BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Dasar Hukum Berdirinya PT Pegadaian (Persero)
Pegadaian sebagai lembaga yang memberikan pinjaman uang dengan
jaminan barang-barang bergerak telah lama dikenal di Indonesia, yaitu sejak
zaman VOC. Untuk memudahkan dalam penulisan ini maka sejarah pegadaian
akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pada saat sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan.
1. Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia
Sejarah pegadaian sebelum kemerdekaan telah mengalami 4 (empat)
periode pemerintahan yaitu:
a. Masa VOC (1746-1811)
b. Masa penjajahan Inggris (1811-1816)
c. Masa penjajahan Belanda (1816-1946)
d. Masa penjajahan Jepang (1942-1945)
Fungsi pegadaian pada masa tersebut diatas tetap sebagai penyalur
pinjaman dengan jaminan benda bergerak.
a. Pegadaian pada Masa VOC (1746-1811)
Pada masa VOC lembaga gadai dikenal dengan “Bank Van
Leening”. Pertama didirikan pada tahun 1746 berdasarkan keputusan Gubernur
Jenderal Von Sinhoff, tanggal 28 Agustus 1746. Lembaga ini memberikan
Pada mulanya yaitu sejak didirikan pada tahun 1746 lembaga ini
merupakan perusahaan patungan antara VOC (pemerintah) dengan pihak swasta,
dengan perbandingan modal 2/3 modal swasta dengan jumlah modal seluruhnya
f 7.500.000,00, kemudian sejak tahun 1794 diusahakan sepenuhnya oleh
pemerintah dengan bunga 6% per tahun. Dalam melakukan usahanya, Bank Van
Leening memungut bunga 9% per tahun (3% atau 4% per bulan).
Pada tahun 1800 VOC dibubarkan dan kekuasaan di Indonesia diambil
alih oleh Pemerintah Belanda. Semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles,
Bank Van Leening ini lebih diperhatikan dan dalam masa pemerintahannya
dikeluarkan peraturan tentang jenis-jenis barang yang dapat diterima sebagai
jaminan yaitu emas, perak, kain, dan lain-lain.
b. Pegadaian pada Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)
Pada tahun 1811 terjadi peralihan kekuasaaan dari pemerintahan
Belanda kepada pemerintahan Inggris. Sir Stamford Raffles sebagai pemimpin
tertinggi di Indonesia pada masa itu tidak menyutujui adanya Bank Van Leening
dikelola pemerintah, maka dikeluarkanlah peraturan yang menyatakan bahwa
setiap orang dapat mendirikan badan perkreditan ini dengan syarat mendapat izin
dari penguasa. Peraturan ini disebut juga Licentie Stelsel. Dalam
perkembangannya ternyata tujuan Licentie Stelsel yaitu memperkecil peranan
worker (lintah darat) tidak mencapai sasaran, artinya tidak menguntungkan
pemerintahan malahan menimbulkan kerugian terhadap masyarakat karena
timbulnya penarikan bunga yang tidak wajar. Oleh karena itu pada tahun 1814
masyarakat umum dapat menjalankan usaha gadai dengan syarat sanggup
membayar sewa kepada pemerintah.
c. Pegadaian pada Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1816 kembali menguasai Indonesia, sementara itu Pacht
Stelsel yang dibentuk pada masa Inggris semakin berkembang, baik dalam arti
perluasan wilayah operasi maupun jumlahnya. Kemudian pada tahun 1856
pemerintah Belanda mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan Pacht Stelse.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata para packers banyak yang bertindak
sewenang-wenang dalam menetapkan suku bunga, tidak melelangkan barang
jaminan yang kadaluarsa, tidak membayar uang kelebihan kepada yang berhak,
dan tidak melaksanakan daftar usaha yang teratur, hal ini sangat merugikan
rakyat. Kemudian melalui Staatsblad No. 226 tahun 1930 status jawatan diubah
menjadi Perusahaan Negara, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 IBW
(Indonesische Bedrijvenwet) Staatsblad No. 419 tahun 1927 dimana harta
kekayaan pegadaian negara di pisahkan dari kekayaan negara (pemerintah).
d. Pegadaian pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa penjajahan Jepang pegadaian masih merupakan instansi
pemerintah (jawatan) dibawah pimpinan dan pengawasan kantor besar keuangan.
Pada masa ini lelang atas barang jaminan tidak di tebus (sudah kadaluarsa) di
hapuskan sama sekali dan barang berharga seperti emas, intan, dan berlian yang
2. Sesudah Proklamsi kemerdekaan
Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1945, penguasaan atas Pegadaian Negara beralih kepada Pemerintah Republik
Indonesia dan statusnya adalah sebagai jawatan di bawah Menteri Keuangan.
Dengan Peraturan Pemerintah No. 178 tahun 1961 terhitung mulai tanggal
1 Januari 1961, Pegadaian Negara diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara
Pegadaian. Status sebagai perusahaan negara ternyata menyebabkan pegadaian
terus menerus mengalami kemerosotan di bidang keuangan atau pendapatan
sehingga statusnya perlu di kembalikan menjadi jawatan. Tetapi kemudian pada
tahun 1965 Perusahaan Negara Pegadaian di integrasikan ke dalam urusan bank
sentral.
Usaha kegiatan pegadaian diatur sebagai perusahaan dalam arti luas 2
IBW 1927 yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9
Tahun 1969 mengenai bentuk-bentuk Perusahaan Negara dan melalui instruksi
Presiden Nomor 17 Tahun 1967 maka Jawatan Pegadaian dengan dasar kegiatan
IBW sebenarnya mempunyai sebagai Perusahan Jawatan. Melalui surat keputusan
Menteri Keuangan No. Kep. 39/MK/6/1/1971 Pasal 1 (tanggal 20 Januari 1971)
ditetapkan bahwa Jawatan Pegadaian adalah unit pelaksanaan di lingkungan
Direktorat Jenderal Keuangan. Selanjutnya, dalam pasal 2 surat keputusan menteri
keuangan tersebut di tetapkan bahwa Jawatan Pegadaian pada tahun 1870 Pacht
Stelsel dihapuskan dan diganti lagi dengan Licentie Stelsel dengan maksud untuk
mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang merugikan masyarakat dan
berjalan tanpa menghiraukan peraturan yang berlaku. Maka pada tahun 1880
Pacht Stelsel diberlakukan kembali.
Setelah diadakan penelitian oleh pemerintah, maka untuk mengurangi
kerugian pada masyarakat perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Pacht Stelsel, tetapi dalam hal ini menyebabkan masyarakat enggan melakukan
usaha dibidang ini secara legal sebagai pada parriltius. Tetapi di lain pihak
penyimpangan yang merugikan masyarakat dapat di akhiri. Hal ini yang
mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan sendiri badan perkreditan gadai.
Kemudian pada tanggal 1 April 1901 di Sukabumi didirikan Pegadaian Negeri
pertama di Indonesia dengan Staatsblad No. 131 tanggal 12 Maret 1901.
Sedangkan uang pinjaman yang dapat diberikan maksimum f 300 dan tidak
dikenakan biaya administrasi.
Pegadaian Negara yang dikuasai pemerintah ini berkembang dengan baik
sehingga mendorong dikeluarkannya peraturan tentang monopoli. Peraturan
monopoli ini dulu hanya berlaku berlaku terbatas pada kota-kota dimana
pegadaian negara berdiri, tetapi dengan dikeluarkannya Staatsblad 1941 dan
Staatsblad No. 28 jo. 420 tahun 1921 sifat monopoli ini berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia.
Yang dimaksud dengan monopoli disini adalah adanya larangan terhadap
anggota masyarakat umum lainya untuk berusaha dengan cara menerima gadai
dan pemberian uang pinjaman maksimum f 100 atau kurang. Sanksi terhadap
pelanggaran monopoli ini di atur dalam pasal 509 KUH Pidana yang menyatakan
Barang siapa tanpa izin meminjamkan uang atau barang dengan gadai atau dalam bentuk kontrak komisi yang nilainya tidak lebih dari seratus rupiah (dahulu gulden) diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak seribu rupiah (dahulu gulden).
Direktorat Jenderal Keuangan fungsinya diperluas yaitu tidak sekedar
memberantas lintah darat saja, tetapi juga memberikan pembinaan dan pengarahan
kredit ke sektor produktif. Lebih di pertegas lagi dalam Keputusan Presiden No.
56 tahun 1985, fungsi dari Perusahaan Jawatan Pegadaian adalah sebagai berikut:
1. Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai kepada:
a. Para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif
b. Kaum buruh atau pegawai negeri yang ekonominya lemah dan bersifat
konsumtif
2. Ikut serta mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti
ijon, pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya.
3. Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainya yang bermanfaat terutama
bagi pemerintah dan masyarakat.
4. Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat
terutama mengenai kredit yeng bersifat produktif daan bila perlu memperluas
daerah operasinya.
Kedudukan, tugas, dan fungsi perusahaan jawatan Pegadaian lebih
disempurnakan lagi dengan di keluarkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan
Perusahaan Jawatan Pegadaian yang pada prinsipnya tercantum dalam pasal 3
sebagai berikut:
1. Membina menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dan fidusia
2. Mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar seperti ijon,
pegadaian gelap, dan praktek riba lainnya yang bersifat meyengsarakan
rakyat
3. Membina pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fidusia yang bersifat
produktif
4. Membina dan mengawasi pelaksanaan operasional Perusahaan Jawatan
Pegadaian Pasal 2 dari Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut
menyatakan bahwa tugas dari Perusahaan Jawatan Pegadaian menyalurkan
pinjaman atas dasar hukum gadai dan fidusia, berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan Menteri Keuangan.
Dalam rangka delegurasi dan debiroktarisasi guna membantu iklim ekonomi
yang menunjang perkembangan ekonomi perkembangan ekonomi, perlu
dipandang untuk meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar hukum gadai
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk lebih meningkatkan
efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan Pegadaian yang
didirikan dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1969 di pandang perlu
mengalihkan bentuknya menjadi PT Pegadaian, sebagaimana di maksud dalam
Undang-undang No.9 tahun 1969 di dalam penjelasan umum Sub A alinea 4
Undang-undang tersebut dinyatakan dalam rangka bahwa pelaksanaan ketetapan
tahun 1967 telah di gariskan kebijaksanaan untuk menggolongkan usaha-usaha
negara secara tegas ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Perusahaan Negara Jawatan
2. Perusahaan Negara Umum
3. Perusahaan Negara Perseroan
Pasal 32 Undang-Undang No. 19 Prp 1960 menetapkan bahwa
pembubaran atau pengalihan bentuk perusahaan negara harus dilakukan dengan
Peraturan Pemerintah. Dengan mengingat perkembangan ekonomi dan moneter
dewasa ini dan untuk lebih meningkatkan peranan lembaga kredit atas dasar
hukum gadai yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta untuk lebih
meningkatkan efisiensi dan produktifitas pengelolaan Perusahaan Jawatan
Pegadaian , perlu dialihkan bentuk menjadi PT Pegadaian.
Atas dasar Pasal 23 Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960 ini maka
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10
April 1990 tentang perubahan bentuk Perusahaan Jawatan Pegadaian menjadi
PT Pegadaian (Persero) dan di sempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerinrtah
No. 103 tahun 2000 tentang PT Pegadaian (Persero), dimana pada prinsipnya
tujuan dan peraturan ini adalah untuk memperbaiki tata kerja dan struktur
organisasi ke arah yang lebih profesional.
Selanjutnya dapatlah disebutkan bahwa mengenai perbedaan Instansi
Pegadaian sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 jo.
mulai dari berdirinya sampai saat ini. Dalam hal ini harus di tilik kembali sejarah
berdirinya Pegadaian.
Adapun fungsi Pegadaian pada 4 (empat) periode sebagaimana telah
disebutkan di atas adalah sebagai penyalur pinjaman dengan jaminan benda
bergerak. Selanjutnya, dapatlah disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1990 jo. Dan setelah dikeluarkanya Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun
2000, maka status dari instansi Pegadaian berubah menjadi Perusahan Umum
hingga saat ini, dimana tugasnya selain menyalurkan dana kepada masyarakat
yang memerlukanya juga dapat memupuk keuntungan pendapatan.
Dari urain diatas dapatlah disimpulkan perbedaan Instansi Pegadaian
sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 jo. Dengan
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000, yaitu terletak pada status Instansi
Pegadain tersebut.
3. PT Pegadaian (Persero) Sebagai Suatu Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Lembaga keuangan terdiri dari dua jenis, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Pada dasarnya lembaga keuangan adalah
sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana, sehingga peran Lembaga Keuangan yang sebenarnya adalah sebagai
perantara keuangan masyarakat. Meskipun demikian kedua jenis Lembaga
keuangan tersebut mempunyai perbedaan fungsi dan kelembagaan. Maka dalam
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 38/MK/IV/1972
tanggal 18 Januari 1972 , pemerinah Indonesia telah membentuk Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) sebagai salah satu usaha untuk mendorong
perkembangan pasar uang dan modal di Indonesia.
Kegiatan utama lembaga tersebut adalah menggerakkan dana dari masyarakat
dengan cara mengeluarkan kertas berharga. Dana yang diserahkan itu dipakai
untuk membantu pembiayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman atau penyertaan
modal, disamping dana yang juga telah disediakan oleh bank-bank untuk maksud
dan tujuan yang sama.
Untuk membentuk Lembaga Keuangan Bukan Bank ini pemerintah Indonesia
telah menetapkan dua jenis badan uasaha yaitu:
1. Mereka yang mengutamakan kegiatan di bidang pembiayaan pembangunan
(Development type)
2. Mereka yang bergerak sebagai perantara dalam penerbitan dan perdagangan
surat-surat berharga (Investment type)
Badan-badan usaha ini telah didirikan berkat kerjasama (joint venture) antar
bank-bank pemerintah dengan bank-bank perusahaan swasta nasional di satu
pihak dan bank-bank LKBB luar negeri di pihak lain.
Tugas utama mereka yang tergolong Development type adalah memberikan
pinjaman jangka menengah dan jangka panjang serta mengikut sertakan modal
dalam perusahaan-perusahan. Tugas utama mereka yang tergolong Investmet type
adalah memasarkan efek-efek yang dikeluarkan perusahaan melaului bursa.
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/264/Kep/Dir/UPUM tanggal 7 Februari
1975 yang menentukan bahwa pemasaran efek-efek kepada masyarakat melalui
bursa harus dilakukan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.
1382/MK/6/11/1975 tanggal 28 November 1975, Lembaga keuangan Bukan
Bank, seperti juga bank dari berbagai jenis baik pemerintah maupun swasta
nasional dan asing tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang
keadaan keuangan nasabahnya kecuali:
1. Untuk keperluan perpajakan apabila diminta secara tertulis
2. Untuk kepentingan pengadilan dalam perkara tindak bila diminta secara
tertulis oleh jaksa ataupun hakim.
Dewasa ini jumlah badan usaha yang bergerak di bidang ini ada 12 buah
terdiri Development type 2 buah dan Investnent type 10 buah, termasuk sebuah
perusahaan yang di bentuk semata-mata untuk menolong penduduk pribumi yaitu
PT Bahana. Baik kedua perusahaan Development type maupun kesepuluh
perusahaan Investment type itu menunjukkan perkembangan yang berarti selama
periode 1976/1979. Perusahaan-perusahaan tipe investasi dapat berkembang
karena banyak dana yang berhasil di kumpulkan dari penjualan surat-surat
berharga dan pinjaman, sedangkan meningkatnya penanaman dana disebabkan
oleh bertambahnya pembelian surat berharga dan warkat-warkat niaga lainya
terutama promes. Lembaga Keuangan Bukan Bank tidak diperkenankan
keuangan tersebut diatas, di Indonesia kini terdapat tiga buah kantor perwakilan
Lembaga Keuangan Bukan Bank luar negeri yang berkedudukan di Jakarta, yaitu:
1. Arbututhnol Latham Co.Ltd. London;
2. Private Investment Company for Asia (PICA), Tokyo;
3. Commonwealth Development Corporation London;
Selanjutnya, Lembaga keuangan Bukan Bank (LKBB) merupakan salah satu
jenis lembaga keuangan, seperti telah disinggung dimuka didirikan dengan SK
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792/MK/IV/12/1970 dan No. Kep.
38/MK/IV/1/1972 serta disempurnakan dengan No. 562/KMK/011/1982.
Lembaga keuangan yang dapat menghimpun dana masyarakat selain modal/dana
sendiri, dengan jalam mengeluarkan surat berharga. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 38/1972 yang dikeluarkan pada tanggal 18 Januari 1972 yang
dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank adalah:
Lembaga-lembaga keuangan secara langsung ataupun tidak langsung mengeluarkan uang, terutama dengan surat-surat berharga yang dapat dinegosiasikan menyalurkanya melalui masyarakat untuk membiayai usaha-usaha dagang, pada umum nya lembaga-lembaga didirikan untuk mengatasi soal-soal keuangan yang ditangani oleh sektor perbankan.
Sejak pembentukannya LKBB telah turut berperan aktif dalam usaha
menggerakkan pasar uang berjangka pendek di Jakarta misalnya telah berhasil
menciptakan hubungan baik antara lembaga-lembaga Keuangan Bank dan Bukan
para pedagang uang (money dealers) yang secara teratur/berkala mengadakan
pertemuan.
Sejak di giatkannya pasar modal pada bulan Agustus 1977, LKBB telah
mengambil peranan yang cukup berarti yakni antara lain sebagai penjamin emisi.
Selain itu, LKBB juga bergiat dalam penyediaan dana bagi
perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan swasta yang merupakan perusahaan patungan
(joint venture).
Sesuai dengan PP No. 10 tahun 1990 jo. PP No. 103 Tahun 2003 tentang
perubahan status Perusahaan Jawatan menjadi PT Pegadaian (Persero)
menyebutkan bahwa salah satu kegiatan pegadaian adalah menyalurkan uang
pinjaman kepada masyarakat berdasarkan pegadaian. Begitu juga Lembaga
Keuangan Bukan Bank adalah suatu badan yang melakukan kegiatan dibidang
keuangan berupa usaha menghimpun dana, memberikan kredit, sebagai perantara
dalam usaha mendapatkan sumber pembiayaan dan usaha penyertaan modal itu
selalu dilakukam secara langsung atau tidak langsung melalui penghimpunan dana
terutama dengan menyalurkan surat berharga. Dengan demikian Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKBB) beroperasi lebih banyak di pasar uang dan modal.
Adapun dana yang diperoleh bersifat jangka panjang dan disalurkan kepada
masyarakat terutama guna pembiayaan pembangunan industri dan prasarana serta
pembangunan ekonomi lainnya.
Melihat dari usaha pokok yang dilakukan LKBB, maka dikenal dua sektor
yang ditelitinya yaitu pertama sektor pembiayaan pembangunan, berupaya
modal, yang kedua berupa usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang-bidang tertentu, seperti memberikan pinjaman kepada
masyarakat berupa pegadaian.
Adapun bila dilihat dari sektor yang ditelitinya, yaitu berupa pemenuhan
kebutuhan masyarakat dalam bidang-bidang tertentu maka secara garis besar
Lembaga Keuangan Bukan Bank terdiri dari perusahaan asuransi, penyelenggaran
dana pensiun, perusahaan keuangan, holding company, perusahaan yang
menberikan potongan/diskon, perusahaan pemutar kredit, dan Pegadaian.
Lembaga pegadaian ini di maksudkan untuk memberikan pinjaman kepada
masyarakat perorangan. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada
nilai barang jaminan yang disesuaikan. Perusahaan bentuk pegadaian ini
mempunyai aset yang berjatuh tempo pendek, adapun pasivanya berbentuk modal
sendiri yang berjatuh tempo panjang.
Maka dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pegadaian sebagai suatu
lembaga Keuangan Bukan Bank, karena PT Pegadaian (Persero) ikut serta dalam
penyaluran pinjaman kepada masyarakat untuk membantu jalannya perekonomian
masyarakat, disamping itu juga tidak lepas dari penimbunan pendapatan.
B. Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah I Medan Struktur Organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian tugas
dan tanggungjawab serta hubungannya. Pada hakekatnya jumlah kegiatan dan
hubungan serta wewenang yang mempunyai fungsi terorganisir.
dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi
perusahaan maka dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggungjawab
dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya, dalam melakukan kegiatannya.
Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna,
maka kegiatan dalam organisasiakan berjalandenganlancar dan akan tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.
Hubungan kerjasama antara sekelompok orang yang terdapat dalamsuatu
organisasi dituangkan dalamsuatu struktur organisasi. Secara umum pengertian
dari struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan pekerjaan dari
masing-masing pekerjaaan yang terdapat dalam suatu perusahaan, mulai dari tingkat yang
paling atas hingga tingkat yang paling bawah, yang tersususun dengan sedemikian
rupa pada suatu perusahaan. Adapun tugas dari struktur organisasi PT Pegadaian
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah Medan
C. Uraian Pekerjaan
1. Pimpinan Wilayah
Pemimpin Wilayah mempunyai tugas:
a. Meyakini/memastikan bahwa bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah memiliki rencana kerja tahunan yang berpedoman pada RJP Perusahaan atau ketentuan lain yang telah ditetapkan Direksi.
b. Meyakini/memastikan tersusunnya kebijakan di wilayah.
c. Meyakini/memastikan bahwa pengelolaan bidang yang menjadi tanggung jawabnya telah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan Perusahaan. d. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pelaksanaan
fungsi-fungsi kantor pusat di wilayah dalam bidang operasional, keuangan, umum, SDM, dan pelaksanaan kegiatan Perusahaan lainnya, sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan Direksi.
e. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya pengamanan kekayaan Perusahaan yang ada di Kantor Wilayah, Kantor Cabang beserta Unit Pelayanan Cabang.
f. Meyakini/memastikan terselenggara dan terkendalinya strategi bisnis yang menjadi acuan bagi para Pemimpin Cabang, kegiatan evaluasi berkala terhadap kinerja para Pemimpin Cabang, dan strategi pemecahan masalah teknis operasional Kantor Cabang.
g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pekerjaan seluruh Bagian di Kantor Wilayah, Manajer Area, serta tenaga Fungsional lainnya.
h. Meyakini/memastikan bahwa target kerja kantor wilayah yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik oleh seluruh unit kerja operasional.
2. Manajer Bisnis mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai, bisnis fidusia dan jasa lain, bisnis syariah, dan bisnis emas serta melakukan pemasaran setiap bidang bisnis.
Manajer Bisnis dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bisnis Gadai
b. Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain c. Asisten Manajer Bisnis Syariah
d. Asisten Manajer Bisnis Emas e. Asisten Manajer Pemasaran
a) Asisten Manajer Bisnis Gadai mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis gadai.
b) Asisten Manajer Bisnis Fidusia dan Jasa Lain mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis fidusia dan jasa lain. c) Asisten Manajer Bisnis Syariah mempunyai fungsi merencanakan,
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis syariah.
d) Asisten Manajer Bisnis Emas mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan bisnis emas.
e) Asisten Manajer Pemasaran mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemasaran semua produk/bisnis di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.
Manajer Keuangan dibantu oleh : a. Asisten Manajer Tresuri b. Asisten Manajer Akuntansi
4. Manajer SDM mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan administrasi, pengembangan dan kesejahteraan SDM, serta hubungan industrial dan pelatihan SDM.
Manajer SDM dibantu oleh:
a. Asisten Manajer Administrasi dan Pengembangan SDM b. Asisten Manajer Kesejahteraan dan Hubungan Industrial c. Asisten Manajer Pelatihan
5. Manajer Logistik mempunyai fungsi merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan bangunan pada Kantor Wilayah dan Kantor Cabang, serta penatausahaan perlengkapan, rumah tangga dan bangunan.
Manajer Logistik dibantu oleh: a. Asisten Manajer Bangunan b. Asisten Manajer Perlengkapan
6. Fungsional Ahli Taksir mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas sesuai dengan keahliannya dalam rangka penilaian dan penyesuaian taksiran barang jaminan.
8. Fungsional Pranata Teknologi Informasi mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi urusan database, perangkat lunak jaringan dan teknis perangkat keras dalam lingkup Kantor Wilayah.
9. Fungsional Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan Perusahaan, kehumasan dan protokol di Kantor Wilayah dan Kantor Cabang.
10. Fungsional Legal Officer mempunyai fungsi membantu Pemimpin Wilayah dalam merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan hukum Perusahaan, penanganan aspek hukum dan hubungan industrial di Kantor Wilayah, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Syariah.
D. Kinerja Usaha Terkini PT Pegadaian (Persero) Medan
Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai
dengan tujuan perusahaan, butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga
PT Pegadaian (Persero). Pihak perusahaan terus berupaya agar tujuan yang telah
digariskan oleh perusahaan dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu
semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam
bekerja.
Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja
yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan perusahaan adalah
menyalurkan pinjaman kepada masyarakat atass dasar hukum gadai agar masyarakat
tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal yang cenderung
dimanfaatkan oleh lembaga keuangan seperti lintah darat dan pengijon untuk
mendapatkan sewa dana atau bunga dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.
Untuk menghindari kegiatan merugikan tersebut Pegadaian memberikan beberapa
bentuk penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai seperti dalam UU Hukum
Perdata Pasal 1150.
Menurut kitab UU Hukum Perdata pasal 1150 , Gadai adalah suatu hak
yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang. Barang
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk
menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi utang apabila pihak