Skripsi
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh
Suci Kurniawati
NIM 1112018300008
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i ABSTRAK
Suci Kurniawati (1112018300008). Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kartun Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas
III MI Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media wayang kartun terhadap keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas III
MI Jam’iyyatul Khair. Penelitian ini dilaksanakan di MI Jam’iyyatul Khair pada bulan April –Mei 2016. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain Non-Equivalent Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Sampel penelitian kelas A (kelas eksperimen) sejumlah 30 peserta didik dan kelas B (kelas kontrol) sejumlah 30 peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda dan lembar observasi untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, uji homogenitas dengan menggunakan One Way Anova. Kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakanT-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh penggunaan media wayang kartun terhadap keterampilan menyimak cerita anak pada siswa kelas III MI Jam'iyyatul Khair. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai thitung2,657 > ttabel2,0017 serta nilai sig (0,010) < 0,05. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, thitung> t tabeldan sig < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh hasil posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal tersebut juga ditunjukkan dari nilai rata-rata hasil posttest yaitu kelompok eksperimen sebesar 88,13 dan kelompok kontrol sebesar 80,03.
ii
The Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016
This study aims to determine the influence of media use cartoon puppet on listening skills children's story in class III MI Jam'iyyatul Khair, Ciputat Timur.. This research was conducted in MI Jam'iyyatul Khair in April-May 2016. The method used in this study is a Quasi-Experiment with design Non-Equivalent Control Group Design. Sampling was done by using purposive sampling technique. A class study sample (experimental group) were 30 students and class B (control group) a number of 30 students. The instrument used in this study a multiple-choice test and observation sheet to observe the activities of the learning process. Data analysis techniques used in this study to test the normality using the Kolmogorov-Smirnov test, homogeneity test by using One Way Anova. Then proceed to test the hypothesis using T-test.
The results showed no influence of media use cartoon puppet of the children's story listening skills in class III MI Jam'iyyatul Khair. This is indicated by t-test calculation results obtained thitung2.657> ttabel2.0017 and the value of sig
(0,010) <0.05. Based on these results, the t> ttabeland sig <0.05 so that it can be
concluded that there is influence posttest results of the experimental group and control group. It also demonstrated the value of the average posttest results which amounted to 88.13 experimental group and the control group at 80.03.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Media Wayang Kartun Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas III MI Jam’iyyatul Khair”. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1).
Sholawat serta salam tak lupa teriringi kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurahkan pada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu menyelesaian skripsi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Khalimi, M.Ag.
3. Dosen Pembimbing Dra. Zikri Neni Iska, M.Psi yang telah membimbing penulis dengan sabar serta memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Ibu selalu dimuliakan dan diberikan keberkahan oleh Allah SWT.
4. Seluruh dosen dan staf jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.
5. Kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Jam’iyyatul Khair, Carnati,S.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
iv
penyusunan skripsi ini.
9. Teruntuk Keluargaku Bapak Abdul Mukti dan Ibu Maswanah orang tua tercinta yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil, sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan ini. Serta adik-adikku Farhan Kurniawan dan Ade Septian Najib.
10. Teruntuk teman seperjuangan, teman satu bimbingan dan teman satu tempat penelitian Ayu, Fika, Uus, Tiara, Irni, Roayati, Ilma, Rahma, Ibah dll. Terima kasih atas kerja sama, motivasi dan bantuan kalian sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
11. Teruntuk teman-teman tercinta PGMI 2012, Khususnya kelas A, yang selalu berbagi ilmu, pengalaman, canda tawa, tangis, kebahagian, serta dukungan dan motivasi. Terima kasih atas kenangan-kenangan terindah kebersamaan kita semua, selama berada di bangku perkuliahan.
12. Serta kepada semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga segala perhatian, motivasi, dan bantuan mereka dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaannya skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.
Jakarta, 27 September 2016
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis ... 7
1. Keterampilan Menyimak Cerita Anak ... 7
a. Pengertian Menyimak ... 8
b. Tahap-tahap Menyimak ... 9
c. Jenis Menyimak... 10
vi
3) Jenis Cerita Anak ...16
4) Unsur Pembentuk Cerita Anak ... 17
2. Media Pembelajaran Wayang Kartun ... 19
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 19
b. Jenis Media Pembelajaran ... 21
c. Wayang Kartun ... 23
d. Penggunaan Media Wayang Kartun dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak ... 26
B. Penelitian Relevan ... 26
C. Kerangka Pikir ... 27
D. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30
B. Metode dan Desain Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel ... 31
D. Variabel Penelitian ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
1. Tes ... 33
2. Non Tes ... 33
F. Instrumen Penelitian ... 35
G. Kalibrasi Instrumen ... 38
1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 38
2. Kalibrasi Instrumen Non Tes ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 45
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49
1. Profil Madrasah ... 49
2. Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan... 49
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 50
1. Analisis Data Keadaan Awal ... 50
2. Analisis DataPosttest ... 55
3. Perbandingan Nilai Keadaan Awal danPosttest ... 60
C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 64
1. Uji Normalitas ... 64
2. Uji Homogenitas ... 65
3. Uji Hipotesis Statistik ... 66
D. Deskripsi Data Observasi Aktivitas Siswa... 67
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR UJI REFERENSI
viii
Gambar 4.1 Histogram Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal
Kelas Eksperimen...52
Gambar 4.2 Histogram Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal
Kelas Kontrol ...55
Gambar 4.3 Histogram Daftar Distribusi FrekuensiPosttesKelas
Eksperimen...57
Gambar 4.4 Histogram Daftar Distribusi FrekuensiPosttesKelas
Kontrol ...59
Gambar 4.5 Perbandingan MeanPosttestKelas Eksperimen–Kontrol ...57
Gambar 4.5 Mean Keadaan Awal danPosttestKelas Eksperime
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan dan waktu Penelitian ... 30
Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 36
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 37
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes... 39
Tabel 3.6 Indeks Realiabilitas ... 40
Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 41
Tabel 3.8 Kategori Taraf Kesukaran ... 42
Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 42
Tabel 3.10 Kategori Daya Beda ... 43
Tabel 3.11 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal... 44
Tabel 3.12 Lembar Validasi Instrumen Lembar Observasi ... 44
Tabel 3.13 Konversi Nilai ... 44
Tabel 4.1 Data Nilai Keadaan Awal Kelas Eksperimen ... 51
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Kelas Eksperimen .... 52
Tabel 4.3 Data Deskriptif Nilai Keadaan Awal Kelas Eksperimen ... 53
Tabel 4.4 Data Nilai Keadaan Awal Kelas Kontrol... 53
Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Kelas Kontrol... 54
Tabel 4.6 Data Deskriptif Nilai Keadaan Awal Kelas Kontrol... 55
Tabel 4.7 Data NilaiPosttestKelas Eksperimen ... 56
Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 56
Tabel 4.9 Data Deskriptif NilaiPosttetstKelas Eksperimen ... 57
Tabel 4.10 Data NilaiPosttestKelas Kontrol ... 58
Tabel 4.11 Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 58
Tabel 4.12 Data Deskriptif Nilai Posttetst Kelas Kontrol... 59
Tabel 4.13 Hasil Nilai Keadaan Awal Kelas Ekperimen-Kontrol ... 60
Tabel 4.14 HasilPosttetsKelas Ekperimen-Kontrol ... 61
Tabel 4.15 Rangkuman Mean Keadaan Awal danPosttestHasil Menyimak ... 62
x
Tabel 4.21 Hasil Observasi Aktivits Sisa Kelompok Eksperimen... 68
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Eksperimen
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kontrol
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba
Lampiran 4 Soal Instrumen Tes Uji Coba
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Instrumen Tes Hasil belajar dengan ANATES
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Tes SoalPosttest
Lampiran 8 SoalPosttestPeserta Didik Kelas III
Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Tes soalPosttest
Lampiran 10 Naskah Cerita Anak pada Setiap Perlakuan
Lampiran 11 Media Wayang Kartun, Foto Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12 Daftar Nilai Kelas Kontrol
Lampiran 13 Daftar Nilai Kelas Eksperimen
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 16 Hasil wawancara Guru Setelah Pelaksanaan Tindakan
Lampiran 17 Uji Normalitas Nilai Awal danPosttestEksperimen dan Kontrol
Lampiran 18 Uji Homogenitas Nilai Awal danPosttestEksperimen dan Kontrol
Lampiran 19 Uji HipotesisPosttestEksperimen dan Kontrol
Lampiran 20 Surat Validiasi Observasi
Lampiran 21 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian, Surat Balasan dari Sekolah
Lampiran 23 Uji Referensi
1
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan
pengetahuan kebahasaan agar murid mampu menguasai Bahasa Indonesia
dengan sebaik-baiknya.
Pada dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai oleh murid secara baik dan benar yaitu keterampilan menyimak
(listening skill, keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan
membaca(reading skill),dan keterampilan menulis(writing skill).1
Keterampilan menyimak menjadi dasar bagi keterampilan
berbahasa lain dan salah satu keterampilan pertama yang harus dipelajari
oleh manusia. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling
awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemrolehan bahasa.2 Kenyataan ini terjadi di segala sektor kehidupan, baik dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat,
untuk itu diperlukan keterampilan menyimak sebagai sarana interaksi dan
komunikasi, kemudian berbicara, di ikuti dengam membaca dan menulis.
Menyimak merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan
dalam pembelajaran. Pembelajaran menyimak pada pendidikan dasar
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, pemahaman
terhadap apa yang disimak dan untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi lisan dan tulis.
Pada pembelajaran di sekolah, keterampilan menyimak merupakan
salah satu hal yang sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Maka dari itu peserta didik harus memiliki keterampilan yang baik, karena
jika peserta didik belum menguasai keterampilan menyimak dengan baik
1
Henry Guntur Tarigan,Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,(Bandung: Angkasa, 2008), h. 2
2
2
maka ia akan sulit memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan
tujuan pembelajaran serta keberhasilan siswa belum bisa tercapai dengan
baik karena hasil belajar masih berhubungan erat dengan kemampuan
siswa dalam menyimak pembelajaran.
Pembelajaran menyimak seharusnya dilaksanakan secara terpadu
dan mendapat perhatian yang sama seperti keterampilan berbahasa yang
lain. Pembelajaran menyimak yang diajarkan di sekolah dasar salah
satunya adalah menyimak cerita anak. Banyak jenis-jenis cerita yaitu
cerita anak, cerita rakyat, dongeng, dan lain sebagainya. Dalam
pembelajaran menyimak cerita memerlukan metode pembelajaran yang
efektif, media pembelajaran yang menarik, materi yang sesuai, dan kelas
yang kondusif, sehingga siswa dapat menyimak cerita dan memahami isi
cerita dengan baik
Berdasarkan pengamatan dilapangan ditemukan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menyimak
bukan hal yang mudah dan masih membutuhkan perhatian karena dalam
proses belajar mengajar dari pihak guru maupun siswa sering
mengabaikan keterampilan menyimak ini dan banyak yang beranggapan
bahwa tanpa diajarkan pun keterampilan ini sudah bisa dilakukan.
Sebenarnya apabila kita memahami konsep menyimak, apapun yang
dilakukan tampaknya selalu ada proses menyimaknya entah itu membaca,
berbicara, ataupun menulis.
Dari hasil pengamatan pembelajaran Bahasa Indonesia secara
langsung dilapangan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa kualitas
pembelajaran menyimak cerita anak dikelas III di MI Jamiyyatul Khair
masih tergolong cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu guru masih kurang menyadari akan pentingnya membangkitkan
minat dan perhatian siswa dalam menyimak cerita anak yang tergambar
dari cara guru mengajar dengan masih menerapkan metode konvensional
dimana dalam menyampaikan cerita hanya menggunakan buku cerita atau
menyimak, selain itu dalam proses pembelajran siswa juga mudah sekali
teralihkan perhatiannya pada hal lain selain materi dan lebih asyik pada
teman-temannya daripada memperhatikan guru dalam bercerita. Media
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran menyimak cerita
anak juga belum mendukung dan menarik perhatian siswa padahal
penggunaan media atau alat peraga dalam pembelajaran menyimak cerita
juga sangat dibutuhkan, agar siswa bisa tertarik dan tidak mudah merasa
jenuh ataupun bosan dalam mengikuti pelajaran khususnya dalam proses
pembelajaran menyimak cerita anak.
Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan adanya penggunaan
media pembelajaran yang baru guna meningkatkan kemampuan siswa
untuk menyimak cerita anak. Penggunaan media pembelajaran akan
membantu keefektifan pembelajaran dan penyampaian pesan atau isi
pelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran penting dilakukan,
selain membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar,
penggunaan media pembelajaran juga dapat membantu meningkatkan
pemahaman siswa akan materi pelajaran, dan memudahkan guru dalam
menyampaikan pelajaran. Mengingat keterampilan menyimak besar
perananya dalam proses belajar mengajar maka guru harus lebih kreatif
dan inovatif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan daya tarik
mereka dalam menyimak materi pelajaran.
Dari berbagai jenis media pembelajaran yang baru dan kreatif,
salah satunya adalah media wayang kartun. Media ini dipilih sebagai alat
dalam menyajikan materi menyimak cerita serta memvisualkan atau
menggambarkan tokoh dalam cerita anak melalui gerakan dan percakapan.
Wayang kartun bisa menarik perhatian siswa karena bentuknya yang
menarik, sehingga siswa bisa lebih mudah menyerap cerita yang sedang
disimak.
Penggunaan media wayang kartun diharapkan dapat berpengaruh
terhadap keterampilan dan pemahaman siswa dalam menyimak cerita.
4
tercapainya tujuan pembelajaran, khususnya dalam menyimak cerita anak.
Media ini terbuat dari kertas yang dilapisi kardus atau karton yang
berbentuk gambar kartun binatang ataupun berbentuk manusia kemudian
diberi tangkai untuk memegangangnya. Penggunaan media wayang kartun
ini diharapkan dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan
memberikan gambaran kepada siswa mengenai tokoh yang akan
diceritakan, sehingga pada akhirnya siswa akan merasa senang dan lebih
fokus dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak. Berdasarkan
hal di atas penulis tertarik untuk memilih judul ini yaitu “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kartun Terhapat Keterampilan Menyimak
Cerita Anak Pada Siswa Kelas III MI Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai beriku:
1. Metode yang guru gunakan masih konvensional dengan hanya
membacakan isi cerita anak melaui buku cerita atau buku paket.
2. Media pembelajaran yang digunakan masih kurang mendukung dan
menarik dalam menunjang proses pembelajaran menyimak cerita anak.
3. Guru masih kurang menyadari akan pentingnya membangkitkan minat
dan perhatian siswa dalam menyimak cerita anak.
4. Siswa mudah teralihkan perhatiannya pada hal lain selain materi
pembelajaran dan asyik sendiri dengan teman-temannya.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat ruang lingkup permasalahan yang luas maka penulis
perlu membatasi masalah yaitu pada Pengaruh Penggunaan Media
Wayang Kartun Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Seberapa Besar
Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kartun Terhadap Keterampilan
Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas III MI Jam'iyyatul Khair?
E. TujuanPenelitian
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Wayang Kartun
Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Anak Pada Siswa Kelas III MI
Jam’iyyatul Khair.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasilnya dapat memberikan
manfaat teoritis dan praktis diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca yang
lebih luas dalam penggunaan media konkrit.
c. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang mau menindak lanjuti kembali
penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman sekaligus
pengetahuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media wayang
kartun terhadap keterampilan menyimak pada siswa kelas III.
b. Bagi Guru, dapat memberikan informasi tentang media pembelajaran
yang sesuai dengan materi menyimak cerita anak serta bisa
meningkatkan profesionalitas guru, agar bisa memberikan pelayanan
terbaiknya pada siswa dengan memperbaiki media pembelajaran
6
c. Bagi Siswa, Siswa merasa tertarik terhadap mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan termotivasi untuk mencapai pembelajaran lainnya,
menjadikan siswa mampu untuk berpikir kritis dan kreatif serta
dalam mencapai hasil belajar yang tinggi.
d. Bagi Sekolah, Menciptakan dan meningkatkan kualitas pembelajaran
menyimak di sekolah, digunakan sebagai arsip bagi sekolah,
digunakan untuk memotivasi guru lain dalam hal perbaikan
pembelajaran dan Menumbuhkan kerjasama antar guru untuk
7 1. Keterampilan Menyimak Cerita Anak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1505) kata
“keterampilan” berasal dari kata dasar “terampil” yang berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan.
Kata keterampilan sama artinya dengan kata cekatan dan kata terampil
berarti kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.1 Pada pembelajaran Bahasan Indonesia kita sering menyebut kata
keterampilan untuk menentukan tujuan dan hasil belajar yang ingin
dicapai. Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, meterampilan menulis, dan
keterampilan membaca.2
Setiap keterampilan itu erat hubungannya dengan proses-proses
berpikir yang mendasari bahasa, bahasa sesorang mencerminkan
pemikirannya semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan
jelas pula jalan pikirannya.3
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbahasa merupakan kecakapan dalam berbahasa, yang terdiri dari empat
aspek yaitu menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Keterampilan
berbahasa merupakan hal penting dalam diri seseorang karena semakin
baik berbahasa maka akan terlihat baik pula cara berpikirnya. Semua
keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peran
tersendiri dan merupakan keterampilan berbahasa yang penting untuk
1
Soemarjadi, dkk.Pendidikan Keterampilan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h.53
2
Kundaru, Saddhono dan St Y, Slamet,Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,(Bandung : Karya Putra Darwati, 2012,) h. 3
3
8
dimiliki. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan
penelitian pada keterampilan menyimak.
a. Pengertian Menyimak
MenurutKamus Besar Bahasa Indonesia(2002: 1066), kata menyimak
berasal dari kata dasar simak yang berarti mendengarkan benar-benar apa
yang diucapkan atau yang dibaca oleh orang lain secara seksama, atau
mempelajari, memeriksa dengan teliti.
Menurut Akhadiah kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki
kemiripan makna dengan, ‘mendengar’ dan ‘mendengarkan’. Oleh karena
itu, ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan
sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian.4
Moeliono menjelasakan mendengar diartikan sebagai menagkap bunyi
dengan telinga. Mendengarkan berarti menagkap sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Berbada halnya dengan menyimak berarti memperhatikan
baik-baik apa yang di sampaikan atau di ucapakn dan di baca orang.5 Menurut Djago Tarigan menyatakan bahwa:
Mendengarkan adalah mendengarkan sesuatu dengan
sungguh-sungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan
(memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Sehingga menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interprestasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut.6
Henry Guntur Tarigan juga Menyatakan bahwa :
Menyimak dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.7
4
Kundaru dan Slamet.,Op.Cit,h.8
5
Ibid
6
Djago Tarigan,Pendidikan Keterampilan Berbahasa,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2005) h.2.5-2.7
7
Keterampilan menyimak merupakan dasar atau faktor penting bagi
suksesnya seseorang dalam belajar bahasa secara efektif, karena
menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia
bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa.8
Menyimak mempunyai peranan penting sebagai dasar belajar bahasa,
penunjang keterampilan bicara, membaca dan menulis, pelancar
komunikasi lisan dan penambah informasi atau pengetahuan.9
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa menyimak merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dilakukan dengan cara mendengarkan lambang-lambang lisan secara
seksama dan baik-baik serta membutuhkan perhatian penuh dengan
melibatkan aspek pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan dan
pemahaman untuk memperoleh makna yang berguna dari sesuatu yang
didengar.
b. Tahap-tahap Menyimak
Sejumlah ahli pengajaran bahasa beranggapan menyimak merupakan suatu proses, Lilian M. Logan membagi proses menyimak kedalam tahapan pemahaman, penginterprestasian, dan penilaian. Sedangkan Henry Guntur Tarigan menjelasakan tahapan-tahapan menyimak adalah sebagai berikut:
1) Tahapmendengarkansegala sesuatu yang dikemukakan pembicara 2) Tahapmemahamidengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara.
3) Tahapmenginterpretasidengan cermat dan teliti isi ujaran pembicara.. 4) Tahapmengevaluasiisi simakan.
5) Tahapmenaggapiisi simakan.10
Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha untuk menangkap pesan
pembicara yang telah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk
menangkap bunyi bahasa diperlukan telinga yang peka. Bunyi yang sudah
dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf,
8
Ibid.,h4
9
Novi Resmini dan Dadan Juanda,Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi (Bandung : UPI Press, 2007) h. 37
10
10
atau wacana. Bunyi bahasa tersebut kemudian diinterpretasikan maknanya
agar sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh pembicara.
Selanjutnya penyimak perlu memahami dan menghayati makna agar dapat
melakukan evaluasi. Makna pesan yang telah dipahami kemudian
ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman dan
pengetahuan menyimak.
c. Janis Menyimak
Henry Guntur Tarigan mengklasifikasikan menyimak menjadi dua,
yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif.11 1) Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu
bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung guru. Penggunaan yang
paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah
diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Ada
beberapa macam menyimak ekstensif yaitu.
a) Menyimak sosial, jenis menyimak sopan yang biasanya berlangsung
dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol atau
bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua
orang yang hadir.
b) Menyimak sekunder, sejens kegiatan menyimak secara
c) kebetulan dan secara ekstensif.
d) Menyimak estetik (menyimak apresiatif)
e) Menyimak pasif, menyimak tanpa upaya sadar.
2) Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang
jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini
harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir
bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada
11
pemahaman serta pengertian umum. Jenis-jenis yang termasuk kelompok
menyimak intensif adalah :
a) Menyimak kritis, jenis menyimak berupa pencarian kesalahan atau
kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran
seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima
oleh akal sehat.
b) Menyimak konsentratif, menyimak sejenis telaah.
c) Menyimak kreatif, kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya.
d) Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik.
e) Menyimak Interogatif, jenis menyimak yang perhatian penyimak
terletak pada pemerolehan informasi dengan cara menanyai pembicara.
f) Menyimak selektif, menyimak secara cerdas-cermat.
Berdasarkan klasifikasi menyimak di atas, dapat disimpulkan bahwa
menyimak cerita anak temasuk dalam klasifikasi menyimak intensif, jenis
menyimak cerita anak dilakukan secara lebih bebas dan lebih umum serta
perlu di bawah bimbingan langsung guru. Menyimak cerita anak diarahkan
pada kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.
Kegiatan menyimak cerita anak juga termasuk jenis menyimak kreatif,
yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para
penyimak terhadap bunyi, penglihatan yang dirasakan
d. Tujuan Menyimak
Hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan. Sedangkan tujuan menyimak adalah menangkap, memahami,
atau menghayati pesan, ide atau gagasan yang tersirat dalam bahan
simakan.12
12
12
Menurut Henry Guntur Tarigan, menyimak memiliki beberapa tujuan,
antara lain :
1) Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat memeperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
2) Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau.
3) Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak.
4) Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu.
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7) Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8) Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.13
Jadi tujuan menyimak adalah tergantung dari penyimak itu sendiri
jika dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka tujuan menyimak
tersebut adalah untuk belajar dimana penyimaknya adalah peserta didik
yang sedang berupaya memperoleh pengetahuan dari pembicara yaitu sang
guru. Selain itu tujuan menyimak dalam hal kegiatan pembelajaran yaitu
menyimak untuk mengevaluasi serta untuk mengkomunikasi ide-ide.
13
e. Faktor yang Memengaruhi Menyimak
Keberhasilan dalam menyimak terletak pada faktor-faktor yang
memengaruhinya. Faktor-faktor yang memengaruhi menyimak yang
bersifat positif dapat memberikan hasil yang baik dalam menyimak,
namun faktorfaktor yang bersifat negatif akan berdampak pada hasil yang
buruk dalam kegiatan menyimak.
Hunt mengungkapkan bahwa terdapat lima faktor yang memengaruhi menyimak, yaitu (1) sikap; (2) motivasi; (3) pribadi; (4) situasi kehidupan; dan (5) peranan masyarakat. Webb mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi menyimak sebagai berikut.
1) Pengalaman 2) Pembawaan
3) Sikap atau Pendirian 4) Situasi Kehidupan
5) Motivasi, Daya Penggerak, Prayojana 6) Perbedaan Jenis Kelamin atau Seks
Menurut Logan ada empat faktor yang dapat memengaruhi menyimak, yakni:
1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
2) faktor fisik,
3) faktor psikologis, dan 4) faktor pengalaman.14
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi menyimak dapat dikelompokkan
berdasarkan faktor fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor
sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, dan faktor lingkungan (fisik
dan sosial). Faktor fisik berarti kondisi fisik yang dimiliki oleh diri
penyimak, misalnya kondisi indera pendengaran. Faktor psikologis
penyimak misalnya sedih, sakit, atau gembira, juga akan berpengaruh
terhadap hasil simakan. Faktor pengalaman bisa ditentukan oleh
banyaknya frekuensi membaca, keluasan informasi. Faktor motivasi akan
menentukan sikap penyimak dalam menyikapi apa yang disimaknya.
14
14
f. Cerita Anak
1) Hakikat Cerita Anak
Cerita merupakan sarana untuk menyampaikan ide/pesan melalui
serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi lebih
mudah diterima dan memberikan dampak yang luas dan banyak pada
sasaran. Bercerita adalah perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan
secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan
kepada orang lain.15
Secara khusus dalam Al-Qur’an cerita dijadikan sebagai pelajaran
bagi orang-orang yang berakal dengan cara mengambil hikmah yang ada
didalam cerita tersebut, karena pada dasarnya cerita yang baik adalah
cerita yang dapat memberikan pesan kepada sasaranya. Sebagaimana yang
tercantum dalam (QS. Yusuf: 111): “Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Al-Qur’an itu
bukanlah cerita yang dibuatbuat, akan tetapi sebagai pembenar
kitab-kitab yang sebelumnya dan penjelas segala sesuatu, dan sebagai petunjuk
serta rahmat bagi kaum yang beriman”.
Cerita yang bernilai tauhid dan akhlak, akan dapat mendekatkan anak
pada nilai-nilai-nilai fitrahnya, melauli kisah-kisah pengalaman yang baik
dalam cerita sehingga akan memberi peluang pada anak untuk
menumbuhkan sikap, perilaku seperti contoh dalam cerita yang telah
disimaknya tanpa ada paksaan.
Cerita anak dibedakan dengan cerita untuk anak. Cerita anak adalah
cerita tentang kehidupan anak, sedangkan cerita untuk anak adalah cerita
yang diperuntukan untuk anak-anak.16
Cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut
pandang anak, artinya jika cerita itu adalah pengalaman sehari-hari, maka
pengalaman itu harus ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak.
Jika cerita itu adalah gambaran kehidupan sehari-hari, maka gambaran
15
Sihabudin., dkk., Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009) h. 8-7
16
kehidupan sehari-hari itu harus ditulis dengan menggunakan sudut
pandang anak . jika cerita itu adalah dongeng atau fantasi negeri entah
dimana, maka itu harus diceritakan dengan sudut pandang anak.17
Cerita anak termasuk dongeng untuk anak, biasanya membawa sebuah
pesan. Cerita anak yang unggul antara lain mengandung nilai personal dan
nilai pendidikan bagi pembacanya, yaitu anak-anak.18
Dari definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa cerita
anak tidak selalu berupa cerita yang memiliki tokoh anak-anak. Di dalam
cerita anak boleh saja terdapat tokoh anak-anak, namun cerita dengan
tokoh anak-anak belum tentu merupakan cerita anak. Cerita anak tidak harus tentang anak-anak melainkan sudut pandang nya yang harus
mengarah untuk anak.
2) Manfaat Cerita Anak
Cerita anak memiliki peran yang penting dalam perkembangan jiwa
anak. Bagi anak-anak, cerita tidak sekedar memberi manfaat emotif tetapi
juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbgai aspek. Oleh karena
itu, perlu diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan tak
terpisahkan dalam program pendidikan anak. Ditinjau dari berbagai aspek,
manfaat tersebut meliputi :
(a) Membantu pembentukan probadi dan moral anak.
(b) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
(c) Memacu kemampuan verbal anak
(d) Merangsang minat menulis anak
(e) Merangsang minat membaca anak
(f) Membuka cakrawala pengetahuan anak.19
Manfaat cerita anak jika dikatikan dengan kegiatan pembelajaran
menyimak cerita anak adalah mengasah keterampilan menyimak anak,
17
Heru Kurniawan,Menulis Kreatif Cerita Anak,,(Jakarta: Akademia, 2013), h. 18
18
Rampan, Korrie.,Kreatif Menulis Cerita Anak.(Bandung: Nuansa, 2012) h. 10
19
16
dan juga membantu peserta didik dalam pembentukan moralnya melalui
amanah dalam cerita yang disampaikan guru.
3) Jenis Cerita Anak
Cerita anak memiliki berbagai jenis, cerita anak dalam teori sastra
anak masuk dalam jenis fiksi anak, yaitu sastra anak yang diceritakan
dalam secara naratif dengan mengutamakan aspek fiksionalitasnya. Salah
satu ciri dari sastra anak yaitu isinya berupa karangan imajinatif. Cerita
yang termasuk jenis karya sastra anak dapat berisi cerita tentang: (a) fabel,
yaitu cerita yang digunakan untuk pendidikan moral, fabel kebanyakan
menggunakan tokoh-tokoh binatang, (b) legenda, yaitu cerita yang isinya
tentang asal usul suatu daerah, legenda sangat baik untuk menanamkan
konsep-konsep, (c) cerita rakyat, yaitu cerita yang alurnya mirip dengan
legenda, yang mengungkapkan penyelesaian masalah secara baik dan
adil.20
Menurut Wimanjaya K. Liotohe cerita anak digolongkan ke dalam
pengelompokan sebagai berikut:
(a) Cerita-cerita fiktif
Di dalamnya termasuk dongeng umum, fabel, sage, legenda, dan mitos.
Misalnya adalah Cerita 1001 Malam, Ali Baba, Alladin, Sinbad si
Pelaut, dan lain-lain.
(b) Cerita-cerita nonfiktif
Cerita ini tidak mengandung unsur khayalan, melainkan berpegang
teguh pada kenyataan. Dalam jenis non fiksi ini termasuk biografi atau
riwayat hidup, kisah perjalanan, petualangan, serta kejadian sehari-hari.
Contohnya adalah biografi tokoh penting seperti biografi tentang
presiden pertama Indonesia yaitu Ir Soekarno.
20
(c) Cerita-cerita informatif
Cerita ini mengandung informasi atau unsur penerangan atau
pengetahuan.21
Berdasarkan pendapat di atas cerita anak memiliki berbagai macam
jenis namun yang digunakan dalam penilitian ini adalah jenis cerita anak
fiktif atau dongen fabel, dan cerita rakyat.
4) Unsur Pembentuk Cerita
Di dalam cerita fiktif atau cerita fiksi terdapat unsur-unsur pembangun
berupa unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi (a) tema; (b)
alur atau plot; (c) tokoh dan penokohan; (d) latar tempat dan waktu
(setting); (e) sudut pandang; dan (f) gaya bahasa. Sementara unsur
ekstrinsik meliputi (a) latar belakang pendidikan pengarang; (b) latar
belakang penciptaan; (c) situasi epoleksosbud saat penciptaan; (d) dan
lain-lain.22Berikut penjelasan unsur intrinsik: (a) Tema
Tema merupakan pondasi atau inti dalam suatu cerita dan sekaligus
sebagai ide pokok yang menjadi dasar suatu cerita. Tema cerita
berfungsi sebagai pedoman pengarang dalam mengembangkan cerita,
pengikat peristiwa-peristiwa dalam cerita, dan juga berfungsi untuk
menggambarkan pesan atau amanat cerita.
(b) Alur atau plot
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara logis
dalam suatu cerita. Peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita disusun
saling berkaitan secara kronologis, disusun secara sebab akibat.
Berdasarkan urutan atau tahapan struktur alur disusun, alur dibagi
menjadi dua macam, yakni alur maju dan mundur.
21
Wimanjaya K. Liotohe.Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-ana(Jakarta: Balai Pustaka,1991) h.23
22
18
(c) Tokoh dan penokohan
Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda
mati, dan lain-lain yang dapat berbicara. Tokoh cerita yang membawa
amanah pengarang disebut sebagai tokoh protagonis, sementara tokoh
yang melawan protagonis disebut tokoh antagonis.
(d) Latar tempat dan waktu (setting)
Latar atau setting adalah situasi tempat, ruang, dan waktu yang
digunakan para tokoh dalam suatu cerita.
(e) Sudut pandang
Secara umum sudut pandang atau point of view didefinisikan sebagai
cara atau model penceritaan. Ada tiga jenis sudut pandang, yaitu (1)
narator aktif, biasanya tampak pada penggunaan kata ganti orang
pertama: aku, saya, dan kami; (2) narator pengamat, biasanya tampak
pada penggunaan kata ganti orang ketiga: ia, dia, dan mereka; serta (3)
narator serba tahu, yakni penceritaan yang digunakan pengarang dengan
bertindak sebagai orang yang serba tahu.
(f) Gaya bahasa
Gaya bahasa digunakan untuk membangun jalinan cerita dengan
memilih diksi, ungkapan, kalimat yang dapat membangun dan
mengembangkan imajinasi pembaca atau peminatnya.
Berdasarkan paparan diatas bahwa unsur cerita terdiri dari tema,
alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar tempat dan waktu (setting),
Sudut pandang dan gaya bahasa namun adapun dalam penelitian ini
dikhususkan untuk mengkaji unsur cerita fiksi berupa tema, tokoh,
2. Media Pembelajaran Wayang Kartun
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.23
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan siswa untuk belajar.24
Secara umum media adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang sebagai penyebar ide atau gagasan sehingga ide atau gagasan itu
dapat sampai pada penerima.25
Sedangkan secara lebih khusus pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebgai alat-alat grafis, photografs
atau elekrtonis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang
dapat menyampaikan dan mengeluarkan pesan dari sumber secara
terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kodusif di mana
penerimaanya dapat melakuakn proses belajar secara efisien dan
efektif.26
Media pembelajaran dapat digunakan untuk membantu siswa di
dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar oleh
pancaindera sehingga pembelajaran dapat berdaya guna.27
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
sangat dianjurkan karena untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.28
23
Azhar Arsyad.,Media Pembelajarn,(Jakarta, Grafindo Persada, 2013), h. 3
24
Sri Anita., dkk,Strategi Pembelajaran di SD. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.24.
25
M.Subana dan Sunarti,Strategi Belajar dan Mengajar Bahasa Indonesia,(Bandung : Pustaka Setia, 2011) h.287
26
Yudhi Mudadhi,Media Pembelajaran,(Jakarta: Gaung Persana Press, 2012) h.7-8
27
20
Gerlach & Elly (dalam Azhar Arsyad, 2013: 12) mengungkapkan
tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan
apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak
mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu pengetahuan atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.29
Dari beberapa definisi tentang media pembelajaran dapat dikatakan
bahwa media pembelajaran adalah suatu alat atau sarana pengajaran yang
digunakan oleh guru sebagai perantara dan bantuan dalam penyampaian
informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu
mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.
Pemilihan media juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi masing-masing. Media yang terbaik adalah media yang ada,
sedangkan pengembangannya diserahkan kepada guru dengan
disesuaikan pada isi, tujuan penjelasan pesan dan karakteristik siswa.
28
Asyiruddin Usman dan Asnawir,Media Pembelajaran, Cet. I, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.19
29
b. Jenis Media Pembelajaran
Media sangat berperan dalam kegiatan pembelajaran, karena
dengan media dapat membantu siswa dalam memhami konsep-konsep
pembelajaran yang abstrak. Bergabai jenis media dapat digunakan guru
dalam pembelajaran, mulai dari media yang sederhana hingga media
yang kompleks. Media dapat dibuat oleh guru mauput dapat diambil dari
lingkungan sekitar.
Yudhi Munadhi memgelompokan media pembelajaran dalam
empat kelompok besar media audio,media visual, media audio visual,
dan media multimedia.
1) Media Audio
Media Audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.
Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan
memanipulasi unsur bunyi atau suara. Dilihat dari sifat pesan yang
diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal maupun non
verbal.
2) Media Visual
Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
pengelihatan yang menyampaikan informasi dalam bentuk gambar
atau secara visual sehingga tidak terdapat suara.Termasuk kedalam
jenis media ini adalah media cetak verbal , media cetak grafis, dan
media visual non ceta.
3) Media Audio Visual
Media Audio Visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses.sifat dan
pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal
dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal
22
4) Multimedia
Multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indera dalam
sebuah proses pembelajaran . Termasuk dalam media ini adalah segala
sesuatu yangmemberikan pengalaman secara langsung bisa melaui
komputer, internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan
pengalaman terlibat.30
Gagne mengelompokkan media menjadi tujuh macam yaitu: 1)
[image:38.595.97.524.111.639.2]benda untuk didemonstrasikan, 2) komunikasi lisan, 3) media cetak, 4)
gambar diam, 5) gambar gerak, 6) film suara, dan 7) mesin belajar.31 Berdasarkan jenis media yang dikemukakan di atas, peneliti
memilih jenis media audio visual. Hal ini dikarenakan media wayang
kartun yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam media
audio visual. Media wayang kartun disini merupakan media gambar
tiruan tokoh dari cerita yang diberi tangkai atau gagang yang
digunakan untuk menggerak-gerakkan gambar, dan suara suara dari
guru yang bercerita layaknya dalang dalam sebuah pementasan
wayang.
c. Wayang Kartun
Kata wayang (bahasa Jawa), bervariasi dengan kata bayang, yang
berarti bayangan; seperti halnya kata watu dan batu, yang berarti batu
dan kata wuri dan buri, yang berarti belakang. Bunyi b dilambangkan
dengan huruf b dan w pada kata yang pertama dengan yang kedua tidak
mengakibatkan perubahan makna pada kedua kata tersebut.32
Wayang dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan
sebagai boneka tiruan orang, terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan
sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam
pertunjukkan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda), biasanya
dimainkan oleh dalang.
30
Yudhi,Op,Cit.,h,54-57
31
Arief Sadiman., dkk.,Media Pendidikan.,(Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007), h. 23
32
Wayang dalam bahasa Jawa, istilah “wayang ” diartikan sebagai “bayang”, mengacu pada sebuah teater tuturan yang menggunakan
teknik bayangan dan efek cahaya dan diiringi oleh musik gamelan. Kata
wayangjuga sering mengacu pada boneka wayang itu sendiri.33
Sedangkan dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna
gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng,
mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan dari
kayu pipih maupun bulat corak tiga dimensi.34.
Kartun (cartoon dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa itali,
Cartone yang berarti kertas. Menurut A. S Homby dalam Mat Nor
Husin (1988) karun adalah lukisan tentang peristiwa-peristiwa harian
yang digambarkan secara menyenagkan/menarik. T. Iskandar dalam
buku yang sama pula mendefinisikan kartun sebagai sejenis lukisan
yang mengisahkan hal sehari-hari secara berjenaka.35
Kartun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai
gambar dengan penampilan yang lucu berkaitan dengan keadaan yang
sedang berlaku.36
Kartun adalah penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur
tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain untuk
memperngaruhi opini masyarakat.37
Dari beberapa pendapat tersebut mengenai pengertian wayang
dapat dikatakan bahwa wayang merupakan bentuk benda tiruan orang
ataupun hewan yang terbuat dari kulit, kayu, atau kardus dan diberi
tangkai untuk menggerakan yang biasa dimanfatkan untuk memerankan
tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisonal. Sedsangkan kartun
merupakan bentuk gambar penampilan yang lucu, lukisan atau karikatur
33
Belindomag,Seni Budaya, Macam wayang Indonesia,(http://belindomag.nl/id.com)
34
Aftaryan. 2008.Wayang. 2008(http://aftaryan.wordpress.com)
35
Laksmi Dewi,Kartun, (http://file.upi.edu.FIP /Kartun.pdf)
36
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bhasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet. Ketiga, h. 510
37
[image:39.595.96.519.229.584.2]24
tentang orang, hewan atau lain-lain yang berkaitan dengan keadaan
tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti ingin memadukan kedua
media tersebut yaitu media wayang dan kartun yang akan dikemas
menjadi satu media pembelajaran yang menarik yaitu media
pembelajaran wayang kartun. Media wayang kartun ini adalah media
yang berupa wayang dari kardus yang dilapisi kertas atau karton namun
berbentuk gambar tiruan gambar tokoh kartun. Media wayang kartun
adalah gambaran visual dari tokoh yang ada dalam cerita. Nama tokoh
maupun karakternya dapat diciptakan oleh peneliti sendiri maupun
mengikuti tokoh dan karakter yang sudah ada dalam cerita yang akan
dibacakan oleh peneliti.
d. Penggunaan Media Wayang Kartun dalam Pembelajaran
Menyimak Cerita Anak
Penggunaan media wayang dalam pembelajaran menyimak cerita
dapat membantu mengkonkretkan isi cerita melalui gambaran tokoh
cerita yang digambarkan melalui bentuk wayang.
Jenis wayang yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
bahan karton atau kardus yang ditempeli gambar tokoh cerita. Gambar
tokoh yang ada dalam cerita ditempelkan dalam karton atau kardus
kemudian dibentuk sesuai dengan gambar tokoh dalam cerita dan diberi
tangkai atau gagang bambu untuk menggerakannya. Media wayang
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan media wayang kartun
yang berbentuk orang maupun binatang yang berperan sebagai tokoh
dalam cerita.
Media wayang kartun termasuk media audio visual karena
merupakan sebuah gambar tiruan tokoh kartun. Suara yang digunakan
adalah suara dari guru yang bercerita seperti dalang dan gambar yang
tokoh kartun. Media tersebut digunakan untuk mempermudah
pemahaman siswa dalam menyimak.
Penggunaan media wayang kartun dalam pembelajaran menyimak
cerita dapat membantu mengkonkretkan isi cerita melalui gambaran
tokoh cerita yang digambarkan melalui bentuk, Selain itu penggunaan
media wayang juga dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat
lebih berkonsentrasi dalam menyimak cerita.
Cara menggunakan media wayang kartun dalam pembelajaran
menyimak cerita sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah
dibuat. Pertama Guru menceritakan sebuah cerita dengan menggunkan
media wayang kartun.Kedua guru menyampaikan materi pembelajaran
tentang unsur-unsur intrinsik cerita anak. Ketiga guru dan siswa
bertanya jawab menganai isi cerita. Keempat guru memberikan lembar
evaluasi kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap cerita yang sudah disimaknya.
Cara menggunakan media wayang kartun sangat mudah ketika
sedang bercerita guru hanya perlu menggera-gerakankan wayang agar
terlihat hidup. Selain menceritakan isi cerita guru juga memperagakan
atau menunjukkan media wayang sesuai dengan tokoh yang sedang
diceritakan. Akan lebih bagus jika dalam bercerita guru menggunakan
suara yang berbeda-beda pada setiap tokohnya.
Media wayang kartun memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari media tersebut antara lain: (1) media ini disajikan dalam bentuk gambar wayang berupa tiruan tokoh kartun yang menarik sehingga siswa lebih tertarik dan membantu mempermudah pemahaman siswa dalam menyimak dongeng, (2) dapat digunakan secara klasikal maupun berkelompok, (3) dapat digunakan berulangulang, (4) media wayang kartun sebagai gambaran tokoh dalam cerita. Kekurangan pada media wayang kartun adalah (1) membutuhkan kreativitas dalam membuat maupun menggunakan wayang kartun, (2) media wayang kartun mudah rusak karena terbuat dari kertas, (3) guru memerlukan kreativitas ketika bercerita menggunakan wayang kartun.38
38
26
Penggunaan media wayang kartun dalam proses pembelajaran
menyimak dongeng diharapkan dapat meningkatkan proses menyimak
siswa. Selain itu, menjadikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna,
bervariasi dan menarik. Karena siswa terlibat langsung dalam
pembelajaran. Melalui interaksi atau tanya jawab antara guru dengan
siswa tentang dongeng yang dibacakan oleh guru, sehingga siswa dapat
mengingat tokoh, kejadian, dan isi dari dongeng yang dibacakan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdsarkan judul penelitian di atas, maka penulis menemukan
beberapa hasil penelitian yang relevan untuk mendukung penelitian
tersebut antara lain:
Penelitian yang dilakukan olehAfiani Rahmawati (2013) dengan
Judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Model
Paired Storytelling dengan Media Wayang Kartun pada Siswa Kelas II
SDN Mangunsari Kota Semarang”. Dengan hasil penelitian diperoleh
bahwa keterampilan guru siklus I pertemuan 1 sebesar 23 (cukup),
pertemuan 2 sebesar 28 (baik), siklus II pertemuan 1 sebesar 32 (baik),
pertemuan 2 sebesar 35 (sangat baik). Hasil aktivitas siswa siklus I
pertemuan 1 sebesar 17,33 (cukup), pertemuan 2 sebesar 19,34 (baik),
sedangkan siklus II pertemuan 1 sebesar 22,55 (baik), dan pertemuan 2
sebesar 24,38 (sangat baik). Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
pertemuan 1 sebesar 59,10% dengan nilai rata-rata 67,27, pertemuan 2
sebesar 68,2% dengan rata-rata 70,9. Sedangkan siklus II pertemuan 1
sebesar 77,3% dengan rata 73,8, dan pertemuan 2 sebesar 90,9%
rata-rata 85,4.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Wulansari (2012)
dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mendengarkan
Dongeng Melalaui Penggunaan Media Wayang Kartun pada Siswa Kelas
bahwa keterampilan mendengarkan dongeng pada siswa kelas II SD
Penakir 01 mengalami peningkatan setelah diadakan pembelajaran
menyimak dongeng menggunakan media wayang kartun. Peningkatan
keterampilan menyimak dongeng tersebut diketahui dengan
membandingkan nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran
sebelumnya, tes siklus I dan hasil tes siklus II. Nilai yang diperolehsiswa
sebelum menggunakan media wayang kartun adalah 62, nilai rataratasiklus
I 65,36, dan nilai rata-rata siklus II 77,21. Terjadi peningkatan nilai siswa
sebelum menggunakan media wayang kartun ke siklus I sebesar3,36.
Siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,91.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Wulansari (2012)
dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Wayang Terhadap
Keterampilan Menyimak Cerita Siswa Kelas II B SD Negeri Kasongan
Bantul Yogyakarta, Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat pengaruh
media wayang terhadap keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas II
SD N Kasongan Bnatul Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perbedaan nilai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu 76,87
dan 87. Selain itu, penggunaan media wayang dalam pembelajaran
menyimak cerita juga dapat membuat siswa tertarik dan antusias, sehingga
siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Media merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah proses
pembelajaran. Peranan media dalam proses pembelajaran dapat
ditempatkan sebagai alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat
guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini, media digunakan guru
sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran. Melalui
penggunaan media, diharapkan siswa dapat terbantu dalam menangkap
tujuan dan bahan ajar dengan lebih mudah dan lebih cepat. pemilihan dan
penggunaan media harus disesuaikan dengan isi pembelajaran dan
28
Kegiatan menyimak cerita anak membutuhkan sebuah media yang
dapat merangsang pikiran, perhatian dan minat para penyimaknya yaikni
para peserta didik. Media wayang kartun adalah salah satu media alternatif
yang dapat digunanakan dalam menyampaikan isi cerita sehingga dapat
menimbulkan daya tarik bagi penyimak cerita anak. Penggunaan media
wayang kartun dapat menolong anak untuk bernalar, berimajinasi dan
membentuk konsep tentang sesuatu yang berhubungan dengan objek serta
diharapkan dapat memudahkan pemahaman anak terhadap isi cerita anak
yang disimaknya. Bagan di bawah ini adalah kerangka pikir penelitian
pengaruh penggunaan media wayang kartun terhadap keterampilan
[image:44.595.97.531.155.753.2]menyimak cerita anak pada siswa kelas III MI Jam’iyyatul Khair. Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Media Wayang
Kartun Dapat merangsang pikiran, perhatian dan minatpeserta didik dalam menyimak cerita anak
Penggunaan media wayang kartun dapat menolong anak untuk bernalar, berimajinasi dan membentuk konsep tentang sesuatu yang berhubungan dengan objek serta dapat memudahkan pemahaman anak terhadap isi cerita.
Mendukung tercapainya hasil belajar yang tinggi
Menurut Azhar Arsyad (3012:12),
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat dianjurkan karena untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Ada pengaruh penggunaan
D. Perumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, hipotesis pada
penelitian ini adalah :
H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan media wayang kartun
terhadap keterampilan menyimak cerita anak siswa kelas III
MI Jam’iyyatulKhair.
H1 : Terdapat pengaruh penggunaan media wayang kartun terhadap
keterampilan menyimak cerita anak siswa kelas III MI
30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III MI Jam’iyyatul Khair, yang
beralamat di Jalan Wr. Supratman No. 35 RT. 002/06, Kel Cempaka Putih,
Kec Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
Waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan,waktu
penelitian dimulai dari bulan Januari 2016. Sedangkan waktu untuk penelitian
dalam kelas sebanyak emapat kali pertemuan pada setiap kelas, tiga
pertemuan untuk perlakuan dan selanjutnya satu kali pertemuan untuk
[image:46.595.97.520.328.585.2]posttest. Berikut adalah tabel kegiatan dan waktu yang dilaksanakan.
Tabel 3.1
Kegiatan dan Waktu Penelitian
No Waktu
Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags
1 Pra Observasi 2 Penyusunan Proposal 3 Penyusunan Instrumen 4 Permohonan izin 5 Validasi Instrumen 6 Pengumpulan Data
7 Pemeriksaan Kelengkapan Data 8 Analisis Data
9 Interpretasi dan Deskripsi Data
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan
dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan terpercaya.1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen. Design ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
1
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.2
Desain penelitian yang digunakan yaitu desain kelompok kontrol yang tak
sama (Non-Equivalent Control Group Design) yakni menempatkan subyek
penelitian kedalam dua kelompok yang dibedakan menjadi kategori kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Pada kelompok eksperimen dalam pembelajaran menyimak cerita anak
diberi perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran wayang kartun
sedangkan pada kelompok kontrol dalam pembelajaran menyimak cerita anak
tidak menggunakan media wayang kartun melainkan hanya mendengarkan
cerita yang dilisankan oleh guru. Berikut ini gambar desain penelitian
[image:47.595.98.483.336.593.2]Posttest Only, Non-Equivalent Control Group Design:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Test akhir
Postest
Eksperimen X Y2
Kontrol - Y2
Keterangan :
Eksperimen : Kelompok yang diberi perlakuan
Kontrol : Kelompok yang tidak diberi perlakuan
X : Ada treatment
Y2 : Post tes untuk kelompok eksperimen dan kontrol.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18., h. 77.
3
32
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi MI Jam’iyyatul
Khair Ciputat Timur Tahun Ajaran 2015/2016.
Sampel adalah bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.4 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Arikunto menjelaskan sampel bertujuan ini dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas stara random atau
daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.5 Berdasarkan purposive sampling maka pada penelitian ini diperoleh yang akan dijadikan sampel
penelitian, yaitu kelas III A sebagai kelompok eksperimen dan kelas III B
sebagai kelompok kontrol .
Penelitian dilakukan dikelas III karena berdasarkan standar Isi, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi pembelajaran menyimak cerita
anak terdapat dikelas III, maka peneliti melakukan penelitian pada kelas III
MI Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur.
Sebelum menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian
ini akan diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya. Jika kedua
kelompok mempunyai varian yang sama (homogen) dan dapat diberi
perlakuan yang berbeda. untuk kelas eksperimen diterapkan media wayang <