• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA HIDUP, MOTIVASI, DAN ALOKASI WAKTU

KELUARGA USIA PENSIUN

HALISA ROHAYU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HALISA ROHAYU. Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun. Dibimbing oleh HARTOYO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup dan motivasi terhadap alokasi waktu keluarga usia pensiun. Contoh dalam penelitian ini adalah individu yang berusia 55 tahun keatas yang diambil secara purposive sampling yang dilaksanakan di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan karakteristik contoh yang tinggal di daerah kota maupun daerah kabupaten. Lebih dari setengah pensiunan memiliki skor motivasi pada kategori menengah (95.5%). Contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori gaya hidup, yaitu gaya hidup orientasi sosial (40.9%), orientasi ekonomi (48.1%), dan orientasi pribadi (40.9%). Rata-rata waktu digunakan yang untuk bekerja adalah 1.8 jam/hari, untuk kegiatan domestik 3.2 jam/hari, dan kegiatan pribadi 19.0 jam/hari. Temuan lain mengindikasikan bahwa pekerjaan, tempat tinggal, jumlah tanggungan keluarga, usia, pendapatan, gaya hidup orientasi ekonomi, dan motivasi contoh memengaruhi pola alokasi waktu .

Kata kunci : alokasi waktu, k-mean cluster, orientasi gaya hidup, usia pensiun

ABSTRACT

HALISA ROHAYU. Lifestyle, Motivation, and Time Allocation of Retirement Family. Supervised by HARTOYO.

The research is intended to analyze the influence of lifestyle and motivation on time allocation of retired age individuals. The samples in this study were 154 individuals aged 55 years and above who were selected purposively in Kota Bogor (urban area) and Kabupaten Bogor (rural area). Data were collected by interviews using questionnaires. The results showed that there is no difference sample characteristics between those who lives in urban and rural areas. More than half of retirees tend to have motivation at medium level (95.5%). The samples are categorized into three group of lifestyle, i. e., socially oriented (40.9%), economically oriented (48.1%), and personal oriented (11.0%). The average time spent to income generated activities is 1.8 hours/day, to household work is 3.2 hours/day, and to personal activities is 19.0 hours/day. Another finding indicates thas variables of occupation, residence, number of family dependents, age, income, economy-oriented lifestyle, and motivation have influenced the time allocation pattern.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

GAYA HIDUP, MOTIVASI, DAN ALOKASI WAKTU

KELUARGA USIA PENSIUN

HALISA ROHAYU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun

Nama : Halisa Rohayu NIM : I24090023

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Hidup, Motivasi, dan Alokasi Waktu Keluarga Usia Pensiun”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Irni Rahmayani Johan, SP, MM selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta Bapak M.A. Kobri, Ibu Hartini dan adik- adik atas dukungan, semangat, kasih sayang dan bantuan doa terbaik untuk terus berusaha menyelesaikan penelitian. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman IKK 46, terutama sahabat tercinta Woro, Ayu, dan Tiwi atas kesetiaannya selama ini dan memberikan semangat. Tidak lupa terima kasih kepada teman seperjuangan penelitian, Dyah Purnamasari, Sri Wahyuni M, Silvia Dewi S. A, dan Sri Sulastri atas waktu, kebersamaan, dan motivasinya, serta kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT membalas semuanya dengan kebaikan.

Demikian ucapan terima kasih ini dipersembahkan dari hati yang paling dalam. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang.

Bogor, Februari 2014

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 6

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6

Teknik Pengambilan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Metode Analisis Data 8

Definisi Operasional 10

HASIL 11

Karakteristik Contoh dan Keluarga 11

Gaya Hidup 12

Motivasi 14

Alokasi Waktu 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Waktu Contoh 17

PEMBAHASAN 19

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 26

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 8

2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan tempat

tinggal contoh 11

3 Sebaran contoh berdasarkan kategori gaya hidup 12 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup

contoh 13

5 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor motivasi dan

tempat 15

6 Persentase alokasi waktu kegiatan contoh berdasarkan

tempat tinggal contoh 15

7 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu nafkah dan

tempat tinggal contoh 16

8 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu domestik dan

tempat tinggal contoh 16

9 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu pribadi dan

tempat tinggal contoh 17

10 Hasil uji regresi terhadap alokasi waktu contoh 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 6

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Bank Dunia (2011), Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar ke empat di dunia. BKKBN (2013) menyatakan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 250 juta jiwa. Dengan kemajuan teknologi dan kesehatan, angka harapan hidup penduduk Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 ini, Kemenkes (2013) mengatakan bahwa umur rata-rata penduduk Indonesia akan mencapai 72 tahun. Meningkatnya angka harapan hidup membuat jumlah penduduk lanjut kian bertambah. Hasil Susenas yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara berstruktur tua, hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7 persen dari keseluruhan penduduk. Struktur penduduk yang menua tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara global dan nasional. Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat yang meningkat. Dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan.

Hasil survei yang dilakukan SHARE menunjukkan bahwa sebesar 30 persen orang usia lanjut di Eropa masih bekerja. Di Indonesia sendiri juga masih terdapat orang yang sudah berusia lanjut masih bekerja mencari nafkah. Sakernas tahun 2011 menemukan bahwa sebesar 45.4 persen lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sudah tua, mereka masih mampu bekerja secara produktif. Di sisi lain, hal tersebut mengindikasikan bahwa kesejahteraan lansia masih rendah, karena mereka masih harus bekerja mencari nafkah di usia yang sudah tidak muda lagi.

Banyak perubahan yang terjadi ketika memasuki usia tua. Penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik merupakan dua hal yang dialami seiring dengan bertambahnya usia. Hal tersebut membuat seseorang harus memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukannya agar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat ini. Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia di Indonesia masih rendah. Hal itu dapat terlihat dari hasil Susenas (2012) yang menyatakan bahwa lebih dari separuh lansia (52.1%) mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir. Keluhan kesehatan ini tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, tetapi hal ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesehatan lansia.

(12)

2

kegiatan dan besarnya waktu yang perlukan untuk setiap kegiatan sangat beragam, sehingga pengalokasian waktu untuk melakukan kegiatan menjadi sangat penting. Pada dasarnya rumah tangga mengalokasikan waktunya untuk tiga kategori kegiatan yaitu waktu untuk aktivitas pasar, baik untuk usaha sendiri maupun diupah, waktu untuk aktivitas rumah tangga, dan waktu untuk santai (Becker 1965). Bryant dan Zick (2006) juga mengatakan bahwa waktu dialokasikan untuk tiga kegiatan, yaitu bekerja mencari nafkah, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan kegiatan santai. Pemilihan kegiatan dalam memanfaatkan waktu dilakukan untuk mencapai kepuasan maksimum individu dan rumah tangga. Seseorang akan menggunakan waktunya untuk kegiatan yang diyakini dapat memberikan manfaat terbesar. Sebagai contoh, seseorang yang sangat membutuhkan uang akan meluangkan waktunya lebih banyak untuk bekerja karena dengan bekerja dapat meningkatkan pendapatan. Peningkatan curahan waktu untuk mencari nafkah tentunya akan ada pengorbanan berupa berkurangnya waktu untuk kegiatan domestik dan kegiatan santai. Pada usia produktif, rata-rata orang Asia/Pasifik menghabiskan waktu selama enam jam per hari untuk bekerja (OECD 2011). Dengan kata lain sebesar 25 persen waktu dalam sehari digunakan untuk bekerja. Di Indonesia sendiri, jumlah jam kerja pekerjanya rata-rata adalah 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Artinya pekerja di Indonesia memiliki rata-rata minimum jam kerja 40 jam per minggu. Hal itu diungkapkan dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang berjudul Decent Work Indonesia. Memasuki usia tua, besarnya curahan waktu untuk bekerja mencari nafkah akan mengalami penurunan akibat mengalami pensiun. Croda dan Chapela (2005) mengatakan bahwa rata-rata orang di Eropa yang berusia lebih dari 50 tahun mencurahkan waktunya selama 1.5 jam per hari untuk bekerja mencari nafkah. Hal itu menyebabkan tersedianya banyak waktu luang yang dapat diisi dengan kegiatan bermanfaat.

Penelitian terdahulu mengenai alokasi waktu sendiri sudah cukup banyak dilakukan. Pada umumnya peneliti terdahulu melihat alokasi waktu pada isteri (Maehara 2012; Busthanul 1998) dan pada pasangan suami istri usia produktif (Ariyanto 2004; Mangkuprawira 1985; Suprihatin 1985; Rochaeni 2005; Soepriati 2006; Muslim 2003; Clark, Johnson, McDermed 1980; Bloemen, Pasqua, Stancanelli 2009). Krantz-Kent dan Stewart (2007) mengatakan bahwa penelitian mengenai penggunaan waktu pada orang tua terutama yang sudah pensiun masih sedikit. Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa pemahaman bagaimana orang tua menghabiskan waktu dan cara mereka menggunakan waktu terutama setelah pensiun cukup penting karena akan memengaruhi kesejahteraan mereka.

(13)

3 berupaya untuk mempertahankan gaya hidup yang dimiliki pada usia produktif tentunya memberikan dampak pada besarnya alokasi waktu ketika memasuki usia tua. Orang yang sudah tua akan mencurahkan waktunya yang lebih banyak untuk bekerja agar bisa tetap hidup sesuai dengan standar hidup ketika masih produktif dulu (Grewal et al. 2004).

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan. Dalam melakukan suatu kegiatan terdapat beberapa hal yang dapat memotivasi seseorang. Menurut Sumarwan (2002), motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan Komnas Lansia pada tahun 2008, ditemukan bahwa alasan paling umum lansia masih bekerja adalah karena ekonomi yang tidak mencukupi. Artinya ada sebagian dari mereka yang masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya padahal pada masa lansia keterbatasan fisik dan penurunan kesehatan menjadi salah satu permasalahan yang dialami lansia. Alasan lain lansia tetap bekerja adalah karena ingin tetap aktif dan mandiri.

Perumusan Masalah

Salah satu tahap dalam siklus perkembangan keluarga menurut Duvall adalah menjadi keluarga usia lanjut. Tahap ini merupakan tahapan terakhir yang dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Berbagai permasalahan muncul pada fase ini, seperti penurunan kesehatan, kondisi finansial yang tidak memadai, dan kesepian. Salah satu tugas perkembangan pada tahapan ini adalah mempertahankan keakraban dengan pasangan dan mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. Tugas perkembangan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menggunakan waktu luang yang tersedia untuk bekumpul bersama keluarga dan melakukan kegiatan sosial. Brajsa-Zganec, Merkas, dan Sverko (2010) mengungkapkan bahwa mengisi waktu luang dengan kegiatan santai memberikan kontribusi pada kesejahteraan subjektif. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut memberikan kesempatan untuk memenuhi nilai hidup. Melakukan kegiatan santai di waktu luang tersebut orang dapat membangun hubungan sosial, merasakan emosi positif, memperoleh tambahan keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Adanya permasalahan seperti menurunnya kemampuan ekonomi, membuat orang yang sudah memasuki usia tua dituntut untuk tetap bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Padahal dengan status mereka sebagai orang yang sudah tua, keterbatasan fisik dan menurunnya kesehatan mereka dapat mengurangi kemampuan mereka dalam bekerja.

(14)

4

1. Bagaimana alokasi waktu dari kegiatan yang dilakukan oleh contoh?

2. Bagaimana motivasi contoh dalam mengalokasikan waktu dari kegiatan yang dilakukan?

3. Bagaimana gaya hidup contoh dalam mengalokasikan waktu dari kegiatan yang dilakukan?

4. Bagaimana pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu contoh?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup dan motivasi terhadap alokasi waktu keluarga usia pensiun.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi alokasi waktu contoh

2. Mengidentifikasi motivasi contoh terhadap pemanfaatan waktu 3. Mengidentifikasi gaya hidup yang dimiliki oleh contoh

4. Menganalisis pengaruh antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu contoh

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara luas untuk kepentingan umum, diantaranya :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk mengembangkan diri sesuai dengan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan dan dapat memberikan tambahan pengetahuan terkait dengan alokasi waktu keluarga.

2. Bagi Masyarakat Umum

Sebagai sumber informasi yang memberikan gambaran tentang kehidupan para keluarga yang telah memasuki usia pensiun sehingga dapat memotivasi para keluarga untuk mengalokasikan waktu secara efektif dan efisien.

3. Bagi IPB

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi alokasi waktu pada keluarga usia pensiun.

4. Bagi Pemerintah

(15)

5

KERANGKA PEMIKIRAN

Pada umumnya masyarakat memandang bahwa seseorang dikatakan telah pensiun jika ia telah berhenti bekerja formal setelah cukup usia. Berbagai perubahan terjadi ketika memasuki masa pensiun, salah satunya adalah ketersediaan waktu. Dengan tidak bekerja lagi, berarti waktu yang selama ini dialokasikan untuk bekerja mencari uang menjadi kosong. Artinya, waktu luang yang dimiliki oleh seseorang yang telah pensiun menjadi lebih banyak dibandingkan ketika masih aktif bekerja.

Waktu merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh suatu keluarga. Sumber daya waktu merupakan sumberdaya yang unik, karena selain tidak dapat dikategorikan sebagai sumber daya manusia, juga tidak dapat ditambah, dikurangi, diakumulasi atau disimpan. Oleh karena itu, pemanfaatannya perlu dikelola agar seluruh kegiatan keluarga dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Mangkuprawira (1985) membagi kegiatan menjadi enam jenis, yaitu kegiatan mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga, kegiatan sosial, kegiatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, kegiatan pribadi, dan kegiatan waktu luang. Pada penelitian ini jenis kegiatan dibagi menjadi tiga, yaitu kegiatan mencari nafkah, kegiatan domestik, dan kegiatan pribadi.

Penelitian ini mengadopsi model konseptual perilaku ekonomi keluarga (Mangkuprawira 1985) yang mengatakan bahwa besarnya curahan waktu untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Beberapa faktor yang mempengaruhi alokasi waktu adalah usia, pengetahuan, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan keluarga, jenis pekerjaan, dan struktur sosial.

Pada penelitian ini, besarnya curahan waktu untuk setiap kegiatan diduga dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarga, gaya hidup, dan motivasi. Karakteristik individu dan keluarga terdiri dari usia, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, riwayat pekerjaan, lama pernikahan, dan pendapatan per kapita keluarga. Gaya hidup terdiri dari aktivitas, minat, dan opini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan saat memasuki usia pensiun. Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu, yang terbagi menjadi motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.

(16)

6

Ket: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek yang berbeda. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor (perumahan Bantarjati dan Indraprasta) dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (perumahan Ciomas Permai dan Taman Pagelaran). Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut terdapat perumahan yang sudah lama ada sehingga diharapkan terdapat banyak keluarga usia pensiun yang memiliki latar belakang pekerjaan sebelum pensiun yang sesuai dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan April hingga Mei 2013.

Teknik Pengambilan Contoh

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan tema “Manajemen Sumberdaya Keluarga Usia Pensiun” yang bertujuan untuk

Input

Karakteristik Individu dan Keluarga  Usia

 Jumlah tanggungan keluarga

 Lama pendidikan

 Riwayat pekerjaan

 Lama pernikahan

 Pendapatan per kapita

Nilai

Lingkungan sosial Motivasi Gaya hidup Kepribadian

Proses

Pengelolaan Sumberdaya Sekarang

Peran gender

Alokasi waktu

Alokasi pengeluaran

Kesejahteraan Keluarga

Fisik

Ekonomi

Psikologis

Sosial

Output

(17)

7 melihat perilaku manajemen sumberdaya keluarga terkait dengan peran gender dalam pengambilan keputusan, alokasi waktu dan pengeluaran, strategi nafkah dan dukungan sosial, dan perencanaan keuangan hari tua pada masa lalu. Contoh dibedakan berdasarkan tempat tinggal (kota dan kabupaten) dan riwayat pekerjaan (PNS dan non PNS). Penelitian ini hanya terfokus pada alokasi waktu contoh yang dibedakan berdasarkan tempat tinggal (kota dan kabupaten)

Populasi penelitian ini adalah keluarga yang telah memasuki usia pensiun (>55 tahun) yang bertempat tinggal di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor yaitu di empat perumahan yang telah ditentukan. Pemilihan perumahan tersebut dilakukan secara purposive dengan dugaan bahwa di perumahan tersebut terdapat banyak keluarga yang sudah memasuki usia pensiun karena perumahan tersebut sudah tergolong perumahan lama.

Contoh dalam penelitian ini adalah individu yang telah memasuki usia pensiun (>55 tahun), bertempat tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor, dan sudah mengalami pensiun. Jumlah contoh yang diambil masing-masing sebanyak 80 orang untuk setiap wilayah (Kota dan Kabupaten Bogor), sehingga total keseluruhan contoh adalah 160 orang. Jumlah tersebut dipilih kerena untuk memenuhi kriteria minimal statistik n=30. Metode pemilihan contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik penarikan contoh secara purposive.

Gambar 2 Skema penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner dengan teknik wawancara. Data sekunder berupa

(18)

8

gambaran umum lokasi penelitian dan demografi daerah diperoleh dari instansi terkait. Data primer meliputi karakteristik contoh dan keluarga (usia, tempat tinggal, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, lama pernikahan, pendapatan per kapita, motivasi contoh, gaya hidup contoh, dan alokasi waktu contoh. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini telah diuji reliabilitasnya dengan nilai α -cronbach sebesar 0.704 (gaya hidup) dan 0.677 (motivasi).

Kuesioner berisi tentang karakteristik contoh dan keluarga yang terdiri dari usia, tempat tinggal, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, lama pernikahan, dan pendapatan. Selain itu kuesioner juga berisi tentang gaya hidup, motivasi, dan alokasi waktu. Kuesioner yang mengukur variabel gaya hidup dan motivasi diukur menggunakan skala likert dari 1 hingga 5 (sangat tidak setuju hingga sangat setuju). Berikut adalah cara pengukuran variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini: 1. Variabel gaya hidup terdiri dari 31 item pernyataan yang terdiri dari aktivitas, minat, dan opini. Pernyataan gaya hidup pada kuesioner dimodifikasi dari Mukhti (2012) dan merujuk pada Mangkuprawira (1985).

2. Motivasi diukur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 12 item pernyataan. Pernyataan pada variabel motivasi terdiri dari motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Semakin tinggi skor mengindikasikan contoh melakukan sesuatu untuk mencapai kepuasan (internal) dan semakin rendah skor mengindikasikan contoh melakukan sesuatu untuk keluar dari ketidakpuasan (eksternal).

3. Pengukuran alokasi waktu contoh dilakukan dengan metode recall 24 jam. Contoh mengingat kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada hari kemarin selama 24 jam

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Indikator

Data Primer

1 Karakteristik Contoh Umur, pendidikan, pekerjaan 2 Karakteristik Keluarga Tempat tinggal, jumlah

tanggungan keluarga, lama pernikahan, dan pendapatan per kapita per bulan

3 Motivasi Motivasi

4 Gaya hidup Aktivitas, minat, opini

5 Alokasi Waktu Alokasi waktu nafkah,

domestik, dan pribadi

Data Sekunder

6 Gambaran umum lokasi dan demografi lokasi penelitian

Instansi pemerintah setempat

Metode Analisis Data

(19)

9 diperoleh data sebanyak 154 contoh yang layak digunakan dalam analisis. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik contoh dan keluarga (usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, lama pernikahan, dan pendapatan per kapita), gaya hidup, motivasi, dan alokasi waktu contoh.

Analisis statistik inferensia akan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical package for Social Science (SPSS). Analisis data yang digunakan adalah uji beda independent sample t-test dilakukan untuk melihat perbedaan antara kota dan kabupaten dengan variabel penelitian, selain itu uji K-mean cluster digunakan untuk mengelompokkan contoh berdasarkan gaya hidup yang dimilikinya. Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat pengaruh antara karakteristik keluarga, motivasi, dan gaya hidup terhadap alokasi waktu contoh.

Variabel motivasi terdiri dari 12 item pertanyaan dan dikategorikan rendah (12-28), sedang (29-44), dan tinggi (45-60). Pengkategorian rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus interval kelas :

Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum – Skor Minimum Σ Kategori

Gaya hidup dibagi menjadi tiga kluster dengan menggunakan uji K-mean cluster. Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek penelitian ke dalam kelompok-kelompok dengan menggunakan atribut (variabel) pengelompok tertentu. Dalam satu kelompok diharapkan anggotanya memiliki sifat kemiripan yang tinggi dan anggota satu kelompok dengan anggota kelompok yang lain diharapkan memiliki perbedaan yang berarti. Gaya hidup dibedakan menjadi tiga kluster, yaitu kluster orientasi sosial, orientasi ekonomi, dan orientasi pribadi.

Alokasi waktu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu alokasi waktu untuk kegiatan mencari nafkah, kegiatan domestik, dan kegiatan pribadi. Penilaian variabel alokasi waktu kegiatan mencari nafkah, domestik, dan pribadi ialah dengan menyetarakan jawaban contoh ke dalam satuan jam per hari.

Kegiatan mencari nafkah terdiri dari kegiatan yang bernilai ekonomi atau

kegiatan yang menambah penghasilan. Kegiatan domestik adalah aktivitas dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti masak, membersihkan rumah, dan mengasuh anak. Kegiatan pribadi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan pribadi dan kegiatan untuk mengisi waktu luang, seperti makan, tidur, beribadah, olahraga, menonton tv, dan bersosial. Alokasi waktu nafkah dan domestik dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (<5 jam/hari), sedang (5-10 jam/hari), dan tinggi (>10 jam/hari). Alokasi waktu pribadi juga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah (<13 jam/hari), sedang (13-18 jam/hari), dan tinggi (>18 jam/hari).

(20)

10

hidup berorientasi pribadi, dan motivasi. Model regresi yang digunakan dirumuskan sebagai berikut:

Y1 = α + 1D1 + 2D2 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 3D3 + 4D4 + 6X6 Y2 = α + 1D1 + 2D2 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 3D3 + 4D4 + 6X6 Y3 = α + 1D1 + 2D2 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 3D3 + 4D4 + 6X6

Keterangan :

Y1 : Alokasi waktu nafkah (jam/hari) Y2 : Alokasi waktu domestik (jam/hari) Y3 : Alokasi waktu pribadi (jam/hari) α : konstanta

: koefisien regresi : koefisien dummy

D1 : Pekerjaan (1 : non PNS, 0 : PNS) D2 : Tempat tinggal (1 : kabupaten, 0 : kota) X1 : Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X2 : Usia contoh (tahun)

X3 : Lama pendidikan contoh (tahun) X4 : Lama pernikahan contoh (tahun) X5 : Pendapatan keluarga (rupiah)

D3 : Gaya hidup ekonomi (1 : orientasi ekonomi, 0 : lainnya) D4 : Gaya hidup pribadi (1 : orientasi pribadi, 0 : lainnya) X6 : Motivasi

Definisi Operasional

Contoh adalah bagian dari kumpulan yang diamati dalam sebuah penelitian, dalam penelitian ini merupakan individu yang telah memasuki usia pensiun (>55 tahun)

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri sebuah keluarga contoh yang menggambarkan keadaan diri contoh yang terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga, dan jumlah anggota keluarga

Kota adalah kawasan pemukiman yang merupakan gabungan dari beberapa wilayah kecamatan yang terdiri atas wilayah perkotaan (urban)

Kabupaten adalah kawasan pemukiman yang merupakan gabungan dari beberapa wilayah kecamatan yang sebagian besar daerahnya merupakan wilayah pedesaan (rural)

Usia adalah umur yang dimiliki contoh atau lama hidup contoh yang dinyatakan dalam tahun

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dalam keluarga

(21)

11

Riwayat pekerjaan adalah profesi utama yang dilakukan oleh contoh sebelum memasuki usia pensiun yang dibedakan atas pegawai negeri sipil dan non pegawai negeri sipil

Lama pernikahan adalah lama contoh hidup bersama dengan pasangan sebagai suami isteri

Pendapatan adalah total uang yang diterima oleh keluarga dari anggota yang bekerja serta memperoleh gaji dan jumlah uang yang diterima dari hasil investasi anggota keluarga

Gaya hidup adalah cara contoh mengalokasikan uang dan waktu yang dimiliki

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai suatu tujuan yang dibedakan menjadi dorongan internal dan eksternal

Alokasi waktu adalah curahan waktu yang dilakukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas/ kegiatan keluarga (waktu rumah tangga, waktu mencari nafkah, dan waktu pribadi).

HASIL

Karakteristik Contoh dan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik di kota maupun kabupaten rata-rata usia contoh lebih dari 60 tahun yang termasuk dalam kategori dewasa akhir. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga contoh adalah 3 orang. Dalam hal pendidikan, contoh yang tinggal di kota maupun kabupaten memiliki latar belakang pendidikan yang tergolong tinggi (≥1β tahun) dengan total rata-rata lama pendidikan 13.1 tahun.

Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa rata-rata lama pernikahan contoh yang tinggal di kota adalah 32.9 tahun, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lama pernikahan contoh yang tinggal di kabupaten (33.8 tahun). Rata-rata pendapatan per kapita contoh di daerah kota lebih tinggi daripada pendapatan contoh daerah kabupaten. Total rata-rata pendapatan per kapita contoh adalah sebesar Rp 1 716 909. Hasil uji beda karakteristik responden berdasarkan lokasi tempat tinggal, tidak ada satupun variabel yang memiliki perbedaan antara kota dan kabupaten.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan tempat tinggal contoh

(22)

P-12

Gaya Hidup

Gaya hidup adalah kegiatan, minat, dan pendapat yang menggambarkan perilaku contoh dalam kehidupan sehari-hari (Engel et al 1994). Dalam penelitian ini, gaya hidup contoh terbagi menjadi tiga kategori, yaitu gaya hidup berorientasi sosial, ekonomi, dan pribadi. Gaya hidup berorientasi sosial terdiri dari contoh yang aktivitas, minat, dan pendapatnya dalam kehidupan sehari-hari lebih tinggi pada kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal sosial seperti berkumpul dengan keluarga dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Mereka lebih suka menghabiskan uang dan waktunya untuk berkumpul dengan keluarga, dan mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian atau arisan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu terlihat dari besarnya proporsi contoh yang menyatakan bahwa contoh sering berinteraksi dengan tetangga (89.6%) dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan keluarga (83.3%). Mereka yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi memiliki aktivitas, minat, dan pendapat yang lebih tinggi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hal ekonomi. Mereka cenderung melakukan kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga dan berpendapat bahwa bekerja setelah pensiun bukanlah masalah yang besar dan mereka juga berpendapat bahwa suami dan istrinya bekerja akan memiliki kehidupan yang lebih sejahtera. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa contoh yang masih tetap bekerja untuk memperoleh pendapatan utama, selain itu sebesar 67.5 persen contoh menyatakan setuju bahwa tetap bekerja mencari nafkah setelah pensiun bukanlah masalah besar. Lebih dari 50 persen contoh menyatakan setuju bahwa keluarga yang suami dan istrinya bekerja akan lebih sejahtera. Kategori terakhir adalah gaya hidup yang berorientasi pada kegiatan pribadi. Mereka yang memiliki gaya hidup ini memiliki perhatian lebih rendah pada hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan sosial. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk kepentingan pribadinya. Hanya 35.1 persen contoh yang menyatakan tidak setuju untuk menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk kepentingan pribadi. Secara rinci sebaran jawaban contoh mengenai gaya hidup dapat dilihat pada lampiran 1.

Hampir setengahnya (48.1%) contoh memiliki gaya hidup ekonomi dan hanya 11 persen yang memiliki gaya hidup berorientasi pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika memasuki usia pensiun, gaya hidup yang dianut oleh contoh cenderung berorientasi sosial dan berorientasi ekonomi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata setiap kategori gaya hidup antara kota dan kabupaten (p>0.1). Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup yang dimilikinya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kategori gaya hidup

Kategori Kota Kabupaten Total P-value

n % n % n %

Orientasi sosial 33 43.4 30 38.5 63 40.9 0.535

Orientasi ekonomi 35 46.1 39 50.0 74 48.1 0.627

Orientasi pribadi 8 10.5 9 11.5 17 11.0 0.842

(23)

13 Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup contoh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa contoh yang berlatar belakang pekerjaan sebagai PNS cenderung memiliki gaya hidup yang berorientasi sosial, sedangkan yang berlatarbelakang pekerjaan sebagai non PNS akan memiliki gaya hidup yang berorientasi ekonomi dan pribadi. Adanya jaminan hari tua ketika masih aktif bekerja dahulu diduga menjadi salah satu penyebab contoh yang berlatarbelakang sebagai PNS tidak berorientasi ekonomi pada hari tua. Berbeda dengan non PNS yang tidak memiliki jaminan hari tua membuat contoh masih berorientasi ekonomi pada hari tua. Bertambahnya usia dapat menyebabkan perubahan gaya hidup yang dimiliki contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan semakin lama usia contoh maka gaya hidup yang dimiliki berorientasi sosial dan pribadi. Hal itu terlihat dari meningkatnya proporsi contoh yang memilki gaya hidup sosial dan pribadi seiring dengan bertambahnya usia.

Keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga yang lebih sedikit akan memiliki gaya hidup yang cenderung berorientasi sosial dan pribadi. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, gaya hidup yang dimiliki contoh akan cenderung berorientasi ekonomi. Hal itu terlihat dari penurunan proporsi contoh yang berorientasi sosial dan pribadi seiring dengan bertambahnya tanggungan keluarga. Dalam hal pendidikan, terdapat kecenderungan bahwa semakin lama pendidikan contoh gaya hidup yang dimiliki cenderung tidak berorientasi ekonomi. Hal itu terlihat dari proporsi contoh yang semakin berkurang pada kategori gaya hidup ekonomi seiring dengan bertambahnya lama pendidikan. Contoh akan cenderung merubah gaya hidupnya menjadi berorientasi sosial ataupun pribadi.

Terdapat kecenderungan semakin lama pernikahan contoh, gaya hidup yang dimiliki contoh berorientasi pribadi. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya proporsi contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi pribadi seiring dengan semakin lamanya usia pernikahan. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita proporsi tertingginya ada pada gaya hidup berorientasi ekonomi. Sebaran tersebut tidak jauh berbeda dengan contoh yang berorientasi sosial pada kategori pendapatan per kapita rendah dan tinggi.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup contoh

Karakteristik contoh

Kategori gaya hidup

Total

Sosial Ekonomi Pribadi

% % % %

Pekerjaan

PNS 46.8 42.9 10.4 100.0

Non PNS 35.1 53.2 11.7 100.0

Usia (tahun)

40-60 35.6 54.0 10.3 100.0

(24)

14

Karakteristik contoh

Kategori gaya hidup

Total

Sosial Ekonomi Pribadi

% % % %

Jumlah tanggungan keluarga (orang)

≤2 43.8 40.6 15.6 100.0

3-4 41.1 49.3 9.6 100.0

>4 29.4 70.6 0.0 100.0

Lama pendidikan (tahun)

≤6 33.3 33.3 33.3 100.0

7-9 22.2 77.8 0.0 100.0

10-12 41.7 48.8 9.5 100.0

>12 43.1 43.1 13.8 100.0

Lama pernikahan (tahun)

<22 80.0 20.0 0.0 100.0

22-39 38.9 54.6 6.5 100.0

>39 41.5 34.1 24.4 100.0

Pendapatan per kapita (rupiah)

<2059200 43.5 44.3 12.2 100.0

2059200-3854600 31.2 62.5 6.2 100.0

>3854600 42.9 42.9 14.3 100.0

Motivasi

(25)

15 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kategori skor motivasi dan tempat

tinggal contoh

Motivasi Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Tabel 6 menunjukkan rata-rata alokasi waktu kegiatan contoh selama 24 jam. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada rata-rata alokasi waktu tertinggi pada daerah kota dan kabupaten adalah alokasi waktu kegiatan pribadi, yaitu sebesar 18.3 jam/hari dan 19.7 jam/hari. Rata-rata waktu terendah pada kedua tempat tersebut adalah alokasi waktu untuk mencari nafkah. Sebesar 7.1 persen dan 7.5 persen contoh yang tinggal di kota dan kabupaten masih menggunakan waktunya untuk mencari nafkah. Tabel 6 Persentase alokasi waktu kegiatan contoh berdasarkan tempat

tinggal contoh

Kegiatan

Kota Kabupaten Total

Rata-rata

(26)

16

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu nafkah dan tempat tinggal contoh

Waktu Nafkah (jam/hari)

Kota Kabupaten Total

Jumlah

Alokasi waktu domestik digunakan untuk melakukan kegiatan rumah tangga, seperti mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan menyapu halaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit contoh (2.6% dan 3.8%) yang mengalokasikan waktunya untuk kegiatan domestik pada kategori tinggi (>10 jam/hari). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan walaupun sudah memasuki usia pensiun kegiatan domestik bukanlah kegiatan yang dominan dilakukan. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan terdapat perbedaan antara alokasi waktu domestik (p<0.01) contoh yang tinggal di kota dan kabupaten, dengan rata-rata besarnya

Kota Kabupaten Total

Jumlah

(27)

17 kelompok contoh, dengan rata-rata besarnya alokasi waktu pribadi contoh yang tinggal di kabupaten lebih tinggi daripada contoh yang tinggal di kota. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu pribadi dan tempat

tinggal contoh

Waktu Nafkah (jam/hari)

Kota Kabupaten Total

Jumlah

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Alokasi Waktu Contoh

Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu contoh dibagi menjadi tiga, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu nafkah, alokasi waktu domestik, dan alokasi waktu pribadi. Setiap analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi variabel dependen, variabel independen yang dimasukkan ke dalam model terdiri dari pekerjaan contoh, tempat tinggal contoh, jumlah tanggungan keluarga, usia contoh, lama pendidikan contoh, lama pernikahan contoh, pendapatan keluarga, gaya hidup ekonomi, gaya hidup pribadi, dan motivasi contoh.

Tabel 10 Hasil uji regresi terhadap alokasi waktu contoh

No Variabel Nafkah Domestik Pribadi

B B B

keluarga 2.364E-7 0.182**

(28)

18

Hasil uji regresi (Tabel 10) menunjukkan bahwa alokasi waktu nafkah dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, gaya hidup yang berorientasi ekonomi, dan motivasi contoh. Meningkatnya pendapatan keluarga akan meningkatkan alokasi waktu nafkah contoh. Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan bahwa walaupun sudah memiliki pendapatan yang lebih tinggi contoh akan tetap bekerja untuk memperoleh nafkah. Gaya hidup ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu nafkah. Artinya contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi akan mencurahkan waktunya untuk kegiatan mencari nafkah lebih banyak dibandingkan contoh yang memiliki gaya hidup lainnya. Motivasi juga berpengaruh positif signifikan terhadap alokasi waktu nafkah. Semakin besar dorongan untuk mencapai tujuan yang berasal dari luar (eksternal) maka akan semakin tinggi pula alokasi waktu contoh untuk melakukan kegiatan nafkah. Nilai R square yang diperoleh sebesar 0.168 yang artinya variabel dependen pada model ini dipengaruhi variabel independen sebesar 16.8 persen.

Tempat tinggal, pendapatan keluarga, dan gaya hidup ekonomi mempengaruhi alokasi waktu domestik pada keluarga contoh. Contoh yang tinggal di daerah kota cenderung akan memiliki alokasi waktu domestik yang lebih tinggi daripada yang tinggal di daerah kabupaten. Dari segi pendapatan, semakin tinggi pendapatan contoh, maka alokasi waktu untuk kegiatan domestik akan semakin rendah. Gaya hidup ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap alokasi waktu domestik. Contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi akan mencurahkan waktunya lebih sedikit untuk kegiatan domestik dibandingkan dengan contoh dengan gaya hidup lainnya. Variabel independen berpengaruh terhadap alokasi waktu domestik sebesar 15.9 persen.

(29)

19 misalnya kewajiban untuk mencari nafkah, maka alokasi waktu pribadi contoh akan meningkat.

Dari sepuluh variabel yang dimasukkan kedalam model regresi, terdapat tiga variabel yang memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap alokasi waktu contoh. Variabel tersebut adalah lama pendidikan, lama pernikahan, dan gaya hidup pribadi. Sebesar 92,2 persen contoh memiliki pendidikan yang tergolong tinggi, yaitu pada jenjang SMA dan perguruan tinggi. Kesamaan tingkat pendidikan ini diduga menjadi penyebab tidak berpengaruhnya lama pendidikan terhadap alokasi waktu. Lama pernikahan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap alokasi waktu contoh. Gaya hidup pribadi tidak berpengaruh terhadap alokasi waktu diduga karena sebaran contoh yang tidak seimbang dengan gaya hidup lainnya. Hanya sebelas persen contoh yang memiliki gaya hidup berorientasi pribadi, sedangkan gaya hidup lainnya memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda, yaitu 40.9 persen dan 48.1 persen.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup (Schwartz dalam Hurlock, 1991). Hurlock (1991) dan Kammel (1980) mengatakan hal yang sama bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun merupakan masa perubahan-perubahan yang penting dalam hidup seseorang, individu yang bekerja menjadi tidak bekerja (berakhirnya karier di bidang pekerjaan), berkurangnya penghasilan, berkurangnya interaksi dengan teman sebaya dan relasi-relasi, dan meningkatnya waktu luang. Ketersediaan waktu yang semakin banyak dimiliki oleh contoh harus dimanfaatkan dengan baik. Mulyani (1995) dalam Affandi (2009) mengungkapkan bahwa besarnya curahan waktu luang berbanding terbalik dengan waktu untuk bekerja, yang artinya meningkatnya jumlah waktu nafkah akan menurunkan waktu luang yang dapat digunakan untuk bersantai atau rekreasi.

(30)

20

Tinggi rendahnya alokasi waktu suatu kegiatan memberikan dampak pada besarnya curahan waktu kegiatan lainnya. Meningkatnya alokasi waktu nafkah, akan menurunkan proporsi waktu untuk kegiatan domestik dan pribadi. Begitu juga dengan peningkatan alokasi waktu pribadi, akan mengurangi jumlah curahan waktu untuk kegiatan nafkah dan domestik. Besarnya curahan waktu dalam berkegiatan ditentukan oleh beberapa faktor. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang dapat menambah pendapatan keluarga, baik di sektor formal maupun informal. Memasuki usia pensiun, pada umumnya masyarakat yang bekerja di sektor formal, seperti PNS, akan berhenti bekerja. Salah satu perubahan yang terjadi pada fase ini adalah bertambahnya waktu luang yang dimiliki. Ketika masih aktif bekerja, rata-rata pekerja menghabiskan waktu 7-8 jam per hari untuk bekerja. Memasuki masa pensiun, waktu yang digunakan untuk bekerja ketika masih aktif berubah menjadi waktu kosong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pekerjaan mempengaruhi aktivitas yang dipilih untuk mengisi waktu kosong tersebut. Seseorang yang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai PNS cenderung akan meningkatkan alokasi waktu untuk kegiatan pribadi. Berbeda dengan yang bekerja sebagai non PNS, walaupun sudah memasuki usia pensiun, alokasi waktu untuk kegiatan pribadinya lebih rendah. Rendahnya alokasi waktu pribadi bagi orang yang berlatar belakang pekerjaan sebagai non PNS membuat alokasi waktu nafkah dan domestiknya meningkat walaupun tidak signifikan. Terdapat 28.6 persen contoh yang masih bekerja dari kelompok non PNS dan 19.5 persen contoh yang bekerja dari kelompok PNS. Pada umumnya PNS yang masih bekerja sudah berstatus sebagai pensiunan, namun mereka masih dipekerjakan oleh instansinya sebagai tenaga honorer yang jam kerjanya jauh lebih sedikit dibandingkan ketika masih aktif.

Tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya alokasi waktu seseorang. Hasil penelitian menunjukkan seseorang yang tinggal di kota akan mengalokasikan waktu yang lebih sedikit pada kegiatan pribadi daripada yang tinggal di kabupaten. Rendahnya alokasi waktu pribadi contoh yang tinggal di kota memberikan dampak meningkatnya alokasi waktu domestik dan nafkah. Seseorang yang telah memasuki usia pensiun yang tinggal di daerah perkotaan memiliki alokasi waktu domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di daerah kabupaten. Penelitian Selvaratnam dan Tin (2007) mengatakan bahwa lansia yang tinggal di daerah perkotaan memiliki kekayaan ekonomi yang lebih baik daripada yang tinggal di daerah pedesaan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pendapatan per kapita keluarga yang lebih besar pada keluarga yang tinggal di kota.

(31)

21 salah satu alasan yang mendorong seseorang tetap bekerja pada usia pensiun adalah keinginan untuk meningkatkan kekayaan pribadi mereka (Cutler 2011).

Keluarga merupakan salah satu lingkungan sosial yang berhubungan erat dengan kehidupan seseorang. Salah satu fase yang dialami pada usia pensiun adalah ketika sebuah keluarga sudah ditinggal oleh anaknya keluar rumah untuk sekolah, bekerja, atau menikah. Kenyataannya masih terdapat anak yang meskipun sudah bekerja maupun sudah menikah yang masih tinggal bersama orang tuanya yang sudah tua. Tinggal bersama dalam satu rumah membuat jumlah tanggungan dalam keluarga juga semakin meningkat. Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah berpengaruh terhadap alokasi waktu pribadi contoh. Semakin banyak anggota keluarga yang tinggal serumah membuat alokasi waktu pribadi contoh semakin tinggi. Yin LH (2008) dalam Minhat HS et al (2012) menyatakan bahwa dukungan dari teman atau lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi seseorang mengisi waktu pribadi. Adanya pembagian peran antar anggota keluarga membuat beban kerja domestik juga menurun. Begitu juga dengan alokasi waktu kegiatan bekerja yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah bersama orang tua. Puspitawati (2012) mengatakan bahwa salah satu bentuk kemitraan gender dalam keluarga adalah kerjasama secara setara dan berkeadilan antara suami dan istri serta anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dalam melakukan semua fungsi keluarga melalui pembagian pekerjaan dan peran baik peran publik, domestik maupun sosial kemasyarakatan. Pembagian kerja membuat proporsi alokasi waktu kegiatan orang pada usia pensiun lebih tinggi pada kegiatan pribadi. Hal ini sejalan dengan penelitian Krantz-Kent dan Stewart (2007) yang menyatakan bahwa orang yang lebih tua secara signifikan akan menghabiskan waktu lebih banyak pada kegiatan santai dan akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarga. Trimardhani (2010) mengungkapkan bahwa peran dan sikap keluarga khususnya pasangan hidup sangat penting mempengaruhi kepuasan pada masa setelah pensiun.

(32)

22

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan seseorang dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan seseorang sangat erat dengan tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap alokasi waktu contoh. Semakin lama pendidikan yang ditempuh oleh contoh, maka alokasi waktu pribadinya akan semakin meningkat. Hasil penelitian Bloemen, Pasqua, dan Stancanelli (2010) yang dilakukan pada pasangan Italia menyatakan bahwa alokasi waktu suami istri bergantung pada karakteristik pribadi dan rumah tangga. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama keluarga.

Kotler (2000) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dibagi menjadi tiga hal, yaitu cara menggunakan waktunya, sikap, dan pendapatnya mengenai diri dan lingkungannya. Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan gaya hidup sebagai bagaimana orang-orang hidup, menggunakan uangnya, dan mengalokasikan waktu mereka. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan di dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya.

Pada penelitian ini, gaya hidup ekonomi berpengaruh terhadap besarnya alokasi waktu yang dimiliki oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang berorientasi ekonomi akan mencurahkan waktu mencari nafkah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berorientasi ekonomi. Tingginya alokasi waktu untuk mencari nafkah, berdampak pada menurunnya alokasi waktu untuk kegiatan domestik dan pribadi. Sebagian responden masih tergolong dewasa madya, yaitu berusia antara 56-60 tahun sebenarnya masih produktif dan masih dapat mencari pekerjaan. Akan tetapi dengan keadaan keterbatasan yang ada pada diri mereka seperti menurunnya kesehatan, penurunan kemampuan fisik dan kecekatan dalam beraktivitas sebaiknya tidak lagi bekerja untuk mencari nafkah utama keluarga. Hurlock (1991) mengatakan bahwa salah satu tugas perkembangan pada fase dewasa madya adalah mengutamakan penciptaan hubungan diri dengan pasangan sebagai pribadi, menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut usia, dan mengembangkan kegiatan pengisi waktu luang yang bersifat family oriented.

(33)

23 Keller dalam Tampubolon (1997) menyatakan bahwa motivasi itu tidak dapat dilihat akan tetapi hanya dapat diamati dari perilaku yang dihasilkan, yaitu cara pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan yang dikehendaki. Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan (atau pengenalan kebutuhan). Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Ketika ketidakcocokan tersebut meningkat, maka terjadi pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan (driver). Semakin kuat dorongan tersebut, maka semakin besar urgensi respons yang dirasakan (Engel et al. 1994). Menurut Dirgagunarsa diacu dalam Widyantari (2003) tingkah laku bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan agar dengan demikian suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan.

Temuan lain dari penelitian ini adalah motivasi berpengaruh terhadap alokasi waktu contoh. Semakin besar motivasi yang berasal dari luar diri seseorang maka alokasi waktu untuk mencari nafkah semakin meningkat. Teori motivasi Herzberg mengatakan bahwa motivasi eksternal adalah untuk keluar dari ketidakpuasan. Ia juga mengatakan bahwa tindakan yang berasal dari motivasi eksternal cenderung dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisiologis, contoh masih dituntut untuk bekerja walaupun sudah memasuki usia pensiun. Ogums (2012) mengatakan bahwa salah satu alasan seseorang masih bekerja setelah memasuki usia pensiun adalah masalah keuangan akibat perubahan sturktur ekonomi. Lebih lanjut Ogums mengatakan bahwa keluhan utama seseorang yang masih tetap bekerja adalah kurangnya dana pensiun yang mereka terima, tuntutan untuk tetap membayar asuransi kesehatan, dan tingginya biaya kehidupan rumah tangga. Penelitian Hass (2007) menunjukkan bahwa hal lain yang menuntut seseorang tetap bekerja walaupun sudah memasuki usia pensiun adalah faktor psikologis, seperti kebahagiaan, gaya hidup sehat, dan untuk mengisi waktu luang. Seseorang yang kebutuhan dasarnya telah terpenuhi akan memenuhi kebutuhan yang tingkatannya lebih tinggi, seperti memperoleh penghargaan, pengakuan, dan kemajuan tingkat kehidupan. Pada fase ini, seseorang melakukan sesuatu cenderung dengan tujuan untuk mencapai kepuasan, bukan lagi hanya sekedar keluar dari ketidakpuasan.

(34)

24

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah contoh, baik yang tinggal di kota maupun di kabupaten, memiliki skor motivasi pada kategori sedang. Hasil uji beda yang dilakukan terhadap contoh yang tinggal di kota maupun kabupaten menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi yang nyata antara keduanya. Pada penelitian ini, gaya hidup yang contoh terbagi menjadi tiga kategori, yaitu gaya hidup berorientasi sosial, ekonomi, dan pribadi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa hampir separuh contoh berada pada kategori yang memiliki gaya hidup berorientasi ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa contoh penelitian cenderung melakukan kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga dan berpendapat bahwa bekerja setelah pensiun bukanlah masalah yang besar dan mereka juga berpendapat bahwa suami dan istrinya bekerja akan memiliki kehidupan yang lebih sejahtera.

Alokasi waktu contoh lebih banyak digunakan untuk melakukan kegiatan pribadi dibandingkan kegiatan lainnya. Variabel yang berpengaruh terhadap alokasi waktu nafkah keluarga yaitu pendapatan keluarga, gaya hidup ekonomi, dan motivasi. Tempat tinggal, pendapatan keluarga, dan gaya hidup ekonomi menjadi variabel yang memengaruhi alokasi waktu domestik contoh, sedangkan alokasi waktu pribadi dipengaruhi oleh pekerjaan, tempat tinggal, jumlah tanggungan keluarga, usia, gaya hidup ekonomi, dan motivasi contoh. Dari sepuluh variabel yang dimasukkan kedalam model regresi, terdapat tiga variabel yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap alokasi waktu contoh. Variabel tersebut adalah lama pendidikan, lama pernikahan, dan gaya hidup pribadi.

Saran

(35)

25

DAFTAR PUSTAKA

Affandi M. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Journal of Indonesian Applied Economics vol 3(2):99-110.

Badan Pusat Statistik. 2011. Sensus Penduduk 2010 [Internet] [diunduh

2013 Feb 13]. Tersedia pada

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=32&wilayah=Jawa-Barat. Becker GS. 1965. A theoru of the allocation of time. The Economic Journal.

75(299):493-517.

Bloemen HG, Pasqua S, Stancanelli EGF. 2010. An Empirical Analysis of the Time Allocation of Italian Couples: Are They Responsive?. Rev Econ Household. 8:345-369.

Brajsa-Zganec A, Merkas M, Sverko I. 2010. Quality of life and leisure activities: how do leisure activities contribute to subjective well-being?. Soc Indic Res 102:81-91.

Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household Second Edition. New York: Cambridge University Press.

Croda E, Gonzalez-Chapela J. 2005. How do European older adults use their time?. Di dalam: Borsch-Supan A et a, editor.Health, Ageing, and Retirement in Europe. First Result from the Survey of Health, Ageing, and Retirement in Europe.Mannheim: Mannhein Research Institute for the Economics of Aging (MEA). hlm 265-271.

Cutler NE. 2011. Working in retirement: the longevity perplexities continue. Journal of Financial Service Professionals, 19-23.

Engel JF, Blackwell RD, & Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.

Grewal, I., Nazroo, J., Bajekal, M., Blane, D., & Lewis, J. 2004. Influences on quality of life: A qualitative investigation of ethnic differences among older people in England. Journal of Ethnic & Migration Studies. 30(4): 737-761.

Hass SC. 2007. Work: The key to wealth, health, and happiness. Journal of Financial Service Professionals.16(1):19-21.

Hurlock EB. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Komnas Lansia. 2009. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 [Internet] [diunduh 2013 Feb 13]. Tersedia pada http://www.komnaslansia.or.id/ Kotler P. 1985. Manajemen Pemasaran, Marketing Management, Analisis,

Perencanaan, dan Pengendalian. Edisi keempat. Jakarta: Erlangga. Krantz-Kent R, Stewart J. 2007. How do Older Americans Spend Their

Time?. Monthly Labor Market; 130, 5; ABI/INFORM Complete pg. 8. Mangkuprawira S. 1985. Alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi rumah tangga [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

(36)

26

Mowen JC, Minor M. 1998. Consumer Behavior. 4th Edition. New Jersey: Prantice Hall.

Muslim. 2003.Alokasi waktu kerja dan kontribusi anggota keluarga dalam perekonomian rumah tangga petani dan buruhtani selama krisis ekonomi di Provinsi Sumatera Barat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

[OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2011. How do People in the Asia/Pacific Region Spend Their Time?.

Ogums RU. 2012. Living and working in retirement, a new paradigm in the US exploring retirees attitudes and beliefs toward working. Journal of Economic and Social Studies. 2(1): 21-50.

Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press

Robinson JP, Godbey G. 1997. Time for Life : The Surprising Ways Americans Spend Their Time. University Park, PA: The Pennsylvania State University Press.

Selvaratnam DP, Tin PB. 2007. Lifestyle of the elderly in rural and urban Malaysia. Ann. N. Y. Acad. Sci. 1114: 317-325.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suprihatin. 1986. Alokasi waktu warga pedesaan dan desa kota kasus di dua desa Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Stancanelli E, Van Soest A. 2011. Retirement a time use in couples: a regression discontinuity approach. Journal of Economic Literature. Tampubolon M. 1987. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga terhadap

Motivasi Keikutsertaan Anak dalam Program Latihan Kerja Bidang Kejuruan Teknik Pertanian, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

(37)

27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan gaya hidup dan tempat tinggal (%)

No Pernyataan KOTA KAB TOTAL value

P-TS N S TS N S TS N S

Aktivitas

1 Saya sering mengikuti kegiatan arisan/ pengajian di lingkungan rumah atau lainnya

14.5 14.5 71.1 16.7 19.2 64.1 15.0 16.9 67.5 0.452

2 Saya sering berekreasi

dengan anggota keluarga 28.9 26.3 44.7 28.2 34.6 37.2 28.6 30.5 40.9 0.611 3 Saya tetap bekerja untuk

memperoleh pendapatan utama

63.2 5.3 31.6 61.5 3.8 34.6 62.3 4.5 33.1 0.759

4 Saya sering berinteraksi

dengan tetangga saya 1.3 9.2 89.5 6.4 3.8 89.7 3.9 6.5 89.6 0.507 5 Saya sering berinteraksi

dengan teman lama di tempat kerja dulu

15.8 10.5 73.7 14.1 12.8 73.1 14.9 11.7 73.4 0.928

6 Saya sering terlibat dalam kegiatan sosial yang diadakan suatu kelompok atau organisasi tertentu

23.7 10.5 65.8 15.4 21.8 62.8 19.5 16.2 64.3 0.681

7 Saya sering mengisi waktu luang dengan kegiatan santai (tidur, nonton tv)

13.2 14.5 72.4 19.2 6.4 74.4 16.2 10.4 73.4 0.739

8 Saya sering berolahraga untuk menjaga kebugaran tubuh

14.5 23.7 61.8 25.6 20.5 53.8 20.1 22.1 57.8 0.138

9 Saya mengisi waktu luang dengan melakukan pekerjaan rumah tangga

3.9 9.2 86.8 9.0 12.8 78.2 6.5 11.0 82.5 0.131

10 Saya melakukan aktivitas yang dapat menambah penghasilan keluarga

52.6 10.5 36.8 51.3 6.4 42.3 51.9 8.4 39.6 0.658

Minat

1 Saya mengikuti kegiatan sosial karena dapat menambah teman

13.2 9.2 77.6 10.3 6.4 83.3 11.7 7.8 80.5 0.429

2 Saya lebih memilih untuk beraktivitas di luar daripada diam di rumah

34.2 31.6 34.2 28.2 23.1 48.7 31.2 27.3 41.6 0.134

3 Saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu

6 Saya menggunakan waktu

(38)

28

No Pernyataan KOTA KAB TOTAL value

P-TS N S TS N S TS N S

hobi saya

7 Mengikuti kegiatan sosial

sangat penting buat saya 6.6 15.8 77.6 6.4 17.9 75.6 6.5 16.9 76.6 0.847 8 Saya lebih memilih untuk

(39)

29 Lampiran 2 Persentase sebaran jawaban contoh berdasarkan pernyataan

motivasi dan tempat tinggal (%)

(40)

P-30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dumai, Riau pada tanggal 16 Februari 1991. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak M.A Kobri dan Ibu Hartini. Riwayat pendidikan penulis antara lain TK Tunas Harapan I Dumai (1995-1997), SD 3 YKPP Dumai (1997-2003), Madrasah Hasanah Dumai (1999-2003), SMP YKPP Dumai (2003-2006). Tahun 2009 penulis lulus dari SMA YKPP Dumai dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Skema penarikan contoh
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan tempat tinggal contoh
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik dan gaya hidup contoh
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada hasil post-test tetap tidak terdapat perubahan dalam kategori rendah (0%) dan terjadi penurunan jumlah subyek pada kategori sedang menjadi hanya sebanyak 1

adalah penelitian tentang manajemen pengelolaan dana zakat baik dari sisi penghimpunan dana ataupun juga pendistribusian dana tersebut di LAZISNU kabupaten Banyumas

Ways and means in which the function of HRM can add value and make a real business

Kerancuan konsep keesaan tuhan (tauhid) jenis ini  –   –  tauhid uluhiyah hanya diidentikkan tauhid uluhiyah hanya diidentikkan dengan tauhid dalam peribadatan- yang

Salah satu hal yang penting dalam suatu pelatihan adalah menentukan siapa yang menjadi peserta pelatihan tersebut karena peserta akan sangat menentukan format pelatihan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara variabel bebas inflasi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita

Menurut teori jihad adalah berlebih-lebihan dan meluangkan waktu berupa ucapan dan perbuatan dalam memenangkan Islam untuk mencari ridho Allah. Sedangkan pengaruh imbalan