USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN
PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)
Skripsi Sarjana Dikerjakan O
L E H
NAMA : NOVITA RATNA SARI NIM : 080706021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN SEJARAH MEDAN
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN
PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)
Yang diajukan oleh :
Nama : NOVITA RATNA SARI NIM : 080706021
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,
Drs. Edi Sumarno, M.Hum tanggal:
NIP. 196409221989031001
Ketua Departemen Sejarah
Drs. Edi Sumarno, M.Hum tanggal:
NIP. 196409221989031001
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN
PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)
Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh
Nama : NOVITA RATNA SARI
NIM : 080706021
Pembimbing
Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Persetujuan Ketua Departemen Disetujui Oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,
Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001
Medan,
Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana Oleh Dekan dan Panitia Ujian PENGESAHAN :
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan
Pada : Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 195110131976031001 Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (………)
2. Dra. Nurhabsyah, Msi (………)
3. Drs. Samsul Tarigan (………)
4. Drs. Timbun Ritonga (………)
KATA PENGANTAR
Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri,
kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa
(kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah
kita adalah cerita hidup kita. Peristiwa yang terjadi baru dapat dikatakan sebagai sejarah apabila
di dalamnya telah terdapat setidaknya tiga aspek yaitu, manusia sebagai pelaku, tempat
terjadinya, serta waktu terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa sejarah memang tidak dapat
terulang kembali. Maka, perlu dilakukan perekonstruksian terhadap kehidupan manusia yang
terjadi di masa lalu melalui penelitian dengan metode sejarah. Walaupun peristiwa tersebut tidak
dapat ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya karena keterbatasan sumber dan cakupan
waktu, namun paling tidak peristiwa yang terjadi di masa lalu, dapat dijadikan pelajaran untuk
masa sekarang dan pedoman bertindak untuk masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai sejarah sosial ekonomi.
Lebih spesifik lagi penulis melakukan penelitian mengenai sebuah usaha batu bata pada sebuah
desa yang mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat desa tersebut. Hasil penelitian sejarah
tersebut akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi dengan judul “ Usaha Batu Bata Di
Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang (1970-1998)”. Skripsi
ini membahas bagaimana kemunculan sebuah usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, perkembangan, serta dampak usaha batu
bata ini terhadap kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak berjalan
lancar, banyak hambatan yang dilalui oleh penulis terutama dalam hal pengumpulan data dan
literatur pendukung lainnya, baik di lokasi penelitian atau perpustakaan. Oleh karena itu penulis
menyadari di dalam hasil penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memperkaya bahan
bacaan serta tambahan literatur bagi penelitian lanjutan atau penilitian yang lain.
Medan, Februari 2014.
Penulis.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
atas nikmat kehidupan, kesehatan, dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis. Atas
izin dari Allah SWT penulis dapat menjalani pendidikan sebagai mahasiswa di Departemen
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya dan akhirnya bisa menyelesaikan studi sarjana di Universitas
Sumatera Utara meskipun harus melalui banyak cobaan dan rintangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
Ayahanda Alm.Rahmad dan Ibunda Nazli Pari Purna, untuk segala doa dan pengorbanan yang
sangat mulia, telah menjaga, merawat, dan mendidik penulis sampai penulis menikah.
Terimakasih yang besar penulis haturkan terutama kepada Alm. Ayahanda Tercinta, Rahmad
yang telah berpulang ke pangkuan Ilahi Rabbi. Beliau adalah orang yang paling memotivasi
penulis untuk menyelesaikan studi sarjana di Universitas Sumatera Utara. Penulis
mempersembahkan gelar sarjana ini kepada beliau untuk segala pengorbanan yang telah
diberikan kepada penulis dari kecil hingga penulis tumbuh dewasa dan akhirnya menikah.
Semoga Ayahanda bahagia di sisi Nya.
Kepada suami dan anak yang penulis sangat cintai, Indra Wijaya dan Ridho Alfi Wijaya,
penulis mengucapkan terimakasih untuk segala dukungan doa dan kebersamaan di keluarga kecil
kita. Kebersamaan keluarga yang harmonis dan dukungan penuh suami menambah semangat
penulis untuk menyelesaikan studi walau harus melalui banyak rintangan dan cobaan. Semoga
Ridho Allah SWT selalu menyertai keluarga kecil kita.
Penulisan skripsi ini juga dapat diselesaikan juga atas bantuan, dukungan, bimbingan, dan
arahan, serta saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menyelesaikan studinya.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum, selaku Pimpinan Departemen Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis. Beliau
banyak berjasa dalam hal memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses
penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk perhatian, dukungan dan ketersediaan waktunya
untuk bimbingan, memberikan saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai.
4. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Budi Agustono, M.Hum, selaku dosen wali penulis selama perkuliahan di
Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen yang pernah memberikan ilmunya pada penulis, di antaranya: Bapak Drs.
Wara Sinuhaji, M.Hum.; Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.; Bapak Drs. J. Fachruddin
Daulay; Bapak Drs. Samsul Tarigan; Bapak Dr. Suprayitno, M.Hum.;( Alm) Bapak Drs.
Bebas Surbakti; Bapak Drs. Timbun Ritonga.; Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S.; Ibu Dra.
Haswita, M.SP.; Ibu Dra. Ratna, M.S.; Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.; Ibu Dra. Fitriaty
Harahap, S.U.; Ibu Dra. Farida Hanum, M.SP.; Ibu Dra. Nurhamidah, M,A; Ibu Dra. S.P.
Dewi Murni, M.A.; (Alm) Bapak Drs. Indera, M.Hum; serta staf pengajar dari
departemen/jurusan lain yang juga mengajar di Departemen Sejarah.
7. Seluruh informan yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini, terutama kepada
8. Kepala Desa Sidodadi Batu 8 beserta seluruh staf yang telah memberikan kemudahan bagi
penulis untuk melihat dan mengambil data-data mengenai Desa Sidodadi Batu 8.
9. Seluruh teman mahasiswa Departemen Sejarah angkatan 2008 yang tetap saling
memberikan semangat dan dorongan di tengah kesibukan masing-masing dalam mengerjakan
proposal dan skripsi.
Terima kasih untuk semua pihak yang belum disebutkan, yang telah membantu
penulisan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas secara langsung budi baik yang telah
diberikan, kiranya Tuhan memberikan yang terbaik untuk semuanya. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Tertanda,
ABSTRAK
Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 muncul di desa ini pada sekitar tahun 1970-an. Teknologi pengolahan batu bata di desa ini diperkenalkan oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Kemunculan usaha k batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini kemudian dapat mengatasi permasalahan perekonomian yang melanda masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sebelum munculnya usaha batu bata di desa ini. Usaha batu bata terus mengalami perkembangan yang pesat pada Desa Sidodadi Batu 8 karena jenis tanah yang cocok untuk bahan baku pembuatan batu bata, yakni tanah galong.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi
Batu 8 tahun dari tahun 1970 sampai 1998, serta dampak dari usaha batu bata terhadap desa
dan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi).
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4. Tinjauan Pustaka ... 8
1.5. Metode Penelitian ... 10
BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA 2.1. Letak Geografis ... 14
2.2. Penduduk ... 18
2.3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 23
BAB III MUNCULNYA USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG 3.1. Latar Belakang Munculnya Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8. 3.1.1. Kemiskinan Dan Kurangnya Lapangan Kerja…………. ... 30
3.1.2. Rendahnya Tingkat Pendidikan……… .. 34
BAB IV PERKEMBANGAN USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU DELAPAN KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 1970-1998
4. 1. Sistem Produksi Batu Bata ... 41
4.1.1. Input Produksi ... 41
4.1.1.1. Modal Finansial ... 42
4.1.1.2. Bahan Baku ... 45
4.1.1.3. Alat-alat Produksi ... 47
4.1.1.4. Tenaga Kerja ... 50
4.1.2. Sistem (Teknologi) Pengolahan ... 52
4.1.2.1. Pengangkutan Bahan Baku ... 53
4.1.2.2. Pencetakan ... 55
5.1. Ekologi ... 76
5.2 . Perekonomian ... 78
5.3. Sarana dan prasarana ... 82
5.4. Komersialisasi dan Kesempatan Kerja ... 83
5.5. Polarisasi Kekayaan ... 87
BAB VI KESIMPULAN ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 96
DAFTAR INFORMAN ... 98
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20
Tabel 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur ... 21
Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 22
ABSTRAK
Usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 muncul di desa ini pada sekitar tahun 1970-an. Teknologi pengolahan batu bata di desa ini diperkenalkan oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Kemunculan usaha k batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 ini kemudian dapat mengatasi permasalahan perekonomian yang melanda masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sebelum munculnya usaha batu bata di desa ini. Usaha batu bata terus mengalami perkembangan yang pesat pada Desa Sidodadi Batu 8 karena jenis tanah yang cocok untuk bahan baku pembuatan batu bata, yakni tanah galong.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi
Batu 8 tahun dari tahun 1970 sampai 1998, serta dampak dari usaha batu bata terhadap desa
dan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi (penulisan dalam bentuk skripsi).
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang, yang menurut keterangan yang diperoleh dari beberapa warga
masyarakat bahwa Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan
PTP IX Pagar Merbau. Tanah eks PTP IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk
ditanami tembakau. Setelah diadakan penelitian, tanah yang ditempati warga pada waktu itu
dalam keadaan kurang subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan
PTP IX dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 KK atau
kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Hektar. Peristiwa alih fungsi lahan
tersebut terjadi sekitar tahun 1943. Oleh karena desa ini merupakan bekas lahan garapan PTP IX
Pagar Merbau, maka masyarakat yang berdomisili di dalam desa ini sebahagian besar ialah
mantan buruh pada PTP IX Pagar Merbau.
Mata pencaharian penduduk Desa Sidodadi Batu 8 pada awal desa ini dibuka adalah
buruh perkebunan. Sebahagian penduduk lain bekerja sebagai supir, dan bercocok tanam, seperti
menanam padi dan palawija. Hasil yang diperoleh hanya untuk kebutuhan konsumsi saja, dalam
hal ini mereka hanya mengusahakan perekonomian yang subsisten. Usaha pertanian tetap
diusahakan oleh masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, tetapi karena ketidaktersediaan lahan, maka
Perekonomian Desa Sidodadi Batu 8 memburuk setelah terjadi bencana banjir tahun
1954, sebahagian lahan tidak dapat ditanami, dan pertanian rusak. Keadaan ekonomi yang buruk
terus berlangsung sampai tahun 1972, pada tahun ini situasi ekonomi Desa Sidodadi Batu 8 terus
memburuk, dimana pada tahun ini warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena
musibah, yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga
memakan beras jagung sebagai pengganti nasi.
Kondisi kehidupan pada tahun 1972 menggambarkan bahwa masyarakat Desa Sidodadi
Batu 8 mengalami permasalahan ekonomi, yakni kemiskinan. Kondisi ini mengharuskan
masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk segera mengatasi permasalahan perekonomian yang
mereka hadapi.
Permasalahan perekonomian tersebut akhirnya dapat teratasi dengan kemunculan usaha
batu bata di desa ini oleh penduduk pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat pada
sekitar tahun 1970 an. Usaha batu bata yang dirintis oleh penduduk pendatang ini mencapai
keberhasilan dan terus berkembang.
Keberhasilan usaha batu bata yang diperoleh penduduk pendatang menumbuhkan minat
masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 untuk mengikuti jejak penduduk pendatang tersebut. Pada
mulanya mereka hanya ikut bekerja sebagai buruh, lama kelamaan setelah mengerti, mereka
mengolah tanahnya sendiri.
Usaha batu bata di desa ini pada mulanya adalah usaha rakyat yang hanya digunakan
untuk membantu memenuhi kehidupan sehari-hari, tetapi karena permintaan akan batu bata yang
meningkat maka terjadi komersialisasi pada usaha batu bata. Usaha batu bata di Desa Sidodadi
Perkembangan usaha batu bata yang terus berkembang pada desa ini dikarenakakan
faktor utama, yakni tanah yang sesuai dengan usaha kerajinan batubata, yaitu tanah galong.
Faktor pendukung lain ialah pembangunan yang berkelanjutan di daerah perkotaan
sekitar Desa Sidodadi Batu 8, banyak memberikan peluang bagi banyak orang. Apalagi ditunjang
pendapatan yang semakin meningkat ,sehingga memberikan kesempatan untuk memenuhi
kebutuhan utama properti seperti batu bata.
Faktor lain yang juga secara tidak langsung dapat mengembangkan usaha batu bata di
Desa Sidodadi Batu 8, yaitu lokasi Desa Sidodadi Batu 8 yang tidak begitu jauh sehingga mudah
dijangkau oleh pemasaran usaha batu bata ini.
Perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 yang semakin pesat membuat
usaha ini menjadi mata pencaharian utama di Desa Sidodadi Batu 8. Pada tahun 1980-an hampir
seluruh kepala keluarga mengandalkan usaha batu bata sebagai mata pencaharian sehari-hari.
Selama kurun waktu 1970 – 1998 tidak dapat ditentukan jumlah pengusaha batu bata secara
pasti, hal ini dikarenakan hampir setiap tanah kosong di samping atau di belakang rumah selalu
ada tempat pembakaran batu bata.
Perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 sedikit banyaknya merubah
kondisi kehidupan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Perubahan kehidupan yang dimaksud
ditandai dengan peningkatan pendapatan serta kemampuan mereka menaikkan taraf hidup di
tengah kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal pendidikan. Perkembangan usaha batu bata
juga sedikitnya memberikan konstribusi yang baik terhadap Desa Sidodadi Batu 8, terutama
dalam pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan masyarakat Desa
berlubang memudahkan transportasi untuk pengangkutan hasil produksi batu bata usaha milik
masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Hal ini secara tidak langsung dapat mendukung kelancaran
usaha dari masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.
Dalam kurun waktu 1970-1998, usaha batu bata di desa ini mengalami perkembangan
yang cukup berarti, usaha batu bata yang diperkenalkan penduduk pendatang di Desa Sidodadi
Batu 8 ini pada awalnya hanya berkembang menjadi mata pencaharian utama berskala rumah
tangga. Seiring perkembangan zaman, teknologi dalam pengolahan batu bata juga mengalami
perkembangan dari teknologi pengolahan konvensional sampai pada pengolahan dengan
menggunakan mesin. Kemajuan dalam sistem pengolahan batu bata merupakan faktor
perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 tumbuh menjadi usaha rakyat yang
lebih maju. Kemajuan teknologi dalam pengolahan batu bata memungkinkan sebuah usaha ini
dapat memproduksi atau menyediakan batu bata dalam jumlah besar sesuai permintaan
konsumen. Pengetahuan akan perkembangan teknologi pengolahan batu bata diperoleh setelah
membaiknya taraf hidup masyarakat Desa Sidodadi Batu 8, termasuk dalam hal pendidikan.
Perkembangan pendidikan memperluas pengetahuan masyarakat untuk lebih mengembangkan
usaha batu bata sehingga usaha batu bata di desa ini mengalami perkembangan dalam kurun
waktu 1970-1998.
Cakupan spasial kajian ini bersifat lokal, yaitu Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan
Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.Penulisan tingkat lokal dalam sejarah adalah penulisan
kesan masa lalu dari kelompok masyarakat yang pada tempat atau geografis terbatas.1
Cakupan temporalnya dibatasi pada tahun 1970-1998. Tahun 1970 dimulai sebagai
sebagai awal penelitian karena telah berdiri kilang batu bata terbesar di desa ini oleh penduduk
pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat dengan menggunakan tenaga kerja penduduk
desa setempat, hal ini menunjukkan usaha batu bata mulai tumbuh dan berkembang, usaha ini
kemudian mengalihkan mata pencaharian penduduk desa ini dari perekonomian subsisten
menjadi pengrajin batu bata karena pada tahun 1972 warga Desa Sidodadi Batu Delapan
khususnya pada para petani terkena musibah, yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan
gagal panen, sehingga warga terpaksa makan beras jagung sebagai pengganti nasi.
2
Tahun 1998
diambil sebagai batas akhir penelitian karena terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan
kelesuan pada usaha batu bata pada desa ini, dan setelah terjadi pemulihan ekonomi pasca krisis
moneter usaha batu bata ini mulai berkembang kembali, bahkan semakin maju dengan
penggunaan teknologi mesin, sehingga dapat memproduksi batu bata dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan dampak positif bagi masyarakat Desa Sidodadi, karena berkembangnya usaha
batu bata ini dapat menyerap tenaga kerja pada Desa Sidodadi Batu 8. Tetapi penulis tidak
mengkaji di luar batasan akhir tahun penelitian.
1
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1977), hlm. 15.
2
Perangkat Desa Sidodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang,Rencana Pembangunan
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sebuah landasan penelitian yang berguna untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang akan dibahas dan menjadi akar permasalahan dalam sebuah
penelitian. Akar permasalahan merupakan aspek yang penting karena di dalamnya terdapat
berbagai konsep yang akan diteliti oleh peneliti. Maka sesuai dengan judul “ USAHA BATU BATA DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG (1970-1998)”
dibuatlah suatu batasan pokok masalah penelitian yang dirangkum dalam beberapa pertanyaan,
yaitu:
1. Bagaimana latar belakang usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan
Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang?
2. Bagaimana perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan Kecamatan
Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1970-1998?
3. Bagaimana pengaruh usaha batu bata pada masyarakat Desa Sidodadi Batu Delapan
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Melalui berbagai rumusan masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan selanjutnya
adalah hal-hal apa saja yang menjadi tujuan penelitian serta manfaat yang dapat diperoleh dari
1. Untuk mendeskripsikan latar belakang usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk mendeskripsikan perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu Delapan
Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1970-1998.
3. Untuk mendeskripsikan pengaruh usaha batu bata pada masyarakat Desa Sidodadi Batu
Delapan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.
Selain tujuan penelitian, juga dapat diperoleh berbagai manfaat penelitian, di antaranya adalah:
1. Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan penulis dan masyarakat umum tentang
perkembangan usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8 Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang.
2. Penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan aparatur Desa Sidodadi Batu 8 pada
khususnya serta bagi masyarakat luas pada umumnya sehingga dapat mengetahui
perkembangan usaha batu bata di desa ini secara jelas, dan dapat mendukung terhadap
usaha kerajinan ini.
3. Memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat digalakkan sektor industri
rumah tangga di desa dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih
maju.
4. Penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan melakukan
1.4. Tinjauan Pustaka.
Tinjauan pustaka adalah pintu gerbang pengantar dalam melakukan penelitian ini dalam
menelusuri kajian yang akan diteliti. Sebagai gambaran teori, tinjauan pustaka menjadi penasihat
bagi perjalanan awal penelitian. Untuk itu, beberapa referensi penulis pergunakan di antaranya:
Usaha batu bata di Desa Sidodadi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang
memang belum pernah dikaji secara khusus oleh peneliti, tetapi telah ada penelitian sebelumnya
pada desa tetangga, yakni skripsi yang ditulis oleh Sri Elliati(1985) dengan judul Kehidupan
Masyarakat Pengusaha Batu Bata di Desa Jati Rejo 1974-1984, menjelaskan mengenai latar
belakang kemunculan usaha batu bata pada desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau,
literatur ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data tambahan mengenai awal kemunculaan
usaha batu bata dan melanjutkan penelitian mengenai perkembangan usaha batu bata sampai
tahun 1998. Penelitian yang sama mengenai usaha batu bata pernah diteliti pada daerah lain,
Lita Zahara(2002) dalam skripsinya yang berjudul Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batubata
di Kelurahan Kisaran Barat (1985-2000),menjelaskan mengenai perkembangan usaha batubata
di Kelurahan Kisaran Barat terkait kepada sosial ekonomi masyarakat Kelurahan setempat.
Kedua skripsi ini membicarakan mengenai usaha batu bata dan pengaruhnya kepada sosial
ekonomi pengusaha dan masyarakat tempat usaha batu bata itu berada, tetapi penelitian saya
yang juga mengenai usaha batu bata lebih fokus memaparkan mengenai usaha batu bata yang
mempengaruhi desa dimana usaha ini berada. Mubyarto (2000) dalam suntingan mengenai
Semiloka Gugus Nusa Tenggara dengan judul buku Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju
Kemandirian Masyarakat Desa menuangkan berbagai cara pembangunan desa dalam rangka
memperbaiki perekonomian di desa-desa tertinggal. Sajogyo Pudjiwati (1999) dalam bukunya
cirri-ciri masyarakat desa, bahwasanya desa memiliki ciri-ciri kehidupan yang jauh tertinggal
dari peradaban masyarakat yang tinggal di perkotaan. Dumairi dan Syahrul Hadi Prabowo
(1983) dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Di Indonesia, menjelaskan mengenai
berbagai macam masalah perekonomian terutama pada daerah pedesaan ialah kemiskinan dan
sempitnya lapangan pekerjaan, maka dari itu untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian masyarakat desa harus menciptakan sektor perekonomian nonagraris padat karya
yang akan banyak menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Beddu Amang
(1995) dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Rakyat, Usaha Kecil dan Koperasi, menjelaskan
mengenai pemahaman tentang industrialisasi pedesaan, sektor industi merupakan roda penggerak
perekonomian di masa menadatang. Industrialisasi adalah suatu proses perubahan dari
masyarakat industri. Dalam hal industrialisasi pedesaan, motor penggeraknya tetap bermula dari
ciri ekonomi kawasan bersangkutan. Untuk itu perlu memberi batasan mengenai industrialisasi
pedesaan, motor penggeraknya tetap bermula dari ciri ekonomi kawasan bersangkutan. Untuk itu
perlu memberi batasan mengenai industrialisasi pedesaan sebagai berikut, (1) berlokasi di
pedasaan,(2) terintegrasi vertical ke bawah, (3) mempunyai kaitan input-output dengan industri
lainnya, (4)dimiliki oleh penduduk desa, (5) padat tenaga kerja, (6), mempunyai tenaga kerja
penduduk desa, dan (7) menggunakan bahan baku yang berbasis sumber daya alam setempat.
Hanya dengan industrialisasi bermuatan desa , penduduk setempat dapat menikmati nilai tambah,
1.5. Metode Penelitian
Untuk mengetahui dan penjelasan mengenai adanya segala sesuatu yang berhubungan
dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metode
penelitian . Jenis penelitian yang digunakan yang dilakukan ialah penelitian Deskriftif Naratif.
Oleh karena penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif naratif dalam disiplin Ilmu
Sejarah maka dalam penelitian ini memakai metode sejarah, yaitu:
• Heuristik yaitu proses pengumpulan data dan menemukan sumber berupa
dokumen-dokumen tertulis dan lisan dari peristiwa masa lampau sebagai sumber sejarah.
Adapun sumber sejarah tertulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah , Arsip
Kecamatan Pagar Merbau mengenai data statistik yang memberikan gambaran tentang
keadaan sosial dan ekonomi di Kecamatan Pagar Merbau, Arsip Desa Sidodadi Batu
Delapan yang terdapat pada kantor desa, data-data statistik Kabupaten Deli Serdang dan
Kecamatan Pagar Merbau yang ada pada Badan Pusat Statistik Deli Serdang. Metode
yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber tertulis adalah studi pustaka dilakukan
sebelum ke lapangan untuk mengumpulkan sumber sekunder yang relevan dengan
masalah yang dikaji, studi pustaka didapat pada Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, Studi arsip dilakukan untuk mengumpulkan sumber primer tertulis yang ada di
Kantor Kecamatan Pagar Merbau, Kantor Desa Sidodadi Batu Delapan , Biro Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang.
Selain pengumpulan sumber tertulis, dilakukan juga pengumpulan sumber lisan. Metode
ini dilaksanakan melalui wawancara terhadap sejumlah saksi sejarah di daerah penelitian
meliputi tokoh-tokoh masyarakat, pejabat instansi yang mengetahui seluk-beluk peristiwa
usaha batu bata, disesuaikan dengan klasifikasi umur. Metode sejarah lisan berguna
untuk mengungkapkan keterangan-keterangan penting yang tidak ditemukan dalam
sumber tertulis. Desa-desa kita tidak banyak yang menyimpan dokumen tua, kekurangan
itu tentu harus diisi oleh sejarah lisan.3
b. Kritik Sumber, merupakan tahap kedua setelah sumber-sumber yang diperlukan terpenuhi. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui keotentikan
atau keaslian bahan dan tulisan dalam sumber tertulis. Kritik intern diperlukan untuk
menilai isi sumber yang dikehendaki untuk mendapatkan kredibilitas sumber. Beberapa
sumber yang penulis peroleh dan dilakukannya kritik sumber diperoleh beberapa sumber
yang teruji keotentikannya, sebagian diantaranya melalui kritik intern dan penelusuran
sumber melalui wawancara dapat diketahui kebenaran isi sumber yang penulis
kehendaki.
c. Sintesa atau interpretasi yaitu tahapan untuk menafsirkan fakta serta membandingkannya untuk diceritakan kembali. Sumber yang telah diseleksi selanjutnya
dilakukan tahapan sintesa untuk mengurutkan dan merangkaikan fakta-fakta serta
mencari hubungan sebab-akibat.
d. Historiografi atau Penulisan Sejarah yaitu proses mensintesakan fakta atau proses menceritakan rangkaian fakta dalam suatu bentuk tulisan yang bersifat historis secara
kritis analitis dan bersifat ilmiah berdasarkan fakta yang diperoleh. Dengan demikian
perkembangan yang terjadi pada masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 dapat terungkap
secara kronologis
3
BAB II
DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA
2.1. Letak Geografis
Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau
Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.4 Terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Pagar
Merbau, 4 km dari ibukota Kabupaten Lubuk Pakam, dan 34 km dari ibukota Provinsi Sumatera
Utara.5
Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk mulai tahun 1945 yang pada waktu itu masih berada
pada kawasan / wilayah Kecamatan Lubuk Pakam setelah pada tahun 1983 terbentuklah
Kecamatan Pagar Merbau, maka Desa Sidodadi Batu 8 bergabung pada Kecamatan Pagar
Merbau sampai sekarang.
Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar
Merbau. Tepatnya terletak pada tepi jalan lintas di antara Kecamatan Lubuk Pakam menuju
Kecamatan Galang, Kecamatan Dolok masihul, dan Kota Madya Tebing Tinggi.
6
Letak Desa Sidodadi Batu 8 memanjang dari Timur ke Barat dan bentuknya tidak jauh
berbeda yaitu memanjang mengikuti jalan desa sepanjang 1100 m. Batas-batas wilayahnya
adalah,
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.
4
BPS Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka (2012),hlm. 4.
5
Ibid, hlm. 5. 6
• Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya Lubuk Pakam menuju Galang atau
dengan PTPN II Pagar Merbau .
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jati Rejo Kecamatan Pagar Merbau.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.
Letak dan bentuk desa ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa tetangga yang
bersebelahan dengan desa ini. Terutama untuk Desa Jati Rejo, kesamaan letak dan bentuk sangat
jelas terlihat dimana bila kita mengunjungi Desa Jati Rejo ataupun desa Sidodadi Batu 8 ini
dengan sekali lintas saja kita telah bisa melihat seluruh desa beserta isinya, karena hampir
keseluruhan bangunan rumah mereka letaknya di sepanjang jalan desa tersebut sampai ke
perbatasan di sebelah barat. Seakan-akan desa tersebut sengaja di bagi dua oleh letak jalan
desa-desa ini, tetapi kenyataannya tidak seperti itu dan keadaan ini terjadi secara kebetulan saja.7
Kesamaan bentuk kedua desa ini yaitu memanjang mengikuti jalan desa dan letaknya
berdampingan. Maka apabila kita melintasi jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam
dengan Kota Galang, desa-desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pagar Merbau terletak
pada sepanjang kawasan yang dinamakan Batu Delapan8
Kawasan yang dinamakan Batu Delapan ini merupakan nama tempat yang diberikan
untuk desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau, dimana letak dan bentuknya berderet
dan memanjang pada jalan lintas antara Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang. , 4 km dari kota Lubuk Pakam.
Desa Sidodadi Batu 8 terbagi atas dua lorong, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lazim
menyebut lorong-lorong ini dengan sebutan Lorong I dan Lorong II. Tetapi sejak awal tahun
7
Sri Elliati (1985), Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batu Bata Di Desa Jati Rejo 1974-1984, hlm.15,
Skripsi S-1 Sejarah USU, Medan: Tidak Diterbitkan. 8
1984, penggunaan istilah lorong ini telah diganti oleh pemerintah menjadi Dusun. Pada tahun
1945 yang notabene sebagai awal dibukanya desa ini, masyarakat ataupun penduduk yang
berdomisili masih sedikit, maka desa ini hanya terdiri dari satu lorong saja, yakni Lorong I. Pada
lorong inilah sebahagian besar penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berdomisili.
Untuk lorong I Desa Sidodadi Batu 8 terdapat juga satu tambahan wilayah yang muncul
tidak lama setelah desa ini dibuka yakni sebuah Gang yang muncul karena perpecahan jalan
dinamakan Gang Buntu ataupun Gang Sempit, dimana pada waktu yang bersamaan setelah
muncul Gang ini masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan jumlah penduduk
sehingga Gang ini kemudian dilebarkan dan jalannya telah dibuka. Selanjutnya Gang ini
berkembang menjadi Lorong II yang merupakan bahagian dari Desa Sidodadi Batu 8 dan
memudahkan jalur transportasi di desa ini.
Jarak waktu antara pembukaan kedua lorong ataupun dusun di Desa Sidodadi Batu 8 ini
tidaklah begitu lama seperti yang diutarakan di atas, yakni hanya berbeda dalam bulan tetapi
tidak berbeda dalam tahun, yakni pada tahun 1945.
Penduduk setempat membuka lorong ini mulai dari yang terdekat dari pasar hitam di
sebelah timur dan terus memanjang ke sebelah barat dan sekaligus membuat jalan desa. Hanya
saja pada pertama kali lorong-lorong desa ini dikembangkan , rumah-rumah penduduk masih
jarang dan seiring waktu berjalan pemukiman terus bertambah dan semakin padat. Di antara
penduduk ada yang hanya memiliki lahan untuk perumahan saja, sedangkan untuk usaha batu
bata mereka mengusahakan tanah sewa kepada yang memiliki tanah lebih luas.
Luas wilayah Desa Sidodadi Batu 8 adalah 28 Ha dimana 43 % berupa wilayah
ladang sampai tahun 1954, tetapi pada tahun 1970 lebih dari 17 % daratan ini berubah fungsi
menjadi lahan yang dipergunakan sebagai kegiatan usaha batu bata, sedangkan 40% lagi
merupakan lahan tidur yang tidak bisa dipergunakan untuk usaha karena keadaan lahannya yang
berbentuk kolam-kolam yang sangat dalam semenjak tahun 1990.
Iklim atau cuaca di Desa Sidodadi Batu 8 kecamatan Pagar merbau memiliki dua musim
yaitu musim penghujan dan musim kemarau sesuai dengan iklim Indonesia yakni tropis.
2.2. Penduduk
Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan PTPN IX
Pagar Merbau. Tanah PTPN IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk ditanami
tembakau. Setelah diadakan penelitian tanah yang ditempati warga pada waktu itu dalam
keadaan subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan PTPN IX
dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 kepala keluarga
atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Ha. Peristiwa alih fungsi atau
tukar lahan tersebut terjadi sekitar tahun 1943.9
Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini dahulunya adalah tanah perkebunan milik Belanda,
yang kemudian dihutankan oleh pihak perkebunan dengan komoditi utama pohon Jati karena
hasil produksi tembakau tidak memuaskan . Pohon jati ini kemudian digunakan oleh Belanda
sebagai bangsal tembakau di Perkebunan Pagar Merbau tersebut, terbukti dengan terdapatnya
sebuah gedung yang merupakan gudang penyimpan tembakau di Desa Sidodadi Batu 8 dan jalur
9
kereta api yang menghubungkan Pagar Merbau ke Bangun Purba yang juga menunjukkan adanya
transportasi perkebunan untuk mengangkut hasil produksi milik Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, perkebunan ini dinasionalisasi menjadi milik Negara yakni PTPN IX Pagar Merbau.
Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini tidak dimiliki dengan cara jual beli, tetapi tanah ini
sengaja ditinggalkan begitu saja oleh pihak perkebunan PTPN IX Pagar Merbau dan dialih
fungsikan menjadi pemukiman untuk buruh- buruh perkebunan dan masyarakat di sekitar
wilayah ini.
Selain penduduk asli Desa Sidodadi Batu 8 ini yang merupakan bekas buruh PTPN IX
Pagar Merbau , penduduk Desa Sidodadi Batu 8 juga berasal dari berbagai daerah yang
berbeda-beda. Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran Putra Jawa yang lahir
di Provinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduk merupakan penduduk yang bermigrasi dari
daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur . Ada juga yang berasal dari daerah Sumatera
Barat/ Padang.
Masyarakat yang bermigrasi ke desa ini memiliki berbagai motivasi, selain mencari
pemukiman yang lebih jarang juga karena ingin memperbaiki keadaan ekonomi mereka.
Desa Sidodadi Batu 8 mempunyai jumlah penduduk, 1209 jiwa pada tahun 1998, yang
terdiri dari dusun I 700 jiwa, dusun II 509 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci
Tabel I
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah
1 Laki-laki 600
2 Perempuan 609
Jumlah 1209
Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998
Keadaan penduduk di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan yang cukup pesat
dengan jumlah keseluruhan penduduk yang terakhir pada awal desa ini dibuka yakni hanya
terdiri dari 26 KK ( Kepala Keluarga ) atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah hanya
kurang lebih 28 Hektar pada saat terjadi alih fungsi atau tukar lahan perkebunan menjadi daerah
pemukiman sekitar tahuin 1943.
Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 yang pertama kali berdomisili di desa ini ialah suku
Jawa. Mereka telah ada sejak desa ini dibuka atau mulai dialih fungsikan tanah perkebunan
PTPN IX Pagar Merbau menjadi daerah pemukiman. Mereka merupakan eks buruh PTPN IX
Pagar Merbau sekitar Tahun 1943-1945. Mayoritas penduduk desa ini memang adalah suku
Jawa. Selain dari penduduk asli yang merupakan mantan buruh PTPN IX Pagar Merbau,
penduduk lain suku Jawa juga datang dari daerah lain yakni dari daerah Batang Kuis pada tahun
1970, penduduk yang berasal dari daerah ini dan ada juga yang berasal dari daerah Medan yang
sengaja ingin membuat pemukiman di desa ini dengan kemauan sendiri di Desa Sidodadi Batu 8
dan berkebetulan telah membeli dan memiliki tanah di desa ini. Selain keinginan bermukim pada
tempat yang lebih jarang sebahagian dari mereka mengusahan usaha batu bata. Suku Minang
Pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat ini juga memilih untuk bermukim pada desa
ini dikarenakan ingin memulai usaha batubata yang cocok diusahakan karena jenis tanah yang
sesuai dengan jenis usaha batu bata. Orang yang pertama kali memulai usaha batu bata pada desa
ini ialah penduduk suku Minang yang berasal dari Sumatera Barat.
Selanjutnya distribusi penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel
berikut ini,
Tabel 2
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah
1. 0-4 tahun 112 jiwa
2. 5-7 tahun 200 jiwa
3. 8-14 tahun 212 jiwa
4. 15-24 tahun 235 jiwa
5. 25-54 tahun 350 jiwa
6. 55 tahun ke atas 100 jiwa
Jumlah 1209 jiwa
Demikian pula distribusi penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk Desa
Sidodadi Batu 8, adalah seperti di bawah ini.
Tabel 3
Distribusi Penduduk Menurut Agama yang dianut
No Agama Yang Dianut Jumlah
1 Islam 1209
2 Kristen Prostestan -
3 Kristen Katolik -
4 Hindu -
5 Budha -
Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998.
Melihat kepada tabel 4, ternyata 100% ataupun seluruh penduduk Desa Sidodadi Batu 8
adalah beragama Islam. Hai ini disebabkan karena penduduk yang berada pada Desa Sidodadi
batu 8 ini adalah suku-suku yang beragama Islama seperti Jawa dan suku-suku lain yang
kebanyakan identik beragama Islam seperti Minang dan Mandailing.
Suku mayoritas pada desa ini ialah suku Jawa yang pada provinsi Sumatera Utara ini
semua suku Jawa sudah barang tentu menganut agama Islam. Tidak seperti pada Pulau Jawa,
dimana suku Jawa tidak selalu identik dengan menganut agama Islam, tetapi ada juga yang
menganut agama Kristen Katolik, Budha.
2.3. Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berasal dari berbagai daerah yang berbeda- beda .
Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran putera Jawa kelahiran
Sumatera yang sebagian lagi berasal dari asli Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sum
atera Utara, sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan
lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 ini dan
hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok
masyarakat di desa ini.
Desa Sidodadi Batu 8 merupakan daerah bekas perkebunan jati milik PTPN IX Pagar
Merbau, maka penduduk asli daerah ini juga kebanyakan atau sebahagian besar merupakan
buruh-buruh perkebunan milik PTPN IX Pagar Merbau.
Sejak tanah di desa ini melalui poroses alih fungsi menjadi pemukiman pada tahun 1943,
masyarakat setempat mulai membuka lahan jati atau perkebunan jati untuk mulai ditanami
dengan tanaman padi dan palawija, dalam artian sejak perkebunan jati dialihfungsikan menjadi
pemukiman, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mulai mengusahakan pertanian sebagai
penunjang kehidupan perekonomian mereka. Tetapi masih ada juga sebahagian masyarakat lagi
yang masih bekerja di Perkebunan Pagar Merbau.
Selama proses alih fungsi perkebunan tersebut , sebahagian dari karyawan atau buruh
perkebunan di kebun Pagar Merbau ini mencari tambahan mereka hanya mengerjakan tanahnya
yang di perkebunan saja. Oleh pihak perkebunan sebagian daerah kebunnya diperbolehkan
kembali dengan tembakau, setelah sampai waktu panen maka buruh boleh menanaminya kembali
dengan padi. Hal ini terus dilaksanakan sebahagian buruh di Desa Sidodadi Batu 8.
Terjadinya proses alih fungsi tanah kebun menjadi pemukiman adalah karena sebahagian
penduduk menanam lahan pohon jati dengan tanaman palawija. Pada awalnya mereka hanya
mencoba membuka lahan jati ini dengan bercocok tanam saja, tetapi lama kelamaan mereka
mulai mendirikan bangunan untuk tempat tinggal. Maka bagi buruh perkebunan yang telah
membuka hutan jati tersebut kebanyakan telah memiliki tanah dan memiliki rumah di wilayah ini
walau dengan bentuk yang sangat sederhana. Mereka tetap bekerja sebagai buruh di
perkebunan, hanya saja sebagian rumah mereka sudah pindah ke Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan
ini terus berlangsung sampai pihak perkebunan merubah tanamannya yang semula tembakau
menjadi kelapa sawit. Pihak perkebunan mengambil inisiatif untuk memindahkan sebagian
karyawannya ke cabang-cabang PTP IX Kebun yang lainnya, karena pekerjaan untuk memburuh
tidak sebanyak pada musim kebun tembakau lagi.
Bagi buruh yang telah memiliki rumah di Desa Sidodadi Batu 8, mereka tidak mau ikut
dipindahkan oleh perkebunan. Sangsi bagi buruh yang demikian adalah diberhentikan pihak
perkebunan sebagai buruh, tanpa mendapat pensiun, karena belum saatnya harus pensiun.Tetapi
ada juga sebagian dari karyawan ini kerjanya tidak dipindahkan ke tempat lain. Setelah mereka
mereka memiliki rumah di desa ini, mereka sendiri bermohon untuk pindah ke Desa Sidodadi
Batu 8 dan terus menetap sampai sekarang. Setelah adanya pemindahan ini maka banyaklah di
keadaan desa ini menjadi ramai. Hal serupa juga terjadi pada desa-desa tetangga di kawasan
Kecamatan Pagar Merbau.10
Sesuai dengan proses terbentuknya desa ini karena proses alihfungsi tanah kebun menjadi
pemukiman dan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa maka desa ini dinamai dengan bahasa
Jawa yakni SIDODADI yang dalam Bahasa Jawanya ``sidodadi`` itu berarti makanya jadi,,atau
jadi,,atau juga terjadi. Masyarakat setempat memiliki pandangan bahwasanya desa ini terjadi
karena proses alih fuangsi tanah kebun menjadi tempat pemukiman. Penambahan kata-kata Batu
Delapan karena desa ini merupakan desa yang terdapat pada kawasan Batu Delapan, dimana
kawasan ini merupakan kawasan tempat desa-desa yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau
yang letaknya berderet-deret memanjang dari Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang.
Sejak awal dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 dapat disimpulkan bahwa penduduk desa ini
mata pencahariannya ialah buruh perkebunan dan sebahagian mencoba pula menanami tanaman
padi dari bagian tanah mereka dengan hasil yang tidak memadai hanya untuk kebutuhan pangan
saja. Sekitar tahun 1970, pihak perkebunan PTP IX Pagar Merbau mencoba untuk mengambil
kembali tanah di Desa Sidodadi Batu 8 dan sekaligus mau dijadikan kebun kelapa sawit.
Keadaan ini sempat membuat situasi keamanan di desa ini menjadi tidak baik, karena lahan ini
telah bertahun-tahun diusahakan dan ditempati rakyat. Persoalan ini kemudian dapat teratasi di
sekitar tahun 1970 juga oleh Pemerintah Daerah setempat dan dengan segera mendapat jalan
keluarnya , dan pada tahun 1974 telah dikeluarkan surat yang sah dari Pemerintah Daerah
tentang kepemilikan tanah yang sah untuk warga Desa Sidodadi Batu 8 ini sesuai dengan
peraturan yang dikeluarkan.
10
Selain sebagai buruh, masayarakat terus mengusahakan pertanian cukup sandang pangan
pada desa ini dengan hasil yang sangat minim yakni mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan
pangan mereka saja bahkan cenderung kekurangan. Upah menjadi buruh dirasakan sangat kurang
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sebahagian masyarakat juga memiliki
hewan ternak rumahan seperti ayam, itik, dan bebek.
Kondisi perekonomian yang kurang baik, menyebabkan sebahagian besar penduduk
Desa Sidodadi Batu 8 pada tahun 1950 hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi mereka.
Dahulu alat transportasi sepeda harus memiliki lampu dan plat polisi sederhana untuk menunjang
keamanan lalu lintas. Jikalau seseorang mengendarai sepeda tidak memiliki lampu maka akan
ditangkap oleh petugas kepolisian di Kecamatan Pagar Merbau.
Pada tahun 1954, perekonomian masayarakat Desa Sidodadi Batu 8 semakin terpuruk
dengan adanya bencana alam banjir yang melanda di beberapa desa di Kecamatan Pagar Merbau,
termasuk Desa Sidodadi Batu 8 akibat pecahnya benteng sungai ular yang menyebabkan
pertanian di desa ini menjadi hancur dan lahan di desa ini menjadi tidak memadai dan tidak
subur untuk ditanami lahan pertanian lagi, akibatnya perekonomian masyarakat Desa Sidodadi
semakin parah.
Di tengah kemerosotan perekonomian masyarat Desa Sidodadi Batu 8, pada tahun 1955
di bangunlah sebuah surau ( mesjid berukuran kecil) dengan nama Mesjid Sirajul Huda di daerah
dusun I Desa Sidodadi Pagar Merbau dengan kondisi darurat. Hal ini menunjukkkan tingkat
keimanan ataupun religius masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sangat besar, Di tengah situasi
membangun sebuah surau dalam rangka lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Perekonomian di Desa Sidodadi Batu 8 tidak juga membaik, hanya berjalan biasa-biasa
saja sehingga dalam bidang pendidikan di desa ini juga tidak terlalu baik. Kebanyakan mereka
hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar atau paling tinggi hanya tingkat
Sekolah Lanjutan Pertama. Sekitar tahun 1957 sampai pada tahun 1958 oleh pemerintah daerah
dibangun sebuah Sekolah Dasar di desa ini yakni SD Negri No. 101911 Sidodadi.
Situasi ekonomi yang tidak terlalu baik berlanjut sampai dengan tahun 1965, dimana
pada tahun ini terjadi tragedi pecahnya Pergerakan G 30 S PKI yang mengakibatkan desa
menjadi tambah kacau, walaupun pada desa ini masyarakatnya tidak ada yang terlibat dengan
gerakan tersebut. Sebahagian masyarakat banyak mengalami ketakutan dan trauma terhadap
proses pembersihan atau penangkapan anggota PKI oleh mantan Presiden Soeharto pada waktu
itu. Setiap hari masyarakat menyaksikan truk Brigade Mobil mengangkut tahanan politik G30 S
PKI melewati desa mereka untuk dieksekusi di sekitar daerah Jaharun. Masyarakat sekitar
banyak menyebutnya dengan Jalan Pandu.
Pada tahun 1965 masih sedikit masyarakat yang memiliki alat-alat elektronik, seperti
televisi. Hanya sekitar dua orang penduduk yang memiliki televisi , media untuk mengetahui apa
yang terjadi di luar daerah mereka. Mereka yang memiliki televisi adalah orang yang tingkat
ekonominya sudah cukup baik. Televisi ketika itu dibeli dari Medan, karena belum ada toko
yang menjual televisi di daerah Lubuk Pakam. Oleh karena itu, maka masyarakat Desa Sidodadi
memiliki televisi tersebut. Acara yang sering ditonton oleh mereka ialah acara berita yang
disiarkan oleh TVRI.
Pada tahun 1971 dibangunlah Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 secara sangat
sederhana dengan Kepala Desa yang pertama ialah Bapak Rasimin, warga asli Desa Sidodadi
Batu 8.
Pada tahun 1972, warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena musibah,
yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras
jagung sebagai pengganti nasi. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat desa ini
semakin terpuruk. Penduduk asli desa ini pada dasarnya tidak memiliki keahlian khusus ataupun
usaha alternatif lain untuk mencari jalan keluar dari permasalahan perekonomian mereka.
Keadaan ini dibuktikan dengan mata pencaharian mereka yang sangat statis dimana sebahagian
besar dari mereka hanyalah buruh, supir atau petani padi dan palawija yang subsisten. Sehingga
pada tahun-tahun ini, dimana perekonomian masyarakat Desa Sidodadi yang semakin terpuruk,
tingkat kriminalitas juga semakin tinggi. Banyak terjadi pencurian hewan-hewan ternak oleh
pengangguran yang didominasi oleh penduduk dengan tingkat usia produktif bekerja. Tingkat
kriminalitas yang tinggi ditambah dengan tingkat pendidikan yang juga relatif rendah adalah
akibat dari kemiskinan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 yang merupakan masalah
perekonomian yang melanda masyarakat desa ini pada waktu itu dan tidak dapat diatasi oleh
BAB III
MUNCULNYA USAHA BATU BATA DI DESA SIDODADI BATU 8 KECAMATAN PAGAR MERBAU KABUPATEN DELI SERDANG
3.1. Latar Belakang Munculnya Usaha Batu Bata Di Desa Sidodadi Batu 8.
3.1.1. Kemiskinan dan Kurangnya lapangan Kerja.
Sebelum dimulai usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8, desa ini dilanda
kemerosotan ekonomi yang cukup parah. Desa ini sebahagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai buruh perkebunan PTP IX Pagar Merbau dan mengusahakan pertanian
cukup sandang pangan yang belum dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mencapai
kesejahteraan hidup yang baik.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadi kemiskinan ataupun kemerosotan ekonomi di
desa ini, yaitu, gaji masyarakat desa sebagai buruh perkebunan yang kurang memadai, tidak
adanya keahlian masyarakat untuk mengusahakan mata pencaharian lain untuk memperbaiki
perekonomian mereka. Pertanian yang mereka usahakan sebagai mata pencaharian sampingan
masih belum memadai dan cenderung mengarah kepada pertanian subsisten. Sebuah pertanian
akan berhasil bila ditunjang dengan adanya perairan (irigasi), dan lahan yang kuantitas dan
kualitasnya cukup baik dan memadai. Sedangkan pertanian di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami
permasalahan yakni pada tahun 1954 terjadi bencana banjir yang menyebabkan sejumlah
pertanian hancur. Pertanian juga tidak begitu berkembang ditunjang dengan faktor lahan yang
Seperti yang kita ketahui pada masa Kolonial Belanda banyak terjadi masalah
kemiskinan di daerah pedesaan, dan pertanian juga masih belum maju dan berkembang. Dalam
rangka memahami masalah kemiskinan di pedesaan pada masa kini penyorotan masalah yang
sama pada masa lalu mungkin perlu. Kemiskinan di pedesaan pada masa kolonial terjadi pada
masa cultur stelsel (sistem tanam paksa) sebagai kebijakan pemerintah yang banyak membawa
kemiskinan dan kesengsaraan penduduk dan juga pada masa liberal pada akhirnya juga
menimbulkan kecaman dan kritik yang sama karena menimbulkan akibat yang sama. Kebijakan
untuk membuka daerah-daerah pedesaan yang dijalani kebijakan tanam paksa oleh penanaman
modal swasta Belanda secara besar-besaran sesudah tahun 1870, oleh para penganjurnya
diharapkan akan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk Indonesia, tetapi pada
kenyataannya meleset.11
Banyak hal mendukung ketimpangan ekonomi pada waktu itu. Pesatnya perkembangan
perkebunan besar telah menyebabkan produksi tanaman ekspor meningkat secara mantap. Tetapi
di lain pihak angka kenaikan produksi bahan pangan bahkan menunjukkan lebih rendah daripada
angka kenaikan penduduk.
Dapat dikatakan bahwa menurunnya kesejahteraan penduiduk desa di Indonesia pada
periode tersebut pada dasarnya disebabkan beberapa faktor, pertama, pertumbuhan penduduk
yang pesat tidak seimbang dengan kenaikan produksi pangan. Kedua, sistem tanam paksa yang
menyebabkan kerugian penduduk pedesaan. Ketiga, penghasilan pada pedesaan banyak dipakai
untuk keperluan negeri penjajah.
11
Mubyarto, Growth and Equity in Indonesia Agricultural Development (Yayasan Agro Ekonomika, 1982)
Salah satu faktor kemiskinan pada masa kolonial yang dialami Indonesia hampir mirip
dengan apa yang terjadi pada Desa Sidodadi Batu 8 sebelum awal dibukanya usaha batu bata,
yakni pertumbuhan penduduk yang semakin berkembang tidak seimbang dengan pendapatan
masyarakat ataupun produksi pangan terhadap pertanian yang mereka usahakan.
Setelah tanah perkebunan dialihfungsi menjadi pemukiman, jumlah penduduk kian
bertambah dengan adanya perkawinan ataupun migrasi penduduk dari daerah lain di dalam desa
tersebut, tetapi mata pencaharian masyarakat yang hanya sebagai buruh, supir, atau pertanian
yang cukup sandang pangan tidak mencukupi kebutuhan hidup masyarakat yang jumlahnya terus
bertambah. Kemerosotan ekonomi ini ditambah dengan adanya bencana banjir tahun 1954
menyebabkan pertanian hancur. Tidak ada bantuan pemerintah yang berarti ketika itu untuk
memperbaiki situasi pertanian di desa ini. Sesuai dengan catatan di Kantor Kepala Desa Sidodadi
Batu 8, baru pada tahun 1993 ada bantuan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di daerah
pedesaan yakni program IDT sesuai dengan INPRES No.5/ 1993. Sebelum tahun 1993, tidak
ada bantuan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di desa ini, sampai pada tahun1972 warga
Desa Sidodadi, khususnya kepada para petani terkena musibah, yaitu bencana hama wereng
yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras jagung sebagai pengganti
nasi.
Situasi dimana masyarakat tidak dapat lagi memproduksi beras atau tidak bisa
mengkonsumsi beras , maka dapat disimpulkan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka sehingga dapat dikatakan masyarakat desa ini
mengalami kemiskinan. Sesuai dengan ukuran yang digunakan Sajogyo dalam menentukan
kadar kemiskinan, yaitu didasarkan pada pendapatan yang kurang dari 20 kg beras perbulan.
dengan pendapatan 320 kg beras per kepala per tahun: sangat miskin ( 180 kg per kepala per
tahun).12
Keadaan dimana masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak dapat lagi mengkonsumsi dan
menghasilkan beras dalam batas kecukupan berlangsung sampai dibukanya usaha batu bata di
desa ini.
Pada kasus kemiskinan yang terjadi di Desa Sidodadi batu 8 pada tahun 1972, warga
desa bukan lagi tidak dapat sekedar memproduksi beras untuk ukuran 20 kg perbulan untuk satu
keluarga, tetapi warga desa terpaksa makan beras dicampur jagung karena kesulitan untuk
memproduksi beras.
13
Ketidak adanya kemampuan ataupun keahlian untuk menciptakan mata pencaharian baru
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan banyaknya pengangguran karena
kurangnya lapangan pekerjaan.
Kebanyakan dari penduduk desa yang tidak memiliki keahlian pada bidang pertanian
memilih untuk menjadi seseorang yang menganggur dan bekerja serabutan. Hal ini menyebabkan
situasi keamanan desa yang tidak kondusif. Banyak diantara mereka yang menganggur
melakukan kejahatan seperti mencuri hewan-hewan ternak di dalam ataupun di luar Desa
Sidodadi Batu 8.14
Situasi perekonomian yang terpuruk memunculkan keinginan masyarakat Desa Sidodadi
Batu 8 untuk mencari jalan agar perekonomian mereka membaik dengan jalan memunculkan
usaha yang baru untuk merubah kehidupan mereka.
3.1.2. Rendahnya Tingkat Pendidikan.
12
Ibid, hlm.225..
13
Wawancara dengan Jumadi (mantan pengusaha batu bata), tanggal 25 Agustus 2013. 14
Kemiskinan yang terjadi pada desa Sidodadi Batu 8 menyebabkan terjadi rendahnya
tingkat pendidikan pada masyarakat Sidodadi Batu 8. Ketiadaan dana untuk desa ataupun
masayarakat desa, membuat desa tidak dapat mengadakan sarana pendidikan yang baik di Desa
Sidodadi Batu 8. Begitu juga bagi masyarakat desa, dengan perekonomian cukup sandang
pangan saja tidak begitu memikirkan untuk hal pendidikan. Kebanyakan dari mereka pada awal
desa ini di buka sampai pada tahun 1970-an menamatkan pendidikan hanya sampai pada
Sekolah Dasar.
Daripada memikirkan mengenai pendidikan, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lebih
memikirkan bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sekolah
tidak terlalu diprioritskan. Kebanyakan dari mereka dengan perekonomian yang kurang baik,
hanya memikirkan kebutuhan yang harus dipenuhi saat itu dalam rangka melangsungkan
kehidupan mereka.15
Dari mulai desa ini di buka sampai tahun 1970, hanya satu sekolah yang di bangun pada
desa ini, yaitu SD. Negri No. 101911 Sidodadi.
Kegiatan pendidikan dilangsungkan sangat sederhana, mengenai seragam dan peralatan
sekolah pada waktu itu juga sangat apa adanya. Murid- murid SD pada desa ini tidak
menggunakan seragam dan sepatu, tetapi hanya menggunakan pakaian sederhana dan tidak
menggunakan alas kaki. Adapun yang menggunakan alas kaki hanya alas kaki yang sederhana.
Setelah menamatkan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar, kebanyakan anak-anak pada
Desa Sidodadi Batu 8 tidak melanjutkan pendidikan untuk tahap Sekolah Lanjutan Pertama
apalagi untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, selain karena ketiadaan dana untuk melanjutkan
15
pendidikan, kesulitan transportasi untuk menuju Sekolah Lanjutan yang ada di luar desa mereka
juga merupakan faktor yang menyebabkan mereka tidak melanjutkan pendidikan. Kesulitan-
kesulitan ini menimbulkan minimnya harapan mereka untuk memperoleh pendidikan yang
tinggi. Jangankan untuk memeperoleh pendidikan yang tinggi, untuk memenuhi wajib belajar
sembilan tahun saja juga sulit untuk diraih.
Anak-anak di Desa Sidodadi Batu 8 yang telah menamatkan pendidikannya pada tingkat
Sekolah Dasar lebih memilih untuk membantu perekonomian keluarga sebagai tenaga tambahan
pada usaha pertanian yang diusahakan keluarga, sekedar untuk membantu menambah
kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka.
Rendahnya tingkat pendidikan pada Desa Sidodadi Batu 8 membuat sempitnya pemikiran
pada masyarakat Desa Sidodadi Batu 8. Situasi perekonomian yang sulit dan menyengsarakan
kehidupan mereka seharusnya segera diperbaiki, tetapi mereka hanya berusaha bertahan hidup
sebisa mungkin dengan apa yang telah disediakan oleh alam. Mereka tidak dapat berpikir
bagaimana untuk memberdayakan Sumber Daya Alam yang telah tersedia oleh alam. Sementara
alam tidak selamanya dapat menyediakan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan demikian
masyarakat harus berbuat untuk mengatasi keadaan yang melanda kehidupan mereka, mereka
seharusnya sebisa mungkin memanfaatkan Sumber Daya tersebut, tetapi karena tingkat
pendidikan yang rendah, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 tidak berfikir seperti itu. Mereka
hanya berfikir sederhana untuk hanya memenuhi kebutuhan hidup mereka pada waktu itu.16
16
3.2. Perkembangan Teknologi Produksi Batubata
Usaha batu bata pada Desa Sidodadi Batu 8 mulai ada sejak tahun 1970- an. Usaha ini
diprakarsai oleh seorang pendatang yang merantau ke desa ini. Beliau berasal dari daerah
Sumatera Barat. Beliau bernama Asnawi. Beliau yang pertama kali merintis usaha batu bata di
desa ini. Beliau datang ke desa ini pada tahun 1974.
Usaha batu bata sangat cocok dengan jenis tanah yang ada di Desa Sidodadi Batu 8,
karena tanahnya adalah tanah galong.
Asnawi memulai usaha batu bata ini dengan teknologi yang masih sangat sederhana
yakni dengan teknologi cetak tangan. Beliau melihat adanya peluang untuk usaha batu bata ini
karena kecocokan tanahnya. Beliau mulai membuat coen (pijakan tanah) dengan pijakan kaki
manusia( di lakukan sendiri, memijak tanah dengan kaki).Teknik pencetakan dengan cetakan
tangan satu blok, yakni cetak dibuat dari kayu dan hanya dapat memproduksi satu blok batu saja,
begitu juga dengan pembakaran dan penjemuran dilakukan masih dengan teknologi yang sangat
sederhana.
Walaupun usaha batu bata yang dirintis oleh Asnawi masih mempergunakan teknik yang
sangat sederhana, usaha ini cukup menjanjikan dan dapat memperoleh penghasilan yang lebih
dibanding hanya sekedar menjadi buruh ataupun bekerja serabutan yang selama ini menjadi mata
pencaharian masyarakat Desa Sidodadi Batu 8.
Teknologi usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 semakin berkembang dengan
kedatangan penduduk yang berasal dari daerah Batang Kuis, beliau bernama Harjo. Beliau juga
melihat peluang yang baik untuk usaha batu bata di desa ini. Pada sekitar tahun yang sama yakni
kerajinan batu bata masih dengan teknik cetak tangan, tetapi untuk membuat coen (pijakan
tanah) dengan menggunakan tenaga kerbau. Dengan menggunakan tenaga kerbau beliau dapat
memproduksi batu bata dalam waktu yang lebih cepat dan jumlah yang lebih banyak per harinya.
Seiring dengan perkembangan atupun kemajuan pembangunan pada daerah luar ataupun
daerah perkotaan, permintaan akan barang material seperti batu bata secara otomatis meningkat
pesat, sedangkan jumlah produksi sedikit. Jumlah produksi batu bata yang belum seimbang
dengan permintaan akan batu bata, menyebabkan harga batu bata meningkat pada waktu itu.
Tingginya harga batu bata membuat penghasilan pengusaha batu bata juga meningkat.
Hal ini menumbuhkan keinginan penduduk Desa Sidodadi Batu 8 untuk meniru ataupun
mencontoh Asnawi dan Harjo untuk belajar membuat usaha batu bata di lahan mereka
masing-masing.
Tingginya permintaan akan bahan material, dalam hal ini batu bata, menuntut agar
produksi batu bata harus banyak. Pada awalnya, Asnawi dan Harjo membuka usaha batu bata
ini hanya untuk usaha rumah tangga saja, tetapi kemudian karena tingginya permintaan akan
produksi batu bata, membuat mereka membutuhkan tenaga kerja untuk memproduksi batu bata
dalam jumlah yang besar dalam rangka mengembangkan usaha mereka.
Tenaga kerja diperoleh dari penduduk setempat. Bekerja menjadi buruh batu bata
membuat masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mendapatkan keahlian dalam proses pembuatan
batu bata.
Keadaan tanah yang cocok, yakni tanah galong, dan kuantitas Sumber Daya Tanah yang
mulai mengusahakan usaha batu bata di desa mereka untuk mendapatkan taraf kehidupan yang
lebih baik.
Usaha batu bata yang mulai berkembang di desa ini memecah kebuntuan terhadap
persoalan perekonomian yang selama ini mereka alami. Dengan adanya usaha batu bata ini
membuat penduduk Desa Sidodadi Batu 8 perlahan mulai dapat keluar dari permasalahan
ekonomi yang selama ini dialami.
Usaha batu bata di desa ini pada mulanya adalah usaha yang dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi lama kelamaan usaha ini menjadi meningkat dan demikian
juga terhadap hasil produksinya, sehingga usaha batu bata ini terus berkembang.
Perkembangan usaha batu bata ini kemudian selain menjadikan sebagai mata
pencaharian utama, juga sebagai usaha yang turun temurun dilakukan pada generasi selanjutnya
di desa ini sebagai usaha keluarga dengan anak dan istri sebagai tenaga kerja untuk memproduksi
batu bata.
Dalam tahun-tahun selanjutnya usah batu bata mulai menjadi mata pencaharian utama di
Desa Sidodadi Batu 8 . Masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 pada umumnya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya adalah mengusahakan batu bata. Sebahagian kecil masih ada juga bekerja
pada bidang pekerjaan lain, seperti supir, buruh pabrik, atau tukang rumah. Mereka yang
memilih tidak membuka usaha batu bata dikarenakan karena pekerjaan ini tidak sesuai dengan
kepandaian yang mereka miliki, dan tidak adanya keinginan untuk medapatkan pengetahuan
Tabel 4
Daftar Awal Usaha Batubata
No Nama Kepala Keluarga Mulai Usaha Status
1 Asnawi 1974 Perintis
2 Harjo 1976 Perintis
3 Basiran 1980 Memulai
4 Wiriadi 1982 Memulai
5 Mahmad 1995 Penerus
6 Paiman 1980 Memulai
7 Sofyan 1995 Penerus
8 Safarudin 1996 Penerus
Sumber : Data Lapangan Tahun 2013
Tabel di atas menunjukkan gambaran mengenai alur perkembangan teknologi pengolahan
batu bata di Desa Sidodadi Batu 8 yang dirintis oleh penduduk pendatang dari luar Desa
Sidodadi Batu 8. Mereka mengembangkan teknologi pengolahan batu bata di desa ini, hingga
usaha batu bata berkembang menjadi usaha keluarga di Desa Sidodadi Batu 8 ini. Teknologi
pengolahan batu bata berkembang di secara turun temurun menjadi mata pencaharian utama di
desa ini. Mereka yang pada awalnya bekerja sebagai buruh batu bata pada usaha yang
dikembangkan para perintis kemudian mencoba memulai usaha ini untuk memperbaiki
perekonomian mereka. Mereka yang disebut memulai. Usaha ini dikembangkan secara turun
temurun kepada anak mereka yang telah bekeluarga, mereka yang meneruskan usaha keluarga di