• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables Based on Passenger’s Perception Using Stated Preference Method

(A Case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)

Disusun oleh :

SRI HASTUTI W NIM I 0199134

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG

DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

(Studi Kasus Bus Kota di Surakarta)

A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables Based on Passenger’s Perception Using Stated Preference Method

(A case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)

Disusun oleh :

SRI HASTUTI W NIM I 0199134

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG

DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE

(Studi Kasus Bus Kota di Surakarta)

A Study of Urban Public Transport Bus Service Variables Based on Passenger’s Perception Using Stated Preference Method

(A Case Study of Urban Public Transport Bus in Surakarta)

Disusun oleh :

SRI HASTUTI W NIM I 0199134

Dipertahankan di depan Tim Penguji Pendadaran pada tanggal : 06 Mei 2004

1. Ir. Tuti Agustin, MEng 1. ………..

NIP 131 960 362

2. Amirotul MHM, ST, MSc 2. ………..

NIP 132 134 686

3. Ir. Djoko Sarwono, MT 3. ………..

NIP 131 974 330

4. Dewi Handayani, ST, MT 4. ………..

NIP 132 134 683

Mengetahui,

a.n Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

(4)

iv

Menurut Persepsi Penumpang dengan Teknik Stated Preference, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah, yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi serta penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan kota yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Hal tersebut akan meningkatkan pula kebutuhan transportasi perkotaan. Salah satu alat transportasi perkotaan yang ada di Surakarta adalah angkutan umum bus kota. Pengguna angkutan umum bus kota pada dasarnya menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu untuk diteliti faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda bus kota menurut penggunanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel tingkat pelayanan ( Level Of Service ) yang mempengaruhi pengguna angkutan umum bus kota di Surakarta dan mengukur sensitivitas respon individu dalam memilih moda tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara atau penyebaran kuesioner kepada pengguna bus kota dengan teknik stated preference. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Sebagai variabel bebas dipakai tarif, lama perjalanan, waktu tunggu, kesempatan mendapat tempat duduk, okupansi bus dan kenyamanan kendaraan. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS 10.0.

Berdasarkan survai dengan teknik stated preference diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi seseorang untuk naik bus adalah : 1) Kesempatan mendapat tempat duduk, 2) Okupansi bus, 3) Kenyamanan kendaraan, 4) Lama perjalanan dan 5) tarif. Besarnya nilai masing-masing variabel tingkat pelayanan tersebut dapat dilihat dalam persamaan berikut :

(5)

v

dit ambahkan kepadanya t ujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya t id ak akan habis-habisnya

dit uliskan kalimat Allah (QS. Luqman : 2 7 )

Dan mat ahari berjalan d i t empat pered arannya, it ulah ket ent uan dari Yang Maha Perkasa d an

Maha Menget ahui

Dan t elah Kami t et apkan bagi bulan manzilah t empat perjalanan, sehingga set elah dia sampai ke manzilah yang t erakhir

kembalilah ia sebagai bent uk t andan yang t ua

Tidaklah mungkin bagi mat ahari mendapat kan bulan dan malampun t idak dapat mendahului siang,

d an masing-masing beredar pada garis ed arnya

(QS. Yasin : 3 8 -4 0 )

Allah t id ak akan membebani seseorang melainkan sesuai d engan kesang g upannya,

ia mend apat pahala d ari kebajikan yang d iusahakannya dan mendapat siksa dari kejahat an

yang d ilakukannya (QS. Al-Baqarah : 2 8 6 )

(6)

vi

Ibu tercinta, terima kasih ‘tuk semua cinta dan pengorbanannya

hingga

membuat hidup ananda lebih berarti.

Ayah terhormat, terima kasih ‘tuk do’a dan dukungannya yang

senantiasa

menyertai ananda.

De’ Udin tersayang, yang selalu membantu dan mendo’akan

kesuksesan mbaknya.

Mas Endra, ‘tuk semua petuah bijaknya hingga ade’ mampu

menghadapi

semua cobaan hidup

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dari Allah SWT, kemudahan

yang diberikan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam

teruntuk Nabi Muhammad SAW, penunjuk jalan kebenaran, pembawa risalah

menuju masa depan yang gemilang.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Skripsi ini mengambil topik “Kajian Variabel Layanan

Angkutan Umum Bus Kota Menurut Persepsi Penumpang dengan Teknik

Stated Preference, disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang transportasi.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, maka secara tulus ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya disampaikan kepada :

1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Pimpinan dan staf administrasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Tuti Agustin, M.Eng, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

(8)

viii

5. Ir. Sumardi MD, selaku dosen pembimbing akademik.

6. Kepala ORGANDA Surakarta yang telah membantu dalam memperoleh data

sekunder.

7. Ibu, Bapak, Adik Udin dan Mas Endra atas segala bentuk kasih sayang,

dukungan dan do’a yang diberikan.

8. Yuli, Maya, Eighty atas kebersamaan dan kekompakan dalam mengambil

topik transport.

9. Jiat, Ais, Addin dan Anis yang telah membantu survai.

10. Aang ST, Dhanoe, Firman, Dian, dan rekan-rekan angkatan ’99 semua yang

telah memberi banyak masukan, bantuan, dukungan dan kebersamaan selama

ini.

11. Semua pihak yang telah membantu hingga selesai penulisan skripsi ini.

Kemampuan yang serba terbatas dalam menganalisis dan menyusun

laporan membuat skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang

membangun selalu diharapkan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi para

pembaca.

Surakarta, April 2004

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

ABSTRAK ………... iv

MOTTO ……….……. v

PERSEMBAHAN ……….…….. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR ISI ……….. …… ix

DAFTAR TABEL ……….. …… xi

DAFTAR GAMBAR ………..……. xiv

DAFTAR NOTASI ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….... 3

C. Batasan Masalah ………... 3

D. Tujuan Penelitian ………. 4

E. Manfaat Penelitian ……… 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ………... 6

B. Dasar Teori ………... 8

(10)

x

d. Tingkat pelayanan ………. 9

Halaman 2. Pemilihan Moda Angkutan ……… 10

3. Teknik Stated Prefernce ………... 13

a. Konsep Dasar Teknik Stated Prefernce ……….. 14

b. Atribut dan Alternatif ……….... 16

c. Desain Instrumen Stated Prefernce ………. 17

d. Kompleksitas dan Realisasinya ………. 21

e. Analisis Data Stated Preference ……….. 22

4. Teknik Sampling ……….… 23

5. Analisis Korelasi ……….… 25

6. Analisis Regresi ……….. 27

a. Koefisien Determinasi ………... 30

b. Uji Signifikansi ………. 31

c. Analisis Varians/Uji F/Uji Simultan ………. 33

d. Analisis Multikolinearitas ………..……... 34

7. Analisis Elastisitas ……….. 36

C. Kerangka Pemikiran ……….… 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 39

B. Metode Penelitian ………. 39

C. Sumber Data ………. 40

1. Data Primer ………. 40

2. Data Sekunder ………. 41

D. Prosedur Penelitian ……….. 41

(11)

xi

Halaman

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 58

1. Pengolahan Data ………. 58

2. Analisis Data ………... 62

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ……….. 64

1. Data Pendukung ………. 64

2. Perhitungan Jumlah Sampel ……… 65

3. Data Hasil Wawancara ……… 67

B. Analisis Data ……… 68

1. Karakteristik Penumpang ……… 68

2. Analisis Regresi Pilihan Moda ……… 75

3. Analisis Elastisitas ……….. 82

C. Pembahasan ……….. 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 93

B. Saran ………. 94

DAFTAR PUSTAKA ………. xvii

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kapasitas Angkutan 9

Tabel 3.1 Prosentase Jawaban Responden 43

Tabel 3.2 Urutan Variabel Tingkat Pelayanan 44

Tabel 3.3 Kondisi Pelayanan Bus Kota 45

Tabel 3.4 Skenario Pengembangan Atribut 47

Tabel 3.5 Perbedaan Level Atribut 47

Tabel 3.6 Kemungkinan Alternatif Situasi Perjalanan 49

Tabel 3.7 Skenario yang Ditawarkan Kepada Responden 53

Tabel 4.1 Jumlah Orang yang Menggunakan Angkutan Kota di Surakarta 65

Tabel 4.2 Data Angkutan Kota 66

Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Usia 68

Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 69

Tabel 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 69

Tabel 4.6 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan 70

Tabel 4.7 Komposisi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan 70

Tabel 4.8 Komposisi Responden Berdasarkan Maksud Perjalanan 71

Tabel 4.9 Komposisi Responden Berdasarkan Kepastian Naik Bus Kota 71

Tabel 4.10 Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Naik Bus Kota 72

Tabel 4.11 Komposisi Responden Berdasarkan Jam Perjalanan 72

Tabel 4.12 Korelasi Karakteristik Penumpang Bus Kota 73

Tabel 4.13 Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi 74

Tabel 4.14 Kalibrasi Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 77

Tabel 4.15 Uji t Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 78

Tabel 4.16 Uji Kolinearitas Persamaan Pilihan Moda Bus Kota 81

(13)

xiii

Halaman

Tabel 4.21 Crosstab Tingkat Pendapatan, Kepastian Naik Bus Kota

Dan Alasan Naik Bus Kota 88

Tabel 4.22 Crosstab Kepemilikan Kendaraan, Kepastian Naik Bus

Kota, dan Alasan Naik Bus Kota 88

Tabel 4.23 Crosstab Maksud Perjalanan, Kepastian Naik Bus Kota

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ……… 55

(15)

xv

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

a0 = Konstanta

a1 ….. an = Koefisien atribut produk/ moda I

β = Elastisitas harga

C = Tarif/harga

e = Tingkat kesalahan yang masih bisa diterima

F = Nilai Statistik F

f0 = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

K = Jumlah variabel bebas

KK = Koefisien Kontingensi

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi total

p = Proporsi jumlah perjalanan dengan tujuan tertentu

P = Probababilitas pilihan moda

Q = Kuantitas perjalanan

r = Koefisien korelasi

r2 = Koefisien determinasi

Sb = Galat baku

t = Nilai statistik t

Ui = Utilitas pelayanan produk/moda i

X2 = Nilai chi kuadrat

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A - Lembar kuesioner survai pendahuluan

- Analisis data survai pendahuluan

LAMPIRAN B - Lembar kuesioner survai

- Tabulasi hasil pengisian kuesioner (input data)

LAMPIRAN C - Output Analisis Deskripsi Responden

- Output Analisis Korelasi Karakteristik Responden

LAMPIRAN D - Input Data Regresi Pemilihan Moda Bus Kota

- Output Data Regresi Pemilihan Moda Bus Kota

LAMPIRAN E - Input Data Elstisitas

- Output Data Elastisitas

LAMPIRAN F - Tabel t

- Tabel F

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah.

Seperti halnya kota-kota besar lainnya, kota Surakarta sedang dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, serta mempunyai sifat-sifat kekotaan

yang kuat. Sifat kekotaan ini ditunjukkan oleh potensi kependudukan, baik

kuantitatif dalam arti jumlah, kepadatan dan pertumbuhan yang tinggi, maupun

kualitatif dalam komposisi ketenaga-kerjaan dan pendidikan. Pertumbuhan dan

perkembangan kota yang demikian pesat akan menuntut masyarakatnya untuk

melakukan interaksi dengan banyak pihak dan banyak tempat. Hal tersebut akan

meningkatkan pula kebutuhan transportasi perkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan

transportasi perkotaan bagi masyarakat diperlukan penyediaan sarana dan

prasarana transportasi perkotaan.

Angkutan umum sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan

merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat kota dan merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan kota pada umumnya. Angkutan

umum ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam melayani transportasi

perkotaan dan memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan

aktifitasnya di semua lokasi berbeda dan tersebar di wilayah perkotaan.

(18)

tidak mempunyai alat transportasi pribadi. Mengingat perannya yang begitu

penting, apabila tidak ditangani secara baik dan benar, akan merupakan masalah

bagi kehidupan kota.

Seiring dengan pertumbuhan permintaan pelayanan transportasi untuk

mendukung kegiatan masyarakat kota yang berkembang dengan sangat cepat, dan

jumlah kendaraan angkutan kota dari waktu ke waktu yang terus bertambah, maka

perlu diketahui variabel tingkat pelayanan (Level Of Service) angkutan umum

menurut pengguna angkutan umum.

Tingkat pelayanan (level of service) adalah kualitas dan kuantitas yang

disediakan oleh sarana transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik

yang dapat dikuantifikasi seperti keamanan, waktu perjalanan, frekuensi, biaya

perjalanan, banyaknya transfer serta karakteristik yang sukar dikuantifikasikan

seperti kenyamanan, ketersediaan, kemudahan serta moda image. (AASHTO,

1983)

Pengguna angkutan umum pada dasarnya menghendaki adanya tingkat

pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu maupun

keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Apabila

angkutan umum tidak dapat memenuhi kebutuhan transportasi perkotaan bagi

masyarakat serta fasilitas yang ditawarkan tidak memadai dalam memberikan

pelayanan kepada penggunanya, akan dapat menimbulkan kecenderungan untuk

meninggalkan moda tersebut. Hal ini kemungkinan dapat meningkatkan tingkat

(19)

lintas seperti kemacetan, masalah perparkiran, peningkatan polusi, peningkatan

tingkat kecelakaan dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

suatu permasalahan sebagai berikut :

• Variabel tingkat pelayanan (level of service) apa saja yang mempengaruhi

penumpang angkutan umum bus kota di Surakarta ?

• Bagaimana sensitivitas respon individu dalam memilih angkutan umum bus

kota ?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan bahasan dalam penelitian ini, maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Materi studi ini dibatasi pada angkutan umum bus kota (bus sedang) yang

beroperasi di wilayah Surakarta, rute Kartasura – Palur.

2. Penelitian dilakukan pada penumpang bus Atmo, Damri, Nusa, Surya

Kencana, Taqwa, Wahyu Mulyo, halte depan UNS, halte Panggung, dan

sepanjang jalan Slamet Riyadi.

3. Responden yang diteliti adalah pengguna angkutan umum bus kota yang

(20)

4. Pengambilan data dilakukan secara simple random sampling dengan

menggunakan teknik kuesioner stated preference.

5. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

6. Sensitivitas respon individu terhadap perubahan atribut pelayanan diukur

menggunakan analisis elastisitas.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel tingkat

pelayanan ( Level Of Service ) yang mempengaruhi pengguna angkutan umum bus

kota di Surakarta dan mengukur sensitivitas respon individu dalam memilih

angkutan umum bus kota.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis.

Mengetahui variabel tingkat pelayanan angkutan umum khususnya bus kota di

Surakarta, serta tingkat keberhasilan layanannya dalam memenuhi kebutuhan

perjalanan masyarakat.

2. Manfaat praktis

- Sebagai bahan masukan bagi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ)

(21)

Daerah (Pemda) Surakarta dan para perencana transportasi kota Surkarta

untuk masa mendatang.

- Secara khusus penelitian ini dapat memberi masukan kepada operator

angkutan kota berkaitan dengan tingkat pelayanan angkutan kota

Surakarta, sehingga dapat dipakai sebagi bahan pertimbangan dalam

(22)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Suwarjoko Warpani (1990) dalam Merencanakan Sistem Perangkutan

menyatakan bahwa hal yang perlu diketahui dari angkutan umum yaitu kaitannya

dengan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum yang meliputi volume

lalu lintas yang akan dilayani, frekuensi dan penjadwalan keberangkatannya, lama

perjalanan yang diharapkan, derajat kepentingan perjalanan, serta biaya angkutan.

Disamping itu harus pula dipenuhi ciri perjalanan yang harus memenuhi tuntutan

masyarakat, yaitu terpercaya, aman, mudah diperoleh, nyaman, murah, cepat,

frekuensi tinggi dan bermartabat. Apabila semua ini terpenuhi maka pelayanan

yang terpercaya dapat diwujudkan.

F.D. Hobbs (1979) menyatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa

sikap perorangan terhadap angkutan umum dapat diukur dan dibuat peringkat

berdasarkan urutan kesukaan. Atribut perjalanan yang paling bernilai dalam

urutan adalah sampai tujuan tepat pada waktunya, tempat duduk mudah didapat,

tidak perlu berganti kendaraan, pelayanan teratur, ada perlindungan terhadap

cuaca selama menunggu, dan waktu berhenti untuk menunggu lebih pendek.

Mustaji (2001) dalam penelitiannya terhadap 40 orang penumpang kereta

api eksekutif dan 110 orang penumpang bus jurusan Solo – Jakarta di Surakarta

(23)

penumpang kereta api akan mendukung apabila pengusaha jasa angkutan ini

meningkatkan pelayanan dan memperbaiki waktu perjalanan meskipun tarif

dinaikkan. Penumpang bus yang memang berpendapatan lebih rendah lebih

menginginkan tarif tidak dinaikkan dan tidak terlalu mempedulikan lamanya

waktu perjalanan dan kondisi pelayanan.

Ortuzar, dkk (1993) mengadakan penelitian terhadap 122 mahasiswa dan

125 staf pada Universitas Katolik Chile di Santiago mengenai pemilihan moda

antara bus atau kendaraan pribadi (moda yang biasanya digunakan dalam

perjalanan ke kampus) dengan semimetro (moda yang belum ada, tetapi

merupakan pengembangan dari Santiago Underground). Survai dilakukan dengan

menggunakan teknik stated preference. Atribut-atribut tingkat pelayanan dari

pilihan moda yang digunakan yaitu biaya perjalanan, waktu perjalanan, jarak

berjalan kaki dan headway (dihubungkan dengan waktu tunggu).

Dari penelitian yang telah ada dapat disimpulkan bahwa pada pemilihan

moda terdapat faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih moda

angkutan. Pada masing-masing kasus pemilihan moda selalu ada faktor yang lebih

berpengaruh terhadap pemilihan tersebut. Oleh karena itu akan diteliti

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengguna dalam memilih bus kota sebagai

(24)

B. Dasar Teori

1. Angkutan Umum

a. Definisi

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan

barang dari suatu tempat ke tempat lain. Prosesnya dapat dilakukan menggunakan

sarana angkutan berupa kendaraan atau tanpa kendaraan ( diangkut oleh orang ).

Dengan atau tanpa kendaraan, pengangkutan dapat dikategorikan menjadi

pengangkutan orang dan pengangkutan barang. Bahasan tentang angkutan orang

ditekankan pada jenis angkutan umum penumpang, mengingat pada umumnya

jenis angkutan ini merupakan pelayanan dengan lintasan tetap yang dapat

dibedakan secara tegas. (Departemen Perhubungan, 1996)

Angkutan umum penumpang (AUP) adalah angkutan penumpang yang

dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan

umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan

air, dan angkutan udara. (Suwarjoko Warpani, 1990)

b. Tujuan AUP

Tujuan utama keberadaan AUP adalah menyelenggarakan pelayanan

angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik

adalah pelayanan yang aman, cepat, murah dan nyaman. Selain itu, keberadaan

(25)

c. Kapasitas Angkutan

Pada dasarnya, pengguna kendaraan angkutan menghendaki adanya

tingkat pelayanan yang cukup memadai. Salah satu indikator untuk menilai

kemampuan angkutan dalam memberikan keamanan dan kenyamanan pada

penumpang adalah dengan mengukur kesesuaian antara kapasitas angkutan dan

jumlah penumpang yang diangkut. Kapasitas angkutan didefinisikan sebagai daya

muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan umum, baik yang duduk

maupun berdiri. Daya muat tiap jenis angkutan umum bedasarkan standar yang

ditetapkan oleh Departemen Perhubungan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Kapasitasnya

Jenis Angkutan Kapasitas Angkutan

Kapasitas Penumpang

Duduk Berdiri Total Per hari/kendaraan

Mobil penumpang umum 11 0 11 250-300

Bus kecil 14 0 14 300-400

Bus sedang 20 10 30 500-600

Bus besar lantai tunggal 49 30 79 1000-1200

Bus besar lantai ganda 85 35 120 1500-1800

Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

d. Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan (level of service) adalah kualitas dan kuantitas yang

disediakan oleh sarana transportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik

yang dapat dikuantifikasi seperti keamanan, waktu perjalanan, frekuensi, biaya

perjalanan, banyaknya transfer serta karakteristik yang sukar dikuantifikasikan

seperti kenyamanan, ketersediaan, kemudahan serta moda image. (AASHTO,

(26)

Variabel-variabel tingkat pelayanan angkutan umum menurut penelitian

yang dilakukan oleh J. de D. Ortuzar dkk, adalah sebagai berikut :

• Biaya perjalanan.

• Waktu perjalanan selama dalam kendaraan.

• Waktu tunggu.

• Waktu berjalan kaki.

• Okupansi bus (berkaitan dengan kenyamanan).

• Kemungkinan duduk selama perjalanan.

• Kenyamanan kendaraan (kualitas dan jarak tempat duduk, kotor, bising, dan

lain-lain)

• Penampilan dan perilaku sopir bus.

• Penggunaan waktu alternatif selama dalam perjalanan.

• Resiko kecelakaan.

• Variabel waktu perjalanan.

• Variabel waktu tunggu.

2. Pemilihan Moda Angkutan

Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan pergerakan dengan

hanya dua buah moda transportasi, yaitu antara angkutan umum dan pribadi.

Model pemilihan moda yang realistis bersifat disaggregate, behavioral dan

probabilistic. Model yang bersifat disaggregate adalah perilaku perjalanan secara

(27)

pertama menyangkut perilaku (behaviour) ekonomi konsumen dan perilaku

psikologis dalam menentukan pengambilan keputusan. Kedua model dibuat

berdasarkan hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan identifikasi

variabel-variabel yang menentukan pengambilan keputusan untuk memilih. Disebut model

yang bersifat probabilistic dikarenakan model menunjukkan suatu probabilitas

hasil dari pengambilan keputusan traveller yang potensial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih suatu moda

transportasi, menurut Tamin (2000) dapat dikelompokkan :

1. Karakteristik pelaku perjalanan, yaitu antara lain :

• Keadaan sosial ekonomi serta tingkat pendapatan.

• Ketersediaan atau kepemilikan kendaraan.

• Kepemilikan Surat Ijin Mengemudi (SIM).

• Struktur rumah tangga (pasangan muda, keluarga dengan anak, pensiunan dan

lain-lain).

• Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat kerja dan

keperluan mengantar anak ke sekolah.

2. Karakteristik pergerakan

• Tujuan pergerakan.

Sebagai contoh pergerakan ke tempat kerja di negara maju biasanya lebih

mudah memakai angkutan umum karena ketepatan waktu dan tingkat

pelayanan sangat baik dan ongkosnya relatif lebih murah dibandingkan

dengan angkutan pribadi (mobil). Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi di

(28)

tempat kerja, meskipun lebih mahal karena ketepatan waktu, kenyamanan dan

lain-lainnya yang tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.

• Waktu terjadinya pergerakan.

Kalau kita ingin bergerak pada tengah malam, kita pasti membutuhkan

kendaraan pribadi karena pada saat itu angkutan umum tidak atau jarang

beroperasi.

• Jarak perjalanan.

Jarak perjalanan berpengaruh dalam pemilihan moda suatu perjalanan,

semakin jauh, kita semakin cenderung memilih angkutan umum dibandingkan

dengan angkutan pribadi.

3. Karakteristik sistem transportasi

Tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh masing-masing sarana transportasi

adalah faktor yang menentukan seseorang dalam memilih sarana transportasi.

Tingkat pelayanan dikelompokkan dalam dua kategori :

1) Faktor kuantitatif, seperti

• Lama waktu perjalanan yang meliputi waktu di dalam kendaraan,

waktu menunggu dan waktu berjalan kaki.

• Biaya transportasi (tarif, biaya bahan bakar dan lain-lain).

• Ketersediaan ruang dan tarif parkir.

2) Faktor kualitatif, seperti :

• Kenyamanan dan kemudahan.

• Keandalan dan keteraturan.

(29)

3. Teknik Stated Preference

Mannering (1990) menyatakan bahwa proses penentuan keputusan

perilaku perjalanan merupakan proses yang rumit. Kondisi sosial ekonomi dan

pola aktifitas pelaku perjalanan merupakan faktor utama yang berpengaruh

terhadap pelaku perjalanan tersebut. Dalam melakukan prediksi permintaan

transportasi perlu didasarkan pada faktor keputusan pelaku perjalanan, dalam hal

ini bagaimana perilaku konsumen yang menggunakan jasa transportasi tersebut.

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh pelaku perjalanan sangat menentukan

kuantitas, distribusi moda dan rute serta waktu dari sarana transportasi. Salah satu

metode untuk mendapatkan data tentang keputusan pelaku perjalanan adalah

teknik stated preference.

Teknik stated preference menurut Parikesit (1993) menawarkan

keuntungan dalam meneliti perilaku masyarakat, antara lain :

a. Peneliti dapat melakukan kontrol tentang situasi yang diharapkan akan

dihadapi responden.

b. Memunculkan variabel kuantitatif sekunder dapat dengan mudah dilakukan

karena peneliti menggunakan teknik kuesioner untuk menyatakan variabel

tersebut.

c. Dalam kebijaksanaan yang sifatnya baru, stated preference dapat digunakan

sebagai media evaluasi dan peramalan.

d. Satu responden memberikan jawaban atas berbagai macam situasi perjalanan,

(30)

Beberapa kelemahan dari teknik stated preference antara lain :

a. Penyimpangan respon dan penyimpangan strategis sebagai akibat tidak

jujurnya jawaban responden dan adanya keinginan untuk mengharapkan hasil

tertentu dari pengisian kuesioner.

b. Penyimpangan yang terkait erat dengan asumsi yang digunakan dalam stated

preference, dimana diasumsikan bahwa masyarakat akan benar-benar

menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan bila barang dan jasa tersebut

memberikan manfaat utility bagi dirinya, untuk itu perlu dibuat kuesioner

yang lugas dan tidak memiliki poli interpretasi.

a. Konsep Dasar Teknik Stated Preference.

Pearmain (1990) menyatakan bahwa teknik stated preference

mendasarkan pada konsep ekonomi klasik yaitu utilitas penggunaan suatu produk.

Utilitas mempresentasikan suatu kepuasan akan keuntungan seseorang ketika

mengeluarkan biaya untuk memperoleh suatu produk. Utilitas juga

mengimplikasikan suatu nilai kepuasan total pemakaian produk atas produk yang

dibelinya. Pemakai jasa diasumsikan akan memilih jasa yang memberikan utilitas

maksimal bagi dirinya.

Utilitas yang diukur dengan teknik stated preference dideskripsikan

sebagai utilitas tidak langsung (indirect utility). Nilai utilitas diketahui dengan

melakukan pengukuran terhadap atribut-atribut suatu produk yang diprediksikan

(31)

Parikesit (1993) menyatakan bahwa bentuk umum utilitas suatu produk

adalah merupakan model linier yang merupakan kombinasi dari berbagai atribut :

Ui = ao + a1x1 + a2x2 + … + anxn ………….. 2.1

Dengan : Ui : adalah utillitas pelayanan produk/moda i

x1…xn : adalah atribut produk/moda i

a1…an : adalah koefisien atribut produk/moda i

a0 : adalah konstanta

Menurut Kanafani (1983) model pemilihan yang baik di dalamnya

mengandung fungsi pemilihan yang bersifat acak dengan probabilitas tertentu.

Demikian juga Pearmain (1990) menyatakan bahwa ukuran utilitas dalam stated

preference didasarkan pada utilias acak yang mengikut sertakan faktor

ketersediaan untuk merefleksikan variabel yang sudah terobservasi. Utilitas acak

suatu produk dinyatakan dengan persamaan yang disebut random utility model

sebagai berikut :

U = Ui + ∈i ……… 2.2

Dengan : U : utilitas acak produk i

Ui : utilitas produk i (komponen deterministik dari atribut alternatif i)

∈i : faktor kesalahan (komponen stokastik, variabel acak yang

(32)

b. Atribut dan Alternatif

Ortuzar (1994) menyatakan bahwa metode eksperimen teknik stated

preference memiliki salah satu penyusun perangkat alternatif pilihan hipotesis

yang dikenal sebagai alternatif-alternatif yang layak secara teknologis. Alternatif

ini didasarkan pada faktor-faktor yang diasumsikan berpengaruh secara kuat

dalam masalah pilihan terhadap sesuatu yang disurvai. Pelaksanaan desain

alternatif tersebut memerlukan tahap-tahap :

a. Identifikasi dari berbagai alternatif pilihan situasi yang akan diteliti,

misalnya : perbedaan tingkat pelayanan suatu moda.

b. Pemilihan atribut-atribut yang melekat pada masing-masing alternatif moda

yang diteliti.

c. Pemilihan unit ukuran setiap atribut.

d. Spesifikasi jumlah dan besarnya tingkatan dari atribut-atribut.

Perangkat dan kondisi atribut yang dipilih seharusnya dapat menjamin

adanya respon yang realistik. Atribut yang sangat penting harus ditampilkan dan

harus jelas mendeskripsikan alternatif-alternatif yang layak secara teknologi.

Pemilihan unit pengukuran atribut yang digunakan merupakan hal relatif,

meskipun terdapat beberapa atribut yang membutuhkan kehati-hatian dalam cara

pengukurannya, yaitu secara khusus adalah yang berkaitan dengan atribut

(33)

c. Desain Instrumen Stated Preference

Pearmain (1990) dalam Ortuzar (1994) menyatakan penyajian instrumen

stated preference dapat berupa : data ranking, rating atau pilihan berganda.

Kelebihan metode survai dengan teknik stated preference terletak pada

kebebasannya untuk melakukan desain metode pertanyaan untuk berbagai situasi

dalam rangka memenuhi kebutuhan penelitian yang diperlukan. Kelebihan ini

dapat terpenuhi jika terjamin alasan respon yang realistik yaitu alternatif pilihan

yang dipilih oleh responden tersebut benar-benar dilaksanakan. Untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pada tahap identifikasi atribut kunci dan penyusunan paket alternatif pilihan,

semua atribut esensial harus dipergunakan dan paket-paket alternatif pilihan

yang ditawarkan harus masuk akal dan realistik.

b. Pada tahap penyusunan formulir survai, bentuk penyajian form survai dan tata

cara memberikaan respon harus mudah dimengerti dan sesuai dengan situasi

responden yang diteliti.

c. Pada tahap perencanaan pengambilan data perlu dibuat strategi sampling yang

akan dikerjakan untuk menjamin diperolehnya data yang representatif.

d. Pada pelaksanaan survai stated preference sebelumnya diperlukan survai

pendahuluan yang menjelaskan maksud dan tujuan survai, alternatif situasi

perjalanan yang dibuat dan cara memberikan jawabannya.

e. Pada tahap analisis data stated preference diperlukan model yang sesuai

(34)

Menurut Ortuzar (1994), desain bentuk pilihan dan penyajian survai stated

preference pada pokoknya terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu :

1) Desain Eksperimental.

Penelitian stated preference lebih banyak menggunakan desain

eksperimental untuk membangun alternatif hipotesis yang akan diberikan kepada

responden. Untuk memperoleh penyajian kombinasi atribut yang baik maka

variabel bebas atau atribut dibuat bervariasi antara satu alternatif dengan

alternatif lainnya. Keuntungan dengan cara ini adalah lebih mudah

mengidentifikasi pengaruh setiap atribut dari responden. Jika jumlah atribut

dinyatakan dengan a dan jumlah tingkatan dinyatakan dengan n, maka jumlah

alternatif ditentukan dengan suatu desain faktorial yaitu na.

Masalah yang banyak dihadapi saat ini adalah apabila peneliti dihadapkan

pada penelitian yang melibatkan banyak alternatif dan atribut. Dalam situasi ini

cara desain faktorial dengan banyak variabel dapat diabaikan. Hubber dan Hansen

(1986) dalam Ortuzar (1994) menyarankan agar respon yang diberikan oleh

responden terhadap penentuan perubahan alternatif memiliki kepercayaan yang

baik, maka perlu diperhatikan hal-hal, yaitu : mengusahakan adanya kekompakan

respon yang diberikan, sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah kesalahan

data, melakukan survai pendahuluan untuk menemukan masalah umum dan

mengecek instrumen survai, serta untuk mengidentifikasi individu yang tingkat

pemahamannya kurang. Dengan langkah ini diharapkan prosedur survai langsung

(35)

pendeteksian masalah dan pemeriksaan dengan segera instrumen yang perlu

ditambahkan.

Setelah desain faktorial dilakukan, kemudian alternatif yang layak secara

teknologis dipilih, disajikan, dan akhirnya diadakan pengumpulan data. Fowlkes

dan Wardman (1988) dalam Ortuzar (1994) membuat rekomendasi perangkat

praktis untuk menyeleksi dari variasi tingkatan atribut. Pengalaman mereka

menunjukkan bahwa dalam kenyataannya dimungkinkan untuk tidak

memperhatikan desain eksperimen secara asli.

2) Penyajian form survai yang menarik.

Supaya menjamin respon yang realistis, pada saat kegiatan wawancara

sangat penting untuk menampilkan pilihan alternatif dan atribut dalam bentuk

yang sama untuk semua perilaku perjalanan.

3) Identifikasi preferensi

Permasalahan berikutnya adalah bagaimana memberikan pertanyaan

kepada responden untuk nenerangkan frekuensi pilihan mereka dalam setiap

option yang diberikan padanya. Sebagaimana diketahui sebelumnya, ada tiga cara

pokok dalam mengumpulkan informasi pilihan tentang alternatif yang secara lebih

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Respon rangking

Pendekatan ini menyajikan semua alternatif kepada responden dan

mengharapkan agar merangkingnya dalam pilihan mereka sehingga dapat

diimplikasikan nilai utilitas secara berhirarki. Tindakan utama pada

(36)

melelahkan responden. Perlu disadari oleh peneliti bahwa data yang diperoleh

dari metode ini memperlihatkan tipe pendapat responden yang mungkin tidak

sesuai dengan pilihan mereka dalam kenyataannya.

b. Teknik rating

Teknik ini sudah digunakan dalam praktik riset pemasaran untuk beberapa

tahun. Dalam kasus ini responden ditanyakan untuk melukiskan derajat

preferensi mereka untuk setiap pilihan dengan menggunakan skala tertentu.

Sebagai contoh : 1= sangat tidak suka, 5= ragu-ragu, 10= sangat suka. Respon

kemudian diproses menggunakan operasi aritmatik normal seperti perhitungan

nilai rata-rata, dan rasio, meskipun respon yang didapat tidak bebas dari skala

yang digunakan. Preferensi individu tersebut agar dapat digunakan perlu

ditranslasikan ke dalam tipe skala ordinal. Walaupun demikian pada

prinsipnya dapat diperluas untuk menyaring eksperimen berbentuk pilihan.

Dalam kasus ini responden disediakan bentuk pertanyaan yang

memperlihatkan derajat preferensi antara 2 alternatif, yang dapat dirinci

misalnya menjadi skala 5 yaitu : pasti memilih A, mungkin memilih A,

ragu-ragu, mungkin memilih B, dan pasti memilih B.

c. Eksperimen berupa pilihan (choice)

Pendekatan ini diperlukan untuk menyeleksi pendapat responden terhadap

pilihan dari suatu pasangan (pilihan biner) atau suatu kelompok. Secara

teoritis responden hanya dibolehkan memilih alternatif menurut preferensinya

analog dengan survai revealed preference. Namun dalam bentuk luas

(37)

rating sebagaimana uraian sebelumnya, dan dimungkinkan juga untuk

menentukan suatu pilihan yang tidak ada dalam alternatif pilihan.

d. Kompleksitas dan realisasinya

Suatu elemen kunci dalam keberhasilan survai stated preference adalah

derajat realisasi respon yang dicapai. Oleh karena itu Pearmain (1990) dalam

Ortuzar (1994) merekomendasikan suatu garis pedoman dalam pelaksanaan di

lapangan, yaitu :

§ Menekankan pada hal khusus, contoh : responden seharusnya ditanya

bagaimana mereka akan merespon suatu alternatif pada kejadian yang

diberikan, dan diusahakan menghindari pertanyaan abstrak yang menyebabkan

realibilitas respon kecil.

§ Memperjelas batasan antar pilihan agar konteks yang dibuat realistis.

§ Menggunakan suatu konteks realistis bagi respoden yang sudah mempunyai

pengalaman pribadi.

§ Dapat memakai persepsi responden pada kondisi tertentu untuk membatasi

nilai atribut dalam survai.

§ Memastikan telah memasukkan semua atribut yang berhubungan dalam

penyajian instrumen survai, terutama jika model pilihan perjalanan dibuat

tidak hanya mengukur kepentingan perbedaan atribut.

§ Menjaga penyajian pilihan yang sederhana agar tidak memberikan beban

kepada responden. Pilihan alternatif dipadatkan dan disederhanakan yang

(38)

waktu yang lama untuk memahami alternatif yang ada dan menyeleksi yang

terbaik.

§ Memberikan peluang kepada responden untuk memberikan respon diluar

desain alternatif yang disusun.

§ Menyajikan semua pilihan dengan meyakinkan, jelas dan menghindari kata

yang bermakna ganda. Dalam kaitan ini diperlukan kehati-hatian ketika

menghadapi atribut kulitatif seperti keamanan dan kenyamanan.

e. Analisis Data Stated Preference

Pemilihan teknik analisis yang sesuai untuk analisis data stated preference

tersebut tergantung kepada jenis respon yang diperoleh dari pelaksanaan survai

yang dapat berupa data ranking, skala rating atau pilihan dari beberapa alternatif

yang ditawarkan.

Pendekatan paling umum yang diterapkan untuk menganalisis data stated

preference adalah sebagai berikut :

1. Discrete Choice Models

Metode ini merupakan model probabilitas dimana nilai pilihan dari setiap

individu berhubungan dengan pilihan yang lain, dalam bentuk nilai

probabilitas. Bentuk yang paling umum dari model tersebut adalah fungsi

logit. Software khusus untuk menganalisis data yang banyak digunakan adalah

(39)

2. Reggression Approaches

Metode ini dapat diterapkan tanpa menggunakan model yang rumit seperti

logit model. Sejumlah asumsi penyederhanaan digunakan untuk menentukan

peringkat (ranking) atau merating data yang akan dianalisis. Pendekatan ini

membutuhkan proses perhitungan yang sederhana dan relatif lebih mudah

dimengerti bagi pengguna baru teknik SP.

3. Monotomic Analysis of Variance

Metode ini cocok digunakan untuk menganalisis data yang diranking.

Kelemahan metode ini adalah kurangnya tes kesesuaian statistik yang dapat

diandalkan, oleh karena itu metode ini jarang digunakan.

4. Teknik Sampling

Tujuan pengambilan sampel adalah untuk memperoleh sejumlah sampel

dari seluruh populasi dimana sampel tersebut mewakili seluruh populasi.

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kenyataan bahwa sering tidak

mungkin untuk melakukan survai pada seluruh anggota populasi. Metode

pengambilan sampel pada umumnya berdasarkan pada prinsip sampel acak.

Prinsip yang sebenarnya dari sampel acak adalah bahwa pengambilan sampel dari

setiap unit dilakukan dengan bebas, dan bahwa setiap unit dalam populasi

mempunyai probabilitas yang sama untuk dipilih sebagai sampel. (Richardson

(40)

Metode pengambilan sampel acak yang sering dipergunakan adalah

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) dan pengambilan

sampel acak berstrata (stratified random sampling). Metode pengambilan sampel

acak sederhana dilakukan dengan memberi nomor pada setiap unit dalam

populasi, kemudian memilih nomor tersebut secara acak untuk memperoleh

sampel. Metode pengambilan sampel berstrata dilakukan dengan mengumpulkan

informasi awal mengenai populasi terlebih dahulu, untuk kemudian membagi

populasi tersebut ke dalam strata (kelompok kecil) yang homogen, kemudian

memilih sampel acak sederhana dalam setiap strata tersebut. (Ortuzar, 1994)

Pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan desain sampel adalah

berapa besarnya ukuran sampel yang dibutuhkan. Ortuzar (1994),

merekomendasikan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk survai wawancara di

tepi jalan (roadside interviews) dengan rumus :

(

)

(

)

N p 1 p z e p 1 p n 2 − +       −

> ………. 2.3

dimana :

n = jumlah sampel

p = proporsi perjalanan dengan tujuan tertentu

e = tingkat kesalahan yang masih bisa diterima

z = nilai variasi standar normal untuk tingkat kepercayaan yang

diinginkan

(41)

5. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kuatnya tingkat hubungan

linier antara dua variabel. Menurut Sembiring (1996) dua variabel dikatakan

berkorelasi signifikan apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti oleh

perubahan pada variabel yang lain secara beraturan.

Untuk mengukur kuatnya korelasi antara dua variabel yang diukur dengan

skala interval atau rasio digunakan suatu nilai yang disebut koefisien korelasi (r)

yang biasa disebut juga dengan korelasi produk momen. Koefisien korelasi r

dinyatakan dalam bilangan antara –1 dan +1. Apabila koefisien korelasi semakin

mendekati nilai –1 dan +1, maka semakin kuatlah hubungan antara dua variabel

tersebut. Apabila nilai koefisien korelasi r semakin mendekati nilai 0 maka

semakin lemahlah hubungan antara kedua variabel. Koefisien korelasi r menurut

Sudjana (2002:47) dapat dihitung dengan persamaan berikut :

(

)

( ) ( )

( )

( )

( )

( )

            −             − − =

I I I I I I Y Y N X X N Y X Y 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 I 1 1 X N

r ………. 2.4

dimana :

r : koefisien korelasi antara X dan Y

Xi : nilai variabel X data ke-i

Yi : nilai variabel Y data ke-i

N : jumlah sampel yang diteliti

Nilai r = 1 berarti bahwa korelasi antar variabel X dan Y adalah positif

(42)

jika r = -1 berarti korelasi antara variabel X dan Y adalah negatif (meningkatnya

nilai X akan mengakibatkan turunnya nilai Y). Nilai r = 0 menyatakan tidak ada

korelasi antar variabel.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

• H0 :r =0 artinya korelasi tidak signifikan

• H1:r≠0 artinya korelasi signifikan

Dasar pengambilan keputusan :

• Jika probabilitas (signifikan) > 0,05 maka H0 diterima

• Jika probabilitas (signifikan) < 0,05 maka H1 diterima

Untuk variabel yang diukur dengan skala nominal, korelasi dua variabel

dinyatakan dengan koefisien kontingensi dengan rumus :

N

+ = 2 2

X X

KK ………. 2.5

(

)

=

fh fh

fo 2

2

X ………. 2.6

dimana :

KK : koefisien kontingensi antara X dan Y

X2 : nilai chi kwadrat

N : jumlah sampel yang diteliti

fo : frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkan

Makin besar harga KK akan makin besar derajat korelasi. Sebagai korelasi

(43)

paling besar dibatasi oleh persamaan KK≤

( )

k-1 k , dengan k adalah jumlah

kolom. Untuk mengetes signifikansi KK digunakan chi kuadratnya. Dengan db =

(b-1)(k-1) harga chi kwadratnya itu dibanding dengan harga kritik chi kwadrat

yang ada dalam tabel.

Hipotesis yang digunakan adalah :

• H0 : tidak ada korelasi antar variabel atau korelasi tidak signifikan

• H1 : korelasi signifikan

Dasar pengambilan keputusan :

• Jika x2 < x2 tabel, maka menerima H0

• Jika x2 > x2 tabel, maka menerima H1

6. Analisis Regresi

Metode analisis regresi digunakan untuk menghasilkan hubungan antara

dua variabel atau lebih dalam bentuk numerik, dan untuk melihat bagaimana dua

atau lebih peubah (variabel) saling terkait. Dalam analisis regresi dibedakan dua

jenis variabel, yakni variabel bebas (prediktor) yang dinyatakan dalam X dan

variabel tak bebas atau respon yang dinyatakan dalam Y.

Model analisis regresi linier dapat memodelkan hubungan antara dua

variabel. Secara umum hubungan antar variabel dapat dinyatakan dalam

persamaan berikut :

Y = A + BX ……....….. 2. 7

Dimana :

(44)

X : Peubah bebas

A : konstanta regresi

B : koefisien regresi

Regresi linier dimana terdapat sebuah variabel tidak bebas dan dua

variabel bebas atau lebih disebut regresi linier berganda. Konsep ini merupakan

pengembangan dari regresi linier sederhana, khususnya untuk kasus yang

mempunyai lebih banyak peubah bebas dan parameter B. hal ini sesuai dengan

realita bahwa dalam model pemilihan moda terdapat peubah yang berpengaruh

terhadap pemilihan moda. Jika dalam persamaan terdapat satu atau lebih variabel

yang tidak bersifat kuantitatif tetapi bersifat kualitatif maka digunakan variabel

dummy. Singgih Santoso (2000:183) menjelaskan, variabel dummy adalah

variabel yang digunakan untuk membuat kategori data yang bersifat kualitatif

(data nominal). Untuk menunjukkan besaran data nominal tersebut digunakan

pengkodean, misalnya untuk gender, pria diberi kode 1 dan wanita 2.

Persamaan berikut ini memperlihatkan bentuk umum analisis linier

berganda.

Y = A + B1X1 + B2X2 + … + BnXn …….……… 2. 8

Jika terdapat empat buah variabel bebas maka persamaan menjadi :

Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 ………. 2. 9

Dimana :

Y : peubah tidak bebas

X1 … Xn :peubah bebas

(45)

B1 … Bn : koefisien regresi

Penyelesaian persamaan dengan empat buah anu tersebut menurut Sudjana

(2002) dapat disederhanakan dengan menggunakan rumus :

( )

=

n Y Y y 2 2 2

……… 2. 10

( )

=

n X X x 2 2 2

……… 2. 11

(

) ( )

=

n Y X Y X y

xi 1

………. 2. 12

(

)

(

)

=

n X X X X x

xi j j 1 j

1 ……… 2.13

2 2 2 1 1 1 ,

,x X X x X X

Y Y

y = − = − = − dengan Y,X1,X2 adalah rata-rata

masing-masing peubah yang bersangkutan.

Dimana :

X1,X2 : variabel/peubah bebas

Y : variabel terikat

n : jumlah sampel

Koefisien A, B1, B2, dan B3 dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

=

+ 2

1 2 + 3

1 3

2 1 1

1y B x B xx B x x

x ………. 2.14

=

+

+ 3

2 3

2 2 2 2 1 1

2y B x x B x B x x

x ………. 2.15

=

+

+

2

3 3 3 2 2 3 1 1

3y B x x B x x B x

(46)

Setelah B1, B2, dan B3 diketahui barulah kemudian dihitung A dengan rumus : 3 3 2 2 1

1X B X B X

B Y

A= − − − ………. 2.17

a. Koefisien Determinasi (r2)

Salah satu ukuran yang biasa digunakan untuk mengukur kecocokan

model yang didapat dengan data hasil observasi adalah koefisien determinasi r2

(kasus dua variabel) atau R2 (regresi ganda). Koefisien determinasi majemuk (R2)

digunakan untuk mengetahui proporsi variasi dalam Y yang dijelaskan oleh

variabel bebas secara bersama-sama (gabungan).

Koefisien determinasi majemuk untuk kasus empat variabel menurut

Sudjana (2002) dapat dihitung dengan rumus :

( )

( )

(

) (

) (

)

+ + = = 2 3 3 2 2 1 1 2 y y x B y x B y x B TD JK Reg JK R

………. 2.18

dimana :

JK (Reg) = Jumlah kuadrat regresi

= B1

x1y+B2

x2y+B3

x3y
(47)

=

( )

=

n Y Y

y

2 2

2

Jumlah kuadrat total merupakan total variasi nilai Y sebenarnya di sekitar

rata-rata sampel. Jumlah kuadrat akibat regresi atau jumlah kuadrat yang

dijelaskan merupakan variasi nilai Y yang ditaksir disekitar rata-ratanya.

Kecocokan model dikatakan ‘lebih baik’ kalau R2 semakin mendekati 1.

b. Uji Signifikansi

Kebanyakan penyelidikan ditujukan untuk menguji kebenaran sesuatu

dugaan yang dilakukan sebelum penyelidikan dilakukan. Sutrisno Hadi (2002)

mengemukakan bahwa hipotesa statistik adalah suatu dugaan yang merupakan

pernyataan tentang keadaan parameter yang didasarkan atas probabilitas distribusi

sampling dari parameter itu. Hipotesis semacam ini dirumuskan sedemikian rupa

agar penyelidik dapat dengan mudah menolak atau menerimanya. Untuk

mencapai maksud tersebut pada umumnya hipotesis statistik dinyatakan dalam

bentuk hipotesis nihil. Semua hipotesis yang menyimpang dari hipotesis nihil

disebut hipotesis alternatif. Untuk hipotesis nihil diberi simbol H0, sedang untuk

hipotesis alternatif diberi simbol H1, H2 dan sebagainya.

Pada umumnya taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 % atau 1%

(0.05 atau 0.01). Jika telah ditetapkan taraf signifikansi 0.05 untuk mengetes suatu

hipotesis, maka kemungkinan menolak hipotesis yang benar adalah 5 diantara

(48)

Secara umum uji signifikansi menurut Sudjana (2002) dapat dikatakan

adalah uji hipotesis terhadap koefisien regeresi secara individu masing-masing

variabel bebas. Uji ini menggunakan statistik uji t dengan rumus sebagai berikut

(Sudjana, 2002 : 111)

i i Sb b

t= ………. 2.19

dimana :

Sbi : galat baku (standar error) koefisien korelasi bi

bi : koefisien regresi yang didapatkan

Hipotesis yang dilakukan adalah :

• H0 :á = 0 artinya koefisien regresi tidak signifikan

• H1:á ≠0 artinya koefisien regresi signifikan

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan nilai t hitung :

Uji dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel yang terdapat

dalam tabel t-student. Jika statistik t hitung > statistik tabel, maka H0

(hipotesis nol) ditolak, artinya menolak anggapan bahwa koefisien regresi

tidak signifikan. Sebaliknya statistik t hitung < statistik t tabel, maka H0

diterima artinya menerima anggapan bahwa koefisien regresi tidak signifikan.

2. Berdasarkan besarnya signifikansi variabel bebas.

• Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

(49)

d. Analisis Varians / Uji F / Uji Simultan

Indikator lain untuk menilai kecocokan model dengan data adalah analisis

varians/ uji F. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel tak

bebas melalui penggunaan analisis varians.

Besaran F secara umum (Sudjana,2002) dihitung dengan rumus :

(

− −1

)

=

k n JKS

k JKR

F ………. 2.20

+

+ +

=b x y b x y ... b x y

JKR 1 1 2 2 k k ………. 2.21

(

)

− = −

= Y Y atau, JKS y JKR

JKS 2 2

………. 2.22

Atau juga dapat dihitung dengan menggunakan hubungan antara F dengan

koefisien determinasi R2 , yaitu seperti pada rumus berikut :

(

1-R

)

(

n-k-1

)

k R F

2 2

= ………. 2.23

dimana :

JKR : jumlah kuadrat akibat regresi

JKS : jumlah kuadrat sisa

K : jumlah variabel bebas

(50)

Pengujian statistik F ini dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan nilai signifikansi 5%

dan dengan mendasarkan pada nilai signifikansi F untuk tingkat signifikansi 5%.

Hipotesis yang digunakan adalah :

• Hipotesis nol (H0) : variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel tak bebas, persamaan regresi tidak dapat

dijadikan landasan dalam memprediksi data.

• Hipotesisi tandingan (H1) : variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel tak bebas, persamaan regresi dapat

dijadikan landasan dalam memprediksi data.

Dasar pengambilan keputusan adalah :

• Jika F hitung < F tabel dan signifikansi F > 0,05 maka menerima H0

• Jika F hitung > F tabel dan signifikansi F < 0,05 maka menerima H1

e. Analisis Multikolinearitas

Kolinearitas terjadi apabila antara dua variabel bebas terjadi

hubungan/korelasi yang erat. Kolinearitas disebut sempurna jika suatu variabel

bebas bergantung sepenuhnya pada variabel lainnya. Apabila terjadi lebih dari dua

variabel saling berkaitan maka kondisi ini disebut multikolinearitas.

Indikasi adanya gejala multikolinearitas menurut Neter (1996)

sebagaimanan dikutip Mustaji (2001) adalah :

• Koefisien determinasi (r2) sangat tinggi tetapi tidak satupun koefisien

(51)

• Dalam kasus persamaan regresi dengan dua variabel bebas, gejala

multikolinearitas dapat dideteksi apabila antar keduanya berkorelasi tinggi.

• Terjadi perubahan koefisien regresi yang besar ketika variabel bebas yang

dimasukkan dan dikeluarkan berbeda, atau ketika hasil observasi ditambah

atau dihilangkan datanya.

Metode formal yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala

multikolinearitas menurut Neter (1996) sebagaimana dikutip Mustaji (2001)

adalah nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF menyatakan prosentase

variansi suatu variabel lainnya. Nilai VIF suatu variabel bebas k diperoleh dari

matrik rxx-1. rxx adalah matrik pasangan koefisien korelasi dengan variabel bebas

lainnya. VIF variabel bebas k dirumuskan sebagai berikut :

(VIF)k = (1 – Rk2)-1 ………….. 2.24

Rk2 adalah koefisien yang menyatakan korelasi variabel-variabel bebas

lainnya terhadap variabel bebas k. Nilai VIF akan mendekati 1, jika Rk2 = 0, yang

berarti variabel bebas k tidak dipengaruhi sama sekali oleh variabel lain, atau

peningkatan variansi (inflated variance) tidak berhubungan linier. Sebaliknya jika

Rk2 ≠0 maka besarnya VIF akan lebih dari 1, pengaruh variabel bebas lain mulai

timbul, akan cukup kuat jika Rk2 melebihi 0,50 atau VIF lebih dari 2, dan akan

(52)

7. Elastisitas Pemilihan Moda

Kanafani (1983) menjelaskan bahwa analisis model pilihan moda mungkin

pula ditekankan pada sensitivitas pilihan moda terhadap beberapa atribut

pelayanan moda tersebut. Untuk itu digunakan analisis elastisitas. Elastisitas

dalam kasus ini didefinisikan sebagai besarnya pengaruh perubahan probabilitas

pilihan moda relatif terhadap perubahan atribut pelayanan.

Dalam realisasinya sering dijumpai nilai elastisitas permintaan perjalanan

pada dasarnya adalah konstan. Kraft-Sact memperkenalkan model permintaan

yang berhubungan harga/tarif sesuai dengan keadaan yaitu :

â

áC

Q= ………. 2.25

Dengan Q adalah kuantitas perjalanan, dan C adalah tarif/harga.

Dalam kaitan dengan permintaan kebutuhan transportasi, Morlock (1988)

memperluas model kebutuhan Kraft tersebut dengan memasukkan karakteristik

pelayanan sebagai variabel bebasnya. Hal ini disebabkan karena karakteristik

harga/tarif dan pelayanan dari semua moda yang berkompetisi akan

mempengaruhi penggunaan atau permintaan terhadap moda tersebut. Apabila tarif

dari moda lain diturunkan atau tingkat pelayanannya ditingkatkan, maka jumlah

perjalanan dengan moda itu akan bertambah, yang sebagian berasal dari moda

saingannya. Dalam pengambilan keputusan untuk suatu perjalanan calon

penumpang akan mempertimbangkan tarif/harga, selain juga faktor pelayanan

seperti : waktu perjalanan total, ketepatan jadwal (keandalan), dan kenyamanan.

Model kebutuhan (demand) terhadap suatu moda dengan mengacu pada model

(53)

â2 2i â1 1i 0.X .X

â

Pi= ……….. 2.26

Dengan X1i, X2i adalah atribut karakteristik moda i. Dengan

mengidentikkan model pilihan moda dengan model kebutuhan seperti persamaan

2.26, maka elastisitas langsung suatu atribut pelayanan yang dinotasikan X1i

terhadap pilihan moda i dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

i 1i 1i i 1i 1i i P X X P /X X /P P

e= = ×

d d d

d i

……….. 2.27

Selanjutnya untuk menentukan elastisitas langsung X1i terhadap pilihan moda i,

pesamaan 2.26 dideferensialkan terhadap X1i sehingga diperoleh :

â2 2i 1 âá 1i 1 0 1i X X â â dX

dPi =

……… 2.28

Jika disubstitusikan ke dalam persamaan 2.27 maka diperoleh :

1 1i â2 2i 1 âá 1i 1

0â X X X P

â

e= − − ……… 2.29

Selanjutnya dengan mensubstitusikan ke dalam persamaan 2.26 akhirnya

akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

(

)

1

â2 2i â1 1i 0 1i â2 2i 1 âá 1i 1

0â X X X /â X X â

â

e= − = ……… 2.30

Konstanta β1 menyatakan elastisitas X1 terhadap perubahan nilai variabel

Pi. Dengan cara yang sama akan diperoleh bahwa elastisitas atribut pelayanan

terhadap pilihan moda sama dengan besarnya konstanta atribut tersebut pada

(54)

C. Kerangka Pemikiran

Surakarta sebagai salah satu kota di Jawa Tengah yang sedang

berkembang memiliki fasilitas yang cukup lengkap baik dalam bidang pendidikan,

pekerjaan, hiburan dan lain-lain. Untuk menjangkau fasilitas-fasilitas tersebut,

penduduk Surakarta atau penduduk disekitar wilayah Surakarta harus melakukan

perjalanan. Salah satu angkutan umum yang tersedia adalah bus kota.

Pada kasus pemilihan moda bus kota ini, banyak hal yang mempengaruhi

pelaku perjalanan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik

fasilitas moda bus kota, yang meliputi biaya perjalanan, waktu perjalanan dan

tingkat pelayanan dari moda tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

faktor-faktor tersebut maka diadakan penelitian ini.

Dengan teknik stated preference dapat dilakukan analisis hipotesis untuk

mengetahui besarnya pengaruh perubahan situasi perjalanan pada pemilihan bus

kota. Dalam penelitian yang dilakukan penumpang memberikan persepsi atas

berbagai alternatif perubahan. Elemen perilaku masyarakat dimungkinkan

dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti : atribut pelayanan, alternatif dan kendala

situasi, selain juga faktor internal seperti : persepsi dan preferensi pelaku

perjalanan. Faktor eksternal mendorong dan membatasi perilaku pasar, sedang

faktor internal merefleksikan tingkat pemahaman konsumen terhadap alternatif

pilihannya dan tindakannya. Dari analisis data dengan stated preference ini akan

(55)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Surakarta yang memiliki luas wilayah

kurang lebih 44.040 km2. Berdasarkan data statistik terakhir tahun 2000, jumlah

penduduk kota Surakarta mencapai 550.251 jiwa. Jumlah penduduk yang

menggunakan angkutan kota pada tahun 2000 sebesar kurang lebih 104.030

orang, dengan prosentase pemilihan moda transportasi untuk angkutan kota

sebesar 50%. (Lembaga Penelitian ITB, 1995).

Waktu penelitian adalah pada tanggal 8 - 20 Maret 2004. Penelitian

dilakukan setiap hari, dengan tidak mengkhususkan hari-hari tertentu seperti hari

Jum’at, Sabtu dan Minggu.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yakni

menggambarkan suatu peristiwa kemudian melakukan analisis terhadap masalah

yang timbul. Studi ini dimulai dengan mengumpulkan literatur dan data sekunder

yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kemudian menentukan teknik

survai yang digunakan. Dalam penelitian ini peristiwa yang akan diobservasi

(56)

akan diteliti adalah atribut-atribut internal pelayanan angkutan umum bus kota

yang mengacu pada faktor-faktor pemilihan moda.

Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara atau penyebaran

kuesioner kepada pengguna bus kota dengan teknik Stated Preference. Bentuk

pertanyaan formulir survai direncanakan meliputi dua hal. Pertama, pertanyaan

difokuskan untuk mengetahui kondisi eksisting dari karakteristik pengguna bus

kota saat ini. Dalam hal ini ingin diketahui kondisi sosio ekonomi dari pengguna

dan informasi perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan bus kota. Kedua,

pertanyaan diarahkan untuk mengetahui preferensi responden seandainya

beberapa kondisi hipotesis ditawarkan seperti terjadinya perubahan ongkos

perjalanan, lama perjalanan, waktu tunggu dan sebagainya. Dengan menggunakan

data persepsi responden tersebut kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui

variabel-variabel tingkat pelayanan bus kota di Surakarta.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survai wawancara,

dalam hal ini berupa penyebaran kuisioner. Kriteria responden yang dipilih adalah

sebagai berikut :

• Responden merupakan penduduk kota Surakarta atau bukan penduduk kota

(57)

• Responden menggunakan angkutan umum bus kota sebagai sarana angkutan.

• Mengisi kuisioner dengan lengkap.

• Tanggapan responden konsisten sesuai dengan logika stated preference.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari :

1. ORGANDA (Organisasi Angkutan Daerah) Surakarta, yang berupa jumlah

armada bus kota dan angkot yang beroperasi di wilayah Surakarta, tarif,

jumlah tempat duduk, load factor dan rata-rata frekuensi perjalanan per

harinya.

2. Laporan akhir “Studi Penataan dan Pengembangan Sisitem lalu Lintas dan

Angkutan Dalam Kota Surakarta” ( Lembaga penelitian ITB,1995 ) yang

berupa jumlah orang yang menggunakan angkutan di Surakarta.

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat desain penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan kajian pustaka, dan studi yang terkait dengan variabel tingkat

pelayanan angkutan umum khususnya bus kota.

2. Melakukan identifikasi variabel tingkat pelayanan pada bus kota.

Pada tahap ini, ditetapkan variabel yang akan dipakai dalam penelitian.

Variabel-variabel yang dipakai diambil dari penelitian terdahulu yang

(58)

3. Survai pendahuluan

a. Menyusun formulir survai pendahuluan.

Formulir survai pendahuluan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam

dua bentuk form, yaitu :

• Form survai karakteristik responden, berisi pertanyaan-pertanyaan data

karakteristik responden, yakni antara lain : jenis kelamin, usia,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kepemilikan kendaraan, maksud

perjalanan, kepastian menggunakan bus kota, alasan menggunakan bus

kota, dan jam perjalanan. Form ini dapat dilihat pada Lampiran A-1.

• Form survai rating, berisi sebelas pertanyaan yang memuat sikap

responden terhadap faktor-faktor yang terjadi pada permasalahan

Gambar

Tabel 3.2 Urutan Variabel Tingkat Pelayanan Angkutan Umum Bus Kota
Tabel 3.3 Kondisi Pelayanan Bus Kota
Tabel 3.5 Perbedaan Level Atribut
Tabel 3.7  Skenario Yang Ditawarkan Kepada Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku adalah tindakan manusia dalam memberikan reaksi terhadap rangsangan yang diterimanya. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan konsumen

“Bagaimana Pengaruh model pembelajaran Lesson study terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi di SMP Terbuka

Internet telah menyediakan fitur teknologi yang memungkinkan banyak karyawan untuk bersantai dalam pekerjaan harian mereka. Penggunaan internet untuk kepentingan pribadi

Hasil dari analisis subgroup memperjelas dari hasil analisis regresi logistik dengan variabel pemoderasi bahwa pada konsumen yang tidak terlalu memperdulikan atmospheric cues

maka Pejabat Pengadaan DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN Kabupaten Kolaka Timur Tahun Anggaran 2016 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Siswa dapat menentukan nilai nilai hidup dari kisah Yesus yang rela menderita dan wafat demi Kerajaan Allah seperti dikisahkan dalam Luk 23:26-49.

Program SAME ini dimaksudkan untuk memfasilitasi dosen dalam mengembangkan kemampuan penelitian yang telah dimulai pada saat mengambil program Doktor, memperbaharui

Hitofusa no Budou memperlihatkan adanya gejolak batin di dalam diri tokoh Aku. Dalam cerita tokoh Aku mempunyai keinginan untuk memiliki sebuah tinta yang sama dengan apa