• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Pada Pt Pegadaian (PERSERO) Kantor Wilayah I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Wanprestasi Pada Pt Pegadaian (PERSERO) Kantor Wilayah I Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero)

Pegadaian sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan

jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu sejak

zaman VOC. Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka sejarah pegadaian

akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pada saat sebelum kemerdekaan dan sesudah

kemerdekaan.

1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

Sejarah pegadaian sebelum kemerdekaan telah mengalami 4 (empat)

periode pemerintahan yaitu:

a. Masa VOC (1746-1811)

b. Masa penjajahan Inggris (1811-1816)

c. Masa penjajahan Belanda (1816-1946)

d. Masa penjajahan Jepang (1942-1945)

Fungsi pegadaian pada masa tersebut diatas tetap sebagai penyalur

pinjaman dengan jaminan benda bergerak.

a. Pegadaian pada Masa VOC (1746-1811)

Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan “Bank Van

Leening”. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur

Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan

(2)

Pada mulanya yaitu sejak didirikan pada tahun 1746 lembaga ini

merupakan perusahaan patungan antara VOC (pemerintah) dengan pihak swasta,

dengan perbandingan modal 2/3 modal swasta dengan jumlah modal seluruhnya

f 7.500.000,00, kemudian sejak tahun 1794 diusahakan sepenuhnya oleh

pemerintah dengan bunga 6% per tahun. Dalam melakukan usahanya, Bank Van

Leening memungut bunga 9% per tahun (3% atau 4% per bulan).

Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil

alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles,

Bank Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya

dikeluarkan peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai

jaminan yaitu emas, perak, kain, dan lain-lain.

b. Pegadaian pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)

Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaaan dari pemerintahan

Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin

tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyutujui adanya Bank Van Leening

dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa

setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini dengan syarat mendapat izin

dari penguasa. Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam

perkembangannya ternyata tujuan Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan

worker (lintah darat) tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan

pemerintahan malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena

timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814

(3)

masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup

membayar sewa kepada pemerintah.

c. Pegadaian pada Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1816 kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht

Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti

perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856

pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelse.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para packers banyak yang bertindak

sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang

jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak,

dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur, hal ini sangat merugikan

rakyat. Kemudian melalui Staatsblad No. 226 tahun 1930 status jawatan diubah

menjadi Perusahaan Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 IBW

(Indonesische Bedrijvenwet) Staatsblad No. 419 tahun 1927 dimana harta

kekayaan pegadaian negara di pisahkan dari kekayaan negara (pemerintah).

d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa penjajahan Jepang pegadaian masih merupakan instansi

pemerintah (jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan.

Pada masa ini lelang atas barang jaminan tidak di tebus (sudah kadaluarsa) di

hapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan, dan berlian yang

(4)

2. Sesudah Proklamsi kemerdekaan

Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus

1945, penguasaan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik

Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan.

Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal

1 Januari 1961, Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara

Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian

terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan

sehingga statusnya perlu di kembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada

tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian di integrasikan ke dalam urusan bank

sentral.

Usaha kegiatan pegadaian diatur sebagai perusahaan dalam arti luas 2

IBW 1927 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9

Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi

Presiden Nomor 17 Tahun 1967 maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan

IBW sebenarnya mempunyai sebagai Perusahan Jawatan. Melalui surat keputusan

Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971)

ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan di lingkungan

Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal 2 surat keputusan menteri

keuangan tersebut di tetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht

Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk

mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan

(5)

berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880

Pacht Stelsel diberlakukan kembali.

Setelah diadakan penelitian oleh pemerintah, maka untuk mengurangi

kerugian pada masyarakat perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan

Pacht Stelsel, tetapi dalam hal ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan

usaha dibidang ini secara legal sebagai pada parriltius. Tetapi di lain pihak

penyimpangan yang merugikan masyarakat dapat di akhiri. Hal ini yang

mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri badan perkreditan gadai.

Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan Pegadaian Negeri

pertama di Indonesia dengan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901.

Sedangkan uang pinjaman yang dapat diberikan maksimum f 300 dan tidak

dikenakan biaya administrasi.

Pegadaian Negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik

sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan

monopoli ini dulu hanya berlaku berlaku terbatas pada kota-kota dimana

pegadaian negara berdiri, tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblad 1941 dan

Staatsblad No. 28 jo. 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh

wilayah Indonesia.

Yang dimaksud dengan monopoli disini adalah adanya larangan terhadap

anggota masyarakat umum lainya untuk berusaha dengan cara menerima gadai

dan pemberian uang pinjaman maksimum f 100 atau kurang. Sanksi terhadap

pelanggaran monopoli ini di atur dalam pasal 509 KUH Pidana yang menyatakan

(6)

Barang siapa tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan gadai atau dalam bentuk kontrak komisi yang nilainya tidak lebih dari seratus rupiah (dahulu gulden) diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak seribu rupiah (dahulu gulden).

Direktorat Jenderal Keuangan fungsinya diperluas yaitu tidak sekedar

memberantas lintah darat saja, tetapi juga memberikan pembinaan dan pengarahan

kredit ke sektor produktif. Lebih di pertegas lagi dalam Keputusan Presiden No.

56 tahun 1985, fungsi dari Perusahaan Jawatan Pegadaian adalah sebagai berikut:

1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar

hukum gadai kepada:

a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif

b. Kaum buruh atau pegawai negeri yang ekonominya lemah dan bersifat

konsumtif

2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti

ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.

3. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainya yang bermanfaat terutama

bagi pemerintah dan masyarakat.

4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat

terutama mengenai kredit yeng bersifat produktif daan bila perlu memperluas

daerah operasinya.

Kedudukan, tugas, dan fungsi perusahaan jawatan Pegadaian lebih

disempurnakan lagi dengan di keluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan

(7)

Perusahaan Jawatan Pegadaian yang pada prinsipnya tercantum dalam pasal 3

sebagai berikut:

1. Membina menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dan fidusia

2. Mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon,

pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya yang bersifat meyengsarakan

rakyat

3. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fidusia yang bersifat

produktif

4. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasional Perusahaan Jawatan

Pegadaian Pasal 2 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut

menyatakan bahwa tugas dari Perusahaan Jawatan Pegadaian menyalurkan

pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia, berdasarkan kebijaksanaan

yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Dalam rangka delegurasi dan debiroktarisasi guna membantu iklim ekonomi

yang menunjang perkembangan ekonomi perkembangan ekonomi, perlu

dipandang untuk meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai

yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan

efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang

didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 di pandang perlu

mengalihkan bentuknya menjadi PT Pegadaian, sebagaimana di maksud dalam

Undang-undang No.9 tahun 1969 di dalam penjelasan umum Sub A alinea 4

Undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan

(8)

tahun 1967 telah di gariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha

negara secara tegas ke dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Perusahaan Negara Jawatan

2. Perusahaan Negara Umum

3. Perusahaan Negara Perseroan

Pasal 32 Undang-Undang No. 19 Prp 1960 menetapkan bahwa

pembubaran atau pengalihan bentuk perusahaan negara harus dilakukan dengan

Peraturan Pemerintah. Dengan mengingat perkembangan ekonomi dan moneter

dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar

hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih

meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan

Pegadaian , perlu dialihkan bentuk menjadi PT Pegadaian.

Atas dasar Pasal 23 Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 ini maka

pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10

April 1990 tentang perubahan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi

PT Pegadaian (Persero) dan di sempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerinrtah

No. 103 tahun 2000 tentang PT Pegadaian (Persero), dimana pada prinsipnya

tujuan dan peraturan ini adalah untuk memperbaiki tata kerja dan struktur

organisasi ke arah yang lebih profesional.

Selanjutnya dapatlah disebutkan bahwa mengenai perbedaan Instansi

Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo.

(9)

mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini harus di tilik kembali sejarah

berdirinya Pegadaian.

Adapun fungsi Pegadaian pada 4 (empat) periode sebagaimana telah

disebutkan di atas adalah sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda

bergerak. Selanjutnya, dapatlah disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 10

Tahun 1990 jo. Dan setelah dikeluarkanya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun

2000, maka status dari instansi Pegadaian berubah menjadi Perusahan Umum

hingga saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat

yang memerlukanya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan.

Dari urain diatas dapatlah disimpulkan perbedaan Instansi Pegadaian

sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dengan

Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, yaitu terletak pada status Instansi

Pegadain tersebut.

3. PT Pegadaian (Persero) Sebagai Suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)

Lembaga keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan

Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah

sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan

dana, sehingga peran Lembaga Keuangan yang sebenarnya adalah sebagai

perantara keuangan masyarakat. Meskipun demikian kedua jenis Lembaga

keuangan tersebut mempunyai perbedaan fungsi dan kelembagaan. Maka dalam

(10)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 38/MK/IV/1972

tanggal 18 Januari 1972 , pemerinah Indonesia telah membentuk Lembaga

Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai salah satu usaha untuk mendorong

perkembangan pasar uang dan modal di Indonesia.

Kegiatan utama lembaga tersebut adalah menggerakkan dana dari masyarakat

dengan cara mengeluarkan kertas berharga. Dana yang diserahkan itu dipakai

untuk membantu pembiayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman atau penyertaan

modal, disamping dana yang juga telah disediakan oleh bank-bank untuk maksud

dan tujuan yang sama.

Untuk membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank ini pemerintah Indonesia

telah menetapkan dua jenis badan uasaha yaitu:

1. Mereka yang mengutamakan kegiatan di bidang pembiayaan pembangunan

(Development type)

2. Mereka yang bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan perdagangan

surat-surat berharga (Investment type)

Badan-badan usaha ini telah didirikan berkat kerjasama (joint venture) antar

bank-bank pemerintah dengan bank-bank perusahaan swasta nasional di satu

pihak dan bank-bank LKBB luar negeri di pihak lain.

Tugas utama mereka yang tergolong Development type adalah memberikan

pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta mengikut sertakan modal

dalam perusahaan-perusahan. Tugas utama mereka yang tergolong Investmet type

adalah memasarkan efek-efek yang dikeluarkan perusahaan melaului bursa.

(11)

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/264/Kep/Dir/UPUM tanggal 7 Februari

1975 yang menentukan bahwa pemasaran efek-efek kepada masyarakat melalui

bursa harus dilakukan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.

1382/MK/6/11/1975 tanggal 28 November 1975, Lembaga keuangan Bukan

Bank, seperti juga bank dari berbagai jenis baik pemerintah maupun swasta

nasional dan asing tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang

keadaan keuangan nasabahnya kecuali:

1. Untuk keperluan perpajakan apabila diminta secara tertulis

2. Untuk kepentingan pengadilan dalam perkara tindak bila diminta secara

tertulis oleh jaksa ataupun hakim.

Dewasa ini jumlah badan usaha yang bergerak di bidang ini ada 12 buah

terdiri Development type 2 buah dan Investnent type 10 buah, termasuk sebuah

perusahaan yang di bentuk semata-mata untuk menolong penduduk pribumi yaitu

PT Bahana. Baik kedua perusahaan Development type maupun kesepuluh

perusahaan Investment type itu menunjukkan perkembangan yang berarti selama

periode 1976/1979. Perusahaan-perusahaan tipe investasi dapat berkembang

karena banyak dana yang berhasil di kumpulkan dari penjualan surat-surat

berharga dan pinjaman, sedangkan meningkatnya penanaman dana disebabkan

oleh bertambahnya pembelian surat berharga dan warkat-warkat niaga lainya

terutama promes. Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan

(12)

keuangan tersebut diatas, di Indonesia kini terdapat tiga buah kantor perwakilan

Lembaga Keuangan Bukan Bank luar negeri yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:

1. Arbututhnol Latham Co.Ltd. London;

2. Private Investment Company for Asia (PICA), Tokyo;

3. Commonwealth Development Corporation London;

Selanjutnya, Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan salah satu

jenis lembaga keuangan, seperti telah disinggung dimuka didirikan dengan SK

Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792/MK/IV/12/1970 dan No. Kep.

38/MK/IV/1/1972 serta disempurnakan dengan No. 562/KMK/011/1982.

Lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana masyarakat selain modal/dana

sendiri, dengan jalam mengeluarkan surat berharga. Menurut Keputusan Menteri

Keuangan No. 38/1972 yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 1972 yang

dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah:

Lembaga-lembaga keuangan secara langsung ataupun tidak langsung mengeluarkan uang, terutama dengan surat-surat berharga yang dapat dinegosiasikan menyalurkanya melalui masyarakat untuk membiayai usaha-usaha dagang, pada umum nya lembaga-lembaga didirikan untuk mengatasi soal-soal keuangan yang ditangani oleh sektor perbankan.

Sejak pembentukannya LKBB telah turut berperan aktif dalam usaha

menggerakkan pasar uang berjangka pendek di Jakarta misalnya telah berhasil

menciptakan hubungan baik antara lembaga-lembaga Keuangan Bank dan Bukan

(13)

para pedagang uang (money dealers) yang secara teratur/berkala mengadakan

pertemuan.

Sejak di giatkannya pasar modal pada bulan Agustus 1977, LKBB telah

mengambil peranan yang cukup berarti yakni antara lain sebagai penjamin emisi.

Selain itu, LKBB juga bergiat dalam penyediaan dana bagi

perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan swasta yang merupakan perusahaan patungan

(joint venture).

Sesuai dengan PP No. 10 tahun 1990 jo. PP No. 103 Tahun 2003 tentang

perubahan status Perusahaan Jawatan menjadi PT Pegadaian (Persero)

menyebutkan bahwa salah satu kegiatan pegadaian adalah menyalurkan uang

pinjaman kepada masyarakat berdasarkan pegadaian. Begitu juga Lembaga

Keuangan Bukan Bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan dibidang

keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara

dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan dan usaha penyertaan modal itu

selalu dilakukam secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana

terutama dengan menyalurkan surat berharga. Dengan demikian Lembaga

Keuangan Bukan Bank (LKBB) beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal.

Adapun dana yang diperoleh bersifat jangka panjang dan disalurkan kepada

masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarana serta

pembangunan ekonomi lainnya.

Melihat dari usaha pokok yang dilakukan LKBB, maka dikenal dua sektor

yang ditelitinya yaitu pertama sektor pembiayaan pembangunan, berupaya

(14)

modal, yang kedua berupa usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti memberikan pinjaman kepada

masyarakat berupa pegadaian.

Adapun bila dilihat dari sektor yang ditelitinya, yaitu berupa pemenuhan

kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu maka secara garis besar

Lembaga Keuangan Bukan Bank terdiri dari perusahaan asuransi, penyelenggaran

dana pensiun, perusahaan keuangan, holding company, perusahaan yang

menberikan potongan/diskon, perusahaan pemutar kredit, dan Pegadaian.

Lembaga pegadaian ini di maksudkan untuk memberikan pinjaman kepada

masyarakat perorangan. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada

nilai barang jaminan yang disesuaikan. Perusahaan bentuk pegadaian ini

mempunyai aset yang berjatuh tempo pendek, adapun pasivanya berbentuk modal

sendiri yang berjatuh tempo panjang.

Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pegadaian sebagai suatu

lembaga Keuangan Bukan Bank, karena PT Pegadaian (Persero) ikut serta dalam

penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian

masyarakat, disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.

B. Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan Struktur Organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian tugas

dan tanggungjawab serta hubungannya. Pada hakekatnya jumlah kegiatan dan

hubungan serta wewenang yang mempunyai fungsi terorganisir.

(15)

dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi

perusahaan maka dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggungjawab

dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya, dalam melakukan kegiatannya.

Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna,

maka kegiatan dalam organisasiakan berjalandenganlancar dan akan tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.

Hubungan kerjasama antara sekelompok orang yang terdapat dalamsuatu

organisasi dituangkan dalamsuatu struktur organisasi. Secara umum pengertian

dari struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari

masing-masing pekerjaaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang

paling atas hingga tingkat yang paling bawah, yang tersususun dengan sedemikian

rupa pada suatu perusahaan. Adapun tugas dari struktur organisasi PT Pegadaian

(16)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah Medan

(17)

C. Uraian Pekerjaan

1. Pimpinan Wilayah

Pemimpin Wilayah mempunyai tugas:

a. Meyakini/memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan atau ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.

b. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di wilayah.

c. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan Perusahaan. d. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan

fungsi-fungsi kantor pusat di wilayah dalam bidang operasional, keuangan, umum, SDM, dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan Direksi.

e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah, Kantor Cabang beserta Unit Pelayanan Cabang.

f. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya strategi bisnis yang menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala terhadap kinerja para Pemimpin Cabang, dan strategi pemecahan masalah teknis operasional Kantor Cabang.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh Bagian di Kantor Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.

h. Meyakini/memastikan bahwa target kerja kantor wilayah yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional.

(18)

2. Manajer Bisnis mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah, dan bisnis emas serta melakukan pemasaran setiap bidang bisnis.

Manajer Bisnis dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bisnis Gadai

b. Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain c. Asisten Manajer Bisnis Syariah

d. Asisten Manajer Bisnis Emas e. Asisten Manajer Pemasaran

a) Asisten Manajer Bisnis Gadai mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai.

b) Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis fidusia dan jasa lain. c) Asisten Manajer Bisnis Syariah mempunyai fungsi merencanakan,

mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis syariah.

d) Asisten Manajer Bisnis Emas mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis emas.

e) Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemasaran semua produk/bisnis di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

(19)

Manajer Keuangan dibantu oleh : a. Asisten Manajer Tresuri b. Asisten Manajer Akuntansi

4. Manajer SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, pengembangan dan kesejahteraan SDM, serta hubungan industrial dan pelatihan SDM.

Manajer SDM dibantu oleh:

a. Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM b. Asisten Manajer Kesejahteraan dan Hubungan Industrial c. Asisten Manajer Pelatihan

5. Manajer Logistik mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan, rumah tangga dan bangunan.

Manajer Logistik dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bangunan b. Asisten Manajer Perlengkapan

6. Fungsional Ahli Taksir mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.

(20)

8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi urusan database, perangkat lunak jaringan dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.

9. Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.

10. Fungsional Legal Officer mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.

D. Kinerja Usaha Terkini PT Pegadaian (Persero) Medan

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai

dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga

PT Pegadaian (Persero). Pihak perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah

digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu

semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam

bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja

yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah

menyalurkan pinjaman kepada masyarakat atass dasar hukum gadai agar masyarakat

tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung

(21)

dimanfaatkan oleh lembaga keuangan seperti lintah darat dan pengijon untuk

mendapatkan sewa dana atau bunga dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.

Untuk menghindari kegiatan merugikan tersebut Pegadaian memberikan beberapa

bentuk penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai seperti dalam UU Hukum

Perdata Pasal 1150.

Menurut kitab UU Hukum Perdata pasal 1150 , Gadai adalah suatu hak

yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang. Barang

tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai

utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk

menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah  Medan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

KEEMPAT : Dengan ditetapkannya Keputusan Bupati ini, maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 276 Tahun 2006 tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Bantul

Instalasi dan Perbaikan Perangkat dan Media Transmisi3.

Dalam skripsi ini penulis mencoba memberikan analisis mengenai pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia dalam prakteknya di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk

Tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar pada ibu yang datang untuk mengimunisasikan anaknya pada saat dilakukan penelitian di Puskesmas Umbulhardjo 1 sebagian

[r]

- dalam APT, return sekuritas dipengaruhi berbagai macam faktor yang bisa menjadi sumber risiko (tidak hanya beta saja).. ABRITAGE PRICING

Landung Dirganta Wijaya P, A 210 080 125 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Tujuan