• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Serangga di Atas Permukaan Tanah Pada Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Serangga di Atas Permukaan Tanah Pada Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Lapangan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

FOTO SERANGGA

No Gambar Pengamatan No Gambar Pengamatan

1.

Orthoptera - Gryllidae

2.

Orthoptera – Acrididae 3.

Lepidoptera – Hesperiidae

4.

Lepidoptera – Papilionidae 5.

Lepidoptera – Megalopygidae

6.

Lepidoptera–Nymphalidae 7.

Tysanoptera. Phaleothripidae

8.

(3)

9.

Odonata – Libellulidae

10.

Hymenoptera - Vespidae 11.

Hymenoptera. Tiphidae

12.

Hymenoptera. Sphecidae 13.

Hymenoptera. Pompilidae

14.

Hymenoptera. Icneumonidae

15.

Hymenoptera –Ichneumonidae

16.

(4)

17.

Hymenoptera – Eurytomidae

18.

Hymenoptera – braconidae 19.

Hymenoptera – Specidae

20.

Hymenoptera – Vespidae 21.

Hemiptera – Coreidae

22.

Hemiptera Alydidae Hemiptera Alydidae

23.

Diptera – Sarcophagidae

24

(5)

25.

Hemiptera – Dictyopharidae

26.

Diptera – Syrphidae 27.

Diptera – Sercophagidae

28.

Diptera. Muscidae 29.

Diptera. Ephydridae

30.

Diptera. Dolichopolidae 31.

Diptera – Bombiidae

32.

Diptera Tipulidae 33.

Diptera – Tachinidae

34.

(6)

35.

Diptera – Tephritidae

36.

Diptera - Neriidae 37.

Coleptera – Chrysomelidae

38

Coleoptera - Curculinidae 39.

Coleoptera – Coccineliidae

40.

Coleoptera – Buprestidae 41.

Coleoptera – Cerambycidae

42

(7)

FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN

Pemasangan pacak Sampel Penangkapan dengan sweeping net

Pemasangan Yellow trap Penangkapan dengan Tangan (Handpicking)

Penangkapan dengan Tangan (Handpicking)

(8)

FOTO SERANGAN LALAT BUAH

Lalat buah yang sedang menyerang Pengamatan serangan lalat dilapangan

Pengambilan sampel terserang Pengamatan gejala serangan di laboratorium

(9)

Pengumpulan serangan lalat buah di Laboratorium

(10)

Bagan Penelitian

Keterangan :

= Handpicking

= Sweep Net

= Yellow Trap

30m

45m

U

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M. A & Nicholls C. I., 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. SecondEdition. Food Products Press. Binghamton (NY).

Beers, E. H., 2015. Orchard Pest Management.Washington State University. Washington.

Bennett, A., 2010. The Role Of Soil Community Biodiversity In Insect Biodiversity. Insect Conservation And Diversity, 3: 157–171.

Borror, D. J, C. A. Triplehorn and N. F. Johson., 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Soetiono Porto Soejono.Gajah Mada University Press.

Baharuddin, N. and A. Kurniati., 2004. Pengamatan Penyakit Penting Pada Beberapa Fase Perkembangan Tanaman Transgenik di Lahan Sawah dan Lahan Kering.Jurnal Sains dan Teknologi.

BPS (Badan Pusat Statistik), 2013., Statistik Tanaman Buah-Buahan Dan Sayuran Tahunan Indonesia.

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008., Perbanyakan Benih Tanaman Buah (Jambu Biji).

Fayle, T. M.; Turner, E. C; Snaddon, J. L; Chey, V. K; Chung, A. Y. C; Eggleton P, Fosterm W. A., 2009. Oil palm expansion into rain forest greatly reduces ant biodiversity in canopy, epiphytes and leaf-litter. Basic Applied Ecology. 11(2010):337-345.

Fitzherbert, E. B; Struebig, M. J; Morel, A; Danielsen, F; Bruhl, C. A; Donald, P.F; Phalan, B., 2008. How will oil palm expansion affect biodiversity?. Trends in Ecology and Evolution. 23(10):539-545.

Furlong, M. J; Zalucki, M. P., 2010. Exploiting predators for pest management: the need for sound ecological assessment. Entomologia Experimentalis et Applicata. 1(35):225-236.

Gavin, G. C. M., 2007. Expedition Field Techniques: Insects And Other Terrestrial Arthropods. Royal Geographical Society With IBG. London. Gould, Raga, A., 2002. Pest of guava. Dalam: Pena JE. Sharp JL. Wysoki M,

editor. Tropical Fruit Pest and Pollinators.Biology.Economic.Natural Enemies and Control. Wallington: CABI. Hlm 295-314.

(12)

Henuhili, V., 2010. Budidaya dan Peningkatan Nilai Jual Jambu Air di Wilayah Pedukuhan Jogotirto, Desa Krasakan, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Negeri Yogyakarta.

Kalshoven, L. G. E., 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesia.

Merril, E. D. and Perry, L. M. 1938.Syzygium samarangense(Blume) Merr. & L. M. Perry.J. Arnold Arbor. 19(2): 115

Nenet S, Sumeno dan Sudarjat. 2005. Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjajaran. Bandung.

Orwa, C., A. Mutua., Kindt, R., Jamnadass, R., S. Anthony. 2009. Syzygium samarangense Agroforestree Database: a tree reference and selection

guide version 4.0. diakses dari

Pateel, M.C, Sattagi, H. N., 2007. Abundance of different insect pollinators visiting cucumber (Cucumis sativa L.) in rabi season. Karnataka J. Agric. Sci. 20(4):853-854.

Prihatman, K., 2000. Tentang Budidaya Pertanian. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.

Purwanta, F. X, Rauf, A., 2000. Pengaruh samping aplikasi insektisida terhadap predator dan parasitoid pada pertanaman kedelai pertanaman kedelai di Cianjur. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan[internet]. [Diacu pada 2013 Mar 11]; 12(2):35-43. Tersedia pada: bitstream/handle/123456789/42526/Fx_Purwanta_pengaruh_samping_apli kasi.pdf?sequence=1.

Putra, N.S., 1994. Serangga Di Sekitar Kita. Kanisius.Yogyakarta.

Riski, S., 2015. Preferensi Oviposisi Bactrocera papayae Drew & Hancock (Diptera: Tephritidae) Pada Lima Jenis Buah Inang Dan Peran Suplemen Protein Terhadap Keperidiannya. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Skripsi).

.

Siwi, S.S. and Purnama, H., 2004. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting Bactrocera spp. (Diptera: Tephritidae) di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

(13)

Stork, N. E. 1988.Insect Diversity: Facts, Fiction And Speculation. Biological Journal of The Linnean Society, 35: 321-337.

Suin, M.I. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Sumatera Barat.

Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Ekologi Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian IPB Bogor

Suketi, K.,2011. Budidaya Jambu Biji. Pelatihan Budidaya Jambu Biji Kristal. Pusat Kajian Buah Tropika- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, IPB. 30 November 2011.

Suratmo G. 1974. Hama Hutan di Indonesia (Forest Entomology). Bogor: IPB. Susniahti, N., H. Sumeno dan Sudarjat. 2005. Bahan AjarIlmu Hama Tumbuhan.

Universitas Padjadjaran. Bandung.

Suputa, 2006, Pedoman Identifikasi Hamalalat Buah, Direktorat PerlindunganTanaman Hortikultura, Jakarta.

Suratmo G. 1974. Hama Hutan di Indonesia (Forest Entomology). Bogor: IPB. Swastika, W., 2014.Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota

Denpasar. Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt) Utama Pada Tanaman Mangga (Mangifera Indica) Dan Pengendaliannya Di Kota Denpasar

Tarumingkeng, R. C., 1991. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tim Peneliti., 2012. Usulan Pendaftaran Varietas. Jambu Air Varietas Madu Deli (Asal Kota Binjai).UPT Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Tofani, D. P., 2008. Keanekaragaman Serangga Di Hutan Alam Resort Cibodas, Gunung Gede Pangrango Dan Hutan Tanaman Jati Di Kph Cepu. Departemen Silvikultur,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. (Skripsi)

Untung, K. dan M. Sudomo. 1997. Strategi pengelolaan serangga secara berkelanjutan. Prosiding Kongres Perhimpunan Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. PEI dan Univ Padjadjaran Bandung: 36-46.

Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM-Press, Yogyakarta Wahyono, T. E., 2005. Deskripsi hama utama danmusuh alami pada tanaman jambu mete

di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bul Tek Pertanian 10(1): 23-25.

(14)
(15)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai dan Desa Durin Jengak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dan identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari sampai dengan April 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman jambu air, tanaman jambu biji yang berumur diatas 2 tahun dan sudah berbuah, kertas asturo warna kuning, plastik transparan, lem, alkohol, label nama, selotip.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah triplek, stoples, botol kecil, kayu, kawat, meteran, pinset, jaring serangga atau sweeping net kalkulator, mikroskop kamera, buku kunci identifikasi serangga karangan Borror (1992). Metode Penelitian

(16)

dengan mengambil serangga yang terdapat pada tanaman sampel secara langsung. Serangga-serangga yang diperoleh dari setiap perangkap dikumpulkan, dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi alkohol 70%, selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Setelah serangga di identifikasi kemudian di hitung nilai FM, FR, KM, dan KR.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lokasi Pengamatan

Penentuan lokasi pengamatan dilakukan pada pertanaman jambu air dan jambu biji milik masyarakat yang berada pada dua desa. Adapun lokasi pengamatan yang saya lakukan adalah :

1. Di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai menggunakan sistem pertanaman modern yaitu sistem Tabulampot (Tanaman Buah Dalam pot/polybag) dengan luas lahan 50 x 30 m dengan jumlah populasi tanam sebanyak 131 pohon

2. Desa Durin Jengak Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, yang menggunakan sistem Konvensional (Tanam Langsung) dengan luas lahan 50 x 30 m dengan jumlah populasi tanam sebanyak 60 pohon.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkap sebagai berikut: perangkap warna kuning (yellow trap), perangkap jaring (sweeping net) dan handpicking yaitu mengambil langsung serangga yang terdapat pada pohon.

(17)

dengan mengambil serangga yang terperangkap pada pertanaman jambu air dan jambu biji yang telah berbuah dan dikumpulkan dalam jumlah sebanyak mungkin. Perangkap Kuning (Yellow Trap)

Perangkap kuning yellow trap yaitu bahan berupa teriplek dengan ukuran 30 cm x 30 cm yang diberi kertas berwarna kuning yang telah diberi perekat secara merata pada permukaan kertas tersebut. Kemudian dibuat penegak triplek dengan menggunakan kayu sesuai dengan ketinggian tajuk tanaman.

Perangkap kuning diletakkan dilahan pertanaman jambu air dan jambu bji masing-masing sebanyak 5 buah secara diagonal. Kemudian perangkap dibiarkan selama 3 hari dalam 1 minggu dan di ulang sebanyak 5 kali pemasangan.

Perangkap Jaring (Sweep Net)

Perangkap jaring (sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap mudah terlihat. Pengambilan sampel dilakukan dengan 10x pengayunan secara diagonal pada setiap lahan pertanaman. Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk diidentifikasi. Penangkapan serangga dilakukan pada pagi pukul 07.00 - 09.00 atau sore hari pukul 17.00 - 18.00 penangkapan dilakukan sekali dalam seminggu, dengan waktu pengamatan sebanyak 5x pemantauan.

Mengambil Serangga Secara Langsung (Handpicking)

(18)

diidentifikasi. Penangkapan serangga dilakukan sekali dalam seminggu dengan waktu pengamatan sebanyak 5x pemantauan.

Identifikasi Serangga

Serangga yang tertangkap dari lapangan bila dikenali dapat diindentifikasi secara langsung, sedangkan serangga yang belum dikenal dapat diidentifikasi di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Identifikasi dilaksanakan maksimal pada tingkat family.

Peubah Amatan

A. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, dan Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan.

Setelah diketahui berapa populasi serangga yang tertangkap dan setelah semuanya diidentifikasi maka dapat dihitung nilai FM, FR, KM, KR dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kerapatan Mutlak (KM) Suatu Jenis Serangga

Kerapatan mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak.

Kerapatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga

Kerapatan relatif dihitung dengan rumus menurut (Suin, 2002) sebagai berikut:

KR = x 100%

(19)

Frekuensi Mutlak (FM) Suatu jenis Serangga

Frekuensi mutlak menunjukan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak menurut (Suin, 2002)

Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga

Frekuensi relatif menunjukan kesering hadiran suatu serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut dan dihitung dengan rumus menurut (Suin, 2002) sebagai berikut:

FR = X 100 %

FR = X 100%

Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga H' = -∑ pi In pi

pi

Dimana :

Pi = Perbandingan Jumlah Individu suatu jenis keseluruhan jenis Ni = ni/N

Ni : Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu semua jenis

Dengan Kriteria Indeks Keragaman sebagai berikut

(20)

Keragaman Jenis sedang bila H = 1-3 (kondisi lingkungan sedang ) Keragaman jenis tinggi bila H = > 3 (kondisi lingkungan stabil) B. Persentase Serangan Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Persentase serangan lalat buah di hitung berdasarkan buah jambu yang terserang pada tanaman sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode porposive random sampling kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

P = Persentase serangan pada setiap tanaman sampel

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap

Pengamatan terhadap jumlah dan jenis serangga yang terdapat pada tanaman jambu biji tersedia pada Tabel 1.

(22)

Curculinidae 4 0 7 8 6 25 3 0 6 1 2 12

(23)

dan gulma berdaun lebar dapat menguntungkan dalam pelestarian serangga predator.

Ordo serangga yang mendominasi pada pertanaman jambu biji dan jambu air adalah ordo diptera. Pada lahan jambu biji terdapat 12 famili yang terdiri atas 2325 ekor, dan lahan jambu air sebanyak 8 famili yang terdiri atas 1518 ekor. Melimpahnya populasi Diptera ini disebabkan karena ordo Diptera memiliki daya hidup yang tinggi dan memiliki jenis makanan yang luas dibandingkan dengan ordo-ordo lainnya hal ini sesuai dengan Borror et al. (1996) dalam Tofani (2008) yang menyatakan kebanyakan Diptera makan berbagai tumbuhan atau cairan cairan hewan, seperti nektar, cairan tumbuhan dan darah. Cara makan dan hidup dari masing-masing jenis ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada pada habitat. Selain itu tingginya jumlah famili ordo Diptera diduga karena lingkungan yang mendukung untuk ordo Diptera untuk berkembang selain itu tanaman jambu memiliki daya tarik serangga Diptera untuk datang.

Hasil pengamatan menunjukkan famili yang paling banyak terdapat pada tanaman jambu biji adalah famili Neriidae yang memiliki populasi sebanyak 519 ekor dan terendah adalah famili Mantodea yang memiliki populasi sebanyak 4 ekor, sementara famili yang paling banyak terdapat pada pertanaman jambu air adalah famili Bombillidae yang memiliki populasi sebanyak 443 ekor dan terendah adalah famili Hesperidae dan Megalopygidae (Lepidoptera) dan famili Tettigonidae (Orthoptera) dengan populasi sebanyak 3 ekor.

(24)

buah. Lalat buah merupakan hama utama dalam pertanaman hortikultura khususnya komoditi yang menghasilkan buah. Lalat buah terkenal menyerang buah tanaman dengan meletakkan telurnya ke dalam buah yang dapat menyebabkan kerusakan yang parah. Selain itu akibat tusukan dari alat ovipositor dari serangga ini dapat menyebabkan buah mengalami cacat berbentuk bintik-bintik yang mengurangi nilai estetika dari buah tersebut. Menurut Siwi and Purnama (2004) buah yang terserang mudah dikenal dengan perubahan warna kulit di sekitar tanda sengatan. larva yang berwarna putih kekuning-kuningan menggali lubang di dalam buah dan sering diikuti masuknya jamur atau bakteri sehingga terjadi pembusukan buah dengan cepat.

(25)

serangga mempunyai kesesuaian terhadap lingkungan tertentu. Oleh karena itu, faktor fisik lingkungan sangat mempengaruhi.

Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif Pada Tanaman Jambu Biji dan Jambu air

Nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, frekuensi relatif pada masing-masing famili serangga tersedia pada Tabel 2.

(26)

Papilionidae 10 0,220 4 0,022 5 0,200 3 0,024

Dari hasil pengamatan nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif tertinggi pada tanaman jambu biji terdapat pada famili Neriidae dengan nilai KM = 519 dan KR = 11,43% sedangkan yang terendah pada famili Mantidae dengan nilai KM = 4 dan KR = 0,08%. Sementara pada tanaman jambu air terdapat pada famili Bombilidae dengan nilai KM = 443 dan KR = 17,75% sedangkan yang terendah pada famili Tettigonidae, Hesperidae, Megalopygidae dengan nilai KM = 3 dan KR = 0,12%. Nilai KM dan KR menunjukkan tinggi rendahnya suatu populasi pada jumlah total spesies yang tertangkap pada setiap pengamatan.

(27)

Tettigonidae, Nympalidae, Hesperidae, Megalopygidae dengan nilai FM = 2 dan FR = 1,63 %. Tingginya nilai FM dan FR menunjukkan kesering hadiran dan penyebaran suatu serangga pada habitat tertentu.

Pada tanaman jambu biji terdapat 23 famili dengan nilai FR tertinggi yaitu 0,028 sedangkan pada jambu air terdapat 15 famili dengan nilai FR tertinggi yaitu 0,041. Perbedaan nilai ini disebabkan adanya total frekuensi serangga yang berbeda pada setiap pengamatan. Hal ini didukung oleh Odum (1998) yang menyatakan semakin banyak jumlah jenis dan semakin kompleks interaksi diantara jenis maka stabilitas komunitas akan dapat terbentuk dan sebaliknya semakin rendah jumlah jenis dan semakin kurang kompleks interaksi diantara jenis maka stabilitas komunitas akan sulit terbentuk.

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga

(28)

Eurytomidae 0,03 -3,49 -0,11 0,00 0,00

(29)

sedang. Menurut Michael (1996) bila H’ 1-3 berarti keanekaragaman serangga yaitu mengarah hampir baik dimana keberadaan hama dan musuh alami hampir seimbang.

Dari hasil pengamatan keanekaragaman serangga pada tanaman jambu biji tinggi hal ini disebabkan didalam pertanaman jambu biji terdapat tanaman lain seperti gulma atau tanaman yang tumbuh tanpa sengaja, sehingga agroekosistem semakin heterogen. Semakin heterogen suatu lingkungan akan menyebabkan keberagaman serangga yang tinggi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Krebs (1978) yang menyatakan tentang heterogenitas ruang. Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin komples flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya.

(30)

Status Fungsi Serangga

Status fungsi serangga yang tertangkap sebagai hama, predator dan parasitoid menurut Aryoudi (2015) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi status fungsi serangga hama, predator dan parasitoid pada tanaman Jambu Biji dan Jambu Air

Ordo Family Status Serangga

Hama Parasitoid Predator Polinator Dekomposer

Diptera

Sphecidae Parasitoid Predator

Tiphidae Parasitoid

Vespidae Predator

Lepidoptera

Hesperidae Polinator

Megalopygidae Polinator

Noctuidae Hama Polinator

Nympalidae Polinator

Papilionidae Polinator

Coleoptera

Buprestidae Hama

Cerambycidae Hama Dekomposer

(31)

Coccinelidae Predator Curculinidae Hama

Tysanoptera Phaleothriptidae Hama

Blatodea Blatellidae Hama Dekomposer

Mantodea Mantidae Predator

Orthoptera Homoptera Cicadellidae Hama

Aktivitas keberadaan serangga di alam dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tersebut. Serangga beraktivitas pada kondisi lingkungan yang optimal, sedangkan kondisi yang kurang optimal di alam menyebabkan aktivitas serangga menjadi rendah. Keberadaan serangga herbivora diimbangi dengan jumlah musuh alami serangga herbivora yaitu predator dan parasitoid yang menunjukkan titik puncak ketika kelompok herbivora mengalami jumlah tertinggi dalam sekali penangkapan

(32)

Dari tabel diatas diketahui bahwa setiap famili memiliki peranan berbeda berdasarkan statusnya. Setiap famili memiliki fungsional tersendiri di dalam suatu agroekosistem. Jumlah famili dengan status hama memiliki jumlah tertinggi dibanding predator dan parasitoid. Hal ini dikarenakan pertanaman monokultur sehingga kelimpahan serangga rendah. Tinggi atau rendahnya status hama, predator dan parasitoid tergantung pada kelimahan serangga disekitar agroekosistem tersebut Banyak hal yang mempengaruhi perbedaan kelimpahan dan jenis serangga yang ditemukan, menurut Altieri and Nicholls (2004) biodiversitas di agroekosistem tergantung dari empat karakteristik: diversitas vegetasi di sekitar agroekosistem, diversitas tanaman budidaya di agroekosistem, intensitas manajemen lahan, dan isolasi agroekosistem dari vegetasi alami.

Dari tabel diatas serangga fitofagus yang ditemukan ialah Ordo Homoptera, Hemiptera, Lepidoptera, Orthoptera, Diptera, dan Coleoptera. Keberadaan gulma yang berada disekitar pertanaman turut mendukung keberadaan serangga. Letak pertanaman jambu air yang dekat dengan areal persawahan menjadi faktor adanya keberadaan serangga yang umum ditemukan sebagai hama pada persawahan. Beberapa famili yang umum ditemukan di lahan persawahan yang berperan sebagai serangga hama di antaranya ialah, Alydidae dan Pyralidae. Kepik cokelat (Riptorthus linearis ) famili Alydidae dan kepik hijau (Nezara viridula) famili pentatomidae (Ordo Hemiptera) ditemukan di lahan persawahan. Serangga ini merupakan serangga hama terpenting pada tanaman kedelai (Kalshoven, 1981).

(33)

Coleoptera, dan Diptera. Dari seluruh serangga yang diperoleh, serangga musuh alami tercatat cukup banyak. Ordo Hymenoptera paling mendominasi jenis serangga ini yaitu sebagai parasitoid, di samping musuh alami yang lain dari Ordo Diptera, Coleoptera, Hemiptera, dan Odonata. Sebagian besar Hymenoptera yang diperoleh merupakan parasitoid. Pada famili Ichneumonidae, Braconidae, dan Chalcididae yang merupakan parasitoid larva (Shepard et al., 1991).

Keberadaan parasitoid seperti ordo hymenoptera dan beberapa famili diptera juga merupakan salah satu hambatan bagi serangga perusak dalam berkembang biak. Pada pertanaman jambu biji jumlah hymenoptera lebih banyak dibbandingkan dengan jambu air. Perbedaan jumlah ini disebabkan karena adanya pemakaian pestisida yang tidak sesuai aturan sehingga serangga parasitoid mengalami penurunan karena tidak adanya mangsa dan terbunuh akibat racun pestisida tersebut.

Ordo Coccinellidae merupakan salah satu predator yang potensial, bersifat generalis, memiliki kemampuan beradaptasi diberbagai agroekosistem dan kemampuan memangsa yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari selang kehadiran kumbang ini yang selalu ada disetiap kali pengamatan pada kedua jenis pertanaman.

(34)
(35)

Persentase Serangan Lalat Buah

Tabel 5. Persentase serangan lalat buah pada tanaman jambu air

No

(36)

Dari Tabel 5. diketahui bahwa pengamatan persentase serangan pada saat di lapangan lebih kecil dibandingkan dengan pengamatan persentase serangan di laboratorium. Hal ini diduga karena lalat buah menginfestasikan telur didalam buah, sehingga saat pengamatan dilapangan dampak gejala serangan tidak terlalu tampak. Saat dilaboratorium larva berkembang dengan memakan bagian dalam buah. Selain itu kotoran larva yang terdapat didalam buah mengundang bakteri untuk datang dan menyebabkan pembusukan yang menyebabkan perubahan warna menjadi kecoklatan.

Dari Tabel 5 dan grafik1 diketahui bahwa persentase serangan pada waktu pengamatan di lapangan persentase serangan terbesar terdapat pada sampel 11 dengan nilai sebesar 33,3 % dengan buah terserang sebanyak 8 buah sementara serangan terendah terdapat pada sampel 3, 4, dan 12 dengan nilai sebesar 0 %,

(37)

Komponen volatil pada buah yang matang merupakan rangsangan yang mengundang imago lalat buah untuk mendekat ke tanaman inang. Lalat buah berhenti dekat sumber aroma buah, kemudian hinggap lebih lama pada buah tersebut dan melakukan kopulasi dan juga beroviposisi. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah.

Tabel 6. Persentase serangan lalat buah pada tanaman jambu biji

No sampel

jumlah buah

Pengamatan

di Lapangan % K0

Pengamatan di

Laboratorium %KT

1 146 29 19.9 97 66.4

2 155 18 11.6 102 65.8

3 123 17 13.8 105 85.4

4 151 16 10.6 132 87.4

5 115 10 8.7 88 76.5

6 138 17 12.3 112 81.2

Rata-rata 12.8 77.1

(38)

Dari tabel 6 diketahui bahwa persentase serangan pada waktu pengamatan di lapangan tertinggi terdapat pada sampel 1 dengan nilai sebesar 19.9 % sementara serangan terendah terdapat pada sampel 5 dengan nilai sebesar 8.7%. persentase serangan pada jambu air di lapangan lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan dilapangan pada jambu biji hal ini di duga karena tekstur buah jambu air yang lebih lunak dibandingkan dengan jambu biji. Sehingga lalat buah lebih menyukai bertelur di jambu air dibandingkan jambu biji hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riski (2015) yang menunjukkan imago lalat paling menyukai buah anggur sebagai media peletakkan telur tidak berbeda nyata dengan buah jambu biji, jambu kristal dan pepaya dengan tingkat preferensi berkisar antara 17.42 - 25.10% yang berjumlah 22.6-32.8 butir/imago/5 hari, yang kemudian diikuti buah belimbing 12.97% dengan jumlah 17 butir/imago/5 hari.

(39)

Komponen volatil pada buah yang matang merupakan rangsangan yang mengundang imago lalat buah untuk mendekat ke tanaman inang. Lalat buah berhenti dekat sumber aroma buah, kemudian hinggap lebih lama pada buah tersebut dan melakukan kopulasi dan juga beroviposisi. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah.

Pada Gambar 2 terdapat kesamaan bentuk dengan Gambar 1 yang menunjukkan bahwa pengamatan persentase serangan di lapangan lebih rendah dibandingkan dengan pengamatan di laboratorium. Perbedaan yang mencolok dalam pengamatan dilapangan dengan dilaboratorium ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat serangan lalat buah di lapangan sangat sulit dideteksi. Menurut suputa et al. (2006) gejala serangan lalat buah ini bisa dilihat dari struktur buah yang diserang oleh lalat ini. Lalat buah ini biasanya menyerang pada buah yang berkulit tipis, mempunyai daging yang lunak. Gejala serangan tersebut pada daging buah membusuk dan terdapat ratusan larva. Serangan lalat buah ini sering ditemukan pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan terlihatnya noda–noda kecil berwarna hitam bekas tusukan ovipositornya. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva lalat memakan daging buah sehingga buah busuk sebelum masak. Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva.

(40)
(41)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Serangga yang terdapat pada jambu biji sebanyak 11 ordo yang terdiri dari 41 family dengan jumlah populasi sebesar 4537 ekor.

2. Family Neridae memiliki nilai KM dan KR tertinggi yakni sebesar 519 dan 11.43 % sedangkan yang terendah adalah family Mantidae yakni sebesar 4 dan 0,08 %.

3. Serangga yang tertangkap pada tanaman jambu air sebanyak 9 ordo yang terdiri dari 30 famiy dengan jumlah populasi sebesar 2496.

4. Family Bombilidae memiliki nilai KM dan KR tertingi yakni 443 dan 17,75 % sedangkan yang terendah adalah family Tettigonidae, Hesperidae, dan Megalygidae sebesar 3 dan 0,12 %.

5. Nilai indeks keanekaragaman pada tanaman jambu biji sebesar H’ = 3.19 termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan pada tanaman jambu air sebesar H’ = 2.82 yakni tergolong dalam kategori sedang.

6. Persentase serangan tertinggi pada pengamatan dilapangan yakni sebesar 33.3 % dan terendah 0 % di lahan jambu air. Sedangkan persentase serangan tertinggi di lahan jambu biji pada pengamatan dilapangan yakni sebesar 19,9 % dan yang terendah adalah 8,7 %

(42)

Saran

(43)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Jambu Air

Klasifikasi botani tanaman jambu air Deli Hijau adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Myrtales, Keluarga: Myrtaceae, Genus: Syzigium, Spesies: Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry (Merril and Perry, 1938)

Syzygium samarangense merupakan tanaman pohon dengan tinggi mencapai 15 m, memiliki lebar batang yang sempit dan melengkung, berdiameter 25-50 cm, batang sering kali bercabang dekat pangkal dengan lebar kanopi tidak teratur.

Daun terletak secara berlawanan yang berbentuk jorong sampai berukuran 10-25 cm x 5-12 cm, lapisan kulit daun memiliki tepi yang tipis berwarna bening putus-putus, ketika daun dihancurkan akan menimbulkan aromatik, tebal tangkai daun sekitar 3-5 mm.

Bunga jambu memiliki tipe terminal, bunga muncul pada ketiak daun dengan jumlah 3 - 30 bunga, ukuran bunga 3-4 cm, panjang kelopak sampai tabung sekitar 1,5 cm dengan ventricoseter dapat di ujung bunga, panjang daun telinga bunga 3-5 mm, jumlah kelopak 4 berbentuk bundar seperti spatulat dengan ukuran 10-15 mm, bunga berwarna kuning sampai putih, terdapat banyak benang sari dengan panjang sampai 3 cm (Orwa et al., 2009).

(44)

telinga berdaging dan rata pada bagian atas, panjang buah 3,4-5 cm dan lebar 4,5 - 5,4 cm. Kulit buah sangat tipis, daging buah berwarna putih, renyah dan kandungan air tinggi, rasa daging buah cenderung asam manis hingga hambar. Umumnya buah mengandung biji sebanyak 1-2 dengan bentuk biji agak membulat dan lebar sekitar 0,5 - 0,8 cm, terkadang pada beberapa buah tidak terdapat biji (Steenis et al., 2003).

Syarat Tumbuh Iklim

Unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jambu air Deli Hijau antara lain: curah hujan, intensitas sinar matahari, temperatur udara dan kelembaban udara siang dan malam hari. Tanaman air jambu Deli Hijau akan tumbuh dengan baik pada dataran rendah, dengan curah hujan rata-rata 500-3000 mm/tahun dengan temperatur udara antara 18-28˚C, kelembaban udara yang diinginkan 50-80 %, dan intensitas cahaya matahari yang ideal antara 40-80% (Tim Peneliti, 2012).

(45)

Tanah

Media tanam yang dikehendaki jambu air Deli Hijau adalah tanah yang mempunyai drainase dan aerase yang baik serta subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai 5,5 – 7,0 pada tanah topografi datar, kedalaman air tanah antara 50-150 cm, dengan ketinggian tempat 20-600 m dpl (Tim Peneliti, 2012).

Jambu air sangat cocok tumbuh pada daerah datar. Tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik baik untuk petumbuhan jambu air. Derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai adalah 5,5-7,5. Kedalaman kandungan air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-50 cm, 50-150 cm dan 150-200 cm (Prihatman, 2000).

Botani dan Morfologi Jambu Biji

Secara taksonomi jambu biji dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo : Myrtales, Famili : Myrtaceae, Genus : Psidium, Spesies : Psidium guajava L. (Steenis et al., 2003).

Jambu biji perdu atau pohon kecil dengan tinggi 3-10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna coklat kehijauan.

(46)

Buah jambu biji berdompolan, bentuknya globose, bulat telur, lonjong atau berbentuk buah pir, atau bentuknya seperti bentuk telur terbalik. Daging buah berwarna putih kekuningan atau merah muda (Steenis et al., 2003).

Syarat Tumbuh Iklim

Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).

Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari.Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan (Prihatman, 2000).

Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang.Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji.

Tanah

(47)

sedikit pasir (Prihatman, 2000).

Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.

Tanaman ini mampu tumbuh dalam keadaan tanah yang salin dan kekeringan serta pH antara 4.5 sampai 8.2 ,tanaman jambu bijidapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl.

Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity)

Serangga memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem pertanian, tidak hanya sebagai kelas terbesar dari filum artropoda, tetapi juga kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan ekosistem pertanian yang dinamis dan kurang stabil (Chinery, 1991). Keadaan ekosistem pertanian yang lebih sederhana dapat menyebabkan satu atau lebih organisme pemakan tumbuhan menjadi hama. Perubahan status dari bukan hama menjadi hama disebabkan karena berlimpahnya tanaman makanan. Di samping itu, akan terjadi dominasi suatu suatu jenis serangga terhadap serangga lainnya, karena di dalam ekosistem banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan efisien. Kondisi ekologi yang ada berpengaruh terhadap kehadiran organisme (Sosromarsono, 1981; Untung dan Sudomo, 1997). Kondisi ini juga terjadi pada tanaman jambu air dan jambu biji, yang merupakan tanaman perkebunan rakyat (98%).

(48)

pada tanaman ini penting untuk diketahui terutama hubungannya dalam teknik pengelolaannya. Serangga yang berstatus sebagai hama, populasinya diupayakan berada dalam keadaan keseimbangan di bawah ambang kerusakan. Serangga hama dapat menyerang pohon jambu mete pada berbagai fase pertumbuhan seperti akar, batang, cabang, bunga dan inflorenscence, serta buah.

Menurut Krebs (1978), ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya keragaman, jenis yaitu :

o Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas

tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.

o Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin

kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin tinggi keragaman jenisnya.

o Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang

sama yang ketersediannya kurang, atau walaupun ketersediannya cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya.

o Pemangsaan, mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang

(49)

o Kestabilan iklim, makin stabil, suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu

lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

o Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang

tinggi.

Serangga memiliki keragaman yang luar biasa mungkin didasarkan pada kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan tanaman, yang telah memicu timbal balik adaptasi, spesialisasi dan evolusi bersama lebih dari ratusan juta tahun. Serangga berinteraksi dengan tanaman dalam berbagai peran, yang paling

penting sebagai penyerbuk dan juga sebagai predator (Whitney and Federle, 2012).

Status Hama Pada Tanaman Jambu

Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga lain), sebabagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah dan sebagai penular (vector) bibit penyakit tertentu (Putra, 1994).

Serangga fitofagus

(50)

kehilangan hasil panen. Dengan demikian, walaupun banyak serangga fitofagus yang memakan bagian-bagian tanaman jambu mete, tetapi yang tergolong hama hanya beberapa jenis saja.

Hama utama atau hama kunci merupakan spesies hama pada kurun waktu yang lama selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam daerah yang luas. Tanpa usaha pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi petani. Biasanya pada suatu agroekosistem hanya satu atau dua hama utama. Sisanya adalah hama kategori hama yang lain (Untung, 2001).

Hama yang merupakan hama utama pada pertanaman jambu biji di berbagai negara adalah lalat buah. Hama lain merupakan hama sekunder, pada populasi rendah tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang nyata. Namun jika populasi melimpah pada suatu lokasi pertanaman atau keberadaannya berasosiasi dengan organisme pengganggu tanaman lain, hama tersebut menjadi penting (Gould and Raga, 2002).

(51)

Serangga Penyerbuk

Serangga penyerbuk berperan penting dalam penyerbukan tanaman berbunga, khususnya tanaman yang bersifat entomofili. Aktivitas serangga penyerbuk pada bunga memiliki potensi dan efektivitas yang berbeda dalam penyerbukan tanaman (Atmowidi 2008). Aktivitas kunjungan penyerbuk pada bunga dimulai pada pagi hari, meningkat hingga siang hari dan menurun pada sore hari (Pateel and Sattagi, 2007).

Tanaman memerlukan bantuan penyerbuk untuk pembentukan buah. Menurut Freitas and Paxton (1996), ada beberapa jenis serangga yang telah diketahui mengunjungi inflorescence, yaitu semut, lebah, kupukupu dan tabuhan. Peranan serangga-serangga tersebut bervariasi dalam penyerbukan. Camponotus sp. (Hymenoptera: Formicidae) berperan sedikit dibandingkan dengan Apis mellifera (Hymenoptera: Apidae) dan Centris tarsata (Hymenoptera: Apidae) dalam proses penyerbukan bunga karena semut tersebut tidak kontak langsung dengan organ reproduksi bunga. Demikian juga dengan peran beberapa jenis kupu-kupu. Aphrissa sp. (Lepidoptera: Pieridae) kadang-kadang mengunjungi bunga yang sudah tua, Danaus erippus Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) sering mengunjungi bunga ketika polen hanya tersedia sedikit, sedangkan E. Hegesra (Lepidoptera: Nymphalidae) hanya kadang-kadang mengunjungi bunga tanaman (Freitas and Paxton, 1996).

(52)

tanaman dipilih yang dapat menghasilkan polen yang cocok satu sama lain. Penggunaan pestisida yang tidak tepat juga dapat membunuh penyerbuk.

Musuh Alami

Predator merupakan hewan yang membunuh, memangsa dan memakan seluruh atau sebagian bagian dari mangsanya dan membutuhkan banyak mangsa untuk terus berkembang (Price et al., 2011). Kelompok serangga predator paling dominan umunya berasal dari ordo Coleoptera (famili Coccinellidae, Carabidae, dan Staphylinidae), Neuroptera (famili Chrysopidae), Hymenoptera (famili Formicidae), Diptera, Hemiptera (famili Reduviidae), Odonata (famili Libellulidae) dan ordo Mantodea (famili Mantidae) (Borror et al. 1996). Keanekaragaman serangga predator pada suatu ekosistem sangat penting untuk diketahui, terutama dalam kaitan penekanan populasi serangga hama melalui pengendalian hayati. Semakin beragamnya keanekaragaman predator pada suatu ekosistem mampu menekan kerugian hasil akibat serangga hama (Furlong, 2010). Predator merupakan hewan yang membunuh, memangsa dan memakan seluruh atau sebagian bagian dari mangsanya dan membutuhkan banyak mangsa untuk terus berkembang (Price et al., 2011).

(53)

Chalcidoidea telah banyak dilaporkan mengendalikan populasi inangnya. Salah satu contoh di Indonesia, parasitoid Brachymeria (Chalcididae) dimanfaatkan untuk mengendalikan ledakan hama ulat bulu Arctornis submarginata (Lepidoptera: Lymantriidae) pada tanaman mangga di Probolinggo awal tahun 2011 (Ant/ICH, 2011).

Larva Tachinidae bersifat endoparasit pada inang. Endoparasit merupakan perilaku larva yang memakan tubuh inang dari bagian dalam organ tubuh inang. Induk Tachinidae akan menempatkan telur di dalam tubuh inang. Telur kemudian menetas menjadi larva dan memakan tubuh inang dari dalam. Hal ini akan langsung membunuh inang. Kemampuannya ini telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama.

(54)

Parasitoid dan predator dapat ditemui diarea pertanaman jambu. Mesocomis orientalis dan Trichogramma sp. merupakan parasitoid telur C. Trifenestrata. Tingkat parasitisasi Trichogramma sp. berkisar antara 60-80% (Wikardi and Wahyono, 1991). Di samping itu, Supeno (2006) menemukan ektoparasitoid imago S. indicora yang merupakan anggota famili Epipyropidae. Wereng pucuk ini juga dapat dikendalikan dengan menggunakan parasitoid telur Aphanomerus sp. (Hymenoptera: Platygasteridae) (Purnayasa, 2003; Wahyono,

2005), parasitoid pupa Brachymeria sp. dan Tetrastichus sp. (Mardiningsih et al., 2004).

(55)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga

Keadaan lingkungan hidup mempengaruhi keanekaragaman bentuk-bentuk hayati dan banyaknya jenis makhluk hidup (biodiversitas) dan sebaliknya lingkungan. Semua jenis flora dan fauna telah berevolusi untuk menyesuaikan hidup dengan lingkungan. kehidupan seranggapun sangat bergantung pada habitatnya. Oleh karena itu faktor lingkungan sangat menentukan dan berpengaruh pada perkembangan serangga. Faktor abiotik seperti salinitas, pH, kandungan bahan-bahan, suhu dll.), dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng, 1991).

Lingkungan biotik merupakan bagian dari keseluruhan lingkungan yang terbentuk oleh semua fungsi makhluk hidup yang satu dan lainnya saling berinteraksi. Faktor-faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan serangga adalah temperatur, cahaya, presipitas, kelembaban dan angin, serta faktor abiotik lainnya yang kurang penting yang termasuk di dalam faktor-faktor cuaca dan iklim (Suratmo, 1974).

Menurut Willmer (1982) diacu dalam Kahono et al. (2003) iklim merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. Iklim berpengaruh langsung kepada kehidupan, pertumbuhan, reproduksi, dan kelimpahan serangga, fenologi, dan musuh alami.

(56)
(57)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jambu air (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) berasal dari daerah Indocina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Jambu air merupakan tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buahnya memiliki keragaman dalam penampilan, serta rasanya yang manis dan segar (Prihatman, 2000).

Jambu air memiliki ciri-ciri yaitu bentuk seperti lonceng, dengan rasa manis seperti madu, warna buah ada yang hijau dan ada yang merah, sebagian besar buah tidak berbiji. Jambu air deli hijau berbuah sepanjang tahun, tiap pohon mampu menghasilkan 200-360 buah/pohon/tahun jambu air memiliki kandungan air sebesar 81,596 %, kadar gula yang cukup tinggi 12,4˚brix, vitamin C 210,463 mg/100g dan memiliki rasa manis seperti madu (Tim Peneliti, 2012).

Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke Negara Asia lainnya seperti Indonesia (Prihatman, 2000). Buah jambu biji memiliki kandungan gizi yang tinggi yakni Kalori 49 kal, Vitamin A 25 S, Vitamin B1 0,05 mg, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Protein 0,9 mg Lemak 30 mg dan Air 8600 mg (Suketi, 2011).

(58)

Produktifitas jambu biji dan jambu air dapat mengalami penurunan bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan benar dan adanya serangan hama. Untuk menjaga produktifitas jambu biji dan jambu air, maka perlu adanya pengendalian hama yang menyerang. (BPS, 2013).

Salah satu kendala dalam produksi tanaman jambu adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yakni serangan serangga hama lalat buah Bactrocera sp. (Diptera : Tephritidae). Serangga ini menyerang lebih dari 20 jenis buah-buahan diantaranya : belimbing, jambu, papaya, pisang, dan cabai (Swastika, 2014).

Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida dapat terjadi apabila digunakan jenis insektisida dengan bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (Susniahti et al., 2005).

(59)

melakukan penelitian tentang keanekaragaman serangga pada tanaman jambu air dan jambu biji di lapangan.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis serangga pada tanaman jambu air (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dan jambu biji (Psidium guajava L.) di atas permukaan tanah di lapangan.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis hama penting dan musuh alami pada tanaman jambu air (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dan jambu biji (Psidium guajava L.) di atas permukaan tanah di lapangan. Hipotesa Penelitian

1. Adanya perbedaan keanekaragaman serangga pada tanaman jambu air (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dan jambu biji (Psidium guajava L.) di atas permukaan tanah di lapangan.

2. Terdapat berbagai jenis hama dan musuh alami pada tanaman jambu air (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dan jambu biji (Psidium guajava L.) di atas permukaan tanah di lapangan.

Kegunaan Penulisan

(60)

ABSTRAK

ABDUL MUIN: “Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada

Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Di Lapangan” di bawah bimbingan MARHENI

dan HASANUDDIN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kerapatan dan frekuensi kehadiran serta indeks keanekaragaman pada serangga di lahan pertanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.). Penelitian dilaksanakan di di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai dan Desa Durin Jengak, kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai April 2016. Penelitian ini menggunakan 3 teknik perangkap serangga (Sweep Net, Yellow Sticky Trap dan Handpicking), dan diulang sebanyak lima kali.

(61)

ABSTRACT

Abdul Muin: "Diversity Insect Land Surface Water On Guava Plants (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) and Guava (Psidium guajava L.) In the Field "under the guidance MARHENI and HASANUDDIN.

This study aims to determine the type, density and frequency of attendance as well as the index of diversity of insects in cropping land Jambu Air Plants (Syzygium samarangense) and Guava. The research was conducted in the village district, Jati Otomo, Binjai Barat, Binjai city and Desa Durin Jengak, Pancur Batu sub-district, Deli Serdang and Plant Pests and Diseases Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatra, Medan in January and May 2016. This study 43techniques using insect traps (Sweep Net, Yellow Sticky trap and Handpicking), and is repeated five times.

The results showed the insects were caught on land guava are of 11 orders and 41 families, value Relative density high of 11.43%, the lowest is 0.08% and the diversity index Shannon-Weiner (H ') 3.19 (moderate), while on land guava there are nine orders of 30 families with the highest value of Relative density amounting to 17.75%, the lowest of 0.12% and insect diversity index value by 2.82 (moderate).

(62)

JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh:

ABDUL MUIN 110301033

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(63)

JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh: ABDUL MUIN

110301033

AGROEKOTEKNOLOGI / HPT

Skripsi Sebagai Salah Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(64)

Judul : Keanekaragaman Serangga di Atas Permukaan Tanah Pada Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Lapangan

Nama : Abdul Muin NIM : 110301033 Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Marheni MP. ) ( Dr. Ir. Hasanuddin MS.

Ketua Anggota

)

Diketahui Oleh :

(

(65)

ABSTRAK

ABDUL MUIN: “Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah Pada

Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Di Lapangan” di bawah bimbingan MARHENI

dan HASANUDDIN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kerapatan dan frekuensi kehadiran serta indeks keanekaragaman pada serangga di lahan pertanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.). Penelitian dilaksanakan di di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai dan Desa Durin Jengak, kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai April 2016. Penelitian ini menggunakan 3 teknik perangkap serangga (Sweep Net, Yellow Sticky Trap dan Handpicking), dan diulang sebanyak lima kali.

(66)

ABSTRACT

Abdul Muin: "Diversity Insect Land Surface Water On Guava Plants (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) and Guava (Psidium guajava L.) In the Field "under the guidance MARHENI and HASANUDDIN.

This study aims to determine the type, density and frequency of attendance as well as the index of diversity of insects in cropping land Jambu Air Plants (Syzygium samarangense) and Guava. The research was conducted in the village district, Jati Otomo, Binjai Barat, Binjai city and Desa Durin Jengak, Pancur Batu sub-district, Deli Serdang and Plant Pests and Diseases Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatra, Medan in January and May 2016. This study 43techniques using insect traps (Sweep Net, Yellow Sticky trap and Handpicking), and is repeated five times.

The results showed the insects were caught on land guava are of 11 orders and 41 families, value Relative density high of 11.43%, the lowest is 0.08% and the diversity index Shannon-Weiner (H ') 3.19 (moderate), while on land guava there are nine orders of 30 families with the highest value of Relative density amounting to 17.75%, the lowest of 0.12% and insect diversity index value by 2.82 (moderate).

(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Judul dari skripsi ini adalah “Keanekaragaman Serangga di Atas Permukaan Tanah Pada Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) Dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Lapangan” yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah membimbing, mendidik, memberikan dukungan moril dan materil, kepada Dr. Ir. Marheni, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Hasanuddin, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari persiapan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini, serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam mengerjakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini dimasa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2016

(68)

RIWAYAT HIDUP

Abdul Muin, lahir pada tanggal 27 Juli 1993 di Desa Raja Tengah Kecamatan Kuala, Kabupaten langkat, Sumatera Utara, merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Ayahanda Hasanuddin dan Ibunda tercinta Nursih.

Tahun 2005 penulis lulus dari sekolah dasar (SD) Negeri 053963 Kuala, pada tahun 2008 lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 2 Kuala, dan pada tahun 2011 lulus dari sekolah menengah atas (SMA) Negeri 1 Kuala. Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Undangan dan memilih jurusan hama penyakit tumbuhan (HPT).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai anggota himpunan mahasiswa agroekoteknologi (HIMAGROTEK), sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sumatera Utara, sebagai anggota UKM Himadita Nursery, sebagai Asisten laboratorium Agroklimatologi, asisten Koordinator Laboratorium Ekologi Tanaman, asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, dan asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi.

(69)

DAFTAR ISI Botani dan Morfologi Jambu Air ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Botani dan Morfologi Jambu Biji ... 6

Syarat Tumbuh ... 7

Keanekaragaman Serangga ... 8

Status Hama Pada Tanaman Jambu ... 10

Faktor-Faktor Perkembangan Serangga ... 16

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian... 18

Pelaksaan Penelitian ... 19

Penentuan Lokasi Pengamatan ... 19

(70)

Perangkap Kuning (Yellow Trap) ... 20

Perangkap Jaring (Sweep Net) ... 20

Handpicking ... 20

Identifikasi Serangga ... 21

Peubah Amatan ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Jenis Serangga yang Tertangkap Pada Tanaman Jambu Biji dan Jambu Air ... 24

Nilai KM, KR, FM, dan FR Pada Lahan Jambu Biji dan Jambu Air... 28

Indeks Keanekaragaman Serangga Pada Lahan Jambu Biji dan Jambu Air ... 30

Status Fungsi serangga Pada Jambu Biji dan Jambu Air ... 33

Persentase Serangan Lalat Buah ... 38

Persentase Serangan Lalat Buah Pada Jambu Air ... 38

Persentase Serangan Lalat Buah Pada Jambu Biji ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

(71)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah dan jenis serangga yang tertangkap pada tanaman jambu biji dan Jambu Air ... 24 2. Nilai KM, KR, FM, FR pada lahan jambu biji dan Jambu Air ... 28 3. Nilai indeks keanekaragaman serangga pada tanaman Jambu Biji

dan Jambu air ... 30 4. Status fungsi serangga hama, predator dan, parasitoid pada lahan

Jambu Biji dan Jambu Air

33

5. Status fungsi serangga hama, predator dan, parasitoid pada lahan jambu air

34

(72)

DAFTAR GRAFIK

No. Halaman

1 Pengamatan serangan lalat buah pada jambu air di lapangan

38

2 Pengamatan serangan lalat buah pada jambu biji di Lapangan

(73)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Foto Lahan Penelitian 50

2 Foto serangga 51

3 Foto pelaksanaan penelitian 56

4 Foto serangan lalat buah 57

Gambar

Gambar Pengamatan
Tabel 3. Ordo
Tabel 7. Klasifikasi status fungsi serangga hama, predator dan parasitoid
Tabel 5. Persentase serangan lalat buah pada tanaman jambu air
+2

Referensi

Dokumen terkait

Akan muncul konfirmasi Withdraw Order , jika telah sesuai klik Send.. • Trading

Kemudian Pada pengujian gesek lintasan Aspal kondisi basah, kompon yang menghasilkan koefisien grip paling tinggi yaitu kompon Pabrikan dengan nilai koefisien grip

Klik ‘Investor Management’  Æ  ‘Reset Pincode Investor’. Sistem akan menampilkan field   Investor   ID  dan  Member   ID.  Input  data  pada  field   Investor  

Dari data hasil pengujian dan pembahasan pada proses mechanical thermoforming untuk plastik polypropylene (PP) dengan ketebalan 1,0 mm tidak dapat dianalisis persentase

Penghentian pengakuan atas suatu aset keuangan (atau, apabila dapat diterapkan untuk bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan sejenis)

For quality assessment of river network generalisation, especially in selective omission, little work is International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing

[r]

[r]