PEMANFAATAN FITOREMEDIATOR ECENG GONDOK
Eichornia crassipes
DALAM PRODUKSI IKAN NILA
Oreochromis
niloticus
UKURAN 5 CM
DESSY PRATIWI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Fitoremediator Eceng Gondok Eichornia crassipes dalam Produksi Ikan Nila
Oreochromis niloticus Ukuran 5 cm” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Dessy Pratiwi
ABSTRAK
DESSY PRATIWI. Pemanfaatan Fitoremediator Eceng Gondok Eichornia crassipes dalam Produksi Ikan Nila Oreochromis niloticus Ukuran 5 cm. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Peningkatan produksi benih ikan nila Oreochromis niloticus dapat dilakukan dengan penggunaan padat tebar tinggi pada pendederan ikan nila yang dapat mengakibatkan kualitas air menjadi buruk. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kualitas air yang buruk pada pendederan ikan nila adalah fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok Eichornia crassipes. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran eceng gondok terhadap kualitas air dan kinerja produksi benih ikan nila. Benih nila dipelihara selama 30 hari pada akuarium dengan kepadatan 3 ekor/liter, serta volume air yang digunakan sebanyak 30 liter dengan perlakuan pemberian eceng gondok sebanyak 45 g, 90 g, 135 g dan kontrol yang tanpa menggunakan tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan eceng gondok 135 gram memberikan hasil tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan konversi pakan yang paling baik, serta lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Kata kunci: fitoremediasi, eceng gondok Eichornia crassipes, benih nila
Oreochromis niloticus
ABSTRACT
DESSY PRATIWI. Utilization of Phytoremediator Eichornia crassipes Water Hyacinth in Production of Nile Tilapia Oreochromis niloticus size 5 cm. Supervised by KUKUH NIRMALA and DANIEL DJOKOSETIYANTO.
Production improvement of fry Nile tilapia Oreochromis niloticus can be perform by high stocking density in nursery but causes a decrease of water quality. One of the technology to solve the low water quality in nursery of fry Nile tilapia was phytoremediation using water hyacinth Eichornia crassipes. This study was conducted to analyze the effect of water hyacinth on water quality and productivity of fry Nile tilapia. Fry Nile tilapia was reared for 30 days in aquarium with stocking density of 3 fish/ liters in 30 liters of water with water hyacinth stocking density treatments of 45 g, 90 g, 135 g, and control was performed without the use of these plants. This result showed that the treatment of water hyacinth 135 gram gave the best result in survival rate, growth rate, feed conversion ratio and economically profitable than control.
Keywords: phytoremediation, water hyacinth Eichornia crassipes, fry Nile tilapia
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PEMANFAATAN FITOREMEDIATOR ECENG GONDOK Eichornia
crassipes DALAM PRODUKSI IKAN NILA Oreochromis niloticus UKURAN 5 CM
DESSY PRATIWI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Fitoremediator Eceng Gondok Eichornia crassipes dalam Produksi Ikan Nila Oreochromis niloticus
Ukuran 5 cm”. Adapun ucapan terima kasih, penulis tujukan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan mendukung pengerjaan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Widanarni, M.Si selaku dosen penguji tamu dan Bapak Dr. Alimuddin, S.Pi., M.Sc selaku komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan yang telah memberikan kritik dan saran.
3. Keluarga yang disayangi, Ibu Ika Juhartika, Bapak Daswan, Agung (adik) yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis.
4. Laboran dan staf Laboratorium Lingkungan (Bapak Jajang dan Kang Abe) yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas laboratorium.
5. Teman-teman seperjuangan BDP 48, kakak tingkat, dan adik tingkat yang sudah seperti keluarga di kampus.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
BAHAN DAN METODE ... 2
Prosedur ... 2
Parameter Uji dan Analisis Data ... 3
Prosedur Analisis Data ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6
Hasil ... 6
Pembahasan ... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ... 14
Kesimpulan ... 14
Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 14
LAMPIRAN ... 16
DAFTAR TABEL
1 Alat dan metode penelitian ... 3
2 Kinerja produksi ikan nila ... 6
3 Perhitungan ekonomi ... 11
DAFTAR GAMBAR
1 Panjang rata-rata ikan nila ... 62 Bobot rata-rata ikan nila ... 7
3 (a) Nilai DO air, (b) Nilai pH air dan (c) Nilai suhu air selama pemeliharaan ikan nila ... 7
4 Nilai rata-rata amonia selama pemeliharaan ikan nila ... 8
5 Nilai rata-rata nitrit selama pemeliharaan ikan nila... 8
6 Nilai rata-rata nitrat selama pemeliharaan ikan nila ... 9
7 Nilai rata-rata BOT selama pemeliharaan ikan nila ... 9
8 Nilai rata-rata kekeruhan selama pemeliharaan ikan nila ... 10
9 Nilai rata-rata fosfor selama pemeliharaan ikan nila ... 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Skema dan sistem aerasi dalam pemeliharaan benih ikan nila ... 162 Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup ... 16
3 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian bobot ... 17
4 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian spesifik bobot ... 17
5 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian panjang ... 17
6 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian spesifik panjang ... 18
7 Anova dan uji Duncan panjang mutlak ... 18
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nila Oreochromis niloticus termasuk salah satu komoditas unggulan budidaya air tawar di Indonesia. Keunggulan dalam pengembangan ikan nila yaitu ikan nila mudah dibudidayakan dalam berbagai ekosistem, cepat tumbuh dan ekonomis sebagai komoditas ekspor. Hal ini terlihat berdasarkan data FAO (2015), rata-rata peningkatan produksi ikan nila dari tahun 2007 hingga tahun 2012 sebesar 11,43 %. Peningkatan produksi ikan nila dapat dicapai dengan usaha budidaya intensif yang ditandai dengan padat tebar tinggi.
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap tebar (Effendi 2004). Menurut BSN (1999) umumnya pendederan ikan nila ukuran 3-5 cm menggunakan padat tebar 3 ekor/ 40 liter air yang dilakukan selama 30 hari. Namun, pengembangan industri akuakultur saat ini mengarah pada sistem budidaya intensif. Sistem budidaya intensif dapat dilakukan dengan peningkatan padat tebar yang tinggi serta diikuti dengan peningkatan jumlah pakan yang dapat menimbulkan limbah budidaya. Limbah buangan organik dapat disebabkan oleh sisa pakan yang tidak termakan, sisa metabolisme dan feses ikan yang apabila terakumulasi dapat menurunkan kualitas perairan. Salah satu upaya untuk mengurangi bahan pencemar yang masuk ke dalam air yaitu menggunakan tanaman air yang berfungsi menyerap senyawa kotoran dan senyawa berbahaya yang terdapat dalam wadah budidaya selama pemeliharaan yang dikenal sebagai proses fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan panggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, menstabilkan dan menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik. Keunggulan fitoremediasi dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah yang lain adalah prosesnya berlangsung secara alami, sehingga adanya hubungan yang sinergi antara tanaman, mikroorganisme dan lingkungan atau habitat hidup, serta tidak diperlukan teknologi tinggi (Purwaningsih 2009).
Beberapa jenis tanaman memiliki kemampuan untuk bertahan dari konsentrasi senyawa organik dan anorganik yang tinggi tanpa pengaruh sifat toksik, juga dapat mengubah dan mendegradasi senyawa organik atau senyawa anorganik yang bersifat toksik menjadi senyawa yang sifat toksiknya lebih rendah. Jenis tanaman air yang telah diuji sebagai tanaman fitoremediasi limbah rumah tangga di antaranya, kayu apu Pistia stratiotes, teratai Nymphaea firecrest, kiambang Spirodella polyrrhiza, dan hidrilla Hydrilla verticillata. Beberapa penelitian yang menggunakan tanaman air untuk memperbaiki kualitas air yaitu penggunaan tanaman Cyperus alternifolius dan Sadittaria sp. untuk memperbaiki kualitas air Danau Ebony, Jakarta Utara (Herdianti 2014); ); tanaman kayu apu
Pistia stratiotes pada pendederan ikan gurami (Wardani 2014); dan pemanfaatan
Ceratophyllum demersum L. sebagai fitoremediator di media budidaya ikan gurami (Agustian 2013).
2
gondong dapat menyerap senyawa nitrogen dan fosfor dari air yang tercemar. Haitami (2004) menjelaskan bahwa penggunaan eceng gondok pada ¼ , ½ dan ¾ bagian kolam pendederan ikan gurami dapat menjaga kualitas air dengan menyerap polutan atau racun, dapat melindungi larva ikan dari cahaya matahari, serta sebagai tempat persembunyian anak ikan dari predator. Selain itu, menurut Ning (2014) menggunakan eceng gondok sebagai fitoremediator pada pendederan ikan gurami ukuran 3 cm. Hasil-hasil penelitian di atas mendorong untuk dilakukannya penelitian penambahan eceng gondok sebagai fitoremediator dalam wadah terkontrol untuk meningkatkan kualitas perairan dan kinerja produksi benih ikan nila.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja produksi benih ikan nila yang dibudidayakan dengan pemberian fitoremediator eceng gondok dengan biomassa yang berbeda.
BAHAN DAN METODE
Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) yaitu terdiri atas 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan untuk masing-masing perlakuan dan kontrol. Perlakuan yang digunakan yaitu perbedaan kepadatan tanaman eceng gondok dengan volume air 30 liter. Perlakuan terdiri dari:
Kontrol : Tanpa eceng gondok.
Perlakuan A : Penambahan eceng gondok 45 g bobot basah. Perlakuan B : Penambahan eceng gondok 90 g bobot basah. Perlakuan C : Penambahan eceng gondok135 g bobot basah.
Prosedur
Persiapan wadah
Persiapan wadah dilakukan dengan mencuci akuarium yang berukuran (48 × 32 × 30) cm sebanyak 12 buah dengan volume air 30 liter, dan akuarium stok berukuran (90 × 40 × 40) cm sebanyak 1 buah dan 1 buah tandon air dengan volume 1000 liter. Seluruh peralatan dicuci bersih dan disterilisasi menggunakan PK (Kalium Permanganat), lalu diamkan selama 1 hari. Selanjutnya, akuarium dibilas hingga bersih. Akuarium yang telah bersih kemudian diisi air dengan volume 30 liter dan ditata berdasarkan perlakuan.
Persiapan hewan uji
3
air eceng gondok dengan tinggi 16 cm dari pangkal akar utama yang diperoleh dari kolam Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pemeliharaan ikan dan tanaman
Pemeliharaan ikan nila berlangsung selama 30 hari. Setiap akuarium dilengkapi dengan lampu neon 18 watt dengan intensitas cahaya 160 lux (Lampiran 1). Lampu dinyalakan setiap 6 jam/ hari sebagai sumber cahaya. Akuarium disifon setiap hari dan pergantian air dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 50% dari volume awal. Pergantian tanaman eceng gondok setiap dua minggu sekali masing-masing sebanyak jumlah perlakuan. Hal ini dilakukan agar proses fitoremediasi tanaman eceng gondok dapat berjalan dengan baik. Selama pemeliharaan, ikan nila diberi pakan berupa pelet komersial. Pemberian pakan berdasarkan feeding rate 3% dari biomassa ikan nila setiap akuarium. Pemberian pakan dilakukan setiap tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Sampling
Kegiatan sampling panjang dan bobot dilakukan setiap dua minggu sekali untuk mengetahui pertumbuhan dari ikan nila. Jumlah ikan nila yang disampling sebanyak 30 ekor/ akuarium.
Pengelolaan kualitas air
Air tawar yang digunakan berasal dari tandon penampungan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara pergantian air sebanyak 50% dari volume awal setiap satu minggu sekali. Pengukuran kualitas air seperti pH air, suhu air dan oksigen terlarut diukur setiap satu minggu sekali secara in-situ. Pengukuran kualitas air TAN (total amonia nitrogen), nitrit, nitrat, kekeruhan, BOT (bahan organik total) dan fosfor dilakukan setiap satu minggu sekali secara ex-situ.
Parameter Uji dan Analisis Data
Kualitas air
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan mulai dari awal hingga akhir penelitian. Pengukuran pH air, suhu air, oksigen terlarut, TAN, nitrit, nitrat, fosfor, kekeruhan dan BOT diukur setiap satu minggu sekali. Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas air selama pemeliharaan terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan metode yang dilakukan selama penelitian Parameter Satuan Metode/Alat
pH - pH-meter
Suhu ˚C Termometer/ DO-meter
Oksigen terlarut mg/l DO-meter
TAN mg/l Spektrofotometer
Nitrit mg/l Spektrofotometer
Nitrat mg/l Spektrofotometer
BOT mg/l Titrasi
Kekeruhan NTU Turbidimeter
4
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (KH) merupakan persentase jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal tebar. Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
KH = Kelangsungan hidup(%)
No = Jumlah ikan hidup pada awal pemeliharaan (ekor) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian (LPH) adalah selisih antara bobot rata-rata akhir (Wt) dan bobot rata-rata awal (Wo) dibagi dengan waktu pemeliharaan. Berikut rumus Laju pertumbuhan bobot harian.
Keterangan:
LPH= Laju pertumbuhan bobot harian (g/hari) Wt = Bobot rata-rata akhir pemeliharaan (gram) Wo = Bobot rata-rata awal pemeliharaan (gram) t = Waktu pemeliharaan (hari)
Laju Pertumbuhan Spesifik
Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. Laju pertumbuhan spesifik harian (LPS) merupakan laju pertumbuhan bobot individu dalam persen dihitung dengan menggunakan rumus:
LPS [√
]
Keterangan:
LPS= Laju pertumbuhan bobot harian spesifik (%) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t = Lama pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Panjang total tubuh ikan nila diukur menggunakan penggaris setiap satu minggu sekali sebanyak 30 ekor/ akuarium. Pengukuran panjang total diukur mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor ikan nila. Pengukuran panjang mutlak mengunakan rumus:
Keterangan :
PM = Panjang mutlak (cm)
5
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan dengan pertambahan bobot ikan hingga akhir pemeliharaan. Perhitungan KP menggunkan rumus:
Keterangan: KP = Konversi pakan
F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) Bt = Biomassa ikan akhir pemeliharaan (gram) Bd = Biomassa ikan mati (gram)
Bo = Biomassa ikan awal pemeliharaan (gram)
Keuntungan Ekonomi
Perhitungan biaya keuntungan pendederan ikan nila yang diasumsi yang terdiri dari 1 siklus pendederan dengan jumlah akuarium sebanyak 1.000 buah. Setiap akuarium berisi 90 ekor benih berukuran 5 cm dengan harga Rp. 150,- dan harga jual saat panen Rp. 250,-. Perhitungan keuntungan ekonomi yang didapatkan dari hasil pengurangan total penerimaan dengan biaya pengeluaran. Berikut ini merupakan rumus keuntungan:
Kemudian dilakukan juga perhitungan R/C yang menunjukan besarnya perbandingan antara penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan, dihitung dengan menggunakan rumus:
Prosedur Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil produksi benih ikan nila selama 30 pemeliharaan pada perlakuan penambahan eceng gondok 0 gram, 45 gram, 90 gram, dan 135 gram dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 2, diketahui bahwa laju laju pertumbuhan bobot dan laju pertumbuhan spesifik bobot menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (p>0,05) antar perlakuan pada selang kepercayaan 95% uji sidik ragam. Tingkat kelangsungan hidup, panjang mutlak dan konversi pakan menunjukkan hasil perbedaan nyata antar perlakuan (p<0,05) pada selang kepercayaan 95% uji sidik ragam.
Tabel 2 Kinerja produksi ikan nila selama pemeliharaan
Parameter Perlakuan (penambahan eceng gondok /gram)
0 45 90 135 pada taraf uji 5% (uji selang Duncan).
Grafik panjang rata-rata ikan nila (Gambar 1) menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan. Panjang rata-rata ikan nila pada perlakuan pemberian eceng gondok 0 gram, 45 gram, 90 gram, dan 135 gram mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan kontrol. Peningkatan tertinggi diperoleh pada perlakuan 135 gram eceng gondok dengan penambahan panjang 1,21 cm dan terendah pada perlakuan kontrol dengan pertambahan panjang 0,99 cm.
Gambar 1 Panjang rata-rata ikan nila
Parameter bobot rata-rata ikan nila pada Gambar 2, menunjukkan peningkatan hingga akhir pemeliharaan. Peningkatan bobot rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan 135 gram eceng gondok dengan penambahan bobot 2,06
7
gram dan terendah pada perlakuan 0 gram dan 45 gram eceng gondok dengan penambahan bobot 1,90 gram.
Gambar 2 Bobot rata-rata ikan nila Kualitas air
Berdasarkan Gambar 3, menunjukkan kisaran nilai kualitas air oksigen terlarut pada perlakuan 0 gram, 45 gram, 90 gram, dan 135 gram eceng gondok adalah 4,5-6,9 mg/l. Nilai pH air dan suhu air pada semua perlakuan berkisar 7,2-7,7 dan 26,5-27,57 °C. Nilai pH air antar perlakuan cenderung menurun hingga akhir pemeliharaan.
(a) (b)
(c)
8
Nilai amonia air selama penelitian
Kadar amonia dalam air selama pemeliharaan ikan nila dapat dilihat pada Gambar 4. Kadar amonia dalam air pada pemeliharaan ikan nila yang dipelihara selama 30 hari didapatkan nilai amonia tertinggi sebesar 0,044 mg/l pada perlakuan eceng gondok 45 gram pada minggu ke-2. Kadar amonia terendah pada perlakuan eceng gondok 135 gram pada minggu ke-4 sebesar 0,007 mg/l.
Gambar 4 Nilai rata-rata amonia selama pemeliharaan ikan nila Nilai nitrit selama penelitian
Konsentrasi nitrit pada wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Konsentrasi nitrit pada wadah pemeliharaan ikan nila yang dipelihara selama 30 hari didapatkan nilai nitrit tertinggi sebesar 1,342 mg/l pada perlakuan eceng gondok 0 gram pada minggu ke-3. Konsentrasi nitrit terendah pada perlakuan eceng gondok 135 gram pada minggu ke-4 sebesar 0,460 mg/l.
9
Nilai nitrat selama penelitian
Konsentrasi nitrit pada wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Konsentrasi nitrat pada wadah pemeliharaan ikan nila yang dipelihara selama 30 hari didapatkan nilai nitrat tertinggi sebesar 1,298 mg/l pada perlakuan eceng gondok 0 gram pada minggu ke- 3. Konsentrasi nitrat terendah pada perlakuan eceng gondok 135 gram pada minggu ke- 3 sebesar 0,850 mg/l.
Gambar 6 Nilai rata-rata nitrat selama pemeliharaan ikan nila Nilai bahan organik total selama penelitian
Kadar bahan organik total (BOT) pada wadah pemeliharaan ikan nila selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. Kadar BOT berangsur meningkat dari minggu ke-0 hingga minggu ke-1 kemudian menurun pada minggu ke-2. Nilai BOT tertinggi sebesar 67,413 mg/l pada perlakuan eceng gondok 0 gram pada minggu ke- 1. Nilai BOT terendah pada perlakuan eceng gondok 135 gram pada minggu ke- 4 sebesar 33,165 mg/l
10
Nilai kekeruhan selama penelitian
Rata-rata nilai kekeruhan tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. Nilai kekeruhan pada wadah pemeliharaan ikan nila yang dipelihara selama 30 hari didapatkan nilai tertinggi sebesar 24,4 NTU pada perlakuan eceng gondok 0 gram pada minggu ke- 4. Nilai kekeruhan terendah pada perlakuan eceng gondok 90 gram pada minggu ke- 1 sebesar 13,5 NTU.
Gambar 8 Nilai rata-rata kekeruhan selama pemeliharaan ikan nila Nilai fosfor selama penelitian
Rata-rata nilai fosfor tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 9. Konsentrasi fosfor dalam air pada pemeliharaan ikan nila yang dipelihara selama 30 hari didapatkan nilai tertinggi sebesar 0,954 mg/l pada perlakuan eceng gondok 0 gram pada minggu ke- 4. Konsentrasi fosfor terendah pada perlakuan eceng gondok 135 gram pada minggu ke- 4 sebesar 0,308 mg/l.
11
Keuntungan Ekonomi
Berdasarkan Tabel 3, penerimaan tertinggi terdapat pada perlakuan eceng gondok 135 gram sebesar Rp. 19.833.333,- dengan keuntungan Rp. 1.866.549,- dan didapatkan R/C sebesar 1,10. Perlakuan kontrol mengalami kerugian dengan penerimaan terendah yaitu Rp. 13.500.000,- dan nilai R/C sebesar 0,76.
Tabel 3 Perhitungan ekonomi budidaya ikan nila dengan perlakuan eceng gondok 0 g, 45 g, 90 g dan 135 g.
Jumlah ikan akhir (ekor) 54.000 76.333 79.000 79.333
Biaya pakan (Rp.) 4.220.899 4.634.683 4.780.474 4.466.784
Harga jual (Rp.) 250 250 250 250
Penerimaan (Rp.) 13.500.000 19.083.333 19.750.000 19.833.333
Pengeluaran (Rp.) 13.500.000 13.500.000 13.500.000 13.500.000
Keuntungan (Rp.) -4220.899 948.650 1.469.526 1.866.549
Rasio R/C 0,76 1,05 1,08 1,10
Pembahasan
Akuakultur merupakan sistem produksi yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan. Menurut Effendi (2004) tujuan akuakultur adalah memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan. Adapun tujuan umum akuakultur adalah memenuhi kebutuhan manusia dalam hal pangan maupun bukan pangan.
Pemeliharaan ikan nila yang dilakukan selama 30 hari didapatkan nilai kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan eceng gondok 135 gram sebesar 88,15% sedangkan nilai tingkat kelangsungan hidup terendah yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 60%. Hal ini menunjukkan pemberian eceng gondok berpengaruh besar dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila. Menurut BSN (1999) umumnya pemeliharaan ikan nila ukuran 3-5 cm dalam kolam menggunakan padat tebar 3 ekor/ 40 liter air dengan kelangsungan hidup sekitar 75%. Perbedaan perlakuan pemberian tanaman eceng gondok memberi pengaruh nyata terhadap nilai kelangsungan hidup ikan nila. Nilai kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol lebih rendah karena kualitas perairan seperti amonia, nitrit dan kekeruhan yang tinggi sehingga banyak terjadi kematian ikan. Adapun pada perlakuan eceng gondok 45 gram, 90 gram dan 135 gram jumlah kematian lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol.
12
makan dan dapat mencerna pakan dengan baik. Pakan yang diberikan pada benih ikan nila adalah pakan komersil dengan kandungan protein 37-38%. Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan dengan pertambahan bobot ikan hingga akhir pemeliharaan. Semakin besar nilai konversi pakan maka semakin besar pula jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kontrol memberikan nilai konversi pakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini dapat diduga karena tidak adanya penyerapan bahan-bahan toksik dan nutrien terlarut, sehingga pada perlakuan kontrol di mana tanpa pemberian eceng gondok lebih rentan untuk mengalami stres.
Kualitas air merupakan parameter penting untuk menunjang kehidupan ikan nila selama pemeliharaan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air selama pemeliharaan berkisar antara 4,5-6,9 mg/l. Menurut Effendi (2003), ikan dapat bertahan hidup dengan kondisi kandungan oksigen terlarut sebesar 1-5 mg/l. Nilai oksigen terlarut pada perlakuan pemberian eceng gondok 135 gram lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Suhu pada wadah pemeliharaan ikan nila cenderung stabil yaitu, berkisar antara 26,5-27,57 °C. Menurut Handayani et al. (2013) standar baku suhu air budidaya ikan nila berkisar antara 25-30 °C, sehingga hasil penelitian masih dalam kisaran normal. Nilai suhu yang relatif sama dikarenakan pada setiap perlakuan diberikan sumber cahaya dengan intensitas pemaparan yang sama. Nilai pH air pemeliharaan benih nila pada penelitian berkisar antara 7,2-7,7. Menurut Handayani et al. (2013) standar baku nilai pH air berkisar antara 6,5-8,5.
Kadar amonia dalam media pada masing-masing perlakuan pada minggu ke-4 pemeliharaan berkisar 0,007-0,038 mg/l. Kadar amonia meningkat pada minggu ke-1 pemeliharaan. Hal ini dikarenakan tanaman eceng gondok belum dapat memanfaatkan langsung amonia nitrogen yang berasal dari sisa metabolisme ikan nila dan sisa pakan yang terakumulasi di dalam air. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kematian pada ikan nila saat pemeliharaan. Menurut EPA (2013), amonia dan senyawa amonia lainnya dihasilkan oleh dekomposisi bahan organik, tanaman mati, hewan mati, dan hasil ekskresi ikan. Namun pada minggu ke-4, kadar amonia cenderung mengalami penurunan. Penurunan kadar amonia tersebut diduga karena eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya digunakan oleh bakteri nitrifikasi sebagai tempat bermukim dan melakukan pertumbuhan (Tosepu 2012). Kadar amonia yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik perairan tawar adalah tidak lebih dari 0,02 mg/l (Effendi 2003).
Konsentrasi nitrit yang tersisa di media pemeliharaan berkisar antara 0,460-1,342 mg/l. Kadar nitrit di perairan umumnya tidak lebih dari 1 mg/l (Joseph et al.
1993). Sumber nitrit di perairan adalah amonia, namun dalam hal ini amonia yang berikatan dengan air bereaksi menjadi amonium dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan sebagai pupuk.
13
selama penelitian masih berada dalam kisaran normal sehingga masih aman untuk kehidupan ikan nila.
Kadar bahan organik total pada perlakuan eceng gondok 45 gram, 90 gram dan 135 gram cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yaitu berkisar antara 33,165-44,24 mg/l, sedangkan kadar bahan organik total pada perlakuan kontrol yaitu 55,607-62,779 mg/l. Nilai tersebut menandakan bahwa banyaknya bahan organik yang terkumpul dalam wadah pemeliharaan sehingga terlihat banyaknya endapan didasar akuarium dan air keruh. Dekomposisi bahan organik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu susunan residu, suhu, pH, ketersediaan hara dan oksigen terlarut (Suwoyo 2011). Tingginya nilai bahan organik total dapat memberikan dampak pada penurunan konsentrasi oksigen terlarut karena berpotensi memunculkan kompetisi pemanfaatan oksigen antar organisme yang hidup dalam perairan. Namun berdasarkan data yang diperoleh, kadar oksigen terlarut pada air berada pada kisaran nilai optimum. Hal ini menunjukan dengan penambahan tanaman air ke dalam media akan meningkatkan nilai oksigen terlarut karena sumber utama oksigen terlarut berasal dari proses fotosintesis tanaman dan udara yang masuk kedalam air. Adapun nilai kekeruhan yang terukur di dalam media kontrol berkisar 6,6-24,4 NTU. Nilai tersebut cendurung meningkat hingga akhir pemeliharaan. Peningkatan ini diduga adanya bahan organik yang terkumpul dalam wadah pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk kedalam air. Menurut Lloyd (1985) kekeruhan untuk budidaya sebaiknya tidak lebih dari 25 NTU.
Konsentrasi fosfat yang tersisa dalam media adalah 0,308-0,954 mg/l. Konsentrasi fosfat mengalami penurunan di akhir pemeliharaan karena fosfor dimanfaatkan oleh tanaman eceng gondok sebagai salah satu nutrien untuk tumbuh. Fosfor dapat berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah (Purwaningsih 2009). Stephany et al.(2013) menyebutkan bahwa pemberian eceng gondok sebanyak 135 gram dalam air dengan limbah laundry mampu menurunkan konsentrasi fosfat sebesar <0,01 mg/L dalam waktu 5 hari. Kadar fosfat di perairan alami menurut UNESCO (1992) berkisar antara 0,005-0,02 mg/l dan masih berada dalam batas toleransi bagi ikan nila.
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemeliharaan benih ikan nila menggunakan eceng gondok dengan bobot 135 g memberikan hasil yang lebih baik pada nilai kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, laju pertubuhan spesifik dan konversi pakan dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, perlakuan eceng gondok 135 g memberikan keuntungan mencapai Rp. 1.866.549,-. Kualitas air pada perlakuan eceng gondok lebih baik dibandingkan dengan kualitas air pada perlakuan kontrol.
Saran
Pengujian lebih lanjut mengenai fitoremediasi eceng gondok pada pendederan ikan nila ukuran 5 cm yaitu tanpa pergantian air selama pemeliharaan untuk mengetahui kemampuan tanaman menyerap limbah organik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian I. 2013. Pemanfaatan Ceratophyllum demersum L. sebagai fitoremediator di media budidaya ikan gurami Osphronemus goramy Lac. dalam wadah terkontrol. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1999. Produksi benih ikan nila hitam
Oreochromis niloticus Bleeker kelas benih sebar. 01-6141-1999. 7 hal.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. ISBN 978-979-21-0613-8. Jogjakarta (ID): Kanisius. Hlm 11-155.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 188 hlm. EPA (United States Environmental Protection Agency). 2013. Aquatic Life
Ambient Water Quality Criteria for Ammonia- Freshwater. United States Environmental Protection Agency, USA. 822-R-13-001.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2015. Yearbook of fishery statistics summary tables, world aquaculture production by species groups. [internet].
[diunduh 2015 Juni 8]. Tersedia pada :
ftp://ftp.fao.org/FI/STAT/summary/default.htm.pdf.
Haitami A. 2004. Pemanfaatan tanaman untuk mengendalikan perairan. Warta Konservasi. Artikel Komunikasi. 4:4-8.
Handayani DI, Prihartono RE, Afiati T, Hutasoit RD, Raharjo P, Hastuti S, Amirudin, Junaedi D, Sudiana. 2013. Pemantauan pembenihan ikan air tawar.
Jurnal Budidaya Air Tawar. 9(2):61-77.
Herdianti L. 2014. Cyperus alternifolius dan Sagittaria sp. sebagai fitoremediator dalam memperbaiki kualitas air Danau Ebony, Jakarta Utara. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Joseph K, Richard W, Daniel E. 1993. An introduction to water chemistry in freshwater aquacuture. Dartmouth (US): University of Massachusetts. hlm 4. Lloyd DS. 1985. Turbidity in freshwater habitats of Alaska. Alaska Departement
15
Ning AH. 2014. Peranan eceng gondok Eichornia crassipes sebagai fitoremediator di media budidaya ikan gurami Ospheronemus gouramy Lac. ukuran 3 cm dalam wadah terkontrol. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwaningsih IS. 2009. Pengaruh penambahan nutrisi terhadap efektifitas fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok Eichornia crassipes
terhadap limbah orto-klorofenol. Jurnal Rekayasa Proses. 3(1) : 5-6.
Stephany CN, Sutisna M, Pharmawati K. 2013. Fitoremediasi phospat dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok Eichornia crassipes pada limbah cair industri kecil pencucian pakaian (laundry). Institut Teknologi Nasional. 1(1). Suwoyo HS. 2011. Kajian kualitas air pada budidaya kerapu macan Epinephelus
fuscoguttatus sistem tumpang sari di areal mangrove. Berkala Perikanan Terubuk. 39(2): 25-40.
Tatangindatu F, Kalesaran O, Rompas R. Studi parameter fisika kimia air pada areal budidaya ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa.
Budidaya Perairan. 1(2) : 8-19.
Tosepu R. 2012. Laju penurunan logam berat plumbum (Pb) dan cadmium (Cd) oleh Eichornia crassipes dan Cyperus papyrus. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 19(1):37-45.
UNESCO. 1992. Water Quality Assesment. Edited by Chapman, D. Chapman and Hall Ltd. London (GB): hlm 92-97.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema sistem aerasi dalam pemeliharaan benih ikan nila
Lampiran 2 Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P
Antar kelompok 1650.035 3 550.012 167.071 .000
Dalam kelompok 26.337 8 3.292
Total 1676.372 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1 2
0 gram 3 60.0000
45 gram 3 84.8167
90 gram 3 87.7800
135 gram 3 88.1500
17
Lampiran 3 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian bobot
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P
Antar kelompok .000 3 .000 1.730 .238
Dalam kelompok .000 8 .000
Total .000 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1
45 gram 3 .0679
0 gram 3 .0679
90 gram 3 .0696
135 gram 3 .0734
Sig. .100
Lampiran 4 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian spesifik bobot
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P
Antar kelompok .042 3 .014 1.360 .323
Dalam kelompok .082 8 .010
Total .124 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1
45 gram 3 2.3133
0 gram 3 2.3300
90 gram 3 2.3433
135 gram 3 2.4633
Sig. .127
Lampiran 5 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian panjang
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P
Antar kelompok .000 3 .000 10.699 .004
Dalam kelompok .000 8 .000
18
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1 2 3
135 gram 3 .0083
90 gram 3 .0146
45 gram 3 .0168 .0168
0 gram 3 .0205
Sig. 1.000 .340 .138
Lampiran 6 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian spesifik panjang
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P.
Antar kelompok .029 3 .010 6.157 .018
Dalam kelompok .013 8 .002
Total .042 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1 2
0 gram 3 .6467
45 gram 3 .7067 .7067
90 gram 3 .7433
135 gram 3 .7800
Sig. .101 .062
Lampiran 7 Anova dan uji Duncan panjang mutlak
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P.
Antar grup .083 3 .028 7.165 .012
Dalam grup .031 8 .004
Total .114 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1 2
0 gram 3 .9900
45 gram 3 1.0967 1.0967
90 gram 3 1.1533
135 gram 3 1.2167
19
Lampiran 8 Anova dan uji Duncan konversi pakan
Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Rataan kuadrat Nilai F Nilai P
Antar kelompok .208 3 .069 2.959 .098
Dalam kelompok .187 8 .023
Total .395 11
Perlakuan N
Untuk alpha = 0.05
1 2
135 gram 3 1.1167
90 gram 3 1.2700 1.2700
45 gram 3 1.3033 1.3033
0 gram 3 1.4867
Sig. .190 .135
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tasikmalaya pada tanggal 8 Mei 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari seorang ibu bernama Ika Juhartika dan ayah bernama Daswan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Banjar pada tahun 2005, lulus dari SMP Negeri 1 Banjar pada tahun 2008, dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Banjar pada tahun yang sama saat penulis diterima di Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2011.
Selama menjalani proses perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Manajemen Kualitas Air tahun 2014, dan asisten praktikum mata kuliah Fisika-Kimia Perairan pada tahun 2015. Penulis juga aktif sebagai anggota divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia pada Himpunan Mahasiswa Akuakultur masa jabatan 2013-2014. Penulis melakukan praktik lapang akuakulur di Balai Budidaya Laut (BBL) Batam, Kepulauan Riau pada tahun 2014 dengan komoditas ikan kakap putih. Penulis juga melakukan praktik magang di Balai Benih Ikan (BBI) Banjar pada tahun 2013 dengan komoditas ikan gurami.
Penulis menyelesaikan tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 dengan judul “Pemanfaatan Fitoremediator Eceng Gondok Eichornia crassipes