• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) terhadap Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) (Studi Kasus: Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) terhadap Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) (Studi Kasus: Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakteristik Sampel RTS-PM Raskin Desa Hamparan Perak No

Sampel Usia Jenis Kelamin

(2)

No

Sampel Usia Jenis Kelamin

(3)

No

Sampel Usia Jenis Kelamin

(4)

Lampiran 2. Waktu Pembagian Raskin Sampel Waktu Pembagian

(5)

Sampel Waktu Pembagian Ketetapan (Satu Tahun)

Waktu Pembagian Aktual (Satu Tahun)

42 12 Kali 12 Kali

43 12 Kali 12 Kali

44 12 Kali 12 Kali

45 12 Kali 12 Kali

46 12 Kali 12 Kali

47 12 Kali 12 Kali

48 12 Kali 12 Kali

49 12 Kali 12 Kali

50 12 Kali 12 Kali

51 12 Kali 12 Kali

52 12 Kali 12 Kali

53 12 Kali 12 Kali

54 12 Kali 12 Kali

55 12 Kali 12 Kali

56 12 Kali 12 Kali

57 12 Kali 12 Kali

58 12 Kali 12 Kali

59 12 Kali 12 Kali

60 12 Kali 12 Kali

61 12 Kali 12 Kali

(6)
(7)
(8)

Lampiran 4. Harga Ketetapan dan Harga Aktual Raskin yang Dibayar RTS PM Sampel Harga Ketetapan Harga Aktual

(9)

Sampel Harga Ketetapan Harga Aktual

43 Rp 1.600 Rp 1.625

44 Rp 1.600 Rp 1.625

45 Rp 1.600 Rp 1.625

46 Rp 1.600 Rp 1.625

47 Rp 1.600 Rp 1.625

48 Rp 1.600 Rp 1.625

49 Rp 1.600 Rp 1.625

50 Rp 1.600 Rp 1.625

51 Rp 1.600 Rp 1.625

52 Rp 1.600 Rp 1.625

53 Rp 1.600 Rp 1.625

54 Rp 1.600 Rp 1.625

55 Rp 1.600 Rp 1.625

56 Rp 1.600 Rp 1.625

57 Rp 1.600 Rp 1.625

58 Rp 1.600 Rp 1.625

59 Rp 1.600 Rp 1.625

60 Rp 1.600 Rp 1.625

61 Rp 1.600 Rp 1.625

(10)
(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

Angipora, Marius P.. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Azwar, Syarifuddin MA. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bulog. 2012. Pedoman Umum Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin

(Raskin) 2012. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Republik Indonesia.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efeektivitas Kelompok. Bengkulu: PT. Rineka Cipta

Durianto, D., Sugiarto, A.W. Widjaja dan Supratikno, H. 2003. Invasi Pasar

dengan Iklan yang Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press

Gedeian, Arthur G.. 1991. Organization Theory and Design. University of Colorado at Denver.

Hastuti; Sulaksono, Bambang; Mawardi, Sulton. 2012. Tinjauan Efektivitas

Pelaksanaan Raskin dalam Mencapai Enam Tepat Dalam: Kertas Kerja

SMERU. Lembaga Penelitian SMERU

Hutagaol, M. Parulian dan Asmara, Alla. 2008. Analisis Efektivitas Kebijakan

Publik Memihak Masyarakat Miskin. Dalam: Jurnal Agro Ekonomi, Volume

26 No. 2, Oktober 2008

Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia. 2012. Penanggulangan

Kemiskinan Di Indonesia

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UUD AMP YKPN

(13)

Prasetyo, Bambang dan Miftahul, Lina Jannah. 2005. Metode Penlitian Kualitatif:

Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Rahim, A. dan Dwihastuti, D. R.. 2007. Ekonomika Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya

Royat, Sujana. 2008. Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penangulangan

Kemiskinan)

Saifullah, Agus. 2001. Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam: Bunga Rampai Ekonomi Beras (Suryana, A. dan Mardianto, S., 2001). Jakarta: LPEM_FEUI.

Sawit, H. 2002. Raskin: Sebuah Program Perlindungan Sosial dalam Majalah Pangan, No.38/XI/Jan/2002

Sedarmayanti. (1995). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Ilham Jaya.

Seokartawi. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil

Pertanian. Jakarta: Rajawali Press

Soepomo , 1997. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta Steers, M. Richard. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga

Suadi, Arief Ph.D.. 1995. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Sugiarto; Herlambang, Tedy; Brastoro; Sudjana, Rachmat; Kelana, Said. 2002.

Ekonomi Mikro. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan

Pangan. Yogyakarta.BPFE.

Tambunan, Tulus T. H.. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia,

Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) berdasarkan tujuan penelitian yaitu Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan yang dipilih adalah Kecamatan Hamparan Perak dengan pertimbangan bahwa jumlah penyaluran (Raskin) terbesar di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 667.575 kg pada periode Januari sampai Mei tahun 2012.

Tabel 3.1 Pagu Beras untuk Rumah Tangga Miskin Kecamatan Se-Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

No Kecamatan

Jumlah Sasaran Penyaluran Beras Desa/ RTS Per Bulan

(15)

Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Hamparan Perak dengan pertimbangan bahwa jumlah penyaluran (Raskin) terbesar di Kecamatan Hamparan Perak sebesar 16.665 kg, dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.2. Pagu Beras untuk Rumah Tangga Miskin Kecamatan Desa Se-Kecamatan Hamparan Perak Periode Januari Tahun 2013.

No Desa

Sasaran Penyaluran Beras RTS Per Bulan

Sumber: Kecamatan Hamparan Perak 2013

3.2. Metode Penentuan Sampel

(16)

ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi (Soepomo, 1997).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara peneliti dan sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dibuat terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti Badan Pusat Statistik, Badan Urusan Logistik Subdivre Medan, Kantor Camat Hamparan Perak, Kantor Kepala Desa Hamparan Perak, serta instansi-instansi lain yang berkaitan dengan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Hipotesis pertama dapat dianalisis mengunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan 5 indikator efektivitas raskin, yaitu “5 tepat”. “5 tepat” tersebut adalah tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, dan tepat kualitas.

1. Tepat sasaran: Raskin hanya diberikan kepada RTS-PM yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat Raskin (DPM-1).

2. Tepat jumlah: Jumlah beras Raskin yang merupakan hak RTS-PM sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu 15 kg/RTS/bulan atau 180 kg/RTS/tahun.

(17)

4. Tepat waktu: Waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTS-PM sesuai dengan rencana distribusi yaitu 1 kali dalam sebulan.

5. Tepat kualitas: Terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan kualias beras BULOG

Sebenarnya ada enam indikator untuk mengukur tingkat efektivitas Raskin. Namun untuk indikator tepat administrasi tidak dianalisis karena keterbatasan peneliti. Data yang diperlukan untuk tepat administrasi ini sangat susah diperoleh dari petugas yang melakukan distribusi Raskin dikarenakan sifatnya tertutup. Sehingga untuk mengukur efektivitas Raskin tersebut hanya menggunakan 5 indikator saja.

Pengukuran efektivitas distribusi Raskin dilakukan dengan menggunakan perhitungan rata-rata terbobot dengan skala Likert. Nilai dari indikator efektivitas Raskin yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat kualitas akan diperoleh melalui perhitungan rata-rata terbobot tersebut. Skala

Likert yang digunakan adalah skala Likert dengan 4 kategori yaitu sebagai berikut.

a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju

c. Setuju

d. Sangat Setuju

(18)

adalah menjumlahkan seluruh hasil kali bobot dengan frekuensinya dibagi dengan jumlah total frekuensi (Durianto, etl 2003).

Rumus:

�̅= ∑ ��.�� ∑ ��

dimana:

�̅ = Rata-rata Terbobot �� = Frekuensi

�� = Bobot

Setelah rata-rata terbobot sudah diperoleh hasilnya, rentang skala penilaian akan ditentukan untuk menentukan posisi tanggapan sampel. Rentang skala dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

��= � (�����) �

dimana:

Rs = Rentang Skala

R = Bobot terbesar-bobot terkecil M = Banyaknya kategori pembobotan

Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan 4 kategori dengan bobot mulai dari 1 sampai dengan 4, maka rentang skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

��= 4−1 4

��= 0,75

(19)

Tabel 3.3. Rentang Skala Keputusan Efektivitas Distribusi Raskin

Kategori Rentang Skala

Sangat Tidak Setuju

(Sangat Tidak Tepat) 1,00 < Rata-rata terbobot ≤ 1,75 Tidak Setuju

(Tidak Tepat) 1,75 < Rata-rata terbobot ≤ 2,50 Setuju(Tepat) 2,50 < Rata-rata terbobot ≤ 3,25 Sangat Setuju

(Sangat Tepat) 3,25 < Rata-rata terbobot ≤ 4

Durianto, etl (2003)

Tepat Sasaran:

Rata-rata terbobot untuk tepat sasaran dapat diperoleh dengan menggunakan pertanyaan berikut ini.

“Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat sasaran”

Jawaban dari pertanyaan tersebut akan akan diberikan bobot sesuai dengan kategori jawabannya. Setelah itu, melalui rata-rata terbobot untuk tepat sasaran, dapat diketahui apakah distribusi Raskin di daerah penelitian sudah tepat sasaran atau tidak.

Tepat Jumlah:

Rata-rata terbobot untuk tepat jumlah dapat diperoleh dengan menggunakan pertanyaan berikut ini.

“Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

(20)

Jawaban dari pertanyaan tersebut akan akan diberikan bobot sesuai dengan kategori jawabannya. Setelah itu, melalui rata-rata terbobot untuk tepat jumlah, dapat diketahui apakah distribusi Raskin di daerah penelitian sudah tepat jumlah atau tidak.

Tepat Harga:

Rata-rata terbobot untuk tepat harga dapat diperoleh dengan menggunakan pertanyaan berikut ini.

“Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat harga?”

Jawaban dari pertanyaan tersebut akan akan diberikan bobot sesuai dengan kategori jawabannya. Setelah itu, melalui rata-rata terbobot untuk tepat harga, dapat diketahui apakah distribusi Raskin di daerah penelitian sudah tepat harga atau tidak.

Tepat Waktu:

Rata-rata terbobot untuk tepat waktu dapat diperoleh dengan menggunakan pertanyaan berikut ini.

“Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat waktu?”

(21)

dapat diketahui apakah distribusi Raskin di daerah penelitian sudah tepat waktu atau tidak.

Tepat Kualitas:

Rata-rata terbobot untuk tepat kualitas dapat diperoleh dengan menggunakan pertanyaan berikut ini.

“Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat kualitas?”

Jawaban dari pertanyaan tersebut akan akan diberikan bobot sesuai dengan kategori jawabannya. Setelah itu, melalui rata-rata terbobot untuk tepat kualitas, dapat diketahui apakah distribusi Raskin di daerah penelitian sudah tepat kualitas atau tidak.

Hipotesis kedua dianalisis dengan menggunakan rumus efisiensi sebagai berikut ini (Soekartawi, 2002).

��= ��������������

�������������������������× 100% Jika:

Ed ≥ 1 berarti tidak efisien

Ed < 1 berarti efisien (Soekartawi, 2002).

Hipotesis ketiga dianalisis dengan menggunakan rumus di bawah ini

�� =(�� − ��) ×�� 2

Dimana:

(22)

Pr = Harga Raskin yang dibayarkan oleh RTS

Qr = Jumlah Raskin yang diterima oleh RTS (Sugiarto, 2002).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Defenisi

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dibuat batasan operasional, sebagai berikut:

1. Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah beras bersubsidi yang diberikan pemerintah untuk Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat.

2. Efisiensi merupakan tolak ukur atas produktivitas proses distribusi Raskin dengan membandingkan biaya operasional distribusi dengan nilai jual beras Raskin yang dipasarkan.

3. Efektivitas adalah dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan yaitu tepat sasaran, tepat jumlah,Tepat harga, tepat waktu, dan tepat kualitas.

4. Distribusi Raskin adalah penyaluran beras dari Perum Bulog kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat.

(23)

Kepala Desa/Lurah sebagai hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan disahkan oleh Camat.

6. Keluarga Miskin adalah mereka yang hidup dengan satu dollar Amerika Serikat (AS) setiap hari.

7. DPM-1 adalah model Daftar Penerima Manfaat Raskin di Desa/Kelurahan. 8. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari Satker

Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat Desa/Kelurahan, atau lokasi lain yang disepakati secara tertulis oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Divre/Subdrivre/ Kansilog Perum Bulog

9. Titik Bagi (TB) adalah tempat atau lokasi penyerahan Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM

10.BULOG adalah Badan Urusan Logistik yang bertugas mendistribusikan Raskin.

3.5.2. Batasan Operasional

1) Penelitian dilaksanakan di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang

2) Sampel adalah Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat yang masuk ke dalam Daftar Penerima Manfaat Raskin.

(24)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Geografi, Luas, dan Iklim Daerah Penelitian

Desa Hamparan Perak memiliki curah hujan rata-rata per tahun sebesar 1100 mm. Keadaan suhu rata-rata 300C, dan ketinggian tempat 2 meter dari permukaan laut. Luas Desa Hamparan Perak adalah sebesar 497,5 Ha.

Batas wilayah Desa hamparan Perak adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kotamadya Medan - Sebelah Timur berbatasan dengan Kotamadya Medan - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Selemak - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Baharu

4.1.2. Keadaan Penduduk

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

(25)

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Hamparan Perak berusia 20-35 tahun dengan jumlah 3.949 jiwa dengan persentase 29,72 %. Komposisi penduduk terkecil adalah penduduk yang berusia 0-1 tahun yaitu sebanyak 341 orang dengan persentase 2,57%.

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Komposisi penduduk di Desa Hamparan Perak berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

(26)

penduduk terkecil adalah penduduk yang berpendidikan TK yaitu sebanyak 270 orang dengan persentase 2,03%.

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Komposisi penduduk di Desa Hamparan Perak berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah %

1 Islam 2965 90,29

2 Katolik 110 3,35

3 Protestan 126 3,84

4 Hindu 3 0,09

5 Budha 80 2,44

Total 3284 100

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Hamparan Perak beragama Islam dengan jumlah 2965 jiwa dengan persentase 90,29%. Komposisi penduduk terkecil adalah penduduk yang beragama Hindu yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 0,09%.

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

(27)

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Hamparan Perak adalah suku Melayu sebanyak 1.353 dengan persentase 41,20%, sedangkan suku terbanyak kedua adalah suku Jawa yaitu sebanyak 1.294 orang dengan persentase sebesar 39,40 %. Suku terkecil adalah suku India dengan jumlah 2 orang dengan persentase sebesar 0,06 %

e. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Komposisi penduduk di Desa Hamparan Perak berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Nelayan 2.753 74

2 Karyawan 693 19

3 PNS 277 7

Total 3.723 100

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

(28)

4.1.3. Keadaan Ekonomi

a. Pertanian Tanaman Pangan

Keadaan ekonomi penduduk Desa Hamparan Perak ditinjau dari subsektor pertanian tanaman pangan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Subsektor Pertanian Tanaman Pangan

No Status Jumlah

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemilik tanah tegal paling banyak terdapat di Desa Hamparan Perak yaitu sebanyak 1222 orang. Jumlah pemilik tanah sawah paling kecil yaitu sebanyak 47 orang.

b. Subsektor Peternakan

Keadaan ekonomi penduduk Desa Hamparan Perak ditinjau dari subsektor peternakan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7. Subsektor Peternakan

No Status Jumlah

(29)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pemilik ternak kambing paling banyak terdapat di Desa Hamparan Perak yaitu sebanyak 20 orang. Jumlah pemilik ternak kerbau dan ternak babi paling kecil yaitu masing-masing sebanyak 2 orang.

c. Subsektor Perikanan

Keadaan ekonomi penduduk Desa Hamparan Perak ditinjau dari subsektor peternakan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8. Subsektor Perikanan

No Status Jumlah

3 Pemilik Keramba/Sejenisnya 4 13

Total 30 100

Sumber: Profil Desa Hamparan Perak, 2013

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pemilik perahu/sampan sebanyak 18 orang, pemilik/penanam rumput laut sebanyak 8 orang, pemilik keramba/sejenisnya sebanyak 4 orang.

d. Sektor Jasa

Keadaan ekonomi penduduk Desa Hamparan Perak ditinjau dari sektor jasa dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9. Sektor Jasa

No Status

(30)

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tukang kayu sebanyak 3 orang, tukang batu sebanyak 5 orang, tukang jahit/border sebanyak 5 orang, dan tukung cukur sebanyak tukang cukur sebanyak 3 orang.

4.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah RTS-PM (Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat) di Desa Hamparan Perak. Data karakteristik responden diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner yang diajukan kepada RTS-PM. Karakteristik responden yang dimaksud mencakup jenis kelamin, pendidikan, umur, agama, jumlah anggota keluarga, jumlah tanggungan, pekerjaan dan penghasilan.

4.2.1 Data Jenis Kelamin Sampel

Jenis kelamin sampel dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10. Data Jenis Kelamin Sampel

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 18 29

2 Perempuan 44 71

Total 62 100

Sumber : Kuisioner 2013

(31)

4.2.2 Data Pendidikan Sampel

Pendidikan sampel dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11. Data Pendidikan Sampel

No Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 5 8

2 SD 40 65

3 SMP 3 4

4 SMA/SMK 14 23

Total 62 100

Sumber : Kuisioner 2013

Tabel 4.11 menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel berpendidikan SD yaitu 40 orang dengan persentase sebesar 65%. Sampel terbesar kedua adalah sampel berpendidikan SMA/SMK yaitu 14 orang dengan persentase sebesar 23%. Sampel terbesar ketiga adalah sampel yang tidak bersekolah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 8%, dan sampel yang terkecil adalah sampel berpendidikan SMP yaitu 3 orang dengan persenttase sebesar 4%.

4.2.3 Data Umur Sampel

Umur sampel dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12. Umur Sampel

No Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber : Kuisioner 2013

(32)

adalah sampel berumur 26-35 tahun yaitu 16 orang dengan persentase sebesar 26%. Sampel terbesar ketiga adalah sampel berumur 46-55 tahun yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 16%. Sampel terbesar keempat adalah sampel berumur 20-25 tahun yaitu sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 11%. Sampel terbesar kelima adalah sampel berumur di atas 66 tahun yaitu sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 10% dan sampel yang terkecil adalah sampel berumur 56-65 tahun yaitu 5 orang dengan persentase sebesar 8%.

4.2.4. Data Jumlah Anggota Keluarga Sampel

Jumlah anggota keluarga sampel dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13. Data Jumlah Anggota Keluarga Sampel

No Anggota Keluarga (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 1 1 1

Sumber : Kuisioner 2013

(33)

4.2.5. Jumlah Tanggungan Sampel

Jumlah tanggungan sampel dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut ini. Tabel 4.14. Jumlah Tanggungan Sampel

No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Ada 3 5

Sumber : Kuisioner 2013

Tabel 4.14 menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel yang mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 4 yaitu 17 orang dengan persentase sebesar 27%. Sampel terkecil adalah sampel yang mempunyai jumlah tanggungan sebanyak 6 dan 7 yaitu masing-masing sebesar 1 orang dengan persentase sebesar 2%.

4.2.6. Data Pekerjaan Sampel

Jenis pekerjaan sampel dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15. Pekerjaan Sampel

No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Bekerja 2 3

(34)

Tabel 4.15 menunjukkan jumlah sampel terbesar adalah sampel yang bekerja sebagai nelayan yaitu 24 orang dengan persentase sebesar 39%. Sampel terkecil adalah sampel yang bekerja sebagai buruh pabrik yaitu 1 orang dengan persentase sebesar 2%.

4.2.7. Data Penghasilan Sampel

Penghasilan sampel per bulan dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini. Tabel 4.16. Penghasilan Sampel

No Penghasilan (Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0-499000 3 5

2 500000-750000 12 19

3 751000-1000000 36 58

4 1001000-1250000 6 10

5 1251000-1500000 3 5

6 >1500000 2 3

Total 62 100

Sumber : Kuisioner 2013

(35)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai analisis efektivitas dan efisiensi distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) dilaksanakan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat terhadap tingkat efektivitas dan efisiensi distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sistem distribusi Raskin, sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat terhadap tingkat efektivitasdistribusi Raskin, tingkat efisiensi distribusi Raskin dan surplus konsumen RTS-PM (Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat).

5.1. Sistem Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

Pelaksanaan Raskin di Desa Hamparan Perak telah dilakukan sejak tahun 2000. Namun pada saat itu nama program ini adalah OPK (Operasi Pasar Khusus). Program OPK berubah menjadi Raskin pada tahun 2002. Istilah Raskin tersebut masih digunakan hingga pada saat ini.

(36)

RTS. Masing-masing RTS-PM direncanakan memperoleh Raskin sebesar 15 kg per RTS-PM. Namun temuan di lapangan tidak demikian. RTS-PM yang terdaftar tidak tepat sasaran. Banyak rumah tangga yang benar-benar miskin tidak ikut terdaftar. Rumah tangga yang merasa layak untuk mendapatkan Raskin melakukan protes kepada pemerintah Desa Hamparan Perak. Pemerintah desa melakukan kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemerintah desa melakukan penambahan jumlah RTS-PM yang mengakibatkan jumlah Raskin yang diterima masing-masing RTS-PM yang terdaftar dalam PPLS-11 BPS berkurang.

Dari hasil penelitian di lapangan, Pemerintah Desa Hamparan Perak menambah RTS-PM melalui (Mudes) Musyawarah. Mudes dilaksanakan sebelum pemberian Raskin. Melalui Mudes, RTS-PM yang terdaftar bersedia mengurangi jumlah Raskin yang diterima dan membagikannya kepada rumah tangga yang tidak terdaftar. Jadi, Mudes merupakan kebijakan pemerintah Desa Hamparan Perak untuk mengatasi protes masyarakat yang tidak mendapatkan Raskin. Kebijakan pemerintah Desa Hamparan Perak ini memang mempunyai tujuan baik, namun kebijakan tersebut membuat program Raskin ini menjadi tidak tepat sasaran. Jumlah RTS-PM menjadi sebanyak 2083 rumah tangga setelah penambahan penerima Raskin. Masing-masing RTS-PM memperoleh Raskin dengan jumlah yang sama yaitu sebesar 8 kg.

(37)

Bulog

Kantor Camat Hamparan Perak

Desa Hamparan Perak

Titik Bagi

RTS-PM Titik Distribusi Raskin

Rumah Kepala Dusun

Raskin untuk dibagikan ke RTS-PM melalui titik bagi yang telah ditetapkan bersama sebelumnya. Raskin diangkut dengan menggunakan mobil pick-up yang disewa oleh pemerintah Desa Hamparan Perak. Biaya angkut Raskin tersebut tidak dibebankan kepada RTS-PM, melainkan dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar Desa (ADD) Hamparan Perak.

RTS-PM dapat membeli Raskin di titik bagi setelah pemerintah Desa Hamparan Perak menetapkan jadwal pembagian Raskin. Petugas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pembagian Raskin adalah Kepala Dusun yang telah diberikan wewenang oleh Kepala Desa Hamparan Perak sebelumnya. Raskin dibagikan dengan sistem antrian. RTS-PM sebelumnya dihimbau agar membawa wadah untuk Raskin karena Pemerintah Desa Hamparan Perak tidak menyediakannya. Sistem distribusi Raskin di desa Hamparan Perak dapat dilihat dari bagan 5.1 berikut ini.

(38)

5.2. Sikap Rumah Tangga Penerima Manfaat Terhadap Tingkat Efektivitas Distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Hamparan Perak.

Efektivitas distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dapat diukur dengan menggunakan empat (5) indikator efektivitas Raskin yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat kualitas.

5.2.1.Tepat Sasaran

Pertanyaan mengenai tepat saran berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat sasaran atau tidak. Pertanyaan mengenai tepat sasaran adalah sebagai berikut.

Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat sasaran?

Tabel 5.1 menunjukkan hasil jawaban sampel mengenai indikator tepat sasaran. Tabel 5.1. Indikator Tepat Sasaran

Kategori Bobot Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 1 46 74,19

Rata-rata terbobot untuk tepat sasaran dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

�̅= (1�46) + (2�9) + (3�7) + (4�0) 62

�̅= 1,37

(39)

Sasaran program Raskin adalah RTS-PM (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) yang terdaftar dalam PPLS-11 BPS. Hasil penelitian di Desa Hamparan Perak menunjukkan bahwa penerima Raskin bukan hanya RTS-PM yang terdaftar dalam PPLS-11 BPS, tetapi juga rumah tangga lainnya yang tidak terdaftar. Jumlah RTS-PM yang terdaftar dalam PPLS-11 BPS adalah 1111 rumah tangga, sedangkan jumlah RTS yang sebenarnya menerima Raskin sebanyak 2083 rumah tangga. Hal tersebut membuat distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tidak tepat sasaran. Kebijakan Pemerintah Desa Hamparan Perak ini memang mempunyai sisi positif yaitu semakin banyak yang menerima Raskin. Namun di sisi lain kebijakan tersebut berdampak buruk, yaitu berkurangnya jumlah Raskin yang diterima oleh RTS-PM.

5.2.2.Tepat Jumlah

Pertanyaan mengenai tepat jumlah berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat jumlah atau tidak. Pertanyaan mengenai tepat jumlah adalah sebagai berikut.

Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat jumlah?

(40)

Tabel 5.2. Indikator Tepat Jumlah

Kategori Bobot Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 1 49 79,03

Tidak Setuju 2 7 11,29

Setuju 3 3 4,84

Sangat Setuju 4 3 4,84

Total Sampel 62 100

Sumber: Kuisioner 2013

Rata-rata terbobot untuk tepat jumlah dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

�̅= (1�49) + (2�7) + (3�3) + (4�3) 62

�̅= 1,35

Rata-rata terbobot untuk indikator tepat jumlah yang diperoleh adalah 1,35. Nilai rata-rata terbobot ini berada dalam rentang skala 1 < �̅ ≤1,75 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sangat tidak tepat jumlah.

(41)

RTS-PM. Raskin yang dibagikan oleh Pemerintah Desa Hamparan Perak belum cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumsi RTS-PM.

5.2.3.Tepat Harga

Pertanyaan mengenai tepat harga berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat harga atau tidak. Pertanyaan mengenai tepat harga adalah sebagai berikut.

Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat harga?

Tabel 5.3 menunjukkan hasil jawaban sampel mengenai indikator tepat harga.

Tabel 5.3. Indikator Tepat Harga

Kategori Bobot Frekuensi Persentase

Sangat Tidak Setuju 1 0 0

Tidak Setuju 2 2 3,23

Setuju 3 33 53,23

Sangat Setuju 4 27 43,54

Total Sampel 62 100

Sumber: Kuisioner 2013

Rata-rata terbobot untuk tepat harga dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

�̅= (1�0) + (2�2) + (3�33) + (4�27) 62

�̅= 3,40

(42)

menunjukkan bahwa harga tebus Raskin di titik bagi adalah Rp 1.625,00/kg. perbedaan harga antara harga yang dibayarkan oleh RTS-PM dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp 25,-. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa RTS-PM membayar Rp 13.000,- untuk 8 kg Raskin, sedangkan apabila 8 kg Raskin dikalikan dengan Rp 1.600,- maka harga keseluruhannya adalah Rp 12.800,-. Perbedaan antara harga Raskin yang dibayarkan oleh RTS-PM tidak jauh beda dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

5.2.4.Tepat Waktu

Pertanyaan mengenai tepat waktu berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat waktu atau tidak. Pertanyaan mengenai tepat waktu adalah sebagai berikut.

Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat waktu?

Tabel 5.4 menunjukkan hasil jawaban sampel mengenai indikator tepat waktu.

Tabel 5.4. Indikator Tepat Waktu

Kategori Bobot Frekuensi Persentase Sangat Tidak Setuju 1 3 4,84

Tidak Setuju 2 13 20,97

Setuju 3 36 58,06

Sangat Setuju 4 10 16,13

Total Sampel 62 100

Sumber: Kuisioner 2013

Rata-rata terbobot untuk tepat waktu dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

�̅= (1�3) + (2�13) + (3�36) + (4�10) 62

(43)

Rata-rata terbobot untuk indikator tepat waktu yang diperoleh adalah 2,85. Nilai rata-rata terbobot ini berada dalam rentang skala 2,50 <�̅ ≤3,25 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat waktu.

Frekuensi pembagian Raskin yang ditetapkan oleh pemerintah adalah satu kali dalam sebulan. Jadi dalam setahun, frekuansi pembagian Raskin berjumlah 12 kali dalam setahun. Hasil penelitian di Desa Hamparan Perak menunjukkan bahwa frekuensi pembagian Raskin mencapai 12 kali dalam setahun, namun Raskin tersebut tidak tidak rutin dibagikan setiap bulan. Penerima Raskin kadang menerima Raskin dua kali bahkan tiga dalam sebulan karena bulan-bulan sebelumnya mereka tidak mendapatkan Raskin. Walaupun demikian, RTS-PM tidak terlalu mempermasalahkan keterlambatan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang memilih jawaban setuju ketika ditanyakan mengenai ketepatan waktu pendistribusian Raskin.

5.2.5.Tepat Kualitas

Pertanyaan mengenai tepat kualitas berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat kualitas atau tidak. Pertanyaan mengenai tepat kualitas adalah sebagai berikut.

Apakah Saudara setuju apabila distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak

dikatakan sudah tepat kualitas?

(44)

Tabel 5.5. Indikator Tepat Kualitas

Kategori Bobot Frekuensi Persentase Sangat Tidak Setuju 1 1 1,61

Rata-rata terbobot untuk tepat waktu dapat dihitung melalui perhitungan berikut.

�̅= (1�1) + (2�9) + (3�37) + (4�15) 62

�̅= 3,06

Rata-rata terbobot untuk indikator tepat waktu yang diperoleh adalah 3,06. Nilai rata-rata terbobot ini berada dalam rentang skala 2,50 <�̅ ≤3,25 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat kualitas. Bulog memakai standar kualitas beras yang ditetapkan dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras Dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah yaitu kadar air maksimum 14% (empat belas perseratus), butir patah maksimum 20% (dua puluh perseratus), kadar menir maksimum 2% (dua perseratus) dan derajat sosoh minimum 95% (sembilan puluh lima perseratus). Menurut RTS-PM, Raskin yang diterima sudah tergolong layak untuk dikonsumsi.

Rata-rata terbobot efektivitas distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dapat diketahui melalui rata-rata terbobot masing-masing indikator efektivitas. Perhitungan rata-rata terbobot efektivitas sebagai berikut:

�̅�

=

�̅������� +�̅����� ℎ+�̅ℎ����+�� ����� +�̅��������

(45)

�̅�

=

1,37 + 1,35 + 3,40 + 2,85 +3,06

5

�̅= 2,41

Rata-rata terbobot untuk indikator tepat waktu yang diperoleh adalah 2,41. Nilai rata-rata terbobot ini berada dalam rentang skala 1,75 <�̅ ≤2,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tidak efektif. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tidak efektif dikarenakan beberapa indikator efektivitas tidak tepat seperti tidak tepat sasaran dan tidak tepat jumlah.

Tingkat efektivitas distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dapat diperoleh melalui perhitungan berikut.

Tabel 5.6. Persentase jawaban sampel yang sangat setuju dan setuju Indikator

Efektivitas

Persentase Jawaban Sampel

Total Setuju Sangat Setuju

Tepat sasaran 11,29 0 11,29

Jadi tingkat efektivitas distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak adalah sebagai berikut.

�����������= 275,8

5 × 100%

�����������= 55,16%

(46)

penyebab distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak karena penerima Raskin dan jumlah Raskin yang diterima RTS-PM berbeda jauh dengan ketetapan pemerintah. Hal tersebutlah yang membuat distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tidak efektif.

5.3.Tingkat Efisiensi Distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Hamparan Perak.

Pembagian Raskin di Desa Hamparan Perak dilakukan dengan mengambil Raskin dari Titik Distribusi dan membawa Raskin tersebut ke Titik Bagi Raskin. Kegiatan pendistribusian ini pasti memerlukan biaya pendistribusian. Dari hasil penelitian di Desa Hamparan Perak, ditemukan bahwa sebagian besar biaya distribusi Raskin ditangggung Pemerintah Desa Hamparan Perak. Biaya distribusi Raskin ini dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar Desa (ADD) Hamparan Perak. Sebagian lagi dikenakan kepada penerima Raskin yaitu sebesar Rp 25,-/kg atau jika ditotalkan keseluruhan menjadi Rp 416.625,-. Biaya Rp 25,-/kg ini tidak diketahui biaya apa. Biaya ini muncul dari harga yang dibayarkan oleh penerima. Harga yang dibayarkan oleh penerima adalah sebesar Rp 1.625,-/kg. Harga ini lebih besar daripada harga ketetapan yaitu sebesar Rp 1.600,-/kg. Selisihnya yaitu sebesar Rp 25,- tidak diketahui untuk biaya apa. Biaya distribusi Raskin yang dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar Desa adalah sebesar Rp 800.000,00 dalam sekali pendistribusian Raskin. jumlah RTS-PM yang aktual menerima Raskin sebanyak 2083 RTS-PM. Jadi, tingkat efisiensi distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

��= ���������������

(47)

Diketahui:

• Biaya distribusi Raskin Desa Hamparan Perak yang dimasukkan dalam ADD

adalah sebesar Rp 800.000. Jadi biaya distribusi untuk per kg adalah

= �� 800.000

2083�8

= �� 48,-

• Biaya distribusi yang dibebankan kepada RTS-PM adalah Rp 25,- per kg

Jadi total biaya Raskin distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak untuk setiap kilogram adalah sebagai berikut:

= �� 48 +�� 25

= �� 73/��

• Nilai produk yang didistribusikan adalah Rp 1.625,00/kg

Jadi efisiensi distribusi Raskin adalah:

��= �� 73

�� 1625× 100%

= 0,05

= 5%

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh efisiensi distribusi Raskin lebih kecil daripada satu (ed<1) yang artinya bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sudah efisien.

5.4.Besar Surplus Konsumen yang Diperoleh RTS-PM dari Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Hamparan Perak

(48)

RTS-PM hanya mengeluarkan Rp 1.625,- untuk setiap kg Raskin yang dibeli. Besar surplus yang diperoleh oleh RTS-PM adalah sebagai berikut.

�� =(�� − ��) ×�� 2

�� =(�� 9.400− �� 1.625) × 8 2

�� =�� 31.100

Dari perhitungan di atas, masing-masing RTS-PM akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 31.100,- untuk setiap pembagian Raskin. Jika dipersentasekan, konsumen memperoleh surplus konsumen sebesar 41,36% surplus konsumen. Persentase tersebut diperoleh dari perhitungan berikut ini.

= �� 31.100

�� 9400�8�100%

= 41,36%

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Saluran distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dimulai dengan pengambilan Raskin di titik distribusi yaitu Kantor Camat Hamparan Perak. Setelah di desa, Raskin tersebut dibagikan ke setiap dusun. Dusun merupakan titik bagi Raskin. Sebelum pembagian Raskin, masing-masing dusun menyelenggarakan Mudes. Setelah Mudes selesai, Pemerintah Desa Hmaparan Perak akan menetapkan tanggal pembagian Raskin.

2. Hasil analisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat terhadap efektivitas distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak adalah tidak efektif karena sebagian indikator untuk menentukan tingkat efektivitas Raskin tidak memenuhi syarat. Hasil kelima indikator efektivitas Raskin dapat dilihat sebagai berikut.

a. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sangat tidak tepat sasaran b. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sangat tidak tepat jumlah

Hamparan Perak sangat tidak tepat jumlah.

c. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sangat tepat harga d. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat waktu

e. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tepat kualitas

(50)

4. RTS-PM di Desa Hamparan Perak memperoleh Surplus konsumen sebesar Rp 31.100,- untuk setiap pembagian Raskin atau lebih untung sebesar 41,36% dengan membeli Raskin daripada membeli beras biasa

6.2. Saran

1. Kepada pemerintah agar memberi pengawasan lebih terhadap program Raskin. Karena di dalam pelaksanaan program Raskin ini, kerap terjadi penyimpangan-penyimpangan dari aturan-aturan yang telah ditetapkan, seperti jumlah Raskin yang dikurangi, harga jual yang tidak tepat, waktu penyaluran Raskin yang terlambat

2. Kepada masyarakat yang menjadi penerima Raskin (RTS-PM) agar lebih mengetahui dengan baik hak dan kewajibannya di dalam pelaksanaan program Raskin ini. Diharapka melalui program Raskin ini, masyarakat yang menjadi rumah tanggga sasaran penerima manfaat dapat merasakan manfaat dari program Raskin.

(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dan konsisten dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya. Komitmen yang tinggi tersebut telah diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Besarnya perhatian pemerintah terhadap perekonomian beras ini didasari pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebahagian besar penduduk Indonesia, serta usaha tani padi merupakan sumber pendapatan dan sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Pembangunan ketahanan pangan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu (Suryana, 2003).

(52)

(RTM) secara berkala (bulanan) dengan tujuan agar mereka dapat mempertahankan tingkat konsumsi energinya.

Program Raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Program ini merupakan kelanjutan program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang diluncurkan pada Juli 1998. Pada 2007, Raskin mentargetkan penyediaan 1,9 juta ton beras bagi 15,8 juta rumah tangga miskin dengan total biaya Rp 6,28 triliun. Setiap rumah tangga menerima 10 kg beras setiap bulan dengan harga Rp1.000 per kilogram di titik distribusi. Penyaluran beras hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab Bulog, sementara dari titik distribusi sampai kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Mawardi etl, 2007).

Dari sisi penyaluran hingga titik distribusi, Bulog telah melaksanakan tugasnya dengan relatif baik dan sesuai dengan pedoman program. Namun, penilaian keberhasilan program tidak dapat dilakukan secara parsial karena Raskin merupakan sebuah kesatuan program untuk menyampaikan beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Permasalahan pelaksanaan Raskin banyak terjadi dari titik distribusi hingga rumah tangga penerima (Mawardi etl, 2007).

(53)

dan transparansi yang kurang, seperti target penerima, harga, jumlah, dan frekuensi penerimaan beras yang kurang tepat; biaya pengelolaan program yang tinggi; pelaksanaan monitoring yang belum optimal; dan mekanisme pengaduan yang kurang berfungsi (Mawardi etl, 2007).

2.2. Landasan Teori

Sikap manusia atau singkatnya kita sebut sikap, telah didefenisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari tigapuluh defenisi sikap. Secara historis, istilah “sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang (Azwar, 2005)

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood dalam Azwar (2005), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis.

(54)

Lapierre mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Secord dan Backman mendefenisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (Afeksi), Pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Petty dan Cacioppo mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu. (Azwar, 2005)

Proses pengukuran merupakan suatu proses deduktif. Peneliti berangkat dari suatu konstruksi, konsep atau ide, kemudian menyusun perangkat ukur untuk mengamatinya secara empiris. Dalam kehidupan sehari-hari, pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap konsep yang konkret. Misalnya untuk mengukur suhu dalam ruangan, digunakan termometer (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

Di dalam melakukan suatu prosesd pengukuran, seorang peneliti harus mengetahui cara pengukuran suatu konsep atau yang disebut tingkat pengukuran. Tingkat pengukuran ini bergantung pada konseptualisasi suatu konsep. Tingkat pegukuran mempengaruhi jenis indikator yang akan digunakan dan berkaitan dengan asumsi dasar dalam defenisi konsep tersebut dan berkaitan dengan pengukuran dan stasistik yang akan digunakan (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

(55)

dengan yang lainnya. Perbedaan ini bisa dinyatakan dengan angka atau simbol lainnya, atau dengan kata atau istilah. Angka dalam hal ini hanya dipakai sebagai label untuk mepermudah proses pengkodean, jadi bukan menunjukkan urutan (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

Tingkat pengukuran ordinal menunjukkan urutan selain perbedaan. Urutan ini biasanya dinyatakan dengan kata ‘lebih’, ‘kurang’ atau dalam pernyataan sikap, ‘ sangat setuju’, setuju’, ‘tidak setuju’, ‘sangat tidak setuju’. Selain perbedaan urutan, pada tingkat pengukuran interval terdapat jarak antara kategori yang dapat dihitung, jadi harus ada satuan/unit yang menunjukkan jarak tersebut. Misalnya, suhu dalam derajat Celsius. Jarak antara suhu 200C dengan 300C sama dengan jarak antara 900C dengan 1000C (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

Sementara itu, pada tingkat pengukuran rasio, selain ketiga hal yang merupakan ciri-ciri tingkat pengukuran di atas, juga memiliki nol mutlak sehingga memungkinkan perkalian dan pembagian. Titik nol ini menunjukkan ketiadaan sama sekali variabel yang hendak diukur. Misalnya variabel penghasilan. Orang berpenghasilan satu juta rupiah memiliki penghasilan dua kali lipat dari yang berpenghasilan lima ratus ribu rupiah. Titik nol mutlak diperoleh pada saat tidak ada penghasilan sama sekali (nol rupiah) (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

(56)

kategori dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Misalnya apakah perlu memberikan kategori netral (seperti ragu-ragu, tidak ada pendapat, dan sebagainya) (Prasetyo dan Miftahul, 2005).

Skala Likert disusun untuk mengungkapkan sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu objek sosial. Skala Likert berisi tentang pernyataan-pernyataan sikap (attitude statements), yaitu suatu pernyataan mengenai objek sikap sekelompok orang terhadap isu renovasi pasar, maka setiap kalimat pernyataan yang mengenai renovasi pasar merupakan pernyataan sikap, sedangkan renovasi pasa sendiri merupakan objek sikap. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam, yaitu pernyataan yang fevorable (mendukung atau memihak pada objek sikap) dan pernyataan yang non-fevorable (tidak mendukung objek sikap) (Azwar, 2004).

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Arthur G. Gedeian dkk (1991) mendefinisikan efektivitas yaitu “That is, the greater the extent it which an organization’s goals

are met or surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar pencapaian

tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas).

(57)

kualitas dan waktu) yang dicapai, semakin besar target yang dicapai maka semakin tinggi efektivitasnya. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan (2005) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Menurut pendapat Mahmudi (2005) definisikan efektivitas merupakan hubungan antara

output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap

pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Untuk mengukur tingkat keefektivitasan suatu program atau kegiatan sering mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut terjadi karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif (berdasarkan pada mutu) dalam bentuk pernyataan saja (judgement), artinya apabila mutu yang dihasilkan baik, maka efektivitasnya baik pula (Sedarmayanti, 1995).

(58)

sebab mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama.

Di dalam program Raskin, efektivitas distribusi dapat diukur dengan menggunakan 6 indikator yang disebut dengan 6 Tepat. 6 Tepat tersebut meliputi: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat

kualitas. Tingkat efektivitas Raskin sangat tergantung 6 tepat tersebut (Bulog, 2012).

Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama. Sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif. Menurut Markus Zahnd (2006), pengertian efektivitas dan efisiensi adalah sebagai berikut: “Efektivitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, sedangkan efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya”.

Efisiensi berarti menjalankan pekerjaan dengan benar. Ada beberapa pengertian efesiensi menurut para ahli. Menurut Beirlein dan Michael dalam Rahim (2007), efisiensi adalah jumlah output dibagi dengan jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output.

(59)

1. Efisiensi produk merupakan usaha untuk menghasilkan suatu produk melalui penghematan harga serta penyerderhanaan prosedur teknis produksi dalam usaha mencapai target produksi guna memperoleh keuntungan maksimum. 2. Efisiensi distribusi dinyatakan sebagai produk dari produsen menuju pasar

sasaran melalui saluran distribusi yang pendek atau berusaha menghilangkan satu atau lebih mata rantai pemasaran yang panjang di mana distribusi produk berlangsung dengan tindakan penghematan biaya dan waktu.

3. Efisiensi harga yang menguntungkan pihak produsen dan konsumen diikuti dengan keuntungan yang layak diambil oleh setiap mata rantai pemasaran sehingga harga yang terjadi di tingkat petani tidak berbeda jauh dengan harga yang terjadi di tingkat konsumen akhir.

4. Efisiensi promosi mencerminkan penghematan biaya dalam melaksanakan pemberitahuan di pasar sasaran mengenai produk yang tepat, meliputi penjualan perorangan atau massal dan promosi penjualan.

Mubyarto dalam Rahim (2007) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran untuk produk pertanian dalam suatu sistem pemasaran diangggap efisien apabila:

1. mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan

2. mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran.

(60)

atau mengerjakan sesuatu secara benar, “doing things right”, sedangkan efektivitas melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran “doing the

right things”. Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh terintegrasinya

sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan adaptasi dari organisasi terhadap perubahan lingkungannya (Mahmudi, 2005).

Menurut Rahim (2007), efisiensi pemasaran komoditas pertanian merupakan rasio yang mengukur keluaraan atau produksi komoditas pertanian suatu sistem atau proses untuk setiap unit masukan dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran (output) yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran komoditas pertanian dengan melalui efisiensi penetapan harga dan efisiensi operasional maupun efisiensi ekonomi. Efisiensi pemasaran produk pertanian dapat terjadi apabila:

1. biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi;

2. persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi;

3. tersedianya fasilitas fisik pemasaran; 4. adanya kompetisisi pasar yang sehat.

Menurut Soekartawi (2002), efisiensi pemasaran dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

�� = ��������������

�������������������������× 100%

Jika:

(61)

Ep < 1 berarti efisien

Sedangkan untuk efisiensi distribusi Raskin dapat di ukur dengan menggunakan rumus berikut:

��= ��������������������

��������� ������ × 100%

David A. Revzan dalam Angipora (1999) menyatakan bahwa saluran distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai pada pemakai. Pengertian distribusi yang dikemukakan tersebut masih bersifat sempit karena istilah barang sering diartikan sebagai suatu bentuk fisik akibatnya lebih cenderung menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi antara barang dan jasa.

Menurut The American Marketing Association dalam Angipora (1999), saluran distribusi merupakan suatu sturktur unit organisasi dalam perusahaan yang terdiri atas Agen, Dealer, Pedagang Besar, dan Pengecer melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan. Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan definisi yang pertama.

(62)

perorangan yang mengambil alih hak atas barang atau jasa tersebut berpindah dari produsen ke konsumen.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa saluran distribusi merupakan sekelompok lembaga yang ada di antara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari distribusi adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Dengan demikian pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran (Angipora, 1999).

Menurut Sugiarto, etl (2002), surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang diperoleh konsumen karena mereka membeli suatu komoditas. Keuntungan tersebut diperoleh oleh konsumen karena harga yang berlaku pada kondisi keseimbangan lebih rendah daripada harga yang mereka mau bayarkan. Surplus konsumen ditunjukkan oleh daerah yang ditunjukkan dalam grafik 2.1.

Grafik 2.1. Surplus Konsumen

Surplus konsumen dapat dicari melalui persamaan berikut ini: P

Q Pe

Pt

Permintaan

Penawaran Surplus Konsumen

(63)

��= (�� − ��) ×�� 2

Dimana:

SK = Surplus Konsumen Pt = Harga tertinggi di pasar Pe = Harga keseimbangan Qe = Jumlah Keseimbangan.

2.3.Kerangka Pemikiran

Penyaluran Raskin (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi Raskin mulai tahun 2002, Raskin diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat.

(64)

Kegiatan mulai dari pengangkutan Raskin dari gudang Perum Bulog sampai dengan penyaluran Raskin kepada RTS-PM merupakan kegiatan distribusi Raskin. Kegiatan pendistribusian Raskin ini memerlukan biaya operasional. Biaya operasional Raskin dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik distribusi menjadi tanggung jawab Perum Bulog, sedangkan biaya operasional penyaluran Raskin dari titik distribusi ke rumah tangga sasaran-penerima manfaat (RTS-PM) menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota yang diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksana/petunjuk teknis masing-masing daerah.

Melalui biaya operasional distribusi Raskin dapat diketahui apakah program distribusi Raskin tersebut efisien atau tidak. Distribusi Raskin akan dikatakan efisien apabila biaya operasional distribusi Raskin lebih kecil daripada harga dari Raskin tersebut. Selain efisiensi, yang perlu diperhatikan lagi adalah efektivitas dari distribusi Raskin tersebut. Efektivitas Raskin dapat diketahui melalui sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat terhadap lima indikator yang disebut dengan “5 Tepat”. ‘5 Tepat” itu meliputi tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, dan tepat kualitas. Penulis hanya menggunakan lima indikator saja dikarenakan oleh keterbatasan peneliti. Sehingga distribusi Raskin dikatakan efektif apabila memenuhi lima indikator tersebut.

(65)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan Proses Sikap RTS-PM terhadap Indikator

Tingkat Efektivitas Distribusi Raskin:

1. Tepat Sasaran 2. Tepat Jumlah 3. Tepat Harga 4 Tepat Waktu

Efektif

Biaya Distribusi

SurplusKonsumen Rumah Tangga Sasaran

Bulog

Titik Distribusi

(66)

2.4.Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Distribusi Raskin di daerah penelitian sudah efektif 2. Distribusi Raskin di daerah penelitian sudah efisien.

(67)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu Universal Declaration of Human Right (1948), Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996,

Millennium Development Goals (MDGs). Bahkan dalam kesepakatan MDGs,

dunia internasional telah mentargetkan setiap negara, termasuk Indonesia, sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya pada tahun 2015 (Bulog, 2012) .

Sebagian besar dari jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 95% mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun, bahkan sebelumnya mencapai 139,15 kg/jiwa/tahun. Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi komoditas nasional yang sangat strategis sehingga instabilitas perberasan nasional akan mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik maupun ekonomi (Bulog, 2012).

(68)

mereka yang hidup dengan satu dollar Amerika Serikat (AS) setiap hari. Pada tahun 1970, jumlah orang miskin di Indonesia diperkirakan sebanyak 87,2 juta jiwa, dan berkurang menjadi 21,9 juta orang pada tahun 1995, atau terjadi penurunan sebesar 82% sepanjang periode tersebut (Tambunan, 2003).

Pemerintah telah banyak melaksanakan program dalam upaya mengurangi kemiskinan dalam sepuluh tahun terakhir. Program-program tersebut meliputi Program Instruksi Presiden Desa Tertinggal, Kredit Usaha Tani, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera dan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin), serta Program Kredit-kredit Mikro dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Namun, usaha-usaha tersebut belum secara drastis terlihat hasilnya (Komite Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, 2012).

Lebih lanjut Royat (2008) menyatakan pemerintah sedang melakukan berbagai upaya dalam pelaksanaan kebijakan untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, diantaranya :

• Menaikkan anggaran untuk program-program yang berkaitan langsung

maupun tidak langsung dengan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas dan kegiatan padat karya;

• Mendorong APBD provinsi, kabupaten dan kota pada tahun-tahun

selanjutnya untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.

• Tetap mempertahankan program lama seperti Raskin, BOS, Asuransi

(69)

• Akselerasi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga khususnya harga beras

(antara lain: menjaga harga beras di pasaran tidak lebih dari Rp. 5.000,- per kg).

Pemerintah konsisten dan berkomitmen memberikan perhatian terhadap pemenuhan hak atas pangan masyarakat yang diimplementasikan melalui Operasi Pasar Khusus (OPK). Berbeda dengan pemberian subsidi pangan sebelumnya, OPK memberikan subsidi beras secara targetted kepada rumah tangga miskin dan rawan pangan. Pada tahun 2002, nama OPK diubah menjadi Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) yang bertujuan untuk lebih mempertajam sasaran penerima manfaat (Bulog, 2012).

(70)

Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar yaitu 838.363 RTS pada tahun 2012. Hal ini menyebabkan jumlah Raskin yang akan dibagikan juga akan berjumlah cukup banyak. Sasaran program Raskin adalah rumah tangga sasaran (RTS) yaitu rumah tanggga miskin di Desa/Kelurahan yang berhak menerima Raskin dan terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sesuai dengan hasil pendataan Program Perlindungan Sosial Tahun 2011 (PPLS-’11) (Bulog, 2012).

(71)

Tabel 1.1. Pagu Beras Untuk Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota Sumatera Per Bulan Penyaluran

15 kg Jan-Mei 11 Humbang Hasundutan 10 14.663 219.945 1.099.725 1.099.725 12 Asahan 13 32.303 484.545 2.422.725 2.422.725

Sumatera Utara 400 838.363 12.575.445 62.877.225 62.877.225

Sumber: Badan Urusan Logistik 2012

(72)

Umum Penyaluran Raskin (Pedum Raskin) jumlah Raskin per-KK adalah sebanyak 15 kg.

Secara umum, pendistribusian Raskin di daerah penelitian masih mengalami masalah. Indikator untuk mengukur efektivitas distribusi Raskin sering jauh dari ketetapan. Jumlah beras yang diterima oleh setiap RTS-PM kurang dari jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 15 kg per RTS-PM. Raskin juga dibagikan kepada RTS-PM yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah sasaran yang seharusnya. Jumlah sebenarnya yang menerima Raskin hampir mencapai dua kali jumlah yang seharusnya, sehingga jumlah Raskin yang diterima setiap RTS-PM lebih rendah dari jumlah ketentuan. Harga yang dibayarkan oleh setiap RTS-PM juga berbeda dari harga ketentuan yaitu Rp 16.0000 per kg. Waktu pembagian Raskin juga tidak rutin pelaksanaannya.

Sebagaimana yang telah diuraikan, kajian ini dilakukan untuk menganalisis sistem distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas program distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis tingkat efisiensi program distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di daerah penelitian, untuk menganalisis surplus konsumen yang diperoleh Rumah Tangga Sasaran di daerah penelitian.

1.2. Identifikasi Masalah

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:

(73)

2. Bagaimana sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas distribusi Raskin di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi program distribusi Raskin di daerah penelitian? 4. Berapa surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari program

Raskin di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk menganalisis sistem distribusi Raskin di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat Raskin terhadap tingkat efektivitas program Raskin di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi program Raskin di daerah penelitian. 4. Untuk menganalisis surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin

dari program Raskin di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi para keluarga miskin untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari program Raskin.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi policy maker atau pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk memperbaiki distribusi program Raskin.

(74)

ABSTRAK

ALEXANDER SILALAHI (090304046), dengan judul skripsi Sikap Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) terhadap Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) (Studi Kasus: Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Ir. H. M. Roem S., M.Si. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis sistem distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, untuk menganalisis sikap rumah tangga sasaran penerima manfaat terhadap tingkat efektivitas program Raskin di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, untuk menganalisis tingkat efisiensi program Raskin di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, untuk menganalisis surplus konsumen yang diperoleh rumah tangga miskin dari program Raskin di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak dimulai dari titik distribusi yaitu Kantor Camat Hamparan Perak, kemudian diangkut ke Desa Hamparan Perak. Raskin tersebut kemudian dibagikan ke Rumah Tangga Sasaran di titik bagi yaitu di setiap dusun. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak tidak efektif, karena indikator yang memenuhi hanya tepat harga dan tepat kualitas dan tepat waktu, sedangkan untuk indikator lain adalah tidak tepat sasaran dan tidak tepat jumlah. Distribusi Raskin di Desa Hamparan Perak sudah efisien. RTS-PM mendapatkan surplus konsumen sebesar Rp 31.100 untuk setiap pembagian Raskin.

(75)

SIKAP RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT

(RTS-PM) TERHADAP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

(Studi Kasus: Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

ALEXANDER SILALAHI

090304046

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Gambar

Tabel 3.1 Pagu Beras untuk Rumah Tangga Miskin Kecamatan Se-Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Tabel 3.2. Pagu Beras untuk Rumah Tangga Miskin Kecamatan Desa Se-Kecamatan Hamparan Perak Periode Januari Tahun 2013
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah  %
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah  %
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagram 2 : Aktivitas Siswa Dalam Penerapan Model TGT di kelas IV pada Siklus I dan II Dari berbagai diagram aktivitas yang telah siswa lakukan dalam penelitian mengalami kenaikan

(3) Jenis, jenjang, dan jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota berdasarkan kebutuhan dan beban kerja sesuai dengan

Metode yang di gunakan dalam laporan adalah dengan pendekatan kualitatif yang menngunakan jenis penelitian Field Risearch (penelitian lapangan) yang membahas

Adapun dalam praktik hukum perdata di Indonesia atau hukum positif (perdata) pengertian anak luar kawin ada dua macam, yaitu : (1) apabila orang tua salah satu atau

Masalah yang timbul dalam penentuan rute angkutan barang ini adalah merancang rute yang optimal sehingga diperoleh ongkos, waktu dan jarak yang optimal untuk ditempuh

Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan ini berdasarkan permasalahan anak kelompok B TK ABA Sabrang 2 Delanggu Klaten yang sudah diselesaikan dan sudah mencapai tujuan dan

&gt; untuk indosata trialnya seperti gambar dibawah, maka masuk ke emas, masuk ke containment (MOM Based) dan rubah portD ke data 2 (jika 1