• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Vegetasi Tanaman Anggrek di Hutan Pendidikan USU Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Vegetasi Tanaman Anggrek di Hutan Pendidikan USU Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KEANERAGAMAN ANGGREK DI HUTAN PENDIDIKAN

USU KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

  SKRIPSI

Oleh :

ADE YUNITA MATONDANG 081202008/Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Vegetasi Tanaman Anggrek di Hutan Pendidikan USU Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

Nama : Ade Yunita Matondang

NIM : 081202008

Program Studi : Kehutanan

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo. SP.MP Dr. Ir. Yunasfi. M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

(3)

ABSTRACT

ADE YUNITA: Deversity of Orchids in University of North Sumatra’s Educational Forest Region Karo district of North Sumatra, under the guidance of BUDI UTOMO and YUNASFI.

Orchids are herbaceous plants that mostly live as epiphytes and mostly by rhizomes or stems enlarged (Steenis, 1978). This study was conducted June through August 2012 at the altitude categories: <1000 m asl; 1000 - 1500 m asl and ≥ 1500 m asl. In five different lines in each category altitude. Observation path length is 100 m and width of 20 m. The first lane in each category altitude determined by purposive sampling is sampling in accordance with the objectives. The next path is determined by systematic sampling systematic sampling. Observations and collecting species be thorough in sampling plots measuring 20 mx 20 m.

The study found 24 species comprising 2 divisions, 2 classes, 1 order, 1 family and 14 genera. Of the 24 species of orchids are found, 10 genera of orchids are epiphytic orchids are Agrostophylum, Bulbophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Bulbophyllum,, flickengeria, and 4 genera of orchids are terrestrial orchids (land) is Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. From the pattern of spread of species of orchids can be seen that the spread in the Forest Education orchids spread evenly though the amount is not evenly distributed in each location.

(4)

ABSTRAK

ADE YUNITA: Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan YUNASFI

Anggrek merupakan tumbuhan herba yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar (Steenis,1978). Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 pada kategori ketinggian tempat: < 1000 m dpl; 1000 - 1500 m dpl; dan ≥ 1500 m dpl. Pada lima jalur yang berbeda di setiap kategori ketinggian tempat. Panjang jalur pengamatan adalah 100 m dan lebar 20 m. Jalur pertama di setiap kategori ketinggian tempat ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan tujuan. Jalur selanjutnya ditentukan secara

systematic sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematik. Pengamatan dan pengkoleksian spesies dilakukan secara menyeluruh dalam sampling plot berukuran 20 mx 20 m.

Hasil penelitian menemukan 24 spesies yang terdiri 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo, 1 family dan 14 genus. Dari 24 spesies anggrek yang ditemukan, 10 genus

anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophylum, Bulbophyllum,

Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Liparis,, flickengeria, dan 4 genus anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu

Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Hutan Pendidikan menyebar secara merata meskipun jumlahnya tidak merata di masing-masing lokasi.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotanpan pada tanggal 9 Juni 1990 dari ayahanda

Abdul Kholil (Alm) Matondang dan ibunda Adelina Lubis. Penulis merupakan

anak keempat dari lima bersaudara.

Pada tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 1 Kotanopan, tahun 2005

lulus dari SMP Negeri 4 Kotanopan, dan tahun 2008 penulis lulus dari SMA

Negeri 1 Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Penulis lulus seleksi

melanjutkan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB,

Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Selain mengikuti perkuliahan, pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktik

Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Sinabung dan Taman Wisata

Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penulis juga aktif sebagai

anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan Baitul

Asyzar/Badan Kenadziran Musollah (BKM) selama perkuliahan. Penulis

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di KPH Banyuwangi Utara Perum

Perhutani Unit II Jawa Timur pada tanggal 09 juli sampai dengan 09 Agustus

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Karo Sumatera Utara”,

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Budi Utomo, SP, MP. dan

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis dalam pelaksanaan penulis menyelesaikan

penulisan skripsi. Penulis juga mengucapakan teriama kasih kepada kedua orang

tua tercinta, Ayahanda Abdul Kholil (Alm) dan Ibunda Adelina Lubis yang telah

membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, pengertian dan

pengorbanan serta doa yang tiada putus kepada penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andika pegawai Balai UPT TAHURA

dan kepada Bapak Bukit yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan

penelitian dilapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman yang telah memberikan dukungan serta masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Penulisan skripsi ini kemungkinan masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi

kesempurnaan penelitian terkait di masa mendatang. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan

(7)

DAFTAR ISI

Latar Belakang Penelitian ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Anggrek ... 4

Taksonomi Anggrek ... 9

Habitat Anggrek ... 9

Syarat Tumbuh Anggrek ... 11

Distribusi Anggrek ... 12

Manfaat Anggrek ... 13

Kondisi Umum Hutan pendidikan sebagai Tempat Penelitian ... 14

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

Bahan dan Alat Penelitian ... 17

Prosedur Penelitian ... 18

Analisis Data ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Jenis Anggre di Hutan Pendidikan USU ... 22

Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan USU ... 23

Tempat Tumbuh Tanaman Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 27

Habitat Tempat Tumbuh Anggrek ... 32

Anggrek yang bernilai ekonomi ... 35

Sumber & Teknik Perbanyak Anggrek Pada Tingkat Pedagang Tanaman Hias ... 36

Indeks Nilai Penting (INP) Jenis anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 39

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 43 Saran ... 43

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Jenis-jenis Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU ... 22

2. Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan

USU ... 23

3. Tempat Tumbuh Anggrek yang ditemukam di Hutan Pendidikan

USU ... 26

4. Habitat Tempat Tumbuh Angggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU ………. 30

5. Anggrek yang bernilai ekonomi ... 33

6. Sumber tehnik memperbanyak anggrek ditingkat pedagang ... 35

7. Indeks Nilai Penting (INP) Jenis Anggrek di Hutan Pendidikan USU

Setiap Ketinggian Tempat ... 37

8. Indeks Keanekaraman (H’) dan Indeks Kemerataan (E) Anggrek di

(10)

DAFTAR GAMBAR 

No. Halaman

1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial ... 6

2. Bagian-Bagian Bunga Anggrek ... 8

3. Peta hutan Pendidikan USU ... 15

4. Peta Penelitian hutan Pendidikan USU ... 17

5. Desain Plot dalam Jalur pengamatan Anggrek ... 19

6. a. Spesies anggrek yang sama ... 24

b. Genus anggrek yang sama ... 25

7. a. Tempat tumbuh anggrek pada ketinggian >1000 m dpl ... 27

b. Tempat tumbuh anggrek pada ketinggian 1000-1500 m dpl ... 28

c. Tumbuh anggrek pada ketinggian <1500 m dpl ... 28

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada

Ketinggian < 1000 m dpl ... 45

2. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian 1000 - 1500 m dpl ... 46

3. Tabel Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian ≥ 1500 m dpl ... 47

4. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian < 1000 m dpl ... 48

5. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian 1000 - 1500 m dpl ... 49

6. Tabel Analisis Anggrek di Hutan Pendidikan USU Pada Ketinggian ≥

1500 m dpl ... 50

7. Contoh Perhitungan K, KR, F, FR, INP, H', E dan R1

... 53

8. Dokumentasi Pengamatan Anggrek di Hutan Pendidikan USU ... 55

(12)

ABSTRACT

ADE YUNITA: Deversity of Orchids in University of North Sumatra’s Educational Forest Region Karo district of North Sumatra, under the guidance of BUDI UTOMO and YUNASFI.

Orchids are herbaceous plants that mostly live as epiphytes and mostly by rhizomes or stems enlarged (Steenis, 1978). This study was conducted June through August 2012 at the altitude categories: <1000 m asl; 1000 - 1500 m asl and ≥ 1500 m asl. In five different lines in each category altitude. Observation path length is 100 m and width of 20 m. The first lane in each category altitude determined by purposive sampling is sampling in accordance with the objectives. The next path is determined by systematic sampling systematic sampling. Observations and collecting species be thorough in sampling plots measuring 20 mx 20 m.

The study found 24 species comprising 2 divisions, 2 classes, 1 order, 1 family and 14 genera. Of the 24 species of orchids are found, 10 genera of orchids are epiphytic orchids are Agrostophylum, Bulbophyllum, Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Bulbophyllum,, flickengeria, and 4 genera of orchids are terrestrial orchids (land) is Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. From the pattern of spread of species of orchids can be seen that the spread in the Forest Education orchids spread evenly though the amount is not evenly distributed in each location.

(13)

ABSTRAK

ADE YUNITA: Keanekaragaman Anggrek di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo Sumatera Utara, di bawah bimbingan BUDI UTOMO dan YUNASFI

Anggrek merupakan tumbuhan herba yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan kebanyakan dengan akar rimpang atau batang yang membesar (Steenis,1978). Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 pada kategori ketinggian tempat: < 1000 m dpl; 1000 - 1500 m dpl; dan ≥ 1500 m dpl. Pada lima jalur yang berbeda di setiap kategori ketinggian tempat. Panjang jalur pengamatan adalah 100 m dan lebar 20 m. Jalur pertama di setiap kategori ketinggian tempat ditentukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan tujuan. Jalur selanjutnya ditentukan secara

systematic sampling yaitu pengambilan sampel secara sistematik. Pengamatan dan pengkoleksian spesies dilakukan secara menyeluruh dalam sampling plot berukuran 20 mx 20 m.

Hasil penelitian menemukan 24 spesies yang terdiri 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo, 1 family dan 14 genus. Dari 24 spesies anggrek yang ditemukan, 10 genus

anggrek merupakan anggrek epifit yaitu Agrostophylum, Bulbophyllum,

Coelogyne, Cymbidium, Dendrobium, Dendrochylum, Eria, Epygenium, Liparis,, flickengeria, dan 4 genus anggrek merupakan anggrek teresterial (tanah) yaitu

Phaius, Vanda, Robiquetia, Spathoglottis. Dari pola penyebaran jenis anggrek dapat dilihat bahwa penyebaran anggrek di Hutan Pendidikan menyebar secara merata meskipun jumlahnya tidak merata di masing-masing lokasi.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan plasma nutfah

anggrek paling besar di dunia.Dari sekitar 26.000 jenis, Indonesia memiliki sekitar

6.000 jenis tanaman anggrek dunia.Bahkan, sekitar 90% induk jenis Dendrobium

yang dikembangkan di dunia berasal dari Indonesia.Indonesia merupakan negara

tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat untuk menjamin

kehidupan tanaman anggrek.Tanaman anggrek liar di Indonesia diperkirakan ada

sekitar 5.000 jenis (Heriswanto, 2009).

Hutan tropis merupakan sumber plasma nutfah yang belum banyak

dimanfaatkan, Indonesia memiliki 10% tumbuhan berbunga di dunia.Salah satu

potensi hutan tropis yang belum tergali dan belum banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat adalah potensi tanaman hias termasuk anggrek. Anggrek merupakan

tumbuhan herba, menjalar yang sebagian besar hidup sebagai epifit dan

kebanyakn anggrek dengan akar rimpang atau batang yang membesar.

Keanekaragaman jenis anggrek di seluruh dunia sangat tinggi, anggrek merupakan

salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama

di Indo-Malaya. Indonesia diperkirakan mempunyai + 3.000 spesies anggrek liar.

Jenis-jenis ini tersebar di hutan-hutan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan

Sulawesi.

Sumatera adalah tempat yang sangat cocok untuk anggrek epifit, karena

memiliki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Sumatera

diperkirakan mempunyai + 1.118 spesies anggrek liar (Comber, 2001). Beberapa

(15)

melaporkan bahwa di stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh,

terdapat 25 jenis anggrek epifit, Yulinda (2004), melaporkan di hutan Tangkahan

Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat terdapat 9 jenis anggrek

epifit, Widhiastuti et al., (2007), melaporkan di Hutan Gunung Sinabung

Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 38 jenis anggrek epifit, selanjutnya

Marliya (2008), melaporkan di Taman Wisata Deleng Lancuk Kabupaten Karo

Sumatera Utara terdapat 28 jenis anggrek epifit.

Di daerah Kabupaten Karobanyak dijumpai tumbuhan anggrek baik yang

epifit (yang hidup menumpang di pohon) maupun teresterial (yang hidup di

tanah). Sejauh ini masih sedikit informasi/laporan dokumentasi dan gambar yang

mengungkapkan keanekaragaman jenis anggrek di kawasan ini, khususnya di

kawasan Hutan Pendidikan USU. Disepanjang jalan dari medan ke brastagi

banyak di jumpai pedangan tanaman hias, termasuk anggrek yang diperdagangkan

biasanya seperti anggrek malam, anggrek merpati, anggrek bulan dan masih

banyak lagi jenis-jenis lainnya. Para pedagang mendapatkan anggrek dari

penduduk yang sering mencari hasil hutan non kayu dari kawasan hutan

pendidikan usu yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui jenis-jenis anggrek yang terdapat di kawasan Pendidikan USU dengan

mengambil titik di beberapa ketinggian.

Penelitian memilih tempat di Hutan Pendidikan USUSumatera Utara, yang

merupakan bagian dari kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan dengan

luaskawasan± 1.000ha.Hutan Pendidikan USUterletak di dua wilayah kabupaten

(16)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuanuntuk mengidentifikasi tanaman anggrek

(epifit)didalam wilayah Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara di kawasan

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh.

Manfaat Penelitian

1. Menyediakan informasi tentang pertumbuhan tanaman anggrek (epifit)

yang ada didalam wilayah Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara

Raya Bukit Barisan Tongkoh.

2. Kegiatan keanekaragaman ini sendiri sangat berguna untuk melihat

keanekaragaman jenis anggrek yang terdapat di kawasan Hutan

Pendidikan USU daerah Kabupaten Karo.

3. Sebagai masukan bagi peneliti, pemerintah atau lembaga terkait yang ingin

meneliti lebih lanjut mengenai tumbuhan anggrek dengan harapan anggrek

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Anggrek

Anggrek adalah tumbuhan dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup

sebagian besar epifit, ada pula yang teresterial. Anggrek memiliki rimpang, akar

yang seperti umbi, tetapi bukan umbi lapis atau umbi batang. Batang berdaun atau

tidak, pangkalnya sering kali menebal membentuk umbi semu yang mempunyai

akar yang mengandung klorofil (Tjitrosoepomo, 2004). 

Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:

1)Anggrek Epifit adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon

laintetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Akar yang dipakai

untukmenempel adalah akarnya, sedangkan akar berfungsi untuk

mencarimakanan adalah akar udara.

2)Anggrek semi Epifit adalah jenis anggrek yang menempel pada

pohon/tanamanlain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya

juga berfungsiseperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk

berkembang.

3)Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.  Tumbuhan anggrek dibedakan menjadi dua, anggrek terestrial dan anggrek

epifit.Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh di atas atau permukaan

tanah, sedangkan anggrek epifit adalah anggrek yang hidup menempel pada

batang-batang pohon, batu, tebing vertikal di pegunungan.Memiliki akar-akar

fungsional berjurai di udara (Bandisch, 2002), dan akar yang menempel pada

(18)

seperti jangkar (Gunadi, 1979).Contoh :Agrostophyllum, Appendicula,

Bulbophyllum, Coelogyne, Dendrobium, Dendrochilum, Eria.

a.Akar

Pada umumnya akar anggrek epifit berbentuk silindris, berdaging, lunak,

dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam

keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian

ujung akar saja yang berwarna hijau. Akar anggrek mempunyai lapisan yang

bersifat berongga (Spongy). Dibawah lapisan tersebut terdapat lapisan lain yang

mengandung klorofil. Pada saat akar tersebut menyentuh batang yang keras, maka

akar tersebut mudah melekat. Akar-akar yang sudah tua akan menjadi coklat dan

kering, kemudian fungsinya digantikan dengan akar-akar baru yang tumbuh

(Gunadi, 1977).

Akar anggrek epifit mempunyai dua jenis akar lekat dan akar gantung

(akar udara). Akar lekat adalah akar yang menempel pada substrat yang berfungsi

untuk memperkuat kedudukan tanaman, sedangkan akar gantung adalah akar akar

yang mengantung di udara yang berfungsi membantu pernavasan. Akar yang

menempel pada batang umumnya berbentuk agak mendatar mengikuti bentuk

permukaan batang, sedangkan rambut akarnya pendek-pendek. Akar ini

mempunyai jaringan pilamen yang yang memudahkan akar menyerap air hujan

yang jatuh pada kulit pohon inang. Pilamen juga berfungsi sebagai alat

pernavasan (Hendrayono, 1998). Pilamen terdiri dari jaringan bunga karang

dengan selubung luar berupa selaput berwarna putih dan keadaan biasa sel-selnya

(19)

b.Batang

Bentuk batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, berdaging

seluruhnya atau menebal dibagian tertentu saja, dengan tanpa umbi semu.

Berdasarkan pola pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial. Pada umumnya anggrek tipe

simpodial dengan pertumbuhan ujung batang yang terbatas, pertumbuhan batang

akan terhenti bila telah mencapai ukuran yang maksimal (Latif, 1981).

Gambar 1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial (Latif, 1981).

c.Daun

Bentuk daun anggrek epifit seperti tanaman monokotil lainnya, dimana

tulang daunya sejajar, susunannya berseling dengan tepi daun rata dan berdaging.

Daun melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap daun dan

berhadapan, warna daun nggrek hijau muda hingga hijau tua, kemungkinan dan

ada pula yang bercak-bercak.Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang

berwarna dan keindahan spesies anggrek terletak pada daun tersebut.Bentuk daun

anggrek bervariasi (Latif, 1972 dalam Berliani 2008).

Menurut Sumartono (1981), bentuk daun anggrek terdiri atas

(20)

(rata) dengan ujung daun terbelah. Berdasarkan pertumbuhannya anggrek

digolongkan menjadi dua kelompok yaitu:

1). Evergreen yaitu daun tetap segar/ hijau dan tidak gugur secara serentak.

Misalnya genus Cattleya dan Phalaenopsis.

2). Decidous (tipe gugur) yaitu semua helaian daun gugur dan tanaman

mengalami masa istirahat, misalnya genus Dendrobium.

d.Bunga

Bunga anggrek memiliki lima bagian utama yaitu daun kelopak (sepal),

daun mahkota (petal), benang sari (stamen), putik (pisti) dan bakal buah

(ovarium). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal

dosrsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah

petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami

modifikasi menjadi labellum (bibir). Warna labellum anggrek umumnya lebih

cerah dari pada warna sepal dan petal. Pada labellum terdapat

gumpalan-gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi

untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi

(penyerbukan). Bagian-bagian bunga anggrek dapat dilihat pada gambar dibawah

(21)

Gambar 2. Bagian- bagian bunga Anggrek

Keterangan : a. Bunga Cattleya, b. Tugu Bunga  

1. Kelopak Dorsal, 2. Mahkota (Corolla), 3. Kelopak Lateral 4. Bibir (Labellum), 5. Tugu, 6. Kepala Sari,

7. Rostellum, 8. Kepala Putik (Stigma) 9. Bakal Buah (Gunadi, 1985)

 

e.Buah

Buah anggrek merupakan buah capsular yang terbelah enam, biji didalam

buah sangat banyak. Biji-biji anggrek tidak mempunyai endosperm (cadangan

makanan) seperti biji tanaman lain. Cadangan makanan ini diperlukan dalam

perkecambahannya. Selain itu dibutuhkan gula dan persenyawaan-persenyawaan

lain dari luar atau dari lingkungan sekitarnya (Latif, 1960).

Menurut sumartono (1981), buah anggrek mengandung ribuan sampai

jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklt.Pembiakan dengan

biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat

kecil dan mudah diterbangkan angin.Maka pembiakan dengan biji yang dilakukan

orang bertujuan untuk untuk mendapatkan spesies baru.Biji diperoleh dari

penyerbukan serbuk sari pada putik.Di hutan penyerbukan dapat dilakukan

dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan pada kepala putik

(22)

Taksonomi Anggrek

Taksonomi tumbuhan anggrek menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Ordo : Orchidales

Family :Orchidaceae

Genus :Terdiri atas 735 genera, seperti Dendrobium, Spathoglottis,

Cymbidium, dll

Spesies :Terdiri atas 25.000 jenis, seperti Spathoglottis plicata,

Bulbophyllum lobii, Paphiopedilum tonsum, dll.

Anggrek dalam penggolongan taksonomi, termasuk dalam familia

Orchidaceae suatufamilyyang sangat besar dan bervariasi.Famili ini terdiri dari

800 genus dan tidak kurang dari 25.000spesies.Familyorchidae ini

merupakantanaman yang tersebar luas di pelosok dunia termasukIndonesia. Di

Indonesia, anggrek banyak ditemukan di hutan, umumnya hutan Kalimantan

yangmerupakan surga anggrek Indonesia (Sandra, 2001). 

Habitat Anggrek  

Anggrek dapat tumbuh diberbagai tempat yang memungkinkan untuk

tumbuh seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu, cadas,

pasir, pohon, akar tumbuhan lain dan dalam hutan. Daerah penyebarannya

(23)

Cypripedium, pada ketinggian nol mdpl hingga 4000 m lebih dipengunungan.

Varietas paling luas dan jumlah terbanyak berada didaerah panas. Mayoritas

anggrek memang merupakan tanaman bunga tropis dan sebagian besar adalah

sub-tropis (Gunadi, 1985).

Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada

yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang disebut anggrek epifit, ada

yang hidup ditanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit,

sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini merupakan kebutuhan

makanan untuk dirinya sendiri dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).

Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut : 

1. Anggrek epifityaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain

tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya

matahari, misalnya Cattleya sp.memerlukan cahaya +40%. Dendrobium sp50–

60%, Phalaenopsis sp + 30 % dan Oncidium sp 60 – 75 %.

2. Anggrek terestrial yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan

cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp, Renanthera sp, Vanda

spdan Arachnis sp.Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari

70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380°C, dan malam hari

18–210°C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar

memerlukan sedikit naungan.

3. Anggrek litofit yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan

(24)

4. Anggrek saprofityaitu anggrek yang tumbuh pada media yang

mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya

matahari, misalnya Goodyera sp.

SyaratTumbuhAnggrek  a.Iklim  

Anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang berbeda-beda

menurut jenis dan tipe habitatnya.Angin dan curah hujan berpengaruh terhadap

kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek tidak cocok dalam

suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara 60-80% di

siang hari dan 59-60% pada malam hari (Gunadi, 1986).

Anggrek dapat tumbuh baik dengan keadaan iklim yang mendukung untuk

pertumbuhannya. Yudi (2007) menyatakan bahwa iklim tersebut terbagi menajadi

beberapa bagian yaitu:

a. Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan

anggrek

b. Cahaya matahari sangat dibutuhkan sekali bagi anggrek. Kebutuhan cahaya

berbeda-beda tergantung pada spesies anggrek. Ada yang memerlukan

intensitas cahaya penuh, ada juga yang tidak penuh atau memerlukan naungan

c. Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 9oC dan suhu maksimum

adalah 30oC. jika suhu udara pada malam berada dibawah 9oC, maka daerah

tersebut tidak di anjurkan utuk pertumbuhan anggrek. Suhu yang tinggi dapat

(25)

d. Kelembaban relative (RH) yang diperlukan berkisar antara 60-85%. Fungsi

kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari

penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak

terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda.

b.Ketinggian Tempat

Menurut Gunadi (1985) suhu optimal bagi anggrek sesuai dengan ketinggian

tempat tumbuhnya adalah sebagai berikut:

a. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)

Anggrek ini biasanya menyukai sinar matahari dalam intensitas yang tinggi. Pada

siang hari temperatur berada di sekitar 27-30oC dan pada malam hari temperatur

berada di bawah 21oC.

b. Anggrek sedang (ketinggian 650-1500 m dpl)

Anggrek ini memerlukan temperatur pada siang hari 21-26oC dan pada malam

hari 15-21oC.

c. Anggrek dingin (ketinggian >1500 m dpl)

Anggrek dingin tumbuh baik pada temperatur siang antara 15-21oC dan pada

malam hari antara 9-15oC.

Distribusi Anggrek

Anggrek tersebar luas di atas daerah hutan hujan tropis basah seperti

Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko, India, Srilanka, Indonesia, Thailand

dan Malaysia (Lovelles, 1989). Beberapa jejis anggrek yang tumbuh di benua

Asia adalah Dendrobium, Acczllis, Acineta, Maxillaria, Masdevallia dan

(26)

Angraecopsis, Ansellia, dan Cyrtorchis. Di benua Eropa yang tumbuh adalah

yaitu Spiranthes, Anacamptis, Liparis, Aceras, Orchis dan Pseudoorchis

sedangkan di benua Australia dan Selandia Baru yang tumbuh adalah adalah

Glossodia, Pterostylis, Earina dan Corybas (Gunadi, 1986).

Pada umunya genus yang paling banyak dijumpai adalah anggrek epift,

sedangkan genus di daerah artik dan antartika (suhu dingin) hamper sebagian

besar adalah anggrek tanah.Walapun anggrek dapat tumbuh pada daerah artik dan

antrtika, tapi anggrek tersebut banyak ditemukan di daerah tropis (Comber, 2001). 

 

Manfaat Anggrek

Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yaitu bunganya. Bunga

anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek biasa dijual

sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan

jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di

pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua. Anggrek bulan adalah bunga pesona

bangsa Indonesia. Anggrek juga menjadi bunga nasional Singapura dan Thailand

(Kartikaningrum et al., 1998).

Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena

keindahannya, bunga anggrek dapat dimanfaatkan sebagai buga potong yang

tahan lama tidak seperti bunga-bunga lain (Rahardi dan Wahyuni, 1993).

Saat ini, anggrek bukan saja dipeliharakarena nilai estetika dan sosial

budayanya, tapi sejalan dengan semakin fungsionalnya anggrek dalam kehidupan

masyarakat, maka orang pun melihatnya sebagai komoditi yaitu menjadi lading

(27)

Kondisi Umum Hutan Pendidikan USU sebagai Tempat Penelitian

Berdasarkan Nota  Kesepakatan  Kerjasama  (Memorandum  of 

Understanding) Nomor 522.4/3745 (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

dan  Nomor  2764/H.1.R/KPM/2011(Universitas Sumatera Utara) tentang

pelaksanaan pendidikan di TamanHutan Raya Bukit Barisan,yang ditetapkan 

pada  tanggal  26  April  2011,  antara Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

Utaradengan Universitas Sumatera Utara, telah ditetapkan hutan seluas 1.000 ha

dalam kawasan TamanHutan Raya Bukit Barisan sebagai kawasan hutan

pendidikan yang dinamakan Hutan Pendidikan USU. Hutan pendidikan ini

merupakan laboratorium alam yang akan digunakan sebagai tempat praktik dan

penelitian mahasiswa dan dosen, khususnya Program Studi Kehutanan USU, serta

pengembangan ekowisata yang tidak memerlukan sarana dan prasarana bangunan

fisik. Pengelolaan Hutan Pendidikan USU sepenuhnya diserahkan kepada pihak

Universitas Sumatera Utara, tetapi tetap dalam batasan-batasan yang tidak akan

menyebabkan terjadinya perubahan fungsi hutan ataupun kerusakan hutan akibat

tindakan pengelolaan (Progran Studi Kehutanan USU, 2012).

Berdasarkan penelitianSetiawan(2012), Hutan Pendidikan USU secara

geografis terletak pada 3013' LU −3011' LU dan98034'BT−98032'BT, di jajaran

Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli

Serdang dan Kabupaten Karo.Batas-batas Hutan Pendidikan USU antara lain, di

sebelah utara berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Bukum, di sebelah timur

berbatasan dengan Desa Bukum dan Desa Tanjung Barus, di sebelah Selatan

berbatasan dengan Desa Tanjung Barusdan Desa Barus Julu, serta di sebelah

(28)

 

Gambar 3. Peta Hutan Pendidikan USU sebagai tempat penelitian (Setiawan,2012) 

Hutan Pendidikan USU sampaisaat ini belum banyak diketahui kekayaan

sumberdaya alam hayati yang dimiliki hutan pendidikan ini.Perlu dilakukan

berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan

hutan pendidikan ini, untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama

karena kawasan ini dikembangkan menjadi daerah tujuan ekowisata, pendidikan,

dan penelitian(Setiawan, 2012).

Sumatera adalah tempat yang sangat cocok untuk anggrek epifit, karena

memiliki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Sumatera

diperkirakan mempunyai + 1.118 spesies anggrek liar (Comber, 2001). Beberapa

hasil penelitian tentang anggrek epifit di Sumatera antara lain Ruhana (2003),

melaporkan bahwa di stasiun Penelitian Ketambe Ekosistem Leuser Banda Aceh,

terdapat 25 jenis anggrek epifit, Yulinda (2004), melaporkan di hutan Tangkahan

(29)

epifit, Widhiastuti et al., (2007), melaporkan di Hutan Gunung Sinabung

Kabupaten Karo Sumatera Utara terdapat 38 jenis anggrek epifit, selanjutnya

Marliya (2008), melaporkan di Taman Wisata Deleng Lancuk Kabupaten Karo

Sumatera Utara terdapat 28 jenis anggrek epifit.

Hutan Pendidikan USU sendiri baru diresmikan pada tanggal 25 Mei

2011(Setiawan, 2012),sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui kekayaan

sumberdaya alam hayati yang dimiliki Hutan Pendidikan USU, khususnya

keanekaragaman jenis tanaman anggrek. Perlu diadakan berbagai penelitian

untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan hutan pendidikan

ini untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama jika kawasan ini akan

(30)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan September 2012

di laksanakandikawasan Hutan Pendidikan USUDesa Tongkoh, Kecamatan Dolat

Raya, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.Lokasi penelitian dapat di lihat

pada gambar.

Gambar 4. Desain peta penelitian

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi

anggrek, kantung plastik transparan, label identifikasi dan tally sheet. Alat-alat

yang digunakan adalah peta lokasi, kompas, parang, sarung tangan, GPS,

termometer, kamera digital, gunting stek/pisau, tali raffia, dan alat tulis.Alat yang

digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetanjenis yang tidak dikenali guna

(31)

Untuk anggrek yang bersifat epifit (menempel pada tumbuhan inangnya),

dilakukan pencatatan terhadap jenis tumbuhan inang dimana anggrek itu

menempel dan lokasi penempelannya yang dibagi menjadi tiga tempat

tumbuh(Yulinda, 2004) yaitu sebagai berikut :

Bawah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari permukaan

tanah sampai tingginya 1,3 m.

Tengah : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari 1,3 m sampai

percabangan utama.

Atas : Jika anggrek menempel pada tumbuhan inang mulai dari percabangan

utama sampai tajuk.

Prosedur Penelitian di Lapangan

Sebelum pengambilan data dilapangan, terlebih dahulu dilakukan survey

lokasi penelitian untuk mengetahui keberadaan spsesies anggrek di lokasi

penelitian dan juga keadaan nyata lokasi penelitian agar dapat ditentukan metode

yang cocok untuk pengambilan data di lapangan.

Lokasi penelitian ditentukan dengan tujuan penelitian (purposive

sampling) dengan memperhatikan faktor topografi, kemiringan dan

keanekaragaman anggrek.Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang dianggap

mewakili dari faktor-faktor tersebut.Pengamatan dilakukan pada beberapa

kategori ketinggian tempat di Hutan Pendidikan USU, yakni pada ketinggian

tempat <1000 m dpl, 1000 −1500 m dpl, dan≥ 1500 m dpl. Pengamatan dilakukan

pada lima jaluryang berbeda pada setiap kategori ketinggian tempat, untuk

mencapai keterwakilan areal pengamatan. Panjang jalur pengamatan adalah 100

(32)

yang ditemui di lapangan, dimana pada pengamatan yang dilakukan di Hutan

Pendidikan USU, jarak antar masing-masingjalur pada setiap kategori ketinggian

tempat adalah 200 m. Selanjutnya pada masing-masing setiap ketinggian dibuat

plot berukuran 20 m x 100 m yang dibagi menjadi subplot berukuran 20 mx 20

m. Desain plot dalam jalur pengamatan jamur makroskopis dapat dilihat pada

Gambar 5.

20 m 100 m

arah jalur

20 m

Gambar 5. Desainplotdalamjalurpengamatan anggrek (Kusmana dan Istomo, 1995)

Pertama-tama diukur ketinggian tempat, koordinat, dan azimuth jalur

pengamatan, selanjutnya dilakukan analisis keanekaragaman tanaman anggrek.

Anggrek yang ditemui dilapangan langsung di photo dan dicatat data penampakan

fisik secara mendetail dan tempat ditemukannya anggrek, misalnya di tanah,

pohon, tajuk.Bila memungkinkan, objek langsung diidentifikasi di lapangan, dan

jika tidak maka objek harus dikoleksi. Dalam proses pengkoleksian, anggrek

diambil dengan hati-hati agar didapat tubuh buah, akar dan bunga yang utuh,

kemudian dibungkus dengan kertas koran atau dimasukkan ke dalam kantung

plastik dan diberi label. Selanjutnya sampeldijadikan herbarium basah lalu

diidentifikasi jenisnya memakai buku acuan identifikasi anggrek (buku acuannya

(33)

Analisis Data

1. Identifikasi Jenis

Kegiatan identifikasi spesies anggrek dilakukan dilapangan dibantu oleh

pemandu dengan menggunakan buku Identifikasi Anggrek. Spesies anggrek yang

belum dapat diidentifikasi di lapangan diidentifikasi dilaboratorium.

2. Analisis Vegetasi

a. Kerapatan suatu jenis (K) (Smith, 1992) K = Σ individu suatu jenis

Luas petak contoh

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) ( Smith, 1992)

KR = K suatu jenis x 100% K seluruh jenis

c. Frekuensi suatu jenis (F) (Smith, 1992)

F = Σ plot ditemukan suatu jenis Σ seluruh plot

d. Frekuensi relatif (FR) (Smith, 1992)

FR = F suatu jenis x 100% F seluruh jenis  

e. Indeks Nilai Penting (INP) (Smith, 1992)

INP = KR + FR

f.Indeks keanekaragaman Shanon- Wiener

 

H’ = Indeks keanekaragaman

S = Jumlah jenis dalam petak utama

ni = Jumlah individu jenis ke-i

(34)

Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah:

- H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah;

- H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang; dan

- H’> 3, keanekaragaman tergolong tinggi (Odum,1993)

g.Indeks kemerataan Shanon

E = H’/ln (S)

Keterangan:

E = Indeks kemerataan

H’ = Indeks keanekaragaman

S = Jumlah jenis yang ditemukan dalam pengamatan

Kriteria yang digunakan:

- Kemerataan dikatakan rendah jika 0 < E < 0,5

- Kemerataandikatakan tinggi jika 0,5 < E < 1(Krebs, 1985)

 

 

 

 

 

 

 

 

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman spesies anggrek di Hutan Pendidikan USU

Berdasarkan penelitian spesies anggrek yang ditemukan pada setiap

ketinggian tempat berbeda-beda. Pada ketinggian < 1000 m dpl ditemukan 2

genus dan 4 spesies. Pada ketinggian tempat 1000-1500 m dpl ditemukan 9 genus

dan 14 spesies. Sedangkan pada ketinggian tempat≥ 1500 m dpl ditemukan 11

genus dan 19 spesies. Jumlah keseluruhan spesies anggrek yang ditemukan pada

seluruh ketinggian tempat adalah 24 spesies.

Spesies anggrek yang ditemukan pada penelitian ini terbagi atas ke dalam

divisi angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan magnoliophyta, dan kelas

liliopsida (tumbuhan berbiji berkeping tunggal) dan monocotiledonae, ordo

orchidales, family orchidaceae, 14 genus dan 24 spesies.

Tabel 1. Klasifikasi spesiesAnggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan dengan ukuran plot masing-masing 20m x 20 m pada setiap kategori ketinggian tempatpengamatan

Family Genus Spesies

Agrostphyllum longifolium - + -

(36)

Vanda pumila Vanda pumila - - +

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa spesies anggrek dominan terdapat

pada ketinggian > 1500 m dpl, yaitu sebanyak 19 spesies yang terdiri dari 6

spesies anggrek teresterial dan 13 spesies anggrek epifit. Ini disebabkan oleh

faktor-faktor lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan anggrek, baik epifit

maupun teresterial.

Suhu dan Kelembaban Udara di Hutan Pendidikan USU

Selama pengamatan keanekaragaman anggrek di Hutan Pendidikan USU,

dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lokasi pengamatan dari

masing-masing kategori ketinggian tempat. Dari masing-masing ketegori

ketinggian dilakukan tiga waktu pengukuran, yakni pada pagi hari (pukul 07.00

WIB), siang hari (12.00 WIB), dan sore hari (17.00 WIB). Data hasil pengukuran

suhu dan kelembaban udara di Hutan Pendidikan USU disajikan dalam

tabelberikut ini.

Tabel 2. Suhu dan kelembaban udara di Hutan Pendidikan USU selama periode

pengamatan anggrek

Kategori Ketinggian

(37)

RH= kelembaban relatif di areal pengamatan

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan bersamaan dengan

pengamatan anggrek. Hal ini untuk mengetahui suhu dan udara kelembaban

harian di Hutan Pendidikan USU, yang sesuai dengan bagi pertumbuhan dan

perkembangan spesies anggrek yang ditemukan di areal pengamatan.

Berdasarkan pengukuran suhu dan kelembaban udara yang dilakukan

selama periode pengamatan anggrek di Hutan Pendidikan USU, diketahui suhu

udara rata-rata sebesar 20,33 °C dan kelembaban sebesar 76,33°C. Suhu udara

sebesar 20,33°C merupakan kisaran optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan

anggrek di iklim tropis. Kelembaban udara sebesar 76,33°C merupakan ukuran

yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihotang (2010) bahwa

anggrek tumbuh optimal di tempat yang dingin pada kisaran 15°C-21°C. Spesies

yang sama tercantum pada gambar 6a dan genus yang sama tercantum pada

gambar 6b.

Gambar 6a.Spesies anggrek yang sama pada setiap ketinggian Bulbophylum sp,

Eria multiflora,Eria sp1,Eria sp2 Bulbophylum sp,Eria mutiflora,Eria sp, Eria sp2 Bulbophylum arpakianum,Bulbophylum lobii,Bulbophylum sp,

(38)

Coelogyne sp2,Coelogyne speciosa,eria multiflora,Eria sp2,Phaius tangervillia,Vanda pumila Bulbophylum sp,Eria sp1,Eria sp

 

 

Gambar 6b. Genus yang ditemukan pada setiap ketinggian Bulbophylum,Eria

Bulbophylum, Eria Bulbophylum,Coelogyne, Dendrobium,Eria, Phaius,Vanda Bulbophylum,Eria

Pada gambar 6a.Pada ketinggian < 1000 m dpl dan 1000-1500 m dpl

terdapat spesies Bulbophylum sp, Eria multiflora, Eria sp1 dan Eria sp2.Pada

ketinggian 1000-1500 m dpl dan > 1500 m dpl terdapat spesies Bulbophylum

arpakianum, Bulbophylum lobii, Bulbophylum sp, Coelogyne sp, Coelogyne

speciosa, Eria multiflora, Eria sp, Phaius tangervillia dan Vanda pumila. Pada

gambar 6b terdapat genus yang sama pada ketinggian < 1000 m dpl dan

1000-1500 m dpl terdapat 2 genus Bulbophylum, Eria. Pada ketinggian 1000-1500 m

dpl dan > 1500 m dpl terdapat 5 genus Bulbophylum, Coelogyne, Eria, Phaius

dan Vanda.

Dari kedua gambar di atas ditemukan spesies dan genus yang dominan sama

yang ditemukan pada setiap ketinggian yaitu spesies Bulbophylum sp dari genus

(39)

Dapat disimpulkan bahwa spesies anggrek dari genus tersebut bisa hidup pada

setiap ketinggian dengan kondisi tempat tumbuh yang tidak sama dengan suhu

yang berbeda-beda yaitu pada suhu yang berkisar 19,67oC-20,33oC. Menurut

(Gunadi, 1986), anggrek menginginkan sinar matahari dalam jumlah yang

berbeda-beda menurut jenis dan tipe habitatnya.Angin dan curah hujan

berpengaruh terhadap kelembaban lingkungan tumbuh anggrek. Tanaman anggrek

tidak cocok dalam suasana basah terus menerus, akan tetapi menyukai

kelembaban udara 60-80% di siang hari dan 59-60% pada malam hari.

Tempat Tumbuh Tanaman Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Anggrek yang ditemukan pada batang pohon ada tiga strata yaitu atas,

tengah dan bawah. Spesies anggrek yang ditemukan pada tiga strata tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Tempat tumbuhAnggrek yang ditemukanpada batang pohon di Hutan Pendidikan USU

Ketinggian Nama Spesies Habitat tempat tumbuh

Atas Tengah Bawah

<1000 mdpl

(40)

Bulbophylum sp - - -

Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa pada ketinggian < 1000 m dpl

spesies anggrek paling banyak ditemukan dibagian tengah yaitu sebayak 4 spesies.

Pada ketinggian 1000-1500 m dpl spesies anggrek paling banyak ditemukan

ditengah yaitu sebanyak 12 spesies. Pada ketinggian > 1500 m dpl paling banyak

ditemukan ditengah yaitu sebanyak 9 spesies anggrek. Dan spesies anggrek yang

jarang ditemukan pada bagian tengah pohon ini disebabkan karena bagian atas

pohon tiupan angin terlalu kencang.

Gambar anggrek yang ditemukan pada batang pohon pada strata atas,

tengah dan bawah dilihat pada gambar 7a ketinggian < 1000 m dpl, gambar 7b

ketinggian 1000-1500 m dpl dan pada gambar 7c ketinggian >1500 m dpl

dibawah ini.

Dendrobium minutigibbum - + -

Eria multiflora + + +

Eria sp2 - + +

Flickengeria angustifolia - - -

(41)

Gambar 7a. Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian > 1000 m dpl Eria

multiflora Eria multiflora,Eria sp1 Eria multiflora, Eria multiflora

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek yang ditemukan sama

pada setiap strata spesies anggrek Eria multiflora.

Gambar 7b.Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian 1000-1500 m dpl

Bulbophylum sp,Eria sp2 Coelogyne speciosa,Coelogyne s1,Eria sp2

Eria sp2 Eria sp2

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek dominan menumpang

hidup pada bagian tengah batang pohon. Dan spesies anggrek ditemukan sama pada

setiap strata seperti spesies anggrek Eria sp2 ini disebabkan karena spesies ini bisa

beradaptasi pada tempat tumbuhnya.

Atas Bulbophylum sp

(42)

Gambar 7c. Tempat tumbuh anggrek yang sama pada ketinggian < 1500 m dpl , Bulbophylum biflorum,Coelogyne carinata, Eria multiflora

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa spesies anggrek dominan

menumpang hidup pada bagian tengah batang pohon. Dan spesies anggrek

ditemukan sama pada setiap strata seperti spesies anggrek Eria multiflora ini

disebabkan karena spesies ini bisa beradaptasi pada tempat tumbuhnya.

Dari tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa anggrek yang

menumpang hidup kebanyakan dibagian tengah pohon karena, disebabkan oleh

faktor kulit pohon yang tidak merata kasar, dan sedikit retak sehingga banyak

debu yang terbawa angin menempel di kulit pohon tersebut. Dalam kurun waktu

yang lama, debu ini akan menumpuk dan akan tersiram oleh air hujan yang

menyebabkan batang pohon lembab. Menurut (Fitter & Hay (1981), secara

fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung atau tidak

langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses fotosintesis, Sedangkan

pengaruh tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan, perkecambahan dan

pembungaan. Anggrek kurang menyukai bagian atas pohon karena posisinya di

ujung pohon, dimana derajat kemiringannya lebih besar dengan ukuran batang kecil,

sering tertiup angin dan intensitas sinar matahari sangat tinggi. Hal ini menyebabkan

tingkat evapotranspirasi sangat tinggi.

Hubungan inang dengan anggrek tersebut diduga dipengaruhi oleh kebutuhan

cahaya yang tercermin pada kerapatan tajuk dan habitus pohon inangnya. Hal tersebut

juga ditunjang dengan jumlah individu anggrek yang menumpang secara epifit,

namun demikian hubungan asosiasi anggrek dan inangnya tidak selalu spesifik, hal

ini juga tergantung pada jenis-jenis pohon yang tumbuh di suatu kawasan yang dapat

(43)

anggrek dalam hal intensitas cahaya, pergerakan udara, suhu serta kelembaban

atmosfir udara (Withner, 1974 dalam Puspitaningtyas, 2007).

Spesies anggrek yang ditemukan pada dapat dibedakan berdasarkan sifat

hidupnya, yaitu anggrek epifit ( anggrek yang menempel pada pohon) dan

anggrek teresterial (anggek yang hidup di atas permukaan tanah). Spesies anggrek

tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4. Habitat tempat tumbuh Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Ketinggian Nama Spesies Habitat tempat tumbuh Batang Tanah

1000-1500 m dpl Agrostophyllum longifolium - - Bulbophyllum arpakianum + -

Bulbophyllum lobii + -

Bulbophyllum sp + -

>1500 m dpl Bulbophyylum arpakianum + - Bulbophylum biflorum + -

Bulbophylum lobii + -

Bulbophylum sp + -

Coelogyne carinata + -

Coelogyne speciosa + +

Cymbhidium tingerianum - +

Dendrobium minutugibbum + -

Eria multiflora + +

Eria sp1 + -

Flickengeria angustifolia - +

Liparis sp - +

Phaius plavus - +

Phaius tangervillea - +

Vanda pumila + -

Robiquetia mooreana + -

Spthoglottis aurea - +

(44)

Total 25 17

Keterangan : (+) = ditemukan

(-) = tidak ditemukan

Spesies-spesies anggrek epifit dan spesies-spesies anggrek teresterial yang

ditemukan di hutan pendidikan usu disajikan pada gambar dibawah ini:

Gambar 8. spesies anggrek yang ditemukan di batang dan di tanah

Keterangan :

Anggrek yang ditemukan ditanah dan dibatang

Bulbophylum Eria

Coelogyne Dendrobium

Dari tabel 4 dan gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa anggrek yang

dominan yang ditemukan adalah anggrek epifit,karena dipengaruhi oleh faktor

cahaya matahari dari pada faktor kelembaban, meskipun menurut Whitemore (1975)

dalam Gandawidjaya (1990) bahwa adanya perbedaan khusus dalam kebutuhan akan

kondisi lingkungan atau toleransi epifit terhadap lingkungan baik berupa tinggi

(45)

lain sangat beranekaragam sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

jenis epifit dan pohon inangnya.

Menurut Gunadi (1985) juga menyatakan kebanyakan anggrek tropis ditemui

hidup menempel di pohon lain secara epifitis, artinya ia menumpang tapi tidak

mempunyai hubungan organis dengan pohon inangnya itu.

Anggrek teresterial lebih banyak ditemukan pada ketinggian > 1500 m dpl

dan pada ketinggian < 1000 m dpl tidak ditemukan anggrek teresterial ini disebabkan

karena cahaya matahari langsung diserap oleh anggrek teresterial ini sesuai

dengandikarenakan pada ketinggian tersebut, kerapatan tutupan tajuk atau kanopi

pohon masih rendah, sehingga cahaya matahari dapat tembus langsung ke lantai hutan

yang berakibat juga pada rendahnya kelembaban udara dibandingkan.

Ada juga spesies anggrek epifit yang ditemukan di tanah seperti spesies

Coelogyne carinata, Coelogyne spciosa, Coelogyne sp2, Cymbidium tingerium,

Dendrobium minutugibbum, Dendrobium sp, Eria multiflora, Eria sp2,

Robiqeutia mooreana ini disebabkan karena spesies ini bisa hidup dengan

intensitas cahaya banyak dan keadaan lembab. Secara fisiologis cahaya

mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik langsung atau tidak langsung.

Menurut (Ashari, 1995) Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian

tempat. Jenis anggrek ada yang hidup di semak-semak atau pohon-pohonan yang

disebut anggrek epifit, ada yang hidup ditanah atau disebut teresterial. Anggrek

tidak bersifat parasit, sehingga tidak merugikan tanaman lainnya. Tanaman ini

(46)

Anggrek yang bernilai ekonomi tinggi

Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, selain karena

keindahannya, bunga anggrek juga dimanfaatkan sebagai bunga potong karena

tahan lama.Ada spesies anggrek yang bernilai jual tinggi tapi langka dan ada juga

spesies anggrek yang kurang diminatioleh pecinta anggrek.Dapat dilihat pada table

spesies anggrek yang bernilai ekonomi, langka dan yang kurang diminati.

Tabel 5.Anggrek yang bernilai ekonomi tinggi yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Spesies

Penjualan anggrek

Bernilai ekonomi Kurang diminati Langka

Agrostphyllum longifolium + - -

Bulbophyllum arpakianum + - -

Berdasarkan pengamatan spesies anggrek yang bernilai ekonomi hampir

semua spesies anggrek yang ditemukan bernilai ekonomis. Ada juga spesies

anggrek yang kurang diminati karena harganya yang kurang bersaing (karena

harganya rendah) dipasaran ditingkat antara pedagang atau diluar daerah. Harga

(47)

diperdagangkan yang paling mahal adalah spesies Phaius tangervillia. Banyaknya

spesies anggrek yang bernilai ekonomi ini disebabkan karena mudah untuk

dikembangbiakkan dan tidak rentan pada suhu dan keadaan tempat tumbuhnya

yang baru.

Dari spesies di atas spesies yang digemari adalah spesies Cymbidium

tigranum dan spesies ini bernilai ekonomi tinggi karena bentuk bunganya yang

sangat cantik dan bentuk anggrek ini mirip seperti pandan dan mudah untuk

dikembangbiakkan oleh masyarakat setempat yang menjulnya.

Semua spesies yang ditemukan hampir semua ada dijual pedagang hias

walaupun ada spesies yang kurang diminati karena karena bunganya kurang

cantik yang sangat diminati para pembeli spesies-spesies anggrek yang berbunga

cantik dan unik. Bahkan bukan hanya bunganya yang unik daunnya juga ada yang

berbentuk unik. Spesies yang kurang diminati ada juga yang bernilai ekonomi

spesies tersebut kurang diminati karena sukar beradaptasi pada tempat tumbuhnya

yang baru.

Berdasarkan pengamatan spesies anggrek yang bernilai ekonomi namun

spesies anggrek tersebut langka atau hampir punah yaitu dari genus Phaius,Vanda

dan Spthoglottis.

Sumber & teknik perbanyak anggrek ditingkat pedagang tanaman hias

Anggrek sangat banyak diminati masyarakat karena bunganya yang cantik

dan unik. Anggrek bukan saja dipelihara karena nilai estetikanya tapi sejalan

dengan semakin fungsional anggrek dalam kehidupan masyarakat, maka orang

(48)

usaha industry karena bunga anggrek sangat bernilai ekonomis dan masyarakat

memanfaatkan tanaman anggrek bukan hanya sebagai tanaman hias tapi bunga

anggrek juga dimanfaatkan sebagai bunga potong karena bunga anggrek yang

tahan lama dibandingkan bunga yang lain.

Pedagang mendapatkan anggrek dari hutan namun karena populasi

anggrek semakin hari semakin menurun dan langka akhirnya banyak pedagang

yang melakukan tehnik perbanyakan anggrek, seperti misalnya tehnik

perbanyakan dengan cara stek, biji ataupun membeli dari pedagang lainnya.

Seperti pada tabel diwah ini

Tabel 6.Cara memperoleh dan memperbanyak anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Nama pesies Cari dihutan Tehnik perbanyakan

(49)

Anggrek menjadi komonitas yang potensial untuk dikembangkan dan

mampu memberikan keuntungan dari nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar dan

di dalam hutan serta jaringan perdagangannya. Di Tahura sendiri pengambilan

anggrek dilalukukan secara illegal serta tidak memperhatikan kaidah konservasi.

Sehingga, lama kelamaan habitatnya semakin berkurang.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa anggrek yang diperdagangkan

sebagian besar dari hutan namun karena populasi anggrek yang ada dihutan

semakin langkadan banyaknya peminat anggrek yang datang, pedagang akhirnya

melakukan perbanyakan anggrek dengan secara vegetatif. Sebagian besar anggrek

yang dikembangbiakkan secara vegetatif yaitu stek. Namun ada spesies yang

dikembangbiakkan secara generatif yaitu spesies Coelogyne sp2.

Berikut adalah cara-cara perbanyakan tanaman anggrek:

1. Perbanyakan vegetatif

Pemisahan/pemecahan rumpun, pemotongan anak tanaman yang keluar dari

batang, pemotongan anak tanaman yang keluar dari akar dan tangkai bunga

yang selanjutnya ditanam ke media yang sama sperti pakis, mos serabut

kelapa, arang, serutan kayu. Perbanyakan vegetatif ini akan menghasilkan

anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Secara

vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan seperti akar, batang, daun dan

mata tunas. Pada media buatan berupa cairan/padat secara aseptik dengan

metode ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara

cepat dan berjumlah banyak.

(50)

Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan),

sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang

bersimbiosis dengan biji tersebut. Secara generatif benih tanaman diperoleh

melalui biji hasil persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat

heterozigot, sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap

dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama dengan

induknya. Namun persilangan ini biasanya juga akan memperoleh varietas baru.

Indeks nilai penting (INP) spesies Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Menurut Astuti (2009), INP menyatakan kepentingan suatu spesies serta

memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Kusmana dan Istomo (1995)

menyatakan, persentasi INP dari hasil penjumlahan pada ketiga kategori

ketinggian tempat yang diamati berbeda-beda. INP setiap spesies pada

masing-masing kategori ketinggian tempat.

Tabel 7. INP spesiesanggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan berukuran masing-masing 20 m x 100 m pada setiapkategori ketinggian tempat pengamatan

No. Nama spesies INP (%)

< 1000 1000 – 1500 ≥ 1500

1 Agrostophyllum longifolium - 4,2 -

(51)

14 Eria multiflora 93,75 46,99 46,68

Keterangan : 1000; 1000 – 1500; 1500 = kategori ketinggian tempat pengamatan (m dpl)

(-) = tidak ditemukan

INP spesiesanggrek pada ketinggian tempat < 1000 m dpl berkisar antara

25-93,75%. INP spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian 1000-1500 m

dpl berkisar antara 4,2-4,99 %. Spesies anggrek dengan INP tertinggi adalah

spesies Eria multiflora. INP spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian

>1500 m dpl berkisar antara 2,55- 46,68 % dan INP yang tertinggi terdapat pada

spesiesEria multiflora.

Spesies dominan, yakni spesies dengan INP tertinggi mencerminkan

tingginya kemampuan spesies tersebut dalam menyesesuaikan diri dengan

lingkungan dan tingginya kemampuan spesies tersebut dalam berkompetisi

dengan spesies lain dilingkungan tersebut. Sebaliknya spesies yang INP terendah

menunujukkan bahwa spesies tersebut kurang manpu beradaptasi dengan

lingkungannya dan kurang mampu berkompetisi dengan spesies lain yang ada

dilingkungan tersebut.

Hasil perhitungan INP anggrek yang ditemukan menunjukkan bahwa

persentase INP dipengaruhi oleh jumlah penemuan individu suatu spesies dan

(52)

penemuan individu suatu spesies dan frekuensi spesies, tentu akan menyebabkan

tingginya persentase kerapatan relatif dan ferkeunsi relatif, yang mana keduanya

merupakan variabel penting yang mempengaruhi besar kecilnya persentase INP

suatu spesies.

Untuk mencapai persentase INP tertinggi, jumlah penemuan individu

suatu spesies dan frekuensi penemuannya harus sama-sama tinggi dalam areal

tersebut. Suatu spesies yang memilki kerapatan individu yang tinggi belum tentu

menjadi spesies yang paling dominan dalam areal tersebut, jika tidak didukung

oleh frekuensi penemuan spesies yang tinggi. Begitu juga sebaliknya.

Suatuspesies dengan frekuensi penemuan yang tertinggi belum tentu memiliki

persentase INP yang tertinggi, jika kerapatan individuspesies tersebut rendah.

Jadi, jika kerapatan relatif yang tinggi didukung oleh frekuensi relatif yang tinggi,

maka spesies kemungkinan akan dapat menjadi spesies yang paling dominan atau

yang paling berpengaruh dalam ekosistemnya.

Indeks Keanekaragaman Spesies (H') dan Indeks Kemerataan (E) Anggrek yang Ditemukan di Hutan Pendidikan USU

Indeks keanekaragaman spesies berfungsi untuk menunjukkan

keanekaragamanspesiespada suatu areal tertentu, sedangkan ndeks kemerataan

jenis digunakan untuk mengetahui penyebarans pesies pada suatu areal tertentu

Michael (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman spesies juga sangat

penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam

oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri. Indeks keanekaragaman dan

(53)

Tabel 8. Indeks keanekaragaman (H') dan indeks kemerataan (E)spesiesAnggrekyang ditemukan di Hutan Pendidikan USU pada lima jalur pengamatan berukuran masing-masing 20 m x 100 m pada setiap kategoriketinggian tempatpengamatan

Indeks Ketinggian tempat (m dpl)

< 1000 1000 – 1500 1500

Indeks keanekaragaman (H') 1,24 1,91 2,24

Indeks kemerataan (E) 0,89 0,72 0,76

BerdasarkanTabel 7. dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman

anggrek di Hutan Pendidikan USU pada ketiga kategori ketinggian tempat

berkisar antara 0,13-2,24. Indeks keanekaragaman tertinggi adalah pada

ketinggian tempat ketinggian >1500 m dpl yakni 2,24. Ini disebakan karena pada

ketinggian >1500 m dpl masih banyak pohon-pohon yang tumbuh. Berdasarkan

kriteria indeks keanekaragaman, areal ini termasuk areal yang memiliki

keanekaragaman spesies yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian,

dimana diantara ketiga kategori ketinggian tempat pengamatan, spesies anggrek

paling banyak ditemukan pada kategori ketinggian tempat tersebut, yakni 19

spesies dari 24 spesies yang ditemukan dalam seluruh areal penelitian. Indeks

keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl adalah1,24. Berdasarkan

kriteria indeks keanekaragaman, areal ini termasuk areal yang memiliki

keanekaragaman spesies sangat rendah, dengan jumlah spesies yang ditemukan

sebanyak 4spesies. Indeks keanekaragaman sedang adalah padaketinggiantempat

1000-1500 m dpl yakni 1,91. Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman, areal

ini juga termasuk areal yang memiliki keanekaragaman spesies sedang, dengan

jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 14 spesies.

Indeks keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl lebih rendah

dibandingkan indeks keanekaragaman pada ketinggian tempat 1000-1500 m dpl

(54)

dikarenakan pada ketinggian tempat < 1000 m dpl, keanekaragaman spesies tidak

didukung oleh tingginya jumlah penemuan individu spesies. Sebagaimana terlihat

dalam rumus perhitungan indeks keanekaragaman, nilai indeks keanekaragaman

dipengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah total seluruh individu spesies yang

ditemukan. Akan tetapi, karena diantara setiap kategori ketinggian tempat yang

diamati, selisih nilai indeks keanekaragamannya kecil, dimana nilai indeks

keanekaragaman pada ketinggian tempat < 1000 m dpl, < 1000-1500 m dpl dan

ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl hampir mendekati nilai 3, maka secara umum

keanekaragaman spesies anggrek di Hutan Pendidikan USU dapat dikategorikan

tinggi. Perbedaan ketinggian tempat tidak menyebabkan perbedaan yang

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ditemukan 24 spesies anggrek yang termasuk dalam 2 divisi, 2 kelas, 1 ordo

dan 1 famili.

2. Jumlah spesies anggrek yang ditemukan pada ketinggian tempat < 1000 m

dpl sebanyak 4spesies; pada ketinggian tempat 1000 - 1500 m dpl sebanyak

14spesies; dan pada ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl sebanyak 19 spesies.

3. Spesiesanggrek yang dominan pada ketinggian tempat < 1000 m dpl adalah

Eria multifloradengan INP sebesar 93,75%; pada ketinggian tempat 1000 -

1500 m dpl adalah Eria multiflora dengan INP sebesar 46,99% dan pada

ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl adalah Eria multiflora dengan INP sebesar

46,68 %.

4. Indeks keanekaragaman jenis (H') pada ketinggian tempat < 1000 m dpl

sebesar 1,24 termasuk kriteriakeanekaragaman sedang,pada ketinggian

tempat 1000 - 1500 m dpl sebesar 1,91 termasuk kriteria keanekaragaman

sedang, dan pada ketinggian tempat ≥ 1500 m dpl sebesar 2,24 termasuk

kriteria keanekaragaman tinggi.

5. Anggrek tumbuh optimal di Hutan Pendidikan USU yang memiliki suhu

rata-rata di sebesar 20,330C dan kelembaban udara sebesar 76,33%.

Saran

Perlu dilakukan peningkatan penanaman pohon kembali, agar anggrek

tetap hidup dengan baik. Agar anggrek tetap terjaga dan tidak mengalami

(56)

DAFTAR PUSTAKA

 Amalia. 2004. Macroepiphyte diversity and distribution based on surface type of phorophyte (host) on mount Tangkuban Perahu. <http://digilib .bi.itb.ac. id/print.phd?id=jbptitbbi-gdl-s2-2004-amalia>

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta: UI Press. Hlm. 17

Astuti, S. S. 2009. Struktur dan komposisi Vegetasi Pohon dan Pole di Sekitar Jalur Wisata Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Skripsi Program Studi Biologi FMIPA USU. USU Repository. Medan

Berliani, K. 2008. Distribusi Alam dan Stratifikasi Altitudinal Jenis Anggrek Epifit di Hutan Gunung Sinabung Kabupaten karo Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan

Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera. SingaporeBotanic Gardens. Singapore

Gunadi, T. 1977. Kenal Anggrek. Bndung: Angkasa. Hlm. 41-43

Gunadi, T.1985. Anggrek Untuk Pemula. Bandung: Angkasa. Hlm. 12-15

Gunadi, T.1986. Anggrek dari Benua ke Benua. Bandung: Angkasa. Hlm. 19, 61,

100.

Heriswanto, K. 2009. “Berkibarlah Anggrek-Anggrek Indonesia”. BBI Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta : Jakarta.

Krebs, C. J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance, Third Edition. Harper and Row, Publishers, Inc. New York.

Kartikaningrum, S, Dyah Widastoety & Kusumah. 2004. Panduan Karakterisasi Tanaman Anggrek. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Platma. Jurnal Ilmiah dari pertanian,10(2): hlm.2-3.

Kusmana, C. Dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koestoer. UI Press. Jakarta

Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek Belantara Indonesia. Penerbit sumur Bandung. Bandung

Gambar

Gambar 1. Batang Anggrek Simpodial dan Monopodial (Latif, 1981).
Gambar 2. Bagian- bagian bunga Anggrek
Gambar 3. Peta Hutan Pendidikan USU sebagai tempat penelitian (Setiawan,2012) 
Gambar 4. Desain peta penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tudung berdiameter 1,5 – 7 cm, berbentuk lingkaran, kipas atau ginjal, awalnya cembung, dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga, permukaan kering dan

Inventarisasi Jamur Makroskopis di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara.. Tesis Program Studi Magister Biologi

Skripsi ini berjudul “KeragamanVegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Taman Hutan RayaTongkohKabupaten KaroSumatera Utara” bertujuan

Berikut ini data mengenai komposisi jenis dan jumlah Individu dari setiap jenis tumbuhan bawah yang diperoleh pada lokasi penelitian di Kawasan Deleng Macik Taman Hutan Raya

Manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat mengenai keberadaan jenis tumbuhan berkhasiat obat yang masih dapat ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh pada

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Di Kawasan Deleng Macik Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2016..

23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan atau campuran dari bahan tersebut yang

(Jawa Tengah), dan Garut (Jawa Barat). Tanaman jeruk Keprok dapat berproduksi 200-300 buah/pohon/tahun. suhuiensis Tan) tumbuh baik di dataran rendah pada ketinggian