Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian 1.1. Proses Pembuatan Ekstrak
1. Daun sirsak dikeringkan 2. Daun sirsak telah dipotong
3. Daun sirsak telah dihaluskan 4. Simplisa di shaker
5. Simplisa disaring 6. Simplisa dipekatkan
1.2 Pembuatan Diet Otak Sapi
1. Otak sapi segar 2. Otak sapi yang sudah di
haluskan disaring
Lampiran 2. Tahap Kerja Penelitian
2.1 Prosedur Percobaan
2.1.1. Tahap Persiapan Hewan Coba
2.1.2. Pembuatan Diet Otak Sapi
Mencit
Perlakuan
dibagi 5 kelompok dan 5 ulangan
diaklimatisasi dengan memberi makan pelet dan diberi air minum
dipuasakan selama 24 jam setelah aklimatisasi diberi perlakuan
100 gr otak sapi
otak sapi diberikan pada mencit 1 kali sehari secara oral. disaring dengankain kasa dan dimasukkan ke
dalam wadah.
dihaluskan dengan menambahkan 25 mL air dipotong kecil-kecil
dicuci bersih
2.1.3. Persiapan Ekstrak Daun Sirsak
2.1.4. Pemberian Perlakuan 2.1.4.1. Induksi Hiperurisemia
2.1.4.2. Pemberian Ekstrak Daun Sirsak
Daun Sirsak
Hasil
dibersihkan dari kotoran ditimbang berat basah
disaring dengan kertas saring di jemur dengan suhu ruang hingga
dibiarkan selama 5 hari sambil diaduk 3-4 kali
dimasukkan kedalam bejana tertutup lalu dibasahi dengan etanol 70% hingga semua serbuk terendam di haluskan dan ditimbang setelah menjadi bubuk
di keringkan selama 24 jam di atas penangas air sampai ekstrak kental
di pekatkan dengan rotari evaporator
Mencit
Di ukur kadar asam uratnya
Diberi makanan diet otak sapi dari hari pertama hingga hari ke 11
Hasil
Mencit
Di ukur kadar asam uratnya
Diberi ekstrak daun sirsak (EDS) dari hari ke 12 hingga hari ke 21
2.2. Parameter Pengamatan 2.2.1. Uji fitokimia
2.2.1.1. Alkaloid
2.2.1.2 Flavonoid
1g ekstrak daun sirsak
tabung pertama sebagai blanko (ditambah amonia 25% hingga pH 8-9, ditambah 3 tetes kloroform, diuapkan, ditambahkan 2mL HCl 2M, diaduk dan disaring)
dipisah menjadi 4 bagian dan dimasukkan ke dalam ditambah 3 tetes HCl 2
diaduk dan disaring ditambahkan 0,5 g NaCl. ditambahkan 5 mL HCl 2 M dilarutkan dalam 10 mL kloroform
hasil
diamati endapan yang terbentuk
tabung ke empat ditambah reagen mayer tabung ke tiga ditambah reagen dragendroff tabung ke dua ditambah reagen wagner
0,1 g ekstrak daun sirsak
Hasil
diamati perubahan warna dipanaskan selama 10 menit ditambahkan 10 tetes HCl 37 % diambil larutan 1 ml
2.2.1.3 Saponin, Tanin dan Polifenol
2.2.2. Pengukuran Berat Badan Mencit
2.2.3. Pengukuran Kadar Asam Urat
Mencit
Ditimbang dengan timbangan analitik
Dilihat dan dicatat berat badan mencit yang muncul di monitir timbangan analitik
Hasil
Mencit
Diambil darah melalui ekor mencit
Diteteskan darah ke strip tes asam urat yang telah dipasang ke alat Nesco® Multicheck Uric Acid.
Dilihat kadar asam urat pada layar monitor Dicatat kadar asam uratnya
Hasil
0,1 gr ekstrak daun sirsak
Diamati perubahan warna yang terjadi Filtrat ke tiga ditambahkan 5 tetes gelatin filtrat kedua ditambahkan 3 tetes FeCl3 filtrat pertama senagai blanko
bagian kedua ditambah 5 tetes NaCl 10 % dan disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian
bagian pertama dikocok selama 10 detik dan dibiarkan hingga terbentuk buih stabil selama 10 menit
dilarutkan dalam akuades panas kemudian dibagi menjadi 2 bagian
Lampiran 3.
3. Berat Badan Mencit
3.1. Data Mentah Berat Badan Mencit Perlakuan
Ulangan Berat Badan (g)
0 7 14 21
3.2. Rata-rata Berat Badan
Perlakuan Berat Badan (g)
3.3. Analisis Statistik Berat Badan
ANOVA
BB_0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6,640 4 1,660 ,697 ,603
Within Groups 47,600 20 2,380
Total 54,240 24
ANOVA
BB_7
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14,960 4 3,740 ,714 ,592
Within Groups 104,800 20 5,240
Total 119,760 24
ANOVA
BB_14
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9,200 4 2,300 1,494 ,242
Within Groups 30,800 20 1,540
Total 40,000 24
ANOVA
BB_21
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,040 4 ,760 ,432 ,784
Within Groups 35,200 20 1,760
Lampiran 4.
4. Kadar Asam Urat
4.1. Data Mentah Kadar Asam Urat
Perlakuan Ulangan Kadar Asam Urat (mg/dl)
0 7 14 21
4.2. Rata-rata Kadar Asam Urat
Perlakuan Kadar Asam Urat (mg/dl)
4.3. Analisis Statistik Kadar Asam Urat
ANOVA
Dependent Variable: hari_14 Bonferroni
ANOVA
Dependent Variable: hari_21 Bonferroni
DAFTAR PUSTAKA
Abdullahi, W., Hamzah, R.U., Jigam, A. A., Yahya, A., Kabiru, A. Y., Muhammad, A., Sakpe, S., Adefolalu, F. S., Isah, M. C. & Kolo, M. Z. 2012. Inhibitory activity of xanthine oxidase by fractions Crateva adansonii, J. of AcuteDisease, 126-129.
Adjie, S. 2011. Dahsyatnya Sirsak Tumpas Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda. Arsyiyanti, C. 2012. Pengaruh Pemberian Jus Biji Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Sparague Dawley Dislipidemia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Azmi, U. 2010. Efek Ekstrak Etanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Mencit Putih Jantan yang Diinduksi Potasium Oxonate. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surkarta.
Azmi, S. M. N., Jamal, P. & Amid, A. 2012. Xanthine Oxidase Inhibitory Activity from Potential Malaysian Medicinal Plant as Remedie for Gout.
International Food Research Journal, 19 (1): 159-165.
Becker & Meenaskshi j. 2005. Clinical Gout and Phatogenesis of Hyperurisemia In Arthritis and Allied Conditions, A text book of Rheumathology, 13(2) Editor WJ Koopman, Baltimore: Williams &Wikins a Wavelry com: 2303-2339.
Boudiaf, K., Houcher, Z., Sobhi, W., and Benboubetra, M. 2010. Evaluation of Antioxidant and Anti-Xanthine Oxidoreductase Activities of Nigella sativa Linn seeds extracts. Journal of Applied Biological Sciences; 4(1): 7-16.
Cos, P., Ying, L., Calomme, M., Hu, J. P., Cimanga, K., Poel, B. V., Pieters, L., Vlietinck, A. J., and Berghe, D. V. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers. Journal of natural product, 61 (1): 71-76.
Gillium, R. F. 1999. Risk factors for stroke in blacks: A critical review. Am J Epidemiol, 150 pp. 1266-74.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan Padmawinata, K dan Soediro, I. Edisi kedua. Bandung: ITB
Hawkins D. W, Daniel W. R. 2005. Pharmacoterahy; A Pathophysiological
Hidayat, R. 2009, Gout dan Hiperurisemia, Medicinus, Vol. 22, No.1.
Iswantini, D. & Darusman L. K. 2003. Effectof Sidaguri as an uric acid lowering agent on the acitivity of oxidase enzim. Proceeding of International
Symposium on Biomedicine. Biopharmacia Research Center. Bogor
Agriculture University.
Katzung, B. G., Masters, S. B. & Trevor, A. J. 2012. Basic & Clinical Pharmacology, 12 Ed. New York: McGraw-Hill.
Kelley W. N. & Wortman. D. 1997. Gout and Hyperuricemia. In Textbook of
Rheumatology, fifth edition, Editor W N kelley. Philadelpia: WB Saunder
Comp: 1314-1350.
Kim, S. Y., Guevara, J. P., Kim, K. M., Choi, H. K., Heitjan, D. F. & Albert, D.A. 2010. Hyperuricemia and Risk of Stroke: A Systematic Review
and Meta analysis. NIH Public Access. pp: 885–892.
Lamb, E., & Newman, D. J. 2006. Tietz Text Book of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostic. 4th Ed. USA: Elsevier Saunders.
Lelyana dan Rosa. 2008. Pengaruh Kopi terhadap Kadar Asam Urat Darah. Semarang: Universitas Diponegoro.
Mardiana, L dan Juwita, R. 2011. Ramuan dan Khasiat Sirsak Terbukti secara
Ilmiah Tumpas Penyakit Kanker. Depok: Penebar Swadaya.
Mazzali M., Kanellis J., Han L., Feng L., Yang X. L., Chen Q., Duk-hee., Katherine l., Gordon., Watanabe S., Nakagawa., and Richard J. 2001. Hyperuricemia Induces A Primary Renal Arteriolopathy in Rats By A Blood Pressure-independent Mechanism,Division of Nephrology, Baylor College of Medicine, Houston, Texas 77030.
Mudrikah F. 2006. Potensi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc.) Dan Herba Suruhan Sebagai Antihiperurisemia Pada Tikus. (Skripsi). Bogor: FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Murray K. R, Granner K. D, Rodwell W. V. 2006. Biokimia Harper. Edisi 27. Singapore: Mc Graw Hill. Halaman 301-309.
Noormindhawati L. 2013. Jus Sakti Tumpas Penyakit Asam Urat Edisi I. Jakarta: Pustaka Makmur.
Purwatiningsih & Arief, R. H. 2010. Antyhyperuricemia activity of kepel leaves extract and xanthine oxidase inhibitory study. International Journal of
Pharmaceutical Science. 2: 213-219.
Rahmadani, T. 2004. Isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif seledri dalam menghambat aktivitas enzim XO. (Skripsi). Bogor: FMIPA IPB.
Rahman, H., Arifin, H., Dewi, K. G., Rizal, Z. Pengaruh Pemberian Jus Buah Sirsak (Annona Muricata L.) Terhadap Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan Hiperurisemia. Padang: Universitas Andalas Padang. 229-230.
Rodwell, V. W. 1995. Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin, Biokimia
Harper. Diterjemahkan oleh Andry Hartono. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 378 393.
Shamley. D., 2005. Pathophysiology An Essential Text for the Allied Health
Professions, Elsevier Limited, USA
Sjamsul A. A. 1986, Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soeparman, Waspadji dan Sarwono. 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1422-1426
Sustrani, Lanny, Alam, S., dan Hadibroto, I. 2005. Asam Urat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal 25-26
Syamsuhidayat, S. S dan Hutapea, J. R. 1991. Inventaris tanaman obat Indonesia (Edisi kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Terkeltaub R. 2001. Gout, Epidemology, Pathology dan Pathogenesis. In Primer On The Rheumatic Disease Ed 12. Georgia: Arthritis Foundation. Halaman 307-312.
Thomson, E. 1985. Drug bioscreming fundamental of drug evalution techniques
in pharmacology. New York: Grace Way PublishingCampany.
Tjitrosoepomo. G. 2005. Taksonomo Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Edisi ketiga. Gajah Mada University Press. Jogyakarta.
Utami, P. 2003, Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wahjuni, S., Putra, M. I. B., Rahayu A. N. P., & Wahyu Dwijani, S. 2012. Uric Acid Inhibition Activity of Annona muricata L. Leave Extract in Hyperuricemia induced Wistar Rat. World Science Publisher, United States. 2(01):86-90.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 s/d Desember 2015 di Laboratorium Fisiologi Hewan, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
a. Untuk preparasi ekstrak daun sirsak (EDS) alat yang digunakan adalah gunting, blender, gelas beaker, gelas ukur, pisau, kertas saring, rotary evaporator, penangas air, spatula, shaker dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun sirsak, etanol 70% , aquadest dan kertas saring. b. Untuk preparasi penginduksi (diet otak sapi) alat yang digunakan adalah
wadah untuk otak sapi, blender, kain saring, dan timbangan digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah otak sapi, kain kasa dan air.
c. Untuk pemberian perlakuan alat yang digunakan kandang mencit 5 buah, spidol permanen, spit 1 ml dan jarum gavage. Sedangkan bahan yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus L.) 25 ekor, makanan dan minuman mencit.
d. Untuk pengamatan alat yang digunakan adalah timbagan digital, tes asam urat (Nesco® Multicheck Uric Acid), kamera digital dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah strip tes asam urat dan aquadest.
.
3.3. Rancangan penelitian
tinggi (MDPT). Jumlah ulangan yang digunakan sebanyak 5 ekor dengan berat badan 20-25 g.
Kelompok perlakuan adalah:
a. P1 = kontrol negatif yang diberikan akuades 0,1 ml per oral selama 21 hari dari hari pertama hingga hari ke-21.
b. P2 = kontrol positif yang diberikan diet otak sapi 0,15 ml/ekor selama 11 hari dari hari pertama hingga hari ke-11. Pemberian dihentikan dari hari ke-12 hingga hari terakhir pengukuran.
c. P3= diberi diet otak sapi 0,15 ml/ekor selama 11 hari dari hari pertama hingga hari 11 dan EDS dengan dosis 0,1 mg selama 10 hari dimulai dari hari ke-12 hingga hari ke-21.
d. P4
=
diberi diet otak sapi 0,15 ml/ekor selama 11 hari dari hari pertama hingga hari 11 dan EDS dengan dosis 0,2 mg selama 10 hari dimulai dari hari ke-12 hingga hari ke-21.e. P5= diberi diet otak sapi 0,15 ml/ekor selama 11 hari dari hari pertama hingga hari 11 dan EDS dengan dosis 0,3 mg selama 10 hari dimulai dari hari ke-12 hingga hari ke-21.
3.4. Prosedur Percobaan
3.4.1. Persiapan Hewan Penelitian
Pada tahap persiapan hewan coba terdiri dari lima kelompok dan lima ulangan, sebelum diberi perlakuan mencit diaklimatisasi selama 10 hari, mencit diberi makan pelet dan diberi air minum. Jumlah mencit yang digunakan setiap perlakuan sebanyak 5 ekor dengan berat badan rata-rata 25-30g.
Mencit yang akan digunakan adalah mencit yang sehat, tingkah laku normal, tidak menunjukkan kelainan yang berarti pada selisih berat badan selama aklimatisasi tidak lebih dari 10 % (Thomson, 1985).
3.4.2. Persiapan Diet Hiperurisemia
Kemudian disaring dengan kain kasa dan dimasukkan ke dalam wadah. Otak sapi diberikan pada mencit dan 1 kali sehari secara oral (Rahman, 2004).
3.4.3. Persiapan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.).
Daun sirsak dibersihkan dari pengotor lalu dicuci hingga bersih, ditimbang dan diperoleh berat basah, selanjutnya daun sirsak tersebut dikering anginkan selama 3 hari. Daun sirsak yang telah kering di blender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam botol bertutup kemudian dibasahi dengan etanol 70% sampai semua serbuk terendam, lalu di biarkan selama dua hari. Serbuk disaring dengan menggunakan kertas penyaring. Hasil penyaringan yang diperoleh diuapkan diatas
water bath dan diperoleh ekstrak kental daun sirsak yang telah siap digunakan.
(Maulina, 2012).
3.4.4. Pemberian Perlakuan 3.4.4.1. Penghitungan Dosis
Volume perlakuan diet otak sapi diberikan sebanyak 0,15 ml/ekor sedangkan dosis untuk ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) digunakan tiga dosis yang berbeda yaitu:
a. Dosis I : 0.1mg/g BB ekstrak kental + 1 ml akuades b. Dosis II : 0,2 mg/g BB ekstrak kental + 1ml akuades c. Dosis III: 0,3 mg/g BB ekstrak kental + 1 ml akuades Volume pemberian pada tiap-tiap mencit 0,1 ml/ekor .
3.4.4.2. Induksi Hiperurisemia
Semua hewan percobaan diberi diet otak sapi 0,15 ml/ekor per oral selama 11 hari kecuali pada P1 (kontrol negatif).
3.5. Parameter Pengamatan 3.5.1.Uji Fitokimia
3.5.1.1. Alkaloid
ditambah reagen dragendorff, dan bagian keempat ditambah reagen mayer. untuk uji penegasan, bagian pertama ditambah amonia 25 % hingga mencapai pH 8-9. Kemudian ditambahkan 3 tetes kloroform selanjutnya diuapkan di atas penangas. Filtrat ditambahkan 2 mL HCl 2 M kemudian diaduk dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 4 bagian seperti prosedur sebelumnya. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid.
3.5.1.2. Flavonoid
Sebanyak 0,1 g sampel dilarutkan dalam 3 mL etanol 70 %. Larutan diambil 1 ml dan ditambahkan 10 tetes HCl 37 % kemudian dipanaskan selama 10 menit. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya perubahan warna menjadi kuning, jingga, atau merah.
3.5.1.3. Saponin, Tanin dan Polifenol
Sebanyak 0,1 g Sampel dilarutkan dalam akuades panas kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama dikocok selama 10 detik dan dibiarkan hingga terbentuk buih stabil selama 10 menit. Bagian kedua ditambah 5 tetes NaCl 10 % dan disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian. Filtrat pertama sebagai blanko, filtrat kedua ditambah 3 tetes FeCl3, dan filtrat ketiga ditambah 5 tetes gelatin. Hasil positif polifenol ditunjukkan oleh adanya perubahan warna mejadi hitam kehijauan. Sedangkan hasil positif tanin ditunjukkan oleh adanya endapan putih.
3.5.2. Pengukuran Berat Badan Mencit
Pengukuran berat badan mencit dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada hari pertama sebelum perlakuan, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21. Berat badan mencit di timbang dengan timbangan digital dengan cara menaikkan mencit ketimbagan digital, di catat berat badan mencit yang tertera dimonitor timbangan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari sebelum pemberian diet otak sapi.
3.5.3. Pengukuran Kadar Asam Urat Darah Mencit
melalui ekor mencit dengan cara memotong ekor mencit, kemudian darah yang keluar diteteskan pada strip tes asam urat yang telah dipasangkan ke alat Nesco®
Multicheck Uric Acid untuk ditentukan kadar asam uratnya. Asam urat hewan
dalam mg/dl dapat dilihat pada monitor Multi chek (Nesco®) setelah 5 detik.
3.6. Analisis Data
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Fitokimia secara kualitatif
Hasil uji fitokimia secara kualitatif dari ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Fitokimia Secara Kualitatif Dari Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.)
No Penapisan Pereaksi Hasil
1 Flavonoid Mg/Hcl +++
Keterangan: (+++) = sangat banyak (++) = lumayan banyak (-) = tidak ada
Dari tabel hasil uji fitokimia di atas dapat dilihat bahwa ekstrak daun sirsak mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, polifenol, dan alkaloid pada uji wagner. Flavonoid merupakan kandungan terbanyak pada daun sirsak. Kandungan pada daun sirsak ini lah yang mampu menghambat kerja enzim
xanthine oxidase yang berperan dalam pembentukan asam urat. Flavonoid yang
terdapat dalam tumbuhan, dapat berbentuk aglikon bersifat kurang polar dan glikosida bersifat polar, sehingga dapat dimungkinkan senyawa-senyawa tersebut tersari dalam penyari yang kurang polar sampai dengan polar.
Oksidase. Selain itu polifenol memiliki kemampuan sebagai inhibitor xantin oksidase yang mekanisme inhibisinya belum diketahui.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh wahjuni, ddk (2012) bahwa senyawa aktif pada ekstrak daun sirsak yang teridentifikasi adalah 2,3-dihidro-benzofuran; tetradekana; 1,4,4a,5,6,7,8,8a-oktahidroiso-kuinolin-3-etoksi; 4-hidroksi-3,5,6-trimetil-4-(3-oxo-1-butenil)-2-sikloheksena-1-on. Senyawa ini diduga berkontribusi dalam menurunkan kadar asam urat pada mencit, tetapi hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut tentang peran utama dan mekanisme dari masing-masing senyawa ini terhadap penurunan kadar asam urat darah.
Menurut sjamsul (1986) golongan asam fenolat yang terdapat pada daun sirsak berupa asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, asam ferulat dan asam vanilat sedangkan golongan flavonoid yang terdapat pada daun sirsak adalah flavon dan flavonol yang tersulih pada 3-0 yang memiliki gugus hidroksil pada posisi 4, 5 dan 7.
Polifenol juga ikut berperan dalam penurunan kadar asam urat karena polifenol dapat menghambat aktivitas xanthin oxidase dan superoksida sehingga kadar asam urat menurun. Senyawa polifenol merupakan bahan polimer penting dalam tumbuhan dan cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida. Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri-ciri sama yaitu adanya cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena pada umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harbone, 1987).
4.2. Berat Badan Mencit (Mus musculus L.)
Pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap berat badan mencit
(Mus musculus L.) jantan hiperurisemia yang diberikan diet otak sapi hari dan
ekstrak daun sirsak (EDS) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2. Data berat badan mencit (Mus musculus L.) setelah pemberian diet otak sapi dan ekstrak daun sirsak (EDS).
Perlakuan
Keterangan: P1= kontrol negatif P2= kontrol positif
P3= diet otak sapi + EDS 0,1 mg/g BB P4= diet otak sapi + EDS 0,2 mg/g BB P5= diet otak sapi + EDS 0,3 mg/g BB
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata berat badan mencit setiap perlakuan pada hari ke 0, hari ke 7, hari ke 14 dan hari ke 21 mengalami perubahan berat badan. Hasil analisis statistik (ANOVA) menunjukkan bahwa perubahan berat badan mencit setelah pemberian diet otak sapi tidak signifikan atau tidak berbeda nyata (Lampiran 3) walaupun diet otak sapi yang diberikan memiliki kandungan lemak cukup tinggi yaitu 11 g/100 g yang berpotensi dalam menaikkan berat badan mencit. Terdapat hubugan antara berat badan dan kadar asam urat. Saat berat badan meningkat maka akan berpotensi dalam menaikkan kadar asam urat.
asam urat. Asam urat akan terhambat pengeluarannya sehingga mengakibatkan kadar asam urat dalam darah meningkat.
Asam urat sebagai hasil sintesis purin pada kondisi hiperurisemia, merupakan faktor resiko dari kegemukan, kurangnya aktivitas, kenaikan kadar lipid, stroke selain hipertensi, diabetes melitus (DM). Selain itu faktor lingkungan juga berperan terhadap kejadian hiperurisemia (Gillium, 1999).
4.3.Kadar Asam Urat mencit (Mus musculus L.)
Pengamatan terhadap kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) yang diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) setelah diberi diet otak sapi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kadar Asam Urat Mencit (Mus Musculus L.) Jantan Hiperurisemia Yang Diberi Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Dengan Dosis Yang Berbeda Setelah Diberi Diet Otak Sapi.
Keterangan P1= kontrol negatif, P2= kontrol positif, P3= diet otak sapi + EDS 0,1 mg/g BB, P4= diet otak sapi + EDS 0,2 mg/g BB, P5= diet otak sapi + EDS 0,3 mg/g BB.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kadar asam urat paling tinggi pada mencit jantan setelah diberi diet otak sapi terdapat pada P4 dengan kadar 2,96 mg/dl. Pada pengukuran kadar asam urat hari ke-0 setiap perlakuan berada pada kadar normal karena pengukuran kadar asam urat dilakukan satu hari sebelum
pemberian diet otak sapi. Pengukuran dilakukan agar diketahui bahwa kadar asam urat pada setiap mencit yang akan diberi perlakuan berada pada kadar asam urat yang normal sehingga lebih efektif dalam melihat kenaikan kadar asam urat setelah diberi diet otak sapi.
Pada pengukuran kadar asam urat hari ke 7 terlihat bahwa kadar asam urat mencit pada P2, P3, P4 dan P5 mengalami kenaikan yang signifikan atau berbeda nyata (p<0,05) dan sudah mengalami hiperurisemia kecuali P1 sebagai kontrol negatif (akuades). Menurut Mazzali et al (2001) bahwa mencit dikatakan hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7-3,0 mg/dl dengan kadar asam urat normal 0,5-1,4 mg/dl. Kenaikan kadar asam urat darah pada mencit terjadi karena pemberian diet otak sapi 0,15 ml/ ekor. Otak sapi mengandung kadar purin tinggi yang nantinya akan termetabolisme di dalam tubuh yang dibantu enzim xanthine
oksidase hingga terbentuk asam urat.
Menurut Noormindhawati (2013) yang menyebabkan kadar asam urat darah di dalam tubuh meningkat adalah produksi asam urat di dalam tubuh yang lebih banyak dari pada pembuangannya dan karena adanya asam urat yang terbentuk akibat metabolisme purin didalam tubuh. Purin berasal dari makanan yang mengandung protein seperti ikan kaleng, kerang, makarel, otak, jeroan, ginjal, jantung dan hati.
Di dalam bahan pangan, purin terdapat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Di usus, asam nukleat dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan (ribonuklease, deoksiribonuklease dan polinukleotidase). Asam nukleat ini akan dipecah lagi menjadi mononukleotida. Mononukleotida tersebut dihidrolisis menjadi nukleosida yang dapat secara langsung diserap oleh tubuh. Sebagian lagi mononukleotida dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin kemudian teroksidasi setelah dikatabolisme dalam jaringan tubuh menjadi asam urat (Yenrina & Diah, 2002).
Pembentukan asam urat terjadi melalui jalur oksidasi hipoxanthin dan guanine menjadi xanthin yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase dan
guanase xanthin. Kemudian xanthin akan teroksidasi menjadi asam urat dalam
Pengukuran kadar asam urat pada hari ke-14 menunjukkan bahwa kadar asam urat sudah mulai turun pada P3, P4 dan P5 tetapi pada P2 terjadi peningkatan kadar asam urat. Hal ini disebabkan karena P2 hanya diberikan diet otak sapi selama 11 hari tanpa pemberian ekstrak daun sirsak. Menurut Purwatiningsih & Arief (2010) kadar asam urat naik pada hewan percobaan setelah 11 hari pemberian makanan yang kaya purin. Pemasukan purin ke tubuh akan menyebabkan terbentuknya asam urat. Purin dalam bahan makanan terdapat dalam asam nukleat berupa nucleoprotein.
Demikian juga pada pemeriksaan hari ke-21 terjadi penurunan kadar asam urat yang signifikan atau bebeda nyata (p<0,05) pada semua kelompok perlakuan EDS. Pada P2 penurunan kadar asam urat tidak signifikan karena P2 merupakan kontrol positif (diet otak sapi). Kadar asam urat kembali normal kecuali P2 sedangkan pada P1 kadar asam urat tetap normal karena P1 merupakan kontrol negatif (akuades). Penurunan kadar asam urat terjadi setelah pemberian ekstrak daun sirsak yang memiliki senyawa antihiperurisemia yaitu flavonoid, alkaloid dan polifenol (Tabel 4.1). Senyawa flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja enzim Xanthine Oxidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam
urat dalam tubuh (Cos et al., 1998).
Menurut Lelyana dan Rosa (2008) Apabila xanthine oxidase terhambat maka produksi xhantin berkurang sehingga produksi asam urat pun berkurang, maka hiperurisemia dan kristalisasi asam urat dapat diobati. Flavonoid diketahui dapat menurunkan asam urat dengan cara menghambat kerja xantin oksidase. Flavonoid mempunyai efek penghambat aktivitas xantin oksidase dengan daya inhibisi terkuat.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit (Mus musculus L.) jantan hiperurisemia:
a. Pemberian diet otak sapi 0,15 ml/ekor dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah hingga mencapai rata-rata 2,96 mg/dl.
b. Pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) mempunyai aktivitas antihiperurisemia, aktivitas tersebut terdapat pada ketiga dosis yang digunakan (0,1 mg/g BB, 0,2 mg/g BB dan 0,3 mg/g BB). Penurunan optimal tedapat pada dosis 0,2 mg/g BB yaitu menurunkan kadar asam urat darah hingga mencapai rata-rata 1,06 mg/dl setelah pemberian ekstrak daun sirsak selama 10 hari.
5.2 Saran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sirsak 2.1.1. Klasifikasi Tanaman
Menurut Tjitrosoepomo (2005) tanaman sirsak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Annonales Famili : Genus :
Spesies :Annona muricata L.
Di Indonesia nama sirsak memiliki banyak sebutan yaitu sirsak, nangka sabrang, nangka walanda, durian belanda (Melayu) sedangkan diluar negeri sirsak memiliki nama Soursop (Inggris), Mang Cau Xiem (Vietnam), Thurian Thet (Thailand), Guyabano (Pilipina).
2.1.2. Kandungan Kimia Dan Manfaat Daun Sirsak
Sirsak (Annona muricata L.) adalah tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, tanin, fitosterol, kalsium oksalat dan alkaloid (Adjie, 2011). Antioksidan yang terkandung dalam buah sirsak antara lain adalah vitamin C. Hasil riset yang dilakukan oleh Adjie, 2011 menyatakan bahwa sirsak mengandung asetogenin yang mampu melawan sel kanker. Banyaknya manfaat sirsak membuat orang mulai beralih mengkonsumsi sirsak sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan konvensional. Kandungan senyawa asetogenin pada daun sirsak berkhasiat sebagai antitumor.
masyarakat di daerah Minahasa memanfaatkannya sebagai obat bisul dengan memanfaatkan daun mudanya, masyarakat di daerah Sunda (Jawa Barat) menggunakan daun sirsak sebagai obat penurun tekanan darah tinggi. Penggunaan daun sirsak sebagai salah satu obat herbal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi obat kimia di masyarakat.
Beberapa senyawa flavonoid dan alkaloid dapat menghambat kerja enzim
Xanthine Oxidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat dalam
tubuh (Cos dkk, 1998). Flavonoid golongan flavon dan flavonol memiliki daya inhibisi lebih tinggi dari pada golongan flavonoid yang lainnya karena posisi gugus hidroksilnya lebih mudah menangkap elektron dari sisi aktif xantin oksidase. Senyawa lainnya seperti polifenol dan saponin juga berpotensi sebagai inhibitor xantin oksidase karena memiliki gugus hidroksil sebagai akseptor elektron dari xantin oksidase.
2.2. Asam Urat
2.2.1. Definisi dan Struktur Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir hasil metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3.
Gambar 2.1. Struktur Kimia Asam Urat (Zhao et al, 2009).
Kadar asam urat normal pada laki – laki 3,4 – 7,0 mg/dl dan pada wanita 2,4 – 6,0 mg/dl. Pada mencit normal, kadar asam uratnya 0,5 – 1,4 mg/dl dan mencit dikatakan hiperurisemia bila kadar asam uratnya 1,7 - 3,0 mg/dl (Mazzali
et al., 2001). Pada hiperurisemia akan dapat terjadi akumulasi kristal asam urat
pada persendian sehingga menimbulkan rasa sakit atau nyeri yang sering disebut pirai atau gout (Hidayat, 2009).
Pembentukan asam urat terjadi melalui jalur oksidasi hipoxanthin dan guanin menjadi xanthin yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase dan
guanase. Kemudian xanthin akan teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi
selanjutnya yang dikatalisis oleh enzim xanthin oksidase. Dengan demikian enzim
xanthin oksidase merupakan faktor utama secara farmakologis dalam
pembentukan asam urat pada penderita hiperurisemia atau penyakit gout (Murray et al., 2006).
2.2.2. Metabolisme Nukleotida Purin
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat atau inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino unsur pembentuk protein. Asam nukleat yang dilepas di traktus intestinalis diurai menjadi mononukleotida oleh enzim ribonuklease, deoksiribonuklease dan polinukleotidase. Kemudian enzim nukleotidase dan fosfatase menghidrolis mononukleotida menjadi nukleotida yang kemudian bisa di serap atau diurai lebih lanjut oleh enzim fosforilase intestinal menjadi basa purin serta pirimidin. Proses pembentukan asam urat sebagian besar dari metabolisme nukleotida purin endogen, guanosine
monophosphate (GMP), inosine monophosphate (IMP) dan adenosine
monophosphate (AMP) (Murray et al., 2006).
teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim yang sama (Rodwell, 1997). Di bawah ini dapat dilihat skema terbentuknya asam urat melalui purin:
Gambar 2.2. Skema terbentuknya asam urat
Menurut Hawkins (2005) purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat berasal dari 3 sumber yaitu purin dari makanan, konversi asam nukleat dari jaringan dan pembentukan purin dari dalam tubuh. Beberapa sistem enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistem regulasi yang abnormal maka terjadilah produksi asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi karena adanya peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan seperti pada myeloproliferative dan lymphoproliferative disorder. dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat berlebih yaitu:
a. Peningkatan aktivitas phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) sintetase yang menyebabkan peningkatan konsentrasi PRPP. PRPP adalah kunci sintesa purin, berarti juga kunci sintesa asam urat.
2.2.3. Hiperurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas batas normal (Kelley dan Wortmann, 1997). Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan merupakan faktor resiko terjadinya hiperurisemia. Faktor-faktor resiko terjadinya hiperurisemia tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga mekanisme, yaitu:
a. Peningkatan produksi asam urat
Peningkatan produksi asam urat terjadi karena faktor idiopatik primer, mengkonsumsi makanan yang kaya purin (banyak mengandung protein), obesitas, alkohol, proses hemolitik dan penyakit kulit (prosiaris).
b. Penurunan ekskresi asam urat
Penurunan ekskresi asam urat merupakan sebagian besar penyebab hiperurisemia (hampir 90% kasus). Penyebabnya antara lain: idiopatik primer, insufesiensi ginjal, ginjal polikistik, diabetes insipidus, hipertensi, asidosis, toksik pada kehamilan, penggunaan obat-obatan seperti salisilat kurang dari 2 gram/hari, diuretik, alkohol, levodopa, ethambutol dan pirazinamid.
c. Kombinasi antara kedua mekanisme tersebut
Dapat terjadi pada defisiensi glukosa 6-fosfat, defisiensi fruktosa 1-fosfat, konsumsi alkohol dan syok (Kelley dan Wortmann, 1997). Jika pada hiperurisemia didapatkan hasil bentukan kristal asam urat maka hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout.
Berdasarkan penyebab peningkatan asam urat dalam darah atau hiperurisemia dan gout dapat dibedakan menjadi:
a. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan gout tanpa disebabkan penyakit dan penyebab lain.
b. Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia dan gout yang disebabkan penyakit dan meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
2.2.4. Gout
Gout atau pirai adalah penyakit akibat adanya penumpukan kristal mononatrium urat pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat (Terkeltaub, 2001; Becker & Meenaskshi, 2005). Gout disebabkan oleh deposit kristal asam urat didalam sendi. Penumpukan asam urat didalam darah dapat menyebabkan timbulnya kristal asam urat pada bagian tubuh, termasuk kulit dan ginjal, tetapi pada sendi yang paling mudah diserang. Saat kristal asam urat menumpuk dan jumlahnya banyak, maka kristal asam urat akan tersebar ke dalam rongga sendi (Kelley dan Wortmann, 1997).
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendi maka sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang hebat dan persendian sulit digerakan. Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu makan berkurang dan jantung berdebar.
Gambar 2.3 Peradangan pada pangkal ibu jari kaki (gout) akibat kadar asam urat darah yang tinggi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme asam nukleat atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan ksantinoksidase (Shamley, 2005). Asam urat akan dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk dikeluarkan bersama urin. Ginjal akan mengatur kadar asam urat dalam darah agar selalu dalam keadaan normal. Namun, asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah (Katzung et al., 2012).
Secara alami, asam urat diproduksi dalam tubuh melalui jalur metabolisme yang menggunakan makanan dan minuman sebagai substrat. Mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi seperti kacang-kacangan, melinjo atau emping, jeroan dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh serta minuman bersoda dapat menaikkan kadar asam urat dalam darah (Sustrani dkk, 2005).
Penyakit asam urat atau radang sendi sudah dikenal sejak zaman yunani kuno. Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit gout atau pirai. Kata gout berasal dari bahasa latin guttan yang berarti tetesan. Penyakit yang dikenal sebagai penyakit orang kaya pada saat itu diduga disebabkan oleh adanya racun yang jatuh setetes demi setetes pada persendian (Yenrina & Diah, 2002).
Hiperurisemia adalah gangguan metabolisme yang ditandai oleh kelebihan asam urat dalam darah. Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada manusia, konsentrasi serum asam urat yang normal tidak lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan (Kim et al., 2010; Putra, 2006; Lamb et al., 2006).
Senyawa antihiperurisemia banyak terdapat dalam tanaman, namun pemanfaatannya masih sangat sedikit. Beberapa tanaman asli Indonesia memiliki kemampuan sebagai penurun konsentrasi asam urat seperti sidaguri (Iswantini & Darusman, 2003), seledri (Rahmadani, 2004) dan jahe merah (Mudrikah, 2006). Kemampuan ekstrak tanaman tersebut dalam menurunkan konsentrasi asam urat diduga karena kandungan senyawa flavonoidnya. Salah satu tanaman yang diduga mengandung flavonoid adalah Sirsak (Annona muricata L.) dan kandungan flavonoid terbanyak terdapat pada daunnya.
Pada penelitian ini digunakan otak sapi sebagai penginduksi asam urat karena otak merupakan makanan dengan kandungan purin tinggi yang dapat meningkatkan kadar asam urat darah. Selain itu cara mendapatkan otak sapi mudah, harganya murah dan tidak toksik seperti halnya kalium oksonat yang bersifat oksidator kuat, karsinogenik dan mutagenik. Menurut Wahyudiningsih (2013) bahwa otak termasuk kedalam kelompok pertama makanan dengan kandungan purin yang tinggi (100-1000 mg purin/100 gram bahan makanan).
1.2. Rumusan Permasalahan
Rumusan masalah dalam penelitian ini pemberian otak sapi diduga dapat menaikkan kadar asam urat pada mencit dan pemberian ekstrak etanol daun sirsak menurunkan kadar asam urat pada mencit.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah:
a. Untuk mengetahui peningkatan kadar asam urat mencit dengan pemberian otak sapi.
1.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini ialah:
a. Diet otak sapi mampu menaikkan kadar asam urat.
b. Ekstrak etanol daun sirsak mampu menurunkan kadar asam urat mencit yang di induksi hiperurisemia dengan diet otak sapi.
1.5. Manfaat Penelitian
MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERURISEMIA
ABSTRAK
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Kelebihan kadar asam urat dalam darah disebut dengan hiperurisemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.)
jantan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 kontrol yang terdiri atas: kontrol negatif (akuades 0,1 ml), kontrol positif (otak sapi 0,15ml/ekor) selama 11 hari dan 3 perlakuan yang dibagi atas 3 konsentrasi ekstrak daun sirsak yaitu: 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian otak sapi dan ekstrak daun sirsak tidak berpengaruh terhadap berat badan mencit. Pada pemeriksaan kadar asam urat, pemberian otak sapi dapat menaikkan kadar asam urat mencit jantan secara signifikan dan pemberian ekstrak daun sirsak dapat menurunkan kadar asam urat mencit jantan secara signifikan. Pemberian ekstrak daun sirsak selama 10 hari pada konsentrasi 0,2 mg paling efektif menurunkan kadar asam urat pada mencit hiperurisemia.
OF URIC ACID IN HYPERURISEMIC MALE MICE (MUS
MUSCULUS L.)
ABSTRACT
Uric acid is a final product of purin metabolism. The aim of this study is to describe the effect of etanol extract of soursop (Annona Muricata L.) leaves on mouse blood uric acid level. This study was designed by Complete Randomized Design (CRD) with 2 cotrols: negative control (given aquadest), positive control (given cow’s brain 0,15ml/mouse) for eleven days and 3 treatmens. The treatments were: 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg respectively for ten days. Resent show the cow’s brain and soursop leaves no effect on body weight of mice. Given cow’s brain significant raise the uric acid level blood mice and soursop leaves significant lower the uric acid level blood’s mice. The giving of extract soursop leaves for ten days at concentration 0,2 mg significantly decrease uric acid level in mice hyperuricemia.
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT MENCIT (Mus
musculus L.) JANTAN HIPERURISEMIA
SKRIPSI
DEDECK SRININGSIH SILALAHI 1108005025
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT MENCIT (Mus
musculus L.) JANTAN HIPERURISEMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DEDECK SRININGSIH SILALAHI 1108005025
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona
muricata L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Mencit (Mus musculus L.) Jantan Hiperurisemia Kategori : Skripsi
Nama : Dedeck Sriningsih Silalahi Nomor Induk Mahasiswa : 110805025
Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, April 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed Dr. Salomo Hutahaean, M. Si NIP. 196602091992031003 NIP. 196510111995011001
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT MENCIT (Mus
musculus L.) JANTAN HIPERURISEMIA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, April 2016
DEDECK SRININGSIH SILALAHI 110805025
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, anugerah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona Muricata L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Mencit (Mus
Musculus L.) Jantan Hiperurisemiadibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si selaku Dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing II atas segala bimbingan, arahan, saran dan atas waktu yang telah disediakan bagi penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini. Terimakasih juga kepada ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku Dosen penguji I dan kepada Ibu Dra. Elimasni, M.Si selaku Dosen Penguji II atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Ibu Dr. Saleha Hannum, M.Si selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan selaku dosen pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Roslina ginting dan Bang Erwin selaku staf pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang diberikan yang sangat bermanfaat bagi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta: Robert Silalahi dan Eva Simajuntak atas dukungan, motivasi, semangat dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih juga kepada kakak dan adik tersayang yang turut memberi semangat dan dukungan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dan kepada sahabat stambuk 2011.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Kasih-Nya Beserta kita, Amin.
Medan, April 2016
MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN HIPERURISEMIA
ABSTRAK
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Kelebihan kadar asam urat dalam darah disebut dengan hiperurisemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus L.)
jantan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 kontrol yang terdiri atas: kontrol negatif (akuades 0,1 ml), kontrol positif (otak sapi 0,15ml/ekor) selama 11 hari dan 3 perlakuan yang dibagi atas 3 konsentrasi ekstrak daun sirsak yaitu: 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian otak sapi dan ekstrak daun sirsak tidak berpengaruh terhadap berat badan mencit. Pada pemeriksaan kadar asam urat, pemberian otak sapi dapat menaikkan kadar asam urat mencit jantan secara signifikan dan pemberian ekstrak daun sirsak dapat menurunkan kadar asam urat mencit jantan secara signifikan. Pemberian ekstrak daun sirsak selama 10 hari pada konsentrasi 0,2 mg paling efektif menurunkan kadar asam urat pada mencit hiperurisemia.
OF URIC ACID IN HYPERURISEMIC MALE MICE (MUS
MUSCULUS L.)
ABSTRACT
Uric acid is a final product of purin metabolism. The aim of this study is to describe the effect of etanol extract of soursop (Annona Muricata L.) leaves on mouse blood uric acid level. This study was designed by Complete Randomized Design (CRD) with 2 cotrols: negative control (given aquadest), positive control (given cow’s brain 0,15ml/mouse) for eleven days and 3 treatmens. The treatments were: 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg respectively for ten days. Resent show the cow’s brain and soursop leaves no effect on body weight of mice. Given cow’s brain significant raise the uric acid level blood mice and soursop leaves significant lower the uric acid level blood’s mice. The giving of extract soursop leaves for ten days at concentration 0,2 mg significantly decrease uric acid level in mice hyperuricemia.
PENGHARGAAN
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sirsak.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Fitokimia Secara Kualitatif
4.2 Berat Badan Mencit (Mus musculus L.) 4.3 Kadar Asam Urat Mencit (Mus musculus L.)
Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
15 17 18
Nomor Tabel
Judul Halaman
Nomor Gambar
Judul Halaman
2.1 Struktur Kimia Asam Urat 5
2.2 Skema Terbentuknya Asam Urat 7
2.3 Peradangan Pada Pangkal Ibu Jari Kaki (gout) Akibat Kadar Asam Urat Darah yang Tinggi
Nomor Lamp
Judul Halaman
1 Dokumentasi Penelitian 24
2 Tahap Kerja Penelitian 26
3 Berat Badan Mencit Jantan 30