• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

RIZKA YUSTITIARA SAVITRI

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pel-ajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampu-an menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bkemampu-andar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

(2)

Rizka Yustitiara Savitri

(3)

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

RIZKA YUSTITIARA SAVITRI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

RIZKA YUSTITIARA SAVITRI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Kemungkinan Cepat Lambatnya Pergantian Tahap Alur... 18 2. Persentase Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012... 43 3. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu

Babak berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 46 4. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu

Babak berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 48 5. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu

Babak berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita berdasarkan

Unsur-Unsur dalam Drama... 50 6. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu

Babak berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa pada Tokoh.... 51 7. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu

(6)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan Penelitian……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian……….... 4

1.5 Ruang Lingkup Masalah………... 5

2.2.6 Struktur Penulisan Naskah Drama... 22

2.2.7 Kebahasaan Naskah Drama... 25

2.2.8 Dialog dalam Naskah Drama... 29

2.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 30

2.3.1 Kemampuan Menulis Naskah Drama... 30

2.3.2 Drama Satu Babak... 30

2.3.3 Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak... 31

(7)

III. METODE PENELITIAN ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

4.1 Hasil Penelitian... 42

4.1.1 Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 B.Lampung TP.2011/2012... 42

4.1.2 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 44

4.1.3 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 46

4.1.4 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita Berdasarkan Unsur-Unsur dalam Drama... 48

4.1.5 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa dalam Tokoh 50 4.1.6 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kesesuaian Isi Cerita dengan Tema.... 52

4.2 Bahasan Penelitian... 54

4.2.1 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Kategori Baik Sekali... 57

4.2.2 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Kategori Baik... 63

4.2.3 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Kategori Cukup... 69

4.2.4 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Kategori Kurang... 75

4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 81

V. SIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1 Simpulan... 85

5.2 Saran... 86

DAFTAR PUSTAKA... 87

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012 dari Penskor 1... 89

2. Hasil Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Penskor 2... 91

3. Hasil Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 93

4. Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 95

5. Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 97

6. Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita berdasarkan Unsur- Unsur dalam Drama... 99

7. Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa Tokoh... 101

8. Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kesesuaian Isi Cerita dengan Tema... 103

9. Observasi Aktivitas Siswa pada Saat Penelitian Berlangsung... 105

10. Silabus Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII... 107

11. Instrumen Penelitian... 108

12. Surat Izin Penelitian... 109

13. Data Sampel Penelitian... 110

14. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung ... 133

15. Kartu Seminar... 134

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi Penelitian... 34

2. Sampel Penelitian... 35

3. Instrumen Observasi Aktivitas Siswa... 37

4. Indikator Tes Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak... 39

5. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak... 41

6. Data Skor Frekuensi Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 43

7. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa Pengarang... 45

8. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Struktur Penulisan Naskah... 47

9. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kelengkapan Isi Cerita Berdasarkan Unsur-Unsur dalam Drama... 49

10. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Penggunaan Gaya Bahasa dalam Tokoh... 51

11. Data Skor Frekuensi Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama Satu Babak Berdasarkan Aspek Kesesuaian Isi Cerita dengan Tema... 52

(10)

MOTO

"Bekerjalah untuk duniamu seakan – akan kamu hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan – akan kamu mati esok"

(Hadits Riwayat Turmudzi)

“Kalau pintu yang satu tertutup, pintu yang lain terbuka; tetapi seringkali kita terlalu lama menyesali pintu yang tertutup sehingga tidak melihat yang terbuka

bagi kita”

(Alexander Graham Bell)

(11)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah swt., penulis persembahkan karya terbaik ini kepada.

1. Orang tua tercinta Bapak Patty Sumantri, S.H. dan Ibu Yunita Rosadina Kesai yang tidak pernah henti memberikan kasih sayang, perhatian, cinta, pengorban-an, dan dukungan kepadaku.

2. Adikku tersayang Umi Okaberina Pratiwi yang selalu memberi keceriaan dan se-mangat untuk menjadi lebih baik.

3. Kakek dan nenekku terkasih Hi. Roeslan Kesai, S.H., M.Pa., dan Hj. Ratna Su-ri yang tak pernah lelah membeSu-rikan doa dan pelajaran yang sangat berharga dalam hidupku.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mencurahkan ilmu selama ini. 5. Almamater yang telah mendewasakanku.

(12)

Judul Skripsi : Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Rizka Yustitiara Savitri No. Pokok Mahasiswa : 0813041010

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum. NIP 19590722 198603 1 003 NIP 19610104 198703 1 004

2. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 2 Juni 1990 dari buah cinta Bapak

Patty Sumantri, S.H. dan Ibu Yunita Rosadina Kesai. Penulis merupakan anak

per-tama dari dua bersaudara. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Bandar

Lampung diselesaikan penulis pada 1996. Kemudian, penulis melanjutkan ke

jen-jang Sekolah Dasar (SD) yang diselesaikan di SDN 2 Teladan Rawa Laut Bandar

Lampung pada 2002.

Penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar

Lampung pada 2005, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri

(SMAN) 9 Bandar Lampung pada 2008. Pada pertengahan 2008 penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah,

Ju-rusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Pengalaman mengajar pernah penulis dapatkan ketika melakukan kegiatan Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Panca Jaya Kabupaten Mesuji

pa-da Juli-September 2011. Sejak awal perkuliahan sampai kelulusan, penulis tercatat

dan aktif sebagai anggota divisi tari Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni

(14)

SANWACANA

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah swt. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah

salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing utama atas kesediaannya

untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku penguji utama pada ujian skripsi.

4. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendi-dikan Universitas Lampung.

(15)

6. Dr. Edy Suyanto, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dan Pembimbing Akademik atas semua

bimbing-annya selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang saya hormati, atas ilmu yang berguna yang telah kalian bekalkan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universi-tas Lampung yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan.

9. Drs. Juminto Haryadi, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

10. Titin Alinda, A.Md., selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus pendamping yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

11. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 21 Bandar Lampung serta seluruh siswa kelas VIII yang penulis sayangi, atas kerja sama dan bantuan yang telah kalian beri-kan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

12. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, ayahanda Patty Sumantri, S.H. dan ibunda Yunita Rosadina Kesai serta saudara kandungku Umi Okaberina Pra-tiwi, terima kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, semangat dan dukungan

se-lama ini, merupakan anugerah terindah sepanjang masa dapat menjadi bagian hidup kalian.

13. Teman-teman terkasih (Angger Wulan Sari, S.Pd., Destiana, S.Pd., Dhyah De-vitarani, Amelia Ratih Dewanti) atas jalinan persahabatan yang tulus selama ini, semoga persahabatan kita akan kekal dan tidak terpisah oleh jarak dan

(16)

14. Adik, sahabat, dan saudaraku M. Daniel Hadi yang selalu setia membantu penulis.

15. Sahabat serta saudara-saudaraku di UKMBS Unila (Tresna, Nice, Devin, Yan-di, Dian, Kinda, Uni Kiki, Memei, Ali, Dona, Bela, Anisa, Yuni, Chacha, Mus-tika dan adik-adik divisi tari, musik, rupa, dan teater lainnya) untuk cinta,

pe-ngorbanan serta persaudaraan maha indah yang telah kita lalui bersama.

16. Abang-abang, mbak-mbak, serta alumni keluarga besar UKMBS Unila yang

telah memberikan banyak pelajaran dalam berkesenian kepada penulis.

17. Abang-abang KoBER (Komunitas Berkat Yakin) selaku seniman Lampung, bangga dapat kenal dan berproses bersama orang-orang hebat seperti kalian.

18. Teman-teman angkatan 2008 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu untuk kebersamaan kita selama ini.

19. Rekan-rekan seperjuangan selama KKN dan PPL di Kabupaten Mesuji, Keca-matan Panca Jaya, Desa Fajar Baru, Erika Oktora, Ummi Hasanah, Santy, Ulan, Myra Desmayanti, Mirwan Saputra, Ardi Yusuf, Agung, atas kerjasama

dan kesetiaannya selama kita melakukan PPL di sana.

20. Seluruh kakak tingkat angkatan 2006 sampai 2007 yang saya hormati.

21. Serta semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat

(17)

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya serta kemuliaan atas kebaikan dan pengorbanan kalian. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya

fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangat

pen-ting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dapat menolong

seseorang untuk berpikir secara kritis, dapat mempermudah merasakan dan

me-nikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi

sese-orang, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, serta dalam menyusun

urut-an bagi pengalamurut-an.

Menulis dipergunakan untuk melaporkan atau memeberitahukan, dan

mempenga-ruhi. Maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh

orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas.

Keje-lasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur

kalimat (Morsey dalam Tarigan, 2008:4). Menulis sebagai suatu komunikasi yang

menggunakan media tulisan, memiliki beragam bentuk penyampaiannya baik

me-lalui tulisan ilmiah maupun non ilmiah.

Salah satu bentuk tulisan nonilmiah adalah menulis sastra. Sastra menghibur

de-ngan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan, dan

(19)

da-2

pat menuangkan ekspresi jiwa yang melukiskan suatu bentuk potret kehidupan

dengan cara yang unik.

Menulis sastra berbeda dengan menulis formal, seperti essai, artikel, laporan, dan

sebagainya. Sastra tentunya akan menuntun seseorang untuk menulis sesuatu

de-ngan tidak biasa. Sama halnya dede-ngan menulis naskah drama. Pembelajaran sastra

di sekolah, sangat perlu diterapkan khususnya pada SMP (Sekolah Menengah

Per-tama). Hal itu didasari karena pada anak seusia itu perlu digali sejak dini untuk

merangsang kemampuan mereka dalam mengapresiasi sesuatu, merespon daya

imajinasi dan kreativitas mereka dalam mengolah emosi dan perasaan.

Kesenian selalu dihubungkan dengan keindahan. Keindahan menimbulkan rasa

senang bagi orang yang melihat atau mendengarnya. Kegiatan menulis naskah

drama di sekolah diharapkan dapat mendorong siswa untuk menghasilkan suatu

karya seni yang indah. Karya tersebut sangat bergantung pada dialog dan unsur

pembangunnya yang lain. Untuk itu, siswa diminta untuk menciptakan suatu teks

yang berisi kalimat-kalimat yang hidup, agar dapat dirasakan dan dinikmati

dengan sempurna sebagai suatu karya sastra yang indah.

Kajian yang penulis lakukan ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendi-dikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP. Standar

Kompetensi (SK) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas dua

as-pek, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan bersastra. Masing-masing aspek

(20)

3

Pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP, penulis menemukan

kompetensi mengenai pembelajaran sastra, khususnya drama dengan standar

kom-petensi mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif

naskah drama, sedangkan kompetensi dasarnya menulis kreatif naskah drama satu

babak dengan memperhatikan keaslian ide pada kelas VIII semester ganjil.

Selain itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji bahasan ini karena (1)

kompe-tensi dasar menulis naskah drama satu babak terdapat dalam kurikulum bahasa

In-donesia (2) kegiatan menulis naskah drama perlu diterapkan untuk menampung

bakat dalam bersastra siswa dan (3) menurut pengamatan penulis, judul mengenai

drama memang sudah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun untuk

ke-mampuan menulis naskah drama satu babak, sejauh ini belum pernah dikaji.

Penulis memilih SMP Negeri 21 Bandar Lampung sebagai objek penelitian,

kare-na sekolah ini termasuk sekolah favorit dan bertaraf standar kare-nasiokare-nal di Bandar

Lampung, memiliki prestasi di bidang akademik maupun non-akademik, serta

berstatus akreditasi A. Selain itu, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah

cukup memadai dan lokasinya cukup terjangkau. Berdasarkan hal tersebut,

penu-lis merasa perlu mengadakan penelitian tentang kemampuan menupenu-lis naskah

dra-ma satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat kemampuan

menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar

(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis naskah

dra-ma satu babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis bagi penulis,

siswa, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan peneliti lain. Adapun manfaat

tersebut sebagai berikut.

1) Penulis, sebagai salah satu bahan acuan untuk memberikan materi pelajaran

kepada siswa atau calon guru, khususnya tentang menulis naskah drama satu

babak.

2) Siswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wahana atau wadah

untuk menyalurkan dan menampung bakat, apresiasi dan kreativitas siswa

da-lam menciptakan suatu karya seni khususnya naskah drama.

3) Guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 21 Bandar Lampung,

pe-nelitian ini sebagai perantara atau sarana untuk memberi informasi dan

penje-lasan tentang tingkat kemampuan siswanya dalam menulis naskah drama satu

babak.

4) Peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau

gambar-an untuk melakukgambar-an suatu penelitigambar-an, serta dapat memberikgambar-an informasi,

(22)

5

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian iini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar

Lam-pung tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 231 orang yang tersebar

dalam enam kelas. Sampel diambil sebesar 25% dari jumlah siswa setiap

kelas sehingga sampelnya berjumlah 55 siswa.

2. Objek penelitian ini adalah kemampuan siswa menulis naskah drama satu

babak dengan memanfaatkan unsur-unsur dalam drama, penggunaan

keba-hasaan dengan memperhatikan struktur penulisan naskah.

3. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran

2011/-2012, tepatnya pada hari Senin-Selasa, tanggal 26-27 Maret 2012.

4. Tempat penelitian ini adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 21

Bandar Lampung. SMPN 21 Bandar Lampung beralamat di Jalan Riakudu

(23)

6

II. KAJIAN PUSTAKA

1.1 Menulis

Menulis seabagai salah satu dari keterampilan berbahasa, juga harus selalu

kesinambungan dengan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu membaca,

ber-bicara, dan mendengarkan. Keunggulan menulis dari keterampilan bahasa yang

lain adalah komunikasi tulis cendrung unggul dalam penyusunan kalimat,

yak-ni lebih terstruktur, lebih formal, dan lebih runtut ide-idenya. Seorang penulis

biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat yang akan ditulisnya.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan

pe-rasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut

dapat dipahami oleh para pembaca. (Syamsudin dalam Tarigan, 2008:3).

Pen-dapat lain, bahwa menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang

me-nuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan (Akhadiah dkk, 1988:2).

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang

lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami

(24)

7

simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain (Lado dalam

Silitonga, 1984:97).

Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam

lambang-lambang tulisan (Atar Semi dalam Sutarno, 2008:138). Menulis adalah

aktivi-tas aktif produktif, yaitu aktiviaktivi-tas menghasilkan bahasa (Burhan dalam

Sutar-no, 2008:139). Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman, dan

penghayatan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alatnya (Harris dalam

Silitonga, 1984:96).

Menulis adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu

sub-jek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya

se-hingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas (Crimmon

dalam Sutarno, 2008:141).

Melalui beberapa penjelasan di atas, penulis lebih mengacu pada pendapat

Ha-rris dalam Silitonga yang mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan

me-maparkan isi jiwa, pengalaman, dan penghayatan dengan menggunakan bahasa

tulis sebagai alatnya. Bagi penulis, melalui menulis kita dapat mencurahkan

se-gala rasa, pense-galaman yang pernah kita rasakan, dan sebagainya dengan

peng-hayatan lewat tulisan.

2.1.2 Tujuan Menulis

Salah satu tugas terpenting dari seorang penulis adalah dapat menguasai

prinsip-prinsip dasar menulis agar dapat menolongnya untuk mencapai maksud dan

(25)

diharap-8

kan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Namun, bagi penulis yang

be-lum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori di bawah ini:

a) memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif;

b) meyakinkan atau mendesak, disebut wacana persuasif;

c) menghibur atau menyenangkan, disebut tulisan literer (wacana kesastraan);

d) mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api,

di-sebut wacana ekspresif.

Selain itu, sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hugo Hartig

me-rangkumnya sebagai berikut.

a) Assigment purpose (tujuan penugasan)

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas dasar kemauan sendiri

(misalkan para siswa yang diberi tugas merangkum buku).

b) Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedu-kaan, menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan

penalaran-nya, dan sebagainya.

c) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan

yang diutarakan.

d) Informational purpose (tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi, keterangan atau penerangan

(26)

9

e) Self-expressive (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

penga-rang kepada para pembaca.

f) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang melibatkan pengarang dengan keinginan mencapai norma

artis-tik atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan ini bertujuan mencapai

nilai-ni-lai artistik, ninilai-ni-lai-ninilai-ni-lai kesenian.

g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Melalui tulisan ini, penulis ingin menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pe-nulis mencoba menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara

cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti

dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam Tarigan, 2008:25-26).

2.1.3 Ragam Menulis

Secara garis besar ada 3 jenis menulis, yaitu menulis fiksi, faksi, dan nonfiksi.

Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Menulis Fiksi

Menulis fiksi adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi.

Me-lalui jenis menulis ini, penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa, dan

tempat kejadian merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap

ada kemungkinan terjadi persamaan antara imajinasi penulis dengan

(27)

10

b) Menulis Nonfiksi

Menulis nonfiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta

yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan benar

tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis

menu-lis ini adalah berita, artikel, opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi,

otobiografi, dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat

mempertanggungja-wabkan hal yang dipaparkannya.

c) Menulis Faksi

Menulis faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan

non-fiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, dan membuat fakta

men-jadi sebuah karya fiksi. Melalui bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan

me-nambahkan “bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.

Selain itu, penjenisan tulisan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain

berda-sarkan keobjektifan masalah dan berdaberda-sarkan isi dan sifatnya. Berdaberda-sarkan

ke-objektifan masalahnya tulisan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni: (1)

tu-lisan ilmiah, (2) tutu-lisan populer, dan (3) tutu-lisan fiktif.

Permasalahan yang disajikan melalui tulisan yang bersifat ilmiah betul-betul

ob-jektif, karena permasalahan tersebut biasanya sudah diteliti dengan seksama, baik

melalui penelitian dilapangan, laboratorium, maupun dengan cara mengkaji

buku-buku sumber yang relevan dengan permasalahan tersebut. Seperti halnya tulisan

ilmiah, tulisan populer pun sejatinya disajikan secara sistematis, dengan bahasa

(28)

11

Sedangkan pada tulisan fiktif, cerita dan fakta yang disajikan betul-betul sangat

diwarnai oleh subjektivitas dan imajinasi pengarangnya sehingga penafsiran

pem-baca terhadap masalah tersebut dapat beraneka ragam. Berdasarkan isi dan

sifat-nya, tulisan terdiri atas: (1) naratif, (2) deskriptif, (3) ekspositorik, (4) persuasif,

dan (5) argumentatif.

2.2 Menulis Naskah Drama

Banyak hal yang dapat kita lakukan dengan menulis, salah satunya dalam aspek

sastra yaitu dengan menulis naskah drama. Sebelum melangkah lebih lanjut, akan

dipaparkan beberapa penjelasan mengenai drama sebagai berikut.

2.2.1 Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai (Haryamawan dalam Hasanudin,

1996:2) yang berarti berarti, berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Kata

drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dari kata kerja dran yang berarti

‘ber-buat, to act atau to do’. Dari segi etimologinya, drama mengutamakan perbuatan,

gerak, yang merupakan inti hakekat setiap karangan yang bersifat drama.

Pandangan lain mengenai drama dikemukakan oleh beberapa pakar di bawah ini,

antara lain:

a) Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).

Drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara

langsung (Moulton dalam Hasannudin, 1996:2).

b) Drama adalah (1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat

(29)

12

yang dipentaskan (2) cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau

emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater (3) cak kejadian yang

menyedihkan (Depdiknas, 2005: 567)

c) Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus

melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku (Brunetiere dan

Verhagen dalam Hasanuddin, 1996:2).

Batasan atau keterangan mengenai drama ini memang telah banyak dikemukakan

oleh para penulis. Melalui “The American College Dictionary” dijelaskan bahwa:

1. suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajikan dalam dialog atau

pantomim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seseorang

to-koh; terutama sekali suatu cerita yang diperuntukan buat dipentaskan di atas

panggung; suatu lakon;

2. cabang sastra yang mengandung komposisi-komposisi yang sedemikian

seba-gai subyeknya; seni atau representasi dramatik;

3. seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisan sampai produksi

ter-akhir;

4. setiap rangkaian kejadian yang mengandung hal-hal atau akibat-akibat yang

menarik hati secara dramatik

(Barnhart [et al] dalam Suroto, 1990:365).

Melalui ”Webster New Collegiate Dictionary” juga, dapat kita temukan

(30)

13

1. suatu karangan dalam prosa atau puisi yang memotret kehidupan tokoh

de-ngan bantuan dialog atau gerak dan yang direncanakan bagi pertunjukan

tea-ter; suatu lakon;

2. seni, sastra, kejadian-kejadian yang bersifat dramatik;

3. serangkaian kejadian nyata yang mengandung kesatuan dan interes dramatik

(“Webster’s New Collegiate Dictionary” dalam Suroto, 1990:365).

Selain itu, dalam “The Advanced Learner’s Dictionary of Current English” tertera

keterangan mengenai drama seperti berikut ini:

1. suatu lakon (komedi, tragedi, dan sebagainya) yang dipentaskan di atas

pang-gung teater;

2. seni penulisan atau pertunjukan lakon-lakon jenis ini; cabang sastra yang

menggarap lakon-lakon yang berkenaan dengan ini, sebagai seorang

maha-siswa drama;

3. sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati

(Hornby [et al] dalam Suroto, 1990:366).

Keterangan lain dapat kita baca dalam “Webster’s New International Dictionary

sebagai berikut.

Drama adalah suatu karangan, kini biasanya dalam prosa, disusun buat

pertunjuk-an, dan dimaksudkan untuk memotret kehidupan atau tokoh; atau mengisahkan

suatu cerita dengan gerak, dan biasanya dengan dialog yang bermaksud memetik

beberapa hasil berdasarkan cerita dan sebagainya; suatu lakon. Direncanakan atau

disusun sedemikian rupa untuk dipertunjukkan oleh para pelaku di atas pentas

(31)

14

Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi sastra

dan dimensi seni pertunjukan. Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkinkan

ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh

pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh

irama dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekaligus menggambarkan

watak-watak manusia secara tajam, serta menampilakan peristiwa yang penuh

kesuspe-nan (Sumardjo dalam Hasanuddin, 1996:5).

Pada dimensi seni pertunjukan, pementasan haus dianggap sebagai penafsiran lain

dari penafsiran yang telah ada yang dapat ditarik dari suatu karya drama.

Pemen-tasan baru dimungkinkan terjadi jika teks drama telah ditelaah dan ditafsirkan

oleh sutradara dan para pemain untuk kepentingan suatu seni peran yang

didu-kung oleh perangkat panggung, seperti dekor, konstum, tata rias, pencahayaan dan

lain-lain (Luxemburg dkk dalam Hasanuddin, 1996:3).

Sesuatu yang terjadi di atas panggung tidak termasuk pada teori drama sebagai

genre sastra, melainkan kepada ilmu drama sebagai suatu seni pertunjukan, yang

oleh banyak pihak pada saat ini disebut dengan istilah teater. Meskipun drama

ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidaklah berarti bahwa semua karya

drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun,

karya drama tetap dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penulis lebih mengacu pada teori pakar

yang bernama Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen yang menyatakan

bahwa drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus

(32)

menyim-15

pulkan pengertian drama adalah karya sastra yang melukiskan kehidupan dan

wa-tak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas. Jika ditinjau dari kedua

karak-teristik drama di atas, penulis membatasi bahasan drama hanya pada karakkarak-teristik

drama sebagai genre sastra bukan sebagai seni pertunjukan karena disesuaikan

de-ngan judul penelitian yang dilakukan penulis yaitu kemampuan menulis naskah

drama satu babak.

2.2.2 Unsur-Unsur Drama

Sebagai sebuah karya seni, drama diterima oleh pembaca dan penontonnya

seba-gai suatu suguhan gambaran yang penuh peristiwa, watak, dan persoalan,

pendek-nya sebagai suatu kesatuan bentuk yang serta merta diterima. Namun bentuk yang

utuh dan menyatu tadi sebenarnya dapat dianalisa dalam unsur-unsurnya.

1. Tema

Menurut arti katanya tema berarti ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu

yang telah ditempatkan. Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

‘menempatkan atau meletakkan’. Pengertian tema secara khusus dalam

karang-mengarang, dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut karangan yang telah

sele-sai dan dari sudut proses penyusunan sebuah karangan.

Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu

amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan

dari segi proses penulisan, kita dapat membatasi tema dengan suatu perumusan

dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan

(33)

16

a. Kesesuaian Isi dengan Tema

Ici cerita bergantung pada tema, karena tema tersebut yang akan menuntun

jalannya sebuah cerita. Kesesuaian tema dengan isi cerita sangat penting

karena apabila isi cerita menyimpang dari tema yang telah ditentukan maka

tidak akan tercipta cerita yang padu dan selaras. Untuk itu, isi dan tema

haruslah saling berhubungan dan menjadi satu kaitan yang padu pada suatu

cerita dari awal hingga akhir. Hal tersebut berlaku untuk semua penulisan,

baik itu puisi, artikel, laporan, karang termasuk naskah drama.

Tema merupakan bagian penting dari sebuah naskah drama karena tema

adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema

drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin

di-ungkapkan oleh penulis naskah. Pikiran pokok itu dikembangkan

sedemiki-an rupa sehingga menjadi cerita ysedemiki-ang menarik. Tema itu bersifat umum dsedemiki-an

terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita (Wiyanto, 2002:23).

2. Plot/ Alur

Plot merupakan struktur bangunan drama. Seluruh peristiwa dalam drama

ha-rus diatur dalam susunan tertentu. Susunan itu pada dasarnya terdiri dari tiga

bagian: permulaan (begining), tengah (middle) dan akhir peristiwa (ending).

Dalam drama, bagian-bagian ini dikenal dengan istilah-istilah eksposisi,

kom-plikasi, resolusi dan keputusan. Ketiga bagian tadi harus disatukan oleh dasar

plot, yakni hubungan sebab-akibat.

(34)

17

a) Eksposisi

Tahap ini disebut pula tahap pengenalan dan penjelasan karena penonton

mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya meskipun

hanya dengan gambaran selintas.

b) Konflik

Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam tahap ini

mu-lai dari insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang memumu-lai plot

dra-ma sebenarnya karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar

se-buah drama.

c) Komplikasi

Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang

makin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait, tetapi

se-muanya masih menimbulkan tanda tanya.

d) Krisis/ klimaks

Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncak-puncaknya

(kli-maks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan puncak

ke-tegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks berarti titik

perti-kaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran kebaikan)

dan pemeran antagonis (pemeran kejahatan).

e) Resolusi

Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian

(35)

18

f) Keputusan

Pada tahap akhir ini semua konflik berakhir dan menandakan cerita jampir

usai. Akhir suatu pertunjukan mungkin berupa happy end (bahagia), dan

pula sebaliknya, unhappy-end.

Cepat lambatnya pergantian tahap satu dengan tahap lain tidak sama bagi

tiap lakon drama. Kemungkinan cepat-lambatnya pergantian tahap-tahap

alur dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1 Kemungkinan Cepat-Lambatnya Pergantian Tahap Alur

(36)

19

3. Karakter

Karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh

da-lam lakon drama. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa melalui dialoglah,

pe-nonton atau penikmat dapat mengetahui watak seorang tokoh. Apabila tokoh

yang berwatak kasar akan tampil dengan kata-kata dan dialog yang kasar pula.

Demikian pula, seorang tokoh yang berbudi bahasa baik dan sopan merupakan

ekspresi watak yang baik.

4. Setting (Latar)

Setting atau latar adalah tempat, waktu, dam suasana terjadinya suatu adegan.

Panggung harus dapat menggambarkan setting yang dikehendaki dalam setiap

adegan. Panggung juga harus dapat menggambarkan tempat adegan itu terjadi,

waktu, dan penggambaran suasana. Semua itu diwujudkan dengan penataan

panggung dan peralatan yang ada.

5. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca

naskah atau penonton drama. Pesan itu tentu saja tidak disampaikan secara

langsung, tetapi lewat naskah drama yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau

penonton dapat menyimpulkan pelajaran moral apa yang diperoleh dari

mem-baca atau menonton drama itu. Drama itu mengandung ajaran, terutama ajaran

moral yang disampaikan secara tidak terang-terangan (rahasia). Dengan

demi-kian, pembaca naskah atau penonton drama sebenarnya bukan hanya dihibur,

(37)

20

2.2.3 Pengertian Naskah

Naskah adalah (1) karangan yang masih ditulis dengan tangan (2) karangan

sese-orang yang belum diterbitkan (3) bahan cerita yang siap untuk diset (Depdiknas,

2005: 971). Naskah adalah karang yang ditulis tangan baik di atas kertas, daun

dan sebagainya. Naskah juga merupakan surat atau tulisan yang disiapkan untuk

maksud tertentu (Badudu, 2003:239).

Suatu naskah manuskrip (bahasa Latin: manuscript, manu scriptus = ditulis

ta-ngan). Naskah secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan,

dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya dengan cara lain. Kata

'naskah' diambil dari bahasa Arab “ nuskhatum” yang berarti sebuah potongan

kertas sedangkan menurut Library and Information Science, suatu naskah adalah

semua barang tulisan tangan yang ada pada koleksi perpustakaan atau arsip.

Se-lain itu, penggunaan istilah "naskah" tidak semata untuk sesuatu yang ditulis

ta-ngan. Pada penerbitan buku, majalah, dan musik, naskah berarti salinan asli karya

yang ditulis oleh seorang pengarang atau komponis. Dalam perfilman dan teater,

naskah berarti teks pemain drama, yang digunakan oleh perusahaan teater atau kru

film saat dibuatnya pertunjukan atau pembuatan film (http:/

id.wi-kipedia.org.jo-kosantoso/wiki/naskah).

Dari sekian banyak pengertian naskah di atas, penulis lebih mengacu pada teori

mengenai naskah yang dikemukakan oleh Badudu yaitu naskah juga merupakan

surat atau tulisan yang disiapkan untuk maksud tertentu karena menurut penulis,

naskah memang merupakan hasil tulisan tangan seseorang yang disiapkan untuk

(38)

21

2.2.4 Naskah Drama

Bila kita akan mengadakan pertunjukan drama, yang kita butuhkan pertama-tama

adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau

la-kon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang

diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan

kadang-kadang juga dilengkapi dengan penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan

ta-ta suara (musik pengiring).

Naskah drama merupakan bahan dasar sebuah pementasan dan belum sempurna

bentuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama juga sebagai ungkapan

per-nyataan penulis (play wright) yang berisi nilai-nilai pengalaman umum juga

meru-pakan ide dasar bagi pemain.

Naskah drama adalah penuangan dari ide cerita ke dalam alur cerita dan susunan

lakon. Seorang penulis naskah drama dalam proses berkaryanya bertolak dari

te-ma cerita. Tete-ma itu ia susun menjadi sebuah cerita yang terdiri dari

peristiwa-pe-ristiwa yang memiliki alur yang jelas dengan ukuran dan panjang yang

perhitung-kan menurut kebutuhan sebuah pertunjuperhitung-kan. Oleh karena itu, dalam

penyusunan-nya harus berpegang pada azas kesatuan (Unity).

Naskah drama bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau

novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang

peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan

ce-rita secara langsung. Penuturan cece-ritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi,

(39)

22

Melalui pembicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti

seluruh ceritanya.

Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis

selengkap-lengkap-nya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau

petun-juk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat

terja-dinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan

panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan

suara lantang, lemah, atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu

benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan dipanggung.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa naskah drama

adalah suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab

an-tar pelaku. Sedangkan penyajiannya melalui dialog dan gerak para pelaku dari

se-buah panggung kepada penoton dan biasanya naskah drama ditulis untuk

kepenti-ngan pementasan yang diangkat dari isu-isu yang terjadi dalam masyarakat.

2.2.5 Struktur Penulisan Naskah Drama

Struktur penulisan naskah drama berbeda dengan struktur penulisan karya sastra

lainnya, misalnya puisi atau prosa. Suatu naskah drama terdiri dari bagian-bagian

yang tersusun secara runtut mulai dari (1) judul (2) prolog (3) dialog (4) teks

sam-pingan dan (5) epilog.

(40)

23

1. Judul

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita,

dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat

men-jelaskan diri, menarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi).

Pada suatu naskah, judul sering disebut juga kepala tulisan.

Judul yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.

a. Judul harus relevan artinya judul harus mempunyai pertalian dengan

tema-nya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tema

ter-sebut.

b. Judul harus provokatif artinya judul harus sedemikian rupa sehingga dapat

menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau

ka-rangan itu.

c. Judul harus singkat artinya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat

atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata

yang singkat (Keraf, 1994:129).

2. Prolog

Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran

yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon

(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi sinopsis

la-kon, perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan

terjadi di panggung. Penulisan pada prolog haruslah dibuat semenarik mungkin

untuk memikat perhatian pembaca agar pembaca merasa terpancing dan

(41)

24

3. Dialog

Dialog merupakan ucapan tokoh tertentu yang kemudian disusul oleh ucapan

tokoh yang lain. Kedudukan dialog sangat penting dan utama dalam sebuah

drama, karena dialog menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita

drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Ciri dari

dia-log adalah kalimat percakapan yang dibungkus dengan tanda petik dan

didahu-lui oleh tanda titik dua setelah nama tokoh dan disertai tanda baca yang

men-dukung perkataan atau pernyataan tokoh, seperti tanda seru dan tanda tanya.

4. Epilog

Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya biasanya

be-rupa simpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru

sa-ja disajikan. Epilog pada naskah drama berada pada tahapan alur yang terakhir

yaitu keputusan. Epilog sebagai penentu dari akhir suatu cerita, haruslah

ber-sifat jelas dan berkesan sehingga pembaca memeroleh kejelasan dan kepuasan

dalam menikmati ending pada naskah yang dia baca. Penulis naskah harus

se-cara cermat dan tegas dalam menentukan ending dari cerita agar tercipta epilog

yang baik dan menarik.

5. Teks Samping

Teks samping adalah arahan atau petunjuk yang harus dilakukan oleh pemain

ketika naskah drama dipentaskan. Teks samping biasanya ditulis dengan huruf

miring dan atau dalam tanda kurung. Teks samping dapat dituliskan di dalam

dialog, maupun di luar dialog dan jumlahnya tidak dibatasi, namun disesuaikan

(42)

25

Contoh Struktur penulisan naskah drama dapat dilihat sebagai berikut.

...JUDUL...

2.2.6 Kebahasaan Naskah Drama

Naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa. Dalam wujud nyatanya,

pe-ngarang menggunakan bahasa itu untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang

ter-diri dari kata-kata. Kata-kata inilah yang dapat menggungkapkan pikiran dan

pe-rasaan seseorang, karena kata tersebut mewakili makna. Untuk itu, penulis lakon

drama harus pandai memilih kata yang tepat sesuai dengan makna yang ingin

di-sampaikannya dan pandai merangkaikannya menjadi kalimat yang komunikatif

dan efektif.

Bahasa sebagai bahan dasar diolah untuk menghasilkan lakon drama. Karena itu,

penulis lakon harus mengetahui berbagai hal berkaitan dengan bahasa, misalnya

(43)

da-26

lam kajian ini hanya dibatasi dengan pemakaian ejaan yang disempurnakan, diksi

atau pilihan kata, dan kalimat efektif. Sedangkan ragam tak resmi, hanya dibatasi

dengan aspek di luar kebahasaan formal seperti penggunaan majas.

A.Ragam Bahasa Resmi

1. Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan

Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih

besar berikut penggunaan tanda bacanya (Mustakim, 1994:128). Ejaan adalah

ke-seluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar

hubungan antara lambang-lambang itu (pemisah dan penggabungannya dalam

su-atu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan

kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin dan Tasai, 2008:164). Ejaan dalam

peneli-tian ini hanya dibatasi pada penulisan huruf yaitu: huruf kapital dan pemakaian

tanda baca yaitu: (1) tanda titik; (2) tanda koma; (3) tanda tanya; (4) tanda seru

dan (5) tanda titik dua.

2. Diksi atau Pilihan Kata

Diksi adalah (1) pilihan kata yang mencakup pilihan kata-kata mana yang akan

di-capai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana mengelompokan kata-kata yang

tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang

pa-ling baik digunakan dalam situasi; (2) kemampuan membedakan secara tepat

nu-ansa-nuansa makna yang cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh

pendengar; (3) pilihan kata yang tepat yang hanya dimungkinkan oleh

(44)

27

Diksi atau pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Pendengar akan

le-bih paham jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sudah dikenalnya.

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang

sa-ma pada isa-majinasi pendengar seperti yang dipikirkan dan dirasakan oleh

pembica-ra, maka setiap pencerita harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya

untuk mencapai maksud tertentu (Keraf, 1002:88).

3. Kalimat Efektif

Kalimat efektif merupakan suatu jenis kalimat yang dapat memberikan efek

ter-tentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kejelasan

informasi (Mustakim, 1994:85). Keefektifan sebuah kalimat pada ragam lisan

agak berbeda dengan keefektifan pada ragam tulis, namun jika digunakan untuk

keperluan resmi, kelengkapan unsur kebahasaan pada ragam lisan dan tulis

sebe-narnya tidak jauh berbeda.

Kelengkapan dan keeksplisitan itu dimaksudkan agar bahasa yang digunakan

da-pat mengungkapkan gagasan atau informasi secara teda-pat dan dada-pat dipahami

seca-ra tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya sesuai dengan maksud yang

dike-hendaki oleh penulis atau pembicara. Dengan kelengkapan dan keeksplisitan itu

di-harapkan bahasa atau khususnya kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah

pa-ham atau salah tafsir.

B. Ragam Bahasa Tidak Resmi

Memikat atau tidaknya sebuah cerita adalah tergantung dari gaya bercerita

penga-rangnya. Dengan kata lain, majas pengarang merupakan hal terpenting bagi

(45)

28

dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin

stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian

menggunakan alat ini akan memengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan

tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis

in-dah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau

mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2002:112).

Peningkatan pemakaian majas jelas turut memperkaya kosakata pemakai-nya.

Itulah sebabnya maka dalam pengajaran majas merupakan suatu teknik penting

untuk mengembangkan kosakata para siswa (Tarigan, 1985:5). Secara singkat

dapat dikatakan bahwa “majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai

bahasa). Sebuah majas yang baik harus mengandung tiga unsur: kejujuran,

sopan-santun, dan menarik (Keraf, 1985:113).

Pembicaraan mengenai majas menyangkut kemahiran pengarang

memper-gunakan bahasa sebagai medium drama. Pemberian ciri khas majas sese-orang

tokoh melalui ucapan-ucapan, dialog-dialog oleh pegarang sangat penting

diperhatikan oleh pembaca. Usaha untuk memahami drama satu di antaranya

de-ngan mengamati ciri khas majas para tokoh yang dibentuk pengarang. Misalnya

tokoh yang menggunakan majas sindiran akan memberi petunjuk bahwa tokoh

tersebut berwatak penakut, tidak berani berterus terang, atau tidak berani tegas

(46)

29

2.2.7 Dialog dalam Naskah Drama

Pada sebuah drama, dialog merupakan sarana primer. Dialog-dialog di dalam

dra-ma merupakan bagian terpenting dalam sebuah dradra-ma, dan sampai taraf tertentu

ini juga berlaku bagi monolog-monolog (Luxemburg dkk dalam

Hasanuddin,19-96:15). Tindak-tindak bahasa tidak membahas sesuatu, melainkan berbuat

sesu-atu, menimbulkan reaksi pada lawan bicara. Tindak bahasa yang sering dijumpai

di dalam drama adalah pertanyaan dan perintah. Pertanyaan adalah permintaan

agar diberi informasi, jadi yang memancing sebuah berita, sedangkan perintah

atau larangan adalah memancing sesuatu perbuatan pada lawan bicara

(Luxem-burg dkk dalam Hasanuddin, 1996: 17).

Jalan cerita lakon drama diwujudkan melalui dialog (dalam gerak) yang

dilaku-kan para pemain. Dialog-dialog yang dilakudilaku-kan harus mendukung karakter tokoh

yang diperankan dan dapat menunjukkan plot lakon drama. Melalui dialog-dialog

antar pemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan.

Di samping menuntun jalannya peristiwa sehingga dapat memberikan informasi

yang seutuhnya tentang kejadian-kejadian yang diketengahkan dalam drama,

dia-log juga mempunyai fungsi lainnya. Bagi unsur estetis, keindahan di dalam

nas-kah drama juga amat tergantung pada dialog. Pada dialoglah pengarang

bersitum-pu untuk menjadikannya sebagai alat untuk menciptakan keindahan, kekhususan,

ataupun misteri.

Secara universal, dialog sebagai sarana primer dalam drama berfungsi sebagai

wa-dah bagi pengarang untuk menyampaikan informasi, menjelaskan fakta atau

(47)

pe-30

laku. Fungsi lain dari dialog juga untuk menciptakan serta melukiskan suasana.

Dialog yang simpang siur, tumpang tindih, melompat-lompat akan menciptakan

suasana yang tidak teratur sehingga maksud yang ingin dicuatkan ke permukaan

serta merta akan buyar.

2.2 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

Berikut ini ditegaskan beberapa istilah yang menjadi kajian utama dan lingkup

permasalahan dari judul penelitian ini yaitu “Kemampuan Menulis Naskah Drama

Satu Babak Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012”.

2.3.1 Kemampuan Menulis Naskah Drama

Kemampuan menulis naskah drama adalah kesanggupan menggunakan bahasa

tu-lis sebagai media dalam menciptakan suatu karangan atau dokumentasi yang

di-tuangkan di atas kertas dari sebuah karya sastra yang melukiskan kehidupan dan

watak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas.

2.3.2 Drama Satu Babak

Pada drama dikenal istilah drama satu babak. Drama satu babak adalah sebuah drama

atau lakon yang terdiri atas satu babak, dan berpusat pada satu tema dengan

se-jumlah kecil pemeran gaya, latar, serta peng-aluran yang ringkas. Drama satu

ba-bak memunyai karakter yang lebih sedikit dan mungkin latar yang lebih

sederha-na. Biasanya, drama satu babak hanya berfokus pada karakter utama dan satu

ke-jadian atau satu tujuan. Walaupun dinamakan satu babak, kisah di dalamnya

me-rupakan satu keutuhan cerita sejak awal sampai akhir cerita. Jadi, tidak terdapat

(48)

31

2.3.3 Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak

Kemampuan menulis naskah drama satu babak adalah kesanggupan siswa

meng-gunakan bahasa tulis dalam menciptakan suatu karangan yang dituangkan di atas

kertas, berisi rangkaian cerita yang melukiskan kehidupan dan watak manusia

le-wat gerak dan dialog di atas pentas yang terdiri atas satu babak dengan berpusat

pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang

ringkas.

2.3.4 Contoh Naskah Drama Satu Babak

TIKUS-TIKUS NAKAL

Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung. Ia segera pulang ke rumahnya.

Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.

Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”

Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”

Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”

Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”

Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”

Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”

Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.

Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”

Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.

(49)

32

Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.

Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)

Beberapa tikus malah menghampiri Deri.

Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”

Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?” Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”

Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”

Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.” Ibu : (kebingungan) “Di mana?”

Deri : “Itu di bawah tempat tidur Deri! Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”

Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”

Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.

Ibu : (berteriak, mukanya cemberut) “Derii…sini!” Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”

Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”

Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”

Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”

Deri : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”

Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamarmu.”

Deri : “Baik, Bu!”

Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamarnya.

Sumber: Buku Cetak Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI (Sastromiharjo, 2007:48)

Drama di atas adalah dikatakan drama satu babak karena drama tersebut hanya

berpusat pada satu tema yaitu menjaga kebersihan. Pada cerita di atas,

digambar-kan setting atau latar yang sederhana yaitu di kamar pada waktu siang hari. Latar

tersebut tidak berganti dan tergambar sejak awal sampai akhir cerita. Jumlah

to-koh yang berperan pun sangat sedikit yaitu hanya Deri dan Ibu Deri. Alurnya

ber-jalan maju dan ringkas. Konflik pun dimunculkan dengan sederhana, dan

(50)

33

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat

sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Me-tode deskriptif juga merupakan meMe-tode yang membicarakan beberapa

kemung-kinan untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun

data, menganalisis, dan menginterpretasikannya.

Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact

finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi, 1996:73). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kemampuan Menulis

Nas-kah Drama Satu Babak siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung

ta-hun pelajaran 2011/2012.

3.2 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Pendapat

lain mengemukakan bahwa obyek penelitian yang berguna sebagai sasaran

un-tuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi (Subagyo,

(51)

34

21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah

231 siswa yang tersebar ke dalam enam kelas, yaitu kelas VIII A berjumlah 38

sis-wa, kelas VIII B berjumlah 40 siswa, kelas VIII C berjumlah 39 siswa,

ke-las VIII D berjumlah 39 siswa, keke-las VIII E berjumlah 39 siswa, dan keke-las VIII

F berjumlah 39 siswa.

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012

Jumlah siswa 231 orang

(Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMP 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

3.3 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti oleh peneliti

(Arikun-to, 2002:109). Mengingat jumlah dari populasi lebih dari 100 siswa, peneliti

hanya mengarah pada sampel. Dalam penentuan sampel ini, penelitian

berdoman pada pendapat Arikunto yang menyebutkan bahwa, apabila subjek

pe-nelitian ini berjumlah besar, subjek pepe-nelitian dapat diambil sebagai sampel

berkisar 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 25% atau lebih.

Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik random atau

pe-ngambilan secara acak. Maka, sampel yang diambil untuk penelitian ini sebesar

25% dari 231 siswa yakni 55 sampel siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar

(52)

per-35

sentasi tersebut dianggap lebih representatif dan dapat mewakili dari jumlah

siswa secara keseluruhan. Berikut ini tabel perhitungan sampel dari jumlah

siswa.

Tabel 2 Distribusi sampel dari Jumlah Siswa Kelas VIII SMP 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah

Siswa Jumlah Siswa 25% dari Sampel yang Ditetapkan

1. VIII A 38 9,5 9

Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan

teknik undian. Langkah-langkah penyampelan dengan teknik undian adalah

se-bagai berikut.

1. Membuat semua nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian

dari masing-masing kelas, ditulis pada kertas dan digulung rapi.

2. Memasukkan semua gulungan kertas dari masing-masing kelas ke dalam

se-buah kaleng.

3. Mengambil secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan pada tiap kelas

yaitu 9-10 orang siswa/ kelas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

tes. Tes yang digunakan adalah tes tertulis (menulis naskah drama) untuk

mem-peroleh data tingkat kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa.

(53)

me-36

reka diminta untuk membuat catatan-catatan penting terkait penulisan naskah

drama berdasarkan tema yang dipilih, dengan tujuan untuk mempermudah

sis-wa dalam mengembangkan cerita.

Siswa diminta untuk menyusun sebuah naskah drama satu babak berdasarkan

tema tersebut dan catatan-catatan penting yang telah dirancangnya. Siswa

dibe-ri kebebasan dalam menuangkan ide kreatifnya dengan memanfaatkan daya

imajinasi, penggunaan majas, dan sebagainya dalam menciptakan suatu teks

drama satu babak. Alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes

tersebut adalah 90 menit (2x45) jam.

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mengoreksi dan memberi skor hasil pekerjaan siswa per aspek.

2. Menghitung skor tiap aspek yang diperoleh siswa dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Hasil tes tertulis siswa dikoreksi oleh dua penskor, yaitu

penskor I (penulis) dan penskor II (guru bidang studi Bahasa Indonesia

SMP Negeri 21 Bandar Lampung).

3. Menjumlah skor per indikator per siswa dengan mengambil skor rata-rata

dari penskor I dan penskor II.

4. Menentukan nilai persentase kemampuan menulis naskah drama satu

babak pada aspek yang dinilai berdasarkan rumus berikut.

(54)

37

5. Menghitung rerata kemampuan siswa menulis naskah drama satu babak

dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

X = Skor rata-rata

X =Jumlah skor hasil kemampuan menulis naskah drama satu babak

N =Jumlah skor maksimal

6. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan pada tolak ukur yang

digunakan.

7. Menyandingkan hasil pekerjaan siswa dengan observasi aktivitas belajar

siswa yang telah dilakukan.

Skor maksimal yang diperoleh siswa dalam menulis naskah drama satu babak

adalah 100 dengan indikator sebagai berikut.

Tabel 4 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak

No. Pengamatan/ Aspek

Indikator Kriteria Skor

Skor b. Terdapat 1-3 kalimat tidak efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat c. Terdapat 4-6 kalimat tidak

efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat d. Terdapat 7-9 kalimat tidak

efektif, pemilihan diksi dan ejaan yang kurang tepat e. Terdapat lebih dari 9 kalimat

(55)

38

yang tidak efektif, pemilihan kata dan ejaan yang kurang tepat

2. Struktur penulisan

naskah: Judul-Dialog-Prolog-Epilog

a. Struktur lengkap dan runtut dilengkapi dengan teks samping

b. Struktur lengkap dan runtut namun tidak dilengkapi teks samping

c. Struktur tidak lengkap,salah satu bagian struktur tidak dipergunakan

d. Terdapat >1 strukur yang tidak dipergunakan

a. Semua unsur lengkap dan

dipergunakan dengan baik b. Terdapat satu unsur yang

tidak dipergunakan dengan baik

c. Terdapat dua unsur yang tidak dipergunakan dengan baik

d. Terdapat >2 unsur yang tidak dipergunakan dengan baik

b. Hanya menggunakan 3 majas

c. Hanya menggunakan 2 majas

d. Hanya menggunakan 1 majas

dengan tema a. Isi cerita sesuai dengan tema yang dipilih b. Pada bagian tertentu, isi cerita

sedikit menyimpang dari tema yang dipilih

c. Secara keseluruhan, isi cerita menyimpang dari tema yang dipilih

3

2

1 3

Gambar

Gambar 1 Kemungkinan Cepat-Lambatnya Pergantian Tahap Alur
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP  Negeri 21 Bandar Lampung
Tabel 2 Distribusi sampel dari Jumlah Siswa Kelas VIII SMP 21  Bandar
Tabel 4 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama Satu Babak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pelaksanaan pembangunan sering terjadi adanya perubahan volume pekerjaan yang diakibatkan karena antara lain : pertimbangan atau kesulitan dalam metode

Individu yang memiliki nurani cenderung berani mengakui kesalahan dan mengucapkan kata maaf, mampu mengidentifikasi kesalahannya dalam berperilaku dan menjelaskannya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klaster yang terbentuk dengan menggunakan data AFLP hasilnya berbeda dengan klaster yang terbentuk dengan menggunakan data

Target adalah jumlah rencana penerimaan yang akan dicapai, penentuan target didasarkan potensi (kemampuan) daerah sehingga masing-masing daerah tidak sama

[r]

Pada praktik yang pertama ini, ditemukan beberapa kekurangan- kekurangan yang harus diatasi. Seperti terdapat kebiasaan berbicara yang kurang keras sehingga siswa yang

tidak mendapatkan apa yang menjadi haknya dalam hal ini Bantuan Hukum yang.

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMITMEN ORGANISASI, IKLIM SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU LAYANAN AKADEMIK.. SMPN DI