• Tidak ada hasil yang ditemukan

Xiang Shan Meditation Center (Healing Architecture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Xiang Shan Meditation Center (Healing Architecture)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sasanaputra, 2007, Budi Pekerti dan HAM dalam Pendidikan Agama Buddha, Jakarta, Mandiri Publication House

http://buddhaschool.blogspot.com/2011/04/40-objek-samatha-meditasi.html, diakses

tanggal 23 Januari 2014

http://bhalanetra.wordpress.com/meditasi, diakses tanggal 23 Januari 2014

http://artikelbuddhis.blogspot.com/2011/03/cara-bermeditasi.html, diakses tanggal

23 Januari 2014

https://www.samueliinstitute.org/File%20Library/Knowledge%20Center/Publications/

Sweitzer-Gilpin-and-Frampton.pdf, diakses tanggal 3 Maret 2014

http://www.researchgate.net/profile/David_Krieger/publication/236156711_Architect

ure_as_Interface_-_Healing_Architecture_for_ePatients._In_Healing_Architecture.

_Hrsg._Nickl-Weller._2013/links/004635167f2d9617ef000000, diakses tanggal 3

Maret 2014

Undangan Pattidana Awareness Meditation Centre

BLIA YAD Indonesia, Our Story, Medan, 2013

http://www.java.dhamma.org/Photos/DhammaJava2011/index.html, diakses tanggal

23 Januari 2014

http://www.nba.fi/fi/File/410/nomination-of-paimio-hospital.pdf, diakses tanggal 3

Maret 2014

http://dalspace.library.dal.ca/handle/10222/15319, diakses tanggal 3 Maret 2014

(2)

Neufert, Ernst, Data Arsitek II, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993

De Chiara, Joseph; Panero, Julius & Zelnik, Martin : Time Saver Standards for Interior Design & Space Planning

Boyd D, 2010, Making Sense of Privacy and Publicy, Texas

Gladwell M, 2000, The Tipping Point: How Little Things Make a Big Difference, Little

Brown

Locke Ch, dkk., 2000, The Cluetrain Manifesto: The End of Business as Usual, Perseus Books

Lawson B, Phiri M, 2000, Hospital design: Room for improvement

Page A, 2004, Keeping Patients Safe: Transforming the Work Environment of Nurses, Washington

Redd WH, dkk., 1994, Fragrance administration to reduce anxiety during MR imaging

Grumet G, 1993, Pandemonium in the modern hospital

Kuivalainen L, dkk., 1998, Sleep disturbances affecting hospital patients

Bayo MV, dkk., 1995, Noise levels in an urban hospital and workers’ subjective responses

Yinnon AM, dkk., 1992, Quality of sleep in the medical department

Closs SJ, 1998, Study of Sleep on Surgical Wards, Edinburgh

(3)

Orians GH, Heerwagen JH, 1992, Evolved responses to landscapes, New York

Parsons R, 1991, The potential influences of environmental perception on human health

Smith MJ, 1986, Human-environment process

Stolwijk JAJ, 1990, Shelter and indoor air

Terman M, dkk., 1995, Light treatment for sleep disorders

Boivin DB, 2000, Influence of sleep-wake and circadian rhythm disturbances in psychiatric disorders

Zilber S, 1993, Review of health effects of indoor lighting

Beauchemin KM, Hays P, 1996, Sunny hospital rooms expedite recovery from severe and refractory depressions

Barss P, Comfort K, 1985, Ward design and neonatal jaundice in the tropics

Arneill B, Frasca-Beaulieu K, 2003, Healing environments: architecture and design conducive to health, San Fransisco

Ulrich RS, 1984, Benefits of nature: View from a hospital bed

Ulrich R, Gilpin L, 2003, Healing arts and nutrition for the soul, San Fransisco

Wilson LM, 1972, Intensive care delirium: The effect of outside deprivation in a windowless unit

Cooper-Marus C, 2000, Gardens and health, Stockholm

(4)

Lohr VI, Pearson-Mims CH, 1996, Impact of interior plants on human stress and productivity

Lohr VI, Pearson-Mims CH, 2000, Physical discomfort may be reduced in the presence of interior plants

Ulrich RS, 1991, Effects of health facility interior design on wellness, New York

Aldridge D, 2003, The therapeutic effects of music, Edinburgh

(5)

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema

1. Menurut Schweitzer dkk. (2004) dalam The Journal Of Alternative And Complementary Medicine.

Beberapa elemen lingkungan fisik yang dianggap, diteliti, dan

diidentifikasi sebagai elemen yang penting dalam suatu healing environment

yaitu :

a. Personal space (ruang pribadi).

Single-bed rooms lebih dianjurkan untuk komunikasi yang lebih baik dengan staff, meminimalisir transfer akibat konflik teman sekamar, menurunkan gangguan pengobatan dan infeksi, dan

memberikan kenyamanan bagi keluarga (Page, A : 2004). Pasien

ortopedik dan psikiatrik yang dirawat pada single rooms merasa lebih

puas dengan perawatan terhadap mereka dibandingkan dengan

yang dirawat pada kamar dengan banyak tempat tidur (Lawson, B.,

Phiri M : 2000).

b. Lingkungan sensori.

- Penciuman.

Aroma yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan

darah, memperlambat pernapasan, dan menurunkan tingkat

persepsi terhdap rasa sakit. Sebaliknya, bebauan yang tidak

enak dapat menstimulasi rasa gelisah, takut, dan stress

(Redd,WH dkk. : 1994).

- Suara / kebisingan.

Kebisingan merupakan karakteristik lingkungan negatif

pada rumah sakit yang dapat meningkatkan persepsi

terhadap rasa sakit dan penggunaan obat penghilang rasa

sakit, gangguan tidur, dan dapat menyebabkan pasien

bingung dan kehilangan orientasi. Kebisingan bahkan dapat

berpengaruh terhadap lamanya pasien dirawat di rumah sakit

(Grumet, G :1993). Pasien sering mengeluhkan merka sulit

(6)

kebisingan yang ada (Kuivalainen, L et al. : 1998), (Bayo Mvet

al. :1995). Beberapa penemuan mengemukakan bahwa

kebisingan dapat mengganggu upaya pemulihan dengan

gangguan tidur, kualitas tidur yang semakin memburuk,

meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, serta

mengurangi kepuasan pasien (Yinnon, AM dkk. :1992).

Lingkungan yang bising dapat mengakibatkan orang menjadi

lupa diri, kurang berhati-hati, tanggap dan mengerti, serta

tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dan tidak mampu

menemukan tujuan atau solisi sederhana atas sebuah

permasalahan (Grumet, G :1993).

- Temperatur.

Sebuah survei mengidentifikasi bahwa temperatur

memiliki hubungan dengan kesehatan. Temperatur yang tidak

tepat dapat mengakibatkan gangguan tidur (Closs, SJ : 1998).

c. Kompleksitas lingkungan.

Sebuah variasi dari lingkungan termal dapat berguna untuk mood

dan fungsi kerja. (Heschong, L : 1990). Variasi sensori pada berbagai

kondisi di antara ruang-ruang yang ada sangat diminati oleh para

pengguna ruang(Orians, GH, Heerwagen, JH : 1992). Variasi ruang

dan sensori dalam sebuah bangunan penting untuk fungsi emosional

dan kognitif dan dapat berpengaruh terhadap fungsi sistem imun

(Parsons, R : 1991). Smith menemukan bahwa pasien dapat

beristirahat dengan baik pada lingkungan rumah sakit yang memiliki

variasi ola auditori seperti musik atau cerita dibandingkan dengan

kesunyian yang tidak pasti (Smith, MJ : 1986).

d. Udara segar dan ventilasi.

Ahli di bidang efisiensi energi bangunan dan desain berkelanjutan

menyebutkan bahwa ventilasi alami dapat meningkatkan efisiensi

energi bangunan. EPA memperkirakan bahwa polusi udara dalam

ruangan adalah salah satu dari lima dampak buruk lingkungan bagi

kesehatan publik. Lebih jauh, EPA menyatakan bahwa polutan udara

dalam ruangan dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, san

(7)

kerusakan hati, ginjal, dan sistem saraf pusat. Udara dalam ruangan

juga mengandung lebih banyak polutan dan sering dalam konsentrasi

yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di luar ruangan.

(Stolwijk,JAJ : 1990).

e. Pencahayaan (alami dan buatan).

Pemaparan cahaya berpengaruh terhadap produksi melatonin di

dalam otak yang mempengaruhi pola tidur manusia (Terman, M dkk.

: 1995). Selama 30 tahun terakhir, gangguan tidur ditemukan sebagai

akibat dari depresi dan rat-rata 50-60% pasien dengan depresi

mengalami gangguan tidur (Boivin, DB : 2000).

Perbedaan antara cahaya alami dan buatan cukup signifikan,

termasuk tingkat iluminasi, keseragaman dan penyebaran

cahayanya, ragam waktu, warna, dan jumlah radiasi ultraviolet

(Zilber, S : 1993).

Pentingnya cahaya matahari untuk proses healing telah diteliti.

Pasien depresi di unit psikiatrik lebih cepat pulih dengan cahaya yang

lebih terang (Beauchemin, KM., Hays, P : 1996).Pemulihan bagi

mereka yang terkena penyakit kuning di salah satu rumah sakit

daerah tropis mengalami peningkatan dari 0.5 % ke 17% ketika

cahaya matahari dikurangi lewat penggunaan exterior awning (Barss,

P., Comfort ,K : 1985). Pencahayaan dalam ruangan yang tidak

ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbgai masalah seperti

masalah penglihatan, lelah mata dan sakit kepala, hilangnya

konsentrasi khususnya pada orang yang sudah tua (Arneill, B.,

Frasca-Beaulieu, K : 2003).

f. Warna.

Penggunaan warna dapat mempengaruhi penanganan atas

stress, insomnia, kelellahan, sakit kepala, dan depresi.

g. Pemandangan alam.

Distraksi positif adalah kondisi sosial-lingkungan yang ditandai

(8)

kepuasan yang lebih tinggi terhadap perawatan, dan pengurangan

penggunaan analgesik pada pasien solesistomik dibandingkan

dengan pasien dengan view yang terhalang (Ulrich, RS :1984). Ulrich

menyebutkan, kurangnya jendela dapat mengurangi stimulasi positif

dan meningkatkan efek negatif seperti kehilangan daya sensori

(Ulrich, RS : 1991). Ia juga telah menemukan bahwa pemandangan

alam dapat mengurangi kegelisahan dan rasa sakit serta memiliki

efek restoratif pada pasien maupun staff seperti peningkatan mood, tekanan darah lebih rendah, dan memperlambat detak jantung

(Ulrich, R., Gilpin, L : 2003). Menyediakan akses terhadap alam

kepada pasien, staff, dan keluarga, dengan menyediakaan kebun outdoor dan indoor, view alam lewat jendela, dan berbagai artwork tentang alam, dapat menghilangkan stress (Wilson, LM : 1972).

h. Mengalami alam.

Efek healing dari mengalami alam ini telah diteliti dapat menurunkan tingkat stress dan tegang otot (Cooper-Marus, C : 2000). Bangunan dengan karakterisitk alam dan fitur visual seperti

cahaya alami, pemandangan alam dan tanaman indoor sangat disenangi oleh para pekerja (Orians, GH., Heerwagen, JH :1992) .

Tanaman di dalam ruangan juga telah terbukti meningkatkan efisiensi

kerja, memusatkan perhatian pada pekerjaan, menurunkan tingkat

stress dan tekanan darah, serta mengurangi ketidaknyamanan fisik (Lohr, VI., Pearson-Mims, CH : 1996), (Lohr, VI., Pearson-Mims, CH :

2000).

i. Seni, estetika, dan hiburan.

Ketiga hal tersebut dapat menurunkan tingkat stress dan gelisah,

meningkatkan daya restorasi tehadap stress, dan mood.

j. Karya seni.

Pasien yang memiliki visual akan karya seni tentang alam lebih

tenang dan tidak membutuhkan dosis obat yang tinggi (Ulrich, RS :

1991).

k. Musik.

(9)

jantung, mengurangi kegelisahan dan asupan anestesi (Aldridge, D :

2003).

l. Distraksi positif : humor dan hiburan.

Tertawa memiliki manfaat yang baik bagi proses pemulihn,

kerena dapat meningkatkan optimisme, sosialisasi dan kerjasama

bagi pasien, den mengurangi ketergantungan akan alat-alat medis

dan pengobatan (Fry, WF : 1992).

2. Menurut Belliger dan Krieger (2013) dalam artikel Architecture as Interface

Healing Architecture for ePatients.

Visi dari sebuah Healing Architecture meminta kita memperluas arti dari kedua kata tersebut melampaui tradisional dan di satu sisi sering

mempersempit definisi-definisi konstruksi fungsional bangunan, serta praktik

pengobatan dan medis di sisi lainnya. Dengan batas-batas pengertian yang

sempit tersebut, healing architecture merujuk pada perencanaan, desain, dan konstruksi dari rumah sakit, klinik, pusat rehabilitasi, dan sejenisnya.

Baik arsitektur maupun perawatan kesehatan,sebagaimana mereka

dipahami, mengikutsertakan perencanaan, desain, dan konstruksi dari

seluruh ekosistem di mana tidak hanya diagnosis, terapi, dan rehabilitasi

yang terjadi, tetapi juga kesehatan dan kualitas hidup yang terpelihara

termasuk di dalamnya melampaui campur tangan pengobatan.

Kesehatan sebagai pemahaman yang lebih luas dari kesejahteraan

bukanlah konsep yang terbatas pada dunia medis, tapi berhubungan dengan

lingkungan yang mencakup siklus kehidupan manusia. Inilah salah satu

kebenaran arsitektur. Dalam pengertian aslinya, arsitektur selalu lebih dari

konstruksi fungsional; arsitektur termasuk estetika dan dimensi simbolis

yang mewakili dunia sosial manusia secara spesifik dan makna budaya.

Lingkungan di mana arsitektur dan kesehatan ada, tidak pernah hanya

berupa alam dan fisik, tetapi juga budaya, sosial, dan teknologi.

Sebuah Healing Architecture harus berdasarkan pada tidak hanya efek kesehatan dari material bangunan, organisasi spasial, warna, cahaya,

kebisingan, bebauan, dan udara, tapi juga pada informasi arsitektural,

(10)

Konsep Healing Achitecture yang diperluas tidak hanya merujuk pada arsitektur fisik, seperti desain rumah sakit dan pusat rehabilitasi, tapi

juga arsitektur sosial dan informasional, desain ekosistem dan fisik

terintegrasi yang dapat medukung kesehatan sehubungan dengan aksi

kerjasama, aliran informasi, dan komunikasi.

3.2. Interpretasi Tema

Berdasarkan teori – teori dari Healing Architecture yang telah dipelajari, dapat disimpulkan bahwa Healing Architecture merupakan arsitektur yang memfokuskan diri pada perencanaan dan desain lingkungan

binaan yang mengusahakan tercapainya suatu keseimbangan tubuh, pikiran,

roh, dan jiwa dalam diri manusia yang dikorelasikan dengan lingkungannya,

baik lingkungan fisik (kekuatan yang ada pada alam) maupun lingkungan

sosialnya. Healing Architecture juga merujuk pada spiritualitas alam dan manusianya, serta pasien sebagai manusia, bukan sebagai tubuh semata

sehingga orientasi dan ketanggapan perancangan terhadap alam memiliki

peranan penting dalam mencapai suatu kondisi lingkungan binaan yang

memulihkan (healing).

3.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Judul proyek “Xiang Shan Meditation Center” merupakan salah satu

tempat yang berupaya untuk memulihkan kembali pikiran, spiritualitas, dan

perasaan yang telah terganggu serta mengembalikan anggapan yang baik

tentang dirinya sendiri serta lingkungan fisik dan sosialnya (kepercayaan

diri). Untuk itu, diperlukan pendekatan yang tepat dalam perancangannya

dengan lingkup batas tertentu yang dapat mendukung proses pemulihan dan

mewujudkan suatu bentuk akhir dari pemulihan tersebut. Pendekatan

tersebut berupa Healing Architecture yang akan menjadi tema dalam

perancangan “Xiang Shan Meditation Center” ini. Healing Architecture dapat

membantu mewujudkan tujuan dari pusat meidtasi ini dengan berbagai

aspek konsentrasi tentang sinergi alam dan manusia dalam perancangan

(11)

3.4. Studi Banding Tema Sejenis

3.4.1. Paimio Sanatorium, Paimio, Finlandia12

Bangunan yang didesain Alvar Aalto ini dikelilingi oleh hutan dan

memiliki asupan udara kering yang segar dan cahaya matahari seperti yang

terlihat pada Gambar 3.1.

Paimio menantang norma – norma pada saat konsep model

pencakar langit mendominasi desain rumah sakit. Desainnya terdiri dari

serangkaian pavilion yang terhubung ke gedung administrasi utama. Kamar

pasien dan teras disusun secara linear dalam bangunan 6 lantai.

Alvar Aalto, sang arsitek, sangat berhati-hati dengan desain Paimio

ini. Kamar dilengkapi dengan lemari tanam pribadi dan non-splash washbasin. Peetakan lampu disesuaikan dengan garis pandangan pasien dan ceiling diberi warna hijau tenang untuk mencegah silau seperti yang terlihat pada Gambar 3.2.

12

http://www.nba.fi/fi/File/410/nomination-of-paimio-hospital.pdf

Gambar 3.1. Suasana Eksterior Paimio Sanatorium

(12)

Aalto mendesain jendela, orientasi view, letak dan ukuran bukaan, dan intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamar pasien dengan sangat

berhati-hati. Setiap lantai dilengkapi dengan teras yang memiliki panel plafon

dengan radiasi panas sehingga pasien dapa tinggal dengan nyaman selama

musim salju. Ruang luar, termasuk teras atap dan kebun, tersedia untuk

pasien maupun staff untuk membentuk atmosfir komunal bagi mereka, karena pasien dengan tuberkulosis akan tinggal selama berbulan-bulan. Di

sanatorium ini juga tersedia fasilitas komunal seperti kapel, seperti halnya

perumahan staff, dan rute untuk berjalan-jalan menyusuri lansekap hutan sekitar seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.2. Lemari Tanam Pribadi dan Non-splash Washbasin

(13)

Letaknya yang di tengah hutan membuat Paimio Sanatorium ini memiliki view alam yang sangat menyenangkan. Sanatorium ini memanfaatkan dan mengarahkan cahaya alami untuk masuk ke dalam

bangunan sebagai usaha yang penting dalam helioterapi pada sebuah

wilayah selatan. Perhatian penting ditujukan pada desain jendela, orientasi

pandangan, ukuran dan penempatan bukaan, pelaksanaan teknis, dan

jumlah cahaya matahari yang memasuki kamar pasien. Jendelanya berdaun

dua dan dilengkapi dengan elemen penghangat dan pengering udara. Gambar 3.3. Block Plan Paimio Sanatorium

(14)

3.4.2. Municipal Orphanage, Amsterdam13

Panti asuhan ini dirancang oleh Aldo Van Eyck pada tahun 1954,

mewadahi anak-anak yatim atau dari keluarga broken home dengan rentang

usia 4-20 tahun dengan kapasitas 125 orang. Perancangan ini memiliki

didedikasikan untuk mengatasi pengalaman buruk yang dialami setelah

Perang Dunia Kedua yang berakibat banyak anak-anak kehilangan

orangtuanya.

Direktur panti asuhan Frans van Meurs sangat bersemangat dalam

mendeskripsikan tentang persyaratan – persyaratan bangunan yang

dibutuhkan kepada arsitek. Ia menyatakan keinginannya untuk

memindahkan anak – anak yatim pergi dari hiruk pikuk kota ke sebuah dunia

yang ideal dan kecil yang bermandikan udara yang sehat, sinar matahari

dan hijau. Dan menawarkan penjelasan rinci tentang pola hidup yang akan ditempati. “ Rumah kami harus menjadi rumah yang ramah dalam segala hal, baik di dalam dan di luar. Ini harus menjadi rumah untuk anak – anak

dalam jangka waktu pendek atau lama yang akan tidak tinggal bersama

orang tua mereka, yang akan merindukan rumah mereka. Saat mendekati

rumah kita, anak – anak harus memasukinya dengan senang hati,

penampilan luarnya harus mencairkan keramahan, memanggil anak,

sebagaimana adanya, untuk masuk.” (Strauven 1996, 5).

Aldo van Eyck, dibesarkan sebagai anak yatim sendiri, mengambil

tugas ini. Dia merancang tempat untuk anak – anak untuk hidup di

masyarakat. Area tidur dan tinggal dipisahkan menurut usia dan

dihubungkan oleh jalan-jalan interior. Rumah bermain, theater boneka, sudut

untuk duduk, ceruk baca, kolam pasir, kolam dayung anak-anak ditemukan

di lingkungan ini. Penataannya memberikan ketertarikan tersendiri bagi

anak-anak. Elemen-elemen ini diorganisasikan dalam pola polisentris (lihat

Gambar 3.4). Kompleksitas lingkungan yang tercipta pada bangunan ini

memberikan efek yang baik bagi fungsi emosional, kognitif, dan sistem imun

anak.

13

(15)

Gambar 3.4. Block Plan Municipal Orphanage

(16)

Van Eyck mendesain setiap ruang interior agar dapat merespon

mobilitas di dalam ruang dan dapat berkomunikasi dengan ruang luar secara

individual. Konsep utamanya adalah menciptakan suatu lingkungan rumah

yang memilki atmosfir jalanan di luarnya, karena jalanan dianggapnya dapat

menciptakan vitalitas sosial (lihat Gambar 3.5). Hal ini membuat panti

asuhan ini seperti kota kecil sehingga membuat anak-anak tidak merasa

kehilangan kota dan rumah yang dicintainya.

Cahaya alami yang cukup dan suasana alamiah menyediakan

lapangan bermain yang bebas dan tenang dapat membantu anak-anak

untuk pulih dari rasa traumanya akan perang yang baru terjadi, sebab

pencahayaan alami merupakan faktor penting dalam proses pemulihan

seperti yang terlihat pada Gambar 3.6.

(17)

Aldo van Eyck mendemonstrasikan pemahaman yang mendalam

atas dunia yang dibentuk oleh anak-anak. Perhatiannya yang dipusatkan

pada kebutuhan anak-anak memungkinkan ia menghasilkan sebuah

bangunan yang lebih dari sekedar panti asuhan, seperti sebuah kota

berskala kecil, sebuah tempat tinggal sebuah komunitas berskalakan

anak-anak.

Aldo van Eyck sendiri menggunakan potensi alam yang ada untuk

transformasi ruang, seperti bentuk lingkaran di kolam pasir dijadikan

pengumpul air hujan, kolam reflektif dijadikan mainan baru bagi anak-anak

yang merupakan artwork tentang alam yang dapat memberikan ketenangan

seperti yang terlihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.6. Ruangan dengan Suasana Alami Sumber : dalspace.library.dal.ca/handle/10222/15319

(18)

Demikian juga 12 lampu atap yang dapat memantulkan

lingkaran-lingkaran cahaya yang dapat bergerak-gerak di ruang bermain indoor dan memberikan warna yang dapat menangani tingkat stress, kelelahan, dan depresi seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.

(19)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Eksisting

4.1.1. Analisa Lokasi

Lokasi proyek yang dipilih sebagai lokasi proyek “Xiang Shan Meditation Center “ terletak di Jalan Mimpin Tua, di depan Vihara Dharma Shanti Berastagi. Peta lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan

Sebelumnya, site ini merupakan lapangan futsal, lapangan basket,

dan area parkir. Di belakang (arah utara) merupakan tanah yang konturnya

tidak datar. Pada saat hujan, area belakang sering banjir dan longsor

sehingga membuat tanahnya rusak. Maka tanah tersebut pun ditimbun

hingga memberikan elevasi ketinggian 1 meter dari permukaan tanah area

parkir.

(20)

- Lokasi Tapak : Jln. Mimpin Tua, Berastagi

- Luas Lahan : ± 1,2 Ha

- Kontur : Relatif datar

- Fungsi Eksisting :

a) Lahan kosong.

b) Tempat parkir.

- Batas Tapak :

a) Batas Utara : Areal hijau

b) Batas Timur : Areal hijau dan masjid (di atas lereng)

c) Batas Selatan : Permukiman penduduk dan villa

d) Batas Barat : Vihara Dharma Shanti

Batas – batas dari site dapat dilihat pada Gambar 4.2.

(21)

4.1.3. Analisa Sirkulasi dan Pencapaian

Pencapaian ke dalam site hanya dapat dicapai dengan satu jalur,

yaitu dari jalur utama Medan – Berastagi lalu belok ke kanan yang merupakan Jalan Mimpin Tua. Jalur dari dan menuju ke dalam site (Jalan

Mimpin Tua) adalah jalan 2 arah dengan lebar jalan ± 8 meter.

Pada jalur dengan kepadatan paling tinggi berada pada jalur utama

balik itu dari arah Medan maupun yang ke arah Berastagi. Pada jalur dengan

kepadatan sedang, area tersebut terdapat area permukiman penduduk dan

terdapat 3 villa pada jalur tersebut, sehingga akses kendaraan yang masuk

ke daerah tersebut lumayan banyak. Pada jalur dengan kepadatan rendah,

daerah ini terdapat ladang penduduk, permukiman penduduk yang tidak

terlalu banyak, dan areal hijau.

(22)

4.1.4. Analisa View

View ke arah utara sangat bagus karena area ini masih tergolong area yang hijau dan masih merupakan hutan dan ladang penduduk.

View ke arah timur sangat bagus karena area ini juga terdapat area hijau dan jika dilihat dari vihara, akan terlihat satu barisan perbukitan yang indah.

View ke arah barat merupakan vihara itu sendiri dan tergolong bagus, karena desain vihara ini sangat bagus.

View ke arah selatan kurang menarik karena berbatasan dengan permukiman penduduk dan merupakan akses masuk menuju site. Akan tetapi,

area ini masih tergolong hijau dan permukiman penduduk juga tidak terlalu

rapat.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.

4.1.5. Analisa Vegetasi, Matahari, dan Angin

Untuk vegetasi pada site ini terdapat di arah timur, utara, dan di

sebelah barat (kebun sayur).

Bentuk site memanjang dan menghadap utara, sehingga akan lebih

baik apabila bangunan utama, yaitu aula meditasi didekatkan ke sebelah

timur dan utara agar terkena matahari pagi karena matahari pagi sangat

baik.

(23)

Arah angin pada komplek Vihara Dharma Shanti Berastagi

cenderung tidak tentu. Hal ini dikarenakan letak vihara yang berada di atas

bukit dan lahan sekitarnya masih hijau.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini.

4.1.6. Analisa Kebisingan

Pada sisi utara dan timur, memiliki tingkat kebisingan yang rendah.

Hal ini dikarenakan pada sisi ini didominasi oleh area hijau.

Pada sisi barat juga memiliki tingkat kebisingan yang sedang karena

pada sisi ini terdapat area jalan yang kadang dilalui oleh kendaraan.

Pada sisi selatan, memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi,

karena berbatasan dengan permukiman penduduk serta merupakan jalur

masuk kendaraan menuju vihara. Dimana ada anak – anak yang bermain di jalan dan aktivitas penduduk sekitar (misalnya menembak).

(24)

4.2. Analisa Fisik Bangunan

4.2.1. Bentuk dan Massa Eksisting

Eksisting dari Vihara Dharma Shanti Berastagi terdiri dari 3 lantai

dengan luas rata – rata per lantai adalah ± 2.200 m2. Pada lantai 1 terdiri dari ruang makan, ruang ridur tamu, area privat untuk Sangha. Pada lantai 2

merupakan ruang baktisala dan area privat untuk Sangha. Pada lantai 3

adalah beranda luas dan void untuk ruang baktisala. Material yang

digunakan merupakan batu alam, genteng metal, dinding bata, dan atap baja

ringan. Untuk tampak bangunan, dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.6. Analisa Kebisingan

(25)

4.2.2. Sirkulasi

Sirkulasi dalam bangunan dibagi menjadi 3 zona, yaitu :

- Zona publik.

Zona publik diperuntukkan untuk tamu / umat yang datang ke Vihara

Dharma Shanti Berastagi. Untuk zona ini, terdiri dari : Ruang makan

(lantai 1), Dharma Corner (lantai 1), dan ruang baktisala (lantai 2).

- Zona semi – publik.

Untuk zona ini diperuntukkan untuk peserta jika ada acara di Vihara

Dharma Shanti Berastagi. Misalnya acara yang diadakan oleh BLIA YAD

Indonesia. Untuk zona ini, terdiri dari ruang tidur untuk perserta yang Gambar 4.8. Tampak Belakang Vihara Dharma Shanti

Gambar 4.9. Tampak Samping Kiri Vihara Dharma Shanti

(26)

terdiri dari 10 ruangan (5 ruangan untuk pria dan 5 ruangan untuk

wanita) dengan total dapat menampung sekitar ± 160 orang.

- Zona privat.

Zona privat merupakan area yang tidak boleh diakses oleh pengunjung

maupun peserta acara di Vihara Dharma Shanti Berastagi. Pada zona ini

hanya khusus untuk Sangha dan pengelola Vihara Dharma Shanti

Berastagi. Ruang itu terdiri dari ruang tidur untuk Sangha dan pengelola

serta fungsi lainnya.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.11 di bawah ini.

4.2.3. Struktur

Untuk struktur dari bangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi

menggunakan sistem beton. Sedangkan untuk kedalaman pondasinya

mencapai 25 meter dari ground. Sedangkan untuk bagian atap

menggunakan genteng metal. Dan untuk lantai pada interior menggunakan

granit sedangkan untuk ruangan baktisala menggunakan wood finishing pada lantainya.

4.2.4. Utilitas

Untuk utilitas pada bangunan, tersedia tempat penampungan air

berupa drum besar. Karena lokasi dari Vihara Dharma Shanti Berastagi

letaknya jauh dari permukiman penduduk. Sehingga pada waktu liburan,

(27)

villa. Untuk instalasi listrik, Vihara Dharma Shanti Berastagi menggunakan

daya sebesar 25.000 KW untuk memenuhi kebutuhan listrik.

4.3. Analisa Kebutuhan Ruang

4.3.1. Besaran Ruang

Kebutuhan ruangan yang diperlukan oleh Xiang Shan Meditation

Center ini tidak begitu banyak. Sebab Xiang Shan Meditation Center

merupakan pusat meditasi yang terdiri dari beberapa massa bangunan.

Beberapa ruangan yang terdapat pada Xiang Shan Meditation Center ini

adalah pos jaga, gedung fasilitas pendukung (gabungan dari gerbang, area

souvenir, dan area perpustakaan), bangunan utama yang merupakan

gabungan 3 massa bangunan (aula makan, aula tidur, area kumpul yang

atasnya merupakan aula meditasi) yang dihubungkan oleh 3 jembatan.

Total luasan untuk ketiga bangunan ini sekitar ± 845,5 meter

sedangkan luasan site ini sekitar ± 1,2 hektar. Dan sisa lahan tersebut akan

digunakan untuk area taman, area prasasti, area bermain, area patung, area

kolam, area gazebo yang digunakan untuk meditasi outdoor, area refleksi,

dan lainnya yang akan disesuaikan pada saat peletakkan massa bangunan.

Untuk detail besaran ruang pada Xiang Shan Meditation Center

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tabel Besaran Ruang

Jenis Ruang Kapasitas Standar Sumber

Luas

Ruang

(m2)

Aula

Meditasi Aula Meditasi 100 orang Ø 15 m III 176,625

Aula Makan

Aula Makan

(+ Dapur &

Toilet)

100 orang Ø 15 m III 176,625

Aula Tidur Aula Tidur (+

Toilet) 100 orang

Ø 15 m x

2 aula III 353,25

Pos Jaga Pos Jaga (+

(28)

Gedung

Faslitas

Pendukung

Perpustakaan

12 orang 2 m 2

/

orang I 24

2.000 buku 100 buku /

m2 II 20

Area

Souvenir - ± 45 m

2

III 45

TOTAL 845,5

SIRKULAS 20 % 169,1

TOTAL KESELURUHAN 1014,6

Keterangan tabel :

I : Neufert Data Architect

II : Joseph de Chiara, Time Saver Standard

III : Asumsi dan Pengamatan Studi

4.3.2. Besaran Parkir

Kebutuhan parkir yang ditentukan oleh pihak Vihara Dharma Shanti

adalah ± 4 bus, ± 18 mobil, dan ± 20 sepeda motor.

- Parkir Mobil.

Dimensi parkir mobil = 3 m x 5 m = 15 m2.

Kebutuhan ruang = 18 x 15 m2 = 270 m2.

Sirkulasi 30% = 30% x 270 m2 = 81 m2.

Total luas kebutuhan parkir mobil = 351 m2.

- Parkir Sepeda Motor.

Dimensi parkir sepeda motor = 1 m x 2 m = 2 m2.

Kebutuhan ruang = 20 x 2 m2 = 40 m2.

Sirkulasi 30% = 30% x 20 m2 = 12 m2.

Total luas kebutuhan parkir sepeda motor = 52 m2.

- Parkir Bus.

Dimensi parkir bus = 5 m x 12 m = 60 m2.

Kebutuhan ruang = 4 x 60 m2 = 240 m2.

Sirkulasi 30% = 30% x 240 m2 = 72 m2.

Total luas kebutuhan parkir bus = 312 m2.

(29)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Tapak

5.1.1. Konsep Zoning dan Tata Ruang Luar

Pada Xiang Shan Meditation Center ini, tapak ini dibagi menjadi area

publik, area semi privat, dan area privat. Area publik meliputi area parkir, pos

jaga, gedung fasilitas pendukung, area refleksi, area bermain, dan area

taman. Area semi privat meliputi area kumpul dan aula makan dimana area

semi privat dan area publik dipisahkan oleh aliran air sehingga dihubungkan

oleh sebuah jembatan. Pada saat ada kegiatan retret meditasi, para

pengunjung tidak diperbolehkan melewati area jembatan tersebut sebab

akan mengganggu ketenangan para meditator. Untuk area privat merupakan

aula tidur, aula meditasi, dan area meditasi outdoor. Aula meditasi

ditempatkan di atas area kumpul agar lebih terhindar dari kebisingan suara

dari para pengunjung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.1 di

(30)

5.1.2. Konsep Entrance

Entrance menuju Xiang Shan Meditation Center ini ada 2. Yang pertama merupakan entrance yang terdapat di Jalan Mimpin Tua (sebelah selatan pada site) dimana pada entrance ini lebih diprioritaskan untuk kendaraan bermotor karena dekat dengan area parkir, dan pada sisi selatan

ini juga terdapat jalur keluar untuk kendaraan bermotor. Untuk entrance yang

kedua terletak di depan Vihara Dharma Shanti Berastagi yang terdapat

tangga dimana entrance ini juga sekaligus jalur keluar yang digunakan untuk

para pejalan kaki. Untuk akses menuju bangunan utama, hanya

diperbolehkan untuk para pengunjung apabila sedang tidak ada kegiatan

[image:30.595.72.567.101.440.2]

retret meditasi dimana entrance menuju bangunan utama merupakan sebuah jembatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.2.

(31)

5.1.3. Konsep Orientasi Bangunan

Massa bangunan utama berada di sebelah utara site sebab pada sisi

ini merupakan sisi yang lebih dekat dengan areal hijau dan merupakan area

dengan tingkat kebisingan paling rendah serta view yang bagus. Untuk

semua pintu masuk bangunan menghadap ke arah selatan sebagai sisi

depan dari bangunan agar para pengunjung dapat mengetahui langsung

akses bangunan tersebut. Bangunan fasilitas pendukung yang sekaligus

berfungsi sebagai gerbang berada di sebelah selatan site yang di depannya

terdapat area plaza agar para pengunjung dapat beristirahat sejenak

[image:31.595.86.552.99.443.2]

maupun mengambil foto – foto. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.3.

(32)
[image:32.595.132.512.102.752.2]
(33)

5.1.4. Konsep Sirkulasi

5.1.4.1. Konsep Sirkulasi Kendaraan Bermotor

Area parkir bus, mobil, dan kendaraan bermotor berada di sisi

selatan dan sisi barat site. Pada kedua sisi ini berbatasan langsung

dengan Jalan Mimpin Tua. Akan tetapi, area parkir utama terletak di

sisi selatan site sedangkan area parkir yang terdapat pada sisi barat

site merupakan area parkir di sisi jalan. Sirkulasi masuk kendaraan ke dalam site dan sirkulasi kendaraan keluar kendaraan ke luar site hanya terdapat di sisi selatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

pada Gambar 5.4.

5.1.4.2. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki

Terdapat dua area untuk pejalan kaki, yaitu pada sisi selatan

yang merupakan area parkir serta area barat yang merupakan area

tangga yang menghubungkan site dengan vihara eksisting. Pada sisi

[image:33.595.98.565.142.608.2]
(34)

mereka bisa berjalan kaki menuju area plaza yang dapat diakses dengan tangga serta ramp untuk pernyandang cacat. Pada sisi barat,

dapat diakses langsung dengan menuruni tangga dari jalan yang

berada di tengah – tengah dan vihara. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.5.

5.1.5. Konsep Tata Hijau

Pada area site terdapat banyak vegetasi yang berfungsi sebagai elemen

estetis dan juga sebagai shading atau buffer pada site. Selain di dalam site, pada sisi utara dan timur juga dikelilingi oleh areal. Pada bangunan utama,

dikelilingi oleh pohon – pohon, area taman, dan sungai kecil yang memisahkan area bangunan utama dengan area publik. Di tengah – tengah site terdapat area kolam teratai dan area taman yang dapat diakses oleh para pengunjung.

[image:34.595.92.553.190.532.2]

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.6.

(35)

5.2. Konsep Bentukan Massa

Bangunan utama pada Xiang Shan Meditation Center ini adalah

ketiga aula yang terdapat di sisi utara site, yaitu aula meditasi, aula makan,

dan aula tidur. Ketiga massa tersebut dikelilingi oleh aliran air sehingga

ketiga bangunan tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan. Bentuk

dasar bangunan merupakan lingkaran dengan maksud menghindari sudut

yang tajam yang dianggap tidak baik.

Adapun penggunaan atap bertingka agar mendapatkan cahaya yang

cukup dan udara di dalam tetap sejuk dan tidak terlalu dingin. Bangunan

vihara eksisting juga menggunakan atap bertingkat. Mengapa tiga tingkat?

Karena adanya filosofi buddhis yang mengatakan atap bertingkat yang

bagus itu adalah bilangan ganjil, yaitu 3, 5, dan seterusnya dan memiliki

[image:35.595.117.521.97.459.2]
(36)

Pada sisi dinding juga digunakan batu alam agar memiliki

[image:36.595.119.541.147.573.2]

keselarasan dengan vihara eksisting. Elemen – elemen cina juga diterapkan pada pintu bangunan tersebut. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

Gambar 5.7.

Bangunan fasilitas pendukung pada Xiang Shan Meditation Center ini

merupakan gerbang yang diapit oleh area souvenir dan area perpustakaan.

Di tengah bangunan ini terdapat moon gate yang merupakan salah satu elemen penting dalam penerapan chinese garden.

Penerapan atap bertingkat juga terdapat di sini, namun bukan

(37)

penerapan dari bentuk atap vihara eksisting sebagai penyelarasan dengan

vihara tersebut. Pada dinding juga digunakan batu alam.

Pada lantai dua, bisa diakses oleh pengunjung sehingga pengunjung

bisa menikmati view dari atas dan pada dinding lantai 2 ini juga terdapat

elemen cina di jendelanya yang berbentuk swastika. Untuk lebih jelasnya,

dapat dilihat pada Gambar 5.8.

5.3. Konsep Struktur

Konsep struktur pada Xiang Shan Meditation Center meliputi :

a) Struktur pondasi.

- Struktur bagian pondasi menggunakan dua jenis pondasi, yaitu

pondasi tiang pancang dan pondasi telapak seperti pada Gambar

[image:37.595.71.536.179.500.2]

5.9 dan Gambar 5.10.

(38)

- Pondasi tiang pancang adalah bagian dari struktur yang

digunakan untuk menerima dan mentransfer beban dari struktur

atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.

- Tiang pancang bentuknya panjang dan langsung menyalurkan

beban ke tanah yang lebih dalam.

- Bagian kolom yang menerima beban langsung dari atap akan

menggunakan pondasi tiang pancang (bangunan utama),

sedangkan bagian yang tidak langsung menerima beban dari

atap akan menggunakan pondasi telapak (bangunan fasilitas

pendukung, pos jaga, dan gazebo).

b) Dinding.

- Struktur dinding menggunakan dinding bata.

[image:38.595.192.503.100.475.2]
(39)

- Pada sisi luar dinding bangunan juga menggunakan cat tempok

dan pada area dinding di bawah jendela akan ditonjolkan dengan

menggunakan batu alam seperti pada Gambar 5.11.

c) Penutup lantai.

Penutup lantai di dalam bangunan akan menggunakan granit seperti

yang terdapat pada vihara eksisting.

d) Rangka atap.

Rangka atap menggunakan rangka atap baja ringan.

e) Penutup atap.

Penutup atap menggunakan atap genteng metal.

5.4. Konsep Utilitas

Untuk utilitas pada bangunan, tersedia tempat penampungan air

berupa drum besar yang akan didistribusikan ke bangunan – bangunan. Karena lokasi dari Vihara Dharma Shanti Berastagi letaknya jauh dari

permukiman penduduk, maka dibuat tempat penampungan air tersebut.

Selain hal itu, ada juga sebab lainnya yaitu pada saat waktu liburan, akan

kesulitan air karena pasokan air yang masuk digunakan oleh pihak villa.

Untuk pembuangan air kotor, pada akan langsung dibuang ke saluran

pembuangan.

5.4.1. Konsep Elektrikal

Sumber arus listrik pada bangunan dapat diperoleh melalui :

- Arus PLN,

[image:39.595.154.516.92.303.2]

- Generator (tenaga cadangan).

(40)

Generator terdapat di gedung vihara eksisiting sehingga tidak

menimbulkan polusi dan kebisingan untuk para meditator dan pengunjung.

Untuk instalasi listrik, Vihara Dharma Shanti Berastagi menggunakan daya

sebesar 25.000 KW untuk memenuhi kebutuhan listrik.

5.4.2. Konsep Pengkondisian Udara

Sistem pengkondisian udara yang dipakai merupakan pengkondisian

udara alami sebab site ini terletak di area gunung dan masih mendapatkan

yang sejuk dan dingin. Untuk memaksimalkan udara yang masuk, diberi

bukaan yang secukupnya agar para meditator tidak kedinginan pada malam

(41)

BAB VI

HASIL PERANCANGAN

6.1. Gambar Perancangan

Hasil gambar perancangan dari Xiang Shan Meditation Center ini berupa site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana, dan detil

dari bangunan yang ada. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada gambar berikut

(42)

6.1.1. Site Plan

[image:42.595.109.517.106.672.2]
(43)

6.1.2. Ground Plan

(44)

6.1.3. Bangunan Pendukung

Gambar 6.3. Denah Bangunan Pendukung

(45)

6.1.4. Aula Tidur

6.1.5. Aula Makan

Gambar 6.5. Denah, Tampak, dan Potongan Aula Tidur

(46)

6.1.6. Denah Lantai 1 Bangunan Utama

(47)
[image:47.595.111.527.104.690.2]

6.1.7. Denah Lantai 2 Bangunan Utama

(48)
[image:48.595.114.528.108.688.2]

6.1.8. Denah Atap Bangunan Utama

(49)
[image:49.595.128.515.106.382.2]

6.1.9. Tampak Bangunan Utama

[image:49.595.133.515.403.687.2]

Gambar 6.10. Tampak Depan dan Belakang Bangunan Utama

(50)
[image:50.595.133.523.111.386.2]

6.1.10. Rencana Pembalokan

Gambar 6.12. Rencana Pembalokan Bangunan Pendukung

[image:50.595.140.522.422.694.2]
(51)
[image:51.595.127.513.108.391.2]

6.1.11. Rencana Elektrikal

(52)
[image:52.595.121.525.109.673.2]
(53)
[image:53.595.115.527.110.693.2]

6.1.12. Rencana Sanitasi

(54)

6.1.13. Potongan Site

[image:54.595.133.522.109.699.2]

Gambar 6.17. Potongan Site A-A dan B-B

(55)
[image:55.595.137.519.93.362.2]

6.1.14. Detail

Gambar 6.19. Potongan Site E-E

[image:55.595.118.518.414.697.2]
(56)
[image:56.595.121.533.108.666.2]

6.2. Perspektif Eksterior dan Suasana

(57)

Suasana yang diambil dari pandangan mata burung dapat dilihat

[image:57.595.130.533.139.670.2]

pada Gambar 6.22 di bawah ini.

(58)

Suasana dari area tangga dapat dilihat pada Gambar 6.23 di bawah

[image:58.595.123.530.133.636.2]

ini.

(59)

Suasana area publik pada area kolam dan jembatan dapat dilihat

[image:59.595.120.513.140.413.2]

pada Gambar 6.24 di bawah ini.

(60)

6.3. Foto Maket

[image:60.595.130.540.128.644.2]

Foto maket dari Xiang Shan Meditation Center dapat dilihat pada

Gambar 6.25 di bawah ini.

(61)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Judul dan Pengertian Judul

Judul dari proyek ini adalah “Xiang Shan Meditation Center” yang merupakan pengembangan desain dari Vihara Dharma Shanti – Berastagi yang menyediakan tempat retret, tempat kursus maupun pelatihan untuk

meditasi, tempat membabarkan Dharma, sarana tambahan untuk organisasi

BLIA YAD, dan sekaligus sebagai tempat wisata. Dalam judul “Xiang Shan Meditation Center”, mengandung beberapa pengertian utama, yaitu :

a. Xiang Shan atau Xiang Shan Shi merupakan nama lain dari Vihara

Dharma Shanti yang dibangun pada akhir tahun 2001 dan diresmikan

pada tanggal 19 September 2004, yang berlokasi di Berastagi.

b. Meditation atau meditasi merupakan salah satu ajaran Buddha yang sangat mendasar. Kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samādhi). Meditasi adalah pemusatan pikiran, dinamakan juga konsentrasi. “Memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut semadi.” Tentunya pikiran yang baik atau bersih. Sebagai metode atau cara, dalam bahasa Pāli disebut bhāvanā, artinya “pengembangan batin.”

c. Center berarti pusat.

- Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan

(berbagai - bagai urusan, hal dan sebagainya) (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 1994).

- Pusat, sentral, adalah bagian penting dari sebuah kegiatan atau

organisasi.

- Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang

dikosentrasikan.

- Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi

terkumpul atau terkosentrasi.

Jadi, pengertian dari judul “Xiang Shan Meditation Center” adalah suatu tempat yang menjadi pusat dari kegiatan pelatihan meditasi maupun

(62)

2.2. Tinjauan Umum

2.2.1. Sejarah Vihara Dharma Shanti Berastagi1

Pada tahun 2001, Y. A. Ven. Cong Ru mempelopori berdirinya Vihara

Dharma Shanti Berastagi, kemudian dilanjutkan dengan acara peletakan

batu pertama oleh Y. A. Ven. Cong Ru, ketua BLIA Bapak Earlnus Chen dan

Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin. Acara ini dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Cong Ru dengan

harapan pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi akan berjalan

lancar di bawah bimbingan Y. A. Ven. Cong Ru dan ketua BLIA periode 2005 – 2008 Bapak Siswanto Thio tanpa ada halangan yang berarti.

Pembangunan Vihara Dharma Shanti Berastagi selesai pada tahun

2004. Kemudian, acara peresmian dilaksanakan pada tanggal 19 September

2004 oleh Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Drs. I. Wajan Suarjaya, M.Si. dan

Bupati Tanah Karo Bapak Sinar Perangin – Angin, serta diadakan ritual pemberkahan “Liang Huang Bao Chan” yang dipimpin oleh Y. A. Ven. Hsing Ting dan 10 bhikkhu dan bhikhhuni dari Fo Guang Shan.

Beberapa hal yang unik dan tidak boleh dilewatkan ketika

mengunjungi Vihara Dharma Shanti Berastagi :

a. 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara.

Latar belakang adanya 33 Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara

adalah sebagai salah satu tempat wisata dan tempat ibadah yang

banyak dikunjungi umat, merupakan sebuah vihara yang terletak di

daerah pegunungan dimana terdapat banyak sekali masyarakat yang

tinggal di sekitarnya. Y. A. Ven. Chueh Teng melanjutkan proyek 33

Rupang Bodhisattva Avalokiteshvara dengan harapan agar rupang

tersebut dapat melindungi vihara beserta masyarakat, serta menjadi

suatu objek wisata bagi para turis.

b. Pelita Hati.

Berdana dengan cara memasang lilin atau pelita akan

mendapatkan karma mata yang indah dan terang. Vihara Dharma Shanti

1

(63)

Berastagi memberi kesempatan kepada para umat untuk berdana

dengan cara memasang pelita yang akan diletakkan di depan altar Sang

Tri Ratna. Sebelum kita meletakkan pelita, kita berdoa kepada Sang Tri

Ratna dan kemudian meletakkan pelita di depan altar Sang Tri Ratna.

Dengan doa dan pemberian pelita yang tulis, semoga saja doa yang kita

panjatkan dapat terwujud dan kita juga akan menjalani kehidupan ini

dengan lebih baik.

c. Dharma Corner.

Jika kita ingin menyimpan kenang – kenangan dari Vihara Dharma Shanti Berastagi, di sinilah tempat yang tepat. Dharma Corner merupakan tempat dimana kita dapat menemukan berbagai souvenir khas dari Fo Guang Shan, Taiwan yang dapat kita jadikan cenderamata

untuk keluarga maupun teman – teman kita. Baik rupang Buddha dan rupang para Bodhisattva maupun berbagai bentuk souvenir dapat kita dapatkan di sini. Ini merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat

kita lakukan dan dana yang diberikan akan dipergunakan untuk

pembangunan vihara serta berbagai keperluan vihara.

d. Kartu Harapan.

Kartu harapan atau biasanya yang dikenal dengan xu yan merupakan salah satu ciri khas Vihara Dharma Shanti Berastagi.

Biasanya para umat ataupun pengunjung menggunakan kartu harapan

ini sebagai bentuk dari doa dan harapan mereka untuk keluarga, teman,

dan kehidupan mereka. Pada kartu harapan ini, para umat atau

pengunjung menuliskan nama mereka ataupun nama keluarga yang

mewakili seluruh keluarga. Kemudian sebelum meletakkannya di depan

altar Sang Tri Ratna, mereka memanjatkan doa dan harapan mereka.

Kemudian kartu harapan ini akan digantung pada rangkaian pohon yang

ada di Vihara Dharma Shanti Berastagi. Kartu harapan ini juga

merupakan salah satu bentuk berdana yang dapat dilakukan.

e. Lonceng Kebahagiaan.

Lonceng yang terdapat di depan beranda Vihara Dharma Shanti

Berastagi ini, merupakan lonceng kebahagiaan, dimana sebelum

memukul lonceng ini, kita akan melafalkan mantra. Para makhluk

(64)

penderitaan seketika. Ini juga merupakan salah satu bentuk pelimpahan

jasa dalam bentuk lainnya.

f. Ruang Bhaktisala.

Ruang Bhaktisala yang tenang dan damai, itulah yang selalu

diucapkan ketika para pengunjung mengunjungi ruang bhaktisala ini. Di

dalam ruang bhaktisala terdapat tiga rupang Buddha, yaitu Buddha

Sakyamuni, Buddha Amitabha, dan Buddha Bhaisajyaguru. Kemudian

terdapat pula empat rupang Bodhisattva, yaitu Bodhisattva

Avalokiteshvara, Bodhisattva Ksitigarbha, Skandra Bodhisattva, dan

Sangharama Bodhisattva. Terdapat pula tiga relik, yaitu relik Sang

Buddha Sakyamuni beserta relik murid – murid Sang Buddha, yaitu Moggallana dan Sariputra. Ruang bhaktisala adalah tempat unutk

melaksanakan kebaktian, berdoa ataupun memberi penghormatan pada

Sang Buddha dan para Bodhisattva.

2.2.2. Sejarah BLIA YAD Indonesia2

BLIA YAD (Buddha’s Light International Association Young Adult Division) didirikan oleh Ven. Master Hsing Yun pada tahun 1996 di Fo Guang Shan, Taiwan. BLIA YAD didirikan dengan tujuan untuk

menyebarkan Buddha Dharma kepada kalangan muda – mudi di seluruh dunia dengan menjadikan BLIA YAD sebagai panggung besar bagi

muda – mudi untuk berekspresi dan berkreativitas.

Di Indonesia, khususnya di Medan, muda – mudi vihara mulai aktif pada tahun 1992 di bawah bimbingan Ven, Cong Ru, dengan

Gunawan sebagai ketua pertama dari muda – mudi vihara. Pada tahun 2005, muda – mudi vihara diresmikan dengan nama BLIA YAD Indonesia dan di bawah bimbingan Ven. Chueh Teng. Di bawah

bimbingan Ven. Chueh Teng, BLIA YAD Indonesia melanjutkan

menyebarkan Buddha Dharma terutama ke muda – mudi melalui berbagai kegiatan positif.

2

(65)

Sejak tahun 1992 hingga sekarang, BLIA YAD Indonesia telah

diketuai oleh 7 orang ketua umum, 3 di antaranya merupakan pelopor

berdirinya BLIA YAD di mana pada masa jabatan mereka belum ada

sistem organisasi yang terarah, yaitu : Gunawan, Ferry, dan Wilson.

Tahun 2005, setelah BLIA YAD Indonesia diakui secara

internasional oleh BLIA YAD Internasional, BLIA YAD Indonesia terus

mengalami kemajuan pesat di bawah pimpinan 3 orang ketua umum,

dan dimulai sejak tahun 2005 pula, BLIA YAD Indonesia telah memiliki

sistem organisasi yang terarah. Tiga orang ketua umum BLIA YAD

Indonesia yang resmi yaitu :

a. Chandra Salim (Pembina I).

b. Hendry Willy Nasrun (Pembina II),

c. Suryono Lee (Pembina III).

d. Robin (Ketua Umum BLIA YAD Indonesia).

Dalam Buddha Dharma tentu saja tidak terlepas dari berdana.

Bentuk dana yang diberikan bermacam – macam, dapat berupa uang, tenaga, waktu, dan ketulusan hati. Hal inilah yang pernah didanakan

oleh muda – mudi BLIA YAD Indonesia. BLIA YAD Indonesia mengunjungi panti – panti tuna netra dan mendanakan bukan hanya bahan sandang dan pangan, juga menikmati waktu bersama anak – anak yang kurang beruntung itu serta menyebarkan cinta kasih yang

tulus kepada mereka.

Berikut ini merupakan kegiatan – kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi BLIA YAD Indonesia :

a. Dharma Discussion.

Kelas dharma dimana para muda – mudi dapat memberikan opini dan berdiskusi banyak hal tentang Buddha Dharma dalam kehidupan

sehari – hari. b. Sunday Class.

Kelas mingguan yang selalu diadakan untuk menenangkan kembali

(66)

waktu 2 jam untuk berdoa pagi hari, mendengarkan ajaran Dharma

melalui cara yang unik dan mudah dipahami. Setelah mendengar

khotbah Dharma setiap minggu, Team Activity menyediakan suatu acara

tambahan antara lain : Teamwork Games, Creativity Games, Debate, dan lainnya.

c. Class Learning.

Kelas khusus yang dibuka untuk para anggota BLIA YAD Indonesia

dimana kelas ini akan diajarkan banyak hal tergantung kriterianya, dalam

bakat seni, mental, pengetahuan, dan sebagainya. Beberapa contoh

kelas yang ada, yaitu : Dharma Class, Guitar Class, Debate Class, Mandarin Class, Vocal Class, Photography Class, IQ Club, Handmade Club, Futsal Club, dan masih banyak lagi.

d. Acara tahunan.

Acara yang dilakukan oleh BLIA YAD Indonesia untuk para muda – mudi yang diselenggarakan satu tahun sekali, yaitu :

- Independence Day.

Acara yang dilakukan oleh BLIA YAD Indonesia dalam rangka

memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang

diselenggarakan di Vihara Dharma Shanti Berastagi.

- Harmonize Camp.

Setiap orang mendambakan keharmonisan, mendambakan

kebahagiaan dan bekerja keras untuk mencari kebahagiaan

dalam kehidupan ini. Bukanlah hal yang tidak mungkin

mendapatkan kebahagiaan, kebahagiaan sebenarnya adalah

kebahagiaan dalam berbagi, kebahagiaan memberi. Harmonize Camp menunjukkan kepada kita apa itu kebahagiaan dalam harmonisasi, kebahagiaan sesungguhnya yang bahkan tidak bisa

dinilai dengan materi.

- Old and New Party.

Dalam rangka menyambut tahun baru yang penuh impian,

BLIA YAD Indonesia mengadakan acara Old and New Party dengan puncak acara Outstanding Fireworks. Acara ini diadakan

pada akhir bulan Desember.

(67)

- TaMaRin.

Serve all the mankind” adalah tema acara TaMaRin, yang diadakan pada libur hari raya Idul Fitri setiap tahunnya. Diadakan

di Vihara Dharma Shanti Berastagi, muda – mudi menyediakan berbagai macam menu vegetarian (food bazaar) untuk dicicipi

pengunjung vihara.

- Wishing Candle.

Acara pemberkahan bagi muda – mudi, khususnya bagi mereka yang akan menghadapi ujian. Para peserta berdoa

bersama agar dapat melewati ujian dengan sukses, baik itu ujian

akademis, maupun ujian kehidupan. Selain itu, BLIA YAD

Indonesia juga menghadirkan pembicara spektakuler untuk

berbagi pengalaman kepada para peserta.

- Dharma Tour.

Dharma yang nan indah dan maha sempurna, tidak akan bisa

habis untuk dipelajari oleh kita hanya dalam satu kehidupan.

Jalan menuju pencerahan memang tidak mudah, tetapi kita bisa

memuliakannya dengan satu langkah kecil untuk menempuh

perjalanan yang nan jauh ini. Dharma Tour merupakan perwujudan dari penerapan sederhana dari Dharma, bagaimana

kita berbuat dan bersikap sesuai Dharma. Yang terpenting adalah

bagaimana kita bisa menerapkan Dharma dalam kehidupan kita.

2.2.3. Meditasi

Salah satu ajaran Buddha yang sangat mendasar adalah meditasi. Kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samādhi). Meditasi adalah pemusatan pikiran, dinamakan juga konsentrasi. “Memusatkan pikiran pada satu objek yang tunggal, inilah yang disebut semadi.” Tentunya pikiran yang baik atau bersih. Sebagai metode atau cara, dalam bahasa Pāli disebut bhāvanā, artinya “pengembangan batin.”

(68)

sebab itu, samatha bhāvanā sering disebut sebagai meditasi ketenangan. Vipassanā bhāvanā adalah meditasi untuk mencapai pencerahan atau kebijaksanaan, jadi sering disebut sebagai meditasi pandangan terang atau

cerah.

Meskipun meditasi menjadi salah satu ciri khas ajaran Buddha, tetapi

meditasi sebenarnya bukan hanya monopoli umat Buddha semata. Dewasa

ini sudah banyak sekali orang – orang di luar lingkungan Buddhis yang belajar meditasi. Semua orang, apapun agama yang dianutnya, asalkan

mempraktikkan meditasi dengan tujuan dan langkah – langkah yang tepat, akan memetik manfaatnya.

Mengapa meditasi dapat dilakukan oleh semua orang, bahkan yang

bukan beragama Buddha? Bukankah meditasi adalah ajaran Buddha?

Benar, meditasi memang adalah salah satu unsur jalan pencerahan yang

diajarkan Buddha, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa sesungguhnya ajaran

Buddha itu sifatnya sangat universal. Jadi dapat dijalani oleh siapa saja, dan

hasilnya dapat dituai oleh siapa saja.

Mengapa Bermeditasi ?3

Dalam dunia ini, apakah yang dicari oleh kebanyakan orang dalam

hidupnya? Sebenarnya, mereka ingin mencari ketenangan batin dan

keselarasan hidup. Tidak sedikit di antara mereka berusaha mencarinya,

walau mungkin mereka tidak mengetahui dengan jelas apa yang hendak

dicarinya, atau mungkin cara mendapatkannya.

Mereka sering merasa bingung, merasa banyak menjumpai

kekacauan dan kekalutan batin. Mereka diserang oleh bermacam-macam

perasaan yang tidak memuaskan atau yang kurang menyenangkan hatinya.

Secara singkat mereka ini tidak mendapatkan ketenangan dan

kesejahteraan dalam batinnya.

3

(69)

Kebanyakan mereka ini kemudian menempuh cara yang salah untuk

mendapatkan ketenangan batin dan keselarasan hidup ini. Mereka

cenderung melihat dan mencari di luar dirinya sendiri. Akibatnya, dunia ini

merupakan sumber semua kegelisahan.

Mereka mencari penyelesaian persoalannya dalam keluarganya, di

dalam pekerjaannya,atau di dalam pergaulan dan sebagainya. Mereka

beranggapan kalau dapat mengubah keadaan sekelilingnya, mereka akan

menjadi tenang dan bahagia.

Sekarang sudah banyak dijumpai orang yang telah menyadari

kenyataan dan berpaling, yaitu menunjukkan perhatiannya kepada sumber

yang sebenarnya dari kebahagiaan dan kegelisahan, ialah PIKIRANNYA SENDIRI. Menunjukkan perhatian ke dalam diri sendiri, dalam pikirannya sendiri, inilah yang dinamakan dengan meditasi.

Dewasa ini meditasi telah banyak dipraktekkan oleh orang-orang dari

berbagai bangsa dan agama. Mengapa demikian? Karena kerja pikiran itu

tanpa memakai corak bangsa atau agama tertentu. Jadi tugas meditasi

adalah untuk mengerti atau menghayati sifat pikiran di dalam kehidupan

sehari-hari.

Pikiran adalah kunci kebahagiaan, sebaliknya juga merupakan

sumber penderitaan / malapetaka.

Untuk mengetahui dan mengerti perihal pikiran dan

menggunakannya dengan seksama tidaklah hubungannya dengan agama.

Jadi meditasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang tanpa menghiraukan

(70)

Kesalahpahaman Tentang Meditasi4

Ada banyak sekali kesalahpahaman terhadap meditasi. Beberapa di

antaranya yaitu :

- Meditasi adalah mengosongkan pikiran.

Banyak orang yang keliru mengatakan bahwa meditasi adalah

mengosongkan pikiran, lalu mereka melakukan meditasi dengan cara

berusaha mengosongkan pikiran, tidak memikirkan apapun. Hal ini

sungguh keliru dan tidak akan membuahkan hasil apapun. Pikiran tidak

mungkin dapat dikosongkan.

- Meditasi bertujuan menjadi orang sakti.

Memang benar seseorang yang melaksanakan meditasi ketenangan

bisa mendapatkan kekuatan batin tertentu. Akan tetapi, kalau kesaktian

dijadikan tujuan untuk berlatih meditasi, maka meditasi tersebut menjadi

salah.

- Meditasi sangat berbahaya.

Tidak ada bahaya apapun yang ditimbulkan oleh meditasi karena

meditasi sesungguhnya hanyalah berlatih mengarahkan pikiran menjadi

lebih tenang dan terkosentrasi pada apa yang sedang dikerjakan.

Meditasi hanya akan menjadi bahaya apabila orang yang melaksanakan

tidak mempunyai tujuan yang benar, misalnya ingin melarikan diri dari

masalah kehidupan yang tengah dihadapinya atau mencari pengalaman

gaib dan kesaktian tertentu. Jadi jangan pernah takut untuk berlatih

meditasi. Belajarlah dari guru – guru meditasi dan berkonsultasi dengannya. Tidak cukup hanya belajar dari buku – buku meditasi saja. - Meditasi adalah pekerjaan para biarawan dan orang suci.

Semua orang tanpa kecuali bisa berlatih meditasi demi

kebahagiaanya. Bahkan anak – anak juga bisa. Meditasi tidak terbatas untuk orang tertentu saja.

4

(71)

Objek Meditasi5

Cara melakukan meditasi ketenangan adalah dengan memusatkan

pikiran pada satu objek. Secara pelan – pelan seorang meditator (orang yang berlatih meditasi) memusatkan objek pikiran pada objek meditasi yang

dipilihnya untuk kemudian merenungkan atau menyadari objek tersebut.

Objek meditasi adalah sesuatu yang menjadi sasaran atau pusat

pemikiran atau perenungan kita selama meditasi. Kitab Visuddhimagga

menyebutkan ada 40 macam objek meditasi yang membahas pokok- pokok

objek yang digunakan dalam meditasi ketenangan. Keempat puluh objek itu

dikelompokkan dalam 7 kategori, yaitu :

1. 10 wujud benda (kasina).

- Pathavi kasina = wujud tanah.

- Apo kasina = wujud air.

- Teja kasina = wujud api.

- Vayo kasina = wujud udara atau angin.

- Nila kasina = wujud wana biru.

- Pita kasina = wujud warna kuning.

- Lohita kasina = wujud warna merah.

- Odata kasina = wujud warna putih.

- Aloka kasina = wujud cahaya.

- Akasa kasina = wujud ruangan terbatas.

Dalam kasina tanah, dapat dipakai kebun yang baru dicangkul atau

segumpal tanah yang dibulatkan. Dalam kasina air, dapat dipakai

sebuah telaga atau air yang ada di dalam ember. Dalam kasina api,

dapat dipakai api yang menyala yang di depannya diletakkan seng yang

berlobang. Dalam kasina angin, dapat dipakai angin yang berhembus di

pohon – pohon atau badan. Dalam kasina warna, dapat dipakai benda – benda seperti bulatan dari kertas, kain, papan, atau bunga yang

berwarna biru, kuning, merah, atau putih. Dalam kasina cahaya, dapat

dipakai cahaya matahari atau bulan yang memantul di dinding atau di

lantai melalui jendela dan lainnya. Dalam kasina ruangan terbatas, dapat

5

(72)

dipakai ruangan kosong yang mempunyai batas – batas di sekelilingnya seperti drum dan lainnya. Disini, mula – mula orang harus memusatkan seluruh perhatiannya pada bulatan yang berwarna biru misalnya.

Selanjutnya, dengan memandang terus pada bulatan itu, orang harus

berjuang agar pikirannya tetap berjaga – jaga, waspada, dan sadar. Sementara itu, benda – benda di sekeliling bulatan tersebut seolah – olah lenyap, dan bulatan tersebut kelihatan menjadi makin semu dan

akhirnya sebagai bayangan pikiran saja. Kini, walaupun mata dibuka

atau ditutup, orang masih melihat bulatan biru itu di dalam pikirannya,

yang makin lama makin terang seperti bulatan dari rembulan.

2. 10 wujud kekotoran (asubha).

- Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak.

- Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan.

- Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah.

- Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya.

- Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti

binatang-binatang.

- Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur.

- Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur.

- Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah.

- Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung.

- Atthika = wujud tengkorak.

Dalam sepuluh asubha ini, orang melihat atau membayangkan

sesosok tubuh yang telah menjadi mayat diturunkan ke dalam lubang

kuburan, membengkak, membiru, bernanah, terbelah di tengahnya,

dikoyak – koyak oleh burung gagak atau serigala, hancur dan membusuk, berlumuran darah, dikerubungi oleh lalat dan belatung, dan

akhirnya merupakan tengkorak. Selanjutnya, ia menarik kesimpulan

terhadap badannya sendiri, "Badanku ini juga mempunyai sifat – sifat itu sebagai kodratnya, tidak dapat dihindari". Disinilah hendaknya orang

memegang dengan teguh di dalam pikirannya obyek yang berharga yang

telah timbul, seperti gambar pikiran mengenai mayat yang membengkak

dan lain-lain.

(73)

- Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha.

- Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma.

- Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha.

- Silanussati = perenungan terhadap sila.

- Caganussati = perenungan terhadap kebajikan.

- Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk

agung atau para dewa.

- Marananussati = perenungan terhadap kematian.

- Kayagatanussati = perenungan terhadap badan jasmani.

- Anapananussati = perenungan terhadap pernapasan.

- Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirvana.

Dala

Gambar

Gambar 5.1. Konsep Zoning dan Tata Ruang Luar
Gambar 5.2. Konsep Entrance
Gambar 5.3. Konsep Orientasi Bangunan
Gambar 5.4. Konsep Sirkulasi Kendaraan Bermotor
+7

Referensi

Dokumen terkait

cara pandang pembicara terhadap suatu peristiwa yang ditunjukkan oleh unsur tersebut lebih tepat disebut dengan toritatejoshi. Toritatejoshi dake, bakari dan nomi

[r]

Saat proses pembuatan keju Brevibacterium linens memproduksi enzim extra seluler proteolitik yang mengandung proteinase dan yang digunakan pada proses pemasakan

Responsibility (CSR) terkait dengan firm value dapat dilihat dari harga

Paspalum conjugatum memiliki frekuensi relatif, kerapatan relatif dan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dibanding hijauan pakan lainnya baik di area integrasi maupun

Hal itu terlihat dari peningkatan total PDRB Kabupaten Seluma baik atas dasar. harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga

Untuk molekul yang tidak bermuatan, difusi pasif merupakan proses entropi, dengan arah pergerakan molekul melintasi membran dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

Bahwa Munas Alim Ulama NU tanggal 13-16 Rabiul awal 1404 H/18- 21 Desember 1983 di Situbondo telah mengambil keputusan mengenai penetapan awal Ramadan dan Idul Fitri yang