• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI PRA PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN MAKANAN BERBASIS HACCP YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI KITCHEN HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI PRA PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN MAKANAN BERBASIS HACCP YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI KITCHEN HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PRA PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN

MAKANAN BERBASIS HACCP YANG BERIMPLIKASI

TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI KITCHEN HOTEL

GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Disusun oleh:

VENI KUSUMANINGAYU 0900851

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

UJI PRA PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN

MAKANAN BERBASIS HACCP YANG BERIMPLIKASI

TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI KITCHEN HOTEL

GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG

Oleh

Veni Kusumaningayu 0900851

Sebuah Skripsi yang diajukan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Veni Kusumaningayu Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

(3)
(4)

ABSTRAK

Veni Kusumaningayu. UJI PRA PENERAPAN MANAJEMEN KEAMANAN MAKANAN BERBASIS (HACCP) YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI KITCHEN HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR BANDUNG Pembimbing Agus Sudono, SE., MM. dan Wendi Andriatna, STP., M.Si.

Permasalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah belum diterapkannya

sistem keamanan makanan berbasis HACCP didalam kitchen Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh

penerapan sistem keamanan makanan berbasis HACCP terhadap kepuasan

konsumen yang datang ke Restoran Hotel Grand Royal Panghegar

Bandung.Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif,

dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Teknik analisis data yang

digunakan adalah uji regresi linier sederhana.

Hasil analisis menunjukan bahwa variabel keamanan makanan mempunyai

pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen di Restoran Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh positif

terhadap keamanan makanan di Restoran Hotel Grand Royal Panghegar Bandung

sebesar 36% sedangkan sisanya sebesar 64% dipengaruhi faktor lain.

Implementasi HACCP, yang merupakan bagian dari sistem manajemen

kemanan makanan perlu dilakukan didalam Kitchen Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung.Sistem HACCP merupakan alat control pencegahan yang

dapat menjamin makanan aman dan dapat digunakan untuk menstandarisasi

prosedur penanganan, penyiapan, dan penyajian makanan untuk menjamin

makanan aman untuk dikonsumsi. Staff dan karyawan hotel perlu diberikan

pelatihan-pelatihan rutin berkaitan dengan: keamanan pangan, HACCP, dan

sertifikasi manajer pengelola hotel.

(5)

VENI KUSUMANINGAYU. Pre Test Applicaton Of HACCP Based Food

Safety Management Which Have Implications For Customer Satisfaction In

The Kitchen Grand Royal Panghegar Hotel Bandung. Tutors Agus Sudono,

SE., MM. and Wendi Andriatna, STP., M.Si.

The issues that examined in this research are not yet implementing food

safety system with HACCP based in kitchen of Grand Royal Panghegar Hotel

Bandung. The purpose of this research is to get information about the influence of

HACCP-based food safety system to the satisfaction of the costumers who come

to the restaurant of the Grand Royal Panghegar Hotel Bandung. This research uses

a descriptive method verifikatif with 100 respondent. The technique of data

analysis is a simple linear regression test.

The analysis show that variable food safety has a positive influence on

costumer satisfaction in the restaurant Grand Royal Panghegar Hotel Bandung and

costumer satisfaction has a positive influence on the safety of the food in the

restaurant of the Grand Royal Panghegar Hotel Bandung amounted 36% while the

rest amounted to 64% other factors influenced.

Implementation of HACCP, which is part of the food safety management

system needs to be done in the Kitchen Grand Royal Panghegar Hotel Bandung.

System HACCP is a prevention tool control that can ensure the food is safe and

may be used for a standard procedure for the handling, preparation and serving of

food to ensure that food is safe for consumption. Staff and employees of the hotel

need to be given regular training related to: food safety, HACCP, and certification

of the property manager.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

... Error! Bookmark not defined. 2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Pariwisata, Industri Pariwisata & PengembangannyaError! Bookmark not defined.

2.1.2 Hotel dan Akomodasi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Usaha Jasa Boga Sebagai Pendukung PariwisataError! Bookmark not defined.

2.1.4 Kebijakan Penerapan Safety Food Untuk Hotel & Restaurant Sebagai Akomodasi Pariwisata ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Kualitas / Mutu Produk ... Error! Bookmark not defined. 2.1.6 Keamanan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 2.1.7 Halal ... Error! Bookmark not defined. 2.1.8 Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)Error! Bookmark not defined.

2.1.9 Kepuasan Konsumen. ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Hipotesis... Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Deskriptif Verifikatif ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Tahapan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 3.3.1 Analisis HACCP pada keadaan sekarang.... Error! Bookmark not defined.

3.3.2 Wawancara dan pemberian kuesioner ke konsumenError! Bookmark not defined.

3.3.3 Wawancara dan pemberian kuesioner ke pekerjaError! Bookmark not defined.

(7)

3.6 Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Metode Analisis ... Error! Bookmark not defined. 3.7.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Uji Reabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.8.1 Analisis korelasi ... Error! Bookmark not defined. 3.8.2 Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined. 3.8.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

(8)

4.6 Gambaran Variabel Penelitian ke Konsumen Mengenai Kepuasan Konsumen ... Error! Bookmark not defined. 4.6.1 Penampilan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.2 Warna Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.3 Penyajian Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.4 Kekhasan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.5 Kebersihan Pada Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.6 Kematangan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.7 Daya Tahan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.6.8 Tekstur Pada Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.7 Gambaran Variabel Penelitian ke Konsumen Mengenai Keamanan

Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.7.1 Tingkat Harapan Makanan Terbebas Dari Benda Asing (Rambut, Kuku, Clip dll)... Error! Bookmark not defined. 4.7.2 Tingkat Harapan Makanan Terbebas Dari Hama (Lalat, Kutu, Kecoa, Semut dll) ... Error! Bookmark not defined.

4.7.3 Tingkat Harapan Makanan Terbebas Dari Bahan KimiaError! Bookmark not defined.

4.7.4 Tingkat Harapan Restoran Terbebas Dari Hama (Lalat, Kecoa, Kutu, Semut dll) ... Error! Bookmark not defined. 4.7.5 Tingkat Harapan Mengenai Kehalalan Bahan Baku dan Minuman Yang Disajikan ... Error! Bookmark not defined.

4.7.6 Tingkat Harapan Nilai Gizi Makanan Yang DisajikanError! Bookmark not defined.

4.7.7 Tingkat Harapan Makanan Yang Disajikan Sesuai Dengan Harapan Konsumen ... Error! Bookmark not defined.

4.7.8 Tingkat Harapan Aroma Makanan Yang Menggugah SeleraError! Bookmark not defined.

4.7.9 Tingkat Harapan Porsi Makanan dan MinumanError! Bookmark not defined.

4.7.10 Tingkat Harapan Rasa Makanan dan MinumanError! Bookmark not defined.

4.7.11 Tingkat Harapan Temperatur / Suhu Makanan Saat DisajikanError! Bookmark not defined

4.7.12 Tingkat Harapan Kebersihan Tempat MakanError! Bookmark not defined.

4.7.13 Tingkat Harapan Kebersihan Atas Udara Didalam RestoranError! Bookmark not defined.

4.7.14 Tingkat Harapan Atas Kebersihan Alat Makan (Meja, Kursi, Gelas, Piring dll) ... Error! Bookmark not defined. 4.7.15 Tingkat Harapan Atas Kebersihan Baju dan Penampilan Waiter dan Waitress ... Error! Bookmark not defined.

(9)

4.8.1 Tingkat Hasil Produk Atas Penampilan Makanan Yang DisajikanError! Bookmark not de

4.8.2 Tingkat Hasil Produk Atas Perpaduan Warna MakananError! Bookmark not defined.

4.8.3 Tingkat Hasil Produk Atas Penyajian MakananError! Bookmark not defined.

4.8.4 Tingkat Hasil Produk Atas Kekhasan MakananError! Bookmark not defined.

4.8.5 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan MakananError! Bookmark not defined.

4.8.6 Tingkat Hasil Produk Atas Kematangan MakananError! Bookmark not defined.

4.8.7 Tingkat Hasil Produk Atas Daya Tahan MakananError! Bookmark not defined.

4.8.8 Tingkat Hasil Produk Atas Tekstur MakananError! Bookmark not defined.

4.8.9 Rekapitulasi Responden Pegawai Terhadap Kepuasan KonsumenError! Bookmark not de

4.9 Gambaran Variabel Penelitian ke Pegawai Mengenai Keamanan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.9.1 Bagaimana Komitment Manajement Dalam Penerapan System

Keamanan Makanan ... Error! Bookmark not defined. 4.9.2 Bagaimanan Tim Yang Menerapkan System Keamanan Makanan Diarea Masing-Masing ... Error! Bookmark not defined. 4.9.3 Bagaimana Penerapan System Keamanan Makanan Terhadap Karyawan Lama Dan Baru ... Error! Bookmark not defined. 4.9.4 Apakah Terdapat Resiko Terjadinya Kontaminasi Silang Selama Proses Produksi ... Error! Bookmark not defined. 4.9.5 Apakah Produk Yang Dihasilkan Dapat Menghadirkan Bahaya

Mikrobiologi, Bahaya Kimia Dan Bahaya FisikError! Bookmark not defined.

4.9.6 Diadakannya Pelatihan Tentang Pemahaman Dan Level Operasional

Mengenai ISO 22000 Tahun 2005 Tentang Keamanan MakananError! Bookmark not defi

4.9.7 Diadakannya Pelatihan Tentang Pemahaman HACCPError! Bookmark not defined.

4.9.8 Diadakannya Pelatihan Bagi Calon Auditor InternalError! Bookmark not defined.

4.9.9 Penyimpanan Bahan Makanan Disuhu Yang BenarError! Bookmark not defined.

4.9.10 Adanya System Pengendalian Dan Pemantauan Bahan Makanan Yang Disimpan ... Error! Bookmark not defined. 4.9.11 Kebersihan Peralatan Yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined. 4.9.12 Kebersihan Tempat Produksi ... Error! Bookmark not defined.

4.9.13 Kebersihan Tempat Penyimpanan Bahan MakananError! Bookmark not defined.

4.9.14 Kebersihan pakaian yang digunakan karyawanError! Bookmark not defined.

(10)

4.9.17 Kehalalan Bahan Baku Makanan Dan MinumanError! Bookmark not defined.

4.9.18 Nilai Gizi Yang Terkandung Didalam MakananError! Bookmark not defined.

4.9.19 Memberikan Pelayanan Terbaik Kepada KonsumenError! Bookmark not defined.

4.9.20 Memperbaiki Kesalahan Yang Terjadi ... Error! Bookmark not defined.

4.9.21 Memisahkan Makanan Yang Mudah Busuk Dan TercemarError! Bookmark not defined.

4.9.22 Memisahkan Bahan Makanan Yang Mempunyai Daya Simpan LamaError! Bookmark no

4.9.23 Mengutamakan Mengolah Makanan Yang Mudah TercemarError! Bookmark not defined.

4.9.24 Menggunakan Seragam Lengkap Kitchen Yang BersihError! Bookmark not defined.

4.9.25 Karyawan Yang Menangani Produk Pangan Telah Dilatih Tentang Hygiene Makanan ... Error! Bookmark not defined.

4.9.26 Karyawan Mengetahui Tujuan Umum Mengenai HACCPError! Bookmark not defined.

4.9.27 Karyawan Berpenampilan Rapi, Bersih Dan MenarikError! Bookmark not defined.

4.9.28 Karyawan Memberikan Pelayanan Dan Hidangan Dengan Baik Sesuai Dengan Pesanan ... Error! Bookmark not defined.

4.9.29 Karyawan Merespon Langsung Yang Diminta Oleh PelangganError! Bookmark not define

4.9.30 Karyawan Memiliki Sikap Yang Ramah Dan Memiliki Pengetahuan Yang Baik Terhadap Produk Yang Ditawarkan Kepada Pelanggan………Error ! Bookmark not defined.

4.9.31 Karyawan Memiliki Sikap Yang Peka Terhadap Kebutuhan Pelanggan ... Error! Bookmark not defined. 4.9.32 Kebersihan Restoran Terjamin ... Error! Bookmark not defined. 4.9.33 Pemeliharaan Tempat Sampah ... Error! Bookmark not defined.

4.9.34 Rekapitulasi Responden Pegawai Terhadap Keamanan MakananError! Bookmark not defi

4.10 Uji Validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 4.10.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 4.10.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 4.11 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.11.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... Error! Bookmark not defined. 4.11.2 Koefisien Korelasi ... Error! Bookmark not defined. 4.11.3 Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined. 4.12 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

4.12.1 Pengujian hipotesis simultan dengan menggunakan uji fError! Bookmark not defined.

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata, adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah

maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran

produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang

bepergian.

Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai

ekonomis, maka pariwisata merupakan suatu proses yang dapat menciptakan nilai

tambah terhadap barang dan atau jasa sebagai satu kesatuan produk, baik yang

nyata maupun yang tidak nyata atau pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat

ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan

dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang

dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan rekreasi atau untuk

memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Jawa Barat dikenal sebagai provinsi yang memiliki sejumlah daya tarik

wisata yang lengkap meliputi wisata pantai, pegunungan, hutan, seni budaya,

heritage, kuliner, dan wisata belanja yang berpotensi dan dapat dijadikan sebagai

industri pariwisata untuk mendukung bagi sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Potensi pariwisata Jawa Barat mencakup alam, seni budaya dan minat

khusus, dimana potensi tersebut cukup beragam dan tersebar dikabupaten / kota di

Jawa Barat, sehingga dapat ditetapkan 6 jalur wisata unggulan, yaitu :

1. Jalur puncak dan sekitarnya : Kebun Raya, Taman Safari Indonesia,

Perkebunan Teh Gunung Mas, Cibodas dan Taman Bunga Nusantara.

2. Jalur Pelabuhan Ratu dan sekitarnya, Lido, Salabintana, Pelabuhan Ratu,

Ujung Genteng, Cisolok.

3. Jalur Bandung dan sekitarnya, Ciater, Tangkuban Perahu, Maribaya,

(13)

4. Jalur Pangandaran dan sekitarnya, Air Panas Tarogong, Situ Cangkuang,

Kampung Naga, Panggandaran, Green Canyon.

5. Jalur Cirebon dan sekitarnya, Keraton Kesepuhan, Keraton Kecirebonan,

Makam Sunan Gunung Jati, Gedung Linggarjati, Air Panas Sangkanhurip.

6. Jalur Purwakata dan sekitarnya, Waduk Cirata, Keramik Plered, Waduk

Jatiluhur, Situs Candi Jiwa.

Salah satu Kota yang menjadi tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat adalah

Bandung, hal tersebut dikarenakan Kota Bandung memiliki banyak obyek wisata

seperti obyek wisata alam dan obyek wisata belanja. Disetiap tahunnya

pengunjungan yang datang ke kota Bandung melalui jalur Tol mengalami

peningkatan. Berikut ini adalah data kunjungan wisatawan ke Kota Bandung yang

diperoleh dari Dinas Pariwisata (DISPAR) Kota Bandung :

Tabel 1. 1

Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2010 – 2012.

N

o Keterangan 2010 2011 2012 2013

1.

Jumlah Kendaraan yang masuk via gerbang tol (Pasteur, Pasir Koja,

Kopo, M. toha, Buah Batu) 28.686.824 30.533.812 32.587.386

Kendaraan

2. a.Jumlah Pengunjung melalui

Gerbang Tol 65.442.916 69.674.507 73.976.993 Orang

b. Jumlah pengunjung melalui

bandara, stasiun, terminal 7.990.407 6.388.447 6.524.071 Orang Jumlah

3. Wisatawan yang melalui pintu gerbang kedatangan.

a. Wisman 228.449

225.585 176.855 Orang

b. Wisnus 4.951.439

6.487.239 5.080.584 Orang

Jumlah wisatawan 5.179.888

(14)

3

4. Wisatawan yang menginap

a. Wisman 180.603 194.062 158.848 Orang

b. Wisnus 3.024.666 3.882,.010 3.354.857 Orang

Jumlah tamu yang menginap 3.205.269 4.076.072 3.513.705 Orang

Jumlah tamu yang tidak menginap 1.974.739 2.636.752 1.743.734 Orang

Ket: Sudah Disesuaikan dengan Perhitungan BPS

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Maret 2013

Kota Bandung selain memiliki banyak objek wisata juga memiliki faktor

pendukung (akomodasi) untuk berlangsungnya kegiatan wisata. Akomodasi

tersebut salah satunya adalah hotel berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel no

KM 94/HK103/MPPT 1987 pengertian hotel adalah sebagai berikut: “Hotel

adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh

bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum

serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial serta memenuhi

ketentuan persyaratan yang ditetapkan didalam keputusan pemerintah”.

Perkembangan industri makanan / jasa boga saat ini meningkat dengan

sangat pesat seiring dengan perkembangannya tersebut banyak ditemukan

masalah yang berkaitan dengan“food bornes illness” atau penyakit yang

disebabkan karena makanan. Masalah keamanan makanan sangat penting bagi

industri makanan. Tuntutan persyaratan keamanan makanan terus berkembang

sesuai dengan permintaan konsumen yang kian meningkat. Pelaku bisnis dalam

industri makanan mulai menyadari bahwa produk yang aman hanya dapat

diperoleh jika bahan baku yang digunakan bermutu, penanganan dan proses

pengolahan sesuai, serta transportasi maupun distribusi yang memadai. Sistem

keamanan makanan modern menuntut industri untuk merencanakan sistem

pengawasan mutu sejak tahap penerimaan bahan baku hingga produk diterima

(15)

Salah satu hotel yang saat ini menghadapi persaingan bisnis dalam hal

keamanan makanan adalah Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. Banyaknya

jumlah Hotel dan Restoran di Kota Bandung secara otomatis akan berdampak

terhadap berkurangnya pendapatan perusahaan. Berikut ini data jumlah kunjungan

tamu pakuan café di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung pada tahun 2012

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. 2

Tingkat jumlah kunjungan tamu Pakuan Café di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Tahun 2012

No. Bulan Jumlah kunjungan konsumen

1. Januari 8.575 orang

2. Februar 6.186 orang

3. Maret 7.452 orang

4. April 9.194 orang

5. Mei 14.881 orang

6. Juni 13.610 orang

7. Juli 13.393 orang

8. Agustus 9.979 orang

9. September 10.327 orang

10. Oktober 15.047 orang

11. November 16.443 orang

12. Desember 19.991 orang

Total kunjungan konsumen 145.078 orang

Sumber: Data pra penelitian dari Hotel Grand Royal Panghegar Bandung

(2013).

Dari data table 1.2. di atas menggambarkan bahwa jumlah kunjungan

konsumen Pakuan Café di Hotel Grand Royal Panghegar bandung disetiap

bulannya berbeda – beda, pada bulan Januari – Juni 2012 mengalami penurunan

kunjungan konsumen di awal tahun akan tetapi di bulan Mei sampai Juni

mengalami kenaikan jumlah konsumen, Juli – Desember 2012 mengalami

(16)

5

Di dalam hotel syarat utama yang harus dipenuhi dalam setiap proses

pengendalia pangan untuk menghasilkan panganan yang bermutu dan aman,

meliputi empat tahap, yaitu: saat pembelian dan penerimaan bahan pangan, saat

penyimpanan, penyiapan dan pengolahan, dan penyajian pangan. Kualitas produk

yang akan disajikan kepada tamu harus terjamin dari bentuk, warna, aroma, rasa

dan nutrisi yang terkandung didalamnya.

Produk yang dihasilkan harus terjamin mutunya dan aman untuk

dikonsumsi. Jaminan mutu dan keamanan makanan merupakan usaha nyata dan

terus menerus dilakukan oleh perusahan dalam meningkatkan mutu produk untuk

memberikan kepuasan dan mendapatkan kepercayaan konsumen. ISO – 9000

mendefinisikan mutu sebagai derajat dari serangkaian karakteristik produk atau

jasa yang memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan (Suardi, 2001).

Konsep mutu menurut Juran (Muhandri, Tjahja, et al 2012: 14)

menjelaskan arti “ fitness for use” sebagai:

Quality of Design (mutu rancangan)

Quality of design sering disebut sebagai mutu absolut, artinya mutu yang

direncanakan atau dirancang. Menaikkan mutu rancangan akan meningkatkan

biaya, tetapi dapat meningkatkan harga (nilai jual) menjadi lebih tinggi.

Quality of conformance (mutu kesesuaian)

Mutu kesesuaian merupakam tingkat kesesuaian produk atau jasa terhadap

rancangan yang sudah dibuat. Produk atau jasa dapat mempunyai rancangan yang

baik akan tetapi dalam pembuatannya ada kemungkinan memiliki ketidak

sesuaian (kekurangan).

Industri makanan seperti hotel harus menyusun spesifikasi supaya tujuan

untuk memenuhi spesifikasi produk yang diinginkan konsumen dapat dicapai.

Tanpa adanya spesifikasi yang jelas, kegiatan pengendalian mutu tidak dapat

dilakukan dengan baik. Penyusunan spesifikasi tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan - kegiatan lain yang merupakan satu - kesatuan tujuan mutu. Untuk lebih

menjelaskan hubungan antara spesifikasi konsumen, perancangan spesifikasi,

(17)

Gambar 1. 1

Sistem Manajemen Mutu untuk pencapaian spesifikasi.

Dari gambar 1.1. dapat dilihat bahwa spesifikasi produk akhir, bahan

mentah, dan proses dirancang setelah terkumpul data hasil survei mengenai

kebutuhan dan keinginan konsumen, peraturan – peraturan pemerintah, dan atribut

– atribut mutu dari bahan mentah.

Usaha yang dilakukan perusahaan untuk memberika jaminan mutu

tergantung bagaimana karakteristik perusahaan itu sendiri. Secara umum, saat ini

jaminan mutu telat berkembang menjadi suatu sistem, bukan lagi pada

pengendalian, pemeriksaan, dan pengujian saja. Sistem yang dianggap layak pada

industri pangan adalah tercakupnya (Hazard Analysis Critical Control Point)

HACCP ke dalam ISO 22000, artinya perusahaan dapat mengajukan aplikasi

sertifikat ISO 9000 dan ISO 22000, sehingga perusahaan tidak perlu mengajukan

sertifikat HACCP.

Jaminan Mutu (Quality Assurance) merupakan inti dari penerapan

pengendalian mutu terpadu (Total Quality Management). Jaminan mutu bertujuan Survei Mutu

Perancangan Mutu

Pemeriksaan Mutu Produk

Audit Sistem Mutu

Pengenalian Proses Pelaksanaan Produksi

(18)

7

untuk menjamin terpenuhinya persyaratan mutu produk seperti keamanan,

keterandalan, sifat-sifat fungsional, dan sebagainya.

Menurut Muhandri, Tjahja, et al dalam Sistem Jaminan Mutu Industri

Pangan (2012: 37) menjelaskan hal penting yang harus dipertimbangkan apabila

ingin menerapkan Jaminan Mutu, yaitu: Suatu perusahaan harus mampu

menjamin bahwa mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang

diminta/diharapkan konsumen (karakteristik mutu yang sebenarnya). Dan

pimpinan perusahaan harus menyadari pentingnya jaminan mutu dan memastikan

bahwa semua jajaran di dalam perusahaan akan sepenuhnya berusaha mencapai

tujuan mutu secara bersama-sama. Program jaminan mutu yang berjalan efektif

diharapkan mampu memuaskan konsumen, sehingga mampu diperoleh kenaikan

angka penjualan.

Selain penerapan jaminan mutu peranan audit untuk mewujudkan jaminan

mutu suatu perusahaan diperlukan untuk membangun keyakinan bahwa

penyelenggaraan fungsi mutu efektif, jaminan mutu tidak akan terwujud jika

pelaksanaan berbagai fungsi mutu dalam perusahaan tidak berjalan dengan baik.

Hasil audit menunjukkan kinerja mutu suatu perusahaan. Audit bisa dilakukan

secara internal (oleh perusahaan sendiri) atau eksternal (oleh pihak luar). Ada tiga

bentuk audit yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka melaksanakan

program jaminan mutu, yaitu (1) Audit Mutu (Quality Audit), (2) Survei Mutu

(Quality Survey), dan (3) Audit Produk (Product Audit).

Menurut Muhandri, Tjahja, et al dalam Sistem Jaminan Mutu Industri

Pangan (2012: 54) ada pula prinsip – prinsip manajemen mutu yang tercantum

dalam sistem manajemen mutu ISO 9000: 2000 adalah fokus kepada pelanggan,

kepemimpinan, keterlibatan karyawan, pendekatan proses, pendekatan sistem

kepada manajemen, perbaikan kontinu, pendekatan faktual dalam pengambilan

keputusan, dan hubungan dengan pemasok dengan manfaat bersama.

Selain jaminan mutu, jaminan keamanan pangan juga perlu diantisipasi

oleh industri pangan di Indonesia, dengan dibukanya batasan – batasan Negara

(19)

lagi. Di dalam UU RI No 7, 1996, tentang pangan, dinyatakan bahwa konsumen

berhak mendapatkan makanan yang aman. Keamanan pangan (food safety) adalah

hal – hal yang membuat produk pangan aman untuk dimakan, bebas dari faktor –

faktor yang bisa menyebabkan penyakit, misalnya sumber penyebaran penyakit

(infectious agenst), mengandung bahan kimia beracun dan mengandung benda

asing (foreign objects). (Dewanti, Ratih, et al, 2011 : 7)

Dalam hal ini, peranan keamanan pangan menjadi sangat penting karena

keamanan pangan merupakan persyaratan bagi suatu makanan, keamanan pangan

bisa dibedakan dalam dua hal besar, yaitu aman secara rohani dan aman secara

teknis. Keamanan pangan secara rohani berhubungan dengan kepercayaan dan

agama suatu masyarakat. Di Indonesia sendiri sebagian besar konsumen beragama

Islam, faktor kehalalan menjadi suatu persyaratan yang tidak bisa ditawar – tawar.

Di industri makanan seperti hotel harus mempunya sertifikat halal yang di

keluarkan oleh MUI sebagai salah satu bukti bahwa produk yang dihasilkan

menggunakan bahan baku yang halal. Keamanan pangan secara teknis dicirikan

oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan

manusia. Beberapa contoh bahan – bahan berbahaya seperti cemaran kimia, fisik,

dan mikrobiologi sebagai berikut :

Tabel 1. 3 Jenis – jenis bahaya

Bahaya Biologi Bahaya Kimia Bahaya Fisik

 Virus  Mikotoksin  Serpihan gelas

 Bakteri  Toksin jamur  Kayu

 Protozoa  Toksin kerang  Batu

 Parasit  Pestisida, Herbisida, Insektisida.

 Logam (potongan paku, biji stapler)

 Prion  Residu Antibiotik & hormon pertumbuhan

 Serangga atau bagian serangga

 Pupuk  Tulang

 Logam berat  Plastik

(20)

9

Menurut Dewanti, Ratih, et al dalam Petunjuk Sederhana Memproduksi

Panganan Yang Aman (2011: 18 - 21) Kerugian yang disebabkan karena

keracunan makanan bisa sangat fatal jika kita tidak tahu bahayanya, seperti

bahaya biologi yang berasal dari benda hidup, umumnya mikroba yang

keberadaannya pada bahan pangan menimbulkan masalah kesehatan konsumen.

Beberapa mikroba bersifat menguntungkan (misalnya mikroba penghasil asam

laktat dalam pembuatan yogurt atau asinan sawi), tetapi beberapa bersifat

merugikan jenis mikroba patogen menyebabkan keracunan dengan dua cara utama

yaitu :

1. Melalui proses infeksi, yaitu ketika seseorang mengkonsumsi makanan

yang mengandung bakteri hidup yang menyerang usus.

2. Melalui proses intoksikasi, yaitu ketika racun dihasilkan oleh mikroba

pada bahan pangan, kemudian bahan pangan yang mengandung racun

tersebut dikonsumsi seseorang.

Mikroba semacam ini dapat menyebabkan diare, sakit perut, muntah,

sampai gagal ginjal dan bisa mengakibatkan kematian. Jenis bakteri yang sering

menyebabkan terjadinya keracunan yaitu:

1. Salmonella

2. E. coli pathogenic

3. Clostridium perfringens

4. Staphylococcus aureus, dan

5. Clostridium botulinum.

Bahaya kimia yang berasal dari bahan itu bisa berasal dari proses

metabolisma bahan atau hasil bahan metabolisma mikroorganisme yang berada

pada bahan pangan tersebut. Bahan kimia yang secara alami diproduksi terdapat

pada bahan pangan (naturally-occurring chemicals) biasa diproduksi oleh bakteri

atau pun kapang dapat menyebabkan diare, sakit perut, muntah, sampai gagal

(21)

Bahaya fisik bisa berupa bahaya fisik pangan itu sendiri ataupun bahaya

fisik lainnya yang bisa mengancam keselamatan konsumen. Contoh bahaya

seperti pecahan atau patahan tulang, logam, kaca, batang kayu yang bisa

mengakibatkan kecelakaan, bisa menyebabkan seseorang tersedak (choking) dan

bisa mengakibatkan kematian.

Menurut Depkes RI, (2004) Keracunan makanan adalah timbulnya gejala

klinis penyakit atau gangguan kesehatan lainnya akibat mengkontaminasi

makanan. Berikut ini data kejadian keracunan makanan di restoran hotel di

Negara Indonesia dan Negara luar:

Tabel 1. 4

Data spesifikasi keracunan makanan di restoran hotel di Negara Indonesia dan Negara luar.

No Negara Kejadian Keracunan

1. Amerika Serikat.

Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen, 77% makanan yang diolah oleh usaha jasa boga.

2. Casper Wyoming, Amerika Serikat.

Pengujian pada piring, gelas minum dan garpu stainless steel alat tersebut ada yang dicuci dengan tangan dan ada yang

menggunakan mesin cuci piring,

(22)

11

3. Indonesia.

Kontaminasi E. coli makanan masih cukup tinggi di Indonesia termasuk di Jakarta. Kontaminasi E. coli makanan menurut jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yaitu kontaminasi E. coli makanan Restoran di hotel 33,3%, Restoran di luar hotel 31,3%, Jasaboga 38,2%, Warung 32,9%, Pedagang Kakilima 40,7%, dan Industri Makanan 21,3% 1. Djaja dkk memperoleh

kontaminasi E. coli pada Pedagang kaki lima 22,4%, rumah makan 26,3%, dan jasa boga 11,8%.

4. Indonesia.

Dilaporkan KLB diare tahun 1995 sebanyak 116.075 kasus dan keracunan makanan 1997 sebanyak 31.919 kasus. Data ini membuktikan bahwa di rumah

makan/restoran tidak menutup

kemungkinan masih adanya kontaminasi bakteri E. Coli.

5. New Maxico.

34 orang yang makan di restoran Colonial Park Country mengalami keracunan makanan yang berasal dari salad kacang yang disajikan.

6. Peoria, Illinois.

(23)

7. Milwaukee, Wisconsin.

Seorang gadis muda meninggal dan 65 orang lainnya sakit dikarenakan terkena mikroorganism E. coli O157: H7 wabah di Milwaukee, Wisconsin. Sumber wabah itu dua restoran Sizzler yang tampaknya membiarkan daging mentah untuk bersentuhan dengan makanan lain.

8. Oregon.

Ada 19 kasus yang dikonfirmasi, kemungkinan 19 kasus, dan 49 kasus dugaan E. coli O157: H7 di Oregon pada bulan Agustus. Kasus-kasus yang terkait dengan restoran Wendy, dan meskipun daging sapi adalah faktor dicurigai penularan.

9. Amerika Serikat.

Lebih dari 660 orang yang terinfeksi termasuk empat diantaranya meninggal dunia. Infeksi berasal dari bawang hijau disajikan di restoran Chi-Chi di

Pennsylvania dan Virginia Barat.

10. Sydney, Australia.

Kasus keracunan ini terjadi pada 2005 lalu. Monika Samaan dan keluarganya terpaksa harus dirawat di rumah sakit akibat

terinfeksi bakteri salmonella yang disinyalir terdapat pada menu "twister" yang

disediakan di restoran KFC dekat Sydney. Monika mengalami kerusakan otak dan harus menjalani sisa hidupnya di atas kursi roda.

Dari data tabel 1.4 dapat disimpulkan keracunan makanan yang terjadi

dikarenakan penangaanan yang kurang baik, baik dari bahan baku yang dipakai

atau pun peralatan yang digunakan.

Jika jaminan mutu, keamanan pangan dan kehalalan makanan bisa

diterapkan dengan baik didalam Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, tidak

(24)

13

manajemen keamanan makanan berbasis HACCP, selain kepuasan konsumen

hotel bisa menaikan profit perusahaan untuk pengembangan hotel baru lainnya.

Untuk itu harus adanya suatu metode untuk melakukan analisis resiko

terhadap bahaya yang disebabkan oleh makanan dalam proses penyediaannya.

Metode tersebut disebut HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point) dan

setiap industri makanan wajib memenuhi persyaratan tersebut. Namun pada

kenyataannya metode ini hanya sekedar fungsi untuk risk analisis saja. Kebutuhan

industri pada umumnya dan industri makanan pada khususnya adalah bagaimana

meningkatkan produktivitas dari kinerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan

profit margin perusahaan dan tentu tidak lepas dari bagaimana meningkatkan

kepuasan pelanggan.

Dengan diterapkannya sistem jaminan mutu dan keamanan makanan di

dalam pengolahan produk di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, diharapkan

bisa meminimalisir terjadinya keracunan makanan yang diakibatkan oleh

ketidaktahuan di dalam tahap penangganan dan proses produksi suatu makanan

yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, maka dari itu penulis tertarik

untuk meneliti mengenai ”Uji Pra Penerapan Manajemen Keamanan Makanan Berbasis HACCP Yang Berimplikasi Terhadap Kepuasan

Konsumen Di Kitchen Hotel Grand Royal Panghegar Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana penerapan manajemen keamanan makanan di Hotel Grand

Royal Panghegar Bandung ?

2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip HACCP di Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung ?

3. Bagaimana pengaruh kepuasan konsumen terhadap produk yang

(25)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperoleh data dan fakta mengenai

penerapan manajemen keamanan makanan berbasis HACCP (Hazard Analysis

Critical Control Point) yang mempengaruhi kepuasan konsumen di Hotel Grand

Royal Panghegar Bandung.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen yang baik terhadap

kualitas produk.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip –prinsip keamanan makanan di kitchen

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.

3. Untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan dari

kitchen Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Optimasi sisitem manajemen produksi di kitchen Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung.

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Objek Penelitian

Objek Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu variable

bebas (variable independent) dan variable terikat (variable dependent).

1) Variable Bebas (variable independent), yaitu Penerapan manajemen

keamanan makanan (X)

2) Variable Terikat (variable dependent), yaitu Kepuasan Konsumen (Y)

Objek penelitian kedua variable tersebut sangat penting dalam penelitian

untuk memperoleh data untuk diuji dalam sebuah permasalahan penerapan

manajemen keamanan makanan terhadap kualitas suatu produk yang

mempengaruhi kepuasan konsumen di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung .

1.2 Metode Penelitian

1.2.1 Deskriptif Verifikatif

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian

deskriptif verifikatif. Metode Penelitian Deskriptif, yaitu suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang dengan membuat

deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan

interpretasi yang tepat (Nazir, 2005:54)

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Metode penelitian verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengecek kebenaran hasil penelitian lain (Arikunto, Suharsimi, 2010:15). Dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif verifikatif , analisis ini diharapkan

dapat memperoleh gambaran akurat dan aktual mengenai fakta-fakta dan

(27)

1.3 Tahapan Penelitian

1.3.1 Analisis HACCP pada keadaan sekarang

Setiap tempat usaha jasa boga seperti hotel harus mengidentifikasi setiap

langkah dalam kegiatan bisnis makanan untuk memastikan keamanan makanan

dan memastikan bahwa prosedur keamanan makanan telah diidentifikasi,

diimplementasikan, dipertahankan dan diulas. Penerapan sistem HACCP di Hotel

Grand Royal Panghegar Bandung belum diterapkan semaksimal mungkin. Berikut

ini persiapan langkah-langkah penting yang bisa digunakan di Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung untuk penerapan keamanan makanan.

1.3.1.1Karakteristik Produk

Tabel 3.1

Bahan baku, Ingredient dan Bahan Kontak Produk

NO. Nama /

Jenis Proses Deep Fried Food

Nama Produk

Instruksi khusus pada label

Usia simpan

(28)

Gambar 3.1 Diagram Alur Proses

10. Storage for cooking/chillang

d. Molding +

4. Cold storage (chilled/frozent) and ready to eat food

Frozen

12. Storage for cooked food 11. Cooking

15. Storage for dished

(29)

1.3.1.2Metode penentuan CCP

Metode penentuan CCP dilakukan melalui cara sebagai berikut:

a. Melakukan hazard analysis baik terhadap bahan baku maupun proses.

Pada tahap ini ditentukan apakah proses atau bahan baku mengandung

bahaya atau tidak. Hazard analysis meliputi bahaya biologi, kimia dan

fisika.

b. Menentukan signifikasi bahaya melalui perkalian silang antara

probability (tingkat kemungkinan bahaya terjadi) dan severity (tingkat

keparahan bahaya), Nilai signifikansi perkalian parameter tersebut

disajikan pada table berikut :

Tabel 3.3 Signifikansi Bahaya Severity

Probability Low Medium High

High S S S

Medium S S S

Low NS S S

c. Berdasarkan signifikansi pada table di atas, hasil perkalian antara

severity dengan probability yang menghasilkan keputusan bahaya S

(Signifikan) diuji dengan menggunakan pohon keputusan CCP untuk

menentukan apakah proses pada diagram alir tersebut merupakan CCP

atau bukan. Sedangkan hasil perkalian kedua parameter tersebut yang

menghasilkan keputusan bahaya NS (Not Significant) tidak perlu

dilanjtkan pada pohon keputusan CCP, keputusan penentuan CCP

(30)

49

Q0 Apakah ada bahaya yang diidentifikasi?

Q1. Apakah ada tindakan pengendalian terhadap bahaya yang

diidentifikasi?

Yes No Modify step, process or product

Is control at this step

necessary for safety Yes

No Not a CCP Stop *

yes

No

Yes No Not a CCP Stop*

Yes No

Not a CCP Stop* Critical Control Poin

Gambar 3.2 Pohon Keputusan CCP

Q2. Is the process step specifically designed to eliminate or reduce the

likely occurrence of a hazard to an acceptable level?

Q3.Couldcontamination with identified hazard (s) occure in excess of

acceptable level (s) or could these increase to unacceptable level (s)?

Q4. Will a subsequent step eliminate identified hazard (s) or reduce the

(31)

d. Berdasarkan gambar 3.2 pohon keputusan tersebut keputusan

menentukan:

 CCP merupakan jawaban “Yes” atas pernyataan no 2 dan “No”

atas jawaban pernyataan no 4.

 OPRP / CP merupakan jawaban “No” pada pernyataan no 3 dan jawaban “Yes” atas pernyataan no 4.

 PRP jika suatu aktifitas merupakan persyaratan dasar agar system keamanan makanan dapat berjalan dengan baik seperti kegiatan

cleaning, pest control dll.

1.3.1.3Analisis Bahaya

Tabel 3.4

Analisis Bahaya Raw Material

kategori Potensi Likehood Severity Signific

(32)

51

Tabel 3.6 HACCP Plan

Prinsip 1 Prinsip 3 Prinsip 4&7 Prinsip 5&7 Prinsip 6&7

Criti

Record PIC Corrective action

Record PIC Verification & frequency

Monthly Record result HQA

2. Correctiveness / validation of CCP and its critical limit

3. GMP audit Monthly Performance

checklist

HQA

4. Pest control Monthly Pest control

record

6. Calibration When their

(33)

1.3.2 Wawancara dan pemberian kuesioner ke konsumen

Penulis melakukan wawancara dan pemberian kuesioner kepada konsumen

yang datang ke Hotel Grand Royal Panghegar Bandung untuk mengetahui sejauh

mana penerapan kualitas produk, kehalalan makanan, penerapan safety food (X)

untuk mencapai kepuasan kepada konsumen (Y).

1.3.3 Wawancara dan pemberian kuesioner ke pekerja

Penulis melakukan wawancara dan pemberian kuesioner kepada pekerja

yang ada di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung untuk mengetahui sejauh

mana penerapan prinsip safety food dan system (X) untuk mencapai kepuasan

kerja pekerja (Y).

1.4 Populasi dan Sampel

1.4.1 Populasi

Dalam mengumpulkan dan menganalisis data, menentukan populasi

merupakan langkah yang penting dalam melaksanakan penelitian.populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. (Sugiono, 2012:61). Sedangkan menurut Sudjana (2005:6)

populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung

maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif, dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang menggunakan jasa

makanan dan minuman, dan juga karyawan yang bekerjadi Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung.

1.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2012:62).

Dalam penelitian ini sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari

populasi. Dengan kata lain, sejumlah tapi tidak semua elemen populasi akan

menjadi sampel. Populasi yang diambil di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung

(34)

53

responden dengan teknik penarikan sampel menggunakan Nonprobability

Sampling yang artinya teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel (Sugiyono, 2012:66). Untuk lebih tepatnya memakai sampling

Insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja

yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012:67).

1.5 Teknik Pengumpulan Data

Penentuan metode pengumpulann data yang tepat menentukan kebenaran

ilmiah suatu penelitian. Selain itu penentuan metode pengumpulan data yang

sesuai dengan masalah yang diteliti akan membantu memperlancar tujuan

penelitian yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan

data pada penelitian ini adalah :

1. Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan

hasil dan informasi yang lebih akurat dan jelas, yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Yaitu untuk mengetahui bagaimana penerapan keamanan

makanan.

2. Angket ( Kuisioner )

Metode ini ialah alat untuk mengumpulkan data dari berbagai pertanyaan

tertulis yang daftar pertanyaannya cukup terperinci dan lengkap dengan nama

kuisioner data ini di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Data

yang dikumpulkan melalui kuisioner dapat sebagai penunjang dalam membahas

permasalahan.

3. Wawancara

Peneliti mewawancarai beberapa pihak terkait untuk mendapatkan

data-data yang diperlukan. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan

(35)

4. Study Literatur

Meneliti objek penelitian yang digunakan sebagai data melalui teori-teori

yang sudah teruji kebenarannya, data ini diperoleh melalui dokumen, buku-buku

atau tulisan ilmiah yang ada kaitannya dengan tema penelitian ini.

1.6 Operasional Variabel

Operasional variabel adalah penerapan manajemn keamanan makanan (X)

termasuk variabel bebas dan variabel terikat adalah kepuasan konsumen (Y).

Kedua variabel ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap strategi penerapan

keamanan makanan.

Tabel 3.8

Table Operasional Variabel

Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitik Ukuran Data

Kepuasan

b. –penyajian makanan. kekhasan makanan. c. - kebersihan pada

makanan. - kematangan

makanan.

d. daya tahan makanan. e. tekstur pada makanan

Untuk pegawai :.

a. Tingkat hasil produk atas penampilan makanan yang disajikan

b. Tingkat hasil produk atas perpaduan warna makanan

c. Tingkat hasil produk

(36)

55

atas penyajian makanan

d. Tingkat hasil produk atas kekhasan makanan

e. Tingkat hasil produk atas kebersihan makanan

f. Tingkat hasil produk atas kematangan makanan

g. Tingkat hasil produk atas daya tahan makanan

h. Tingkat hasil produk atas tekstur makanan hama di tempat produksi. -cara mengilangkan hama - tingkat daya tahan makanan. -Warna dan penampilan dari makanannya yang menarik.

-Produk yang diberikan

(37)

Untuk pekerja:

bersih dan sesuai kematangannya. dan baru di perusahaan b. Biological chemicial

(38)

57

(39)

r=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

1.7 Metode Analisis

1.7.1 Uji Validitas

Didalam penelitian ini digunakan uji validitas untuk mengetahui valid atau

tidaknya kuisioner yang disebar. Dalam uji validitas digunakan metode koefisien

korelasi product moment person dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2009:288)

Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari

(40)

59

Ʃx = Jumlah skor dalam distribusi x

Ʃy = Jumlah skor dalam distribusi y

Ʃx2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x

Ʃy = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y n = Banyaknya responden

Menurut Sugiyono (2009:228) Keputusan pengujian validitas item

instrumen adalah sebagai berikut:

1. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel.

2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung≤ rtabel

1.7.2 Uji Reabilitas

Uji reliabilitas didalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

instrumen yang dipakai dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.Pengujian reliabilitas

instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal

pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan

keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis

konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono,

2010:354). Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan test retest untuk

menguji reliabilitas instrumen.

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan

dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal

ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktu yang berbeda. Reliabilitas

diukur dari koefisien korelasi anata percobaan pertama dengan yang berikutnya.

Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah

dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument dengan

menggunakan Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:

(41)

Sumber: Arikunto, Suharsimi (2006:196)

Jumlah varians butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians t butir,

kemudian jumlahkan, seperti berikut ini:

[ ]

Sumber: Arikunto, Suharsimi (2006:184)

Keterangan:

N = Jumlah sampel

σ2

= Nilai varians

X = Nilai skor yang dipilih

1.8 Teknik Analisis Data

1.8.1 Analisis korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mencari hubungan antara kedua variabel

yang diteliti. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan

X dan Y disebut koefisien korelasi (r) nilai koefisien korelasi paling sedikit -1 dan

paling besar 1 (-1 ≥ r≤1), artinya jika:

r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekat 1, hubungan sangat kuat

dan positif).

r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negatif (mendekat -1, hubungan sangat

kuat dan negatif).

r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.

Penentuan koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan

(42)

61

r=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

Sumber:Sugiyono ( 2012:228)

r = Koefisien validitas item yang dicari

Ʃxy = Jumlah hasil skor x dan y setiap responden Ʃx = Jumlah skordalam distribusi x

Ʃy = Jumlah skordalam distribusi y

Ʃx2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x Ʃy = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y n = Banyaknya responden

Tabel 3.9

Klasifikasi Korelasi Koefisien Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 0,200 – 0,339 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000

Sangat Randah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2012:231)

1.8.2 Koefisien Determinasi

Menurut sugiyono (2013:231) dalam analisis korelasi terdapat suatu angka

yang disebut dengan koefisien determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari

koefisien korelasi (r²). Koefisien ini disebut koefisien penentu karena varians yang

terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada

variabel independen.

Koefisien determinasi juga digunakan untuk mengetahui besarnya

kontribusi X terhadap naik turunnya nilai Y. Koefisien determinasi adalah kuadrat

koefisien korelasi. Dalam penggunaan koefisien dinyatakan dalam persen

(43)

mengetahui presentasi pengaruh yang terjadi dari variabel bebas terhadap variabel

tidak bebas dengan asumsi 0 > r2> 1.

Menurut Sugiyono (2010:231) Koefisien determinasi uji r2 merupakan

proporsi atau presentase dari total variasi Y yang dijelaskan oleh garis regresi.

Koefisien regresi merupakan angka yang menunjukkan besarnya derajat

kemampuan atau distribusi variabel bebas dalam menjelaskan atau menerangkan

variabel terikatnya di dalam fungsi yang bersangkutan. Besar nilai r 2 diantara nol

dan satu maka (0<r2<1) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai r2 nya semakin mendekati angka 1, maka model tersebut baik

dan tingkat kedekatan antara variabel bebas dan terikat semakin dekat

pula.

2. Jika semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antar variabel bebas

dengan variabel terikat tidak mendekati.

Menurut Sugiyono (2009:231) untuk mengetahui kuat rendahnya

hubungan pengaruh, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Korelasi Koefisien Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 0,200 – 0,339 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2012:231)

1.8.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan X

dan Y disebut koefisien korelasi (r) nilai koefisien korelasi paling sedikit -1 dan

paling besar 1 (-1 ≥ r≤1), artinya jika:

r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekat 1, hubungan sangat kuat

dan positif).

(44)

63

r=

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑

r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negatif (mendekat -1, hubungan sangat

kuat dan negatif).

r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.

Penentuan koefisien korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan

korelasi Pearson (pearson’s product moment coefficient of correlation), yaitu:

Sumber: Sugiyono(2009:228)

r = Koefisien validitas item yang dicari

Ʃxy = Jumlah hasil skor x dan y setiap responden Ʃx = Jumlah skordalam distribusi x

Ʃy = Jumlah skordalam distribusiy

Ʃx2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x Ʃy = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y n = Banyaknya responden

Tabel 3.11

Klasifikasi Korelasi Koefisien Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,199 0,200 – 0,339 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono(2009:231)

1.9 Pengujian Hipotesis

Objek penelitian yang menjadi variabel bebas atau independen variabel

yaitu Keamanan makanan (variabel X),sedangkan variabel dependen adalah

Kepuasan konsumen (variabel Y). Dengan memperhatikan karakteristik variabel

yang diuji, maka statistik yang akan digunakan dengan pengujian hipotesis secara

(45)

1. Pengujian hipotesis simultan dengan menggunakan uji F

Untuk menguji Hipotesis menggunakan rumus F sebagai berikut:

Fhitung

( )

Sumber: Sugiyono (2012:235)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independen n = Jumlah anggota sampel

a. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

pengaruh antara penerapan prinsip keamanan makanan terhadap kualitas

produk yang berimplikasi terhadap kepuasan konsumen.

b. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat

pengaruh antara penerapan prinsip keamanan makanan terhadap kualitas

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pengujian hipotesis untuk mengetahui

pengaruh keamanan makanan terhadap kepuasan konsumen maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1.) Penerapan manajemen keamanan makanan mempunyai pengaruh positif

terhadap kepuasan konsumen di Restoran Hotel Grand Royal Panghegar

Bandung.

2.) Penerapan prinsip sistem keamanan berbasis HACCP didalam kitchen

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung sudah bisa diterapkan dengan

mengoptimalkan langkah – langkah berdasarkan analisis prinsip keamanan

makanan yaitu : diadakannya tranining staf & pegawai tentang HACCP,

sistem dokumentasi yang harus dimengerti pegawai, sistem purchasing,

receiving & storage harus lebih diintensifkan lagi, penanganan pest control

harus dilakukan secara reguler perperiodik waktu secara terus menerus.

3.) Kepuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan dari tempat yang

telah diaplikasikan prinsip-prinsip HACCP mempunyai pengaruh positif

terhadap keamanan makanan di Restoran Hotel Grand Royal Panghegar

Bandung.

1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dapat dikembangkan beberapa

saran bagi pihak-pihak yang berkaitan dalam penelitian ini. Adapun saran-saran

yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan adalah sebagai berikut :

1.) Tetap memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan.

2.) Meningkatkan keamanan makanan agar tidak tejadi kontak silang yang

bisa merugikan konsumen.

3.) Diterapkannya sistem keamanan makanan berbasis HACCP di Hotel

(47)

4.) Diadakannya pelatihan tentang pemahaman mengenai ISO 22000 Tahun

2005 tentang keamanan makanan terhadap pegawai di Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung.

5.) Diadakannya pelatihan tentang pemahaman mengenai HACCP terhadap

pegawai di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.

6.) Memiliki tim yang bisa menerapkan sistem keamanan makanan diarea

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Rachman. (2005). Pengantar Ilmu Perhotelan dan Restoran.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. (2010).Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik .Jakarta : Rineka Cipta.

Dewanti, Ratih, et. Al. (2011) Petunjuk Sederhana Memproduksi Pangan Yang Aman. Jakarta : Dian Rakyat.

Industry Guide To Good Hygiene Practice (1995). Food Safety (General Food Hygiene) Regulations dan Food Safety (Temperatur Control). Jakarta.

Kotler, P. (2000).Principle of MarketingJakarta : ERLANGGA.

Muhandri, Tjahja, et al. (2012). Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan.Bogor: IPB Press.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia.

Pendit, Nyoman. (2006). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paranita.

Rahayu, Winiati et al. (2011). Keamama Pangan Peduli Kita Bersama. Bogor : IPB Press.

Ratnasari, Ririn tri, et al (2011). Manajemen Pemasaran Jasa. Bogor : PT Ghalia Indonesia.

Soekarto, Soewarno T, et al. (1985). Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sulastiyono, Agus (2006). Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung : Alfabeta.

Tjiptono, Fandy (2011). Service Quality & Satisfaction. Yogyakarta : Andi.

(49)

Umar Husein (2003). Studi Kelayakan Dalam Bisnis Jasa. Jakarta : Graha.

Winarno, F.G, et al. (2004). HACCP dan Penerapannya Dalam Industri Pangan. Bogor : M-Brio Press.

Gambar

Tabel 1. 1  Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung
Tabel 1. 2 Tingkat jumlah kunjungan tamu Pakuan Café di Hotel Grand Royal
Gambar 1. 1
Tabel 1. 3 Jenis  jenis bahaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

[r]

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

Teristimewa sekali, penulis sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayah, Amril, dan ibu, Yusminar, yang sangat penulis sayangi, untuk semua kasih sayang,

Rasio efisiensi usaha mengalami peningkatan pada rasio Leverage Multipler pada tahun 2008 dengan 13,07 kali dan Interest Expense Ratio mengalami peningkatan dan penurunan pada

Studi kelayakan pengembangan usaha pada Laundry MJ Warz ini bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya pengembangan usaha pembukaan cabang utama baru yang akan dilakukan dan

Kurikulum 2006 (PeraturanMendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006.. TentangStandar Isi