KEANERAGAMAN ANGGREK DI HUTAN PENDIDIKAN
USU KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh :
ADE YUNITA MATONDANG 081202008/Budidaya Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Vegetasi Tanaman Anggrek di Hutan Pendidikan USU Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara
Nama : Ade Yunita Matondang
NIM : 081202008
Program Studi : Kehutanan
Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing
Dr. Budi Utomo. SP.MP Dr. Ir. Yunasfi. M. Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRACT
ADE YUNITA: Deversity of Orchids in University of North Sumatra’s Educational Forest Region Karo district of North Sumatra, under the guidance of BUDI UTOMO and YUNASFI.
Orchids are herbaceous plants that mostly live as epiphytes and mostly by rhizomes or stems enlarged (Steenis, 1978). This study was conducted June through August 2012 at the altitude categories: <1000 m asl; 1000 - 1500 m asl and ≥ 1500 m asl. In five different lines in each category altitude. Observation path length is 100 m and width of 20 m. The first lane in each category altitude determined by purposive sampling is sampling in accordance with the objectives. The next path is determined by systematic sampling systematic sampling. Observations and collecting species be thorough in sampling plots measuring 20 mx 20 m.
The study found 24 species comprising 2 divisions, 2 classes, 1 order, 1 family and 14 genera. Of the 24 species of orchids are found, 10 genera of orchids are epiphytic orchids are Agrostophylum, Bulbophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Bulbophyllum,, flickengeria, and 4 genera of orchids are terrestrial orchids (land) is Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. From the pattern of spread of species of orchids can be seen that the spread in the Forest Education orchids spread evenly though the amount is not evenly distributed in each location.
ABSTRAK
ADE YUNITA: Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan YUNASFI
Anggrek merupakan tumbuhan herba yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar (Steenis,1978). Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 pada kategori ketinggian tempat: < 1000 m dpl; 1000 - 1500 m dpl; dan ≥ 1500 m dpl. Pada lima jalur yang berbeda di setiap kategori ketinggian tempat. Panjang jalur pengamatan adalah 100 m dan lebar 20 m. Jalur pertama di setiap kategori ketinggian tempat ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan tujuan. Jalur selanjutnya ditentukan secara
systematic sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematik. Pengamatan dan pengkoleksian spesies dilakukan secara menyeluruh dalam sampling plot berukuran 20 mx 20 m.
Hasil penelitian menemukan 24 spesies yang terdiri 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo, 1 family dan 14 genus. Dari 24 spesies anggrek yang ditemukan, 10 genus
anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophylum, Bulbophyllum,
Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Liparis,, flickengeria, dan 4 genus anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu
Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Hutan Pendidikan menyebar secara merata meskipun jumlahnya tidak merata di masing-masing lokasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotanpan pada tanggal 9 Juni 1990 dari ayahanda
Abdul Kholil (Alm) Matondang dan ibunda Adelina Lubis. Penulis merupakan
anak keempat dari lima bersaudara.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 1 Kotanopan, tahun 2005
lulus dari SMP Negeri 4 Kotanopan, dan tahun 2008 penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Penulis lulus seleksi
melanjutkan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB,
Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selain mengikuti perkuliahan, pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktik
Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Sinabung dan Taman Wisata
Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penulis juga aktif sebagai
anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan Baitul
Asyzar/Badan Kenadziran Musollah (BKM) selama perkuliahan. Penulis
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di KPH Banyuwangi Utara Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur pada tanggal 09 juli sampai dengan 09 Agustus
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Karo Sumatera Utara”,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP, MP. dan
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis dalam pelaksanaan penulis menyelesaikan
penulisan skripsi. Penulis juga mengucapakan teriama kasih kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Abdul Kholil (Alm) dan Ibunda Adelina Lubis yang telah
membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, pengertian dan
pengorbanan serta doa yang tiada putus kepada penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andika pegawai Balai UPT TAHURA
dan kepada Bapak Bukit yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian dilapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberikan dukungan serta masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Penulisan skripsi ini kemungkinan masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
kesempurnaan penelitian terkait di masa mendatang. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan
DAFTAR ISI
Latar Belakang Penelitian ... 1Tujuan Penelitian ... 3
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Anggrek ... 4
Taksonomi Anggrek ... 9
Habitat Anggrek ... 9
Syarat Tumbuh Anggrek ... 11
Distribusi Anggrek ... 12
Manfaat Anggrek ... 13
Kondisi Umum Hutan pendidikan sebagai Tempat Penelitian ... 14
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Prosedur Penelitian ... 18
Analisis Data ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Jenis Anggre di Hutan Pendidikan USU ... 22
Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan USU ... 23
Tempat Tumbuh Tanaman Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 27
Habitat Tempat Tumbuh Anggrek ... 32
Anggrek yang bernilai ekonomi ... 35
Sumber & Teknik Perbanyak Anggrek Pada Tingkat Pedagang Tanaman Hias ... 36
Indeks Nilai Penting (INP) Jenis anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 43 Saran ... 43
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Jenis-jenis Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 22
2. Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan
USU ... 23
3. Tempat Tumbuh Anggrek yang ditemukam di Hutan Pendidikan
USU ... 26
4. Habitat Tempat Tumbuh Angggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ………. 30
5. Anggrek yang bernilai ekonomi ... 33
6. Sumber tehnik memperbanyak anggrek ditingkat pedagang ... 35
7. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Anggrek di Hutan Pendidikan USU
Setiap Ketinggian Tempat ... 37
8. Indeks Keanekaraman (H’) dan Indeks Kemerataan (E) Anggrek di
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial ... 6
2. Bagian-Bagian Bunga Anggrek ... 8
3. Peta hutan Pendidikan USU ... 15
4. Peta Penelitian hutan Pendidikan USU ... 17
5. Desain Plot dalam Jalur pengamatan Anggrek ... 19
6. a. Spesies anggrek yang sama ... 24
b. Genus anggrek yang sama ... 25
7. a. Tempat tumbuh anggrek pada ketinggian >1000 m dpl ... 27
b. Tempat tumbuh anggrek pada ketinggian 1000-1500 m dpl ... 28
c. Tumbuh anggrek pada ketinggian <1500 m dpl ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada
Ketinggian < 1000 m dpl ... 45
2. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian 1000 - 1500 m dpl ... 46
3. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian ≥ 1500 m dpl ... 47
4. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian < 1000 m dpl ... 48
5. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian 1000 - 1500 m dpl ... 49
6. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian ≥
1500 m dpl ... 50
7. Contoh Perhitungan K, KR, F, FR, INP, H', E dan R1
... 53
8. Dokumentasi Pengamatan Anggrek di Hutan Pendidikan USU ... 55
ABSTRACT
ADE YUNITA: Deversity of Orchids in University of North Sumatra’s Educational Forest Region Karo district of North Sumatra, under the guidance of BUDI UTOMO and YUNASFI.
Orchids are herbaceous plants that mostly live as epiphytes and mostly by rhizomes or stems enlarged (Steenis, 1978). This study was conducted June through August 2012 at the altitude categories: <1000 m asl; 1000 - 1500 m asl and ≥ 1500 m asl. In five different lines in each category altitude. Observation path length is 100 m and width of 20 m. The first lane in each category altitude determined by purposive sampling is sampling in accordance with the objectives. The next path is determined by systematic sampling systematic sampling. Observations and collecting species be thorough in sampling plots measuring 20 mx 20 m.
The study found 24 species comprising 2 divisions, 2 classes, 1 order, 1 family and 14 genera. Of the 24 species of orchids are found, 10 genera of orchids are epiphytic orchids are Agrostophylum, Bulbophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Bulbophyllum,, flickengeria, and 4 genera of orchids are terrestrial orchids (land) is Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. From the pattern of spread of species of orchids can be seen that the spread in the Forest Education orchids spread evenly though the amount is not evenly distributed in each location.
ABSTRAK
ADE YUNITA: Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan YUNASFI
Anggrek merupakan tumbuhan herba yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar (Steenis,1978). Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 pada kategori ketinggian tempat: < 1000 m dpl; 1000 - 1500 m dpl; dan ≥ 1500 m dpl. Pada lima jalur yang berbeda di setiap kategori ketinggian tempat. Panjang jalur pengamatan adalah 100 m dan lebar 20 m. Jalur pertama di setiap kategori ketinggian tempat ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan tujuan. Jalur selanjutnya ditentukan secara
systematic sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematik. Pengamatan dan pengkoleksian spesies dilakukan secara menyeluruh dalam sampling plot berukuran 20 mx 20 m.
Hasil penelitian menemukan 24 spesies yang terdiri 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo, 1 family dan 14 genus. Dari 24 spesies anggrek yang ditemukan, 10 genus
anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophylum, Bulbophyllum,
Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Liparis,, flickengeria, dan 4 genus anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu
Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Hutan Pendidikan menyebar secara merata meskipun jumlahnya tidak merata di masing-masing lokasi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan plasma nutfah
anggrek paling besar di dunia.Dari sekitar 26.000 jenis, Indonesia memiliki sekitar
6.000 jenis tanaman anggrek dunia.Bahkan, sekitar 90% induk jenis Dendrobium
yang dikembangkan di dunia berasal dari Indonesia.Indonesia merupakan negara
tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat untuk menjamin
kehidupan tanaman anggrek.Tanaman anggrek liar di Indonesia diperkirakan ada
sekitar 5.000 jenis (Heriswanto, 2009).
Hutan tropis merupakan sumber plasma nutfah yang belum banyak
dimanfaatkan, Indonesia memiliki 10% tumbuhan berbunga di dunia.Salah satu
potensi hutan tropis yang belum tergali dan belum banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat adalah potensi tanaman hias termasuk anggrek. Anggrek merupakan
tumbuhan herba, menjalar yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan
kebanyakn anggrek dengan akar rimpang atau batang yang membesar.
Keanekaragaman jenis anggrek di seluruh dunia sangat tinggi, anggrek merupakan
salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama
di Indo-Malaya. Indonesia diperkirakan mempunyai + 3.000 spesies anggrek liar.
Jenis-jenis ini tersebar di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan
Sulawesi.
Sumatera adalah tempat yang sangat cocok untuk anggrek epifit, karena
memiliki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Sumatera
diperkirakan mempunyai + 1.118 spesies anggrek liar (Comber, 2001). Beberapa
melaporkan bahwa di stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh,
terdapat 25 jenis anggrek epifit, Yulinda (2004), melaporkan di hutan Tangkahan
Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat terdapat 9 jenis anggrek
epifit, Widhiastuti et al., (2007), melaporkan di Hutan Gunung Sinabung
Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 38 jenis anggrek epifit, selanjutnya
Marliya (2008), melaporkan di Taman Wisata Deleng Lancuk Kabupaten Karo
Sumatera Utara terdapat 28 jenis anggrek epifit.
Di daerah Kabupaten Karobanyak dijumpai tumbuhan anggrek baik yang
epifit (yang hidup menumpang di pohon) maupun teresterial (yang hidup di
tanah). Sejauh ini masih sedikit informasi/laporan dokumentasi dan gambar yang
mengungkapkan keanekaragaman jenis anggrek di kawasan ini, khususnya di
kawasan Hutan Pendidikan USU. Disepanjang jalan dari medan ke brastagi
banyak di jumpai pedangan tanaman hias, termasuk anggrek yang diperdagangkan
biasanya seperti anggrek malam, anggrek merpati, anggrek bulan dan masih
banyak lagi jenis-jenis lainnya. Para pedagang mendapatkan anggrek dari
penduduk yang sering mencari hasil hutan non kayu dari kawasan hutan
pendidikan usu yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui jenis-jenis anggrek yang terdapat di kawasan Pendidikan USU dengan
mengambil titik di beberapa ketinggian.
Penelitian memilih tempat di Hutan Pendidikan USUSumatera Utara, yang
merupakan bagian dari kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan dengan
luaskawasan± 1.000ha.Hutan Pendidikan USUterletak di dua wilayah kabupaten
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuanuntuk mengidentifikasi tanaman anggrek
(epifit)didalam wilayah Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara di kawasan
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.
Manfaat Penelitian
1. Menyediakan informasi tentang pertumbuhan tanaman anggrek (epifit)
yang ada didalam wilayah Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara
Raya Bukit Barisan Tongkoh.
2. Kegiatan keanekaragaman ini sendiri sangat berguna untuk melihat
keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di kawasan Hutan
Pendidikan USU daerah Kabupaten Karo.
3. Sebagai masukan bagi peneliti, pemerintah atau lembaga terkait yang ingin
meneliti lebih lanjut mengenai tumbuhan anggrek dengan harapan anggrek
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Anggrek
Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup
sebagian besar epifit, ada pula yang teresterial. Anggrek memiliki rimpang, akar
yang seperti umbi, tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang berdaun atau
tidak, pangkalnya sering kali menebal membentuk umbi semu yang mempunyai
akar yang mengandung klorofil (Tjitrosoepomo, 2004).
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1)Anggrek Epifit adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon
laintetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Akar yang dipakai
untukmenempel adalah akarnya, sedangkan akar berfungsi untuk
mencarimakanan adalah akar udara.
2)Anggrek semi Epifit adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanamanlain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya
juga berfungsiseperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk
berkembang.
3)Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah. Tumbuhan anggrek dibedakan menjadi dua, anggrek terestrial dan anggrek
epifit.Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh di atas atau permukaan
tanah, sedangkan anggrek epifit adalah anggrek yang hidup menempel pada
batang-batang pohon, batu, tebing vertikal di pegunungan.Memiliki akar-akar
fungsional berjurai di udara (Bandisch, 2002), dan akar yang menempel pada
seperti jangkar (Gunadi, 1979).Contoh :Agrostophyllum, Appendicula,
Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrobium, Dendrochilum, Eria.
a.Akar
Pada umumnya akar anggrek epifit berbentuk silindris, berdaging, lunak,
dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam
keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian
ujung akar saja yang berwarna hijau. Akar anggrek mempunyai lapisan yang
bersifat berongga (Spongy). Dibawah lapisan tersebut terdapat lapisan lain yang
mengandung klorofil. Pada saat akar tersebut menyentuh batang yang keras, maka
akar tersebut mudah melekat. Akar-akar yang sudah tua akan menjadi coklat dan
kering, kemudian fungsinya digantikan dengan akar-akar baru yang tumbuh
(Gunadi, 1977).
Akar anggrek epifit mempunyai dua jenis akar lekat dan akar gantung
(akar udara). Akar lekat adalah akar yang menempel pada substrat yang berfungsi
untuk memperkuat kedudukan tanaman, sedangkan akar gantung adalah akar akar
yang mengantung di udara yang berfungsi membantu pernavasan. Akar yang
menempel pada batang umumnya berbentuk agak mendatar mengikuti bentuk
permukaan batang, sedangkan rambut akarnya pendek-pendek. Akar ini
mempunyai jaringan pilamen yang yang memudahkan akar menyerap air hujan
yang jatuh pada kulit pohon inang. Pilamen juga berfungsi sebagai alat
pernavasan (Hendrayono, 1998). Pilamen terdiri dari jaringan bunga karang
dengan selubung luar berupa selaput berwarna putih dan keadaan biasa sel-selnya
b.Batang
Bentuk batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, berdaging
seluruhnya atau menebal dibagian tertentu saja, dengan tanpa umbi semu.
Berdasarkan pola pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Pada umumnya anggrek tipe
simpodial dengan pertumbuhan ujung batang yang terbatas, pertumbuhan batang
akan terhenti bila telah mencapai ukuran yang maksimal (Latif, 1981).
Gambar 1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial (Latif, 1981).
c.Daun
Bentuk daun anggrek epifit seperti tanaman monokotil lainnya, dimana
tulang daunya sejajar, susunannya berseling dengan tepi daun rata dan berdaging.
Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap daun dan
berhadapan, warna daun nggrek hijau muda hingga hijau tua, kemungkinan dan
ada pula yang bercak-bercak.Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang
berwarna dan keindahan spesies anggrek terletak pada daun tersebut.Bentuk daun
anggrek bervariasi (Latif, 1972 dalam Berliani 2008).
Menurut Sumartono (1981), bentuk daun anggrek terdiri atas
(rata) dengan ujung daun terbelah. Berdasarkan pertumbuhannya anggrek
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:
1). Evergreen yaitu daun tetap segar/ hijau dan tidak gugur secara serentak.
Misalnya genus Cattleya dan Phalaenopsis.
2). Decidous (tipe gugur) yaitu semua helaian daun gugur dan tanaman
mengalami masa istirahat, misalnya genus Dendrobium.
d.Bunga
Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu daun kelopak (sepal),
daun mahkota (petal), benang sari (stamen), putik (pisti) dan bakal buah
(ovarium). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal
dosrsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah
petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami
modifikasi menjadi labellum (bibir). Warna labellum anggrek umumnya lebih
cerah dari pada warna sepal dan petal. Pada labellum terdapat
gumpalan-gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi
untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi
(penyerbukan). Bagian-bagian bunga anggrek dapat dilihat pada gambar dibawah
Gambar 2. Bagian- bagian bunga Anggrek
Keterangan : a. Bunga Cattleya, b. Tugu Bunga
1. Kelopak Dorsal, 2. Mahkota (Corolla), 3. Kelopak Lateral 4. Bibir (Labellum), 5. Tugu, 6. Kepala Sari,
7. Rostellum, 8. Kepala Putik (Stigma) 9. Bakal Buah (Gunadi, 1985)
e.Buah
Buah anggrek merupakan buah capsular yang terbelah enam, biji didalam
buah sangat banyak. Biji-biji anggrek tidak mempunyai endosperm (cadangan
makanan) seperti biji tanaman lain. Cadangan makanan ini diperlukan dalam
perkecambahannya. Selain itu dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan
lain dari luar atau dari lingkungan sekitarnya (Latif, 1960).
Menurut sumartono (1981), buah anggrek mengandung ribuan sampai
jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklt.Pembiakan dengan
biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat
kecil dan mudah diterbangkan angin.Maka pembiakan dengan biji yang dilakukan
orang bertujuan untuk untuk mendapatkan spesies baru.Biji diperoleh dari
penyerbukan serbuk sari pada putik.Di hutan penyerbukan dapat dilakukan
dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan pada kepala putik
Taksonomi Anggrek
Taksonomi tumbuhan anggrek menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Family :Orchidaceae
Genus :Terdiri atas 735 genera, seperti Dendrobium, Spathoglottis,
Cymbidium, dll
Spesies :Terdiri atas 25.000 jenis, seperti Spathoglottis plicata,
Bulbophyllum lobii, Paphiopedilum tonsum, dll.
Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam familia
Orchidaceae suatufamilyyang sangat besar dan bervariasi.Famili ini terdiri dari
800 genus dan tidak kurang dari 25.000spesies.Familyorchidae ini
merupakantanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasukIndonesia. Di
Indonesia, anggrek banyak ditemukan di hutan, umumnya hutan Kalimantan
yangmerupakan surga anggrek Indonesia (Sandra, 2001).
Habitat Anggrek
Anggrek dapat tumbuh diberbagai tempat yang memungkinkan untuk
tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu, cadas,
pasir, pohon, akar tumbuhan lain dan dalam hutan. Daerah penyebarannya
Cypripedium, pada ketinggian nol mdpl hingga 4000 m lebih dipengunungan.
Varietas paling luas dan jumlah terbanyak berada didaerah panas. Mayoritas
anggrek memang merupakan tanaman bunga tropis dan sebagian besar adalah
sub-tropis (Gunadi, 1985).
Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada
yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang disebut anggrek epifit, ada
yang hidup ditanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit,
sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini merupakan kebutuhan
makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
1. Anggrek epifityaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain
tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya
matahari, misalnya Cattleya sp.memerlukan cahaya +40%. Dendrobium sp50–
60%, Phalaenopsis sp + 30 % dan Oncidium sp 60 – 75 %.
2. Anggrek terestrial yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan
cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp, Renanthera sp, Vanda
spdan Arachnis sp.Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari
70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380°C, dan malam hari
18–210°C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar
memerlukan sedikit naungan.
3. Anggrek litofit yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan
4. Anggrek saprofityaitu anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya
matahari, misalnya Goodyera sp.
SyaratTumbuhAnggrek a.Iklim
Anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang berbeda-beda
menurut jenis dan tipe habitatnya.Angin dan curah hujan berpengaruh terhadap
kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek tidak cocok dalam
suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara 60-80% di
siang hari dan 59-60% pada malam hari (Gunadi, 1986).
Anggrek dapat tumbuh baik dengan keadaan iklim yang mendukung untuk
pertumbuhannya. Yudi (2007) menyatakan bahwa iklim tersebut terbagi menajadi
beberapa bagian yaitu:
a. Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
anggrek
b. Cahaya matahari sangat dibutuhkan sekali bagi anggrek. Kebutuhan cahaya
berbeda-beda tergantung pada spesies anggrek. Ada yang memerlukan
intensitas cahaya penuh, ada juga yang tidak penuh atau memerlukan naungan
c. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 9oC dan suhu maksimum
adalah 30oC. jika suhu udara pada malam berada dibawah 9oC, maka daerah
tersebut tidak di anjurkan utuk pertumbuhan anggrek. Suhu yang tinggi dapat
d. Kelembaban relative (RH) yang diperlukan berkisar antara 60-85%. Fungsi
kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari
penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak
terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda.
b.Ketinggian Tempat
Menurut Gunadi (1985) suhu optimal bagi anggrek sesuai dengan ketinggian
tempat tumbuhnya adalah sebagai berikut:
a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek ini biasanya menyukai sinar matahari dalam intensitas yang tinggi. Pada
siang hari temperatur berada di sekitar 27-30oC dan pada malam hari temperatur
berada di bawah 21oC.
b. Anggrek sedang (ketinggian 650-1500 m dpl)
Anggrek ini memerlukan temperatur pada siang hari 21-26oC dan pada malam
hari 15-21oC.
c. Anggrek dingin (ketinggian >1500 m dpl)
Anggrek dingin tumbuh baik pada temperatur siang antara 15-21oC dan pada
malam hari antara 9-15oC.
Distribusi Anggrek
Anggrek tersebar luas di atas daerah hutan hujan tropis basah seperti
Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko, India, Srilanka, Indonesia, Thailand
dan Malaysia (Lovelles, 1989). Beberapa jejis anggrek yang tumbuh di benua
Asia adalah Dendrobium, Acczllis, Acineta, Maxillaria, Masdevallia dan
Angraecopsis, Ansellia, dan Cyrtorchis. Di benua Eropa yang tumbuh adalah
yaitu Spiranthes, Anacamptis, Liparis, Aceras, Orchis dan Pseudoorchis
sedangkan di benua Australia dan Selandia Baru yang tumbuh adalah adalah
Glossodia, Pterostylis, Earina dan Corybas (Gunadi, 1986).
Pada umunya genus yang paling banyak dijumpai adalah anggrek epift,
sedangkan genus di daerah artik dan antartika (suhu dingin) hamper sebagian
besar adalah anggrek tanah.Walapun anggrek dapat tumbuh pada daerah artik dan
antrtika, tapi anggrek tersebut banyak ditemukan di daerah tropis (Comber, 2001).
Manfaat Anggrek
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yaitu bunganya. Bunga
anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual
sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan
jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di
pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona
bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand
(Kartikaningrum et al., 1998).
Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena
keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan sebagai buga potong yang
tahan lama tidak seperti bunga-bunga lain (Rahardi dan Wahyuni, 1993).
Saat ini, anggrek bukan saja dipeliharakarena nilai estetika dan sosial
budayanya, tapi sejalan dengan semakin fungsionalnya anggrek dalam kehidupan
masyarakat, maka orang pun melihatnya sebagai komoditi yaitu menjadi lading
Kondisi Umum Hutan Pendidikan USU sebagai Tempat Penelitian
Berdasarkan Nota Kesepakatan Kerjasama (Memorandum of
Understanding) Nomor 522.4/3745 (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara)
dan Nomor 2764/H.1.R/KPM/2011(Universitas Sumatera Utara) tentang
pelaksanaan pendidikan di TamanHutan Raya Bukit Barisan,yang ditetapkan
pada tanggal 26 April 2011, antara Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Utaradengan Universitas Sumatera Utara, telah ditetapkan hutan seluas 1.000 ha
dalam kawasan TamanHutan Raya Bukit Barisan sebagai kawasan hutan
pendidikan yang dinamakan Hutan Pendidikan USU. Hutan pendidikan ini
merupakan laboratorium alam yang akan digunakan sebagai tempat praktik dan
penelitian mahasiswa dan dosen, khususnya Program Studi Kehutanan USU, serta
pengembangan ekowisata yang tidak memerlukan sarana dan prasarana bangunan
fisik. Pengelolaan Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak
Universitas Sumatera Utara, tetapi tetap dalam batasan-batasan yang tidak akan
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat
tindakan pengelolaan (Progran Studi Kehutanan USU, 2012).
Berdasarkan penelitianSetiawan(2012), Hutan Pendidikan USU secara
geografis terletak pada 3013' LU −3011' LU dan98034'BT−98032'BT, di jajaran
Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Karo.Batas-batas Hutan Pendidikan USU antara lain, di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Bukum, di sebelah timur
berbatasan dengan Desa Bukum dan Desa Tanjung Barus, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Tanjung Barusdan Desa Barus Julu, serta di sebelah
Gambar 3. Peta Hutan Pendidikan USU sebagai tempat penelitian (Setiawan,2012)
Hutan Pendidikan USU sampaisaat ini belum banyak diketahui kekayaan
sumberdaya alam hayati yang dimiliki hutan pendidikan ini.Perlu dilakukan
berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan
hutan pendidikan ini, untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama
karena kawasan ini dikembangkan menjadi daerah tujuan ekowisata, pendidikan,
dan penelitian(Setiawan, 2012).
Sumatera adalah tempat yang sangat cocok untuk anggrek epifit, karena
memiliki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Sumatera
diperkirakan mempunyai + 1.118 spesies anggrek liar (Comber, 2001). Beberapa
hasil penelitian tentang anggrek epifit di Sumatera antara lain Ruhana (2003),
melaporkan bahwa di stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh,
terdapat 25 jenis anggrek epifit, Yulinda (2004), melaporkan di hutan Tangkahan
epifit, Widhiastuti et al., (2007), melaporkan di Hutan Gunung Sinabung
Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 38 jenis anggrek epifit, selanjutnya
Marliya (2008), melaporkan di Taman Wisata Deleng Lancuk Kabupaten Karo
Sumatera Utara terdapat 28 jenis anggrek epifit.
Hutan Pendidikan USU sendiri baru diresmikan pada tanggal 25 Mei
2011(Setiawan, 2012),sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui kekayaan
sumberdaya alam hayati yang dimiliki Hutan Pendidikan USU, khususnya
keanekaragaman jenis tanaman anggrek. Perlu diadakan berbagai penelitian
untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan hutan pendidikan
ini untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama jika kawasan ini akan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan September 2012
di laksanakandikawasan Hutan Pendidikan USUDesa Tongkoh, Kecamatan Dolat
Raya, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.Lokasi penelitian dapat di lihat
pada gambar.
Gambar 4. Desain peta penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi
anggrek, kantung plastik transparan, label identifikasi dan tally sheet. Alat-alat
yang digunakan adalah peta lokasi, kompas, parang, sarung tangan, GPS,
termometer, kamera digital, gunting stek/pisau, tali raffia, dan alat tulis.Alat yang
digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetanjenis yang tidak dikenali guna
Untuk anggrek yang bersifat epifit (menempel pada tumbuhan inangnya),
dilakukan pencatatan terhadap jenis tumbuhan inang dimana anggrek itu
menempel dan lokasi penempelannya yang dibagi menjadi tiga tempat
tumbuh(Yulinda, 2004) yaitu sebagai berikut :
Bawah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari permukaan
tanah sampai tingginya 1,3 m.
Tengah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari 1,3 m sampai
percabangan utama.
Atas : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari percabangan
utama sampai tajuk.
Prosedur Penelitian di Lapangan
Sebelum pengambilan data dilapangan, terlebih dahulu dilakukan survey
lokasi penelitian untuk mengetahui keberadaan spsesies anggrek di lokasi
penelitian dan juga keadaan nyata lokasi penelitian agar dapat ditentukan metode
yang cocok untuk pengambilan data di lapangan.
Lokasi penelitian ditentukan dengan tujuan penelitian (purposive
sampling) dengan memperhatikan faktor topografi, kemiringan dan
keanekaragaman anggrek.Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang dianggap
mewakili dari faktor-faktor tersebut.Pengamatan dilakukan pada beberapa
kategori ketinggian tempat di Hutan Pendidikan USU, yakni pada ketinggian
tempat <1000 m dpl, 1000 −1500 m dpl, dan≥ 1500 m dpl. Pengamatan dilakukan
pada lima jaluryang berbeda pada setiap kategori ketinggian tempat, untuk
mencapai keterwakilan areal pengamatan. Panjang jalur pengamatan adalah 100
yang ditemui di lapangan, dimana pada pengamatan yang dilakukan di Hutan
Pendidikan USU, jarak antar masing-masingjalur pada setiap kategori ketinggian
tempat adalah 200 m. Selanjutnya pada masing-masing setiap ketinggian dibuat
plot berukuran 20 m x 100 m yang dibagi menjadi subplot berukuran 20 mx 20
m. Desain plot dalam jalur pengamatan jamur makroskopis dapat dilihat pada
Gambar 5.
20 m 100 m
arah jalur
20 m
Gambar 5. Desainplotdalamjalurpengamatan anggrek (Kusmana dan Istomo, 1995)
Pertama-tama diukur ketinggian tempat, koordinat, dan azimuth jalur
pengamatan, selanjutnya dilakukan analisis keanekaragaman tanaman anggrek.
Anggrek yang ditemui dilapangan langsung di photo dan dicatat data penampakan
fisik secara mendetail dan tempat ditemukannya anggrek, misalnya di tanah,
pohon, tajuk.Bila memungkinkan, objek langsung diidentifikasi di lapangan, dan
jika tidak maka objek harus dikoleksi. Dalam proses pengkoleksian, anggrek
diambil dengan hati-hati agar didapat tubuh buah, akar dan bunga yang utuh,
kemudian dibungkus dengan kertas koran atau dimasukkan ke dalam kantung
plastik dan diberi label. Selanjutnya sampeldijadikan herbarium basah lalu
diidentifikasi jenisnya memakai buku acuan identifikasi anggrek (buku acuannya
Analisis Data
1. Identifikasi Jenis
Kegiatan identifikasi spesies anggrek dilakukan dilapangan dibantu oleh
pemandu dengan menggunakan buku Identifikasi Anggrek. Spesies anggrek yang
belum dapat diidentifikasi di lapangan diidentifikasi dilaboratorium.
2. Analisis Vegetasi
a. Kerapatan suatu jenis (K) (Smith, 1992) K = Σ individu suatu jenis
Luas petak contoh
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) ( Smith, 1992)
KR = K suatu jenis x 100% K seluruh jenis
c. Frekuensi suatu jenis (F) (Smith, 1992)
F = Σ plot ditemukan suatu jenis Σ seluruh plot
d. Frekuensi relatif (FR) (Smith, 1992)
FR = F suatu jenis x 100% F seluruh jenis
e. Indeks Nilai Penting (INP) (Smith, 1992)
INP = KR + FR
f.Indeks keanekaragaman Shanon- Wiener
H’ = Indeks keanekaragaman
S = Jumlah jenis dalam petak utama
ni = Jumlah individu jenis ke-i
Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah:
- H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah;
- H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang; dan
- H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi (Odum,1993)
g.Indeks kemerataan Shanon
E = H’/ln (S)
Keterangan:
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman
S = Jumlah jenis yang ditemukan dalam pengamatan
Kriteria yang digunakan:
- Kemerataan dikatakan rendah jika 0 < E < 0,5
- Kemerataandikatakan tinggi jika 0,5 < E < 1(Krebs, 1985)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman spesies anggrek di Hutan Pendidikan USU
Berdasarkan penelitian spesies anggrek yang ditemukan pada setiap
ketinggian tempat berbeda-beda. Pada ketinggian < 1000 m dpl ditemukan 2
genus dan 4 spesies. Pada ketinggian tempat 1000-1500 m dpl ditemukan 9 genus
dan 14 spesies. Sedangkan pada ketinggian tempat≥ 1500 m dpl ditemukan 11
genus dan 19 spesies. Jumlah keseluruhan spesies anggrek yang ditemukan pada
seluruh ketinggian tempat adalah 24 spesies.
Spesies anggrek yang ditemukan pada penelitian ini terbagi atas ke dalam
divisi angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan magnoliophyta, dan kelas
liliopsida (tumbuhan berbiji berkeping tunggal) dan monocotiledonae, ordo
orchidales, family orchidaceae, 14 genus dan 24 spesies.
Tabel 1. Klasifikasi spesiesAnggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan dengan ukuran plot masing-masing 20m x 20 m pada setiap kategori ketinggian tempatpengamatan
Family Genus Spesies
Agrostphyllum longifolium - + -
Vanda pumila Vanda pumila - - +
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa spesies anggrek dominan terdapat
pada ketinggian > 1500 m dpl, yaitu sebanyak 19 spesies yang terdiri dari 6
spesies anggrek teresterial dan 13 spesies anggrek epifit. Ini disebabkan oleh
faktor-faktor lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek, baik epifit
maupun teresterial.
Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan USU
Selama pengamatan keanekaragaman anggrek di Hutan Pendidikan USU,
dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lokasi pengamatan dari
masing-masing kategori ketinggian tempat. Dari masing-masing ketegori
ketinggian dilakukan tiga waktu pengukuran, yakni pada pagi hari (pukul 07.00
WIB), siang hari (12.00 WIB), dan sore hari (17.00 WIB). Data hasil pengukuran
suhu dan kelembaban udara di Hutan Pendidikan USU disajikan dalam
tabelberikut ini.
Tabel 2. Suhu dan kelembaban udara di Hutan Pendidikan USU selama periode
pengamatan anggrek
Kategori Ketinggian
RH= kelembaban relatif di areal pengamatan
Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan bersamaan dengan
pengamatan anggrek. Hal ini untuk mengetahui suhu dan udara kelembaban
harian di Hutan Pendidikan USU, yang sesuai dengan bagi pertumbuhan dan
perkembangan spesies anggrek yang ditemukan di areal pengamatan.
Berdasarkan pengukuran suhu dan kelembaban udara yang dilakukan
selama periode pengamatan anggrek di Hutan Pendidikan USU, diketahui suhu
udara rata-rata sebesar 20,33 °C dan kelembaban sebesar 76,33°C. Suhu udara
sebesar 20,33°C merupakan kisaran optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan
anggrek di iklim tropis. Kelembaban udara sebesar 76,33°C merupakan ukuran
yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihotang (2010) bahwa
anggrek tumbuh optimal di tempat yang dingin pada kisaran 15°C-21°C. Spesies
yang sama tercantum pada gambar 6a dan genus yang sama tercantum pada
gambar 6b.
Gambar 6a.Spesies anggrek yang sama pada setiap ketinggian Bulbophylum sp,
Eria multiflora,Eria sp1,Eria sp2 Bulbophylum sp,Eria mutiflora,Eria sp, Eria sp2 Bulbophylum arpakianum,Bulbophylum lobii,Bulbophylum sp,
Coelogyne sp2,Coelogyne speciosa,eria multiflora,Eria sp2,Phaius tangervillia,Vanda pumila Bulbophylum sp,Eria sp1,Eria sp
Gambar 6b. Genus yang ditemukan pada setiap ketinggian Bulbophylum,Eria
Bulbophylum, Eria Bulbophylum,Coelogyne, Dendrobium,Eria, Phaius,Vanda Bulbophylum,Eria
Pada gambar 6a.Pada ketinggian < 1000 m dpl dan 1000-1500 m dpl
terdapat spesies Bulbophylum sp, Eria multiflora, Eria sp1 dan Eria sp2.Pada
ketinggian 1000-1500 m dpl dan > 1500 m dpl terdapat spesies Bulbophylum
arpakianum, Bulbophylum lobii, Bulbophylum sp, Coelogyne sp, Coelogyne
speciosa, Eria multiflora, Eria sp, Phaius tangervillia dan Vanda pumila. Pada
gambar 6b terdapat genus yang sama pada ketinggian < 1000 m dpl dan
1000-1500 m dpl terdapat 2 genus Bulbophylum, Eria. Pada ketinggian 1000-1500 m
dpl dan > 1500 m dpl terdapat 5 genus Bulbophylum, Coelogyne, Eria, Phaius
dan Vanda.
Dari kedua gambar di atas ditemukan spesies dan genus yang dominan sama
yang ditemukan pada setiap ketinggian yaitu spesies Bulbophylum sp dari genus
Dapat disimpulkan bahwa spesies anggrek dari genus tersebut bisa hidup pada
setiap ketinggian dengan kondisi tempat tumbuh yang tidak sama dengan suhu
yang berbeda-beda yaitu pada suhu yang berkisar 19,67oC-20,33oC. Menurut
(Gunadi, 1986), anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang
berbeda-beda menurut jenis dan tipe habitatnya.Angin dan curah hujan
berpengaruh terhadap kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek
tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai
kelembaban udara 60-80% di siang hari dan 59-60% pada malam hari.
Tempat Tumbuh Tanaman Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Anggrek yang ditemukan pada batang pohon ada tiga strata yaitu atas,
tengah dan bawah. Spesies anggrek yang ditemukan pada tiga strata tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Tempat tumbuhAnggrek yang ditemukanpada batang pohon di Hutan Pendidikan USU
Ketinggian Nama Spesies Habitat tempat tumbuh
Atas Tengah Bawah
<1000 mdpl
Bulbophylum sp - - -
Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa pada ketinggian < 1000 m dpl
spesies anggrek paling banyak ditemukan dibagian tengah yaitu sebayak 4 spesies.
Pada ketinggian 1000-1500 m dpl spesies anggrek paling banyak ditemukan
ditengah yaitu sebanyak 12 spesies. Pada ketinggian > 1500 m dpl paling banyak
ditemukan ditengah yaitu sebanyak 9 spesies anggrek. Dan spesies anggrek yang
jarang ditemukan pada bagian tengah pohon ini disebabkan karena bagian atas
pohon tiupan angin terlalu kencang.
Gambar anggrek yang ditemukan pada batang pohon pada strata atas,
tengah dan bawah dilihat pada gambar 7a ketinggian < 1000 m dpl, gambar 7b
ketinggian 1000-1500 m dpl dan pada gambar 7c ketinggian >1500 m dpl
dibawah ini.
Dendrobium minutigibbum - + -
Eria multiflora + + +
Eria sp2 - + +
Flickengeria angustifolia - - -
Gambar 7a. Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian > 1000 m dpl Eria
multiflora Eria multiflora,Eria sp1 Eria multiflora, Eria multiflora
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek yang ditemukan sama
pada setiap strata spesies anggrek Eria multiflora.
Gambar 7b.Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian 1000-1500 m dpl
Bulbophylum sp,Eria sp2 Coelogyne speciosa,Coelogyne s1,Eria sp2
Eria sp2 Eria sp2
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek dominan menumpang
hidup pada bagian tengah batang pohon. Dan spesies anggrek ditemukan sama pada
setiap strata seperti spesies anggrek Eria sp2 ini disebabkan karena spesies ini bisa
beradaptasi pada tempat tumbuhnya.
Atas Bulbophylum sp
Gambar 7c. Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian < 1500 m dpl , Bulbophylum biflorum,Coelogyne carinata, Eria multiflora
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek dominan
menumpang hidup pada bagian tengah batang pohon. Dan spesies anggrek
ditemukan sama pada setiap strata seperti spesies anggrek Eria multiflora ini
disebabkan karena spesies ini bisa beradaptasi pada tempat tumbuhnya.
Dari tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa anggrek yang
menumpang hidup kebanyakan dibagian tengah pohon karena, disebabkan oleh
faktor kulit pohon yang tidak merata kasar, dan sedikit retak sehingga banyak
debu yang terbawa angin menempel di kulit pohon tersebut. Dalam kurun waktu
yang lama, debu ini akan menumpuk dan akan tersiram oleh air hujan yang
menyebabkan batang pohon lembab. Menurut (Fitter & Hay (1981), secara
fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung atau tidak
langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, Sedangkan
pengaruh tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan
pembungaan. Anggrek kurang menyukai bagian atas pohon karena posisinya di
ujung pohon, dimana derajat kemiringannya lebih besar dengan ukuran batang kecil,
sering tertiup angin dan intensitas sinar matahari sangat tinggi. Hal ini menyebabkan
tingkat evapotranspirasi sangat tinggi.
Hubungan inang dengan anggrek tersebut diduga dipengaruhi oleh kebutuhan
cahaya yang tercermin pada kerapatan tajuk dan habitus pohon inangnya. Hal tersebut
juga ditunjang dengan jumlah individu anggrek yang menumpang secara epifit,
namun demikian hubungan asosiasi anggrek dan inangnya tidak selalu spesifik, hal
ini juga tergantung pada jenis-jenis pohon yang tumbuh di suatu kawasan yang dapat
anggrek dalam hal intensitas cahaya, pergerakan udara, suhu serta kelembaban
atmosfir udara (Withner, 1974 dalam Puspitaningtyas, 2007).
Spesies anggrek yang ditemukan pada dapat dibedakan berdasarkan sifat
hidupnya, yaitu anggrek epifit ( anggrek yang menempel pada pohon) dan
anggrek teresterial (anggek yang hidup di atas permukaan tanah). Spesies anggrek
tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4. Habitat tempat tumbuh Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Ketinggian Nama Spesies Habitat tempat tumbuh Batang Tanah
1000-1500 m dpl Agrostophyllum longifolium - - Bulbophyllum arpakianum + -
Bulbophyllum lobii + -
Bulbophyllum sp + -
>1500 m dpl Bulbophyylum arpakianum + - Bulbophylum biflorum + -
Bulbophylum lobii + -
Bulbophylum sp + -
Coelogyne carinata + -
Coelogyne speciosa + +
Cymbhidium tingerianum - +
Dendrobium minutugibbum + -
Eria multiflora + +
Eria sp1 + -
Flickengeria angustifolia - +
Liparis sp - +
Phaius plavus - +
Phaius tangervillea - +
Vanda pumila + -
Robiquetia mooreana + -
Spthoglottis aurea - +
Total 25 17
Keterangan : (+) = ditemukan
(-) = tidak ditemukan
Spesies-spesies anggrek epifit dan spesies-spesies anggrek teresterial yang
ditemukan di hutan pendidikan usu disajikan pada gambar dibawah ini:
Gambar 8. spesies anggrek yang ditemukan di batang dan di tanah
Keterangan :
Anggrek yang ditemukan ditanah dan dibatang
Bulbophylum Eria
Coelogyne Dendrobium
Dari tabel 4 dan gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa anggrek yang
dominan yang ditemukan adalah anggrek epifit,karena dipengaruhi oleh faktor
cahaya matahari dari pada faktor kelembaban, meskipun menurut Whitemore (1975)
dalam Gandawidjaya (1990) bahwa adanya perbedaan khusus dalam kebutuhan akan
kondisi lingkungan atau toleransi epifit terhadap lingkungan baik berupa tinggi
lain sangat beranekaragam sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis epifit dan pohon inangnya.
Menurut Gunadi (1985) juga menyatakan kebanyakan anggrek tropis ditemui
hidup menempel di pohon lain secara epifitis, artinya ia menumpang tapi tidak
mempunyai hubungan organis dengan pohon inangnya itu.
Anggrek teresterial lebih banyak ditemukan pada ketinggian > 1500 m dpl
dan pada ketinggian < 1000 m dpl tidak ditemukan anggrek teresterial ini disebabkan
karena cahaya matahari langsung diserap oleh anggrek teresterial ini sesuai
dengandikarenakan pada ketinggian tersebut, kerapatan tutupan tajuk atau kanopi
pohon masih rendah, sehingga cahaya matahari dapat tembus langsung ke lantai hutan
yang berakibat juga pada rendahnya kelembaban udara dibandingkan.
Ada juga spesies anggrek epifit yang ditemukan di tanah seperti spesies
Coelogyne carinata, Coelogyne spciosa, Coelogyne sp2, Cymbidium tingerium,
Dendrobium minutugibbum, Dendrobium sp, Eria multiflora, Eria sp2,
Robiqeutia mooreana ini disebabkan karena spesies ini bisa hidup dengan
intensitas cahaya banyak dan keadaan lembab. Secara fisiologis cahaya
mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung atau tidak langsung.
Menurut (Ashari, 1995) Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian
tempat. Jenis anggrek ada yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang
disebut anggrek epifit, ada yang hidup ditanah atau disebut teresterial. Anggrek
tidak bersifat parasit, sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini
Anggrek yang bernilai ekonomi tinggi
Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena
keindahannya, bunga anggrek juga dimanfaatkan sebagai bunga potong karena
tahan lama.Ada spesies anggrek yang bernilai jual tinggi tapi langka dan ada juga
spesies anggrek yang kurang diminatioleh pecinta anggrek.Dapat dilihat pada table
spesies anggrek yang bernilai ekonomi, langka dan yang kurang diminati.
Tabel 5.Anggrek yang bernilai ekonomi tinggi yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Spesies
Penjualan anggrek
Bernilai ekonomi Kurang diminati Langka
Agrostphyllum longifolium + - -
Bulbophyllum arpakianum + - -
Berdasarkan pengamatan spesies anggrek yang bernilai ekonomi hampir
semua spesies anggrek yang ditemukan bernilai ekonomis. Ada juga spesies
anggrek yang kurang diminati karena harganya yang kurang bersaing (karena
harganya rendah) dipasaran ditingkat antara pedagang atau diluar daerah. Harga
diperdagangkan yang paling mahal adalah spesies Phaius tangervillia. Banyaknya
spesies anggrek yang bernilai ekonomi ini disebabkan karena mudah untuk
dikembangbiakkan dan tidak rentan pada suhu dan keadaan tempat tumbuhnya
yang baru.
Dari spesies di atas spesies yang digemari adalah spesies Cymbidium
tigranum dan spesies ini bernilai ekonomi tinggi karena bentuk bunganya yang
sangat cantik dan bentuk anggrek ini mirip seperti pandan dan mudah untuk
dikembangbiakkan oleh masyarakat setempat yang menjulnya.
Semua spesies yang ditemukan hampir semua ada dijual pedagang hias
walaupun ada spesies yang kurang diminati karena karena bunganya kurang
cantik yang sangat diminati para pembeli spesies-spesies anggrek yang berbunga
cantik dan unik. Bahkan bukan hanya bunganya yang unik daunnya juga ada yang
berbentuk unik. Spesies yang kurang diminati ada juga yang bernilai ekonomi
spesies tersebut kurang diminati karena sukar beradaptasi pada tempat tumbuhnya
yang baru.
Berdasarkan pengamatan spesies anggrek yang bernilai ekonomi namun
spesies anggrek tersebut langka atau hampir punah yaitu dari genus Phaius,Vanda
dan Spthoglottis.
Sumber & teknik perbanyak anggrek ditingkat pedagang tanaman hias
Anggrek sangat banyak diminati masyarakat karena bunganya yang cantik
dan unik. Anggrek bukan saja dipelihara karena nilai estetikanya tapi sejalan
dengan semakin fungsional anggrek dalam kehidupan masyarakat, maka orang
usaha industry karena bunga anggrek sangat bernilai ekonomis dan masyarakat
memanfaatkan tanaman anggrek bukan hanya sebagai tanaman hias tapi bunga
anggrek juga dimanfaatkan sebagai bunga potong karena bunga anggrek yang
tahan lama dibandingkan bunga yang lain.
Pedagang mendapatkan anggrek dari hutan namun karena populasi
anggrek semakin hari semakin menurun dan langka akhirnya banyak pedagang
yang melakukan tehnik perbanyakan anggrek, seperti misalnya tehnik
perbanyakan dengan cara stek, biji ataupun membeli dari pedagang lainnya.
Seperti pada tabel diwah ini
Tabel 6.Cara memperoleh dan memperbanyak anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Nama pesies Cari dihutan Tehnik perbanyakan
Anggrek menjadi komonitas yang potensial untuk dikembangkan dan
mampu memberikan keuntungan dari nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar dan
di dalam hutan serta jaringan perdagangannya. Di Tahura sendiri pengambilan
anggrek dilalukukan secara illegal serta tidak memperhatikan kaidah konservasi.
Sehingga, lama kelamaan habitatnya semakin berkurang.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa anggrek yang diperdagangkan
sebagian besar dari hutan namun karena populasi anggrek yang ada dihutan
semakin langkadan banyaknya peminat anggrek yang datang, pedagang akhirnya
melakukan perbanyakan anggrek dengan secara vegetatif. Sebagian besar anggrek
yang dikembangbiakkan secara vegetatif yaitu stek. Namun ada spesies yang
dikembangbiakkan secara generatif yaitu spesies Coelogyne sp2.
Berikut adalah cara-cara perbanyakan tanaman anggrek:
1. Perbanyakan vegetatif
Pemisahan/pemecahan rumpun, pemotongan anak tanaman yang keluar dari
batang, pemotongan anak tanaman yang keluar dari akar dan tangkai bunga
yang selanjutnya ditanam ke media yang sama sperti pakis, mos serabut
kelapa, arang, serutan kayu. Perbanyakan vegetatif ini akan menghasilkan
anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Secara
vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan seperti akar, batang, daun dan
mata tunas. Pada media buatan berupa cairan/padat secara aseptik dengan
metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara
cepat dan berjumlah banyak.
Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan),
sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang
bersimbiosis dengan biji tersebut. Secara generatif benih tanaman diperoleh
melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat
heterozigot, sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap
dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan
induknya. Namun persilangan ini biasanya juga akan memperoleh varietas baru.
Indeks nilai penting (INP) spesies Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Menurut Astuti (2009), INP menyatakan kepentingan suatu spesies serta
memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Kusmana dan Istomo (1995)
menyatakan, persentasi INP dari hasil penjumlahan pada ketiga kategori
ketinggian tempat yang diamati berbeda-beda. INP setiap spesies pada
masing-masing kategori ketinggian tempat.
Tabel 7. INP spesiesanggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan berukuran masing-masing 20 m x 100 m pada setiapkategori ketinggian tempat pengamatan
No. Nama spesies INP (%)
< 1000 1000 – 1500 ≥ 1500
1 Agrostophyllum longifolium - 4,2 -
14 Eria multiflora 93,75 46,99 46,68
Keterangan : 1000; 1000 – 1500; 1500 = kategori ketinggian tempat pengamatan (m dpl)
(-) = tidak ditemukan
INP spesiesanggrek pada ketinggian tempat < 1000 m dpl berkisar antara
25-93,75%. INP spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian 1000-1500 m
dpl berkisar antara 4,2-4,99 %. Spesies anggrek dengan INP tertinggi adalah
spesies Eria multiflora. INP spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian
>1500 m dpl berkisar antara 2,55- 46,68 % dan INP yang tertinggi terdapat pada
spesiesEria multiflora.
Spesies dominan, yakni spesies dengan INP tertinggi mencerminkan
tingginya kemampuan spesies tersebut dalam menyesesuaikan diri dengan
lingkungan dan tingginya kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi
dengan spesies lain dilingkungan tersebut. Sebaliknya spesies yang INP terendah
menunujukkan bahwa spesies tersebut kurang manpu beradaptasi dengan
lingkungannya dan kurang mampu berkompetisi dengan spesies lain yang ada
dilingkungan tersebut.
Hasil perhitungan INP anggrek yang ditemukan menunjukkan bahwa
persentase INP dipengaruhi oleh jumlah penemuan individu suatu spesies dan
penemuan individu suatu spesies dan frekuensi spesies, tentu akan menyebabkan
tingginya persentase kerapatan relatif dan ferkeunsi relatif, yang mana keduanya
merupakan variabel penting yang mempengaruhi besar kecilnya persentase INP
suatu spesies.
Untuk mencapai persentase INP tertinggi, jumlah penemuan individu
suatu spesies dan frekuensi penemuannya harus sama-sama tinggi dalam areal
tersebut. Suatu spesies yang memilki kerapatan individu yang tinggi belum tentu
menjadi spesies yang paling dominan dalam areal tersebut, jika tidak didukung
oleh frekuensi penemuan spesies yang tinggi. Begitu juga sebaliknya.
Suatuspesies dengan frekuensi penemuan yang tertinggi belum tentu memiliki
persentase INP yang tertinggi, jika kerapatan individuspesies tersebut rendah.
Jadi, jika kerapatan relatif yang tinggi didukung oleh frekuensi relatif yang tinggi,
maka spesies kemungkinan akan dapat menjadi spesies yang paling dominan atau
yang paling berpengaruh dalam ekosistemnya.
Indeks Keanekaragaman Spesies (H') dan Indeks Kemerataan (E) Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU
Indeks keanekaragaman spesies berfungsi untuk menunjukkan
keanekaragamanspesiespada suatu areal tertentu, sedangkan ndeks kemerataan
jenis digunakan untuk mengetahui penyebarans pesies pada suatu areal tertentu
Michael (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman spesies juga sangat
penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam
oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri. Indeks keanekaragaman dan
Tabel 8. Indeks keanekaragaman (H') dan indeks kemerataan (E)spesiesAnggrekyang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan berukuran masing-masing 20 m x 100 m pada setiap kategoriketinggian tempatpengamatan
Indeks Ketinggian tempat (m dpl)
< 1000 1000 – 1500 ≥ 1500
Indeks keanekaragaman (H') 1,24 1,91 2,24
Indeks kemerataan (E) 0,89 0,72 0,76
BerdasarkanTabel 7. dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman
anggrek di Hutan Pendidikan USU pada ketiga kategori ketinggian tempat
berkisar antara 0,13-2,24. Indeks keanekaragaman tertinggi adalah pada
ketinggian tempat ketinggian >1500 m dpl yakni 2,24. Ini disebakan karena pada
ketinggian >1500 m dpl masih banyak pohon-pohon yang tumbuh. Berdasarkan
kriteria indeks keanekaragaman, areal ini termasuk areal yang memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian,
dimana diantara ketiga kategori ketinggian tempat pengamatan, spesies anggrek
paling banyak ditemukan pada kategori ketinggian tempat tersebut, yakni 19
spesies dari 24 spesies yang ditemukan dalam seluruh areal penelitian. Indeks
keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl adalah1,24. Berdasarkan
kriteria indeks keanekaragaman, areal ini termasuk areal yang memiliki
keanekaragaman spesies sangat rendah, dengan jumlah spesies yang ditemukan
sebanyak 4spesies. Indeks keanekaragaman sedang adalah padaketinggiantempat
1000-1500 m dpl yakni 1,91. Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman, areal
ini juga termasuk areal yang memiliki keanekaragaman spesies sedang, dengan
jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 14 spesies.
Indeks keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl lebih rendah
dibandingkan indeks keanekaragaman pada ketinggian tempat 1000-1500 m dpl
dikarenakan pada ketinggian tempat < 1000 m dpl, keanekaragaman spesies tidak
didukung oleh tingginya jumlah penemuan individu spesies. Sebagaimana terlihat
dalam rumus perhitungan indeks keanekaragaman, nilai indeks keanekaragaman
dipengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah total seluruh individu spesies yang
ditemukan. Akan tetapi, karena diantara setiap kategori ketinggian tempat yang
diamati, selisih nilai indeks keanekaragamannya kecil, dimana nilai indeks
keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl, < 1000-1500 m dpl dan
ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl hampir mendekati nilai 3, maka secara umum
keanekaragaman spesies anggrek di Hutan Pendidikan USU dapat dikategorikan
tinggi. Perbedaan ketinggian tempat tidak menyebabkan perbedaan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ditemukan 24 spesies anggrek yang termasuk dalam 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo
dan 1 famili.
2. Jumlah spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian tempat < 1000 m
dpl sebanyak 4spesies; pada ketinggian tempat 1000 - 1500 m dpl sebanyak
14spesies; dan pada ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl sebanyak 19 spesies.
3. Spesiesanggrek yang dominan pada ketinggian tempat < 1000 m dpl adalah
Eria multifloradengan INP sebesar 93,75%; pada ketinggian tempat 1000 -
1500 m dpl adalah Eria multiflora dengan INP sebesar 46,99% dan pada
ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl adalah Eria multiflora dengan INP sebesar
46,68 %.
4. Indeks keanekaragaman jenis (H') pada ketinggian tempat < 1000 m dpl
sebesar 1,24 termasuk kriteriakeanekaragaman sedang,pada ketinggian
tempat 1000 - 1500 m dpl sebesar 1,91 termasuk kriteria keanekaragaman
sedang, dan pada ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl sebesar 2,24 termasuk
kriteria keanekaragaman tinggi.
5. Anggrek tumbuh optimal di Hutan Pendidikan USU yang memiliki suhu
rata-rata di sebesar 20,330C dan kelembaban udara sebesar 76,33%.
Saran
Perlu dilakukan peningkatan penanaman pohon kembali, agar anggrek
tetap hidup dengan baik. Agar anggrek tetap terjaga dan tidak mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2004. Macroepiphyte diversity and distribution based on surface type of phorophyte (host) on mount Tangkuban Perahu. <http://digilib .bi.itb.ac. id/print.phd?id=jbptitbbi-gdl-s2-2004-amalia>
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta: UI Press. Hlm. 17
Astuti, S. S. 2009. Struktur dan komposisi Vegetasi Pohon dan Pole di Sekitar Jalur Wisata Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Skripsi Program Studi Biologi FMIPA USU. USU Repository. Medan
Berliani, K. 2008. Distribusi Alam dan Stratifikasi Altitudinal Jenis Anggrek Epifit di Hutan Gunung Sinabung Kabupaten karo Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan
Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera. SingaporeBotanic Gardens. Singapore
Gunadi, T. 1977. Kenal Anggrek. Bndung: Angkasa. Hlm. 41-43
Gunadi, T.1985. Anggrek Untuk Pemula. Bandung: Angkasa. Hlm. 12-15
Gunadi, T.1986. Anggrek dari Benua ke Benua. Bandung: Angkasa. Hlm. 19, 61,
100.
Heriswanto, K. 2009. “Berkibarlah Anggrek-Anggrek Indonesia”. BBI Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta : Jakarta.
Krebs, C. J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance, Third Edition. Harper and Row, Publishers, Inc. New York.
Kartikaningrum, S, Dyah Widastoety & Kusumah. 2004. Panduan Karakterisasi Tanaman Anggrek. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Platma. Jurnal Ilmiah dari pertanian,10(2): hlm.2-3.
Kusmana, C. Dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koestoer. UI Press. Jakarta
Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek Belantara Indonesia. Penerbit sumur Bandung. Bandung