• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2007 pada waktu musim penghujan dengan suhu rata-rata selama penelitian sekitar 25.6oC (Tabel 2) dan termasuk suhu yang sesuai untuk pertumbuhan Sansevieria, seperti yang dikemukakan oleh Henley et al. (2006) bahwa Sansevieria dapat tumbuh pada rentang suhu yang luas dan mampu bertahan hidup di daerah panas seperti gurun. Pertumbuhan optimal tanaman Sansevieria dicapai pada siang hari dengan suhu 24-29ºC dan malam hari 18-21ºC. Suhu mikro di dalam bangunan filter rata-rata sebesar 35.77 ºC (Tabel 3). Intensitas cahaya rata-rata selama penelitian berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi sebesar 251.3 kal/cm2/hari (Tabel 2). Menurut Henley et al. (2006) intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis tanaman Sansevieria pada lahan terbuka 71 664 – 89 850 kal/cm2/hari (fc) sedangkan pada naungan (shade house) antara 8 958 – 53 748 kal/cm2/hari.

Data iklim yang diperoleh adalah data iklim lokasi penelitian secara makro dan mikro. Data iklim makro (Tabel 2) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor untuk wilayah Bogor sedangkan data iklim mikro merupakan data iklim yang diteliti di lokasi penelitian.

Tabel 2. Iklim Makro di Wilayah Bogor Selama Penelitian Berlangsung Bulan Suhu (°C) Kelembaban Nisbi (%) Intensitas (kal/cm2/hari) Hari Hujan Curah Hujan (mm/bulan) Februari 25.1 87 254 18 611 Maret 25.7 86 240 24 276 April 25.8 85 257 29 473 Mei 26.0 86 254 19 198 Rata-rata 25.6 86.2 251.3 22.5 389.6

Sumber: Stasiun Klimatologi, Darmaga (2007)

Data merupakan rataan dari pengukuran setiap hari

Data iklim mikro yang diamati selama penelitian meliputi suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Suhu dan kelembaban udara diukur setiap hari selama penelitian berlangsung sedangkan intensitas cahaya diukur satu kali selama penelitian pada saat hari cerah. Pada Tabel 3 disajikan mengenai data suhu dan kelembaban di lokasi penelitian selama penelitian berlangsung.

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Tiap Bangunan Filter Cahaya Selama Penelitian Berlangsung

Filter Cahaya

Bulan Plastik

Selektif Film

Paranet 55% Plastik CuSO4 Rata-rata

Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Februari 35.61 54.73 34.69 51.88 38.44 62.02 36.22 51.85 36.24 55.12 Maret 35.04 55.20 33.85 51.82 36.56 66.16 33.19 49.52 34.66 55.68 April 37.17 54.08 34.59 50.28 38.73 63.19 36.55 49.58 36.76 54.28 Mei 33.00 54.67 34.67 51.33 42.33 63.79 31.67 50.32 35.42 55.03 Rata-rata 35.21 54.67 34.45 51.33 39.02 63.79 34.41 50.32 35.77 55.03

Keterangan: Pengamatan dilakukan setiap hari selama penelitian pada rentang pukul 12.00-13.00 Data primer merupakan rataan dari pengukuran setiap hari

Suhu tertinggi (39.02ºC) selama penelitian diperoleh pada bangunan plastik sedangkan yang terendah (34.45ºC) pada bangunan paranet 55%. Rasio R/FR yang besar pada filter larutan CuSO4 2.5% dan plastik selektif film menyebabkan suhu lebih rendah. Panjang gelombang inframerah diketahui sebagai elemen panas dari matahari sehingga dengan meningkatnya rasio R/FR dapat mengurangi panas yang berada dalam filter tersebut. Pada bangunan dengan penutup (covering) plastik, energi yang masuk ke dalam bangunan tidak dapat keluar lagi karena terhalang plastik sehingga energi yang ada di dalamnya terus bertambah. Akibatnya, suhu yang ada di dalam bangunan plastik pun lebih tinggi dibanding dengan bangunan lainnya. Dilihat dari konstruksi bangunannya, bangunan dengan penutup (covering) plastik tidak memiliki ruang pertukaran udara yang baik. Berbeda dengan konstruksi bangunan pada ketiga filter cahaya lainnya yang lain. Pada ketiga bangunan yang lain, semua sisi bangunan dipasang kawat kasa sehingga terjadi pertukaran udara dengan lancar dan suhu mejadi lebih rendah.

Kelembaban rata-rata tertinggi (63.79%) diperoleh pada bangunan filter plastik sedangkan yang terendah pada filter larutan CuSO4 2.5%. Dilihat dari konstruksi bangunannya, bangunan dengan penutup (covering) plastik selektif film merupakan bangunan yang paling tinggi. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran udara yang lebih baik dibandingkan ketiga bangunan yang lain. Bangunan dengan penutup (covering) larutan CuSO4 2.5% merupakan bangunan

25

yang paling pendek sehingga pertukaran udara tidak lancar dan kelembaban relatifnya paling rendah.

Pada Tabel 4 disajikan data pengukuran intensitas cahaya. Intensitas cahaya terendah terdapat pada bangunan yang beratap (covering) plastik selektif film (30 386.30 kal/cm2/hari) diikuti oleh filter CuSO4 2.5%, paranet 55%, dan plastik. Intensitas cahaya yang rendah pada bangunan rumah kaca dengan penutup (covering) plastik selektif film diduga disebabkan oleh adanya beberapa pohon durian yang mengelilingi bangunan filter tersebut. Selain itu, filter cahaya plastik selektif film yang digunakan juga sudah tidak bagus (ditumbuhi oleh lumut) sehingga tidak dapat meneruskan seluruh cahaya.

Tabel 4. Intensitas Cahaya pada Berbagai Filter Cahaya Selama Penelitian Berlangsung

Filter Cahaya Intensitas cahaya (kal/cm2/hari) Plastik Selektif Film 30 386.3

Paranet 133 360.7

Plastik 150 721.5

CuSO4 2.5% 105 109.9

Tanpa filter 271 250.4

Keterangan: Pengamatan dilakukan satu kali selama penelitian pada saat hari cerah (siang hari). Data merupakan rataan dari empat kali pengukuran

Beberapa kendala yang dihadapi selama penelitian ini adalah robohnya salah satu bangunan filter cahaya karena angin kencang sehingga tim peneliti harus membangunnya kembali. Selain itu juga ditemui hama dan penyakit yang ditemui pada tanaman antara lain busuk rimpang (Aspergilus niger), busuk basah (Erwinia carotovora), bercak kering (Sclerotium rolfsii), thrips (Herciothrips feronalis), kutu daun (Aphis glycine), belalang, siput. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi dengan insektisida Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 ml/l dan fungisida Dhitane konsentrasi 2 ml/l. Pengendalian dilakukan pada 2 dan 3 MSA. Gulma yang ditemui di lahan penelitian adalah babadotan (Ageratum conizoides), jarong lalaki (Stachitarpheta indica), meniran (Phyllanthus niruri), putri malu (Mimosa pudica), patikan (Euphorbia hirta), papahitan (Axonophus compresus), Cyperus spp.. Pengendalian gulma dilakukan seminggu sekali dengan cara manual.

Kendala lain yang dihadapi yaitu mahalnya harga bahan dan alat penelitian. Harga serbuk CuSO4 yang mahal (Rp 400 000.00/250 gram) menyebabkan perlakuan larutan CuSO4 hanya diberikan pada bagian atas (atap) bangunan saja. Akibatnya pada pagi dan sore hari cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan filter tidak tersaring dengan baik. Oleh karena itu, tanaman diletakkan di bagian tengah bangunan sehingga diharapkan tanaman mendapat rasio cahaya R/FR yang sama. Selain itu, aquarium kaca dengan ukuran 240cmx180cmx0.8cm diperoleh dengan harga Rp. 1 500 000.00. Rak untuk menyangga aquarium kaca tersebut dengan ukuran 240 cm x 180 cm x 180 cm diperoleh dengan harga Rp 1 200 000.00

Pengukuran kualitas cahaya yaitu besarnya nilai R/FR pada penelitian ini hanya didasarkan pada hasil penelitian Clemson dan Norway University (Mortensen dan Stromme (1987) dan Mc Mahon (1991) dalam Young et al. (1994). Oleh karena itu dibutuhkan alat pengukur kualitas cahaya yang khusus (spektroradiometer) sehingga hasil penelitian ini lebih akurat.

Setiap tanaman penelitian disiram dengan volume yang seragam. Bangunan paranet 55% merupakan satu-satunya bangunan yang tidak berpenutup rapat. Pada bagian atas terdapat celah-celah yang memungkinkan masuknya air hujan. Akibatnya jumlah air yang diterima oleh S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditumbuhkan di paranet 55% lebih besar dari perlakuan yang lain.

Secara umum, kondisi per tanaman selama penelitian cukup baik. Rekapitulasi sidik ragam terhadap seluruh peubah yang diamati disajikan pada Tabel 4 dan 5. Filter cahaya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan tinggi tanaman induk (2 MSA) dan jumlah daun tanaman induk (1-3 MSA) dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman induk (4-14 MSA). Filter cahaya tidak berpengaruh terhadap lebar daun tanaman induk bagian atas, tengah maupun bawah. Peubah tinggi, lebar dan jumlah daun tunas baru yang dihasilkan tidak dapat diolah karena tidak semua tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ menghasilkan tunas baru. Oleh karena itu pengamatan terhadap ketiga peubah ini tidak dapat disajikan. Namun pengamatan terhadap jumlah tunas baru yang muncul pada setiap perlakuan dapat disajikan dengan cara menghitung jumlah total tunas baru yang muncul pada akhir pengamatan (14 MSA).

27

Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Induk, Jumlah Daun dan Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Atas.

Peubah MSA Filter (P) Media (A) P * A KK

Pertambahan 1 tn tn tn 24.37 a) Tinggi Tanaman 2 * tn tn 21.06 a) Induk 3 tn tn tn 20.97 a) 4 tn tn tn 25.04 a) 5 tn tn tn 18.25 a) 6 tn tn tn 22.39 a) 7 tn tn tn 17.93 a) 8 tn tn tn 21.19 a) 9 tn tn tn 13.92 a) 10 tn tn tn 6.52 a) 11 tn tn tn 12 a) 12 tn tn tn 12.13 a) 13 tn tn tn 9.86 a) Jumlah Daun 1 * tn tn 34.71 Tanaman Induk 2 * tn tn 32.64 3 * tn tn 31.97 4 ** tn tn 30.70 5 ** tn tn 29.43 6 ** tn tn 30.02 7 ** tn tn 29.26 8 ** tn tn 28.31 9 ** tn * 26.33 10 ** tn * 25 11 ** tn * 24.46 12 ** tn * 25.86 13 ** tn ** 26.32 14 ** tn ** 25.22 Lebar Daun 1 tn tn tn 22.43 Tanaman Induk 2 tn tn tn 22.50 Bagian Atas 3 tn tn tn 22.30 4 tn tn tn 21.62 5 tn tn tn 21.74 6 tn tn tn 21.64 7 tn tn tn 21.45 8 tn tn tn 21.19 9 tn tn tn 21.41 10 tn tn tn 21.40 11 tn tn tn 21.35 12 tn tn tn 21.37 13 tn tn tn 21.37 14 tn tn tn 21.25 Keterangan:

KK: Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey 5%

a) : Hasil Transformasi √x+0.5 * : berbeda nyata pada α= 5 %

Tabel 6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Filter Cahaya, Media Tanam dan Interaksinya terhadap Lebar Daun Tanaman Induk Bagian Tengah dan Bawah.

Peubah MSA Filter (P) Media (A) P * A KK

Lebar Daun 1 tn tn tn 22.12 Tanaman Induk 2 tn tn tn 21.75 Bagian Tengah 3 tn tn tn 21.59 4 tn tn tn 21.71 5 tn tn tn 21.81 6 tn tn tn 21.80 7 tn tn tn 21.64 8 tn tn tn 21.80 9 tn tn tn 21.60 10 tn tn tn 21.70 11 tn tn tn 21.67 12 tn tn tn 21.44 13 tn tn tn 21.45 14 tn tn tn 21.20 Lebar Daun 1 tn tn tn 27.57 Tanaman Induk 2 tn tn tn 25.65 Bagian Bawah 3 tn tn tn 25.66 4 tn tn tn 25.33 5 tn tn tn 25.10 6 tn tn tn 25.19 7 tn tn tn 26.55 8 tn tn tn 26.77 9 tn tn tn 26.10 10 tn tn tn 26.23 11 tn tn tn 25.88 12 tn tn tn 25.96 13 tn tn tn 25.59 14 tn tn tn 25.43 Keterangan:

KK: Koefisien Keragaman tn : tidak berbeda nyata pada uji Tukey 5%

a) : Hasil Transformasi √x+0.5 * : berbeda nyata pada α= 5 %

MSA : Minggu Setelah Aplikasi ** : berbeda nyata pada α= 1 %

Pertambahan Tinggi Tanaman Induk

Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 4, filter cahaya tidak berpengaruh nyata pada pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ sejak awal sampai akhir pengamatan kecuali pada 2 MSA. Media tanam juga tidak berpengaruh pada pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’. Interaksi antara filter cahaya dan media tanam tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman induk S. trifasciata ‘Lime Streaker’.

29

Pada 2 MSA, perlakuan filter cahaya berpengaruh nyata pada peubah pertambahan tinggi tanaman. Berikut disajikan hasil uji lanjut pengaruh filter cahaya pada peubah pertambahan tinggi tanaman induk pada 2 MSA (Gambar 8).

Gambar 8. Pertambahan Tinggi Tanaman Induk S. trifasciata ’Lime Streaker’ pada Perlakuan Pengaruh Filter Cahaya pada 2 MSA

Tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang ditumbuhkan di bawah bangunan filter plastik selektif film lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang ditumbuhkan di bawah bangunan filter cahaya yang lain. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang disampaikan oleh Wilson dan Rajapakse (2001) bahwa tinggi tanaman Salvia longispicata, Salvia splendens, dan Salvia leucantha Cav yang ditumbuhkan pada bangunan dengan penutup plastik selektif film lebih rendah 17-36 % dibandingkan dengan Salvia yang ditumbuhkan pada bangunan dengan penutup plastik biasa.

Tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ yang paling pendek diperoleh pada tanaman yang ditumbuhkan di bawah bangunan filter larutan CuSO4 2.5%. Penelitian lain yang dilakukan Mc Mahon dan Kelly (2006) bahwa tanaman poinsettia (Euphorbia pulcherrima 'Glory') yang ditumbuhkan di bawah bangunan filter CuSO4 lebih rendah 32% dibandingkan tanaman kontrol.

Pada penelitian ini, seharusnya tanaman yang ditumbuhkan pada bangunan filter dengan penutup plastik selektif film dan larutan CuSO4 2.5% memiliki pertambahan tinggi tanaman yang rendah. Namun pada tanaman yang

0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 Plastik Selektif Film

Paranet Plastik CuSO4

Filter Cahaya P e r ta m ba ha n T ing g i T a na m a n (c m

ditumbuhkan dibawah filter plastik selektif film, tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ justru memiliki pertambahan tinggi yang paling besar. Hal ini diduga karena intensitas cahaya pada plastik selektif film yang rendah (30 386.30 kal/cm/ hari) sehingga tanaman mengalami etiolasi. Pada bangunan filter dengan penutup larutan CuSO4 2.5% memiliki pertambahan tinggi yang paling rendah meskipun intensitas cahaya yang diterima besar (105 109.9 kal/cm/hari).

Selain itu, diduga tanaman S.trifasciata ’Lime Streaker’ tidak sensitif terhadap perlakuan perubahan rasio R/FR yang diterimanya melalui filter selektif film dan CuSO4 2.5%. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lestari (2007) bahwa tanaman Sansevieria trifasciata ‘Laurentii’ yang ditumbuhkan di bawah perlakuan filter selektif film memiliki pertambahan tinggi terbesar setiap minggunya.

Media tanam tidak berpengaruh pada pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ’Lime Streaker’ sampai akhir pengamatan. Pada Tabel 7 disajikan hasil pengamatan pengaruh media tanam terhadap pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ’Lime Streaker’ pada 1, 4, 8 dan 12 MSA.

Tabel 7. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman Induk S.trifasciata ’Lime Streaker’ pada 1, 4, 8 dan 12 MSA

Umur (MSA)

1 4 8 12 Perlakuan Media Tanam

...cm... Limbah tembakau : pasir = 1:3 1.19 0.88 0.87 0.77 Pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 1.07 0.81 0.76 0.72

Pasir = 1 1.00 0.80 0.76 0.71

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa media tanam dapat menurunkan pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ hingga akhir pengamatan. Media tanam pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 dan media pasir = 1 memiliki pertambahan tinggi tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ terendah yaitu 0.72 cm dan 0.71 cm pada 12 MSA.

Media tanam pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 dan media pasir = 1 mengandung kombinasi unsur-unsur makro seperti ditampilkan pada Tabel 8. Pada kedua media tanam ini, unsur nitrogen yang terkandung tidak sebanyak pada media tanam pasir : tembakau = 3 : 1 yaitu 1.30 %. Hal inilah yang diduga

31

menyebabkan tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam pada media pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 dan media pasir = 1 lebih rendah dari media tanam pasir : tembakau = 3 : 1. Pernyataan ini dikuatkan oleh Sampoerna (2007) bahwa limbah pabrik jenis beat mengandung unsur N-organik sebesar 1.63%

Tabel 8. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Media Tanam di Awal dan Akhir Penelitian

Filter Cahaya Jenis Media Nitrogen (%) Fosfor (%) Kalium (%) Awal Penelitian

Tembakau 1.30 0.04 3.75

Arang Sekam 0.65 0.09 2.54

Pasir 0.12 0.02 1.27

Pakis 0.50 0.03 1.05

Akhir Penelitian (14 MSA)

a1 0.08 0.04 0.83 a2 0.32 0.05 0.27 Plastik Selektif Film a3 0.04 0.05 0.20 a1 0.08 0.04 0.27 a2 0.19 0.04 0.18 Paranet 55% a3 0.10 0.05 0.16 a1 0.09 0.06 0.28 a2 0.24 0.05 0.19 Plastik a3 0.06 0.06 0.18 a1 0.06 0.05 0.40 a2 0.22 0.08 0.18 CuSO4 2.5% a3 0.06 0.06 0.13

Keterangan: a1= Pasir : tembakau = 3:1

a2= Pasir:arang sekam:pakis = 2:1:1 a3= Pasir = 1

Sumber : Data primer diperoleh dari analisis media tanam yang dilakukan di Laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor.

Lingga (2005) merekomendasikan kebutuhan kebutuhan nitrat (NO3), fosfor (P) dan kalium (K) untuk Sansevieria secara berturut-turut sebesar 30-39, 4-7, 120-199 ppm. Henley et al. (2006) menyebutkan bahwa nitrogen merupakan unsur yang paling penting dalam budidaya Sansevieria. Unsur nitrogen berperan dalam vase pertumbuhan vegetatif. Tanaman Sansevieria merupakan tanaman hias daun sehingga pertumbuhan vegetatifnya lebih penting daripada pertumbuhan generatifnya.

Jumlah Daun Tanaman Induk

Filter cahaya berpengaruh nyata pada 1, 2, dan 3 MSA dan berpengaruh sangat nyata pada 4 – 14 MSA pada jumlah daun tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang diamati. Pada Gambar 9, ditunjukkan mengenai pengaruh filter cahaya terhadap jumlah daun tanaman induk.

Gambar 9. Pengaruh Filter Cahaya terhadap Jumlah Daun Tanaman Induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 1, 4, 8, 12 MSA

Pada 12 MSA, tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter cahaya plastik selektif film memiliki jumlah daun terbanyak (4.87 lembar) dan sangat berbeda nyata dengan tanaman yang ditanam dibawah filter plastik (3.27 lembar). S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter cahaya plastik selektif film menerima intensitas cahaya yang paling sesuai dengan kebutuhannya yaitu sebesar 30 386.30 kal/cm2/hari. Sesuai dengan pernyataan Henley et al. (2006) bahwa intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis tanaman Sansevieria pada lahan terbuka 71 664 – 89 850 kal/cm2/hari (fc). Oleh karena itu S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter cahaya plastik selektif film berfotosintesis dengan baik sehingga dapat memproduksi daun lebih banyak dibandingkan dengan S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam di bawah filter plastik yang menerima intensitas cahaya sebesar 150 721.5 kal/cm2/hari.

Tanaman yang ditanam di dalam bangunan dengan penutup (covering) plastik selektif film dan larutan CuSO4 memiliki jumlah daun yang lebih banyak (Gambar 10) dibandingkan dengan dua perlakuan yang lainnya. Penggunaan filter cahaya CuSO4 dan plastik selektif film memiliki fungsi yang sama yaitu

0 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

Minggu S etelah Aplikasi

Ju ml ah D a u n

33

meningkatkan rasio penerimaan cahaya merah : merah jauh oleh tanaman. Menurut Wilson dalam www.clemson.edu bahwa cahaya merah dapat meningkatkan konsentrasi sitokinin pada tanaman. Besarnya konsentrasi sitokinin pada tanaman akan mempengaruhi proses organogenesis tanaman yaitu kemampuan tanaman untuk beregenerasi atau berdeferensiasi membentuk sejumlah morfogenik dari organ. Seperti diungkapkan oleh Wattimena et al. (1999) bahwa sitokinin berperan dalam pembelahan sel, morfogenesis, dan pembentukan tunas. Terbentuknya sejumlah daun baru tanaman S. trifasciata ‘Lime Streaker’ pada filter cahaya CuSO4 dan Plastik Selektif Film, diduga juga dipengaruhi oleh rangsangan sitokinin ini.

Lestari (2007) telah melakukan penelitian pada tanaman S. trifasciata ‘laurentii’ dengan hasil penelitian bahwa tanaman S. trifasciata ‘laurentii’ yang diletakkan di bawah filter selektif film dan CuSO4 2.5% menghasilkan lebih sedikit daun dibandingkan perlakuan plastik dan paranet 55%. Hasil penelitian Lestari (2007) ini berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Hal ini diduga karena tanaman Sansevieria termasuk tanaman yang kurang sensitif dan efektif terhadap perlakuan gelombang cahaya R/FR

Tabel 9. Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 9 MSA

Filter Cahaya Media

Tanam Plastik Selektif Film Paranet 55 % Plastik CuSO4 2.5% Rataan

A1 3.80abc 3.80abc 3.20bc 4.00abc 3.7j

A2 5.20a 4.40ab 2.60c 3.20bc 3.85j

A3 4.00abc 3.00bc 3.20bc 4.60ab 3.7j

Rataan 4.33i 3.73i 3.00i 3.93i

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNJ 5%

A1= Pasir : tembakau = 3:1

A2= Pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 A3= Pasir = 1

Media tanam tidak berpengaruh sejak awal sampai akhir pengamatan. Interkasi antara filter cahaya dan media tanam mulai berpengaruh nyata pada 9 - 12 MSA dan berpengaruh sangat nyata pada 13 dan 14 MSA. Pada Tabel 9 disajikan tabel interaksi filter cahaya dan media tanam terhadap jumlah daun tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 9 MSA.

Pada 9 MSA, tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang di tanam pada media tanam pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 dan ditumbuhkan di bawah bangunan filter plastik selektif film memiliki jumlah daun tanaman induk yang paling banyak (5.20 lembar) di bandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain. Namun jika tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ di tanam pada media tanam pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 dan ditumbuhkan di bawah bangunan filter plastik, jumlah daun tanaman induknya paling sedikit (2.60 lembar).

Tabel 10. Interaksi Filter Cahaya dan Media Tanam terhadap Jumlah Daun Tanaman Induk S trifasciata ‘Lime Streaker’ pada 14 MSA

Filter Cahaya Media

Tanam Plastik Selektif Film Paranet 55 % Plastik CuSO4 2.5% Rataan

A1 4.20abc 4.20abc 4.00bcd 4.80ab 4.3k

A2 5.60a 4.60abc 2.60d 3.20cd 4k

A3 5.00ab 3.20cd 3.20cd 5.20ab 4.11k

Rataan 4.93i 4.33ij 3.30j 4.02ij

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNJ 5%

A1= Pasir : tembakau = 3:1

A2= Pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 A3= Pasir = 1

Respon yang sama terlihat pada 14 MSA (Tabel 10), tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang di tanam pada media tanam pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 dan ditumbuhkan di bawah bangunan filter plastik selektif film lebih banyak memiliki daun dibandingkan dengan tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ ditumbuhkan di bawah bangunan filter paranet 55% dan filter CuSO4 2.5%. Namun pada tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditanam pada media tanam pasir = 1 dan ditumbuhkan di bawah bangunan filter plastik selektif film dan filter CuSO4 2.5% berbeda dengan tanaman yang ditumbuhkan di bawah filter paranet 55% dan plastik. Pada minggu yang sama, tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang di tanam pada media tanam pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 dan ditumbuhkan di bawah bangunan filter CuSO4 2.5% memiliki jumlah daun (3.2) yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang ditanam pada media tanam yang lainnya.

Intensitas cahaya pada bangunan plastik selektif film sebesar 30 386.30

kal/cm2/hari diduga merupakan nilai intensitas cahaya yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ terutama dalam menghasilkan

35

daun baru. Intensitas cahaya yang sesuai ini akan menghasilkan fotosintat yang cukup bagi tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ dalam mendeferensiasikan setiap selnya untuk membentuk daun baru.

Media tanam pasir: arang sekam : pakis = 2:1:1 merupakan media tanam yang porous, drainase baik dan mampu memegang air dengan cukup baik. Selain itu, dari faktor ketersediaan nutrisi dalam media tanam, komposisi media tanam pasir : arang sekam : pakis = 2 : 1 : 1 memberikan ketersediaan unsur makro nitrogen (0.32%), fosfor (0.05%), dan kalium (0.27%) yang paling mendekati kebutuhan unsur hara tanaman Sansevieria. Henley et al. (2006) menyebutkan kebutuhan unsur nitrogen dalam Sansevieria adalah 1.7-3.0 %, fosfor 0.15-0.3 %, dan kalium 2.0-3.0 %. Unsur-unsur dalam media tanam pasir : arang sekam : pakis (a2) = 2 : 1 : 1 ini tidak tercuci jika diletakkan di bawah filter cahaya plastik selektif film.

Lebar Daun Tanaman Induk

Berdasarkan Tabel 5 dan 6, perlakuan media tanam, filter cahaya maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata pada lebar daun tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ bagian atas, tengah, maupun bawah sejak awal sampai akhir pengamatan.

Pada peubah lebar daun dilakukan penghitungan terhadap selisih lebar daun antara akhir pengamatan (14 MSA) dan awal pengamatan (1 MSA). Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap lebar daun. Pada awal penelitian, lebar daun tanaman tidak sama sehingga penghitungan selisih ini berguna untuk menghindari terjadinya kebiasan hasil. Berikut disajikan pengaruh filter cahaya terhadap lebar daun tanaman induk S.trifasciata ‘Lime Streaker’ bagian atas, tengah, dan bawah (Tabel 11).

Berdasarkan Tabel 11 pada akhir pengamatan daun tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ bagian atas paling lebar diperoleh pada bangunan filter paranet 55% dan plastik sedangkan daun bagian tengah dan bawah yang terlebar diperoleh pada bangunan filter paranet 55%. Tanaman S.trifasciata ‘Lime Streaker’ yang ditumbuhkan pada paranet 55% memiliki daun yang terlebar sebagai mekanisme adaptasi tanaman terhadap cekaman naungan yaitu

kekurangan cahaya. Hasil penelitian ini sama dengan Lestari (2007) bahwa

Dokumen terkait