• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Odha Yang Berkunjung Ke Klinik VCT Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Odha Yang Berkunjung Ke Klinik VCT Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2014"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Simple Random Sampling

(2)

Lampiran 3

Output Master Data Frecuency Table

UMUR2 * JENIS KELAMIN Crosstabulation

JENIS KELAMIN Total

Laki-laki Perempuan

(3)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(4)

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Hubungan Heteroseksual 80 80,0 80,0 80,0

IDUs (Injection Drug

Users) 3 3,0 3,0 83,0

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(5)

LAMA MENGONSUMSI ARV

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

JENIS FAKTOR RISIKO * JENIS KELAMIN Crosstabulation

JENIS KELAMIN Total

Laki-laki Perempuan

JENIS FAKTOR RISIKO

Seksual

Count 57 28 85

Expected Count 58,3 26,7 85,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 67,1% 32,9% 100,0%

% within JENIS FAKTOR

RISIKO

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 68,5% 31,5% 100,0%

% within JENIS KELAMIN 100,0% 100,0% 100,0%

(6)

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb ,698 1 ,403

Likelihood Ratio 3,108 1 ,078

Fisher's Exact Test ,304 ,214

Linear-by-Linear

Association 1,901 1 ,168

N of Valid Cases 89

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.

b. Computed only for a 2x2 table

JENIS FAKTOR RISIKO * JENIS PEKERJAAN Crosstabulation

JENIS PEKERJAAN Total

Bekerja Tidak Bekerja

JENIS FAKTOR RISIKO

Seksual

Count 57 28 85

Expected Count 58,3 26,7 84,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 67,1% 32,39% 100,0%

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 100,0% 0,0% 100,0%

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 68,5% 31,5% 100,0%

% within JENIS

PEKERJAAN 100,0% 100,0% 100,0%

(7)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1,922a 1 ,166

Continuity Correctionb ,698 1 ,403

Likelihood Ratio 3,108 1 ,078

Fisher's Exact Test ,304 ,214

Linear-by-Linear

Association 1,901 1 ,168

N of Valid Cases 89

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.

(8)

Lampiran 2

MASTER DATA

KARAKTERISTIK ODHA YANG BERKUNJUNG KE KLINIK VCT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

RM UMUR UM UM2 JK SUK PEN PEK JPEK SP ALM FR JFR LTSO LMA

1 32 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 5 2 1 1 3 3

2 29 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 5 2 2 2 3 4

3 27 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 1 2 1 1 3 3

4 34 TAHUN 2 3 1 2 3 3 1 2 2 1 1 3 3

5 42 TAHUN 2 4 2 2 3 5 2 2 2 1 1 3 3

6 44 TAHUN 2 4 1 5 5 1 1 2 1 1 1 3 2

7 30 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 2 3 1 3 3

8 37 TAHUN 2 3 1 6 2 1 1 3 2 1 1 2 2

9 47 TAHUN 2 4 1 2 5 1 1 5 2 1 1 3 3

10 29 TAHUN 2 2 2 6 4 5 2 2 1 1 1 3 3

11 32 TAHUN 2 3 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 2

12 31 TAHUN 2 3 2 1 3 5 2 4 1 1 1 2 4

13 33 TAHUN 2 3 1 1 5 1 1 5 1 1 1 3 4

14 28 TAHUN 2 2 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

15 32 TAHUN 2 3 1 5 2 1 1 3 1 1 1 2 2

16 47 TAHUN 2 4 2 2 3 5 2 2 1 1 1 2 2

(9)

18 32 TAHUN 2 3 2 5 3 5 2 2 1 1 1 2 4

19 27 TAHUN 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2

20 23 TAHUN 2 2 2 2 5 5 2 2 2 1 1 2 2

21 39 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 2

22 32 TAHUN 2 3 1 6 5 2 1 5 1 1 1 2 4

23 32 TAHUN 2 3 2 2 4 3 1 2 2 1 1 3 3

24 49 TAHUN 2 4 1 2 3 9 2 2 1 1 3 3

25 33 TAHUN 2 3 2 6 3 7 2 4 1 1 1 2 2

26 39 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 1 2 2 2 4

27 55 TAHUN 2 5 1 2 4 1 1 3 1 5 2 2

28 36 TAHUN 2 3 1 5 5 1 1 1 1 1 1 3 3

29 33 TAHUN 2 3 1 2 3 2 1 2 2 1 1 3 3

30 33 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2

31 26 TAHUN 2 2 1 5 3 1 1 2 1 1 1 3 3

32 29 TAHUN 2 2 1 2 4 1 1 2 2 1 1 3 3

33 23 TAHUN 2 2 2 2 2 5 2 4 2 1 1 3 4

34 36 TAHUN 2 3 2 2 3 1 1 4 2 1 1 2 4

35 12 TAHUN 1 1 2 2 5 7 2 1 1 5 2 4

36 30 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

37 41 TAHUN 2 4 1 6 5 1 1 2 2 1 1 2 2

38 54 TAHUN 2 5 1 5 5 1 1 3 2 1 1 3 3

39 32 TAHUN 2 3 1 5 3 1 1 3 2 1 1 3 3

40 20 TAHUN 2 2 1 6 5 9 5 3 5 2 2

(10)

42 31 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 3

43 35 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 4 2 1 1 3 3

44 52 TAHUN 2 5 2 6 5 5 2 4 2 1 1 3 3

45 28 TAHUN 2 2 2 6 3 5 2 2 1 5 3 3

46 52 TAHUN 2 5 1 6 5 5 2 3 2 1 1 3 3

47 28 TAHUN 2 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 3 3

48 33 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 3

49 31 TAHUN 2 3 2 6 4 7 2 2 1 1 1 3 3

50 28 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 2 1 1 1 3 3

51 35 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 3 3

52 32 TAHUN 2 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 3 3

53 43 TAHUN 2 4 1 6 2 1 1 1 1 1 1 3 2

54 23 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 3 1 2 2

55 28 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 5 2 1 1 3 3

56 28 TAHUN 2 2 1 2 2 7 2 1 2 3 1 3 3

57 31 TAHUN 2 3 2 2 1 4 1 2 2 1 1 2 2

58 34 TAHUN 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3

59 21 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 1 5 2 4

60 42 TAHUN 2 4 1 2 3 4 1 2 2 4 2 2 4

61 31 TAHUN 2 3 2 6 5 5 2 4 2 1 1 3 3

62 20 TAHUN 2 2 1 2 5 1 1 1 2 1 1 4 3

63 37 TAHUN 2 3 2 4 3 7 2 4 2 1 1 4 2

64 32 TAHUN 2 3 1 1 3 9 2 1 5 2 4

(11)

66 49 TAHUN 2 4 1 2 3 1 1 3 1 1 1 3 3

67 38 TAHUN 2 3 1 6 3 1 1 2 1 1 1 3 3

68 27 TAHUN 2 2 2 6 3 5 2 4 2 5 3 3

69 37 TAHUN 2 3 1 2 4 1 1 2 2 1 1 3 2

70 30 TAHUN 2 3 1 6 3 1 1 1 1 3 1 2 2

71 31 TAHUN 2 3 1 2 4 3 1 1 2 1 1 3 4

72 35 TAHUN 2 3 2 6 5 8 1 4 1 1 1 2 4

73 33 TAHUN 2 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 2

74 26 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 1 2 1 1 2 2

75 36 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 1 2 2 2 2

76 40 TAHUN 2 4 1 6 3 1 1 1 2 5 2 2

77 46 TAHUN 2 4 1 2 5 4 1 2 1 1 1 2 4

78 31 TAHUN 2 3 2 6 3 5 2 2 2 1 1 2 2

79 25 TAHUN 2 2 1 2 3 6 2 1 1 3 1 2 2

80 28 TAHUN 2 2 1 2 5 1 1 5 2 1 1 2 2

81 39 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 1 1 1 2 2

82 34 TAHUN 2 3 1 2 3 4 1 2 2 1 1 2 2

83 28 TAHUN 2 2 2 6 5 5 2 4 1 1 1 2 2

84 36 TAHUN 2 3 1 2 3 5 2 2 2 1 1 2 4

85 24 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 5 2 2

86 31 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

87 27 TAHUN 2 2 2 5 3 5 2 4 1 1 1 3 3

88 50 TAHUN 2 5 1 2 5 1 1 2 1 1 1 1 2

(12)

90 22 TAHUN 2 2 1 6 3 7 2 5 1 1 1 2 3

91 37 TAHUN 2 3 1 6 2 1 1 1 1 1 1 2 3

92 35 TAHUN 2 3 1 5 3 1 1 2 2 5 3 2

93 27 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 3 3

94 30 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 1 1 1 3 3

95 42 TAHUN 2 4 1 2 5 1 1 5 2 1 1 2 1

96 32 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 5 1 1 1 3 3

97 37 TAHUN 2 3 2 4 3 7 2 4 2 1 1 4 2

98 39 TAHUN 2 3 1 2 5 4 1 3 2 1 1 2 2

99 37 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

AIDS Map., 2015. What Is The Life Expectancy Of Someone With HIV?, http://www.aidsmap.com/page/1412437/, diakses tanggal 2 Januari 2016.

Anastasya, G., 2008. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007, Medan : Skripsi FKM-USU.

Butarbutar, J., 2015. Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di RSUD dr. Djasamen Saragih di Pematang Siantar Tahun 2013 – 2014, Medan : Skripsi FKM-USU.

Djoerban, Z., 2001. Membidik AIDS Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA, Yogyakarta : Galang Press Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan Memajukan Ilmu Penyakit Dalam.

HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific., 2011. Japan Country Review 2011,

http://aidsdatahub.org/Country-Profiles, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific., 2012. Thailand Country Review 2012, http://aidsdatahub.org/Country-Profiles, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

Isgiyanto, A., 2009. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental, Yogyakarta : Penerbit Mitra Cendikia.

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : KEMENKES RI.

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Juni 2014, Jakarta : Ditjen PP & PL KEMENKES RI.

(18)

Kurniasih, N., Manullang, E., Wardah., Anam, M., Syahrul, I., 2007. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006,Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI.

KPA., 2009.Analisis Situasi HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta.

Rangkuti, A., 2013. Karakteristik Penderita AIDS Dan Infeksi Opurtunistik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan Tahun 2012, Medan : Skripsi FKM-USU.

Sidebang, P., 2010. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 – Mei 2010, Medan : Skripsi FKM-USU.

UNAIDS., 2015. How AIDS Changed Everything,

http://www.unaids.org/en/resources/documents/2015/20150714_factsh eet. Diakses tanggal 8 Oktober 2015.

WHO., 2014. Global Health Observatory

(GHO),http://www.who.int/gho/hiv/en/. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.

WHO., 2013. HIV Data And Statistics In Europe,

http://www.euro.who.int/en/health-topics/communicable-diseases/hivaids/data-and-statistics. Diakses tanggal 11 Oktober 2015. WHO., 2015. Health Topic HIV/AIDS, http://www.who.int/topics/hiv_aids/en/.

Diakses tanggal 12 Oktober 2015.

Zein, U., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan: USU Press.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Berbagai lapisan masyarakat datang berobat, sehingga tersedia data ODHA yang berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(20)

3.3.2 Sampel a. Besar Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebagian data penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Isgiyanto, 2009) :

n = NZ21-α/2 P(1 - P) Nd2 +Z2 1-α/2 P(1 - P)

Keterangan :

n : Besar sampel

Z2 1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu (1,96 pada α = 0,05)

P : Harga proporsi di populasi (34,58%)

d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,1) N : Besar populasi (602)

Maka, besar sampel adalah :

n = (602) (1,96)2 (0,34) (1-0,34)

(602) (0,1)2 + (1,96)2 (0,34) (1 - 0,34)

(21)

n = 518,957 6,02 + 0,8

n = 518,957 6,82

n = 76,09≈ 76

Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 76data ODHA.

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk HIV/AIDS dilakukandengan metodesimple random sampling, denganmenggunakan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS). Sampel diambil dari populasi yang diacak oleh komputer, dan

sebelumnya seluruh nomor kartu status penderita HIV/AIDS pada tahun 2014 dicatat dan diberi nomor dari 1 – 602, dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh nomor yang menjadi sampel sebanyak minimal 76 data dan digenapkan menjadi 100 data.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan data sekunder yang

diperoleh dari pencatatan kartu status (rekam medis) penderita HIV/AIDS yang

(22)

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution), lalu dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 0,05. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram bar dan diagram pie.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

3.6.1 ODHA adalah orang atau pasien yang dinyatakan menderita HIV/AIDS berdasarkan diagnosis dokter yang tertulis pada kartu status.

3.6.2 Anti Retroviral Therapy atau Terapi Antiretroviral (ART) adalahpengobatan untuk menghambat kecepatan replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014). 3.6.3 Sosiodemografi yang terdiri dari:

a. Umur adalah lama hidup penderita HIV/AIDS yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di RSUP H. Adam Malik dan tertulis pada kartu status, dikelompokkan menurut KPA Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2009), dikategorikan atas:

1. < 20 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. ≥ 50 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan :

(23)

c. Suku adalah sifat etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak yang khas pada penderita HIV/AIDS yang tercatat dalam kartu status yang dibedakan atas :

1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Aceh 5. Tionghoa

d. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir dari penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT

e. Pekerjaan adalah adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita sesuai yang tercatat pada kartu status. dikategorikan atas:

1. Pegawai Swasta 2. Wirausaha 3. PNS 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga 6. Mahasiswa/pelajar 7. Tidak Bekerja 8. PSK

Pekerjaan diukur dengan menggunakan skala ordinal, yang dibedakan atas: 1. Bekerja (Pegawai swasta, wirausaha, PNS, petani, PSK)

(24)

f. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Belum menikah 2. Menikah

3. Duda 4. Janda

g. Tempat tinggal adalah tempat penderita HIV/AIDS tinggal dan menetap sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan :

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.6.4 Faktor risiko adalah sumber paparan yang diduga berhubungan dengan peningkatan insidens penyakit HIV/AIDS yang terdapat pada kartu status. dikategorikan atas:

1. Hubungan Heteroseksual 2. IDUs(Injection Drug Users) 3. Hubungan Homoseksual 4. Tatto

Faktor risikodiukur dengan menggunakan skala ordinal, yang dibedakan atas:

1. Seksual (Hubungan Heteroseksual dan Hubungan Homoseksual) 2. Non Seksual (IDUs, Tatto)

3.6.5 Lama teridentifikasi sebagai ODHA adalah lamawaktu seorang ODHA sejak pertama kali terdiagnosis, dikategorikan atas :

(25)

3.6.6 Lama mengonsumsi ARV adalah lama waktu ODHA meminum obat ARV selama ODHA datang berkunjung ke rumah sakit, dikategorikan atas :

(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GambaranUmumLokasiPenelitian 4.1.1 RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun diatas tanah seluas 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

(27)

Penyuluh Kesehatan masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah).

4.1.2 Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS berupa konseling pra testing, tes HIV dan konseling pasca tes. Jika hasil tes menunjukkan penderita positif HIV/AIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagianCase Support and Treatment (CST) untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara intensif dengan susunan anggota sebagai berikut pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Susunan Anggota Tim Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Susunan Tim Jumlah

Koordinator 1

Konselor 3

Petugas Laboratorium 1

Petugas Administrasi 1

Petugas Kebersihan 1

Team Leader (Cst) 1

Konsulen (Cst) 1

Petugas Rr Anti Retroviral Therapy (Cst) 1

Petugas Farmasi (Cst) 1

Manajer Kasus 2

Total 13

Sumber : Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Adapun tugas wewenang dan tanggung jawab Pusyansus di Klinik VCT dan CST RSUP H. Adam Malik Medan, antara lain :

(28)

3. Menyampaikan hasil tes HIV/AIDS kepada pasien secara rahasia,

4. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga peduli HIV/AIDS dan atau organisasi terkait,

5. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat dan atau petugas medis,

6. Melakukan pemeriksaan klinis terhadap penderita maupun yang terinfeksi HIV/AIDS secara mendetail,

7. Melakukan perawatan dan pengobatan terhadap penderita HIV/AIDS secara intensif,

8. Memberikan dukungan perawatan dan pengobatan kepada penderita HIV/AIDS secara intensif,

9. Menyiapkan sarana dan prasarana laboratorium dan melakukan pemeriksaan pada penderita HIV/AIDS,

10.Mencatat dan membuat laporan perawatan pada pasien HIV/AIDS,

11.Menyiapkan, membuat dan mengumpulkan laporan bulanan dan triwulan klinik VCT serta saran/usul dan hambatan yang ditemukan,

12.Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, pengumpulan, pengolahan dan analisa data,

(29)

4.2 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinik

VCTBerdasarkanSosiodemografi diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

4.2.1 ProporsiODHABerdasarkanUmurdanJenisKelamin

Tabel 4.2 DistribusiProporsi ODHAyangBerkunjungKeKlinik VCTBerdasarkanUmur dan Jenis Kelamin diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Umur

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

< 20 tahun 0 0 1 1 1 1

20-29 tahun 20 20 8 8 28 28

30-39 tahun 33 33 18 18 51 51

40-49 tahun 10 10 3 3 13 13

≥ 50 tahun 6 6 1 1 7 7

Total 69 69 31 31 100 100

Berdasarkantabel

4.2proporsiODHAberdasarkanumurdanjeniskelaminpadakelompokumur<20 Tahundenganproporsilaki-laki (0%) danperempuan (1%),

padakelompokumur20-29 Tahundenganproporsilaki-laki (20%) danperempuan (8%),padakelompokumur30-39 Tahundenganproporsilaki-laki (33%)

(30)

4.2.2 SosiodemografiODHA

Tabel 4.3 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinik

VCTBerdasarkanSosiodemografidiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Sosiodemografi f %

Mahasiswa/Pelajar 2 2

PSK 1 1

(31)

tingkat pendidikan,pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal) adalahsebagaiberikut. Berdasarkansuku, ODHA paling banyakpadasuku Bataksebanyak 52 orang (52%),dan paling sedikitpadasuku Acehsebanyak 2 orang (2%). Berdasarkantingkat pendidikan,ODHA paling banyakpadapasiendengan tingkat pendidikanSLTAsebanyak 55 orang (55%),dan paling sedikitpadaSD sebanyak 3 orang(3%). Berdasarkanpekerjaan,ODHA paling banyakpadapasienyang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 52orang (52%),danpaling sedikitpada pekerjaan PSKsebanyak 1 orang (1%). Berdasarkan status perkawinan, ODHA paling banyakpada status menikahsebanyak 42orang (42%) dan palingsedikitpadastatus duda sebanyak9orang (9%). Berdasarkan tempat tinggal, ODHA paling banyak yang tinggal di luar kota Medan yakni 56 orang (56%) dan paling sedikit tinggal di Kota Medan 43 orang (43%).

4.3 BerdasarkanFaktor Risiko

Tabel 4.4 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinikVCTBerda sarkanFaktor Risiko diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko f %

Hubungan Heteroseksual 80 80

Hubungan Homoseksual 5 5

IDU’s 3 3

Tatto 1 1

Tidak tercatat 11 11

Total 100 100

(32)

4.4 BerdasarkanLama Teridentifikasi Sebagai ODHA

Tabel 4.5 DistribusiProporsiODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCTBerdasarkanLama Teridentifikasi Sebagai ODHA diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA f %

< 2 Tahun 51 51

2-3 Tahun 46 46

Tidak Tercatat 3 3

Total 100 100

Berdasarkantabel 4.5proporsiODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA, paling banyak< 2 Tahunyaitu49orang (49%) dan paling sedikitpada pasien 2-3 tahun yakni sebanyak 46 orang (46%).

4.5 Berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV

Tabel 4.6 DistribusiProporsiODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCT BerdasarkanLama Mengonsumsi ARV diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Lama Mengonsumsi ARV f %

1-2 Tahun 42 42

≥2-3 Tahun 40 40

< 1 Tahun 1 1

Tidak tercatat 17 17

Total 100 100

(33)

4.6 AnalisisStatistikODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

4.6.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Tabel 4.7 DistribusiProporsiJenis KelaminODHABerdasarkanFaktor RisikoyangBerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Seksual 57 67,1 28 32,9 85 100,0

Non Seksual 4 100 0 0 4 100,0

�2 =1,922 df=1 p=0,304

Berdasarkantabel 4.7proporsijenis kelamin dengan faktor risiko seksual yaitu laki-laki(67,1%) danperempuan (32,9%). Sedangkanproporsi jenis kelamin dengan faktor risiko non seksual yaitulaki-laki (100%) dan perempuan (0%).

Dari hasilujistatistikdenganmenggunakanujiExact Fisherdiperolehnilaip>0,05 (p=0,304) secarastatistiktidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantarajenis kelamindenganfaktor risiko. Jenis kelamintidakberbedasecarabermaknadengan faktor risiko, baikseksualdannon seksual.

4.6.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Tabel 4.8 DistribusiProporsiPekerjaanODHABerdasarkanFaktor

RisikoyangBerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko

Pekerjaan

Total Bekerja Tidak Bekerja

(34)

Non Seksual 4 100 0 0 4 100,0

�2 =1,922 df=1 p=0,304

Berdasarkantabel 4.8proporsipekerjaan dengan faktor risiko seksual yaitu bekerja (67,1%)dantidak bekerja (32,9%). Sedangkanproporsi pekerjaan dengan faktor risiko non seksual yaitubekerja (100%) dan tidak bekerja (0%).

Dari hasilujistatistikdenganmenggunakanujiExact Fisherdiperolehnilaip>0,05 (p=0,304) secarastatistiktidakterdapatperbedaan yang

(35)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sosiodemografi ODHA 5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan umur dan jenis kelamin paling banyak pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu laki-laki (33%) dan perempuan (18%) dan paling sedikit pada kelompok umur < 20 tahun yaitu perempuan (1%).

Tingginya proporsi penderita HIV/AIDS pada kelompok umur 30-39 6%

Umur dan Jenis Kelamin

(36)

kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik (KEMENKES RI, 2014).

Hal ini bukan menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan untuk terinfeksi HIV/AIDS, tetapi karena memang jumlah penderita yang datang berkunjung adalah kebanyakan laki-laki daripada perempuan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 penderita, terdapat 69 penderita (69%) yang berjenis kelamin laki-laki.

(37)

5.1.2 Suku

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.2 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan suku paling banyak pada suku Batak (52%) dan paling sedikit pada suku Aceh(2%).

Hal ini bukan menunjukan bahwa suku Batak berisiko untuk menderita HIV/AIDS, tetapi hal ini berhubungan dengan jumlahpengunjung yang datang di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak adalah suku Batak, dimana berdasarkan laporan bulanan tercatat bahwa dari 100 penderita yang datang, ada sebanyak 52 penderita (52%) yang bersuku Batak termasuk di

52%

9% 7% 2%

30%

Suku

Batak Tionghoa Jawa Aceh

(38)

Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa penderita HIV/AIDS pada etnis Tionghoa yaitu sebesar9%. Hal ini jugabukan menunjukkan bahwa etnis Tionghoa berisiko untuk menderita HIV/AIDS, tetapi halini juga berhubungan dengan RSUP H. Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit rujukan baik dari rumah sakit lain, klinik penyakit kulit dan kelamin, Puskesmas serta sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan khusus HIV/AIDS di Sumatera Utara yang memungkinkan setiap orang dapat dirujuk tidak terkecuali etnis Tionghoa.

(39)

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak pada SLTA (55%) dan paling sedikit pada SD (3%).

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penderita HIV/AIDS juga terdapat di semua tingkat pendidikan bahkan juga pada tingkat pendidikan akademi/PT yaitu sebesar 13%. Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan yang tinggi walaupun telah memiliki pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, tidak dengan sendirinya akan diikuti dengan tindakan positif berupaya konkrit

55%

13% 7% 3%

22%

Tingkat Pendidikan

SLTA Akademi/PT SLTP

SD

(40)

pendidikan melainkan berpengaruh terhadap perilaku seseorang yaitu apabila adauang, kesempatan dan kemauan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya, G (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah SLTA yakni sebanyak 83,6%.

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.4 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan pekerjaan paling banyak pada pegawai swasta (52%) dan paling sedikit pada PSK (1%).

(41)

Jika dibandingkan dengan kelompok tidak bekerja, maka dapat dilihat bahwa kelompok bekerja lebih banyak. Hal ini dimungkinkan karena mayoritas penderita berada pada usia produktif (≥ 17 tahun). Pada penelitian ini, ditemukan 99% pasien berada pada rentang usia produktif. Selain itu, bekerja berkaitan dengan penghasilan, mobilisasi, dan sosialisasi. Sehingga kelompok produktif lebih rentan tertular HIV/AIDS.

Berdasarkan data di atas didapati proporsi PSK hanya sebesar 1%. Hal ini disebabkan oleh data PSK yang sulit didapatkan karena sering terselubung dan sulit diungkapkan secara jelas akibat banyaknya pasien yang tidak mau mengungkapkan pekerjaannya yang sesungguhnya.

(42)

5.1.5 Status Perkawinan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan status perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Status Perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.5 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan Status Perkawinan paling banyak pada status menikah(42%) dan paling sedikit pada status yang duda (9%).

Berdasarkan laporan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan mutu hidup ODHA di Indonesia tahun 2011 oleh lembaga litbang Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, didapati bahwa status perkawinan ODHA paling banyak pada ibu rumah tangga. Alasan paling banyak ODHA melakukan tes HIV adalah karena sakit. Dalam temuan kualitatif, yang dimaksud sakit sebenarnya adalah pasangannya. Jadi, ibu rumah tangga baru melakukan tes HIV

(43)

setelah suaminya sakit terlebih dahulu. Setelah dokter mengetahui status suaminya, barulah keluar rekomendasi dari dokter untuk pemeriksaan HIV bagi istri. Sehingga istri memiliki akses yang lebih rendah untuk tes HIV daripada suami (Mardhiati, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian Sidebang, P (2010) di Puskesmas Tanjung Morawa bulan Agustus 2006 - Mei 2010 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut status perkawinan paling banyak adalah menikah yakni sebanyak 51,6%.

5.1.6 Tempat Tinggal

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tempat tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tempat tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

56% 43%

1%

Tempat Tinggal

(44)

Berdasarkan gambar 5.6 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan tempat tinggal paling banyak di luar kota Medan (56%) dan paling sedikit tinggal di kota Medan (43%).

Banyaknya penderita yang berasal dari Medan dikarenakan lokasi RSUP H. Adam Malik Medan yang memang berada di Medan. Sementara itu, banyaknya penderita yang berasal dari luar Medan lebih dikarenakan fungsi rumah sakit ini sebagai pusat rujukan kesehatan untuk wilayah Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusssalam, Sumatera Barat, dan Riau.

(45)

5.2 Faktor Risiko

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan faktor risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan faktor risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.7 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan faktor risiko paling banyak pada hubungan heteroseksual (80%) dan paling sedikit pada tatto (1%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh Ditjen PP & PL KEMENKES RI, dilaporkan s/d Juni 2014 yakni jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia paling banyak menurut faktor risiko yaitu pada heteroseksual (75%) (Ditjen PP & PL KEMENKES RI, 2014).

(46)

perempuan. Dengan demikian untuk mencegah penularan HIV/AIDS secara seksual dapat dihindari dengan setia terhadap satu pasangan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya, G (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut faktor risiko paling banyak adalah Hubungan Heteroseksual yakni sebesar 57,1%.

5.3 Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Lama Teridentikasi Sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA paling banyak < 2 tahun (49%) dan paling sedikit ≥ 2 tahun (48%).

Tanpa pengobatan, para penderita HIVhampir selalu berakhir dengan penyakit AIDS, dan angka harapan hidup penderita akan semakin rendah. Cara

49% 48%

3%

Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA

< 2 Tahun

≥ 2 Tahun

(47)

terbaik untuk tetap sehat adalah dengan melakukan pengobatan sebelum virus HIV menyerang sistem imun seseorang, sehingga yang paling utama adalah seseorang harus tahu bahwa ia mengidap virus HIV sebelum berkembang menjadi AIDS. Dengan begitu, seseorang bisa mendapatkan penanganan yang tepat sebelum terjangkit AIDS sehingga angka harapan hidup seorang penderita HIV/AIDS akan semakin lama (AIDS Map, 2015).

5.4 Lama Mengonsumsi ARV

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan lama mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.9 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan lama mengonsumsi ARV paling banyak < 2 tahun (42%) dan paling

42%

40% 1%

17%

Lama Mengonsumsi ARV

1-2 Tahun

≥2 Tahun

(48)

Lamanya masa hidup penderita HIV/AIDS sangat bervariasi. Apabila tidak diobati, kemungkinan munculnya penyakit yang diakibatkan oleh HIV/AIDS yakni antara 5-10 tahun, bahkan bisa lebih pendek. Antiretroviral therapy (ART) dapat memperlambat pertumbuhan penyakitdengan cara mencegah

replikasi virusserta mengurangi jumlah virus di dalam darah penderita (disebut juga “viral load”).Sehingga lama hidup seorang penderita HIV/AIDS tergantung dari keberhasilan pengobatan ART-nya (WHO, 2015).

5.5 Analisis Statistik ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

5.5.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Proporsi jenis kelamin ODHA berdasarkan faktor risiko yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin ODHA Berdasarkan Faktor Risiko yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

67,1%

Seksual Non Seksual

P

rop

or

si

Faktor Risiko

Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor

Risiko

(49)

Berdasarkan gambar 5.10 diatas dapat diketahui bahwa proporsi faktor risikoseksual paling banyak yaitu pada laki-laki (67,1%). Sama halnya dengan faktor risiko non seksual paling banyak yaitu pada laki-laki (100%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai (p=0,304) secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin dengan faktor risiko. Jenis kelamin tidak berbeda secara bermakna pada faktor risiko.

Hal ini sejalan dengan penelitian Butarbutar, J (2015) diRSUD dr. Djasamen Saragih di Pematang siantar Tahun 2013 - 2014 diperoleh bahwa proporsi jenis kelamin ODHA berdasarkan faktor risiko paling banyak pada jenis kelamin laki-laki baik seksual (63,4%) maupun non seksual (93,2%).

5.5.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Gambar 5.11 Diagram Batang Proporsi Pekerjaan ODHA Berdasarkan Faktor Risiko yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

67,1%

Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

(50)

Berdasarkan gambar 5.11 diatas dapat diketahui bahwa proporsi faktor risikoseksual paling banyak yaitu pada Bekerja (67,1%). Sama halnya dengan faktor risiko non seksual paling banyak yaitu pada bekerja (100%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 (p=0,304) secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan faktor risiko. pekerjaan tidak berbeda secara bermakna dengan faktor risiko, baik seksual dan non seksual.

(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 ProporsikarakteristikODHAberdasarkanumurdanjeniskelamin paling besarpadakelompokumur30-39tahunyaitulaki-laki (33%) danperempuan (18%).

6.1.2 ProporsikarakteristikODHAberdasarkansosiodemografi paling besaryaitu :suku Batak (52%), tingkat pendidikan SLTA (55%), pegawai swasta (52%), status menikah (42%) dan tempat tinggal di kota Medan (56%). 6.1.3 ProporsiODHAberdasarkanfaktor risiko paling besaryaituhubungan

heteroseksual (80%).

6.1.4 ProporsiODHAberdasarkanlama teridentifikasi sebagai ODHA paling besaryaitu< 2 tahun (51%).

6.1.5 ProporsiODHAberdasarkanlama mengonsumsi ARV paling besaryaitu1-2 tahun (42%).

6.1.6 Tidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantaraproporsijeniskelamindenganfaktorrisiko(p=0,304).

6.1.7 Tidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantarapekerjaandenganfaktorrisiko(p=0,304). 6.2 Saran

(52)
(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T-Limfosit atau “Sel T-4” atau disebut juga “Sel CD-4” (Zein, 2006).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquired artinya didapat, bukan penyakit keturunan; Immuno berarti sistem

kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan; sedangkan Syndrome adalah kumpulan gejala.Orang yang terinfeksi HIV ataupun orang yang sudah menderita AIDS disebut ODHA (orang dengan HIV/AIDS) (Djoerban, 2001).

HIV dapat menular melalui aktifitas seksual beresiko, diantaranya perilaku anal seks maupun oral seks. Selain itu,transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersamaan, transmisi perinatal, sertamenyusui dapat menjadi sumber penularan (WHO, 2014).

2.2 Cara Penularan HIV/AIDS

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar bakteri dan tempat masuknya bakteri (port ’d entree).

(54)

tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkannya diantaranya semen (cairan sperma), cairan vagina atau serviks, dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui: 2.2.1 Transmisi seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupunheteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki-laki-laki dengan laki-laki-laki-laki. Senggama berati kontak seksual penetrasi vaginal, anal (anus/dubur), oral (mulut) antara dua individu. Risiko tertinggi penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut ke penis (zakar) atau mulut ke vagina, merupakan risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang melalui ”pintu masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan atau penyakit gigi dan mulut yang diderita.

2.2.2 Transmisi non seksual

(55)

yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai risiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui. Penularan melalui Air Susu Ibu (ASI) termasuk penularan dengan risiko rendah. Selain itu juga penularan HIV/AIDS dapat melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar (Zein, 2007).

2.3 Orang yang Beresiko Terkena HIV/AIDS

Populasi Kunci terdiri dari Pekerja seks, pengguna narkoba suntik, waria, lelaki seks dengan lelaki dan Transgender. Populasi beresiko terdiri warga binaan pemasyarakatan, ibu hamil, pasien TB, kaum migran, pelanggan pekerja seks dan pasangan ODHA. Sedangkan, Kelompok minor adalah mereka yang belum dewasa, anak dan mereka yang masih terbatas kemampuan berpikir dan menimbang (KEMENKES, 2014).

2.4 Gejala dan Tanda Klinis Penderita HIV/AIDS

Global Programme on AIDSdari Badan Kesehatan Dunia (WHO)

mengusulkan, “Pembagian Tingkat Klinis Penyakit Infeksi HIV” sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan Juni 1989 dan bulan Februari 1990. Usulan tersebut berdasarkan penelitian terhadap 907 penderita seropositif HIV dari 26 pusat perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat klinis infeksi HIV tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Tingkat Klinis 1 (Asimptomatik/LGP): 1. Tanpa gejala sama sekali,

(56)

Pada tingkat ini pasien belum mempunyai keluhan dan dapat melakukan aktivitasnya secara normal.

2.4.2 Tingkat Klinis 2 (Dini):

1. Penurunan berat badan kurang dari 10%,

2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya Dermatitis sebroika, Prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut berulang dan Cheilitis angularis,

3. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir,

4. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis.

Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tapi aktivitas tetap normal.

2.4.3 Tingkat Klinis 3 (Menengah):

1. Penurunan berat badan >10% berat badan, 2. Diare kronik >1 bulan, penyebab tidak diketahui,

3. Panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang-timbul maupun terus-menerus,

4. Kandidiasis mulut,

5. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia), 6. Tuberkulosis paru setahun terakhir,

7. Infeksi bakterial yang berat, misalnya Pneumonia.

(57)

2.4.4 Tingkat Klinis 4 (Lanjut):

1. Badan menjadi kurus (HIV wasting syndrome), yaitu: berat badan turun lebih dari 10% dan (a) diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, atau (b) kelemahan kronik dan panas tanpa diketahui sebabnya, selama lebih dari 1 bulan,

2. Pneumoni Pneumosistis Karinii, 3. Toksoplasmosis otak,

4. Kripstosporidiosis dengan diare > 1 bulan, 5. Kriptokokosis di luar paru,

6. Penyakti virus Sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa, hati dan kelenjar getah bening,

7. Infeksi virus Herpes simpleks di mukokutan lebih dari satu bulan, atau di alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi,

8. Leukoensefalopati multifokal progresif,

9. Mikosis (Infeksi jamur) apa saja (misalnya Histoplasmosis, Kokkidioidomikosis) yang endemik, menyerang banyak organ tubuh (disseminata),

10.Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru, 11.Mikobakteriosis atipik (mirip bakteri tbc), disseminata, 12.Septikemia salmonella non tifoid,

(58)

16.Ensefalopati HIV, sesuai kriteria CDC, yaitu: gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresfif sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat ditemukan penyebabnya selain HIV (Djoerban, 2001).

2.5 Gejala Oportunistik Penderita HIV/AIDS

Seseorang dengan HIV dikatakan memiliki AIDS, apabila di dalam tubuhnya telah berkembang infeksi oportunistik tertentu atau tumor. Infeksi oportunistik yang ditetapkan sebagai akibat dari AIDS, secara khusus terdaftar di dalam pengertian resmi dari AIDS menurut The Center for Disease Control (CDC) di Amerika. Mereka menggolongkan sebagai berikut:

1. Infeksi protozoa, seperti Toxoplasma gondii, Cryptosporidium dan Isospora belli;

2. Infeksi bakteri, seperti Mycobacterium tuberculosis (TB) dan Mycobacterium avium intracellulare (MAI);

3. Infeksi jamur, seperti Pneumocytis carinii (PCP, dulunya dianggap protozoa), Candida albicans dan Cryptococcus neoformans;

4.Infeksi viral, seperti Cytomegalovirus (CMV), Herpes simpleks (HSV), dan Zoster (HZV atau VZV) dan Human papilloma virus (HPV).

(59)

2.6 Epidemiologi Penderita HIV/AIDS 2.6.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 1987-2014 berdasarkan kelompok umur yakni <1-29 tahun sebanyak 185.644 penderita dan >30 tahun sebanyak 24.186 penderita. Untuk jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 1987-2014 berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita (KEMENKES RI, 2014).

b. Menurut Tempat

Pada tahun 2014, terdapat 5 juta(4.5 juta-5.6 juta)orang hidup dengan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik, serta Sebanyak 240.000 (140.000-570.000)orang meninggal akibat AIDS. Selain itu, terdapat penambahan 340.000 (240.000–480.000) infeksi baru, dimana 78% diantaranya terdapat di Cina, Indonesia dan India. Serta Terdapat 21.000 (16.000-27.000)infeksi terbaru pada anak-anak di Asia dan Pasifik (UNAIDS, 2015).

(60)

sebanyak 1,573 penderita. Dimana, jumlah kumulatif berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita. Untuk jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor risiko terbanyak berdasarkan perilaku Heteroseksual yakni 34, 187 penderita (KEMENKES RI, 2014).

c. Menurut Waktu

Pada tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia yang telah dilaporkan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2014, yakni HIV sebanyak 15.534 dan AIDS sebanyak 1.700 penderita. Sedangkan, pada triwulan April s.d. Juni 2014, dilaporkan tambahan HIV sebanyak 6.626 dan AIDS sebanyak 308 penderita (KEMENKES RI, 2014).

2.7 Pelayanan Kesehatan Untuk Penderita HIV/AIDS

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memerlukan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, pemantauan yang seksama untuk mencegah infeksi, serta pengobatan segera agar infeksi sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat. Seringkali merawat ODHA lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena:

1. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih 2. ODHA memerlukan dukungan emosi khusus.

3. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuhan sehingga dapat dicegah perawatan di rumah sakit.

(61)

Fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh ODHA adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Perawatan Akut

Fasilitas rawat inap intensif yang mempunyai staf lengkap dan sudah berpengalaman. Di ruang rawat ini pasien AIDS diawasi 24 jam penuh. Jenis pelayanan dasar yang diperlukan adalah penyakit dalam, bedah, anastesi, laboratorium, radiologi, gizi, dan farmasi.

2. Fasilitas Perawatan Khusus

Adalah fasilitas perawatan yang sudah terbiasa merawat pasien AIDS. Unit ini menyediakan perawatan untuk pasien AIDS yang tidak dalam fase akut tetapi memerlukan perawatan di rumah sakit untuk rehabilitasi.

3. Fasilitas Perawatan Intermediat

Fasilitas ini diperlukan untuk ODHA yang tidak terus menerus memerlukan dokter atau perawat yang berpengalaman. Ini berlaku baik untuk fasilitas rawat inap maupun rawat jalan.

4. Fasilitas Perawatan Masyarakat (Shelter)

ODHA yang sedang tidak dirawat di rumah sakit kadang-kadang memerlukan beberapa jenis fasilitas non medik, seperti perumahan, pengadaan makanan, dan bantuan aktifitas sehari-hari seperti makan, mandi atau ke toilet.

5. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

(62)

6. Perawatan Kesehatan di Rumah

Fasilitas ini diperlukan oleh ODHA agar ia tetap tinggal dirumahnya sambil terus dipantau dan mendapat perawatan medik yang berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut diperlukan pekerja sosial, perawat, dan relawan baik dari kalangan agama maupun dari lapisan masyarakat lain.

2.8 Konseling dan Tes HIV (KTHIV) 2.8.1 Prinsip Dasar KTHIV dan AIDS

KTHIV merupakan pintu masuk utama pada layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan. Dalam kebijakan dan strategi nasional telah dicanangkan konsep akses universal untuk mengetahui status HIV, akses terhadap layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dengan visi getting tozero, yaitu zero new HIV infection, zero discrimination dan zero

AIDSrelated death.

Dalam pelaksanaanya, tes HIV harus mengikuti prinsip yang telahdisepakati secara global yaitu 5 komponen dasar yang disebut 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct test results,connections to,

care,treatment and prevention services).

1. Informed Consent, adalah persetujuan akan suatu tindakan pemeriksaan

(63)

2. Confidentiality, adalah Semua isi informasi atau konseling antara klien dan petugas pemeriksa atau konselor dan hasil tes laboratoriumnya tidak akan diungkapkan kepada pihak lain tanpa persetujuan pasien/klien. Konfidensialitas dapat dibagikan kepada pemberi layanan kesehatan yang akan menangani pasien untuk kepentingan layanan kesehatan sesuai indikasi penyakit pasien.

3. Counselling, yaitu proses dialog antara konselor dengan klien bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien atau pasien. Konselor memberikan informasi, waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Layanan konseling HIV harus dilengkapi dengan informasi HIV dan AIDS, konseling pra-Konseling dan Tes pascates yang berkualitas baik.

4. Correct test results. Hasil tes harus akurat. Layanan tes HIV harus

mengikuti standar pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hasil tes harus dikomunikasikan sesegera mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yang memeriksa.

5. Connections to, care, treatment and prevention services. Pasien/klien

(64)

2.8.2 Penyelenggaraan Konseling Dan Tes HIV

Penyelenggaraan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) adalah suatu layananuntuk mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. Layanan ini dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan. KTHIV didahului dengan dialog antara klien/pasien dan konselor/petugas kesehatan dengan tujuan memberikan informasi tentang HIV dan AIDS dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan berkaitan dengan tes HIV.

Layanan KTHIV untuk menegakkan diagnosis HIV, dilakukan melalui 2(dua) pendekatan, yaitu:

1. Konseling dan Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling yang disingkat dengan KTIP; dan

(65)

2.9 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita HIV/AIDS 1. Sosiodemografi

a. Umur,

b. Jenis Kelamin, c. Suku

d. Pendidikan e. Pekerjaan,

f. Status Perkawinan g. Tempat Tinggal. 2. Faktor Risiko Penularan

a. Hubungan Heteroseksual, b. IDUs(Injection Drug Users) c. Hubungan Homoseksual, d. Tatto.

(66)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini Indonesia mengalami masalah kesehatan yang sangat kompleks dan menjadi beban dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), malaria, diare dan penyakit kulit. Pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases seperti demam berdarah dengue, Human Immunodeficiency Virus (HIV),

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), chikungunya dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Dengan demikian telah terjadi beban ganda pada

waktu yang bersamaan (double burdens)(Kurniasih, 2007).

(67)

Menurut World Health Organization (WHO), hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal akibat HIV. Secara global, 35,3 juta (32.2-38.8 juta) orang hidup dengan HIV sampai akhir tahun 2012. Serta 0.8% orang dewasa berumur 15 - 49 tahun secara luas hidup dengan HIV/AIDS (WHO, 2014).Pada tahun 2012, UNAIDS dan WHO melaporkan terdapat 2,2 juta oranghidup dengan HIV di kawasan Eropa, termasuk 1,3 juta orangdi Eropa timur danAsia tengah,denganprevalensi penderita orang dewasa sekitar 0.7% dan 0.2% di Eropa barat dan tengah (WHO, 2013).

Sejak tahun 2000 hingga 2014 jumlah kematian terkait AIDS di Asia dan Pasifik meningkat sebanyak 11% dengan cakupan pengobatan hanya sebesar 36%. Pada tahun 2014 terdapat 3,2 juta orang dewasa tidak mendapatkan akses untuk pengobatan Anti Retroviral. Di Asia dan Pasifik hanya terdapat dua negara yakni, Thailand dan Kamboja, yang memiliki lebih dari 50% orang dengan HIV/AIDS yang mendapat akses pengobatan.

Pada tahun 2014, terdapat 5 juta(4.5 juta-5.6 juta)orang hidup dengan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik, serta Sebanyak 240.000 (140.000-570.000)orang meninggal akibat AIDS. Selain itu, terdapat penambahan 340.000 (240.000–480.000) infeksi baru, dimana 78% diantaranya terdapat di Cina, Indonesia dan India. Serta Terdapat 21.000 (16.000-27.000)infeksi terbaru pada anak-anak di Asia dan Pasifik (UNAIDS, 2015).

(68)

kasus HIV yang dilapokan pada tahun 2010 dipengaruhi oleh tingginya angka homoseksual, sementara penularan secara heteroseksual hanya satu per lima (18.1%) serta,Pengguna jarum suntik dan penularan ibu ke anakkurangdari 1% kasus (HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific, 2011).

Di Thailand, jumlah penderita HIV/AIDS mengalami penurunan dari 640.000 penderita di tahun 2001 menjadi 530.000 penderita di tahun 2009, dimana prevalensi pada orang dewasa usia 15-49 tahun, menurun dari 1,7% menjadi 1,3%. Dengan tambahan, 210.000 wanita (umur 15 tahun ke atas) terinfeksi (turun dari 220.000 pada tahun 2001). Selain itu, 10.000 anak-anak (umur 0-14 tahun) hidup dengan HIV/AIDS di tahun 2009 (turun dari 30.000 pada 2001) dan terdapat 28.000 kematian akibat AIDS, turun dari 52,000 pada 2001 (HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific, 2012).

(69)

Pada tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS yang telah dilaporkan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2014, yakni HIV sebanyak 15.534 dan AIDS sebanyak 1.700 penderita.Sedangkan, pada triwulan April s.d. Juni 2014, dilaporkan tambahan HIV sebanyak 6.626 dan AIDS sebanyak 308 penderita(Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan propinsi di Indonesia pada tahun 2014, menunjukan bahwa Provinsi Papua berada di peringkat pertama dengan total kasus AIDS sebanyak 359,43. Disusul Papua Barat sebanyak 228,03 kasus.Sedangkan, Sumatera Utara berada di peringkat 17 dengan 12,12 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Pada prinsipnya semua rumah sakit harus mau dan mampu merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), namun kenyataannya karena berbagai hal belum semua rumah sakit dapat melaksanakannya, seperti ketidaksiapan rumah sakit dalam merawat pasien AIDS, permasalahan dokter yang bersedia merawat dan aspek-aspek lain selain kesehatan, dimana aspek kesehatan AIDS diduga mempunyai dampak negatif terhadap faktor ekonomi rumah sakit (Djoerban, 2001).

(70)

Perluasan jangkauan layanan KTHIV akan menimbulkan normalisasi HIV di masyarakat. Tes HIV akan menjadi seperti tes untuk penyakit lainnya. Peningkatan cakupan tes HIV dilakukan dengan menawarkan tes HIV kepada ibu hamil, pasien IMS, pasien TB danHepatitis B atau C dan pasangan ODHA, serta melakukan tes ulang HIV 6 bulan sekali pada populasi kunci (pengguna napza suntik, pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki serta pasangan seksualnya dan waria)(KEMENKES RI, 2014).

Peningkatan cakupan tes dilanjutkan dengan penyediaan akses pada layanan selanjutnya yang dibutuhkan, dimana salah satunya adalah terapi ARV. Terapi ARV selain berfungsi sebagai pengobatan, juga berfungsi sebagai pencegahan (treatment as prevention). Setiap Rumah SakitRujukan ARV di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus dapat menjamin akses layanan bagi ODHA yang membutuhkan termasuk pengobatan ARV, sementara fasilitas pelayanan kesehatan primer dapat melakukan deteksi dini HIV dan secara bertahap juga bisa memulai inisiasi terapi ARV (KEMENKES RI, 2014).

(71)

mengurangi missed opportunities pencegahan penularan infeksi HIV (KEMENKES RI, 2014).

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui Karakteristik ODHA yang Berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Karakteristik ODHA yang Berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan sosiodemografi, yaitu umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal.

b. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan faktor risiko, yaituhubungan Heteroseksual, faktor risiko IDUs, faktor risiko hubungan homoseksual, dan tatto.

c. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA,

d. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan lama mengonsumsi ARV,

(72)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pihak RSUP H. Adam Malik Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ODHA. 1.4.2 Sebagai referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data ini untuk

(73)

ABSTRAK

PenyakitHIV/AIDSmerupakan penyakitmenular yang telah menjadi pandemi di seluruh dunia. Menurut Kemenkes RI,jumlahkasus HIV/AIDS yang telahdilaporkansejak 1 Januaris.d.30 Juni 2014, yakni HIV sebanyak 15.534 dan AIDS sebanyak1.700 penderita.Sedangkan, di Provinsi Sumatera Utara terdapat penderita AIDS sebanyak 1.573 penderita.

Dilakukanpenelitianbersifatdeskriptifdengandesain case

series.Populasipenelitianinisebanyak602kasuspenderitaHIV/AIDS yang di

rawatdi RSUP H. Adam Malik MedanTahun 2014.Sampeldiambildenganmenggunakanmetode simple random sampling sebanyak100kasus.Jenis data yang diambiladalah data sekunderdenganmenggunakanuji Chi-Square dan Exact Fisher.

HasilpenelitianmenunjukkanproporsipenderitaHIV/AIDS paling

besarpadakelompokumur30-39tahunyaitulaki-laki (33%) danperempuan (18%), Suku Batak (52%), SLTA (55%), pegawai swasta (52%), menikah (42%), luar Kota Medan (56%), hubungan heteroseksual (80%),lama teridentifikasi < 2 Tahun (49%), lama mengonsumsi ARV 1-2 Tahun (42%).Hasilujistatistikdengan

Exact Fisher tidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantaraproporsijeniskelamindenganfaktorrisiko(p=0,304) danpekerjaandenganfaktorrisiko (p=0,304).

Kepadapihak PUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan agar melengkapi data formulir pasien di kartu status.KepadapasienODHA di PUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan agar mencegah penularan HIV/AIDS dengan cara setia dengan pasangan yang sah serta konsisten menggunakan alat kontrasepsi bila berhubungan seksual dengan pasangan guna menghindari penularan HIV/AIDS dan/ atau IMS kepada pasangan yang masih sehat maupun yang sudah terinfeksi HIV/AIDS dan/ atau IMS.

(74)

ABSTRACT

HIV/AIDS is infectious disease that already becameworldwide pandemic. According to ministry of health of Indonesia’s Republic, the number of cases of HIV/AIDS which has report from 1st January to 30th June 2014, about 15,534 HIV cases and 1,700 AIDS cases.

This study is descriptive by using case series design. The population were602 outpatients of HIV/AIDS in RSUP H. Adam Malik Medan in 2014. The samplesize were100 cases by using simple random sampling. The data analysis uses a secondary data by using Chi-Square and Fisher’s Exact.

The results of this research showed that the highest proportion of patient with HIV/AIDS was at the age30-39 years old is male (33%) and female (18%), Batak (52%), High School (55%), private employee (52%), married (42%), outside Medan city (56%), heterosexual (80%),long time identified< 2 years(49%),long time consumes ARV 1-2 years(42%).According to the statistical test with Exact Fisher, there was nosignificant differences betweenproportion of genderwith risk factor(p=0,304) andjobwithrisk factor (p=0,304).

It is expected for PUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan to fulfilled patients data form in status card. Also to all the HIV/AIDS patientsinPUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan to prevent the transmission of HIV/AIDS by faithful with the partner and also consisstantto usebirth controlwhile having sexto avoid the transmission of HIV/AIDS and/ orSTDto the healthy partnerand alsowho are already infected of HIV/AIDS and/ or STD.

(75)

KARAKTERISTIK ODHA YANG BERKUNJUNG KE KLINIK VCT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD SYAHREZA SIREGAR NIM. 111000249

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(76)

KARAKTERISTIK ODHA YANG BERKUNJUNG KE KLINIK VCT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MUHAMMAD SYAHREZA SIREGAR NIM. 111000249

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(77)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KARAKTERISTIK ODHA YANG BERKUNJUNG KE KLINIK VCTDI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, November 2015

(78)

Gambar

Tabel 4.1 Susunan Anggota Tim Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan
Tabel  4.2 DistribusiProporsi VCTBerdasarkanUmur dan Jenis Kelamin diRSUP H. Adam
Tabel  4.3 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinik VCTBerdasarkanSosiodemografidiRSUP H
Tabel 4.4 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinikVCTBerda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian : Proporsi tertinggi penderita Tonsilitis Kronis terdapat pada kelompok umur 36-47 tahun sebanyak 26,3% penderita, jenis kelamin perempuan sebanyak 52,7%, suku

Hasil Penelitian: Proporsi penderita rinosinusitis kronis tertinggi pada kelompok umur 28–35 tahun 20,61%, umur diatas 18 tahun 88,18%, dengan proporsi laki-laki 42,91% dan

5.2 Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik VCT Pusyansus RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

Diagram Bar Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

2012 majoriti usia penderita melebihi 40 tahun, proporsi terbanyak ditemukan pada laki-laki berbanding perempuan, jumlah penderita yang merokok yang tinggi

Kementerian Kesehatan, 2009, Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Desember 2009, Sumber : Ditjen PP &amp; PL Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan, 2010, Statistik

Dari 358 Rumah Sakit yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 451/MENKES/SK/IV/2012 sebagai Rumah Sakit rujukan bagi Orang dengan HIV dan AIDS

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Jumlah TB Berdasarkan Stadium HIV terhadap Penderita HIV/AIDS dengan Infeksi Oportunistik (IO) di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik. Tahun