• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan ikan nila BEST Oreochromis niloticus hasil seleksi di karamba jaring apung Danau Lido, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan ikan nila BEST Oreochromis niloticus hasil seleksi di karamba jaring apung Danau Lido, Bogor"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAGAAN IKAN NILA BEST

Oreochromis niloticus

HASIL SELEKSI DI KARAMBA JARING APUNG

DANAU LIDO, BOGOR

PURWANTO

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

KERAGAAN IKAN NILA BEST Oreochromis niloticus HASIL SELEKSI DI KARAMBA JARING APUNG DANAU LIDO, BOGOR

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

(3)

3

KERAGAAN IKAN NILA BEST

Oreochromis niloticus

HASIL SELEKSI DI KARAMBA JARING APUNG

DANAU LIDO, BOGOR

PURWANTO

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

4 Judul : Keragaan Ikan Nila BEST Oreochromis niloticus Hasil Seleksi

di Karamba Jaring Apung Danau Lido, Bogor.

Nama : Purwanto

NRP : C14063499

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. NIP 19591222 198601 1 001

Dr. Ir. Rudhy Gustiano, M.Sc. NIP 19610803 198903 1 006

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. NIP 19591222 198601 1 001

(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2010 di Karamba Jaring Apung, Danau Lido, Bogor dengan didanai oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Judul penelitian ini adalah Keragaan Ikan Nila BEST Oreochromis niloticus Hasil Seleksi di Karamba Jaring Apung Danau Lido, Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Odang Carman dan Bapak Dr. Rudhy Gustiano, selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukannya untuk menyelesaikan skripsi ini, Kepala Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan, Bapak Ir. Otong Zenal Arifin, M.Si, M. H. Fariduddin

Ath‟thar, S.Pi atas bimbingan lapangnya, Bapak Apandi dan saudara Ayudi yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian selama di Danau Lido, Ibu Dr. Dinamella Wahjuningrum selaku dosen pembimbing akademik. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Budidaya Perairan atas seluruh bimbingan dan bantuannya. Kepada kedua orang tua dan keluarga atas do‟a, kepercayaan dan semangat yang selalu diberikan. Dan seluruh rekan-rekan BDP khususnya angkatan 43 atas kebersamaan dan dukungannya. Serta kepada rekan saya, Agung dan Prana atas bantuannya selama penelitian.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan berkontribusi dalam memajukan perikanan Indonesia.

Bogor, Januari 2011

(6)

6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Purwanto. Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Februari 1987 di Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah dari ayah Alex Supriyadi dan dari ibu Painah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis merupakan salah satu siswa lulusan dari SMU Negeri 1 Puri Mojokerto pada tahun 2006 yang diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun kedua, penulis diterima di mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjalankan perkuliahan, penulis pernah magang di PT. Central Pertiwi Bahari Rembang (PT. CPB Rembang) yang bergerak di bidang hatchery udang vanamei dan di perusahaan pembesaran udang vanamei Banyuwangi. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Genetik semester genap 2009/2010 dan asisten mata kuliah Industri Perbenihan Organisme Akuatik semester ganjil 2010/2011. Selain itu, penulis juga menjadi ketua angkatan

BDP‟43 dan aktif menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM FPIK) periode tahun 2007-2008 (Staff Departemen PBOS) dan tahun 2008-2009 (Wakil Ketua BEM FPIK) dan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Himasurya Plus IPB. Penulis tercatat sebagai mahasiswa penerima beasiswa BBM pada tahun 2010. Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis mahasiswa. Karya yang pernah dibuat adalah Pemanfaatan Drum Bekas sebagai Pengganti Kolam Tanah untuk Produksi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.), Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu Sebagai Bahan Pelengkap Pembuatan Pakan Ikan Lele dan Pembenihan Udang Vaname Litopenaeus vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari, Rembang. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul

“Keragaan Ikan Nila BEST Oreochromis niloticus Hasil Seleksi di Karamba

(7)

7

ABSTRAK

PURWANTO. Keragaan ikan nila BEST Oreochromis niloticus hasil seleksi di karamba jaring apung Danau Lido, Bogor. Dibimbing oleh Odang Carman dan Rudhy Gustiano.

Ikan nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) merupakan strain baru yang dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia). Pengujian terhadap ikan nila BEST telah dilakukan secara multi lokasi. Salah satunya di Danau Lido dengan sistem karamba jaring apung untuk melihat pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan pertumbuhan beberapa famili ikan nila BEST sebagai parameter seleksi dalam perbaikan mutu genetik ikan nila BEST spesifik karamba jaring apung. Penelitian ini dilakukan pada 9 famili benih ikan nila BEST berumur 27 hari yang dipelihara dalam hapa ukuran 2 m x 2 m x 1 m dengan ukuran mata jaring 1 mm2 di karamba jaring apung Danau Lido. Benih dipelihara selama 60 hari dengan pemberian pakan sebanyak 10% dari biomassa. Setiap famili dipelihara dalam satu waring dengan ukuran 2m x 2m x 1m dengan mata jaring 20 mm2 dengan padat tebar 60 ekor/m3 dan dilakukan pengamatan terhadap bobot, panjang dan sintasan (SR) setiap 10 hari dengan mengambil 50 ekor setiap famili. Berdasarkan pengamatan, famili 8 menunjukkan persentase laju pertumbuhan harian tertinggi. Famili 9 menunjukkan nilai pertambahan bobot rata-rata harian dan pertambahan panjang dan bobot mutlak tertinggi. Populasi pada famili 7 relatif lebih beragam. Sintasan dan biomassa tertinggi ditunjukkan famili 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi ikan pada famili 3 memiliki tingkat produktivitas paling tinggi. Nilai heritabilitas nyata yang diperoleh sebesar 0.009. Penelitian ini mengusulkan populasi ikan pada famili 3 dapat digunakan sebagai salah satu calon induk untuk program seleksi selanjutnya.

(8)

8

ABSTRACT

PURWANTO. Performance of nila BEST Oreochromis niloticus selected in Lido Lake, Bogor. Supervised by Odang Carman and Rudhy Gustiano.

The strain BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) is a new strain of tilapia developed from the sixth generation of GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia). Genetic environmental test of BEST has been done in various environment, one of them is in Lido lake. The objective of this research is to evaluate some commercial parameters (growth, SR, etc.) 9 families of BEST in experimental floating net cages. This research was conducted using 27 days-old fry, feeding with 10% of biomass daily for 60 days. Every family reared in floating net cage with density of 60 fish/m3. Observation data of weight, length and survival rate (SR) were collected every 10 days by sampling 50 fish from each family. The result showed that, the family 9 gave the highest growth rate. The family 9 had the highest daily growth rate, both in term of weight and length. Family 7 has varied in parameter observed value. The family 3 provided the highest SR and biomass. The results of this research shown that the population of family 3 had the highest production level. The study is also showed that the real heritability value is 0.009. This study recommend that the family 3 could be use as the candidate in the further selective breeding program.

(9)
(10)

ii

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

4.1 Kesimpulan ... 26

4.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(11)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Karakteristik bobot dan panjang induk jantan dan betina ... 8

2. Data pemijahan betina nila BEST ... 10

3. Metode pengukuran kualitas air danau ... 12

4. Pertumbuhan panjang dan bobot mutlak antar famili ... 18

(12)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan nila BEST Oreochromis niloticus ... 4

2. Bagan rancangan perkawinan nila BEST ... 5

3. Hapa pemijahan dan pemeliharaan larva ... 6

4. Waring pemeliharaan benih ... 6

5. Induk nila BEST betina ... 7

6. Induk nila BEST jantan ... 7

7. Induk betina dan jantan matang gonad ... 7

8. Jenis dan analisa kandungan pakan ... 9

9. Ciri betina yang telah mengerami telur ... 10

10. Kurva pertambahan bobot ... 15

11. Pertumbuhan bobot rata-rata tiap hari (GR) ... 16

12. Kurva pertambahan panjang ... 16

13. Laju pertumbuhan spesifik ... 17

14. Biomassa antar famili ... 18

(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta lokasi danau Lido dan karamba jaring apung ... 30

2. Skema aplikasi seleksi pada pembentukan ikan nila BEST ... 31

3. Metode seleksi famili ... 32

4. Skema realized heritability ... 33

5. Hubungan kekerabatan dalam famili ... 34

(14)

1

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan, lebih dari 80% wilayahnya merupakan perairan, baik perairan laut maupun perairan tawar. Berdasarkan Statistika Kelautan dan Perikanan (2009), luas laut Indonesia sebesar 5,8 juta km2 sedangkan luas daratan hanya 1,9 juta km2. Tidak salah jika Kementerian Kelautan dan Perikanan mencanangkan Indonesia sebagai produsen penghasil produk perikanan dan kelautan terbesar di tahun 2015 dengan target peningkatan produksi nasional dalam perikanan budidaya sebesar 353%. Secara teoritis, upaya peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama yaitu; 1) perluasan lahan dan 2) peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas perikanan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu memperbaiki genetik (multi genetik) dan perbaikan lingkungan, seperti teknik pengelolaan lingkungan, komposisi pakan.

(15)

2 Salah satu varietas yang mempunyai toleransi luas terhadap kondisi pemeliharaan KJA yang fluktuatif adalah ikan nila Oreochromis niloticus. Selain itu, ikan nila juga menjadi komoditas unggulan untuk mencapai target peningkatan produksi perikanan budidaya nasional. Sebagai gambaran, proyeksi kebutuhan akan benih ikan maupun udang tahun 2009-2014, komoditas nila berada dalam urutan ke-3 setelah udang dan catfish yaitu sebesar 5.401.000 benih. Berdasarkan Statistika Kelautan dan Perikanan (2009), produksi ikan nila mencapai 378.300 ton, jumlah ini meningkat dari tahun 2005 dengan kenaikan rata-rata 26,76%.

Beberapa strain ikan nila telah dikembangkan di Indonesia. Salah satu strain ikan nila yang berpotensi untuk dikembangkan di KJA adalah ikan nila BEST.

ikan nila BEST dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT hasil evaluasi Balai

Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) dalam kurun waktu 2004-2008

(Gustiano, 2009). Pengujian varietas ikan nila ini juga telah dilakukan secara

multi lokasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan berbagai tipe

pemeliharaan dan skala usaha berbeda, ikan nila BEST tetap lebih unggul dan

hasilnya lebih baik dibandingkan dengan ikan nila jenis lainnya yang ada di

masyarakat. Hal ini disebabkan karena nila BEST memiliki tingkat pertumbuhan

dan daya tahan terhadap lingkungan yang lebih baik daripada jenis nila lainnya (Arifin et al., 2009; Ath-thar et al., 2009; Gustiano, 2009; Huwoyon et al., 2009).

Setelah dilakukan rilis pada bulan November 2009, pengawalan terhadap

kualitas akan dilakukan terus-menerus dengan melakukan pengamatan terhadap

laju pertumbuhan ikan, keragaman populasi dan genetis. Diharapkan material ikan

nila BEST yang dimiliki ini dapat dijadikan sebagai bahan dasar bagi

pengembangan populasi atau varietas baru untuk tujuan khusus, seperti

lingkungan dan sistem budidaya tertentu, termasuk di dalamnya pemeliharaan

dalam sistem KJA.

(16)

3 mencoba memperbaiki nilai perkembangbiakan suatu populasi dengan menyeleksi dan mengawinkan hanya ikan yang unggul, dengan harapan ikan yang terpilih akan mewariskan keunggulan mereka kepada keturunannya.

Tujuan utama dari setiap program penyeleksian melalui perkawinan adalah untuk meningkatkan mutu dari keturunan suatu populasi yang sangat ditentukan oleh gen ikan tersebut (Tave, 1995). Nilai dari pemuliaan ditentukan oleh gen ikan tersebut, dimana saat pembudidaya memperbaiki nilai dari pemuliaan maka akan diperoleh keuntungan yang ditentukan oleh fenotipe dari ikan. Berdasarkan sifat yang ingin diperbaiki pada program seleksi, perbaikan pertumbuhan merupakan sasaran yang paling utama. Melihat spesies target riset genetik pada budidaya perikanan, ikan nila memiliki peluang yang cukup tinggi (Gustiano et al., 2008). Dua tipe seleksi terpenting yang dapat diterapkan pada perbaikan kualitas genetik karakter kuantitatif ikan yaitu seleksi individu atau massa (mass selection) dan seleksi famili atau keluarga (family selection). Pada tahun ini dilakukan seleksi famili ikan Nila BEST spesifik KJA di perairan Danau Lido.

(17)

4

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Metode Percobaan

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila BEST. Ikan nila BEST ini merupakan varietas baru ikan nila Oreochromis niloticus yang dikembangkan dari generasi ke-6 nila GIFT hasil evaluasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) dalam kurun waktu 2004-2008 (Gustiano, 2009).

BEST singkatan dari kata Bogor Enhanced Strain Tilapia. Ikan nila BEST ini

baru dirilis oleh BRPBAT Bogor pada tahun 2009. Ikan ini berwarna hitam

dengan garis vertikal keputih-putihan (Gambar 1).

Gambar 1. Ikan nila BEST Oreochromis niloticus

Induk nila BEST yang dikawinkan merupakan induk pertama yang diadaptasikan di lingkungan perairan Danau Lido. Induk ini hasil perkawinan induk BEST dari instalasi penelitian plasma nutfah Cijeruk, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Induk merupakan hasil seleksi 10% populasi terbaik dengan ukuran rata-rata 375,6±36,8 g sedangkan rata-rata populasi adalah 261,2±61,4 g. Induk hasil seleksi diambil dengan diferensial seleksi (S) sebesar 111 g dari populasi.

(18)

5 hubungan famili merupakan faktor yang penting dan rata-rata famili dibandingkan untuk mengambil keputusan selanjutnya. Induk ikan nila BEST yang dikawinkan sebanyak 30 ekor dengan rincian 6 ekor jantan dan 24 ekor betina. Skema perkawinan nila BEST untuk mendapatkan benih F1 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan rancangan perkawinan nila BEST 2.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi karamba jaring apung milik BRPBAT di Danau Lido, Bogor. Kegiatan penelitian meliputi persiapan wadah pemijahan, wadah pemeliharaan larva dan benih. Pemilihan induk nila BEST matang gonad, pemijahan induk, pemanenan dan pemeliharaan larva serta pemeliharaan benih. Selanjutnya dilakukan sampling atau pengukuran terhadap karakter fenotipe yang terdiri dari penimbangan bobot, pengukuran panjang dan penghitungan derajat kelangsungan hidup ikan.

(19)

6 keong mas dengan menggunakan pemukul kayu kemudian dibilas hingga bersih dan dikeringkan. Hapa dan waring yang kering dipasang di setiap petak KJA kemudian diberi pemberat dan penanda. Setiap hapa pemijahan maupun pemeliharaan larva diberi penanda sesuai dengan familinya begitu juga dengan waring pemeliharaan benih disesuaikan dengan kode famili pada hapa. Hapa untuk pemijahan induk dipisahkan dengan hapa pemeliharaan larva dan waring pemeliharaan benih. Hapa untuk pemeliharaan larva diletakkan dalam satu area begitu juga dengan waring pemeliharaan benih. Gambar wadah hapa dan waring yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 3. Hapa pemijahan induk dan pemeliharaan larva

Gambar 4. Waring pemeliharaan benih 2.2.2 Pemilihan Induk Matang Gonad

(20)

7 Induk yang akan dipijahkan diambil dengan menggunakan serok induk, kemudian dipilih induk yang telah matang gonad dengan melihat warna tubuh, alat kelaminnya serta mengurut perutnya. Induk betina (Gambar 5) yang matang gonad ditandai dengan warna merah pada bagian papila serta perut kelihatan buncit dan induk jantan (Gambar 6) ditandai dengan bentuk tonjolan pada bagian kelaminnya serta apabila diurut perutnya maka akan keluar sperma (Gambar 7). Induk yang terpilih diukur panjang dan bobotnya sebelum dipijahkan. Bobot induk diukur dengan timbangan kue berkapasitas maksimal 6 kg dan panjang diukur dengan menggunakan penggaris aluminium dengan panjang 30 cm. Panjang rata-rata induk jantan adalah 22 cm dan bobot rata-ratanya 400 gram. Panjang rata-rata betina adalah 19 cm dan bobot rata-ratanya sebesar 250 gram.

Gambar 5. Induk betina Gambar 6. Induk jantan

Gambar 7. Induk betina (A) dan jantan (B) matang gonad

2.2.3 Pemijahan

Pemijahan induk dilakukan di dalam hapa berukuran 2 m x 2 m x 1 m dengan mata jaring 1 mm2. Induk yang telah matang gonad dan siap dipijahkan dicampur dalam hapa dengan perbandingan jantan dan betina 1:4. Induk yang

(21)

8 dipijahkan ada 30 ekor terdiri dari 6 jantan dan 24 betina. Setiap 1 jantan mewakili 1 hapa sebagai penanda. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1. Pemijahan dilakukan secara alami. Selama pemijahan, induk diberi pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) berupa pakan pelet dengan kandungan protein minimal 25% secara at satiation. Jenis dan kandungan bahan pakan dapat dilihat pada Gambar 8.

Setelah 1 minggu pencampuran, setiap hari dilakukan pengamatan terhadap keberadaan larva dan keadaan induk. Jika ada segerombolan larva, segera dipanen untuk menghindari tercampurnya dengan larva dari induk betina yang lain serta menghindari pemangsaan dari induk dalam satu hapa dan jika ada induk yang luka karena bertengkar, maka segera diganti dengan induk yang baru. Namun baru terlihat adanya larva setelah 21 hari setelah proses pencampuran.

Tabel 1. Karakteristik bobot dan panjang induk jantan dan betina

(22)

9

Gambar 8. Jenis dan analisa kandungan pakan 2.2.4 Pemanenan dan Pemeliharaan Larva

Larva yang dihasilkan oleh tiap betina langsung dipanen dengan menggunakan serok aluminium agar tidak terjadi pencampuran larva antar betina. Pemanenan dilakukan tiap pagi hari saat larva di permukaan dan terlihat dengan mengangkat hapa menggunakan alat bantu bambu sehingga membuat ruang gerak ikan semakin sempit kemudian semua induk dalam hapa tersebut dicek induk yang telah memijah. Induk yang telah mengeluarkan larva terlihat rahang bawah mulutnya melebar berwarna merah, warna tubuh lebih mencolok dan perut mengecil (Gambar 9). Induk yang telah memijah diambil dan diukur panjang dan ditimbang untuk mengetahui bobot dengan menggunakan penggaris aluminium dan timbangan kue. Dengan pengukuran induk ini maka akan diketahui induk yang menghasilkan larva tersebut. Sedangkan induk yang lain dilepas kembali agar memijah selanjutnya.

(23)

10 komersil (pelet) yang telah dihaluskan sebanyak 10% dari biomassa. Pakan yang diberikan mempunyai karakteristik sama dengan pakan yang diberikan pada induk yaitu dengan kandungan protein 25%. Frekuensi pemberian pakan pellet sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Larva yang diperoleh sebanyak 9 famili dari 9 betina yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.

Gambar 9. Ciri betina yang telah mengerami telur Tabel 2. Data pemijahan betina nila BEST

Induk jantan Induk betina

(24)

11 Benih dipelihara selama 2 bulan (60 hari) di dalam waring. Selama pemeliharaan, selain mengkonsumsi pakan alami (plankton dan lumut) yang telah tersedia di perairan Lido, benih juga diberi pakan komersil dengan kandungan protein minimal 25% sebanyak 10% dari biomassa dengan frekuensi 3 kali sehari: pagi, siang dan sore. Setiap 10 hari dilakukan pengamatan (sampling) terhadap bobot, panjang, biomassa dan kelangsungan hidup.

2.2.6 Sampling

Sampling dilakukan untuk mengukur karakteristik fenotipe F2 hasil perkawinan ikan nila BEST F1. Karakteristik fenotipe yang diukur meliputi pertumbuhan bobot dan panjang, biomassa dan derajat kelangsungan hidup. 2.2.6.1Pertumbuhan Bobot dan Panjang

(25)

12 2.2.6.2 Derajat Kelangsungan Hidup Benih

Derajat kelangsungan hidup benih dihitung pada akhir perlakuan pemeliharaan yaitu saat benih berumur 87 hari. Namun setiap hari diamati dan dihitung jumlah benih yang mati untuk mengetahui ketahanan ikan terhadap kondisi perairan Danau Lido yang fluktuatif dan mengetahui umur rentan ikan terhadap kematian.

2.2.7 Pengukuran Kualitas Air

Perairan Danau Lido merupakan perairan umum yang kondisi fisik, kimia maupun biologisnya berubah-ubah setiap saat dan tidak dapat dikontrol. Kondisi ini secara langsung dapat mempengaruhi kondisi ikan terutama daya tahan ikan. Selain itu, kondisi air juga dapat mempengaruhi karakteristik fenotipe ikan. Sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air perairan Danau Lido. Pengukuran kualitas air ini dilakukan saat awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Namun untuk suhu dilakukan pengamatan setiap hari menggunakan termometer. Kualitas air yang diukur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode Pengukuran Kualitas Air Danau Parameter

Satuan Alat Keterangan

Kualitas Air Pengukuran

DO mg/L DO meter digital in situ

Suhu °C termometer Hg/pemuaian in situ

Kecerahan m Secchi disk/visual in situ

pH unit pH meter/potensiometrik in situ

TAN mg/L Spektrofotometer ex situ

Amonia mg/L Titrasi ex situ

2.3 Parameter Penelitian

Beberapa karakter pertumbuhan yang menjadi parameter dalam penelitian keragaan pertumbuhan F1 nila BEST adalah: laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang dan bobot mutlak, koefisien keragaman panjang dan bobot, kelangsungan hidup dan heritabilitas.

2.3.1 Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik

Pertumbuhan bobot dirumuskan sebagai pertambahan bobot ikan dalam suatu waktu, dengan rumus sebagai berikut (Huisman, 1987):

(26)

13

2.3.2 Pertumbuhan Bobot Rata-rata Tiap Hari (Growth Rate) Pertambahan bobot rata-rata tiap hari dirumuskan:

Keterangan:

GR = Pertumbuhan bobot rata-rata tiap hari (g/hari) Wt = Bobot akhir (g)

W0 = Bobot awal (g) t = Lama pemeliharaan

2.3.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih panjang total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan, dirumuskan sebagai berikut:

Pm = Pt - Po

Keterangan : Pm = Panjang mutlak benih pada hari ke-t (cm) Pt = Panjang benih pada hari ke-t (cm)

Po = Panjang benih pada hari ke-0 (cm) 2.3.4 Koefisien Keragaman

Koefisien keragaman menunjukkan seberapa besar ukuran panjang tubuh ikan dalam satu populasi menyebar dari nilai rata-ratanya. Menurut Singh dan Chaudary (1977), koefisien keragaman fenotipe dirumuskan:

(27)

14 2.3.5 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup adalah:

%

Keterangan : SR = Kelangsungan hidup (Survival Rate) (%)

N t = Jumlah benih yang hidup di akhir penelitian (ekor) N 0 = Jumlah benih yang hidup di awal penelitian (ekor) 2.3.6 Respons Seleksi dan Heritabilitas

Penghitungan peningkatan pertumbuhan yang merupakan respons seleksi (R) dihitung dengan cara melakukan pengurangan nilai rata-rata populasi turunan ikan hasil seleksi dengan rata-rata kontrol yang merupakan nilai rata-rata populasi yang tidak diseleksi. Sedangkan intensitas seleksi (S) adalah selisih dari rata-rata populasi ikan yang diseleksi dengan nilai rata-rata populasi. Heritabilitas nyata (real heritability) dihitung dengan rumus (Falconer dan Mackay, 1996):

S

(28)

15

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Antar Famili

Kondisi pertumbuhan benih ikan dapat dilihat setiap waktu melalui kegiatan pengamatan yang dilakukan setiap 10 hari sekali. Pertumbuhan benih ikan dapat dilihat pada bobot dan panjang. Dari nilai pertambahan bobot dan panjang ini dapat dibuat kurva pertambahan ikan terhadap waktu. Kurva pertambahan bobot ikan terhadap waktu dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Kurva Pertambahan Bobot

(29)

16 Rata-rata bobot ikan pada famili 9 yang tinggi ini disebabkan oleh pertumbuhan bobot rata-ratanya tiap hari yang tinggi. Gambar 11 menunjukkan pertumbuhan bobot rata-rata tiap hari. Pada gambar terlihat bahwa famili 6 dan famili 9 memiliki nilai yang relatif sama yaitu 0,1475 dan 0,1480. nilai ini paling tinggi jika dibanding dengan famili lain.

Gambar 11. Pertumbuhan Bobot Rata-rata Tiap Hari (GR)

Gambar 12. Kurva Pertambahan Panjang

(30)

17 signifikan dan rata-rata pertumbuhan panjangnya mempunyai rata-rata panjang yang relatif sama antar famili. Rata-rata panjang ikan tertinggi terdapat pada famili 9 yang mencapai 6,569 cm.

Laju pertumbuhan spesifik ikan dapat diketahui melalui pertambahan bobot ikan dalam suatu waktu. Gambar 13 menunjukkan laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate /SGR) dari 9 famili yang ada.

Gambar 13. Laju Pertumbuhan Spesifik

(31)

18 3.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak Antar Famili

Data pertumbuhan panjang dan bobot hasil pengamatan dari 9 famili disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pertumbuhan panjang dan bobot mutlak pada 9 famili

Famili

Jumlah ikan (ekor)

Parameter

∆ L ± S.E (cm) CV ∆ W ± S.E (g) CV

1 138 3,42 ± 0,075 9,51 5,42 ± 0,222 26,40

2 178 3,49 ± 0,088 11,01 5,59 ± 0,252 30,37

3 221 3,16 ± 0,063 8,38 4,66 ± 0,169 23,32

4 109 3,36 ± 0,097 12,47 4,47 ± 0,321 39,01

5 69 3,55 ± 0,088 10,88 5,85 ± 0,311 33,44

6 35 4,26 ± 0,147 13,66 8,85 ± 0,520 33,55

7 26 3,21 ± 0,146 13,78 7,10 ± 0,483 38,13

8 21 4,08 ± 0,146 11,16 8,25 ± 0,618 33,30

9 59 4,36 ± 0,105 11,29 8,88 ± 0,544 38,71

Berdasarkan pertumbuhan panjang dan bobot mutlak di atas, memperlihatkan bahwa famili 9 memiliki nilai yang paling tinggi untuk pertumbuhan panjang mutlak dan pertumbuhan bobot mutlak yaitu 4,36±0,105 cm dan 8,88±0,544 g.

3.1.3 Biomassa Antar Famili

Biomassa merupakan bobot semua benih yang masih hidup selama akhir pemeliharaan. Biomassa masing-masing famili dapat dilihat pada Gambar 14.

(32)

19 Berdasarkan Gambar 14, famili 3 memiliki biomassa paling tinggi yaitu sebesar 1108,43 g. Hal ini sebanding dengan banyaknya ikan yang masih bertahan hingga akhir pemeliharaan (60 hari). Ikan yang masih bertahan pada famili 3 sebanyak 221 ekor atau sintasannya sebesar 88,4%. Sedangkan biomassa paling rendah terdapat pada famili 8 yang hanya mencapai 178,65 g dari 21 ekor ikan yang masih bertahan hingga 60 hari pemeliharaan.

3.1.4 Koefisien Keragaman Antar Famili

Karakteristik fenotipe pada pertumbuhan ikan pada penelitian ini adalah panjang dan bobot. Tabel 4 di atas memperlihatkan koefisien keragaman panjang dan bobot pada 9 famili. Pada famili 7 relatif menunjukkan nilai koefisien keragaman panjang dan bobot paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran panjang dan bobot ikan pada famili 7 lebih beragam jika dibanding dengan famili lain. Artinya ukuran panjang dan bobot ikan pada famili 7 menyebar luas.

3.1.5 Kelangsungan Hidup Antar Famili

Kelangsungan hidup ikan 9 famili selama 60 hari pemeliharaan dalam waring dari umur 27 hari-87 hari disajikan pada Gambar 15 di bawah.

Gambar 15. Kelangsungan Hidup Ikan

(33)

20 3.1.6 Respons Seleksi dan Heritabilitas Nyata (Realized Heritability)

Perbaikan (respons seleksi) yang diperoleh dari generasi sebelumnya adalah sebesar 1 g pada umur yang sama setelah pengamatan dilakukan selama 20 hari terakhir. Berdasarkan intensitas seleksi (I) yang dilakukan sebesar 111 g maka diperoleh nilai heritabilitas nyata sebesar 0,009. Nilai heritabilitas nyata ini didapat dari pembagian antara respons seleksi (R) dengan intensitas seleksi (I). Respons seleksi merupakan selisih rata-rata populasi turunan ikan hasil seleksi dengan rata-rata kontrol yang merupakan rata-rata populasi tetua. Intensitas seleksi merupakan selisih dari rata-rata populasi ikan yang diseleksi dengan nilai rata-rata populasi tetua.

3.1.7 Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air perairan danau Lido pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Data Pengukuran Kualitas Air di Danau Lido

Parameter Kisaran

(34)

21 ribuan) gen. Jumlah gen yang mengontrol suatu karakter tidak diketahui secara pasti. Karakter kuantitatif berhubungan langsung dengan produksi, sehingga merupakan karakter penting untuk dikelola dalam meningkatkan produktivitas (Warwick et al., 1990; Tave, 1993; Kapuscinski dan Jacobson, 1987).

(35)

22 baik pertumbuhannya. Sedangkan faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan, suhu perairan, parasit dan penyakit. Di daerah tropis makanan merupakan faktor yang lebih penting daripada suhu perairan. Indonesia merupakan termasuk daerah tropis, sehingga ketersediaan makanan yang cukup akan membuat pertumbuhan ikan optimal. Selain faktor-faktor di atas, ada juga faktor-faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Antara lain: oksigen, karbon dioksida, hydrogen sulfide, keasaman dan alkalinitas. Kurva pertambahan bobot dan panjang ikan membentuk suatu kurva yang sering disebut kurva sigmoid. Bentuk kurva yang demikian disebabkan oleh pertumbuhan alamiah autokatalik. Pertumbuhan autokatalik adalah jenis pertumbuhan dimana pertumbuhan pada fase awal dari hidupnya mula-mula berjalan dengan lambat untuk sementara tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat dan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat lagi pada umur tua.

(36)

23 kuantitatif. Pada famili 6 dan famili 9 menunjukkan nilai pertumbuhan bobot rata-rata harian yang paling besar yaitu sekitar 0,1480 g. Hal ini disebabkan oleh jumlah ikan pada famili 6 dan 9 sedikit sehingga kesempatan ikan untuk memperoleh makan semakin besar. Artinya persaingan antar individu ikan semakin kecil yang menyebabkan pertambahan bobotnya lebih besar dibanding dengan famili lain. Pertumbuhan bobot rata-rata harian ini menunjukkan bahwa dengan pemberian pakan pelet sebesar 10% dari biomassa ikan, bobot ikan pada famili 6 dan famili 9 tersebut rata-rata naik 0,1480 g setiap hari selama pemeliharaan. Sehingga, selama 60 hari pemeliharaan, famili 9 mempunyai bobot dan panjang yang paling besar dibanding famili lain.

Ada beberapa ekspresi pertumbuhan yang ditunjukkan oleh ikan. Beberapa ekspresi pertumbuhan menurut Effendie (1995) antara lain kecepatan pertumbuhan mutlak, kecepatan pertumbuhan nisbi dan kecepatan pertumbuhan eksponensial. Kecepatan pertumbuhan mutlak adalah perubahan ukuran berat atau panjang yang sebenarnya di antara dua umur atau dalam satu tahun. Sedangkan kecepatan pertumbuhan nisbi adalah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu awal interval. Ekspresi pertumbuhan yang menjadi parameter penelitian keragaan pertumbuhan ikan nila BEST ini adalah pertambahan panjang dan bobot mutlak. Famili 9 menunjukkan nilai pertambahan panjang dan bobot mutlak yang paling tinggi. Pertambahan panjang mutlak famili 9 sebesar 4,363±0,105 cm, sedangkan pertambahan bobot mutlaknya sebesar 8,8794±0,544 g. Hal ini disebabkan oleh pertambahan bobot ikan setelah umur 67 hari naik secara signifikan hingga akhir pemeliharaan.

(37)
(38)

25 koefisien keragaman masing-masing famili dari 9 famili yang dipelihara. Famili 7 memiliki nilai koefisien keragaman panjang dan bobot yang relatif tinggi. Koefisien keragaman panjangnya sebesar 13,78. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa populasi famili 7 hasil seleksi memiliki tingkat keragaman panjang yang lebih beragam dibanding famili lain. Sedangkan untuk koefisien keragaman bobotnya sebesar 38,13. Sehingga dapat dikatakan bahwa populasi famili 7 memiliki tingkat keragaman bobot yang lebih beragam dibanding famili lain. Sehingga populasi ikan pada famili 7 dapat digunakan sebagai sumber seleksi untuk berikutnya.

(39)

26

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Keragaan pertumbuhan ikan nila BEST hasil selective breeding dari 9 famili yang dipelihara, famili 3 menunjukkan tingkat produktivitas yang paling tinggi selama 60 hari pemeliharaan. Famili 7 menunjukkan keragaman panjang dan keragaman bobot yang relatif lebih beragam. Nilai heritabilitas nyata yang diperoleh adalah sebesar 0.009 sehingga lebih efektif diseleksi melalui seleksi famili.

4.2 Saran

(40)

27

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H., Nuraini, Sukendi., 2006. Genetika dan Pemulian Ikan. Universitas Riau Press, Pekanbaru.

Arifin, O.Z., Huwoyon, G.H., Gustiano, R., 2009. Keragaan pertumbuhan ikan nila hitam (BEST) dan nila merah (NIFI) (Oreochromis niloticus) dalam pemeliharaan terpisah di Kolam. Prosiding Seminar Nasional 2009. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.

Ath-thar, M.H.F., Ariyanto, D., Gustiano, R., 2009. Evaluasi pengaruh salinitas terhadap keragaan pertumbuhan ikan nila BEST. Prosiding Seminar Nasional Kimia I 2009. Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.

Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University, Alabama.

Carsono, N., Darniadi, S., D. Ruswandi, W. Puspasari, D., Kusdiana, A. Ismail., 2004. Evaluasi fenotipik, variabilitas dan heritabilitas karakter agronomi penting pada galur murni jagung S4A. Dalam Astanto Kasno et.al., eds Prosiding Lokakarya PERIPI VII. Dukungan Pemuliaan Terhadap Industri Perbenihan pada Era Pertanian Kompetitif. PERIPI dan Balitkabi. Hal 312-319.

Clark, J.S., Paller, B., Smith, P.D., 2000. Prevention of Streptococcus in Tilapia by vaccination [The Philippine Experience].

Dunham, R.E., 1995. The Contribution of Genetically Improved Aquatic Organisms to Global Food Security. Inti. Conf. on "Sustainable Contribution of Fisheries to Food Security". KC/Fl/Tech.6. FAO. Rome. 111 P.

Effendi, I., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Effendie, M.I., 1995. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor. Falconer, D.S., 1989. Introduction to Quantitative Genetics. Longman Group Ltd,

UK. 438 pp.

Falconer, D.S., T.F.C. Mackay., 1996. Introduction to Quantitative Genetics (Fourth Edition). Longman, England. 464 Pp.

Gjedrem, T., 2005. Selection and Breeding Programs in Aquaculture. AKVAFORSk, Institute of Aquaculture Research As. Springer Dordrecht, Netherland. 364 pp.

Gustiano, R., Arifin, O.Z., Nugroho, E., 2008. Perbaikan pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus dengan seleksi famili: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Media Akuakultur Vol. 3 No. 2.

Gustiano, R., 2009. Ikan nila BEST, unggulan baru, harapan mutu. Trobos November:116-117. 2009.

(41)

28 Huwoyon, G.H., Arifin, O.Z., Gustiano, R., 2009. Uji ketahanan lingkungan populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) di karamba jaring apung di Danau Lido. Prosiding Seminar Nasional 2009. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.

Kapuscinski, A.R., L.D. Jacobson., 1987. Genetic Guedlines for Fisheries Management. Univ. of Minnesota USA. 66 Pp.

Kirpichnikov, V.S., 1980. Genetic Bases of Fish Selection. Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg, Germany. 410 pp.

Kelompok Kerja Data Statistik Kelautan dan Perikanan., 2009. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2009. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Popma, T., M. Masser., 1999. Tilapia Life History and Biology. SRAC Publication. No.283.

Singh, R.K., B.D. Chaudary., 1977. Biometrical Methods In Quantitative Genetics Analysis. Kalyani Publishers. Indiana New Delhi. 304p.

Tave, D., 1986. Genetics for hatchery managers. The AVI Publishing Company,Inc.Westport,Connecticut.209p.

Tave, D., 1993. Genetics for fish managers. The AVI Publ. Comp. Inc. NY, USA. 418 pp.

Tave, D., 1995. Selective Breeding Programmes for Medium-Sized Fish Farm. Roma.

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

33 Lampiran 4. Skema realized heritability

Rata-rata ikan yang diseleksi (10%) dari populasi

Rata-rata populasi

Intensitas seleksi (S)

Rata-rata kontrol (X1)

Rata-rata populasi turunan

(47)

Lampiran 5. Hubungan kekerabatan dalam famili

(48)

Lampiran 6. Hasil penghitungan parameter

Parameter Famili 1 Famili 2 Famili 3 Famili 4 Famili 5 Famili 6 Famili 7 Famili 8 Famili 9 Famili 10

wt6 5.7847 5.9272 5.0155 4.8085 6.2321 9.1706 7.47 0 8.5071 9.2586

wo 0.3608 0.3406 0.3594 0.3396 0.3794 0.3218 0.3674 0.2952 0.2606 0.3792

t 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

pt6 5.646 5.658 5.345 5.507 5.761 6.3743 5.4365 0 6.031 6.569

p0 2.223 2.17 2.182 2.146 2.211 2.1156 2.23 2.087 1.95 2.206

SR 55.2 71.2 88.4 43.6 27.6 14 10.4 0 8.4 23.6

SGR 4.7330067 4.8761531 4.49101216 4.51630132 4.7753092 5.74183966 5.14848608 0 5.98151382 5.4697581

GR 0.0903983 0.09311 0.0776016 0.07448166 0.097545 0.14748 0.1183766 0 0.13744166 0.14799

Wm 5.4239 5.5866 4.6561 4.4689 5.8527 8.8488 7.1026 0 8.2465 8.8794

Pm 3.423 3.488 3.163 3.361 3.55 4.2587 3.2065 0 4.081 4.363

Biomassa t6 798.2886 1055.042 1108.426 524.1265 430.0149 320.971 194.22 178.6491 546.2574

)

Gambar

Gambar 1. Ikan nila BEST Oreochromis niloticus
Gambar 2. Bagan rancangan perkawinan nila BEST
Gambar 3. Hapa pemijahan induk dan pemeliharaan larva
Gambar 7. Induk betina (A) dan jantan (B) matang gonad
+7

Referensi

Dokumen terkait

penyalahgunaan Airsoft Gun di wilayah hukum Polrestabes Makassar, namun hampir semuanya tidak diproses hukum karena setelah dilakukan gelar perkara baik secara

Hal ini mungkin dikarenakan sifat metilen biru adalah basa dan karbon aktif yang digunakan dalam penelitian ini juga diaktivasi dengan kalium karbonat yang

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran

Pengelolaan kawasan pariwisata berbasis kearifan lokal juga dilakukan dengan tujuan utama melindungi tata nilai daerah wisata dengan melibatkan unsur masyarakat dan

dibutuhkan 20 s/d 200 milyar rupiah 20 s/d 200 milyar rupiah Dari 8.000 s/d 10.000 senyawa baru yg Dari 8.000 s/d 10.000 senyawa baru yg Dari 8.000 s/d 10.000 senyawa baru yg

Food Agricultural Organization atau FAO melaksanakan sebuah pertemuan pada tahun 2008 untuk mendefenisikan ulang tentang prebiotik.Komisi panel yang terbentuk saat

Strategi Yang Digunakan Dalam Menerapkan Kearifan Lokal Pada Pembelajaran PPKn Guna Meneguhkan Karakter Nasionalisme Siswa di SMPN 2 Raas.... Nilai-Nilai Kearifan lokal

Keluhan Karyawan terhadap Kondisi Tubuh Hasil pengolahan data kuisioner sebelum re- desain diketahui beberapa bagian tubuh yang mempunyai keluhan rasa sakit di bagian