DAFTAR PUSTAKA
Sasanaputra, 2007, Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Buddha, Jakarta, Mandiri Publication House
http://buddhaschool.blogspot.com/2011/04/40-objek-samatha-meditasi.html, diakses
tanggal 23 Januari 2014
http://bhalanetra.wordpress.com/meditasi, diakses tanggal 23 Januari 2014
http://artikelbuddhis.blogspot.com/2011/03/cara-bermeditasi.html, diakses tanggal
23 Januari 2014
https://www.samueliinstitute.org/File%20Library/Knowledge%20Center/Publications/
Sweitzer-Gilpin-and-Frampton.pdf, diakses tanggal 3 Maret 2014
http://www.researchgate.net/profile/David_Krieger/publication/236156711_Architect
ure_as_Interface_-_Healing_Architecture_for_ePatients._In_Healing_Architecture.
_Hrsg._Nickl-Weller._2013/links/004635167f2d9617ef000000, diakses tanggal 3
Maret 2014
Undangan Pattidana Awareness Meditation Centre
BLIA YAD Indonesia, Our Story, Medan, 2013
http://www.java.dhamma.org/Photos/DhammaJava2011/index.html, diakses tanggal
23 Januari 2014
http://www.nba.fi/fi/File/410/nomination-of-paimio-hospital.pdf, diakses tanggal 3
Maret 2014
http://dalspace.library.dal.ca/handle/10222/15319, diakses tanggal 3 Maret 2014
Neufert, Ernst, Data Arsitek II, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993
De Chiara, Joseph; Panero, Julius & Zelnik, Martin : Time Saver Standards for Interior Design & Space Planning
Boyd D, 2010, Making Sense of Privacy and Publicy, Texas
Gladwell M, 2000, The Tipping Point: How Little Things Make a Big Difference, Little
Brown
Locke Ch, dkk., 2000, The Cluetrain Manifesto: The End of Business as Usual, Perseus Books
Lawson B, Phiri M, 2000, Hospital design: Room for improvement
Page A, 2004, Keeping Patients Safe: Transforming the Work Environment of Nurses, Washington
Redd WH, dkk., 1994, Fragrance administration to reduce anxiety during MR imaging
Grumet G, 1993, Pandemonium in the modern hospital
Kuivalainen L, dkk., 1998, Sleep disturbances affecting hospital patients
Bayo MV, dkk., 1995, Noise levels in an urban hospital and workers’ subjective responses
Yinnon AM, dkk., 1992, Quality of sleep in the medical department
Closs SJ, 1998, Study of Sleep on Surgical Wards, Edinburgh
Orians GH, Heerwagen JH, 1992, Evolved responses to landscapes, New York
Parsons R, 1991, The potential influences of environmental perception on human health
Smith MJ, 1986, Human-environment process
Stolwijk JAJ, 1990, Shelter and indoor air
Terman M, dkk., 1995, Light treatment for sleep disorders
Boivin DB, 2000, Influence of sleep-wake and circadian rhythm disturbances in psychiatric disorders
Zilber S, 1993, Review of health effects of indoor lighting
Beauchemin KM, Hays P, 1996, Sunny hospital rooms expedite recovery from severe and refractory depressions
Barss P, Comfort K, 1985, Ward design and neonatal jaundice in the tropics
Arneill B, Frasca-Beaulieu K, 2003, Healing environments: architecture and design conducive to health, San Fransisco
Ulrich RS, 1984, Benefits of nature: View from a hospital bed
Ulrich R, Gilpin L, 2003, Healing arts and nutrition for the soul, San Fransisco
Wilson LM, 1972, Intensive care delirium: The effect of outside deprivation in a windowless unit
Cooper-Marus C, 2000, Gardens and health, Stockholm
Lohr VI, Pearson-Mims CH, 1996, Impact of interior plants on human stress and productivity
Lohr VI, Pearson-Mims CH, 2000, Physical discomfort may be reduced in the presence of interior plants
Ulrich RS, 1991, Effects of health facility interior design on wellness, New York
Aldridge D, 2003, The therapeutic effects of music, Edinburgh
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Tema
1. Menurut Schweitzer dkk. (2004) dalam The Journal Of Alternative And Complementary Medicine.
Beberapa elemen lingkungan fisik yang dianggap, diteliti, dan
diidentifikasi sebagai elemen yang penting dalam suatu healing environment
yaitu :
a. Personal space (ruang pribadi).
Single-bed rooms lebih dianjurkan untuk komunikasi yang lebih baik dengan staff, meminimalisir transfer akibat konflik teman sekamar, menurunkan gangguan pengobatan dan infeksi, dan
memberikan kenyamanan bagi keluarga (Page, A : 2004). Pasien
ortopedik dan psikiatrik yang dirawat pada single rooms merasa lebih
puas dengan perawatan terhadap mereka dibandingkan dengan
yang dirawat pada kamar dengan banyak tempat tidur (Lawson, B.,
Phiri M : 2000).
b. Lingkungan sensori.
- Penciuman.
Aroma yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan
darah, memperlambat pernapasan, dan menurunkan tingkat
persepsi terhdap rasa sakit. Sebaliknya, bebauan yang tidak
enak dapat menstimulasi rasa gelisah, takut, dan stress
(Redd,WH dkk. : 1994).
- Suara / kebisingan.
Kebisingan merupakan karakteristik lingkungan negatif
pada rumah sakit yang dapat meningkatkan persepsi
terhadap rasa sakit dan penggunaan obat penghilang rasa
sakit, gangguan tidur, dan dapat menyebabkan pasien
bingung dan kehilangan orientasi. Kebisingan bahkan dapat
berpengaruh terhadap lamanya pasien dirawat di rumah sakit
(Grumet, G :1993). Pasien sering mengeluhkan merka sulit
kebisingan yang ada (Kuivalainen, L et al. : 1998), (Bayo Mvet
al. :1995). Beberapa penemuan mengemukakan bahwa
kebisingan dapat mengganggu upaya pemulihan dengan
gangguan tidur, kualitas tidur yang semakin memburuk,
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, serta
mengurangi kepuasan pasien (Yinnon, AM dkk. :1992).
Lingkungan yang bising dapat mengakibatkan orang menjadi
lupa diri, kurang berhati-hati, tanggap dan mengerti, serta
tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dan tidak mampu
menemukan tujuan atau solisi sederhana atas sebuah
permasalahan (Grumet, G :1993).
- Temperatur.
Sebuah survei mengidentifikasi bahwa temperatur
memiliki hubungan dengan kesehatan. Temperatur yang tidak
tepat dapat mengakibatkan gangguan tidur (Closs, SJ : 1998).
c. Kompleksitas lingkungan.
Sebuah variasi dari lingkungan termal dapat berguna untuk mood
dan fungsi kerja. (Heschong, L : 1990). Variasi sensori pada berbagai
kondisi di antara ruang-ruang yang ada sangat diminati oleh para
pengguna ruang(Orians, GH, Heerwagen, JH : 1992). Variasi ruang
dan sensori dalam sebuah bangunan penting untuk fungsi emosional
dan kognitif dan dapat berpengaruh terhadap fungsi sistem imun
(Parsons, R : 1991). Smith menemukan bahwa pasien dapat
beristirahat dengan baik pada lingkungan rumah sakit yang memiliki
variasi ola auditori seperti musik atau cerita dibandingkan dengan
kesunyian yang tidak pasti (Smith, MJ : 1986).
d. Udara segar dan ventilasi.
Ahli di bidang efisiensi energi bangunan dan desain berkelanjutan
menyebutkan bahwa ventilasi alami dapat meningkatkan efisiensi
energi bangunan. EPA memperkirakan bahwa polusi udara dalam
ruangan adalah salah satu dari lima dampak buruk lingkungan bagi
kesehatan publik. Lebih jauh, EPA menyatakan bahwa polutan udara
dalam ruangan dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, san
kerusakan hati, ginjal, dan sistem saraf pusat. Udara dalam ruangan
juga mengandung lebih banyak polutan dan sering dalam konsentrasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di luar ruangan.
(Stolwijk,JAJ : 1990).
e. Pencahayaan (alami dan buatan).
Pemaparan cahaya berpengaruh terhadap produksi melatonin di
dalam otak yang mempengaruhi pola tidur manusia (Terman, M dkk.
: 1995). Selama 30 tahun terakhir, gangguan tidur ditemukan sebagai
akibat dari depresi dan rat-rata 50-60% pasien dengan depresi
mengalami gangguan tidur (Boivin, DB : 2000).
Perbedaan antara cahaya alami dan buatan cukup signifikan,
termasuk tingkat iluminasi, keseragaman dan penyebaran
cahayanya, ragam waktu, warna, dan jumlah radiasi ultraviolet
(Zilber, S : 1993).
Pentingnya cahaya matahari untuk proses healing telah diteliti.
Pasien depresi di unit psikiatrik lebih cepat pulih dengan cahaya yang
lebih terang (Beauchemin, KM., Hays, P : 1996).Pemulihan bagi
mereka yang terkena penyakit kuning di salah satu rumah sakit
daerah tropis mengalami peningkatan dari 0.5 % ke 17% ketika
cahaya matahari dikurangi lewat penggunaan exterior awning (Barss,
P., Comfort ,K : 1985). Pencahayaan dalam ruangan yang tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbgai masalah seperti
masalah penglihatan, lelah mata dan sakit kepala, hilangnya
konsentrasi khususnya pada orang yang sudah tua (Arneill, B.,
Frasca-Beaulieu, K : 2003).
f. Warna.
Penggunaan warna dapat mempengaruhi penanganan atas
stress, insomnia, kelellahan, sakit kepala, dan depresi.
g. Pemandangan alam.
Distraksi positif adalah kondisi sosial-lingkungan yang ditandai
kepuasan yang lebih tinggi terhadap perawatan, dan pengurangan
penggunaan analgesik pada pasien solesistomik dibandingkan
dengan pasien dengan view yang terhalang (Ulrich, RS :1984). Ulrich
menyebutkan, kurangnya jendela dapat mengurangi stimulasi positif
dan meningkatkan efek negatif seperti kehilangan daya sensori
(Ulrich, RS : 1991). Ia juga telah menemukan bahwa pemandangan
alam dapat mengurangi kegelisahan dan rasa sakit serta memiliki
efek restoratif pada pasien maupun staff seperti peningkatan mood, tekanan darah lebih rendah, dan memperlambat detak jantung
(Ulrich, R., Gilpin, L : 2003). Menyediakan akses terhadap alam
kepada pasien, staff, dan keluarga, dengan menyediakaan kebun outdoor dan indoor, view alam lewat jendela, dan berbagai artwork tentang alam, dapat menghilangkan stress (Wilson, LM : 1972).
h. Mengalami alam.
Efek healing dari mengalami alam ini telah diteliti dapat menurunkan tingkat stress dan tegang otot (Cooper-Marus, C : 2000). Bangunan dengan karakterisitk alam dan fitur visual seperti
cahaya alami, pemandangan alam dan tanaman indoor sangat disenangi oleh para pekerja (Orians, GH., Heerwagen, JH :1992) .
Tanaman di dalam ruangan juga telah terbukti meningkatkan efisiensi
kerja, memusatkan perhatian pada pekerjaan, menurunkan tingkat
stress dan tekanan darah, serta mengurangi ketidaknyamanan fisik (Lohr, VI., Pearson-Mims, CH : 1996), (Lohr, VI., Pearson-Mims, CH :
2000).
i. Seni, estetika, dan hiburan.
Ketiga hal tersebut dapat menurunkan tingkat stress dan gelisah,
meningkatkan daya restorasi tehadap stress, dan mood.
j. Karya seni.
Pasien yang memiliki visual akan karya seni tentang alam lebih
tenang dan tidak membutuhkan dosis obat yang tinggi (Ulrich, RS :
1991).
k. Musik.
jantung, mengurangi kegelisahan dan asupan anestesi (Aldridge, D :
2003).
l. Distraksi positif : humor dan hiburan.
Tertawa memiliki manfaat yang baik bagi proses pemulihn,
kerena dapat meningkatkan optimisme, sosialisasi dan kerjasama
bagi pasien, den mengurangi ketergantungan akan alat-alat medis
dan pengobatan (Fry, WF : 1992).
2. Menurut Belliger dan Krieger (2013) dalam artikel Architecture as Interface –
Healing Architecture for ePatients.
Visi dari sebuah Healing Architecture meminta kita memperluas arti dari kedua kata tersebut melampaui tradisional dan di satu sisi sering
mempersempit definisi-definisi konstruksi fungsional bangunan, serta praktik
pengobatan dan medis di sisi lainnya. Dengan batas-batas pengertian yang
sempit tersebut, healing architecture merujuk pada perencanaan, desain, dan konstruksi dari rumah sakit, klinik, pusat rehabilitasi, dan sejenisnya.
Baik arsitektur maupun perawatan kesehatan,sebagaimana mereka
dipahami, mengikutsertakan perencanaan, desain, dan konstruksi dari
seluruh ekosistem di mana tidak hanya diagnosis, terapi, dan rehabilitasi
yang terjadi, tetapi juga kesehatan dan kualitas hidup yang terpelihara
termasuk di dalamnya melampaui campur tangan pengobatan.
Kesehatan sebagai pemahaman yang lebih luas dari kesejahteraan
bukanlah konsep yang terbatas pada dunia medis, tapi berhubungan dengan
lingkungan yang mencakup siklus kehidupan manusia. Inilah salah satu
kebenaran arsitektur. Dalam pengertian aslinya, arsitektur selalu lebih dari
konstruksi fungsional; arsitektur termasuk estetika dan dimensi simbolis
yang mewakili dunia sosial manusia secara spesifik dan makna budaya.
Lingkungan di mana arsitektur dan kesehatan ada, tidak pernah hanya
berupa alam dan fisik, tetapi juga budaya, sosial, dan teknologi.
Sebuah Healing Architecture harus berdasarkan pada tidak hanya efek kesehatan dari material bangunan, organisasi spasial, warna, cahaya,
kebisingan, bebauan, dan udara, tapi juga pada informasi arsitektural,
Konsep Healing Achitecture yang diperluas tidak hanya merujuk pada arsitektur fisik, seperti desain rumah sakit dan pusat rehabilitasi, tapi
juga arsitektur sosial dan informasional, desain ekosistem dan fisik
terintegrasi yang dapat medukung kesehatan sehubungan dengan aksi
kerjasama, aliran informasi, dan komunikasi.
3.2. Interpretasi Tema
Berdasarkan teori – teori dari Healing Architecture yang telah dipelajari, dapat disimpulkan bahwa Healing Architecture merupakan arsitektur yang memfokuskan diri pada perencanaan dan desain lingkungan
binaan yang mengusahakan tercapainya suatu keseimbangan tubuh, pikiran,
roh, dan jiwa dalam diri manusia yang dikorelasikan dengan lingkungannya,
baik lingkungan fisik (kekuatan yang ada pada alam) maupun lingkungan
sosialnya. Healing Architecture juga merujuk pada spiritualitas alam dan manusianya, serta pasien sebagai manusia, bukan sebagai tubuh semata
sehingga orientasi dan ketanggapan perancangan terhadap alam memiliki
peranan penting dalam mencapai suatu kondisi lingkungan binaan yang
memulihkan (healing).
3.3. Keterkaitan Tema dengan Judul
Judul proyek “Xiang Shan Meditation Center” merupakan salah satu
tempat yang berupaya untuk memulihkan kembali pikiran, spiritualitas, dan
perasaan yang telah terganggu serta mengembalikan anggapan yang baik
tentang dirinya sendiri serta lingkungan fisik dan sosialnya (kepercayaan
diri). Untuk itu, diperlukan pendekatan yang tepat dalam perancangannya
dengan lingkup batas tertentu yang dapat mendukung proses pemulihan dan
mewujudkan suatu bentuk akhir dari pemulihan tersebut. Pendekatan
tersebut berupa Healing Architecture yang akan menjadi tema dalam
perancangan “Xiang Shan Meditation Center” ini. Healing Architecture dapat
membantu mewujudkan tujuan dari pusat meidtasi ini dengan berbagai
aspek konsentrasi tentang sinergi alam dan manusia dalam perancangan
3.4. Studi Banding Tema Sejenis
3.4.1. Paimio Sanatorium, Paimio, Finlandia12
Bangunan yang didesain Alvar Aalto ini dikelilingi oleh hutan dan
memiliki asupan udara kering yang segar dan cahaya matahari seperti yang
terlihat pada Gambar 3.1.
Paimio menantang norma – norma pada saat konsep model
pencakar langit mendominasi desain rumah sakit. Desainnya terdiri dari
serangkaian pavilion yang terhubung ke gedung administrasi utama. Kamar
pasien dan teras disusun secara linear dalam bangunan 6 lantai.
Alvar Aalto, sang arsitek, sangat berhati-hati dengan desain Paimio
ini. Kamar dilengkapi dengan lemari tanam pribadi dan non-splash washbasin. Peetakan lampu disesuaikan dengan garis pandangan pasien dan ceiling diberi warna hijau tenang untuk mencegah silau seperti yang terlihat pada Gambar 3.2.
12
http://www.nba.fi/fi/File/410/nomination-of-paimio-hospital.pdf
Gambar 3.1. Suasana Eksterior Paimio Sanatorium
Aalto mendesain jendela, orientasi view, letak dan ukuran bukaan, dan intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamar pasien dengan sangat
berhati-hati. Setiap lantai dilengkapi dengan teras yang memiliki panel plafon
dengan radiasi panas sehingga pasien dapa tinggal dengan nyaman selama
musim salju. Ruang luar, termasuk teras atap dan kebun, tersedia untuk
pasien maupun staff untuk membentuk atmosfir komunal bagi mereka, karena pasien dengan tuberkulosis akan tinggal selama berbulan-bulan. Di
sanatorium ini juga tersedia fasilitas komunal seperti kapel, seperti halnya
perumahan staff, dan rute untuk berjalan-jalan menyusuri lansekap hutan sekitar seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2. Lemari Tanam Pribadi dan Non-splash Washbasin
Letaknya yang di tengah hutan membuat Paimio Sanatorium ini memiliki view alam yang sangat menyenangkan. Sanatorium ini memanfaatkan dan mengarahkan cahaya alami untuk masuk ke dalam
bangunan sebagai usaha yang penting dalam helioterapi pada sebuah
wilayah selatan. Perhatian penting ditujukan pada desain jendela, orientasi
pandangan, ukuran dan penempatan bukaan, pelaksanaan teknis, dan
jumlah cahaya matahari yang memasuki kamar pasien. Jendelanya berdaun
dua dan dilengkapi dengan elemen penghangat dan pengering udara. Gambar 3.3. Block Plan Paimio Sanatorium
3.4.2. Municipal Orphanage, Amsterdam13
Panti asuhan ini dirancang oleh Aldo Van Eyck pada tahun 1954,
mewadahi anak-anak yatim atau dari keluarga broken home dengan rentang
usia 4-20 tahun dengan kapasitas 125 orang. Perancangan ini memiliki
didedikasikan untuk mengatasi pengalaman buruk yang dialami setelah
Perang Dunia Kedua yang berakibat banyak anak-anak kehilangan
orangtuanya.
Direktur panti asuhan Frans van Meurs sangat bersemangat dalam
mendeskripsikan tentang persyaratan – persyaratan bangunan yang
dibutuhkan kepada arsitek. Ia menyatakan keinginannya untuk
memindahkan anak – anak yatim pergi dari hiruk pikuk kota ke sebuah dunia
yang ideal dan kecil yang bermandikan udara yang sehat, sinar matahari
dan hijau. Dan menawarkan penjelasan rinci tentang pola hidup yang akan ditempati. “ Rumah kami harus menjadi rumah yang ramah dalam segala hal, baik di dalam dan di luar. Ini harus menjadi rumah untuk anak – anak
dalam jangka waktu pendek atau lama yang akan tidak tinggal bersama
orang tua mereka, yang akan merindukan rumah mereka. Saat mendekati
rumah kita, anak – anak harus memasukinya dengan senang hati,
penampilan luarnya harus mencairkan keramahan, memanggil anak,
sebagaimana adanya, untuk masuk.” (Strauven 1996, 5).
Aldo van Eyck, dibesarkan sebagai anak yatim sendiri, mengambil
tugas ini. Dia merancang tempat untuk anak – anak untuk hidup di
masyarakat. Area tidur dan tinggal dipisahkan menurut usia dan
dihubungkan oleh jalan-jalan interior. Rumah bermain, theater boneka, sudut
untuk duduk, ceruk baca, kolam pasir, kolam dayung anak-anak ditemukan
di lingkungan ini. Penataannya memberikan ketertarikan tersendiri bagi
anak-anak. Elemen-elemen ini diorganisasikan dalam pola polisentris (lihat
Gambar 3.4). Kompleksitas lingkungan yang tercipta pada bangunan ini
memberikan efek yang baik bagi fungsi emosional, kognitif, dan sistem imun
anak.
13
Gambar 3.4. Block Plan Municipal Orphanage
Van Eyck mendesain setiap ruang interior agar dapat merespon
mobilitas di dalam ruang dan dapat berkomunikasi dengan ruang luar secara
individual. Konsep utamanya adalah menciptakan suatu lingkungan rumah
yang memilki atmosfir jalanan di luarnya, karena jalanan dianggapnya dapat
menciptakan vitalitas sosial (lihat Gambar 3.5). Hal ini membuat panti
asuhan ini seperti kota kecil sehingga membuat anak-anak tidak merasa
kehilangan kota dan rumah yang dicintainya.
Cahaya alami yang cukup dan suasana alamiah menyediakan
lapangan bermain yang bebas dan tenang dapat membantu anak-anak
untuk pulih dari rasa traumanya akan perang yang baru terjadi, sebab
pencahayaan alami merupakan faktor penting dalam proses pemulihan
seperti yang terlihat pada Gambar 3.6.
Aldo van Eyck mendemonstrasikan pemahaman yang mendalam
atas dunia yang dibentuk oleh anak-anak. Perhatiannya yang dipusatkan
pada kebutuhan anak-anak memungkinkan ia menghasilkan sebuah
bangunan yang lebih dari sekedar panti asuhan, seperti sebuah kota
berskala kecil, sebuah tempat tinggal sebuah komunitas berskalakan
anak-anak.
Aldo van Eyck sendiri menggunakan potensi alam yang ada untuk
transformasi ruang, seperti bentuk lingkaran di kolam pasir dijadikan
pengumpul air hujan, kolam reflektif dijadikan mainan baru bagi anak-anak
yang merupakan artwork tentang alam yang dapat memberikan ketenangan
seperti yang terlihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.6. Ruangan dengan Suasana Alami Sumber : dalspace.library.dal.ca/handle/10222/15319
Demikian juga 12 lampu atap yang dapat memantulkan
lingkaran-lingkaran cahaya yang dapat bergerak-gerak di ruang bermain indoor dan memberikan warna yang dapat menangani tingkat stress, kelelahan, dan depresi seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1. Analisa Eksisting
4.1.1. Analisa Lokasi
Lokasi proyek yang dipilih sebagai lokasi proyek “Xiang Shan Meditation Center “ terletak di Jalan Mimpin Tua, di depan Vihara Dharma Shanti Berastagi. Peta lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan
Sebelumnya, site ini merupakan lapangan futsal, lapangan basket,
dan area parkir. Di belakang (arah utara) merupakan tanah yang konturnya
tidak datar. Pada saat hujan, area belakang sering banjir dan longsor
sehingga membuat tanahnya rusak. Maka tanah tersebut pun ditimbun
hingga memberikan elevasi ketinggian 1 meter dari permukaan tanah area
parkir.
- Lokasi Tapak : Jln. Mimpin Tua, Berastagi
- Luas Lahan : ± 1,2 Ha
- Kontur : Relatif datar
- Fungsi Eksisting :
a) Lahan kosong.
b) Tempat parkir.
- Batas Tapak :
a) Batas Utara : Areal hijau
b) Batas Timur : Areal hijau dan masjid (di atas lereng)
c) Batas Selatan : Permukiman penduduk dan villa
d) Batas Barat : Vihara Dharma Shanti
Batas – batas dari site dapat dilihat pada Gambar 4.2.
4.1.3. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian
Pencapaian ke dalam site hanya dapat dicapai dengan satu jalur,
yaitu dari jalur utama Medan – Berastagi lalu belok ke kanan yang merupakan Jalan Mimpin Tua. Jalur dari dan menuju ke dalam site (Jalan
Mimpin Tua) adalah jalan 2 arah dengan lebar jalan ± 8 meter.
Pada jalur dengan kepadatan paling tinggi berada pada jalur utama
balik itu dari arah Medan maupun yang ke arah Berastagi. Pada jalur dengan
kepadatan sedang, area tersebut terdapat area permukiman penduduk dan
terdapat 3 villa pada jalur tersebut, sehingga akses kendaraan yang masuk
ke daerah tersebut lumayan banyak. Pada jalur dengan kepadatan rendah,
daerah ini terdapat ladang penduduk, permukiman penduduk yang tidak
terlalu banyak, dan areal hijau.
4.1.4. Analisa View
View ke arah utara sangat bagus karena area ini masih tergolong area yang hijau dan masih merupakan hutan dan ladang penduduk.
View ke arah timur sangat bagus karena area ini juga terdapat area hijau dan jika dilihat dari vihara, akan terlihat satu barisan perbukitan yang indah.
View ke arah barat merupakan vihara itu sendiri dan tergolong bagus, karena desain vihara ini sangat bagus.
View ke arah selatan kurang menarik karena berbatasan dengan permukiman penduduk dan merupakan akses masuk menuju site. Akan tetapi,
area ini masih tergolong hijau dan permukiman penduduk juga tidak terlalu
rapat.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.
4.1.5. Analisa Vegetasi, Matahari, dan Angin
Untuk vegetasi pada site ini terdapat di arah timur, utara, dan di
sebelah barat (kebun sayur).
Bentuk site memanjang dan menghadap utara, sehingga akan lebih
baik apabila bangunan utama, yaitu aula meditasi didekatkan ke sebelah
timur dan utara agar terkena matahari pagi karena matahari pagi sangat
baik.
Arah angin pada komplek Vihara Dharma Shanti Berastagi
cenderung tidak tentu. Hal ini dikarenakan letak vihara yang berada di atas
bukit dan lahan sekitarnya masih hijau.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini.
4.1.6. Analisa Kebisingan
Pada sisi utara dan timur, memiliki tingkat kebisingan yang rendah.
Hal ini dikarenakan pada sisi ini didominasi oleh area hijau.
Pada sisi barat juga memiliki tingkat kebisingan yang sedang karena
pada sisi ini terdapat area jalan yang kadang dilalui oleh kendaraan.
Pada sisi selatan, memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi,
karena berbatasan dengan permukiman penduduk serta merupakan jalur
masuk kendaraan menuju vihara. Dimana ada anak – anak yang bermain di jalan dan aktivitas penduduk sekitar (misalnya menembak).
4.2. Analisa Fisik Bangunan
4.2.1. Bentuk dan Massa Eksisting
Eksisting dari Vihara Dharma Shanti Berastagi terdiri dari 3 lantai
dengan luas rata – rata per lantai adalah ± 2.200 m2. Pada lantai 1 terdiri dari ruang makan, ruang ridur tamu, area privat untuk Sangha. Pada lantai 2
merupakan ruang baktisala dan area privat untuk Sangha. Pada lantai 3
adalah beranda luas dan void untuk ruang baktisala. Material yang
digunakan merupakan batu alam, genteng metal, dinding bata, dan atap baja
ringan. Untuk tampak bangunan, dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.6. Analisa Kebisingan
4.2.2. Sirkulasi
Sirkulasi dalam bangunan dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
- Zona publik.
Zona publik diperuntukkan untuk tamu / umat yang datang ke Vihara
Dharma Shanti Berastagi. Untuk zona ini, terdiri dari : Ruang makan
(lantai 1), Dharma Corner (lantai 1), dan ruang baktisala (lantai 2).
- Zona semi – publik.
Untuk zona ini diperuntukkan untuk peserta jika ada acara di Vihara
Dharma Shanti Berastagi. Misalnya acara yang diadakan oleh BLIA YAD
Indonesia. Untuk zona ini, terdiri dari ruang tidur untuk perserta yang Gambar 4.8. Tampak Belakang Vihara Dharma Shanti
Gambar 4.9. Tampak Samping Kiri Vihara Dharma Shanti
terdiri dari 10 ruangan (5 ruangan untuk pria dan 5 ruangan untuk
wanita) dengan total dapat menampung sekitar ± 160 orang.
- Zona privat.
Zona privat merupakan area yang tidak boleh diakses oleh pengunjung
maupun peserta acara di Vihara Dharma Shanti Berastagi. Pada zona ini
hanya khusus untuk Sangha dan pengelola Vihara Dharma Shanti
Berastagi. Ruang itu terdiri dari ruang tidur untuk Sangha dan pengelola
serta fungsi lainnya.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.11 di bawah ini.
4.2.3. Struktur
Untuk struktur dari bangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi
menggunakan sistem beton. Sedangkan untuk kedalaman pondasinya
mencapai 25 meter dari ground. Sedangkan untuk bagian atap
menggunakan genteng metal. Dan untuk lantai pada interior menggunakan
granit sedangkan untuk ruangan baktisala menggunakan wood finishing pada lantainya.
4.2.4. Utilitas
Untuk utilitas pada bangunan, tersedia tempat penampungan air
berupa drum besar. Karena lokasi dari Vihara Dharma Shanti Berastagi
letaknya jauh dari permukiman penduduk. Sehingga pada waktu liburan,
villa. Untuk instalasi listrik, Vihara Dharma Shanti Berastagi menggunakan
daya sebesar 25.000 KW untuk memenuhi kebutuhan listrik.
4.3. Analisa Kebutuhan Ruang
4.3.1. Besaran Ruang
Kebutuhan ruangan yang diperlukan oleh Xiang Shan Meditation
Center ini tidak begitu banyak. Sebab Xiang Shan Meditation Center
merupakan pusat meditasi yang terdiri dari beberapa massa bangunan.
Beberapa ruangan yang terdapat pada Xiang Shan Meditation Center ini
adalah pos jaga, gedung fasilitas pendukung (gabungan dari gerbang, area
souvenir, dan area perpustakaan), bangunan utama yang merupakan
gabungan 3 massa bangunan (aula makan, aula tidur, area kumpul yang
atasnya merupakan aula meditasi) yang dihubungkan oleh 3 jembatan.
Total luasan untuk ketiga bangunan ini sekitar ± 845,5 meter
sedangkan luasan site ini sekitar ± 1,2 hektar. Dan sisa lahan tersebut akan
digunakan untuk area taman, area prasasti, area bermain, area patung, area
kolam, area gazebo yang digunakan untuk meditasi outdoor, area refleksi,
dan lainnya yang akan disesuaikan pada saat peletakkan massa bangunan.
Untuk detail besaran ruang pada Xiang Shan Meditation Center
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Tabel Besaran Ruang
Jenis Ruang Kapasitas Standar Sumber
Luas
Ruang
(m2)
Aula
Meditasi Aula Meditasi 100 orang Ø 15 m III 176,625
Aula Makan
Aula Makan
(+ Dapur &
Toilet)
100 orang Ø 15 m III 176,625
Aula Tidur Aula Tidur (+
Toilet) 100 orang
Ø 15 m x
2 aula III 353,25
Pos Jaga Pos Jaga (+
Gedung
Faslitas
Pendukung
Perpustakaan
12 orang 2 m 2
/
orang I 24
2.000 buku 100 buku /
m2 II 20
Area
Souvenir - ± 45 m
2
III 45
TOTAL 845,5
SIRKULAS 20 % 169,1
TOTAL KESELURUHAN 1014,6
Keterangan tabel :
I : Neufert Data Architect
II : Joseph de Chiara, Time Saver Standard
III : Asumsi dan Pengamatan Studi
4.3.2. Besaran Parkir
Kebutuhan parkir yang ditentukan oleh pihak Vihara Dharma Shanti
adalah ± 4 bus, ± 18 mobil, dan ± 20 sepeda motor.
- Parkir Mobil.
Dimensi parkir mobil = 3 m x 5 m = 15 m2.
Kebutuhan ruang = 18 x 15 m2 = 270 m2.
Sirkulasi 30% = 30% x 270 m2 = 81 m2.
Total luas kebutuhan parkir mobil = 351 m2.
- Parkir Sepeda Motor.
Dimensi parkir sepeda motor = 1 m x 2 m = 2 m2.
Kebutuhan ruang = 20 x 2 m2 = 40 m2.
Sirkulasi 30% = 30% x 20 m2 = 12 m2.
Total luas kebutuhan parkir sepeda motor = 52 m2.
- Parkir Bus.
Dimensi parkir bus = 5 m x 12 m = 60 m2.
Kebutuhan ruang = 4 x 60 m2 = 240 m2.
Sirkulasi 30% = 30% x 240 m2 = 72 m2.
Total luas kebutuhan parkir bus = 312 m2.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1. Konsep Tapak
5.1.1. Konsep Zoning dan Tata Ruang Luar
Pada Xiang Shan Meditation Center ini, tapak ini dibagi menjadi area
publik, area semi privat, dan area privat. Area publik meliputi area parkir, pos
jaga, gedung fasilitas pendukung, area refleksi, area bermain, dan area
taman. Area semi privat meliputi area kumpul dan aula makan dimana area
semi privat dan area publik dipisahkan oleh aliran air sehingga dihubungkan
oleh sebuah jembatan. Pada saat ada kegiatan retret meditasi, para
pengunjung tidak diperbolehkan melewati area jembatan tersebut sebab
akan mengganggu ketenangan para meditator. Untuk area privat merupakan
aula tidur, aula meditasi, dan area meditasi outdoor. Aula meditasi
ditempatkan di atas area kumpul agar lebih terhindar dari kebisingan suara
dari para pengunjung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.1 di
5.1.2. Konsep Entrance
Entrance menuju Xiang Shan Meditation Center ini ada 2. Yang pertama merupakan entrance yang terdapat di Jalan Mimpin Tua (sebelah selatan pada site) dimana pada entrance ini lebih diprioritaskan untuk kendaraan bermotor karena dekat dengan area parkir, dan pada sisi selatan
ini juga terdapat jalur keluar untuk kendaraan bermotor. Untuk entrance yang
kedua terletak di depan Vihara Dharma Shanti Berastagi yang terdapat
tangga dimana entrance ini juga sekaligus jalur keluar yang digunakan untuk
para pejalan kaki. Untuk akses menuju bangunan utama, hanya
diperbolehkan untuk para pengunjung apabila sedang tidak ada kegiatan
[image:30.595.72.567.101.440.2]retret meditasi dimana entrance menuju bangunan utama merupakan sebuah jembatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.2.
5.1.3. Konsep Orientasi Bangunan
Massa bangunan utama berada di sebelah utara site sebab pada sisi
ini merupakan sisi yang lebih dekat dengan areal hijau dan merupakan area
dengan tingkat kebisingan paling rendah serta view yang bagus. Untuk
semua pintu masuk bangunan menghadap ke arah selatan sebagai sisi
depan dari bangunan agar para pengunjung dapat mengetahui langsung
akses bangunan tersebut. Bangunan fasilitas pendukung yang sekaligus
berfungsi sebagai gerbang berada di sebelah selatan site yang di depannya
terdapat area plaza agar para pengunjung dapat beristirahat sejenak
[image:31.595.86.552.99.443.2]maupun mengambil foto – foto. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.3.
5.1.4. Konsep Sirkulasi
5.1.4.1. Konsep Sirkulasi Kendaraan Bermotor
Area parkir bus, mobil, dan kendaraan bermotor berada di sisi
selatan dan sisi barat site. Pada kedua sisi ini berbatasan langsung
dengan Jalan Mimpin Tua. Akan tetapi, area parkir utama terletak di
sisi selatan site sedangkan area parkir yang terdapat pada sisi barat
site merupakan area parkir di sisi jalan. Sirkulasi masuk kendaraan ke dalam site dan sirkulasi kendaraan keluar kendaraan ke luar site hanya terdapat di sisi selatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Gambar 5.4.
5.1.4.2. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki
Terdapat dua area untuk pejalan kaki, yaitu pada sisi selatan
yang merupakan area parkir serta area barat yang merupakan area
tangga yang menghubungkan site dengan vihara eksisting. Pada sisi
[image:33.595.98.565.142.608.2]mereka bisa berjalan kaki menuju area plaza yang dapat diakses dengan tangga serta ramp untuk pernyandang cacat. Pada sisi barat,
dapat diakses langsung dengan menuruni tangga dari jalan yang
berada di tengah – tengah dan vihara. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.5.
5.1.5. Konsep Tata Hijau
Pada area site terdapat banyak vegetasi yang berfungsi sebagai elemen
estetis dan juga sebagai shading atau buffer pada site. Selain di dalam site, pada sisi utara dan timur juga dikelilingi oleh areal. Pada bangunan utama,
dikelilingi oleh pohon – pohon, area taman, dan sungai kecil yang memisahkan area bangunan utama dengan area publik. Di tengah – tengah site terdapat area kolam teratai dan area taman yang dapat diakses oleh para pengunjung.
[image:34.595.92.553.190.532.2]Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.6.
5.2. Konsep Bentukan Massa
Bangunan utama pada Xiang Shan Meditation Center ini adalah
ketiga aula yang terdapat di sisi utara site, yaitu aula meditasi, aula makan,
dan aula tidur. Ketiga massa tersebut dikelilingi oleh aliran air sehingga
ketiga bangunan tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan. Bentuk
dasar bangunan merupakan lingkaran dengan maksud menghindari sudut
yang tajam yang dianggap tidak baik.
Adapun penggunaan atap bertingka agar mendapatkan cahaya yang
cukup dan udara di dalam tetap sejuk dan tidak terlalu dingin. Bangunan
vihara eksisting juga menggunakan atap bertingkat. Mengapa tiga tingkat?
Karena adanya filosofi buddhis yang mengatakan atap bertingkat yang
bagus itu adalah bilangan ganjil, yaitu 3, 5, dan seterusnya dan memiliki
[image:35.595.117.521.97.459.2]Pada sisi dinding juga digunakan batu alam agar memiliki
[image:36.595.119.541.147.573.2]keselarasan dengan vihara eksisting. Elemen – elemen cina juga diterapkan pada pintu bangunan tersebut. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada
Gambar 5.7.
Bangunan fasilitas pendukung pada Xiang Shan Meditation Center ini
merupakan gerbang yang diapit oleh area souvenir dan area perpustakaan.
Di tengah bangunan ini terdapat moon gate yang merupakan salah satu elemen penting dalam penerapan chinese garden.
Penerapan atap bertingkat juga terdapat di sini, namun bukan
penerapan dari bentuk atap vihara eksisting sebagai penyelarasan dengan
vihara tersebut. Pada dinding juga digunakan batu alam.
Pada lantai dua, bisa diakses oleh pengunjung sehingga pengunjung
bisa menikmati view dari atas dan pada dinding lantai 2 ini juga terdapat
elemen cina di jendelanya yang berbentuk swastika. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat pada Gambar 5.8.
5.3. Konsep Struktur
Konsep struktur pada Xiang Shan Meditation Center meliputi :
a) Struktur pondasi.
- Struktur bagian pondasi menggunakan dua jenis pondasi, yaitu
pondasi tiang pancang dan pondasi telapak seperti pada Gambar
[image:37.595.71.536.179.500.2]5.9 dan Gambar 5.10.
- Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer beban dari struktur
atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.
- Tiang pancang bentuknya panjang dan langsung menyalurkan
beban ke tanah yang lebih dalam.
- Bagian kolom yang menerima beban langsung dari atap akan
menggunakan pondasi tiang pancang (bangunan utama),
sedangkan bagian yang tidak langsung menerima beban dari
atap akan menggunakan pondasi telapak (bangunan fasilitas
pendukung, pos jaga, dan gazebo).
b) Dinding.
- Struktur dinding menggunakan dinding bata.
[image:38.595.192.503.100.475.2]- Pada sisi luar dinding bangunan juga menggunakan cat tempok
dan pada area dinding di bawah jendela akan ditonjolkan dengan
menggunakan batu alam seperti pada Gambar 5.11.
c) Penutup lantai.
Penutup lantai di dalam bangunan akan menggunakan granit seperti
yang terdapat pada vihara eksisting.
d) Rangka atap.
Rangka atap menggunakan rangka atap baja ringan.
e) Penutup atap.
Penutup atap menggunakan atap genteng metal.
5.4. Konsep Utilitas
Untuk utilitas pada bangunan, tersedia tempat penampungan air
berupa drum besar yang akan didistribusikan ke bangunan – bangunan. Karena lokasi dari Vihara Dharma Shanti Berastagi letaknya jauh dari
permukiman penduduk, maka dibuat tempat penampungan air tersebut.
Selain hal itu, ada juga sebab lainnya yaitu pada saat waktu liburan, akan
kesulitan air karena pasokan air yang masuk digunakan oleh pihak villa.
Untuk pembuangan air kotor, pada akan langsung dibuang ke saluran
pembuangan.
5.4.1. Konsep Elektrikal
Sumber arus listrik pada bangunan dapat diperoleh melalui :
- Arus PLN,
[image:39.595.154.516.92.303.2]- Generator (tenaga cadangan).
Generator terdapat di gedung vihara eksisiting sehingga tidak
menimbulkan polusi dan kebisingan untuk para meditator dan pengunjung.
Untuk instalasi listrik, Vihara Dharma Shanti Berastagi menggunakan daya
sebesar 25.000 KW untuk memenuhi kebutuhan listrik.
5.4.2. Konsep Pengkondisian Udara
Sistem pengkondisian udara yang dipakai merupakan pengkondisian
udara alami sebab site ini terletak di area gunung dan masih mendapatkan
yang sejuk dan dingin. Untuk memaksimalkan udara yang masuk, diberi
bukaan yang secukupnya agar para meditator tidak kedinginan pada malam
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1. Gambar Perancangan
Hasil gambar perancangan dari Xiang Shan Meditation Center ini berupa site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana, dan detil
dari bangunan yang ada. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar berikut
6.1.1. Site Plan
[image:42.595.109.517.106.672.2]6.1.2. Ground Plan
6.1.3. Bangunan Pendukung
Gambar 6.3. Denah Bangunan Pendukung
6.1.4. Aula Tidur
6.1.5. Aula Makan
Gambar 6.5. Denah, Tampak, dan Potongan Aula Tidur
6.1.6. Denah Lantai 1 Bangunan Utama
6.1.7. Denah Lantai 2 Bangunan Utama
6.1.8. Denah Atap Bangunan Utama
6.1.9. Tampak Bangunan Utama
[image:49.595.133.515.403.687.2]Gambar 6.10. Tampak Depan dan Belakang Bangunan Utama
6.1.10. Rencana Pembalokan
Gambar 6.12. Rencana Pembalokan Bangunan Pendukung
[image:50.595.140.522.422.694.2]6.1.11. Rencana Elektrikal
6.1.12. Rencana Sanitasi
6.1.13. Potongan Site
[image:54.595.133.522.109.699.2]Gambar 6.17. Potongan Site A-A dan B-B
6.1.14. Detail
Gambar 6.19. Potongan Site E-E
[image:55.595.118.518.414.697.2]6.2. Perspektif Eksterior dan Suasana
Suasana yang diambil dari pandangan mata burung dapat dilihat
[image:57.595.130.533.139.670.2]pada Gambar 6.22 di bawah ini.
Suasana dari area tangga dapat dilihat pada Gambar 6.23 di bawah
[image:58.595.123.530.133.636.2]ini.
Suasana area publik pada area kolam dan jembatan dapat dilihat
[image:59.595.120.513.140.413.2]pada Gambar 6.24 di bawah ini.
6.3. Foto Maket
[image:60.595.130.540.128.644.2]Foto maket dari Xiang Shan Meditation Center dapat dilihat pada
Gambar 6.25 di bawah ini.
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1. Judul dan Pengertian Judul
Judul dari proyek ini adalah “Xiang Shan Meditation Center” yang merupakan pengembangan desain dari Vihara Dharma Shanti – Berastagi yang menyediakan tempat retret, tempat kursus maupun pelatihan untuk
meditasi, tempat membabarkan Dharma, sarana tambahan untuk organisasi
BLIA YAD, dan sekaligus sebagai tempat wisata. Dalam judul “Xiang Shan Meditation Center”, mengandung beberapa pengertian utama, yaitu :
a. Xiang Shan atau Xiang Shan Shi merupakan nama lain dari Vihara
Dharma Shanti yang dibangun pada akhir tahun 2001 dan diresmikan
pada tanggal 19 September 2004, yang berlokasi di Berastagi.
b. Meditation atau meditasi merupakan salah satu ajaran Buddha yang sangat mendasar. Kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samādhi). Meditasi adalah pemusatan pikiran, dinamakan juga konsentrasi. “Memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut semadi.” Tentunya pikiran yang baik atau bersih. Sebagai metode atau cara, dalam bahasa Pāli disebut bhāvanā, artinya “pengembangan batin.”
c. Center berarti pusat.
- Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan
(berbagai - bagai urusan, hal dan sebagainya) (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1994).
- Pusat, sentral, adalah bagian penting dari sebuah kegiatan atau
organisasi.
- Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang
dikosentrasikan.
- Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi
terkumpul atau terkosentrasi.
Jadi, pengertian dari judul “Xiang Shan Meditation Center” adalah suatu tempat yang menjadi pusat dari kegiatan pelatihan meditasi maupun
2.2. Tinjauan Umum
2.2.1. Sejarah Vihara Dharma Shanti Berastagi1
Pada tahun 2001, Y. A. Ven. Cong Ru mempelopori berdirinya Vihara
Dharma Shanti Berastagi, kemudian dilanjutkan dengan acara peletakan
batu pertama oleh Y. A. Ven. Cong Ru, ketua BLIA Bapak Earlnus Chen dan
Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin. Acara ini dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Cong Ru dengan
harapan pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi akan berjalan
lancar di bawah bimbingan Y. A. Ven. Cong Ru dan ketua BLIA periode 2005 – 2008 Bapak Siswanto Thio tanpa ada halangan yang berarti.
Pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi selesai pada tahun
2004. Kemudian, acara peresmian dilaksanakan pada tanggal 19 September
2004 oleh Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Drs. I. Wajan Suarjaya, M.Si. dan
Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin, serta diadakan ritual pemberkahan “Liang Huang Bao Chan” yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Hsing Ting dan 10 bhikkhu dan bhikhhuni dari Fo Guang Shan.
Beberapa hal yang unik dan tidak boleh dilewatkan ketika
mengunjungi Vihara Dharma Shanti Berastagi :
a. 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara.
Latar belakang adanya 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara
adalah sebagai salah satu tempat wisata dan tempat ibadah yang
banyak dikunjungi umat, merupakan sebuah vihara yang terletak di
daerah pegunungan dimana terdapat banyak sekali masyarakat yang
tinggal di sekitarnya. Y. A. Ven. Chueh Teng melanjutkan proyek 33
Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara dengan harapan agar rupang
tersebut dapat melindungi vihara beserta masyarakat, serta menjadi
suatu objek wisata bagi para turis.
b. Pelita Hati.
Berdana dengan cara memasang lilin atau pelita akan
mendapatkan karma mata yang indah dan terang. Vihara Dharma Shanti
1
Berastagi memberi kesempatan kepada para umat untuk berdana
dengan cara memasang pelita yang akan diletakkan di depan altar Sang
Tri Ratna. Sebelum kita meletakkan pelita, kita berdoa kepada Sang Tri
Ratna dan kemudian meletakkan pelita di depan altar Sang Tri Ratna.
Dengan doa dan pemberian pelita yang tulis, semoga saja doa yang kita
panjatkan dapat terwujud dan kita juga akan menjalani kehidupan ini
dengan lebih baik.
c. Dharma Corner.
Jika kita ingin menyimpan kenang – kenangan dari Vihara Dharma Shanti Berastagi, di sinilah tempat yang tepat. Dharma Corner merupakan tempat dimana kita dapat menemukan berbagai souvenir khas dari Fo Guang Shan, Taiwan yang dapat kita jadikan cenderamata
untuk keluarga maupun teman – teman kita. Baik rupang Buddha dan rupang para Bodhisattva maupun berbagai bentuk souvenir dapat kita dapatkan di sini. Ini merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat
kita lakukan dan dana yang diberikan akan dipergunakan untuk
pembangunan vihara serta berbagai keperluan vihara.
d. Kartu Harapan.
Kartu harapan atau biasanya yang dikenal dengan xu yan merupakan salah satu ciri khas Vihara Dharma Shanti Berastagi.
Biasanya para umat ataupun pengunjung menggunakan kartu harapan
ini sebagai bentuk dari doa dan harapan mereka untuk keluarga, teman,
dan kehidupan mereka. Pada kartu harapan ini, para umat atau
pengunjung menuliskan nama mereka ataupun nama keluarga yang
mewakili seluruh keluarga. Kemudian sebelum meletakkannya di depan
altar Sang Tri Ratna, mereka memanjatkan doa dan harapan mereka.
Kemudian kartu harapan ini akan digantung pada rangkaian pohon yang
ada di Vihara Dharma Shanti Berastagi. Kartu harapan ini juga
merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat dilakukan.
e. Lonceng Kebahagiaan.
Lonceng yang terdapat di depan beranda Vihara Dharma Shanti
Berastagi ini, merupakan lonceng kebahagiaan, dimana sebelum
memukul lonceng ini, kita akan melafalkan mantra. Para makhluk
penderitaan seketika. Ini juga merupakan salah satu bentuk pelimpahan
jasa dalam bentuk lainnya.
f. Ruang Bhaktisala.
Ruang Bhaktisala yang tenang dan damai, itulah yang selalu
diucapkan ketika para pengunjung mengunjungi ruang bhaktisala ini. Di
dalam ruang bhaktisala terdapat tiga rupang Buddha, yaitu Buddha
Sakyamuni, Buddha Amitabha, dan Buddha Bhaisajyaguru. Kemudian
terdapat pula empat rupang Bodhisattva, yaitu Bodhisattva
Avalokiteshvara, Bodhisattva Ksitigarbha, Skandra Bodhisattva, dan
Sangharama Bodhisattva. Terdapat pula tiga relik, yaitu relik Sang
Buddha Sakyamuni beserta relik murid – murid Sang Buddha, yaitu Moggallana dan Sariputra. Ruang bhaktisala adalah tempat unutk
melaksanakan kebaktian, berdoa ataupun memberi penghormatan pada
Sang Buddha dan para Bodhisattva.
2.2.2. Sejarah BLIA YAD Indonesia2
BLIA YAD (Buddha’s Light International Association Young Adult Division) didirikan oleh Ven. Master Hsing Yun pada tahun 1996 di Fo Guang Shan, Taiwan. BLIA YAD didirikan dengan tujuan untuk
menyebarkan Buddha Dharma kepada kalangan muda – mudi di seluruh dunia dengan menjadikan BLIA YAD sebagai panggung besar bagi
muda – mudi untuk berekspresi dan berkreativitas.
Di Indonesia, khususnya di Medan, muda – mudi vihara mulai aktif pada tahun 1992 di bawah bimbingan Ven, Cong Ru, dengan
Gunawan sebagai ketua pertama dari muda – mudi vihara. Pada tahun 2005, muda – mudi vihara diresmikan dengan nama BLIA YAD Indonesia dan di bawah bimbingan Ven. Chueh Teng. Di bawah
bimbingan Ven. Chueh Teng, BLIA YAD Indonesia melanjutkan
menyebarkan Buddha Dharma terutama ke muda – mudi melalui berbagai kegiatan positif.
2
Sejak tahun 1992 hingga sekarang, BLIA YAD Indonesia telah
diketuai oleh 7 orang ketua umum, 3 di antaranya merupakan pelopor
berdirinya BLIA YAD di mana pada masa jabatan mereka belum ada
sistem organisasi yang terarah, yaitu : Gunawan, Ferry, dan Wilson.
Tahun 2005, setelah BLIA YAD Indonesia diakui secara
internasional oleh BLIA YAD Internasional, BLIA YAD Indonesia terus
mengalami kemajuan pesat di bawah pimpinan 3 orang ketua umum,
dan dimulai sejak tahun 2005 pula, BLIA YAD Indonesia telah memiliki
sistem organisasi yang terarah. Tiga orang ketua umum BLIA YAD
Indonesia yang resmi yaitu :
a. Chandra Salim (Pembina I).
b. Hendry Willy Nasrun (Pembina II),
c. Suryono Lee (Pembina III).
d. Robin (Ketua Umum BLIA YAD Indonesia).
Dalam Buddha Dharma tentu saja tidak terlepas dari berdana.
Bentuk dana yang diberikan bermacam – macam, dapat berupa uang, tenaga, waktu, dan ketulusan hati. Hal inilah yang pernah didanakan
oleh muda – mudi BLIA YAD Indonesia. BLIA YAD Indonesia mengunjungi panti – panti tuna netra dan mendanakan bukan hanya bahan sandang dan pangan, juga menikmati waktu bersama anak – anak yang kurang beruntung itu serta menyebarkan cinta kasih yang
tulus kepada mereka.
Berikut ini merupakan kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi BLIA YAD Indonesia :
a. Dharma Discussion.
Kelas dharma dimana para muda – mudi dapat memberikan opini dan berdiskusi banyak hal tentang Buddha Dharma dalam kehidupan
sehari – hari. b. Sunday Class.
Kelas mingguan yang selalu diadakan untuk menenangkan kembali
waktu 2 jam untuk berdoa pagi hari, mendengarkan ajaran Dharma
melalui cara yang unik dan mudah dipahami. Setelah mendengar
khotbah Dharma setiap minggu, Team Activity menyediakan suatu acara
tambahan antara lain : Teamwork Games, Creativity Games, Debate, dan lainnya.
c. Class Learning.
Kelas khusus yang dibuka untuk para anggota BLIA YAD Indonesia
dimana kelas ini akan diajarkan banyak hal tergantung kriterianya, dalam
bakat seni, mental, pengetahuan, dan sebagainya. Beberapa contoh
kelas yang ada, yaitu : Dharma Class, Guitar Class, Debate Class, Mandarin Class, Vocal Class, Photography Class, IQ Club, Handmade Club, Futsal Club, dan masih banyak lagi.
d. Acara tahunan.
Acara yang dilakukan oleh BLIA YAD Indonesia untuk para muda – mudi yang diselenggarakan satu tahun sekali, yaitu :
- Independence Day.
Acara yang dilakukan oleh BLIA YAD Indonesia dalam rangka
memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang
diselenggarakan di Vihara Dharma Shanti Berastagi.
- Harmonize Camp.
Setiap orang mendambakan keharmonisan, mendambakan
kebahagiaan dan bekerja keras untuk mencari kebahagiaan
dalam kehidupan ini. Bukanlah hal yang tidak mungkin
mendapatkan kebahagiaan, kebahagiaan sebenarnya adalah
kebahagiaan dalam berbagi, kebahagiaan memberi. Harmonize Camp menunjukkan kepada kita apa itu kebahagiaan dalam harmonisasi, kebahagiaan sesungguhnya yang bahkan tidak bisa
dinilai dengan materi.
- Old and New Party.
Dalam rangka menyambut tahun baru yang penuh impian,
BLIA YAD Indonesia mengadakan acara Old and New Party dengan puncak acara Outstanding Fireworks. Acara ini diadakan
pada akhir bulan Desember.
- TaMaRin.
“Serve all the mankind” adalah tema acara TaMaRin, yang diadakan pada libur hari raya Idul Fitri setiap tahunnya. Diadakan
di Vihara Dharma Shanti Berastagi, muda – mudi menyediakan berbagai macam menu vegetarian (food bazaar) untuk dicicipi
pengunjung vihara.
- Wishing Candle.
Acara pemberkahan bagi muda – mudi, khususnya bagi mereka yang akan menghadapi ujian. Para peserta berdoa
bersama agar dapat melewati ujian dengan sukses, baik itu ujian
akademis, maupun ujian kehidupan. Selain itu, BLIA YAD
Indonesia juga menghadirkan pembicara spektakuler untuk
berbagi pengalaman kepada para peserta.
- Dharma Tour.
Dharma yang nan indah dan maha sempurna, tidak akan bisa
habis untuk dipelajari oleh kita hanya dalam satu kehidupan.
Jalan menuju pencerahan memang tidak mudah, tetapi kita bisa
memuliakannya dengan satu langkah kecil untuk menempuh
perjalanan yang nan jauh ini. Dharma Tour merupakan perwujudan dari penerapan sederhana dari Dharma, bagaimana
kita berbuat dan bersikap sesuai Dharma. Yang terpenting adalah
bagaimana kita bisa menerapkan Dharma dalam kehidupan kita.
2.2.3. Meditasi
Salah satu ajaran Buddha yang sangat mendasar adalah meditasi. Kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samādhi). Meditasi adalah pemusatan pikiran, dinamakan juga konsentrasi. “Memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut semadi.” Tentunya pikiran yang baik atau bersih. Sebagai metode atau cara, dalam bahasa Pāli disebut bhāvanā, artinya “pengembangan batin.”
sebab itu, samatha bhāvanā sering disebut sebagai meditasi ketenangan. Vipassanā bhāvanā adalah meditasi untuk mencapai pencerahan atau kebijaksanaan, jadi sering disebut sebagai meditasi pandangan terang atau
cerah.
Meskipun meditasi menjadi salah satu ciri khas ajaran Buddha, tetapi
meditasi sebenarnya bukan hanya monopoli umat Buddha semata. Dewasa
ini sudah banyak sekali orang – orang di luar lingkungan Buddhis yang belajar meditasi. Semua orang, apapun agama yang dianutnya, asalkan
mempraktikkan meditasi dengan tujuan dan langkah – langkah yang tepat, akan memetik manfaatnya.
Mengapa meditasi dapat dilakukan oleh semua orang, bahkan yang
bukan beragama Buddha? Bukankah meditasi adalah ajaran Buddha?
Benar, meditasi memang adalah salah satu unsur jalan pencerahan yang
diajarkan Buddha, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa sesungguhnya ajaran
Buddha itu sifatnya sangat universal. Jadi dapat dijalani oleh siapa saja, dan
hasilnya dapat dituai oleh siapa saja.
Mengapa Bermeditasi ?3
Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam
hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari ketenangan batin dan
keselarasan hidup. Tidak sedikit di antara mereka berusaha mencarinya,
walau mungkin mereka tidak mengetahui dengan jelas apa yang hendak
dicarinya, atau mungkin cara mendapatkannya.
Mereka sering merasa bingung, merasa banyak menjumpai
kekacauan dan kekalutan batin. Mereka diserang oleh bermacam-macam
perasaan yang tidak memuaskan atau yang kurang menyenangkan hatinya.
Secara singkat mereka ini tidak mendapatkan ketenangan dan
kesejahteraan dalam batinnya.
3
Kebanyakan mereka ini kemudian menempuh cara yang salah untuk
mendapatkan ketenangan batin dan keselarasan hidup ini. Mereka
cenderung melihat dan mencari di luar dirinya sendiri. Akibatnya, dunia ini
merupakan sumber semua kegelisahan.
Mereka mencari penyelesaian persoalannya dalam keluarganya, di
dalam pekerjaannya,atau di dalam pergaulan dan sebagainya. Mereka
beranggapan kalau dapat mengubah keadaan sekelilingnya, mereka akan
menjadi tenang dan bahagia.
Sekarang sudah banyak dijumpai orang yang telah menyadari
kenyataan dan berpaling, yaitu menunjukkan perhatiannya kepada sumber
yang sebenarnya dari kebahagiaan dan kegelisahan, ialah PIKIRANNYA SENDIRI. Menunjukkan perhatian ke dalam diri sendiri, dalam pikirannya sendiri, inilah yang dinamakan dengan meditasi.
Dewasa ini meditasi telah banyak dipraktekkan oleh orang-orang dari
berbagai bangsa dan agama. Mengapa demikian? Karena kerja pikiran itu
tanpa memakai corak bangsa atau agama tertentu. Jadi tugas meditasi
adalah untuk mengerti atau menghayati sifat pikiran di dalam kehidupan
sehari-hari.
Pikiran adalah kunci kebahagiaan, sebaliknya juga merupakan
sumber penderitaan / malapetaka.
Untuk mengetahui dan mengerti perihal pikiran dan
menggunakannya dengan seksama tidaklah hubungannya dengan agama.
Jadi meditasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang tanpa menghiraukan
Kesalahpahaman Tentang Meditasi4
Ada banyak sekali kesalahpahaman terhadap meditasi. Beberapa di
antaranya yaitu :
- Meditasi adalah mengosongkan pikiran.
Banyak orang yang keliru mengatakan bahwa meditasi adalah
mengosongkan pikiran, lalu mereka melakukan meditasi dengan cara
berusaha mengosongkan pikiran, tidak memikirkan apapun. Hal ini
sungguh keliru dan tidak akan membuahkan hasil apapun. Pikiran tidak
mungkin dapat dikosongkan.
- Meditasi bertujuan menjadi orang sakti.
Memang benar seseorang yang melaksanakan meditasi ketenangan
bisa mendapatkan kekuatan batin tertentu. Akan tetapi, kalau kesaktian
dijadikan tujuan untuk berlatih meditasi, maka meditasi tersebut menjadi
salah.
- Meditasi sangat berbahaya.
Tidak ada bahaya apapun yang ditimbulkan oleh meditasi karena
meditasi sesungguhnya hanyalah berlatih mengarahkan pikiran menjadi
lebih tenang dan terkosentrasi pada apa yang sedang dikerjakan.
Meditasi hanya akan menjadi bahaya apabila orang yang melaksanakan
tidak mempunyai tujuan yang benar, misalnya ingin melarikan diri dari
masalah kehidupan yang tengah dihadapinya atau mencari pengalaman
gaib dan kesaktian tertentu. Jadi jangan pernah takut untuk berlatih
meditasi. Belajarlah dari guru – guru meditasi dan berkonsultasi dengannya. Tidak cukup hanya belajar dari buku – buku meditasi saja. - Meditasi adalah pekerjaan para biarawan dan orang suci.
Semua orang tanpa kecuali bisa berlatih meditasi demi
kebahagiaanya. Bahkan anak – anak juga bisa. Meditasi tidak terbatas untuk orang tertentu saja.
4
Objek Meditasi5
Cara melakukan meditasi ketenangan adalah dengan memusatkan
pikiran pada satu objek. Secara pelan – pelan seorang meditator (orang yang berlatih meditasi) memusatkan objek pikiran pada objek meditasi yang
dipilihnya untuk kemudian merenungkan atau menyadari objek tersebut.
Objek meditasi adalah sesuatu yang menjadi sasaran atau pusat
pemikiran atau perenungan kita selama meditasi. Kitab Visuddhimagga
menyebutkan ada 40 macam objek meditasi yang membahas pokok- pokok
objek yang digunakan dalam meditasi ketenangan. Keempat puluh objek itu
dikelompokkan dalam 7 kategori, yaitu :
1. 10 wujud benda (kasina).
- Pathavi kasina = wujud tanah.
- Apo kasina = wujud air.
- Teja kasina = wujud api.
- Vayo kasina = wujud udara atau angin.
- Nila kasina = wujud wana biru.
- Pita kasina = wujud warna kuning.
- Lohita kasina = wujud warna merah.
- Odata kasina = wujud warna putih.
- Aloka kasina = wujud cahaya.
- Akasa kasina = wujud ruangan terbatas.
Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau
segumpal tanah yang dibulatkan. Dalam kasina air, dapat dipakai
sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember. Dalam kasina api,
dapat dipakai api yang menyala yang di depannya diletakkan seng yang
berlobang. Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yang berhembus di
pohon – pohon atau badan. Dalam kasina warna, dapat dipakai benda – benda seperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang
berwarna biru, kuning, merah, atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat
dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding atau di
lantai melalui jendela dan lainnya. Dalam kasina ruangan terbatas, dapat
5
dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas – batas di sekelilingnya seperti drum dan lainnya. Disini, mula – mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yang berwarna biru misalnya.
Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, orang harus
berjuang agar pikirannya tetap berjaga – jaga, waspada, dan sadar. Sementara itu, benda – benda di sekeliling bulatan tersebut seolah – olah lenyap, dan bulatan tersebut kelihatan menjadi makin semu dan
akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini, walaupun mata dibuka
atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya,
yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.
2. 10 wujud kekotoran (asubha).
- Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak.
- Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan.
- Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah.
- Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya.
- Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti
binatang-binatang.
- Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur.
- Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur.
- Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah.
- Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung.
- Atthika = wujud tengkorak.
Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan
sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan ke dalam lubang
kuburan, membengkak, membiru, bernanah, terbelah di tengahnya,
dikoyak – koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan
akhirnya merupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan
terhadap badannya sendiri, "Badanku ini juga mempunyai sifat – sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari". Disinilah hendaknya orang
memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yang berharga yang
telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkak
dan lain-lain.
- Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha.
- Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma.
- Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha.
- Silanussati = perenungan terhadap sila.
- Caganussati = perenungan terhadap kebajikan.
- Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk
agung atau para dewa.
- Marananussati = perenungan terhadap kematian.
- Kayagatanussati = perenungan terhadap badan jasmani.
- Anapananussati = perenungan terhadap pernapasan.
- Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirvana.
Dala