• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pembinaan Dan Pengawasan Sekolah Serta Pengetahuan Dan Sikap Pengelola Kantin Dengan Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri Di Kota Binjai Tahun 2013"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN

KOTA BINJAI

A. IDENTITAS INFORMAN

Nama :……….

Alamat :………

Usia :……….Tahun

Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir :………

Unit Kerja :………

Masa kerja di tempat kerja :……….Tahun

Jabatan :………...

B. Pertanyaan Pembinaan

1. Apakah sekolah pernah melakukan penyuluhan hygiene dan sanitasi kepada pengelola kantin dalam mengolah makanan?

A. Pernah (2) B. Tidak (0)

2. Adakah petugas atau guru yang ditunjuk secara rutin mengadakan penyuluhan kepada pengelola kantin ?

A. Ada (2) B. Tidak (0)

3. Pernahkah Kepala sekolah/guru memberikan informasi tentang bagaimana

seharusnya mengelola kantin dan mengolah makanan yang bersih pada saat mengunjungi kantin?

▸ Baca selengkapnya: proposal kantin sehat sekolah

(2)

4. Adakah petugas puskesmas yang secara rutin memberikan penyuluhan tentang kantin sehat di sekolah ?

A. Ada, yaitu 6 bulan sekali (2) B. Tidak (0)

5. Apakah yang seharusnya sekolah lakukan untuk mencegah terjadinya kasus terjadinya penyakit akibat makan makanan kantin sekolah?

A. Memberikan penyuluhan kepada pengelola kantin tentang bagaimana mengolah makanan yang bersih dan sehat (2)

B. Akan memberikan sanksi kepada pengelola kantin (0) C. Pertanyaan Pengawasan

1. Apakah pengelola kantin meminta izin kepada pihak sekolah sebelum berjualan

di kantin ?

A. Ya, Kepada Kepala Sekolah (2)

B. Tidak, langsung berjualan (0) 2. Dalam bentuk apakah izin diberikan?

A. Surat izin dari pihak sekolah dengan ketentuan (2)

B.Hanya secara lisan izin berjualan (0) Jika tidak, mengapa ?

A. Bukan tanggung jawab sekolah (0)

B. Tidak ada aturan tentang hal tersebut di sekolah (0)

3. Apakah kepala sekolah melarang murid untuk jajan diluar sekolah selain kantin?

A. Ya (2) B. Tidak(0)

4. Apakah pihak sekolah rutin memeriksa kebersihan kantin di sekolah?

(3)

5. Pernahkah pihak dari Dinas Kesehatan atau Puskesmas melakukan inspeksi ke lingkungan sekolah khususnya kantin?

(4)

LEMBAR KUESIONER

UNTUK PENGELOLA KANTIN SDN KOTA BINJAI

A. IDENTITAS INFORMAN

Nama :……….

Alamat :………

Usia :……….Tahun

Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir :………

Lama mengelola kantin :………….Tahun

B.PERTANYAAN PENGETAHUAN

Lingkarkan pada jawaban yang menurut anda BENAR.

1). Menurut anda, apakah yang di maksud dengansanitasi makanan?

A. Upaya untuk mengendalikan faktor makanan orang, tempat serta perlengkapan kualitas makanan dari gangguan kesehatan (2)

B. Upaya untuk memelihara kelezatan makanan sehingga di sukai oleh konsumen(1) C. Tidak tahu (0)

2). Menurut anda, apakah manfaat dapur yang terpelihara dengan bersih? A. Agar enak dipandang (1)

B. Dapat mencegah pengotoran dari serangga dan kuman pada makanan atau

(5)

3).Menurut anda, tempat pembuangan sampah bagaimanakah yang seharusnya terdapat di kantin?

A. Tong yang tertutup dengan dilapisi kantung plastic (2) B. Keranjang dari bambu (1)

C. Tidak tahu (0)

4). Menurut anda bahan yang bagaimanakah yang seharusnya dibeli untuk diolah?

A. Murah,(1)

B. Segar dan dalam kondisi baik (2) C. Tidak tahu (0)

5). Menurut anda, bagaimanakah seharusnya penyimpanan bahan yang belum diolah?

A. Diletakkan dalam lemari/rak khusus yang tertutup (2) B. Diletakkan diatas meja dan dibungkus plastic (1) C. Tidak tahu(0)

6) Menurut anda, apakah yang dimaksud dengan hygiene?

A. Upaya kesehatan yang dilakukan oleh perorangan atau manusia dengan tujuan

mencegah terjadinya penyakit (2)

B. Upaya kebersihan lingkungan seperti menyapu halaman dan membuang sampah pada tempatnya.(1)

(6)

7) Menurut anda, apakah manfaat mencuci tangan dengan sabun dan menutup rambut sebelum memegang makanan?

A. Agar kelihatan bersih (1)

B. Agar makanan tidak tercemar.(2) C. Tidak tahu.(0)

8) Menurut anda, bolehkah pada saat terkena penyakit seperti influenza, TBC dan penyakit kulit tetap mengolah dan berjualan makanan?

A. Boleh (1) B. Tidak boleh (2)

9) Berdasarkan soal nomor 8, jika jawaban anda “boleh” apa alasan anda? A. Tidak ada pengaruh terhadap makanan (1)

B. Sudah kebiasaan (1)

C. Tidak tahu(0)

Berdasarkan soal nomor 8, jika jawaban anda “tidak boleh” apa alasan anda? A. Dapat mencemari makanan dan menularkan penyakit tersebut pada orang lain (2)

B. Tidak nyaman saat berjualan (1) C. Tidak tahu(0)

10) Menurut anda, bolehkah penjual makanan menggaruk tubuh atau hidung saat menangani makanan/minuman?

A. Boleh (1)

(7)

11) Berdasarkan soal nomor 10, jika jawaban anda ‘boleh’, apakah alasan anda?

A. Tidak ada pengaruh terhadap makanan (1) B. Sudah terbiasa (1)

C. Tidak tahu (0)

Berdasarkan soal nomor 10, jika jawaban anda ‘tidak boleh’, apakah alasan anda?

A. Karena dapat mencemari makanan (2) B. Karena kurang sopan (1)

C. Tidak tahu (0)

12) Menurut anda, bolehkah pengolah makanan memiliki kuku yang panjang dan kotor?

A. Boleh (1) B. Tidak boleh (2)

13) Berdasarkan soal nomor 12, jika jawaban anda ‘boleh’, apakah alasan anda?

A. Tidak ada pengaruh terhadap makanan (1)

B. Sudah terbiasa (1) C. Tidak tahu (0)

Berdasarkan soal nomor 12, jika jawaban anda ‘tidak boleh’, apakah alasan anda?

(8)

14) Menurut anda, bolehkah makanan yang telah diolah dibiarkan terbuka? A. Boleh (1)

B. Tidak boleh (2)

15).Berdasarkan soal nomor 14, jika jawaban anda ‘boleh’, apakah alasan anda?

A. Tidak ada pengaruh terhadap makanan (1) B. Kebiasaan lupa menutupnya(1)

C. Tidak tahu (0)

Berdasarkan soal nomor 8, jika jawaban anda ‘tidak boleh’, apakah alasan anda?

A. Karena dapat mencemari makanan (2) B. agar tetap dalam kondisi panas(1)

C. Tidak tahu (0)

16) Menurut anda, perlukah menggunakan penjepit makanan atau alas tangan pada saat mengambil makanan?

A. Ya, perlu( 2) B. Tidak (1)

17) Berdasarkan soal nomor 16, jika jawaban anda ‘perlu’, apakah alasan anda?

A. Agar makanan tidak tercemar (2)

(9)

Berdasarkan soal nomor 16, jika jawaban anda ‘tidak ’, apakah alasan anda? A. Agar cepat menyajikan makanan (1)

B. Tidak ada pengaruh pada makanan(1) C. Tidak tahu(0)

18) Menurut anda, apakah gejala umum yang sering muncul pada orang yang terkena penyakit yang disebarkan lewat makanan ?

A. Batuk dan pilek (1)

B. Muntaber (2) C. Tidak tahu(0)

19)Menurut anda, apakah yang harus dilakukan pada makanan yang sudah berjamur?

A. Makanan dibuang (2)

B. Bagian yang terkena jamur saja yang perlu dibuang (1) C. Tidak tahu(0)

20) Menurut anda, bagaimanakah seharusnya penanganan sampah makanan dari kantin?

A. Sampah yang kering dibuang ke tong sampah dan sisa makanan basah tidak

dicampur( untuk makanan ternak) (2)

(10)

C. PERTANYAAN UNTUK SIKAP 1. Dapur harus selalu dalam kondisi bersih

A. Setuju (3) B. Kurang setuju (2) C. Tidak Setuju (1) 2. Sebelum dan sesudah berjualan harus membersihkan kantin

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

3. Tempat sampah harus disediakan dan terbuat dari bahan yang kuat serta tertutup A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

4 .Bahan makanan yang dibeli dalam kondisi baik dan tidak busuk. A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju 5. Penyimpanan bahan makanan harus di lemari atau rak tertutup

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju 6. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan kering

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

7. Tangan harus dicuci dengan menggunakan sabun sebelum mengolah makanan A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

8. Saat mengolah makanan, harus memakai tutup kepala dan clemek A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

9. Saat mengolah makanan, tidak boleh menggaruk hidung atau kepala A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

10. Saat mengolah makanan tidak boleh memiliki kuku tangan yang panjang dan

kotor. A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

11. Saat mengolah makanan menutup hidung dengan sapu tangan jika bersih atau

(11)

12. Makanan yang sudah diolah tidak boleh dibiarkan terbuka A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

13. Makanan yang diolah harus diletakkan di rak/lemari yang tertutup A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju 14.Meja, kursi harus dalam keadaan bersih

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

15. Pada saat mengambil makanan harus menggunakan penjepit atau alas tangan

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju 16. Makanan yang sudah berjamur harus dibuang

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

17. Sampah makanan yang kering tidak boleh dicampur dengan sisa makanan yang basah. A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

18. Pengolah makanan harus diberikan penyuluhan tentang hygiene sanitasi makanan A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

19. Pengolah makanan tidak boleh berjualan/mengolah makanan saat terkena

penyakit seperti Influensa (pilek), TBC dan penyakit kulit.

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

20. Selain untuk memperoleh keuntungan, menyajikan makanan yang bersih dan sehat untuk anak-anak sekolah adalah hal yang penting

A. Setuju B. Kurang setuju C. Tidak Setuju

D. Observasi

(12)

Lampiran 2. LEMBAR OBSERVASI

SANITASI KANTIN SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA BINJAI

KOMPONEN PENILAIAN PENILAIAN

1. Lokasi & bangunan Lokasi :

a. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap,bau dan cemaran lainnya. Bangunan

a. Terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur. b. Kokoh/kuat.

c. permanen. d. Rapat serangga e. Rapat tikus Pembagian Ruangan

a. Terdiri dari dapur dan ruang makanan. b. Ada toilet/jamban

c. Ada gudang bahan makanan Keadaan Bangunan

Lantai

a. Bersih b. Kedap air c. Tidak licin d. Rata

e. Kering f. Konus

Dinding a. Kedap air

(13)

b. Rata c. Bersih d. dicat Ventilasi

a. Tersedia dan berfungsi baik b. Menghilangkan bau tak enak Pencahayaan/penerangan

a. Tersebar merata di setiap ruangan b. Tidak menyilaukan

Atap

a. Tidak menjadi sarang tikus dan serangga b. Tidak bocor

c. Cukup landai Langit-langit

a. Tinggi minimal 2,4 meter b. Rata dan bersih

c. Tidak terdapat lubang-lubang Pintu

a. Rapat serangga dan tikus

b. Menutup dengan baik dan membuka arah luar

c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan 2. Fasilitas sanitasi

Air bersih

a. Jumlah mencukupi

b. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna Pembuangan air limbah

a. Air limbah mengalir dengan lancar. b. Saluran tertutup

(14)

d. Bak tertutup

e. dialirkan langsung ke parit Bak air

a. Ada, bersih

b. Ada, kotor/ sedikit berlumut c. tidak ada jentik

Tempat sampah

a. Sampah diangkut tiap 24 jam

b. Dibuat dari bahan kedap air dan mempunyai tutup c. Terpisah antara sampah basah dan sampah kering Tempat cuci tangan

a. Tersedia air cuci tangan b. Tersedia sabun

Tempat mencuci peralatan

a. Tersedia air yang cukup memadai b. memakai bak/ tidak dengan air mengalir Tempat pencuci bahan makanan

a. Tersedia air pencuci yang cukup b. Tersedia tempat tirisan

Peralatan pencegah masuknya serangga dan tikus

a. Setiap lubang ventilasi dipasang kawat kassa serangga. b. Persilangan pipa dan dinding tertutup rapat.

c. Tempat tandon air mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk

3. Dapur, ruang makan dan gudang bahan makanan Dapur

a. Bersih

(15)

d. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan

Ruang makan

a. Perlengkapan ruang makan selalu bersih. 4. Prinsip sanitasi makanan

Pemilihan bahan makanan

a. Memilih kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan baik b. Memilih bahan yang terdaftar tidak kadaluarsa

c. Mencuci bahan sebelum diolah Penyimpanan bahan makanan

a. Mempunyai wadah /tempat penyimpanan b. tertutup

c. bersih

d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO)

e. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm 2) Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm 3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm Pengolahan makanan

a. Tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benar dan cara kerja yang bersih.

b. Pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus. c. Menggunakan peralatan dengan benar.

Penyimpanan makanan

(16)

b. Cara penyimpanan tertutup. Pengangkutan makanan

a. Diangkut dalam keadaan tertutup atau terbungkus b. Menggunakan wadah yang bersih.

Penyajian makanan dan penanganan sisa

a. Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60 oC

b. Pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih.

c. Cara membawa dan menyajikan makanan dengan tertutup. d. Penyajian makanan harus pada tempat yang bersih.

e. Sampah dipisah untuk sampah kering dan basah

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,A. 1995. Pengantar Kesehatan Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. ECG. Jakarta.

Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Ketiga. Widya Medika. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1098/Menkes/SK/VII/2003.Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009. Tentang Kesehatan.

________.1992. Petunjuk Teknis Sanitasi Pemberantasan Lalat. Direktorat Jendral PPM dan PL. Jakarta.

________. 2002. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

Drake,T.L and Roe, W.H.1994. School Bussines Management. McGraw-Hill Education. New York

Cornelia dan Nuryani, E. 2012. Katalog BPS. Binjai Dalam Aneka. Binjai.

Marriott, N.G. 1997. Essentials Of Foof Sanitation. FST. USA.

Marriott, N.G. and Gravani, R.B.2006. Principles Of Food Sanitation. Fifth Edition. Food Science Text Series. USA.

(18)

Moertjipto, 1994. Makanan: Wujud, Variasi, dan Fungsinya. Penerbit Depdikbud. Yogyakarta.

Mukono, H. J. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Airlangga University Press. Surabaya.

Mulia, R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta.

Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta

Putri, V.B. 2009. Sarana dan Prasarana Kantin Sehat.Seafast Center IPB. Dari: http://kulinologi.biz/index1.php. Diakses Tanggal 12 Juli 2013.

Ristiana, S. 2009. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2009. Skripsi FKM USU.Medan.

Rumondang, P. 2008. Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN-DBD) di Kecamatan Helvetia Tahun 2007. Tesis FKM USU. Medan.

Sumantri, A. 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Kencana. Jakarta.

World Health Organization (WHO), 2006. Penyakit Bawaan Makanan Fokus

(19)

Widyastuti, P. 2005. Penyakit Bawaan Makanan. ECG.Jakarta.

Wikipedia.2008. Defenisi Kantin. http://wikipedia-kantin.com// Februari 2013.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional. Yaitu dengan mengobservasi gambaran sanitasi kantin sekolah dasar negeri

di kota Binjai tahun 2013 dan menganalisa hubungan dari faktor-faktor yang berhubungan dengan sanitasi kantin.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri di kota Binjai, yang telah

ditentukan pada pengambilan sampel. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September - Oktober 2013. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kantin Sekolah Dasar Negeri yang ada di kota Binjai. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Binjai terdapat 129

Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai yaitu yang terletak di masing-masing kecamatan. Binjai Selatan sebanyak 30 SDN, Binjai Kota sebanyak 18 SDN, Binjai Timur sebanyak 25 SDN, Binjai Utara sebanyak 37 SDN dan Binjai Barat sebanyak

(21)

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus lemeslow :

n =

2 1−∝ 2

� � (1−�)�

�2(�−1)+ 21−∝ 2

� �(1−�)

N = Besar populasi =129

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

p = Proporsi populasi (0,5) d = Galat pendugaan (0,1)

n = 1.96

2.0,5 (10,5).129

0,12 (1291)+ 1,962 .,5 (10,5)

= 123,8916

2,2404

= 55,29

= 56 SDN

Terdiri dari : Binjai Selatan =30

129 x 56 = 13 SDN

Binjai Kota = 18

129 x 56 = 8 SDN

Binjai Timur = 25

129 x 56 = 11 SDN

Binjai Utara = 37

129 x 56 = 16 SDN

Binjai Barat = 19

(22)

Pengambilan sampel di setiap kecamatan dilakukan secara systematic random sampling dengan membuat interval, pengambilan sampel pertama akan dilakukan

secara acak dari daftar nama SDN. Sampel selanjutnya diambil pada jarak interval yang ditentukan.

Interval yang diperoleh yaitu : �

� =

129

56 = 2,3 = 2

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh peneliti dari hasil pengamatan terhadap sanitasi kantin Sekolah Dasar Negeri serta dari hasil lembar kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Dinas Kesehatan Kota Binjai, Dinas Pendidikan Kota Binjai dan BPS Kota Binjai serta literatur

kepustakaan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Sanitasi kantin adalah keadaaan kantin yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan sanitasi rumah makan dan

berdasarkan Kepmenkes RI No.1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah sebagai usaha menciptakan

(23)

2. Pembinaan sekolah adalah usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah ataupun guru berupa penyuluhan kepala pengelola kantin tentang hygiene sanitasi dalam

mengolah makanan di kantin.

3. Pengawasan sekolah adalah usaha yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab yaitu kepala sekolah serta guru untuk mengawasi kantin sekolah.

4. Pengetahuan pengelola tentang sanitasi adalah pengetahuan pengelola makanan tentang sanitasi tempat pengolahan makanan dan sanitasi dalam mengolah

makanan.

5. Sikap pengelola makanan adalah reaksi dan respon pengelola makanan sebagai aplikasi dari pengetahuannya.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Pembinaan Sekolah

Pembinaan sekolah diukur melalui kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan Jawaban Ya dan Tidak. Jika jawaban responden Ya, diberi skor = 3, sehingga total maksimal adalah 15. Kuesioner ini ditujukan kepada kepala sekolah atau guru.

Hasil ukur terhadap pengawasan sekolah :

1. Pembinaan baik, jika responden mendapat ≥ 75% dari skor maksimum

yaitu responden memperoleh total skor ≥ 11

(24)

3.6.2. Pengawasan Sekolah

Pengawasan sekolah diukur melalui kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan jawaban Ya dan Tidak. Jika jawaban responden Ya, diberi skor = 3, sehingga total maksimal adalah 15. Kuesioner ini ditujukan kepada kepala sekolah atau guru.

Hasil ukur terhadap pengawasan sekolah :

1. Pengawasan baik, jika responden mendapat ≥ 75% dari skor maksimum yaitu responden memperoleh total skor ≥ 11

2. Pengawasan kurang baik, jika responden mendapat < 75% dari skor maksimum yaitu responden memperoleh total skor < 11

3.6.3. Pengetahuan Pengelola Kantin

Pengetahuan diukur melalui kuesioner yaitu untuk pengelola kantin yang terdiri dari 20 pertanyaan. Jika jawaban responden benar akan diberi skor = 2 , jika

jawaban responden salah akan diberi skor = 1 dan jika jawaban responden tidak tahu akan diberi skor = 0.

Hasil ukur tingkat pengetahuan dalam Pratomo (1990):

1. Pengetahuan baik, jika responden mendapat 75%-100% dari skor maksimum yaitu responden memperoleh total skor = 30-40

2. Pengetahuan sedang, jika responden mendapat 40%-74% dari skor maksimum yaitu responden memperoleh total skor = 16-29

3. Pengetahuan kurang, jika responden mendapat 0%-39% dari skor maksimum

(25)

3.6.4. Sikap Pengelola Kantin

Sikap diukur melalui kuesioner untuk pengelola kantin yang terdiri dari 20

pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban mengikut skala Lickert yang sudah dimodifikasi (Notoatmodjo, 2005). Jika jawaban responden setuju akan diberi skor = 3,

jika jawaban responden kurang setuju akan diberi skor = 2 dan jika jawaban

responden tidak setuju akan diberi skor = 1.

Hasil ukur sikap responden dalam Pratomo (1990):

1. Sikap responden baik, jika responden mendapat 75%-100% dari skor maksimum yaitu responden memperoleh total skor = 45-60

2. Sikap responden sedang, jika responden mendapat 40%-74% dari skor

maksimum yaitu responden memperoleh total skor = 24-44

3. Sikap responden kurang, jika responden mendapat 0%-39% dari skor

maksimum yaitu responden memperoleh total skor = 0-23 3.6.5 Penilaian terhadap Sanitasi Kantin

Penilaian dengan menggunakan tabel checklist yaitu berdasarkan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan sanitasi rumah makan dan restoran yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 79 komponen kemudian, akan

dihitung dengan rumus :

jawaban Ya

Banyak komponen x 100 %

Memenuhi syarat, jika skor ≥ 80 %

(26)

3.7. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan akan diolah dengan cara : 1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dengan melihat kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.

2. Koding

Yaitu menyederhanakan semua jawaban dengan simbol-simbol tertentu.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel menurut karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Cleaning

Yaitu pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau

tidak saat memasukkan data ke komputer. 3.8. Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen (pengawasan dan pembinaan sekolah serta pengetahuan dan sikap pengelola kantin ) dengan dependen (sanitasi kantin) menggunakan Uji Chi-Square

(27)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi

Kota Binjai dalam perkembangannya merupakan salah satu daerah tingkat II di Provinsi Sumatera Utara yang telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayah.

Menurut PP No.10 tahun 1986 wilayah kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23 km2 dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa

dan 19 kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, jumlah desa menjadi 17 dan kelurahan sebanyak 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 140-1395/SK/1993 tanggal 3 Juni 1993

tentang pembentukan 6 desa persiapan dan 1 kelurahan persiapan di Kota Binjai. Secara geografis Kota Binjai berada pada 3o 31’40” – 3o 40’22” lintang utara

dan 98o 27’3 – 98o 32’32”bujur timur dan terletak 28 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2 di kelilingi oleh Kabupaten Deli Serdang dengan batas area :

- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Binjai kabupaten Langkat dan kecamatan Hamparan Perak kabupaten Deli Serdang.

- Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sunggal kabupaten Deli serdang. - Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sei Bingei kabupaten Langkat

dan kecamatan kutalimbaru kabupaten Deli Serdang.

(28)

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Kota Binjai pada tahun 2011 berjumlah 248.456 jiwa yang

terdiri dari 124.173 laki-laki dan 124.283 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.754 jiwa/km2 dan rata-rata 4,32 jiwa per rumah tangga. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara sebanyak 71.051 jiwa sedangkan jumlah

penduduk paling kecil terdapat di Kecamatan Binjai Kota yaitu sebanyak 30.473 jiwa dan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Binjai sebesar 0,93 % per-tahun.

( BPS Kota Binjai tahun 2012) 4.1.3. Data Kesehatan

Daftar sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kota

Binjai pada tahun 2010 adalah :

Tabel 4.1. Daftar sepuluh penyakit terbanyak di kota Binjai pada tahun 2010 Jenis Penyakit %

ISPA 31,77

Penyakit Infeksi usus 14,56

Gastritis 12,75

Hypertensi 9,86

Tonsilitis 9,10

Penyakit Kulit Alergi 5,61

Diare 4,56

Reumatik 4,33

Penyakit Mata 3,94

Kecelakaan dan Ruda Paksa 3,51

(Profil Dinas kesehatan kota Binjai tahun 2010)

Penyakit diare adalah penyakit yang banyak menyerang anak-anak terutama balita. Tahun 2010 diperkirakan kasus diare mecapai 10.412 kasus, dan dari kasus

(29)

4.1.4. Sarana Kesehatan

Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kota Binjai, terdapat 9 Rumah sakit

umum di Kota Binjai yaitu terdapat 3 Rumah sakit umum di Binjai Kota, 3 Rumah sakit umum di Binjai Utara, 2 Rumah sakit umum di Binjai Selatan dan 1 Rumah sakit umum di Binjai timur. Selain itu terdapat 8 puskesmas di Kota Binjai dengan 18

Puskesmas Pembantu yang tersebar di semua kecamatan.

(BPS Kota Binjai tahun 2012)

4.1.5. Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Binjai, Sekolah Negeri di Kota Binjai berjumlah 129 SD Negeri yang tersebar di lima kecamatan :

Tabel.4.2. Data Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai Kecamatan Jumlah

Sekolah

Jumlah Lokal Jumlah Guru Jumlah Murid

Binjai Selatan 30 215 321 3.873

Binjai Kota 18 130 265 3.720

Binjai Timur 25 135 305 3.516

Binjai Utara 37 250 498 5.376

Binjai Barat 19 150 261 3.342

Jumlah 129 880 1.650 19.327

Sampel yang diambil dalam penelitian adalah 56 SD Negeri, yang terdiri dari

13 SD Negeri dari Binjai Selatan, 8 SD Negeri dari Binjai Kota, 11 SD Negeri dari Binjai Timur, 16 SD Negeri dari Binjai Utara dan 8 SD Negeri dari Binjai Barat.

4.2. Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah atau guru dan pengelola kantin. Kuesioner dibagi menjadi dua yaitu untuk Pengawasan dan

(30)

tentang Pengetahuan dan Sikap akan diberikan kepada Pengelola Kantin. Karakteristik dari Kepala Sekolah atau guru adalah dapat dilihat pada tabel

[image:30.612.109.532.206.479.2]

4.3.berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Responden (Kepala Sekolah atau Guru) Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Bekerja di SDN Kota Binjai

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 8 14,3

Perempuan 48 85,7

Total 56 100,0

Umur

25-40 Tahun 7 12,5

41-55 Tahun 41 73,2

> 55 Tahun 8 14,3

Total 56 100,0

Tingkat Pendidikan

Diploma 5 8,9

Sarjana 51 91,1

Total 56 100,0

Lama bekerja di Sekolah

< 5 Tahun 24 42,9

5-10 Tahun 5 8,9

> 10 Tahun 27 48,2

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.3, Kepala Sekolah atau guru yang menjadi responden pada penelitian ini yang terbanyak adalah perempuan yaitu 48 orang (85,7%) sedangkan laki-laki hanya 8 orang (14,3%).

Berdasarkan tabel diatas juga, responden yang terbanyak adalah berumur sekitar 41-55 tahun yaitu 41 orang (73,2%). Tingkat pendidikan dari Responden

(31)

responden berdasarkan tabel 4.4, terbanyak adalah sudah bekerja lebih dari 10 tahun yaitu terdiri dari 27 orang (48,2%).

[image:31.612.109.533.262.576.2]

Responden selanjutnya adalah pengelola kantin yang menetap berjualan di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai. Karakteristik dari responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden (Pengelola Kantin) Berdasarkan Jenis

Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Mengelola Kantin di SDN Kota Binjai

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%) Jenis Kelamin

Laki-laki 4 7,1

Perempuan 52 92,9

Total 56 100,0

Umur

< 20 Tahun 3 5,4

20-40 Tahun 27 48,2

>40 26 46,4

Total 56 100,0

Tingkat Pendidikan

SD 14 25,0

SMP 16 28,6

SMA 21 37,5

Diploma 2 3,6

Sarjana 3 5,4

Total 56 100,0

Lama Mengelola Kantin

< 5 Tahun 18 32,1

5-10 Tahun 23 41,1

> 10 Tahun 15 26,8

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. pengelola kantin yang menjadi responden dalam

(32)

Berdasarkan tabel 4.4. pengelola kantin yang berumur 20-40 tahun ada sebanyak 27 orang (48,2%) dan yang berumur lebih dari 40 tahun sebanyak 26 orang

(46,4%). Selain itu terdapat juga pengelola kantin yang berumur di bawah 20 tahun yaitu sebanyak 3 orang (5,4%).

Tingkat pendidikan pengelola kantin terbanyak berdasarkan tabel 4.4. adalah

tamat SMA yaitu 21 orang (37,5%) dan terdapat juga pengelola kantin dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana yaitu sebanyak 3 orang (5,4%). Selain itu terdapat juga

pengelola kantin yang hanya tamat SD yaitu sebanyak 14 orang (25,0%).

Berdasarkan tabel 4.4. pengelola kantin yang menjadi responden sebagian besar sudah mengelola kantin selama 5-10 tahun yaitu 23 orang (41,1%).

4.3. Analisa Univariat

4.3.1. Pembinaan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin

Pembinaan sekolah yang dinilai adalah usaha yang dilakukan sekolah berupa penyuluhan kepala pengelola kantin tentang hygiene sanitasi dalam mengolah makanan di kantin atau upaya pihak sekolah memberikan informasi secara langsung

(33)
[image:33.612.120.499.134.670.2]

Pembinaan yang dilakukan sekolah dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pembinaan yang dilakukan terhadap Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Pertanyaan n %

1. Apakah sekolah pernah melakukan penyuluhan hygiene dan sanitasi kepada pengelola kantin dalam mengolah makanan? A. Pernah B. Tidak 34 22 60,7 39,3

Total 56 100,0

2. Adakah petugas atau guru yang ditunjuk secara rutin mengadakan penyuluhan kepada pengelola kantin ?

A. Ada B. Tidak 26 30 46,4 53,6

Total 56 100,0

3. Pernahkah Kepala sekolah/guru memberikan informasi tentang bagaimana seharusnya mengelola kantin dan mengolah makanan yang bersih pada saat mengunjungi kantin? A. Pernah dan rutin dilakukan

B. Tidak

49 7

87,5 12,5

Total 56 100,0

4. Adakah petugas puskesmas yang secara rutin memberikan penyuluhan tentang kantin sehat di sekolah ?

A. Ada, yaitu 6 bulan sekali B. Tidak

20 36

35,7 64,3

Total 56 100,0

5. Apakah yang seharusnya sekolah lakukan untuk mencegah terjadinya kasus terjadinya penyakit akibat makan makanan kantin sekolah?

A. Memberikan penyuluhan kepada pengelola kantin tentang bagaimana mengolah makanan yang bersih dan sehat

B. Akan memberikan sanksi kepada pengelola kantin

56

0

100,0

0,0

(34)

Berdasarkan tabel 4.5.dapat dlihat bahwa dari 56 Sekolah Dasar Negeri, 34 Sekolah (60,7%) sudah pernah melakukan penyuluhan tentang higiene sanitasi

kepada pengelola kantin. 30 Sekolah Dasar Negeri (53,6%) belum memiliki guru atau petugas yang secara rutin mengadakan penyuluhan kepada pengelola kantin.

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 49 Sekolah Dasar Negeri (87,5%) yang

sudah memberikan informasi tentang bagaimana seharusnya mengelola kantin dan mengolah makanan yang bersih pada saat mengunjungi kantin. Berdasarkan tabel

juga diketahui bahwa pada 36 Sekolah Dasar Negeri (64,3%) belum secara rutin melakukan penyuluhan tentang kantin sehat oleh pihak puskesmas.

Secara umum, pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah ataupun guru sudah

mengetahui pentingnya pembinaan yang dilakukan untuk pengelola kantin yaitu berdasarkan jawaban responden dari 56 Sekolah Dasar Negeri terdapat 56 SDN

(100%) akan melakukan penyuluhan kepada pengelola kantin sebagai usaha pencegahan terjadinya penyakit yang dapat terjadi akibat makanan.

Pembinaan yang dilakukan kemudian akan dinilai selanjutnya dikategorikan

[image:34.612.106.533.556.613.2]

yang dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.Pembinaan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Pembinaan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 26 46,4

Kurang Baik 30 53,6

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.6. penilaian untuk pembinaan yang dilakukan oleh pihak

(35)

4.3.2. Pengawasan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin

Pengawasan sekolah yang dinilai yaitu berdasarkan upaya yang dilakukan

oleh pihak sekolah berupa pemberian izin pada pengelola kantin yang akan berjualan di Sekolah Dasar Negeri, Selain itu pemeriksaan kebersihan secara rutin baik pada saat pengelola berjualan maupun saat pengelola kantin selesai berjualan.

Pengawasan yang seharusnya dilakukan bukan hanya pada pengelola kantin tetapi pada murid-murid SD untuk tidak jajan atau makan makanan yang berasal dari

penjual makanan diluar sekolah. Untuk itu pengawasan juga seharusnya tidak hanya dilakukan oleh pihak sekolah tetapi bekerja sama dengan Dinas Kesehatan sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pengawasan tempat-tempat pengolahan

makanan yaitu termasuk kantin sekolah.

[image:35.612.119.518.419.702.2]

Pengawasan selanjutnya dinilai yang dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan yang Dilakukan terhadap Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Pertanyaan n %

1. Apakah pengelola kantin meminta izin kepada pihak sekolah sebelum berjualan di kantin ? A. Ya, Kepada Kepala Sekolah

B. Tidak, langsung berjualan

49 7 87,5 12,5

Jumlah 56 100,0

2. - Dalam bentuk apakah izin diberikan? A. Surat izin dari pihak sekolah dengan ketentuan

B.Hanya secara lisan izin berjualan

- Tidak, karena bukan tanggung jawab sekolah - Tidak ada aturan tentang hal tersebut di sekolah

13 36 3 4 23,2 64,3 5,4 7,1

Jumlah 56 100,0

3. Apakah kepala sekolah melarang murid untuk jajan diluar sekolah selain kantin?

A. Ya B. Tidak 53 3 94,6 5,4

(36)

Lanjutan Tabel 4.7. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pengawasan yang Dilakukan terhadap Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

4. Apakah pihak sekolah rutin memeriksa kebersihan kantin di sekolah?

A. Ya, Setiap hari B. Tidak

20 36

35,7 64,3

Jumlah 56 100,0

5. Pernahkah pihak dari Dinas Kesehatan atau Puskesmas melakukan inspeksi ke lingkungan sekolah khususnya kantin?

A. Pernah dan dilakukan secara rutin B. Tidak

43 13

76,8 23,2

Jumlah 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu berupa izin berjualan tetapi hanya 13 sekolah (23,2%) yang memberi surat atau

peraturan untuk dilaksanakan oleh pengelola kantin sedangkan 36 sekolah (64,3%) hanya diberi izin secara lisan. Selain itu, terdapat 36 sekolah (64,3%) yang belum secara rutin memeriksa kebersihan kantinnya.

[image:36.612.125.518.97.281.2]

Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari kepala sekolah yang kemudian akan dinilai berdasarkan kategori baik dan kurang baik dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8. Pengawasan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Pengawasan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 25 44,6

Kurang Baik 31 55,4

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah dapat dikategorikan kurang baik yaitu berdasarkan jawaban dari 31 responden (55,4%). 4.3.3. Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi Kantin

(37)

berhubungan dengan hygiene sanitasi serta pengetahuan pengelola kantin mengenai prinsip dalam mengolah makanan.

[image:37.612.121.571.219.575.2]

Untuk penilaian pengetahuan pengelola kantin, dapat diketahui berdasarkan jawaban yang diberikan oleh pengelola kantin yang dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Tentang Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah Tidak tahu

n % n % n %

1 Pengertian sanitasi makanan 2 3,6 0 0,0 54 96,4

2 Manfaat dapur bersih 19 33,9 33 58,9 4 7,2

3 Bagaimana tong/tempat sampah yang benar 33 58,9 23 41,1 0 0,0 4 Bagaimana bahan makanan yang seharusnya

dibeli

54 96,4 0 0,0 2 3,6

5 Penyimpanan bahan sebelum diolah 16 28,6 37 66,1 3 5,3

6 Pengertian hygiene 8 14,3 3 5,3 45 80,4

7 Manfaat cuci tangan dengan sabun dan menutup rambut sebelum mengolah makanan

54 96,4 0 0,0 2 3,6

8 Tindakan berjualan saat sakit (flu, TBC,Penyakit kulit)

55 98,2 1 1,8 0 0,0 9 Tindakan menggaruk anggota tubuh atau

hidung pada saat mengolah makanan

50 89,3 6 10,7 0 0,0

10 Tindakan memiliki kuku panjang saat mengolah makanan

56 100 0 0,0 0 0,0

11 Tindakan membuka makanan setelah diolah 55 98,2 1 1,8 0 0,0 12 Tindakan perlu memakai penjepit makanan

atau alas tangan

53 94,6 3 5,4 0 0,0 13 Gejala umum pada orang yang terkena penyakit

yang disebarkan lewat makanan

34 60,7 1 1,8 21 37,5

14 Tindakan pada makanan yang sudah berjamur 50 89,3 5 8,9 1 1,8 15 Penanganan sampah makanan dari kantin 40 71,4 15 26,8 1 1,8

Berdasarkan tabel 4.9. terdapat 54 responden (96,4%) tidak mengetahui pengertian dari sanitasi dan 45 responden (80,4%) tidak mengetahui pengertian

(38)

pertanyaan manfaat cuci tangan dengan sabun dan menutup rambut sebelum mengolah makanan, 54 responden (98,2%) mengetahui tindakan tidak boleh berjualan

saat sakit (flu, TBC,Penyakit kulit), 56 responden (100%) mnengetahui tindakan tidak boleh memiliki kuku panjang saat mengolah makanan, 55 responden (98,2%) mengetahui tindakan tidak boleh membuka makanan setelah diolah dan terdapat 53

responden (94,6%) mengetahui tindakan perlu memakai penjepit makanan atau alas tangan saat mengambil makanan, selanjutnya terdapat 89,3% yaitu 50 responden juga

sudah mengetahui tindakan pada makanan yang sudah berjamur yaitu dengan membuangnya.

Berdasarkan tabel 4.9 juga terdapat beberapa alasan untuk pertanyaan yang

[image:38.612.96.581.417.699.2]

berhubungan dengan pengetahuan pengelola kantin yang dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan dari Pertanyaan

Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Pertanyaan dan Alasan Alasan Benar Alasan Tidak Benar

n % n %

1. Tindakan tidak boleh berjualan saat sakit (flu, TBC,Penyakit kulit)

A.Dapat mencemari makanan dan menularkan penyakit tersebut pada orang lain

B.Tidak nyaman saat berjualan C.Tidak tahu

50 89,3 6 10,7

2. Tindakan tidak boleh menggaruk tubuh atau hidung saat menangani makanan/minuman A. Karena dapat mencemari makanan B. Karena kurang sopan

C. Tidak tahu

50 89,3 6 10,7

3. Tindakan tidak boleh memiliki kuku tangan yang panjang dan kotor saat mengolah makanan

A.Karena dapat mencemari makanan dari kotoran kuku

B.Karena terlihat kurang bersih C.Tidak tahu

(39)

Lanjutan Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan dari Pertanyaan Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai 4. Tidak boleh membiarkan makanan yang telah

diolah dibiarkan terbuka

A. Karena dapat mencemari makanan B. agar tetap dalam kondisi panas C. Tidak tahu

54 96,4 2 3,5

5. Perlunya memakai penjepit makanan atau alas tangan pada saat mengambil makanan

A. Agar makanan tidak tercemar B. Agar tangan selalu bersih C. Tidak tahu

53 94,6 3 5,4

Berdasarkan tabel 4.10. dapat diketahui bahwa pengelola kantin sudah mengetahui alasan yang benar mengenai tindakan yang tidak boleh atau yang harus dilakukan pada saat mengolah makanan. Yaitu terdapat > 80% yang memilih alasan

dapat mencemari makanan apabila melakukan tindakan seperti menggaruk hidung saat mengolah makanan, memiliki kuku tangan yang panjang dan kotor, membiarkan

makanan yang telah diolah terbuka serta tidak memakai penjepit makanan atau alas tangan saat mengambil makanan.

Setelah mengetahui gambaran pengetahuan dari pengelola kantin, kemudian

[image:39.612.109.535.580.656.2]

pengetahuan pengelola kantin akan dikategorikan menjadi baik, sedang dan kurang baik yang dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi Kantin di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 30 53,6

Sedang 25 44,6

Kurang 1 1,8

(40)

Berdasarkan tabel 4.11. Pengetahuan responden lebih banyak pada kategori baik yaitu berjumlah 30 orang (53,6%), dan responden dengan pengetahuan kurang

yaitu hanya 1 orang (1,8%). 4.3.4. Sikap Pengelola Kantin

Sikap yang dinilai yaitu berhubungan dengan pengetahuan pengelola kantin

yang seharusnya dapat dilaksanakan pada saat mengolah makanan.

Sikap pengelola kantin dapat dilihat berdasarkan jawaban kuesioner pada

[image:40.612.108.577.337.683.2]

tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pengelola Kantin terhadap Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Pertanyaan

Sikap Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju

n % n % n %

1 Dapur harus selalu dalam kondisi bersih 56 100,0 0 0,0 0 0,0 2 Sebelum dan sesudah berjualan harus

membersihkan kantin

53 94,6 3 3,4 0 0,0

3 Tempat sampah harus disediakan dan terbuat dari bahan yang kuat serta tertutup

23 41,1 33 58,9 0 0,0 4 Bahan makanan yang dibeli dalam kondisi baik

dan tidak busuk

51 91,1 5 8,9 0 0,0

5 Penyimpanan bahan makanan harus di lemari atau rak tertutup

14 25,0 40 71,4 2 3,6 6 Peralatan bahan makanan harus dalam keadaan

kering

33 58,9 23 41.1 0 0,0 7 Tangan harus dicuci dengan sabun sebelum

mengolah makanan

30 53,6 26 46,4 0 0,0

8 Saat mengolah makanan harus memakai tutup kepala dan clemek

25 44,6 0 0,0 31 55,4 9 Saat mengolah makanan, tidak bolah

menggaruk hidung atau kepala

32 57,1 0 0,0 24 42,8

10 Saat mengolah makanan tidak boleh memiliki kuku tangan yang panjang dan kotor

56 100,0 0,0 0,0 0 0,0 11 Saat mengolah makanan menutup hidung

dengan sapu tangan jika bersin atau batuk

(41)

Lanjutan Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pengelola Kantin terhadap Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di

Kota Binjai

12 Makanan yang sudah diolah tidak boleh dibiarkan terbuka

30 53,6 16 28,6 10 17,8

13 Makanan yang diolah harus diletakkan di rak/lemari yang tertutup

25 44,6 6 10,8 25 44,6 14 Meja,kursi harus dalam keadaan bersih 56 100 0 0,0 0 0,0 15 Pada saat mengambil makanan harus

menggunakan penjepit atau alas tangan

18 32,1 10 17,8 28 50,0 16 Makanan yang sudah berjamur harus di buang 52 92,9 4 7,1 0 0,0 17 Sampah makanan yang kering tidak boleh

dicampur dengan sisa makanan yang basah

51 91,1 5 8,9 0 0,0 18 Pengolah makanan harus diberikan penyuluhan

tentang hygiene sanitasi makanan

56 100 0 0,0 0 0,0

19 Pengolah makanan tidak boleh

berjualan/mengolah makanan saat terkena penyakit seperti influenza (pilek), TBC dan Penyakit kulit

26 46,4 30 53,6 0 0,0

20 Selain untuk memperoleh keuntungan, menyajikan makanan yang bersih dan sehat untuk anak sekolah adalah hal yang penting

56 100 0 0,0 0 0,0

Berdasarkan tabel 4.12. Sikap pengelola kantin yang terbanyak yaitu semua

responden (100%) Setuju untuk berperilaku bersih dan sehat seperti selalu menjaga kebersihan dapur, setuju untuk meja dan kursi harus dalam kondisi bersih, tidak

memiliki kuku tangan yang panjang dan kotor. Selain itu terdapat 53 responden (94,6%) setuju untuk membersihkan kantin sebelum dan sesudah berjualan, 51 responden (91,1%) setuju untuk membeli bahan dalam kondisi baik dan tidak busuk,

52 responden (92,9%) setuju yang berjamur harus dibuang dan terdapat 51 responden (91,1%) setuju untuk memisahkan sampah kering dan sampah basah. Akan tetapi

terdapat 28 responden (50%) yang tidak setuju untuk memakai penjepit makanan atau alas tangan saat mengambil makanan.

(42)
[image:42.612.106.535.112.186.2]

Tabel 4.13. Sikap Pengelola Kantin terhadap Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Sikap Frekuensi (n) Persentasi (%)

Baik 33 58,9

Sedang 23 41,1

Kurang 0 0,0

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.13. Sikap responden terhadap Sanitasi Kantin lebih banyak berada pada kategori baik yaitu sebanyak 33 orang (58,9%) dan sikap dengan

kategori kurang tidak ada (0,0%). 4.3.5. Sanitasi Kantin

Sanitasi kantin dinilai dengan menggunakan tabel checklist yaitu berdasarkan

Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan sanitasi rumah makan dan restoran yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 79 komponen yaitu penilaian untuk lokasi dan bangunan kantin, fasilitas sanitasi, keadaan dapur, ruang

makan dan gudang bahan makanan serta tindakan pengelola kantin dalam menjalankan 6 prinsip sanitasi makanan.

Sanitasi kantin memenuhi syarat jika jawaban dari tiap komponen dengan kategori Ya ≥ 80% dan sanitasi kantin tidak memenuhi syarat jika < 80%.

Tabel 4.14. Sanitasi Kantin Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

Sanitasi Kantin Frekuensi (n) Persentasi (%)

Memenuhi Syarat 24 42,9

Tidak Memenuhi Syarat 32 57,1

Total 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.14, Kantin yang berada di 56 Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai terdapat 24 kantin yang memenuhi syarat (42,9%) dan yang tidak

(43)

Penilaian pada kantin yang tidak memenuhi syarat dapat dilihat pada beberapa komponen dalam sanitasi kantin yang belum sesuai dengan aturan Kepmenkes RI

[image:43.612.113.551.253.688.2]

No.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan sanitasi rumah makan dan restoran. Yaitu berdasarkan hasil observasi untuk beberapa komponen yang belum memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Distribusi Hasil Observasi Sanitasi Kantin yang Belum Memenuhi Syarat di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai

No Komponen

Penilaian "Tidak " (Belum Memenuhi Syarat)

n %

1. Bangunan

a. Kokoh/kuat 20 62,5

b. Permanen 20 62,5

c. Rapat Serangga 30 93,8

d. Rapat Tikus 30 93,8

2. Pembagian Ruangan

a. Terdiri dari dapur dan Ruang Makanan 14 43,8

b. Ada toilet/jamban 30 93,8

c. Ada gudang bahan makanan 30 93,8

3. Dinding

a. Kedap air 27 84,4

b. Rata 27 84,4

c. Bersih 27 84,4

d. dicat 27 84,4

4. Atap

a. Tidak menjadi sarang tikus dan serangga 13 40,6

b. Tidak bocor 13 40,6

c. Cukup Landai 13 40,6

5. Langit-langit

a. Tinggi minimal 2,4 meter 16 50,0

b. Rata dan bersih 26 81,3

c. Tidak terdapat lubang-lubang 26 81,5

6. Pintu

a. Rapat Serangga dan Tikus 29 90,6

b. Menutup dengan baik dan membuka arah luar

29 90,6

c. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan

(44)

Lanjutan Tabel 4.15. Distribusi Hasil Observasi Sanitasi Kantin yang Belum Memenuhi Syarat di Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai 7. Pembuangan air limbah

a. Saluran tertutup 17 53,1

b. Terdapat bak penampung 22 68,8

c. Bak tertutup 23 71,9

8. Tempat Sampah

a. Terpisah antara sampah basah dan kering 22 68,8 9. Tempat cuci tangan

a. Tersedia air cuci tangan 32 100,0

b. Tersedia sabun 32 100,0

10. Dapur

a. Bersih 25 78,1

b. Ada fasilitas penyimpanan makanan (kulkas)

27 84,4

c. Ukuran dapur cukup memadai 26 81,3

d. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene bagi penjamah/karyawan

32 100,0

11. Penyimpanan bahan makanan

a. Mempunyai wadah /tempat penyimpanan 27 84,4

b. tertutup 27 84,4

c. bersih 27 84,4

d. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO)

27 84,4

e. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit.

27 84,4

12. Pengolahan makanan

a. Pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus

27 84,4

13. Penyimpanan makanan

a. Suhu dan waktu penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan jadi.

24 75,0

b. Cara penyimpanan tertutup. 15 46,9

14 Pengangkutan makanan

a. Diangkut dalam keadaan tertutup atau terbungkus

17 53,1

15. Penyajian makanan dan penanganan sisa

a. Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60 oC

15 46,9

b. Cara membawa dan menyajikan makanan dengan tertutup.

19 59,4

(45)

Berdasarkan tabel 4.15. Kantin yang belum memenuhi syarat yaitu 32 kantin yang terbanyak adalah bangunan tidak rapat serangga dan tikus yaitu 30 kantin

(93,8%) dan masih terdapat banyak celah yang memungkinkan menjadi tempat keluar masuknya serangga dan tikus. Kemudian dari 32 kantin yang belum memenuhi syarat terdapat 30 kantin (93,8%) belum memiliki toilet yang terpisah dari sekolah.

Selain itu terdapat juga dari 32 kantin tersebut 27 kantin (84,4%) tidak memiliki dinding atau hanya menempel pada dinding sekolah dan 29 kantin (90,6%)

juga belum memiliki pintu yang memenuhi syarat. Dari 32 kantin yang tidak memenuhi syarat tidak terdapat satu kantin pun yang memiliki poster atau pesan-pesan higiene sanitasi yang tertempel di dinding kantin.

Pada saat pengolahan makanan, terdapat 27 kantin (84,4%) yang pengelolanya tidak memakai alat penjepit makanan atau alas tangan saat mengambil makanan.

Selain itu, sekitar 38 kantin (82,6%) juga belum memiliki tempat penyimpanan bahan makanan.

4.4. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel

independen yang terdiri dari pembinaan dan pengawasan sekolah serta pengetahuan dan sikap pengelola kantin dengan variabel dependen yaitu Sanitasi Kantin. Uji

(46)

4.4.1. Hubungan antara Pembinaan dan Pengawasan Sekolah serta Pengetahuan dan Sikap Pengelola Kantin dengan Sanitasi Kantin

[image:46.612.107.523.183.284.2]

Hasil uji statistik dari variabel independen yang mempengaruhi sanitasi kantin sebagai variabel dependen.

Tabel 4.16.Hubungan antara Pembinaan Sekolah dengan Sanitasi Kantin

Pembinaan Kategori Sanitasi Kantin Total p

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

0,000

n % n % n

Baik 23 95,8 3 9,4 26

Kurang Baik 1 4,2 29 90,6 30

Total 24 100,0 32 100,0 56

Berdasarkan tabel 4.16. diketahui bahwa dari 26 sekolah dengan Pembinaan

baik terdapat 23 kantin (95,8%) yang memenuhi syarat dan 3 kantin (9,4%) yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 30 sekolah dengan Pembinaan kurang baik terdapat 1 kantin (4,2%) yang memenuhi syarat dan terdapat 29 kantin (90,6%) yang

tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan tabel di atas hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai p = 0,000 < α (= 0,05) yang berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan secara

signifikan antara Pembinaan Sekolah dengan Sanitasi Kantin.

Tabel 4.17. Hubungan antara Pengawasan Sekolah dengan Sanitasi Kantin Pengawasan Kategori Sanitasi Kantin

Total p Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

0,000

n % n % n

Baik 23 95,8 2 6,3 25

Kurang Baik 1 4,2 30 93,7 31

Total 24 100,0 32 100,0 56

(47)

baik terdapat 1 kantin (4,2%) yang memenuhi syarat dan terdapat 30 kantin (93,7%) yang tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square menunjukkan nilai p < α yang berarti ada hubungan yang signifikan antara Pengawasan Sekolah dengan Sanitasi Kantin.

Tabel 4.18. Hubungan antara Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi dengan Sanitasi Kantin

Pengetahua n

Kategori Sanitasi Kantin

Total

p Memenuhi

Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

0,000

n % n % n

Baik 23 95,8 7 21,9 30

Sedang 1 4,2 24 75,0 25

Kurang 0 0,0 1 3,1 1

Total 24 100,0 32 100,0 56

Berdasarkan tabel 4.18. diketahui bahwa dari 30 responden (Pengelola

Kantin) dengan Pengetahuan baik terdapat 23 kantin (95,8%) yang memenuhi syarat dan 7 kantin (21,9%) yang tidak memenuhi syarat. Dari 25 responden dengan penilaian Pengetahuan sedang terdapat 1 kantin (4,2%) yang memenuhi syarat dan

terdapat 24 kantin (75,0%) yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk 1 responden dengan penilaian pengetahuan kurang tidak terdapat kantin yang

memenuhi syarat dan 1 kantin (3,1%) tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan fisher exact menunjukkan nilai p < α yang berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan

(48)
[image:48.612.106.523.89.188.2]

Tabel 4.19. Hubungan antara Sikap Pengelola Kantin dengan Sanitasi Kantin Sikap Kategori Sanitasi Kantin

Total p Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

0,000

n % n % n

Baik 22 91,7 11 34,4 33

Sedang 2 8,3 21 65,6 23

Total 24 100,0 32 100,0 56

Berdasarkan tabel 4.19. diketahui bahwa dari 33 responden yaitu pengelola

kantin dengan penilaian Sikap baik terdapat 22 kantin (91,7%) yang memenuhi syarat dan 11 kantin (34,4%). Dari 23 responden dengan penilaian Sikap sedang terdapat 2 kantin (8,3%) yang memenuhi syarat dan 21 kantin (65,6%) tidak memenuhi syarat.

Sedangkan untuk responden dengan penilaian pengetahuan kurang tidak ada (0,0%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi square menunjukkan nilai p < α

(49)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Hubungan antara Pembinaan Sekolah, Pengawasan Sekolah, Pengetahuan Pengelola Kantin dan Sikap Pengelola Kantin dengan Sanitasi Kantin SDN di Kota Binjai

5.1.1. Pembinaan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin

Berdasarkan hasil penelitian, Pembinaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan sanitasi kantin yaitu dari 26 sekolah yang melakukan pembinaan

baik, terdapat 23 kantin yang memenuhi syarat dan 3 kantin yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 30 sekolah yang melakukan pembinaan kurang baik, hanya terdapat 1 kantin yang memenuhi syarat dan 29 kantin lainnya tidak memenuhi

syarat.

Pembinaan merupakan langkah penting sebagai contoh tindakan yang

direkomendasikan yaitu berupa pelatihan dan pendidikan bagi para penjamah makanan. Di beberapa negara telah melakukan upaya melatih penjamah makanan secara profesional. Seperti di Inggris pada tahun 1989 dan 1995 sudah memberikan

pelatihan pada sejumlah besar penjamah makanan (Widyastuti, 2005).

Pembinaan yang dilakukan oleh pihak sekolah seharusnya sudah terlebih

dahulu dilakukan sebelum pengelola kantin berjualan di Sekolah melalui program UKS. Berdasarkan hasil penelitian, Pembinaan yang dilakukan oleh pihak sekolah hanya berupa pemberian informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan kantin

(50)

dilakukan untuk pengelola kantin Sehingga dapat dikatakan bahwa pembinaan yang dilakukan ada pada kategori kurang baik.

Pembinaan yang baik yaitu pihak sekolah yang melakukan upaya penyuluhan tentang higiene dan sanitasi dalam mengolah makanan, akan mengubah pengetahuan pengelola kantin menjadi lebih baik dan ketika mengolah makanan, menyimpannya,

mengangkut dan menyajikan makanan, pengelola akan melaksanakan seperti yang diinformasikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rumondang (2008) yang

menyatakan bahwa metode penyuluhan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah di Kecamatan Helvetia Medan.

Pihak sekolah sudah seharusnya lebih mengerti tentang pentingnya pembinaan yang dilakukan untuk pengelola kantin yang terlihat dari tingkat pendidikan

terbanyak Sarjana. Selain itu pada umumnya kepala sekolah atau guru adalah perempuan dan berumur 41-55 tahun yang lebih memahami cara membersihkan tempat pengolahan makanann dan mengolah makanan yang baik sama seperti yang

dilakukan di rumah. Selain itu kepala sekolah atau guru yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun, sudah seharusnya selalu memperhatikan keadaan kantin dan mengetahui

bagaimana pengelola kantin selama ini mengelola kantinnya.

Sebaliknya, jika pembinaan kurang dilakukan oleh sekolah, pengelola kantin tidak akan melaksanakan upaya sanitasi dalam mengelola kantinnya. Seperti yang

terlihat pada hasil penelitian, 27 kantin dari 32 kantin yang tidak memenuhi syarat tidak mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan, mereka meletakkan bahan

(51)

84,4% pengelola kantin juga mengambil makanan secara langsung tanpa menggunakan penjepit atau alas tangan. Ketika hal ini ditanyakan kepada pengelola

kantin 53 responden sudah mengetahui bahwa itu tidak boleh karena dapat mencemari makanan, tetapi tidak melaksanakannya dengan alasan ingin cepat dan selama ini tidak terjadi pencemaran makanan. Penyuluhan tentang hal ini sangat perlu

dilakukan agar pengelola tidak hanya mengetahui tetapi melaksanakan yang mereka ketahui berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak sekolah.

5.1.2. Pengawasan Sekolah terhadap Sanitasi Kantin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara Pengawasan Sekolah dengan Sanitasi Kantin. Diketahui bahwa dari 25 sekolah

yang melakukan Pengawasan baik terdapat 23 kantin yang memenuhi syarat dan 2 kantin yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 31 sekolah yang melakukan

Pengawasan kurang baik hanya 1 kantin yang memenuhi syarat dan 30 kantin lainnya yang tidak memenuhi syarat.

Pengawasan pada penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh pihak

sekolah dalam mengawasi kantin yang berada di lingkungan sekolahnya, dimana setiap murid akan mengkonsumsi makanan setiap harinya. Pengawasan yang dinilai

yaitu ada tidaknya izin yang diberikan oleh pihak sekolah kepada pengelola kantin sebelum berjualan di kantin sehingga akan ada tanggung jawab pihak sekolah terhadap kondisi serta makanan yang dijual oleh pengelola kantin.

(52)

hanya berupa izin berjualan yang disampaikan secara lisan sehingga dapat dinilai bahwa sekolah masih belum mengawasi secara benar kantin sudah berada di sekolah

ataupun yang baru akan berjualan di sekolah.

Selain itu, pengawasan sekolah juga dapat dilakukan dengan memeriksa kebersihan kantin secara rutin serta perlu adanya kerja sama dengan Dinas Kesehatan

sebagai penilik makanan dan kesehatan yang memegang peranan pokok dalam keamanan makanan.

Petugas ini dapat mewakili departemen kesehatan dalam menginspeksi TPM, Penjaja makanan kakilima serta pengecer bahan makanan. Mereka harus memberikan pendidikan dan layanan konsultasi untuk para pengelola makanan (Widyastuti, 2005).

Pihak sekolah seharusnya lebih tegas dalam mengawasi kantin. Sesuai dengan tingkat pendidikan dari kepala sekolah yang pada umumnya sarjana. Dimana

pendidikan yang tinggi dari seseorang seharusnya akan menambah sikap disiplin dalam melihat sesuatu. Serta berumur 41-55 tahun. Dimana, Semakin lanjut usia seseorang, maka akan semakin bijaksana.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa kantin yang sudah memenuhi syarat tidak lepas dari perhatian pihak sekolah yang selalu mengawasi kantin.

Terlebih lagi berdasarkan hasil penelitian kepala sekolah sudah bekerja lebih dari 10 tahun di sekolah sehingga seharusnya sudah memberikan perhatian khusus pada kantin yang masih belum mempunyai bangunan layak. Kantin yang mendapat

(53)

Selain itu pengelola kantin yang kantinnya berada dalam pengawasan sekolah juga menuruti apa yang diinginkan oleh pihak sekolah. Seperti harus menjaga

kebersihan kantin, mengolah makanan dengan baik dan bersih. Pengelola kantin juga lebih merasa bagian dari sekolah yaitu sebagai tempat anak-anak sekolah mengisi energi untuk belajar dari makanan yang pengelola kantin jual. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Wulandari Meikawati (2010) yaitu faktor pendorong yang paling berperan dalam praktek hygiene dan sanitasi makanan adalah pengawasan, baik

dilakukan oleh atasan langsung Unit gizi maupun Direktur Rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan rawat inap.

Sebaliknya jika pengawasan yang dilakukan tidak baik, pihak sekolah tidak

merasa bertanggung jawab pada kantin yang ada di sekolahnya .Pengelola kantin yang berjualan di sekolah akan sering berganti-ganti karena tidak perlu izin untuk

berjualan di sekolah Bangunan kantin juga tidak memenuhi syarat yaitu tidak berupa bangunan permanen sehingga tidak menjamin makanan yang dihasilkan akan bersih, tempat makan yang terbuka juga akan berisiko mengundang lalat sehingga terlihat

kotor.

Sesuai dengan pengertian pengawasan yaitu merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk mengukur kegiatan atau pelaksanaan suatu program dengan memberikan pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Notoatmodjo, 2003), maka pengawasan sudah seharusnya dilakukan oleh

(54)

5.1.3. Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi Kantin

Pengetahuan yang dinilai yaitu pengetahuan tentang Sanitasi makanan yang

terdiri dari bagaimana ketentuan dapur dan ruang makan yang harus bersih, fasilitas sanitasi, 6 prinsip Sanitasi Makanan serta perilaku-perilaku sederhana yang seharusnya dihindari dalam mengolah makanan. Berdasarkan hasil penelitian ada

hubungan yang bermakna antara Pengetahuan Pengelola Kantin tentang Sanitasi dengan Sanitasi Kantin.

Pengetahuan tentang kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku yang selanjutnya perilaku ini akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan (Notoatmojdo, 2003).

Pengetahuan baik untuk beberapa sekolah menunjukkan bahwa pengelola kantin yang sudah mengerti bagaimana mengolah makanan dengan bersih,

memaparkan alasan bahwa makanan tidak boleh dibiarkan terbuka untuk mencegah hinggapnya lalat yang dapat membawa kuman penyakit, selain itu pengetahuan yang baik pada beberapa sekolah terlihat juga pada perilaku pengelola kantin yang ingin

kantinnya selalu bersih dan makanan yang dijual juga sehat. Pada umumnya pengelola kantin adalah perempuan sehingga akan lebih mengerti mengolah makanan

dengan baik. Selain itu pendidikan yang tidak terlalu rendah yaitu SMA tidak menutup kemungkinan pengelola kantin akan memiliki pengetahuan yang baik selain penyuluhan dari sekolah, informasi dari televisi atau media lain juga dapat diperoleh

pengelola kantin. Hal ini sesuai dengan penelitian Siska Ristiana M (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

(55)

Pengetahuan yang tidak terlalu baik (sedang) seperti mengetahui perlunya memakai penjepit makanan atau alas tangan terdapat sebanyak 53 responden dengan

alasan makan dapat tercemar . Pada umumnya tidak sesuai dengan observasi secara langsung yaitu terdapat 34 orang yang mengambil makanan tanpa alas tangan dan penjepit makanan. Hal ini di karenakan pengelola kantin tidak mengetahui secara

menyeluruh mengapa hal tersebut dilarang dan apa yang menyebabkannya dapat terkontaminasi sehingga masih diperlukan penyuluhan tentang sanitasi agar lebih

menambah pengetahuan pengelola kantin sehingga dapat melaksanakannya saat mengolah makanan di kantin.

5.1.4. Sikap Pengelola Kantin terhadap Sanitasi Kantin

Sikap yang dinilai merupakan respon dari pengelola kantin pada hal-hal yang harusnya dilakukan dan tidak dilakukan pada saat pengolah makanan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara Sikap Pengelola Kantin dengan Sanitasi Kantin yaitu dari 33 responden dengan Sikap baik terdapat 22 kantin yang memenuhi syarat dan 11 kantin yang tidak memenuhi

syarat. Dari 23 responden Sikap sedang terdapat 2 kantin yang memenuhi syarat dan 21 kantin tidak memenuhi syarat. Sedangkan untuk responden dengan penilaian

pengetahuan kurang tidak ada.

Sikap baik dan sedang dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi

(56)

stimulus, proses selanjutnya adalah memliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pengelola kantin sebagian besar sudah setuju untuk menerapkan prinsip-prinsip yang benar dalam mengolah makanan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, pengelola kantin banyak yang menghiraukan hal

tersebut. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah karena tidak mau repot dalam mengolah makanan seperti pada pernyataan harus memakai tutup kepala, clemek dan

alas tangan atau penjepit untuk mengambil makanan ada beberapa responden yang tidak setuju.

Keharusan memakai clemek dan tutup kepala pada saat mengolah makanan

ada terdapat 31 orang yang tidak setuju. Selain itu terdapat 28 responden yang tidak setuju menggunakan penjepit atau alas tangan dalam mengambil makanan dengan

alasan tidak terbiasa dan tidak mengganggu itu sebagai suatu perilaku yang berisiko mencemari makanan.

Sikap yang baik dari pengelola kantin akan mempermudah mereka

mengaplikasikan sikap tersebut dalam tindakan jika ditambah dengan usaha sekolah memberi pengetahuan kepada pengelola kantin karena secara umum pengelola kantin

merupakan ibu rumah tangga dan sudah lama (5-10 tahun) mengelola kantin di sekolah sehingga sudah mengganggap kantin sekolah adal

Gambar

Tabel 4.1. Daftar sepuluh penyakit terbanyak di kota Binjai pada tahun 2010
Tabel.4.2. Data Sekolah Dasar Negeri di Kota Binjai
Tabel 4.3. Distribusi Responden (Kepala Sekolah atau Guru) Berdasarkan Jenis        Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Bekerja di SDN Kota
Tabel 4.4.  Distribusi Responden (Pengelola Kantin) Berdasarkan Jenis   Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Mengelola Kantin di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Klinika za neurologiju, Klinički bolnički centar Osijek, Josipa Huttlera 4,. HR-31000

Dari hasil penelitian pada tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami lama lepas tali pusat dalam waktu normal dengan prosentase 70% (21

Studi pendahuluan di BPS Pipin Heriyanti Gedongkiwo Yogyakarta Tahun 2015 dengan metode wawancara dari 9 orang akseptor KB suntik di dapatkan 3 orang terlambat suntik

Setelah pelaksanaan dan observasi tindakan, tahap selanjutnya adalah melakukan refleksi, berikut adalah beberapa hasil refleksi yang dilakukan bersama observer: (1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS

6 Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran membaca notasi balok pada lagu “Burung Tantina” dengan menggunakan metode drill adalah sebagai berikut: pada tahap Persiapan

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan dokumen aplikasi dari proses fokus tenaga kerja dan dokumen aplikasi hasil fokus tenaga kerja dan menentukan

Selain koin uang memang memiliki fungsi sebagai alat tukar, masyarakat Tionghoa juga mengenal koin uang yang tidak memiliki fungsi ekonomi.