• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sisa Tanaman Kubis (Brassica Oleracea L.) Dan Pakchoi (Brassica Rapa Var. Chinensis L.) Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sisa Tanaman Kubis (Brassica Oleracea L.) Dan Pakchoi (Brassica Rapa Var. Chinensis L.) Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SISA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DAN PAKCHOI

(Brassica rapa var. chinensis L.) SEBAGAI BIOFUMIGAN

UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA

PARASIT TANAMAN

WILDAN RAMADON

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sisa Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) dan Pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai Biofumigan untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Wildan Ramadon NIM A34110045

____________________

(4)
(5)

ABSTRAK

WILDAN RAMADON. Sisa Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) dan Pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai Biofumigan untuk Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman. Dibimbing oleh SUPRAMANA.

Nematoda parasit adalah salah satu patogen utama pada tanaman. Kerugian akibat nematoda pada 19 jenis tanaman sayuran mencapai 23% di Pakitan. Diperlukan tindakan pengendalian untuk mengurangi kehilangan hasil akibat nematoda. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah biofumigasi dengan menggunakan sisa tanaman dari Brassicaceae. Tanaman tersebut mengandung senyawa isotiosianat (ITS) yang dapat digunakan sebagai biofumigan. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa kubis dan pakchoi sebagai biofumigan terhadap nematoda parasit tanaman. Sampel nematoda parasit tanaman didapatkan dari tanah tanaman tomat di kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Percobaan ini menggunkan rancangan acak lengkap dengan dua faktor utama dan 6 anak faktor. Faktor utamanya adalah jenis sisa tanaman: pakchoi dan kubis sedangkan anak faktor adalah dosis: 0 g (kontrol), 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, dan 20 g per 100 ml tanah. Tiap perlakuan dibuat 5 ulangan. Perlakuan sisa tanaman pakchoi dan kubis efektif mengendalikan 3 nematoda parasit tanaman, nematoda tersebut adalah Meloidogyne, Pratylenchus, dan Rotylenchulus. Akan tetapi, perlakuan yang sama kurang efektif terhadap Rotylenchus dan Helicotylenchus.

(6)
(7)

ABSTRACT

WILDAN RAMADON. Plant waste of cabbage (Brassica oleracea L.) and pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) as Biofumigant to Control Plant Parasitic Nematodes. Supervised by SUPRAMANA.

Parasitic nematodes are one of the major plant pathogens. Losses due to nematodes in 19 vegetables is up to 23% in Pakistan. Control is required to reduce yield losses due to nematodes. One of the control methods that can be applied is biofumigation using plant waste of Brassicaceae. Those plants containing isothiocyanate (ITS) compounds that can be used as biofumigant. This study was conducted to determine the effectiveness of the cabbage and pakchoi wastes as biofumigant against plant parasitic nematodes. Plant parasitic nematodes samples were collected from tomato plants soil at IPB experimental farm Pasir Sarongge, Ciputri Village, Pacet District, Cianjur Regency. This experiment was arranged in a completely randomized design with two factors and six levels. The factors are plant waste types (cabbage and pakchoi), whereas levels are waste doses for each 100 ml of soil, that were 0 g (control), 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, and 20 g, respectively. Each treatment was made in 5 replications. Biofumigation with cabbage and pakchoi plant wastes effectively reduced the number of 3 plant parasitic nematodes, that were Meloidogyne, Pratylenchus, and Rotylenchulus. However, the similar treatments were less effective against Rotylenchus and Helicotylenchus.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)

SISA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) DAN PAKCHOI

(Brassica rapa var. chinensis L.) SEBAGAI BIOFUMIGAN

UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA

PARASIT TANAMAN

WILDAN RAMADON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, hidayah, dan kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Sisa Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) dan Pakchoi (Brassica rapa var. chinensis L.) sebagai Biofumigan untuk

Mengendalikan Nematoda Parasit Tanaman”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2015 bertempat di Laboratorium Nematologi Tumbuhan IPB. Penyusunan skripsi dimaksudkan sebagai salah satu syarat memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing, Bapak Dr. Ir. Supramana, MSi yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih juga kepada ayahanda Moch. Chotib dan ibunda Siti Munawaroh yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman Proteksi Tanaman 48, khususnya Annisa yang menemani saat pengambilan sampel, teman-teman OMDA Lamongan yang menjadi teman seperjuangan di IPB, dan teman-teman di Laboratorium Nematologi Tumbuhan yang memberikan semangat dan bantuan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Desember 2015

(16)
(17)

DAFTAR ISI

Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap Nematoda Parasit Tanaman 5

Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap 5 Genus Nematoda Parasit Tanaman 6

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1 Keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda parasit tanaman ... 6 2 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

menekan nematoda Meloidogyne ... 7 3 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

menekan nematoda Pratylenchus ... 8 4 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

menekan nematoda Rotylenchulus ... 9 5 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

menekan nematoda Rotylenchus ... 10 6 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

menekan nematoda Helicotylenchus. ... 11 7 Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi perlakuan jenis dan dosis

terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit ... 12

DAFTAR GAMBAR

1 Unit perlakuan biofumigasi yang bersisi tanah terinfestasi nematoda dan

cacahan Brassica ... 3 2 Jumlah populasi awal tiap genus nematoda per 100 ml sampel tanah di

pertanaman tomat ... 5 3 Keefektifan perlakuan jenis limbah kubis dan pakchoi terhadap 5 genus

nematoda parasit tanaman ... 6 4 Nematoda Meloidogyne: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan

bagian posterior (c). ... 7 5 Nematoda Pratylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan

bagian posterior (c). ... 8 6 Nematoda Rotylenchulus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan

bagian posterior (c) ... 9 7 Nematoda Rotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan bagian

posterior (c) ... 10 8 Nematoda Helicotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi terhadap nematoda parasit tanaman ... 18 2 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Meloidogyne ... 18 3 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Pratylenchus ... 18 4 Penghitungan SPSS tingkat keefektifan perlakuan dosis dan jenis

limbah kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchulus ... 19 5 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Rotylenchus ... 19 6 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Helicotylenchus ... 19 7 Penghitungan SPSS pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi

terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit ... 20 8 Perkecambahan tanaman dalam sampel tanah setelah 7 hari

perlakuan ... 20 9 Gejala puru akar pada tanaman sampel ... 20

10Mortalitas J2 Meloidogyne spp. pada perlakuan ekstrak biji lada, buah

lerak, dan campurannya dengan pelarut air ... 18 11Penekanan jumlah puru akar dan bobot akar akibat perlakuan ekstrak biji

lada, buah lerak, dan campurannya dengan pelarut air ... 18 12Bentuk akar tanaman tomat pada beberapa perlakuan penyiraman ekstrak

biji lada, buah lerak, dan campurannya, serta kontrol ... 19 13Perkembangan tinggi tanaman tomat akibat perlakuan ekstrak biji lada,

buah lerak, dan campurannya ... 19 14Penampilan tanaman tomat pada perlakuan penyiraman ekstrak ekstrak

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nematoda parasit adalah salah satu patogen utama pada tanaman. Bergantung pada jenisnya, nematoda dapat menyebabkan penyakit dengan memarasit bagian akar, batang, daun, bunga, dan atau biji tanaman. Sebagian besar nematoda parasit tanaman termasuk dalam jenis parasit akar. Gejala khas serangan nematoda pada akar adalah berkurangnya berat, distorsi struktur, dan atau pembesaran akar. Serangan pada bagian akar menghambat kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi (Lambert dan Sadia 2002). Kerusakan yang diakibatkan oleh nematoda pada 19 tanaman sayuran mencapai 23% di Pakistan (Anwar dan McKenry 2012).

Pengendalian nematoda terpadu dilakukan melaui beberapa teknik pengendalian yang sesuai di antaranya sanitasi, penggunaan tanaman resisten, rotasi tanaman, pemberaan, aplikasi nematisida, dan teknik pengendalian lainnya (Duncan dan Joseph 1998). Tindakan pengendalian diperlukan untuk mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh nematoda. Pengendalian yang umum digunakan adalah dengan nematisida fumigan, salah satunya metil bromida. Fumigan merupakan senyawa beracun dan volatil sehingga dapat masuk ke dalam ruang pori-pori tanah dan membunuh nematoda. Metil bromida menyebabkan kematian berbagai mahluk hidup sasaran dan bukan sasaran karena bersprektrum luas. Komponen halogen dalam metil bromida dapat mengganggu proses nitrifikasi dan meningkatkan akumulasi amonia yang menyebabkan ketersediaan nitrat pada tanah berkurang (Singh dan Sitaramaiah 1994). Oleh karena itu, teknik pengendalian yang lebih ramah lingkungan perlu diterapkan.

Biofumigan adalah senyawa metabolit sekunder yang berasal dari mahluk hidup. Pengendalian menggunakan biofumigan memiliki kelebihan dibandingkan dengan fumigan metil bromida. Menurut Wang et al. (2013), perlakuan biofumigan pada tanaman tomat meningkatkan keragaman bakteri tanah dan ketersedian unsur NPK pada tanah. Biofumigan dapat digunakan sebagai fitoremediasi tanah (Szczygłowska et al 2011).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai biofumigan berasal dari famili Brassicaceae. Secara umum, tanaman Brassicaceae memiliki senyawa glukosinolat. Glukosinolat, senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik apabila terdegradasi menjadi isotiosianat, terdapat pada seluruh bagian tanaman Brassicaceae (Yulianti dan Supriadi 2008).

(22)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan sisa tanaman pakchoi dan kubis sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda parasit tanaman.

Manfaat Penelitian

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari Maret hingga Juli 2015.

Metode Penelitian Persiapan Tanah Terinfestasi Nematoda

Tanah terinfestasi nematoda diperoleh dari lahan tomat di kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Tanah yang diambil berada di sekitar perakaran tomat dengan kedalaman minimal 10 cm dari permukaan tanah. Tanah yang telah diambil dipisahkan dari kotoran dan dicampur secara merata dengan metode komposit. Tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam dan ditutup rapat. Setiap unit perlakuan membutuhkan 200 ml tanah.

Perlakuan Biofumigasi

Sampel tanah sebanyak 200 ml dibagi 2, masing-masing 100 ml. Tanah 100 ml yang pertama diektraksi untuk menghitung jumlah nematoda sebelum perlakuan, sedangkan sampel kedua diekstraksi setelah perlakuan. Tanaman yang digunakan untuk perlakuan biofumigasi adalah kubis dan pakchoi. Tanaman tersebut dicacah dengan ukuran 1 cm x 2 cm untuk selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik hitam yang masing-masing berisi 100 ml tanah. Dosis yang digunakan adalah 2.5 g, 5 g, 10 g, 15 g, 20 g, dan tanpa biofumigasi (0 g) per 100 ml tanah. Tanah yang telah diberi cacahan ditutup rapat (Gambar 1) dan diinkubasikan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan pada suhu 26 oC - 29 oC selama 1 minggu. Tiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

Gambar 1 Unit perlakuan biofumigasi yang berisi tanah terinfestasi nematoda

.dan cacahan Brassica

Ekstraksi Nematoda dari Tanah

(24)

4

yaitu 20 mesh dan 400 mesh. Air yang tertinggal pada saringan 400 mesh dikeluarkan dengan menggoyangkan saringan hingga membentuk suspensi.

Suspensi nematoda yang diperoleh dari penyaringan disentrifugasi dengan kecepatan 1700 rpm selama 5 menit. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang sedangkan endapan tanah disuspensikan dengan larutan gula 40%. Suspensi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 1 menit. Supernatan disaring menggunakan saringan 400 mesh kemudian dicuci menggunakan air untuk menghilangkan larutan gula. Air yang tertahan pada saringan dipindahkan ke botol hingga mencapai 10 ml. Botol kemudian disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan selanjutnya.

Identifikasi Nematoda

Nematoda yang ditemukan diidentifikasi dalam bentuk preparat semi permanen. Nematoda diidentifikasi berdasarkan bentuk istirahat dan ciri-ciri morfologi menggunakan mikroskop cahaya. Referensi yang digunakan sebagai kunci identifikasi adalah Mai dan Mullin (1996).

Pengamatan Nematoda

Nematoda yang diamati meliputi nematoda parasit dan non-parasit. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kerapatan absolut nematoda dan kerapatan genus nematoda. Kerapatan dihitung menggunakan cawan sirakus. Genus nematoda diamati berdasarkan bentuk istirahat dan ciri-ciri morfologi menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 40 kali. Metode sampling dilakukan dengan memipet 1 ml suspensi nematoda dari setiap sampel botol sebanyak 3 kali ulangan. Pengamatan kerapatan digunakan untuk mengetahui keefektifan biofumigan. Satuan kerapatan yang digunakan adalah per 100 ml tanah. Kerapatan sebelum perlakuan adalah (Po) dan kerapatan setelah perlakuan adalah (Pt). Keefektifan dihitung menggunakan persamaan (Abbott 1925):

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Awal Nematoda

Terdapat 5 genus nematoda parasit tanaman, yaitu Meloidogyne, Pratylenchus, Rotylenchulus, Rotylenchus, dan Helicotylenchus. Nematoda yang tidak termasuk dalam 5 jenis tersebut dimasukkan dalam jenis nematoda lain. Komponen nematoda lain sebagian besar termasuk dalam nematoda non-parasit. Dominansi populasi nematoda tersebut dipengaruhi oleh faktor tanaman inang, musim pengambilan sampel, dan kedalaman sampel tanah yang diambil (Bezooijen 2006) (Gambar 2).

Tanaman inang yang digunakan adalah tomat. Nematoda yang mendominasi pada lahan tersebut adalah nematoda yang memiliki preferensi makan terhadap tomat. Sampel diambil pada awal musim kemarau yaitu tanggal 5 Mei 2105. Pada lokasi pengambilan sampel masih terjadi hujan 2 sampai 3 kali dalam seminggu sehingga nematoda terhindar dari cekaman kekeringan. Pengambilan sampel tanah pada kedalaman minimal 10 cm sesuai dengan (Bezooijen 2006) bahwa kedalaman sampel yang efektif untuk tanaman setahun adalah 0 cm - 25 cm dari permukaan tanah.

Gambar 2 Jumlah populasi awal tiap genus nematoda per 100 ml sampel tanah di

..pertanaman tomat

Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap Nematoda Parasit Tanaman

(26)

6

g/100 ml dan 20 g/100 ml. Akan tetapi, ditemukan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan dosis dan jenis limbah (Sig. = 0.81) (Tabel 1).

Tabel 1 Keefektifan perlakuan limbah kubis dan pakchoi dalam menekan

..populasi nematoda parasit tanaman

Perlakuan Keefektifan pengendalian SD*(%)

Jenis Brassicaceae

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value 0.05 (uji selang berganda Duncan) , SD = standar deviasi

Keefektifan Sisa Tanaman Kubis dan Pakchoi terhadap 5 Genus Nematoda Parasit Tanaman

Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis terhadap 5 genus nematoda parasit menunjukkan keefektifan penekanan yang berbeda-beda. Perlakuan biofumigasi efektif untuk mengendalikan nematoda Meloidogyne, Pratylenchus, dan Rotylenchulus. Aplikasi biofumigan terhadap 3 genus nematoda tersebut menunjukkan perlakuan pakchoi lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan kubis. Akan tetapi, dengan perlakuan yang sama, aplikasi kurang efektif terhadap nematoda Rotylenchus dan Helicotylenchus (Gambar 3).

Gambar 3 Keefektifan perlakuan jenis limbah kubis .dan pakchoi terhadap 5

..genus nematoda parasit tanaman

(27)

7

Meloidogyne

Meloidogyne adalah nematoda penyebab puru akar. Nematoda ini memiliki

lebih dari 2000 inang dan dapat mengurangi hasil panen sebesar 5% pada skala global. Meloidogyne menyerang dengan melemahkan ujung akar dan menyebabkan pembengkakan pada akar. Gejala serangan Meloidogyne di atas tanah adalah terganggunya pertumbuhan tanaman dan jumlah daun menjadi sedikit, daun memucat, dan menguning sehingga mudah layu pada cuaca panas. Gejala serangan Meloidogyne dalam tanah adalah pembesaran akar menjadi puru (Agrios 2005).

Meloidogyne memiliki bentuk istirahat lurus dengan sedikit melengkung pada bagian ekor (a). Esofagus dan pencernaannya saling tumpang tindih (a). Nematoda ini berstilet ramping dengan knop berukuran sedang dan kepala berbentuk seperti kerucut (b). Ujung ekor Meloidogyne berbentuk meruncing dan pada bagian ujungnya terlihat seperti bergerigi (c) (Gambar 4).

Gambar 4 Nematoda Meloidogyne: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan bagian posterior (c).

Aplikasi pakchoi dan kubis efektif mengendalikan Meloidogyne pada semua dosis perlakuan. Keefektifan perlakuan pakchoi pada dosis 2.5 g/100 ml hingga 15 g/100 ml mencapai lebih dari 80% dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan

Keefektifan pengendalian SD*(%)

Pakchoi Kubis

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value 0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

(28)

8

Pratylenchus

Pratylenchus adalah nematoda penyebab lesio atau luka akar. Nematoda ini memiliki dampak ekonomi terbesar ketiga setelah nematoda puru akar dan nematoda sista. Pratylenchus memiliki kisaran inang yang luas dan menyebar hampir pada semua daerah sub tropis dan tropis. (Davis dan McGuidwin 2000). Secara umum, Pratylenchus menyerang akar muda tanaman yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar tanaman (Agrios 2005).

Pratylenchus memiliki bentuk istirahat seperti huruf C atau sedikit melengkung dan bertubuh gemuk (a). Esofagus dan saluran pencernaan saling tumpang tindih pada bagian ventral (a). Kepala Pratylenchus memiliki bentuk datar dengan stilet pendek (b). Bagian bibir memiliki 2 atau 4 anulasi (b). Bagian ekor Pratylenchus meruncing (c) (Gambar 5).

Gambar 5 Nematoda Pratylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan bagian posterior (c).

Aplikasi pakchoi dan kubis efektif terhadap Pratylenchus pada semua dosis perlakuan. Keefektifan aplikasi pakchoi pada dosis 2.5 g/100 ml sebesar 62.16% dan dapat ditingkatkan keefektifannya dengan menggunakan dosis 10 g/100 ml. Peningkatan dosis pakchoi menjadi 15 g/100 ml dan 20 g/100 ml tidak meningkatkan keefektifan pengendalian. Aplikasi pada kubis 2.5 g/100 ml, 5 g/100 ml, dan 10 g/100 ml memiliki tingkat keefektifan yang sama. Keefektifan aplikasi kubis dapat ditingkatkan dengan penggunaan dosis 15 g/100 ml. Peningkatan dosis kubis menjadi 20 g/100 ml tidak meningkatkan keefektifan pengendalian (Tabel 3).

Tabel 3 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

.menekan nematoda Pratylenchus Dosis (g/100

ml)

Keefektifan pengendalian SD*(%)

Pakchoi Kubis

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value 0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

(29)
(30)

10

Aplikasi pakchoi kurang efektif terhadap Rotylenchus. Aplikasi kubis efektif terhadap Rotylenchus pada dosis 20 g/100 ml. Peningkatan dosis tidak berbanding lurus dengan peningkatan keefektifan. Terjadi peningkatan kecil jumlah nematoda pada aplikasi dosis 5 g/100 ml (Tabel 5).

Tabel 5 Keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah kubis dan pakchoi dalam

.menekan nematoda Rotylenchus Dosis (g/100

ml)

Keefektifan pengendalian SD*(%)

Pakchoi Kubis

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value 0.05 (uji selang berganda Duncan), SD = standar deviasi

Helicotylenchus

Helicotylenchus merupakan nematoda ektoparasit yang memiliki daerah penyerabaran yang luas pada daerah subtropis dan tropis. Nematoda ini adalah salah satu nematoda yang parasit tanaman yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Helicotylenchus dianggap bukan termasuk nematoda yang merugikan kecuali pada beberapa tanaman rumput-rumputan. Nematoda ini memakan sel tanaman dengan menusukkan stilet ke dalam epidermis dan sel kortikal. Beberapa spesies Helicotylenchus dapat membentuk sel makan (Crow 2012).

Helicotylenchus memiliki bentuk istirahat berupa spriral dengan panjang tubuh 600-820 µm (a). Bagian pencernaan berwarna Helicotylenchus gelap (a). Nematoda ini memiliki stilet yang kuat dan panjang dengan knop yang terlihat jelas (b). Vulva terletak 59%-61% dari anterior tubuh nematoda serta ujung ekor berbentuk asimetris (c) (gambar 8).

Ekor c

a

(31)
(32)

12

Tabel 7 Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi perlakuan jenis dan dosis terhadap..peningkatan populasi nematoda non-parasit

Dosis (g/100 ml)

Peningkatakan populasi SD*(%)

Pakchoi Kubis

*) Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada p-value 0.05 (uji selang berganda Duncan)

Nematoda Lain Non-parasit

Gambar 9 Nematoda lain non-parasit

Pembahasan

(33)

13

dapat digunakan sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda parasit tanaman (Yulianti dan Supriadi 2008).

Keefektifan pakchoi dan kubis dalam menekan nematoda parasit tanaman dipengaruhi oleh kadar dan jenis isotiosianat. Hasil perlakuan menunjukkan bahwa peningkatan dosis berbanding lurus dengan peningkatan keefektifan pengendalian karena semakin tinggi dosis maka semakin tinggi kadar isotiosianat. Jenis isotiosianat bergantung pada jenis glukosinolat yang terhidrolisis. Setiap tanaman Brassicaceae memiliki kandungan dan kadar glukosinolat yang berbeda termasuk pakchoi dan kubis (Yulianti dan Supriadi 2008). Menurut Bhandari et al.

(2015), kandungan glukosinolat pada tanaman muda pakchoi (14.48 μmol/g) lebih

tinggi dibandingkan dengan kubis (10.92 μmol/g). Hal tersebut menyebabkan pakchoi memiliki keefektifan pengendalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis. Selain jenis tanaman, glukosinolat juga dipengaruhi oleh bagian tanaman, waktu panen, penyimpanan, tempat tanam, dan varietas (Bhandari et al 2015; Chen et al 2008; Yousef 2015).

Aplikasi biofumigan efektif terhadap Meloidogyne, Pratylenchus, dan Rotylenchulus, namun kurang efektif terhadap Rotylenchus dan Helicotylenchus. Kurang efektifnya perlakuan dapat disebabkan populasi awal kedua nematoda yang rendah dan memiliki resistensi yang lebih tinggi terhadap biofumigan pakchoi dan kubis dibandingkan dengan Meloidogyne, Pratylenchus, dan Rotylenchulus. Jumlah populasi awal nematoda Rotylenchus dan Helicotylenchus pada sampel paling sedikit dibandingkan dengan 3 genus lainnya. Populasi awal yang sedikit menyebabkan perubahan kecil pada populasi akhir memengaruhi nilai keefektifan secara signifikan.

Populasi nematoda non-parasit meningkat setelah 7 hari aplikasi biofumigan. Peningkatan tersebut sesuai dengan Hu dan Qi (2010) yang menyebutkan bahwa aplikasi sisa bahan organik dapat meningkatkan populasi nematoda non-parasit. Populasi nematoda non-parasit yang meningkat adalah bakteriovor, sedangkan nematoda fungivor dan omnivor tidak meningkat secara signifikan. Peningkatan tersebut dapat disebabkan oleh meningkatnya ketersediaan NPK dari aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis (Wang et al. 2013). Peningkatan nitrogen pada tanah berkolerasi postif terhadap peningkatan nematoda bakteriovor (Xiao et al. 2010).

(34)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Aplikasi sisa tanaman pakchoi dan kubis efektif menurunkan jumlah nematoda parasit tumbuhan di dalam tanah. Keefektifan perlakuan mencapai 68.01% pada dosis 2.5 g per 100 ml tanah dan meningkat dengan penambahan dosis. Keefektifan perlakuan terlihat nyata terhadap Meloidogyne, Pratylenchus, dan Rotylenchulus tetapi kurang nyata terhadap Rotylenchus dan Helicotylenchus.

Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abbott. 1925. A method of computing the effectiveness of an insecticides. Journal of Economic Entomology. 18(2):265-267.

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th ed. San Diego (US): Academic Press. Anwar SA, McKenry MV. 2012. Incidence and population density of

plant-parasitic nematodes infecting vegetable crops and associated yield loss in Punjab, Pakistan. Pakistan Journal of Zoology. 44(2):327-333.

Bezooijen JV. 2006. Methods and Techniques for Nematology. Wageningen (NL): Wageningen University.

Bhandari RB, Jung SJ, Jun GL. 2015. Comparison of glucosinolate profiles in different tissues of nine Brassica crops. Journal of Molucules. 20: 15827-15841

Chen X, Zhujun Z, Joska G, Nadine Z. 2008. Glucosinolates in chinese Brassica campestris vegetables: chinese cabbage, purple cai-tai, choysum, pakchoi, and turnip. Horticultural Science. 43(2): 571-574

Crow WT. 2012. Spiral Nematode Helicotylenchus pseudorobustus [internet]. Gainesville (US): University of Florida Entomology and Nematology

Departement; [diunduh 2015 Sept 8]. Tersedia pada:

http://entnemdept.ufl.edu/creatures/nematode/spiral_nematode.htm

Daulay NS. 2013. Sisa tanaman Cruciferae sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Davis EL, McGuidwin AE. 2000. Lession nematode diseases [Internet]. Saint Paul (USA: Department of Plant Pathology; [diunduh 2015 Jan 17]. Tersedia pada: http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/lessons/Nematodes/ Pages/LesionNematode.aspx. DOI: 10.1094/PHII2000103002.

Duncan LW, Jospeh WN. 1998. Agriculutre Sustainability and Nematode

Integrated Pest Management. Di dalam: Barker KR, Pederson A, Windham

GL. Editor. Plant Nematode Interaction. Madison (US): American Society of Agronomi.

Gimsing AL, Kirkeegard JA. 2006. Glucosinolate and isothiocyanate concentration in soil following incorporation of Brassica biofumigants. Soil Biology & Biochemistry. 38: 2255-2264.

Hu C, Qi Y. 2010. Abundance and diversity of soil nematodes as influenced by different types of organic manure. Helminthologia. 47(1): 58-66.

Lambert K, Sadia B. 2002. Introduction to plant parasitic nematodes [Internet]. Urbana (US): Department of Crop Sciences; [diunduh 2015 Jan 17]. Tersedia pada: http://www.apsnet.org/edcenter/intropp/PathogenGroups/ Pages/Intro Nemato des.aspx. DOI: 10.1094/PHII2002121801.

Larkin RP, Timothy SG. 2007. Control of soilborne potato diseases using Brassica green manures. Crop Protection. 26(7):1067-1077.

Mai WF, Mullin PG. 1996. Plant-Parasitic Nematodes a Pictorial Key to Genera. 5th ed. London (UK): Cornell University Press.

(36)

16

Rosya A. 2015. Keefektifan limbah Brassica sebagai biofumigan dalam pengendalian nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) pada tanaman tomat [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Rosyidah A, Djuhari. 2014. The increase in effectiveness of broccoli waste as bio-fumigant to control Ralstonia solanacearum on tomato (Solanum lycopersicum L.). Journal of Biology, Agriculture, and Healthcare. 4(24):85-90.

Singh RS, K Sitaramaiah. 1994. Plant Pathogens: The Nematodes. New York (US): International Science Publisher.

Szczygłowska M, Anna P, Piort K, Jacek M. 2011. Use of Brassica plants in the phytoremediation and biofumigation processes. International Journal of Molecular Science. 12(11):7760-7771.

Wang KH. 2007. Reniform Nematode Rotylenchulus reniformis [Internet]. Gainesville (US): University of Florida Entomology and Nematology

Departement; [diunduh 2015 Jan 15]. Tersedia pada:

http://entnemdept.ufl.edu/creatures/nematode/r_reniformis.htm.

Wang Q, Yan M, Hao Y, Zhizou C. 2013. Effect of biofumigation and chemical fumigation on soil microbial community structure and control of pepper Phytophthora blight. World Journal of Microbiology Biotechnology. 30(2):507-518.

Xiao H, Bryan G, Xiaoyun C, Mangqian L, Jiaguo J, Feng H, Suihin L. 2010. Influence of bacterial-feeding nematodes on nitrification and the ammonia-oxidizing bacteria (AOB) community composition. Applied Soil Ecology. 45(3): 131-137.

Yousef MMA. 2015. Biofumigation as a promising tool for managing plant parasitic nematodes: A review. Scientia Agriculturae. 10(3): 115-118. Yulianti T, Supriadi. 2008. Biofumigan untuk pengendalian patogen tular tanah

(37)
(38)

18

Lampiran 1 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan limbah kubis dan .pakchoi terhadap nematoda parasit tanaman

Corrected Model 26887.714a 11 2444.338 35.103 .000

Intercept 254411.912 1 254411.912 3653.586 .000

Jenis 468.049 1 468.049 6.722 .013

Dosis 25687.834 5 5137.567 73.780 .000

Jenis * Dosis 731.831 5 146.366 2.102 .081

Error 3342.407 48 69.633

Total 284642.032 60

Corrected Total 30230.121 59

a. R Squared = .889 (Adjusted R Squared = .864)

Lampiran 2 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

..kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Meloidogyne

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 47024.941a 11 4274.995 85.371 .000

Intercept 308315.751 1 308315.751 6156.985 .000

Jenis 360.836 1 360.836 7.206 .010

Dosis 46016.823 5 9203.365 183.789 .000

Jenis * Dosis 647.281 5 129.456 2.585 .038

Error 2403.637 48 50.076

Total 357744.329 60

Corrected Total 49428.578 59

a. R Squared = .951 (Adjusted R Squared = .940)

Lampiran 3 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

..kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Pratylenchus

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 22753.554a 11 2068.505 14.169 .000

Intercept 233427.891 1 233427.891 1598.999 .000

Jenis 809.399 1 809.399 5.544 .023

Dosis 21160.046 5 4232.009 28.990 .000

Jenis * Dosis 784.109 5 156.822 1.074 .386

Error 7007.221 48 145.984

Total 263188.665 60

Corrected Total 29760.774 59

(39)

19

Lampiran 4 Penghitungan SPSS tingkat keefektifan perlakuan dosis dan jenis

..limbah kubis dan pakchoi dalam menekan nematoda Rotylenchulus

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 17161.901a 11 1560.173 6.452 .000

Intercept 243371.079 1 243371.079 1006.457 .000

Jenis 1227.569 1 1227.569 5.077 .029

Dosis 15612.760 5 3122.552 12.913 .000

Jenis * Dosis 321.572 5 64.314 .266 .929

Error 11606.869 48 241.810

Total 272139.850 60

Corrected Total 28768.770 59

a. R Squared = .597 (Adjusted R Squared = .504)

Lampiran 5 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

..kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Rotylenchus

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 38063.167a 11 3460.288 1.251 .282

Intercept 44590.523 1 44590.523 16.116 .000

Corrected Total 170868.407 59

a. R Squared = .223 (Adjusted R Squared = .045)

Lampiran 6 Penghitungan SPSS keefektifan perlakuan dosis dan jenis limbah

..kubis dan pakchoidalam menekan nematoda Helicotylenchus

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 95149.756a 11 8649.978 1.198 .314

Intercept 60700.421 1 60700.421 8.410 .006

Corrected Total 441588.344 59

(40)

20

Lampiran 7 Penghitungan SPSS Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi

..terhadap peningkatan populasi nematoda non-parasit

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 49132143.224a 11 4466558.475 9.500 .000

Intercept 90746663.647 1 90746663.64

7 193.015 .000

Jenis 1103243.854 1 1103243.854 2.347 .132

Dosis 23414590.788 5 4682918.158 9.960 .000

Jenis * Dosis 24614308.582 5 4922861.716 10.471 .000

Error 22567318.378 48 470152.466

Total 162446125.248 60

Corrected Total 71699461.602 59 a. R Squared = .685 (Adjusted R Squared = .613)

Lampiran 8 Perkecambahan tanaman dalam sampel tanah setelah 7 hari perlakuan

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lamongan pada tanggal 16 Maret 1993 sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Moch. Chotib dan Ibu Siti Munawaroh. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Babat Kabupaten Lamongan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB dan mengikuti program Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun. Pada tahun berikutnya penulis mengikuti perkuliahan dengan Mayor Proteksi Tanaman dan Minor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 3  Keefektifan perlakuan jenis limbah kubis .dan pakchoi terhadap 5
Gambar 7  Nematoda Rotylenchus: seluruh tubuh (a), bagian anterior (b), dan
Tabel 7  Pengaruh aplikasi limbah kubis dan pakchoi perlakuan jenis dan dosis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: bahwa kepala sekolah menjalankan peranya sebagai supervisor dengan teknik kunjungan ke kelas, maka hal itu berdampak pada kinerja guru

Seterusnya responden atau guru yang mengalami tahap stres yang rendah juga turut menghadapi tahap stres dari aspek personaliti yang sederhana iaitu seramai 30 orang,

mencapai keseimbangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan. Dalam perjanjian penerbitan buku klausul mengenai hak dan kewajiban para

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap

Berlatarbelakang permasalahan baik dari segi produktivitas maupun kualitas seperti yang dihadapi industri karak tersebut, maka pendekatan penyelesaian masalah yang sesuai

Distribusi frekuensi faal paru berdasarkan masa kerja didapat hasil uji statistik sebanyak 3 responden atau sebesar 13,00% mempunyai status faal paru tidak normal dari total

menjadi promosi melalui digital ( digital promotion ) seperti melalui media internet dengan menggunakan Social Media , website atau blogspot.. Sumber: Asosiasi Penyelenggara

Setelah itu dilakukan instalasi sistem pada komputer server yang akan digunakan untuk konfigurasi sistem dan komputer client yang akan digunakan untuk pengujian