DAFTAR PUSTAKA
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak jaminan Kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007
Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan dan Hak Tanggungan, Prenada Media Group, Jakarta, 2006
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Purta Abadin, Jakarta, 1999
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1985
Yudha. Pandu, Himpunan Peraturan Fidusia dan Hak Tanggungan, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2008
www.pegadaian.co.id
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wanprestasi
Kata “wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,
tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu
perikatan. Wanprestasi yang dimaksud disini adalah wanprestasi yang dilakukan
oleh suatu pihak yang dapat menimbulkan pembatalan perjanjian dari pihak lain
secara hukum. Wanprestasi seseorang dapat berupa:
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b. Melakukan apa yang diperjanjikan, tapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan itu
c. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Dalam perjanjian gadai, jika benda gadai tidak ditebus dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, maka benda gadai dilelang pada waktu yang
ditentukan oleh kepala PT Pegadaian. Lelang dilakukan sendiri oleh PT Pegadaian
dan tidak boleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini ialah karena
PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai
Lelang.
Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian
mengumumkan kepada masyarakat bahwa lelang akan dilaksanakan. Pada hari
29
dengan harga tertinggi, setelah kepada umum dinyatakan penawaran itu dua kali
tetap tidak disambut dengan tawaran yang lebih tinggi oleh penawar lain.
Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal
bulan kedelapan (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan. Sedangkan
benda gadai yang termasuk golongan pinjaman C dan D dilakukan pada awal
bulan kelima (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan.
B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai
Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memberikan
gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima gadai, atau dengan kata
lain wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik itu yang
memberikan gadai maupun oleh penerima gadai.
Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu
perikatan, ia dikatakan ingkar janji atau disebut juga dengan wanprestasi. Salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam perikatan itu dapat disebabkan
atas kesalahannya sendiri tetapi juga mungkin diluar kesalahannya. Adapun
bentuk wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan
prestasi
b. Debitur terlambat memenuhi prestasi/perikatan
c. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau
30
Adapun bentuk wanprestasi diatas adalah bentuk wanprestasi yang umum,
yang mana pada umumnya wanprestasi itu dilakukan oleh debitur. Bedanya
dengan perjanjian gadai adalah dimana wanprestasi itu dapat dilakukan oleh
kedua belah pihak, yaitu si pemberi gadai maupun si penerima gadai, karena
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama-sama punya
peluang untuk terjadinya wanprestasi yang diatas karena memang begitulah
bentuk wanprestasi yang diatur oleh hukum kita.
C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi
Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh PT Pegadaian adalah aktivitas
pemberian kredit. Dimana pemberian kredit tersebut terjadi pada saat kedua belah
pihak menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK), yaitu antara pihak nasabah
dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang
PT Pegadaian setempat.
Dengan ditanda tanganinya Surat Bukti Kredit oleh pemberi gadai
(nasabah) berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang
ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi hubungan hukum
antara pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai
(PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah
pihak.
Dari isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian dapat di lihat hak
31
1. Menguasai barang bergerak milik nasabah yang dijadikan jaminan
2. Menerima pelunasan dan biaya-biaya lain yang timbul karenanya,
misalnya lelang dan bunga (sewa modal)
3. Berhak menahan barang gadai selama si berhutang belum melunasi
pinjaman, bunga serta biaya lain yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkan barang-barang tersebut
4. Menjual benda gadai dengan kekuasaan sendiri, sebelum penjualan harus
didahului dengan peringatan atau somasi kepada pemberi gadai (debitur)
apabila tidak melunasi uang pinjaman dan bunga sampai batas waktu yang
ditetapkan di dalam Surat Bukti Kredit menurut golongannya
masing-masing
5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim apabila debitur
(pemberi gadai) ingkar janji, maka PT Pegadaian (penerima gadai) dapat
menuntut dimuka hakim agar dilakukan penjualan benda-benda gadai
untuk mengambil perlunasan hutang ditambah sewa modal (bunga) dan
biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan barang
tersebut
Adapun yang menjadi kewajiban pemegang gadai (PT Pegadaian) menurut
perjanjian gadai adalah:
1. Menyerahkan Surat Bukti Kredit sebaga bukti bahwa barang telah diterima
penerima gadai
2. Merawat barang jaminan selama dalam kekuasaannya, serta bertanggung
32
3. Tidak memakai atau mempergunakan atau memanfaatkan barang yang
dijaminkan untuk kepentingan sendiri
4. Wajib memberitahu kepada debitur bila hendak melelang barang gadai
5. Menyerahkan kembali barang jaminan apabila perjanjian pokok telah
berakhir yang dibuktikan dengan Surat Bukti Kredit
6. Membayar uang kelebihan apabila masih terdapat sisa dari lelang barang
jaminan dengan jangka satu tahun setelah lelang. Apabila lebih dari satu
tahun, uang kelebihan tersebut menjadi milik negara
7. Membayar ganti rugi akibat kerusakan atau kehilangan barang jaminan
karena kesalahan dalam pemeliharaan oleh pihak PT Pegadaian. Ganti rugi
tersebut ditetapkan sebesar 125% dari harga taksiran pada saat perjanjian
dibuat
8. Menyelenggarakan lelang dimuka umum dengan cara yang lazim
digunakan
9. Bertanggung jawab atas hasil penjualan
Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penerima gadai (debitur) adalah:
1. Menerima Surat Bukti Kredit sebagai bukti penyerahan barang jaminan
2. Menerima uang pinjaman sesuai dengan nilai taksir barang yang
ketentuannya telah ditetapkan oleh direksi
3. Menerima kembali barang yang telah dijaminkan dalam keadaan utuh
seperti semula setelah perjanjian pokok berakhir
33
5. Menuntut ganti rugi akibat dari kerusakan atau kehilangan atau kelalaian
dari pihak penerima gadai (PT Pegadaian) sebesar 125% dari harga
taksiran
6. Memperpanjang atau memperbaharui jangka wakru kredit apabila
dikehendaki
Selanjutnya yang menjadi kewajiban dari pemberi gadai (debitur) itu sendiri
adalah:
1. Menyerahkan barang yang menjadi objek gadai
2. Menyerahkan Surat Bukti Kredit pada saat melunasi uang pinjaman
3. Menyerahkan sewa modal (bunga) dan biaya-biaya yang lain yang telah
dikeluarkan untuk penyelamatan barang tersebut oleh PT Pegadaian
4. Tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh PT Pegadaian
baik untuk perjanjian pokok maupun perjanjian gadai.
Pada umumnya suatu perjanjian akan mulai berlaku (mengikat), setelah perjanjian
ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mengadakannya. Dalam perjanjian
gadai, perjanjian tersebut dianggap telah terjadi apabila dalam keadaan dimana
ada bukti bahwa baik pemilik gadai, atau setidak-tidaknya menyetujui persyaratan
terpentingnya dan kemudian salah satu pihak telah mengeluarkan biaya dan
melakukan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan perjanjian tersebut.
Oleh karena itu salah satu pihak dapat dinyatakan bertanggung jawab atas
kerugian yang timbul apabila ia tidak memenuhi kewajiban-kewajiban untuk
34
Dengan demikian, apabila telah terjadi dalam perjanjian tersebut mengenai
hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka akan lebih jelas untuk
menentukan siapa yang melakukan wanprestasi yang telah dilakukan.
Wanprestasi tidak terjadi dengan sendirinya, maka untuk menentukan
seseorang itu wanprestasi tergantung pada waktu yang diperjanjikan. Pada
umumnya seseorang itu dikatakan wanprestasi adalah pada saat orang tersebut
melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian misalnya tidak memenuhi
perikatan maka dikatakan orang tersebut wanprestasi. Salah satu yang diatur
dalam perjanjian itu adalah mengenai “Kewajiban-kewajiban pihak yang
menggadaikan dan menerima gadai”.
Sebagaiman lazimnya dalam hukum perjanjian dikenal adanya prestasi dan
kontra prestasi jika ada hak tertentu ada pula kewajiban. Demikian juga dalam
perjanjian gadai. Kewajiban ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu
kewajiban yang bersifat finansial dan kewajiban yang bukan bersifat finansial.
D. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak
melakukan wanprestasi
Dalam suatu perjanjian, apabila para pihak itu saling melaksanakan
prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan
menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau
keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak
lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika
35
diinginkan oleh pihak lawannya disebut wanprestasi, hal ini akan menimbulkan
suatu permasalahan.
Pada umumnya yang melakukan wanprestasi itu adalah pihak debitur,
dalam bentuk tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati bersama. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak
kreditur atau PT Pegadaian dapat dikatakan kecil kemungkinannya.
Jika nasabah cidera janji (wanprestasi) atau dengan kata lain barang yang
digadaikan tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah
diberikan somasi terlebih dahulu, maka denda gadai tersebut akan dilelang pada
waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat
(Pasal 17 ADP) dan lelang ini tidak dilakukan oleh Balai Lelang. Pertimbangan
untuk hal ini adalah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga
benda gadai dari pada Balai Lelang.
Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian
mengumumkan kepada masyarakat. Pengumuman lelang biasa dilakukan melalui
media masa setempat atau melalui papan pengumuman di Kantor Cabang
pegadaian setempat. Pada hari yang ditentukan untuk melakukan lelang, pembeli
yang berhak adalah yang menawar harga paling tinggi diantara peserta lelang
yang hadir, setelah kepada umum dinyatakan penawaran ini dua kali tetapi tidak
disambut dengan penawaran harga yang lebih tinggi oleh penawar yang lain.
Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal
bulan ke delapan (bulan kalender) terhitung mulai dari bulan digadaikan.
36
bulan Juni 2012, setelah jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) bulan dilalui, dan bulan
ketujuh merupakan satu bulan yang bebas bunga oleh karena maksimal pengenaan
bunga terhadap pinjaman adalah 180 hari dan pada bulan ketujuh ini merupakan
waktu pertimbangan apakah benda gadai ditebus atau tidak oleh debitur.
Lelang benda gadai yang termasuk golongan C dan D dilakukan pada awal
bulan lima (bulan kalender) terhitung mulai digadaikannya suatu barang.
Misalnya terhadap suatu benda yang digadaikan pada bulan November 2011,
maka pelelangannya dilakukan pada awal bulan Maret 2012, mengenai tanggal
pelelangan maupun setelah lelang dilakukan beserta hasil lelang (berita acaranya)
harus dilaporkan kepada Balai Lelang. Kemudian salah satu hari setelah lelang
dilaksanakan, maka PT Pegadaian harus memberitahukan kepada nasabah
barangnya dilelang. Seluruh hasil lelang harus diberitahukan dan jika ada
kelebihan uang pelelangan atas barang gadai tersebut akan dikembalikan kepada
nasabah setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, serta biaya lelang sebesar
3%.
Selanjutnya, walaupun PT Pegadaian kecil kemunginan melakukan
wanprestasi, akan tetapi bukan berarti PT Pegadaian tidak pernah melakukan
wanprestasi akibat kelalaian petugas PT Pegadaian. Apabila PT Pegadaian
melakukan satu wanprestasi maka PT Pegadaian akan memberikan ganti rugi
kapada debitur sebesar 125% dari harga taksiran barang yang digadaikan tersebut,
37
Saat ini kondisi wanprestasi di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I
Medan semakin membaik. Sebelumnya pada tahun 2011 kondisi wanprestasi yang
terjadi di PT Pegadaian meningkat, hal tersebut terjadi karena pendapatan atau
hasil usaha nasabah menurun sehingga tanggung jawab untuk membayar hutang
kepada pihak Pegadaian terhambat. Maka dari tahun 2011 sampai pertengahan
tahun 2012 tingkat wanprestasi di Pegadaian meningkat hal tersebut yang
merugikan pihak Pegadaian.
Tetapi pada akhir tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 kondisi
wanprestasi di Pegadaian menurun, hal tersebut terjadi karena pihak Pegadaian
lebih memperhatikan calon nasabah yang akan menggadai dan melihat usaha yang
dijalankan nasabah tersebut berjalan lancar. Kemudian pihak Pegadaian akan
menjelaskan lebih terperinci akibat hukum yang akan diterima jika salah satu
pihak melakukan wanprestasi. Setelah calon nasabah memenuhi persyaratan maka
calon nasabah diberikan pinjaman sehingga wanprestasi yang terjadi di Pegadaian
semakin menurun.
Maka dari tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2013 wanprestasi
yang terjadi di PT Pegadaian semakin berkurang dan menjadi lebih baik. Kondisi
wanprestasi yang semakin membaik tersebut akan terus dipertahankan oleh para
pihak agar di waktu yang akan datang tidak terjadi hal yang akan merugikan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan dari tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung jawab antara PT Pegadaian dengan nasabah dalam
pemberian kredit, terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani
Surat Bukti Kredit, yaitu antara nasabah dengan dengan PT Pegadaian
yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian.
Dengan di tandatanganinya Surat bukti Kredit oleh nasabah (pemberi
gadai), berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian
yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi
tanggung jawab dan hubungan hukum antara para pihak pemberi gadai
(nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang
menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
2. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak
melakukan wanprestasi adalah jika PT Pegadaian yang melakukan
wanprestasi, misalnya barang yang digadaikan hilang atau rusak berat,
maka PT Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah sebesar
125% dari harga taksiran, sedangkan apabila pihak nasabah yang
melakukan wanprestasi, maka barang yang digadaikan akan dilelang
39
wajib dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong dengan sejumlah
pinjaman, sewa modal, dan biaya lelang.
B. Saran
Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Mengingat PT Pegadaian satu-satunya Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang diberi wewenang untuk menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai, diharapkan PT Pegadaian mendirikan cabangnya sampai
ke desa-desa karena usaha kecil menengah, koperasi dan masyarakat
ekonomi lemah masih terdapat di desa-desa. Selama ini PT Pegadaian
membuka cabangnya masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga
masyarakat perdesaan sangat kesulitan mendapatkan kredit dalam
menjalankan usahanya, kebanyakan masyarakat perdesaan
memperoleh kredit dari gadai gelap, praktek riba, dan pinjaman yang
tidak wajar.
2. Diharapkan pihak PT Pegadaian memberi penjelasan kepada nasabah
terhadap isi dari perjanjian gadai atau hak dan kewajiban kedua belah
pihak sebelum Surat Bukti Kredit ditandatangani, mengingat perjanjian
gadai yang dibuat oleh pihak PT Pegadaian dapat dikatakan suatu
kontrak baku yang hanya di buat sebelah pihak saja serta tidak ada
kebebasan membuat perjanjian (asas kebebasan berkontrak) di
dalamnya. Sebagai contoh selama ini karena kebanyakan nasabah
40
mengetahui bahwa mereka juga mempunyai hak terhadap kelebihan
hasil, pelelangan barang yang digadaikan akibat tidak sanggup
7
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero)
Pegadaian sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan
jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu sejak
zaman VOC. Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka sejarah pegadaian
akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pada saat sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan.
1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
Sejarah pegadaian sebelum kemerdekaan telah mengalami 4 (empat)
periode pemerintahan yaitu:
a. Masa VOC (1746-1811)
b. Masa penjajahan Inggris (1811-1816)
c. Masa penjajahan Belanda (1816-1946)
d. Masa penjajahan Jepang (1942-1945)
Fungsi pegadaian pada masa tersebut diatas tetap sebagai penyalur
pinjaman dengan jaminan benda bergerak.
a. Pegadaian pada Masa VOC (1746-1811)
Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan “Bank Van
Leening”. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur
Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan
8
Pada mulanya yaitu sejak didirikan pada tahun 1746 lembaga ini
merupakan perusahaan patungan antara VOC (pemerintah) dengan pihak swasta,
dengan perbandingan modal 2/3 modal swasta dengan jumlah modal seluruhnya
f 7.500.000,00, kemudian sejak tahun 1794 diusahakan sepenuhnya oleh
pemerintah dengan bunga 6% per tahun. Dalam melakukan usahanya, Bank Van
Leening memungut bunga 9% per tahun (3% atau 4% per bulan).
Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil
alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles,
Bank Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya
dikeluarkan peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai
jaminan yaitu emas, perak, kain, dan lain-lain.
b. Pegadaian pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)
Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaaan dari pemerintahan
Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin
tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyutujui adanya Bank Van Leening
dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa
setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini dengan syarat mendapat izin
dari penguasa. Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam
perkembangannya ternyata tujuan Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan
worker (lintah darat) tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan
pemerintahan malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena
timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814
9
masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup
membayar sewa kepada pemerintah.
c. Pegadaian pada Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1816 kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht
Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti
perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856
pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelse.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para packers banyak yang bertindak
sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang
jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak,
dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur, hal ini sangat merugikan
rakyat. Kemudian melalui Staatsblad No. 226 tahun 1930 status jawatan diubah
menjadi Perusahaan Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 IBW
(Indonesische Bedrijvenwet) Staatsblad No. 419 tahun 1927 dimana harta
kekayaan pegadaian negara di pisahkan dari kekayaan negara (pemerintah).
d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa penjajahan Jepang pegadaian masih merupakan instansi
pemerintah (jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan.
Pada masa ini lelang atas barang jaminan tidak di tebus (sudah kadaluarsa) di
hapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan, dan berlian yang
10
2. Sesudah Proklamsi kemerdekaan
Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1945, penguasaan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik
Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan.
Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal
1 Januari 1961, Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara
Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian
terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan
sehingga statusnya perlu di kembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada
tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian di integrasikan ke dalam urusan bank
sentral.
Usaha kegiatan pegadaian diatur sebagai perusahaan dalam arti luas 2
IBW 1927 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9
Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi
Presiden Nomor 17 Tahun 1967 maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan
IBW sebenarnya mempunyai sebagai Perusahan Jawatan. Melalui surat keputusan
Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971)
ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan di lingkungan
Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal 2 surat keputusan menteri
keuangan tersebut di tetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht
Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk
mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan
11
berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880
Pacht Stelsel diberlakukan kembali.
Setelah diadakan penelitian oleh pemerintah, maka untuk mengurangi
kerugian pada masyarakat perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Pacht Stelsel, tetapi dalam hal ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan
usaha dibidang ini secara legal sebagai pada parriltius. Tetapi di lain pihak
penyimpangan yang merugikan masyarakat dapat di akhiri. Hal ini yang
mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri badan perkreditan gadai.
Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan Pegadaian Negeri
pertama di Indonesia dengan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901.
Sedangkan uang pinjaman yang dapat diberikan maksimum f 300 dan tidak
dikenakan biaya administrasi.
Pegadaian Negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik
sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan
monopoli ini dulu hanya berlaku berlaku terbatas pada kota-kota dimana
pegadaian negara berdiri, tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblad 1941 dan
Staatsblad No. 28 jo. 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia.
Yang dimaksud dengan monopoli disini adalah adanya larangan terhadap
anggota masyarakat umum lainya untuk berusaha dengan cara menerima gadai
dan pemberian uang pinjaman maksimum f 100 atau kurang. Sanksi terhadap
pelanggaran monopoli ini di atur dalam pasal 509 KUH Pidana yang menyatakan
12
Barang siapa tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan
gadai atau dalam bentuk kontrak komisi yang nilainya tidak lebih
dari seratus rupiah (dahulu gulden) diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak seribu rupiah
(dahulu gulden).
Direktorat Jenderal Keuangan fungsinya diperluas yaitu tidak sekedar
memberantas lintah darat saja, tetapi juga memberikan pembinaan dan pengarahan
kredit ke sektor produktif. Lebih di pertegas lagi dalam Keputusan Presiden No.
56 tahun 1985, fungsi dari Perusahaan Jawatan Pegadaian adalah sebagai berikut:
1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai kepada:
a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif
b. Kaum buruh atau pegawai negeri yang ekonominya lemah dan bersifat
konsumtif
2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti
ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.
3. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainya yang bermanfaat terutama
bagi pemerintah dan masyarakat.
4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat
terutama mengenai kredit yeng bersifat produktif daan bila perlu memperluas
daerah operasinya.
Kedudukan, tugas, dan fungsi perusahaan jawatan Pegadaian lebih
disempurnakan lagi dengan di keluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan
13
Perusahaan Jawatan Pegadaian yang pada prinsipnya tercantum dalam pasal 3
sebagai berikut:
1. Membina menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dan fidusia
2. Mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon,
pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya yang bersifat meyengsarakan
rakyat
3. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fidusia yang bersifat
produktif
4. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasional Perusahaan Jawatan
Pegadaian Pasal 2 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut
menyatakan bahwa tugas dari Perusahaan Jawatan Pegadaian menyalurkan
pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia, berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan Menteri Keuangan.
Dalam rangka delegurasi dan debiroktarisasi guna membantu iklim ekonomi
yang menunjang perkembangan ekonomi perkembangan ekonomi, perlu
dipandang untuk meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan
efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang
didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 di pandang perlu
mengalihkan bentuknya menjadi PT Pegadaian, sebagaimana di maksud dalam
Undang-undang No.9 tahun 1969 di dalam penjelasan umum Sub A alinea 4
Undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan
14
tahun 1967 telah di gariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha
negara secara tegas ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Perusahaan Negara Jawatan
2. Perusahaan Negara Umum
3. Perusahaan Negara Perseroan
Pasal 32 Undang-Undang No. 19 Prp 1960 menetapkan bahwa
pembubaran atau pengalihan bentuk perusahaan negara harus dilakukan dengan
Peraturan Pemerintah. Dengan mengingat perkembangan ekonomi dan moneter
dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar
hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih
meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan
Pegadaian , perlu dialihkan bentuk menjadi PT Pegadaian.
Atas dasar Pasal 23 Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 ini maka
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10
April 1990 tentang perubahan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi
PT Pegadaian (Persero) dan di sempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerinrtah
No. 103 tahun 2000 tentang PT Pegadaian (Persero), dimana pada prinsipnya
tujuan dan peraturan ini adalah untuk memperbaiki tata kerja dan struktur
organisasi ke arah yang lebih profesional.
Selanjutnya dapatlah disebutkan bahwa mengenai perbedaan Instansi
Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo.
15
mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini harus di tilik kembali sejarah
berdirinya Pegadaian.
Adapun fungsi Pegadaian pada 4 (empat) periode sebagaimana telah
disebutkan di atas adalah sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda
bergerak. Selanjutnya, dapatlah disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1990 jo. Dan setelah dikeluarkanya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun
2000, maka status dari instansi Pegadaian berubah menjadi Perusahan Umum
hingga saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat
yang memerlukanya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan.
Dari urain diatas dapatlah disimpulkan perbedaan Instansi Pegadaian
sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dengan
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, yaitu terletak pada status Instansi
Pegadain tersebut.
3. PT Pegadaian (Persero) Sebagai Suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB)
Lembaga keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah
sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana, sehingga peran Lembaga Keuangan yang sebenarnya adalah sebagai
perantara keuangan masyarakat. Meskipun demikian kedua jenis Lembaga
keuangan tersebut mempunyai perbedaan fungsi dan kelembagaan. Maka dalam
16
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 38/MK/IV/1972
tanggal 18 Januari 1972 , pemerinah Indonesia telah membentuk Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai salah satu usaha untuk mendorong
perkembangan pasar uang dan modal di Indonesia.
Kegiatan utama lembaga tersebut adalah menggerakkan dana dari masyarakat
dengan cara mengeluarkan kertas berharga. Dana yang diserahkan itu dipakai
untuk membantu pembiayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman atau penyertaan
modal, disamping dana yang juga telah disediakan oleh bank-bank untuk maksud
dan tujuan yang sama.
Untuk membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank ini pemerintah Indonesia
telah menetapkan dua jenis badan uasaha yaitu:
1. Mereka yang mengutamakan kegiatan di bidang pembiayaan pembangunan
(Development type)
2. Mereka yang bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan perdagangan
surat-surat berharga (Investment type)
Badan-badan usaha ini telah didirikan berkat kerjasama (joint venture) antar
bank-bank pemerintah dengan bank-bank perusahaan swasta nasional di satu
pihak dan bank-bank LKBB luar negeri di pihak lain.
Tugas utama mereka yang tergolong Development type adalah memberikan
pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta mengikut sertakan modal
dalam perusahaan-perusahan. Tugas utama mereka yang tergolong Investmet type
adalah memasarkan efek-efek yang dikeluarkan perusahaan melaului bursa.
17
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/264/Kep/Dir/UPUM tanggal 7 Februari
1975 yang menentukan bahwa pemasaran efek-efek kepada masyarakat melalui
bursa harus dilakukan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.
1382/MK/6/11/1975 tanggal 28 November 1975, Lembaga keuangan Bukan
Bank, seperti juga bank dari berbagai jenis baik pemerintah maupun swasta
nasional dan asing tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang
keadaan keuangan nasabahnya kecuali:
1. Untuk keperluan perpajakan apabila diminta secara tertulis
2. Untuk kepentingan pengadilan dalam perkara tindak bila diminta secara
tertulis oleh jaksa ataupun hakim.
Dewasa ini jumlah badan usaha yang bergerak di bidang ini ada 12 buah
terdiri Development type 2 buah dan Investnent type 10 buah, termasuk sebuah
perusahaan yang di bentuk semata-mata untuk menolong penduduk pribumi yaitu
PT Bahana. Baik kedua perusahaan Development type maupun kesepuluh
perusahaan Investment type itu menunjukkan perkembangan yang berarti selama
periode 1976/1979. Perusahaan-perusahaan tipe investasi dapat berkembang
karena banyak dana yang berhasil di kumpulkan dari penjualan surat-surat
berharga dan pinjaman, sedangkan meningkatnya penanaman dana disebabkan
oleh bertambahnya pembelian surat berharga dan warkat-warkat niaga lainya
terutama promes. Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan
18
keuangan tersebut diatas, di Indonesia kini terdapat tiga buah kantor perwakilan
Lembaga Keuangan Bukan Bank luar negeri yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:
1. Arbututhnol Latham Co.Ltd. London;
2. Private Investment Company for Asia (PICA), Tokyo; 3. Commonwealth Development Corporation London;
Selanjutnya, Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan salah satu
jenis lembaga keuangan, seperti telah disinggung dimuka didirikan dengan SK
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792/MK/IV/12/1970 dan No. Kep.
38/MK/IV/1/1972 serta disempurnakan dengan No. 562/KMK/011/1982.
Lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana masyarakat selain modal/dana
sendiri, dengan jalam mengeluarkan surat berharga. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 38/1972 yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 1972 yang
dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah:
Lembaga-lembaga keuangan secara langsung ataupun tidak langsung
mengeluarkan uang, terutama dengan surat-surat berharga yang dapat
dinegosiasikan menyalurkanya melalui masyarakat untuk membiayai
usaha-usaha dagang, pada umum nya lembaga-lembaga didirikan
untuk mengatasi soal-soal keuangan yang ditangani oleh sektor
perbankan.
Sejak pembentukannya LKBB telah turut berperan aktif dalam usaha
menggerakkan pasar uang berjangka pendek di Jakarta misalnya telah berhasil
menciptakan hubungan baik antara lembaga-lembaga Keuangan Bank dan Bukan
19
para pedagang uang (money dealers) yang secara teratur/berkala mengadakan
pertemuan.
Sejak di giatkannya pasar modal pada bulan Agustus 1977, LKBB telah
mengambil peranan yang cukup berarti yakni antara lain sebagai penjamin emisi.
Selain itu, LKBB juga bergiat dalam penyediaan dana bagi
perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan swasta yang merupakan perusahaan patungan
(joint venture).
Sesuai dengan PP No. 10 tahun 1990 jo. PP No. 103 Tahun 2003 tentang
perubahan status Perusahaan Jawatan menjadi PT Pegadaian (Persero)
menyebutkan bahwa salah satu kegiatan pegadaian adalah menyalurkan uang
pinjaman kepada masyarakat berdasarkan pegadaian. Begitu juga Lembaga
Keuangan Bukan Bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan dibidang
keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara
dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan dan usaha penyertaan modal itu
selalu dilakukam secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana
terutama dengan menyalurkan surat berharga. Dengan demikian Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal.
Adapun dana yang diperoleh bersifat jangka panjang dan disalurkan kepada
masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarana serta
pembangunan ekonomi lainnya.
Melihat dari usaha pokok yang dilakukan LKBB, maka dikenal dua sektor
yang ditelitinya yaitu pertama sektor pembiayaan pembangunan, berupaya
20
modal, yang kedua berupa usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti memberikan pinjaman kepada
masyarakat berupa pegadaian.
Adapun bila dilihat dari sektor yang ditelitinya, yaitu berupa pemenuhan
kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu maka secara garis besar
Lembaga Keuangan Bukan Bank terdiri dari perusahaan asuransi, penyelenggaran
dana pensiun, perusahaan keuangan, holding company, perusahaan yang
menberikan potongan/diskon, perusahaan pemutar kredit, dan Pegadaian.
Lembaga pegadaian ini di maksudkan untuk memberikan pinjaman kepada
masyarakat perorangan. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada
nilai barang jaminan yang disesuaikan. Perusahaan bentuk pegadaian ini
mempunyai aset yang berjatuh tempo pendek, adapun pasivanya berbentuk modal
sendiri yang berjatuh tempo panjang.
Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pegadaian sebagai suatu
lembaga Keuangan Bukan Bank, karena PT Pegadaian (Persero) ikut serta dalam
penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian
masyarakat, disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.
B. Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan
Struktur Organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian tugas
dan tanggungjawab serta hubungannya. Pada hakekatnya jumlah kegiatan dan
hubungan serta wewenang yang mempunyai fungsi terorganisir.
Struktur Organisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari perusahaan
21
dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi
perusahaan maka dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggungjawab
dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya, dalam melakukan kegiatannya.
Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna,
maka kegiatan dalam organisasiakan berjalandenganlancar dan akan tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.
Hubungan kerjasama antara sekelompok orang yang terdapat dalamsuatu
organisasi dituangkan dalamsuatu struktur organisasi. Secara umum pengertian
dari struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari
masing-masing pekerjaaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang
paling atas hingga tingkat yang paling bawah, yang tersususun dengan sedemikian
rupa pada suatu perusahaan. Adapun tugas dari struktur organisasi PT Pegadaian
22
Gambar 2.1
23
C. Uraian Pekerjaan
1. Pimpinan Wilayah
Pemimpin Wilayah mempunyai tugas:
a. Meyakini/memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah
memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan atau
ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.
b. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di wilayah.
c. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggung
jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan Perusahaan.
d. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan
fungsi-fungsi kantor pusat di wilayah dalam bidang operasional, keuangan, umum,
SDM, dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya, sesuai dengan
kewenangan yang dilimpahkan Direksi.
e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan
Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah, Kantor Cabang beserta Unit
Pelayanan Cabang.
f. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya strategi bisnis yang
menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala
terhadap kinerja para Pemimpin Cabang, dan strategi pemecahan masalah
teknis operasional Kantor Cabang.
g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh Bagian di Kantor
Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.
h. Meyakini/memastikan bahwa target kerja kantor wilayah yang telah
ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional.
i. Mewakili kepentingan Perusahaan di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang,
baik ke dalam maupun ke luar berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan
24
2. Manajer Bisnis mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan
pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah, dan bisnis
emas serta melakukan pemasaran setiap bidang bisnis.
Manajer Bisnis dibantu oleh:
a. Asisten Manajer Bisnis Gadai
b. Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain
c. Asisten Manajer Bisnis Syariah
d. Asisten Manajer Bisnis Emas
e. Asisten Manajer Pemasaran
a) Asisten Manajer Bisnis Gadai mempunyai fungsi merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
operasional dan pembinaan bisnis gadai.
b) Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain mempunyai fungsi
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis fidusia dan jasa lain.
c) Asisten Manajer Bisnis Syariah mempunyai fungsi merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
operasional dan pembinaan bisnis syariah.
d) Asisten Manajer Bisnis Emas mempunyai fungsi merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
operasional dan pembinaan bisnis emas.
e) Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pemasaran semua produk/bisnis di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.
3. Manajer Keuangan mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan tresuri dan akuntansi Kantor
25
Manajer Keuangan dibantu oleh :
a. Asisten Manajer Tresuri
b. Asisten Manajer Akuntansi
4. Manajer SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, pengembangan dan
kesejahteraan SDM, serta hubungan industrial dan pelatihan SDM.
Manajer SDM dibantu oleh:
a. Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM
b. Asisten Manajer Kesejahteraan dan Hubungan Industrial
c. Asisten Manajer Pelatihan
5. Manajer Logistik mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada
Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan,
rumah tangga dan bangunan.
Manajer Logistik dibantu oleh:
a. Asisten Manajer Bangunan
b. Asisten Manajer Perlengkapan
6. Fungsional Ahli Taksir mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam
rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.
7. Fungsional PKBL dan CSR mempunyai fungsi merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan PKBL dan CSR di Kantor
Wilayah, serta mendorong kesejahteraan dan perbaikan lingkungan
masyarakat luas pada umumnya dan lingkungan sekitar bisnis pada
26
8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi urusan database, perangkat lunak jaringan
dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.
9. Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi membantu Pemimpin
Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan
mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor
Wilayah dan Kantor Cabang.
10. Fungsional Legal Officer mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah
dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi
kegiatan hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan
industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.
D. Kinerja Usaha Terkini PT Pegadaian (Persero) Medan
Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai
dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga
PT Pegadaian (Persero). Pihak perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah
digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu
semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam
bekerja.
Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja
yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah
menyalurkan pinjaman kepada masyarakat atass dasar hukum gadai agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung
memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Masyarakat yang
27
dimanfaatkan oleh lembaga keuangan seperti lintah darat dan pengijon untuk
mendapatkan sewa dana atau bunga dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.
Untuk menghindari kegiatan merugikan tersebut Pegadaian memberikan beberapa
bentuk penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai seperti dalam UU Hukum
Perdata Pasal 1150.
Menurut kitab UU Hukum Perdata pasal 1150 , Gadai adalah suatu hak
yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang. Barang
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk
menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945. Tercapainya kesejahteraan masyarakat
diperlukan pembangunan di bidang ekonomi, sebab dengan kuatnya
perekonomian suatu negara berakibat pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat, semakin berkembangnya pembangunan maka kebutuhan masyarakat
terhadap dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin
meningkat. Oleh karena itu muncullah kegiatan pembiayaan, tujuannya adalah
menyalurkan dana kepada masyarakat untuk kegiatan pembiayaan ekonominya.
Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur yang merata secara material maupun spiritual.
Salah satu asas yang penting di dalam pembangunan nasional adalah peri
kehidupan dalam keseimbangan. Keseimbangan yang di maksud disini adalah
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan keduniaan dengan akhirat, antara
jiwa dan raga, antara material dan spiritual, serta antara individual dan
masyarakat.
Jadi dalam arti yang luas pembangunan nasional akhirnya bermuara
kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini berarti pula memberikan cukup
kebutuhan kepada masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.
2
nasional di berbagai bidang sejak Repelita I sampai saat ini, masih ada beberapa
masalah yang belum terpecahkan sepenuhnya, antara lain pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tertentu, peningkatan kemampuan yang
lebih cepat dari golongan-golongan ekonomi lemah, serta masalah-masalah sosial
lainnya.
Pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan usaha jangka panjang yang
terus menerus untuk meningkatkan kemakmuran. Kemakmuran ini baru
meningkat apabila terjadi pertumbuhan produksi di berbagai sektor ekonomi yang
lebih besar dari pada pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan produksi ini
dapat dilaksanakan apabila ada tambahan investasi. Bagi suatu unit usaha, maka
penambahan modal usaha kerap kali tidak digantungkan hanya pada sisa
keuntungan atau pendapatan pada waktu yang lalu. Hal ini berarti bahwa dalam
rangka mengembangkan usaha dalam banyak hal di butuhkan tambahan dana dari
luar. Di sini diperlukan adanya lembaga-lembaga yang dapat memenuhi berbagai
macam kebutuhan akan dana.
Kegiatan pembiayaan biasa dilakukan oleh lembaga pembiayaan maupun
lembaga keuangan. Kegiatan lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi
pembiayaan, sedangkan lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi
keuangan yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar
lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lembaga keuangan bank,
3
Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Salah satu bentuk
dari lembaga keuangan bukan bank adalah Perusahaan Umum Pegadaian.
Perusahaan Umum Pegadaian adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang
diperuntukkan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan rendah. Pegadaian
menyalurkan dananya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan bunga yang
relatif rendah dan pelayanan yang cepat.
Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu
sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP), PP. No. 7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan
(PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP. No. 10/1990 (yang diperbaharui dengan
PP. No. 103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Hingga
pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan hukum Pegadaian
berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan adanya peralihan status
lembaga ini maka diharapkan lembaga ini tidak ketinggalan dari badan
perkreditan lainnya, terutama dalam kualitas pelayanan kepada masyarakat ke
arah yang lebih profesional.
PT Pegadaian (Persero) memberikan kredit untuk membantu masyarakat
memenuhi kebutuhan akan dana mendesak yang bersifat produktif serta berusaha
untuk menghindarkan masyarakat dari jeratan lintah darat dan praktek sejenisnya.
4
satu dari lembaga keuangan bukan bank mempunyai bentuk visi dan misi yang
lebih sederhana, yaitu menyalurkan kredit kepada masyarakat juga berusaha
memupuk keuntungan.
PT Pegadaian dalam menyalurkan pinjaman kredit terhadap masyarakat
menggunakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditelah
ditetapkan. Peraturan dan ketentuan yang digunakan adalah suatu bentuk
peraturan yang telah di standarisasi, sehingga dapat melayani masyarakat dalam
jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat. Hal ini jelas menjadi gambaran
untuk melihat peraturan yang dilaksanakan oleh PT Pegadaian dalam memenuhi
pelayanan yang maksimal sesuai dengan tujuan dan latar belakang dibentuknya
PT Pegadaian. Masyarakat banyak yang tidak mengerti kapan terjadinya suatu
hubungan hukum didalam perjanjian gadai pada PT Pegadaian yang menimbulkan
adanya tanggung jawab para pihak setelah perjanjian gadai tersebut disepakati
oleh para pihak.
Di dalam suatu perjanjian gadai tidak menutup kemungkinan untuk
terjadinya suatu wanprestasi. Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh
pihak yang memberi gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima
gadai, atau dengan kata lain wanprestasi dapat dilakukan oleh kedua belah pihak.
Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perikatan, baik
dalam kesalahannya sendiri maupun di luar kesalahannya, maka dapat dikatakan
5
Kondisi wanprestasi pada PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Sumut setiap
tahunnya mengalami perubahan. Hal tersebut biasanya diperoleh dari
sewa-menyewa suatu barang. Wanprestasi dapat berupa empat macam, yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Pihak yang melakukan wanprestasi harus bertanggung jawab, adapun
bentuk pertanggungjawabannya adalah berupa akibat hukum untuk menuntut
pihak yang melakukan wanprestasi agar memberikan ganti rugi, sehingga oleh
hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena
wanprestasi tersebut.
B. Permasalahan
Setelah dicermati inti dari judul tugas akhir ini, maka diajukan beberapa
permasalahan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab para pihak dalam wanprestasi?
2. Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila salah satu
pihak melakukan wanprestasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan PT Pegadaian (Persero) dalam meningkatkan
6
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban, serta tanggung
jawab antara PT Pegadaian (Persero) dengan nasabah dalam pemberian
kredit.
3. Untuk mengetahui upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila
salah satu pihak melakukan wanprestasi.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan informasi tentang kesiapan
perangkat hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian
kredit oleh PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabah yang membutuhkan
dana.
2. Secara praktis, akan memberikan masukan positif kepada pemerintah
khususnya para pengelola PT Pegadaian (Persero) untuk lebih
mengefektifkan pemberian kredit kepada para nasabah yang membutuhkan
TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI
PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I
MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan oleh :
MHD RIZKY ADE PUTRA
102101142
DIPLOMA III KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI D- III KEUANGAN
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA
NIM : 102101142
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM
WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN
(PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN
Tanggal : Februari 2014 Dosen Pembimbing
NIP. 19741123 200012 1 001 Dr. Yeni Absah, SE, M. Si
Tanggal : Februari 2014 Ketua Program Studi
NIP. 19741123 200012 1 001 Dr. Yeni Absah, SE, M. Si
Tanggal : Februari 2014 Dekan Fakultas Ekonomi
NIP. 19560407 198002 1 001
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA
NIM : 102101142
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM
WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN
(PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN
Medan, Februari 2014
Menyetujui
Pembimbing,
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
studi pada Jurusan Keuangan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir yang Penulis ajukan adalah :
“TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI PADA
PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN”
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima
masukan berupa motivasi, semangat, dan bimbingan yang sangat berharga dari
berbagai pihak, baik didapat secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih dan rasa hormat yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Azhar Maksum, M.Ec Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Keuangan Fakultas
Ekonomi Sumatera Utara
3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan waktu, pemikiran, dan pengarahan pada penulis
dalam penyelesaian Tugas Akhir ini
4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta Staff Pegawai yang telah banyak
5. Bapak Pimpinan, Staff, dan seluruh Karyawan PT. Pegadaian (Persero)
Kantor Wilayah I Medan yang telah memberikan bantuan selama
mengadakan riset sehingga selesainya Tugas Akhir ini
6. Ayahanda Misno Djoeynaidhy dan Ibunda Nur Lince yang telah
mengasuh dan mendidik serta memberi bimbingan, dorongan, nasehat, dan
doa. Sehingga saya berhasil menyusun tugas akhir dan menyelesaikan
studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa juga
ketujuh saudara saya tersayang, Bahtera Gunawan, Yeni Anggraini,
Abdini Maliana Timor, Rahma Bintari, Yudi Armada, Ayu Pratiwi, Dewi
Djoeynaidhy.
7. Kepada wanita yang sangat penulis sayangi yang selalu mendukung
penyelesaian tugas akhir Rini Herdiyanti, Amd
8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya tersayang Lia Rahmadanita,
M. Ichsan Syahputra, Dhedhe Citra Afrida, Rhirin Malahayati, Eka
Trisnani, Dya Ovi Syahputri, Randy Rozan, Talcha Ovie Ariyanti, Jones
Aritonang, yang telah memberikan doa dan dukungan morilnya kepada
saya dalam mengerjakan tugas akhir ini.
Medan, Februari 2014
Penulis
iii
A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero) ... 7
B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 20
C. Uraian Pekerjaan ... 23
D. Kinerja Terkini PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan ... 26
BAB III : PEMBAHASAN ... 28
A. Pengertian Wanprestasi ... 28
B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai ... 29
C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi ... 30
D. Upaya Hukum yang Dilakukan Para Pihak Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi ... 34
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
A. Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I