• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang (1970-1998)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang (1970-1998)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN

PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)

Skripsi Sarjana Dikerjakan O

L E H

NAMA : NOVITA RATNA SARI NIM : 080706021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SEJARAH MEDAN

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN

PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)

Yang diajukan oleh :

Nama : NOVITA RATNA SARI NIM : 080706021

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum tanggal:

NIP. 196409221989031001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum tanggal:

NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN

PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh

Nama : NOVITA RATNA SARI

NIM : 080706021

Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen Disetujui Oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Medan,

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN :

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada : Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 195110131976031001 Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (………)

2. Dra. Nurhabsyah, Msi (………)

3. Drs. Samsul Tarigan (………)

4. Drs. Timbun Ritonga (………)

(6)

KATA PENGANTAR

Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri,

kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa

(kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah

kita adalah cerita hidup kita. Peristiwa yang terjadi baru dapat dikatakan sebagai sejarah apabila

di dalamnya telah terdapat setidaknya tiga aspek yaitu, manusia sebagai pelaku, tempat

terjadinya, serta waktu terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa sejarah memang tidak dapat

terulang kembali. Maka, perlu dilakukan perekonstruksian terhadap kehidupan manusia yang

terjadi di masa lalu melalui penelitian dengan metode sejarah. Walaupun peristiwa tersebut tidak

dapat ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya karena keterbatasan sumber dan cakupan

waktu, namun paling tidak peristiwa yang terjadi di masa lalu, dapat dijadikan pelajaran untuk

masa sekarang dan pedoman bertindak untuk masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai sejarah sosial ekonomi.

Lebih spesifik lagi penulis melakukan penelitian mengenai sebuah usaha batu bata pada sebuah

desa yang mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat desa tersebut. Hasil penelitian sejarah

tersebut akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi dengan judul “ Usaha Batu Bata Di

Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang (1970-1998)”. Skripsi

ini membahas bagaimana kemunculan sebuah usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, perkembangan, serta dampak usaha batu

bata ini terhadap kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program

(7)

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak berjalan

lancar, banyak hambatan yang dilalui oleh penulis terutama dalam hal pengumpulan data dan

literatur pendukung lainnya, baik di lokasi penelitian atau perpustakaan. Oleh karena itu penulis

menyadari di dalam hasil penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memperkaya bahan

bacaan serta tambahan literatur bagi penelitian lanjutan atau penilitian yang lain.

Medan, Februari 2014.

Penulis.

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW

atas nikmat kehidupan, kesehatan, dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis. Atas

izin dari Allah SWT penulis dapat menjalani pendidikan sebagai mahasiswa di Departemen

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya dan akhirnya bisa menyelesaikan studi sarjana di Universitas

Sumatera Utara meskipun harus melalui banyak cobaan dan rintangan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,

Ayahanda Alm.Rahmad dan Ibunda Nazli Pari Purna, untuk segala doa dan pengorbanan yang

sangat mulia, telah menjaga, merawat, dan mendidik penulis sampai penulis menikah.

Terimakasih yang besar penulis haturkan terutama kepada Alm. Ayahanda Tercinta, Rahmad

yang telah berpulang ke pangkuan Ilahi Rabbi. Beliau adalah orang yang paling memotivasi

penulis untuk menyelesaikan studi sarjana di Universitas Sumatera Utara. Penulis

mempersembahkan gelar sarjana ini kepada beliau untuk segala pengorbanan yang telah

diberikan kepada penulis dari kecil hingga penulis tumbuh dewasa dan akhirnya menikah.

Semoga Ayahanda bahagia di sisi Nya.

Kepada suami dan anak yang penulis sangat cintai, Indra Wijaya dan Ridho Alfi Wijaya,

penulis mengucapkan terimakasih untuk segala dukungan doa dan kebersamaan di keluarga kecil

kita. Kebersamaan keluarga yang harmonis dan dukungan penuh suami menambah semangat

penulis untuk menyelesaikan studi walau harus melalui banyak rintangan dan cobaan. Semoga

Ridho Allah SWT selalu menyertai keluarga kecil kita.

Penulisan skripsi ini juga dapat diselesaikan juga atas bantuan, dukungan, bimbingan, dan

arahan, serta saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

(9)

1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menyelesaikan studinya.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum, selaku Pimpinan Departemen Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis. Beliau

banyak berjasa dalam hal memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses

penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk perhatian, dukungan dan ketersediaan waktunya

untuk bimbingan, memberikan saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Budi Agustono, M.Hum, selaku dosen wali penulis selama perkuliahan di

Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen yang pernah memberikan ilmunya pada penulis, di antaranya: Bapak Drs.

Wara Sinuhaji, M.Hum.; Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.; Bapak Drs. J. Fachruddin

Daulay; Bapak Drs. Samsul Tarigan; Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum.;( Alm) Bapak Drs.

Bebas Surbakti; Bapak Drs. Timbun Ritonga.; Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S.; Ibu Dra.

Haswita, M.SP.; Ibu Dra. Ratna, M.S.; Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.; Ibu Dra. Fitriaty

Harahap, S.U.; Ibu Dra. Farida Hanum, M.SP.; Ibu Dra. Nurhamidah, M,A; Ibu Dra. S.P.

Dewi Murni, M.A.; (Alm) Bapak Drs. Indera, M.Hum; serta staf pengajar dari

departemen/jurusan lain yang juga mengajar di Departemen Sejarah.

7. Seluruh informan yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini, terutama kepada

(10)

8. Kepala Desa Sidodadi Batu 8 beserta seluruh staf yang telah memberikan kemudahan bagi

penulis untuk melihat dan mengambil data-data mengenai Desa Sidodadi Batu 8.

9. Seluruh teman mahasiswa Departemen Sejarah angkatan 2008 yang tetap saling

memberikan semangat dan dorongan di tengah kesibukan masing-masing dalam mengerjakan

proposal dan skripsi.

Terima kasih untuk semua pihak yang belum disebutkan, yang telah membantu

penulisan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas secara langsung budi baik yang telah

diberikan, kiranya Tuhan memberikan yang terbaik untuk semuanya. Semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca.

Tertanda,

(11)

ABSTRAK

Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 muncul di desa ini pada sekitar tahun 1970-an. Teknologi pengolahan batu bata di desa ini diperkenalkan oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Kemunculan usaha k batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini kemudian dapat mengatasi permasalahan perekonomian yang melanda masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sebelum munculnya usaha batu bata di desa ini. Usaha batu bata terus mengalami perkembangan yang pesat pada Desa Sidodadi Batu 8 karena jenis tanah yang cocok untuk bahan baku pembuatan batu bata, yakni tanah galong.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi

Batu 8 tahun dari tahun 1970 sampai 1998, serta dampak dari usaha batu bata terhadap desa

dan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi).

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4. Tinjauan Pustaka ... 8

1.5. Metode Penelitian ... 10

BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA 2.1. Letak Geografis ... 14

2.2. Penduduk ... 18

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 23

BAB III MUNCULNYA USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG 3.1. Latar Belakang Munculnya Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8. 3.1.1. Kemiskinan Dan Kurangnya Lapangan Kerja…………. ... 30

3.1.2. Rendahnya Tingkat Pendidikan……… .. 34

(13)

BAB IV PERKEMBANGAN USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU DELAPAN KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 1970-1998

4. 1. Sistem Produksi Batu Bata ... 41

4.1.1. Input Produksi ... 41

4.1.1.1. Modal Finansial ... 42

4.1.1.2. Bahan Baku ... 45

4.1.1.3. Alat-alat Produksi ... 47

4.1.1.4. Tenaga Kerja ... 50

4.1.2. Sistem (Teknologi) Pengolahan ... 52

4.1.2.1. Pengangkutan Bahan Baku ... 53

4.1.2.2. Pencetakan ... 55

(14)

5.1. Ekologi ... 76

5.2 . Perekonomian ... 78

5.3. Sarana dan prasarana ... 82

5.4. Komersialisasi dan Kesempatan Kerja ... 83

5.5. Polarisasi Kekayaan ... 87

BAB VI KESIMPULAN ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 96

DAFTAR INFORMAN ... 98

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20

Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 21

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 22

(16)

ABSTRAK

Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 muncul di desa ini pada sekitar tahun 1970-an. Teknologi pengolahan batu bata di desa ini diperkenalkan oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Kemunculan usaha k batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini kemudian dapat mengatasi permasalahan perekonomian yang melanda masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sebelum munculnya usaha batu bata di desa ini. Usaha batu bata terus mengalami perkembangan yang pesat pada Desa Sidodadi Batu 8 karena jenis tanah yang cocok untuk bahan baku pembuatan batu bata, yakni tanah galong.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi

Batu 8 tahun dari tahun 1970 sampai 1998, serta dampak dari usaha batu bata terhadap desa

dan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pagar Merbau

Kabupaten Deli Serdang, yang menurut keterangan yang diperoleh dari beberapa warga

masyarakat bahwa Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan

PTP IX Pagar Merbau. Tanah eks PTP IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk

ditanami tembakau. Setelah diadakan penelitian, tanah yang ditempati warga pada waktu itu

dalam keadaan kurang subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan

PTP IX dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 KK atau

kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Hektar. Peristiwa alih fungsi lahan

tersebut terjadi sekitar tahun 1943. Oleh karena desa ini merupakan bekas lahan garapan PTP IX

Pagar Merbau, maka masyarakat yang berdomisili di dalam desa ini sebahagian besar ialah

mantan buruh pada PTP IX Pagar Merbau.

Mata pencaharian penduduk Desa Sidodadi Batu 8 pada awal desa ini dibuka adalah

buruh perkebunan. Sebahagian penduduk lain bekerja sebagai supir, dan bercocok tanam, seperti

menanam padi dan palawija. Hasil yang diperoleh hanya untuk kebutuhan konsumsi saja, dalam

hal ini mereka hanya mengusahakan perekonomian yang subsisten. Usaha pertanian tetap

diusahakan oleh masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, tetapi karena ketidaktersediaan lahan, maka

(18)

Perekonomian Desa Sidodadi Batu 8 memburuk setelah terjadi bencana banjir tahun

1954, sebahagian lahan tidak dapat ditanami, dan pertanian rusak. Keadaan ekonomi yang buruk

terus berlangsung sampai tahun 1972, pada tahun ini situasi ekonomi Desa Sidodadi Batu 8 terus

memburuk, dimana pada tahun ini warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena

musibah, yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga

memakan beras jagung sebagai pengganti nasi.

Kondisi kehidupan pada tahun 1972 menggambarkan bahwa masyarakat Desa Sidodadi

Batu 8 mengalami permasalahan ekonomi, yakni kemiskinan. Kondisi ini mengharuskan

masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk segera mengatasi permasalahan perekonomian yang

mereka hadapi.

Permasalahan perekonomian tersebut akhirnya dapat teratasi dengan kemunculan usaha

batu bata di desa ini oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat pada

sekitar tahun 1970 an. Usaha batu bata yang dirintis oleh penduduk pendatang ini mencapai

keberhasilan dan terus berkembang.

Keberhasilan usaha batu bata yang diperoleh penduduk pendatang menumbuhkan minat

masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk mengikuti jejak penduduk pendatang tersebut. Pada

mulanya mereka hanya ikut bekerja sebagai buruh, lama kelamaan setelah mengerti, mereka

mengolah tanahnya sendiri.

Usaha batu bata di desa ini pada mulanya adalah usaha rakyat yang hanya digunakan

untuk membantu memenuhi kehidupan sehari-hari, tetapi karena permintaan akan batu bata yang

meningkat maka terjadi komersialisasi pada usaha batu bata. Usaha batu bata di Desa Sidodadi

(19)

Perkembangan usaha batu bata yang terus berkembang pada desa ini dikarenakakan

faktor utama, yakni tanah yang sesuai dengan usaha kerajinan batubata, yaitu tanah galong.

Faktor pendukung lain ialah pembangunan yang berkelanjutan di daerah perkotaan

sekitar Desa Sidodadi Batu 8, banyak memberikan peluang bagi banyak orang. Apalagi ditunjang

pendapatan yang semakin meningkat ,sehingga memberikan kesempatan untuk memenuhi

kebutuhan utama properti seperti batu bata.

Faktor lain yang juga secara tidak langsung dapat mengembangkan usaha batu bata di

Desa Sidodadi Batu 8, yaitu lokasi Desa Sidodadi Batu 8 yang tidak begitu jauh sehingga mudah

dijangkau oleh pemasaran usaha batu bata ini.

Perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 yang semakin pesat membuat

usaha ini menjadi mata pencaharian utama di Desa Sidodadi Batu 8. Pada tahun 1980-an hampir

seluruh kepala keluarga mengandalkan usaha batu bata sebagai mata pencaharian sehari-hari.

Selama kurun waktu 1970 – 1998 tidak dapat ditentukan jumlah pengusaha batu bata secara

pasti, hal ini dikarenakan hampir setiap tanah kosong di samping atau di belakang rumah selalu

ada tempat pembakaran batu bata.

Perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 sedikit banyaknya merubah

kondisi kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Perubahan kehidupan yang dimaksud

ditandai dengan peningkatan pendapatan serta kemampuan mereka menaikkan taraf hidup di

tengah kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal pendidikan. Perkembangan usaha batu bata

juga sedikitnya memberikan konstribusi yang baik terhadap Desa Sidodadi Batu 8, terutama

dalam pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan masyarakat Desa

(20)

berlubang memudahkan transportasi untuk pengangkutan hasil produksi batu bata usaha milik

masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Hal ini secara tidak langsung dapat mendukung kelancaran

usaha dari masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.

Dalam kurun waktu 1970-1998, usaha batu bata di desa ini mengalami perkembangan

yang cukup berarti, usaha batu bata yang diperkenalkan penduduk pendatang di Desa Sidodadi

Batu 8 ini pada awalnya hanya berkembang menjadi mata pencaharian utama berskala rumah

tangga. Seiring perkembangan zaman, teknologi dalam pengolahan batu bata juga mengalami

perkembangan dari teknologi pengolahan konvensional sampai pada pengolahan dengan

menggunakan mesin. Kemajuan dalam sistem pengolahan batu bata merupakan faktor

perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 tumbuh menjadi usaha rakyat yang

lebih maju. Kemajuan teknologi dalam pengolahan batu bata memungkinkan sebuah usaha ini

dapat memproduksi atau menyediakan batu bata dalam jumlah besar sesuai permintaan

konsumen. Pengetahuan akan perkembangan teknologi pengolahan batu bata diperoleh setelah

membaiknya taraf hidup masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, termasuk dalam hal pendidikan.

Perkembangan pendidikan memperluas pengetahuan masyarakat untuk lebih mengembangkan

usaha batu bata sehingga usaha batu bata di desa ini mengalami perkembangan dalam kurun

waktu 1970-1998.

(21)

Cakupan spasial kajian ini bersifat lokal, yaitu Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan

Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.Penulisan tingkat lokal dalam sejarah adalah penulisan

kesan masa lalu dari kelompok masyarakat yang pada tempat atau geografis terbatas.1

Cakupan temporalnya dibatasi pada tahun 1970-1998. Tahun 1970 dimulai sebagai

sebagai awal penelitian karena telah berdiri kilang batu bata terbesar di desa ini oleh penduduk

pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat dengan menggunakan tenaga kerja penduduk

desa setempat, hal ini menunjukkan usaha batu bata mulai tumbuh dan berkembang, usaha ini

kemudian mengalihkan mata pencaharian penduduk desa ini dari perekonomian subsisten

menjadi pengrajin batu bata karena pada tahun 1972 warga Desa Sidodadi Batu Delapan

khususnya pada para petani terkena musibah, yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan

gagal panen, sehingga warga terpaksa makan beras jagung sebagai pengganti nasi.

2

Tahun 1998

diambil sebagai batas akhir penelitian karena terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan

kelesuan pada usaha batu bata pada desa ini, dan setelah terjadi pemulihan ekonomi pasca krisis

moneter usaha batu bata ini mulai berkembang kembali, bahkan semakin maju dengan

penggunaan teknologi mesin, sehingga dapat memproduksi batu bata dalam jumlah besar. Hal ini

mengakibatkan dampak positif bagi masyarakat Desa Sidodadi, karena berkembangnya usaha

batu bata ini dapat menyerap tenaga kerja pada Desa Sidodadi Batu 8. Tetapi penulis tidak

mengkaji di luar batasan akhir tahun penelitian.

1

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1977), hlm. 15.

2

Perangkat Desa Sidodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang,Rencana Pembangunan

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan sebuah landasan penelitian yang berguna untuk

mengetahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dan menjadi akar permasalahan dalam sebuah

penelitian. Akar permasalahan merupakan aspek yang penting karena di dalamnya terdapat

berbagai konsep yang akan diteliti oleh peneliti. Maka sesuai dengan judul “ USAHA BATU BATA DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)”

dibuatlah suatu batasan pokok masalah penelitian yang dirangkum dalam beberapa pertanyaan,

yaitu:

1. Bagaimana latar belakang usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan

Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan

Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1970-1998?

3. Bagaimana pengaruh usaha batu bata pada masyarakat Desa Sidodadi Batu Delapan

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Melalui berbagai rumusan masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan selanjutnya

adalah hal-hal apa saja yang menjadi tujuan penelitian serta manfaat yang dapat diperoleh dari

(23)

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mendeskripsikan perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan

Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1970-1998.

3. Untuk mendeskripsikan pengaruh usaha batu bata pada masyarakat Desa Sidodadi Batu

Delapan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

Selain tujuan penelitian, juga dapat diperoleh berbagai manfaat penelitian, di antaranya adalah:

1. Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan penulis dan masyarakat umum tentang

perkembangan usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau

Kabupaten Deli Serdang.

2. Penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan aparatur Desa Sidodadi Batu 8 pada

khususnya serta bagi masyarakat luas pada umumnya sehingga dapat mengetahui

perkembangan usaha batu bata di desa ini secara jelas, dan dapat mendukung terhadap

usaha kerajinan ini.

3. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat digalakkan sektor industri

rumah tangga di desa dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih

maju.

4. Penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan

(24)

1.4. Tinjauan Pustaka.

Tinjauan pustaka adalah pintu gerbang pengantar dalam melakukan penelitian ini dalam

menelusuri kajian yang akan diteliti. Sebagai gambaran teori, tinjauan pustaka menjadi penasihat

bagi perjalanan awal penelitian. Untuk itu, beberapa referensi penulis pergunakan di antaranya:

Usaha batu bata di Desa Sidodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

memang belum pernah dikaji secara khusus oleh peneliti, tetapi telah ada penelitian sebelumnya

pada desa tetangga, yakni skripsi yang ditulis oleh Sri Elliati(1985) dengan judul Kehidupan

Masyarakat Pengusaha Batu Bata di Desa Jati Rejo 1974-1984, menjelaskan mengenai latar

belakang kemunculan usaha batu bata pada desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau,

literatur ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data tambahan mengenai awal kemunculaan

usaha batu bata dan melanjutkan penelitian mengenai perkembangan usaha batu bata sampai

tahun 1998. Penelitian yang sama mengenai usaha batu bata pernah diteliti pada daerah lain,

Lita Zahara(2002) dalam skripsinya yang berjudul Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batubata

di Kelurahan Kisaran Barat (1985-2000),menjelaskan mengenai perkembangan usaha batubata

di Kelurahan Kisaran Barat terkait kepada sosial ekonomi masyarakat Kelurahan setempat.

Kedua skripsi ini membicarakan mengenai usaha batu bata dan pengaruhnya kepada sosial

ekonomi pengusaha dan masyarakat tempat usaha batu bata itu berada, tetapi penelitian saya

yang juga mengenai usaha batu bata lebih fokus memaparkan mengenai usaha batu bata yang

mempengaruhi desa dimana usaha ini berada. Mubyarto (2000) dalam suntingan mengenai

Semiloka Gugus Nusa Tenggara dengan judul buku Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju

Kemandirian Masyarakat Desa menuangkan berbagai cara pembangunan desa dalam rangka

memperbaiki perekonomian di desa-desa tertinggal. Sajogyo Pudjiwati (1999) dalam bukunya

(25)

cirri-ciri masyarakat desa, bahwasanya desa memiliki ciri-ciri kehidupan yang jauh tertinggal

dari peradaban masyarakat yang tinggal di perkotaan. Dumairi dan Syahrul Hadi Prabowo

(1983) dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Di Indonesia, menjelaskan mengenai

berbagai macam masalah perekonomian terutama pada daerah pedesaan ialah kemiskinan dan

sempitnya lapangan pekerjaan, maka dari itu untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan

perekonomian masyarakat desa harus menciptakan sektor perekonomian nonagraris padat karya

yang akan banyak menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Beddu Amang

(1995) dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Rakyat, Usaha Kecil dan Koperasi, menjelaskan

mengenai pemahaman tentang industrialisasi pedesaan, sektor industi merupakan roda penggerak

perekonomian di masa menadatang. Industrialisasi adalah suatu proses perubahan dari

masyarakat industri. Dalam hal industrialisasi pedesaan, motor penggeraknya tetap bermula dari

ciri ekonomi kawasan bersangkutan. Untuk itu perlu memberi batasan mengenai industrialisasi

pedesaan, motor penggeraknya tetap bermula dari ciri ekonomi kawasan bersangkutan. Untuk itu

perlu memberi batasan mengenai industrialisasi pedesaan sebagai berikut, (1) berlokasi di

pedasaan,(2) terintegrasi vertical ke bawah, (3) mempunyai kaitan input-output dengan industri

lainnya, (4)dimiliki oleh penduduk desa, (5) padat tenaga kerja, (6), mempunyai tenaga kerja

penduduk desa, dan (7) menggunakan bahan baku yang berbasis sumber daya alam setempat.

Hanya dengan industrialisasi bermuatan desa , penduduk setempat dapat menikmati nilai tambah,

(26)

1.5. Metode Penelitian

Untuk mengetahui dan penjelasan mengenai adanya segala sesuatu yang berhubungan

dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metode

penelitian . Jenis penelitian yang digunakan yang dilakukan ialah penelitian Deskriftif Naratif.

Oleh karena penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif naratif dalam disiplin Ilmu

Sejarah maka dalam penelitian ini memakai metode sejarah, yaitu:

Heuristik yaitu proses pengumpulan data dan menemukan sumber berupa

dokumen-dokumen tertulis dan lisan dari peristiwa masa lampau sebagai sumber sejarah.

Adapun sumber sejarah tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah , Arsip

Kecamatan Pagar Merbau mengenai data statistik yang memberikan gambaran tentang

keadaan sosial dan ekonomi di Kecamatan Pagar Merbau, Arsip Desa Sidodadi Batu

Delapan yang terdapat pada kantor desa, data-data statistik Kabupaten Deli Serdang dan

Kecamatan Pagar Merbau yang ada pada Badan Pusat Statistik Deli Serdang. Metode

yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber tertulis adalah studi pustaka dilakukan

sebelum ke lapangan untuk mengumpulkan sumber sekunder yang relevan dengan

masalah yang dikaji, studi pustaka didapat pada Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara, Studi arsip dilakukan untuk mengumpulkan sumber primer tertulis yang ada di

Kantor Kecamatan Pagar Merbau, Kantor Desa Sidodadi Batu Delapan , Biro Pusat

Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Selain pengumpulan sumber tertulis, dilakukan juga pengumpulan sumber lisan. Metode

ini dilaksanakan melalui wawancara terhadap sejumlah saksi sejarah di daerah penelitian

meliputi tokoh-tokoh masyarakat, pejabat instansi yang mengetahui seluk-beluk peristiwa

(27)

usaha batu bata, disesuaikan dengan klasifikasi umur. Metode sejarah lisan berguna

untuk mengungkapkan keterangan-keterangan penting yang tidak ditemukan dalam

sumber tertulis. Desa-desa kita tidak banyak yang menyimpan dokumen tua, kekurangan

itu tentu harus diisi oleh sejarah lisan.3

b. Kritik Sumber, merupakan tahap kedua setelah sumber-sumber yang diperlukan terpenuhi. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui keotentikan

atau keaslian bahan dan tulisan dalam sumber tertulis. Kritik intern diperlukan untuk

menilai isi sumber yang dikehendaki untuk mendapatkan kredibilitas sumber. Beberapa

sumber yang penulis peroleh dan dilakukannya kritik sumber diperoleh beberapa sumber

yang teruji keotentikannya, sebagian diantaranya melalui kritik intern dan penelusuran

sumber melalui wawancara dapat diketahui kebenaran isi sumber yang penulis

kehendaki.

c. Sintesa atau interpretasi yaitu tahapan untuk menafsirkan fakta serta membandingkannya untuk diceritakan kembali. Sumber yang telah diseleksi selanjutnya

dilakukan tahapan sintesa untuk mengurutkan dan merangkaikan fakta-fakta serta

mencari hubungan sebab-akibat.

d. Historiografi atau Penulisan Sejarah yaitu proses mensintesakan fakta atau proses menceritakan rangkaian fakta dalam suatu bentuk tulisan yang bersifat historis secara

kritis analitis dan bersifat ilmiah berdasarkan fakta yang diperoleh. Dengan demikian

perkembangan yang terjadi pada masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 dapat terungkap

secara kronologis

3

(28)

BAB II

DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA

2.1. Letak Geografis

Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau

Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.4 Terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Pagar

Merbau, 4 km dari ibukota Kabupaten Lubuk Pakam, dan 34 km dari ibukota Provinsi Sumatera

Utara.5

Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk mulai tahun 1945 yang pada waktu itu masih berada

pada kawasan / wilayah Kecamatan Lubuk Pakam setelah pada tahun 1983 terbentuklah

Kecamatan Pagar Merbau, maka Desa Sidodadi Batu 8 bergabung pada Kecamatan Pagar

Merbau sampai sekarang.

Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar

Merbau. Tepatnya terletak pada tepi jalan lintas di antara Kecamatan Lubuk Pakam menuju

Kecamatan Galang, Kecamatan Dolok masihul, dan Kota Madya Tebing Tinggi.

6

Letak Desa Sidodadi Batu 8 memanjang dari Timur ke Barat dan bentuknya tidak jauh

berbeda yaitu memanjang mengikuti jalan desa sepanjang 1100 m. Batas-batas wilayahnya

adalah,

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.

4

BPS Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka (2012),hlm. 4.

5

Ibid, hlm. 5. 6

(29)

• Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya Lubuk Pakam menuju Galang atau

dengan PTPN II Pagar Merbau .

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jati Rejo Kecamatan Pagar Merbau.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.

Letak dan bentuk desa ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa tetangga yang

bersebelahan dengan desa ini. Terutama untuk Desa Jati Rejo, kesamaan letak dan bentuk sangat

jelas terlihat dimana bila kita mengunjungi Desa Jati Rejo ataupun desa Sidodadi Batu 8 ini

dengan sekali lintas saja kita telah bisa melihat seluruh desa beserta isinya, karena hampir

keseluruhan bangunan rumah mereka letaknya di sepanjang jalan desa tersebut sampai ke

perbatasan di sebelah barat. Seakan-akan desa tersebut sengaja di bagi dua oleh letak jalan

desa-desa ini, tetapi kenyataannya tidak seperti itu dan keadaan ini terjadi secara kebetulan saja.7

Kesamaan bentuk kedua desa ini yaitu memanjang mengikuti jalan desa dan letaknya

berdampingan. Maka apabila kita melintasi jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam

dengan Kota Galang, desa-desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pagar Merbau terletak

pada sepanjang kawasan yang dinamakan Batu Delapan8

Kawasan yang dinamakan Batu Delapan ini merupakan nama tempat yang diberikan

untuk desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau, dimana letak dan bentuknya berderet

dan memanjang pada jalan lintas antara Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang. , 4 km dari kota Lubuk Pakam.

Desa Sidodadi Batu 8 terbagi atas dua lorong, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lazim

menyebut lorong-lorong ini dengan sebutan Lorong I dan Lorong II. Tetapi sejak awal tahun

7

Sri Elliati (1985), Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batu Bata Di Desa Jati Rejo 1974-1984, hlm.15,

Skripsi S-1 Sejarah USU, Medan: Tidak Diterbitkan. 8

(30)

1984, penggunaan istilah lorong ini telah diganti oleh pemerintah menjadi Dusun. Pada tahun

1945 yang notabene sebagai awal dibukanya desa ini, masyarakat ataupun penduduk yang

berdomisili masih sedikit, maka desa ini hanya terdiri dari satu lorong saja, yakni Lorong I. Pada

lorong inilah sebahagian besar penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berdomisili.

Untuk lorong I Desa Sidodadi Batu 8 terdapat juga satu tambahan wilayah yang muncul

tidak lama setelah desa ini dibuka yakni sebuah Gang yang muncul karena perpecahan jalan

dinamakan Gang Buntu ataupun Gang Sempit, dimana pada waktu yang bersamaan setelah

muncul Gang ini masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan jumlah penduduk

sehingga Gang ini kemudian dilebarkan dan jalannya telah dibuka. Selanjutnya Gang ini

berkembang menjadi Lorong II yang merupakan bahagian dari Desa Sidodadi Batu 8 dan

memudahkan jalur transportasi di desa ini.

Jarak waktu antara pembukaan kedua lorong ataupun dusun di Desa Sidodadi Batu 8 ini

tidaklah begitu lama seperti yang diutarakan di atas, yakni hanya berbeda dalam bulan tetapi

tidak berbeda dalam tahun, yakni pada tahun 1945.

Penduduk setempat membuka lorong ini mulai dari yang terdekat dari pasar hitam di

sebelah timur dan terus memanjang ke sebelah barat dan sekaligus membuat jalan desa. Hanya

saja pada pertama kali lorong-lorong desa ini dikembangkan , rumah-rumah penduduk masih

jarang dan seiring waktu berjalan pemukiman terus bertambah dan semakin padat. Di antara

penduduk ada yang hanya memiliki lahan untuk perumahan saja, sedangkan untuk usaha batu

bata mereka mengusahakan tanah sewa kepada yang memiliki tanah lebih luas.

Luas wilayah Desa Sidodadi Batu 8 adalah 28 Ha dimana 43 % berupa wilayah

(31)

ladang sampai tahun 1954, tetapi pada tahun 1970 lebih dari 17 % daratan ini berubah fungsi

menjadi lahan yang dipergunakan sebagai kegiatan usaha batu bata, sedangkan 40% lagi

merupakan lahan tidur yang tidak bisa dipergunakan untuk usaha karena keadaan lahannya yang

berbentuk kolam-kolam yang sangat dalam semenjak tahun 1990.

Iklim atau cuaca di Desa Sidodadi Batu 8 kecamatan Pagar merbau memiliki dua musim

yaitu musim penghujan dan musim kemarau sesuai dengan iklim Indonesia yakni tropis.

2.2. Penduduk

Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan PTPN IX

Pagar Merbau. Tanah PTPN IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk ditanami

tembakau. Setelah diadakan penelitian tanah yang ditempati warga pada waktu itu dalam

keadaan subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan PTPN IX

dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 kepala keluarga

atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Ha. Peristiwa alih fungsi atau

tukar lahan tersebut terjadi sekitar tahun 1943.9

Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini dahulunya adalah tanah perkebunan milik Belanda,

yang kemudian dihutankan oleh pihak perkebunan dengan komoditi utama pohon Jati karena

hasil produksi tembakau tidak memuaskan . Pohon jati ini kemudian digunakan oleh Belanda

sebagai bangsal tembakau di Perkebunan Pagar Merbau tersebut, terbukti dengan terdapatnya

sebuah gedung yang merupakan gudang penyimpan tembakau di Desa Sidodadi Batu 8 dan jalur

9

(32)

kereta api yang menghubungkan Pagar Merbau ke Bangun Purba yang juga menunjukkan adanya

transportasi perkebunan untuk mengangkut hasil produksi milik Belanda. Setelah Indonesia

merdeka, perkebunan ini dinasionalisasi menjadi milik Negara yakni PTPN IX Pagar Merbau.

Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini tidak dimiliki dengan cara jual beli, tetapi tanah ini

sengaja ditinggalkan begitu saja oleh pihak perkebunan PTPN IX Pagar Merbau dan dialih

fungsikan menjadi pemukiman untuk buruh- buruh perkebunan dan masyarakat di sekitar

wilayah ini.

Selain penduduk asli Desa Sidodadi Batu 8 ini yang merupakan bekas buruh PTPN IX

Pagar Merbau , penduduk Desa Sidodadi Batu 8 juga berasal dari berbagai daerah yang

berbeda-beda. Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran Putra Jawa yang lahir

di Provinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduk merupakan penduduk yang bermigrasi dari

daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur . Ada juga yang berasal dari daerah Sumatera

Barat/ Padang.

Masyarakat yang bermigrasi ke desa ini memiliki berbagai motivasi, selain mencari

pemukiman yang lebih jarang juga karena ingin memperbaiki keadaan ekonomi mereka.

Desa Sidodadi Batu 8 mempunyai jumlah penduduk, 1209 jiwa pada tahun 1998, yang

terdiri dari dusun I 700 jiwa, dusun II 509 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci

(33)

Tabel I

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 600

2 Perempuan 609

Jumlah 1209

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998

Keadaan penduduk di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan yang cukup pesat

dengan jumlah keseluruhan penduduk yang terakhir pada awal desa ini dibuka yakni hanya

terdiri dari 26 KK ( Kepala Keluarga ) atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah hanya

kurang lebih 28 Hektar pada saat terjadi alih fungsi atau tukar lahan perkebunan menjadi daerah

pemukiman sekitar tahuin 1943.

Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 yang pertama kali berdomisili di desa ini ialah suku

Jawa. Mereka telah ada sejak desa ini dibuka atau mulai dialih fungsikan tanah perkebunan

PTPN IX Pagar Merbau menjadi daerah pemukiman. Mereka merupakan eks buruh PTPN IX

Pagar Merbau sekitar Tahun 1943-1945. Mayoritas penduduk desa ini memang adalah suku

Jawa. Selain dari penduduk asli yang merupakan mantan buruh PTPN IX Pagar Merbau,

penduduk lain suku Jawa juga datang dari daerah lain yakni dari daerah Batang Kuis pada tahun

1970, penduduk yang berasal dari daerah ini dan ada juga yang berasal dari daerah Medan yang

sengaja ingin membuat pemukiman di desa ini dengan kemauan sendiri di Desa Sidodadi Batu 8

dan berkebetulan telah membeli dan memiliki tanah di desa ini. Selain keinginan bermukim pada

tempat yang lebih jarang sebahagian dari mereka mengusahan usaha batu bata. Suku Minang

(34)

Pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat ini juga memilih untuk bermukim pada desa

ini dikarenakan ingin memulai usaha batubata yang cocok diusahakan karena jenis tanah yang

sesuai dengan jenis usaha batu bata. Orang yang pertama kali memulai usaha batu bata pada desa

ini ialah penduduk suku Minang yang berasal dari Sumatera Barat.

Selanjutnya distribusi penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel

berikut ini,

Tabel 2

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah

1. 0-4 tahun 112 jiwa

2. 5-7 tahun 200 jiwa

3. 8-14 tahun 212 jiwa

4. 15-24 tahun 235 jiwa

5. 25-54 tahun 350 jiwa

6. 55 tahun ke atas 100 jiwa

Jumlah 1209 jiwa

(35)

Demikian pula distribusi penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk Desa

Sidodadi Batu 8, adalah seperti di bawah ini.

Tabel 3

Distribusi Penduduk Menurut Agama yang dianut

No Agama Yang Dianut Jumlah

1 Islam 1209

2 Kristen Prostestan -

3 Kristen Katolik -

4 Hindu -

5 Budha -

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998.

Melihat kepada tabel 4, ternyata 100% ataupun seluruh penduduk Desa Sidodadi Batu 8

adalah beragama Islam. Hai ini disebabkan karena penduduk yang berada pada Desa Sidodadi

batu 8 ini adalah suku-suku yang beragama Islama seperti Jawa dan suku-suku lain yang

kebanyakan identik beragama Islam seperti Minang dan Mandailing.

Suku mayoritas pada desa ini ialah suku Jawa yang pada provinsi Sumatera Utara ini

semua suku Jawa sudah barang tentu menganut agama Islam. Tidak seperti pada Pulau Jawa,

dimana suku Jawa tidak selalu identik dengan menganut agama Islam, tetapi ada juga yang

menganut agama Kristen Katolik, Budha.

(36)

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berasal dari berbagai daerah yang berbeda- beda .

Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran putera Jawa kelahiran

Sumatera yang sebagian lagi berasal dari asli Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sum

atera Utara, sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan

lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 ini dan

hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok

masyarakat di desa ini.

Desa Sidodadi Batu 8 merupakan daerah bekas perkebunan jati milik PTPN IX Pagar

Merbau, maka penduduk asli daerah ini juga kebanyakan atau sebahagian besar merupakan

buruh-buruh perkebunan milik PTPN IX Pagar Merbau.

Sejak tanah di desa ini melalui poroses alih fungsi menjadi pemukiman pada tahun 1943,

masyarakat setempat mulai membuka lahan jati atau perkebunan jati untuk mulai ditanami

dengan tanaman padi dan palawija, dalam artian sejak perkebunan jati dialihfungsikan menjadi

pemukiman, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mulai mengusahakan pertanian sebagai

penunjang kehidupan perekonomian mereka. Tetapi masih ada juga sebahagian masyarakat lagi

yang masih bekerja di Perkebunan Pagar Merbau.

Selama proses alih fungsi perkebunan tersebut , sebahagian dari karyawan atau buruh

perkebunan di kebun Pagar Merbau ini mencari tambahan mereka hanya mengerjakan tanahnya

yang di perkebunan saja. Oleh pihak perkebunan sebagian daerah kebunnya diperbolehkan

(37)

kembali dengan tembakau, setelah sampai waktu panen maka buruh boleh menanaminya kembali

dengan padi. Hal ini terus dilaksanakan sebahagian buruh di Desa Sidodadi Batu 8.

Terjadinya proses alih fungsi tanah kebun menjadi pemukiman adalah karena sebahagian

penduduk menanam lahan pohon jati dengan tanaman palawija. Pada awalnya mereka hanya

mencoba membuka lahan jati ini dengan bercocok tanam saja, tetapi lama kelamaan mereka

mulai mendirikan bangunan untuk tempat tinggal. Maka bagi buruh perkebunan yang telah

membuka hutan jati tersebut kebanyakan telah memiliki tanah dan memiliki rumah di wilayah ini

walau dengan bentuk yang sangat sederhana. Mereka tetap bekerja sebagai buruh di

perkebunan, hanya saja sebagian rumah mereka sudah pindah ke Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan

ini terus berlangsung sampai pihak perkebunan merubah tanamannya yang semula tembakau

menjadi kelapa sawit. Pihak perkebunan mengambil inisiatif untuk memindahkan sebagian

karyawannya ke cabang-cabang PTP IX Kebun yang lainnya, karena pekerjaan untuk memburuh

tidak sebanyak pada musim kebun tembakau lagi.

Bagi buruh yang telah memiliki rumah di Desa Sidodadi Batu 8, mereka tidak mau ikut

dipindahkan oleh perkebunan. Sangsi bagi buruh yang demikian adalah diberhentikan pihak

perkebunan sebagai buruh, tanpa mendapat pensiun, karena belum saatnya harus pensiun.Tetapi

ada juga sebagian dari karyawan ini kerjanya tidak dipindahkan ke tempat lain. Setelah mereka

mereka memiliki rumah di desa ini, mereka sendiri bermohon untuk pindah ke Desa Sidodadi

Batu 8 dan terus menetap sampai sekarang. Setelah adanya pemindahan ini maka banyaklah di

(38)

keadaan desa ini menjadi ramai. Hal serupa juga terjadi pada desa-desa tetangga di kawasan

Kecamatan Pagar Merbau.10

Sesuai dengan proses terbentuknya desa ini karena proses alihfungsi tanah kebun menjadi

pemukiman dan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa maka desa ini dinamai dengan bahasa

Jawa yakni SIDODADI yang dalam Bahasa Jawanya ``sidodadi`` itu berarti makanya jadi,,atau

jadi,,atau juga terjadi. Masyarakat setempat memiliki pandangan bahwasanya desa ini terjadi

karena proses alih fuangsi tanah kebun menjadi tempat pemukiman. Penambahan kata-kata Batu

Delapan karena desa ini merupakan desa yang terdapat pada kawasan Batu Delapan, dimana

kawasan ini merupakan kawasan tempat desa-desa yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau

yang letaknya berderet-deret memanjang dari Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang.

Sejak awal dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 dapat disimpulkan bahwa penduduk desa ini

mata pencahariannya ialah buruh perkebunan dan sebahagian mencoba pula menanami tanaman

padi dari bagian tanah mereka dengan hasil yang tidak memadai hanya untuk kebutuhan pangan

saja. Sekitar tahun 1970, pihak perkebunan PTP IX Pagar Merbau mencoba untuk mengambil

kembali tanah di Desa Sidodadi Batu 8 dan sekaligus mau dijadikan kebun kelapa sawit.

Keadaan ini sempat membuat situasi keamanan di desa ini menjadi tidak baik, karena lahan ini

telah bertahun-tahun diusahakan dan ditempati rakyat. Persoalan ini kemudian dapat teratasi di

sekitar tahun 1970 juga oleh Pemerintah Daerah setempat dan dengan segera mendapat jalan

keluarnya , dan pada tahun 1974 telah dikeluarkan surat yang sah dari Pemerintah Daerah

tentang kepemilikan tanah yang sah untuk warga Desa Sidodadi Batu 8 ini sesuai dengan

peraturan yang dikeluarkan.

10

(39)

Selain sebagai buruh, masayarakat terus mengusahakan pertanian cukup sandang pangan

pada desa ini dengan hasil yang sangat minim yakni mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan

pangan mereka saja bahkan cenderung kekurangan. Upah menjadi buruh dirasakan sangat kurang

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sebahagian masyarakat juga memiliki

hewan ternak rumahan seperti ayam, itik, dan bebek.

Kondisi perekonomian yang kurang baik, menyebabkan sebahagian besar penduduk

Desa Sidodadi Batu 8 pada tahun 1950 hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi mereka.

Dahulu alat transportasi sepeda harus memiliki lampu dan plat polisi sederhana untuk menunjang

keamanan lalu lintas. Jikalau seseorang mengendarai sepeda tidak memiliki lampu maka akan

ditangkap oleh petugas kepolisian di Kecamatan Pagar Merbau.

Pada tahun 1954, perekonomian masayarakat Desa Sidodadi Batu 8 semakin terpuruk

dengan adanya bencana alam banjir yang melanda di beberapa desa di Kecamatan Pagar Merbau,

termasuk Desa Sidodadi Batu 8 akibat pecahnya benteng sungai ular yang menyebabkan

pertanian di desa ini menjadi hancur dan lahan di desa ini menjadi tidak memadai dan tidak

subur untuk ditanami lahan pertanian lagi, akibatnya perekonomian masyarakat Desa Sidodadi

semakin parah.

Di tengah kemerosotan perekonomian masyarat Desa Sidodadi Batu 8, pada tahun 1955

di bangunlah sebuah surau ( mesjid berukuran kecil) dengan nama Mesjid Sirajul Huda di daerah

dusun I Desa Sidodadi Pagar Merbau dengan kondisi darurat. Hal ini menunjukkkan tingkat

keimanan ataupun religius masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sangat besar, Di tengah situasi

(40)

membangun sebuah surau dalam rangka lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Perekonomian di Desa Sidodadi Batu 8 tidak juga membaik, hanya berjalan biasa-biasa

saja sehingga dalam bidang pendidikan di desa ini juga tidak terlalu baik. Kebanyakan mereka

hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar atau paling tinggi hanya tingkat

Sekolah Lanjutan Pertama. Sekitar tahun 1957 sampai pada tahun 1958 oleh pemerintah daerah

dibangun sebuah Sekolah Dasar di desa ini yakni SD Negri No. 101911 Sidodadi.

Situasi ekonomi yang tidak terlalu baik berlanjut sampai dengan tahun 1965, dimana

pada tahun ini terjadi tragedi pecahnya Pergerakan G 30 S PKI yang mengakibatkan desa

menjadi tambah kacau, walaupun pada desa ini masyarakatnya tidak ada yang terlibat dengan

gerakan tersebut. Sebahagian masyarakat banyak mengalami ketakutan dan trauma terhadap

proses pembersihan atau penangkapan anggota PKI oleh mantan Presiden Soeharto pada waktu

itu. Setiap hari masyarakat menyaksikan truk Brigade Mobil mengangkut tahanan politik G30 S

PKI melewati desa mereka untuk dieksekusi di sekitar daerah Jaharun. Masyarakat sekitar

banyak menyebutnya dengan Jalan Pandu.

Pada tahun 1965 masih sedikit masyarakat yang memiliki alat-alat elektronik, seperti

televisi. Hanya sekitar dua orang penduduk yang memiliki televisi , media untuk mengetahui apa

yang terjadi di luar daerah mereka. Mereka yang memiliki televisi adalah orang yang tingkat

ekonominya sudah cukup baik. Televisi ketika itu dibeli dari Medan, karena belum ada toko

yang menjual televisi di daerah Lubuk Pakam. Oleh karena itu, maka masyarakat Desa Sidodadi

(41)

memiliki televisi tersebut. Acara yang sering ditonton oleh mereka ialah acara berita yang

disiarkan oleh TVRI.

Pada tahun 1971 dibangunlah Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 secara sangat

sederhana dengan Kepala Desa yang pertama ialah Bapak Rasimin, warga asli Desa Sidodadi

Batu 8.

Pada tahun 1972, warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena musibah,

yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras

jagung sebagai pengganti nasi. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat desa ini

semakin terpuruk. Penduduk asli desa ini pada dasarnya tidak memiliki keahlian khusus ataupun

usaha alternatif lain untuk mencari jalan keluar dari permasalahan perekonomian mereka.

Keadaan ini dibuktikan dengan mata pencaharian mereka yang sangat statis dimana sebahagian

besar dari mereka hanyalah buruh, supir atau petani padi dan palawija yang subsisten. Sehingga

pada tahun-tahun ini, dimana perekonomian masyarakat Desa Sidodadi yang semakin terpuruk,

tingkat kriminalitas juga semakin tinggi. Banyak terjadi pencurian hewan-hewan ternak oleh

pengangguran yang didominasi oleh penduduk dengan tingkat usia produktif bekerja. Tingkat

kriminalitas yang tinggi ditambah dengan tingkat pendidikan yang juga relatif rendah adalah

akibat dari kemiskinan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 yang merupakan masalah

perekonomian yang melanda masyarakat desa ini pada waktu itu dan tidak dapat diatasi oleh

(42)

BAB III

MUNCULNYA USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG

3.1. Latar Belakang Munculnya Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8.

3.1.1. Kemiskinan dan Kurangnya lapangan Kerja.

Sebelum dimulai usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8, desa ini dilanda

kemerosotan ekonomi yang cukup parah. Desa ini sebahagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai buruh perkebunan PTP IX Pagar Merbau dan mengusahakan pertanian

cukup sandang pangan yang belum dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mencapai

kesejahteraan hidup yang baik.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadi kemiskinan ataupun kemerosotan ekonomi di

desa ini, yaitu, gaji masyarakat desa sebagai buruh perkebunan yang kurang memadai, tidak

adanya keahlian masyarakat untuk mengusahakan mata pencaharian lain untuk memperbaiki

perekonomian mereka. Pertanian yang mereka usahakan sebagai mata pencaharian sampingan

masih belum memadai dan cenderung mengarah kepada pertanian subsisten. Sebuah pertanian

akan berhasil bila ditunjang dengan adanya perairan (irigasi), dan lahan yang kuantitas dan

kualitasnya cukup baik dan memadai. Sedangkan pertanian di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami

permasalahan yakni pada tahun 1954 terjadi bencana banjir yang menyebabkan sejumlah

pertanian hancur. Pertanian juga tidak begitu berkembang ditunjang dengan faktor lahan yang

(43)

Seperti yang kita ketahui pada masa Kolonial Belanda banyak terjadi masalah

kemiskinan di daerah pedesaan, dan pertanian juga masih belum maju dan berkembang. Dalam

rangka memahami masalah kemiskinan di pedesaan pada masa kini penyorotan masalah yang

sama pada masa lalu mungkin perlu. Kemiskinan di pedesaan pada masa kolonial terjadi pada

masa cultur stelsel (sistem tanam paksa) sebagai kebijakan pemerintah yang banyak membawa

kemiskinan dan kesengsaraan penduduk dan juga pada masa liberal pada akhirnya juga

menimbulkan kecaman dan kritik yang sama karena menimbulkan akibat yang sama. Kebijakan

untuk membuka daerah-daerah pedesaan yang dijalani kebijakan tanam paksa oleh penanaman

modal swasta Belanda secara besar-besaran sesudah tahun 1870, oleh para penganjurnya

diharapkan akan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk Indonesia, tetapi pada

kenyataannya meleset.11

Banyak hal mendukung ketimpangan ekonomi pada waktu itu. Pesatnya perkembangan

perkebunan besar telah menyebabkan produksi tanaman ekspor meningkat secara mantap. Tetapi

di lain pihak angka kenaikan produksi bahan pangan bahkan menunjukkan lebih rendah daripada

angka kenaikan penduduk.

Dapat dikatakan bahwa menurunnya kesejahteraan penduiduk desa di Indonesia pada

periode tersebut pada dasarnya disebabkan beberapa faktor, pertama, pertumbuhan penduduk

yang pesat tidak seimbang dengan kenaikan produksi pangan. Kedua, sistem tanam paksa yang

menyebabkan kerugian penduduk pedesaan. Ketiga, penghasilan pada pedesaan banyak dipakai

untuk keperluan negeri penjajah.

11

Mubyarto, Growth and Equity in Indonesia Agricultural Development (Yayasan Agro Ekonomika, 1982)

(44)

Salah satu faktor kemiskinan pada masa kolonial yang dialami Indonesia hampir mirip

dengan apa yang terjadi pada Desa Sidodadi Batu 8 sebelum awal dibukanya usaha batu bata,

yakni pertumbuhan penduduk yang semakin berkembang tidak seimbang dengan pendapatan

masyarakat ataupun produksi pangan terhadap pertanian yang mereka usahakan.

Setelah tanah perkebunan dialihfungsi menjadi pemukiman, jumlah penduduk kian

bertambah dengan adanya perkawinan ataupun migrasi penduduk dari daerah lain di dalam desa

tersebut, tetapi mata pencaharian masyarakat yang hanya sebagai buruh, supir, atau pertanian

yang cukup sandang pangan tidak mencukupi kebutuhan hidup masyarakat yang jumlahnya terus

bertambah. Kemerosotan ekonomi ini ditambah dengan adanya bencana banjir tahun 1954

menyebabkan pertanian hancur. Tidak ada bantuan pemerintah yang berarti ketika itu untuk

memperbaiki situasi pertanian di desa ini. Sesuai dengan catatan di Kantor Kepala Desa Sidodadi

Batu 8, baru pada tahun 1993 ada bantuan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di daerah

pedesaan yakni program IDT sesuai dengan INPRES No.5/ 1993. Sebelum tahun 1993, tidak

ada bantuan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di desa ini, sampai pada tahun1972 warga

Desa Sidodadi, khususnya kepada para petani terkena musibah, yaitu bencana hama wereng

yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras jagung sebagai pengganti

nasi.

Situasi dimana masyarakat tidak dapat lagi memproduksi beras atau tidak bisa

mengkonsumsi beras , maka dapat disimpulkan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka sehingga dapat dikatakan masyarakat desa ini

mengalami kemiskinan. Sesuai dengan ukuran yang digunakan Sajogyo dalam menentukan

kadar kemiskinan, yaitu didasarkan pada pendapatan yang kurang dari 20 kg beras perbulan.

(45)

dengan pendapatan 320 kg beras per kepala per tahun: sangat miskin ( 180 kg per kepala per

tahun).12

Keadaan dimana masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak dapat lagi mengkonsumsi dan

menghasilkan beras dalam batas kecukupan berlangsung sampai dibukanya usaha batu bata di

desa ini.

Pada kasus kemiskinan yang terjadi di Desa Sidodadi batu 8 pada tahun 1972, warga

desa bukan lagi tidak dapat sekedar memproduksi beras untuk ukuran 20 kg perbulan untuk satu

keluarga, tetapi warga desa terpaksa makan beras dicampur jagung karena kesulitan untuk

memproduksi beras.

13

Ketidak adanya kemampuan ataupun keahlian untuk menciptakan mata pencaharian baru

seiring dengan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan banyaknya pengangguran karena

kurangnya lapangan pekerjaan.

Kebanyakan dari penduduk desa yang tidak memiliki keahlian pada bidang pertanian

memilih untuk menjadi seseorang yang menganggur dan bekerja serabutan. Hal ini menyebabkan

situasi keamanan desa yang tidak kondusif. Banyak diantara mereka yang menganggur

melakukan kejahatan seperti mencuri hewan-hewan ternak di dalam ataupun di luar Desa

Sidodadi Batu 8.14

Situasi perekonomian yang terpuruk memunculkan keinginan masyarakat Desa Sidodadi

Batu 8 untuk mencari jalan agar perekonomian mereka membaik dengan jalan memunculkan

usaha yang baru untuk merubah kehidupan mereka.

3.1.2. Rendahnya Tingkat Pendidikan.

12

Ibid, hlm.225..

13

Wawancara dengan Jumadi (mantan pengusaha batu bata), tanggal 25 Agustus 2013. 14

(46)

Kemiskinan yang terjadi pada desa Sidodadi Batu 8 menyebabkan terjadi rendahnya

tingkat pendidikan pada masyarakat Sidodadi Batu 8. Ketiadaan dana untuk desa ataupun

masayarakat desa, membuat desa tidak dapat mengadakan sarana pendidikan yang baik di Desa

Sidodadi Batu 8. Begitu juga bagi masyarakat desa, dengan perekonomian cukup sandang

pangan saja tidak begitu memikirkan untuk hal pendidikan. Kebanyakan dari mereka pada awal

desa ini di buka sampai pada tahun 1970-an menamatkan pendidikan hanya sampai pada

Sekolah Dasar.

Daripada memikirkan mengenai pendidikan, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lebih

memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sekolah

tidak terlalu diprioritskan. Kebanyakan dari mereka dengan perekonomian yang kurang baik,

hanya memikirkan kebutuhan yang harus dipenuhi saat itu dalam rangka melangsungkan

kehidupan mereka.15

Dari mulai desa ini di buka sampai tahun 1970, hanya satu sekolah yang di bangun pada

desa ini, yaitu SD. Negri No. 101911 Sidodadi.

Kegiatan pendidikan dilangsungkan sangat sederhana, mengenai seragam dan peralatan

sekolah pada waktu itu juga sangat apa adanya. Murid- murid SD pada desa ini tidak

menggunakan seragam dan sepatu, tetapi hanya menggunakan pakaian sederhana dan tidak

menggunakan alas kaki. Adapun yang menggunakan alas kaki hanya alas kaki yang sederhana.

Setelah menamatkan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar, kebanyakan anak-anak pada

Desa Sidodadi Batu 8 tidak melanjutkan pendidikan untuk tahap Sekolah Lanjutan Pertama

apalagi untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, selain karena ketiadaan dana untuk melanjutkan

15

(47)

pendidikan, kesulitan transportasi untuk menuju Sekolah Lanjutan yang ada di luar desa mereka

juga merupakan faktor yang menyebabkan mereka tidak melanjutkan pendidikan. Kesulitan-

kesulitan ini menimbulkan minimnya harapan mereka untuk memperoleh pendidikan yang

tinggi. Jangankan untuk memeperoleh pendidikan yang tinggi, untuk memenuhi wajib belajar

sembilan tahun saja juga sulit untuk diraih.

Anak-anak di Desa Sidodadi Batu 8 yang telah menamatkan pendidikannya pada tingkat

Sekolah Dasar lebih memilih untuk membantu perekonomian keluarga sebagai tenaga tambahan

pada usaha pertanian yang diusahakan keluarga, sekedar untuk membantu menambah

kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka.

Rendahnya tingkat pendidikan pada Desa Sidodadi Batu 8 membuat sempitnya pemikiran

pada masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Situasi perekonomian yang sulit dan menyengsarakan

kehidupan mereka seharusnya segera diperbaiki, tetapi mereka hanya berusaha bertahan hidup

sebisa mungkin dengan apa yang telah disediakan oleh alam. Mereka tidak dapat berpikir

bagaimana untuk memberdayakan Sumber Daya Alam yang telah tersedia oleh alam. Sementara

alam tidak selamanya dapat menyediakan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan demikian

masyarakat harus berbuat untuk mengatasi keadaan yang melanda kehidupan mereka, mereka

seharusnya sebisa mungkin memanfaatkan Sumber Daya tersebut, tetapi karena tingkat

pendidikan yang rendah, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak berfikir seperti itu. Mereka

hanya berfikir sederhana untuk hanya memenuhi kebutuhan hidup mereka pada waktu itu.16

16

(48)

3.2. Perkembangan Teknologi Produksi Batubata

Usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8 mulai ada sejak tahun 1970- an. Usaha ini

diprakarsai oleh seorang pendatang yang merantau ke desa ini. Beliau berasal dari daerah

Sumatera Barat. Beliau bernama Asnawi. Beliau yang pertama kali merintis usaha batu bata di

desa ini. Beliau datang ke desa ini pada tahun 1974.

Usaha batu bata sangat cocok dengan jenis tanah yang ada di Desa Sidodadi Batu 8,

karena tanahnya adalah tanah galong.

Asnawi memulai usaha batu bata ini dengan teknologi yang masih sangat sederhana

yakni dengan teknologi cetak tangan. Beliau melihat adanya peluang untuk usaha batu bata ini

karena kecocokan tanahnya. Beliau mulai membuat coen (pijakan tanah) dengan pijakan kaki

manusia( di lakukan sendiri, memijak tanah dengan kaki).Teknik pencetakan dengan cetakan

tangan satu blok, yakni cetak dibuat dari kayu dan hanya dapat memproduksi satu blok batu saja,

begitu juga dengan pembakaran dan penjemuran dilakukan masih dengan teknologi yang sangat

sederhana.

Walaupun usaha batu bata yang dirintis oleh Asnawi masih mempergunakan teknik yang

sangat sederhana, usaha ini cukup menjanjikan dan dapat memperoleh penghasilan yang lebih

dibanding hanya sekedar menjadi buruh ataupun bekerja serabutan yang selama ini menjadi mata

pencaharian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.

Teknologi usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 semakin berkembang dengan

kedatangan penduduk yang berasal dari daerah Batang Kuis, beliau bernama Harjo. Beliau juga

melihat peluang yang baik untuk usaha batu bata di desa ini. Pada sekitar tahun yang sama yakni

(49)

kerajinan batu bata masih dengan teknik cetak tangan, tetapi untuk membuat coen (pijakan

tanah) dengan menggunakan tenaga kerbau. Dengan menggunakan tenaga kerbau beliau dapat

memproduksi batu bata dalam waktu yang lebih cepat dan jumlah yang lebih banyak per harinya.

Seiring dengan perkembangan atupun kemajuan pembangunan pada daerah luar ataupun

daerah perkotaan, permintaan akan barang material seperti batu bata secara otomatis meningkat

pesat, sedangkan jumlah produksi sedikit. Jumlah produksi batu bata yang belum seimbang

dengan permintaan akan batu bata, menyebabkan harga batu bata meningkat pada waktu itu.

Tingginya harga batu bata membuat penghasilan pengusaha batu bata juga meningkat.

Hal ini menumbuhkan keinginan penduduk Desa Sidodadi Batu 8 untuk meniru ataupun

mencontoh Asnawi dan Harjo untuk belajar membuat usaha batu bata di lahan mereka

masing-masing.

Tingginya permintaan akan bahan material, dalam hal ini batu bata, menuntut agar

produksi batu bata harus banyak. Pada awalnya, Asnawi dan Harjo membuka usaha batu bata

ini hanya untuk usaha rumah tangga saja, tetapi kemudian karena tingginya permintaan akan

produksi batu bata, membuat mereka membutuhkan tenaga kerja untuk memproduksi batu bata

dalam jumlah yang besar dalam rangka mengembangkan usaha mereka.

Tenaga kerja diperoleh dari penduduk setempat. Bekerja menjadi buruh batu bata

membuat masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mendapatkan keahlian dalam proses pembuatan

batu bata.

Keadaan tanah yang cocok, yakni tanah galong, dan kuantitas Sumber Daya Tanah yang

(50)

mulai mengusahakan usaha batu bata di desa mereka untuk mendapatkan taraf kehidupan yang

lebih baik.

Usaha batu bata yang mulai berkembang di desa ini memecah kebuntuan terhadap

persoalan perekonomian yang selama ini mereka alami. Dengan adanya usaha batu bata ini

membuat penduduk Desa Sidodadi Batu 8 perlahan mulai dapat keluar dari permasalahan

ekonomi yang selama ini dialami.

Usaha batu bata di desa ini pada mulanya adalah usaha yang dilakukan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi lama kelamaan usaha ini menjadi meningkat dan demikian

juga terhadap hasil produksinya, sehingga usaha batu bata ini terus berkembang.

Perkembangan usaha batu bata ini kemudian selain menjadikan sebagai mata

pencaharian utama, juga sebagai usaha yang turun temurun dilakukan pada generasi selanjutnya

di desa ini sebagai usaha keluarga dengan anak dan istri sebagai tenaga kerja untuk memproduksi

batu bata.

Dalam tahun-tahun selanjutnya usah batu bata mulai menjadi mata pencaharian utama di

Desa Sidodadi Batu 8 . Masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 pada umumnya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya adalah mengusahakan batu bata. Sebahagian kecil masih ada juga bekerja

pada bidang pekerjaan lain, seperti supir, buruh pabrik, atau tukang rumah. Mereka yang

memilih tidak membuka usaha batu bata dikarenakan karena pekerjaan ini tidak sesuai dengan

kepandaian yang mereka miliki, dan tidak adanya keinginan untuk medapatkan pengetahuan

(51)

Tabel 4

Daftar Awal Usaha Batubata

No Nama Kepala Keluarga Mulai Usaha Status

1 Asnawi 1974 Perintis

2 Harjo 1976 Perintis

3 Basiran 1980 Memulai

4 Wiriadi 1982 Memulai

5 Mahmad 1995 Penerus

6 Paiman 1980 Memulai

7 Sofyan 1995 Penerus

8 Safarudin 1996 Penerus

Sumber : Data Lapangan Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan gambaran mengenai alur perkembangan teknologi pengolahan

batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 yang dirintis oleh penduduk pendatang dari luar Desa

Sidodadi Batu 8. Mereka mengembangkan teknologi pengolahan batu bata di desa ini, hingga

usaha batu bata berkembang menjadi usaha keluarga di Desa Sidodadi Batu 8 ini. Teknologi

pengolahan batu bata berkembang di secara turun temurun menjadi mata pencaharian utama di

desa ini. Mereka yang pada awalnya bekerja sebagai buruh batu bata pada usaha yang

dikembangkan para perintis kemudian mencoba memulai usaha ini untuk memperbaiki

perekonomian mereka. Mereka yang disebut memulai. Usaha ini dikembangkan secara turun

temurun kepada anak mereka yang telah bekeluarga, mereka yang meneruskan usaha keluarga di

Gambar

Tabel I
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

GLJXQDNDQ XQWXN PHPYDOLGDVL KDVLO WHUVHEXW +DVLO SHQHOLWLDQ PHQXQMXNNDQ EDKZD VHODPD SHQ\LPSDQDQ GLQJLQ VSHNWUD UHÀHNWDQ PDQJJD PHQJDODPL SHQXUXQDQ PHQJLQGLNDVLNDQ DGDQ\D

Sebaliknya tipe kurungan berupa sangkar bersifat portabel (bisa dipindah), air mengalir dan ikan terkurung. Keramba adalah kurungan yang sisi-sisinya terdiri

Jepang sebagai negara industri memiliki pola strategi dan kebijakan pembangunan industri manufaktur melalui pembinaan Industri kecil yang berpola sejenis koperasi atau

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pasien hemodialisa dengan akses cimino maupun femoral mengalami tingkat nyeri yang hampir sama yaitu nyeri sedang, sesuai dengan

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan prinsip- prinsip penggunaan agen antibakteri dapat menyebabkan peningkatan resistensi yang menyebabkan munculnya bakteri-bakteri

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial seperti partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan job relevant information telah dilakukan

Pada uji hipotesis II, ternyata ada pengaruh positif yang signifikan antara sikap pada jabatan terhadap kepemimpinan visioner ketua program studi, memberikan

Proyek Gedung Pagelaran Konser Musik di Surabaya ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya