• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Pada Pt Pegadaian (PERSERO) Kantor Wilayah I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Pada Pt Pegadaian (PERSERO) Kantor Wilayah I Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak jaminan Kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007

Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan dan Hak Tanggungan, Prenada Media Group, Jakarta, 2006

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Purta Abadin, Jakarta, 1999

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1985

Yudha. Pandu, Himpunan Peraturan Fidusia dan Hak Tanggungan, Indonesia Legal Center Publishing, Jakarta, 2008

www.pegadaian.co.id

(2)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wanprestasi

Kata “wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu

perikatan. Wanprestasi yang dimaksud disini adalah wanprestasi yang dilakukan

oleh suatu pihak yang dapat menimbulkan pembatalan perjanjian dari pihak lain

secara hukum. Wanprestasi seseorang dapat berupa:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b. Melakukan apa yang diperjanjikan, tapi tidak sebagaimana yang

diperjanjikan itu

c. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Dalam perjanjian gadai, jika benda gadai tidak ditebus dalam jangka

waktu yang telah ditentukan, maka benda gadai dilelang pada waktu yang

ditentukan oleh kepala PT Pegadaian. Lelang dilakukan sendiri oleh PT Pegadaian

dan tidak boleh Balai Lelang. Pertimbangan untuk hal ini ialah karena

PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga benda gadai dari pada Balai

Lelang.

Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian

mengumumkan kepada masyarakat bahwa lelang akan dilaksanakan. Pada hari

(3)

29

dengan harga tertinggi, setelah kepada umum dinyatakan penawaran itu dua kali

tetap tidak disambut dengan tawaran yang lebih tinggi oleh penawar lain.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal

bulan kedelapan (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan. Sedangkan

benda gadai yang termasuk golongan pinjaman C dan D dilakukan pada awal

bulan kelima (bulan kalender) terhitung mulai bulan digadaikan.

B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai

Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh pihak yang memberikan

gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima gadai, atau dengan kata

lain wanprestasi itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik itu yang

memberikan gadai maupun oleh penerima gadai.

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu

perikatan, ia dikatakan ingkar janji atau disebut juga dengan wanprestasi. Salah

satu pihak tidak memenuhi kewajibannya dalam perikatan itu dapat disebabkan

atas kesalahannya sendiri tetapi juga mungkin diluar kesalahannya. Adapun

bentuk wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan

prestasi

b. Debitur terlambat memenuhi prestasi/perikatan

c. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau

(4)

30

Adapun bentuk wanprestasi diatas adalah bentuk wanprestasi yang umum,

yang mana pada umumnya wanprestasi itu dilakukan oleh debitur. Bedanya

dengan perjanjian gadai adalah dimana wanprestasi itu dapat dilakukan oleh

kedua belah pihak, yaitu si pemberi gadai maupun si penerima gadai, karena

masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang sama-sama punya

peluang untuk terjadinya wanprestasi yang diatas karena memang begitulah

bentuk wanprestasi yang diatur oleh hukum kita.

C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi

Salah satu aktivitas yang dilakukan oleh PT Pegadaian adalah aktivitas

pemberian kredit. Dimana pemberian kredit tersebut terjadi pada saat kedua belah

pihak menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK), yaitu antara pihak nasabah

dengan PT Pegadaian yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang

PT Pegadaian setempat.

Dengan ditanda tanganinya Surat Bukti Kredit oleh pemberi gadai

(nasabah) berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian yang

ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi hubungan hukum

antara pihak pemberi gadai (nasabah) dengan pihak penerima gadai

(PT Pegadaian) yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah

pihak.

Dari isi perjanjian yang ditetapkan oleh PT Pegadaian dapat di lihat hak

(5)

31

1. Menguasai barang bergerak milik nasabah yang dijadikan jaminan

2. Menerima pelunasan dan biaya-biaya lain yang timbul karenanya,

misalnya lelang dan bunga (sewa modal)

3. Berhak menahan barang gadai selama si berhutang belum melunasi

pinjaman, bunga serta biaya lain yang telah dikeluarkan untuk

menyelamatkan barang-barang tersebut

4. Menjual benda gadai dengan kekuasaan sendiri, sebelum penjualan harus

didahului dengan peringatan atau somasi kepada pemberi gadai (debitur)

apabila tidak melunasi uang pinjaman dan bunga sampai batas waktu yang

ditetapkan di dalam Surat Bukti Kredit menurut golongannya

masing-masing

5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim apabila debitur

(pemberi gadai) ingkar janji, maka PT Pegadaian (penerima gadai) dapat

menuntut dimuka hakim agar dilakukan penjualan benda-benda gadai

untuk mengambil perlunasan hutang ditambah sewa modal (bunga) dan

biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan guna menyelamatkan barang

tersebut

Adapun yang menjadi kewajiban pemegang gadai (PT Pegadaian) menurut

perjanjian gadai adalah:

1. Menyerahkan Surat Bukti Kredit sebaga bukti bahwa barang telah diterima

penerima gadai

2. Merawat barang jaminan selama dalam kekuasaannya, serta bertanggung

(6)

32

3. Tidak memakai atau mempergunakan atau memanfaatkan barang yang

dijaminkan untuk kepentingan sendiri

4. Wajib memberitahu kepada debitur bila hendak melelang barang gadai

5. Menyerahkan kembali barang jaminan apabila perjanjian pokok telah

berakhir yang dibuktikan dengan Surat Bukti Kredit

6. Membayar uang kelebihan apabila masih terdapat sisa dari lelang barang

jaminan dengan jangka satu tahun setelah lelang. Apabila lebih dari satu

tahun, uang kelebihan tersebut menjadi milik negara

7. Membayar ganti rugi akibat kerusakan atau kehilangan barang jaminan

karena kesalahan dalam pemeliharaan oleh pihak PT Pegadaian. Ganti rugi

tersebut ditetapkan sebesar 125% dari harga taksiran pada saat perjanjian

dibuat

8. Menyelenggarakan lelang dimuka umum dengan cara yang lazim

digunakan

9. Bertanggung jawab atas hasil penjualan

Sedangkan yang menjadi hak dari pihak penerima gadai (debitur) adalah:

1. Menerima Surat Bukti Kredit sebagai bukti penyerahan barang jaminan

2. Menerima uang pinjaman sesuai dengan nilai taksir barang yang

ketentuannya telah ditetapkan oleh direksi

3. Menerima kembali barang yang telah dijaminkan dalam keadaan utuh

seperti semula setelah perjanjian pokok berakhir

(7)

33

5. Menuntut ganti rugi akibat dari kerusakan atau kehilangan atau kelalaian

dari pihak penerima gadai (PT Pegadaian) sebesar 125% dari harga

taksiran

6. Memperpanjang atau memperbaharui jangka wakru kredit apabila

dikehendaki

Selanjutnya yang menjadi kewajiban dari pemberi gadai (debitur) itu sendiri

adalah:

1. Menyerahkan barang yang menjadi objek gadai

2. Menyerahkan Surat Bukti Kredit pada saat melunasi uang pinjaman

3. Menyerahkan sewa modal (bunga) dan biaya-biaya yang lain yang telah

dikeluarkan untuk penyelamatan barang tersebut oleh PT Pegadaian

4. Tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh PT Pegadaian

baik untuk perjanjian pokok maupun perjanjian gadai.

Pada umumnya suatu perjanjian akan mulai berlaku (mengikat), setelah perjanjian

ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mengadakannya. Dalam perjanjian

gadai, perjanjian tersebut dianggap telah terjadi apabila dalam keadaan dimana

ada bukti bahwa baik pemilik gadai, atau setidak-tidaknya menyetujui persyaratan

terpentingnya dan kemudian salah satu pihak telah mengeluarkan biaya dan

melakukan tindakan-tindakan yang berkenaan dengan perjanjian tersebut.

Oleh karena itu salah satu pihak dapat dinyatakan bertanggung jawab atas

kerugian yang timbul apabila ia tidak memenuhi kewajiban-kewajiban untuk

(8)

34

Dengan demikian, apabila telah terjadi dalam perjanjian tersebut mengenai

hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka akan lebih jelas untuk

menentukan siapa yang melakukan wanprestasi yang telah dilakukan.

Wanprestasi tidak terjadi dengan sendirinya, maka untuk menentukan

seseorang itu wanprestasi tergantung pada waktu yang diperjanjikan. Pada

umumnya seseorang itu dikatakan wanprestasi adalah pada saat orang tersebut

melakukan perbuatan yang dilarang dalam perjanjian misalnya tidak memenuhi

perikatan maka dikatakan orang tersebut wanprestasi. Salah satu yang diatur

dalam perjanjian itu adalah mengenai “Kewajiban-kewajiban pihak yang

menggadaikan dan menerima gadai”.

Sebagaiman lazimnya dalam hukum perjanjian dikenal adanya prestasi dan

kontra prestasi jika ada hak tertentu ada pula kewajiban. Demikian juga dalam

perjanjian gadai. Kewajiban ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu

kewajiban yang bersifat finansial dan kewajiban yang bukan bersifat finansial.

D. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi

Dalam suatu perjanjian, apabila para pihak itu saling melaksanakan

prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak lawannya, maka tidak akan

menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika salah satu pihak atau

keduanya tidak melaksanakan prestasi sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak

lawannya, maka tidak akan menimbulkan suatu permasalahan. Lain halnya jika

(9)

35

diinginkan oleh pihak lawannya disebut wanprestasi, hal ini akan menimbulkan

suatu permasalahan.

Pada umumnya yang melakukan wanprestasi itu adalah pihak debitur,

dalam bentuk tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang

telah disepakati bersama. Sedangkan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak

kreditur atau PT Pegadaian dapat dikatakan kecil kemungkinannya.

Jika nasabah cidera janji (wanprestasi) atau dengan kata lain barang yang

digadaikan tidak ditebus dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan telah

diberikan somasi terlebih dahulu, maka denda gadai tersebut akan dilelang pada

waktu yang telah ditentukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian setempat

(Pasal 17 ADP) dan lelang ini tidak dilakukan oleh Balai Lelang. Pertimbangan

untuk hal ini adalah karena PT Pegadaian diperkirakan lebih mengetahui harga

benda gadai dari pada Balai Lelang.

Sebelum lelang dimulai sebulan sebelumnya PT Pegadaian

mengumumkan kepada masyarakat. Pengumuman lelang biasa dilakukan melalui

media masa setempat atau melalui papan pengumuman di Kantor Cabang

pegadaian setempat. Pada hari yang ditentukan untuk melakukan lelang, pembeli

yang berhak adalah yang menawar harga paling tinggi diantara peserta lelang

yang hadir, setelah kepada umum dinyatakan penawaran ini dua kali tetapi tidak

disambut dengan penawaran harga yang lebih tinggi oleh penawar yang lain.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan A dan B dilakukan pada awal

bulan ke delapan (bulan kalender) terhitung mulai dari bulan digadaikan.

(10)

36

bulan Juni 2012, setelah jangka waktu pinjaman 7 (tujuh) bulan dilalui, dan bulan

ketujuh merupakan satu bulan yang bebas bunga oleh karena maksimal pengenaan

bunga terhadap pinjaman adalah 180 hari dan pada bulan ketujuh ini merupakan

waktu pertimbangan apakah benda gadai ditebus atau tidak oleh debitur.

Lelang benda gadai yang termasuk golongan C dan D dilakukan pada awal

bulan lima (bulan kalender) terhitung mulai digadaikannya suatu barang.

Misalnya terhadap suatu benda yang digadaikan pada bulan November 2011,

maka pelelangannya dilakukan pada awal bulan Maret 2012, mengenai tanggal

pelelangan maupun setelah lelang dilakukan beserta hasil lelang (berita acaranya)

harus dilaporkan kepada Balai Lelang. Kemudian salah satu hari setelah lelang

dilaksanakan, maka PT Pegadaian harus memberitahukan kepada nasabah

barangnya dilelang. Seluruh hasil lelang harus diberitahukan dan jika ada

kelebihan uang pelelangan atas barang gadai tersebut akan dikembalikan kepada

nasabah setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, serta biaya lelang sebesar

3%.

Selanjutnya, walaupun PT Pegadaian kecil kemunginan melakukan

wanprestasi, akan tetapi bukan berarti PT Pegadaian tidak pernah melakukan

wanprestasi akibat kelalaian petugas PT Pegadaian. Apabila PT Pegadaian

melakukan satu wanprestasi maka PT Pegadaian akan memberikan ganti rugi

kapada debitur sebesar 125% dari harga taksiran barang yang digadaikan tersebut,

(11)

37

Saat ini kondisi wanprestasi di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I

Medan semakin membaik. Sebelumnya pada tahun 2011 kondisi wanprestasi yang

terjadi di PT Pegadaian meningkat, hal tersebut terjadi karena pendapatan atau

hasil usaha nasabah menurun sehingga tanggung jawab untuk membayar hutang

kepada pihak Pegadaian terhambat. Maka dari tahun 2011 sampai pertengahan

tahun 2012 tingkat wanprestasi di Pegadaian meningkat hal tersebut yang

merugikan pihak Pegadaian.

Tetapi pada akhir tahun 2012 sampai pertengahan tahun 2013 kondisi

wanprestasi di Pegadaian menurun, hal tersebut terjadi karena pihak Pegadaian

lebih memperhatikan calon nasabah yang akan menggadai dan melihat usaha yang

dijalankan nasabah tersebut berjalan lancar. Kemudian pihak Pegadaian akan

menjelaskan lebih terperinci akibat hukum yang akan diterima jika salah satu

pihak melakukan wanprestasi. Setelah calon nasabah memenuhi persyaratan maka

calon nasabah diberikan pinjaman sehingga wanprestasi yang terjadi di Pegadaian

semakin menurun.

Maka dari tahun 2011 sampai dengan pertengahan tahun 2013 wanprestasi

yang terjadi di PT Pegadaian semakin berkurang dan menjadi lebih baik. Kondisi

wanprestasi yang semakin membaik tersebut akan terus dipertahankan oleh para

pihak agar di waktu yang akan datang tidak terjadi hal yang akan merugikan

(12)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan dari tugas akhir ini adalah

sebagai berikut:

1. Tanggung jawab antara PT Pegadaian dengan nasabah dalam

pemberian kredit, terjadi pada saat kedua belah pihak menandatangani

Surat Bukti Kredit, yaitu antara nasabah dengan dengan PT Pegadaian

yang dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Cabang PT Pegadaian.

Dengan di tandatanganinya Surat bukti Kredit oleh nasabah (pemberi

gadai), berarti pihak pemberi gadai telah menyetujui isi perjanjian

yang ditetapkan oleh PT Pegadaian. Dengan demikian telah terjadi

tanggung jawab dan hubungan hukum antara para pihak pemberi gadai

(nasabah) dengan pihak penerima gadai (PT Pegadaian) yang

menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.

2. Upaya hukum yang dilakukan para pihak apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi adalah jika PT Pegadaian yang melakukan

wanprestasi, misalnya barang yang digadaikan hilang atau rusak berat,

maka PT Pegadaian wajib mengganti rugi kepada nasabah sebesar

125% dari harga taksiran, sedangkan apabila pihak nasabah yang

melakukan wanprestasi, maka barang yang digadaikan akan dilelang

(13)

39

wajib dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong dengan sejumlah

pinjaman, sewa modal, dan biaya lelang.

B. Saran

Adapun saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Mengingat PT Pegadaian satu-satunya Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang diberi wewenang untuk menyalurkan kredit atas dasar

hukum gadai, diharapkan PT Pegadaian mendirikan cabangnya sampai

ke desa-desa karena usaha kecil menengah, koperasi dan masyarakat

ekonomi lemah masih terdapat di desa-desa. Selama ini PT Pegadaian

membuka cabangnya masih terbatas di daerah perkotaan, sehingga

masyarakat perdesaan sangat kesulitan mendapatkan kredit dalam

menjalankan usahanya, kebanyakan masyarakat perdesaan

memperoleh kredit dari gadai gelap, praktek riba, dan pinjaman yang

tidak wajar.

2. Diharapkan pihak PT Pegadaian memberi penjelasan kepada nasabah

terhadap isi dari perjanjian gadai atau hak dan kewajiban kedua belah

pihak sebelum Surat Bukti Kredit ditandatangani, mengingat perjanjian

gadai yang dibuat oleh pihak PT Pegadaian dapat dikatakan suatu

kontrak baku yang hanya di buat sebelah pihak saja serta tidak ada

kebebasan membuat perjanjian (asas kebebasan berkontrak) di

dalamnya. Sebagai contoh selama ini karena kebanyakan nasabah

(14)

40

mengetahui bahwa mereka juga mempunyai hak terhadap kelebihan

hasil, pelelangan barang yang digadaikan akibat tidak sanggup

(15)

7

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero)

Pegadaian sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan

jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu sejak

zaman VOC. Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka sejarah pegadaian

akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pada saat sebelum kemerdekaan dan sesudah

kemerdekaan.

1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah pegadaian sebelum kemerdekaan telah mengalami 4 (empat)

periode pemerintahan yaitu:

a. Masa VOC (1746-1811)

b. Masa penjajahan Inggris (1811-1816)

c. Masa penjajahan Belanda (1816-1946)

d. Masa penjajahan Jepang (1942-1945)

Fungsi pegadaian pada masa tersebut diatas tetap sebagai penyalur

pinjaman dengan jaminan benda bergerak.

a. Pegadaian pada Masa VOC (1746-1811)

Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan “Bank Van

Leening”. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur

Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan

(16)

8

Pada mulanya yaitu sejak didirikan pada tahun 1746 lembaga ini

merupakan perusahaan patungan antara VOC (pemerintah) dengan pihak swasta,

dengan perbandingan modal 2/3 modal swasta dengan jumlah modal seluruhnya

f 7.500.000,00, kemudian sejak tahun 1794 diusahakan sepenuhnya oleh

pemerintah dengan bunga 6% per tahun. Dalam melakukan usahanya, Bank Van

Leening memungut bunga 9% per tahun (3% atau 4% per bulan).

Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil

alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles,

Bank Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya

dikeluarkan peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai

jaminan yaitu emas, perak, kain, dan lain-lain.

b. Pegadaian pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)

Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaaan dari pemerintahan

Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin

tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyutujui adanya Bank Van Leening

dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa

setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini dengan syarat mendapat izin

dari penguasa. Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam

perkembangannya ternyata tujuan Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan

worker (lintah darat) tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan

pemerintahan malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena

timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814

(17)

9

masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup

membayar sewa kepada pemerintah.

c. Pegadaian pada Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1816 kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht

Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti

perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856

pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelse.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para packers banyak yang bertindak

sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang

jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak,

dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur, hal ini sangat merugikan

rakyat. Kemudian melalui Staatsblad No. 226 tahun 1930 status jawatan diubah

menjadi Perusahaan Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 IBW

(Indonesische Bedrijvenwet) Staatsblad No. 419 tahun 1927 dimana harta

kekayaan pegadaian negara di pisahkan dari kekayaan negara (pemerintah).

d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa penjajahan Jepang pegadaian masih merupakan instansi

pemerintah (jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan.

Pada masa ini lelang atas barang jaminan tidak di tebus (sudah kadaluarsa) di

hapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan, dan berlian yang

(18)

10

2. Sesudah Proklamsi kemerdekaan

Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus

1945, penguasaan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik

Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan.

Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal

1 Januari 1961, Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara

Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian

terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan

sehingga statusnya perlu di kembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada

tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian di integrasikan ke dalam urusan bank

sentral.

Usaha kegiatan pegadaian diatur sebagai perusahaan dalam arti luas 2

IBW 1927 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9

Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi

Presiden Nomor 17 Tahun 1967 maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan

IBW sebenarnya mempunyai sebagai Perusahan Jawatan. Melalui surat keputusan

Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971)

ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan di lingkungan

Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal 2 surat keputusan menteri

keuangan tersebut di tetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht

Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk

mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan

(19)

11

berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880

Pacht Stelsel diberlakukan kembali.

Setelah diadakan penelitian oleh pemerintah, maka untuk mengurangi

kerugian pada masyarakat perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan

Pacht Stelsel, tetapi dalam hal ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan

usaha dibidang ini secara legal sebagai pada parriltius. Tetapi di lain pihak

penyimpangan yang merugikan masyarakat dapat di akhiri. Hal ini yang

mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri badan perkreditan gadai.

Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan Pegadaian Negeri

pertama di Indonesia dengan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901.

Sedangkan uang pinjaman yang dapat diberikan maksimum f 300 dan tidak

dikenakan biaya administrasi.

Pegadaian Negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik

sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan

monopoli ini dulu hanya berlaku berlaku terbatas pada kota-kota dimana

pegadaian negara berdiri, tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblad 1941 dan

Staatsblad No. 28 jo. 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh

wilayah Indonesia.

Yang dimaksud dengan monopoli disini adalah adanya larangan terhadap

anggota masyarakat umum lainya untuk berusaha dengan cara menerima gadai

dan pemberian uang pinjaman maksimum f 100 atau kurang. Sanksi terhadap

pelanggaran monopoli ini di atur dalam pasal 509 KUH Pidana yang menyatakan

(20)

12

Barang siapa tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan

gadai atau dalam bentuk kontrak komisi yang nilainya tidak lebih

dari seratus rupiah (dahulu gulden) diancam dengan kurungan

paling lama tiga bulan atau denda paling banyak seribu rupiah

(dahulu gulden).

Direktorat Jenderal Keuangan fungsinya diperluas yaitu tidak sekedar

memberantas lintah darat saja, tetapi juga memberikan pembinaan dan pengarahan

kredit ke sektor produktif. Lebih di pertegas lagi dalam Keputusan Presiden No.

56 tahun 1985, fungsi dari Perusahaan Jawatan Pegadaian adalah sebagai berikut:

1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar

hukum gadai kepada:

a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif

b. Kaum buruh atau pegawai negeri yang ekonominya lemah dan bersifat

konsumtif

2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti

ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.

3. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainya yang bermanfaat terutama

bagi pemerintah dan masyarakat.

4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat

terutama mengenai kredit yeng bersifat produktif daan bila perlu memperluas

daerah operasinya.

Kedudukan, tugas, dan fungsi perusahaan jawatan Pegadaian lebih

disempurnakan lagi dengan di keluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan

(21)

13

Perusahaan Jawatan Pegadaian yang pada prinsipnya tercantum dalam pasal 3

sebagai berikut:

1. Membina menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dan fidusia

2. Mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon,

pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya yang bersifat meyengsarakan

rakyat

3. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fidusia yang bersifat

produktif

4. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasional Perusahaan Jawatan

Pegadaian Pasal 2 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut

menyatakan bahwa tugas dari Perusahaan Jawatan Pegadaian menyalurkan

pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia, berdasarkan kebijaksanaan

yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Dalam rangka delegurasi dan debiroktarisasi guna membantu iklim ekonomi

yang menunjang perkembangan ekonomi perkembangan ekonomi, perlu

dipandang untuk meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai

yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan

efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang

didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 di pandang perlu

mengalihkan bentuknya menjadi PT Pegadaian, sebagaimana di maksud dalam

Undang-undang No.9 tahun 1969 di dalam penjelasan umum Sub A alinea 4

Undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan

(22)

14

tahun 1967 telah di gariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha

negara secara tegas ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Perusahaan Negara Jawatan

2. Perusahaan Negara Umum

3. Perusahaan Negara Perseroan

Pasal 32 Undang-Undang No. 19 Prp 1960 menetapkan bahwa

pembubaran atau pengalihan bentuk perusahaan negara harus dilakukan dengan

Peraturan Pemerintah. Dengan mengingat perkembangan ekonomi dan moneter

dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar

hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih

meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan

Pegadaian , perlu dialihkan bentuk menjadi PT Pegadaian.

Atas dasar Pasal 23 Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 ini maka

pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10

April 1990 tentang perubahan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi

PT Pegadaian (Persero) dan di sempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerinrtah

No. 103 tahun 2000 tentang PT Pegadaian (Persero), dimana pada prinsipnya

tujuan dan peraturan ini adalah untuk memperbaiki tata kerja dan struktur

organisasi ke arah yang lebih profesional.

Selanjutnya dapatlah disebutkan bahwa mengenai perbedaan Instansi

Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo.

(23)

15

mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini harus di tilik kembali sejarah

berdirinya Pegadaian.

Adapun fungsi Pegadaian pada 4 (empat) periode sebagaimana telah

disebutkan di atas adalah sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda

bergerak. Selanjutnya, dapatlah disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 10

Tahun 1990 jo. Dan setelah dikeluarkanya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun

2000, maka status dari instansi Pegadaian berubah menjadi Perusahan Umum

hingga saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat

yang memerlukanya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan.

Dari urain diatas dapatlah disimpulkan perbedaan Instansi Pegadaian

sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dengan

Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, yaitu terletak pada status Instansi

Pegadain tersebut.

3. PT Pegadaian (Persero) Sebagai Suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank

(LKBB)

Lembaga keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan

Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah

sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan

dana, sehingga peran Lembaga Keuangan yang sebenarnya adalah sebagai

perantara keuangan masyarakat. Meskipun demikian kedua jenis Lembaga

keuangan tersebut mempunyai perbedaan fungsi dan kelembagaan. Maka dalam

(24)

16

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 38/MK/IV/1972

tanggal 18 Januari 1972 , pemerinah Indonesia telah membentuk Lembaga

Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai salah satu usaha untuk mendorong

perkembangan pasar uang dan modal di Indonesia.

Kegiatan utama lembaga tersebut adalah menggerakkan dana dari masyarakat

dengan cara mengeluarkan kertas berharga. Dana yang diserahkan itu dipakai

untuk membantu pembiayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman atau penyertaan

modal, disamping dana yang juga telah disediakan oleh bank-bank untuk maksud

dan tujuan yang sama.

Untuk membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank ini pemerintah Indonesia

telah menetapkan dua jenis badan uasaha yaitu:

1. Mereka yang mengutamakan kegiatan di bidang pembiayaan pembangunan

(Development type)

2. Mereka yang bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan perdagangan

surat-surat berharga (Investment type)

Badan-badan usaha ini telah didirikan berkat kerjasama (joint venture) antar

bank-bank pemerintah dengan bank-bank perusahaan swasta nasional di satu

pihak dan bank-bank LKBB luar negeri di pihak lain.

Tugas utama mereka yang tergolong Development type adalah memberikan

pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta mengikut sertakan modal

dalam perusahaan-perusahan. Tugas utama mereka yang tergolong Investmet type

adalah memasarkan efek-efek yang dikeluarkan perusahaan melaului bursa.

(25)

17

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/264/Kep/Dir/UPUM tanggal 7 Februari

1975 yang menentukan bahwa pemasaran efek-efek kepada masyarakat melalui

bursa harus dilakukan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.

1382/MK/6/11/1975 tanggal 28 November 1975, Lembaga keuangan Bukan

Bank, seperti juga bank dari berbagai jenis baik pemerintah maupun swasta

nasional dan asing tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang

keadaan keuangan nasabahnya kecuali:

1. Untuk keperluan perpajakan apabila diminta secara tertulis

2. Untuk kepentingan pengadilan dalam perkara tindak bila diminta secara

tertulis oleh jaksa ataupun hakim.

Dewasa ini jumlah badan usaha yang bergerak di bidang ini ada 12 buah

terdiri Development type 2 buah dan Investnent type 10 buah, termasuk sebuah

perusahaan yang di bentuk semata-mata untuk menolong penduduk pribumi yaitu

PT Bahana. Baik kedua perusahaan Development type maupun kesepuluh

perusahaan Investment type itu menunjukkan perkembangan yang berarti selama

periode 1976/1979. Perusahaan-perusahaan tipe investasi dapat berkembang

karena banyak dana yang berhasil di kumpulkan dari penjualan surat-surat

berharga dan pinjaman, sedangkan meningkatnya penanaman dana disebabkan

oleh bertambahnya pembelian surat berharga dan warkat-warkat niaga lainya

terutama promes. Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan

(26)

18

keuangan tersebut diatas, di Indonesia kini terdapat tiga buah kantor perwakilan

Lembaga Keuangan Bukan Bank luar negeri yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:

1. Arbututhnol Latham Co.Ltd. London;

2. Private Investment Company for Asia (PICA), Tokyo; 3. Commonwealth Development Corporation London;

Selanjutnya, Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan salah satu

jenis lembaga keuangan, seperti telah disinggung dimuka didirikan dengan SK

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792/MK/IV/12/1970 dan No. Kep.

38/MK/IV/1/1972 serta disempurnakan dengan No. 562/KMK/011/1982.

Lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana masyarakat selain modal/dana

sendiri, dengan jalam mengeluarkan surat berharga. Menurut Keputusan Menteri

Keuangan No. 38/1972 yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 1972 yang

dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah:

Lembaga-lembaga keuangan secara langsung ataupun tidak langsung

mengeluarkan uang, terutama dengan surat-surat berharga yang dapat

dinegosiasikan menyalurkanya melalui masyarakat untuk membiayai

usaha-usaha dagang, pada umum nya lembaga-lembaga didirikan

untuk mengatasi soal-soal keuangan yang ditangani oleh sektor

perbankan.

Sejak pembentukannya LKBB telah turut berperan aktif dalam usaha

menggerakkan pasar uang berjangka pendek di Jakarta misalnya telah berhasil

menciptakan hubungan baik antara lembaga-lembaga Keuangan Bank dan Bukan

(27)

19

para pedagang uang (money dealers) yang secara teratur/berkala mengadakan

pertemuan.

Sejak di giatkannya pasar modal pada bulan Agustus 1977, LKBB telah

mengambil peranan yang cukup berarti yakni antara lain sebagai penjamin emisi.

Selain itu, LKBB juga bergiat dalam penyediaan dana bagi

perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan swasta yang merupakan perusahaan patungan

(joint venture).

Sesuai dengan PP No. 10 tahun 1990 jo. PP No. 103 Tahun 2003 tentang

perubahan status Perusahaan Jawatan menjadi PT Pegadaian (Persero)

menyebutkan bahwa salah satu kegiatan pegadaian adalah menyalurkan uang

pinjaman kepada masyarakat berdasarkan pegadaian. Begitu juga Lembaga

Keuangan Bukan Bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan dibidang

keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara

dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan dan usaha penyertaan modal itu

selalu dilakukam secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana

terutama dengan menyalurkan surat berharga. Dengan demikian Lembaga

Keuangan Bukan Bank (LKBB) beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal.

Adapun dana yang diperoleh bersifat jangka panjang dan disalurkan kepada

masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarana serta

pembangunan ekonomi lainnya.

Melihat dari usaha pokok yang dilakukan LKBB, maka dikenal dua sektor

yang ditelitinya yaitu pertama sektor pembiayaan pembangunan, berupaya

(28)

20

modal, yang kedua berupa usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti memberikan pinjaman kepada

masyarakat berupa pegadaian.

Adapun bila dilihat dari sektor yang ditelitinya, yaitu berupa pemenuhan

kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu maka secara garis besar

Lembaga Keuangan Bukan Bank terdiri dari perusahaan asuransi, penyelenggaran

dana pensiun, perusahaan keuangan, holding company, perusahaan yang

menberikan potongan/diskon, perusahaan pemutar kredit, dan Pegadaian.

Lembaga pegadaian ini di maksudkan untuk memberikan pinjaman kepada

masyarakat perorangan. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada

nilai barang jaminan yang disesuaikan. Perusahaan bentuk pegadaian ini

mempunyai aset yang berjatuh tempo pendek, adapun pasivanya berbentuk modal

sendiri yang berjatuh tempo panjang.

Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pegadaian sebagai suatu

lembaga Keuangan Bukan Bank, karena PT Pegadaian (Persero) ikut serta dalam

penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian

masyarakat, disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.

B. Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan

Struktur Organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian tugas

dan tanggungjawab serta hubungannya. Pada hakekatnya jumlah kegiatan dan

hubungan serta wewenang yang mempunyai fungsi terorganisir.

Struktur Organisasi bukanlah merupakan tujuan akhir dari perusahaan

(29)

21

dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi

perusahaan maka dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggungjawab

dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya, dalam melakukan kegiatannya.

Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna,

maka kegiatan dalam organisasiakan berjalandenganlancar dan akan tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.

Hubungan kerjasama antara sekelompok orang yang terdapat dalamsuatu

organisasi dituangkan dalamsuatu struktur organisasi. Secara umum pengertian

dari struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari

masing-masing pekerjaaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang

paling atas hingga tingkat yang paling bawah, yang tersususun dengan sedemikian

rupa pada suatu perusahaan. Adapun tugas dari struktur organisasi PT Pegadaian

(30)

22

Gambar 2.1

(31)

23

C. Uraian Pekerjaan

1. Pimpinan Wilayah

Pemimpin Wilayah mempunyai tugas:

a. Meyakini/memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah

memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan atau

ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.

b. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di wilayah.

c. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggung

jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan Perusahaan.

d. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan

fungsi-fungsi kantor pusat di wilayah dalam bidang operasional, keuangan, umum,

SDM, dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya, sesuai dengan

kewenangan yang dilimpahkan Direksi.

e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan

Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah, Kantor Cabang beserta Unit

Pelayanan Cabang.

f. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya strategi bisnis yang

menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala

terhadap kinerja para Pemimpin Cabang, dan strategi pemecahan masalah

teknis operasional Kantor Cabang.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh Bagian di Kantor

Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.

h. Meyakini/memastikan bahwa target kerja kantor wilayah yang telah

ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional.

i. Mewakili kepentingan Perusahaan di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang,

baik ke dalam maupun ke luar berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan

(32)

24

2. Manajer Bisnis mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,

menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan

pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah, dan bisnis

emas serta melakukan pemasaran setiap bidang bisnis.

Manajer Bisnis dibantu oleh:

a. Asisten Manajer Bisnis Gadai

b. Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain

c. Asisten Manajer Bisnis Syariah

d. Asisten Manajer Bisnis Emas

e. Asisten Manajer Pemasaran

a) Asisten Manajer Bisnis Gadai mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

operasional dan pembinaan bisnis gadai.

b) Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain mempunyai fungsi

merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi

pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis fidusia dan jasa lain.

c) Asisten Manajer Bisnis Syariah mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

operasional dan pembinaan bisnis syariah.

d) Asisten Manajer Bisnis Emas mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

operasional dan pembinaan bisnis emas.

e) Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

pemasaran semua produk/bisnis di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

3. Manajer Keuangan mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,

menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan tresuri dan akuntansi Kantor

(33)

25

Manajer Keuangan dibantu oleh :

a. Asisten Manajer Tresuri

b. Asisten Manajer Akuntansi

4. Manajer SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,

menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, pengembangan dan

kesejahteraan SDM, serta hubungan industrial dan pelatihan SDM.

Manajer SDM dibantu oleh:

a. Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM

b. Asisten Manajer Kesejahteraan dan Hubungan Industrial

c. Asisten Manajer Pelatihan

5. Manajer Logistik mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan,

menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada

Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan,

rumah tangga dan bangunan.

Manajer Logistik dibantu oleh:

a. Asisten Manajer Bangunan

b. Asisten Manajer Perlengkapan

6. Fungsional Ahli Taksir mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan

dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam

rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.

7. Fungsional PKBL dan CSR mempunyai fungsi merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan PKBL dan CSR di Kantor

Wilayah, serta mendorong kesejahteraan dan perbaikan lingkungan

masyarakat luas pada umumnya dan lingkungan sekitar bisnis pada

(34)

26

8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi urusan database, perangkat lunak jaringan

dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.

9. Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi membantu Pemimpin

Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan

mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor

Wilayah dan Kantor Cabang.

10. Fungsional Legal Officer mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah

dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi

kegiatan hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan

industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.

D. Kinerja Usaha Terkini PT Pegadaian (Persero) Medan

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai

dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga

PT Pegadaian (Persero). Pihak perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah

digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu

semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam

bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja

yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah

menyalurkan pinjaman kepada masyarakat atass dasar hukum gadai agar masyarakat

tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung

memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Masyarakat yang

(35)

27

dimanfaatkan oleh lembaga keuangan seperti lintah darat dan pengijon untuk

mendapatkan sewa dana atau bunga dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.

Untuk menghindari kegiatan merugikan tersebut Pegadaian memberikan beberapa

bentuk penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai seperti dalam UU Hukum

Perdata Pasal 1150.

Menurut kitab UU Hukum Perdata pasal 1150 , Gadai adalah suatu hak

yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang. Barang

tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai

utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk

menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak

(36)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu tujuan bangsa Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Indonesia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia 1945. Tercapainya kesejahteraan masyarakat

diperlukan pembangunan di bidang ekonomi, sebab dengan kuatnya

perekonomian suatu negara berakibat pada meningkatnya kesejahteraan

masyarakat, semakin berkembangnya pembangunan maka kebutuhan masyarakat

terhadap dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin

meningkat. Oleh karena itu muncullah kegiatan pembiayaan, tujuannya adalah

menyalurkan dana kepada masyarakat untuk kegiatan pembiayaan ekonominya.

Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan

suatu masyarakat adil dan makmur yang merata secara material maupun spiritual.

Salah satu asas yang penting di dalam pembangunan nasional adalah peri

kehidupan dalam keseimbangan. Keseimbangan yang di maksud disini adalah

keseimbangan antara kepentingan-kepentingan keduniaan dengan akhirat, antara

jiwa dan raga, antara material dan spiritual, serta antara individual dan

masyarakat.

Jadi dalam arti yang luas pembangunan nasional akhirnya bermuara

kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini berarti pula memberikan cukup

kebutuhan kepada masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.

(37)

2

nasional di berbagai bidang sejak Repelita I sampai saat ini, masih ada beberapa

masalah yang belum terpecahkan sepenuhnya, antara lain pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tertentu, peningkatan kemampuan yang

lebih cepat dari golongan-golongan ekonomi lemah, serta masalah-masalah sosial

lainnya.

Pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan usaha jangka panjang yang

terus menerus untuk meningkatkan kemakmuran. Kemakmuran ini baru

meningkat apabila terjadi pertumbuhan produksi di berbagai sektor ekonomi yang

lebih besar dari pada pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan produksi ini

dapat dilaksanakan apabila ada tambahan investasi. Bagi suatu unit usaha, maka

penambahan modal usaha kerap kali tidak digantungkan hanya pada sisa

keuntungan atau pendapatan pada waktu yang lalu. Hal ini berarti bahwa dalam

rangka mengembangkan usaha dalam banyak hal di butuhkan tambahan dana dari

luar. Di sini diperlukan adanya lembaga-lembaga yang dapat memenuhi berbagai

macam kebutuhan akan dana.

Kegiatan pembiayaan biasa dilakukan oleh lembaga pembiayaan maupun

lembaga keuangan. Kegiatan lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi

pembiayaan, sedangkan lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi

keuangan yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar

lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lembaga keuangan bank,

(38)

3

Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yang melakukan

kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung

menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Salah satu bentuk

dari lembaga keuangan bukan bank adalah Perusahaan Umum Pegadaian.

Perusahaan Umum Pegadaian adalah salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang

diperuntukkan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan rendah. Pegadaian

menyalurkan dananya kepada masyarakat yang membutuhkan dengan bunga yang

relatif rendah dan pelayanan yang cepat.

Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu

sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP), PP. No. 7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan

(PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP. No. 10/1990 (yang diperbaharui dengan

PP. No. 103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Hingga

pada tahun 2011, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor

51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011, bentuk badan hukum Pegadaian

berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan adanya peralihan status

lembaga ini maka diharapkan lembaga ini tidak ketinggalan dari badan

perkreditan lainnya, terutama dalam kualitas pelayanan kepada masyarakat ke

arah yang lebih profesional.

PT Pegadaian (Persero) memberikan kredit untuk membantu masyarakat

memenuhi kebutuhan akan dana mendesak yang bersifat produktif serta berusaha

untuk menghindarkan masyarakat dari jeratan lintah darat dan praktek sejenisnya.

(39)

4

satu dari lembaga keuangan bukan bank mempunyai bentuk visi dan misi yang

lebih sederhana, yaitu menyalurkan kredit kepada masyarakat juga berusaha

memupuk keuntungan.

PT Pegadaian dalam menyalurkan pinjaman kredit terhadap masyarakat

menggunakan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditelah

ditetapkan. Peraturan dan ketentuan yang digunakan adalah suatu bentuk

peraturan yang telah di standarisasi, sehingga dapat melayani masyarakat dalam

jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat. Hal ini jelas menjadi gambaran

untuk melihat peraturan yang dilaksanakan oleh PT Pegadaian dalam memenuhi

pelayanan yang maksimal sesuai dengan tujuan dan latar belakang dibentuknya

PT Pegadaian. Masyarakat banyak yang tidak mengerti kapan terjadinya suatu

hubungan hukum didalam perjanjian gadai pada PT Pegadaian yang menimbulkan

adanya tanggung jawab para pihak setelah perjanjian gadai tersebut disepakati

oleh para pihak.

Di dalam suatu perjanjian gadai tidak menutup kemungkinan untuk

terjadinya suatu wanprestasi. Wanprestasi bukan hanya dapat dilakukan oleh

pihak yang memberi gadai, namun juga dapat dilakukan oleh yang menerima

gadai, atau dengan kata lain wanprestasi dapat dilakukan oleh kedua belah pihak.

Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam suatu perikatan, baik

dalam kesalahannya sendiri maupun di luar kesalahannya, maka dapat dikatakan

(40)

5

Kondisi wanprestasi pada PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Sumut setiap

tahunnya mengalami perubahan. Hal tersebut biasanya diperoleh dari

sewa-menyewa suatu barang. Wanprestasi dapat berupa empat macam, yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan

3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Pihak yang melakukan wanprestasi harus bertanggung jawab, adapun

bentuk pertanggungjawabannya adalah berupa akibat hukum untuk menuntut

pihak yang melakukan wanprestasi agar memberikan ganti rugi, sehingga oleh

hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena

wanprestasi tersebut.

B. Permasalahan

Setelah dicermati inti dari judul tugas akhir ini, maka diajukan beberapa

permasalahan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab para pihak dalam wanprestasi?

2. Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila salah satu

pihak melakukan wanprestasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan PT Pegadaian (Persero) dalam meningkatkan

(41)

6

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban, serta tanggung

jawab antara PT Pegadaian (Persero) dengan nasabah dalam pemberian

kredit.

3. Untuk mengetahui upaya hukum yang harus dilakukan para pihak apabila

salah satu pihak melakukan wanprestasi.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan informasi tentang kesiapan

perangkat hukum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian

kredit oleh PT Pegadaian (Persero) kepada para nasabah yang membutuhkan

dana.

2. Secara praktis, akan memberikan masukan positif kepada pemerintah

khususnya para pengelola PT Pegadaian (Persero) untuk lebih

mengefektifkan pemberian kredit kepada para nasabah yang membutuhkan

(42)

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI

PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I

MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan oleh :

MHD RIZKY ADE PUTRA

102101142

DIPLOMA III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(43)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI D- III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA

NIM : 102101142

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM

WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN

(PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN

Tanggal : Februari 2014 Dosen Pembimbing

NIP. 19741123 200012 1 001 Dr. Yeni Absah, SE, M. Si

Tanggal : Februari 2014 Ketua Program Studi

NIP. 19741123 200012 1 001 Dr. Yeni Absah, SE, M. Si

Tanggal : Februari 2014 Dekan Fakultas Ekonomi

NIP. 19560407 198002 1 001

(44)

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : MHD RIZKY ADE PUTRA

NIM : 102101142

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM

WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN

(PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN

Medan, Februari 2014

Menyetujui

Pembimbing,

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si

(45)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

studi pada Jurusan Keuangan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir yang Penulis ajukan adalah :

“TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM WANPRESTASI PADA

PT PEGADAIAN (PERSERO) KANTOR WILAYAH I MEDAN”

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah banyak menerima

masukan berupa motivasi, semangat, dan bimbingan yang sangat berharga dari

berbagai pihak, baik didapat secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih dan rasa hormat yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Azhar Maksum, M.Ec Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Keuangan Fakultas

Ekonomi Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan waktu, pemikiran, dan pengarahan pada penulis

dalam penyelesaian Tugas Akhir ini

4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta Staff Pegawai yang telah banyak

(46)

5. Bapak Pimpinan, Staff, dan seluruh Karyawan PT. Pegadaian (Persero)

Kantor Wilayah I Medan yang telah memberikan bantuan selama

mengadakan riset sehingga selesainya Tugas Akhir ini

6. Ayahanda Misno Djoeynaidhy dan Ibunda Nur Lince yang telah

mengasuh dan mendidik serta memberi bimbingan, dorongan, nasehat, dan

doa. Sehingga saya berhasil menyusun tugas akhir dan menyelesaikan

studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa juga

ketujuh saudara saya tersayang, Bahtera Gunawan, Yeni Anggraini,

Abdini Maliana Timor, Rahma Bintari, Yudi Armada, Ayu Pratiwi, Dewi

Djoeynaidhy.

7. Kepada wanita yang sangat penulis sayangi yang selalu mendukung

penyelesaian tugas akhir Rini Herdiyanti, Amd

8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya tersayang Lia Rahmadanita,

M. Ichsan Syahputra, Dhedhe Citra Afrida, Rhirin Malahayati, Eka

Trisnani, Dya Ovi Syahputri, Randy Rozan, Talcha Ovie Ariyanti, Jones

Aritonang, yang telah memberikan doa dan dukungan morilnya kepada

saya dalam mengerjakan tugas akhir ini.

Medan, Februari 2014

Penulis

(47)

iii

A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero) ... 7

B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 20

C. Uraian Pekerjaan ... 23

D. Kinerja Terkini PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan ... 26

BAB III : PEMBAHASAN ... 28

A. Pengertian Wanprestasi ... 28

B. Akibat Wanprestasi Dalam Perjanjian Gadai ... 29

C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi ... 30

D. Upaya Hukum yang Dilakukan Para Pihak Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Wanprestasi ... 34

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA

(48)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah  Medan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam prakteknya, jika nasabah cidera janji (wanprestasi) atau dengan perkataan lain barang yang digadaikan tidak ditebus dengan jangka waktu yang ditentukan, maka benda

“Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka siberpiutang adalah berhak jika siberutang atau pemberi gadai bercedera janji, setelah tenggang waktu,

Mengenai tanggung jawab yang muncul dalam perjanjian sewa-menyewa, jika salah satu dari kedua belah pihak melakukan kesalahan seperti wanprestasi dan perbuatan

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tawaran apabila ada pihak lain yang menganggap hal tersebut sebagai suatu penawaran. Penawaran dalam transaksi jual beli

Untuk penyelesaian kredit macet akibat debitur wanprestasi agar mendapatkan hasil yang adil untuk kedua belah pihak, maka bagi debitur apabila kemampuan melunasi

b. Gadai emas Syariah didasarkan atas akad, sehingga kedua belah pihak telah mencapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok yang dijanjikan,.. apabila salah satu

PT Pegadaian cabang Nganjuk saat ini menerapkan parate eksekusi terhadap benda gadai milik pihak ketiga dengan proses yang sederhana, dimana jika gadai BPKB melakukan wanprestasi

Wanprestasi sendiri diartikan sebagai ingkar janji, cedera janji, atau juga salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam suatu perjanjian tidak melaksanakan kewajiban atau