EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN
LANSKAP JALAN UTAMA
KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA
ISYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Utara. Dibimbing oleh NURHAJATI ANSORI MATTJIK dan HADI SUSILO
ARIFIN.
Masalah yang sering di jumpai pada jalan di Kota Bumi adalah temperatur
yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena Indonesia merupakan daerah beriklim
tropis, arus lalu lintas kendaraan yang padat dan limgkungan jalan didominasi oleh
perkerasan. Tujuan dari studi ini adalah menganalisis ketersediaan lahan untuk
tanaman, mengevaluasi tanaman yang ada, serta menetapkan konsep tata hijau pada 3
(tiga) lanskap jalan di Kota Bumi Lampung Utara. Metode yang digunakan adalah
metode survei dan studi pustaka, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan sintesis.
Hasil studi menunjukkan ketiga lanskap jalan utama termasuk dalam kelas
acceptable, yaitu daerah penanaman < 4 m. Hasil evaluasi tanaman pada ketiga jalan menunjukkan bahwa tanaman yang sesuai untuk lanskap jalan dan memiliki fungsi
peneduh adalah adalah jati putih (Gmelina arborea Roxb). Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang sesuai untuk lanskap jalan dan tahan naungan
adalah soka (Ixora chinensis), kriminil (Alternanthera amoena), kembang coklat (Zephyranthes tubispatha), paku (Blechun orientale), lantana (Lantana cammara) dan rumput gajahan (Axonophus compressus). Tanaman yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak memiliki fungsi peneduh adala h adalah palm raja (Roystonea regia), palm kol (Licuala grandis), palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens), cemara (Thuja orientalis). Tanaman semak/perdu/penutup tanah yang tidak sesuai untuk lanskap jalan dan tidak tanah naungan adalah teh-tehan (Acalypha microphylla),
pangkas kuning (Duranta repens), bogenvil orange (Bougenvillea spectabilis), bayam merah (Iresine herbstii), taiwan beauty (Cuphea mycrophylla), kana (Canna indica) dan rumput manila (Zoysia matrella). Rekomendasi untuk ketiga jalan utama Kota Bumi adalah lanskap Jalan Soekarno-Hatta dipertahankan dan melakukan
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN
LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA
ISYANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada
Departemen Arsitektur Lanskap
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NIM : A. 352020081
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Nurhajati Ansori Mattjik, M.S. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tatakarya, Lampung Utara pada tanggal 25 Desember
1977 dari pasangan Tukiman dan Suminah. Penulis merupakan putri kedua dari
empat bersaudara.
Tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri Tulang Bawang, Lampung Utara
dan pada tahun yang sama diterima di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2002
penulis diterima di Program Studi Arsit ektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Oktober 2005 penulis diterima menjadi pegawai tetap di sebuah kantor
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaika n. Tesis ini berjudul Evaluasi Tanaman
bagi Pengembangan Lanskap Jalan Utama Kota Bumi Lampung Utara.
Rasa terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr.Ir.
Nurhajati Ansori Mattjik, M.S. dan Prof. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D. selak u
dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan-masukan dan saran yang sangat
berharga selama penelitian dan penulisan laporan. Terimakasih juga kami sampaikan
kepada Pemda Kota Bumi Lampung Utara, Dirjen Bina Marga Jasa Kota Bumi,
Lampung Utara, Dinas Pertamanan Kota Bumi atas segala perijinan dan bimbingan
selama penelitian lapang dilakukan. Kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi
Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana IPB diucapkan terimakasih atas
kebersamaan serta dukungannya . Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
Bapak, Ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang memerlukannya, amin.
Bogor, Desember 2005
4.5.2. Standar Tanaman Lanskap Jalan... 62
4.5.3. Konsep Tiga Jalan Utama Kota Bumi... 63
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 66
5.1. Simpulan... 66
5.2. Saran... 66
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria fungsi tanaman, bentuk pohon dan pola penanaman ... 7
2. Jalur penanaman pada median jalan... 8
3. Penanaman pada daerah tikungan/persimpangan... 9
4. Standar tata guna lahan lingkungan jalan... 14
5. Klasifikasi diameter batang pohon... 16
6. Kasifikasi tinggi pohon ... 17
7. Klasifikasi lebar tajuk ... 17
8. Kasifikasi tinggi tajuk paling bawah... 18
9. Standar tanaman untuk lanskap jalan... 19
10. Jenis, bentuk dan sumber data... 20
11. Ukuran wilayah jalan ... 25
12. Jarak bangunan-jalan pada tiga jalan utama kota bumi... 28
13. Jenis tanama n pada jalan utama kota bumi ... 31
14. Ukuran fisik tanaman semak/perdu... 38
15. Ukuran fisik tanaman penutup tanah... 39
16. Kondisi kesehatan tanaman pohon/palm... 40
17. Kondisi kesehatan tanaman semak/perdu ... 42
18. Kondisi kesehatan tanaman penutup tanah ... 44
19. Evaluasi tanaman pohon untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang memiliki fungsi sebagai peneduh... 47
20. Evaluasi tanaman semak/perdu untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang tahan naungan... 51
21. Evaluasi tanaman penutup tanah untuk lanskap jalan berdasarkan karakter tanaman terutama yang tahan naungan... 55
22. Standar tanaman lanskap jalan... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alur kerja penelitian ... 12
2. Lokasi penelitian ... 13
3. Tipe tapak ideal... 14
4. Tipe tapak acceptable... 15
5. Tipe tapak accetable... 15
6. Tipe tapak impossible... 15
7. Garis sempadan jalan... 16
8. Sketsa pengukuran tinggi pohon ... 17
9. Presentase keinginan masyarakat... 23
10. Penampang lanskap jalan Soekarno-Hatta ... 26
11. Penampang lanskap jalan Jenderal Sudirman... 27
12. Penampang lanskap jalan Raden Intan... 27
13. Sempadan pada jalan Soekarno -Hatta dan jalan Jenderal Sudirman ... 28
14. Sempadan jalan pada jalan Raden Intan... 28
15. Peta eksisting... 33
16. Klasifikasi tinggi pohon... 34
17. Tanaman mengalami pemangkasan... 35
18. Klasifikasi diameter batang pohon... 35
19. Kasifikasi lebar tajuk ... 36
20. Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah... 37
21. Kerusakan mekanik pada pohon jati ... 42
22. Palm raja mengalami kerusakan mekanik ... 42
23. Tanaman benalu pada palm kol... 43
24. Kondisi tanaman teh-tehan ... 44
25. Konsep penanaman tiga jalan utama ... 62
Lampiran
1.1. Latar Belakang
Kota Bumi merupakan kota pusat pemerintahan di Lampung Utara.
Semua pusat kegiatan berada di tempat tersebut baik pemerintahan, perdaga ngan,
pendidikan, dan pelayanan jasa. Sebagai tempat pusat kegiatan, maka wilayah
tersebut menjadi padat dan akan terus mengalami perkembangan. Jumlah
penduduk meningkat sehingga menyebabkan kebutuhan hidup masyarakat juga
menjadi meningkat, baik kebutuhan sandang, pangan, maupun papan. Berkaitan
dengan kebutuhan pokok tersebut maka kebutuhan akan lahan juga meningkat
baik untuk tempat tinggal ataupun tempat untuk melakukan kegiatan atau usaha.
Perubahan penggunaan lahan, dari area pertanian menjadi area bangunan
menyebabkan penghijauan di daerah perkotaan menjadi berkurang.
Perubahan tata guna lahan akan mempengaruhi transportasi, karena
hubungan antara tata gunan lahan dan transportasi sangat erat. Bermacam- macam
pola pengembangan lahan menghasilkan bermacam- macam kebutuhan akan
transportasi, sebaliknya bentuk susunan sistem transportasi memperngaruhi pola
pengembangan lahan. Lingkungan perkotaan, sistem transportasi, dan pola tata
guna lahan saling berpengaruh, dengan berubahnya salah satu dari bagian tersebut
akan menghasilkan perubahan pada bagian yang lain. Tata guna lahan ya ng
berbeda akan memberikan tingkat kegiatan dan perjalanan yang berbeda .
Transportasi merupakan turunan dari kebutuhan, artinya transportasi digunakan
pertama kali karena, transportasi dibutuhkan dalam rangka untuk mencapai tujuan
(Catanese dan Snyder 1996).
Masalah yang sering ditemui pada lingkungan jalan di Kota bumi adalah
temperatur yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Indonesia merupakan
daerah tropis yang memiliki temperatur udara relatif tinggi. Selain itu arus lalu
lintas kendaraan yang padat dan permukaan badan jalan yang terbuat dari
perkerasan yang memantulkan sinar matahari, sehingga menambah lingkungan
jalan menjadi panas. Lingkungan jalan yang panas akan menganggu kenyamanan
pengguna jalan khususnya pejalan kaki. Untuk melakukan perencanaan
2
kondisi fisik, kondisi lingkungan jalan, kondisi tanaman dan keinginan
masyarakat terhadap lanskap jalan.
Evaluasi tanaman dilakukan karena evaluasi merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam penataan dan pemilihan
tanaman pada lingkungan jalan yang dapat memberikan manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia baik masa sekarang maupun yang akan datang.
Evaluasi tanaman untuk lingkunga n jalan sangat penting, karena ligkungan jalan
merupakan lingkungan yang selalu padat dengan aktifitas kendaraan sehingga
pemilihan tanaman harus sesuai dengan kondisi lingkungan jalan.
Pemilihan tanaman untuk lingkungan jalan harus memperhatikan karakter
dari tanaman dan harus memiliki kriteria yang sesuai untuk tanaman lanskap
jalan. Karena lingkungan jalan adalah lingkungan yang selalu ramai dengan arus
lalu lintas kendaraan dan ketersedian lahan untuk tanaman terbatas. Sehingga
pemilihan tanaman pohon ditekankan pada tanaman yang memiliki fungsi
peneduh dengan tajuk sedang. Pemilihan tanaman semak/penutup tamah
ditekankan pada tanaman yang tahan naungan.
Elemen tanaman pada lanskap jalan dapat memberikan daya tarik
tersendiri yang dapat berfungsi sebagai penciri/identitas suatu daerah yang
membedakan daerah satu dengan daerah lain. Selain itu lanskap jalan yang tertata
dengan baik dan memiliki nilai estetis dapat digunakan masyarakat sekitar sebagai
tempat rekreasi.
1.2. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis ketersediaan lahan untuk tanaman pada 3 (tiga ) jalan utama
Kota Bumi Lampung Utara.
2. Mengevaluasi tanaman pada 3 (tiga) lanskap jalan Kota Bumi Lampung
Utara
3. Menetapkan konsep tata hijau pada 3 (tiga) lanskap jalan Kota Bumi.
1.3. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan maupun
pertimbangan bagi pihak perencana kota untuk mengembangkan dan
2.1. Lanskap Jalan
Lanskap jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk
pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alami seperti
bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang
terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia disesuaikan dengan kondisi
lahannya. Lanskap jalan mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan
dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukan terutama bagi kenyamanan
pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkunganjalan yang indah,
nyaman dan memenuhi fungsi keamanan (Departemen Pekerjaan Umum 1996).
Penataan lanskap jalan bertujuan memberikan keselamatan, kenyamanan
bagi pemakai jalan serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan visual di
sekitar jalan. Penataan fasilitas jalan harus dapat memberikan pelayanan kepada
pengguna baik pengendara kendaraan maupun pejalan kaki.
Menurut Simonds (1978), bahwa dalam lanskap kehidupan manusia
tersusun atas jalan dan tempat, di mana jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan
orang dan kendaraan serta tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja,
berdagang, belajar, beribadah dan bersantai. Jalan sebagai jalur pergerakan
merupakan suatu kesatuan secara keseluruhan, seharusnya bersifat lengkap, aman,
efisien, serta dapat berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi dan penghubung. Di
samping fungsi sebagai sarana transportasi jalan juga dapat memberikan
pengalaman yang menyenangkan dari satu titik ke titik lain melalui lanskap jalan
yang ada.
Jalan menurut Dirjen Bina Marga (1980) adalah suatu prasarana
perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi semua bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas.
Jalan itu sendiri merupakan suatu kesatuan sis tem jaringan jalan yang mengikat
dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.
Berdasarkan UU RI No.13 tahun 1980, jalan dikelompokkan menurut
4
a. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpul/
pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, jumlah jalam masuk tidak dibatasi.
Peraturan jalan No 13/1980 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga tentang bagian-bagia jalan adalah:
a. Damaja (Daerah Manfaat Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh
pembina jalan dan dimanfaatkan untuk kontruksi jalan. Terdiri dari badan
jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur
lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan. Ambang
pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari damaja dan ditujukan untuk
mengamankan bangunan jalan.
b. Damija ( Daerah Milik Jalan) merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu, dikuasai oleh pembina jalan. Dimanfaatkan
untuk dama ja, pelebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu intas di
kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.
c. Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) merupakan ruas di sepanjang jalan di
luar damija yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan. Dengan tujuan
agar tidak mangganggu pandangan pengemudi dan kontruksi bangunan jalan.
2.2. Tata Hijau Lanskap Jalan
Penggunaan tanaman dalam lanskap dapat berupa tanaman semusim
(annual plant), tanaman dua musim (biennial plant), dan tanaman tahunan
(perennia l plant). Tanaman semusim adalah tanaman yang hidup hanya satu
musim. Tanaman dua musim adalah tanaman yang siklus hidupnya dua kali,
pertama pertumbuhan vegetatif dan musim kedua pertumbuhan generatif.
Sedangkan tanaman tahunan adalah tanaman yang hidupnya sepanjang tahun
Pemilihan tanaman dapat diklasifikasikan secara hortikulturis-ekologis,
serta berdasarkan sifat fisiknya. Secara hortikulturis dan ekologis, meliputi: (1)
syarat tumbuh dan toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama,
penyakit, pemangkasan dan sebagainya; (2) sifat penyebaranya; (3) sifat adaptasi.
Sedangkan klasifikasi secara fisik meliputi tujuan disain, ukuran dewasa tanaman,
kecepatan tumbuh, sifat umur, bentuk, tekstur, warna, aroma, dan sifat budidaya
(Arifin 2001).
Menurut Nasrullah (1999), dasar pemilihan tanaman untuk daerah jalan
adalah: (1) sesuai persyaratan tumbuh tanaman, (2) toleran terhadap polusi udara,
(3) tipe jalan dan posisi pada bagian jalan, (4) pemeliharaan minimum; (5) sesuai
dengan fungsi yang ingin dimunculkan, apakah keselamatan, kenyamanan,
konservasi lingkungan atau estetika.
Dalam pemilihan tanaman pertama yang harus diperhatikan adalah
persyaratan tumbuh tanaman, yang mencakup adaptasi tanaman terhadap
lingkungan hidupnya. Tanaman pada lingkungan jalan dipilih tanaman yang
dapat mengurangi polusi udara, sehingga dapat memperbaiki kondisi lingkungan.
Sedangkan tipe jalan berkaitan dengan kecepatan kendaraan dan luas damija yang
tersedia untuk penanaman. Pada jalan lokal tanaman yang dipilih adalah tanaman
yang dapat tumbuh pada lahan yang sempit dan dapat memberi naungan dan
menyajikan keindahan, sehingga tanaman dapat memberi kenyamanan bagi
pengemudi atau pejalan kaki. Pada jalan arteri dan kolektor dengan damija yang
lebih luas, maka pemilihan tanaman lebih luas, sehingga segenap fungsi- fungsi
penanaman dapat diefektifkan. Dalam pemilihan tanaman untuk jalan dipilih
tanaman yang pemeliharaannya tidak intensif (Nasrullah 1999).
Kriteria tanaman jalan dalam kota (Nasrullah 1999) adalah: (1) pohon
penaung dengan tinggi sedang atau tinggi < 15 m; (2) bentuk tajuk bulat atau
kolumnar; (3) tinggi cabang paling bawah 5 m; (4) tidak membahayakan bagi
pengguna jalan; (5) perakaran tidak ekstensif; (6) berdaun kecil sampai sedang
dan tidak menggugurkan daun secara serempak; (7) baik pohon dan semak
memiliki karakter fisik yang menarik seperti warna daun maupun bunga; (8)
menghindari penggunaaan tanaman yang membutuhkan pemeliharaan secara
6
Tanaman yang dikomposisikan dalam daerah jalan dapat difungsikan
(Nasrullah1999) sebagai berikut:
a. Fungsi kenyamanan: tanaman jalan meningkatkan kenyamanan dengan
memperbaiki iklim mikro, menurunkan temperatur jalan dan memberikan
naungan kepada pejalan kaki.
b.Fungsi keselamatan pengemudi: tanaman dapat memberikan petunjuk arah
lurus atau belokan jalan atau mengarahkan pengemudi kesuatu pemberhentian.
c. Fungsi mencegah kecelakaan: tanaman jalan dapat mengurangi silau sinar
matahari atau lampu kendaraan.
d.Fungsi estetika: tanaman yang dikomposisikan dengan baik akan memberikan
keragaman pemandangan, sehingga dapat mencegah suasana monoton pada
jalan. Disamping itu tanaman dapat memberi identitas lokasi yang penting
dalam pembentukan mental map pengemudi. Tanaman juga dapat memberi
harmoniai pemandangan dengan lingkungan sekitar, dalam hal ini tanaman
dipergunakan untuk menutup pemandangan yang tidak menarik, sebaliknya
tanaman juga dipergunakan untuk membingkai pemandangan yang menarik.
e. Fungsi konservasi lingkungan: tanaman dapat mencegah erosi.
f. Fungsi Harmonisasi dengan lingkungan: pemilihan tanaman harus dapat
mengurangi dampak negatif jalan seperti polusi udara dan kebisingan, serta
memberi keindahan kepada pemakai jalan dan masyarakat di sekitar jalan.
Menurut Departeman Pekerjaan Umum (1996), hal- hal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan adalah:
1.Pada jalur tepi jalan
Jalur tanaman pada daerah ini diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara
jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis
tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik
peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur penanaman.
2.Pada Jalur tengah (median)
Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80
m, sedangkan lebar ideal adalah 4-6 m.
3.Pada daerah tikungan
Persyaratan yang harus diperhatikan dalam penempatan dan pemilihan jenis
samping ditikungan. Tanaman rendah (perdu/semak) yang berdaun padat dan
berwarna terang dengan ketinggian maksimum 0,8 m yang ditempatkan pada
ujung tikungan.
4.Pada daerah persimpangan
Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lanskap jalan
adalah adanya daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi
jarak pandang pengemudi.
Berikut adalah contoh penanaman tanaman pada lingkungan jalan.
Penanaman berdasarkan letak penanaman, fungsi tanaman pada daerah jalan, dan
bentuk penanaman.
Tabel 1 Kriteria Fungsi Tanaman, bentuk Poho n dan Pola Penanaman
Fungsi Bentuk
a. Peneduh
- Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal
1,5 m)
- Percabangan 5 m di atas tanah
- Bentuk percabangan batang tidak merunduk
- Bermassa daun padat
- Ditanam sedara berbaris
- Contoh: kiara payung (Filicium deficiens),
tanjung (Mimusops elengi), angsana
(Pterocarpus indicus)
b.Penyerap polusi udara
-Terdiri dari pohon, semak/perdu
-Memiliki ketahanan tinggi terhadap
pengaruh udara
-Jarak tanam rapat
-Bermassa daun rapat
-Contoh: angsana (Pterocarpus indicus),
akasia daun besar (Accasia mangium),
oleander (Nerium oleander), Bogenvil ungu
(Bougenvilea glabra), teh-tehan (Acalypha
8
Tabel 1 Lanjutan
c. Pereduksi kebisingan
-Terdiri dari pohon, perdu/semak
-Membentuk massa
-Bermassa daun rapat
-Berbagai bentuk tajuk
-Contoh:
tanjung (Mimusa elengi),
kiara payung (Filicium decipiens),
teh-tehan (Acalypha microphylla), kembang
sepatu (hibiscus rosasinensis), bogenvil
ungu (Bogenvilea glabra), oleander
(Nerium oleander)
d.Pembatas pandang/visual
-Tanaman tinggi, perdu/semak
-Bermassa daun padat
-Ditanam berbaris/massal
-Jarak tanam rapat
-Contoh: bambu pagar (Bambusa multiplek),
cemara angin(Cassuaria equisetifolia),
kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis),
oleander (Nerium oleander)
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)
Tabel 2 Jalur penanaman pada median jalan
Fungsi Bentuk
a.Penahan silau lampu kendaraan
-Tanaman perdu/semak
-Ditanam rapat
-Ketinggian 1,5 m
-Bermassa daun padat
-Contoh: bogenvil orange
(Bogenvilea spectabilis), kembang
sepatu (Hibiscus rosasinensid),
oleander (Netrium oleander), nusa
indah (Mussaenda erytthrophylla)
Tabel 3 Penanaman pada daerah tikungan/ persimpangan
Fungsi Bentuk
a. Pengarah
-Tanaman Pohon atau perdu dengan
tinggi >2 m
-Ditanam secara massal atau
berbaris
-Jarak tanam rapat
-Untuk tanaman perdu/semak
dipilih tanaman yang berwarna hijau muda
-Contoh:
Pohon:
cemara angin (Cassuaria
equisetifolia),
mahoni (Switenia mahagoni),
hujan mas (Cassia multijuga),
kembang merak (Caesalphinia
pulcherrima), kol banda (Pisonia
alba)
Semak:
akalipa (Acalypha microphilla),
pangkas kuning (Duranta repens)
g. Pembentuk pandangan
-Tanaman tinggi >3 m
-Pada bagian tertentu dibuat
terbuka
-Diutamakan tajuk konikal atau
kolumnar
-Contoh:
Pohon:
cemara (Cassuaria equisetifolia),
glodokan tiang (Polyaltea
fragrans),
bambu pagar (Bambusa multiplek),
Semak:
akalipha (Acalypha microphylla)
pangkas kuning (Duranta repens)
10
2.3. Evaluasi Tata Hijau
Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau
menduga hal- hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langkah- langkah alternatif
perbaikan bagi kelemahan tersebut (Eliza 1997). Evaluasi tata hijau lanskap jalan
adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga penataan
tanaman yang telah direncanakan pada daerah jalan, untuk mengetahui kelemahan
dan kelebihan penataan tanaman tersebut dan kemudian menentukan
langkah-langkah alternatif untuk memperbaiki kelemahan penataan tanaman lanskap jalan
tersebut.
2.4. Konsep Pengembangan Lanskap Jalan
Simonds (1983), menyatakan bahwa lanskap adalah bentang alam yang
memiliki karakteristik tertentu dimana elemen-elemen lanskapnya dibagi menjadi
dua yaitu elemen lanskap utama dan elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap
utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat diubah, seperti
bentukan gunung, sungai, pantai dan sebagainya. Sedangkan elemen lanskap
penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah seperti bukit-bukit, semak,
sungai kecil dan sebagainya.
Perencanaan lanskap merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan dan
seni untuk penyusunan kebijakan atau merumuskan apa yang harus dilakukan,
untuk memperbaiki keadaan dimasa yang akan datang. Ketidak berhasilan suatu
perencanaan disebabkan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak dan
kurang diperhatikannya aspek sosial khususnya pengguna. Penghayatan terhadap
tapak merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk mendapatkan
gambaran situasi tapak. Pemahaman ini meliputi keadaan tanah, topografi, iklim,
vegetasi, satwa, dan sebagainya (Simonds 1983).
Menurut Simonds (1983), bahwa dalam perencanaan lanskap meliputi
empat tahap proses perencanaan yaitu Commission, Research (pengumpulan
data), analysis, syntesis, contruction (pelaksanaan) dan operation (pemeliharaan).
Prinsip yang biasa digunakan dalam perencanaan lanskap adalah mengeliminasi
karakter tapak yang menarik harus diciptakan dan dipertahankan menjadi satu
kesatuan yang harmonis.
Menurut Reid (1993), prinsip desain terdiri dari Unity sebagai unsur
penyatu; Harmony sebagai unsur penyelaras; Simplicity sebagai unsur
kesederhanaan yang dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang
tidak perlu; Emphasis atau dominasi adalah menitikberatkan pandangan pada
elemen atau pola tertentu; Balance sebagai unsur penyeimbang; Scale and
Proportion yang mengacu pada perbandingan relatif antara ketinggian, panjang,
luas, massa, dan volume; dan Sequence atau keberlanjutan adalah unsur yang
berhubungan dengan pergerakan.
Menurut Booth (1987), faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas estetik
suatu perencanaan tanaman adalah ukuran, bentuk, dan tekstur. Ukuran tanaman
merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman, karena ukuran tanaman
secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi dan
keseluruhan kerangka kerja perancangan. Bentuk tanaman, yang merupakan
faktor membentuk struktur komposisi tanaman yang dapat mempengaruhi
kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan
menyelaraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam perancangan.
Warna tanaman dapat memberikan karakter pada ruang. Warna-warna terang
menimbulkan suasana cerah dan menyenangkan, sedangkan warna gelap
III. METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di tiga jalan utama Kota Bumi, Kabupaten
Lampung Utara. Meliputi jalan Soekarno-Hatta, Jenderal Sudirman dan Raden
Intan (Gambar 2). Daerah Kota Bumi berada pada 4.34o – 5.06o Lintang Selatan
dan 104.30o – 105.08o Bujur Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April 2004
sampai dengan Mei 2005.
3.2. Metode Studi
Metode studi yang digunakan adalah metode survei, yaitu survei terhadap
kondisi fisik jalan, kondisi tanaman lanskap jalan, dan keinginan masyarakat
sebagai pengguna jalan terhadap kondisi lanskap jalan.
Gambar 1. Bagan alur kerja penelitian Ketersediaan
lahan dan ruang untuk tanaman
EXISTING
Lanskap 3 (tiga) Jalan Utama Kota Bumi
REKOMENDASI
Tanaman pada 3 (tiga) jalan Utama Kota Bumi
1. Dipertahankan
2. Re-design
3. Pemeliharaan
Keinginan masyarakat
terhadap tanaman lanskap jalan
INVENTARISASI
Jenis, ukuran dan kondisi
kesehatan tanaman
STANDAR
UU
Peraturan daerah Kriteria-kriteria
Keterangan: (1) Jl. Soekarno-Hatta; (2) Jl. Jenderal Sudirman; (3) Jl. Raden Intan
Gambar 2. Lokasi Penelitian
3 2
14
3.2.1. Keinginan Masyarakat terhada Lanskap Jalan
Persepsi masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui keinginan
masyarakat setempat terhadap perencanaan lanskap jalan sesua i dengan fungsi dan
kesukaan masyarakat. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dibuat kuisioner
tentang persepsi masyarakat terhadap lanskap jalan yang diinginkan. Responden
merupakan masyarakat sekitar/ pengguna jalan, yang terdiri dari 30 orang.
3.2.2. Ketersediaan lahan untuk Tanaman
Tanaman pada lingkungan jalan membutuhkan ruang untuk tumbuh dan
berkembang sehingga harus tersedia tempat yang sesuai agar pertumbuhan dapat
berlangsung dengan baik.
3.2.2.1. Tipe tapak
Tipe tapak diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu ideal, acceptable dan
impossibl. Tapak ideal adalah tapak yang masih dapat ditanami dengan kondisi
baik. Tapak acceptable adalah tapak yang dapat ditanami tetapi membutuhkan
perhatian khusus. Tapak impossible adalah tapak yang tidak mungkin ditanami.
Masing- masing tipe tapak memiliki standar tata guna lahan dan lebar daerah
penanaman (Tabel 4).
Tabel 4 Standar Tata Guna Lahan Lingkungan Jalan
Tipe Tapak Tata Guna Lahan Lebar Daerah
Penanaman
Tapak ideal bangunan, trotoar, daerah penanaman,
badan jalan
> 4 m
Tapak acceptable
bangunan, trotoar, daerah penanaman, badan jalan
bangunan, daerah penanaman, trotoar, badan jalan
< 4 m
Tapak impossible
bangunan, trotoar, badan jalan tidak ada
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 4. Tipe tapak acceptable
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 5. Tipe tapak acceptable
Keterangan:
Pagar Daerah penanaman tanaman Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 6. Tipe tapak impossible
3.2.2.2. Ruang tumbuh tanaman
Ketersediaan ruang untuk pertumbuhan tanaman, yaitu dengan mengukur
jarak antara jalan ke bangunan. Semakin lebar jarak maka akan memberikan ruang
yang luas untuk tanaman. Peraturan Daerah Lampung Utara No. II Tahun 1995
tentang izin mendirikan bangunan dan garis sempadan, menyatakan bahwa dalam
mendirikan bangunan harus ada perizinan bangunan, salah satu peraturan
mendirikan bangunan adalah jarak antara rumah dengan jalan, yaitu dengan
menggunakan rumus:
Jarak Jalan-Bangunan
16
- - -
a b
Keterangan: (a) Jarak jalan-bangunan; (b) Lebar jalan
Gambar 7 Garis sempadan jalan
3.2.3. Evaluasi Tanaman
3.2.3.1. Inventarisasi Tanaman
Inventarisasi tanaman yang terdapat pada ketiga jala n utama Kota Bumi.
Inventarisasi berupa jenis tanaman yang berada pada ketiga jalan.
3.2.3.2. Penguk uran Fisik Tanaman
(1) Diameter batang setinggi dada atau diameter at breast height (DBH)
Pengukuran DBH batang pohon dilakukan 140-145 cm dari permukaan tanah.
Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan DBHmeter pada batang
pohon. Data DBH yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam 4
kategori kelas (Tabel 5).
Tabel 5 Klasifikasi diameter batang pohon
Kelas Kualifikasi Diameter (cm)
D1 Semai < 10
D2 Kecil (tiang) 10 – 30
D3 Sedang (hampir dewasa) 30 – 60
D4 Besar (dewasa) ≥ 60
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995)
(2) Tinggi pohon
Pengukuran tinggi pohon menggunakan rumus Phytagoras, yaitu:
t1 = tangen α . s T = t1 + t2
Sudut α diperoleh dengan menggunakan busur derajat yang diberi selubung
Gambar 8 Sketsa sistem pengukuran tinggi pohon
Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya diklasifikasikan dalam 4
kategori: semai, pohon muda, tiang dan pohon tua/dewasa (Tabel 6).
Tabel 6 Klasifikasi tinggi pohon
Kelas Kualifikasi Tinggi (m)
T1 Rendah < 1
T2 Sedang 1 – 6
T3 Tinggi 6 – 28
T4 Sangat tinggi ≥ 28
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995)
(3) Lebar tajuk
Lebar tajuk diukur dengan menggunakan rollmeter. Pengukuran dilakuka
dengan menentukan dua titik teerluar tajuk dari pohon tersebut. Data lebar
tajuk yang diperoleh diklasifikasikan menjadi 4 kelas (Tabel 7).
Tabel 7 Klasifikasi lebar tajuk
Kelas Kualifikasi Lebar (m)
L1 Semai < 2
L2 Kecil 2 – 5
L3 Sedang 5 – 9
L4 Besar ≥ 9
Sumber: Daniel, Helms, Baker (1995) S
α
18
(4) Tinggi Tajuk Paling Bawah
Pengukuran dengan mengunakan meteran, yaitu mulai dari pangkal pohon
sampai tinggi tajuk paling bawah. Data tinggi tajuk paling bawah yang
diperoleh diklasifikasikan menjadi 3 kelas (Tabel 8).
Tabel 8 Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah
Kelas Kualifikasi Tinggi (m)
TT1 Buruk < 2
TT2 Baik 2-4
TT3 Sangat Baik ≥ 5
3.2.3.3.Kondisi Kesehatan Tanaman
Pengamatan fisik pohon yang dilakukan berdasarkan keadaan visual
keseluruhan pohon dengan penekanan pada bagian:
1. Pangkal akar yang berada dipermukaan tanah dan batang
2. Percabangan dan daun
Pengamatan bagian pohon meliputi:
1. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit
a. Tumbuhan parasit (benalu, jamur)
b. Tumbuhan tidak parasit; ulat, embun jelaga
c. Akar kering/lapuk; batang kering/lapuk
d. Akar busuk/batang busuk
e. Gerowong/keropos yang tampak
f. Klorosis
g. Nekrosis
h. Percabangan lapuk
2. Kerusakan mekanik
a. Graffiti dan pemasangan papan iklan
b. Goresan
c. Sayatan
d. Patah cabang
3.2.3.4. Standar Tanaman untuk Lanskap Jalan
Evaluasi tanaman berdasarkan pada kesesuaian karakter hortikultur
tanaman untuk tanaman lanskap jalan yaitu dengan melihat sifa t-sifat yang
dimiliki oleh tanaman. Jenis tanaman yang dievaluasi adalah tanaman pohon,
semak/perdu dan tanaman penutup tanah (Tabel 9). Tanaman pohon ditekankan
pada tanaman yang memiliki fungsi peneduh, sedangkan tanaman semak/perdu
dan penutup tanah ditekankan pada tanaman yang tahan naungan.
3.3. Batasan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi lanskap jalan ini hanya dilakukan sampai
pada tahap konsep perencanaan, yaitu pemilihan dan penataan vegetasi untuk
lanskap jalan dengan konsep tetap mempertahankan vegetasi yang memiliki
fungsi sebagai tanaman lanskap jalan.
Tabel 9 Standar tanaman lanskap jalan menurut jenis tanaman
No Tanaman Karakter tanaman dan pola penanaman
1 Pohon a. Fungsi peneduh
b. Penanaman secara kontinyu
c. Pohon dengan tinggi sedang/tinggi < 15 m d. Tinggi cabang paling bawah 5 m
e. Perakaran tidak ektensif f. Tanaman tidak berbahaya g. Tahan terhadap hama dan penyakit h. Memiliki bagian tanaman yang estetik i. Pemeliharaan tidak intensif
2 Semak a. Tahan naungan
b. Akar tidak ekstensif c. Ditanam rapat
d. Kontinyu sepanjang jalan e. Tanaman tahunan
f. Memiliki bagian tanaman yang estetik g. Tanaman tidak berbahaya
h. Toleran HPT
i. Pemeliharaan tidak intensif
3 Penutup tanah a. Tahan naungan
b. Penutupan merata c. Tanaman tahunan d. Akar tidak ekstensif e. Toleran HPT
f. Memiliki bagian tanaman yang estetik g. Tanaman tidak berbahaya
20
Tabel 10 Jenis, bentuk dan sumber data
Jenis Data Parameter (unit) Sumber Kegunaan
Kondisi tapak Kondisi umum:
1.Iklim (T, RH, CH)
Kondisi tanaman Jenis tanaman:
1.pohon 2.bak penanaman tidak tetap 3.ditanam langsung pada tanah
Studi Pustaka Karakter tanaman
Survei & Dinas
Kondisi sosial Keinginan masyarakat Survei Mengetahui
4.1. Kondisi Umum Wilayah
Kota Bumi merupakan ibukota Kabupaten Lampung Utara sebagai salah
satu dari 10 kabupaten di Propinsi Lampung yang baru memekarkan wilayahnya.
Secara geografis Kabupaten Lampung Utara terletak pada 4°34’-5°06’ Lintang
Selatan dan 104°30’-105°08’ Bujur Timur dengan luas wilayah 272.563 ha dan
terdiri atas 16 kecamatan dan 203 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Way Kanan
Sebelah Selatan : Kabupaten Lampung tengah
Sebelah Timur : Kabupaten Tulang Bawang
Sebelah Barat : Kabupaten Lampung Barat
Suhu maksimum Kota Bumi terjadi pada saat musim kemarau, yaitu bulan
Juni, Juli Agustus dan September di mana suhu mencapai 35oC, namun sebaliknya
dengan kelembaban dan curah hujan pada musim ini yang relatif rendah.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan November, Desember, Januari,
Februari, Maret, dan April yang mencapai 87%. Curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April. Berdasarkan
klasifikasi iklim Oldemen yang didasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan
kering, maka daerah Kota Bumi digolongkan dalam kelompok iklim Zona C, di
mana bulan basah secara berturut-turut yaitu bulan November, Desember, Januari,
Februari, Maret, dan April. Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih
dari 200 mm dan bulan kering kurang dari 100 mm. Kondisi iklim ini sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jenis tanaman
yang cukup adaptif pada daerah ini antara lain: beberapa tanaman perkebunan dan
kehutanan.
Kabupaten Lampung Utara mempunyai dua sungai (Sungai Way Rarem
dan Way Sesah) yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bagi usaha
pertanian dan penyiraman tanaman pada lanskap jalan yang ada. Hal ini didukung
oleh ketersediaan air kedua sungai tersebut yang mencukupi untuk kebutuhan
penyiraman sepanjang tahun. Tetapi kondisi sungai tidak terawat dengan baik, hal
tersebut disebabkan karena prilaku masyarakat yang suka membuang sampah di
22
membersihkan sungai dari sampah-sampah dan adanya peraturan tidak boleh
membuang sampah di sungai serta pemberian sanksi hukuman jika terjadi
pelangaran.
Jenis tanah di Kabupaten Lampung Utara didominasi oleh jenis tanah
podsolik merah kuning yang tersebar pada semua kecamatan. Tanah podzolik
merah kuning pada umumnya dijumpai pada daerah-daerah berbahan induk asam,
seperti daerah bagian barat dari Indonesia, yaitu Jawa barat, Sumatera dan
Kalimantan. Tanah ini selain bersifat asam juga merupakan tanah yang miskin
akan unsur hara. Tanah podzolik merah kuning dilihat dari sudut fisika memiliki
struktur tidak mantap, sehingga tanah jenis ini peka terhadap erosi dan dari segi
kimia tanah ini merupakan tanah yang miskin akan unsur hara dan bereaksi asam.
Tanah yang miskin hara dan besifat asam ini jika akan digunakan untuk usaha
pertanian harus dilakukan pemupukan terlebih dahulu agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik dan normal. Pada umumnya tanah seperti ini sesuai untuk tanaman
jenis perkebunan, karean dapat berfungsi sebagai penahan erosi.
4.2. Keinginan Masyarakat Terhadap Lanskap Jalan
Persepsi dan keinginan pengguna jalan mengenai lanskap jalan dapat
diketahui melalui kuisioner. Responden merupakan masyarakat kota Bumi yang
berada pada 3 (tiga) jalan utama (Gambar 9).
Tanaman Memberi Kenyamanan
0%
90%
10%
tidak sedikit ya
Tanaman Jalan
0%
50% 50%
Gambar 9 Persentase keinginan masyarakat Tanaman Untuk Jalan
0%
0%
100%
penutup tanah perdu/ semak pohon
Tanaman Estetik
24%
16% 60%
berbunga berwarna berdaun hijau
Tempat Penanaman
36%
4% 60%
pot permanen tidak permanen tanpa pot
Kondisi Lingkungan Jalan
0%
33%
67%
sejuk panas sangat panas
Pejalan Pagi Hari
16%
74% 10%
tidak pernah kadang-kadang sering
Pejalan Siang Hari
33%
54% 13%
tidak pernah kadang-kadang sering
Perbaikan Lingkungan Jalan
16%
16%
68%
24
Berdasarkan hasil kuisioner masyarakat menyatakan bahwa keberadaan
tanaman pada lingkungan jalan diperlukan. Lima puluh persen masyarakat
menyatakan perlu adanya tanaman dan 50% menyatakan sangat perlu adanya
tanaman pada lingkungan jalan. Sebagian besar masyarakat (90%) menyatakan
bahwa dengan adanya tanaman dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna
jalan. Tanaman yang diinginkan masyarakat adalah tanaman pohon (100%)
dengan alasan supaya lingkungan jalan menjadi teduh. Jenis tanaman yang
diiginkan adalah 24% menyukai tanaman berbunga, 16% menyukai tanaman
berwarna, dan 60% menyukai tanaman berwarna hijau. Sebagian masyarakat
menyatakan mereka menyukai lingkungan jalan dipenuhi oleh tanaman berbunga
dan berwarna, supaya lingkungan jalan menjadi menarik dengan aneka macam
warna dan bunga. Sebagian masyarakat menyatakan menyukai tanaman berwarna
hijau karena mereka mengiginkan lingkungan jalan menjadi sejuk dan nyaman.
Berdasarkan cara penanamannya, 36% masyarakat menyarankan tanaman
ditanam pada pot tetap, 4% ditanam pada pot yang dapat dipindah (4%), dan 60%
menyarankan tanaman ditanam langsung pada tanah. Masyarakat menyarankan
tanaman ditanam pada pot tetap dengan alasan keamanan, sedangkan penanaman
langsung pada tanah berdasarkan pertimbangan biaya.
Persepsi masyarakat mengenai kondisi iklim di Kota Bumi 67%
menyatakan sangat panas, 33% menyatakan panas, dan tidak ada masyarakat yang
menyatakan daerah Kota Bumi sejuk. Hal ini menjadi kendala bagi pengguna
jalan khususnya pejalan kaki dalam melakukan aktivitasnya. Oleh karena itu
masyarakat sangat menginginkan adanya peningkatan perbaikan kondisi jalan
termasuk dengan penanam pada lingkungan jalan.
4.3. Ketersediaan Lahan untuk Tanama n
Tabel 11 menunjukkan lebar dan panjang daerah penanaman, badan jalan
dan jalur pedestrian untuk masing- masing jalan. Ketersediaan lahan untuk
tanaman pada ketiga jalan berbeda-beda, hal tersebut disebabkan karena tidak ada
perencanaan pembuatan jalan secara total untuk jangka waktu panjang. Pelebaran
badan jalan dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat akan sarana dan prasarana jalan. Catasene dan Snyder (1996),
Perencanaan jalan yang bertahap ini menyebabkan lahan ruang untuk
tanaman menjadi berkurang karena terpakai untuk pelebaran jalan. Hal tersebut
disebabkan perencana kota lebih mementingkan kebutuhan akan prasarana
daripada kualitas lingkungan yang sehat dan baik.
Tabel 11. Ukuran wilayah jalan
Nama Jalan Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Kota Bumi 2004
Daerah penanaman pada Jalan Soekarno-Hatta ditanam langsung pada
tanah dengan lebar 2 m. Daerah penanaman kontinyu sepanjang jalan. Tanaman
yang sudah ada adalah tanaman jati putih (Gmelina arborea Roxb). Penanaman
ini dilakukan oleh Dinas Kehutanan pada tahun 1998.
Luas daerah penanaman pada Jalan Jenderal Sudirman ditentukan oleh
kebijakan masyarakat pemilik tanah yang ada di sepanjang jalan tersebut,
sehingga luas penanaman bervariasi. Daerah penanaman sebagian besar berupa
bak-bak penanaman permanen dengan ukuran bervariasi (2 m, 1,5 m, 1 m, kurang
dari 1 m atau tidak ada sama sekali). Bak-bak penanaman yang ada merupakan
program kerja Pemerintah Daerah. Program kerja tersebut ada 2 (dua), yaitu
taman perkantoran dan taman lingkungan. Jadi pada Jalan Jenderal Sudirman
penanaman tanaman berada pada spot-spot kecil.
Daerah penanaman pada Jalan Raden Intan sudah tersedia dengan lebar 1
m. Daerah penanaman tersebut belum ditanami karena belum pernah dilakukan
perencanaan penanaman. Jalan raden Intan merupakan daerah pemukiman
penduduk, di mana ada potensi pejalan kaki, tetapi tidak ada tanaman peneduh
yang dapat memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Rancangan penanaman pada jalan-jalan di Kota Bumi belum terencana
26
Rancangan penanaman yang telah ada dilakukan secara bertahap setiap tahun, dan
setiap tahap memiliki desain yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
dana dan tidak konsistenya pihak perencana.
4.3.1. Tipe Tapak
Tipe tapak pada Jalan Soekarno-Hatta adalah bangunan, jalur pedestrian,
daerah penanaman dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara jalur
pedestrian dan perkerasan jalan. Tipe tata guna lahan pada Jalan Soekarno-Hata
adalah tipe tata guna lahan yang baik, karena jalur pedestrian tidak berbatasan
langsung dengan badan jalan yang ramai dengan arus lalu lintas kendaraan.
Jalan Soekarno-Hatta termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi lebar penanaman sempit yaitu 2 m, sehingga dalam hal
penanaman harus mendapat perhatian khusus. Lebar penanaman yang sempit dan
daerah penanaman yang berbatasan langsung dengan daerah badan jalan yang
ramai dengan arus kendaraan akan sulit bagi tanaman untuk beradaptasi.
Sehingga perlu diberi perlakuan khusus pada tanaman yang baru ditanam,
misalnya pemberian penyanngga agar tanaman tidak mudah tumbang.
Keterangan: Pagar Daerah penanaman tanaman
Jalur pedestrian Badan Jalan
Gambar 10 Penampang lanskap jalan soekarno-hatta
Tipe Jalan Jenderal Sudirman adalah bangunan, daerah penanaman, jalur
pedestrian dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara bangunan dan
jalur pedestrian. Tipe tata guna lahan pada Jalan Jenderal Sudirman tidak baik
bagi kenyamanan pejalan kaki karena jalur pedestrian berbatasan langsung dengan
daerah badan jalan.
Jalan Jenderal Sudirman termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi sempit dan tanaman berada pada bak-bak penanaman
permanen. Daerah penanaman pada Jalan Jenderal Sudirman tidak kontinyu
sepanjang jalan, karena lahan digunakan untuk kepentingan komersial seperti toko
dan tempat parkir kendaraan. Menurut Nasrullah (1999), sebaiknya penanaman
tanaman jalan kontinyu sepanjang jalan.
1,5m 10m Keterangan:
Pagar Jalurpedestrian
Daerah penanaman tanaman Badan jalan
Gambar 11 Penampang lanskap jalan jenderal sudirman
Tipe Jalan Raden Intan adalah bangunan, jalur pedestrian, daerah
penanaman dan badan jalan. Daerah penanaman berada diantara jalur pedestrian
dan perkerasan jalan. Tata guna lahan pada Jalan Raden Intan adalah baik, di
mana jalur pedestrian tidak berbatasan langsung dengan badan jalan. Tetapi
karena daerah penanaman tidak ada tanaman maka kendaraan sering melaju lewat
daerah penanaman, sehingga jalur pedestrian berbatasan langsung dengan daerah
untuk laju kendaraan. Hal tersebut akan berbahaya bagi pejalan kaki.
Jalan Raden Intan termasuk dalam kelas acceptable, yaitu daerah
penanaman tersedia tetapi sempit dan belum terdapat tanaman. Daerah penanaman
yang sempit akan menganggu pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman perlu
mendapat perlakuan khusus. Selain itu harus dipilih tanaman yang tidak
mempunyai akar lutut atau akar banir. Akar lutut adalah akar yang tumbuh ke atas
kemudian membengkok kembali masuk ke dalam tanah. Akar banir adalah akar
yang berbentuk seperti papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh
tanaman. Contoh tanaman kenari (Canarium commune), sukun (Artocarpus
communis) (Tjitrosoepomo ).
1,5m 1m 3,5m
Keterangan:
Pagar Jalur pedestrian Daerah penanaman tanaman Badan Jalan
28
4.3.2. Ruang tumbuh tanaman
Ruang tumbuh adalah ruang terbuka yang tersedia untuk tanaman,
sehingga tanaman dapat bebas tumbuh dan berkembang. Ruang tumbuh pada
lingkungan jalan disebut sebagai sempadan jalan, yaitu jarak antara jalan dengan
bangunan. Sempadan Jalan diatur dalam Peraturan Daerah yang bertujuan
memberikan ruang tumbuh bagi tanaman, menciptakan lingkungan dan tata
bangunan yang teratur, rapi, indah, dan sehat, serta ketersediaan ruang pandang
yang cukup bagi pengemudi, sehingga kecelakaan dapat dihindari. Berikut ini
adalah jarak pendirian bangunan pada Jalan Soekarno-Hatta, Jenderal Sudirman,
dan Raden Intan yang sesuai dengan Peraturan Daerah Tentang Sempadan Jalan.
- - -
6 m 10 m
Gambar 13 Sempadan jalan pada Jalan Soekarno-Hatta dan Jenderal Sudirman
2,75 m 3,5 m
Gambar 14 Sempadan jalan jalan pada Jalan Raden Intan
Hasil perhitungan di atas diperoleh jarak antara jalan-bangunan yang harus
dilakukan jika akan mendirikan bangunan di daerah Jalan Soekarno-Hatta dan
Jalan Jenderal Sudirman adalah 6 m dan Jalan raden Intan 2,75 m. Dari hasil
survei pada ke tiga jalan diperoleh jumlah bangunan yang sesuai dengan Peraturan
Daerah dan bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah (Tabel 12).
Tabel 12 Jarak bangunan jalan pada tiga jalan utama kota bumi
Nama Jalan
Tidak Sesuai Perda
Sesuai Perda
Total
Bangunan Keterangan
Jl. Soekarno-hatta 34 34 68 Bengkel, usaha kayu, rumah
Jl. J. Sudirman 74 139 213 Perkantoran, toko, rumah
Tabel 12 Menunjukan bahwa pada jalan Soekarno-Hattta bagunan yang
sesuai Perda No II berjumlah 34 dan yang tidak sesuai Perda berjumlah 34.
Jumlah bangunan keseluruhan pada Jalan Soekarno-Hatta masih sedikit yaitu 68
bangunan. Bangunan yang tidak sesuai Perda berupa bangunan toko atau usaha
pelayanan jasa.
Jalan Jenderal Sudirman bangunan yang sesuai Perda berjumlah 139 dan
yang tidak sesuai Perda berjumlah 74. Perumahan masyarakat yang berada di
lingkungan Jalan Jenderal Sudirman pada umumnya memiliki jarak dari jalan
lebih atau sama dengan 6 m, jarak-jarak yang kurang dari 6 m berupa bangunan
baru, berupa toko, rumah makan, warung, dan sebagainya.
Jalan Raden Intan pada daerah pemukiman padat, bangunan yang sesuai
Perda 107 dan yang tidak sesuai Perda 3 bangunan. Perumahan tersebut sangat
padat dimana jarak antara jalan dan bangunan rata-rata hampir semua sama.
Karena perumahan penduduk tersebut merupakan perumahan penduduk asli yang
sudah lama dan dalam mendirikan bangunan mereka menyesuaikan dengan
bangunan tetangga.
Lebar sempadan masing- masing bangunan pada ketiga jalan berbeda-beda.
Meskipun sudah terdapat peraturan dalam mendirikan bangunan tetapi kesadaran
masyarakat akan pentingnya sempadan jalan masih kurang. Masyarakat akan
menggunakan tanah mereka seefektif mungkin untuk kepentingan yang memiliki
nilai komersial tinggi seperti toko atau usaha jasa lain. Menurut Simonds (1983),
manusia secara umum mempertimbangkan tanah untuk memperhitungkan
kegunanya.
Bangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah pada umumnya
merupakan bangunan baru yang bernilai komersial, seperti toko atau usaha jasa
lainnya. Pelangaran tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat
akan Perda, tuntutan ekonomi masyarakat dan pemerintah yang kurang tegas
dalam menegakkan peraturan. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan
penjelasan kepada masyarakat akan pentingnya Peraturan Daerah tentang jarak
antara jalan-bangunan dan hukum harus ditegakkan.
Bangunan yang sesuai Peraturan Daerah akan memberikan ruang tumbuh
yang cukup bagi tanaman daripada bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah.
30
berkembang dengan baik. Bangunan yang tidak sesuai Peraturan Daerah akan
menganggu pertumbuhan tanaman khususnya pohon. Bangunan yang tidak sesuai
Peraturan Daerah tidak menyediakan cukup ruang tumbuh. Ruang tumbuh yang
sempit akan mengganggu pertumbuhan tanaman, karena tanaman tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan leluasa, di mana pertumbuhan tanaman
terhalangi oleh bangunan-bangunan. Selain itu bangunan yang tidak sesuai
Peraturan Daerah akan menyulitkan bagi perencana kota dalam menentukan jenis
tanaman.
Menurut Jim (1996) bahwa ukuran ketersediaan ruang disesuaikan dengan
karakter tanaman yang akan ditanam. Jika ketersediaan ruang sempit, maka
dipilih tanaman yang memiliki ukuran kecil. Sebaliknya jika ruang tersedia cukup
luas, maka dapat menggunakan tanaman besar.
Lampiran 1 menunjukkan letak bangunan pada ketiga jalan. Garis kuning
adalah garis sempadan yang seharusnya dipatuhi oleh masyarakat yang
mendirikan bangunan pada lingkungan jalan tersebut. Pada gambar terlihat
bangunan yang sesuai dengan Peraturan Daerah dan
bangunan-bangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan Daerah. Bangunan yang paling
padat adala h pada Jalan Jenderal Sudirman, karena Jalan Jenderal Sudirman
merupakan jalan yang berada di pusat kota. Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan
Raden Intan masih banyak lahan kosong, yaitu lahan yang tidak ada bangunan.
Lahan yang tidak ada bangunan merupakan lahan yang digunakan untuk usaha
pertanian seperti ladang yang ditanami ubi kayu.
4.4. Evaluasi Tanaman
4.4.1. Inventarisasi Tanaman Tepi Jalan
Hasil survei dari ketiga jalan utama pada lokasi penelitian, diperoleh
informasi tentang jenis tanaman pada masing- masing jalan. Setiap jalan memiliki
Tabel 13 Jenis tanaman pada jalan utama kota bumi
3.Palm kuning (Chrysalidocarpus lutescens)
4.Cemara kipas (Thuja orientalis ) Semak/perdu:
1.Teh-tehan (Acalypha microphylla)
2.Pangkas kuning (Duranta repens)
3.Soka (Ixora chinensis)
4.Bougenvile orange (Bougenvillea spectabilis)
Penutup Tanah:
1.Lantana (Lantana cammara)
2.Kriminil (Alternanthera amoena)
3.Bayam merah (Iresine herbstii)
4.Kembang coklat (Zephyranthes tubispatha)
5.Taiwan beauty (Cuphea mycrophylla)
6.Adam dan hawa (Rhodeo discolor)
7.Kana (Canna indica)
8.Paku tanah (Blechun orientale)
9.Rumput manila (Zoysia matrella)
10.Rumput gajahan (Axonophus compressus)
403,3
Tanaman yang ada pada Jalan Soekarno-Hatta hanya ada 1 jenis tanaman,
yaitu tanaman pohon jati putih dengan jumlah 292 pohon. Tanaman jati putih
dominan pada jalan tersebut karena sudah ada perencanaan penanaman. Tanaman
jati putih dipilih karena pada saat itu bibit tanaman tersebut melimpah di daerah
Lampung, Ketersediaan bibit tanaman adalah salah satu masalah yang sering
dijumpai oleh perancang taman/wilayah, sehingga alternatif yang dipilih adalah
mencari tanaman yang tersedia pada daerah tersebut, selain harganya tidak mahal
tanaman sudah dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Tanaman jati putih di tanam bertujuan untuk mengarahkan pengendara ke
arah terminal atau ke daerah Palembang. Tetapi karena tanaman yang tumbuh
32
pohon berada pada spot-spot atau tanaman dengan penanaman secara
sendiri-sendiri (individual). Sehingga tanaman jati putih tidak kontinyu sepanjang jalan.
Jalan Jenderal Sudirman sudah pernah dilakukan perencanaan pada
lingkungan jalan khususnya daerah penanaman. Walaupun perencanaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah tidak secara keseluruhan, hanya berupa
spot-spot atau taman-taman kecil. Sehingga pada sepanjang Jalan Jenderal Sudirman
memiliki desain penanaman beragam dan dengan jenis tanaman beragam.
Jalan Jenderal Sudirman terdapat 4 jenis tanaman pohon/palm, yaitu
cemara, palm raja, palm kipas, palm kol dan palm kuning. Tanaman yang
dominan pada jalan tersebut adalah tanaman semak/perdu dan tanaman penutup
tanah. Jenis tanaman pada jalan tersebut beragam, karena tanaman ditanam dalam
kelompok taman-taman kecil. Tanaman semak/perdu berjumlah 4 jenis, yaitu
teh-tehan, pangkas kuning, soka dan bogenvil orange. Tanaman semak/perdu yang
dominan adalah tanaman teh-tehan seluas 403,3 m2 dan pangkas kuning 132,48
m2. Kedua tanaman tersebut dipilih karena tanaman mudah tumbuh dan tanaman
tersedia melimpah.
Tanaman penutup tanah ada 10 jenis, yaitu lantana, kriminil, bayam
merah, kembang coklat, taiwan beauty, adam dan hawa, kana, paku, rumput
manila dan rumput gajahan. Tanaman penutup tanah yang dominan adalah
bayam merah, yaitu 81,41 m2 dan paling sedikit adalah kana, yaitu 0,8 m2.
Jalan Raden Intan tidak ada tanaman pada daerah penanaman dan belum
pernah dilakukan perencanaan. Pemerintah Daerah lebih mengutamakan Jalan
Jenderal Sudirman sebagai jalan utama yang berada pada pusat kota dan Jalan
J L. J E N D R A L S U D I R M A N Daerah Penanaman : Bervariasi Pedestrian : 2500 m 1,5 m
Tipe Jln. Soekarno - Hatta
Panjang Lebar
EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI LAMPUNG UTARA
DIGAMBAR OLEH
ISYANI
DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Ir. Nurhayati Ansori Mattjik, M.S.
SKALA NO. GAMBAR
PETA EKSISTING
Sum ber Pet a : Depart em en Pekerj aan Um um Kot a Bum i Lam pung
Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, M.S., Ph.D
34
4.4.2. Pengukuran Fisik Tanaman
4.4.2.1. Tanaman Pohon/palm
Jenis tanaman pohon/palm yang terdapat pada lokasi penelitian adalah
pohon jati putih, palm raja, palm kol, palm kuning dan cemara. Pengukuran fisik
tanaman poho n meliputi pengukuran tinggi pohon, pengukuran diameter batang
pohon, lebar tajuk dan tinggi batang paling bawah.
Gambar 16 Klasifikasi tinggi pohon/palm
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi tanaman pohon/palm yang berada
pada ketiga lokasi studi, diperoleh informasi bahwa tinggi pohon jati putih dengan
jumlah 30 pohon (10 %) berada pada kelas sedang dan 262 pohon (80 %) berada
pada kelas tinggi. Pohon yang berada pada kelas sedang, tidak semua tanaman
murni memiliki tinggi antara 1-5 m, karena terdapat beberapa tanaman yang
mengalami pemangkasan. Pemangkasan tersebut dilakukan agar supaya tajuk
tanaman tidak menyentuh kabel listrik. Di Depan Kantor Bulog tanaman jati putih
dipotong sampai hanya tersisa batang setinggi 0,5m (Gambar 16). Hal tersebut
dilakukan karena pohon jati menutupi kantor dan taman.
Gambar 17 Tanaman mengalami pemangkasan
Tinggi palm raja dengan jumlah 4 pohon (1,21 %) berada pada kelas
sedang dan 19 pohon (5,74 %) berada pada kelas tinggi. Tanaman palm raja
dengan kelas tinggi sedang merupakan tanaman yang baru ditanam, tanaman
tersebut berada di depan rumah penduduk dan penduduk tersebut yang menanam.
Sedangkan tanaman yang berada pada kelas tinggi adalah tanaman yang berada di
taman publik yang kebetulan berada di tepi Jalan Jenderal Sudirman. Tinggi palm
raja dapat mencapai lebih dari 20m. Pohon cemara dengan jumlah 7 pohon (2,12
%) berada pada kelas tinggi pohon rendah.
Palm kol 4 pohon (1,21 %) berada pada kelas sedang. Berdasarkan
literatur bahwa palm kol memiliki tinggi maksimal 5m. Palm kuning dengan
jumlah 5 pohon (1,52 %) berada pada kelas rendah, tinggi maksimal palm kuning
5m. Pohon cemara dengan jumlah 7 pohon (2,12 %) berada pada kelas tinggi
pohon rendah. Karena pohon cemara masih kecil dan baru ditanam.
Gambar 18 Klasifikasi diameter batang pohon
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara 59
27
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Jumlah Pohon (%)
Semai < 10 cm Kecil 10-29 cm Sedang 30-59 cm Dewasa > 59 cm
36
Dari hasil pengukuran diameter batang (DBH) diketahui bahwa pohon jati
putih memiliki diameter batang paling banyak pada kelas kecil, yaitu diameter
antara 10-29 cm dengan jumlah 198 pohon (59,82%), kelas sedang antara 30-59
cm berjumlah 92 pohon (27,79%), kelas semai < 10 cm berjumlah 2 pohon
(0,6%). Tanaman jati putih dengan diameter > 59 cm untuk kelas dewasa tidak
ada, karena tanaman jati putih baru ditanam pada tahun 1998. Menurut Direktorat
Pembenihan Tanaman Hutan diameter rata-rata pohon jati putih adalah 50 cm,
tetapi kadang-kadang dapat mencapai 140 cm.
Diameter palm raja terbanyak pada kelas sedang yaitu antara 30-59 cm
dengan jumlahn 19 pohon (5,74%). Palm raja juga ada yang memiliki diameter
dalam kelas kecil antara 10-29 cm, berjumlah 4 pohon (1,21%). Palm raja yang
berada pada kelas sedang ditaman kurang lebih tahun 1995, yang ditanam oleh
Pemerintah Daerah setempat. Sedangkan pohon palm raja yang berada pada kelas
kecil ditanam masyarakat di depan rumah mereka kurang lebih tahun 2003.
Diameter palm kol berada pada kelas semai berjumlah 4 pohon (1,21%).
Palm kuning berada pada kelas semai yaitu diameter < 10 cm berjumlah 5 pohon
(1,52%). Cemara berada pada kelas semai berjumlah 7 pohon (2,12%), karena
tanaman tersebut masih kecil.
Gambar 19 Klasifikasi lebar tajuk
Jati putih Palm raja Palm kol Palm Kuning Cemara
Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m
Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m
Lebar Tajuk Pohon (m)
Semai < 2 m Kecil 2-4 m
Lebar tajuk pohon jati putih 170 pohon (51,36%) berada pada kelas kecil,
105 (31,72%) pohon berada pada kelas sedang dan 9 pohon (2,72%) berada pada
kelas besar. Tanaman jati rata-rata memiliki lebar tajuk kecil karena ukuran
tanaman jati putih kecil, ada beberapa tanaman yang memiliki ukuran besar dan
memiliki lebar tajuk lebih lebar. Menurut Direktorat Pembenihan Tanaman
Hutan, tanaman jati putih termasuk golongan tanaman pohon dengan ukuran
sedang. jati putih terbanyak masuk dalam kelas kecil dan dewasa. Tanaman jati
putih yang termasuk dalam kelas kecil merupakan tanaman sulaman, yaitu
tanaman yang baru ditanam.
Lebar tajuk palm raja 21 pohon (6,34%) berada pada kelas kecil dan 2
pohon (0,6%) berada pada kelas sedang. Palm raja memiliki lebar tajuk maksimal
5m. Palm kol 4 pohon (1,21%) berada pada kelas semai. Palm kuning 5 pohon
(1,51%) berada pada kelas semai. Cemara 7 pohon (2,12%) berada pada kelas
semai.
Gambar 20 Klasifikasi tinggi tajuk paling bawah
Tinggi Tajuk paling bawah untuk pohon jati putih dengan jumlah 23
pohon (7,88%) berada pada kelas buruk, yaitu tajuk paling bawah memiliki tinggi
< 2m. Tajuk dengan tinggi < 2m berbahaya bagi pengguna jalan, karena dahan
atau ranting akan mengganggu arus lalu lintas maupun pejalan kaki, sehingga
Jati putih Palm raja Palm kol Palm kuning Cemara
Tinggi Tajuk Paling Bawah (m) 75
40
20
17
7 6 5 4 3 2 1
0
Jumlah Pohon (%)
Buruk < 2 m
38
pengguna jalan menjadi tidak nyaman. Tanaman yang termasuk dalam kelas baik
berjumlah 219 pohon (75%) dengan tinggi tajuk paling bawah antara 2-4m. Kelas
tersebut tidak berbahaya bagi pejalan kaki, tetapi akan berbahaya jika ranting
sampai pada daerah arus kendaraan, karena ada beberapa jenis kendaraan yang
memiliki tinggi 2-4m. Kelas tinggi tajuk sangat baik berjumlah 50 pohon
(17,12%), yaitu tinggi tajuk paling bawah 5m. Tinggi tajuk tersebut sangat baik
untuk lanskap jalan.
Tinggi tajuk paling bawah palm raja dengan jumlah 1 pohon (0,3 %)
adalah dalam kelas buruk, tetapi hal tersebut disebabkan karena tanama n masih
kecil, sehingga tanaman tersebut tidak dapat digolongkan dalam kelas buruk.
Palm raja dengan jumlah 3 pohon (0,91%) adalah dalam kelas baik dan 19 pohon
(5,74%) pada kelas sangat baik. Palm raja setelah dewasa akan memiliki tinggi
tajuk paling bawah sangat tinggi karena palm raja adalah tanaman yang tidak
memiliki ranting dan palm raja termasuk dalam golongan tanaman monopodial.
Tinggi tajuk paling bawah palm kol 1 pohon (0,3 %) berada pada kelas
buruk dan 3 pohon (0,91 %) berada pada kelas baik. Palm kuning 5 pohon (1,52
%) berada pada kelas buruk, karena palm kuning memiliki tinggi pohon
maksimal 5m, sehingga tinggi tajuk selalu berada di bawah 5m. Cemara 7 pohon
(2,12 %) berada pada kelas buruk, karena pohon cemara masih kecil.
4.4.2.2. Tanaman Semak/Perdu
Pengukuran fisik tanaman semak/perdu berupa panjang pananaman, lebar
penanaman dan tinggi tanaman. Tanaman semak/perdu pada Jalan Jenderal
Sudirman berada pada spot-spot penanaman yang memiliki ukuran panjang dan
lebar beda. Setiap spot juga memiliki ukuran tanaman yang
berbeda-beda, karena pemeliharaan tanaman yang berupa pemotongan tanaman hanya
berupa merapikan tanaman, sedangkan untuk ukuran lebar dan tinggi tanaman
tidak sama antara spot satu dengan yang lain pada sepanjang jalan. Panjang
penanaman juga tidak sama karena sepanjang jalan tersebut merupakan area padat
penduduk yang mana kepemilikan lahan terpecah-pecah, dimana kepentingan
Tabel 14 Ukuran fisik tanaman semak/perdu
4 Bogenvil orange
(Bougenvillea spectabilis)
2 1,5 2
Tabel 14 menunjukkan bahwa tanaman teh-tehan dan pangkas kuning
adalah tanaman yang dominan di Jalan Jenderal Sudirman. Panjang tanaman
tersebut adalah 729,9 m dan 144,7 m, rata-rata lebar tanaman 0,95 m dan 0,66 m,
dan tinggi rata-rata tanaman adalah 0,68 m dan 0,41 m. Tanaman teh-tehan
dominan karena tanaman tersebut mudah diperoleh dan mudah tumbuh.
Sedangkan jumlah tanaman soka hanya sedikit, yaitu dengan panjang penanaman
6,6 m, rata-rata lebar penanaman 0,23 m dan rata-rata tinggi tanaman 0,31m.
4.4.2.3. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah yang terdapat pada lokasi penelitian khususnya
pada Jalan Jenderal Sudirman adalah tanaman yang berada pada taman-taman atau
spot-spot kecil yang terletak di depan perkantoran, perumahan atau pertokoan.
Pada setiap taman terdiri dari beberapa macam jenis tanaman, baik tanaman
pohon, semak/perdu dan penutup tanah. Jenis tanaman yang ada tergantung dari
pemilik taman tersebut atau pemerintah. Penanaman tanaman penutup tamah
memiliki panjang dan lebar berbeda-beda dengan pola penanaman tidak kontinyu
sepanjang jalan.
Penanaman dalam spot-spot kecil dan tidak kontinyu sepanjang jalan
merupakan konsep penanaman yang tidak baik untuk lanskap jalan. Karena
spot-spot penanaman yang kecil tidak dapat terlihat dengan jelas oleh pengemudi
kendaraan. Sehingga disarankan pemilihan tanaman untuk lanskap jalan
sebaiknya tidak beragam, dan dengan pola penanaman yang kontinyu sepanjang