• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

SKRIPSI

BUDIARDJO WALUYO

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

BUDIARDJO WALUYO. D34101051. 2006. Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor ). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Pembimbing Anggota :Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi

Peternakan unggas khususnya burung puyuh merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Meskipun demikian, dalam perkembanganya di Indonesia, puyuh seolah-olah kurang diperhatikan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai instansi yang membentuk penyuluh andal berperan dalam menyampaikan informasi tentang beternak burung puyuh. Salah satu media yang dapat diakses dengan cepat adalah situs web di internet. Hingga saat penelitian ini dibuat belum terdapat situs web yang membahas khusus tentang ternak burung puyuh.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah situs web tentang ternak burung puyuh, mengetahui karakteristik individu mahasiswa STPP, mengetahui tingkat penerimaan terhadap situs web burung puyuh, mengetahui ketepatan media situs web burung puyuh, dan hubungan karakteristik individu, sifat inovasi terhadap tingkat penerimaan. Prototipe situs web burung puyuh dibuat dengan menggunakan program PHP (Hypertext Preprocessor). Pengambilan data menggunakan kuisioner dilaksanakan pada bulan Juli 2005. Sampel diambil sebanyak 40 orang mahasiswa STPP dari populasi 213 orang. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden mempunyai selang umur 18-25 tahun. Mayoritas responden membelanjakan uang sakunya untuk keperluan mencari informasi sebesar ≤ Rp. 50.000 tiap bulan, dan besaran uang saku antara Rp 150.000-Rp. 350.000 per bulan. Frekuensi browsing internet kurang dari empat kali tiap bulan, dan 65% jarang berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan.

Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap media situs web burung puyuh berada pada taraf sadar. Mayoritas responden sebanyak 87,5% menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP.

Semakin tinggi keaktifan dalam berorganisasi maka semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan. Semakin tinggi sifat keuntungan relatif dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap penilaian dan percobaan. Semakin rendah sifat kerumitan dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan dan penerimaan. Semakin mudah untuk dicoba, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat, tahap percobaan, dan tahap penerimaan. Semakin mudah diamati, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat dan tahap percobaan.

(3)

ABSTRACT

Japanese Quail Website Adoption at Student (Case study at STPP Cinagara Bogor Regency)

Waluyo, B., R. Pambudy, W.B. Priatna

Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) farm has a lot of potencies, but many farmers choose broiler as their farm than quail farm. The STPP student has a role to inform about quail farm to the farmers. One of the medias that can provide the information on line is by using website, but in this time there is no website about japanese quail farm. This research aims were to made a quail website and to study the individual characteristics, the adoption, the media fidelity of quail website, and the correlation between the adoption stages of the STPP student. The result shows that a leadership characteristic and trial stage have a correlation with Spearman

coefficient 0.316. The innovation attributes such as relative advantage, complexity, trialability, and observability have a correlation with adoption. Each of those innovation attributes has their own correlation coefficient and numerous stage number as follow: the relative advantage with trial stage has a coefficient 0.342, and with evaluation stage 0.353, The complexity with trial stage has a coefficient 0.351, and with adoption stage 0.417, The trialability with trial stage has a coefficient 0.371, with adoption stage 0.493, and with interest stage 0.543, The observability with trial stage has a coefficient 0.314, and with interest stage 0.471. The quail website appropriate for the students. The student adoption of quail website at awareness stage.

(4)

Definisi Istilah

1. Karakteristik individu adalah sifat yang melekat dalam diri individu yang mencakup umur, jenis kelamin, uang saku, pendidikan, gaya hidup (kekosmopolitan) dan kepribadian (sikap kepemimpinan).

2. Umur adalah usia responden yang dihitung dari sejak tahun kelahiran sampai dengan waktu terdekat pada saat penelitian dilaksanakan

3. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan baik dari orang tua maupun sumber lain, dihitung dalam rupiah

4. Pendidikan dibedakan antara mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2 sks, 3 sks, dan tidak mengambil mata kuliah aplikasi komputer.

5. Kekosmopolitan adalah frekuensi berhubungan dengan sumber informasi media internet tiap bulan.

6. Sikap kepemimpinan adalah keaktifan responden dalam peranannya terhadap oraganisasi dan kemasyarakatan.

7. Adopsi adalah penerapan atau penggunaan ide-ide baru, setelah diperkenalkan suatu inovasi.

8. Tingkat Penerimaan, proses adopsi antara lain:

• Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut. • Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha

mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.

• Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental. • Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil. • Tahap adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan

dalam skala besar

9. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang 10.Sifat Inovasi, antara lain

• tingkat keuntungan relatif, keuntungan yang didapat dibanding dengan cara sebelumnya

• tingkat kesesuaian, kesesuaian dengan ideologi, kepercayaan dan sikap hidup

(5)

• tingkat kemudahan untuk dicoba • tingkat kemudahan untuk diamati.

11.Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya

12.Internet adalah suatu jaringan komunikasi global yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi di manapun di seluruh penjuru dunia secara cepat dalam berbagai bentuk pesan multimedia yang terdiri dari teks, grafik, audio dan video.

(6)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

BUDIARDJO WALUYO

D34101051

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(7)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

Oleh

BUDIARDJO WALUYO

D34101051

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 Desember 2005

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan Di Cinagara Kab. Bogor )”. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Gelar kesarjanaan bukanlah segala-galanya, yang lebih penting adalah prestasi di Universitas kehidupan, karena disini prestasi sebagai seorang manusia dinilai dan diukur. Penulis menyadari akan segala kekurangan dan kekhilafan yang mungkin terjadi karena terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang penulis miliki. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar maksud, tujuan, dan hasil penelitian ini dapat dipahami. Besar harapan agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Kepada semua pihak yang berkenan memberikan kritik, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan ini, penulis sampaikan terima kasih.

Bogor, Januari 2006

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1983 di Cirebon. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alex Waluyo, B.A.E. dan Ibu Karlina.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDI Al-Azhar Cirebon. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 1 Cirebon dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 2 Cirebon.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada tahun 2001.

(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..………... i

ABSTRACT ………….………... ii

RIWAYAT HIDUP…. ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang……… 1

Perumusan Masalah……… 2

Tujuan Penelitian……… 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Ternak Burung Puyuh……… 6

Karakteristik Individu……… 13

Inovasi ……….. 13

Media Komunikasi ... 14

Adopsi Inovasi ……….. 15

Sistem Informasi……… 16

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel………. 19

Lokasi dan Waktu. ……… 19

Jenis dan Sumber Data………... 19

Metode Pengumpulan Data………. 20

Reliabilitas ….……… 20

Metode Analisis Data……… 21

Definisi Istilah……… 22

(11)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

SKRIPSI

BUDIARDJO WALUYO

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

BUDIARDJO WALUYO. D34101051. 2006. Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa ( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor ). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Pembimbing Anggota :Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi

Peternakan unggas khususnya burung puyuh merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Meskipun demikian, dalam perkembanganya di Indonesia, puyuh seolah-olah kurang diperhatikan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian sebagai instansi yang membentuk penyuluh andal berperan dalam menyampaikan informasi tentang beternak burung puyuh. Salah satu media yang dapat diakses dengan cepat adalah situs web di internet. Hingga saat penelitian ini dibuat belum terdapat situs web yang membahas khusus tentang ternak burung puyuh.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah situs web tentang ternak burung puyuh, mengetahui karakteristik individu mahasiswa STPP, mengetahui tingkat penerimaan terhadap situs web burung puyuh, mengetahui ketepatan media situs web burung puyuh, dan hubungan karakteristik individu, sifat inovasi terhadap tingkat penerimaan. Prototipe situs web burung puyuh dibuat dengan menggunakan program PHP (Hypertext Preprocessor). Pengambilan data menggunakan kuisioner dilaksanakan pada bulan Juli 2005. Sampel diambil sebanyak 40 orang mahasiswa STPP dari populasi 213 orang. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Peternakan di Cinagara Kab. Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden mempunyai selang umur 18-25 tahun. Mayoritas responden membelanjakan uang sakunya untuk keperluan mencari informasi sebesar ≤ Rp. 50.000 tiap bulan, dan besaran uang saku antara Rp 150.000-Rp. 350.000 per bulan. Frekuensi browsing internet kurang dari empat kali tiap bulan, dan 65% jarang berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan.

Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap media situs web burung puyuh berada pada taraf sadar. Mayoritas responden sebanyak 87,5% menyatakan bahwa media situs web burung puyuh sudah sesuai bagi mahasiswa STPP.

Semakin tinggi keaktifan dalam berorganisasi maka semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan. Semakin tinggi sifat keuntungan relatif dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap penilaian dan percobaan. Semakin rendah sifat kerumitan dari inovasi, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap percobaan dan penerimaan. Semakin mudah untuk dicoba, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat, tahap percobaan, dan tahap penerimaan. Semakin mudah diamati, semakin tinggi tingkat penerimaan pada tahap minat dan tahap percobaan.

(13)

ABSTRACT

Japanese Quail Website Adoption at Student (Case study at STPP Cinagara Bogor Regency)

Waluyo, B., R. Pambudy, W.B. Priatna

Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) farm has a lot of potencies, but many farmers choose broiler as their farm than quail farm. The STPP student has a role to inform about quail farm to the farmers. One of the medias that can provide the information on line is by using website, but in this time there is no website about japanese quail farm. This research aims were to made a quail website and to study the individual characteristics, the adoption, the media fidelity of quail website, and the correlation between the adoption stages of the STPP student. The result shows that a leadership characteristic and trial stage have a correlation with Spearman

coefficient 0.316. The innovation attributes such as relative advantage, complexity, trialability, and observability have a correlation with adoption. Each of those innovation attributes has their own correlation coefficient and numerous stage number as follow: the relative advantage with trial stage has a coefficient 0.342, and with evaluation stage 0.353, The complexity with trial stage has a coefficient 0.351, and with adoption stage 0.417, The trialability with trial stage has a coefficient 0.371, with adoption stage 0.493, and with interest stage 0.543, The observability with trial stage has a coefficient 0.314, and with interest stage 0.471. The quail website appropriate for the students. The student adoption of quail website at awareness stage.

(14)

Definisi Istilah

1. Karakteristik individu adalah sifat yang melekat dalam diri individu yang mencakup umur, jenis kelamin, uang saku, pendidikan, gaya hidup (kekosmopolitan) dan kepribadian (sikap kepemimpinan).

2. Umur adalah usia responden yang dihitung dari sejak tahun kelahiran sampai dengan waktu terdekat pada saat penelitian dilaksanakan

3. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan baik dari orang tua maupun sumber lain, dihitung dalam rupiah

4. Pendidikan dibedakan antara mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2 sks, 3 sks, dan tidak mengambil mata kuliah aplikasi komputer.

5. Kekosmopolitan adalah frekuensi berhubungan dengan sumber informasi media internet tiap bulan.

6. Sikap kepemimpinan adalah keaktifan responden dalam peranannya terhadap oraganisasi dan kemasyarakatan.

7. Adopsi adalah penerapan atau penggunaan ide-ide baru, setelah diperkenalkan suatu inovasi.

8. Tingkat Penerimaan, proses adopsi antara lain:

• Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut. • Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha

mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.

• Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental. • Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil. • Tahap adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan

dalam skala besar

9. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang 10.Sifat Inovasi, antara lain

• tingkat keuntungan relatif, keuntungan yang didapat dibanding dengan cara sebelumnya

• tingkat kesesuaian, kesesuaian dengan ideologi, kepercayaan dan sikap hidup

(15)

• tingkat kemudahan untuk dicoba • tingkat kemudahan untuk diamati.

11.Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya

12.Internet adalah suatu jaringan komunikasi global yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi di manapun di seluruh penjuru dunia secara cepat dalam berbagai bentuk pesan multimedia yang terdiri dari teks, grafik, audio dan video.

(16)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

BUDIARDJO WALUYO

D34101051

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(17)

TINGKAT PENERIMAAN MEDIA

SITUS WEB BURUNG PUYUH

PADA MAHASISWA

( Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Jurusan Penyuluhan Peternakan di Cinagara Kab.Bogor )

Oleh

BUDIARDJO WALUYO

D34101051

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 Desember 2005

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh pada Mahasiswa (Kasus pada mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Peternakan Di Cinagara Kab. Bogor )”. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Gelar kesarjanaan bukanlah segala-galanya, yang lebih penting adalah prestasi di Universitas kehidupan, karena disini prestasi sebagai seorang manusia dinilai dan diukur. Penulis menyadari akan segala kekurangan dan kekhilafan yang mungkin terjadi karena terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang penulis miliki. Namun penulis berusaha semaksimal mungkin agar maksud, tujuan, dan hasil penelitian ini dapat dipahami. Besar harapan agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Kepada semua pihak yang berkenan memberikan kritik, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan ini, penulis sampaikan terima kasih.

Bogor, Januari 2006

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1983 di Cirebon. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alex Waluyo, B.A.E. dan Ibu Karlina.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDI Al-Azhar Cirebon. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTPN 1 Cirebon dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 2 Cirebon.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN pada tahun 2001.

(20)

vii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..………... i

ABSTRACT ………….………... ii

RIWAYAT HIDUP…. ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang……… 1

Perumusan Masalah……… 2

Tujuan Penelitian……… 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Ternak Burung Puyuh……… 6

Karakteristik Individu……… 13

Inovasi ……….. 13

Media Komunikasi ... 14

Adopsi Inovasi ……….. 15

Sistem Informasi……… 16

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel………. 19

Lokasi dan Waktu. ……… 19

Jenis dan Sumber Data………... 19

Metode Pengumpulan Data………. 20

Reliabilitas ….……… 20

Metode Analisis Data……… 21

Definisi Istilah……… 22

(21)

viii

HASIL DAN PEMBAHASAN ...………. 29

Deskripsi Karakteristik Responden ... 29

Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh ………. 31

Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh ……….. 34

Sifat-sifat Inovasi Media Situs Web Burung Puyuh yang Berhubungan dengan Tingkat Penerimaan ……… 37

Ketepatan Media Situs Web Burung Puyuh ………... 39

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Penerimaan Situs Web Burung Puyuh ... 40

Hubungan Antara Sifat-sifat Inovasi dengan Tingkat Penerimaan Media Situs Web Burung Puyuh ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

Kesimpulan ... 44

Saran ... 45

UCAPAN TERIMAKASIH... 46

DAFTAR PUSTAKA………. 47

(22)

ix DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(23)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(24)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung puyuh adalah salah satu komoditi ternak yang cukup berpotensi dan belum banyak diminati untuk dibudidaya. Pola konsumsi masyarakat terhadap telur semakin beragam, untuk masakan tertentu masyarakat lebih memilih telur puyuh dibanding telur ayam. Hal ini dikarenakan antara lain bentuk dan volumenya yang lebih kecil akan membuat masakan lebih sedap dipandang. Peluang tersebut kurang dapat dimanfaatkan para pelaku usaha peternakan.

Keunggulan beternak burung puyuh dibandingkan ayam antara lain, seekor ayam, baik ras maupun buras, membutuhkan waktu tidak kurang dari enam bulan untuk mulai betelur, sedangkan puyuh berumur 41 hari sudah mulai betelur. Produksi puyuh mencapai 300 butir telur per tahun, jauh lebih tinggi dibanding dengan ayam buras yang hanya 150 butir per tahunnya. Seekor ayam, baik ayam ras maupun buras, dengan berat lebih kurang 2 kg menghasilkan telur seberat 60-80 gram (hanya 4% dari berat badannya), sedangkan puyuh mampu menghasilkan telur seberat 10 gram (hampir 7% dari berat badannya). Harga telur ayam ras per kilogram lebih rendah dibandingkan dengan telur puyuh, sedangkan harga telur ayam buras hampir setara (Abidin, 2002).

Beternak burung puyuh menjadi sangat relevan bagi peternak bermodal kecil. Modal usaha yang kecil dan tingginya hasil produksi mengindikasikan keuntungan yang menggiurkan. Meskipun demikian, dalam perkembangannya di Indonesia puyuh seolah-olah kurang diperhatikan. Para peternak cenderung memelihara ayam dibanding puyuh. Media informasi khusus yang membahas tentang peternakan burung puyuh sangat diperlukan dalam kasus yang seperti ini.

Arus informasi yang cepat dan akurat menjadi salah satu hal utama dalam mengembangkan usaha peternakan. Situasi usaha peternakan di Indonesia saat ini banyak mengarah ke agribisnis, karena kemajuan usaha peternakan akan berjalan baik jika seiring dengan manajemen dan bisnis yang baik. Cepatnya laju informasi tentang berbagai peluang dan kondisi bisnis, maka diperlukan media yang dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat diakses dengan cepat dari manapun.

(26)

2 internet yang mencari informasi ataupun organisasi dan industri yang ingin mengembangkan bisnisnya. Pembangunan peternakan secara mendasar melibatkan perbaikan atau peningkatan aspek utama, yaitu teknologi, sumber daya, dan kelembagaan.

Para pelaku usaha peternakan melihat internet sebagai suatu peluang untuk menjembatani kebutuhan informasi mengenai segala aspek yang berhubungan dengan usaha peternakan. Tersedianya suatu situs yang mengulas tentang masalah ternak burung puyuh, maka pengusaha yang hendak terjun ke dalam bidang ini dapat dengan mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan.

. Berdasar uraian di atas, penelitian ini membuat situs web yang memuat informasi tentang burung puyuh, dan mengkaji seberapa jauh tingkat penerimaan para mahasiswa khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) terhadap informasi ternak burung puyuh bermedia situs web.

Perumusan Masalah

Pengambilan suatu keputusan diperlukan informasi yang bersifat akurat, aktual serta dapat dipercaya kebenarannya. Sistem informasi berbasis web sebagai salah satu sarana penunjang pengambilan keputusan dan sebagai referensi dalam memberikan data dan informasi.

Perancangan sistem informasi yang didalamnya terdapat banyak data dan informasi memerlukan proses pemasukan data terlebih dahulu. Data dan informasi dapat dikemas menggunakan software berupa web yang dapat diakses melalui jaringan internet dari seluruh penjuru dunia dengan biaya yang semakin murah. Data yang telah ditransformasi menjadi informasi dapat ditampilkan dengan tampilan

website yang menarik.

(27)

3 Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana karakteristik individu mahasiswa STPP khususnya jurusan peternakan?

2. Bagaimana tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap prototipe media informasi situs web burung puyuh?

3. Dapatkah prototipe situs web burung puyuh diterapkan sebagai media informasi untuk mahasiswa STPP?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu, sifat inovasi situs web burung puyuh, dan tingkat penerimaannya?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik individu dari mahasiswa STPP khususnya jurusan Peternakan.

2. Mengetahui tingkat penerimaan mahasiswa STPP terhadap prototipe media informasi situs web burung puyuh.

3. Mengetahui ketepatan penyampaian informasi melalui media situs web di internet untuk mahasiswa STPP.

(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Informasi merupakan sumber daya penting di dalam pertanian modern. Perkembangan komputer dan perbaikan telekomunikasi memberikan peternak kesempatan memperoleh informasi teknis dan ekonomis dengan cepat, serta menggunakannya secara efektif untuk pengambilan keputusan. Petani moderen adalah manajer bisnis yang menanam tanaman dan memelihara ternak dengan cara yang paling menguntungkan. Bertani bukan lagi sekedar untuk hidup, tetapi sebagai usaha untuk memperoleh pendapatan yang baik dengan menggunakan semua kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan.

Jumlah informasi yang dapat dan harus digunakan oleh peternak untuk mengambil keputusan semakin cepat bertambah. Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi produksi yang paling menguntungkan, menciptakan kondisi pertumbuhan yang optimal untuk ternak maupun tanamannya, menentukan anggaran pengeluaran dan melihat usaha yang paling menguntungkan, serta memutuskan kapan dan dimana menjual hasilnya.

Teknologi informasi modern memungkinkan peternak dengan cepat memperoleh dan menyeleksi informasi yang paling tepat dengan menggunakan model tertentu untuk mengambil keputusan. Komputer telah menjadi sahabat bagi pemakainya. Tidak perlu mengetahui cara membuat programnya, tetapi cukup dengan menjawab pertanyaan yang keluar di layar monitor dengan menekan tombol (Ban dan Hawkins, 1999).

Proses adopsi inovasi adalah proses mental dalam diri seseorang melalui pertama kali mendengar tentang suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi (Soekartawi, 1988). Mahasiswa harus dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengadopsi teknologi ”baru”,. Kemampuan mahasiswa akan dapat dikembangkan apabila keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan modal dapat diatasi serta sikap mahasiswa yang statis dapat diubah menjadi dinamis. Kemampuan untuk menentukan sikap menerima (mengadopsi teknologi situs web burung puyuh sebagai media informasi) atau menolaknya, berhubungan dengan karakteristik individu mahasiswa dan sifat inovasi itu sendiri.

(29)

5 internet tiap bulan), dan (6) kepribadian (sikap kepemimpinan, berorganisasi) (Kotler, 1980). Sifat-sifat inovasinya, meliputi (1) keuntungan relatif, (2) kesesuaian, (3) kerumitan, (4) kemudahan untuk dicoba, dan (5) kemudahan untuk diamati. Tingkatan penerimaan meliputi, (1) taraf kesadaran, (2) taraf minat, (3) taraf penilaian, (4) taraf percobaan, dan (5) taraf penerimaan (Rogers dan Shoemaker, 1971).

Penyuluh seharusnya dapat menguasai teknologi informasi untuk menambah nilai wawasannya. Para mahasiswa STPP yang lulusannya diharapkan dapat menjadi penyuluh yang andal, sudah seharusnya dapat menerapkan teknologi informasi agar dapat memecahkan masalah yang ada di lapangan. Berbagai kendala dalam proses pembelajaran dapat menjadi sebuah hambatan untuk mencari informasi dalam rangka memperluas wawasan. Internet merupakan salah satu media yang dapat digunakan mahasiswa dalam memperluas wawasan. Selama ini belum terdapat situs yang khusus membahas mengenai ternak burung puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prototipe situs burung puyuh ini media yang tepat untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa STPP, dan apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan sifat inovasi dan tingkat penerimaan suatu inovasi.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Karkateristik Internal Sifat Inovasi Situs Web

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Burung Puyuh

Deskripsi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Nama lain Coturnix coturnix japonica dikenal dengan sebutan yang bervariasi seperti Common quail, Stubble quail, Pharoah’s quail, Eastern quail, Asiatic quail, Japanese Grey quail, Red Throat quail, Japanese Mirgratory quail, King quail, Japanese King quail atau lebih dikenal dengan sebutan Japanese quail atau puyuh Jepang (Woodard et al., 1973). Puyuh Jepang mempunyai tiga jari kaki menghadap ke muka dan satu jari keempat menghadap ke belakang (Anggorodi,2002).

Listiyowati dan Roospitasari (1995) mengemukakan Coturnix coturnix japonica termasuk famili Phasianidaedan ordo Galiformes. Dibanding dengan puyuh jenis lainnya, jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama setahun. Betinanya mulai bertelur pada umur 35 hari. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama, karena itu dahulu unggas ini dipelihara sebagai song birds (burung kelangenan).

Ciri-ciri unggas ini menurut Listiyowati dan Roospitasari (1995) adalah pada jantan dewasa diidentifikasi dengan bulu-bulu berwarna cinnamon (coklat muda) pada bagian atas kerongkongan dan dada yang merata. Suaranya seperti kastanet yang keras, berbunyi “pick per awick” atau “koturio neex”. Puyuh muda mulai berkicau pada umur 5-6 minggu. Selama puncak kawin normal, maka jantan coturnix akan berkicau setiap malam. Betina dewasa warnanya mirip dengan jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada dada bagian atas warna cinnamonnya lebih terang, dihiasi ‘totol-totol’ cokelat tua. Bentuk badannya kebanyakan lebih besar dibanding jantan.

Manfaat Pemeliharaan Puyuh

(31)

7 Telur puyuh menjadi penghasil utama dari peternakan puyuh. Selain orang mempergunakan untuk obat-obatan tradisionil, juga banyak masakan modern yang mulai mempergunakan telur puyuh. Selain telurnya, daging puyuh masih dapat dikonsumsi sebagai santapan yang lezat (Evitadewi et al., 1992). Abidin (2002) mengemukakan sebuah restoran di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat, menjual daging puyuh goreng seharga Rp 6.000 per ekor dan penjualnya mengatakan bahwa daging puyuh tersebut adalah daging burung punai. Kotoran puyuh tidak keras baunya. Hingga dengan demikian maka setiap harinya bisa diambil dan disimpan untuk dikumpulkan. Kumpulan kotoran itu nantinya bisa dibuat pupuk yang baik untuk tanaman sayuran atau bunga-bungaan.

Selain telur, daging dan kotorannya, puyuh dapat digolongkan sebagai tabungan dari pemeliharaannya. Setelah menetaskan dan mempunyai beberapa ribu ekor puyuh yang remaja dan siap bertelur, biasanya bibit-bibit yang siap bertelur ini sangat dibutuhkan oleh orangorang yang ingin mulai beternak puyuh. Sewaktu -waktu memerlukan uang, maka peternakan ini pun dapat dijadikan jaminan kepada bank untuk mendapatkan pinjaman.

Sifat Produksi Burung Puyuh

Burung puyuh betina bertelur pertama kali pada umur 35 hari dan produksi akan meningkat pada umur 60 hari dan berfluktuasi pada umur 61 hari sampai 100 hari, meningkat lagi sampai umur 150 hari dan mulai turun pada umur 200 hari (Garrett et al., 1972). Menurut laporan Woodard et al. (1973) umur pertama bertelur dicapai pada umur rata-rata 42 hari dan berproduksi penuh pada umur 50 hari, Tiwari dan Panda (1978) melaporkan bahwa umur pertama kali bertelur pada umur 51 hari dan produksi turun mulai umur 15 minggu sampai 19 minggu. Menurut Woodard et al. (1973) burung puyuh dapat berproduksi selama 2,5 tahun, dengan rataan telur 250 butir dalam satu tahun.

(32)

8 Tata Laksana Pemeliharaan

Keberhasilan usaha budidaya burung puyuh bergantung pada perencanan tata laksana peternakan yang baik. Perencanaan tata laksana yang baik menurut Direktorat Budidaya Peternakan (2003) diantaranya adalah:

1. Perkandangan

Burung puyuh termasuk jenis burung yang tidak tahan dengan perubahan lingkungan yang sangat berbeda dari waktu ke waktu dan kebisingan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang.

a. Lokasi kandang, dalam menentukan lokasi kandang harus memperhatikan syarat-syarat yang dikehendaki burung puyuh, yakni :

• Jauh dari kebisingan • Tidak lembab

• Sirkulasi udara cukup baik • Terkena sinar matahari

b. Sistem kandang seperti halnya kandang ayam, kandang untuk burung puyuh juga ada beberapa macam. Sistem perkandangan yang banyak diterapkan adalah sistem litter dan baterai.

• Sistem litter, sistem ini belum banyak dipergunakan oleh para peternak di Indonesia, karena sistem ini lebih cocok untuk dipergunakan sebagai usaha pembibitan dan tujuan pemeliharaan sebagai puyuh pedaging. • Sistem baterai, sistem ini lazim dipergunakan di Indonesia karena

tujuan pemeliharaan burung puyuh adalah memanfaatkan telurnya. dengan sistem ini akan memudahkan pengambilan telurnya.

• Kandang dan peralatan kandang burung puyuh, sama seperti jenis unggas lainnya, pada pemeliharaan burung puyuh secara intensif diperlukan kandang dan peralatan kandang yang khusus. Ukuran Iebih sempit atau Iebih kecil, sesuai dengan besarnya burung.

(33)

9 burung puyuh yang baru menetas. Persiapan kandang untuk anak burung puyuh hampir sama dengan persiapan kandang untuk anak ayam yaitu:

a. Hamparkan beberapa lembar koran bekas di atas lantai kandang dan setiap hari buang lembaran bagian atas.

b. Siapkan tempat minuman dan selalu diperhatikan agar air minum tetap tersedia.

c. Ransum dapat disebarkan di atas koran atau pada piring ceper dan tempat minuman di letakkan jauh dari lampu pemanas.

d. Tambahkan makanan dan minuman sebanyak yang dibutuhkan.

e. Berikan alat pemanas dalam kandang dan selalu diamati anak-anak burung puyuh tersebut. Apabila bergerombol di bawah Iampu berarti panasnya kurang dan apabila menjauh keadaannya terlalu panas. Perbaiki situasi tersebut dengan mengganti bola lampu yang dipakai sesuai dengan kebutuhan pemanasan.

3. Pemeliharaan burung puyuh Layer sama seperti pemeliharaan pada periode Starter/Grower hanya berbeda sedikit dalam bentuk kandang dan dengan kepadatan burung puyuh.

Pemberian Pakan

(34)

10 Penyakit Pada Puyuh

Beberapa kesalahan pengelolaan dapat menjadi faktor yang mempermudah berjangkitnya penyakit. Kekurangan makanan dan atau minuman, ketidakteraturan pemberiannya, ketidak tepatan suhu pemanas dan keadaan yang terlalu penuh sesak, dapat merangsang burung-burung puyuh menjadi lebih peka terhadap penyakit.

Beberapa penyakit yang cukup sering menyerang burung puyuh menurut Direktorat Budidaya Peternakan (2003) antara lain:

a. Ulcerative enteritis, disebabkan oleh bakteria terdapat di saluran pencernaan. • Biasanya terjadi pada burung puyuh yang dipelihara dengan sistem litter atau

kandang beralaskan tanah.

• Puncak kematian oleh penyakit Ulcerative enteritis biasanya terjadi dalam 5 s.d. 14 hari apabila tidak cepat-cepat diobati.

• Penularan biasanya terjadi karena burung puyuh mematuk-matuk kotoran (feces) burung puyuh yang sakit.

• Burung-burung puyuh biasanya menjadi kotor terutama di sekitar duburnya karena burung puyuh tersebut mencret (diarhea).

• Usus burung puyuh yang mati karena penyakit ini, dapat dijumpai atau dilihat borok-borok pada permukaan usus bagian dalam.

• Mengobati penyakit ini, dapat dipakai antibiotika dengan dosis rendah, tergantung dari anjuran pemakaian oleh pabrik pembuatnya.

b. Coccidiosis, disebabkan parasit bersel tunggal yang disebut coccidia. Gejala-gejala klinis yang depat diamati ketika terjangkitnya penyakit ini antara lain sebagai berikut

• Tidak ada nafsu makan sekali

• Kaki burung puyuh yang menderita menjadi lemah

• Keadaanya pucat dan dapat dilihat pada muka burung puyuh yang menderita. Penyakit ini lebih sering menulari burung puyuh yang berumur 2 - 6 minggu, dan penularan penyakit ini dianggap sebagai kesalahan pengelolaan. Dicegah atau diobati dengan berbagai macam merk coccidiostat.

(35)

11 dan pada akhirnya akan menderita kesulitan bernafas. Hingga saat ini belum diketahui obat cacing yang efektif untuk menanggulanginya. Oleh sebab itu, pemeliharaan burung puyuh pada kandang dengan alas kawat, sangat berguna untuk menghindari infeksi cacing tersebut.

d. Brooder pneumonia, atau radang paru-paru. Faktor-faktor penyebabnya yang paling umum ialah suhu pemanas yang tidak tepat dan keadaan yang terlalu penuh sesak. Oleh sebab itu, suhu pemanas perlu diamati dengan seksama terutama selama minggu pertama.

Menurut Sugiharto (2005), penyakit yang sering menyerang puyuh, antara lain :

a. Snot atau infection coryza, penyakit pada pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh bakteri. Cara penularan penyakit ini adalah dengan kontak langsung antara ternak yang sakit. Penyakit snot terutama terjadi karena stres akibat pergantian musim, lingkungan kandang yang kurang sehat, dan karena pergantian pakan.

b. Fowl cholera atau kolera unggas, penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang mudah menular. Penyakit kolera bisa menular melalui air atau cairan yang keluar dari hidung atau mulut dan kotoran puyuh yang sakit. Media penularan yang sering terjadi melalui air minum, kontak dengan puyuh yang sakit, dan peralatan peternakan.

c. Pullorum atau disebut juga dengan berak kapur, atau salmonelosis, disebabkan oleh kuman. Pullorum menyerang terutama pada masa produksi. Cara penularan dapat melalui telur tetas yang kuning telurnya terinfeksi kuman ini melalui induknya.

d. Cacingan, sebaiknya puyuh diberikan obat cacing secara rutin setiap 2-3 bulan sekali.

(36)

12 langkah tersebut akan memberikan kenyamanan yang optimal bagi kebutuhan hidup puyuh, sehingga puyuh dapat berproduksi secara optimal pula (Abidin, 2002).

Memasarkan Produk

Usaha peternakan puyuh umumnya menghasilkan telur tetas, telur konsumsi, bibit puyuh, dan puyuh afkir. Telur puyuh termasuk komoditas yang dibutuhkan masyarakat, sehingga pemasarannya tidak terlalu sulit. Memperpanjang daya simpan telur serta menjaga kesegaran dan mutu isi telur konsumsi diperlukan penanganan yang tepat. Salah satu tekniknya adalah pengawetan. Pada prinsipnya proses pengawetan adalah menutup pori-pori kulit telur agar tidak dimasuki mikroba, serta mencegah air dan gas keluar dari dalam telur. Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2002) terdapat beberapa cara pengawetan diantaranya dengan penggunaan panas, suhu rendah, dan dengan bahan pengawet seperti melapisi kulit telur dengan pembungkus kering (dry packing), perendaman, dan cara lainnya.

Pemasaran yang baik salah satunya berupa mempertahankan pelanggan tetap membeli telur puyuh yang dihasilkan. Upaya mempertahankan pelanggan harus terus dilakukan mengingat puyuh bertelur setiap hari. Cara memasarkan telur puyuh bisa dilakukan melalui beberapa rantai pemasaran. Pengusaha atau peternak dapat memilih rantai pemasaran ini dengan tetap memegang prinsip telur harus habis terjual atau telur tidak tersimpan terlalu lama. Berikut merupakan contoh rantai pemasaran yang dapat dipilih oleh peternak menurut Sugiharto (2005).

(37)

13 Karakteristik Individu

Karakteristik individu dapat diklasifikasikan ke dalam karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, dan tingkat sosial, sedangkan karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian (Kotler, 1980). Karakteristik mahasiswa sebagai individu perlu diperhatikan untuk melihat apakah faktor-faktor ini berhubungan dengan tingkat penerimaan inovasi yang akan diperkenalkan.

Inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan suatu inovasi diukur secara subjektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Setiap ide atau gagasan pernah menjadi inovasi. Setiap inovasi pasti berubah seiring dengan berlakunya waktu. Tidak semua inovasi harus disebarluaskan dan diadopsi. Inovasi yang tidak cocok bagi seseorang atau masyarakat bisa mendatangkan bahaya dan tidak ekonomis.

Pengertian ”baru” disini mengandung makna bukan sekedar baru diketahui oleh pikiran (cognitif), tetapi ”baru” karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat. Pengertian dalam arti sikap (attitude), baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat. Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan-gerakan menuju proses pembaharuan didalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Mardikanto (1996), menjelaskan lebih luas pengertian inovasi sebagai suatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui atau diterima/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dalam lokalitas tertentu. Dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Teknologi Sebagai Suatu Inovasi

(38)

14 sebab akibat yang dirancang untuk mencapai suatu hasil tertentu. Ketidakpastian ini berkaitan dengan adanya beberapa akternatif yang mungkin timbul dalam hal hasil yang dapat diperoleh.

Feibleman 1983 (dalam Andin, 1996) menyatakan bahwa teknologi memiliki suatu ideal tersendiri. Ideal itu berkaitan dengan kesesuaiannya dengan tujuan dan nilai ekonomi adanya teknologi tersebut, efisiensi menjadi kriteria utama penciptaan teknologi. Selanjutnya Feibleman menyatakan bahwa mengingat perancang atau pemikir teknologi dibatasi dengan sumberdaya yang tersedia, maka ia terkendala dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar dalam hal ini adalah lingkungan yang masih berada dalam jangkauan masyarakat, dengan pengetahuan dan kemampuan masyarakat yang bersangkutan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983) menyatakan bahwa secara umum suatu teknologi mempunyai dua komponen utama yaitu (1) komponen perangkat keras hardware, yang merupakan perangkat yang menunjuk teknologi dalam wujudnya sebagai materi atau alat tertentu, dan (2) komponen perangkat lunak sofware, yang merupakan informasi atau penjelasan terhadap teknologi yang bersangkutan.

Media Komunikasi

Media komunikasi menurut Canggara (2002) digolongkan atas empat macam yaitu: (a) media antar pribadi, yaitu media komunikasi secara langsung antar pribadi (petani) yang satu dengan yang pribadi lainnya secara tidak resmi atau sering disebut atau percakapan langsung, pembicaraan dari mulut kemulut (getok tular), (b) media kelompok, yaitu komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok yang biasanya melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, misalnya rapat, pertemuan, belajar bersama dan lain-lain, (c) media publik, yaitu aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 200 orang, (d) media massa, yaitu jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada. Media massa adalah alat yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti, surat kabar, radio, televisi, dan internet.

(39)

15 sangat heterogen. Media komunikasi (hidup dan media mati) memegang peranan penting dalam proses itu karena melalui media itu ide-ide baru muncul dari sumber kepada anggota masyarakat.

Adopsi Inovasi

Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya (Soekartawi, 1988). Definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan proses adopsi inovasi menurut Rogers dan Shomaker (1971) adalah proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya. Terdapat beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi, yaitu : (a) adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, dan (b) adanya konfirmasi dari keputusan yang telah diambil.

Mardikanto (1996) mengartikan adopsi sebagai proses perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (attitude), maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang yang telah menerima inovasi yang disampaikan oleh penyuluh.

Proses Adopsi Inovasi

Definisi adopsi menurut Mardikanto (1982) adalah penerapan atau penggunaan suatu ide, alat-alat atau teknologi ”baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Orang yang menerima atau melakukan proses adopsi disebut adopter. Proses adopsi inovasi adalah proses mental dalam diri seseorang melalui pertama kali mendengar suatu inovasi sampai akhirnya mengadopsi (Soekartawi, 1971).

(40)

16 Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), tahapan proses adopsi adalah sebagai berikut :

(1) Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut.

(2) Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.

(3) Tahap penilaian, yaitu individu menilai inovasi itu secara mental. (4) Tahap percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil.

(5) Tahap penerimaan, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan dalam skala besar.

Sistem Informasi

Internet

Internet merupakan jaringan terbuka yang dapat menerima siapapun yang akan membuat koneksi dengan internet, baik pemerintahan, perorangan, maupun dunia usaha, karena internet tidak mengenal batas wilayah dan negara. Internet asal katanya ialah “Internetworking”, merupakan gambaran dari jaringan komputer yang terhubung satu sama lain dan berbicara dengan bahasa yang sama yaitu TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) (Tanenbaum, 1996). TCP/IP sendiri merupakan suatu protokol jaringan yang mampu menangani interkoneksi jaringan yang heterogen, sehingga memungkinkan komputer dari arsitektur yang berbeda bekerjasama dan berkomunikasi satu sama lain.

Rekayasa Web

Menurut Pressman (2001) sistem berbasis web dan aplikasi web mengirimkan sebuah array yang kompleks yang berupa paket isi (content) dan fungsionalitasnya dengan luas kepada end-user. Karakteristik yang perlu diperhatikan dari aplikasi web

adalah:

(41)

17 telah diadaptasikan untuk disesuaikan dengan jadwal kerja yang diperlukan untuk pengembangan aplikasi web.

2. Keamanan (security). Karena aplikasi web tersedia pada suatu jaringan yang mudah diakses, maka akan sulit untuk membatasi populasi end-user yang mungkin mengakses aplikasi tersebut. Untuk menjaga informasi yang sensitif dan untuk menyediakan cara yang aman untuk mentransmisikan data, maka perlu diterapkan suatu sistem keamanan yang kuat secara menyeluruh pada infrastruktur yang akan mendukung suatu aplikasi web dan dalam aplikasi itu sendiri.

3. Estetika (aesthetic). Bagian yang tak terbantahkan dari daya tarik suatu aplikasi web adalah pada rasa dan tampilannya. Ketika suatu aplikasi telah didesain untuk memasarkan suatu produk atau ide-ide, estetika dari aplikasi web menjadi tingkat kesuksesan yang sama dengan desain tekniknya.

Konsep Sistem Informasi

Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto,1995). Sistem informasi merupakan interaksi terpadu antar komponen sumber daya manusia, perangkat lunak, perangkat keras, dan data yang didesain untuk mendukung aktivitas mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data, penyebaran informasi, serta kontrol terhadap keseluruhan aktivitas tersebut (O’Brien, 1996).

Gambar 3. Model Sistem Informasi Sumber : O’Brien, 1996

Kontrol kinerja sistem

Data Proses Informasi

(42)
(43)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Penentuan sampel dilakukan secara sampel acak berlapis yaitu sampel yang elemen-elemennya dipilih secara acak dengan populasi yang distratifikasi. Sampel diambil kriteria mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian jurusan Peternakan tingkat satu hingga tingkat tiga sebanyak 40 orang dari populasi 213 orang. Pemilihan kriteria tersebut dengan pertimbangan sudah mendapat mata kuliah dasar tentang peternakan dan media penyuluhan, dan masih aktif mengikuti perkuliahan. Mahasiswa tingkat I dari populasi 76 orang diambil 14 orang sampel, mahasiswa tingkat II dari populasi 71 orang diambil 13 orang sampel, dan mahasiswa tingkat III dari populasi 66 orang diambil 13 orang. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi dan Sampel

Kategori Populasi Sampel Persentase

Mahasiswa tingkat I 76 14 35

Mahasiswa tingkat II 71 13 32,5

Mahasiswa tingkat III 66 13 32,5

Jumlah 213 40 100

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Cinagara, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan terletak di Cinagara Kabupaten Bogor. Penelitian ini membutuhkan waktu selama kurang lebih 24 hari, dimulai 4 Juli sampai dengan 28 Juli 2005.

Jenis dan Sumber Data

(44)

20 mahasiswa dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan. Data primer dalam penelitian ini adalah tentang karakteristik responden, sifat inovasi dan tingkat penerimaan terhadap inovasi media informasi situs web burung puyuh. Data sekunder merupakan data penunjang dan pelengkap yang menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi STPP.

Metode Pengumpulan Data

Instrumen untuk keperluan pengumpulan data berupa kuesioner. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara wawancara langsung. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik individu, situs web burung puyuh, dan penerimaan media situs web yang harus dijawab oleh responden dalam penelitian ini.

Teknik Pemberian Skor

Menurut Suryabrata (2000), untuk variabel-variabel yang bersifat kualitatif agar dapat diolah dengan statistik parametrik, maka datanya harus dalam bentuk skala interval, dimana salah satu cirinya adalah ada informasi jarak antara obyek yang satu ke obyek yang lainnya pada item yang dipersoalkan. Adapun teknik pemberian skor dengan menggunakan skala model Likert yang ditetapkan melalui pendekatan deviasi normal dengan memberi skor dari masing-masing jawaban pertanyaan.

Penentuan skor dengan melihat pernyataan respon yang diberikan oleh responden yang mengadung alternatif jawaban pernyataan yang positif (diharapkan) sampai dengan taraf jawaban pernyataan negatif (tidak diharapkan). Jawaban penyataan yang positif (diharapkan) diberi skor lebih tinggi dari pada jawaban pernyataan negatif (yang tidak diharapkan).

Reliabilitas

(45)

21 karakteristik yang sama. Analisis reliabilitas instrumen menunjukkan Alpha = 0.8119, hal tersebut berarti instrumen yang digunakan sudah reliabel. Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan teknik belah dua dengan rumus sebagai berikut :

r.tot : angka reliabilitas seluruh jawaban

r.tt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Metode Analisis Data

Data dan informasi yang telah diperoleh kemudian dikategorikan dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis hubungan (kolerasi) untuk mengetahui hubungan antara karakteristik mahasiswa dengan penilaian mahasiswa terhadap sifat-sifat inovasi dengan tingkat penerimaan mahasiswa terhadap inovasi media informasi ternak burung puyuh berbasis web. Untuk mengukur korelasi, data tersebut di uji dengan menggunakan uji Rank Sperman dan untuk mengukur korelasi variabel pendidikan dan jenis kelamin, data tersebut di uji dengan menggunakan uji Chi Square(Siegel, 1997) sebagai berikut :

Rumus Rank Sperman rs = 1 - N = Banyaknya individu X = Variabel independent Y = Variabel dependent

(46)

22

Oi = Banyak kasus yang diamati dalam kategori ke-i Ei = Banyak kasus yang diharapkan dalam kategori ke-i

Definisi Istilah

1. Karakteristik individu adalah sifat yang melekat dalam diri individu yang mencakup umur, jenis kelamin, uang saku, pendidikan, gaya hidup (kekosmopolitan) dan kepribadian (sikap kepemimpinan).

2. Umur adalah usia responden yang dihitung dari sejak tahun kelahiran sampai dengan waktu terdekat pada saat penelitian dilaksanakan.

3. Uang saku adalah jumlah uang yang diterima responden per bulan baik dari orang tua maupun sumber lain, dihitung dalam rupiah.

4. Pendidikan dibedakan antara mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2 sks, 3 sks, dan tidak mengambil mata kuliah aplikasi komputer.

5. Kekosmopolitan adalah frekuensi berhubungan dengan sumber informasi media internet tiap bulan.

6. Sikap kepemimpinan adalah keaktifan responden dalam peranannya terhadap oraganisasi dan kemasyarakatan.

7. Adopsi adalah penerapan atau penggunaan ide-ide baru, setelah diperkenalkan suatu inovasi.

8. Tingkat Penerimaan, proses adopsi antara lain:

• Tahap kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut. • Tahap minat, yaitu mengembangkan minat terhadap inovasi dan berusaha

mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi tersebut.

(47)

23 • Tahap adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi terus-menerus dan

dalam skala besar

9. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

10.Sifat Inovasi, antara lain :

• tingkat keuntungan relatif, keuntungan yang didapat dibanding dengan cara sebelumnya.

• tingkat kesesuaian, kesesuaian dengan ideologi, kepercayaan dan sikap hidup.

• tingkat kerumitan, tingkat kerumitan dalam menerapkan inovasi. • tingkat kemudahan untuk dicoba.

• tingkat kemudahan untuk diamati.

11.Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya.

12.Internet adalah suatu jaringan komunikasi global yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi di manapun di seluruh penjuru dunia secara cepat dalam berbagai bentuk pesan multimedia yang terdiri dari teks, grafik, audio dan video.

13.Website adalah hal yang mengacu pada sebuah komputer yang dikaitkan ke internet yang berisi hypermedia yang dapat diakses dari komputer lain melalui suatu hypertext link.

14.Hypertext link adalah hal yang mengacu pada suatu penunjuk yang terdiri dari teks atau grafik yang digunakan untuk mengakses hypertext yang disimpan dalam situs web. Teks tersebut biasanya digarisbawahi dan ditampilkan dalam warna biru. Jika kursor ditempatkan diatasnya, bentuk kursor itu berubah menjadi bentuk tangan dengan jari yang menunjuk.

15.Home page adalah hal yang mengacu pada suatu halaman pertama dari suatu

(48)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah STPP

Riwayat sekolah ini dimulai dari dibukanya Land en Tuinbouw Cursus pada 6 Juli 1903 di Kebun Raya Bogor oleh Dr. Melchior Treub, direktur kebun raya itu. Muridnya saat itu cuma 13 orang. Guru-gurunya hampir semua berkebangsaan Belanda, misalnya Dr. Th. Valenton dan Dr. W.G. Boorsma. Setelah berjalan 10 tahun, siswa yang berhasil menyelesaikan pendidikan berjumlah 88 orang, di antaranya 16 orang berkebangsaan Belanda.

Pada 1913 jenjang lembaga pendidikan ini ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouw School (MLS) dengan lama pendidikan tiga tahun. Dari sekolah ini dihasilkan penyuluh pertanian lapangan atau LVD (landouw voorlichting dienst), tenaga lapangan di onderneming (perkebunan besar), atau asisten peneliti di Lembaga Penelitian Pertanian. MLS juga mencetak pengusaha pertanian yang terdidik.

Beberapa tahun sebelum pecah perang Asia Timur Raya (invasi Jepang ke Asia Tenggara), pendidikan di MLS dibedakan atas jurusan pertanian rakyat dan jurusan perkebunan besar. Ini tak lepas dari kepentingan Belanda yang pada masa itu mengalami kesukaran mendapatkan teknisi perkebunan lulusan Belanda (Wageningen) akibat Perang Dunia II yang melanda Eropa.

Dalam dasawarsa pertama, MLS berhasil meluluskan pelajarnya yang kemudian menjadi orang-orang ternama, seperti Wisaksono Wijodihardjo dan Ign. J. Kasimo. Pada dasawarsa berikutnya, MLS juga meluluskan Dr. Hadrian Siregar dan Prof. Ir. Anwas Adiwilaga. Kemudian, menjelang Perang Dunia II, Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwidjaja, Prof. Ir. Soedarsono Hadisapoetro. Prof. Dr. Ir. Soetardi Mangoendojo, dan Laksamana Soebijakto berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini. Total tercatat ada 620 orang alumni MLS, lebih 70 orang di antaranya berbangsaan Belanda.

(49)

25 Pada masa pendudukan Jepang lulusan SPMT sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi pangan guna melanjutkan dan memperluas perang. Selama tahun-tahun itu pula siswa SPMT diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Ini menguntungkan, karena ternyata latihan kemiliteran itu berguna bagi siswa yang kelak ikut mengangkat senjata melawan Belanda di masa revolusi fisik. Nama besar yang berhasil menimba ilmu di SPMT di antaranya Prof. Ir. Gembong Tjitrosoepomo, Prof. Dr. Ir. Tb. Bachtiar Rifai, Letjen. Haerudin Tasning, dan Mang Udel.

Ketika tentara Sekutu menyerbu Pulau Jawa pada akhir 1945, siswa kelas III dan guru SPMT Bogor terpaksa hijrah ke Tegalgondo (Solo, Jawa Tengah). Lalu mereka menetap di Yogyakarta dan mendirikan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Negeri di Ibukota RI waktu itu. Siswa kelas I dan II SPMT Bogor sebagian hijrah sampai ke Jawa Timur, bergabung dengan SPMT yang sudah berdiri di Malang sejak 1944. Bulan September 1946 SPMT di Bogor dibuka kembali oleh pemerintah Federal. Selama menyandang nama SPMT ini, sebanyak 134 orang berhasil menyelesaikan pendidikannya.

Latar Belakang, Visi, dan Misi STPP

Latar belakang berdirinya STPP adalah untuk menjawab permasalahan kualitas Sumberdaya Manusia yang mampu mengakselerasi pembangunan pertanian. Pencanangan agribisnis dalam kemasan Penyuluhan Sebagai Lokomotif Pembangunan Nasional membutuhkan Sumberdaya Manusia yang kompeten dan mampu memecahkan berbagai masalah yang kompleks. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor menawarkan kegiatan program DIV Penyuluhan Pertanian. Program ini dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan penyuluh dalam mengaktualisasi diri sebagai penyuluh ahli.

(50)

26 Misi dari STPP Bogor adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggara pendidikan tinggi yang berbasis ilmu pengetahuan untuk menghasilkan tenaga penyuluh yang mandiri dan berkualitas, berkemampuan menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Menjadi barometer bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penyuluhan pertanian.

3. Menjadi almamater penyuluhan pertanian.

4. Mengembangkan kelembagaan menejemen agribisnis moderen yang berorientasi pada mutu, profesionalisme dan keterbukaan serta mampu bersaing.

5. Penggerak pembangunan penyuluhan pertanian yang berasaskan pada pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Tujuan pendidikan dari STPP adalah untuk meningkatkan kualifikasi penyuluh pertanian pada jenjang penyuluh ahli yang mampu mengemas pemikirannya dalam pendekatan manajerial. Bidang keahlian diarahkan untuk penguasaan materi pemasaran dan kemampuan menghadirkan kegiatan bisnis di tingkat kelompok pada suatu wilayah atau desa. Materi tersebut terdiri dari teknik budidaya, pengelolaan hasil pertanian, manajemen agribisnis, penyuluhan, dan komunikasi dengan pendekatan partisipatif.

Perkembangan Kelembagaan

(51)

27 Sistem Pembelajaran

Kegiatan perkuliahan STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan didukung oleh staf pengajar yang terdiri atas dosen tetap yang berjumlah 15 orang dengan kualifikasi berpendidikan S2 sebanyak 5 orang, S1 sebanyak 10 orang. Teknisi Sumber Belajar sebanyak 8 orang, dengan kualifikasi berpendidikan S1 sebanyak 2 orang, DIV sebanyak 5 orang, dan DIII sebanyak 1 orang. Selain itu didukung pula oleh dosen luar biasa yang berasal dari IPB, Balitnak, Badan SDM Pertanian, GKI Cicurug, Taurus Farm, dan Ternak Domba Sehat Farm.

Kurikulum yang digunakan di STPP/APP adalah Kurikulum yang disusun tahun 2000 dengan jumlah beban studi yang harus diselesaikan 150-160 SKS untuk STPP atau 110-120 SKS untuk APP. Proses pembelajaran yang diterapkan di STPP/APP menggunakan metode andragogi (pendidikan orang dewasa). Selain klasikal, proses pembelajaran juga dilaksanakan di lapangan melalui kegiatan praktikum, studi banding dan magang. Dalam rangka menumbuhkan jiwa kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, membina kesatuan, dan berbagi pengalaman, dilaksanakan kegiatan : Latihan Kedisiplinan, Latihan Pramuka Tingkat Mahir Dasar I, dan Temu Kepemimpinan Mahasiswa Nasional.

Lokasi STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan

Lokasi STPP Jurusan Penyuluhan Peternakan berada pada Desa Pasir Buncir kecamatan Caringin. Desa Pasir Buncir sendiri merupakan pemekaran dari Desa Cinagara. Desa Pasir Buncir berada pada ketinggian 600m di atas permukaan laut. Desa Pasir Buncir berbatasan dengan :

• Utara : Desa Cinagara • Timur : Gunung Pangrango • Selatan : Desa Wates

• Barat : Desa Serogoh

(52)
(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam tingkat penerimaan media situs web burung puyuh. Data karakteristik mahasiswa STPP jurusan Penyuluhan Peternakan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, uang saku, kekosmopolitan, dan sikap kepemimpinan. Karakteristik mahasiswa disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Mahasiswa STPP Cinagara

No. Karakteristik Individu Jumlah

(orang)

Tidak mengambil mata kuliah komputer 0 0

Mengambil mata kuliah komputer 2 sks 31 77,5 Mengambil mata kuliah komputer 3 sks 9 22,5 3. Uang Saku Bulanan (Rupiah)

< 150.000 11 27,5

150.000-350.000 17 42,5

>350.000 12 30

4. Dibelanjakan tiap Bulan untuk Informasi

a. ≤ Rp. 50.000 19 47,5

6. Frekuensi Browsing internet tiap bulan

< 4 kali 21 52,5

4-14 kali 17 42,5

> 14 kali 2 5

7. Terdapat Jalur Telepon di Tempat Tinggal

Ya 39 97,5

Tidak 1 2,5

8. Berperan dalam Organisasi dan Kemasyarakatan

Tidak Pernah 5 12,5

Jarang 26 65

(54)

30 Umur

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa umur reponden didominasi pada selang umur 19-21 tahun yaitu sebesar 72,5%. Secara keseluruhan umur responden berkisar antara 18-25 tahun dengan rataan 21 tahun. Rataan umur 21 tahun menyebar pada mahasiswa tingkat 2 dan tingkat 3. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2001 STPP sudah mulai menerima mahasiswa baru dari SPMA. Mahasiswa STPP sebelumnya lebih beragam dari penyuluh Pegawai Negeri Sipil, penyuluh honorer, Kontak Tani Nelayan Andalan, dan siswa non penyuluh. Hal ini merupakan pertanda baik bagi kelangsungan penyuluhan peternakan karena generasi muda mulai tertarik untuk mengembangkan peternakan melalui penyuluhan.

Pendidikan

Pendidikan dibedakan berdasar mata kuliah tentang ilmu komputer yang diambil mahasiswa. Semua responden telah mengambil mata kuliah tentang aplikasi komputer. Hal tersebut akan lebih mempermudah untuk menerapkan media situs web sebagai media informasi. Responden pada umumnya menguasai Office pada sistem operasi Microsoft di komputer. Responden yang mengambil mata kuliah aplikasi komputer sebanyak 3 sks hanya sembilan orang. Sebanyak 31 responden mengambil hanya 2 sks, itu berarti tanpa penerapan praktikum. Pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga akan mempengaruhi responden untuk mengadopsi suatu inovasi yang diberikan.

Uang Saku

Uang saku per bulan responden besarnya menyebar antara Rp. 45.000 hingga Rp. 1.350.000 per bulan. Sebagian besar responden masih mendapat uang saku dari orang tua mereka. Terdapat juga beberapa yang sudah mendapatkan penghasilan. STPP menyediakan asrama dan semua fasilitas yang ada dapat digunakan mahasiswa, termasuk makan tiga kali sehari. Hal tersebut dapat mengurangi biaya uang bulanan untuk tempat tinggal dan makan sehari-hari. Mayoritas mahasiswa yaitu sebesar 42,5% mempunyai uang saku antara Rp. 150.000 hingga Rp. 350.000 per bulan.

(55)

31 mahasiswa memperoleh informasi dari siaran televisi dan buku yang ada di perpustakaan. Beberapa mahasiswa membelanjakan uangnya untuk membeli majalah atau koran.

Kekosmopolitan

Mahasiswa dengan individu yang kosmopolit akan lebih cepat melaksanakan adopsi dibandingkan dengan yang lokalit. Frekuensi responden browsing internet tiap bulan dan ada atau tidaknya jalur telepon dikategorikan kepada kekosmopolitan. Responden browsing internet antara 1 s.d. 17 kali dalam satu bulan, dengan frekuensi mayoritas responden browsing internet tiap bulan berada pada kurang dari empat kali. Frekuensi browsing dipengaruhi oleh jarak tempat browsing dan harga tarif

browsing internet terdekat. Jarak asrama mahasiswa ke tempat browsing internet terdekat kurang lebih 14 km, dan tarif per jam browsing internet terdekat Rp. 5000. Jarak rumah mayoritas responden ke tempat browsing internet terdekat berada pada selang 4-16 km.

Hampir semua responden telah memiliki telepon di tempat tinggalnya. Hanya satu orang yang tidak mempunyai telepon di tempat tinggalnya. Asal responden tersebar dari berbagai daerah. Responden yang belum memiliki jalur telepon di tempat tinggalnya berasal dari Nusa Tenggara Timur.

Sikap Kepemimpinan

Berperan dalam suatu organisasi dan kemasyarakatan termasuk kedalam variabel sikap kepemimpinan. Sikap kepemimpinan seseorang memberikan pengaruh terhadap tingkat penerimaan suatu inovasi. Seseorang yang telah dipercaya masyarakat akan lebih mudah mempengaruhi orang lain untuk sesuatu hal yang relatif baru. Mayoritas responden sebesar 65% jarang terlibat banyak dalam suatu organisasi dan kemasyarakatan. Lima responden atau 12,5% tidak pernah mengikuti kegiatan keorganisasian, dan sebesar 22,5% responden berperan aktif dalam organisasi dan kemasyarakatan.

Karakteristik Media Situs Web Burung Puyuh

(56)

32 Teknologi internet pada awalnya digunakan hanya untuk keperluan pertahanan yang dirintis oleh lembaga riset Departemen Pertahanan Amerika. Setelah berkembang dan sekitar pertengahan 1970 salah satu universitas yang bekerja sama dengan Lembaga Riset Departemen Pertahanan Amerika, mulai mengembangkan standarisasi jaringan komputer menjadi sebuah protokol (pengatur hubungan antar komputer). Protokol ini disebut TCP/IP yang sekarang menjadi protokol di internet (Suryatmoko,2003).

Gambar 4. Tampilan home Situs Burung Puyuh

Media situs web yang semakin berkembang ini diharapkan dapat mempermudah penyuluhan dengan mempublikasikan informasi kepada pelaku peternakan. Responden dalam penelitian ini menilai media situs web burung puyuh berdasarkan kegunaan (usability), fungsi (functionality), dan efisiensi (efficiency). Data mengenai penilaian responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Kegunaan

Gambar

Gambar 1.   Bagan Kerangka Pemikiran
Gambar 2.  Rantai Pemasaran Komoditi Ternak Burung Puyuh
Gambar 3.  Model Sistem Informasi                     Sumber : O’Brien, 1996
Tabel 1. Populasi dan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siwas bid.pro gram bantua n pemba nguna n kota. Siwas bid.ruk im pertani an dan lingku

Dalam konteks Mekanisme Seleksi Dewan Pengawas KPK ini, digunkan dua asas yng sudah diderivasi dari Nilai Cita Hukum Pancasila yaitu asas negara hukum material atau negara

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 38 Penyumbang Dana BKSY, baik yang secara terbuka maupun didedikasikan langsung ke- peserta-an BKSY bagi warga tertentu yang

Maka dari itu untuk menerapkan struktur pengendalian internal didalam aktivitas operasional perusahaan, kita harus mengetahui terlebih dahulu secara jelas sistem

tindakan dalam pemenuhan kebutuhan hidup pada anak jalanan. Mendapatkan gambaran aktivitas dari pengambilan keputusan

Sedangkan tujuan dari proses belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Penelitian yang dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan untuk meneliti data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematika siswa dengan menggunakan model

Berdasarkan kaidah pengambilan keputuasan bahwa