• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Metode Simulasi tentang SADARI terhadap Perilaku dalam Mencegah Kanker Payudara (Ca Mammae) Secara Dini pada Siswi SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Metode Simulasi tentang SADARI terhadap Perilaku dalam Mencegah Kanker Payudara (Ca Mammae) Secara Dini pada Siswi SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENCEGAH KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) EFEKTIFITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN

METODE SIMULASI TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU SECARA DINI PADA SISWI SMU NEGERI I SEI RAMPAH

KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2014

TESIS

Oleh SULIANI 127032156/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE EFFECTIVENESS OF EXTENSION ON “SADARI”WITH LECTURE AND SIMULATION METHOD ON THE BEHAVIOR IN EARLY

PREVENTION OF BREAST CANCER (CA MAMMAE) IN THE FEMALE STUDENTS OF SMU NEGERI I SEI RAMPAH,

SEI RAMPAH SUBDISTRICT, SERDANG BEDAGAI DISTRICT IN 2014

THESIS

BY

SULIANI 127032156/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

EFEKTIFITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE SIMULASI TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU

DALAM MENCEGAH KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) SECARA DINI PADA SISWI SMU NEGERI I SEI RAMPAH

KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SULIANI 127032156/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(4)

Judul Tesis : EFEKTIFITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE

SIMULASI TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU DALAM MENCEGAH KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) SECARA DINI PADASISWISMU NEGERI I SEI RAMPAH KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Suliani Nomor Induk Mahasiswa : 127032156

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D)

Anggota (Dra. Syarifah, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

(6)

PERNYATAAN

EFEKTIFITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN METODE SIMULASI TENTANG SADARI TERHADAP PERILAKU

DALAM MENCEGAH KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) SECARA DINI PADA SISWI SMU NEGERI I SEI RAMPAH

KECAMATAN SEI RAMPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(7)

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, yang bersumber dari sel-sel dalam jaringan payudara yang berkembang dalam keadaan tidak terkendali. Salah satu upaya untuk mendeteksi kanker payudara secara dini melalui periksa payudara sendiri (SADARI). Namun masih banyak wanita yang tidak melakukan SADARI.

Penelitian ini adalah eksperimen semua tau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah dan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswi yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan 20 siswi yang diberikan penyuluhan dengan metode simulasi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2014. Data diperoleh melalui wawancara langsung oleh responden dan dianalisis dengan ujiwilcoxondan mann whitney test pada taraf kepercayaan 95%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap pengetahuan dengan nilai p = 0,001 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi, terhadap sikap dengan nilai p = 0,001 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi dan terhadap tindakan p = 0,008 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pengetahuan (p = 0,005) dan sikap (p = 0,029) siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan simulasi.

Disarankan kepada para pihak sekolah agar memberikan informasi kepada siswi tentang SADARI melalui proses belajar mengajar dan kepada siswi agar terlibat secara aktif dalam mencari informasi tentang SADARI dan memberikan informasi kepada siswi yang lain dengan metode simulasi.

(8)

ABSTRACT

Breast cancer the disease which is most feared by women originates from the cells in the breast tissue growing in an uncontrolled state. One of the efforts for early detection of breast cancer is through breast self-examination (SADARI = Periksa Payudara Sendiri). But there are still many women who do not perform SADARI.

The purpose of this quasi experiment conducted from January to June 2014 was to find out the effectiveness of the extension through lecture and simulation methods on the knowledge and attitude of the female students about early detection of breast cancer through breast self-examination (SADARI). The population of this study was all of the 40 female students of SMU Negeri I Sei Rampah, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagai District which were divided into two groups in which 20 of them were given extension through lecture method and the other 20 were given extension through simulation method. The data for this study were obtained through interviewing the respondents and the data obtained were analyzed through Wilcoxon and Mann Whitney tests at the level of confidence 95%.

The result of analysis showed that the extension through both lecture and simulation methods had influence on knowledge with p = 0.001 and p =0.001 respectively; on attitude with p =0.001 and p = 0.001 respectively, and on action with p = 0.008 and p = 0.001 respectively. The result of this study showed that there was a difference between knowledge (p = 005) and attitude (p = 0.029) of the female students who received the extension through lecture and simulation methods.

The management of the school (SMU Negeri I Sei Rampah, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagai District) is suggested to provide information about SADARI through teaching-learning process and the female students are suggested to actively look for the information about SADARI and socialize the information to the other female students through simulation method.

(9)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Efektifitas Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Metode Simulasi tentang SADARI terhadap Perilaku dalam Mencegah Kanker Payudara (Ca Mammae) Secara Dini pada Siswi SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014”

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 FKM USU 4. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D, sebagai ketua komisi pembimbing yang dengan

(10)

waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dra. Syarifah, M.S, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes sebagai komisi penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Drs. Eddy Syahrial, M.S sebagai komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Kepala SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Ayahanda Tumiran dan Ibunda Alm. Samiyem yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini. 11. Teristimewa buat suami tercinta Henco Sembiring Brahmana dan ananda

(11)

12. Buat rekan-rekanmahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku tahun 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat dalam menjalani dan menyelesaikan pendidikan di Program Magister IKM FKM-USU.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Suliani lahir pada tanggal 30 Maret 1978 di Penggalangan. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan ayahanda Tumiran dan Ibunda Alm. Samiyem.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 104299 Penggalangan selesai tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 17 Desa Ponselesai tahun 1994, Sekolah Pendidikan Kesehatan Tebing Tinggi selesai tahun 1998, Akademi Kebidanan Pemko Tebing Tinggi selesai tahun 2002, Fakultas Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mutiara Medan selesai tahun 2004.

Penulis bekerja sebagai tenaga pengajar di Akademi Kebidanan Indah Medan pada tahun 2002sampai sekarang dan sebagai bidan di Desa Pon Kecamatan Sei Bamban Sergai.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penyuluhan Kesehatan ... 10

2.1.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan ... 10

2.1.2. Metode Penyuluhan Kesehatan ... 12

2.1.3. Metode Ceramah ... 14

2.1.4. Metode Simulasi ... 17

2.2. Perilaku ... 19

2.2.1. Pengetahuan ... 19

2.2.2. Sikap ... 23

2.2.3. Tindakan ... 27

2.3. Kanker Payudara ... 28

2.3.1. Anatomi Payudara ... 28

2.3.2. Definisi Kanker Payudara ... 29

2.3.3. Etiologi Kanker Payudara ... 30

2.3.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara ... 32

2.3.5. Pencegahan Kanker Payudara ... 35

2.4. Pemeriksaan Payudara Sendiri ... 37

2.4.1. Pengertian Pemeriksaan Payudara Sendiri ... 37

2.4.2. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri ... 37

(14)

2.5.2. Perubahan Fisik Remaja Putri ... 45

2.6. Landasan Teori ... 45

2.7. Kerangka Konsep ... 47

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Jenis Penelitian ... 48

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

3.3. Populasi dan Sampel ... 50

3.3.1. Populasi ... 50

3.3.2. Sampel ... 50

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 51

3.4.1. Jenis Data ... 51

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 53

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 56

3.5.1. Variabel ... 56

3.5.2. Definisi Operasional ... 56

3.6. Metode Pengukuran ... 56

3.7. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 58

3.7.1. Pengolahan Data ... 58

3.7.2. Analisis Data ... 58

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 59

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59

4.2. Karakteristik Responden ... 60

4.3. Analisis Univariat ... 61

4.3.1. Variabel Pengetahuan ... 61

4.3.2. Variabel Sikap ... 70

4.3.3. Variabel Tindakan ... 91

4.4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Hasil Pretest, Posttest Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga ... 92

4.4.1. Perbedaan Tingkat Pengetahuan pada Hasil Pretest, Posttest Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga .. 92

4.4.2. Perbedaan Tingkat Sikap pada Hasil Pretest, Posttest Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga ... 94

4.4.3. Perbedaan Tindakan pada Hasil Pretest, Posttest Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga ... 96

4.5. Analisis Bivariat ... 97

4.5.1. Efektivitas Metode Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan tentang SADARI ... 98

(15)

4.5.3. Efektivitas Metode Penyuluhan dengan Metode

Ceramah terhadap Sikap tentang SADARI ... 99

4.5.4. Efektivitas Metode Penyuluhan dengan Metode Simulasi terhadap Sikap tentang SADARI ... 100

4.5.5. Efektivitas Metode Penyuluhan dengan Metode Ceramah terhadap Tindakan tentang SADARI ... 100

4.5.6. Efektivitas Metode Penyuluhan dengan Metode Simulasi terhadap Tindakan tentang SADARI ... 101

BAB 5. PEMBAHASAN ... 102

5.1. Penyuluhan tentang SADARI dengan Metode Ceramah ... 102

5.2. Penyuluhan tentang SADARI dengan Metode Simulasi ... 108

5.3. Perbedaan Efektifitas Penyuluhan tentang SADARI dengan Metode Ceramah dan Simulasi ... 114

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

6.1. Kesimpulan ... 118

6.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas dan

Umur ... 60 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Pretest dengan

Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 61 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Posttest Pertama

dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 64 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Posttest Kedua

dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 67 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden pada Posttest Ketiga

dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 69 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Pre dengan Menggunakan

Metode Ceramah ... 71 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Pre dengan Menggunakan

Metode Simulasi ... 73 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Pertama dengan

Menggunakan Metode Ceramah ... 75 4.9. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Pertama dengan

Menggunakan Metode Simulasi ... 78 4.10. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Kedua dengan

Menggunakan Metode Ceramah ... 81 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Kedua dengan

Menggunakan Metode Simulasi ... 83 4.12. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Ketiga dengan

(17)

4.13. Distribusi Frekuensi Sikap Responden pada Posttest Ketiga dengan

Menggunakan Metode Simulasi ... 89 4.14. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden pada Pretest, Posttest

Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga dengan Menggunakan

Metode Ceramah dan Simulasi ... 92 4.15. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden pada Pretest, Posttest

Pertama, Posttest Kedua dan Posttest Ketiga dengan Menggunakan

Metode Ceramah dan Simulasi ... 93 4.16. Perbedaan Pengetahuan Responden pada Pretest dan Posttest Ketiga

dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 94 4.17. Frekuensi Tingkat Sikap Responden pada Pretest, Posttest Pertama,

Posttest Kedua dan Posttest Ketiga dengan MenggunakanMetode

Ceramah dan Simulasi ... 95 4.18. Perbedaan Sikap Responden pada Pretest dan Posttest Ketiga dengan

Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 96 4.19. Frekuensi Tindakan Responden pada Pretest, Posttest Pertama,

Posttest Kedua dan Posttest Ketiga dengan Menggunakan Metode

Ceramah dan Simulasi ... 96 4.20. Perbedaan Tindakan Responden pada Pretest dan Posttest Ketiga

dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Simulasi ... 97 4.21. Perbedaan Pengetahuan Berdasarkan Perulangan dengan Metode

Ceramah ... 98 4.22. Perbedaan Pengetahuan Berdasarkan Perulangan dengan Metode

Simulasi ... 98 4.23. Perbedaan Sikap Berdasarkan Perulangan dengan Metode Ceramah .... 99 4.24. Perbedaan Sikap Berdasarkan Perulangan dengan Metode Simulasi ... 100 4.25. Perbedaan Tindakan Berdasarkan Perulangan dengan Metode

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Anatomi Payudara ... 29

2.2. Cara Melakukan SADARI ... 41

2.3. Memijat dan Meraba Payudara ... 43

2.4. Teori S-O-R ... 46

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 47

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Lembar Kesediaan ... 124

2. Kuesioner ... 125

3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 130

4. Master Data ... 132

5. Jadwal Penelitian ... 134

6. Output Hasil Penelitian ... 137

(20)

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, yang bersumber dari sel-sel dalam jaringan payudara yang berkembang dalam keadaan tidak terkendali. Salah satu upaya untuk mendeteksi kanker payudara secara dini melalui periksa payudara sendiri (SADARI). Namun masih banyak wanita yang tidak melakukan SADARI.

Penelitian ini adalah eksperimen semua tau quasi experiment yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah dan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi tentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 20 siswi yang diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan 20 siswi yang diberikan penyuluhan dengan metode simulasi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2014. Data diperoleh melalui wawancara langsung oleh responden dan dianalisis dengan ujiwilcoxondan mann whitney test pada taraf kepercayaan 95%.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan tentang SADARI terhadap pengetahuan dengan nilai p = 0,001 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi, terhadap sikap dengan nilai p = 0,001 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi dan terhadap tindakan p = 0,008 pada metode ceramah dan p = 0,001 pada metode simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pengetahuan (p = 0,005) dan sikap (p = 0,029) siswi yang mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dan simulasi.

Disarankan kepada para pihak sekolah agar memberikan informasi kepada siswi tentang SADARI melalui proses belajar mengajar dan kepada siswi agar terlibat secara aktif dalam mencari informasi tentang SADARI dan memberikan informasi kepada siswi yang lain dengan metode simulasi.

(21)

ABSTRACT

Breast cancer the disease which is most feared by women originates from the cells in the breast tissue growing in an uncontrolled state. One of the efforts for early detection of breast cancer is through breast self-examination (SADARI = Periksa Payudara Sendiri). But there are still many women who do not perform SADARI.

The purpose of this quasi experiment conducted from January to June 2014 was to find out the effectiveness of the extension through lecture and simulation methods on the knowledge and attitude of the female students about early detection of breast cancer through breast self-examination (SADARI). The population of this study was all of the 40 female students of SMU Negeri I Sei Rampah, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagai District which were divided into two groups in which 20 of them were given extension through lecture method and the other 20 were given extension through simulation method. The data for this study were obtained through interviewing the respondents and the data obtained were analyzed through Wilcoxon and Mann Whitney tests at the level of confidence 95%.

The result of analysis showed that the extension through both lecture and simulation methods had influence on knowledge with p = 0.001 and p =0.001 respectively; on attitude with p =0.001 and p = 0.001 respectively, and on action with p = 0.008 and p = 0.001 respectively. The result of this study showed that there was a difference between knowledge (p = 005) and attitude (p = 0.029) of the female students who received the extension through lecture and simulation methods.

The management of the school (SMU Negeri I Sei Rampah, Sei Rampah Subdistrict, Serdang Bedagai District) is suggested to provide information about SADARI through teaching-learning process and the female students are suggested to actively look for the information about SADARI and socialize the information to the other female students through simulation method.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, yang bersumber dari sel-sel dalam jaringan payudara yang berkembang dalam keadaan tidak terkendali.Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara atau istilah medisnya carcinoma mammae adalah momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim.Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel didalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu,kantong penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara.Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai sebagai pembungkus (Mardiana, 2009).

(23)

Menurut Septiani (2013) saat ini ada kecenderungan kanker payudara dialami oleh perempuan dengan usia 15 sampai 20-an tahun.

Angka kejadian atau prevalensi kanker payudara akan selalu bertambah setiap tahun.Setiap tahun lebih dari 185.000 wanita didiagnosa menderita kanker payudara dan insiden kankerpayudara sangat bervariasi di seluruh dunia. Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada daerah di Amerika Serikat (mencapai diatas 100/100.000, berarti ditemukan 100 penderita dari 100.000 orang), The America Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2020, 552.200 orang Amerika akan meninggal akibat kanker, dan 40.800 atau 7% di antaranya adalah perempuan penderita kanker payudara, ini berarti 15% perempuan yang meninggal disebabkan kanker payudara (Purwoastuti, 2008).Kasus kanker payudara di negara berkembang telah mencapai lebih dari 580.000 kasus pada setiap tahunnya dan kurang lebih 372.000 pasien atau 64% dari jumlah kasus tersebut meninggal karena penyakit ini(Suryaningsih, 2009).

(24)

penderita kanker payudara mulai tahun 2008-2012 sebanyak 15.909 kasus dan yang telah meninggal sebanyak 118 orang.

Menurut Ranggiasanka (2010) kanker payudara ini mungkin disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida, zat-zat pengawet, pewarna, penyedap makanan, serta stress yang berkepanjangan. Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit kanker.

Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena risiko kanker payudara.Pola makan dan makanan juga merupakan faktor penting yang dapat memicu terkena kanker payudara. Dalam hal ini budaya makan makanan di Indonesia sangat memengaruhi resiko remaja Indonesia terkena kanker payudara, misalnya saja: gorengan (semua jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan cepat saji seperti buger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak tidak hanya pada remaja tapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan (Kusminarto, 2005).

Untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara, ada berbagai macam cara untuk mendeteksi diantaranya dengan thermography, mammography,

(25)

terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009).

SADARI yaitu pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mengetahui adanya benjolan atau kelainan payudara lainnya.Tujuan utama SADARI adalah menemukan kanker dalam stadium dini sehingga pengobatannya menjadi lebih baik.Ternyata 75-82% keganasan payudara ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri (Dalimartha, 2004).Menurut Septiani (2012) dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) akan menurunkan tingkat kematian akibat kanker payudara samapi 20%, sayangnya wanita yang melakukan sadari masih rendah.

Masih minimnya wanita Indonesia, khususnya remaja dalam melakukan SADARI dilatarbelakangi oleh masih banyak remaja Indonesia masih belum peka terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini.Selain daripada program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja.Bukan hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Henny, 2007).

(26)

tentang prosedur SADARI. Hasil penelitian Siallagan (2010) menunjukkan bahwa sikap remaja putri di SMA Surya Nusantara Kota Tebing Tinggi pada kategori baik yaitu 33 responden (46,4%) sedangkan 38 responden (53,6%) pada kategori kurang. Kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI berpengaruh para perilaku remaja dalam melakukan SADARI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Septiani (2013) bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI pada siswa SMAN 62 Jakarta.

Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan secara dini, akan memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang diinginkan yaitu sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat memberikan gambaran gaya hidup sehat kepada remaja saat ini adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja Indonesia (Notoatmodjo, 2010)

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka, dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2010).

(27)

lisan.Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Hikmawati, 2011).

Sedangkan metode simulasi dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan dalam bentuk demonstrasi, permainan curah pendapat dan dramatisasi serta menonton video. Metode ini bertujuan untuk melatih dan memahami konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Syaifuddin, 2002).

Pendidikan kesehatan yang diberikan melalui ceramah dan simulasi dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maharani (2010) bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan simulasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan. Permatasari (2013) juga menyimpulkan bahwa penyuluhan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan siswi SMA Negeri 2 di Kecamatan Pontianak Barat. Hidayati (2013) juga menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui metode ceramah tentang kankerpayudara dan demonstrasi ketrampilan praktik SADARI berpengaruh terhadappengetahuan siswi tentang kanker payudara dan ketrampilan praktik SADARI di SMAFutuhiyyah Kabupaten Demak.

(28)

jumlah siswi di SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabuapten Serdang Bedagai semakin bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan diketahui bahwa pengetahuan siswi SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai masih kurang. Hal ini diketahui dari 10 siswi yang di wawancarai tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui tentang SADARIdan sepengetahuan mereka ada 2 siswi yang mempunyai benjolan pada payudaranya di sekolah ini. Berdasarkan informasi yang didapat dari kepala sekolah dan dan kepala seksi promosi kesehatan dinas kesehatan kabupaten Serdang Bedagai diketahui bahwa belum pernah dilakukan penyuluhan tentang SADARI di sekolah ini.Berdasarkan hal tersebut maka dipilih SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai lokasi penelitian.

(29)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas penyuluhan dengan metode ceramah dan metode simulasi tentang SADARI terhadapperilakudalam mencegah kanker payudara secara dini pada siswi SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai?.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahuiefektifitas penyuluhan dengan metode ceramah dan metode simulasi tentang SADARI terhadapperilakudalam mencegah kanker payudara secara dini pada siswi SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Hipotesis

1. Ada perbedaan perilakusiswi SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai tentang SADARI sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode ceramah.

2. Ada perbedaan perilakusiswi SMU Negeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai tentang SADARI sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan metode simulasi.

(30)

payudara secara dini pada siswi SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi siswi SMUNegeri I Sei Rampah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai agar melakukan SADARI. 2. Bagi Dinas Kesehatan agar aktif untuk mensosialisasikan program pengendalian

kanker payudara dengan SADARI pada seluruh wanita usia subur.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Kesehatan

2.1.1. Definisi Penyuluhan Kesehatan

Dalam Depkes (2008) disebutkan beberapa definisi penyuluhan kesehatanseperti di bawah ini :

a. Nyswander mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan padamanusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan tidak dapat diberikan oleh seseorang pada orang lain, maupun serangkaian prosedur-prosedur yang harus dijalankan untuk mencapai statu hasil, akan tetapi suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi baru, sikap baru dan perilaku baru yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat. Penekanannya pada perubahan perilaku, bagaimana cara mendorong serta memengaruhi orang lain, sehingga terjadi perubahan perilaku tercapai tujuan kesehatan seseorang dan masyarakat.

(32)

peningkatan kesehatan. Penekanannya bahwa penyuluhan kesehatan merupakan komponen program-program kesehatan, terencana, mudah dilaksanakan, mudah mengukur hasilnya, dan perbaikan peningkatan program pendidikan yang akan datang.

c. L. Green mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman belajar yang merangsang penyesuaian secara sukarela dariperilaku yang sesuai dengan kesehatan. Penekanannya berdasar sukarela dan kesadaran dalam penyesuaian perilaku untuk memajukan kesehatan melalui berbagai kombinasi pengalaman belajar.

d. Wood mendefinisikan penyuluhan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang menguntungkan memengaruhi pengetahuan, kebiasaan, dan sikap yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat, dan bangsa. Penekanannya adalah bahwa pengalaman-pengalaman yang menguntungkan didalam kesehatan dipergunakan untuk memengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuankesehatan.

(33)

Dari berbagai pengertian diatas, bahwa tujuan penyuluhan kesehatan adalah adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Tujuan penyuluhan kesehatan tersebut adalah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakatyang berharga.

b. Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu, kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat.

c. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya.

2.1.2. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi (Depkes, 2008)

a. Berdasarkan Teknik Komunikasi 1. Metode penyuluhan langsung

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengansasaran.Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Metode didaktik

(34)

mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah metode ceramah.

b. Metode sokratik

Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya.

2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film, media cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio)

3. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai a. Pendekatan perorangan

Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.

b. Pendekatan kelompok

(35)

ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan massal

Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/mediacetak lainnya, Pemutaran film, dll

4. Berdasarkan indra penerima

a. Metode melihat/memperhatikan.

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode pendengaran

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui inderapendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl

c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi (dilihat, didengar,dicium, diraba dan dicoba)

2.1.3. Metode Ceramah

(36)

memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Hikmawati, 2011).

Dalam Depkes (2008), ceramah digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5) Dapat memengaruhi suasana emosi peserta.

Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15 orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang kurang memahami (Trianto, 2013)

Hamalik (2013) mengemukakan beberapa alasan pemilihan metode ceramah dalamsuatu pembelajaran atau penyuluhan antara lain :

(37)

2. Kalau pengajar/penyuluh harus menyampaikan informasi kepada pembelajar yang besarjumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yanglain tidak mungkin dapat dipergunakan.

3. Kalau pengajar/penyuluh adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsangpembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.

Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena memilikikeunggulan-keunggulan antara lain (LP3I Unair, 2009) :

1. Cepat untuk menyampaikan informasi

2. Informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran yang cukup besar

3. Sangat cocok digunakan oleh pengajar/penyuluh yang bukan berasal dari kalangan kelompoksasaran.

Pengorganisasian kelas yang sederhana juga merupakan salah satu keunggulan pada metode ceramah. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas jika dibandingkan dengan metode-metode yang lain dimana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, harus merubah posisi kelas dan sebagainya (Hamalik, 2013).

Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki kelemahan antara lain (LP3I Unair, 2009) :

1. Komunikasi satu arah sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau mengeluarkanpendapat.

(38)

4. Sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama. 2.1.4. Metode Simulasi

Metode simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada peserta suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan dengan tujuan agar peserta mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana peserta merasa dan berbuat seperti apa adanya (Mubarak, 2007). Menurut Trianto (2013), metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya

untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun

keterampilan). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan

atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan

praktek di dalam situasi yang sesungguhnya.

Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah:

1. Agar siswa/peserta mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen-komponen yang membentuk sesuatu.

2. Untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa/peserta. 3. Agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa/peserta.

(39)

5. Merangsang siswa/peserta untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori menjadi sesuatu yang nyata (disimulasikan) (Trianto, 2013).

Setiap metode pendidikan kesehatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan begitu juga dengan metode simulasi yaitu sebagai berikut:

1. Aktivitas simulasi menyenangkan sehingga pembelajar terdorong untuk berpartisipasi

2. Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian

3. Simulasi melatih pembelajar untuk berfikir kritis

4. salah satu strategi menimbulkan respon yang positif bagi pembelajar yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya

5. Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab dikerjakan dalam bentuk aktivitas 6. Memungkinkan eksperimen tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya

Kekurangan metode simulasiadalah :

1. Kurang efektif menyampaikan informasi umum; 2. Kurang efektif untuk kelas yang telalur besar.

3. Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

(40)

6. Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak (Syaefuddin, 2002)

2.2. Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benjamin Bloom dalam Notoatmodjo ( 2007), ranah perilaku terbagi dalam 3 domain, yaitu :

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

(41)

tidak merasa memerlukan inovasi tadi. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui keberadaan suatu inovasi.

b. How-to-knowlegde (Pengetahuan pemahaman), yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan cukup tentang penggunaan inovasi ini.

c. Principles-knowledge (Prinsip dasar), yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini adalah tentang caramelakukan SADARI.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

1. Tahu (Know)

(42)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyipulakan, mermalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stu,ktur organisasi tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Synthesis)

(43)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan adalah : 1. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya (Notoatmojo, 2007).

2. Sumber Informasi

(44)

pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain.Adapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.

3. Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang. Sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007)

4. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut (Notoatmodjo, 2007)

2.2.2. Sikap

(45)

terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (Objek).

2. Menanggapi (Responding)

Menanggapi diartikan sebagai memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain, bahkan mengajak atau memengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4. Bertanggung jawab (Responsible)

(46)

Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui terhadap sikap konsumenya.

(47)

Menurut Mar’at dalam Rahayuningsih (2008), Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan sikap adalah :

1. Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat dan sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.

2. Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan, contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.

3. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

Orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus, misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting.

4. Media massa

(48)

Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseoranghingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang

5. Faktor Emosional

Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego sehingga dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama).Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007).

Adapun tingkatan dari tindakan adalah : 1. Persepsi (Perception)

(49)

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga. 4. Adaptasi (Adaptation)

Tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Kanker Payudara 2.3.1. Anatomi Payudara

Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. (Faiz, 2003).

(50)

kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting.Puting (papilla) merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI.(Faiz, 2003).

[image:50.612.209.430.338.490.2]

Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus.Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk struktur payudara.Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus dan menyatu pada puting. Areola, yaitu bagian yang kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu dimana ASI dikeluarkan. (Faiz, 2003).

Gambar 2.1. Anatomi Payudara 2.3.2. Definisi Kanker Payudara

(51)

maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang memengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun (Kasdu, 2005)

2.3.3. Etiologi Kanker Payudara

Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui.Namun, ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara. Beberapa diantaranya, adalah :

1. Usia, Penyakit kanker payudara meningkat pada usia remaja keatas.

2. Genetik, jika ibu atau saudara wanita mengidap penyakit kanker payudara, maka anda kemungkinan memiliki resiko kanker payudara 2 kali lipat dibandingkan wanita lain yang dalam keluarganya tidak ada penderita satupun.

3. Pemakaian obat-obatan, misalnya seorang wanita yang menggunakan therapy obat hormon pengganti {hormone replacement therapy (HRT)} seperti Hormon esterogen akan bisa menyebabkan peningkatan resiko mendapat penyakit kanker payudara.

(52)

5. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah; tidak menikah, menikah tapi tidak punya anak, melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun, tidak pernah menyusui anak.

6. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara meningkat pada orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi dibawah usia 11 tahun.

7. Paparan di tempat kerja ( paparan dari gelombang elektromagnetik).

8. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebihan (Yayasan Kanker Indonesia, 2014).

Menurut, Suryaningsih (2009), faktor pemicu kanker payudara adalah: a. Zat karsinogenik

(53)

b. Senyawa kimia

Banyak sekali senyawa kimia yang ada di sekitar kita.Zat-zat itu merupakan racun bagi tubuh kita. Senyawa kimia tersebut adalah seperti aflatoxin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok dan oral konsepsi.

c. Faktor fisik

Faktor-faktor fisik yang dapat memicu di sekitar kita adalah seperti radiasi matahari, nuklir dan radionukleide.menggunakan bra namun radiasi matahari masih bisa menembus ke jaringan payudara merupakan salah satu pemicu kanker payudara. Oleh sebab itu Anda harus berhati-hati dengan sinar matahari yang dapat memicu kanker payudara.

2.3.4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

(54)

bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih lanjut.Menurut Suryaningsih (2009).

Tingkatan perkembangan kanker payudara adalah: 1. Stadium 0

Pada stadium ini disebut dengan Ductal Carcinoma In Situ atau Non invasive Cancer. Di mana kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

2. Stadium I

Stadium satu nomor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening.

3. Stadium II A

Pada stadium satu ini benjolan kanker hanya berukuran dua sentimeter sehingga tidak dapat terdeteksi dari luar. Karena tidak terdeteksi maka akan sulit mengindikasikan orang terjangkit kanker payudara atau tidak. Namun meskipun begitu dengan kecanggihan alat- alat medis kedokteran pada stadium ini masih bisa ditemukan di sekitar titik-titik saluran getah bening di ketiak. Dengan pemeriksaan dini ini maka sel kanker dapat tidak menyebar ke bagian tubuh dan tidak akan berlanjut ke stadium berikutnya. Kemungkinan sembuh adalah sekitar 70%.

4. Stadium II B

(55)

susu dan daerah ketiak. Pada stadium ini kemungkinan sembuh adalah 30-40 %.Jika sudah diketahui penderita kanker pada stadium 2 maka biasanya dilakukan operasi dengan pengangkatan sel-sel kanker yang ada pada tubuh. Setelah operasi biasanya dokter akan melakukan penyinaran untuk memastikan bahwa tidak ada lagi sel-sel yang tertinggal.

5. Stadium III A

Pada tahap stadium 3 A ini kanker payudara telah 87% telah menyebar ke daerah limfa dan telah berukuran lebih dari lima sentimeter dan telah menyebar ke titk-titik pada pembuluh getah bening ketiak. Diameter tumor juga bisa lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titk-titik pembuluh getah bening ketiak.

6. Stadium III B

Benjolan pada stadium III B lebih panjang lagi dan telah menyebar ke seluruh bagian kulit dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.Dapat menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara.Didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer.Bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.Jika kondisi pasien sudah pada tahap stadium III B maka hal yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.

7. Stadium III C

(56)

8. Stadium IV

Pada stadium 4 kanker sudah begitu parah sudah menjalar ke bagian tubuh lain. Sehingga tidak ada jalan lain selain pengangkatan payudara. Kanker juga telah bermetafisis yaitu kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di sekitar ketiak ke bagian lain seperti paru, tulang, hati, dan otak kanker pada payudara itu bisa membengkak dan pecah, kalau sudah begini bau busuk dan anyir akan keluar dari buah dada. Keluhan ini adalah sesak nafas karena kanker menekan payudara.

2.3.5. Pencegahan Kanker Payudara

Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini.Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier (Pamungkas, 2011). Menurut IUCC dalam Pamungkas (2011), pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor resiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruk kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada dilingkunagan kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau dan alkohol.

(57)

normal dan memilki siklus haid normal merupakan population at risk dari kanker payudara.Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.Diantaranya adalah dengan melakukan SADARI dan skrining melalui mammografi.Menurut beberapa penelitian, menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak.

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hiduppenderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan (Hawari, 2004).

Menurut (Purwoastuti, 2008), kanker payudara dapat dicegah dengan beberapa tindakan sebagai berikut :

1. Hindari makanan berkadar lemak tinggi, dari hasil penelitian, konsumsi makanan berkadar lemak tinggi berkorelasi dengan peningkatan kanker payudara.

2. Jaga kesehatan dengan mengkonsumsi buah dan sayur segar.

3. Berikan air susu ibu (ASI) pada anak selama mungkin, hal ini dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.

(58)

2.4. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Setiap perempuan harus mewaspadai akan perubahan yang terjadi pada payudaranya sendiri. Hampir 85% kejadian kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita itu sendiri dengan menemukan atau merasakan adanya gejala-gejala kanker payudara. Oleh karena itu dikembangkanlah metode SADARI atau breast self exam (BSE) (Kasdu, 2005).

2.4.1. Pengertian Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

SADARI merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. SADARI adalah suatu teknik pemeriksaan dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada payudaranya (Singh, 1999).Menurut Widyastuti (2010), pemeriksaan SADARI adalah cara sederhana menemukan kanker payudara sedini mungkin, dengan cara memeriksa payudara sendiri.

Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin minimal sekali dalam sebulan dan dianjurkan bagi para wanita mulai usia 20 tahun. SADARI dilakukan 3 hari setelah menstruasi atau 7-10 hari dari menstruasi karena pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi (Swart, 2010).

2.4.2. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

(59)

tujuan dilakukannya SADARI secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 harisetelah menstruasi selesai.Pada saat itu, payudara terasa lunak.

2.4.3. Cara Pemeriksaan SADARI

Menurut Suryaningsih (2009), cara melakukan SADARI adalah sebagai berikut:

1. Langkah 1

Langkah pertama adalah:

a. Memulainya dengan melihat payudara anda di cermin. b. Posisi pundak tegap.

c. Kedua tangan di pinggang. Yang harus anda lihat adalah : a. Ukuran payudara.

b. Bentuk payudara. c. Warna payudara.

Payudara yang bermasalah jika: a. Kulit mengkerut.

b. Terjadi lipatan. c. Ada tonjolan.

(60)

f. Nyeri.

g. Ruam-ruam atau bengkak 2. Langkah 2

Langkah kedua adalah: a. Angkat tangan anda.

b. Amati jika ada perubahan-perubahan payudara. 3. Langkah 3

Langkah ketiga adalah:

a. Saat anda bercermin, anda cermati puting anda.

b. Periksalah ada cairan yang keluar dari kedua putting atau tidak. (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).

c. Periksalah puting anda apakah terdapat tanda-tanda yang tidak wajar seperti ada luka atau koreng.

Puting yang bermasalah:

a. Puting yang bermasalah adalah berwarna kuning bercampur darah. b. Mengoreng.

4. Langkah 4

Pada langkah keempat ini rasakan payudara anda dengan cara berbaring dan lakukan pemijitan.

a. Langkah 4a

(61)

1. Pergunakanlah tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya.

2. Pijatlah dengan pelan namun mantap (tapi bukan keras), pijat dapat dilakukan dengan tiga ujung jari anda(telunjuk, tengah, dan manis).

3. Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.

4. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara.

b. Langkah 4b

Pijatlah payudara sambil berbaring.Caranya:

1. Mulai pijatlah seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan.

2. Setelah itu pijat juga dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.

3. Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat seluruh payudara anda.

4. Mulailah dari puting, buat gerakan memutar semakin lama semakin besar sampai anda mencapai bagian tepi payudara.

5. Anda juga dapat membuat gerak naik turun. Gerakan ini bagi sebagian besar wanita dianggap lebih efektif.

(62)

7. Pakailah pijatan-pijatan yang sesuai dengan anotomi payudara yaitu: ringan untuk kulit dan jaringan tepat di bawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.

8. Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.

5. Langkah 5

Langkah kelima adalah:

a. Rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk.

[image:62.612.114.528.444.555.2]

b. Anda dapat merabanya saat mandi karena bagi sebagian wanita, mereka merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin.

Gambar 2.2. Cara Melakukan SADARI

(63)

1. Melihat

Lepas seluruh pakaian bagian atas. Berdiri di depan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas, di dalam ruangan yang terang kemudian memperhatikan payudara apabila:

a. Bentuk dan ukurannya tidak simetris b. Bentuknya membesar atau mengeras c. Arah putingnya tertarik kedalam d. Puting atau kulitnya ada yang lecet e. Kulitnya tampak seperti kulit jeruk

Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas.Setelah selesai, ulangi lagi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang.Dada dibusungkan dan kedua siku ditarik ke belakang.Semua pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui adanya tumor yang terletak dengan kulit.

2. Memijat

(64)
[image:64.612.133.505.113.334.2]

Gambar 2.3. Memijat dan Meraba Payudara 3. Meraba

a. Berbaring di atas tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kiri, letakkan sebuah bantal tipis di bahu kiri, sedang lengan kiri direntangkan ke atas di samping kepala.

b. Menggunakan keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan untuk meraba payudara. Rabaan dilakukan dengan gerakan memutar, mulai dari tepi payudara hingga ke putting susu.

(65)

d. Meraba Ketiak

Setelah itu meraba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui adanya benjolan yang diduga suatu kanker. Bila dalam pemeriksaan ini ditemukan suatu kelainan (missal benjolan kecil apapun) sebaiknya konsultasi atau periksa ke dokter

2.5. Remaja

2.5.1. Defenisi Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitive dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dengan rentang kehidupan. Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 2012). Remaja adalah suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya samapi saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).

(66)

2.5.2. Perubahan Fisik Remaja Putri

Menurut Widyastuti ( 2009), perubahan fisik remaja putrid ditandai dengan tanda-tanda seks sekunder, yaitu:

1. Rambut

Rambut kemaluan tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.Bulu ketiak dan bulu pada wajah mulai tampak setelah haid.

2. Pinggul

Pinggul pun berkembang, membesar dan membulat.Hal ini sebagai akibat berkembangnya lemak di bawah kulit.

3. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan putting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan perkembangan dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara lebih besar dan lebih bulat 4. Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.6. Landasan Teori

(67)

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tersebut didapat dari penambahan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

[image:67.612.109.536.284.441.2]

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

Gambar 2.4. Teori S-O-R

STIMULUS ORGANISME

RESPONS TERTUTUP Pengetehuan Sikap

(68)

2.7. Kerangka Konsep

[image:68.612.122.522.305.486.2]

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah perilaku siswi yang meliputi pengetahuan,sikap dan tindakan. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan intervensi (penyuluhan dengan metode cermah dan metode simulasi) dilakukan post-test.

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep diatas menggunakan teori Skinner yang menggambarkan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan siswi dipengaruhi oleh organisme yang diberikan yaitu penyuluhan dengan metode ceramah dan simulasi.

Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) Siswa tentang SADARI Penyuluhan dengan

Metode Ceramah dan Metode Simulasi

Perilaku (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) Siswa tentang SADARI

Pre Test Post Test

(69)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah dan metode simulasi terhadap pengetahuan dan sikap siswitentang upaya deteksi dini kanker payudara dengan SADARI. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok y

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Payudara
Gambar 2.2. Cara Melakukan SADARI
Gambar 2.3. Memijat dan Meraba Payudara
Gambar 2.4. Teori S-O-R
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemilik berniat membuat suatu identitas perusahaan miliknya sebagai identitas visual untuk memberikan nilai tambah pada Butik Mazel dengan menjual barang-barang

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Untuk mendapatkan lokasi TPA yang cocok dari sudut biaya dan teknis memang terasa makin sulit, namun aplikasi pengurugan sampah ke dalam tanah tersebut agaknya akan tetap merupakan

Akan tetapi transformasi Laplace dapat ada atau tidak walaupun persyaratan ini tidak dipenuhi3. Sifat-sifat

Artikel terakhir yang dibawakan oleh Noer Endah Pracoyo., dkk berjudul “Daya Lindung Antibodi Anti Difteri Pada Anak Usia 1-14 Tahun (Hasil Analisis Lanjut Riskesdas 2007)”

ditunjukkan dengan terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu (Widodo, 2002:4). Ini berarti semua

bahwa dalam rangka optimalisasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), maka Peraturan Walikota Nomor 45 Tahun 2011 tentang Pembentukan Layanan Pengadaan Secara

Value Chain merupakan rantai nilai yang dapat mengetahui kekuatan perusahaan, keuntungan dan kesuksesan dari rantai aktivitas dalam perusahaan atau industri