I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil
minyak yang banyak ditanam di Indonesia. Perkembangan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ketahun menunjukan peningkatan yang signifikan. Badan Pusat Statistik (2011), melaporkan bahwa tahun 2004 luas perkebunan kelapa
sawit di Indonesia adalah 5,72 juta ha meningkat menjadi 7,95 juta ha pada tahun 2009 dan mencapai 8,11 juta ha pada tahun 2010. Penyebab utamanya adalah
meningkatnya jumlah permintaan akan minyak kelapa sawit dunia untuk kebutuhan rumah tangga, industri, dan bahan utama biodiesel.
Riau sebagai salah satu provinsi di Indonesia merupakan daerah yang
banyak mengembangkan kelapa sawit sebagai lahan bisnis. Tanaman ini mempunyai persyaratan tumbuh yang sesuai dengan keadaan iklim provinsi Riau.
Menurut Pahan (2006), kelapa sawit dapat tumbuh dengan curah hujan ≥ 2.000/tahun, ketinggian > 500 dpl, sinar matahari sepanjang tahun (minimal 5 jam/hari), temperatur siang 29-30 oC dan temperatur malam 22-24 oC.
Luas perkebunan kelapa sawit provinsi Riau tahun 2009 yaitu ± 1.674.845,46 ha yang terletak di beberapa kabupaten. Perkebunan kelapa sawit
terluas salah satunya terletak di Kabupaten Pelalawan, setelah Kabupaten Kampar, Rokan Hulu dan Siak. Salah satu penghasil kelapa sawit di Kabupaten Pelalawan adalah perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian
disekitarnya. Dalam menjalankan fungsi manajerial PT. Inti Indo Sawit Subur
Kebun Buatan Asian Agri Group.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) selama sebulan penuh diharapkan
dapat memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa sehingga tidak mengalami kecanggungan saat berada didunia kerja. Disamping itu mahasiswa dapat membandingkan ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan dilapangan sehingga
terbangun inisiatif membuat terobosan baru dari permasalahan yang ditemui dilapangan.
1.2. Tujuan Praktek
1. Meningkatkan kemampuan manajerial dan analisis kegiatan di lapangan yang setara dengan tingkat mandor/ mandor satu, Asisten/kepala afdeling atau organisasi yang ada di lokasi Praktek
Kerja Profesi (PKP).
2. Meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan tahapan yang ada di lokasi Praktek Kerja Profesi (PKP) khususnya dalam bidang pelaksanaan panen kelapa sawit.
1.3. Manfaat Praktek
1. Mampu mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang didapat untuk dalam dunia kerja dan sesuai dengan keadaan nyata yang ada di
lapangan.
2. Mampu berkompetisi dalam dunia kerja nantinya dengan keterampilan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jackq.)
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jackq.) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia, Kelapa sawit ini pertama sekali di datangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848 dengan membawa 4 batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam. Beberapa bijinya di tanam di Kebun
Raya Bogor yang bertujuan sebagai tanaman hias langka, smentara sisa benihnya di tanam ditepi-tepi jalan sebagai tanaman hias Deli (Sumatera Utara) pada tahun
1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pada pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor
dan Deli yang kemudian dikenal dengan jenis sawit “Deli Dura”.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai di usahakan dan di budidayakan
secara komersial di Hindia Belanda oleh seorang warga negara Belgia bernama Adrien Hallet, yang di ikuti oleh K.Schadt (warga negara Jerman). Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Tanah Intan Ulu/Deli)
dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. Kemudian dibuat Pusat Pemuliaan dan Penangkaran yang didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS),
Sumatera Utara dan Rantau Panjang, Kuala Selangor (Malaysia) pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika
Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas
tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan
dibandingkan dengan varietas lainnya, diantaranya tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi (Yahya, S. 1990).
Varietas kelapa sawit yang banyak digunakan oleh para petani dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan ketebalan
tempurung dan daging buah, warna kulit, serta unggul.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit yang banyak digunakan para petani dan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia diantaranya Dura, Psifera, dan Tenera (Fauzi, Y. Y. E. Widyaastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2006).
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit terdiri atas 3 varietas :
1. Dura : memiliki ketebalan tempurung 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran
sabut pada bagian luar tempurung, daging buah tipis, daging biji lebih besar namun memiliki kandungan minyak yang sedikit. Dalam persilangan, varietas
ini yang digunakan sebagai pohon induk betina. Tandan buah besar dan kandungan minyak pertandan berkisar 18 %.
2. Psifera : ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Namun
daging buah tebal dengan daging biji sangat tipis. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril, karena bunga betinanya gugur pada fase ini
digunakan sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara jenis Dura
dan Psifera akan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera : memiliki sifat yang berasal dari kedua induknya (Dura dan Psifera), varietas ini yang banyak ditanam diperkebunan saat ini. Memiliki tempurung yang tipis, ketebalan 0,5-4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekitarnya.
Tandan buah yang dihasilkan lebih banyak dibanding dengan varietas Dura, namun ukuran tandannya lebih kecil. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab
melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Persentase daging perbuahnya mencapai 90 % dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 %.
Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas Nigrescens, Virescens, dan Albencens.
Tabel 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah.
Varietas Warna buah muda Warna buah masak Nigrescens
Virescens
Albencens
Ungu kehitam-hitaman Hijau
Keputih-putihan
Jingga kehitam-hitaman
Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau
Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi
sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tetua-tetua yang diketahui mempunyai daya gabung yang baik. Tetua yang digunakan dalam
proses persilangan adalah Dura dan Psifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan Psifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kualitas dan kwantitas yang lebih baik dibandingkan dengan varietas
2.3. Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman berkeping satu dengan sistem perakaran
serabut. Akar serabut terbagi atas akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akan primer berdiameter 6-10 mm, akar sekunder berdiameter 2-4 mm dan kemudian
akar sekunder membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm. Akar tersier juga bercabang membentuk akar kuarter. Sistem perakaran tanaman ini aktif pada kedalaman 5-35 cm dan mampu menembus tanah hingga kedalaman 90 cm
(Pahan, 2006).
Batang kelapa sawit merupakan batang yang tidak bercabang dan tidak
mempunyai kambium serta diselimuti oleh pelepah (Risza, 2012). Pada tahun pertama dan kedua kelapa sawit mengalami pertumbuhan membesar pada bagian pangkal. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang memperlihatkan pertumbuhan
memanjang dengan diameter batang kelapa sawit mencapai 60 cm. Pelepah tua pada kelapa sawit yang tersisa setelah poses pemanenanakan terus menempel
hingga 11-15 tahun dan setelah itu akan rontok. Fungsi batang kelapa sawit diantaranya adalah sebagai tempat melekatnya daun, bunga dan buah, tempat lalu lintas air dan hara mineral dari akar kedaun serta tempat organ penimbunan zat
makanan (Pahan, 2006).
Daun kelapa sawit merupakan suatu pelepah dengan panjang 9 m yang
bertulang sejajar. Jumlah daun biasa mencapai 380 helai dengan panjang 1 helai 120 cm yang melekat pada pelepah. Biasanya dalam pemanenan jumlah pelepah yang ditinggalkan berkisar 48-54 pelepah (Risza, 2012).
Menurut Pahan (2006), daun kelapa sawit mempunyai beberapa bagian, diantaranya kumpulan anak daun dalam satu pelepah (leaflets), helai daun
(rachis), bagian antara daun dan batang (petiole) dan seludang daun (sheath).
Fungsi daun kelapa sawit sama dengan daun tanaman lain yaitu sebagai fotosintetis dan respirasi, oleh sebab itu pemangkasan berlebihan saat panen
sangat tidak dianjurkan.
Bunga kelapa sawit merupakan bunga berumah satu (monoecious). Bunga terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang saling terpisah dalam satu pohon.
Bunga ini muncul pada ketiak daun (pelepah), namun ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan. Antara bunga jantan dan bunga
betina sama-sama bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral (Pahan, 2006).
Masa reseptif (putik dapat menerima tepung sari) adalah 4 hari. Jika
melewati batas tersebut putik akan mengalami perubahan warna menjadi warna hitam. Tepung sari yang digunakan untuk persilangan biasa mencapai umur 10
minggu lamanya. Pengawetan tepung sari dilakukan dengan mengeringkannya didalam oven pada suhu tetap 60 ºC selama 24 jam (Risza, 2012).
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai jenis buah drupe yang terdiri oleh
exocarp (lapisan luar), mesocarp (lapisan tengah), dan endocarp (lapisan dalam yang mengandung minyak). Menurut Risza (2012), inti yang menghasilkan
minyak inti terdiri dari kulit biji (spermodermis), tali pusat (funiculus) dan inti biji (nucleus seminis). Satu tandan kelapa sawit dewasa dapat menghasilkan ± 2000 buah (Risza, 2012).
Pembentukan satu tandan kelapa sawit membutuhkan waktu ± 6 bulan. Diawal pertumbuhannya buah muda umumnya akan berwarna hitam dan akan
Minyak pada daging buah akan terbentuk 3-4 minggu sebelum buah sempurna
matangnya secara morfologis. Matang fisiologis akan terjadi 1 bulan setelah matang morfologis.
Pahan (2006) menyatakan bahwa buah kelapa sawit memiliki berbagai macam warna pada setiap fase pertumbuhannya yang tergantung varietasnya. Pertama adalah buah kelapa sawit bertipe nigrescens yang berwarna hitam
sewaktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Kedua adalah tipe virescens yang berwarna hijau ketika muda dan menjadi jingga
kemerahan pada waktu matang. Ketiga adalah bertipe albescens berwarna keputih-putihan sewaktu muda dan berubah kekuning-kuningan saat matang (Hariyadi, 2008).
2.4. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis dengan kisaran 15º LU-15º LS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban serta
penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban optimal 80-90 % dan lama penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit
adalah 1250-3000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1750-2500 mm dengan jumlah bulan kering maksimal 3 bulan. Pertumbuhan
tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara antara 22º-33º C. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik ditanah mineral maupun ditanah gambut.
Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH). Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit dalah tanah lempung berdebu,
lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm. Keasaman (pH) tanah
yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman (pH) dapat diatasi melalui pemupukan dolomite, kapur pertanian dan fosfat alam. Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan
penggunaan bahan organik.
2.5. Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit
Proses pematangan buah kelapa sawit dapat di lihat dari perubahan warna
kulit buahnya buah akan berubah menjadi merah jingga. Pada saat buah masak kandungan minyak pada daging buah telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan jatuh dan lepas pada tandannya. Proses pemanenan kelapa sawit
meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik. Buah
yang jatuh dari tangkai tandannya di sebut membrondol.
Pelaksanaan pemanenan tidak di lakukan secara sembarang perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Tujuan panen kelapa sawit adalah
untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yg baik. Kriteria panen yang harus di perhatikan adalah matang panen, cara panen,
Panen adalah salah satu kegiatan penting pada kelapa sawit, pemanenan
yang baik akan meningkatkan jumlah produksi yang bisa diangkut ke tempat pengolahan. Selain itu baiknya pemanenan akan mengurangi serangan hama dan
penyakit akibat TBS yang membusuk pada pohon karena tidak dipanen. Baiknya proses pemanenan harus didukung oleh pengetahuan tantang panen terutama persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana
panen (Hariyadi, 2008).
Persiapan panen diperhatikan agar dapat memperlancar proses pemanenan.
Diantara persiapan tersebut adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan, peralatan, transportasi, kerapatan panen dan sarana panen. Jumlah tenaga kerja yang digunakan bergantung pada keadaan topografi daerah pemanenan, kerapatan
panen dan umur tanaman yang akan dipanen (Lubis, 1992).
Kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Kelapa sawit dapat
dipanen setelah berumur 31 bulan, minimal 60% buah matang panen setelah masa penyerbukan. Kriteria buah kelapa sawit yang telah matang panen ditandai dengan jatuh atau terlepasnya minimal dua buah dari tandan yang mewakilkan berat
kurang dari 10 kg (Lubis, 1992).
Rotasi panen adalah jarak waktu antara panen. Rotasi panen suatu lahan
perkebunan kelapa sawit tergantung pada kerapatan panen, luas areal, kapasitas pemanen dan keadaan pabrik. Ada dua rotasi yang dikenal dalam perkebunan kelapa sawit yaitu 6/7 dan 8/10. 6/7 diartikan dimana suatu areal dibagi menjadi
enam bagian (kapel) yang dalam waktu tujuh hari kerja. Sedangkan 8/10 diartikan suatu areal dibagi menjadi delapan bagian yang dikerjakan dalam waktu sepuluh
Sistem pada tanaman kelapa sawit terdiri dari dua macam yaitu sistem
hanca tetap dan sistem hanca giring. Sistem hanca yang diberikan pada pemanen sangat bergantung pada keadaan topografi. Pada sistem hanca tetap setiap
pemanen diberikan hanca panen dengan luasan yang sama dan harus selesai pada hari yang ditentukan. Hanca ini tetap dan tidak bisa dikerjakan oleh pemanen yang lain. Pada sistem hanca giring, setiap pemanen diberikan hanca per basis tanaman
yang digiring bersama dan setiap harinya hanca yang dikerjakan oleh pemanen selalu berbeda serta seluruh hanca menjadi tanggung jawab bersama
(Setyamidjaja, 2006).
Alat yang digunakan pada proses pemanenan kelapa sawit tergantung dari tinggi, umur tanaman dan topografi. Contoh alat-alat yang digunakan untuk
kegiatan panen buah kelapa sawit diantaranya adalah dodos kecil, dodos besar, pisau egrek, goni bekas, angkong, batu asah, fiber egrek, gancu dan tojok
III. METODE PRAKTEK KERJA PROFESI
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) dilaksanakan selama 1 bulan,
dimulai tanggal 21 Januari 2015 sampai dengan 21 Februari 2015. Lokasi Praktek Kerja Profesi (PKP) bertempat di desa Eko Dua Afdeling I, PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten
Pelalawan, Riau.
3.2. Metode Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi (PKP) langsung di
bawah bimbingan Asisten Afdeling, Mandor Panen dan Mandor Pemeliharaan perusahaan tersebut. Selama kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) di lapangan
penulis mengikuti kerja dan aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis lapangan atas izin Asisten Afdeling sebagai pembimbing lapangan yang sekaligus memberikan pengarahan dan pemecahan masalah yang dihadapi penulis selama kegiatan
Praktek Kerja Profesi (PKP) di lapangan serta memberikan penjelasan tentang penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi (PKP).
3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan mengikuti kegiatan langsung dilapangan serta melakukan diskusi dan wawancara dengan pembimbing lapangan. Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung, yaitu melalui pengamatan saat mendampingi atau mempelajari kegiatan dilapangan. Data sekunder diperoleh dari
3.4. Analisis Data dan Informasi
Data yang terkumpul selama proses kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP)
diolah dan dianalisis. Analisis data dilakukan terutama pada data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung dilapangan. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu penyajian data dalam bentuk tabel.
IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sekilas Mengenai Asian Agri Group
Asian Agri merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam
melalui anak perusahaannya PT. Inti Indosawit Subur (PT.IIS) telah ikut serta
sebagai salah satu pelopor dalam program Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans). Asian Agri memiliki sekitar 100.000 hektar dan membina 29.000 petani plasma
dan KKPA yang memiliki total 60.000 ha lahan kelapa sawit. Petani mitra Asian Agri berlokasi di Provinsi Riau dan Jambi. Sampai saat ini Asian Agri memperkerjakan sekitar 25.000 tenaga kerja.
Asian Agri sebagai salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terdepan di Indonesia telah diakui secara internasional dengan menerima
sertifikaasi ISO 14001 untuk semua unit operasi dan ISO 9001 untuk pusat pelatihan Asian Agri (AA Learning Istitut) yang berada di Pelalawan dan pusat riset pembibitan di Kampar, Riau pada tahun 2007. Selain itu, Pusat Asian Agri di
Tebing Tinggi telah di sertifikasi dengan standar tinggi acuan Malaysia dan Indonesia oleh International Plant Exchange-WEPAL Wegeningen University,
Netherlands.
Selain itu, Asian Agri sebagai salah satu perkebunan sawit dengan teknologi terdepan, Asian Agri juga memiliki komitmen tinggi terhadap
lingkungan, Asian Agri yaitu Buatan Group dan Ukui Group, Riau telah menerima RSPO, dan pabrik Buatan Group dan Ukui Group, Riau Muara Bulian Group dan
Tungkal Ulu Group, Jambi telah mendapatkan sertifikasi ISCC.
4.2. Luas, Letak dan Batas Areal
Perusahaan ini berlokasi di KM 60, Jalan Lintas Timur Sumatera,
merupakan perusahaan inti dalam pola kemitraan inti plasma dan petani kelapa
sawit PIR-Trans. Berikut ini merupakan tabel letak areal kerja, batas wilayah perkebunan kelapa sawit kebun buatan PT. Inti Indosawit Subur.
Tabel 2. Letak areal kerja batas wilayah perkebunan kelapa sawit kebun buatan PT. Inti indo sawit subur asian agri grup.
No Uraian Keterangan
1. Geografis - 101º40 - 102º 15’ BT - 0º 05 - 0º 43’ LS
2. Ketinggian tempat 25.250 m dpl
3. Administrasi pemerintah - Kabupaten Pelalawan (Kec. Pelalawan.
- Kabupaten Siak (Kec. Kerinci Kanan, Kec. Pangkalan Kerinci dan Kec. Dayun Provinsi Riau.
4. Daerah aliran sungai Sungai Kerinci, sungai Laniago. 5. Batas wilayah
a. Sebelah utara b. Sebelah selatan c. Sebelah timur
- Sungai Siak, Kec. Lubuk Dalam, dan Dayun
- Kec. Dayun dan Kec. Pelalawan. - Sungai Kampar, Kec. Langgam dan
Pangkalan Kerinci.
- Kec. Kerinci Kanan, dan Tualang. Sumber: Tio, Kevin (2013)
Areal kebun Buatan PT. Inti Indo Sawit Subur menurut status kebunnya terdiri atas kebun inti 5,515 ha, kebun plasma 11.000 ha dan KKPA 1500 ha.
Sedangkan berdasarkan Tata Guna Hutan Kesempatan (TGHK) kawasan kebun. 4.3. Manajemen Perusahaan
(Lampiran 1) merupakan struktur organisasi PT. Inti Indosawit Subur
Asian Agri Grup dipimpin oleh seorang group manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang mencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang group manager dibantu oleh Manager Kebun
Manager kebun berperan mengkoordinasi semua kegiatan di Afdeling serta
menjaga produksi dan mutu tetap optimal. Selain itu, manjamin dalam kegiatan perawatan, operasional kebun agar berjalan efektif, efisien dan sesuai dengan
prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan. Dalam menjalankan tugasnya manager kebun di bantu oleh Asisten Kepala (ASKEP) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling, asisten kepala membawahi asisten
afdeling, asisten afdeling bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala, asisten kebun dan group manager atas pelaksanaan hasil kerja dari afdeling yang
dipimpinnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan tingkat afdeling, asisten afdeling bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal teknis di
lapangan maupun dalam bidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja untuk kerani afdeling, mandor satu,
mandor dan Pekerja Harian Lepas (PHL) melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di kantor yang dilakukan oleh asisten afdeling
meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta
membuat bon permintaan dan pengeluaran barang.
Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor satu. Mandor satu dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan
administrasi afdeling, kerani afdeling juga dibantu oleh kerani keliling yang
bertugas memantau kesesuaian hasil kerja dengan hasil laporan dari mandor. Kepala Tata Usaha (KTU), bertanggung jawab dalam bagian administrasi
kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan di gudang. Status pegawai di kebun PT. Inti Indosawit Subur terdiri dari atas karyawan tetap ( SKU) dan Pekerja Harian Lepas (PHL). Karyawan tetap dibagi
lagi menjadi dua yaitu SKU-H dan SKU-B. SKU-H yaitu karyawan tetap yang gajinya berdasarkan hari tergantung jumlah hari dalam satu bulan, sedangkan
SKU-B yaitu karyawan tetap dimana gaji tiap bulan tetap. 4.4. Fasilitas
Dilingkungan perkebunan PT. Inti Indosawit Subur memiliki fasilitas yang sudah cukup lengkap, tidak dapat dipungkiri bahwa PT. Inti Indosawit Subur
adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang besar sehingga fasilitas pendukungnya baik bagi staf, karyawan atau pekerja dan orang yang datang ke
lingkungan PT. Inti Indosawit Subur sudah terfasilitasi. Adapun fasilitas yang terdapat di lingkungan PT. Inti Indosawit Subur antara lain: kantor kebun, kantor afdeling, sport center, perumahan bagi staf, perumahan bagi karyawan atau
pekerja, mushalla, dan gereja.
4.5. Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit
Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9 x 9 x 9 m dengan jarak antar
Tabel 3. Data produksi PT. Inti Indo Sawit Subur Asian Agri Grup pada tahun 2013 :
Bulan Berat TBS (ton)
Januari 949,353
Februari 1321,623
Maret 1414,901
April 1461,406
Mei 1377,641
Juni 1520,868
Juli 1464,184
Agustus 1260,315
September 1733,13
Oktober 1737,372
November 1412,285
Desember 1878,988
Sumber: Tio, Kevin (2013).
V. HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA PROFESI
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Kegiatan panen mencakup
pekerjaan memotong pelepah, memotong buah masak, memotong toros atau tandan buah masak, menyusun pelepah, mengumpulkan brondolan dengan memasukkan ke karung goni yang telah disediakan, mengangkut janjang dan
berondolan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). 5.1.1. Persiapan Panen
Persiapan panen di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri
Group yang bertempat di afdeling I (satu) dimulai dengan penetapan seksi panen yang meliputi penetapan luas hanca kerja pemanen dan penetapan luas hanca kerja per mandor. Selain itu dilakukan persiapan penetapan kriteria panen, rotasi
panen, sistem panen, penentuan jumlah tenaga panen, pengetahuan kerapatan panen, sistem pangawasan panen, perlengkapan panen, pembuatan jalan pikul
(pasar pikul), dan angkutan ataupun transportasi panen. 5.1.2. Kriteria Panen
Kriteria matang panen adalah sebagai pedoman yang digunakan untuk
menetukan buah matang, mentah atau busuk atau merupakan indikasi kandungan minyak sawit dalam daging buah maksimal untuk dipanen. Kriteria umum untuk tandan buah dapat dipanen adalah jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya
dan jatuh ke tanah secara alami. Standar kriteria panen yang berlaku di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group yang bertempat di Afdeling I
(satu) adalah KMP 2 (Kriteria Matang Panen 2) yang digunakan untuk kelapa sawit diatas 10 tahun dimana terdapat 10 berondolan di piringan.
Rotasi panen adalah selang atau jarak waktu antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen yang ditetapkan di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group yaitu 6/7 hari, artinya
dalam satu minggu terdapat enam hari panen sehingga terdapat enam kapel panen. Kapel panen adalah pembagian luasan lahan yang merupakan target panen/hari yang harus diselesaikan. Satu kapel panen terdiri dari beberapa blok dimana
setiap blok terdiri dari beberapa hanca panen. Setiap hanca dalam satu blok di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group luasannya adalah 2,5 ha
namun bisa bertambah atau berkurang bergantung pada daerah. Rotasi atau pusingan panen pada tempat yang sama adalah selama 7 hari.
5.1.4. Sistem Panen
Sistem panen diatur dengan baik sehingga blok dan hanca yang dipanen
setiap hari muda diawasi oleh mandor panen. Sistem panen yang digunakan di PT. Inti indo sawit subur kebun buatan asian agri group yang bertempat di afdeling I
(satu) adalah sistem hanca tetap. Hancaadalah luasan panen yang dikerjakan oleh satu orang pemanen. Pada sistem hanca tetap luasan yang diberi pada pemanen tidak berubah-rubah sehingga areal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemanen. Sistem ini lebih efektif dalam pengontrolan pekerja dan produksi dibandingkan dengan hanca giring (Gambar 1).
5.1.5. Alat Panen
Sarana yang digunakan pada proses pemanenan kelapa sawit tergantung
dari tinggi dan topografi, namun yang paling berperan dalam penggunaannya adalah umur tanaman. Tanaman yang semakin tua biasanya akan memerlukan alat panen seperti pisau egrek dengan fiber yang panjang dengan menyesuaikannya
dengan tinggi tanaman kelapa sawit yang akan dipanen.
Tabel 4. Jenis alat-alat panen, spesifikasi dan pemakaiannya
No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
1 Dodos kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm.
Memotong buah berumur 3-4 tahun
2 Dodos besar Lebar mata 14 c, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm.
Memotong buah berumur 5-8 tahun.
3 Pisau egrek Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20
lengkung dihitung pada sumbu 135.
4 Goni bekas Goni yang digunakan berasal dari goni bekas pemupukan dengan berat goni bekas yang digunakan berukuran berat 25 kg.
Sebagai tempat untuk
mengutip berondolan dengan memasukan butir brondolan yang dikutip ke dalam goni bekas.
5 Ember bekas Ember yang digunakan berukuran 6 kg untuk memasukkan butir brondolan kedalam ember bekas tersebut.
Sebagai tempat memasukkan butir brondolan yang dikutip tersebut kedalam ember bekas. 6 Angkong Angkong yang digunakan ber
merek Arco yang beroda satu.
Untuk mengangkut buah janjangan yang telah dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH).
7 Tali nilon Berukuran 5 cm, pilih 3,1 kg= 43 m untuk 5 pisau egrek.
Untuk mengikat pisau egrek.
8 9 10 Fiber egrek Batu Asah Gancu
Panjang 10-12 m, tebal 1-1,5 m, berat 2,5-3 kg/meter, diameter ujung 4-5 cm, diameter 5-7 cm Berasal dari bahan batuan Terbuat dari besi beon
Sebagai gagang pisau enggrek
Sebagai pengasah dodos/ egrek Untuk mengangkat TBS ke angkong
5.1.6. Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen dengan sistem hanca tetap dilaksanakan untuk pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) dan butir brondolan. Kegiatan pemanenan
dilaksanakan oleh satu orang pemanen dalam satu hanca, namun untuk mempercepat pekerjaan memanen dan mengutip butir brondolan terkadang pemanen mengikut sertakan tenaga lain seperti keluarga baik istri maupun anak.
Pemotongan buah dan pengutipan brondolan merupakan satu kesatuan kerja panen dengan tanggungjawab yang sama tetapi denda berbeda jika tidak
Gambar 2. Pemanenan Tandan Buah Segar
Buah yang telah dipanen diletakkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Peletakkan Tandan Buah Segar (TBS) ke TPH menggunakan angkong dan dipikul dengan pundak karena sebagian daerah hanca curam ataupun bergelombang,
sehingga apabila hanca panen daerah ataupun lokasi pemanenannya curam ataupun bergelombang maka TBS yang dipanen harus dipikul menggunakan pundak karena daerah pemanenan tersebut tidak bisa dilewati oleh angkong.
Dalam menentukan Tandan Buah Segar (TBS) yang tepat untuk dipanen. Parameter yang digunakan adalah perubahan warna dan butir brondolan yang
jatuh ke tanah ataupun di bawah pohon kelapa sawit. Proses perubahan warna yang terjadi pada Tandan Buah Segar (TBS) adalah warna hijau berubah menjadi kehitaman kemudian menjadi merah mengkilat atau jingga.
Setelah TBS diletakkan, pemanen wajib menulis nomor absen namanya
pada TBS (Gambar 4). Hal ini bertujuan ketika pencatatan oleh mandor panen tidak terjadi kekeliruan. Kesalahan pencatatan buah atau untuk menjaga agar buah
yang telah dipanen tercatat oleh pemanen dan kerani panen. Hasil catatan dari ketiga sumber tersebut dicocokan setiap harinya, khususnya mandor panen dan kerani panen.
Gambar 4. Penulisan nomor absen pemanen pada TBS
5.1.7. Pengawasan dan Denda Panen
Pengawasan panen bertujuan untuk memastikan buah yang terkirim ke pabrik yang memenuhi standar kualitas atau untuk pemberian sangsi kepada
pemanen yang melakukan kesalahan. Pengawasan panen dilakukan oleh asisten perkebunan ataupun asisten afdeling, mandor panen, dan kerani panen. Parameter pengawasan panen meliputi, antara lain:
3. Butir brondolan yang tertinggal.
4. Jumlah janjang ataupun TBS yang tertinggal.
Pengawasan ini dilaksanakan setiap hari panen oleh asisten afdeling, dan
terutama oleh mandor panen. Kerani panen bertugas untuk memeriksa mutu buah dan brondolan, menghitung jumlah janjang panen dan brondolan yang telah terkumpul di Tempat Pengumpulan Hasil (Gambar 5).
Gambar 5. Pemeriksaan kematangan TBS
Denda dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan panen yang tidak sesuai dengan SOP (Standar Operasiaonal Prosedur) yang ditetapkan
oleh perusahaan tersebut. Besar denda yang dikenakan sesuai dengan jenis dan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh pemanen tersebut. Untuk kesalahan dalam memanen buah yang dipanen mentah maka pemanen didenda berdasarkan
jumlah janjangan yang dipanen mentah sebesar Rp.5000/janjang, sedangkan untuk butir brondolan yang tidak dikutip dipohon kelapa sawit maka didenda sebesar
Rp.50/butir brondolan, sedangkan apabila pelepah sengkleh yang disebabkan oleh kesalahan pemanen karena pada saat memanen Tandan Buah Segar (TBS) pelepah tidak dijatuhkan namun sengaja dibiarkan ataupun disebut pelepah sengkleh maka
sengkleh. Tujuan pemberlakuan sangsi atau denda ini adalah untuk menegakkan
disiplin panen dan mencegah kerugian perusahaan. 5.1.8. Premi Panen
Premi panen adalah upah yang diberikan kepada pemanen yang melebihi
basis panen. Basis panen adalah jumlah TBS (Tandan Buah Segar) yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari panen. Biasanya ditentukan berdasarkan tinggi tanaman dan topografi serta Berat Janjang Rata-Rata (BJR). Tujuan dari
pemberian premi adalah untuk memberikan penghargaaan kepada pekerja ataupun pemanen apabila hasil kerjanya diatas standar dan basis panen.
Basis panen pada PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group yang bertempat di Afdeling 1, kalau hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu basis pemanen per hari adalah 41 janjang sedangkan untuk hari Jumat
adalah 30 janjang, sedangkan untuk premi janjang Rp.1.339/janjang, premi mati Rp. 8.000 dari basis yang telah didapatnya per hari yaitu 41 untuk hari Senin,
Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu dan Jumat 30 janjang per hari, premi kerajinan Rp. 150, premi brondolan Rp. 50 per kg, sedangkan gaji pokok pemanen per bulannya adalah Rp. 1.500.000 sementara premi yang didapat pemanen didapat
diluar dari basis ataupun gaji pokok yang telah diterimanya, contohnya bila pemanen mendapatkan 100 janjang per hari maka basisnya 41 janjang, sedangkan
premi yang didapat pemanen 59 janjang berarti setiap basis dan premi janjang yang didapat pemanen dikalikan dengan premi janjang yaitu 1.339/janjang dengan Berat Janjang Rata-Rata (BJR) 25 kg. Apabila pemanen rajin bekerja dalam
sebulan dengan pendapatan 100 janjang per hari, maka pemanen tersebut dapat menerima gaji sekitar 4 juta per bulannya. Apabila pemanen tidak kerja ataupun
bulan sedangkan kalau pemanen dalam keadaan sakit maka gajinya tidak akan
dipotong karena ada keterangan sakit berbeda dengan mangkir yang tanpa keterangan. Apabila premi pemanen yang didapatnya per bulan tinggi ataupun
besar maka premi mandor panen juga tinggi ataupun besar. 5.1.9. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dipanen dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan harus segera diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit
(PKS). Tandan Buah Segar (TBS) dimuat ke dalam bak truk pengangkut yang dikerjakan oleh pemuat.
Pada PT. Inti Indo Sawit Subur Asian Agri Grup yang bertempat di Afdeling 1, Tandan Buah Segar (TBS) yang dimuat ke dalam truk pengangkut TBS dilakukan oleh dua orang pemuat TBS, basis untuk pemuat TBS adalah lima
kali pengantaran truk penuh ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) setiap harinya, dimana preminya dihitung berdasarkan jumlah berat muatan yang ada di dalam truk
pengangkut TBS yang mana perhitungannya adalah Rp. 7.000 per ton, muatan yang dapat diangkut oleh truk pengangkut TBS adalah 5 ton dalam sekali angkut ke pabrik (Gambar 6). Maka gaji yang didapat pemuat TBS per harinya adalah
sekitar Rp. 175.000 yang mana gaji tersebut dibagi oleh dua orang pemuat TBS, maka gaji setiap pemuat TBS adalah sekitar Rp. 87.500 per harinya.
VI. PEMBAHASAN
6.1. Kriteria Panen
Kriteria Matang Panen (KMP) adalah indikasi yang dapat membantu pemanen untuk menentukan Tandan Buah Segar (TBS) yang tepat untuk dipanen.
yang terjadi pada Tandan Buah Segar (TBS) adalah warna hijau berubah menjadi
kehitaman kemudian menjadi merah mengkilat atau jingga.
Kriteria Matang Panen (KMP) untuk Tandan Buah Segar (TBS) yang
dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah butir brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu. Kriteria Matang Panen (KMP) dibagi menjadi
dua, yaitu:
Kriteria matang panen (KMP) 1 yaitu: syarat minimal buah yang dapat
dipanen jika dijumpai 5 brondolan segar per janjang yang jatuh secara alami dipiringan sebelum dipanen. KMP 1 hanya berlaku untuk tanaman berumur < 10 tahun pada semua jenis areal.
Kriteria matang panen (KMP) 2 yaitu: syarat minimal buah yang dapat dipanen jika dijumpai 10 butir brondolan segar per janjang. KMP 2 berlaku untuk
tanaman berumur > 10 tahun pada semua jenis areal.
Tabel 5. Kriteria matang panen buah kelapa sawit
No Kriteria matang panen Derajat
1 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam pekat.
Sangat mentah 2 1-12,5% dari buah luar,buah berwarna hitam
kemerahan.
Mentah
3 12,5-25% buah luar membrondol, buah
berwarna kemerahan. Kurang matang
4 25—50% buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat.
Matang
5 50-75% buah luar membrondol, buah
6 75-100% buah luar membrondol, buah berwarna dominan orange.
Lewat matang
7 Buah bagian dalam ikut membrondol. Lewat matang Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006)
Kriteria matang panen menurut PPKS (2006) tidak digunakan di PT. Inti indo sawit subur kebun buatan asian agri group. Pedoman yang digunakan untuk
kriteria matang panen dengan pendugaan rendemen minyak yang optimal yaitu terdapat 5-10 butir buah brondolan jatuh ketanah untuk setiap 1 kg (Pahan, 2006).
Kriteria PPKS jika diterapkan akan memakan waktu yang lama dalam memanen, ini terlihat jika untuk matang membutuhkan 25-50% buah luar membrondol, sehingga akan membuat rotasi panen dan produksi setiap bulan akan berubah.
6.2. Sistem Panen Kelapa Sawit
Sistem panen yang digunakan oleh PT. Inti Indo Sawit Subur Asian Agri Grup adalah system Block Harvesting Sistem (BHS). Kegiatan panen dengan
sistem ini dilakukan setiap hari kerja yang terkonsentrasi pada satu kapel panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem BHS yang diterapkan oleh PT. Inti indo sawit subur kebun buatan asian agri group ini diperkuat dengan
sistem pelaksanaan panen dengan hanca tetap. Hancatetap adalah setiap pemanen diberikan hanca panen sama dengan luasan yang ditentukan oleh perusahaan dan
pemanen tidak bisa berpindah ke hanca lain sehingga pemanen bertanggung jawab atas hanca tersebut. Hanca ini memiliki kelebihan yaitu areal mudah dikontrol atau lebih bersih.
Hanca tetap yang digunakan oleh PT. Inti Indo sawit subur kebun buatan asian agri group mempunyai kelemahan. Salah satunya adalah jika seorang
agri group mewajibkan pemanen yang mangkir untuk mencari tenaga kerja
pengganti. Pemanen yang mangkir diwajibkan untuk menunjuk pengganti kepada mandor panen dan krani panen.
6.3. Rotasi Panen
Lubis (1992) menyatakan bahwa dalam perkembangan buah kelapa sawit menuju kematangan antara satu fraksi ke fraksi berikutnya berlangsung cepat. Tabel 6. Perkembangan buah kelapa sawit matang berdasarkan fraksi
Sumber: Lubis (1992)
Berdasarkan (Tabel 6) di atas dapat dilihat bahwa rotasi panen yang baik
untuk mendapatkan fraksi yang baik pula adalah 2.97 + 1.64 + 1.22 + 1.00 = 6.83 hari yag dibulatkan menjadi 7 hari. Hal ini sesuai dengan rotasi panen yang
digunakan di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group yaitu 6/7 (6 hari panen dalam satu minggu). Berdasarkan rotasi panen tersebut seluruh areal PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group menjadi 6 kapel (seksi
panen).
Rotasi panen yang tidak sesuai dengan ketentuan akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan dan pemanen. Jika rotasi terlambat (umur rotasi >9 hari maka buah akan cenderung over-ripe bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong). Sebaliknya rotasi panen yang cepat (umur rotasi <7 hari) akan
mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under-ripe (agak mentah) dan unripe (mentah) sehingga pemanen dikenai denda. Keterlambatan dalam
pelaksanaan rotasi panen di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri
Fraksi Hari
0 2.80
1 2.97
2 1.64
3 1.22
Group dapat disebabkan oleh kondisi cuaca, hari libur dan pekerja mangkir (sakit
atau izin).
6.4. Produksi Tandan Buah Segar (TBS)
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun
Buatan Asian Agri Group setiap bulan pada tahun 2014 sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknis budidaya yang diterapkan. Kenaikan dan penurunan produksi terjadi setiap tahunnya sehingga kondisi lingkungan dalam
kurun satu tahun yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan sangat mempengaruhi proses pemanenan dan produksi TBS.
Data pada (Tabel 3) memperlihatkan bahwa produksi TBS di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group mengalami peningkatan setiap bulannya. Hasil produksi tertinggi dicapai pada bulan Desember 2013 dengan
jumlah produksi 1878,988 ton sedangkan produksi terendah adalah pada bulan Januari 2013 dengan jumlah 949,353 ton. Menurut Perdana (2013), bulan Februari
sampai dengan Mei merupakan masa dimana kematangan buah kelapa sawit adalah rendah yang disebut dengan trek buah. Kematangan rendah ini dikarenakan adanya kekurangan air yang disebabkan pada bulan-bulan tersebut adalah musim
kemarau. Namun pada PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group terjadi musim kemarau yang lebih awal oleh adanya perubahan musim.
6.5. Pengelolaan Pengangkutan
Transportasi Tandan Buah Segar (TBS) ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit) merupakan kegiatan penting dalam usaha perkebunan kelapa sawit, keterlambatan
semakin turun (Lubis, 1992). Solusi untuk menangani hal ini, PT. Inti Indo Sawit
Subur Kebun Buatan Asian Agri Group segera mengangkut TBS yang dipanen ke PKS.
6.6. Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan panen merupakan faktor yang dapat menekan kehilangan hasil produksi dalam pemanenan. Menurut Lubis (1992) Kriteria Panen yang baik adalah tidak ada buah mentah di TBS, tidak ada buah matang
yang tinggal di piringan, tidak ada buah yang tertinggal di pasar panen, tandan dan brondolan harus bersih, janjang kosong tidak ada dibawa ke pabrik,
pemotongan cangkang TBS harus menggunakan pemotongan cangkang kodok dengan tujuan agar tidak mengurangi kadar minyak yang ada dalam brondolan ataupun TBS (tandan buah segar), pelepah cabang dipotong tiga bagian dan
diletakkan digawangan mati dan potongan cabang daun mepet kebatang berupa tapak kuda.
Untuk mengetahui besar kehilangan hasil dalam kegiatan panen, PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group melakukan pemeriksaan mutu buah yang akan dikirimkan ke PKS oleh mandor panen pada saat pemanen siap
memanen, sedangkan pemeriksaan oleh krani panen dilakukan ketika TBS yang berada di TPH diangkut kedalam truk pengangkut menuju PKS.
Pemeriksaan ini bertujuan agar TBS yang dikirimkan bermutu baik sehingga kerja sama PKS dengan PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group tetap baik. Pemeriksaan mutu buah juga dilakukan oleh pihak PKS
grading sebelum TBS masuk kedalam mesin pengolahan.
Kegiatan panen merupakan kegiatan yang terpenting karena langsung
menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan TBS ke PKS. Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan
tanaman. Baik dan buruk dalam pemeliharaan tanaman akan terlihat dari kegiatan panen dan produksi. Cara dan waktu pemanenan yang tepat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi. Produksi akan dapat mencapai maksimal apabila
kehilangan (losses) produksi minimal (Pahan, 2006).
Sumber utama dan resiko panen di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun
Buatan Asian Agri Group adalah rotasi yang terlambat, adanya buah mentah, buah masak tertinggl ditanaman, dan brondolan tidak dikutip dan dikumpulkan. Lambatnya rotasi panen, buah masak tertinggal, dan adanya brondolan yang tidak
dikumpulkan sehingga tanaman akan mempercepat peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) dimana sebelum dipotong sebesar 0,2-0,7% dan ketika jatuh akan
dapat meningkat sebesar 0,9-1,0% setiap 24 jam. Buah mentah yang terpanen, memiliki fraksi rendah akan merugikan perusahaan. Kerugian terjadi ketika PKS melakukan grading pada Tandan Buah Segar (TBS).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Produksi TBS (tandan buah segar) di PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Buatan Asian Agri Group setiap tahun dipengaruhi oleh keadaan
2. Pemanenan TBS (tandan buah segar) dengan fraksi terbaik adalah
melalui penerapan rotasi panen 6/7, sistem panen BHS (Block Harvesting Sistem) dan kriteria panen yang sesuai serta pengangkutan
TBS (tandan buah segar) yang terkendali akan meningkatkan produksi dan menekan kehilangan hasil selama proses panen.
3. Buah mentah, TBS (tandan buah segar) dan brondolan yang tidak
diambil merupakan hal yang harus diperhatikan saat panen. 7.2. Saran
1. Pengelolaan panen perlu lebih ditingkatkan terutama terkait dengan
penekanan losses produksi dilapangan dengan cara pengawasan panen yang lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi pelanggaran yang terjadi. 2. Perlu adanya tindakan meningkatkan atau memperbarui sangsi denda
baik pemanen maupun kepada mandor panen.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y. Y. E. Widyaastuti, I. Satyawibawa, R. Hartono. 2006. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hariyadi. 2008. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Penerbit Erlangga. Jakarta.
Lubis. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara.
Pahan. 2006. Kriteria Panen Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Kriteria Panen Tandan Buah Segar. http://www.iopri.org/. diakses pada tanggal 10 April 2015.
Risza. 2012. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Setyamidjaja. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Tio, Kevin. 2003. Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit. Penerbit PT. Inti indo sawit subur asian agri grup. Pelalawan Riau.
Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Bagan Alir Struktur organisasi PT. Inti Indosawit Subur Asian Agri Grup.
Mandor Asisten Kerani
Kerani Kerani panen
Mandor
Kerani panen Mandor
Kerani panen Mandor
Mandor BTP
Mandor H & P
Mandor