• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Sulfur Dioksida (So2) Di Udara Dengan Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Sulfur Dioksida (So2) Di Udara Dengan Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometri"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press. Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi.

Mulia, R. M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan .Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press. Sastrawijaya, T. 2002. Pencemaran Lingkungan. Cetakan Kedua. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slamet, J. M. 2002. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Supardi, I. 2003. Lingkungan Hidup Dan Kelestarian. Cetakan Kedua. Bandung: PT. Alumni

(2)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1.Alat

- Midged impinger Graseby Anderson

- Flow meter Graseby Anderson -Vacum pump Graseby Anderson

- Generatoe sel Graseby anderson - Spektrofotometer Hack DR 2800 - Mark pipette 1 ml Pyrex

- Botol Aquadest

-Labu Ukur 100 ml Pyrex

-Beaker glass 250 ml Pyrex - Pipet tetes

- Neraca analitic

(3)

- Botol Winkler - Cool box - Botol sampel

- Refrigerator - Dropping funnel

3.1.2. Bahan

- Na2S2O5(S) - HgCl2

- KCl - EDTA(S) - Aquadest

- Asam sulfamat - Butanol

- HCl - H3PO4

(4)

3.1.3. Prosedur Pembuatan Reaksi

a. Larutan penyerap K2HgCl4 (TCM) - Ditimbang 10,86 gr HgCl2

- Ditambahkan 5,96 gr KCl

- Diambahkan 0,066 gr EDTA(dilarutkan dulu dalam air) kemudian dilarutkan dalam aquadest hungga 1 liter

*Catatan : jika KCl tidak ada bisa diganti dengan 4,86 gr NaCl

b. Sulfamic Acid0,6%

- Ditimbang 0,6 gr m sulfamat kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest

c. Pararosanilin (PRA) Induk yang dimurnikan

Dimasukkan 100 ml 1-Butanol + 100 ml HCl 1M ke dalam labu pisah 250 ml, dikocok dan dipisahkan lapisan yang ada ( yang diambil adalah lapisan bawah yaitu lapisan asam). - Ditimbang PRA 0,2 gr, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass

- Ditambahkan 100 ml HCl yang sudah dipisahkan di atas, tunggu beberapa menit

(5)

- Lapisan asam yang telah dipisahkan tersebut diekstraksi lagi dengan 1- Butanol 3 kali (masing-masing dengan 40 ml 1- Butanol

- Disaring lapisan hasil ekstraksi tadi dengan kapas dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml hingga sampai tanda batas HCl 1 M

d. Pararosanilin

- Dimasukkan 8 ml PRA Stock 0,2% dalam labu takar 100 ml, ditambahkan 80 ml H3PO4 3M, ditepatkan dengan aquabides

e. Formaldehida 0,2%

- Diukur 2 ml formaldehida 36% - 38%, diencerkan hingga 1L f. HCl 1 M

- Dipipet 8,6 ml HCl (P), dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas

g. H3PO4 3M

- Dipipet 102,5 ml Asam fosfat pekat,diencerkan dengan aquadest sampai 500 ml

h. Larutan Iodine 0,1 N

- Ditimbang 0,635 gr iodine dan 2 gr KI dalam beaker glass - Dilarutkan dalam beberapa ml aquadest

(6)

- Diencerkan hingga 50 ml i. Larutan iodine 0,01 N

- 25 ml 0,1 N iodine, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, dan ditambahkan aquadest sampai garis pembatas

j. Larutan Natrium Metabisulfit

- Ditimbang 0,3 gr Na2S2O5 dan dilarutkandengan aquabides sampai volume 250 ml dalam labu ukur

3.1.4. Prosedur Penentuan Konsentrasi SO2 dalam larutan Na2S2O5

1. Untuk larutan Blanko

- Dimasukkan 25 ml iodine 0,01 N ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 10 aquadest

2. Untuk Uji

- Dimasukkan 25 ml larutan iodine 0,01N ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml Na2S2O5

- Keduanya disumbat dengan kapas dan didiamkan selama 5 menit

(7)

- Ditambahkan 3 – 5 tetes amilum

- Dilanjutkan titrasi hingga berwarna biru

- Dicatat jumlah ml Natrium Metabisulfit yang digunakan untuk titrasi

- Dihitung konsentrasi SO2 dalam larutan Na2S2O5

- Dilakukan pengenceran 100 kali dengan cara mengencerkan 1 ml larutan Na2S2O5 sampai 100 ml dengan aquabides 3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

- Dipipet 0, 1, 2, 3, 4 ml larutan standart kerja Na2S2O5 ke dalam masing- masing 6 labu ukur 25 ml

- Ditambahkan masing-masing 5 ml larutan penyerap SO2 dan 1 ml asam sulfamat 0,6%

- Didiamkan selama 10 menit

- Ditambahkan masing-masing 2 ml formaldehid 0,2% dan 5 ml PRA B, ditambahkan aquadest mendidih sampai tanda batas

- Dikocok dan didiamkan selama 30 menit

(8)

- Dihitung konsentrasi SO2 dalam satu seri larutan tersebut - Buat kurva yang menyatakan hubungan absorbansi dengan konsentrasi SO2

4. Pengambilan Contoh Uji

- Diambil 10 ml larutan penyerap SO2 kemudian dimasukkan ke dalam midger impinger

- Dirangkai midged impinger dengan pump vacuum. - Diatur kecepatan alir udara pada 2 l / menit

- Dihisap udara selama 30 menit

- Setelah selesai, disimpan contoh uji dalam cool box 5. Cara Analisa

- Diambil 5 ml contoh uji (suhu kamar), dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml

- Diambil 5 ml larutan penyerap (blanko), dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml yang berbeda

- Ditambahkan masing-masing 1 ml Asam sulfamat, didiamkan selama 10 menit

(9)

- Diambahkan aquadest panas sampai tanda batas dan dikocok

- Didiamkan selama 30 menit

- Dipilih panjang gelombang 550 nm, dan di siapkan 2 kuvet

- Dimasukkan dalam spektrofotometer UV Vis, klik auto zero

- Isi salah satu kuvet dengan contoh uji

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Dari hasil analisis pengukuran sampel dengan menggunakan Spektrofotometer dan pengukuran di udara didapatkan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Absorbansi Vs Konsentrasi SO2

Konsentrasi SO2 (�g/Nm3) Absorbansi

10 0,462

20 0,580

30 0,642

40 0,860

50 0,981

Tabel 4.2 Hasil Analisa Kadar SO2

No Sampel Konsentrasi SO2 (µg/Nm3)

Absorbansi Baku Mutu

1 KU-1 50,41 0,994

900*

2 KU-2 32,58 0,758

(11)

Keterangan :

(12)

� =� − �

�= 0,994−0,3285 0,0132

�=0,6655 0,0132

�=50,41 µg/Nm3

2

=

0,7584

0,3285

0,0132

X2 = 0,4295

0,0132

X2 = 32,53

X3

=

0,736−0,3285 0,0132

X3 = 0,4075

0,0132

(13)

4.2. Pembahasan

Sulfur dioksida mempunyai karakteristik gas yang tidak berwarna, berbau tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mecapai kestabilan fasa gasnya dan tidak mudah terbakar di udara. Gas SO2 juga mudah larut dalam air membentuk asam sulfat.Di udara gas SO2 ini selalu terbentuk dalam jumlah yang besar. Kadar sulfur dioksida yang tinggi di udara dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan bangunan.

Dampak terhadap kesehatanSulfur dioksida yang tinggi menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan serta kerusakan pada tanaman. Pengaruh utama polutan sulfur dioksida terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.Selain itu sulfur dioksiada juga berbahaya bagi tanaman, karena dapat merusak jaringan pada daun.

(14)
(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pecobaan yang telah dilakukan, sampel pada KU-1 diperoleh hasil 50,41 µg/Nm3, sampel pada KU-2 diperoleh hasil 32,58 µg/Nm3 dan sampel pada KU-3 diperoleh hasil 30,87 µg/Nm3. Jadi, seluruh lokasi pemantauan untuk analisa Sulfur Dioksida masih sesuai dengan baku mutu udara yang ditetapkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999.

5.2. Saran

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udara

Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi. Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya konsentrasi metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industri kimia (Gabriel, 2001).

(17)

2.1.1 Kegunaan Udara

Udara sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari antara lain: 1. Bahan kebutuhan utama dalam pernafasan.

2. Sebagai sarana bagi pesawat terbang. 3. Sebagai alat pendingin trafo tekanan tinggi. 4. Sebagai sarana olahraga terbang layar.

5. Membantu transfer panas melalui metode konveksi.

2.1.2 Pencemaran Udara

Menurut Harsema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah pollutant (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi yang disebabkan proses alam disebut biogenic emmisions, sebagai contoh gas Methane (��4) yang terjadi

sebagai akibat dekomposisi bahan organik oleh bakteri pengurai. Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emmisions. Contoh emisi di udara yang

(18)

Penyebab polusi dapat diklasifikasikan sebagai polusi udara primer dan sekunder. Polusi primer seperti ��2 dapat langsung mencemari udara sebagai proses alamiah atau aktifitas manusia. Polusi sekunder seperti asam sulfat terbentuk di udara melalui reaksi kimia antara polusi primer dengan komponen kimia yang sudah ada di udara (Darmono, 2001).

Ada 9 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut:

a. Oksida karbon: karbon monoksida (��) dan karbon dioksida (��2). b. Oksida belerang: sulfur dioksida (��2) dan sulfur trioksida (��3).

c. Oksida nitrogen: nitrit oksida (��), nitrogen dioksida (��2) dan dinitrogen oksida (�2�).

d. Komponen organik volatil: metana (��4), benzene (�66), klorofluorokarbon (���) dan kelompok bromin.

e. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat (�2��4), minyak, bifenil poliklosin (���), dioksin, dan pestisida.

(19)

g. Substansi radioaktif: radon-222, iodine-131, strontium-90, plutonim-239 dan radioisotop lainnya yang masuk ke atmosfer bumi dalam bentuk gas atau suspensi partikel.

h. Panas: energi panas yang dikeluarkan padawaktu terjadi proses perubahan bentuk, terutama terjadi pada saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, perumahaan, dan pembangkit tenaga listrik.

i. Suara: dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, konstruksi, mesin pemotong rumput, sirine, dan sebagainya (Darmono, 2001).

Bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian:

1. Polutan primer, adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, dan dapat berupa:

a. Polutan gas terdiri dari:

- Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenerasi, dan karbon oksida (�� atau ��2).

- Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

- Senyawa nitrogen, yaitu oksigen dan amoniak.

- Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.

(20)

b. Partikel, dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer. Bahan tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses dispersi maupun proses erosi bahan tertentu.

2. Polutan sekunder, biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi fotokimia. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil (Mukono, 2006).

2.1.3 Sifat-sifat Pencemaran Udara

1. Yang bersifat kualitatif

Yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah terdapat dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyaknya sehingga mengadakan pencemaran lingkungan. Hal ini bisa terjadi akibat bencana alam, perbuatan manusia dan lain-lain. Contoh polutan misalnya unsur karbon, nitrogen, fosfor dan lain-lain.

2. Yang bersifat kuantitatif

Terdiri dari unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya persenyawaan yang dibuat secara sintesis seperti: pestisida, detergen dan lain-lain.

Umumnya polusi lingkungan ditujukan kepada faktor-faktor fisik seperti polusi suara, radiasi, suhu, penerangan, dan faktor-faktor kimia melalui debu, uap, gas, larutan, awan, kabut (Supardi, 2003).

(21)

mutu emisi. Baku mutu udara ambien mengatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda.

Disamping baku mutu udara ambien, juga diatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Standar ini disebut dengan baku mutu emisi.

2.1.4.1Penyebab Pencemaran Udara

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar yang terdispersi ke udara dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tergantung dari keadaan geografi dan meteorologi setempat.

Secara umum penyebab pencemaran ada 2 macam, yaitu: a. Faktor internal yang terjadi secara ilmiah, contohnya:

1. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.

2. Abu/debu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi, termasuk gas-gas vulkanik.

(22)

4. Kebakaran hutan.

b. Faktor eksternal karena ulah manusia, contohnya: 1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2. Debu dan gas-gas akibat aktivitas industri.

3. Pemakaian zat-zat kimia seperti pestisida yang disemprotkan ke udara (Nugroho, 2005).

2.2 Sulfur Dioksida

2.2.1 Sifat-sifat Sulfur Dioksida

Belerang oksida atau sering ditulis dengan �� terdiri atas gas Sulfur Dioksida (��2) dan gas Sulfur Trioksida (��3)

yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki atmosfer dirubah dalam bentuk ��2 dan hanya 1%-2% saja sebagai ��3. Gas ��2 berbau

tajam dan tidak mudah terbakar. Cairan ��2 melarutkan

banyak senyawaan organik dan anorganik dan digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan reaksi. Cairannya tidak melakukan pengionan-diri dan hantarannya terutama merupakan cermin bagi kemurniannya.

(23)

dengan kompleks logam transisi yang kaya elektron. Dalam senyawa kristal ���5��, yang menarik karena penggunaan ��2 sebagai pelarut bagi sistem super-asam. ��2 sangat larut

dalam air; suatu larutan yang memiliki sifat asam, telah lama dikenal sebagai larutan asam sulfit, 2��3. Gas ��2 diudara bereaksi dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk �2��4 yang merupakan komponen utama dari hujan asam.

Gas ��2 juga dapat membentuk garam sulfat apabila bertemu dengan oksida logam, yaitu melalui proses kimiawi berikut ini:

4���+ 4��2 →3����4+ ���

Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan gas ��2 sehingga membentuk asam sulfit:

��2+ �2� → �2��3 (����������)

Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi dengan gas ��3 membentuk asam sulfat:

��3+ �2� → �2��3 (����������) (Wisnu,

2001).

(24)

Pencemaran ��2 diudara berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber ilmiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan �2� yang akan cepat berubah menjadi ��2.

Sumber ��2 buatan adalah pembakaran bahan bakar

minyak, gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh ��2 atmosfir/tahun. Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari buangan industri, maka hal ini bertambah di kemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak ��2 dari pada sumber alamiah.

Gas ��2 diproduksi terutama oleh insinerator yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. ��2 diemisikan oleh pabrik kimia, pabrik pemroses besi dan baja, pembuatan semen, pabrik batu bara, industri keramik, pembuatan kaca dan pelepasan asap buangan (Nugroho, 2005).

2.2.3 Dampak Pencemaran Sulfur Dioksida

(25)

ditunjukkan konsentrasi ��2 yang berpengaruh terhadap manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa iritasi pada tenggorokan terjadi pada konsentrasi ��2 sebesar 5 ppm

atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif, iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. ��2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap manusia usia lanjut dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif jika kontak dengan ��2 walaupun

dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih (Kristanto, P., 2002).

(26)

Harta benda dapat juga terpengaruh oleh ��2. Gedung-gedung yang mempunyai arti sejarah, patung-patung bernilai seni dapat rusak karena ��2 mudah menjadi �2��4 yang

sangat korosif (Slamet, 2002).

Tabel 2.1 pengaruh �� terhadap manusia

Konsentrasi

- Jumlah minuman yang dapat dideteksi dari baunya.

- Jumlah minuman yang segera mengakibatkan iritasi pada tenggorokan.

- Jumlah minuman yang mengakibatkan iritasi pada mata. Jumlah yang segera mengakibatkan batuk.

Jumlah maksimum yang diperkenankan untuk kontak dalam area.

2.2.4 Pengendalian Sulfur Dioksida

(27)

dan Stripper merupakan contoh unit yang dapat memisahkan ��2 dari gas buang. Gas buang dilewatkan melalui absorber,

yang merupakan tabung vertical dimana gas lewat dari bawah ke atas sedangkan cairan penyerap (absorbent) lewat dari atas ke bawah. Untuk menjamin kontak antara gas buang dan absorbent, di dalam absorber dilengkapi dengan packing. Setelah terjadi kontak antara absorbent dengan gas buang, ��2 dalam gas buang akan terikat di absorbent dan dibawa ke bawah sedangkan gas yang sudah bersih akan keluar melalui puncak absorber. Selanjutnya absorbent yang sudah mengandung ��2 dimasukkan ke dalam stripper untuk pengolahan selanjutnya. Selain itu, pemisahan gas ��2 dari gas buang dapat juga dilakukan dengan menggunakan scrubber (Mulia. R. M., 2005).

2.2.5 Spektrofotometri UV-Visible

(28)

direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibanding fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi, untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).

(29)

1. Sistem Optik

Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan optik yang terkonstruksi sebagai berikut:

Keterangan:

SR = Sumber radiasi

M = monokromator

SK = Sampel Kompartemen

A = amplifier atau penguat

VD = Visual Display atau meter

(30)

Dilihat dari segi spektrofotometer dapat digolongkan tiga macam, yaitu:

1. Sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam) 2. Sistem optik radiasi berkas ganda (double beam) 3. Sistem optik radiasi berkas terpisah (spliter beam)

Pertama kali spektrofotometer UV-Vis yang diperkenalkan untuk analisis adalah spektrofotometer UV-Vis denga sistem optik radiasi berkas tunggal (single beam). Kemudian dengan kemajuan elektronika mulai dipopulerkan spektrofotometer UV-Vis radiasi berkas ganda (double beam), dengan asumsi mengambil suatu keuntungan tidak terpengaruh penurunan intensitas radiasi berkas ganda adalah: tidak mungkin kedua kuvet yang dipakai adalah betul-betul identik, dan lagi intensitas radiasi yang menuju kedua kuvet juga tidak mungkin betul-betul sama.

(31)

2. Sumber Radiasi

Beberapa macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium, lampu tungsten, dan lampu merkuri. Sumber radiasi deuterium dapat dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah ultraviolet dekat), karena pada rentangan panjang gelombang tersebut sumber radiasi deuterium memberikan pada spektrofotometer UV-Vis.

3. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis. Monokromator pada spektrofotometer UV-Vis biasanya terdiri dari susunan: celah (slot) masuk-filter-prisma-kis(grating)-celah keluar.

4. Sel dan Kuvet

(32)

Ditinjau dari bahan yang dipakai membuat kuvet, ada dua macam yaitu: kuvet dari leburan silika (kuarsa) dan kuvet dari gelas. Kuvet dari leburan silika dapat dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah pengukuran (380-1100 nm) karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.

Dianjurkan setiap kali memakai kuvet selalu dibersihkan dengan alkohol absolut atau direndam di dalamnya. Membersihkan permukaan kuvet yang basah harus dipakai kertas lensa yang bagus jangan sekali-kali memegang permukaan kuvet yang transparan.

5. Detektor

Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer UV-Vis yang penting oleh sebab itu kualitas detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor akan menentukan kualitas spektrofotometer UV-Vis. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik.

(33)

1. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi yang diterima, tetapi harus memberikan derau (noise) yang sangat minimum.

2. Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respon terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (UV-Vis).

3. Detektor harus memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu yang serempak.

4. Detektor harus memberikan jaminan terhadap respon kuantitatif dan sinyal elektronik yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan sinyal yang diterima.

(34)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas, dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya. Maka dibuatlah standar tentang batas-batas pncemaran udara secara kuantitatif diatur dalam buku mutu udara ambient, yaitu mengatur batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahkan pencemar yang terdapat diudara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan atau benda. Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1%, oksigen 20,93%, dan karbondioksida 0,03% sementara selebihnya berupa gas argon, neon, ,kripton, xenon , dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora, dan sisa tumbuh-tumbuhan (Chandra.B,2006).

(35)

ketingkat tertentu yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem maupun iklim. Umumnya gangguan kesehatan sebagai akibat pencemaran udara terjadi pada saluraan pernafasan dan organ penglihatan (Mulia,R.M,2015). Bahkan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam lain dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar bahan udara terdapat dalam lapisan triposfer (Darmono, 2001).

Gas sulfur dioksida merupakan gas pencemar di udara yang konsentrasinya paling tinggi didaerah kawasan industri dan daerah perkotaan. Gas ini di hasilkan dari sisa pembakaran batu bara dan bahan bakar minyak (Chandra.B,2006). Gas SO2 yang ada diatmosfer dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan kenaikan sekresi mucous. Orang yang mempunyai pernafasan sangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi di atmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia (Mulia.R.M,2005). Itulah sebabnya sejak 1978 negara kita telah mengadakan Depertemen kependudukan dan lingkungan hidup. Karena itu setiap warga wajib mendemonstrasikan kekhawatiran melalui tingkah laku perbuatan secara sendiri-sendiri maupun secara bersama dimasyarakat untuik mengahadapi krisis yang dihadapi (Sastrawijaya,2000).

(36)

1.2 Perumusan Masalah

Apakah kadar Sulfur Dioksida (SO2) pada udara yang dianalisa dengan metode pararosanilin secara spektrofotometri di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak masih memenuhi persyaratan atau baku mutu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui kadar Sulfur Dioksida pada udara yang ada di daerah PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak dengan metode pararosanilin secara spektrofotometri.

1.4 Manfaat Penelitian

(37)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam

udara secara pararosanilin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel dengan panjang gelombang 550 nm. Dari data yang diperoleh konsentrasi Sulfur Dioksida pada sampel i, ii, iii, iv, dan v masing- masing sebesar. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2001, sampel udara tersebut tidak

(38)

THE DETERMINATION OF SULFUR DIOXIDE (SO2)IN

THE AIR IN PARAROSANILIN METHOD OF SPECTROPHOTOMETRE IN PT. PERTAMINA

GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK

ABSTRACT

It has been done for the determinationof sulfur dioxide in air with Pararosanilin method by using UV-Visible

(39)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam

udara secara pararosanilin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel dengan panjang gelombang 550 nm. Dari data yang diperoleh konsentrasi Sulfur Dioksida pada sampel i, ii, iii, iv, dan v masing- masing sebesar. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2001, sampel udara tersebut tidak

(40)

THE DETERMINATION OF SULFUR DIOXIDE (SO2)IN

THE AIR IN PARAROSANILIN METHOD OF SPECTROPHOTOMETRE IN PT. PERTAMINA

GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK

ABSTRACT

It has been done for the determinationof sulfur dioxide in air with Pararosanilin method by using UV-Visible

(41)

PENENTUAN KADAR SULFUR DIOKSIDA (SO2) DI UDARA DENGAN

METODE PARAROSANILIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK

KARYA ILMIAH

Susanni Surbakti 122401082

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

2015

PENENTUAN KADAR SULFUR DIOKSIDA (SO2) DI UDARA DENGAN

METODE PARAROSANILIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapi gelar Ahli Madya

SUSANNI SURBAKTI 122401082

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(43)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Sulfur Dioksida (SO2) Di Udara Dengan Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometri Di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak

Kategori : Karya Ilmiah Nama : Susanni Surbakti

Nomor Induk Mahasiswa : 122401082 Program Studi : Diploma Tiga (D3) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2015

Program Studi D3 Kimia Pembimbing

FMIPA USU

Ketua,

Dra.Emma Zaidar Nst,M.SiSabarmin Perangin-angin,S.Si, M.Si

(44)

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan,MS NIP.195408301985032001

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR SULFUR DIOKSIDA (SO2) DI

UDARA DENGAN METODE PARAROSANILIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT. PERTAMINA

GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

(45)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik, guna melengkapi tugas sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi Diploma-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulisan tugas akhir yang dibuat ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari seluruh keluarga dan pihak tertentu, teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu kepada Ayahanda dan Ibunda, yang telah mendidik penulis hingga sekarang, dan juga buat abang dan kedua kakak penulis yang tersayang yang selalu memberi semangat dalam menggapai cita-cita penulis.

Ucapan terimakasih juga diberikan penulis kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan yaitu kepada :

1. Ibu Sabarmin Perangin-angin, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia dalam mengajar, mengarahkan, dan menyempurnakan karya ilmiah ini.

2. Bapak Andry Chresna selaku Senior Supervisor Organitation PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak yang telah mengizinkan kami PKL di PT.PGE Area Sibayak dan memberikan kami bekal dalam dunia kerja nantinya dan meluangkan waktu dalam membimbing jalannya penelitian selama PKL.

3. Bapak Mulyadi, Bapak Pittoyo, Bapak Esron Surbakti dan Kakak tersayang Kak Retta Br Surbakti beserta Staff PT.Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak sebagai Karyawan Pembimbing dalam pengenalan kegiatan perusahaan, aktivitas dan produksi perusahaan, dan sebagai pendukung dalam penyelesaian karya ilmiah 4. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, M.S selaku ketua Departemen

Kimia FMIPA USU

5. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua Program Studi Diploma 3 Kimia dan juga selaku dosen Penasehat Akademik penulis yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Heristiani, Maria, Dhella, dan Saras, yang menjadi teman satu tim dalam melakukan PKL di PT. Pertamina Geothermal Energy Area Sibayak

(46)

8. Andy Mejin Sianturi, Adek tersayang Agusmiati Siahaan dan Debora Yhusifa Sinulaki, Banni Sembiring, Kak Hermina, dan Senina ku Sevty Ragustina Surbakti yang pernah memotivasi dan membantu saya selama kuliah ini.

Demikianlah penulisan dan Penyelesaian Karya Ilmiah ini. Penulis menyadari ketidaksempurnaan yang utuh baik dari segi isi maupun susunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2015

(47)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar Sulfur Dioksida (SO2) dalam

udara secara pararosanilin dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel dengan panjang gelombang 550 nm. Dari data yang diperoleh konsentrasi Sulfur Dioksida pada sampel i, ii, iii, iv, dan v masing- masing sebesar. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/MENKES/SK/XI/2001, sampel udara tersebut tidak

(48)

THE DETERMINATION OF SULFUR DIOXIDE (SO2)IN

THE AIR IN PARAROSANILIN METHOD OF SPECTROPHOTOMETRE IN PT. PERTAMINA

GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK

ABSTRACT

It has been done for the determinationof sulfur dioxide in air with Pararosanilin method by using UV-Visible

(49)

DAFTAR ISI 1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1 Data Percobaan 25

4.2 Pembahasan 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 29

5.1 Kesimpulan 29

5.2 Saran 29

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Memperhatikan kebutuhan bahan ajar interaktif menulis kreatif dan pengembangan gerakan cinta bahasa Indonesia, maka peneliti berusaha untuk

353 14326002710699 MARTINA LELYEMIN SD/MI Guru Kelas SD SD YPPK WILLIBRORDUS I REMU Kota Sorong Sudah UKA.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, menugaskan kepada dosen-dosen yang tercantum dalam Lampiran Surat Tugas ini, untuk menjadi Dosen – Dosen

Selama uji coba vicon untuk kegiatan seminar yang dapat diakses di enam lokasi kampus, beberapa masalah teknis yang masih dihadapi yaitu (a) koneksi internet terputus

Selain itu, metafora (kiasan) yang disarikan dari al-Qur’an, Hadis, kata mutiara (Hikmah) hingga kearifan lokal perlu disajikan secara intens agar semakin

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa upaya-upaya pihak terkait dalam penerbitan sukuk ijarah agar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah

Pada kenyataannya aplikasi android gratis yang terdapat di market kadang hanya versi demo dan tidak dapat digunakan di negara Indonesia serta juga tidak semua