota akuatik dan kegiatan keramba itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan kegiatan keramba jaring apung dengan menerapkan konsep daya dukung berdasarkan beban P .

Penebaran benih ikan merupakan salah satu tindakan upaya peningkatan produksi perikanan tangkap dan pencegahan Pencegahan ledakan alga yang disebabkan masukan P. Produktivitas perairan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan produksi tangkap alami. Penebaran benih harus sesuai dengan kapasitas daya dukung perikanan alami karena apabila jumlah benih terlampau banyak atau sedikit, maka produksinya tidak optimum akibat kekurangan ketersediaan pakan alami dan tingginya kompetisi makan.

(15)

3

Gambar 1. Diagram alir Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan sumberdaya perairan Waduk Sempor berdasarkan pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah informasi dan rekomendasi untuk pengelolaan waduk guna pengembangan perikanan yang berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat sekitar.

- Masukan bahan organik - Komunitas Ikan

- Masukan sisa pakan dan sisa metabolisme KJA

- Kualitas Air

- Hidrologi Waduk

Produktivitas Primer

Analisis Usaha - Hak kepemilikan

- Aturan representasi - Batas yudiksi dan

koordinasi

Penebaranbenih

Produksi Perikanan

Pengelolaan Perikanan Daya Dukung

Keramba Jaring Apung Beban P

Daya Dukung Perikanan tangkap alami Waduk Sempor

Kelembagaan

(16)

4

2

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Waduk Sempor, Kebumen, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian meliputi dua macam kegiatan yakni kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan berupa pengambilan data primer dan sekunder, sedangkan kegiatan di laboratorium berupa analisis kualitas air yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas Perairan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan UNDIP dan P2 Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dari bulan Januari sampai Maret 2014. Lokasi pengambilan sampel air dibagi menjadi 4 stasiun (Gambar 2) dan pada masing-masing stasiun dibagi menjadi 3 substasiun. Selang waktu pengambilan sampel dilakukan selama 1 bulan. Penentuan stasiun mewakili lokasi dengan jenis kegiatan yang diduga menentukan dinamika kondisi perairan Waduk Sempor secara keseluruhan (Tabel 1).

Gambar 2. Lokasi penelitian Waduk Sempor, Kebumen Tabel 1. Titik Lokasi Penelitian

No Lokasi Koordinat Keterangan

1 Inlet Sungai Kedung Waringin

BT 109o 30' 09.1 '' LS 07o 32' 52.5"

Daerah masukan sungai utama Waduk Sempor .

2 Inlet

Sungai Sampang

BT109o 28' 34.5" LS 07o 33'24.0"

Daerah masukan sungai yang melintasi pemukiman

3 Keramba Jaring Apung (KJA)

BT 109o 29' 08.3 '' LS 07o 33' 22.1"

Budidaya Ikan Nila dan Gurame

4 Outlet Waduk BT 109o 29' 15.9 '' LS 07o 33' 57.8"

(17)

5 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Van Dorn Water Sampler, botol sampel, Secchi disk, freezer/cool box, peralatan analisis kimia di laboratorium, kertas pH, dan GPS (Global Positioning System). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh air yang diambil setiap stasiun pengamatan serta bahan kimia untuk analisis kualitas air dan untuk keperluan pengawetan.

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang langsung di lapangan melalui pengambilan sampel yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. Data primer meliputi data kualitas perairan (parameter fisika, kimia dan biologi), data komunitas ikan, data produksi KJA, hasil tangkapan nelayan, pendapatan masyarakat dengan melakukan wawancara dan kuisioner menggunakan metode Sensus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sarnita (2001); serta data sosial (variabel koordinasi, batas yuridiksi, property right, dan aturan representasi) yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling pada respoden. Responden kelembagaan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum (PU) Balai Besar Serayu Opak, Dinas Perikanan Kabupaten Kebumen, Kelompok Budidaya Ikan, dan Kelompok Nelayan. Data sekunder merupakan data hidrologi waduk dan data berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari instansi terkait .

Pengambilan sampel air dilakukan pada setiap stasiun pengamatan menggunakan Van Dorn Water Sampler. Sampel air diambil secara vertikal pada kedalaman berbeda yaitu 0 m (permukaan), 2 m, dan 6 m mewakili lapisan permukaan, lapisan tengah, dan batas bawah zona eufotik. Penentuan zona eufotik diduga berdasarkan persamaan Viner (1984) in An & Jones (2000),

Z eufotik = 2,3 x Kecerahan (m)

(18)

6

Tabel 2. Parameter air yang diamati

No. Parameter Satuan Metode/Alat

Fisika

1 Suhu 0C Termometer

2 Kecerahan m Secchi disc

3 Kekeruhan (TSS) NTU Turbiditymeter

4 TDS mg/L Grafimetrik

Kimia

5 pH - Indikator pH

6 DO mg/L Titrimetrik Winkler

7 Total P mg/L Ascorbic acid method

8 Orthofosfat mg/L Ascorbic acid method

9 Nitrat (NO3) mg/L Brucine sulfat ekologi, ekonomi, dan sosial. Analisis aspek ekologi meliputi analisis produktivitas primer, analisis status kesuburan perairan, analisis daya dukung perairan, dan analisis struktur kommunitas ikan. Analisis aspek ekonomi berupa analisis usaha, sedangkan analisis sosial menggunakan analisis kelembagaan. Analisis produktivitas primer

Pengukuran produktivitas primer dapat diketahui dengan pendekatan kandungan klorofil-a (Smith 2006) sebagai berikut:

Keterangan :

PP = Produktivitas Primer (gC/m2/th) CHL = Klorofil-a (mg/m3)

Kandungan klorofil-a dapat diketahui dengan pendekatan kandungan total P dengan persamaan sebagai berikut Walmsley & Thornton (1985) :

Keterangan :

P = Total P (mg/m3) CHL = Klorofil-a (mg/m3) Analisis daya dukung perikanan alami

(19)

7 Data tentang produktivitas primer, diperoleh dengan menggunakan metode konversi nilai klorofil-a (Smith 2006). Nilai dari produktivitas primer akan dikonversikan dengan menggunakan tabel konversi sesuai dengan nilai persen yang telah ditetapkan untuk merubah karbon plantonik menjadi karbon ikan. Berikut adalah tahapan pengukuran daya dukung perikanan alami :

1. Ditentukan gross primary production (∑PP) dari data produktivitas primer (g C/m2/th)

2. Nilai ∑PP tersebut dikonversikan kedalam biomassa ikan yang akan dihasilkan, dengan menggunakan tabel konversi. Dihitung produksi ikan tahunan (Fy) berdasarkan tabel konversi (Tabel 3). Dalam hal ini

diasumsikan kandungan Fy = 10% berat basah ikan.

Tabel 3. Konversi ∑pp dengan areal i yang dapat dipanen pada perairan dengan produktivitas primer yang berbeda (Beveridge 1987)

∑PP

Analisis daya dukung budidaya keramba jaring apung

Pendugaan daya dukung di penelitian ini berdasarkan limbah total fosfor dengan asumsi bahwa fosfor adalah nutrien utama sebagai pembatas kehidupan fitoplankton. Analisis data daya dukung untuk penerapan skenario pengembangan KJA digunakan dengan pendekatan Model Beveridge. Berikut adalah tahapan pendugaannya menurut Beveridge (1987).

1. Pengukuran steady state konsentrasi total P = [P]i, merupakan hasil pengukuran rata-rata konsentrasi P dalam badan air sebelum adanya pengembangan keramba jaring apung, yang diperoleh dari sejumlah sampel yang representative selama penelitian;

2. Penentuan konsentrasi total P maksimum yang dapat ditelorir oleh badan air [P]f sebagai akibat adanya kegiatan budidaya ikan dalam KJA, hal ini berkaitan dengan jumlah klorofil dan biomass.

3. Penentuan kapasitas badan air untuk budidaya secara intensif (∆P), yaitu selisih antara total P pada kondisi steady state [P]i dengan fosfor yang dapat diterima [P]f setelah keberadaan KJA sehingga:

∆P = [P]f – [P]i

(20)

8

R = Proporsi total P terlarut yang hilang ke sedimen

X = Proporsi total P yang masuk ke sedimen secara tetap sebagai hasil deposisi solid (0,5)

4. Penentuan Total Allowable Loading (TAL) yang diperoleh adalah TAL = Lfish x A

7. Menurut Hidonis (2014) daya dukung multispesies dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:

Analisis struktur komunitas ikan yang diperoleh di Waduk Sempor meliputi indeks dominansi (c). Indeks dominansi (c) digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan biota yang mendominasi pada habitat tersebut. Indeks ini dihitung menggunakan rumus Odum (1993) :

2

(21)

9 Analisis Usaha

Dalam perhitungan analisis usaha, suatu cabang usaha dapat ditinjau dari keberhasilannya mendapatkan profit/keuntungan (Fausia & Popong 1996). Analisis usaha merupakan analisis jangka pendek yang dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Kelayakan usaha atau kelayakan bisnis dari suatu kegiatan industri akan memerlukan pertimbangan teknik dan ekonomi (Wiji 2010). Analisis usaha dilakukan pada berbagai usaha perikanan pada Waduk Sempor meliputi usaha budidaya keramba jaring apung, dan usaha perikanan tangkap oleh nelayan. Analisis usaha dalam penelitin ini terdiri atas analisis keuntungan, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), dan analisis pay back periode (PBP).

Analisis keuntungan

Analisis ini bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan dalam satu siklus produksi. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dalam periode tertentu. Analisis R/C bertujuan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Nasution et al. 2005). Persamaan untuk menghitung R/C adalah sebagai berikut:

R/C > 1, usaha tersebut menguntungkan

(22)

10

Analisis Pay Back Period (PBP)

Analisis ini untuk melihat waktu yang diperlukan oleh kegiatan usaha untuk mengembalikan investasi, yaitu dengan membandingkan investasi dengan tingkat keuntungan selama satu periode produksi (satu tahun) (Kadariah et al. 1978 in Alauddin 2010). Persamaannya PBP adalah sebagai berikut:

Analisis kelembagaan

Data sosial meliputi variabel koordinasi, batas yuridiksi, property right dan aturan representasi terhadap pengelolaan perairan waduk. Data tersebut sudah termasuk didalamnya hak dan kewajiban, pengaturan izin usaha, tata ruang waduk, pengaturan kuantitas air, persepsi dan sistem pengorganisasian pengelolaan lingkungan waduk. Data dianalisis secara deskriptif dan diintepretasikan menggunakan metode logik. Metode logik adalah cara dimana data diamati dan dipilih-pilih, buktinya dicari dan dipertimbangkan/dianalisis dan kesimpulan diambil ( Nazir 1988 in Nasution 2005)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

curah hujan tertinggi 4492 mm/tahun dan rata-rata tahunan adalah 3495 mm/tahun (BBWSO 2013, Ariyanto & Widjianto 2008).

Inlet utama Waduk Sempor berasal dari Sungai Cincingguling dan Sungai Mampang.Daerah Hulu Sungai Cincinguling merupakan area hutan pinus yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Kebumen serta area sawah sedangkan hulu Sungai Mampang melalui pemukiman masyarakat. Daerah aliran sungai (DAS) Waduk Sempor masuk kedalam DAS wilayah Sungai Serayu Opak. Pembukaan pintu air Bendungan Waduk Sempor disesuaikan dengan permintaan kebutuhan air pertanian masyarakat kebumen.

(23)

11 terendah terletak di Inlet 1 (0,94 m), sedangkan tertinggi di KJA (1,91 m). pH perairan waduk ini tergolong netral berkisar 7,32-7,73 dengan rata-rata keseluruhan 7,63. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai angka pH sekitar 7-8,5 (Novotny & Olem 1994). Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,47-6,27 mg/L dengan rata rata keseluruhan 5,98 mg/L dan tertinggi di daerah inlet 2. Kandungan oksigen di Waduk Sempor masih batas yang mendukung kehidupan akuatik (perikanan), menurut UNESCO (1992) bahwa konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 4 mg/L dapat menimbulkan efek kurang menguntungkan bagi hampir smua organisme akuatik, jika kurang dari 2 mg/L dapat menyebabkan kematian ikan.

Tabel 4. Karakteristik fisika, kimia dan biologi perairan Waduk Sempor bulan

TDS (mg/L) 100,7+9,62 95,77+6,93 97,55+7,24 90,48+12,09 1000

Kedalaman (m) 4-6 6-12 23-25 20-24

Nitrat (mg/L) 0,468+0,15 0,449+0,31 0,327+0,15 0,198+0,08 20

Amonia(mg/L) 0,095+0,02 0,078+0,046 0,03+0,007 0,02+0,008 -

Nitrit (mg/L) 0,02+0,02 0,02+0,032 0,005+0,008 0,006+0,01 0,06

* Kelas III untuk perikanan

Hasil analisis kandungan nitrat berkisar 0,19-0,46 mg/L dengan rata-rata keseluruhan 0,36 mg/L. Kadar nitrit berkisar antara 0,006-0,02 mg/L dengan rata-rata keseluruhan 0,01 mg/L. Kadar ammonia berkisar 0,02-0,095 dengan rata-rata-rata-rata keseluruhan 0,057 mg/L, merupakan kisaran konsentrasi yang masih dalam batas yang ditoleransi bagi kehidupan ikan. Pescod 1973; Samuel et al. 2010 menyatakan suatu kriteria pada perairan di daerah tropis yang tidak membahayakan kehidupan ikan, kadar amonianya tidak lebih dari 1,0 mg/L. Kandungan ortofosfat pada perairan Waduk Sempor berkisar 0,01-0,1 dengan rata-rata keseluruhan 0,05 mg/L. Menurut Millero & Sohn 1991, pertumbuhan semua jenis fitoplankton tergantung konsentrasi ortofosfat, untuk pertumbuhan optimal membutuhkan konsentrasi berkisar 0,27-5,51mg/L bila di bawah 0,009 mg/L, maka perkembangan sel akan terganggu. Konsentrasi ortofosfat perairan Waduk Sempor tergolong rendah, tetapi masih mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton walapun belum optimal.

(24)

12

Persebaran kandungan nutrien pada semua stasiun memiliki pola yang sama (Gambar 3). Kandungan nutrien yang paling tinggi terletak pada daerah inlet dan inlet 2 dikarenakan daerah tersebut menerima langsung aliran sungai yang digunakan untuk penyediaan air bagi warga. Limbah pemukiman warga seperti tersebut yang menyumbang masukan nutrien yang berasal dari aktivitas pertanian, peternakan dan limbah rumah tangga.

Gambar 3. Rata- rata konsentrasi nutrien Waduk Sempor Januari-Maret 2014 Produktivitas Perairan

Produktivitas primer di Waduk Sempor, berdasarkan kandungan klorofil-a diduga oleh pendekatan total P (Wamsley & Thorton 1985), pada bulan Januari-Maret 2014 berkisar antara 208,91–280,71 gC/m2 dengan rata-rata 265,81 gC/m2. Produktivitas primer Waduk Sempor dapat dilihat pada Gambar 4. Produktivitas primer tertinggi terletak pada daerah inlet, sedangkan yang terendah yaitu daerah outlet, Hal ini sesuai dengan kandungan nutrien yang mempengaruhi produktivitas primer, yaitu fosfat total.

Gambar 4. Produktivitas Primer Waduk Sempor Januari – Maret 2014 Struktur komunitas ikan dan hasil tangkapan nelayan

Berdasarkan hasil tangkapan nelayan selama penelitian, jenis ikan yang terinventarisasi di Waduk Sempor terdapat lima spesies yaitu ikan lohan (Cichlasoma trimaculatum), nila (Oreochromis niloticus), betutu (Oxyeleotris marmorata), tawes (Barbonimus gonyonotus), dan udang air tawar. Komunitas

(25)

13 ikan di Waduk Sempor dari 335 sampel ikan didominasi oleh ikan lohan (40%) dan ikan nila (36%) (Gambar 5).

Gambar 5. Struktur komunitas ikan di Waduk Sempor pada Januari-Maret 2014 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 11 responden dari 24 nelayan, alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan adalah gillnet dengan ukuran 3 inci. Jenis perahu yang digunakan adalah perahu fiber dan kayu dengan mesin ketinting 2-5 PK. Nelayan Waduk Sempor merupakan terdiri dari nelayan harian dan musiman yang menebar jaring di malam hari dan di ambil ketika pagi hari. Hasil tangkapan nelayan Waduk Sempor berkisar 2-3kg/hari/orang dengan komoditas ikan tertangkap adalah Ikan Nila (Gambar 6).

Gambar 6. Hasil tangkapan nelayan Waduk Sempor selama Januari-Maret 2014 Tabel 5. Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor

(26)

14

Bobot ikan yang tertangkap di Waduk Sempor berkisar antara 50-600 g/ekor dengan rata-rata bobot paling tinggi ditunjukkan oleh jenis Ikan Nila sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5. Rata-rata bobot ikan hasil tangkapan secara keseluruhan jenis ikan adalah 166 g/ekor. Pada Tabel 3 terlihat bahwa walaupun Ikan Lohan mendominasi dalam struktur komunitas tetapi produksi hasil tangkapannya rendah karena bobot ikan yang kecil dengan rata-rata 55 g. Hal ini terkait dengan kebiasaan, makan ikan yang berbeda. Ikan Nila di Waduk Sempor cenderung sebagai herbivora, yaitu fitoplankton (65,87%) dan makrofita (33,99%) sedangkan ikan lohan sebagai karnivora dengan, makanan utamanya ikan kecil (55,03%) dan serangga (43,18%) (Purnomo et al. 2013).

Daya dukung tangkapan alami dan keramba jaring apung

Penentuan daya dukung perairan alami Waduk Sempor dilakukan melalui pendekatan produktivitas primer. Daya dukung Waduk Sempor berdasarkan produktivitas primer kondisi saat ini adalah 51,83 ton/tahun atau 142 kg/hari, artinya kemampuan optimum perikanan tangkap saat ini dapat memproduksi ikan sebanyak 51,83 ton (Tabel 6).

Tabel 6. Perhitungan daya dukung perairan alami saat ini

Parameter Satuan Hasil

Produktivitas primer gC/m2/tahun 265,81

Produktivitas ikan % 0,78

Produksi ikan gC ikan/m2/tahun 20,73

Daya dukung ton ikan /tahun 51,83

(27)

15 Tabel 7. Daya dukung keramba jaring apung

Parameter Satuan Hasil

Luas Perairan m2 2500000

Rata-rata kedalaman M 14,72

Laju pembilasan /tahun 1,54

∆P (selisih [P]f dan [P]i) mg/m3 284

R - 0,52

Rfish (asumsi; x=0.5) 0,76

Lfish g/m2/tahun 26,78

TAL (Total Accepted Loading) g/tahun 66960587

Jenis Ikan Nila Gurame

Loading P/ton ikan g/ton ikan 16700 20500

Daya dukung ton ikan/tahun 4006.61 3266.37

Unit 1336 1088

Luasan area perairan yang dibutuhkan satu unit Waduk Sempor dengan tiga petak yang berukuran 4 x 4 adalah 46 m2. Pembangunan KJA di Waduk Sempor dilakukan dengan menggabung empat unit KJA menjadi satu kelompok, jarak antar kelompok tersebut 50 m sehingga apabila pengembangan KJA dilakukan secara maksimum sesuai daya dukung, area yang diperlukan mencapai 49-60 ha. Sedangkan luasan area yang dapat dikembangkan KJA sesuai kriteria kedalaman dan aturan Balai Besar Serayu Opak sebagai pengelola fungsi Waduk Sempor mengenai larangan aktivitas pada area pintu air dengan jarak 1km, hanya seluas 12,35 ha atau 113 unit (Lampiran 2).

Penambahan KJA sebanyak 113 unit akan memberikan masukan total P dari pakan yang terbuang. Jika proporsi jenis ikan nila dan gurame 1:1, maka akan memberikan masukan P sebanyak 5 747,85 kg/tahun atau konsentrasi total P yang diperoleh di perairan sebesar 24,37 mg/m3. Peningkatan konsentrasi ini dikonversikan ke klorofil-a dengan persamaan Walmsley & Thornton (1985) untuk diketahui peningkatan produktivitas primernya sebesar 155,26 gC/m2/tahun. Hasil produktivitas primer tersebut dikonversikan pada tabel konversi efisiensi (Beveridge 1987). Hasil yang diperoleh dikalikan dengan luas area perairan waduk diperoleh daya dukungnya adalah 29,89 ton ikan /tahun (Tabel 8). Potensi produksi perairan tangkap alami Waduk Sempor dengan adanya penambahan KJA meningkat menjadi 81,72 ton ikan/ tahun atau 223,89 kg/hari

Tabel 8. Perhitungan penambahan daya dukung perairan alami setelah ada KJA

Parameter Satuan Saat ini Penambahan

Produktivitas primer gC/m2/tahun 265,81 155,26

Produktivitas ikan % 0,78 0,77

Produksi ikan gC ikan/m2/tahun 20,73 11,96

(28)

16

Penentuan penebaran benih ikan untuk perikanan alami

Produksi tangkapan ikan di Waduk Sempor saat ini masih sangat kecil, yaitu 21 kg/hari dibandingkan potensi produksi jika adanya pengembangan keramba jaring apung mencapai 223,89 kg/hari atau 81,72 ton ikan/tahun. Oleh karena itu peluang peningkatan produksi perikanan masih tinggi, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penebaran benih ikan. Dalam penebaran benih ikan harus memperhatikan jumlah tebar, jenis ikan, dan titik penebaran.

Jumlah penebaran benih ikan diketahui melalui nilai hasil produksi perikanan alami dibagi dengan nilai perubahan bobot (Laetje 2011). Salah satu kegagalan penebaran benih ikan di perairan salah satunya adalah ukuran ikan yang terlalu kecil sehingga pemangsa mudah memakannya (Syafei 2005) oleh karena itu ukuran benih ikan yang ditebar cukup besar yaitu 25 g/ekor agar tidak dimangsa oleh ikan lohan yang memiliki kebiasan, makan ikan kecil (Purnomo et al. 2013). Rata-rata bobot hasil tangkapan Waduk Sempor adalah 166 g/ekor. Sesuai hasil tersebut, maka diketahui perubahan bobot adalah 141 g/ekor, sehingga jumlah tebar benih yaitu nilai hasil produksi (81,72 ton ikan/tahun) dibagikan dengan nilai perubahan bobot ialah 579 580 ekor/tahun.

Teknik penyebaran benih ikan pada perairan adalah tebar spot (pada satu titik), tebar scatter (pada beberapa titik), dan tebar trickle (beberapa kali) (Syafei, 2005). Purnomo et al. (2013) mengemukakan bahwa penebaran ikan nila yang selama ini sering dilakukan diperkirakan tidak akan banyak meningkatkan rekruitmen alaminya karena Waduk Sempor mempunyai daerah litoral yang sangat terbatas. Oleh karena itu penebaran harus dilakukan secara berulang menyesuaikan laju tumbuh ikan sesuai dengan bobot rata-rata hasil tangkapan dan di beberapa titik. Hasil penelitian Diana et al. (1994) laju pertumbuhan ikan Nila adalah 1,5-3,0 g/hari/, maka jika diasumsikan laju pertumbuhannya adalah 2-2,5 g/hari sehingga lama pemeliharaannya adalah 57-70 hari. Penebaran ikan bisa dilakukan sebanyak lima kali penebaran dengan jumlah benih adalah 115 916 ekor/masa tebar.

Penebaran benih di Waduk Sempor dilakukan pada daerah yang memiliki sumber pakan, yaitu produktivitas perairan tinggi ialah Inlet 1 dan Inlet 2; dan sisa pakan budidaya keramba jaring apung (KJA). Daerah yang memiliki produktivitas perairan yang tinggi memiliki fitoplankton yang melimpah sehingga menciptakan sumber, makanan untuk pertumbuhan benih ikan. Jadi penebaran benih bisa dilakukan secara bergantian agar terjadi peningkatan produksi yang merata di seluruh area waduk.

Jenis ikan yang ditebar yaitu jenis ikan yang bersifat pemakan fitoplankton (phytoplankton grazer). Hal ini dikarenakan salah satu usaha pencegahan eutrofikasi untuk mengurangi populasi fitoplankton di perairan apabila terjadi penambahan jumlah KJA di Waduk Sempor serta terhindar dari kompetisi makanan antar jenis ikan. Jenis ikan yang cocok di Waduk Sempor antara lain Ikan Nila, Tawes, dan Bandeng. Agar tidak terjadinya pemijahan sehingga berpotensi meningkatkan stok maka ikan yang ditebar hendaklah mono sex.

(29)

17 Analisis usaha kegiatan perikanan di Waduk Sempor

Kegiatan perikanan di Waduk Sempor terlihat pada analisis usaha keramba jaring apung (KJA) dan nelayan. Analisis usaha budidaya KJA terbagi menjadi dua budidaya yaitu ikan nila oleh Kelompok Mina Marga Mulia dan ikan Gurame kepemilikan Perorangan oleh Pak Supriyanto. Analisis usaha nelayan di Waduk Sempor dari 11 responden dari 24 nelayan yang tergabung dalam Kelompok Mina Sari Asih dan Telaga Asri.

a. Analisis usaha budidaya KJA

Biaya pengeluaran pada suatu usaha dapat terlihat pada biaya investasi dan operasional. Biaya investasi dan operasional per unit/tahun KJA di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 9. Tiap unit KJA terdiri dari 4 petak dengan padat tebar sebanyak 1000 ekor/petak. Biaya investasi KJA per unit Kel Mina Marga Mulia sebesar Rp. 22 500 000,- sedangkan milik Perorangan Rp. 14 500 000,-. Untuk biaya operasional yang diperlukan setiap unit/tahun pada KJA Kel Mina Marga Mulia sebesar Rp 33 055 000,- sedangkan KJA Perorangan sebesar Rp. 31 310 000,-.

Tabel 9. Biaya pengeluaran per unit KJA di Waduk Sempor

(30)

18

Tabel 10. Analisis usaha KJA di Waduk Sempor

Kel Mina Marga Mulia Perorangan

Pendapatan (Rp) 33600000 33600000

Pengeluaran (Rp) 33055000 31311000

Keuntungan (Rp) 545000 2 289 000

Analisis Imbangan penerimaan R/C 1,02 1,07

Pay back per periode (Pbp) 41,28 6,33

Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai analisis Imbangan penerimaan R/C adalah 1,02 untuk Kelompok Mina Marga Mulia sedangkan 1,07 untuk KJA Pak Supriyanto. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya KJA di Waduk Sempor masih menguntungkan dikarenakan R/C > 1 akan tetapi keuntungannya masih sangat kecil hanya Rp 545 000,-/tahun atau Rp. 45 400,-/bulan untuk KJA Kel Mina Marga Mulia sedangkan KJA Perorangan Rp 2 289 000,-/tahun atau Rp. 190 750,-/bulan. Pendapatan dari usaha budidaya ini masih di bawah dari Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten. Kebumen yaitu Rp. 975 000/bulan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi pada KJA Kel Mina Marga Mulia adalah 41,28 tahun, sedangkan Pak Supriyanto selama 6,33 tahun.

b. Analisis usaha nelayan

Biaya investasi dan operasional nelayan tangkap di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 11. Biaya investasi nelayan tangkap sebesar Rp. 5 077 050,- dan untuk operasional membutuhkan biaya sebesar Rp. 7 498 200,-. Penerimaan pendapatan nelayan di Waduk Sempor berbeda-beda sesuai dengan hasil tangkapan, trip penangkapan dan jenis ikan yang tertangkap. Rata-rata trip penangkapan di Waduk Sempor yaitu 20 hari/bulan selama 10 bulan setiap tahunnya. Rata-rata pendapatan nelayan di Waduk Sempor setiap tahunnya adalah Rp. 8 926 300,-. Analisis usaha nelayan tangkap di Waduk Sempor terlihat pada Tabel 12.

Tabel 11. Biaya pengeluaran nelayan tangkap Waduk Sempor

(31)

19 Tabel 12. Analisis usaha nelayan tangkap Waduk Sempor

Nelayan Waduk Sempor

Pendapatan (Rp) 8 926 300

Pengeluaran (Rp) 7 498 200

Keuntungan (Rp) 1 428 100

Analisis Imbangan penerimaan R/C 1,19

Pay back per periode (Pbp) 3,56

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Imbangan penerimaan R/C nilainya adalah 1,19 atau masih menguntungkan (Nasution et al. 2005), akan tetapi keutungan yang didapat setiap tahun masih sangat kecil yaitu Rp 1 428 100,- atau Rp. 119 000,-/bulan. Hal ini masih di bawah dari UMR Kabupaten Kebumen yaitu Rp. 975 000,-/bulan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yaitu 3,56 tahun.

Analisis usaha perikanan setelah penerapan teknologi dan penambahan KJA

Secara umum budidaya ikan sistem KJA merupakan kegiatan ekonomi yang menguntungkan jika dikelola dengan baik. Keuntungan yang kecil pada usaha budidaya KJA di Waduk Sempor dikarenakan penerapan teknologi budidaya yang tidak tepat. Hal ini ditunjukkan pada Kelompok Mina Marga Mulia kecilnya produksi ikan dikarenakan ukuran panen yang masih kecil Ikan Nila (200 g/ekor) dan Ikan Gurame (400 g/ekor) yang lama dalam pembesarannya. Ukuran panen ikan yang masih kecil salah satunya kurangnya pemberian pakan. Apabila dilakukan teknologi budidaya yang tepat, maka produksinya akan banyak sehingga keuntungan yang didapatkan pun akan bertambah. Dengan asumsi dilakukan peningkatan teknologi budidaya yang tepat jika ukuran ikan saat panen bertambah menjadi 300 g/ekor untuk ikan Nila dan 500 g/ekor untuk ikan gurame, maka keuntungan yang diperoleh (asumsi tidak ada perbedaan harga jual yaitu Rp. 17 500,-/kg dan Rp. 30 000,-/kg) tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Asumsi analisis biaya setelah penerapan teknologi budidaya yang tepat

Kel Mina Marga Mulia Perorangan

(32)

20

budidaya dengan kelompok lebih menguntungkan dan yang dibudidayakan adalah Ikan Nila dikarenakan siklus produksi cepat walaupun biaya operasionalnya lebih besar.

Hasil tangkapan nelayan di Waduk Sempor saat ini adalah 2,3kg/hari/orang dengan pendapatan berkisar Rp 8 926 300,-/orang/tahun. Dengan adanya penebaran benih ikan di Waduk Sempor, apabila hasil tangkapan dapat ditingkat secara maksimum berdasarkan wawancara dengan responden mencapai 6,7 kg/hari, maka pendapatan meningkat menjadi Rp. 20 100 000,-/orang/tahun (asumsi tidak ada perbedaan biaya yang dikeluarkan). Sehingga keuntungan bersih yang diperoleh nelayan pertahun berdasarkan analisis usaha yang tertera pada Tabel 14 yaitu Rp 12 601 700,- atau Rp 1 050 200,- setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan UMR Kabupaten Kebumen 2014 Rp 975 000,-/bulan, maka hasil pendapatan tersebut diatas rata-rata pendapatan masyarakat Kebumen. Nilai R/C pun meningkat menjadi 2,68 sehingga usaha ini sangat menguntungkan setelah dilakukan penebaran benih.

Tabel 14. Asumsi analisis usaha nelayan tangkap setelah penebaran benih

Sebelum Sesudah

Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Sempor

Pengembangan wisata pemancingan di Waduk Sempor dikembangkan guna memanfaatkan sisa penebaran benih ikan setelah adanya penambahan KJA yang tidak tertangkap oleh nelayan. Daya dukung perikanan alami di Waduk Sempor dengan adanya penambahan KJA adalah 223,9 kg/hari. Jika diasumsikan tangkapan nelayan maksimum berdasarkan wawancara responden adalah 6,7 kg/hari dengan jumlah nelayan saat ini adalah 24 orang, maka masih terdapat sisa produksi 63 kg/hari. Apabila tangkapan pemancing rata-rata harian adalah 2,5 kg/orang/hari, maka jumlah pemancing maksimum adalah 25 orang/hari.

Pengaturan ukuran mata kail juga harus diatur agar ukuran ikan yang tertangkap adalah ukuran panen (166 g/ekor), bukan ikan yang sedang tumbuh setelah penebaran. Oleh karena itu mata kail yang digunakan minimal adalah no 4. Hal ini didasarkan hasil wawancara dengan penjual pancing yakni ukuran no. 3-4 digunakan untuk ikan ukuran > 3 jari (> 100 g), no. 5-6 digunakan untuk ikan ukuran > 4 jari (> 175 g), dan 7-8 digunakan untuk ikan ukuran > 5 jari (> 250 g) (Novita 2015).

(33)

21 Kelembagaan Waduk Sempor

Waduk Sempor merupakan waduk yang memiliki berbagai pemanfaatan bagi masyarakat sekitar diantaranya perairan (irigasi), perikanan dan wisata. Pemangku kepentingan (stakeholder) di Waduk Sempor yang terlibat adalah Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO), Kelompok budidaya (Mina Marga Mulia dan Mina Giri Mukti), Kelompok nelayan (Mina Sari Asih dan Telaga Sari), Dinas Perikanan Kabupaten Kebumen, Dinas Pariwisata Kabupaten Kebumen, pemancing dan pengepul/bakul ikan.

Pengelolaan Waduk Sempor direkomendasikan dalam satu manajemen kelembagaan dalam pengaturan kegiatan perikanan tangkap dan budidaya serta wisata berupa pemancingan. Satu manajamen kelembagaan ini disepakati bersama dengan seluruh stakeholder Waduk Sempor khususnya pelaku langsung. Stakeholder pelaku langsung di Waduk Sempor, adalah Kelompok budidaya (Mina Marga Mulia dan Mina Giri Mukti) dan Kelompok nelayan (Mina Sari Asih dan Telaga Sari). Penggabungan antara kelompok nelayan dengan kelompok budidaya untuk menjadi suatu kelompok bersama dalam satu manajemen akan menciptakan pengelolaan yang berbasis masyarakat di Waduk Sempor. Pembentukan Kelompok Bersama ini akan menyatukan tujuan dan pelaksanaan pengelolaan di Waduk Sempor yang berkelanjutan serta menghindari terjadinya bentrokan antar Kelompok nelayan dan Budidaya. Kelompok Bersama ini akan didampingi Dinas Perikanan serta Pariwisata Kabupaten Kebumen selaku pembimbing dan penyuluh.

Pengembangan perikanan di Waduk Sempor yang diatur oleh Kelompok Bersama meliputi:

(1) Pengaturan dan penarikan biaya retribusi pemancing serta produksi ikan baik hasil tangkapan nelayan maupun budidaya. Penarikan retribusi bertujuan sebagai sumber dana untuk kegiatan dalam Kelompok Bersama untuk meningkatkan produksi perikanan di waduk baik untuk KJA dan perikanan tangkap. Biaya retribusi setiap hasil tangkapan nelayan dan produksi ikan KJA setiap kilonya adalah Rp. 500-1000,- sepertinya yang diterapkan di Waduk Malahayu,Brebes. Penarikan retribusi ini dilakukan dengan bekerjasama stakeholder lain yaitu pengepul nelayan dan KJA.

(2) Pengawasan penggunaan alat tangkap nelayan yang ramah lingkungan salah satunya ukuran mata jaring (mesh size) >2,5 inci serta pelepasan kembali ikan tangkapan yang masih kecil kecuali ikan lohan. Hal ini bertujuan untuk menghindarai penangkapan ikan masih kecil dan pengendalian ikan lohan karena ikan lohan merupakan spesies asing invasif kompetitor, makanan dan ruang (habitat) dengan ikan nila serta bukan merupakan ikan ekonomis penting (Purnomo et al. 2013).

(34)

22

Pembahasan

Pengelolaan sumberdaya perairan berbasis masyarakat merupakan pengelolaan yang diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi di suatu wilayah berdasarkan karakteristik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Dalam hal ini, suatu komunitas mempunyai hak untuk dilibatkan atau mempunyai kewenangan secara langsung dalam membuat perencanaan pengelolaan wilayahnya disesuaikan dengan kapasitas dan daya dukung lingkungan.

Karakteristik sumberdaya alam di Waduk Sempor dapat dilihat dari aspek ekologinya. Kualitas perairan di Waduk Sempor tergolong baik untuk pengembangan perikanan, karena berdasarkan paramater fisika-kimianya masih berada dibawah baku mutu air PP No. 82 tahun (2001) Kelas III untuk perikanan. Pengembangan perikanan baik perikanan budidaya maupun tangkap dapat ditingkatkan sepanjang tidak melebihi batas perairan eutrofik. Perairan dikategorikan eutrofik apabila perairan tersebut memiliki kandungan klorofil-a sebesar 25 mg/m3 atau total P sebesar 0,431 mg/L (Smith 2006). Kandungan total P di perairan Waduk Sempor saat ini rata-rata adalah 0,143 mg/L, sehingga pengembangan perikanan baik budidaya maupun tangkap masih dapat dikembangkan sampai perairan eutrofik. Peningkatan perikanan alami dapat terjadi seiring peningkatan kesuburan perairan. Peningkatan kesuburan di perairan waduk dapat dilakukan dengan pengembangan budidaya keramba jaring apung (KJA) yang memberikan masukan nutrien dari buangan pakan. Siagian (2014) menyatakan bahwa peningkatan produksi budidaya di waduk sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan produksi tangkapnya.

Pemanfaatan danau/waduk untuk kegiatan budidaya ikan sistem KJA harus dilakukan secara rasional dan tetap mengacu pada tata ruang yang telah ditentukan serta kondisi sumber daya dan daya dukung perairannya dengan maksud untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mempertahankan fungsi utama waduk (Ilyas et al, 1989). Pengembangan perikanan KJA di Waduk Sempor tidak dilakukan secara maksimal sesuai dengan daya dukungnya yaitu 1336 unit untuk ikan Nila atau 1088 unit untuk ikan Gurame, hal ini dikarenakan pengaturan lokasi KJA memerlukan persyaratan kedalaman serta adanya aturan pelarangan kegiatan KJA pada jarak 1 km dari pintu air oleh Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO). Salah satu penyebab kematian massal ikan budidaya adalah penurunan tinggi muka air. Apabila tinggi muka air menurun, maka jarak karamba jaring apung dengan dasar menjadi lebih dekat, akibatnya ikan budidaya semakin mendekati lapisan hipolimnion yang reduktif. Menurut Krismono (1999), kegiatan budaya ikan sistem KJA di danau/waduk, kedalaman air disyaratkan minimal 5 m pada jalur yang berarus horizontal. Kedalaman tersebut dimaksudkan untuk menghindari pengaruh langsung kualitas air yang jelek dari dasar perairan. Oleh karena itu area yang memungkin untuk KJA yaitu disekitar stasiun 3 sebanyak 113 unit dikarenakan kedalamannya berkisar 23-25 m dan telah melewati jarak 1 km dari pintu air.

(35)

23 menjadi 81,72 ton/tahun atau 223,89 kg/hari. Penebaran benih merupakan salah satu upaya pemanfaatan potensi perikanan alami sehingga produksi tangkapan ikan meningkat. Syafei (2005) menyatakan bahwa penebaran ikan ke dalam perairan salah satu tujuannya yaitu meningkatkan produksi perairan; menyeimbangkan populasi; serta mengendalikan tumbuhan atau ledakan alga (blooming algae). Dengan adanya penebaran benih maka dampak eutrofikasi yang merugikan akibat KJA yang memacu pertumbuhan plankton dan alga dapat dicegah (Koeshendrajana et al. 2011). Oleh karena itu jenis ikan yang ditebar adalah plankton feeder seperti ikan nila yang komposisi makanannya yaitu fitoplankton (65,87%) dan makrofita (33,99%) (Purnomo et al. 2013) selain itu merupakan ikan target tangkapan nelayan .

Peningkatan pendapatan nelayan di waduk dapat terjadi setelah adanya penambahan KJA dan penebaran benih ikan yang sesuai dengan daya dukungnya dikarenakan hasil tangkapan nelayan meningkat. Berdasarkan analisa usaha setelah adanya penambahan KJA dan penebaran benih maka pendapatan nelayan meningkat dengan signifikan sehingga keuntungan yang didapat melebihi batas UMR Kab. Kebumen (Rp 975 000,-/bulan) yaitu dari Rp 199 000,-/bulan menjadi Rp 1 050 200,-/bulan dan menunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini didukung dengan pernyataan Pushpalatha & Chandrasoma (2010) bahwa penebaran benih ikan dengan kepadatan yang berkisar 217–870 ekor/ha/tahun di 15 waduk yang luasnya <250 ha di Srilanka dapat meningkatkan hasil tangkapan berkisar 42,8–134,4%.

Kegiatan usaha budidaya KJA di Waduk Sempor saat ini belum mensejahterakan pembudidaya, walaupun menguntungkan tetapi keuntungan per bulannya sangat kecil yaitu berkisar Rp 45 400-190 550,- jauh dari UMR Kab. Kebumen (Rp 975 000,-/bulan). Hal ini dikarenakan penerapan teknologi belum tepat dan masih sistem semi intensif, ukuran ikan saat panen masih kecil sehingga produksinya sedikit dan keuntungannya pun kecil. Dengan asumsi dilakukan peningkatan teknologi budidaya yang tepat yaitu pemberian pakan yang efektif, efisien dan secara intensif maka keuntungan yang didapat pun bertambah dikarenakan produksi yang meningkat. Setelah adanya peningkatan teknologi budidaya usaha KJA secara Kelompok yang membudidayakan ikan Nila memberikan keuntungan yang terbesar dan melebihi UMR Kab Kebumen yaitu Rp. 987 500,-/bulan.

(36)

24

Pembentukan Kelompok Bersama di Waduk Sempor dimaksud untuk menciptakan suatu kelembagaan yang bertujuan menyamakan suatu tujuan dan pelaksanaan terciptanya pengembangan perikanan berkelanjutan. Pembentukan Kelompok Bersama ini akan menciptakan kondisi pengelolaan satu manajemen yang ide dan pelaksanaannya oleh masyarakat sekitar Waduk Sempor. Kelompok Bersama akan menjadi wadah dalam peningkatan kualitas masyarakat Waduk Sempor berupa pelatihan-pelatihan dan penerimaan bantuan pemerintah.

Fungsi pengaturan kelembagaan di Waduk Sempor belum tercipta seperti pengaturan penangkapan ikan, pengaturan konservasi perairan, pengaturan pemasaran ikan dan wisata. Waduk Malahayu Brebes telah melakukan fungsi pengaturan tersebut sehingga diharapkan produksi perairan umum waduk dapat berkelanjutan dan pemanfaatan serta pengelolaan sumberdaya perikanannya dapat berlangsung sesuai dengan prinsip pembangungan perikanan yang bertanggung jawab (Purnomo et al. 2009 in Nasution 2011).

Kelompok Bersama perlu membentuk bagian kelompok pengawas masyarakat (pokwasmas) sebagai pelaksana fungsi pengawasan pengaturan penangkapan ikan, konservasi perairan dan wisata. Pembentukan pokwasmas juga telah dilakukan di Waduk Jatiluhur (Koeshendrajana et al. 2011), Waduk Gajah Mungkur (Yusuf & Kurniawan 2011) sebagai fungsi pengawas pengelolaan waduk. Pokwasmas harus menjangkau seluruh wilayah perairan dan menguasai teknik pengawasan serta kemampuan pengetahuan atas aturan-aturan terkait pengawasan dan tindakan indikasi pelanggaran. Pengawasan pokwasmas pada Waduk Sempor diantaranya adalah pengawasan penggunaan alat tangkap pada nelayan dan pemancing sesuai dengan kesepakatan, penarikan retribusi pemancing untuk wirastoking, dan penertiban pendirian lokasi KJA. Oleh karena itu perluya bimbingan dari penyuluh yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Kab Kebumen agar petugas lapangan pokwasmas bisa menguasai tugas dan fungsinya.

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan kualitas air dan kandungan nutrien, Waduk Sempor masih bisa dilakukan pengembangan perikanan dan wisata. Berdasarkan analisis produktivitas primer, daya dukung perikanan alami di Waduk Sempor adalah 51,85 ton ikan/tahun. Kegiatan usaha perikanan tangkap maupun budidaya berdasarkan analisa usaha masih menguntungkan tetapi jauh dibawah dari UMR Kab Kebumen. Strategi pengelolaan di Waduk Sempor adalah

1. Peningkatan produktivitas perairan dengan penambahan keramba jaring apung (KJA) maksimal sebanyak 113 unit pada lokasi stasiun 3 yaitu area sekitar KJA;

2. Penebaran benih ikan sebanyak 579 580 ekor/tahun dengan jenis ikan yang ditebar adalah ikan nila;

3. Pengembangan wisata pemancingan yang ramah lingkungan dan alat tangkap; 4. Pembentukan Kelompok Bersama guna koordinasi pengelolaan perikanan

(37)

25

Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan teknologi budidaya keramba jaring apung yang efektif dan menguntungkan. Kelembagaan untuk pengembangan perikanan di Waduk Sempor dilakukan secara komprehensif agar pengelolaan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Alauddin MHR. 2010. Optimasi pemanfaatan wilayah pesisir berbasis daya dukung bagi pengembangan budidaya tambak udang di kecamatan Manggara Bombang. Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. 21thEdition. DC. USA:American Public Health Assosiation/American Water Work Association/Water Enviroment Federation Washington.

An, K.G & J.R. Jones. 2000. Factors regulat ing bluegreen dominance in a Reservoir Directly Influenced by the Asian Monsoon. Hydrobiologia 432: 37-48

Ariyanto DW, Widijanto H. 2008. Kajian klasifikasi bahaya erosi dengan sistem informasi geografi di daerah hulu Waduk Sempor, Gombong. J Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 5 (2): 121-128

[BBWS Serayu Opak] Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. 2013. Laporan Rutin Inflow Bulan Juli – Agustus 2013. Kebumen

Beveridge MCM.1987. Cage Aquaculture. Survey (GB): Fishing News Book Ltd. Diana JS, Lin Ck, Yi Y. 1994. Stocking density dan supplemental fishing.

Aquaculture Colabrative Research Support Program Sustainable Aquaculture for a Secure Future. [Internet]. [diunduh 2015 September 10]. Tersedia pada: http://www. pdacrsp.oregonstate.edu/pubs/techincal/ 13techhtml/2.d.2/2.d.2.html

Hidonis K . 2014. Model pengelolaan waduk berbasis sistem KJA Multispesies (Studi Kasus Waduk Cirata). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Laetje K. 2012. Kajian daya dukung lingkungan perairan bagi pemanfaatan

perikanan berbasis ranching dan budidaya ikan KJA di Waduk Malahayu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kismono. 1999. Pengelolaan lingkungan budidaya ikan di keramba jaring apung. J Warta Penelitian Indonesia 5(8):15-18

Koeshendrajana S, Apriliani T, Firdaus M, Nasution Z, Nurfiarini A. 2011. Penebaran ikan bandeng di Waduk Jatiluhur: analisis dampak dan kebijakan pengembangan. J Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 1(1):1-17

Kordi MGH, Andi BT. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

(38)

26

Nasution SH. 2009. Peranan wisata pemancingan dalam pengembangan wilayah KabupatenDeli Serdang Propinsi Sumatera Utara. [Tesis]. Medan (ID): Universitas Sumetera Utara.

Nasution Z, Rudhy G, Yanti S. 2005. Kelayakan finansial usaha budidaya ikan bandeng dan nila sistem keramba jaring apung (Studi Kasus di Perairan Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) J Penelitian Perikanan Indonesia 11(3):11-19

Nasution Z. 2005. Analisis kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan perairan waduk (Studi Kasus di Perairan Waduk Jatiluhur, Jawa Barat). Buletin Ekonomi Perikanan 6(1):1-11

Novita MZ. 2015. Penentuan daya dukung ekosistem perairan untuk wisata pemancingan (Studi Kasus: Situ Cilala, Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pakpahan, A. 1991. Perspektif ekonomi institusi dalam pengelolaan sumber daya Alam. J Ekonomi dan Keuangan.1:445-464

Papyne, M. 1997. Modern Social Work Theory. Second Edition. London (GB): McMillan Press, Ltd.

Pescod MB. 1973. Investigation of National Efluent and Stream Standar for Tropical Countries. London (GB): AIT

Purnomo K, Andri W, Endi SK, 2013. Daya dukung dan potensi produksi ikan Waduk Sempor Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. JLitPerikan Ind, 19 (4): 203-212.

Pusphalatha KBC, Chandrasoma J. 2010. Culturebased fisheries in minor perenial reservoirs in Sri Lanka: Variability in production, stocked species and yield implication. J. Appl. Ichthyol 26: 99 – 104p

Rahmawati S . 2002.Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal dan Terpadu. (ID): USU Digital Library

Rifa’I R S dan K Pertagunawan. 1983. Biologi Perikanan 1. Jakarta (ID): CV Kayago:143

Riyadi A. 2006. Kajian kualitas air Waduk Tirta Shinta di Kotabumi Lampung. J Hidrosfir 1(2):75-82.

Ryding SO, Rast W. 1989. (ed) The control of eutrophication of lakes and reservoirs. Paris (FR): The Parthenon Publishing Group.

Sachoemar, S. 2006. Analisis daya dukung lingkungan perairan marikultur Batam ESTET (BME) Batam. Jakarta. J.Hidrosfir. 1 (2): 52-60.

Sarnita AS. 2001. Karakteristik sumberdaya perikanan betutu, Kalimantan Timur. J Penelitian Perikanan Indonesia 7 (3):1-9

Shannon CE, Weaver W. 1963. The Mathematical Theory of Communication. Urbana (US): University of Illinois Press.

(39)

27 Siagian M. 2014. Pengelolaan Waduk yang Berkelanjutan Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Perairan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Produktivitas Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Smith VH. 2006. Using primary productivity as an index of coastal eutrphication: the units of measurement matter.Journal of Plankton Research 29 (1): 1-6 Suprayudi M & Setiawati M. 2003. Kebutuhan ikan gurame (Osphronemus

gouramy lac) akan mineral fosfor. J Akuakultur Indonesia 2 (2): 67-71 Supriyanto. 2011. Ikan di Waduk Sempor semakin berkurang. Suara Merdeka.

Semarang

Suyono. 2011. Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Waduk Cacaban dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurusan Budidaya Fakultas Perikanan . Tegal (ID) :Universitas Pancasakti.

Syafei L S. 2005. Penebaran ikan untuk pelestarian sumberdaya perikanan. J Ikhtiologi Indonesia 5 (2):69-75

UNESCO. 1992. Water quality assement. Chapman. London (GB): Chapman and Hall Ltd

Walmsley RD, Thornton JA. 1985. Evaluation of OECD type phosphorus eutrophication model for predicting the trophic status of Southern African man-made lakes. S. Afr. J.Sci. 80 :257-259

Wetzel RG. 2001. Limnology. Lake and River Ecosiytem 3 Ed. London (GB): Academic Press.

Yasa PRM. 2015. 111 000 Ha Lahan Kekeringan. Kompas. 31 Juli 2015. Jakarta. Yusuf R & Kurniawan T. 2011. Asessment efektivitas kelembagaan eksisting

(40)

LAMPIRAN

1. Perhitungan Daya Dukung KJA & Perikanan tangkap alami Daya Dukung KJA Ikan Nila

Parameter Satuan Rumus Perhitungan

(41)

29

Daya Dukung KJA ikan Gurame

Parameter Satuan Rumus Perhitungan

(42)

30

(43)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Banjarmasin pada tanggal 10 Juni 1988, merupakan putra kedua dari pasangan suami istri Bapak Sriyanto Agung Wiryono dan Ibu Enny Suyanti. Penulis menamatkan program sarjananya di jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Diponegoro (UNDIP) pada tahun 2011 dengan

judul penelitian “Tingt Kesuburan Perairan di Waduk Sempor dan Wadas

Lintang Kabupaten Kebumen Berdasarn Carlson’s Trophic State Index”. Penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012. Sebuah karya ilmiah yang merupakan bagian dari tesis Penulis telah diterbitkan pada Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia tahun 2014 dengan judul “Status Kesuburan dan Kualitas Air di Waduk Sempor Kabupaten Kebumen”. Penulis menyelesaikan

master dengan judul “Pengelolaan Waduk Bagi Pengembangan Perikanan

Gambar

Gambar 1. Diagram alir
Gambar 2. Lokasi penelitian Waduk Sempor, Kebumen
Tabel 4. Karakteristik  fisika, kimia dan biologi perairan Waduk Sempor bulan
Gambar 3. Rata- rata konsentrasi nutrien Waduk Sempor Januari-Maret 2014
+4

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam instrument sertifikasi dosen ada instrument deskripsi diri. Deskripsi diri ini ditulis oleh dosen yang disertifikasi, yang menjelaskan atau mendeskripsikan kegiatan,

Bangunan yang direncanakan akan dirancang menjadi satu massa bangunan yang besar pada bagian timur site, penempatan bangunan pada bagian timur site

khusus (specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%. Hal inilah yang terjadi di Desa Jenggik Kecamatan Terara Lombok Timur.

Oleh karena itu, ena itu, keripik bayam banyak menjadi pilihan keripik bayam banyak menjadi pilihan manusia untuk manusia untuk makanan ringan, dimana dari segi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga tanah yang terdapat di perkebunan Desa Pattallassang, Kecamatan Pattallasang, Kabupaten Gowa, Provinsi

Perwakilan perusahaan yang hadir adalah Direktur atau yang mewakili dengan membawa surat kuasa. Demikian

Penerapan pada studi kasus data Ekspor Indonesia dengan metode Wavelet Thresholding dan parameter Minimax threshold memberikan estimasi yang mulus dan nilai MSE