• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis terhadap Prinsip Keseimbangan dalam Perjanjian Penerbitan Buku antara Penulis dan Penerbit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Yuridis terhadap Prinsip Keseimbangan dalam Perjanjian Penerbitan Buku antara Penulis dan Penerbit"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1

PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRINSIP KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN PENERBITAN BUKU ANTARA PENULIS DAN

PENERBIT OLEH :

WENI RAMADHANIA, SH A.2021141065

Pembimbing I : Dr. Aktris Nuryanti,SH.,M.Hum Pembimbing II : Chandra Maharani,SH.,MH ABSTRACT

This thesis discusses problems of juridical analysis of the principle of balance in book publishing agreement between author and publisher. This study aims to determine how the juridical analysis of the principle of balance in book publishing agreement between author and publisher.

This research is a way of normative empirical legal research done by verifying the facts obtained through interviews and observations in the field and then assessed on the basis of legislation associated with analysis techniques in qualitative descriptive of the material laws dealing with object of research.

From the results of this thesis research we concluded agreements are made book publishers with author done in two ways: orally and in writing, the agreement in writing can be made by authentic act and deed under the hand but in practice the parties is to use a deed under hand over the deed authentic with efficiency considerations of time, cost and effort. In relation to the principle of balance in book publishing between authors and publishers are still not running properly, it is proven by the number of violations that occurred in the clause that made maupaun in the concept of making a contract or agreement is good and balanced. Likewise, the efforts made by the authors to get their rights, still less, for example, filed a lawsuit or a complaint / report to the authorities about violations made by the publisher. It is on the basis of the reasons the authors who did not want to exertion before the law. Forms of legal protection of copyright the author of the issuer, namely that the author of the book publishers are required to be made in the form of a letter of agreement with both oral and written way. This is done to prevent future disputes dispute, but the agreement be in writing is stronger than that made verbally. Because if there is a dispute verification process that the agreement be in writing is stronger than the agreements made orally.

Keywords: juridical analysis, Balance Principle, Book Publishing Agreement.

ABSTRAK

Tesis ini membahas masalah analisis yuridis terhadap prinsip

keseimbangan dalam perjanjian penerbitan buku antara penulis dan penerbit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana analisis yuridis terhadap prinsip keseimbangan dalam perjanjian penerbitan buku antara penulis dan penerbit.

(2)

2

Penelitian ini adalah penelitian dengan cara normatif empiris yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti dan menelaah fakta-fakta yang didapat melalui wawancara dan pengamatan di lapangan kemudian dikaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait melalui teknik analisis secara deskriptif kualitatif terhadap bahan hukum yang berkenaan dengan objek penelitian.

Dari hasil penelitian tesis ini diperoleh kesimpulan Bentuk perjanjian yang dibuat penerbit buku dengan penulis dilakukan dengan dua cara yaitu secara lisan dan secara tertulis, perjanjian secara tertulis dapat dibuat dengan akta otentik dan akta dibawah tangan tetapi dalam praktiknya para pihak lebih menggunakan akta dibawah tangan dibanding akta otentik dengan pertimbangan efesiensi waktu, biaya dan tenaga. Dalam kaitanya dengan prinsip keseimbangan dalam penerbitan buku antara penulis dan penerbit masih belum berjalan secara baik dan benar, hal ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam klausula yang di buat maupaun dalam konsep pembuatan kontrak atau perjanjian yang baik dan seimbang. Demikian juga upaya yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan haknya, masih sangat kurang misalnya mengajukan gugatan ke pengadilan atau mengadukan/melaporkan kepada pihak yang berwenang atas terjadinya pelanggaran yang di buat oleh penerbit. Hal ini di dasarkan oleh alasan penulis yang tidak mau untuk menguras tenaga di hadapan hukum. Bentuk perlindungan hukum hak cipta pengarang yang diterbitkan oleh penerbit yaitu bahwa penulis buku dengan penerbit diharuskan dibuat dalam bentuk surat perjanjian baik lisan maupun dengan cara tertulis. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perselisihan sengketa dikemudian hari, akan tetapi perjanjian yang dibuat secara tertulis lebih kuat dibandingkan yang dibuat secara lisan. Karena apabila terjadi sengketa proses pembuktian perjanjian yang dibuat secara tertulis lebih kuat dibanding dengan perjanjian yang dibuat secara lisan.

Kata Kunci: Analisis Yuridis, Prinsip Keseimbangan, Perjanjian Penerbitan Buku.

(3)

3 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan di bidang hak kekayaan intelektual (HAKI), berkembang pula tuntutan perlindungan terhadap hasil karya Haki tersebut. Kreativitas manusia untuk menghasilkan suatu karya tidak datang begitu saja melainkan perlu didukung oleh iklim yang kondusif berupa perlindungan hukum, di samping modal kecerdasan intelektual dalam penguasaan teknologi bahkan ilmu pengetahuan.1

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, maka salah satu soal yang perlu mendapat perhatian serius adalah iklim kondusif bagi perkembangan kreativitas, sistem pembinaan dan pengelolaan hak kekayaan intelektual. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perlindungan hukum yang memadai terhadap kekayaan seni dan budaya, termasuk upaya memajukan perkembangan bagi karya-karya intelektual yang dihasilkan, termasuk karya intelektual di bidang Hak Cipta.

Perlunya perlindungan Hak Cipta terhadap kekayaan intelektual adalah agar dapat mendorong kreativitas dengan menghormati karya cipta orang lain, meningkatkan iklim usaha di bidang hak cipta sehingga investor berkeinginan untuk menanamkan modalnya di Indonesia serta

adanya kepastian hukum pada masyarakat pencipta, karena dalam Hak Cipta melekat hak-hak yang terdiri atas hak ekonomi (economic rights),

yaitu hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait, dan hak moral (moral rights), yaitu hak yang melekat pada diri

1 H. OK. Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

(4)

4

Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.2

Hak-hak tersebut di atas dimiliki oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, karena Hak Cipta adalah hak eksklusif/khusus, arti dari Hak Cipta

yang sifatnya ekslusif adalah bahwa tidak ada orang lain yang boleh menggunakan Hak Cipta tanpa izin dari Pencipta. Satu-satunya orang yang boleh mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan adalah Pencipta, kecuali jika Pencipta memberikan izin kepada orang lain untuk itu, dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 butir 1 UUHC), berkaitan dengan hak ekonomi yang dimiliki oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, maka Pemegang Hak Cipta berhak untuk memberikan izin kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak serta menggunakan ciptaannya atau produk hak terkait lainnya dengan cara lisensi yang diberikan dengan persyaratan tertentu yang tentunya

dituangkan dalam bentuk sebuah perjanjian.

Cara pengalihan Hak-hak Ekonomi biasanya dilakukan dengan cara Lisensi atau penyerahan (Assignment), dan harus dilakukan secara tertulis

dalam suatu perjanjian otentik. Suatu Perjanjian Lisensi memuat jenis-jenis

Hak Cipta yang dialihkan dalam jangka waktu yang ditentukan. Pengalihan Hak-hak Ekonomi dengan Perjanjian yang berjenis Assignment yang

2

(5)

5

diserahkan dapat seluruh atau sebagian Hak Cipta yang dirinci secara jelas untuk jangka waktu selama-lamanya kepada Pemegang Hak Cipta.3

Pengalihan hak-hak ekonomi dengan perjanjian merupakan salah satu kegiatan usaha di bidang ekonomi yang harus diatur oleh suatu hukum yang dinamakan dengan hukum perjanjian. Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak yang membuat perjanjian. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk memenuhi perjanjian yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal ini fungsi perjanjian sama dengan perundang-undangan tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja.

Penulis buku adalah seorang pemegang Hak Cipta. Penulis berhak untuk menentukan apakah buku karangannya tersebut boleh diperbanyak atau tidak oleh si penerbit. Dalam hal ini maka diperlukan adanya suatu perjanjian antara penulis buku dan pihak penerbit untuk memberikan kepastian kedua belah pihak agar tidak terjadi kesalahpahaman atau permasalahan dikemudian hari. Adapun permasalahan yang mungkin terjadi bisa beragam, misalnya ketidaksesuaian antara jumlah buku yang dicetak dengan jumlah yang diperjanjikan, mencetak tambah di luar ijin penulis, kelayakan royalty dan lain sebagainya.

Penerbit adalah suatu usaha atau kegiatan yang berkaitan dengan proses editorial, produksi, dan pemasaran barang-barang, naskah tercetak

3

(GG\ 'DPLDQ ´Motivasi dan Perolehan Hak Cipta Sebagai Bagian dari HaKI´ Makalah, Seminar dan Lokakarya HKI Motivasi dan Strategi Perolehan Hak atas Kekayaan Intelektual, Ruang Sidang Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung, 1 dan 2 Nopember 2002.

(6)

6

yang didistribusikan kepada pembaca. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat ada tiga bidang yang berkaitan dengan penerbitan, yaitu bidang editorial, bidang produksi, dan bidang pemasaran.4

Hukum perjanjian memegang peranan penting dalam setiap kegiatan usaha ataupun kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih dan mengharuskan para pihak untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing agar adanya kepastian hukum, karena itu dalam suatu perjanjian harus dipenuhi syarat-syarat sah perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Pengaturan tentang perjanjian terdapat terutama di dalam KUH Perdata, tepatnya dalam buku III, disamping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari Undang-Undang misalnya tentang perbuatan melawan hukum.

Suatu asas hukum penting berkaitan tentang berlakunya perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak. Artinya, pihak-pihak bebas untuk melakukan perjanjian apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi perjanjian.

Salah satu bentuk perjanjian yang sedang berkembang saat ini adalah Perjanjian antara Penulis buku dengan Penerbit. Bahwa perjanjian antara penulis dengan penerbit adalah suatu tindakan yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan hukum antara kedua belah pihak tersebut.

4

http://pengertianpenerbitan.blogspot.co.id/2009/07/pengertian.html?m=1, diakses pada tanggal 10 Januari 2016.

(7)

7

Perkembangan dunia perbukuan di Indonesia yang semakin pesat di dunia ini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah posisi penulis lemah dalam rantai industri perbukuan. Hubungan antara penulis dan penerbit kerap hanya berdasarkan kepercayaan dan penulis sering dirugikan oleh penerbit yang kurang profesional. Terutama dalam persoalan royalti hasil penjualan buku. Penerbit sendiri harus transparasi dan memenuhi kewajibannya terhadap penulis. Terkait dengan royalti, penulis bergantung kepada kejujuran dan transparasi penerbit. Penulis sulit mengakses data penjualan buku. Masalah lain bahwa penulis tidak memiliki akses untuk memastikan apakah jumlah yang dicetak sesuai dengan jumlah dalam kontrak/ perjanjian. Begitu juga dengan cetak ulang diluar pengetahuan penulis. Banyak penulis maupun penerbit yang masih belum memahami hal-hal pokok dalam perjanjian penerbitan. Kerap kali penerbitan tidak mengungkapkan secara detail hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban antara penulis dan penerbit. Sehingga dalam kontrak perjanjian antara penulis dan penerbit tidak seimbang.

Mengenai bentuk perjanjian yang dibuat antara Pemegang Hak Cipta dalam hal ini Penulis buku dengan pihak Penerbit menarik perhatian penulis, karena menyangkut masalah yang aktual, khususnya menyangkut perkembangan di bidang percetakan/penerbitan, walaupun penulis akan membahas terbatas pada sudut pandang aspek hukumnya saja dalam perjanjian tersebut. Maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam SHQHOLWLDQ LQL DGDODK VHEDJDL EHULNXW ³ $QDOLVLV <XULGLV 7HUKDGDS 3ULQVLS

(8)

8

Keseimbangan Dalam Perjanjian Penerbitan Buku Antara Penulis dan 3HQHUELW´ Perhatian utama dalam penelitian ini adalah pada kandungan prinsip keseimbangan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yang termuat dalam dokumen perjanjian dimaksud. Kandungan keseimbangan inilah yang akan menentukan adil tidaknya isi perjanjian tersebut. Jadi prinsip keseimbangan yang disorot adalah keseimbangan hak dan kewajiban yang termuat dalam perjanjian yang dibuat.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dalam perjanjian penerbitan buku antara penulis dan penerbit telah mengakomodasi prinsip keseimbangan hak dan kewajiban yang adil antara kedua belah pihak?

2. Bagaimana perlindungan hukum hak cipta penulis buku yang diterbitkan dalam oleh penerbit dalam kaitannya dengan prinsip keseimbangan hak dan kewajiban yang adil antara kedua belah pihak ?

Pembahasan

A. Perjanjian Penerbitan Buku Antara Penulis Dan Penerbit Telah Mengakomodasi Prinsip Keseimbangan Hak Dan Kewajiban Yang Adil Antara Kedua Belah Pihak.

1. Pengakomodasian Prinsip Keseimbangan Dalam Perjanjian- Perjanjian Penerbitan Buku

a. Perjanjian Penerbitan Buku

Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, yakni:

(9)

9

1. Bapak Syafaruddin Usman Mhd., SPd., SH, yang mana dari sampel 1 mendapatkan 7 buah kontrak, total buku berjumlah 49 buah, telah menekuni profesi menulis kurang lebih 24 tahun dari tahun 1992.

2. Bapak Syamsul Kurniawan, mendapat 1 buah kontrak. 3. Bapak Achmad Sofian, mendapat 1 buah kontrak.

Di dalam menjalankan penelitian ini, peneliti menggunakan sistem snow ball, dan lebih menggunakan argumen sampel ke satu,

karena lebih detil di dalam penjelasan dan melengkapi pernyataan sampel lain yang kurang terjawab di dalam permasalahan yang di hadapi antara penerbit dan penulis.

Perjanjian penerbitan seperti yang penulis teliti merupakan pokok soal yang termasuk dalam rezim hukum perjanjian. Para pihak yang hendak membuat suatu perjanjian, harus memperhatikan syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, agar perjanjian tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh kedua belah pihak. Syarat sahnya perjanjian terdiri dari syarat yang bersifat subyektif karena berkenaan dengan subyek perjanjian, antara lain perjanjian tersebut harus memenuhi syarat adanya kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri, dan syarat kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian. Syarat yang bersifat obyektif berkenaan dengan obyek perjanjian memuat adanya suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal.

(10)

10

Salah satu bentuk perjanjian penerbitan buku seperti yang penulis teliti ini merupakan perjanjian baku. Hal ini karena banyak perjanjian yang sama, yang berulang-ulang digunakan dan terus menerus, sehingga timbul pemikiran untuk membuat suatu bentuk perjanjian yang baku dan seragam untuk suatu jenis perjanjian yang sama. Dari segi waktu, biaya, dan tenaga memang sangat efisien. Terlebih-lebih lagi di dalam sistem ekonomi global dan komunikasi yang cepat, yang membuat semua pihak harus dengan segera bergerak secepat mungkin dan seefisien mungkin.

Adapun kelemahan dari sebuah perjanjian penerbitan buku ini bahwa perjanjian penerbitan buku dibuat berlandaskan asas kebebasan berkontrak akan tetapi transaksi bisnis yang dilakukan tidak melalui proses negosiasi yang seimbang di antara para pihak, yaitu pihak penerbit buku dan pengarang buku. Di dalam perjanjian penerbitan buku pihak penerbit telah menyiapkan syarat-syarat baku suatu formulir perjanjian yang sudah dicetak, bermatrai dan ditandatangani, kemudian diberikan kepada pengarang untuk ditandatangani sebagai persyaratan untuk sepakat dan setuju terhadap isi perjanjian tersebut. Dalam hal ini pihak penerbit hampir tidak memberikan sedikit atau tidak sama sekali ruang kebebasan kepada pihak penulis untuk melakukan sebuah negosiasi terhadap isi perjanjian penerbitan buku tersebut.

(11)

11

b. Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Penerbitan Buku

Perjanjian antara penerbit dan penulis dalam dokumen-dokumen sampel juga menganut asas kebebasan berkontrak. Pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa setiap perjanjian mengikat bagi para pihak, dan

SHUNDWDDQ ³VHWLDS´ GDODP NHWHQWXDQ WHUVHEXt mencerminkan asas

kebebasan berkontrak.

Kebebasan berkontrak dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Para pihak yang membuat perjanjian harus mentaati hukum yang sifatnya memaksa dan perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, sehingga perjanjian tersebut akan mengikat sebagai undang-undang terhadap para pihak dan mencerminkan adanya kepastian hukum.

Asas kebebasan berkontrak tidak mempunyai arti tidak terbatas, akan tetapi terbatas oleh tanggung jawab para pihak, sehingga kebebasan berkontrak sebagai asas diberi sifat sebagai berikut : asas kebebasan berkontrak yang bertanggungjawab. Asas ini mendukung kedudukan yang

(12)

12

seimbang di antara para pihak, sehingga sebuah perjanjian akan bersifat stabil dan menguntungkan bagi kedua pihak.5 Pemahaman tersebut merupakan realisasi dari asas keseimbangan bagi para pihak dalam suatu perjanjian. Itikad baik dari para pihak selalu dianggap ada dalam suatu perjanjian, sedangkan itikad buruk harus dibuktikan.

Pada kenyataannnya dalam perjanjian penerbitan buku ini bahwa asas kebebasan berkontrak dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan, hal ini karena prinsip kebebasan berkontrak ini hanya dapat mencapai tujuannya, yaitu mendatangkan kesejahteraan dan keadilan seoptimal mungkin bila para pihak memiliki kedudukan dan posisi tawar yang seimbang.

2. Pandangan Prinsip Keadilan Dalam Perjanjian Penerbitan Buku a. Asas Keseimbangan Dalam Perjanjian Penerbitan Buku

Perjanjian penerbitan buku antara penulis dan penerbit harus mengakomodasi prinsip keseimbangan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari sejumlah indikator keseimbangan, baik menyangkut dasar lahirnya perjanjian, maupun menyangkut akibat hukum dari perjanjian serta distribusi hak dan kewajiban. Pertama, terkait dengan lahirnya perjanjian, ada konsesualisme dari dua pihak yang setara (penulis dan penerbit), yaitu suatu

5

Mariam Darus Badrulzaman et.al., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 86.

(13)

13

persesuaian kehendak antara kedua belah pihak yang lahir dari kebutuhan yang disepakati. Kedua, berkaitan dengan akibat perjanjian, maka dalam`semua dokumen perjanjian diatur jaminan-jaminan kepastian hukum bagi masing-masing pihak. Ketiga, berkaitan dengan isi perjanjian, ditemukan adanya pembagian hak dan kewajiban yang proporsional antara kedua belah pihak.

Dengan demikian bahwa bentuk ideal dari sebuah perjanjian adalah adanya bentuk kepantasan dalam menempatkan posisi masing-masing pihak untuk menempatkan dirinya didalam sebuah kontrak. Dengan adanya prinsip keseimbangan tersebut, maka tujuan-tujuan kontrak bisa tercapai. Sebagaimana diketahui, secara teoretis, ada paling sedikit empat tujuan kontrak. Pertama, memaksakan suatu janji dan melindungi harapan wajar yang muncul darinya. Kedua, mencegah pengayaan (upaya memperkaya diri) yang dilakukan secara tidak adil atau tidak benar. Ketiga, to prevent certain kind

of harm. Sehingga dapat diterima secara jelas di mana

perjanjian yang didasari dengan asas keseimbangan tersebut mencegah adanya pemberian harapan yang diluar batas serta mencegah bentuk upaya memperkaya diri dengan adanya bentuk ketidakseimbangan isi dari hak serta kewajiban yang diikatkan kepada pihak dalam perjanjian tersebut. Keempat,

(14)

14

mencapai keseimbangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan.

Dalam perjanjian penerbitan buku klausul mengenai hak dan kewajiban para pihak yang sering tidak seimbang, artinya ada salah satu pihak yang sebenarnya kedudukannya kurang diuntungkan bahkan dirugikan. Akan tetapi hal ini jarang sekali dipermasalahkan atau negosiasi terhadap isi perjanjian tersebut oleh seorang penulis buku. Faktor yang menyebabkan adalah: a) Timbul perasaan khawatir dari pihak penulis apabila terlalu

banyak menuntut kepada pihak penerbit karena kemungkinan pihak penerbit akan membatalkan rencana penerbitan buku.

b) Dalam setiap penerbitan buku apalagi oleh penerbit yang besar atau punya nama sudah pasti hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulisnya. Karena seleksinya yang sangat ketat dalam penerbitan tersebut. Hal ini menyebabkan pihak penulis lebih bisa menerima kehendak dari penerbit walaupun sebenarnya terpaksa.

c) Dalam perjanjian penerbitan buku pada kenyataannya bahwa pihak dalam perjanjian tidak selalu bisa bernegoisasi dan merundingkan syarat-syarat perjanjian mereka dengan bebas terhadap perjanjian buku tersebut, terutama apabila salah satu pihak mempunyai kedudukan ekonominya lebih kuat dari pada pihak lainnya. Dalam hal ini pihak penerbit

(15)

15

mempunyai kedudukan ekonomi yang lebih kuat karena penerbit sebagai pemilik modal dan pihak penulis di pihak yang lemah.

3. Permasalahan Dalam Perjanjian Penerbitan Buku

Adapun permasalahan yang muncul dalam perjanjian penerbitan buku dari klausul yang dirasa merugikan salah satu pihak, yakni terhadap pihak penulis dari data kuesioner yang di dapati peneliti, diantaranya meliputi6:

a) Pembayaran Royalti

Untuk pembayaran royalti, pihak penerbit yang menentukan tempo pembayaran royalti penulis. Pembayaran honorarium pengarang didasarkan pada jumlah eksemplar buku yang terjual dengan terlebih dahulu ditentukan berapa jumlah uang atau berapa persen yang menjadi hak penulis dari setiap buku yang terjual. Dalam hal ini tidak semua penerbit membayar royalti tepat waktu kepada penulis. Ada yang terlambat dengan alasan managemen dan ada tanpa alasan yang jelas.

b) Dalam Hal Cetak Ulang

Dalam surat perjanjian penerbitan yang dijadikan sampel ada beberapa perjanjian seperti contoh perjanjian penerbitan buku pihak pertama Syafaruddin Usman Mhd.,

6

Data kuesioner yang di sadur ulang oleh peneliti kepada sampel, yakni Bapak Syafaruddin h•u vU DZ XU^XW XU^,U ] š u‰ š l ] u v o] µU‰ Z Œ]:µu[ šUš vPP oíõ& Œµ Œ]îìíòX

(16)

16

SPd., SH dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri selanjutnya disebut pengarang dengan pihak kedua Arisatya Yogaswara, partikelir, bertempat di Yogyakarta, bertindak dalam jabatannya selaku Pemimpn Redaksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Penerbit NARASI, berkedudukan di Jl.Irian Jaya D-24 Perum Nogotirto Elok II Yogyakarta 55292, selanjutnya disebut sebagai Penerbit. Dan dalam surat perjanjian penerbitan sebaga pihak pertama Syafaruddin Usman Mhd., Spd., SH dengan pihak kedua Maria Asih Kristanti mewakil penerbit CAKRAWALA selanjurnya disebut sebgai Penerbit. Dalam surat perjanjian penerbitan ini merupakan surat perjanjian penerbitan baku karena banyak perjanjian yang sama, yang berulang-ulang digunakan terus menerus, dan seragam untuk suatu jenis perjanjian yang sama dan dari beberapa pasal yang diteliti tidak dicantumkan berkenaan dengan hal cetak ulang. Seharusnya setap perjanjian penerbitan buku mengatur mengenai masalah cetak ulang dengan jelas dan lengkap. Mulai pemberitahuan jika akan cetak ulang sampai batas akhir cetak ulang, ditentukan berapa lama setelah stok buku habis.

Dalam perjanjian penerbitan antara penerbit dan SHQXOLV ³6\DPVXO .XUQLDZDQ´ EHUWLQGDN VHEDJDL SHQXOLV

(17)

-17

RUZZ Media bertindak sebagai penerbit selaku pihak kedua. Diatur dalam Pasal 3 Hak dan Kewajiban Para Pihak, yaitu: Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA:

b. Memberikan Izin, Hak, Wewenang, dan Kuasa tanpa terkecuali kepada pihak kedua untuk menyunting naskah menjadi buku, memperbanyak, mencetak ulang dan memasarkan/menjual kepada pihak distributor, toko-toko, maupun kepada masyarakat umum secara langsung. Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA

b. Melakukan penetapan Format halaman, judul, proses, cetak, harga, dan cara penjualan maupun promosi buku. c. Mencetak ulang atas buku tersebut, dengan terlebih

dahulu minta persetujuan Pihak Pertama.

e. Menyunting naskah, mencetak menjadi buku memperbanyak, mencetak ulang serta memasarkan kepada phak distributor, toko-toko maupun kepada masyarakat secara langsung atas naskah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 huruf b. Oleh karenanya PHAK KEDUA juga berhak atas hasil dari penjualan.

Namun dalam pelaksanaannya, kerena tidak ada batas waktu untuk target habisnya buku dalam satu kali cetak maupun cetak ulang. Dalam pihak penerbit bahwa pihak penerbit dapat mencetak ulang diluar sepengetahuan

(18)

18

penulis diluar kesepakatan jumlah buku yanng dicetak tanpa memberitahukan pihak penulis. Sehingga perjanjian penerbitan buku merupakan sarana legalitas penerbit untuk memonopoli hak penerbitan buku.

c) Jumlah Buku yang dicetak

Dalam penerbitan buku sangat sulit penulis penulis sulit mengakses data penjualan atau perhitungan jumlah buku yang laku dipasaran dan penulis tidak memiliki akses untuk memastikan apakah buku yang dicetak sesuai dengan jumlah kontrak/perjanjian dan juga berkaitan dengan cetak ulang diluar sepengetahuan penulis. Perjanjian yang pernah dilanggar penerbit antara lain dalam kesepakatan jumlah buku yang dicetak atau yang diterbitkan. Misalnya dalam surat perjanjian disepakati 1000 eksemplar, tetapi penerbit mencetak 1500 sampai 2000 eksemplar diluar dari kesepakatan bersama. Pelaksanaannya sangat tergantung pada kejujuran pihak penerbit dan itikad baiknya dalam melaksanakan isi perjanjian. Karena landasan pelaksanaan perjanjian penerbitan buku adalah kepercayaan dan itikad baik diantara para pihak.

4. Surat Perjanjian Buku Yang Seimbang

Sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya, tujuan kontrak adalah pencapaian keseimbangan antara kepentingan individu satu sama lain atau antara kepentingan umum dan kepentingan individu.

(19)

19

Dalam penetapan adanya ketidakseimbangan pada waktu pembuatan kontrak, maka asas kebebasan berkontrak pada prinsipnya harus diperhatikan dan dihormati. Apa yang patut dicermati dalam hukum kontrak ialah pentingnya kebebasan berkontrak.7

Dalam membuat surat perjanjian penerbitan buku yang seimbang harus memahami hal-hal pokok yang telah diatur didalamnya, dan isinya mencerminkan keseimbangan kepentingan di antara para pihak. Baik dalam hak maupun kewajiban, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Untuk menghindari hal ini maka perjanjian penerbitan buku harus diupayakan mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak dengan seadil-adilnya . dan sebelum penandatanganan perjanjian penerbitan oleh penulis dan penerbit buku, sebaiknya penulis meneliti dengan cermat mengenai isi perjanjian dalam draft perjanjian penerbitan buku agar tidak terjadi kekecewaan dikemudian hari. Jika ada klausula yang dirasa kurang jelas atau kurang lengkap harus segera ditanyakan dan dirundingkan dengan penerbit sampai adanya kesepakatan, sebelum para pihak menandatangani perjanjian penerbitan buku tersebut. Karena kenyataanya penerbit yang sudah menyerahkan blangko surat perjanjian penerbitan buku cendrung bersifat pasif. Sehingga pihak

7

(20)

20

penulislah yang harus aktif dalam melindungi kepentingannya sendiri agar tidak terjadi wanprestasi dikemudian hari.

B. Perlindungan Hukum Hak Cipta Penulis Buku Yang Diterbitkan Dalam Oleh Penerbit Dalam Kaitannya Dengan Prinsip Keseimbangan Hak Dan Kewajiban Yang Adil Antara Kedua Belah Pihak.

Perlindungan hukum terhadap hak cipta pada dasarnya dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah Indonesia secara terus menerus berusaha untuk memperbaharui peraturan perundang-undangan di bidang hak cipta untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, baik perkembangan di bidang ekonomi maupun di bidang tekhnologi. Namun demikian, realitas yang ada sampai pada saat ini menunjukan bahwa pelanggaran hak cipta telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya dan minat pengarang pada khususnya.8

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap karya cipta ini ternyata belum membuahkan hasil yang maksimal. UUHC Nomor 28 Tahun 2014 dalam memberikan perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta maupun terhadap hak dan kepentingan pencipta atau pemegang

8

Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, 2000, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual, Pusat Studi Hukum UII Yogyakarta Bekerjasama Dengan Yayasan Klinik HKI, Jakarta, Hal. 89

(21)

21

hak cipta sudah cukup bagus dibandingkan dengan UUHC sebelumnya. Dalam kenyataannya, pelanggaran hak cipta masih mengganjal dan seolah-olah tidak dapat ditangani walaupun pelanggaran itu dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam bentuk pelanggaran yang dilakukan dapat berupa pembajakan terhadap karya cipta, mengumumkan, mengedarkan maupun menjual karya cipta orang lain tanpa seizin pencipta atau pemegang hak. Dampak lain dari pelanggaran ini disamping akan merusak tatanan masyarakat pada umumnya, juga akan mengakibatkan kurangnya gairah pencipta untuk berkarya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra serta berkurangnya penghasilan atau pemasukan Negara berupa pajak penghasilan yang seharusnya dibayar oleh pencipta atau pemegang hak cipta.

Konsep perlindungan hukum terhadap HKI pada dasarnya adalah memberikan hak monopoli, dan dengan hak monopoli ini, pemilik HKI atau pencipta/pengarang dapat menikmati manfaat ekonomi dari kekayaan intelektual yang didapatnya. Perlu diakui bahwa konsep HKI yang kita anut barasal dari barat, yaitu konsep yang didasarkan atas kemampuan individual dalam melakukan kegiatan untuk menghasilkan temuan (invention).

Perlindungan hukum ini dapat berasal dari para pihak sendiri maupun dari pemerintah. Dari para pihak dapat berupa perjanjian tertulis dan dari pemerintah dapat berupa ketentuan peraturan perundangundangan.

(22)

22 1. Undang-Undang

Konsep dasar lahirnya hak cipta akan memberikan perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan dari seseorang atas dasar kemampuan kreatifitasnya yang bersifat pribadi dan orisiniil. Buku sebagai salah satu hasil karya cipta dari pengarang tentunya memerlukan perlindungan hukum agar hak-hak dari pengarang dapat terlindungi.

Perlindungan terhadap hak cipta di Indonesia telah diatur dalam UUHC Nomor 28 Tahun 2014. Lahirnya UU tersebut untuk memberikan perlindungan yang cukup memadai terhadap HKI khususnya hak cipta yang juga di dalamnya termasuk perlindungan terhadap pengarang buku, karena buku merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi. Berdasarkan Pasal 40 UUHC yang menjelaskan bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

(23)

23 h. karya arsitektur;

i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;

r. permainan video; dan s. Program Komputer. 2. Perjanjian

Perlindungan hukum harus lebih ditekankan kepada pengarang dalam arti memberikan perlindungan hukum terhadap hasil karya cipta pengarang. Perlindungan hukum hak cipta sebagai hak khusus atau tunggal merupakan hak monopoli pengarang terhadap suatu karya cipta hak tersebut, meliputi dua aspek yaitu hak ekonomi dan hak moral. Seorang pengarang untuk menikmati hasil ciptaannya dapat dilakukan dengan cara pengalihan hak yang dimilikinya atau dapat juga melalui perjanjian lisensi atau izin, hal ini berdasarkan UUHC Pasal 1 ayat 20 dan Pasal 47 ayat 3 .Perjanjian sebagaimana yang dimaksudkan di

(24)

24

atas tidak terlepas dari aturan-aturan dalam Buku III KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1313 KUHPerdata menegaskan bahwa ³3HUMDQMLDQ DGDODK VXDWX SHUEXDWDQ GHQJDQ PDQD VDWX RUDQJ DWDX lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih9.

Adanya perjanjian ini untuk memberikan perlindungan hukum kepada para pihak bagi pengarang buku, dengan dibuatnya perjanjian ini adalah upaya untuk melindungi hak cipta atas hasil karya ciptaannya. Sedangkan penerbit juga memberikan kesempatan untuk melindungi hakhaknya sebagai penerbit. Bentuk kesepakatan antara para pihak dalam melakukan perjanjian penerbitan buku dapat dituangkan dalam bentuk perjanjian yang tertulis maupun tidak tertulis, yang disepakati para pihak. Isi perjanjian tersebut memuat hak-hak dan kewajiban bagi pengarang dan penerbit, diantaranya hak penerbitan, tenggang waktu penerbitan, biaya yang menyangkut produksi dan pemasaran buku, jumlah buku yang akan diterbitkan, honorarium, jangka waktu perjanjian serta cara penyelesaian jika terjadi sengketa.

Menurut penulis dalam perlindungan perjanjian tersebut, perjanjian pengarang dengan penerbit haruslah berbentuk tertulis. Karena di dalam perjanjian penerbitan buku yang dibuat secara tertulis memuat tentang hak-hak dan kewajiban pengarang dengan penerbit. Dalam perjanjian yang dibuat secara tertulis juga menyangkut tentang sanksi/hukum apabila terdapat pihak yang

9

(25)

25

melanggar atau menyalahgunakan hak di dalam perjanjian tersebut, sehingga hak-hak dan kewajiban yang termuat di dalamnya mendapatkan perlindungan hukum. Tetapi apabila perjanjian penerbitan buku hanya dilakukan dengan cara lisan, maka perjanjian tersebut tidak mendapatkan perlindungan hukum yang memadai karena pembuktiannya yang sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama walau dalam pembuatan perjanjian penerbitan bukunya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Perlindungan pengarang dalam proses penerbitan buku melalui perjanjian dapat terlaksana ketika hak-hak dan kewajiban dari pengarang atau para pihak dalam perjanjian tersebut juga terlindungi. Maka perlindungan melalui perjanjian ini tidak terlepas dari kesungguhan para pihak dalam melaksakan isi perjanjian, hal ini juga berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata menegaskan10 :

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya;

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undangundang dinyatakan cukup untuk itu;

Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Dalam penyelesaian sengketa nasional dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu melalui pengadilan dan di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan biasa juga disebut sebagai Litigasi, dan sebaliknya penyelesaian sengketa di luar pengadilan disebut Non Litigasi. Cara penyelesaiaan diluar

10

(26)

26

pengadilan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Beberapa penyelesaian sengketa tersebut adalah : Arbitrase, konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli11.

Analisis dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa tentang para pihak yang merasa dirugikan dalam menyelesaikan sengketa atau perselisihan tentang penerbitan buku dapat dilakukan melalui jalur pengadilan baik secara perdata maupun secara pidana. Selain itu juga perlindungan hukum pengarang dapat berdasarkan dari Undang-Undang Hukum Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan juga berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh para pihak dengan akta otentik maupun di bawah tangan. Bentuk perlindungan hukum lain yang dapat dilakukan oleh para pihak apabila terjadi sengketa atau perselisihan yaitu melalui pengadilan dan melalui jalur diluar pengadilan seperti mufakat, mediasi, konsiliasi, negosiasi, sosialisasi.

Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Andi Wanua Tangke, bahwa perselisihan yang terjadi antara pengarang dengan penerbit biasanya dilakukan terlebih dahulu melalui cara musyawarah antara para pihak untuk menyelesaikan perselisihan. Tetapi apabila dalam mufakat tersebut tidak dapat menyelesaikan

11

Ahmadi Miru, Hukum Merek : Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, Raja Grafindo Jakarta, 2007, hal 101

(27)

27

perselisihan antara para pihak maka pihak yang merasa dirugikan dapat menempuhnya melalui jalur pengadilan. Sama hal nya dengan apa yang dikatakan Agung Damarsasongko bahwa perselisihan yang terjadi antara pengarang dengan penerbit tidaklah menjadi urusan dari pihak DIRJEN HKI, maka bagi para pihak yang mengalami persengketaan tersebut dapat langsung menyelesaikannya melalui Pengadilan Negeri.

Menuirut penulis dari hasil penelitian terhadap responden dapat disimpulkan bahwa, apabila terjadi persengketaan antara para pihak dapat dilakukan melalui musyawarah dan melalui pengadilan. Pihak yang merasa hak nya telah dirugikan dapat memilih menyelesaikan perselisihan tersebut dengan musyawarah atau melalui pengadilan baik melalui jalur pidana maupun jalur perdata, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan perjanjian yang kedua pihak lakukan.

Beberapa hal yang dapat pencipta atau pemegang hak cipta lakukan jika ada pihak yang melakukan pelanggaran12:

a. Mengajukan Permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga dengan mengajukan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti adanya pelanggaran. Penetapan Sementara ditujukan untuk :

- Mencegah berlanjutnya pelanggaran Hak Cipta, khususnya

12

(28)

28

mencegah masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta atau Hak Terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan importasi;

- Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait tersebut guna menghindari terjadinya pengalihan barang bukti.

b. Mengajukan gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, hakim dapat memerintahkan pelanggaran untuk menghentikan kegiatan pengumuman dan/atau perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela).

c. Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan/atau PPNS DJHKI.

Ketentuan Pidana :

a) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 49 ayat 1 dan 2 dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000,000.00 (lima milyar rupiah);

b) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatau Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan pidana

(29)

29

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau didenda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

c) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program computer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

d) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahhun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah); e) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20,

atau Pasal 49 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

f) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan\atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

g) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

h) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

i) Barang siapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).

(30)

30 Kesimpulan

1. Bentuk perjanjian yang dibuat penerbit buku dengan pengarang dilakukan dengan dua cara yaitu secara lisan dan secara tertulis, perjanjian secara tertulis dapat dibuat dengan akta otentik dan akta dibawah tangan tetapi dalam praktiknya para pihak lebih menggunakan akta dibawah tangan dibanding akta otentik dengan pertimbangan efesiensi waktu, biaya dan tenaga. Dalam kaitanya dengan prinsip keseimbangan dalam penerbitan buku antara penulis dan penerbit masih belum berjalan secara baik dan benar, hal ini terbukti dengan masih banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam klausula yang di buat maupaun dalam konsep pembuatan kontrak atau perjanjian yang baik dan seimbang. Demikian juga upaya yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan haknya, masih sangat kurang misalnya mengajukan gugatan ke pengadilan atau mengadukan/melaporkan kepada pihak yang berwenang atas terjadinya pelanggaran yang di buat oleh penerbit. Hal ini di dasarkan oleh alasan penulis yang tidak mau untuk menguras tenaga di hadapan hukum.

2. Bentuk perlindungan hukum hak cipta pengarang yang diterbitkan oleh penerbit yaitu bahwa penulis buku dengan penerbit diharuskan dibuat dalam bentuk surat perjanjian baik lisan maupun dengan cara tertulis. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perselisihan sengketa dikemudian hari, akan tetapi perjanjian yang dibuat secara tertulis lebih kuat dibandingkan yang dibuat secara lisan. Karena

(31)

31

apabila terjadi sengketa proses pembuktian perjanjian yang dibuat secara tertulis lebih kuat dibanding dengan perjanjian yang dibuat secara lisan.

(32)

32 DAFTAR PUSTAKA

Abdul kadir Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung; PT. Citra Aditya Bakti.

Ahmadi Miru, 2001, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta; Rajawali Pers.

---, 2007, Hukum Merek: Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, Jakarta; Raja Grafindo

C. S.T Kansil, 2002, Hak Milik Intelektual, Jakarta.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2001, Buku Panduan (Pertanyaan dan Jawaban) Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta.

Eddy Damian, 2002, Hukum Hak Cipta, Bandung; Alumni.

Hadi Setia Tunggal, 2012, Tanya Jawab HAKI/HKI, Jakarta; Harvarindo. Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta;

Pustaka Yustisia.

Hasbir Paserangi dan Ibrahim Ahmad, 2011, Hak Kekayaan Intelektual Tentang Perlindungan Hukum Hak Cipta Perangkat Lunak Program Komputer Dalam Hubungannya Dengan Prinsip-Prinsip Dalam TRIPs Di Indonesia, Jakarta; Rabbani Press. Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, 2000, Kapita Selekta

Hak Kekayaan Intelektual, Pusat Studi Hukum UII Yogyakarta Bekerjasama Dengan Yayasan Klinik HKI, Jakarta.

Mariam Darus Badrulzaman, 1990, Perjanjian Baku (Standar) Perkembangannya Di Indonesia, Bandung; Alumni.

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, 2003, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya Di Indonesia) Edisi Revisi, Bandung; Citra Aditya Bakti.

Muladi, 2002, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Cetakan Kedua, Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

M. Yahya Harahap, 1982, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung; Alumni.

Racmahdi Usman, 2003, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia,

(33)

33 Bandung, PT. Alumni.

Rochelle Cooper Dreyfuss, 2004, Intellectual Property Law Dalam Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta atau Lagu, (Jakarta : Fakultas Hukum Pascasarjana Universitas Indonesia).

Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, Bandung; Mandar Maju.

Saidin,1997, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum kontrak Innominaat Di Indonesia, Jakarta; Sinar Grafika.

Sentosa Sembiring, 2006, Hak Kekayaan Intelektual : Dalam Berbagai Peraturan Perundang-undangan, Bandung; Yrama Widya.

Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, Cetakan XIX, Jakarta; PT. Intermasa.

________ , 1982, Pokok-pokok Hukum Perjanjian, Jakarta; PT. Intermasa.

_________ , 1987, Hukum Perjanjian, Jakarta; PT. Intermasa.

Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia (Jakarta : Institut Bankir Indonesia).

Tim Lindsey (Ed), et. Al, 2002, Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, Bandung PT. Alumni.

(34)

Referensi

Dokumen terkait

tali benda dipakai untuk mengikat -- air selokan kecil: -- perut usus pada pusat bayi -- temali berma- cam-macam tali bertalian berhu- bungan dengan; - anak tali ternali

Aksara Incung bisa di jadikan sumber belajar sejarah di SMA N 2 Kerinci pada Kompetensi Dasar (KD) 3.6 menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintah, dan

menjadi negara-negara Arab independen. Hal itu bermula dari dialektika inteligensia 19 yang mendapat tantangan hebat dari penetrasi lempengan sejarah menarik yang menyedot

Program Gerakan Lansia Sehat merupakan inovasi di bidang pelayanan kesehatan bagi para lansia, oleh karena itu ahli yang dimaksud dalam hal ini adalah ahli di bidang

Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk melihat objektif atau tidak pemberitaan yang ditulis pada Surat Kabar Jawa Pos tentang pemberitaan Kebakaran Diskotek redboXX

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sungai dilihat kualitas kimia air sungai, lama tinggal di aliran air Sungai Belumai, frekuensi kontak dengan air sungai serta

Hasil penelitian menunjukkan: 1 Budaya sekolah yang dibangun di MI Darul Ulum Kota Batu yang mencerminkan pendidikan anti korupsi yaitu budaya disiplin waktu, budaya mandiri