• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum Dari Wanprestasi Oleh Nasabah Pada Pt Pegadaian. (Studi Pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar belakang

Setiap negara termasuk Indonesia selalu memiliki tujuan untuk mencapai

kemakmuran dan kesejahterakan rakyatnya. Hal ini juga tersurat pada pembukaan

UUD 1945 pada alinea ke IV disebutkan salah satu tujuannya adalah untuk

memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan tersebut berbagai kemudahan diupayakan pemerintah bagi rakyat

antara lain dengan mengeluarkan mata uang rupiah sebagai alat pembayaran yang

sah. Dilihat dari sudut pandang ilmu hukum, uang adalah alat pembayaran yang

sah.2

Uang dapat dikatakan sebagai salah satu penemuan terpenting yang

paling menakjubkan dalam sejarah peradaban manusia yang menopang kemajuan

peradabannya, namun seiring bertambahnya waktu peran uang semakin dirasakan

penting yang menumbuhkan keinginan manusia untuk memiliki uang dalam

memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan dan kemampuan ekonomi setiap orang

berbeda-beda,salah satu masalah yang dihadapi masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya yaitu kondisi ekonomi dan sosial yang lemah.Lemahnya

keadaan ekonomi masyarakat dan tidak adanya tabungan mengakibatkan tidak Sebagai alat pembayaran yang sah dalam kehidupan sehari-hari, uang

dibutuhkan untuk membeli atau membayar berbagai keperluan kebutuhannya

sehingga dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidupnya.

2

(2)

siapnya masyarakat menghadapi ekonomi yang memburuk dan tidak dapat

melakukan pemupukan modal serta terkadang kekurangan dana dan uang dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementaraada kebutuhan yang sangat penting

dan terdesak sehingga untuk untuk memenuhinya terpaksa harus dilakukan

dengan berbagai cara, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

meminjam uang dari sumber dana yang ada untuk memperoleh tambahan uang,

seperti kepada rentenir dan tengkulak, karena lebih mudah mendapatkan uang

dibandingkan dengan bank.

Rentenir dan tengkulak merupakan lembaga keuangan informal dan

keberadaan lembaga informal ini tidak diatur melalui regulasi. Rentenir dan

tengkulak meminjamkan uang dengan praktek riba, dimana praktek riba adalah

pekerjaan meminjamkan uang dengan memungut bunga pinjaman terlalu tinggi,

hal ini menyebabkan posisi kreditur dalam lembaga informal lebih kuat dibanding

debiturnya, sehingga seringkali menyebabkan masyarakat miskin yang menjadi

debitur berada dalam posisi yang sangat lemah.

Kegiatan pinjam meminjam cukup dibutuhkan oleh masyarakatyang

terdesak untuk memenuhi kebutuhannya,tapi pada kenyataannya didalam kegiatan

ekonomi untuk memperoleh pinjaman berupa uang dari kreditur tidaklah mudah.

Hal ini disebabkan oleh tidak bersedianya pihak kreditur untuk memberikan

pinjamandana atau uang kepada debitur tanpa adanya kepastiantentang pelunasan

pinjaman tersebut sehingga biasanya kreditur meminta jaminan kepada debitur

(3)

Tujuan pembangunan bangsa atau peradaban manusia adalah tercapainya

kesejahteraaan dan keadilan, maka bangsa yang modren adalah bangsa yang adil

dan sejahtera.3

3

Ibid., hal. 34.

Pada hakekatnya adil dan sejahtera tersebut ada yang dapat diukur

dan ada juga yang tidak dapat diukur, adapununsur-unsur keadilan dan

kesejahteraan yang dapat diukur umumnya adalah keadilan dan kesejahteraan

ekonomi. Pasal 33 UUD 1945 dijadikan sebagai dasar dan titik tolak bagi

pembangunan ekonomi. Tujuan dari ekonomi nasional adalah kesejahteraan sosial

dan kemakmuran bagi rakyat banyak. Tapi pada kenyataannya masih banyak

ditemukan masyarakat Indonesia yang berada dalam golongan ekonomi lemah,

keadaan ini membuktikankan bahwa belum terpenuhinya kesejahteraan sosial

didalam kehidupan bangsa Indonesia.

Dalam mengatasi masalah kesenjangan ekonomi ini pemerintah harus

turun tangan mengeluarkan berbagai kebijakan yang dapat membantu kelompok

masyarakat ekonomi lemah, agar terpenuhinya tujuan dari pembangunan nasional

yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, merata spiritual dan

material berdasarkan Pancasila. Maka salah satu usaha yang dilakukan pemerintah

dapat dilihat dalam usaha pemerintah menyediakan kredit dan membangun

jaringan lembaga keuangan formal. Lembaga keuangan ini merupakan satu

diantara banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menggerakkan dan

membangun ekonomi rakyat sehingga dapat mengatasi masalah rendahnya

(4)

Kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi antara lain tergantung pada

besarnya dan lancarnya lalu lintas modal yang tersedia. kegiatan pembangunan

ekonomi berupa kegiatan-kegiatan dalam bidang perdagangan, perindustrian,

perseroan, pengangkutan dan kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan.

Kegiatan tersebut memerlukan fasilitas kredit dalam usahanya, mensyaratkan

adanya jaminan bagi pemberian kredit tersebut, demi keamanan modal dan

kepastian hukum bagi si pemberi modal; di sinilah arti pentingnya lembaga

jaminan.4

Menurut Surat Keputusan Menteri keuangan Republik Indonesia No. 792

Tahun 1990 tentang “Lembaga Keuangan”, lembaga keuangan diberi batasan

sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan

penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai

investasi perusahaan.5

Lembaga keuangan merupakan faktor yang sangat penting dalam arus

atau roda kehidupan suatu negara, kehadiran lembaga keuangan dalam sebuah

perekonomian modren merupakan urat nadi dan pendorong yang sangat penting

bagi pembangunan ekonomi baik dalam hal pengembangan dan penguatan

ekonomi.Secara umum berdasarkan batasan kegiatannya lembaga keuangan Walaupun lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai

investasi perusahaan, pada kenyataannya diperbolehkan juga menyalurkan dana

untuk tujuan kegiatan konsumsi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa.

4

Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia Di Dalam Praktek Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1977, hal.7.

5

(5)

dapatdikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu lembaga keuangan bank dan

lembaga keuangan bukan bank.

Sesuai Undang-undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 jo Nomor 10

Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank ialah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat.6 Sesuai penjelasan dari Undang-undang tersebut

maka Lembaga keuangan bank adalah lembaga keuangan yang diperbolehkan

mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito. Sistem perbankan

Indonesia meliputi Bank Indonesia, seluruh bank umum, bank perkreditan rakyat,

dan bank bagi hasil.7

Pengertian Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) ialah semua badan

hukum yang melakukankegiatan dalam bidang keuangan, secara langsung dan

tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat terutama dengan mengeluarkan

kertas berharga, dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

terutama untuk membiayai investasi dunia usaha.8

Pada prinsipnya Lembaga Keuangan Bukan Bank didirikan guna

memenuhi kebutuhan masyarakat akan modal, dengan demikian semua bentuk Sesuai dengan pengertian

tersebut Lembaga keuangan bukan bank tidak diperbolehkan mengumpulkan dana

dari masyarakat dalam bentuk deposito.

6

Hotbin Sigalingging, Peranan BRI Unit dan BPR dalam Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan (studi kasus di Propinsi Sumatera Utara), Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 14.

7

O.P.Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, Hal.20

8

(6)

dari lembaga keuangan bukan bank ini diharapkan dapat memberi dampak atau

peranan positif bagi pembangunan ekonomi nasional dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa jenis Lembaga Keuangan Bukan Bank

(LKBB) meliputi lembagapembiayaan, usaha perasuransian, dana pensiun, pasar

modal, dan pegadaian.

Salah satu lembaga keuangan bukan bank yang didirikan untuk menolong

masyarakat yang berada dalam golongan ekonomi rendah adalah pegadaian.

Pegadaian telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya golongan

masyarakat berpenghasilan menengah dan bawah.9

Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara

resmi mempunyai izin untuk melaksankan kegiatan lembaga keuangan berupa

pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai

seperti dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal Pegadaian merupakan solusi

untuk mengurangi praktek riba dalam masyarakat. Kalau praktek riba dilakukan

maka masyarakat kecil harus membayar bunga yang tinggi, hal ini tentu saja akan

memberatkan rakyat, karena penghasilan yang diperoleh belum tentu cukup

membayar pinjaman dan bunganya yang tinggi. Itu sebabnya pemerintah

melarang adanya praktek riba, sehingga dengan didirikannya PT Pegadaian

diharapkan rakyat kecil tidak akan meminjam uang kepada mereka, karena

kebutuhan uang untuk modal usaha akan disediakan oleh PT Pegadaian

dengan syarat-syarat yang jauh lebih mudah dan ringan

9

(7)

1150.10

10

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Op. cit., hal. 212

Pegadaian merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di

Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada

masyarakat atas dasar hukum gadai. Pengertian gadai menurut KUHP Pasal 1150:

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atassuatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya olehseseorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada siberpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari orang-orang berpiutang lainnya : dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

Berdasarkan pengertian pegadaian dan gadai, maka gadai di PT Pegadaian

merupakan salah satu bentuk jaminan dari perjanjian utang piutang, dimana pihak

yang berutang menggadaikan barang bergerak miliknya sebagai jaminan terhadap

utangnya tersebut dan barang jaminan itu tetap menjadi milik orang yang

menggadaikan (orang yang berutang). Dengan adanya perjanjian gadai ini maka

diperlukan juga barang sebagai jaminan. Barang jaminan ini ini merupakan

perjanjian tambahan yang digunakan sebagai jaminan debitur melunasi

kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

Sejarah pengenalan usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada saat

Belanda (VOC) pada tanggal 20 Agustus 1746 mendirikan Bank Van Leening

di Batavia yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem

gadai. Pada tanggal 12 maret 1901 melalui Stb. Nomor 131 direalisir sebuah

jawatan disukabumi. Kemudian dengan Stb. 1930 No. 266, mendapat status

(8)

Selanjutnya pasca-perang kemerdekaan, Pegadaian dikelola oleh

Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa

kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik IndonesiaNomor 178 Tahun 1961 tanggal 3 Mei 1961,

kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1969 tanggal 11 Maret 1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), selanjutnya

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1990

(yang diperbaharui dengan PP Nomor 103 Tahun 2000) berubah lagi menjadi

Perusahaan Umum (Perum). Perubahan status Pegadaian dari Perusahaan

Jawatan(Perjan) menjadi perusahaan umum membawa dampak pada perubahan

misi pegadaian, yakni misi dari publik servicemenjadi publik service plus mencari

keuntungan. kemudian Pada tahun 2011, bentuk badan hukum Pegadaian

kembali berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan PP

Nomor 51 tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011.

Tujuan didirikannya PT. Pegadaian dapat dilihat dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2011 pada Pasal 2 ayat (1) yaitu

untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik secara

konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan terutama untuk masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha

menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan

(9)

Pada awalnya pegadaian ini tujuan utamanya adalah untuk membantu

masyarakat khususnya golongan masyarakat berpenghasilan menengah dan

bawah. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya waktu pegadaian tidak lagi

hanya digunakan oleh golongan masyarakat berpenghasilan menengah dan bawah.

Pada saat ini manfaat jasa pegadaian telah banyak digunakan oleh masyarakat

dalam berbagai golongan dan lapisan masyarakat baik menengah keatas maupun

ke bawah. Karena bagi nasabah manfaat utama yang diperoleh adalah

ketersediaan dana dengan prosedur administrasi dan persyaratan yang mudah dan

sederhana dibanding dengan lembaga keuangan lainnya.

Ketertarikan masyarakat menggunakan PT Pegadaian ini juga seiring

dengan bertambahnya bidang usaha yang telah ditawarkan oleh pegadaian.

Produk-produk usaha yang sudah tersedia hingga saat ini antara lain yaitu:

1. Produk Inti,yang terdiri dari :

a. Kredit Cepat dan Aman ( KCA )

2. Produk Non Inti, yang terdiri dari:

a. Kredit Angsuran Sistem Gadai ( KRASIDA )

b. Kredit Angsuran Fidusia ( KREASI )

c. Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian ( KTJG )

d. Kredit Usaha Rumah Tangga ( KRISTA )

e. Gadai Syariah ( RAHN )

f. Kredit Perumahan Swadaya ( KREMADA )

g. Jasa Taksiran

(10)

Sebagai satu-satunya lembaga keuangan bukan bank milik pemerintah

yang bertugas dan berwenang untuk menyelenggarakan kegiatan usaha yang

menyalurkan uang atas dasar hukum gadai hingga saat ini, maka PT Pegadaian

mewajibkan para nasabah untuk menyerahkan barang bergerak sebagai

jaminan.Hal ini disebabkan karena pada dasarnya gadai digunakan untuk

menjamin suatu tagihan, karena tidak ada seorangpun dapat memastikan

kemampuannya untuk membayar utangnya sesuai yang diperjanjikan.

Lembaga pegadaian sebagai lembaga keuangan memiliki kelebihan

dibanding dengan lembaga keuangan lainnya baik lembaga keuangan bank

ataupun lembaga keuangan nonbank. Keuntungan yang ditawarkan oleh lembaga

pegadaian berupa waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang yaitu pada

hari itu juga, hal ini disebabkan oleh prosedurnya yang tidak berbelit-belit;

persyaratan yang sederhana sehingga memudahkan nasabah untuk memenuhinya;

pihak PT Pegadaian tidak mempermasalahkan uang tersebut digunakan untuk apa,

jadi sesuai dengan kehendak nasabahnya, dapat dilihat dalam pengajuan

permohonan kredit dimananasabah cukup memberikan keterangan singkat tentang

identitasnya dan tujuan penggunaan kredit. Kelebihan yang ditawarkan oleh PT

Pegadaian ini menyebabkan banyak masyarakat yang membutuhkan tambahan

dana menggunakan jasa dari PT Pegadaian.

Masyarakat yang membutuhkan dana untuk pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari ataupun untuk modal usaha dapat mengaksesnya melalui Pegadaian.

Pihak yang menghendaki dana cukup datang kekantor pegadaian dengan

(11)

jaminan menurut PT Pegadaian, syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh

kredit cukup ringan hanya membawa identitas diri yang dikeluarkan oleh pejabat

berwenang, lalu menuju ke loket penaksir selanjutnya akan ditaksir nilai barang

kemudian akan disampaikan berapa nilai gadai barang tersebut.

Dalam menjalankan usahanya PT Pegadaian juga melakukan kerjasama

dengan beberapa pihak luar seperti beberapa toko atau supplier barang-barang

terkemuka. Hal ini dilakukan untuk mendapat informasi harga barang pasaran

yang dapat digunakan sebagai acuan pada penaksiran harga barang gadai sehingga

mempermudah proses traksaksi dalam hal penaksiran harga barang gadai.

Setelah proses penaksiran selesai, nasabah mengisi formulir permintaan

kredit, kemudian untuk mendapatkan kredit sebelumnya diadakan perjanjian yang

dikenal dengan perjanjian gadai, isi perjanjian tersebut dicantumkan dalam Surat

Bukti Kredit (SBK) yang berisikan tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Setelah SBK ditandatangani maka kreditur dapat memperoleh kreditnya sesuai

dengan ketentuan pegadaian. Dengan waktu yang relatif singkat dana pinjaman

sudah cair dan bunganya relatif rendah. Sesuai serangkaian proses perolehanan

pinjaman dapat terlihat prosedurnya relatif lebih mudah dibanding meminjam

uang ke bank. Karena mudahnya prosedur itu pula dari waktu ke waktu orang

yang menggunakan jasa PT Pegadaian (Persero) meningkat.11

Dengan hadirnya PT Pegadaian ini maka masyarakat dapat memperoleh

jumlah uang yang diinginkan sesuai dengan harga barang yang dijaminkan, dan

juga tidak perlu takut kehilangan barang berharganya yang telah digunakan

11

(12)

sebagai barang jaminan. Karena jika debitur masih berminat untuk menebus

barang yang telah digadaikan, debitur dapat membayar uang yang telah

dipinjamkannya dengan beban bunga atau sewa modal yang harus dibayar setiap

15 hari. Apabila pada waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo) debitur tidak

sanggup membayar pinjaman atau menebus kembali barang yang telah digadaikan

maka PT Pegadaian akan melelang barang gadai tersebut guna menutup

pengembalian pinjaman.

Dalam suatu perjanjian tidak menutup kemungkinan terjadi suatu

wanprestasi, begitu juga halnya dalam perjanjian gadai. Wanprestasi terjadi

apabila ada pihak yang ingkar, ingkar yang dimaksud apabila ada salah satu pihak

yang tidak memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. Wanprestasi di

pegadaiandapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik yang memberikan gadai

disebut sebagai kreditur maupun yang menerima gadai disebut sebagai debitur.

Debitur dikatakan wanprestasi apabila debitur tersebut dalam suatu

tenggang waktu yang telah ditentukan (jatuh tempo) tidak mampu membayar

hutangnya pada PT Pegadaian sebagai kreditur, maka PT Pegadaian mempunyai

hak untuk mengambil pelunasan piutangnya dengan cara melelang barang

jaminan yang telah digadaikan oleh kreditur yang telah berada dalam kekuasaan

kreditur. Uang hasil lelang akan digunakan sebagai pelunasan piutang debitur.

Harga penjualan barang yang digadaikan ini bisa lebih tinggi, sama, atau lebih

rendah daripada nilai taksiran yang telah ditetapkan oleh petugas penaksir pada

awal pemberian pinjaman.12

12

(13)

Lelang yang dilakukan oleh PT Pegadaian ini berdasar pada Pasal 1155

KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut :

“Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka siberpiutang adalah berhak jika siberutang atau pemberi gadai bercedera janji, setelah tenggang waktu, setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud untuk mengambilpelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.”

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis tertarik untuk

membahas lebih lanjut tentang pelelangan di Pegadaian,sehingga dapat

mengetahui lebih dalam lagi mengenai ketentuan proses pelaksanaan lelang di PT

Pegadaian. Dengan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul tentang :

Eksistensi Lelang Sebagai Akibat Hukum dari Wanprestasi oleh Nasabah

pada PT Pegadaian. ( Studi pada PT Pegadaian Kanwil I Medan)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka agar

penyusunan skripsi ini lebih terarah ada beberapa permasalahan yang perlu

mendapat pengkajian berkaitan dengan “EksistensiLelang sebagai Akibat Hukum

dari Wanprestasi Gadai Oleh Nasabah pada PT Pegadaian”.Adapun yang menjadi

rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana proses pelaksanaan lelang terhadap barang jaminan jika

terjadi wanprestasi pada PT Pegadaian Kanwil I Medan?

2. Apakah proses pelaksanaan lelang pada PT Pegadaian Kanwil I Medan

(14)

3. Apakah kendala yang timbul dalam pelelangan barang jaminan dan

upaya penyelesaiannya?

C. Tujuan Penulisan

Penelitian dan pembahasan terhadap suatu permasalahan sudah selayaknya

memiliki tujuan sesuai dengan permasalahan yang dibahas diatas, maka secara

keseluruhan yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan lelang terhadap barang jaminan

jika terjadi wanprestasi pada PT Pegadaian Kanwil I Medan.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan lelang pada PT Pegadaian

Kanwil I Medan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Untuk mengetahui kendala yang timbul dalam pelelangan barang

jaminan dan apa upaya penyelesaiannnya.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara

teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

Pembahasan terhadap masalah-masalah yang dirumuskan diharapkan dapat

dijadikan sebagai sumbangan di bidang jaminan sistem gadai pada PT Pegadaian,

khususnya yang berkaitan dengan pelelangan barang jaminan gadai. Selain itu,

(15)

jaminan sistem gadai pada umumnya dan lelang barang jaminan pada khususnya,

serta dapat dijadikan sebagai bahan yang memuat data empiris sebagai dasar

penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Pembahasan terhadap permasalahan ini dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat selaku debitur dalam membela hak-haknya terhadap masalah

jaminan sistem gadaiyang dimana jika terjadi wanprestasi oleh debitur

menyebabkan pelelangan.

Selain itu, pembahasan terhadap permasalahan ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan bagi PT Pegadaian dan khususnya pemerintah sebagai

pertimbangan untuk lebih mengefektifkan pemberian kredit kepada para nasabah

yang membutuhkan dana tersebut.

E. Keaslian penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini adalah benar merupakan hasil karya dari

pemikiran penulis sendiri. Setelah penulis melakukan browsing serta melalui

tahap pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas

Hukum USU tertanggal “19 Mei 2015” tidak ditemukan adanya judul skripsi yang

sama, dengandemikian penelitian ini dapatdipertanggungjawabkan keasliaannya.

(16)

permasalahan,maka penulis bersedia untuk mempertanggungjawabkannya baik

secara moral maupun ilmiah.

F. Metode penelitian

Pada hakikatnya penelitian merupakan suatu kegiatan pencarian kebenaran

dari ilmu pengetahuan. Dalam menemukan dan mengembangkan kejelasan dari

sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Sehingga dengan

menggunakan metode penelitian maka akan medapat kemudahan dalam mencapai

tujuan dari penelitian. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam

penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum, maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif (yuridis

normatif).Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

doktrinal.13

13

Amiruddin dan H.Zainuddin Ali, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 118.

Penelitian normatif yaitu penelitian yang menggunakan peraturan

perundang-undangan dan bahan-bahan perpustakaan hukum yang berhubungan

dengan permasalahan. Pendekatan yuridis sosiologis juga digunakan dalam

penelitian ini. Yuridis sosiologis merupakan pendekatan yang digunakan untuk

(17)

berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan

bahan nonhukum bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum.14

2. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yang mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi

objek penelitian. 15

3. Sumber data

Sikap deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan,

menginventarisasikan dan menganalisis teori-teori dan peraturan yang

berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Maka metode penelitian

hukum yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini dilakukan dengan

pendekatan kualitatif.

Bahan atau sumber data yang digunakan ada 2 sumber data yang terdiri dari :

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dilapangan oleh penulis

melalui wawancara dengan informan staff/karyawan dari PT Pegadaian

Kanwil I Medan serta pihak terkait.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan

(library research), yang terdiri atas :

1) Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang isinya mempunyai

kekuatan mengikat kepada masyarakat yaitu berupa peraturan

perundang undangan yang erat kaitannya dengan penelitian ini,

14

H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian hukum, Sinar Grafika, 2013, hal. 105.

15

(18)

seperti: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Anggaran Dasar

Pegadaian (ADP), S. 1928 No. 81,Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2011 Tentang Pegadaian, dan Surat

Edaran No.48/Op1.00211/2003 tentang Lelang Barang Jaminan.

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi

penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum ini terdiri

dari literatur yang berkaitan dengan skripsi ini serta data yang

diperoleh dari PT Pegadaian Kanwil I Medan maupun yang

diperoleh dari sumber lainnya seperti buku, makalah, artikel,

internet, media massa dan elektronik.

3) Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yang terdiri dari Kamus Hukum dan Kamus Umum

Bahasa Indonesia

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

melalui:

a. Studi dokumen

Merupakan suatu teknik mengidentifikasi isi dengan metode studi

kepustakaan, metode ini digunakan dalam rangka memperoleh data sekunder,

yaitu mengumpulkan data berupabuku-buku ilmiah yang berhubungan dengan

(19)

diperoleh dari PT Pegadaian Kanwil I Medan, dan lain sebagainya dengan

membaca dan mengkaji bahan tersebut.

b. Wawancara

Terhadap data lapangan (primer) teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara. Wawancara merupakan suatu usaha yang dilakukan secara

sistematis dan ilmiah untuk memperoleh suatu keterangan di lapangan. Penulis

melakukan wawancara secara bebas namun berpedoman terhadap daftar

pertanyaanyang telah disiapkan penulis sebelumnya, dan tanpa menutup

adanya variasi yang disesuaikan dengan situasi informan yaitu staff PT

Pegadaian Kanwil I Medan.

5. Analisis data

Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data adalah analisis

kualitatif. Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian

bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan

kualitatif terhadap data primer dan data sekunder.16

G. Sistematika penulisan

Dalam hal ini penulis

mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti, kemudian dibandingkan

dengan teori-teori kepustakaan yang nantinya akan menghasilkan data deskriptif

analisis, sehingga diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang

telah dirumuskan.

16

(20)

Untuk mempermudah dan membantu parapembaca yang ingin memahami

skripsi ini, maka akan diuraikan secara singkat sistematika penulisan yang akan

dibahas dalam skripsi ini. Secara sistematis skripsi ini dibagi dalam beberapa bab

dan tiap bab dibagi atas beberapa sub bab yang dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diatur mengenai pendahuluan sebagai uraian awal

yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN GADAI

Pada bagian ini akan dibahas tinjauan umum tentang perjanjian

gadai yang memaparkan mengenai Pengertian Perjanjian Gadai,

Sifat – Sifat Umum Gadai, Subjek dan Objek Gadai, Hak dan

Kewajiban Pemberi dan Pemegang Gadai, Hapusnya Gadai.

BAB III WANPRESTASI PADA PT PEGADAIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang wanprestasi pada PT Pegadaian

yang mencakup tentangPengertian Wanprestasi, Macam – Macam

Wanprestasi, Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi

pada PT Pegadaian, Akibat Hukum dari Terjadinya Wanprestasi

(21)

BAB IV EKSISTENSI LELANG SEBAGAI AKIBAT HUKUM DARI

WANPRESTASI NASABAH PADA PT PEGADAIAN

KANWIL I MEDAN

Pada bagian ini akan dibahaseksistensi lelang sebagai akibat hukum

dari wanprestasi nasabah pada PT Pegadaian Kanwil I Medan

yangdipaparkan adalah Lelang Pada Umumnya, Prosedur

Pemberian Kredit Dengan Jaminan Gadai pada PT Pegadaian

Kanwil I Medan, Pelaksanaan Lelang terhadap Barang Jaminan

pada PT Pegadaian Kanwil I Medan, Kendala yang Timbul dalam

Pelelangan Barang Jaminan dan Upaya Penyelesaiannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dimana akan diuraikan

hal-hal yang sangat penting dari tulisan ini yang merupakan

kesimpulan dari pembahasan terhadap permasalahan yang ada

dalam skripsi ini, kemudian uraian dari skripsi ini ditutup dengan

saran-saran yang bermanfaat demi pengembangankegiatan PT.

Referensi

Dokumen terkait

8% Dalam sistem hidrolik yang ,ertugas se,agai pemindah oli dari tangki ke sistem dan se,agai pengu,ah energi mekanis menjadi energi hidrolik  adalah1.. a% Tangki hidrolik   ,%

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

[r]

Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan status gizi dengan kesegaran jasmani dengan nilai signifikansi sebesar 0,010 (p=0,010) dari analisia hubungan tersebut

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar melempar, menangkap, menendang, dan mendrible untuk anak tunagrahita dengan menggunakan metode

Pembuatan sistem informasi narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan las II A Yogyakarta ini adalah untuk menangani masalah penanganan data hususnya pencatatan data narapidana

Kajian Prospek Usaha Tanaman Hias Akuarium pada Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” di Ciawi Kabupaten Bogor bertujuan untuk mengetahui kelayakan bisnis dalam

Skripsi SIMULASI LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN ..... ADLN Perpustakaan