• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Tentang Rumah Sehat Terhadap ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Tentang Rumah Sehat Terhadap ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA TENTANG RUMAH SEHAT TERHADAP INFEKSI

SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDANG KAMPAI KELURAHAN TELUK

MAKMUR KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

RENI INDRA ARISTI Nim. 121021045

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA TENTANG RUMAH SEHAT TERHADAP INFEKSI

SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDANG KAMPAI KELURAHAN TELUK

MAKMUR KECAMATAN MEDANG KAMPAI KOTA DUMAI

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

121021045 RENI INDRA ARISTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, salah satunya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

Jenis penelitian ini cross sectional. Jumlah sampel 71 KK diambil dengan cara simple random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi langsung. Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis menggunakan uji Chi Square dan uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kepala keluarga terbanyak yaitu pada umur < 38 tahun sebanyak 41 orang (57,7%), pendidikan tinggi sebanyak 37 orang (52,1%), bekerja sebanyak 54 orang (76,1%), berpenghasilan < Rp. 1.700.000 sebanyak 40 orang (56,3%), merokok dalam rumah sebanyak 54 orang (76,1%), berpengetahuan kurang baik sebanyak 50 orang (70,4%), bersikap baik sebanyak 42 orang (59,2%), rumah yang tidak sehat sebanyak 45 rumah (63,4%), kepadatan hunian ruang tidur sebanyak 51 rumah (71,8%) dan yang menderita ISPA sebanyak 56 orang (78,9%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara merokok dalam rumah (p=0,001), pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,015), rumah yang tidak sehat (p=0,001), dan kepadatan hunian ruang tidur (p=0,004) dengan kejadian ISPA.

Disarankan kepada petugas kesehatan puskesmas Medang Kampai Kota Dumai untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan rumah sehat dan penanggulangan penyakit ISPA.

(5)

ABSTRACT

House is one of principal need of the human being in addition to food and cloth. Construction of house and it environment that did not based to the health requirement is a risk factor of thr transmission of any diseases one of them is acute upper respiratory track.

The objective of this research is to study factors related to the ISPA in urban village of Teluk Makmur sub-district of Medang Kampai, Dumai in 2014.

This research is cross sectional study. The number of sample is 71 households by simple random sampling. The data is collected by using questionnaire and direct observation. The univarian data is analyzed by descriptive study and bivariance data is analyzed by Chi Square test and Fisher Exact test with Confidential level 95%.

The research indicated that the proportion of head of householdis in the age < 38 years old for 41 person (57.7%), the high education for 37 persons (52.1%), have work for 54 person (76.1%), has income < IDR 1.700.000 for 40 persons (56.3%), smoking in home for 54 persons (76.1%), has a good knowledge for 50 persons (70.4%), has a good attitude for 42 persons (59.2%), unhealthy house of 45 units (63.4%), the destiny of bad room is 51 unit (71.8%) and patient with ISPA for 56 persons (78.9%). The results of bivarian indicated that there is significant correlation between smoking in house (p=0.001), knowledge (p=0.004), attitude (p=0.005),unhealthy house (p=0.001) and density of bedroom (p=0.004) with ISPA.

It is suggested to the health staff of puskesmas Medang Kampai Dumai to increase the health extension of a health house and treatment of ISPA.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Reni Indra Aristi

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru / 18 Oktober 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Rela RT 05 Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-1998 : TK

Tahun 1995-2001 : SD Negeri 004 Dumai Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 2 Dumai Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 2 Dumai

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Tentang Rumah Sehat Terhadap ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina,Ms dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D yang telah bersedia menjadi penguji IV pada seminar proposal dan memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan proposal.

4. dr. Devi Nuraini Santi, Mkes yang telah bersedia menjadi penguji IV pada sidang skripsi dan memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Seluruh dosen dan staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak

memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

6. Prof.Dr.Ir. Albiner Siagian,MSiselaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Ayahanda Ardi dan Ibunda Sumiarti yang telah memberikan motivasi serta dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik-adikku Rian Indra Aristi dan Riska Indra Aristi terima kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat sekaligus keluarga ku di Medan Ahmad Husein Hasibuan, Dony Hutapea, Yuni Messi, Eliani Sinaga dan Faisal azwinsyah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman peminatan kesehatan lingkungan Netty, Epirela, Yulisa, Juliana, Chatarina, Ratu dan Heny terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

(9)

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Januari 2015 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sehat ... 7

2.1.1. Defenisi Rumah Sehat ... 7

2.1.2. Kriteria Rumah Sehat ... 7

2.1.3. Syarat Rumah Sehat ... 10

2.1.4. Komponen Rumah ... 10

2.1.5. Penataan Ruang ... 12

2.1.6. Kepadatan Hunian Ruang Tidur ... 12

2.2. ISPA ... 13

2.2.1. Defenisi ISPA ... 13

2.2.2. Gejala ISPA ... 13

2.2.3. Klasifikasi Penyakit ISPA ... 14

2.2.4. Pencegahan Penyakit ISPA ... 14

2.3. Teori Simpul ... 15

2.3.1. Gambar Teori simpul ... 16

2.4. Karakteristik Individu ... 16

2.4.1. Umur ... 16

2.4.2. Pendidikan ... 16

2.4.3. Pekerjaan ... 17

2.4.4. Pendapatan ... 17

2.4.5. Kebiasaan Merokok ... 18

2.5. Pengetahuan ... 18

2.6. Sikap ... 20

(11)

2.8. Kerangka Konsep ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………... 23

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2. Waktu Penelitian ... 23

3.3. Populasi Dan Sampel ……….23

3.3.1. Populasi ... 23

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ………25

3.4.1. Data Primer ... 25

3.4.2. Data Sekunder ... 26

3.5. Defenisi Operasional ... 26

3.5.1. Variabel Independen (Variabel Bebas) ... 26

3.5.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) ... 27

3.6. Aspek Pengukuran Variabel ... 27

3.6.1. Variabel Independen ... 27

3.6.2. Variabel Dependen ... 30

3.7. Teknik Analisis Data ... 31

3.7.1. Analisis Univariat ... 31

3.7.2. Analisis Bivariat ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1. Kelurahan Teluk Makmur ... 32

4.2. Analisis Univariat ... 32

4.2.1. Karakteristik Kepala Keluarga ... 33

4.2.2.Pengetahuan Kepala Keluarga ... 35

4.2.3. Sikap Kepala Keluarga ... 37

4.2.4. Rumah Kepala Keluarga ... 39

4.2.5. Kepadatan Hunian Ruang Tidur ... 42

4.2.6. kejadian ISPA ... 43

4.3. Analisis Bivariat ... 44

4.3.1. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 44

4.3.2. Hubungan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 48

4.3.3. Hubungan Sikap Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 49

4.3.4. Hubungan Kondisi Rumah Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 50

4.3.5. Hubungan Kepadatan Hunian Dengan ISPA ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.2. Analisis Bivariat ... 52

5.2.1. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 52

5.2.2. Hubungan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan ISPA ... 56

(12)

5.2.4. Hubungan Rumah Sehat Dengan ISPA ... 58 5.2.5. Hubungan Kepadatan Hunian Dengan ISPA ... 59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 60 6.2. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kepala Keluarga Di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 .... 33 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Kepala Keluarga Di

Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Kepala Keluarga Di

Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... ....34 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Kepala Keluarga Di

Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Kepala Keluarga

Di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Kepala Keluarga Di

Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Kepala

Keluarga Di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 37 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Kepala Keluarga Di Kelurahan

Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014. ... ....37 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Kepala Keluarga Di

Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Kepala Keluarga Di

(14)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Skor Rumah Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepadatan Hunian Ruang Tidur

Kepala Keluarga Di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja

Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.14. Hasil Analisis Umur Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di Wilayah

Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.15. Hasil Analisis Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di

Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.16. Hasil Analisis Pekerjaan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah

Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.17. Hasil Analisis Penghasilan Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di

Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.18. Hasil Analisis Kebiasaan Merokok Kepala Keluarga Dengan Kejadian

ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.19. Hasil Analisis Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di

Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.20. Hasil Analisis Sikap Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di Wilayah

Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.21. Hasil Analisis Kondisi Rumah Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Master Data Penelitian Lampiran 3 : Out Put Penelitian

Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 5 :Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan

Penelitian dari Kantor Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

(18)

ABSTRAK

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit, salah satunya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

Jenis penelitian ini cross sectional. Jumlah sampel 71 KK diambil dengan cara simple random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi langsung. Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis menggunakan uji Chi Square dan uji fisher exact dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kepala keluarga terbanyak yaitu pada umur < 38 tahun sebanyak 41 orang (57,7%), pendidikan tinggi sebanyak 37 orang (52,1%), bekerja sebanyak 54 orang (76,1%), berpenghasilan < Rp. 1.700.000 sebanyak 40 orang (56,3%), merokok dalam rumah sebanyak 54 orang (76,1%), berpengetahuan kurang baik sebanyak 50 orang (70,4%), bersikap baik sebanyak 42 orang (59,2%), rumah yang tidak sehat sebanyak 45 rumah (63,4%), kepadatan hunian ruang tidur sebanyak 51 rumah (71,8%) dan yang menderita ISPA sebanyak 56 orang (78,9%). Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara merokok dalam rumah (p=0,001), pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,015), rumah yang tidak sehat (p=0,001), dan kepadatan hunian ruang tidur (p=0,004) dengan kejadian ISPA.

Disarankan kepada petugas kesehatan puskesmas Medang Kampai Kota Dumai untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan rumah sehat dan penanggulangan penyakit ISPA.

(19)

ABSTRACT

House is one of principal need of the human being in addition to food and cloth. Construction of house and it environment that did not based to the health requirement is a risk factor of thr transmission of any diseases one of them is acute upper respiratory track.

The objective of this research is to study factors related to the ISPA in urban village of Teluk Makmur sub-district of Medang Kampai, Dumai in 2014.

This research is cross sectional study. The number of sample is 71 households by simple random sampling. The data is collected by using questionnaire and direct observation. The univarian data is analyzed by descriptive study and bivariance data is analyzed by Chi Square test and Fisher Exact test with Confidential level 95%.

The research indicated that the proportion of head of householdis in the age < 38 years old for 41 person (57.7%), the high education for 37 persons (52.1%), have work for 54 person (76.1%), has income < IDR 1.700.000 for 40 persons (56.3%), smoking in home for 54 persons (76.1%), has a good knowledge for 50 persons (70.4%), has a good attitude for 42 persons (59.2%), unhealthy house of 45 units (63.4%), the destiny of bad room is 51 unit (71.8%) and patient with ISPA for 56 persons (78.9%). The results of bivarian indicated that there is significant correlation between smoking in house (p=0.001), knowledge (p=0.004), attitude (p=0.005),unhealthy house (p=0.001) and density of bedroom (p=0.004) with ISPA.

It is suggested to the health staff of puskesmas Medang Kampai Dumai to increase the health extension of a health house and treatment of ISPA.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-anak, orang tua dan orang sakit menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya (Depkes RI, 2002).

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik, kimia dan biologi di dalam rumah sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar

terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie, 1992).

(21)

tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan, dan kesehatan guna mendukung penghuninyaa agar dapat bekerja dengan produktif. Sementara rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan ( Arifin, 2009).

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan tuberkulosis yang erat kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan. Faktor-faktor resiko lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit maupun kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian ruang tidur, kelembaban ruang, kualitas udara ruangan, binatang penular penyakit, air bersih, limbah rumah tangga, sampah serta perilaku penghuni dalam rumah. Upaya pengendalian faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman dan melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat, telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan (Depkes RI, 2002).

(22)

pada tahun 2005 persentase rumah sehat sebesar 72% menurun ditahun 2007, tetapi mengalami kenaikan menjadi 70,57% ditahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,73% ditahun 2009 tetapi menurun lagi ditahun 2010 menjadi 71,3%. Sementara persentase rumah sehat di kota Dumai tahun 2011 sebesar 78,0%. Rumah yang tidak sehat merupakan salah satu faktor penyebab ISPA.

Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang 0,29% (151 juta jiwa) dan negara industri 0,05% (5 juta jiwa), (WHO, 2012). ISPA menempati urutan pertama penyakit yang diderita pada kelompok bayi dan balita di Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dengan morbiditas pneumonia pada bayi 2,2% dan pada balita 3%, sedangkan mortalitas pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%), (Riskesdas, 2013).

(23)

ruang tidur 75,0% sedangkan pada anak balita yang tinggal dirumah yang tidak padat penghuni ruang tidur 55,4% (Sirait, 2010). Penelitian Gulo (2008) proporsi anak balita terkena ISPA yang tinggal di rumah dengan kelembaban ruangan yang tidak baik sebesar 67,5% dan yang ventilasi yang tidak baik sebesar 60,5% (Gulo, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014 didapat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Teluk Makmur sampai bulan Agustus 2014 sebanyak 3009 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 721 Kepala Keluarga, sementara jumlah penderita ISPA di Puskesmas Medang Kampai dari bulan Januari sampai Agustus 2014 sebanyak 1.649 jiwa. Sementara dari hasil survey awal secara kasat mata masih banyak terlihat rumah yang kurang memenuhi standar rumah sehat. Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap kepala keluarga tentang kepemilikan rumah sehat terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

1.2Perumusan Masalah

(24)

wilayah kerja puskesmas Medang Kampai kelurahan Teluk Makmur kecamatan Medang Kampai kota Dumai tahun 2014.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kebiasaan merokok), pengetahuan dan sikap kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kebiasaan merokok), kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014.

b. Untuk mengetahui pengetahuan kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA di wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014.

c. Untuk mengetahui sikap kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014.

(25)

e. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi masyarakat Kelurahan Teluk Makmur untuk meningkatkan pengetahuan tentang rumah sehat.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sehat

2.1.1. Defenisi Rumah Sehat

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang, pangan dan kesehatan. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang sosial (Mukono, 2000).

Rumah sehat adalah rumah idaman. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi di dalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas (Syafrudin, Damayani & Delmaifanis, 2011).

Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan (Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999)

2.1.2. Kriteria Rumah Sehat

(27)

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap sbeberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain :

1. Sirkulasi udara yang baik. 2. Penerangan yang cukup. 3. Air bersih terpenuhi.

4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran. 5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak

(28)

Menurut Depkes RI (2002), parameter rumah yang dinilai yaitu:

1. komponenrumah, meliputi : langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendelaruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2. Sarana sanitasi, meliputi :

a. Sarana air bersih, yang perlu diperhatikan adalah :

jarak sumber air dengan sumber pengotoran minimal 10 meter, pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air yang dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur.

b. Sarana pembuangan kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air permukaan dan air tanah, jarak jamban > 10 meter dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air. Jamban yang sehat dapat dibuat dengan menggunakan leher angsa atau dilengkapi dengan tutup.

c. Sarana pembuangan air limbah tidak mencemari sumber air dengan jarak > 10 meter.

d. Sarana pembuangan sampah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah bocor dan kedap air, harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

(29)

2.1.3. Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

1. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti :

a. Debu total tidak lebih dari 150 µg m3.

b. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam c. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.

2. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2.1.4. Komponen Rumah

Menurut Syafrudin, Damayani & Delmaifanis (2011), Komponen rumah harus memiliki persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :

1. Lantai

Kedap air dan mudah dibersihkan, harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Ada berbagai jenis lantai rumah seperti dari semen atau ubin, keramik atau cukup tanah biasa yang di padatkan. Syarat yang penting adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

2. Dinding

a. Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.

(30)

3. Atap

Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. Atap genteng umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu menggunakan atap genteng, maka atap daun rumbia atau daun kelapa yang digunakan.

4. Ventilasi

Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya o2 didalam rumah yang berarti kadar co2 yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Luas ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Fungsi kedua adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen. Fungsi lainnya untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap didalam kelembaban yang optimum.

(31)

tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya yang masuk di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata ( Istiqomah, dkk, 2011)

2.1.5. Penataan Ruang

Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

2.1.6. Kepadatan Hunian Ruang Tidur

Berdasarkan KepMenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akanmempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA.

(32)

2.2. ISPA

2.2.1. Defenisi ISPA

Istilah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung, hingga ke alveoli beserta organ adneksanya (sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura) sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes RI,2003).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini berasal dari bahasa inggris yaitu Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Syafrudin, Damayani &Delmaifanis, 2011). 2.2.2. Gejala ISPA

(33)

akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis antara lain :

a. Batuk b. Bersin

c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung serta turun ke tenggorokan d. Demam derajat ringan

e. Malaise (tidak enak badan) (Elizabeth, 2009). 2.2.3. Klasifikasi Penyakit ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA menurut Widoyono (2008) Terdiri dari:

a. Bukan pneumonia, mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya common cold, faringitis, tonsilitis dan otitis.

b. Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas.

c. Pneumonia berat, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam.

2.2.4. Pencegahan Penyakit ISPA

Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan (healthpromotion) dan pencegahan khusus (specific protection) terhadap penyakit tertentu.

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan menurut Budiarto (2001) yaitu: a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan

(34)

meningkatkan faktor risiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok.

b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angka kesakitan (insiden) pneumonia.

c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi, defisiensi vitamin A. d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat lahir rendah.

e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.

2.3.Teori Simpul

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan kedalam suatu model atau paradigma. Paradigma tersebut menggambarkan suatu hubungan interaksi antara komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan manusia. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat menentukan pada titik mana atau simpul mana kita bisa melakukan pencegahan. Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan kependudukan dapat digambarkan dalam teori simpul (Ahmadi,2008).

Patogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan dapat diuraikan dalam 5 simpul yaitu:

- Simpul I yaitu sumber penyakit.

- Simpul II yaitu media tansmisi penyakit.

(35)

- Simpul IV yaitu kejadian penyakit

- Simpul V yaitu semua variabel yang memiliki pengaruh terhadap keempat simpul tersebut misalnya iklim, dll.

2.3.1. Teori Simpul Hubungan Rumah Sehat Terhadap ISPA

Gambar 2.1. Teori simpul 2.4. Karakteristik Individu 2.4.1. Umur

Dengan bertambahnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang akan makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

2.4.2. Pendidikan

Menurut Azwar (2007) pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan. Seperti diketahui bahwa

(36)

pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar, sekolah lanjut tingkat pertama, sekolah lanjut tingkat atas, dan tingkat akademik/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manuisa Indonesia jasmani dan rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupumn di luar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila (Hasibuan, 2005).

2.4.3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil (Depdikbud, 1998). Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan juga akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi karyawan pada pekerjaan tertentu (Notoatmodjo,2011).

2.4.4. Pendapatan

(37)

2.4.5. Kebiasaan Merokok

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Rokok adalah produk yang berbahaya dan adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena didalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya dan merupakan zat karsinogenik (Syafrudin, Damayani &Delmaifanis, 2011).

Jenis-jenis perokok menurut Syafrudin, Damayani &Delmaifanis, 2011: a. Perokok aktif

Perokok yang secara langsung menghisap asap rokok/pecandu rokok. Perokok ini lebih sering terlibat langsung dalam hal merokok.

b. Perokok pasif

Perokok yang secara tidak langsung menghisap asap rokok yang biasanya dikeluarkan oleh perokok aktif, perokok pasif mendapatkan bahaya jauh lebih besar besar daripada perokok aktif.

2.5. Pengetahuan

(38)

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memaahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, dia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat dia bekerja atau dimana saja.

d. Analisis (analysis)

(39)

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki, misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.6. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan, misalnya rasa senang atau rasa tidak senang, setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik dan sebagainya.

2.7. Peran Komunikasi Dalam Perilaku

(40)

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Dan selanjutnya perilaku masyarakat yang sehat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan masyarakat antara lain:

1. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lainbaik perorangan maupun kelompok.

2. Komunikasi Massa

(41)

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Karakteristik Kepala

Keluarga : 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Penghasilan 5. Kebiasaan

Merokok

Perilaku Kepala Keluarga :

1. Pengetahuan KK tentang Rumah Sehat 2. Sikap KK

tentang Rumah Sehat

ISPA

Rumah :

1. Sehat = skor 1.068-1.200 2. Tidak sehat =

skor <1.068

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis survai dengan menggunakan analitik dan desain crossectional yang melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen pada saat bersamaan yaitu hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap kepala keluarga tentang rumah sehat terhadap ISPA yang dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang dijawab oleh responden dan observasi menggunakan lembar observasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada rumah penduduk yang terdapat di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014 dengan pertimbangan merupakan Kelurahan yang paling tinggi kasus ISPA nya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 - Januari Tahun 2015. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(43)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan memakai rumus uji hipotesis satu proporsi suatu populasi (Sastroasmoro & Ismael,1995).

n=�z∝�PoQo+zβ�PaQa�

2

(Pa-Po)2

n=�1,96�0,25.0,75+0,842�0,40.0,60� 2 (0,15)2

n=1,5903 0,0225 n=70,68

n=71KK

Dimana : n = Besar sampel

zα = Tingkat kepercayaan = 95% = 1,96

�� = Nilai proporsi ISPA pada penelitian sebelumnya = 0,25 �� = Proporsi yang diharapkan = 0,40

��-�� = Selisih proporsi yang bermakna �� = 1-�0 = 1 - 0,25 = 0,75

�� = 1-�� =1 - 0, 40 = 0,60

(44)

terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala keluargayang tinggal di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai

2. Kepala keluarga yang bersedia diwawancarai

Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Penyebabnya antara lain :

1. Menolak menjadi responden/ subjek menolak berpartisipasi untuk diwawancarai 2. Kepala keluarga yang tidak tinggal di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan

Medang Kampai Kota Dumai

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling (Probability sampling), yaitu dengan Simple random sampling.

Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel, yaitu dengan cara teknik undian atau dengan menggunakan tabel bilangan. (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini peneliti menggunakan sistem undian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(45)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Kantor Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai untuk mengetahui jumlah kepala keluarga di Kelurahan Teluk Makmur.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

1. Umur yaitu umur responden saat di wawancara oleh peneliti.

2. Pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh responden dengan mendapatkan ijazah/ Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

3. Pekerjaan yaitu kegiatan rutin yang dilakukan responden yang menghasilkan pendapatan keluarga.

4. Pendapatan yaitu penghasilan keluarga setiap bulan dari hasil pekerjaan utama maupun tambahan (dalam Rupiah) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Kebiasaan merokok adalah perilaku merokok kepala keluarga maupun anggota keluarga yang merokok didalam rumah.

6. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden terhadap konsep rumah sehat, pentingnya rumah sehat, dan efek kesehatan bila tidak memanfaatkan rumah sehat. 7. Sikap adalah respon yang melibatkan faktor pendapat responden terhadap

pernyataan tentang rumah sehat.

8. Rumah adalah keadaan rumah responden saat diteliti berdasarkan formulir penilaian rumah sehat dari Depkes RI tahun 2002.

(46)

3.5.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring atau laring (batuk atau pilek disertai demam atau tidak) yang pernah diderita salah satu anggota keluarga selama 6 bulan terakhir.

3.6. Aspek Pengukuran Variabel 3.6.1. Variabel Independen

a. Umur

Untuk mengetahui umur responden dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Umur dikategorikan berdasarkan nilai median dari umur responden dikategorikan menjadi :

1. < 38 Tahun 2. ≥ 38 Tahun a. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pendidikan dapat dikelompokkan dalam kategori :

1. Rendah (SD dan SMP)

2. Tinggi (SMA, Akademi/ Perguruan Tinggi) b. Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pekerjaan dapat dikategorikan menjadi :

(47)

2. Tidak bekerja, jika tidak ada aktivitas rutin responden dalam mendapatkan penghasilan (Buruh).

c. Pendapatan

Untuk mengetahui pendapatan responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pendapatan dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Provinsi Riau Tahun 2014 menjadi :

1. Rendah : < Rp.1.700.000,- per bulan 2. Tinggi : ≥ Rp.1.700.000,- perbulan d. Kebiasaan merokok

Pemberian skor pada kebiasaan merokok yaitu :

Skor 1 : apabila kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga yang perokok merokok di dalam rumah

Skor 0 : apabila kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga yang perokok tidak merokok di dalam rumah

e. Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberikan skor 0-1.

Skor 1: jika responden menjawab pilihan yang benar Skor 0: jika responden menjawab salah atau tidak tahu Jawaban kuesioner yaitu :

(48)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh oleh responden maka pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut (Masri dan Effendi, 2008) :

1. Baik, apabila responden menjawab benar 10-15 pertanyaan. 2. Kurang baik, apabila responden menjawab benar 1-9 pertanyaan. f. Sikap

Sikap responden diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberikan skor 1-3. Pemberian skor dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Pada pernyataan positif (+), pemberian skor dengan cara : Skor 3 : apabila responden menjawab setuju

Skor 2 : apabila responden menjawab kurang setuju Skor 1 : apabila responden menjawab tidak setuju

b. Pada pernyataan negatif (-), pemberian skor dengan cara : Skor 3 : apabila responden menjawab tidak setuju

Skor 2 : apabila responden menjawab kurang setuju Skor 1 : apabila responden menjawab setuju

Jawaban kuesioner sikap yaitu :

Pernyataan positif terdapat pada nomor : 1, 4, 5, 7, 9, 11, 12, 15 Pernyataan negatif terdapat pada nomor : 2, 3, 6, 8, 10, 13, 14

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka sikap dapat dikategorikan sebagai berikut :

(49)

g. Rumah

Rumah responden diukur berdasarkan formulir rumah sehat dari Depkes RI (2002).

Skor 0 : apabila responden memiliki rumah tidak sehat dengan hasil penilaian rumah < 1.068

Skor 1 : apabila responden memiliki rumah sehat dengan hasil penilaian rumah =1.068-1200

Aspek yang diukur meliputi komponen rumah dengan jumlah bobot tertinggi 31, sarana sanitasi dengan jumlah bobot tertinggi 25, dan perilaku penghuni rumah dengan jumlah bobot tertinggi 44.

Cara menghitung hasil penilaian rumah : Nilai observasi rumah x Bobot h. Kepadatan hunian ruang tidur

Kepadatan hunian berdasarkan KepMenkes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Kepadatan hunian dikategorikan :

Skor 0 : padat Skor 1 :tidak padat 2.6.2. Varibel Dependen

Kejadian ISPA diukur sebagai berikut:

Skor 0 : apabila ditemukansalah satu dari anggota keluarga batuk atau pilek, disetai demam atau tidak dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.

(50)

3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel kemudian didistribusikan dalam tabel frekuensi.

3.7.2. Analisis Bivariat

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kelurahan Teluk Makmur

Kecamatan Medang Kampai merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kota Dumai dengan luas wilayah ±373 km. Kecamatan Medang Kampai terdapat 4 kelurahan yaitu Kelurahan Pelintung, Kelurahan Teluk Makmur, Kelurahan Guntung dan Kelurahan Mundam. Kecamatan Medang Kampai memiliki 1 Puskesmas dengan cakupan wilayah kerja 4 kelurahan tersebut dan 1 Pustu yang terletak di Kelurahan Guntung.Kelurahan Teluk Makmur merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai. Kelurahan Teluk Makmur memiliki luas wilayah ±65 km dengan jumlah penduduk 3009 jiwa. Adapun batas wilayah kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Rupat Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Bukit Kapur

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Guntung Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Mundam 4.2. Analisis Univariat

(52)

4.2.1.Umur Responden

Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Umur Jumlah Persentase

< 38 Tahun ≥ 38 Tahun

41 30

57,7 42,3

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut umur kepala keluarga di Kelurahan Teluk Makmur terbanyak umur< 38 tahun yaitu 41 orang (57,7%) dan terendah umur ≥ 38 tahun yaitu 30 orang (42,3%).

4.2.2. Pendidikan Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Pendidikan Jumlah Persentase

Rendah (SD,SMP) Tinggi (SMA, Akademi/P.Tinggi

34 37

47,9 52,1

Jumlah 71 100

(53)

4.2.3. Pekerjaan Responden

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Pekerjaan Jumlah Persentase

Bekerja Tidak Bekerja

54 17

76,1 23,9

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut pekerjaan di Kelurahan Teluk Makmur terbanyak adalah bekerja (yang mempunyai aktivitas rutin dalam memperoleh penghasilan seperti PNS, Pedagang, Wiraswasta, dll ) yaitu sebesar 54 orang (76,1%) dan yang sedikit adalah tidak bekerja ( yang tidak mempunyai aktivitas rutin dalam memperoleh penghasilan, seperti Buruh) yaitu 17 orang (23,9%).

4.2.4. Penghasilan Responden

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Pendapatan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Penghasilan Jumlah Persentase

Rendah < Rp. 1.700.000 40 56,3

Tinggi ≥Rp.1.700.000 31 43,7

Jumlah 71 100

(54)

4.2.5. Kebiasaan Merokok Responden

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Kebiasaan Merokok Jumlah Persentase Merokok dalam rumah

Tidak Merokok dalam rumah

54 17

76,1 23,9

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.5.dapat dilihat bahwa distribusi responden menurut kebiasaan merokok responden di Kelurahan Teluk Makmur terbanyak merokok didalam rumah yaitu 54 orang (76,1%) dan yang paling sedikit tidak merokok dalam rumah yaitu 17 orang (23,9%).

4.2.6. Pengetahuan Responden

Penilaian terhadap pengetahuan responden di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumaidilakukan berdasarkan perhitungan total skor pengetahuankepala keluarga. Pengetahuan responden diKelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6.Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

No Pertanyaan Benar Salah

n % n %

1 Pengertian rumah sehat 71 100 0 0

2 Langit-langit yang termasuk dalam

rumah sehat 57 80,3 14 19,7

3 Dinding dalam rumah rumah sehat 55 77,5 16 22,5

(55)

Lanjutan Tabel 4.6

5 Luas ventilasi dalam rumah sehat 17 23,9 54 76,1

6 Fungsi ventilasi rumah 34 47,9 37 52,1

7 Luas lubang asap dapur dalam rumah

sehat 15 21,1 56 78,9

8 Pencahayaan pada rumah sehat 48 67,6 23 32,4

9 Dampak bila rumah tidak mendapat

cahaya matahari 16 22,5 55 77,5

10 Dampak bila jumlah pnghuni tidak

sesuai luas ruangan 43 60,6 26 39,4 11 Apa yang diketahui tentang ISPA 36 50,7 35 49,3

12 Tanda dan gejala ISPA 46 64,8 25 35,2

13 Bahaya merokok bagi kesehatan 70 98,6 1 1,4

14 Yang dimaksud perokok pasif 46 64,8 25 35,2

15 Melarang anggota rumah merokok di

dalam rumah cara pencegahan ISPA 71 100 0 0

(56)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Kategori Pengetahuan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Pengetahuan Jumlah Persentase

Kurang baik 50 70,4

Baik 21 29,6

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pengetahuan kepala keluarga di KelurahanTeluk makmur tebanyak berpengetahuan kurang baik yaitu 50 orang (70,4%) dan sedikit berpengetahuan baik yaitu 21 orang (29,6%).

4.2.7. Sikap responden

Penilaian terhadapsikap responden di Kelurahan Teluk Makmurdilakukan berdasarkan perhitungan total skor sikapkepala keluarga.Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Kepala Keluarga di KelurahanTeluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

No Pernyataan

Setuju Kurang Setuju

Tidak Setuju

n % n % N %

1 Rumah sehat adalah rumah

idaman 59 83,1 9 12,7 3 4,2 2 Rumah sehat perlu mencakup

bangunan kokoh, bersih 17 23,9 28 39,4 26 33,6

3 Membuka jendela kamar dan ruang keluarga perlu setiap hari supaya udara tetap segar

30 42,3 28 39,4 13 18,3

4 Luas ventilasi alamiah minimal

10% luas lantai 31 43,7 31 43,7 9 12,7 5 Kurang cahaya matahari didalam

ruangan merupakan faktor resiko ISPA

(57)

6 Terlalu banyak jumlah penghuni

menyebabkan kurang oksigen 25 35,2 27 38,0 19 26,8 7 Tidak merokok dalam rumah

merupakan salah satu cara agar udara diruang tetap segar

44 62,0 15 21,1 12 16,9

8 Rumah sehat harus mendapat

cahaya matahari 33 46,5 16 22,5 22 31,0 9 Ruangan harus ditata sebagai

ruang tamu, keluarga, makan, tidur, bermain anak, dan kamar mandi (+)

40 56,3 14 19,7 17 23,9

10 Lantai yang berdebu menjadi masalah seriuskarna merupakan sarang penyakit

35 49,3 22 31,0 14 19,7

11 Menutup mulut saat bersin dan batuk cara pencegahan penularan ISPA

37 52,1 21 29,6 13 18,3

12 Langit-langit dalam rumah harus

bersih 32 45,1 22 31,0 17 23,9 13 Penggunaan anti nyamuk dapat

menurunkan kualitas udara ruangan

24 33,8 25 35,2 22 31,0

14 Makin banyak jumlah asap rokok terhisap di dalam rumah merupakan faktor resiko ISPA

33 46,5 15 21,1 23 32,4

15 Perokok pasif mendapat bahaya lebih besar daripada perokok aktif

31 43,7 22 31,0 18 25,4

(58)

Penilaian terhadap sikap responden di Kelurahan Teluk Makmurdilakukan berdasarkan perhitungan total skor sikap kepala keluarga. Berdasarkan perhitungan jumlah skor variabel sikap responden maka dapat dikategorikan baik dan kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Sikap Responden Jumlah Persentase

Kurang baik 29 40,8

Baik 42 59,2

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.9. diketahui bahwa distribusi responden menurut sikap kepala keluarga di Kelurahan Teluk Makmur yang bersikap baik yaitu 42 orang (59,2%) dan kurang baik yaitu 29 orang (40,8%).

4.2.8. Rumah

Penilaian terhadap rumah responden di Kelurahan Teluk Makmurdilakukan dengan menggunakan formulir rumah sehat dari depkes RI (2002) meliputi komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni rumah. Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Responden di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

No. Komponen Rumah Jumlah %

1. Langit-Langit :

1. Tidak ada 9 12,7

2. Ada, kotor, sulit dibersihkan, rawan kecelakaan 14 19,7

3. Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan 48 67,6

2. Dinding :

(59)

Lanjutan Tabel 4.10

3. Diplester/keramik 71 100

4. Jendela kamar tidur

1. Tidak ada 2 2,8

2. Ada 69 97,2

5. Jendela ruang keluarga

1. Tidak ada 0 0

8. Pencahayaan

1. Tidak dapat digunakan untuk membaca 0 0

2. Kurang terang, kurang jelas untuk membaca 6 8,5

No Sarana Sanitasi Jumlah %

1. Sarana air bersih :

1. Tidak ada 0 0

2. Ada, bukan milik sendiri, tidak memenuhi syarat 19 26,8 3. Ada, milik sendiri, tidak memenuhi syarat 46 64,8

4. Ada, milik sendiri, memenuhi syarat 6 8,5

5. Jamban :

3. Ada, dialirkan keselokan terbuka 51 71,8

4. Ada, diserap, > 10m 8 11,3

7. Sarana pembuangan sampah :

1. Tidak ada 56 78,9

(60)

No Perilaku Penghuni Jumlah % 1. Membuka jendela kamar tidur :

1. Tidak pernah 2 2,8

2. Kadang terbuka 38 53,8

3. Terbuka setiap hari 31 43,7

2. Membuka jendela ruang keluarga :

1. Tidak pernah 21 29,6

2. Kadang-kadang terbuka 40 56,3

3. Terbuka setiap hari 10 14,1

3. Membersihkan rumah dan halaman :

1. Kadang-kadang 1 1,4

2. Setiap hari 70 98,6

3. Membuang tinja bayi ke jamban

1. Dibuang sembarangan 2 2,8

2. Kadang ke jamban 17 23,9

3. Dibuang ke jamban 52 73,2

4. Membuang sampah ke tempat sampah

1. Dibuang sembarangan 0 0

2. Kadang-kadang 0 0

3. Setiap hari dibuang 71 100

(61)

Mayoritas responden tidak memiliki sarana pembuangan tempat sampah (78,9%). Berdasarkan perilaku penghuni, mayoritas responden kadang-kadang membuka jendela kamar tidur (53,5%). Mayoritas responden kadang-kadang membuka jendela ruang keluarga (56,3%). Mayoritas responden membersihkan rumah dan halaman setiap hari (98,6%). Mayoritas responden membuang tinja bayi ke jamban (73,2%), dan semua responden setiap hari membuang sampah ke tempat sampah (100%).

Berdasarkan perhitungan jumlah skor rumah responden maka dapat dikategorikan sehat apabila skor ≥ 1066 dan tidak sehat apabila memperoleh skor < 1066. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Rumah Responden di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

Rumah Jumlah Persentase

Sehat 26 36,6

Tidak sehat 45 63,4

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.11. dapat diketahui bahwa sebagian besar kondisi rumah responden yaitu tidak sehat sebanyak 45 rumah (63,4%) dan rumah sehat sebanyak 26 rumah (36,6%).

4.2.9. Kepadatan Hunian Ruang Tidur

(62)

dapat dikategorikan menjadi padat dan tidak padat. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepadatan Hunian di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014.

Kepadatan Hunian Jumlah Persentase

Padat 51 71,8

Tidak padat 20 28,2

Jumlah 71 100

Berdasarkan Tabel 4.12. diperoleh bahwa distribusi responden menurut kepadatan hunian di Kelurahan Teluk Makmur, terbanyak padat penghuni yaitu 51 rumah (71,8%) dan tidak padat penghuni yaitu 20 rumah (28,2%).

4.2.10.Kejadian ISPA

Kejadian ISPA diukur apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang terkena ISPA (batuk atau pilek disertai demam atau tidak) selama 6 bulan terakhir. ISPA dikategorikan mejadi ISPA dan Tidak ISPA. Hasil Penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Kejadian ISPA Jumlah Persentase

ISPA 56 78,9

Tidak ISPA 15 21,1

Jumlah 71 100

(63)

Tabel 4.14. Jumlah Anggota Keluarga Yang Pernah Menderita ISPA Pada Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

ISPA Jumlah Persentase

Anak-Anak 67 70,5

Dewasa 28 29,5

Jumlah 95 100

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada 56 rumah terdapat 95 anggota keluarga yang pernah menderita ISPA paling banyak terjadi pada anak-anak yaitu 67 orang (70,5%) dan paling sedikit terjadi pada orang dewasa yaitu 28 orang (29,5%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisa Bivariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan kejadian ISPA. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat ini adalah Chi-squareapabila tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji fisher exactdengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p. Untuk nilai p< 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti.

4.3.1. Hubungan Umur Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

(64)

Tabel 4.15. Hasil Analisis Umur Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Umur

Berdasarkan Tabel 4.15. dapat dilihat bahwa dari 71 orang responden dengan umur < 38 tahun yang pernah menderita ISPA sebanyak 32 orang (78,0%) dan yang tidak menderita ISPA sebanyak 9 orang (22,0%). Responden dengan umur responden ≥ 38 tahun yang pernah menderita ISPA sebanyak 24 orang (80,0%) dan yang tidak

menderita ISPA sebanyak 6 orang (20,0%). Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p = 0,842 (p>0,05),artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian ISPA.

4.3.2. Hubungan Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Hubungan pendidikan responden dengan kejadian ISPA pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.16. berikut ini.

Tabel 4.16. Hasil Analisis pendidikan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

(65)

Berdasarkan Tabel 4.16. dapat dilihat bahwa dari 71 orang responden yang berpendidikan rendah (SD,SMP) yang pernah menderita ISPA 28 orang (82,4%) dan yang tidak pernah menderita ISPA sebanyak 6 orang (17,6%). Responden dengan pendidikan tinggi (SMA, Akademi/Perguruan Tinggi) yang pernah menderita ISPA sebanyak 28 orang (75,7%) dan yang tidak pernah menderita ISPA sebanyak 9 orang (24,3%).Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperolehp = 0,491 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian ISPA.

4.3.3. Hubungan Pekerjaan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Hubungan pekerjaan responden dengan kejadian ISPA pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.17. berikut ini.

Tabel 4.17. Hasil Analisis pekerjaan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Pekerjaan

ISPA

p

RP (95% CI)

Ya Tidak

n % n %

Bekerja 42 77,8 12 22,2 1,000 0,944

Tidak Bekerja 14 82,4 3 17,6 (0,727-1,228)

(66)

exactdiperolehp = 1,000, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian ISPA.

4.3.4. Hubungan Penghasilan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Hubungan penghasilan responden dengan kejadian ISPA pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.18. berikut ini.

Tabel 4.18. Hasil Analisis Penghasilan Responden Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kampai Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai Tahun 2014

Penghasilan

ISPA

p

PR (95% CI)

Ya Tidak

n % n %

< Rp.1.700.000 33 82,5 7 17,5 0,395 1,112

≥ Rp.1.700.000 23 74,2 8 25,8 (0,864-1,431)

Berdasarkan Tabel 4.18. dapat dilihat bahwa dari 71 orang responden dengan penghasilan < Rp. 1.700.000 yang pernah menderita ISPA sebanyak 33 orang (82,5%) dan yang tidak pernah menderita ISPA sebanyak 7 orang (17,5%). Responden dengan penghasilan≥ Rp. 1.700.000 yang pernah menderita ISPA sebanyak 23 orang (74,2%) dan yang tidak menderita ISPA sebanyak 8 orang (25,8%).Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperolehp = 0,395 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara penghasilan dengan kejadian ISPA.

Gambar

Gambar 2.1. Teori simpul
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tabel 4.2.  Distribusi Responden Menurut Pendidikan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai  Tahun 2014
Tabel 4.6.Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Kepala Keluarga di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai  Kota Dumai Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun penelitian berjudul “ Prevalensi Kandidiasis

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat dan Karunia- Nya, penulis dapat menyelesaikan skr ipsi yang berjudul “ Sikap Masyarakat Terhadap Black

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan kondisi

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat- Nya dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Menurut Bapak/Ibu, berapa luas lubang asap dapur yang terdapat pada rumah sehatb. Tidak ada lubang