• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata 'Lime Streaker'

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata 'Lime Streaker'"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN

Sansevieria trifasciata

’Lime Streaker’

Oleh

Armita Fibriyanti A.34303018

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH FILTER CAHAYA DAN MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PENAMPILAN TANAMAN

Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Armita Fibriyanti A34303018

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ARMITA FIBRIYANTI. Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’. Dibimbing oleh NURUL KHUMAIDA

Saat ini Sansevieria merupakan salah satu tanaman hias yang sedang

populer. Hal ini dikarenakan Sansevieria dapat menyerap polutan dan

membersihkan udara. Masalah yang sering dihadapi dalam membudidayakan

Sansevieria adalah kualitas penampilan tanaman yang kurang menarik dan

kompak. Kualitas penampilan tanaman dapat diukur dari kekontrasan warna

tanaman dan kekompakan tanaman yang dapat diukur dari pertumbuhan vegetatif

tanaman. Tanaman yang memiliki pertumbuhan dan kualitas penampilan yang

baik dapat diperoleh dengan cara mengatur kualitas cahaya dengan menggunakan

filtercahaya dan pengaturan komposisi media tanam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter cahaya,

komposisi media tanam dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan kualitas

penampilan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’. Penelitian ini dilaksanakan di

rumah kaca PT. ASABI, Sentul Rest Area Jalan Tol Jagorawi Km 35 Bogor,

Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

dan Laboratorium Analisis Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah

dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan

Februari 2007 – Mei 2007.

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dengan rancangan lingkungan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang

terdiri atas dua faktor yaitu petak utama dan anak petak. Petak utama (P)

merupakan perlakuan bangunan filter yang terdiri dari berbagai penutup

(covering) yaitu menggunakan plastik selektif film (P1), paranet 55% (P2), plastik transparan (P3), dan filter CuSO4 2.5% (P4). Perlakuan berbagai komposisi media

tanam (A) sebagai anak petak dengan 3 taraf perlakuan, yaitu limbah tembakau :

pasir = 1:3 (A1), pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 (A2), pasir = 1 (A3).

(4)

kombinasi. Setiap kombinasi diulang sebanyak lima kali dan setiap ulangan terdiri

dari satu pot sehingga terdapat 60 satuan percobaan.

Filter cahaya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan tinggi tanaman

induk (2 MSA) dan jumlah daun tanaman induk (1-3 MSA) dan berpengaruh

sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman induk (4-14 MSA) dan tidak

berpengaruh terhadap lebar daun tanaman induk baik daun bagian atas, tengah,

maupun bawah.. Tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter CuSO4 2.5 % paling pendek (0.77cm) sedangkan yang tertinggi adalah S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang di tanam di bawah filter plastik selektif film (0.98 cm). Pada 12 Minggu Setelah Aplikasi, tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter cahaya plastik selektif film memiliki

jumlah daun paling banyak (4.87 lembar).

Perlakuan media tanam yang diberikan tidak berpengaruh pada semua

peubah yang diamati. Interaksi antara filter cahaya dan media tanam hanya

berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman induk. Pengaruh nyata terhadap

jumlah daun tanaman induk terlihat pada 9-12 MSA dan sangat nyata pada 13 –

14 MSA. Kombinasi antara plastik selektif film dan media tanam dengan

komposisi pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 menghasilkan jumlah daun baru

paling banyak (5.6 lembar daun).

Tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah bangunan plastik menghasilkan tunas baru paling banyak (9 tunas baru) dan media limbah

tembakau : pasir = 1:3 merupakan media yang menghasilkan tunas baru tanaman

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ terbanyak pada akhir penelitian ini (11 tunas baru).

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam dibawah filter plastik selektif film memiliki jumlah stomata paling banyak (20.87/mm2). Namun tanaman yang diletakkan di bawah paranet 55% memiliki persentase jumlah stomata yang

membuka lebih besar (59.06%). Stomata tanaman Sansevieria membuka pada sore

hari. Hal ini menunjukkan bahwa Sansevieria merupakan tanaman Crassulacean

Acid Metabolism (CAM). S. trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam dibawah filter plastik selektif film dan larutan CuSO4 2.5% daunnya terlihat lebih cerah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman yang kompak diperoleh pada

(5)

TANAMAN Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’

Nama : Armita Fibriyanti

NRP : A.34303018

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi NIP : 132 133 964

Mengetahui.

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP : 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 20

Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan

Bapak Ngadiman dan Ibu Rubingati

Pada umur 4.5 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak

Pertiwi, Purworejo. Tahun 1997 penulis lulus dari SDN Botodaleman, Bayan,

Purworejo kemudian pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTPN 2 Purworejo. Di

kota yang sama, selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMUN 1 Purworejo dan

lulus tahun 2003. Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program

Studi Hortikultura Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Tahun 2003-2004 penulis bergabung sebagai Staf Divisi Media Forum

for Scientific Studies (FORCES). Pada tahun 2004-2005 penulis aktif sebagai

bendahara Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), Organisasi

Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Purworejo (GAMAPURI). Tahun

2005-2006 penulis merupakan Kepala Departemen Penyelenggara Internal

HIMAGRON. Selain itu penulis juga aktif pada berbagai kegiatan dan kepanitiaan

yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi di IPB. Penulis juga tercatat

sebagai penerima beasiswa Student Equity yang diberikan oleh Direktorat

Perguruan Tinggi (DIKTI) selama 8 semester.

Pada tahun 2007 penulis menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Dasar

Hortikultura. Selanjutnya penulis mengikuti kegiatan magang kerja Belajar

Bekerja Terpadu Cooperative-Education Program) di Taman Sringanis yang

diselenggarakan oleh Kantor Jasa Ketenagakerjaan IPB bekerja sama dengan

DIKTI, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Bulan

September – Desember 2007, penulis berkesempatan untuk mengikuti training di

University of California Davis, Amerika Serikat melalui program Beasiswa

Unggulan dari Kedutaan Besar Negara Indonesia di Washington D.C.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis banyak berkarya di bidang

keilmiahan mahasiswa. Pada tahun 2006 penulis meraih penghargaan sebagai

Juara III Kompetisi Bola Voli Ekspresi Muslimah, Juara I Lomba Karya Tulis

(7)

Mahasiswa (LIIM) UGM. Tahun 2006 dan 2007 penulis mendapatkan Juara II

Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan (LITL) yang diselenggarakan oleh

Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITS, dan lolos Program Kreatifitas

Mahasiswa bidang Penelitian (PKMP) dibiayai oleh DIKTI. Tahun 2007 penulis

meraih penghargaan sebagai finalis LKTM Bidang IPA tingkat IPB, finalis

Innovative Entrepreneurship Challenges 2 (IEC 2) ITB, finalis National Inovation

Contest (NIC) ITB, penerima penghargaan rektor pada hari pendidikan 2 Mei

2007 sebagai Mahasiswa Berprestasi, juara 1 Lomba Pameran Ilmiah Mahasiswa

pada PIMNAS XX di Universitas Lampung dan lolos Program Kreatifitas

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul

Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas

Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’. Hasil penelitian ini sebagian telah dipublikasikan pada Seminar Hasil Penelitian Purna Bakti

Prof. Jajah Koswara pada bulan Agustus 2007. Penyelesaian penelitian dan

penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak.

Penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Ngadiman dan Ibu

Rubingati serta adikku, Akhmad Fuadi, yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materiil. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Due Like Batch III, yang telah membantu membiayai penelitian.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. sebagai pembimbing akademik.

4. Ani Kurniawati, SP, MSi dan Ir. Ketty Suketi, MS sebagai dosen penguji

5. PT. ASABI, yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan kegiatan

penelitian ditempatnya dan PT Sampoerna yang telah membantu

menyediakan limbah pabrik tembakau.

6. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi yang telah memberikan beasiswa

Student Equity dan kesempatan untuk mengikuti berbagai kompetisi

keilmiahan mahasiswa

7. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura

8. Teman seperjuanganku, Peni, Yani dan Wage. Teman-teman lain di

Hortikultura 40, Polkadot, Pondok Risqy, dan GAMAPURI serta

teman-teman lain yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian

hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

(9)

Halaman

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Perbandingan Rasio R/FR yang Dihasilkan CuSO4 Dengan Beberapa

Filter Cahaya Cair (Mortensen and Stromme, 1987)... 7

2. Iklim Makro di Wilayah Bogor Selama Penelitian Berlangsung... 23

3. Suhu dan Kelembaban Tiap Bangunan Filter Cahaya Selama Penelitian Berlangsung... 24

4. Intensitas Cahaya pada Berbagai Filter Cahaya Selama Penelitian

Berlangsung... 25

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Atas... 27

6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Tengah dan Bawah... 28

7. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Induk

S.trifasciata ’Lime Streaker’ pada 1, 4, 8 dan 12 MSA... 30 8. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Berbagai Kombinasi

Perlakuan Media Tanam di Awal dan Akhir Penelitian... 31

9. Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun

Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 9 MSA... 33 10.Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun

Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 14 MSA... 34 11.Pengaruh Filter Cahaya terhadap Lebar Daun Tanaman Induk

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ Bagian Atas, Tengah, dan Bawah... 36

12.Pengaruh Media Tanam terhadap Lebar Daun Tanaman Induk

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ Bagian Atas, Tengah, dan Bawah... 37 13.Persentase Stomata yang Membuka pada Sore Hari... 42

14.Rekapitulasi Pengaruh Faktor Filter Cahaya dan Media Tanam

(11)

TANAMAN

Sansevieria trifasciata

’Lime Streaker’

Oleh

Armita Fibriyanti A.34303018

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENGARUH FILTER CAHAYA DAN MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PENAMPILAN TANAMAN

Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Armita Fibriyanti A34303018

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

ARMITA FIBRIYANTI. Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’. Dibimbing oleh NURUL KHUMAIDA

Saat ini Sansevieria merupakan salah satu tanaman hias yang sedang

populer. Hal ini dikarenakan Sansevieria dapat menyerap polutan dan

membersihkan udara. Masalah yang sering dihadapi dalam membudidayakan

Sansevieria adalah kualitas penampilan tanaman yang kurang menarik dan

kompak. Kualitas penampilan tanaman dapat diukur dari kekontrasan warna

tanaman dan kekompakan tanaman yang dapat diukur dari pertumbuhan vegetatif

tanaman. Tanaman yang memiliki pertumbuhan dan kualitas penampilan yang

baik dapat diperoleh dengan cara mengatur kualitas cahaya dengan menggunakan

filtercahaya dan pengaturan komposisi media tanam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter cahaya,

komposisi media tanam dan interaksinya terhadap pertumbuhan dan kualitas

penampilan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’. Penelitian ini dilaksanakan di

rumah kaca PT. ASABI, Sentul Rest Area Jalan Tol Jagorawi Km 35 Bogor,

Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

dan Laboratorium Analisis Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah

dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan

Februari 2007 – Mei 2007.

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dengan rancangan lingkungan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang

terdiri atas dua faktor yaitu petak utama dan anak petak. Petak utama (P)

merupakan perlakuan bangunan filter yang terdiri dari berbagai penutup

(covering) yaitu menggunakan plastik selektif film (P1), paranet 55% (P2), plastik transparan (P3), dan filter CuSO4 2.5% (P4). Perlakuan berbagai komposisi media

tanam (A) sebagai anak petak dengan 3 taraf perlakuan, yaitu limbah tembakau :

pasir = 1:3 (A1), pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 (A2), pasir = 1 (A3).

(14)

kombinasi. Setiap kombinasi diulang sebanyak lima kali dan setiap ulangan terdiri

dari satu pot sehingga terdapat 60 satuan percobaan.

Filter cahaya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan tinggi tanaman

induk (2 MSA) dan jumlah daun tanaman induk (1-3 MSA) dan berpengaruh

sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman induk (4-14 MSA) dan tidak

berpengaruh terhadap lebar daun tanaman induk baik daun bagian atas, tengah,

maupun bawah.. Tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter CuSO4 2.5 % paling pendek (0.77cm) sedangkan yang tertinggi adalah S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang di tanam di bawah filter plastik selektif film (0.98 cm). Pada 12 Minggu Setelah Aplikasi, tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter cahaya plastik selektif film memiliki

jumlah daun paling banyak (4.87 lembar).

Perlakuan media tanam yang diberikan tidak berpengaruh pada semua

peubah yang diamati. Interaksi antara filter cahaya dan media tanam hanya

berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman induk. Pengaruh nyata terhadap

jumlah daun tanaman induk terlihat pada 9-12 MSA dan sangat nyata pada 13 –

14 MSA. Kombinasi antara plastik selektif film dan media tanam dengan

komposisi pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 menghasilkan jumlah daun baru

paling banyak (5.6 lembar daun).

Tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah bangunan plastik menghasilkan tunas baru paling banyak (9 tunas baru) dan media limbah

tembakau : pasir = 1:3 merupakan media yang menghasilkan tunas baru tanaman

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ terbanyak pada akhir penelitian ini (11 tunas baru).

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam dibawah filter plastik selektif film memiliki jumlah stomata paling banyak (20.87/mm2). Namun tanaman yang diletakkan di bawah paranet 55% memiliki persentase jumlah stomata yang

membuka lebih besar (59.06%). Stomata tanaman Sansevieria membuka pada sore

hari. Hal ini menunjukkan bahwa Sansevieria merupakan tanaman Crassulacean

Acid Metabolism (CAM). S. trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam dibawah filter plastik selektif film dan larutan CuSO4 2.5% daunnya terlihat lebih cerah

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman yang kompak diperoleh pada

(15)

TANAMAN Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’

Nama : Armita Fibriyanti

NRP : A.34303018

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi NIP : 132 133 964

Mengetahui.

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP : 131 124 019

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 20

Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan

Bapak Ngadiman dan Ibu Rubingati

Pada umur 4.5 tahun, penulis memasuki jenjang Taman Kanak-kanak

Pertiwi, Purworejo. Tahun 1997 penulis lulus dari SDN Botodaleman, Bayan,

Purworejo kemudian pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTPN 2 Purworejo. Di

kota yang sama, selanjutnya penulis melanjutkan studi di SMUN 1 Purworejo dan

lulus tahun 2003. Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program

Studi Hortikultura Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).

Tahun 2003-2004 penulis bergabung sebagai Staf Divisi Media Forum

for Scientific Studies (FORCES). Pada tahun 2004-2005 penulis aktif sebagai

bendahara Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON), Organisasi

Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Purworejo (GAMAPURI). Tahun

2005-2006 penulis merupakan Kepala Departemen Penyelenggara Internal

HIMAGRON. Selain itu penulis juga aktif pada berbagai kegiatan dan kepanitiaan

yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi di IPB. Penulis juga tercatat

sebagai penerima beasiswa Student Equity yang diberikan oleh Direktorat

Perguruan Tinggi (DIKTI) selama 8 semester.

Pada tahun 2007 penulis menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Dasar

Hortikultura. Selanjutnya penulis mengikuti kegiatan magang kerja Belajar

Bekerja Terpadu Cooperative-Education Program) di Taman Sringanis yang

diselenggarakan oleh Kantor Jasa Ketenagakerjaan IPB bekerja sama dengan

DIKTI, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Bulan

September – Desember 2007, penulis berkesempatan untuk mengikuti training di

University of California Davis, Amerika Serikat melalui program Beasiswa

Unggulan dari Kedutaan Besar Negara Indonesia di Washington D.C.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis banyak berkarya di bidang

keilmiahan mahasiswa. Pada tahun 2006 penulis meraih penghargaan sebagai

Juara III Kompetisi Bola Voli Ekspresi Muslimah, Juara I Lomba Karya Tulis

(17)

Mahasiswa (LIIM) UGM. Tahun 2006 dan 2007 penulis mendapatkan Juara II

Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan (LITL) yang diselenggarakan oleh

Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITS, dan lolos Program Kreatifitas

Mahasiswa bidang Penelitian (PKMP) dibiayai oleh DIKTI. Tahun 2007 penulis

meraih penghargaan sebagai finalis LKTM Bidang IPA tingkat IPB, finalis

Innovative Entrepreneurship Challenges 2 (IEC 2) ITB, finalis National Inovation

Contest (NIC) ITB, penerima penghargaan rektor pada hari pendidikan 2 Mei

2007 sebagai Mahasiswa Berprestasi, juara 1 Lomba Pameran Ilmiah Mahasiswa

pada PIMNAS XX di Universitas Lampung dan lolos Program Kreatifitas

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul

Pengaruh Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas

Penampilan Tanaman Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’. Hasil penelitian ini sebagian telah dipublikasikan pada Seminar Hasil Penelitian Purna Bakti

Prof. Jajah Koswara pada bulan Agustus 2007. Penyelesaian penelitian dan

penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak.

Penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Ngadiman dan Ibu

Rubingati serta adikku, Akhmad Fuadi, yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materiil. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Nurul Khumaida, MSi selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Due Like Batch III, yang telah membantu membiayai penelitian.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. sebagai pembimbing akademik.

4. Ani Kurniawati, SP, MSi dan Ir. Ketty Suketi, MS sebagai dosen penguji

5. PT. ASABI, yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan kegiatan

penelitian ditempatnya dan PT Sampoerna yang telah membantu

menyediakan limbah pabrik tembakau.

6. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi yang telah memberikan beasiswa

Student Equity dan kesempatan untuk mengikuti berbagai kompetisi

keilmiahan mahasiswa

7. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura

8. Teman seperjuanganku, Peni, Yani dan Wage. Teman-teman lain di

Hortikultura 40, Polkadot, Pondok Risqy, dan GAMAPURI serta

teman-teman lain yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian

hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2008

(19)

Halaman

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Perbandingan Rasio R/FR yang Dihasilkan CuSO4 Dengan Beberapa

Filter Cahaya Cair (Mortensen and Stromme, 1987)... 7

2. Iklim Makro di Wilayah Bogor Selama Penelitian Berlangsung... 23

3. Suhu dan Kelembaban Tiap Bangunan Filter Cahaya Selama Penelitian Berlangsung... 24

4. Intensitas Cahaya pada Berbagai Filter Cahaya Selama Penelitian

Berlangsung... 25

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Atas... 27

6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Tengah dan Bawah... 28

7. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Induk

S.trifasciata ’Lime Streaker’ pada 1, 4, 8 dan 12 MSA... 30 8. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Berbagai Kombinasi

Perlakuan Media Tanam di Awal dan Akhir Penelitian... 31

9. Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun

Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 9 MSA... 33 10.Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun

Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 14 MSA... 34 11.Pengaruh Filter Cahaya terhadap Lebar Daun Tanaman Induk

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ Bagian Atas, Tengah, dan Bawah... 36

12.Pengaruh Media Tanam terhadap Lebar Daun Tanaman Induk

S.trifasciata ‘Lime Streaker’ Bagian Atas, Tengah, dan Bawah... 37 13.Persentase Stomata yang Membuka pada Sore Hari... 42

14.Rekapitulasi Pengaruh Faktor Filter Cahaya dan Media Tanam

(21)

Nomor Halaman

Teks

1. Rentang Panjang Gelombang Cahaya Tampak ... 5

2. Greenhouse dengan Plastik Selektif Film sebagai Cover... 6

3. Kristal CuSO4... 7

4. Outline Tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM)... 12

5. Berbagai Bangunan Filter Cahaya yang Digunakan dalam Penelitian... 17

6. Berbagai Komposisi Media Tanam yang Digunakan dalam Penelitian ... 18

7. Kriteria Kekompakan Tanaman S. trifasciata ‘Lime Streaker’... 21

8. Pertambahan Tinggi Tanaman Induk S. trifasciata ’Lime Streaker’ pada Perlakuan Pengaruh Filter Cahaya pada 2 MSA... 29

9. Pengaruh Filter Cahaya terhadap Jumlah Daun Tanaman Induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 1, 4, 8, 12 MSA... 32

10.Pengaruh Filter Cahaya terhadap Jumlah Tunas Baru Tanaman S. trifasciata ‘Lime Streaker’ pada Akhir Pengamatan... 37

11.Pengaruh Media Tanam terhadap Jumlah Tunas Baru Tanaman S. trifasciata ‘Lime Streaker’ pada Akhir Pengamatan ... 38

12.Perbandingan Jumlah Stomata S.trifasciata ‘Lime Streaker’ pada Setiap Perlakuan Filter Cahaya... 39

13.Kondisi stomata Sansevieria trifasciata ’Lime Streaker’... 41

14.Warna Daun S. trifasciata ‘Lime Streaker’ pada Berbagai Perlakuan Filter Cahaya... 43

15.Kekompakan Tanaman S. trifasciata ‘Lime Streaker’ pada Berbagai Perlakuan Filter Cahaya pada Akhir Pengamatan... 45

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini Sansevieria merupakan salah satu tanaman hias yang sedang

populer. Hal ini dikarenakan Sansevieria dapat menyerap polutan dan

membersihkan udara. Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat (NASA)

dan Associated Landscape Contractors of Amerika (ALCA) telah menemukan bahwa Sansevieria merupakan salah satu tanaman yang dapat menyerap polutan

(formaldehid, bensen, trikloroetilen) (Peart, 2003).

Sansevieria memiliki keindahan pada warna dan bentuk daun, tergantung

varietasnya. Tanaman Sansevieria yang paling umum dijumpai adalah Sansevieria trifasciata. Masalah yang sering dihadapi dalam membudidayakan Sansevieria adalah kualitas penampilan tanaman yang kurang menarik dan kompak. Kualitas

penampilan tanaman dapat diukur dari kekontrasan warna tanaman sedangkan

kekompakan tanaman diukur dari pertumbuhan vegetatif tanaman.

Tanaman yang kontras dan kompak ini dapat diperoleh dengan cara

mengatur kualitas cahaya yang masuk atau mengenai tanaman misalnya dengan

penggunaan filter cahaya (Rajapakse dan Wilson, 2001). Kualitas cahaya

ditentukan berdasarkan rasio panjang gelombang cahaya yang diterima oleh

tanaman. Filter cahaya yang dapat digunakan adalah plastik selektif film dan

larutan filter CuSO4.

Plastik selektif film dan larutan filter CuSO4 diketahui dapat meningkatkan

rasio penerimaan cahaya merah (R) berbanding merah jauh (FR). Aplikasi

penggunaan plastik selektif film dan larutan filter CuSO4 ini sebagai penutup

(covering) bangunan tumbuh. Penggunaan plastik selektif film dan larutan filter

CuSO4 ini diketahui dapat membentuk tajuk tanaman yang lebih kompak dan

berpenampilan menarik (McMahon dan Kelly (1993); Rajapakse dan Wilson

(2001)).

Budidaya tanaman Sansevieria memerlukan media tanam yang cocok

sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Lingga (2005) menyatakan

bahwa media tanam yang baik bagi Sansevieriayaitu media yang bersifat porous,

(23)

tanam yang tepat bagi Sansevieria perlu diteliti sehingga dapat menghasilkan

tanaman yang memiliki penampilan menarik dan pertumbuhan baik.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh filter cahaya,

media tanam dan interaksi keduanya terhadap pertumbuhan dan kualitas

penampilan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’

HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Perlakuan filter cahaya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kualitas penampilan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’.

2. Perlakuan media tanam akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kualitas penampilan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’.

3. Terdapat interaksi antara filter cahaya dan media tanam dalam

menghasilkan tanaman S. trifasciata ’Lime Streaker’ yang memiliki

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Sansevieria trifasciata

Di Indonesia Sansevieria dikenal dengan sebutan tanaman lidah mertua

(motherlaw in tongue’s) (Bonar, 1994). Menurut Henley, Chase, dan Osborne (2006) Sansevieria merupakan anggota famili Agavaceae yang terdiri dari 60 spesies dan tersebar di Afrika, Arabia dan India. Spesies yang paling umum

dijumpai adalah Sansevieria trifasciata. Lingga (2005) menyatakan habitat asli Sansevieria adalah daerah tropis kering dan mempunyai iklim gurun yang panas.

Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan dapat bertahan

hidup di daerah panas seperti gurun. Pertumbuhan optimal dicapai pada siang hari

bertemperatur 24-29ºC dan malam hari 18-21ºC. Tanaman ini juga dapat

beradaptasi pada ruangan dengan suhu dan kelembaban yang rendah seperti pada

ruangan berpendingin (AC). Oleh karena itu Sansevieria dapat digunakan sebagai

tanaman dalam ruangan (Henley et al., 2006).

Ballare, Scopel, Casal, dan Sánchez (2002) menyatakan bahwa

pertumbuhan S.trifasciata yang ternaungi menjadi lambat, lemah, dan warna daun menjadi lebih hijau dengan dengan garis-garis putih pada tengah daun

menghilang. Henley et al. (2006) menyatakan bahwa Sansevieria dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dengan pencahayaan penuh maupun pencahayaan yang

kurang. Kebutuhan cahaya Sansevieria berkisar antara 1000-10.000 footcandle

(fc), tetapi masih dapat tumbuh di lingkungan yang memiliki pencahayaan

beberapa ratus footcandle saja. Sansevieria lebih menyenangi kondisi sinar matahari langsung untuk pertumbuhannya.

Peart (2003) menyatakan bahwa Sansevieria dapat menyerap gas beracun

(polutan) seperti formaldehid, bensen, dan trikloroetilen dari udara. Mekanisme

penyerapan polutan terjadi melalui stomata. Polutan ini masuk dalam jaringan

tumbuhan dan terlibat dalam metabolisme asam organik, gula dan asam amino

(Giese, Bauer-Doranth, Langebartels, dan Sandermann,1994). Menurut Lingga

(2005), satu tanaman Sansevieria efektif menyerap polutan dalam ruangan dengan

luas 10m2. Peart (2003) menyatakan keefektifan penggunaan tanaman

(25)

polutan dapat mencapai 96% CO, 99% NO2 sedangkan tanaman Epripenum dapat

menyerap 75% CO. Keefektifan tanaman Sansevieria sebagai penyerap polutan

belum diketahui namun diperkirakan keefektifannya tidak jauh dari nilai tersebut.

Chamberline (1986) menyatakan penyerapan gas-gas beracun ini dipengaruhi oleh

resistensi dan mekanisme membuka dan menutupnya stomata yang sangat

dipengaruhi oleh sifat masing-masing gas.

Dariana (2005) menyatakan manfaat lain dari tanaman Sansevieria, yaitu sebagai tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit diare, tekanan darah tinggi,

influensa, batuk dan lain-lain. Manfaat lainnya dari tanaman Sansevieria sebagai

elemen taman dan dekorasi, bahan alternatif serat tekstil.

Cahaya

Cahaya berperan utama dalam proses fotosintesis dan fotomorfogenis

melalui fitokrom (Rajapakse dan Wilson, 2001). Fitokrom merupakan penerima

cahaya yang paling efektif dalam mengendalikan proses morfogenesis tanaman

dibandingkan dengan yang lain. Fitokrom ini dapat mendeteksi gelombang cahaya

dari 300-800 nm dengan sensitifitas maksimum pada cahaya merah (R, 600-700

nm dengan puncak penyerapan pada 660 nm) dan merah jauh (FR, 700-800 nm

dengan puncak penyerapan pada 730 nm).

Cahaya tampak (380-750 nm) tersusun atas beberapa spektrum warna

dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Setiap panjang gelombang

tersebut memiliki energi yang besarnya berbanding terbalik dengan panjang

gelombang (Bidwell, 1974). Pada Gambar 1 ditunjukkan rentang panjang

gelombang cahaya tampak. Ballare et al. (2002) menyatakan bahwa tanaman

melakukan fotosintesis yang efektif pada gelombang cahaya biru (410 - 500 nm)

dan merah (610 - 700 nm). Penyerapan cahaya hijau kuning (510 – 600 nm) dan

merah jauh (700 - 800 nm) terjadi dengan lemah dan banyak foton dari gelombang

cahaya ini yang berpendar. Oleh karena itu daun terlihat berwarna hijau. Namun

radiasi cahaya merah jauh (FR) tidak terlihat oleh mata karena bukan merupakan

(26)

5

Gambar 1. Rentang Panjang Gelombang Cahaya Tampak

Sumber : Campbell et al. (1999)

Fotoreseptor fitokrom sangat respon terhadap perubahan panjang

gelombang merah (R) dan merah jauh (FR) dari spektrum cahaya tersebut.

Fitokrom berada pada dua bentuk cahaya yang dapat berubah yaitu FR aktif dan R

yang tidak aktif. Sinar merah jauh (FR) tidak efisien untuk fotosintesis, sehingga

membutuhkan penambahan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih rendah

agar lebih efisien. Ballare et. al. (2002) menyatakan bila tanaman menerima cahaya dengan rasio R/FR kecil, tanaman akan mengalami etiolasi. Sementara bila

rasio R/FR besar, maka tanaman akan membentuk tajuk yang kompak. Penelitian

Khattak, Pearson, dan Johnson (1999) bahwa cahaya merah (R) dapat

menyebabkan tanaman krisan menjadi lebih pendek 10% dibandingkan dengan

kontrol.

Filter Cahaya Plastik Selektif Film

Plastik selektif film (PSF) merupakan salah satu jenis bahan sintetis yang

dapat digunakan di rumah kaca sebagai penutup (covering). Penggunaan plastik ini sebagai penutup dapat menghasilkan tanaman yang memiliki bentuk tajuk

yang lebih kompak bila dibandingkan dengan penutup (covering) sejenis, seperti paranet. Hal ini dikarenakan PSF dapat meningkatkan rasio panjang gelombang

cahaya merah (R) yang diterima tanaman, sehingga rasio R/FR lebih besar. PSF

(27)

matahari merah jauh (FR) pada 700 - 3000 nm dari spektrum sinar matahari

(Rajapakse dan Wilson, 2001). Gambar konstruksi bangunan rumah kaca yang

menggunakan PSF sebagai penutup (covering) ditunjukkan pada Gambar 2

Gambar 2. Greenhouse dengan Plastik Selektif Film sebagai Cover.

Keterangan : cover plastik selektif film

Penggunaan PSF sebagai bahan penutup atap rumah kaca memiliki

kelemahan yaitu plastik tidak dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Plastik

mulai terdegradasi satu tahun sejak mulai pemakaian. Selain pada tanaman hias,

PSF dapat diterapkan pada industri buah dan sayur namun penggunaan PSF pada

budidaya sayuran sebagai mulsa (Rajapakse dan Wilson, 2001).

Rajapakse dan Wilson (2001) menggunakan filter cahaya merah (R) dan

merah jauh (FR) dan AR untuk mengontrol pertumbuhan tiga tanaman perenial

Salvia dan terbukti bahwa filter cahaya merah (R) dan merah jauh (FR) dapat

mempengaruhi kekompakan tanaman Salvia.

Tembaga Sulfat (CuSO4)

Tembaga sulfat (CuSO4) atau vitriol biru merupakan garam. Gambar

kristal CuSO4 disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan penelitian Rajapakse,

McMahon dan Kelly (1993) diperoleh bahwa penggunaan filter cahaya CuSO4 6%

pada tanaman krisan dapat meningkatkan rasio cahaya R/FR yang diterima oleh

tanaman. Penambahan jumlah cahaya merah (R) mengakibatkan penurunan tinggi

tanaman krisan dan panjang internode, meningkatkan sintesis klorofil daun dan

membuat tanaman lebihkompak seperti pada penggunaan retardan (zat pengatur

(28)

7

Gambar 3. Kristal CuSO4 Sumber : www.wikipedia.org (26 Januari 2008)

Mortensen dan Stromme (1987) dan Mc Mahon (1991) dalam Young,

Margaret, Nihal, Dennis (1994) meneliti bahwa filter cahaya CuSO4 dengan

konsentrasi 2.5% meningkatkan rasio panjang gelombang R/FR 4.1 kali lipat lebih

tinggi dibandingkan dengan filter cahaya cair yang lain (air, pewarna biru, hijau

dan kuning). Filter cahaya CuSO4 dengan konsentrasi 16% meningkatkan rasio

panjang gelombang R/FR 7.2 kali lipat lebih tinggi. Secara lebih jelas hal ini

terangkum pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Rasio R/FR yang Dihasilkan CuSO4 dengan Beberapa

Filter Cahaya Cair (Mortensen and Stromme, 1987)

Rasio R/FR Universitas Filter

Kisaran Luas** Kisaran Sempit***

Norway Air

Mekanisme penghambatan tinggi pada tanaman yang ditumbuhkan

dibawah bangunan filter yang terbuat dari lapisan CuSO4 adalah sebagai berikut.

Cahaya merah (R) pada bangunan filter ini menurut Rajapakse et al. (1993) lebih banyak dibandingkan cahaya merah jauh (FR). Fitokrom, sebuah pigmen yang

(29)

berbeda yang dapat saling berganti. Bentuk ini dinamakan sesuai dengan warna

cahaya yang diserap secara maksimal : Pr adalah fitokrom yang menyerap cahaya

merah (660 nm) dan Pfr fitokrom yang menyerap cahaya merah jauh (730 nm).

Ketika Pr menyerap cahaya merah (R) maka akan dikonversi ke bentuk Pfr.

Bentuk Pfr aktif ini selanjutnya akan menginisiasi respon biologis termasuk salah

satunya fotomorfogenesis, contohnya perpanjangan daun, pembukaan stomata dan

perkembangan kloroplas.

Penggunaan filter cahaya CuSO4 di rumah kaca memiliki beberapa

kelemahan. Masalah yang sering dihadapi yaitu kesulitan dalam penerapan cairan

di lapisan kaca, pengaruh tekanan dan gravitasi dan harus melakukan pergantian

larutan (Rajapakse et al. 1993).

Naungan (Paranet)

Lingga (2005) menyatakan bahwa tanaman Sansevieria yang ditempatkan

dalam ruang dengan pencahayaan 150 footcandle mengalami pertumbuhan yang

melambat dan akhirnya melemah. Bahkan S.trifasciata ’Laurentii’ mengalami

kematian fisiologis ketika ditempatkan pada ruangan dengan pencahayaan kurang

dari 150fc dalam waktu lebih dari satu minggu. Terhambatnya pertumbuhan ini

disebabkan karena jaringan tanaman mengalami etiolasi dan melemah. Penelitian

yang dilakukan oleh Mulyana (2006) pada tanaman kedelai bahwa naungan

paranet 55% meningkatkan tinggi tanaman kedelai sebesar 109.13% pada 7 MSA

tetapi menurunkan jumlah daun sebesar 38.99 % pada 8 MSA

Ada tiga cara yang dilakukan tanaman untuk beradaptasi di bawah

naungan permanen agar dapat mempertahankan keseimbangan karbon yang

positif yaitu dengan pengurangan kecepatan respirasi untuk menurunkan titik

kompensasi, peningkatan luas daun agar dapat mengabsorbsi cahaya, dan

peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi cahaya dan luas daun.

Etiolasi merupakan strategi paling umum yang dilakukan tanaman untuk

(30)

9

Media Tanam

Media tanam merupakan faktor penting dalam produksi tanaman hias

sebagai tempat tanaman tumbuh, berakar dan berkembang. Pemilihan media

tanam harus sesuai dengan tujuannya, sebagai media semai dan perbanyakan atau

tempat tumbuh sampai produksi (Surkati, 1987). Media tanam yang baik

mempunyai sifat mudah ditangani, mengandung unsur yang cukup untuk

mendukung pertumbuhan tanaman, aerasi yang baik, mampu mengikat air, murah,

dan mudah didapat, bebas penyakit, hama dan gulma (Ellis dan Swaney,1947).

Media pengakaran harus memberikan kelembaban dan oksigen yang cukup.

Media tanam pasir atau air saja cukup memuaskan untuk media stek tanaman

yang mudah berakar (Harjadi, 1989).

Jenis media tanam yang digunakan terdiri atas dua macam yaitu, campuran

tanah (Soil mixes) yang mengandung tanah alami dan campuran bukan tanah

(Soilles mixes) yang tidak mengandung tanah alami. Media tanam dengan campuran tanah, pasir, gambut, dan bahan-bahan anorganik buatan seperti

vermikulit (mika yang mengembang) dan perlit (lava volkan yang mengembang)

telah banyak digunakan. Jenis media soilles mixes sering digunakan untuk

produksi bibit tanaman hias karena sifatnya yang lebih ringan (Harjadi, 1989).

Sansevieria membutuhkan media tanam yang sama dengan jenis tanaman

sukulen lainnya. Hal ini diungkapkan dalam Lingga (2005). Media tersebut yaitu

berupa media yang porous, sedikit kandungan bahan organik, dan tidak cepat

melapuk. Media tanam yang terdiri dari pasir : arang sekam: serbuk batang pakis

dengan perbandingan 2 : 1 : 1 merupakan media tanam Sansevieria yang dapat

digunakan pada Sansevieria yang ditanam di dalam ruangan atau ditempat dengan

pencahayaan yang rendah.

Limbah Tembakau

Wikipedia Indonesia (2006) menjelaskan bahwa Tembakau (Nicotiana

spp., L.) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang berasal dari daerah

Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering digunakan

(31)

PT Sampoerna merupakan salah satu produsen rokok di Indonesia. Pabrik

rokok ini menghasilkan limbah produksi tembakau 180 000 metric ton/musim. PT

Sampoerna menghadapi kendala dalam memanfaatkan limbah tembakau ini

karena volumenya terus bertambah namun pemanfaatan terhadap limbah ini

belum optimal (Sampoerna, 2007).

Terdapat empat jenis limbah pabrik yaitu sludge (limbah cair/padatan

setelah treatment di pengolahan limbah, seperti Lumpur), beat (potongan tangkai, cabang, daun), furnish ash (abu, sisa bakaran limbah rokok (kertas, cengkeh, tembakau, saos dan lain-lain) yang memiliki kandungan aluminium tinggi), dust

(debu) (Sampoerna, 2007).

Pada penelitian ini, limbah tembakau yang digunakan adalah jenis beat.

Berdasarkan analisis unsur makro dan mikro yang dilakukan oleh Balai Penelitian

Tanah tahun 2007 (Sampoerna, 2007) limbah jenis beat mengandung unsur

makro: N-organik sebesar 1.63%, NH4 (0.26%), NO3 (0.74%), P2O5 (0.56%), K2O

(12.17%), Na (0.12%), Ca (1.48%), Mg (0.42%). Unsur mikro yang terkandung

dalam limbah beat sebagai berikut; S (0.26%), Fe (130 ppm), Al (164 ppm), Mn

(90 ppm), Cu (11 ppm), Zn (14 ppm). Kadar air dalam limbah beat ini sebesar 5.37% dengan pH 5.1, kandungan C organik sebesar 39.11%.

Aplikasi pemanfaatan limbah tembakau sebagai pupuk kompos pada lahan

pisang, jagung dan padi di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan Jawa Timur.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2006) menyampaikan bahwa di Kebun

Raya tersebut pemanfaatan limbah tembakau 100% dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman pisang, jagung dan padi. Namun untuk tanaman lain,

limbah tembakau 25 % sebaiknya dicampur dengan media tanam yang lain.

Pasir

Pasir memiliki sifat lepas dan tidak lekat. Pasir berbentuk bulat, bersudut

(angular) atau pipih. Pasir memiliki ukuran partikel yang lebih besar dari partikel

tanah yang lain yaitu 0.5 – 0.25 mm dan ruang pori yang berkisar antara 35-50%

sehingga pasir memiliki drainasi yang baik dan porositas yang besar. Oleh karena

itu media ini dapat meneruskan infiltrasi air yang cepat. Infiltrasi adalah proses

(32)

11

memiliki kecepatan infiltrasi sebesar 10-3 cm/s lebih tinggi dibandingkan tanah liat sebesar 10-5 cm/s (Flegman dan George, 1975).

Pasir merupakan salah satu media tanam yang penting seperti diungkapkan

oleh Rubatzky dan Yamaguchi (1998). Hal ini dikarenakan pasir dapat

meningkatkan ruang pori dan memperbaiki aerasi tanah.

Arang sekam

Arang sekam merupakan media tanam yang memiliki porositas yang

tinggi sehingga dapat memperbaiki aerasi dan drainase namun dapat menurunkan

kapasitas menahan air. Kemampuan menyimpan air pada sekam padi sebesar

12.3%. Nilai ini jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan pasir yang

memiliki kapasitas menahan air sebesar 33.7 % (Nelson, 1981).

Arang sekam berasal dari sekam yang dibakar secara tidak sempurna dan

banyak digunakan sebagai media atau campuran media tanam untuk mengurangi

bobot media dan memberikan lingkungan tumbuh yang lebih baik. Arang sekam

ini berwarna hitam akibat adanya proses pembakaran sehingga daya serap

terhadap panas tinggi dan dapat menaikkan suhu dan mempercepat

perkecambahan (Murbandono, 1993)

Penambatan CO2 pada Spesies Sukulen (Metabolisme Asam Crassulaceae)

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman sukulen adalah

berbagai spesies tanaman yang hidup di iklim kering, mempunyai daun tebal,

kutikula tebal, dan disertai laju transpirasi rendah. Tanaman ini biasanya tidak

memiliki lapisan sel palisade yang berkembang sempurna dan sebagian besar sel

fotosintesis daun atau batang adalah mesofil bunga karang. Sel-selnya memiliki

vakuola yang cukup besar dibandingkan dengan lapisan tipis sitoplasmanya.

Pada Gambar 4 diperlihatkan transpirasi dan penambatan CO2 sepanjang

hari selama 24 jam. Pada Gambar 4 di atas menggambarkan pembukaan stomata,

pengambilan CO2, dan perubahan asam malat selama 24 jam. Stomata membuka

pada malam hari untuk mengambil CO2 dan menjaga kadar air. Gambar 4 bagian

kanan menunjukkan bahwa stomata tertutup pada siang hari, CO2 disimpan untuk

(33)

Gambar 4. Outline Tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Sumber: www.rhode.phsscience.org (10 September 2007)

Metabolisme CO2 pada tumbuhan sukulen tidak seperti pada tanaman

lazimnya. Metabolisme ini dikenal dengan nama Crassulacean Acid Metabolism

(CAM). Berbagai tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman CAM yaitu famili

Orchidaceae, Bromeliaceae, Liliaceae, Euphorbiaceae, Cactaceae. Tanaman ini

biasa hidup di daerah kering, semi-kering, dan daerah epifit. Pada habitat ini,

tanaman CAM harus mengefisienkan penggunakan CO2 dan H2O. Tanaman ini

membuka stomata dan menambat CO2 menjadi asam malat pada malam hari

ketika suhu lebih sejuk dan kelembaban nisbi tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).

Kemampuan tumbuhan untuk menjalankan CAM selain ditentukan oleh

genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yaitu cekaman air, ketersediaan CO2

perubahan suhu siang-malam seperti disebutkan dalam Salisbury dan Ross (1995).

Saat kondisi lingkungan sekitar sangat kering, tanaman ini bahkan tidak membuka

stomatanya baik pada malam maupun siang hari. Oksigen yang dihasilkan pada

fotosintesis digunakan untuk respirasi, begitu pula dengan CO2. Tanaman ini

memiliki kemampuan recovery yang sangat cepat bila air di lingkungan tersedia lagi (Ransom S. L. dan Thomas M, 1960). Apabila tingkat CO2 pada malam hari

lebih rendah dibandingkan siang hari karena adanya fotosintesis maka tanaman

akan berubah ke sistem metabolit CAM. Kelembaban yang cukup, suhu yang

mendekati titik beku diikuti tingkat cahaya yang tinggi pada tengah hari

menyebabkan perubahan suhu daun sangat besar sehingga berlangsunglah CAM

(34)

13

Ransom S. L. dan Thomas M (1960) menyatakan bahwa tipe fotosintesis

C4 dan CAM merupakan bentuk adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan

yang kering karena mereka harus lebih mengefisienkan penggunaan air. Namun

antara tanaman C4 dan CAM berbeda (Salisbury dan Ross, 1995; Hopkins dan

Huner, 2004). Perbedaan ini terletak bahwa pada tumbuhan C4, pemisahan ruang

antar mesofil dan sel seludang berkas membantu pembentukan malat dan

dekarboksilasi dan keduanya terjadi pada siang hari. Namun pada tumbuhan

CAM, kedua proses ini terjadi pada malam hari sedangkan yang lainnya terjadi

pada siang hari.

Stomata

Epidermis daun memiliki sebuah pori yang berguna untuk pertukaran gas

antara ruang antar sel dan lingkungan sekitar. Pori ini sering disebut dengan

stomata. Stomata ini dikelilingi oleh sel epidermis khusus yang disebut sel

penjaga (guard cell). Stomata banyak ditemukan pada bagian daun tanaman,

namun terdapat juga di bunga, batang, akar. Fungsi utama stomata untuk

mengambil CO2 dari udara untuk proses fotosintesis dan mengendalikan proses

transpirasi. Fungsi lain dari stomata adalah untuk mengenali kandungan polutan

pada udara misalnya sulfur dioksida (SO2) (Hopkins dan Huner, 2004)

Jumlah dan distribusi stomata bervariasi pada setiap tanaman tergantung

pada spesies tanaman, posisi daun, kromosom set, dan lingkungan pertumbuhan.

Jumlah stomata berkisar antara 20 – 400 stomata/mm2. Pada tanaman herba

monokotil sebagai contoh yaitu rumput, stomata juga terdapat pada bagian bawah

(abaxial) dan juga bagian atas (adaxial) sedangkan pada tanaman dikotil, stomata

banyak terdapat pada bagian bawah daun. Pada tanaman dikotil berkayu, stomata

hanya terdapat pada bagian bawah daun sedangkan tanaman yang mengapung

diatas air (contoh : lili air) memiliki stomata hanya pada bagian atas daun

(Hopkins dan Huner, 2004).

Pembukaan stomata dipengaruhi oleh tekanan turgor sel penjaga. Apabila

tekanan turgor sel penjaga meningkat maka stomata akan membuka dan jika

(35)

akan membuka pada siang hari untuk proses fotosintesis namun pada tanaman

CAM stomata membuka pada sore atau malam hari (Salisbury dan Ross, 1995).

Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang

antar sel melebihi titik kritis. Hal ini diduga disebabkan gradien uap yang tajam

mendorong penutupan stomata. Suhu tinggi (30 – 350C) biasanya menyebabkan

stomata menutup. Hal ini diduga sebagai respon tak langsung tumbuhan terhadap

keadaan rawan air atau disebabkan laju respirasi naik sehingga kadar CO2 dalam

(36)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca PT. ASABI, Sentul Rest Area

Jalan Tol Jagorawi Km 35 Desa Kedungmangu Kecamatan Babakan Madang

Kabupaten Bogor. Analisis stomata dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi

Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Analisis media tanam dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia

dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari – Mei 2007.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ tinggi 25-30 cm dan memiliki 3-5 daun. Filter cahaya yang digunakan

adalah plastik selektif film, paranet 55%, plastik transparan biasa dan larutan

CuSO4 2.5%. Media tanam yang digunakan adalah pasir, arang sekam, pakis, dan limbah tembakau. Alat yang digunakan luxmeter, hygro-termometer, pot plastik

diameter 15 cm, gelas preparat, alat-alat pertanian, dan alat penunjang lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (split plot) dengan rancangan lingkungan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) yang

terdiri atas dua faktor yaitu petak utama dan anak petak. Petak utama (P)

merupakan perlakuan bangunan filter yang terdiri dari berbagai penutup

(covering) yaitu menggunakan plastik selektif film (P1), paranet 55% (P2), plastik transparan (P3), dan filter CuSO4 2.5% (P4). Perlakuan berbagai komposisi media tanam (A) sebagai anak petak dengan 3 taraf perlakuan, yaitu limbah tembakau :

pasir = 1:3 (A1), pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 (A2), pasir = 1 (A3).

Pada penelitian ini, perlakuan yang lebih diutamakan yaitu pengaruh filter

cahaya. Namun, penulis mengalami kesulitan untuk menempatkan filter cahaya

(37)

berbagai filter cahaya dengan ukuran kecil dan dalam jumlah banyak (3 buah

bangunan untuk setiap perlakuan filter cahaya). Oleh karena itu, penulis

memodifikasi rancangan dengan cara menempatkan filter cahaya sebagai petak

utama dan komposisi media tanam sebagai anak petak.

Penelitian terdiri dari empat petak utama dan tiga anak petak sehingga

terdapat 12 kombinasi. Setiap kombinasi diulang sebanyak lima kali dan setiap

ulangan terdiri dari satu pot sehingga terdapat 60 satuan percobaan. Tata Letak

Percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Data dianalisis dengan uji F. Jika

hasil uji F berpengaruh nyata, maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji

Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Tukey pada taraf 5%.

Model aditif linier percobaan adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + τi + j + k + αik + (τ )ij + εijk

Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan filtercahaya ke i, komposisi media tanam ke j dan ulangan ke k

µ : Nilai rataan umum

τi : Pengaruh utama perlakuan filtercahaya ke i

j : Pengaruh komposisi media ke j k : Pengaruh ulangan ke k

αik : Komponen acak dari petak utamayang menyebar normal. (τ )ij : Pengaruh interaksidari filtercahaya dan komposisi media

εijk : Pengaruh galat percobaan filtercahaya ke i, komposisi media tanam ke j pada ulangan ke k

i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3

k= 1, 2, 3, 4, 5

Pelaksanaan

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

Persiapan bangunan filter cahaya

Persiapan filter cahaya yang dilakukan meliputi pembuatan dan penataan.

Bangunan filter cahaya terdiri dari empat buah untuk masing-masing perlakuan,

(38)

17

transparan biasa, dan bangunan yang beratap aquarium kaca yang berisi larutan

CuSO4 2.5%. Tinggi larutan CuSO4 2.5% pada aquarium kaca adalah 0.8 cm. Di atas aquarium kaca tersebut ditutupi oleh selembar kaca dengan tujuan untuk

menghindari terjadinya penguapan dan masuknya air hujan. Keempat bangunan

filter cahaya tersebut diletakkan berdekatan dalam satu area. Gambar berbagai

filter cahaya dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Berbagai Bangunan Filter Cahaya yang Digunakan dalam Penelitian

Keterangan: Tanda menunjukkan filter cahaya digunakan sebagai penutup (covering)

Pemilihan penggunaan plastik selektif film dan larutan CuSO4 sebagai filter cahaya didasarkan pada kemampuannya untuk meningkatkan rasio

penerimaan cahaya R/FR sedangkan paranet 55% dan plastik transparan

digunakan sebagai pembanding.

Persiapan bahan tanaman dan media tanam

Tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang memiliki kondisi seragam

diperoleh dengan cara membelinya dari nurseri tanaman hias di wilayah Bogor.

(39)

Media tanam limbah tembakau diperoleh dari pabrik rokok PT. Sampoerna di

Jawa Timur, sedangkan pasir, pakis dan arang sekam diperoleh dari toko pertanian

‘Tani Jaya’ Bogor. Limbah tembakau yang digunakan merupakan limbah yang

berasal dari pabrik rokok PT Sampoerna yang berupa selats. Sebelum penelitian

dimulai, limbah tembakau ini dikomposkan terlebih dahulu menggunakan EM4

selama satu bulan. Namun sebelumnya limbah tembakau ini telah dikomposkan

terlebih dahulu di PT Sampoerna sebelum dikirimkan ke penulis. Media tanam

dipersiapkan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan sebelumnya. Gambar

berbagai komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian ini disajikan

dalam Gambar 6.

Gambar 6. Berbagai Komposisi Media Tanam yang Digunakan dalam Penelitian

Pemilihan penggunaan limbah tembakau sebagai komponen media tanam

dalam penelitian ini didasarkan karena adanya kerjasama dari tim penulis dengan

PT Sampoerna untuk membantu mengurangi volume limbah tembakau di PT

Sampoerna. Harapan selanjutnya, limbah tembakau ini dapat digunakan sebagai

kompos dan dapat diaplikasikan pada tanaman.

Komposisi media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah

limbah tembakau : pasir = 1 : 3, pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1, pasir = 1.

Sebelum menggunakan media tanam limbah tembakau : pasir = 1 : 3, penulis telah

menggunakan media tanam limbah tembakau : pasir = 1 : 1. Namun tanaman

S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang ditanam pada media limbah tembakau : pasir = 1 : 1 mengalami kebusukan sehingga penulis akhirnya menggunakan media tanam

limbah tembakau : pasir = 1 : 3. Pemilihan penggunaan media tanam pasir : arang

sekam : pakis = 2 : 1 : 1 didasarkan pada Lingga (2005). Pemilihan penggunaan

A2: pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 A1: Limbah tembakau :

pasir = 1: 3

(40)

19

media tanam pasir = 1 didasarkan pada habitat asli Sansevieria yang berasal dari

gurun (Henley et al., 2006).

Penanaman bahan tanaman dan pemeliharaan

Setelah semua bahan tanaman dan media telah siap, maka selanjutnya

tanaman ditanam sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Kemudian

tanaman dipindah ke setiap bangunan filter cahaya. Pemeliharaan yang dilakukan

meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan

penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan dengan volume

250ml/tanaman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan

sabit. Pemupukan menggunakan pupuk daun Growmore (NPK 20:20:20) dosis

2.5g/L dengan volume 7 ml/tanaman. Pemupukan ini dilakukan pada sore hari

pada saat stomata S.trifasciata ’Lime Streaker’ membuka dan dilakukan setiap minggu. Pemupukan dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk langsung ke

daun tanaman.

Pengamatan

Data di peroleh dari pengamatan dan pengukuran baik yang dilakukan di

laboratorium maupun lapangan menggunakan metode-metode yang telah

ditentukan. Berikut ini adalah peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu :

1. Tinggi tanaman induk

Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan setiap minggu dari 1-14

Minggu Setelah Aplikasi (MSA). Peubah ini diukur dari satu centimeter di

atas permukaan media tanam hingga ujung daun terpanjang. Pada

pengolahan data tinggi tanaman induk digunakan pertambahan tinggi

tanaman.

2. Lebar daun tanaman induk

Pengamatan lebar daun dilakukan setiap minggu dari 1-14 MSA. Lebar daun

yang dihitung merupakan lebar daun tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ pada bagian atas, tengah, dan bawah. Setiap bagian lebar daun pada atas,

(41)

3. Jumlah daun per roset tanaman induk

Pengamatan terhadap jumlah daun per roset dilakukan setiap minggu selama

14 MSA. Jumlah daun per roset diperoleh dengan menghitung semua daun

yang sudah terbuka penuh.

4. Jumlah tunas baru

Jumlah tunas baru diperoleh dengan menghitung semua tunas baru yang

sudah muncul di atas permukaan media tanam. Pengamatan terhadap peubah

ini dilakukan setiap minggu sejak munculnya tunas baru. Waktu muncul

tunas baru pada setiap tanaman induk berbeda-beda.

5. Jumlah stomata dan perilaku stomata.

Pengamatan stomata dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian yaitu

pada 3 MSA. Perilaku stomata diamati pada pukul 09.00 WIB dan pukul

17.00 WIB. Tanaman penelitian berada di Sentul, Bogor namun

Laboratorium Ekofisiologi yang merupakan tempat untuk meneliti jumlah

dan perilaku stomata berada di Darmaga Bogor. Oleh karena itu diperlukan

metode tertentu untuk mengamati stomata ini sehingga data yang diperoleh

lebih akurat. Secara lebih jelas, metode pengamatan jumlah dan perilaku

stomata disajikan pada Lampiran 2.

Pengamatan jumlah dan perilaku stomata diamati keesokan harinya setelah

dilakukan pengambilan contoh. Pengamatan jumlah dan perilaku stomata

dilakukan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 20 kali dengan luas

bidang pandang 0.6174 mm2. 6. Warna Daun

Peubah warna daun diukar secara visual dengan cara melihat kecerahan dan

kekontrasan warna daun S. trifasciata ’Lime Streaker’. Tanaman difoto pada akhir pengamatan dengan intensitas cahaya, hari dan kamera yang sama.

7. Kekompakan Tanaman

Kekompakan tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ diamati dengan cara menyusun kriteria kekompakan tanaman terlebih dahulu seperti ditunjukkan

pada Gambar 7. Kekompakan di tentukan pada akhir pengamatan (14

MSA). Berdasarkan kriteria tersebut dapat ditentukan kekompakan tanaman

(42)

21

dikehendaki adalah tanaman yang pendek, berdaun lebar, memiliki jumlah

daun dan tunas baru yang banyak. Tinggi tanaman harus sesuai dengan lebar

pot. Kriteria ini didasarkan pada survei di nurseri tanaman hias dan

komunikasi pribadi antara penulis, penjual tanaman hias, maupun para

konsumen.

4 3 2 1

Gambar 7. Kriteria Kekompakan Tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’

Keterangan:

4 = Sangat kompak. Tanaman memiliki tinggi 1.5-2 kali diameter pot atau 22.5-30 cm, tanaman padat dan memiliki tajuk rapi, tertata dan tidak menyebar,

memiliki jumlah daun minimal 5 lembar, lebar daun 5-6 cm

3 = Kompak. Tanaman memiliki tinggi kurang 1.5-2 kali diameter pot atau 22.5-30 cm, tanaman padat dan memiliki tajuk rapi, tertata dan tidak menyebar,

memiliki jumlah daun 4-5 lembar, lebar daun 4-5 cm

2 = Agak kompak. Tanaman memiliki tinggi kurang atau lebih dari 1.5-2 kali diameter pot atau kurang atau lebih dari 22.5-30 cm, tanaman kurang padat

dan memiliki tajuk agak rapi, tertata dan sedikit menyebar, memiliki jumlah

daun minimal 4-5 lembar, lebar daun 3-4 cm

1 = Kurang kompak. Tanaman memiliki tinggi kurang atau lebih dari 1.5-2 kali diameter pot atau kurang atau lebih dari 22.5-30 cm, tanaman kurang padat

dan memiliki tajuk kurang rapi, kurang tertata dan menyebar, memiliki

jumlah daun kurang dari 3 lembar, lebar daun 4 cm

Selama penelitian berlangsung, kelembaban relatif, suhu dan intensitas

(43)

Kelembaban relatif dan suhu diukur dengan menggunakan hygro-termometer

setiap hari selama penelitian berlangsung. Kelembapan relatif dan suhu diukur

diukur satu kali dalam sehari yaitu pada rentang pukul 12.00-13.00 di setiap

bangunan filter. Intensitas cahaya matahari diukur dengan luxmeter. Pengukuran

intensitas cahaya matahari dilakukan satu kali selama penelitian berlangsung yaitu

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2007 pada waktu

musim penghujan dengan suhu rata-rata selama penelitian sekitar 25.6oC (Tabel 2) dan termasuk suhu yang sesuai untuk pertumbuhan Sansevieria, seperti yang

dikemukakan oleh Henley et al. (2006) bahwa Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan mampu bertahan hidup di daerah panas seperti gurun.

Pertumbuhan optimal tanaman Sansevieria dicapai pada siang hari dengan suhu

24-29ºC dan malam hari 18-21ºC. Suhu mikro di dalam bangunan filter rata-rata

sebesar 35.77 ºC (Tabel 3). Intensitas cahaya rata-rata selama penelitian

berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi sebesar 251.3 kal/cm2/hari (Tabel 2). Menurut Henley et al. (2006) intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis tanaman Sansevieria pada lahan terbuka 71 664 – 89 850 kal/cm2/hari (fc) sedangkan pada naungan (shade house) antara 8 958 – 53 748 kal/cm2/hari.

Data iklim yang diperoleh adalah data iklim lokasi penelitian secara makro

dan mikro. Data iklim makro (Tabel 2) diperoleh dari Stasiun Klimatologi

Darmaga Bogor untuk wilayah Bogor sedangkan data iklim mikro merupakan

data iklim yang diteliti di lokasi penelitian.

Tabel 2. Iklim Makro di Wilayah Bogor Selama Penelitian Berlangsung

Bulan Suhu

Sumber: Stasiun Klimatologi, Darmaga (2007)

Data merupakan rataan dari pengukuran setiap hari

Data iklim mikro yang diamati selama penelitian meliputi suhu,

kelembaban dan intensitas cahaya. Suhu dan kelembaban udara diukur setiap hari

selama penelitian berlangsung sedangkan intensitas cahaya diukur satu kali

selama penelitian pada saat hari cerah. Pada Tabel 3 disajikan mengenai data suhu

(45)

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Tiap Bangunan Filter Cahaya Selama Penelitian Februari 35.61 54.73 34.69 51.88 38.44 62.02 36.22 51.85 36.24 55.12

Maret 35.04 55.20 33.85 51.82 36.56 66.16 33.19 49.52 34.66 55.68

April 37.17 54.08 34.59 50.28 38.73 63.19 36.55 49.58 36.76 54.28

Mei 33.00 54.67 34.67 51.33 42.33 63.79 31.67 50.32 35.42 55.03

Rata-rata 35.21 54.67 34.45 51.33 39.02 63.79 34.41 50.32 35.77 55.03

Keterangan: Pengamatan dilakukan setiap hari selama penelitian pada rentang pukul 12.00-13.00 Data primer merupakan rataan dari pengukuran setiap hari

Suhu tertinggi (39.02ºC) selama penelitian diperoleh pada bangunan

plastik sedangkan yang terendah (34.45ºC) pada bangunan paranet 55%. Rasio

R/FR yang besar pada filter larutan CuSO4 2.5% dan plastik selektif film

menyebabkan suhu lebih rendah. Panjang gelombang inframerah diketahui

sebagai elemen panas dari matahari sehingga dengan meningkatnya rasio R/FR

dapat mengurangi panas yang berada dalam filter tersebut. Pada bangunan dengan

penutup (covering) plastik, energi yang masuk ke dalam bangunan tidak dapat keluar lagi karena terhalang plastik sehingga energi yang ada di dalamnya terus

bertambah. Akibatnya, suhu yang ada di dalam bangunan plastik pun lebih tinggi

dibanding dengan bangunan lainnya. Dilihat dari konstruksi bangunannya,

bangunan dengan penutup (covering) plastik tidak memiliki ruang pertukaran udara yang baik. Berbeda dengan konstruksi bangunan pada ketiga filter cahaya

lainnya yang lain. Pada ketiga bangunan yang lain, semua sisi bangunan dipasang

kawat kasa sehingga terjadi pertukaran udara dengan lancar dan suhu mejadi lebih

rendah.

Kelembaban rata-rata tertinggi (63.79%) diperoleh pada bangunan filter

plastik sedangkan yang terendah pada filter larutan CuSO4 2.5%. Dilihat dari konstruksi bangunannya, bangunan dengan penutup (covering) plastik selektif film merupakan bangunan yang paling tinggi. Hal ini memungkinkan terjadinya

pertukaran udara yang lebih baik dibandingkan ketiga bangunan yang lain.

(46)

25

yang paling pendek sehingga pertukaran udara tidak lancar dan kelembaban

relatifnya paling rendah.

Pada Tabel 4 disajikan data pengukuran intensitas cahaya. Intensitas

cahaya terendah terdapat pada bangunan yang beratap (covering) plastik selektif film (30 386.30 kal/cm2/hari) diikuti oleh filter CuSO4 2.5%, paranet 55%, dan plastik. Intensitas cahaya yang rendah pada bangunan rumah kaca dengan penutup

(covering) plastik selektif film diduga disebabkan oleh adanya beberapa pohon durian yang mengelilingi bangunan filter tersebut. Selain itu, filter cahaya plastik

selektif film yang digunakan juga sudah tidak bagus (ditumbuhi oleh lumut)

sehingga tidak dapat meneruskan seluruh cahaya.

Tabel 4. Intensitas Cahaya pada Berbagai Filter Cahaya Selama Penelitian Berlangsung

Filter Cahaya Intensitas cahaya (kal/cm2/hari) Plastik Selektif Film 30 386.3

Paranet 133 360.7

Plastik 150 721.5

CuSO4 2.5% 105 109.9

Tanpa filter 271 250.4

Keterangan: Pengamatan dilakukan satu kali selama penelitian pada saat hari cerah (siang hari). Data merupakan rataan dari empat kali pengukuran

Beberapa kendala yang dihadapi selama penelitian ini adalah robohnya

salah satu bangunan filter cahaya karena angin kencang sehingga tim peneliti

harus membangunnya kembali. Selain itu juga ditemui hama dan penyakit yang

ditemui pada tanaman antara lain busuk rimpang (Aspergilus niger), busuk basah (Erwinia carotovora), bercak kering (Sclerotium rolfsii), thrips (Herciothrips feronalis), kutu daun (Aphis glycine), belalang, siput. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi dengan insektisida Decis 2.5 EC dengan

konsentrasi 2 ml/l dan fungisida Dhitane konsentrasi 2 ml/l. Pengendalian

dilakukan pada 2 dan 3 MSA. Gulma yang ditemui di lahan penelitian adalah

Gambar

Gambar 1. Rentang Panjang Gelombang Cahaya Tampak
Gambar 2. Greenhouse dengan Plastik Selektif Film sebagai Cover.
Gambar 3. Kristal CuSO4
Gambar 4. Outline Tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM).
+7

Referensi

Dokumen terkait