• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA DI ALUN ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA DI ALUN ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT KOTA SURAKARTA TAHUN 2010"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA

DI ALUN-ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI

Disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

RATIH KUSUMANINGTYAS

F 0106068

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA DI ALUN-ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT

KOTA SURAKARTA

TAHUN 2010

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing skripsi untuk diajukan kepada tim penguji skripsi

Surakarta, 7 Juli 2010 Disetujui dan Diterima oleh

Pembimbing

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE).

Surakarta, Agustus, 2010

Tim Penguji Skripsi

1. Ketua

DR. Guntur Riyanto, Msi ( )

NIP. 19580927 198601 1 001 2. Pembimbing

Drs. Supriyono, M.Si ( )

NIP. 19600221 198601 1 001 3. Penguji

DR. Agustinus Suryantoro ( )

(4)

commit to user

iv MOTTO

Tiada kekuatan yang mengalahkan “Doa”

Tiada kata lebih baik dari “berusaha”

kemudahan akan terjadi pada seseorang yang berfikir sesuatu itu

mudah dan kesulitan akan terjadi pada seseorang yang selalu berfikir

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, tiada kekuatan dan semangat tanpa kasih sayang Kalian yang begitu melimpah.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat-syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari orang-orang yang sangat berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono, M.Si selaku pembimbing skripsi. Terimakasih sebanyak-banyaknya atas segala bantuan dan bimbingan selama penulisan skripsi. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beliau.

3. Ayah dan bundaku tercinta, terimakasih atas doa-doa yang tiada henti-hentinya engkau panjatkan demi anakmu. Terimakasih atas limpahan kasih sayang yang selalu menguatkan hatiku.

4. Adik-adikku tersayang, terimakasih buat keceriaan yang selalu kalian berikan

yang mampu membangkitkan semangat kembali.

(7)

commit to user

vii

6. My special Friend “Ibnu Gendro Wahyuono”, terimakasih buat kesabaran dan

segala dukungan yang diberikan. Segalanya terasa mudah dengan mu.

7. Temen-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas semua hal yang indah selama ini. Pertemanan yang indah yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup. I miss u all.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisa skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, terimakasih atas semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Saya menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya mengharap kritikan dan evaluasi yang bersifat membangun guna perbaikan ke depan.

Demikian kata pengantar ini, saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, juli 2010 Peneliti

(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Pendahuluan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II. TELAAH PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 10

1. Sektor Informal ... 10

2. Pedagang ... 13

3. Modal ... 14

4. Biaya ... 20

5. Pendapatan Total ... 21

6. Keuntungan ... 22

7. Jam Kerja Perhari ... 24

(9)

commit to user

ix

9. Usia ... 25

10. Pasar ... 26

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 29

C. Kerangka Pemikiran ... 31

D. Hipotesis ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 35

B. Jenis dan Sumber Data ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Populasi ... 36

E. Definisi Operasional Variabel ... 37

F. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV. PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 45

B. Analisis data ... 53

1. Analisis Deskripsi ... 53

2. Uji Mean... 68

a. Deskripsi Rata-Rata ... 68

b. Uji Beda Mean ... 95

3. Analisis Hubungan Antar Variabel ... 100

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 109

B. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

I.1 Data Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2008 ... 5

IV.1 PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Berlaku ... 46

IV.2 PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan ... 47

IV.3 Pendapatan Perkapita Penduduk Kota Surakarta Tahun 2000-2007 ... 48

IV.4 Tabel Laju Inflasi Kota Surakarta Tahun 1998-2009 ... 49

IV.5 Data Pedagang Kaki Lima Berdsarar Type Bangunan/Sarana di Kota Surakarta Tahun 2010 ... 51

IV.6 Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 52

IV.7 Tabel Jumlah Kios ... 54

IV.8 Tabel Perbandingan Pedagang Laki-Laki dan Perempuan ... 55

IV.9 Tabel Usia Pedagang... 56

IV.10 Tabel Jenis Barang Dagangan ... 57

IV.11 Tabel Jumlah Kios ... 58

IV.12 Tabel Modal Pedagang Kacamata ... 59

IV.13 Tabel Modal Pedagang Keris/Souvenir/Kerajinan ... 60

IV.14 Tabel Jam Kerja Perhari... 61

IV.15 Tabel Lama Usaha ... 62

IV.16 Tabel Pendapatan Bersih... 63

IV.17 Tabel Pendidikan Pedagang ... 64

IV.18 Tabel Asal Pedagang... 65

IV.19 Tabel empat Tinggal sekarang ... 66

(11)

commit to user

xi

IV.21Tabel Hasil Pengolahan Statistik Modal Pedagang Kacamata ... 68

IV.22 Klasifikasi Modal Pedagang Kacamata ... 69

IV.23Tabel Hasil Pengolahan Statistik Pendapatan Pedagang Kacamata ... 71

IV.24 Klasifikasi Pendapatan Pedagang Kacamata ... 71

IV.25Tabel Hasil Pengolahan Statistik Jam Kerja Perhari Pedagang Kacamata 72 IV.26 Klasifikasi Jam Kerja Per Hari Pedagang Kacamata ... 73

IV.27Tabel Hasil Pengolahan Statistik Jumlah Kios Pedagang Kacamata.... 74

IV.28 Klasifikasi Jumlah Kios Pedagang Kacamata... 74

IV. 29Tabel Hasil Pengolahan Statistik Lama Usaha Pedagang Kacamata... 76

IV.30 Klasifikasi Lama Usaha Pedagang Kacamata ... 77

IV.31Tabel Hasil Pengolahan Statistik Usia Pedagang Kacamata ... 78

IV.32 Klasifikasi Usia Pedagang Kacamata ... 78

IV.33Tabel Pendidikan Pedagang Kacamata ... 80

IV.34Tabel Hasil Pengolahan Statistik Modal Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 81

IV.35 Klasifikasi Modal Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 81

IV.36 Tabel Hasil Pengolahan Statistik Pendapatan Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 83

IV.37 Klasifikasi Pendapatan Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 83

IV.38 Tabel Hasil Pengolahan Statistik Jam Kerja Perhari Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 84

IV.39 Klasifikasi Jam Kerja Perhari Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 85

IV.40 Tabel Hasil Pengolahan Statistik Jumlah Kios Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 86

(12)

commit to user

xii

IV.42 Tabel Hasil Pengolahan Statistik Lama Usaha Pedagang

Keris/souvenir/kerajinan ... 87

IV.43Klasifikasi Lama Usaha Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 88

IV.44 Tabel Hasil Pengolahan Statistik Usia Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 89

IV.45 Klasifikasi Usia Pedagang Keris/souvenir/kerajinan ... 90

IV.46 Tabel Pendidikan Pedagang Keris/Souvenir/Kerajinan ... 92

IV.47 Tabel Perbandingan Rata-Rata Variabel Antar Pedagang ... 92

IV.48 Tabel Rasio Antar Variabel Pedagang ... 93

IV.49 Tabel Hasil Pengolahan Variabel Pendapatan ... 95

IV.50 Tabel Hasil Pengolahan Variabel Modal ... 96

IV.51 Tabel Hasil Pengolahan Variabel Jam Kerja Perhari ... 97

IV.52 Tabel Hasil Pengolahan Variabel Usia ... 98

IV.53 Tabel Hasil Pengolahan Variabel Lama Usaha ... 99

IV.54Tabel Hasil Pengolahan Variabel Pendidikan... 100

IV.55 Tabel Hasil Pengolahan Korelasi Antara Pendapatan-Modal ... 101

IV.56 Tabel Hasil Pengolahan Korelasi Antara Pendapatan-Jumlah Kios .... 102

IV.57 Tabel Hasil Pengolahan Korelasi Antara Pendapatan-Lama Usaha .... 103

IV.58 Tabel Hasil Pengolahan Korelasi Antara Pendapatan-Jam Kerja Perhari 104 IV.59 Tabel Hasil Pengolahan Korelasi Antara Pendapatan-Usia ... 105

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

commit to user

ii

KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA DI ALUN-ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT

KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

ABSTRAK

Ratih Kusumaningtyas

F 0106068

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi sosial dan ekonomi dari pedagang Kacamata dan Keris/souvenir/kerajinan di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta. Ruang lingkup penelitian ini adalah bagian dari Pasar Kliwon yang berlokasi di timur Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta dengan metode analisis deskripsi, uji mean, dan uji korelasi yang menggunakan semua anggota populasi sebagai responden.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dari uji mean bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada modal, pendapatan, dan jam kerja perhari. Sedangkan lama usaha, usia, dan tingkat pendidikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada uji korelasi dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dengan modal, dan pendapatan dengan pendidikan, serta terdapat hubungan yang negatif antara pendapatan dengan lama usaha, pendapatan dengan jumlah kios, pendapatan dengan usia, dan pendapatan dengan jam kerja.

Dari kesimpulan yang dihasilkan, maka dapat diberikan saran antara lain agar Pasar Keris/Souvenir/Kerajinan dan Kacamata ini dimasukkan ke dalam daftar promosi pariwisata Kota Surakarta guna meningkatkan pendapatan pedagang pada waktu tertentu, pada pedagang yang memiliki pendapatan lebih rendah untuk meningkatkan modal dan jam kerja agar tidak terjadi perbedaan pendapatan yang sangat mencolok antar pedagang kacamata dan keris/souvenir/kerajinan, mengingat ada hubungan yang positif antara modal dengan pendapatan, maka hendaknya diberikan kredit modal guna meningkatkan pendapatan pedagang, dan hendaknya pedagang di pasar keris dan kacamata ini sadar akan pentingnya pendidikan karena akan mempengaruhi cara kerja mereka yang akan mempengaruhi pendapatan mereka.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% per tahun pada periode 1990-2000. Walaupun demikian, jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan. Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan. Daerah yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk menghadapi tantangan baru dimana peningkatan yang pesat dari proporsi penduduk usia kerja akan berdampak pada tuntutan perluasan kesempatan kerja. Disamping itu telah terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja dengan penguasaan teknologi dan matematika, yang mampu berkomunikasi, serta mempunyai daya saing tinggi di era globalisasi. Kesemuanya ini berkaitan dengan program bagaimana

(16)

commit to user

menyiapkan calon pekerja agar mempunyai kualitas tinggi, dengan ketrampilan yang memadai. Saat ini setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP. Mereka akan putus sekolah dan menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah menciptakan pekerjaannya sendiri di sektor informal (Data Statistik Indonesia, 31 Mei 2010)

(17)

commit to user

Dualisme kota dan desa yang terdapat di Indonesia seperti Negara-negara berkembang lainnya telah mengakibatkan munculnya sektor formal dan sektor informal dalam kegiatan perekonomian. Urbanisasi sebagai gejala yang sangat menonjol di Indonesia, tidak hanya mendatangkan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Sebagai urbanit yang telah tertampung di sektor formal, namun sebagian urbanit lainnya tanpa bekal ketrampilan yang dibutuhkan di kota tidak dapat tertampung dalam lapangan kerja formal yang tersedia. Para urbanit yang tidak tertampung di sektor formal pada umumnya tetap berstatus mencari pekerjaan dan melakukan pekerjaan apa saja untuk menopang hidupnya (Harsiwi, 2002:1).

(Tamba, 2006) mengatakan bahwa pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup survive dibandingkan sektor usaha yang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent

atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya.

(18)

commit to user

Surakarta merupakan kota yang memiliki mobilitas ekonomi tinggi. Sektor perdagangan menjadi sektor yang dapat di andalkan di kota ini. Selain sebagai kota industri dan perdagangan, Surakarta merupakan kota budaya yang prospek dalam kepariwisataan. Nilai budaya yang masih kental menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestik. Kegiatan pariwisata dan perdagangan memiliki hubungan yang positif dalam suatu wilayah tertentu, di mana kedua sektor tersebut saling menunjang satu sama lain.

Keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Surakarta mampu memberikan nilai tersendiri pada citra Kota Surakarta yang masih dikenal dengan ciri khas ke-tradisionalannya. Selain menunjang pariwisata tradisional di kota ini, keberadaan pasar tradisional juga mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kota Surakarta. Meskipun dewasa ini telah banyak pusat-pusat perbelanjaan modern yang dibangun di Kota Surakrta, namun pasar tradisional mampu mempertahankan eksistensinya dalam kegiatan ekonomi dengan potensi masing-masing.

(19)

commit to user

Tabel I.1

Data Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2008

Pasar

Sumber : Surakarta Dalam Angka

(20)

commit to user

tradisional yang banyak terdapat di Kota Surakarta ini. Untuk itu, judul penelitian ini adalah “ KAJIAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KERIS DAN KACAMATA DI ALUN-ALUN UTARA KERATON KASUNANAN HADININGRAT KOTA SURAKARTA TAHUN 2010”.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah deskripsi sosial ekonomi dari para pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata pendapatan, modal awal, jam kerja perhari, usia, pendidikan, dan lama usaha di antara pedagang sesuai dengan kriteria barang dagangan pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

3. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan modal pedagang di

Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

4. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan jam kerja perhari pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta? 5. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan jumlah kios yang dimiliki sekarang pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

(21)

commit to user

7. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan usia pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

8. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan pendidikan pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui deskripsi sosial ekonomi pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata modal, pendapatan, jam kerja perhari, lama usaha, usia, dan pendidikan pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan modal awal pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan jam kerja perhari pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan jumlah

(22)

commit to user

6. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan lama usaha pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

7. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan usia

pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta. 8. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendapatan dengan

pendidikan pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

D. MANFAAT

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Di Bidang Ilmu Pengetahuan

Memberikan informasi yang mendukung teori-teori tentang kesempatan kerja di sektor informal khususnya sektor perdagangan.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan taraf hidup masyarakat golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja.

(23)

commit to user

(24)

commit to user

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Sektor Informal

(25)

commit to user

bahwa sesungguhnya sektor informal selama ini bahkan telah berjasa membuahkan hampir sepertiga dari total nilai pendapatan daerah perkotaan secara keseluruhan (Todaro 351-353)

Sekor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks oleh karena menyangkut jenis barang, tata ruang, dan waktu. Berkebalikan dengan sektor formal yang pada umumnya menggunakan teknologi maju, bersifa padat modal, dan mendapat perlindungan pemerintah. Sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah, sektor informal

dikenal juga dengan “Ekonomi Bawah” tanah, (Underground Economy). Sektor

informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal, ruang lingkup, dan pengembangan yang terbatas (Harsiwi, 2002:1)

a. Definisi Sektor Informal

Definisi teoritis oleh Sethurman (dari ILO) dalam ciptawan (2009 :12) mengenai sektor informal, adalah sebagai berikut : sektor informal terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri, dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan oleh berbagai kendala, seperti factor modal, baik fisik maupun manusia (ilmu pengetahuan) dan ketrampilan.

(26)

commit to user

1) Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi dari pemerintah, seperti : perindungan tarif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, pemberian kredit dengan bunga relatif rendah, bimbingan teknis dan ketatalaksanaan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja, menyediakan teknologi maju, serta hak paten.

2) Sektor yang belum dapat mengunakan bantuan ekonomi pemerintah meskipun

pemerintah telah menyediakan, jadi kriteria “accessibility” atau penggunaan

bantuan yang disediakan, yang dapat dipakai sebagai ukuran dan bukan telah

tersedia “fasilitas”.

3) Sektor yang telah menerima dan menggunakan bntuan atau fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah tetapi bantuan bantuan itu belum sanggup membuat sektor itu berdikari (tetap gurem).

b. Ciri-Ciri Sektor Informal

Menurut santosa (2008) ciri-ciri dari sektor informal di Indonesia antara lain sebagai berikut :

1) Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedian secara formal;

2) Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha;

3) Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam

kerja;

4) Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini;

(27)

commit to user

6) Teknologi yang digunakan masih tradisional;

7) Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga kecil; 8) Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar

hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja;

9) Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise, dan kalau ada pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri;

10) Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri,

atau dari lembaga keuangan tidak resmi;

11) Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat

kota/desa berpenghasilan rendah atau menengah.

Menurut aris ananta dalam ciptawan (2009 :13), ciri-ciri sektor informal adalah :

1) Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik. 2) Belum mempunyai ijin usaha yang resmi. 3) Teknologi yang digunakan sederhana.

4) Modal serta perputaran usahanya sangat terbatas.

5) Pendidikan formal dari para pengelolanya tidak menjadi pertimbangan dalam

mengelola usahanya.

6) Usaha bersifat mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri.

2. Pedagang

(28)

commit to user

yang dimaksud dengan pedagang besar adalah pengusaha dengan nama dan dalam bentuk apapun dalam usaha perdagangan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan penyerahan BKP kepada pihak manapun kecuali yang semata-mata melakukan penyerahansebagai pedagang pengecer (Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-20/PJ.3/1989).

Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari (Miranda, 2001).

Sesuai dengan format usaha yang cenderung informal, maka dengan skala usaha yang akan dapat merefleksikan ukuran jangkauan pandangan dan sikap usaha pedagangnya. Semakin kecil skala usaha pedagang mencerminkan semakin kecil dan sederhana pula jangkauan pemahaman usahanya, pada pedagang yang berada pada skala ini menyikapi berdagang adalah sekedar untuk mendapatkan makanan (mendekati subsistence), sebaliknya pedagang yang tela menapaki skala usaha yang omzet jualnya besar adalah pertanda bahwa pedagang yang memiliki jangkauan pemahaman lebih luas dan berjangka panjang memiliki muatan nilai professional (Leksono, 1999: 309)

3. Modal

(29)

commit to user

barang-barang hasil produksi yang tahan lama yang pada gilirannya digunakan sebagai input produkstif untuk produksi lebih lanjut. Beberapa barang modal dapat berumur beberapa tahun sementara yang lainnya dapat berumur satu abad atau lebih. Namun ada sifat penting barang modal yaitu modal dapat berlaku sebagai input maupun output.

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang barang baru (Mubyarto, 1977:91)

Pengertian modal dalam artian luas menurut Schwiedland, modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang, misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya (Riyanto , 1997 :18).

Riyanto (1997 :57-58) mengatakan di samping modal usaha, setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjakan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan uang muka pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya di mana uang itu diharapkan kan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.

Mengenai pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

a. Konsep kuantitatif

Modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pegertian ini sering disebut modal kerja bruto.

(30)

commit to user

Pada konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto.

c. Konsep fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau duigunakan dalam perusahaan adalah dimaksud untuk menghasilkan pendapatan .

Menurut Sulistiyono (2009: 12-15), pengertian modal dari beberapa penulis, yaitu sebagai berikut:

a. Liitge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital).

b. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada kekuasaan menggunakannya, yaitu antara lain J.B. Clark.

c. A. Amonn J. von Komorzynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya.

d. Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang

(31)

commit to user

e. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit.

f. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu

yang tercatat di sebelah kredit”.

Sumber modal : a. Sumber Intern

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di

bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan.”Alasan perusahaan

menggunakan sumbar dana intern yaitu:

1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di pakai.

2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.

3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan.

4) Biaya pemakaian relatif murah.

Sumber intern atau sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan adalah laba ditahan dan penyusutan (depresiasi).

(32)

commit to user

Laba ditahan adalah laba bersih yang di simpan untuk diakumulasikan dalam suatu bisnis setelah deviden dibayarkan. Juga di sebut laba yang tidak dibagikan (undistributed profits) atau surplus yang diperoleh (earned surplus). 2) Depresiasi

Depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang di estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Sumber Ekstern

Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern adalah: 1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.

2) Dapat di cari dari berbagai sumber. 3) Dapat bersifat fleksibel.

Sumber dari pada modal ekstern adalah :

1) Supplier

(33)

commit to user

atau peralatan lain hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun.

2) Bank

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalulintas pembayaran.

3) Pasar Modal

(34)

commit to user

4. Biaya

Samuelson (1993 : 142-145), kadang-kadang biaya tetap disebut “biaya

overhead” atau “sunk cost”. Biaya tersebut terdiri dari biaya seperti pembayaran kontrak atas bangunan dan sewa peralatan, pembayaran bunga atas hutang, pembayaran gaji atas pegawai tetap, dan sebagainya. Biaya-biaya tersebut harus dibayarkan tanpa memandang perusahaan berproduksi ataupun tidak, dan tidak berubah meskipun output berubah. Karena biaya tetap (FC) adalah jumlah yang harus dibayarkan terlepas dari banyaknya output yang diproduksi.

Biaya total (TC) merupakan total rupiah terendah yang diperlukan untuk memproduksi setiap tingkat output q. biaya total (TC) naik sejalan dengan naiknya q.

Biaya variabel (VC) merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat output termasuk biaya bahan baku, gaji, dan bahan bakar dan termasuk pula semua biaya yang tidak tetap.

TC = FC + VC

Biaya marjinal (MC) setiap output adalah tambahan biaya yang diperlukan untuk memproduksi 1 unit output tambahan.

Biaya rata-rata (AC) adalah biaya total dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.

(35)

commit to user

Gambar Kurva Biaya Menurut Samuelson (1993:145)

cost MC AC

VC

FC Q

5. Pendapatan Total

Pendapatan total (total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan produknya. Sedangkan seluruh pengeluaran yang ditanggung ditanggung oleh perusahaan untuk membeli berbagai macam input disebut biaya total (total cost) (Mankiw, 2003:347)

(36)

commit to user

upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk pembayaran transfer (transfer payment) (tunjangan pengangguran, uang pensiun, dan lain sebagainya). Lebih umum lagi, dari pandangan seseorang yang berkepentingan, setiap uang yang diterima dihitung sebagai pendapatan (apakah uang tersebut berasal dari penyediaan factor produksi, atau dalam bentuk uang pensiun, tunjangan pengangguran atau pembayaran jasa-jasa sosial lainya). Setiap pendapatan akhir (final income) adalah suatu penentu penting dari kemampuan pengeluaran seseorang dalam teori permintaan (theory of demand) (Pass, 1998 :287).

Pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan absolut dan pendapatan relatif. Pendapatan absolut adalah pendapatan yang besarnya sama pada tiap penerimaannya, sebagai contoh gaji pegawai. Pendapatan relatif adalah pendapatan yang berbeda tiap penerimaannya, tergantung pada factor-faktor tertentu, sebagai contoh pendapatan pedagang (Irawan, 1993 :198).

6. Keuntungan

Mankiw (2003:347) mengatakan laba atau keuntungan adalah pendapatan total dikurangi biaya total dari sebuah perusahaan.

(37)

commit to user

Gambar Kurva Keadaan Laba

harga MC ATC

P P=AR=MR

ATC laba

0 Q

Keterangan : harga terletak di atas rata-rata biaya sehingga perusahaan dapat meraih laba positif.

Menurut boediono dalam ciptawan (2009 :19) keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan prusahaan untuk memproduksi barang yang dijual tersebut.

Secara bentuk matematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut :

TR-TC = π

Keterangan :

a. TR ( Total Revenue) adalah penerimaan total produksi dari hasil penjualan hasil outputnya. TR = output x harga jual.

(38)

commit to user

yang dihasilka untuk menghasilkan output hingga jumlah tertentu dengan biaya yang sama) dan biaya variabel (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi).

c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain harus ada selisih positif,

bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Event Point), yaitidak terjadi keuntungan maupun kerugian.

7. Jam Kerja Per Hari

Jam kerja yang diperlukan setiap pedagang kaki lima berbeda-beda, 35 jam seminggu atau 5, 5 jam sehari dianggap sebagai batas kerja penuh. Seseorang yang bekerja di bawah angka tersebut disebut setengah pengangguran, dan biasanya orang setengah pengangguran ini akan berusaha mencari pekerjaan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya (Simanjutak, 1985 : 24)

8. Tingkat Pendidikan

(39)

commit to user

Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Menurut ketentuan umum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU SPN No. 2 tahun 1989. Bab I Ps.I). Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi (UU No. 2 tahun 1989, Bab V Pasal 12 ayat 1).

Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidkan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja seseorang (Ratri, 2005 :21)

9. Usia

(40)

commit to user

suatu usaha. Kedewasaan ini akan mempengaruhi pedagang dalam mengambil suatu keputusan yang sebaiknya diambil dengan memikirkan baik atau tidaknya dampak yang akan ditimbulkan dari keputusan yang akan diambil tersebut. Pengusaha yang berusia muda (kurang dari 20 tahun) biasanya masih bersifat coba-coba dalam mengambil suatu keputusan. Sedangkan pada usia 55 ke atas mulai memasuki usia nonproduktif atau produktifitasnya mulai turun. Apabila seorang usia nonproduktif, kematangan berfikir yang tinggi teryata tidak diimbangi dengan kondisi fisiknya yang cenderung menurun. Hal ini menyebabkan aktivitas kerjanya juga menurun sehingga pendapatan yang diperolehnya pun tidak maksimal (terlepas dari pertimbangan ada atau tidaknya tenega kerja yang membantu dalam usaha). Pada usia di antaranya merupakan usia produktif, yaitu usia dimana kematangan pemikiran sudah tumbuh, didukung kondisi fisik yang kuat. Kematangan pemikiran ini sangat mempengaruhi hasil keputusan yang diambil dengan diltar belakangi oleh adanya berbagai pertimbangan-pertimbangan tentang baik atau tidaknya suatu keputusan yang diambil tersebut. Sehingga dengan hal ini maka kematangan berfikir juga mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima.

10. Pasar

(41)

commit to user

Pasar melalui mekanisme harga diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah pokok ekonomi, yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi. Secara ideal, mekanisme pasar dipandang paling dapat dipercaya,

effective dan efficient. Karena esensi dari pasar adalah transaksi, maka pasar harus bisa mengeliminasi segala sesuatu yang mengganggu kelancaran transaksi.

Sampai saat ini pasar dalam ranah ekonomi masih dipandang sebagai lembaga yang paling penting untuk memecakan seputar masalah ekonomi tersebut, walaupun fungsi dan peran pasar antara kenyataan praktek sehari-hari bila disandingkan dengan ide dasarnya menunjukkan banyak beda kesenjangan. Baik dalam lingkup global maupun mikro, fungsi dan peran pasar tidaklah akan pernah sempurna; karena secara genetic terkandung penyakit paradigma kapitalis dan dalam realitas mekanismenya pasar selalu terbawa informasi yang tidak utuh (Leksono, 1999:151-152)

Menurut Leksono (1999:175-176), kinerja dari pasar antara lain adalah sebagai berikut :

a. Harga jual sangat ditentukan oleh transaksi antara penjual dan pembeli. Dalam menawarkan harga, penjual bersifat spekulasi, dengan harapan barang yang ditawarkan laku dengan harga tinggi dan dapat memperoleh keuntungan yang tinggi.

(42)

commit to user

c. Tidak pernah menghitung keuntungan secara harian, karena memang tidak memiliki tradisi pembukuan.

d. Mempertahankan kelangsungan usaha meskipun terjadi penurunan keuntungan. e. Penggunaan tenaga kerja keluarga yang bukan semata-mata atas pertimbangan

efisiensi operational cost, namun anggota keluarga menjadi satuan dasar dalam mengelola usaha atau bisnis.

f. Berupaya semaksimal mungkin mendapatkan barang dagangan dari pemasok

tanpa harus membayar terlebih dahulu.

g. “Ngamek” (mengambil, meminjam) barang tetangga dan menjualnya ketika di

bedaknya sendiri tidak tersedia barang yang dikehendaki pembeli, dengan hasil keuntungan itu kemudian hasil keuntungannya dibagi dua.

h. Item barang yang dominan dipersiapkan disediakan dijual di bedaknya

disesuaikan menurut “musim” tertentu keperluan konsumen pembeli, misal ; jenis atau item barang yang dijajakan di bedak pada musim pernikahan berbeda dengan pada musim siswa masuk sekolah, berbeda pula dengan menjelang hari raya.

i. Meningkat daya upaya menambah jumlah dan jenis barang yang dapat

diperoleh dari pemasok untuk dapat di “amek” serta berupaya menambah

peluang untuk pemasok yang yang dapat menjadi relasi usahanya dengan cara

nyaur-ngamek”.

j. Berupaya memperpanjang jangka interval waktu toleransi antara “ngamek” (=

(43)

commit to user

k. Memiliki sejumlah pelanggan (pembeli tetap).

l. Dengan potongan harga yang diperoleh dari pemasok, pedagang acapkali

dalam menentukan harga jualnya bisa lebih rendah daripada harga jual eceran pemasok kepada konsumen pembeli (karena harga pembelian pedagang dari pemasok lebih rendah daripada harga yang ditawarkan pemasok kepada konsumen pembeli.

m. Pengumpulan modal usaha masih menyandarkan pada menabung malalui

mekanisme arisan diantara sesame pedagang.

B. HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

Penelitian yang dilakukan oleh Imam subekti dkk (2000) dengan judul

“Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (study

kasus : Pedagang Kaki Lima di Daerah TK. II Kotamadya Malang)”. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha Pedagang Kaki Lima yang ada di kotamadya TK. II Malang. Terdapat 10 variabel yang dapat mempengaruhi kinerja usaha dari pengecer Pedagang Kaki Lima, yaitu : usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, jam kerja, pengalaman sebelum mandiri, pengalaman dalam posisi sekarang, ukuran tempat, tingkat persediaan jumlah pegawai. Dari analisa hubungan kesepuluh variabel tersebut secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan bersih atau distribution income

(44)

commit to user

tanggungan; (2) pengalaman sebalum mandiri; (3) tingkat persediaan; (4) ukuran tempat; dan (5) jumlah pegawai. Dari kelima variabel tersebut yang mempunyai pengaruh positif adalah pengalaman sebelum mandiri, tingkat persediaan dan jumlah pegawai sedangkan jumlah tanggungan dan ukuran tempat mempunyai pengaruh negatif. Untuk meningkatkan pendapatan bersih atau distribution income Pedagang Kaki Lima dapat dilakukan dengan menaikkan atau menambah variabel yang mempunyai pengaruh positif dan mengurangi atau menurunkan variabel yang mempunyai pengaruh negatif.

Penelitian dengan judul “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan

Padagang Kaki Lima di Kawasan Malioboro” oleh Th. Agung M. Harsiwi pada

(45)

commit to user

Penelitian yang dilakukan Ririn Tri Rahmawati pada tahun 2007 dengan

judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang

Kaki Lima Sektor Makanan dan Minuman (Study kasus di seputaran alun-alun

kota Madiun)”. Variabel yang digunakan adalah variabel modal, jam kerja perhari,

lama usaha, tingkat pendidikan dan usia. Dari hasil penelitian, didapat bahwa semua variabel yang digunakan signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh Pedagang Kaki Lima di kawasan tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Nana Eka Nugraha (2006) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Pedagang Kaki

Lima Sektor Makanan dan Minuman (studi kasus di kota Yogyakarta)”. Dari

penelitian ini didapat hasil bahwa variabel modal positif terhadap keuntungan sebesar 0,190, pengalaman berpengaruh positif sebesar 128,431, jam kerja berpengaruh positif sebesar 7.8991.806, tingkat pendidikan berpengaruh negative sebesar 598742, sikap berpengaruh positif sebesar 1062417, lokasi berpengaruh positif sebesar 175616,4, dan variabel cuaca berpengaruh positif sebesar 2384963.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

(46)

commit to user

sektor perdagangan. Hubungan yang terjadi antara sektor pariwisata dan sektor perdagangan adalah hubungan positif, di mana pariwisata suatu daerah mempunyia prospek, di situ pula sektor perdagangan dapat diandalkan sehingga di mana terdapat tempat tujuan wisata, di situ pula para pedagang akan membuka lapangan kerjanya sendiri.

Di Surakarta, Keraton Kasunanan Hadiningrat merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang banyak menarik wisatawan asing maupun domestik. Hal ini turut mengundang para pelaku perdagangan untuk membuka lapangan kerja di sekitar tempat tersebut, salah satunya di Pasar Kliwon Kota Surakarta. Para pelaku perdagangan di pasar ini mempunyai segmen pasar tersendiri, yaitu para wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasunanan Hadiningrat di samping masyarakat Surakarta secara umum.

Sektor perdagangan merupakan kegiatan usaha di sektor informal yang tidak begitu memerlukan keahlian khusus. Seringkali kegiatan perdagangan di sini tidak dimotivasi untuk mencari keuntungan semata, akan tetapi mereka yang dulu memiliki tanah di area keraton tersebut menjalankan kegiatan perdagangan di pasar tersebut bertujuan untuk menjaga silaturahmi antara penduduk sekitar.

(47)

commit to user

setiap pedagangnya. Selain variabel ekonomi yang dijabarkan di atas, penulis ingin menyoroti kondisi sosial para pedagang di pasar tersebut, yaitu diduga terdapat perbedaan usia dan tingkat pendidikan di antara para pedagang.

Kemudian setelah mengkaji perbedaan rata-rata modal, pendapatan, jumlah jam kerja, usia, dan tingkat pendidikan, penulis ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antar variabel yang kemudian akan diketahui apakah variabel satu mempengaruhi variabel yang lain atau tidak. Dan setelah itu, penulis ingin menjabarkan sisi sosial dari para pedagang yang ada di pasar tersebut dengan kriteria tertentu yang di anggap dapat mewakili kondisi sosial para pedagang.

Gambar Alur Pemikiran

hubungan hubungan

perbedaan rata-rata

Kajian Sosial Ekonomi Pedagang Keris Dan Kacamata Di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta Tahun 2010

Pedagang Kacamata

Pedagang Souvenir/Keris/ Kerajinan

(48)

commit to user

D. HIPOTESIS

1. Diduga ada perbedaan rata-rata modal, pendapatan, jam kerja perhari, lama

usaha, usia, dan pendidikan di antara pedagang keris/souvenir/kerajinan dan kacamata di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta. 2. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan modal.

3. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan jam kerja perhari.

4. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan jumlah kios yang

dimiliki.

5. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan lama usaha. 6. Diduga terdapat hubungan antara pendapatan dengan usia.

(49)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada lingkup wilayah Kota Surakarta, di Pasar Kliwon Kota Surakarta. Khususnya bagian dari pasar kliwon yang memperdagangkan kacamata dan souvenir/keris/kerajinan, yang berlokasi di timur Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta.

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu metode penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dari metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan (Travers dalam Alimuddin, 1993)

B. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber. b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari narasumber. Data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi yang berkaitan. 2. Sumber Data

(50)

commit to user

Data primer diperoleh peneliti dari survey langsung dengan membagikan kuisioner kepada pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Kota Surakarta.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh peneliti dari instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pemerintah Kota setempat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei ke lokasi penelitian dengan membagikan kuisioner kepada pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunan Hadiningrat Kota Surakarta, khususnya yang berdagang kacamata dan souvenir/keris/kerajinan.

D. Populasi

Djarwanto dan Pangestu (1993:102) mendefinisikan populasi atau

universe adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Dalam penelitian ini populasinya adalah jumlah pedagang yang berada di Pasar Keris dan Kacamata di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta.

(51)

commit to user

E. Definisi Operasional Variabel 1. Pedagang

Pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan perniagaan sebagai pekerjaannya sehari (Miranda, 2001).

2. Pendapatan

Pendapatan total (total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan produknya. Sedangkan seluruh pengeluaran yang ditanggung ditanggung oleh perusahaan untuk membeli berbagai macam input disebut biaya total (total cost) (Mankiw, 2003:347)

3. Jam Kerja Perhari

Merupakan waktu yang digunakan pedagang untuk menjajakan barang-barang dagangannya dalam waktu sehari, dihitung dalam satuan jam.

4. Jumlah Kios Yang Dimiliki Sekarang

Jumlah kios yang dimiliki merupakan besarnya tempat usaha yang digunakan para pedagang yang dihitung per blok. Waktu sekarang adalah waktu saat diadakan survey oleh peneliti.

5. Lama Usaha

Merupakan satuan tahun lamanya para pedagang berusaha di tempat ini dihitung sejak mulai usaha.

(52)

commit to user

Sejumlah uang dan barang yang dapat dinilai yang dibutuhkan pedagang untuk memulai usaha tersebut. Modal dalam penelitian ini adalah modal di luar bangunan (di luar pembelian kios), dihitung dalam satuan rupiah.

7. Tingkat Pendidikan

Merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang (dalam penelitian ini seseorang tersebut adalah pedagang di Pasar Kliwon).

8. Usia

Usia adalah faktor intern dari para pedagang yang memungkinkan mempengaruhi pedagang tersebut dalam mengambil keputusan.

F. Metode Analisis Data 1. Deskripsi Data

Analisis ini bertujuan mendeskripsikan data-data sosial yang diperoleh dari para pedagang melalui wawancara secara langsung dengan para pedagang di Pasar Keris dan Kacamata di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Melalui data-data yang diperoleh, analisis ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi sosial para pedagang secara nyata.

2. Uji Mean (rata-rata)

Pengujian pada penelitian ini menggunakan pengujian rata-rata (Mean). Rata-rata adalah suatu nilai rata dari semua nilai data observasi. Nilai rata-rata data observasi diberi symbol µ.

(53)

commit to user

observasi di bagi dengan banyaknya data. Atau secara matematis dapat ditulis dengan formula sebagai berikut :

µ=

Yang menyatakan bahwa :

µ = rata-rata data observasi ( populasi)

Σ = jumlah

x = nilai data observasi

N = banyaknya data observasi

Rata-rata data observasi berkelompok (Grouped data) adalah jumlah hasil kali antara frekuensi dengan nilai tengah semua kelas dibagi jumlah frekuensi. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

µ=

yang menyatakan bahwa :

µ = rata-rata data observasi berkelompok

ΣfM = jumlah frekuensi kali nilai tengah per kelas

Σf = jumlah frekuensi (Algifari, 1997 : 32).

(54)

commit to user Pedagang Pendapatan Modal Jam

Kerja Jml. Kios

Lama

Usaha Usia Pendidikan

Kacamata

Rata-rata (µ)

Keris/Souvenir/

Kerajinan

Rata-rata (µ)

Pedagang di Pasar Keris dan Kacamata dikelompokkan berdasarkan kriteria barang dagangan, kemudian dicari variabel-variabel yang bersangkutan dan selanjutnya dihitung rata-rata atau mean (µ) dari varibel-variabel tersebut dan diselidiki apakah terdapat perbedaan antara pedagang satu dengan pedagang lainnya.

Setelah mengatahui rata-rata variabel sosial maupun ekonomi, maka dapat dilihat rasio antara pendapatan dengan variabel ekonomi di antara pedagang.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu vareiabel ekonomi yang meliputi variabel pendapatan, jumlah modal yang digunakan, jumlah kios yang dimiliki sekarang, lama usaha dan jam keja per hari. Sedangkan variabel sosial yang digunakan adalah variabel usia dan tingkat pendidikan.

(55)

commit to user

Deviasi adalah selisih nilai dari pengamatan dengan nilai sebenarnya. Hal ini layak terjadi pada setiap penelitian. Presisi atau tingkat kebenaran dari suatu penelitian dapat diukur dengan besarnya simpangan yang terjadi.

Deviasi standard (Standard Deviation) merupakan penyimpangan dari suatu rangkaian data X1, X2, …, Xn terhadap nila rata-rata (Mean).

Kita tahu bahwa selalu = 0 sehingga untuk menciptakan

hasil yang positif maka nilai haruslah absolute. Pemakaian tanda

absolute ini tidaklah menjamin manipulsi secara matematis, maka untuk

menghindari hal tersebut haruslah dikuadradkan sehingga akan memperoleh hasil positif, yaitu :

(Xi-X)2 = positif

Untuk memperoleh Deviasi Standard yang sebenarnya maka formula diubah menjadi :

σ =

Untuk data berkelompok, besarnya standard deviasi dapat dicari dengan formula sebagai berikut :

σ =

(56)

commit to user

F = jumlah frekuensi pada masing-masing kelas

N = jumlah seluruh data

M = nilai mid point pada masing-masing kelas

Cara menghitung deviasi standard :

1) Carilah jumlah frekuensi dan nilai tengah (mid point) pada masing-masing kelas.

2) Kalikan masing-masing frekuensi tersebut dengan nilai tengah (mid point)

FM

3) Kalikan pula frekuensi tersebut dengan mid point kuadrad (F.M2), kemudian

bagilah dengan N. maka diperoleh

4) Cari nilai rata-ratanya

5) Kuadradkan hasil no. d

6) Kurangkan hasil no. c dengan no. e 7) Akarkan hasil pada f

Sedangkan untuk menghitung besarnya variance pada data bekelompok dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

σ2

= (Samsubar, 1999 :64-67)

(57)

commit to user

x = merupakan besarnya nilai

µ = merupakan rata-rata dari variabel dependent

σ2

= besarnya standard deviasi variabel dependent

x < µ –σ µ-σ≤ x ≤ µ+σ x > µ + σ Variabel

Variabel Variabel

3. Uji Korelasi

Djarwanto (1991 :55-56), metode korelasi jenjang ini dikemukakan oleh Carl Spearman pada tahun 1904. Metode ini diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai joint

normal distributon dan conditional variance tidak diketahui sama. Korelasi rank dipergunakan apabila pengukuran kuantitatif secara eksak tidak mungkin/sulit dilakukan. Misalnya : mengukur tingkat moral, tingkat kesenangan, tingkat motivasi.

Untuk menghitung rank-corelation coefficient-nya, yang dinotasikan dengan rs, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur hubungannya diberi jenjang. Bila ada nilai pengamatan yang sama dihitung jenjang rata-ratanya. b. Setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya.

c. Perbedaan setiap pasang jenjang tersebut dikuadratkan dan dihitung

(58)

commit to user

d. Nilai rs (koefisien korelasi Spearman) dihitung dengan rumus :

r

s

= 1 -

dimana : di menunjukkan perbedaan setiap pasang rank. n menunjukkan jumlah pasangan rank.

Hipotesa nihil yang akan diuji mengatakan bahwa dua variabel yang diteliti dengan nilai jenjangnya itu independen, tidak ada hubungan antara jenjang variabel yang satu dengan jenjang dari variabel lainnya.

Ho : rs = 0 H1 : rs ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusannya adalah : Ho diterima apabila rs ≤ ρs (α)

Ho ditolak apabila rs> ρs (α)

Untuk n < 30 dapat dipergunakan tabel nilai t, dimana nilai t sampel dapat dihitung dengan rumus :

t = rs

(59)

commit to user

BAB IV PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM 1. Aspek ekonomi

Perkembangan suatu daerah akan berdampak pada kehidupan masyarakat maupun masyarakat lain di sekitarnya. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sisi sosial dan sisi ekonomi. Untuk mengukur perkembangan perekonomian suatu daerah dapat menggunakan beberapa indikator, antara lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan per kapita dan laju inflasi.

(60)

commit to user

Pada tahun 2008 sektor perdagangan atas dasar harga berlaku mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.984.698,20 atau sebesar 25,12% yang merupakan kontribusi terbesar disbanding sektor lainnya. Sedangkan atas dasar harga konstan, sektor ini mampu memberikan kontribusi sebesar Rp 1.211.208,49 atau sebesar 26,62% dan merupakan kontribusi terbesar disbanding sektor lain.

Tabel IV.1

PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha

Kontribusi (dalam ribuan) (Rp) Persentase (%) Laju Pertumbuhan (%)

(61)

commit to user

Tabel IV.2

PDRB Kota Surakarta Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan

Lapangan Usaha

Kontribusi (dalam ribuan) (Rp) Persentase (%)

Laju

Sumber : Surakarta Dalam Angka

(62)

commit to user

Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta atas dasar harga berlaku, menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 pendapatan perkapita masih mancapai angka sebesar Rp 5.336.870,05 rupiah, tahun 2007 sudah menjadi Rp 11.738.351,79 rupiah atau naik sebesar 119,95 persen. Demikian juga pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan meskipun kenaikannya tidak sebesar harga berlaku.

Tabel IV.3

(63)

commit to user

Laju inflasi merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi suatu wilayah. Laju inflasi perlu dijaga agar tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Laju inflasi yang tinggi akan menggairahkan perekonomian, akan tetapi menyusahkan masyarakat karena harga naik secara serentak. Laju inflasi yang terlalu rendah akan menjadikan perekonomian suatu wilayah lesu. Laju inflasi di Kota Surakarta dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 1998 akibat adanya krisis moneter, yaitu mencapai 66,38%. Setelah tahun 1998 laju inflsi di Kota Surakarta cukup stabil, yaitu selalu di bawah 2 digit kecuali pada tahun 2001 dan 2005 yang mencapai angka 15,58% dan 13,88%.

Tabel IV.4

2. Sektor Informal di Surakarta

(64)

commit to user

mawakili wilayah sosial ekonomi yang berada dalam jalur regulasi yang ditetapkan pemerintah. Hal ini tentunya terkait dengan status legal dalam kerangka negara atau state. Sedangkan informal mewakili bentuk-bentuk aktifitas sosial-ekonomi yang diluar regulasi dan cenderung dimaknakan vis-à-vis pemerintah sebagai regulator. Informal kemudian di-stereotyp-kan dengan mudahnya masuk ke sektor itu (ease of entry), skala kecil-menengah (small-scale), kepemilikan keluarga (family ownership), ketrampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar jalur sekolah formal (outside formal school system) dan pasar yang competitive (competitive markets) (ILO; 1972).

Terbatasnya kemampuan kota untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi pendatang telah menciptakan kerja-kerja informal (untuk tidak mengatakan

tidak formal) diperkotaan. Di Kota Surakarta sektor ini menjelma menjadi wilayah yang disatu sisi menjadi problem perkotaan, namun disisi yang lain bermanfaat sebagai peredam ledakan pengangguran dan juga sebagai sumber

(65)

commit to user

Salah satu sektor informal yang banyak dijumpai di Kota Surakarta adalah Pedagang Kaki Lima. Hampir di setiap sudut kota dapat ditemukan keberadaan para Peadagang Kaki Lima yang menjajakan barang dagangan mereka masing-masing. Cara berdagang Pedagang Kaki Lima ini bervariasi, mulai dari yang memiliki tempat tetap, bongkar pasang/tenda, hingga yang hanya menggunakan sepeda motor sebagai sarana berdagang mereka.

Tabel IV.5

Data Pedagang Kaki Lima Berdsarar Type Bangunan/Sarana di Kota Surakarta Tahun 2010

Type Bangunan/Sarana

(66)

commit to user

gerobak, gelaran, dasaran, dan lesehan yang berjumlah 645 orang. Sedangkan Pedagang Kaki Lima yang masuk dalam kelompok tidak menetap (bergerak) adalah mereka yang berdagang menggunakan mobil, motor, dan lain-lain yang cenderung bergerak. Jumlah Pedagang Kaki Lima yang bergerak ini sebanyak 992 orang pedagang yang terdiri dari 50 orang menggunakan mobil atau motor, dan 942 orang menggunakan sarana lain.

3. pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang meningkatkan pendidikan.

Tabel IV.6

Banyaknya Sekolah dan Guru Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008

(67)

commit to user

B. ANALISIS DATA

1. Analisis Deskriptif

a. Kelompok Umum dan Jenis Kelamin

Pasar Keris dan Cenderamata bertempat di sekeliling alun-alun utara Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta. Terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Pasar Cenderamata, Pasar Kliwon, dan Pasar Batu Permata. Pasar Cenderamata dan Pasar Kliwon dikelola oleh Dinas Pasar Kota Surakarta, sedangkan Pasar Batu Permata berstatus milik Keraton Kasunanan Hadiningrat Surakarta.

Pasar Kliwon dibagi menjadi 2, yaitu pasar tradisional yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan pasar yang menyediakan kacamata dan barang-barang kerajinan. Pasar Kliwon yang menyediakan kacamata dan barang-barang kerajinan ini memiliki bangunan sendiri dan disebut Pasar Keris dan Kacamata Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat. Akan tetapi dalam pengelolaannya di bawah pengelola Pasar Kliwon.

(68)

commit to user

Pasar Keris dan Kacamata Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat merupakan pasar dengan jumlah kios sebanyak 82 kios yang dimiliki 58 orang. Dari 82 kios yang ada, sebanyak 80 kios digunakan untuk perdagangan kacamata dan keris/souvenir/kerajinan yang merupakan barang yang dominan di pasar ini. 80 kios yang menjual kacamata dan keris/souvenir/kerajinan ini dimiliki oleh 56 orang. Sejumlah 22 orang pedagang kacamata dan 34 orang pedagang keris/souvenir/kerajinan. Sisanya sejumlah 2 kios digunakan untuk servis elektronik.

Tabel IV.7

Tabel Jumlah Kios

Kios Jumlah

(Blok) Prosentase

Kacamata 22 39,29

Keris/Souvenir/Kerajinan 34 60,71

Sumber : data diolah

(69)

commit to user

Dari rasio pedagang parempuan terhadap pedagang laki-laki yang mencapai angka rasio lebih dari 50% menandakan bahwa peran perempuan dalam hal ekonomi semakin meberikan kontribusi

Tabel IV.8

Tabel Perbandingan Pedagang Laki-Laki dan Perempuan

Jenis Kelamin

Jumlah

(Orang) Prosentase Laki-Laki 32 57,14 Perempuan 24 42,86 Sumber : data diolah

b. Usia Pedagang

Usia merupakan faktor intern yang dimiliki setiap orang orang, tidak terkecuali para pedagang yang ada di Pasar Keris dan Kacamata Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat ini. Usia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu usia non produktif dan usia produktif. Usia non produkti adalah usia 0-15 tahun dan 55 tahun ke atas. Usia prodktif adalah usia di antara rentang usia non produktif, yaitu usia antara 16-55 tahun.

(70)

commit to user

terendah pedagang di pasar ini yang ada di zona usia non produktif adalah 58 tahun dan yang tetinggi adalah 70 tahun.

Rasio antara pedagang usia non produktif terhadap usia produktif adalah 0,06 yang artinya dalam 100 orang usia produktif terdapat 6 orang usia non produktif. Dari rasio tersebut dapat diketahui bahwa perdagangan di pasar ini didominasi oleh orang-orang yang berusia produktif

Tabel IV.9

Tabel Usia Pedagang

Usia Jumlah

(orang) Prosentase

0-15 0 0

16-55 53 94,64

>55 3 5,36

Sumber : data diolah

c. Jenis Barang Dagangan

Jenis barang dagangan di Pasar Keris dan Kacamata Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat tidak terlalu beranekaragam karena memang pasar ini merupakan pasar khusus yang menyediakan barang dagangan yang tidak terlalu banyak variasi.

(71)

commit to user

yang khusus hanya menjual 1 macam barang saja. Seperti keris saja, souvenir saja, atau kerajinan saja. Pedagang selain pedagang kacamata selalu menjual barang-barang seperti keris, souvenir, da kerajinan tersebut lebih dari satu macam.

Jumlah pedagang yang berjualan kacamata di pasar ini sebanyak 22 orang atau sebesar 39,29%. Sedangkan jumlah pedagang keris/souvenir/kerajinan sebanyak 34 orang atau 60,71%. Dari persentase jumlah pedagang diketauhi bahwa lebih dari setengah pedagang yang ada di Pasar Keris dan Kacamata Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat ini berdagang keris.souvenir/kerajinan.

Rasio pedagang kacamata terhadap pedagang keris/souvenir/kerajinan adalah 0,65. Yang artinya, jika terdapat 100 pedagang keris/souvenir/kerajinan di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat ini maka akan terdapat 65 pedagang kacamata di tempat tersebut.

Tabel IV.10

Tabel Jenis Barang Dagangan

Jenis Barang Jumlah

(orang) Prosentase

Kacamata 22 39,29

Keris/Souvenir/Kerajinan 34 60,71

Sumber : data diolah

d. Jumlah Kios yang Dimiliki Sekarang dan Status Kepemilikan

(72)

commit to user

antaranya digunakan untuk berdagang dan 2 sisanya digunakan untuk servis elektronik.

Dari 80 kios yang digunakan untuk berdagang ini hanya dimiliki oleh 56 orang saja. Hal ini berarti ada beberapa orang memiliki kios di pasar ini lebih dari 1 kios. Pedagang yang hanya memiliki 1 kios sebanyak 41 orang. Dari 41 orang tersebut 15 orang pedagang kacamata dan sisanya sebanyak 26 orang pedagang keris/souvenir/kerajinan. Sedangkan pedagang yang memiliki kios lebih dari 1 sebanyak 15 orang, yaitu 7 orang pedagang kacamata dan 8 orang pedagang keris/souvenir/kerajinan.

Dilihat dari status kepemilikan kios, dari 56 orang pedagang di pasar ini hanya 1 orang yang masih menyewa kios sebagai tempat usaha. Yang lainnya, sebanyak 55 orang pedagang, kios tempat usaha tersebut merupakan milik sendiri.

Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pedagang di Alun-Alun Utara Keraton Kasunanan Hadiningrat ini telah memiliki modal yang cukup untuk berdagang.

Tabel IV.11

Tabel Jumlah Kios Jumlah

Kios

Jumlah

(orang) Prosentase

1 Kios 41 73,21

>1 Kios 15

Gambar

Gambar Kurva Biaya Menurut Samuelson (1993:145)
Gambar Kurva Keadaan Laba
Tabel IV.2
Tabel IV.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

jika dilihat dari banyaknya karya tulis Kyai Ahmad bin Asmuni, dia banyak menulis kitab dari berbagai bidang keilmuan, akan tetapi tidak dengan bidang keilmuan Bahasa

Aplikasi ini juga dibuat untuk memudahkan dalam proses komunikasi dengan konsumen karena di dalamnya terdapat halaman hubungi kami untuk menghubungi kami secara on line.Dan aplikasi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

41/KK/IX/2017 tanggal 26 SEPTEMBER 2017, maka sesuai aturan sebelum kami mengusulkan perusahaan saudara sebagai calon pemenang dengan ini dimintakan kepada

2. The Interim Agreement shall specify, among other things, the structure of the Council, the number of its members, and the transfer of powers and responsibilities from the Israeli

The signature of the Poincar´e duality of compact topological manifolds with local system of coefficients can be described as a natural invariant of nondegenerate symmetric

mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploitasi sumber daya air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada tiga, yaitu apakah terdapat perbedaan Emotion-Focused Coping dan Problem-Focused Coping pada wanita karir yang menonton drama