• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecacatan Tingkat Dua Pada Penderita Kusta Multibasiler Yang Telah Menyelesaikan Pengobatan (Release From Treatment)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kecacatan Tingkat Dua Pada Penderita Kusta Multibasiler Yang Telah Menyelesaikan Pengobatan (Release From Treatment)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

L

L

a

a

p

p

o

o

r

r

a

a

n

n

K

K

a

a

s

s

u

u

s

s

KECACATAN TINGKAT DUA PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER

YANG TELAH MENYELESAIKAN PENGOBATAN

(RELEASE FROM TREATMENT)

d

d

r

r

.

.

R

R

i

i

a

a

n

n

a

a

M

M

i

i

r

r

a

a

n

n

d

d

a

a

S

S

i

i

n

n

a

a

g

g

a

a

,

,

S

S

p

p

K

K

K

K

D

D

E

E

P

P

A

A

R

R

T

T

E

E

M

M

E

E

N

N

I

I

L

L

M

M

U

U

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

K

U

U

L

L

I

I

T

T

&

&

K

K

E

E

L

L

A

A

M

M

I

I

N

N

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

K

K

E

E

D

D

O

O

K

K

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

S

S

U

U

M

M

A

A

T

T

E

E

R

R

A

A

U

U

T

T

A

A

R

R

A

A

R

R

S

S

U

U

P

P

.

.

H

H

.

.

A

A

D

D

A

A

M

M

M

M

A

A

L

L

I

I

K

K

M

M

E

E

D

D

A

A

N

N

2

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

PENDAHULUAN ...1

LAPORAN KASUS ...2

DISKUSI ...3

(3)

KECACATAN TINGKAT DUA PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER YANG TELAH MENYELESAIKAN PENGOBATAN

(RELEASE FROM TREATMENT)

PENDAHULUAN

Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta

terutama menyerang saraf tepi, namun juga dapat menyerang kulit dan organ lainnya seperti

mata, mukosa saluran nafas atas, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat.1-3

Prevalensi kusta di dunia diperkirakan kurang dari 1 kasus per 10.000 populasi.4

Diperkirakan jumlah penderita baru kusta di dunia pada tahun 2006 adalah sekitar 259.017.

Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (174.118), diikuti

regional Amerika (47.612), regional Afrika (27.902) dan sisanya berada di regional lain di

dunia.

Diagnosis dari kusta adalah dijumpainya satu atau lebih tiga tanda kardinal yaitu;

1) Kelainan kulit berupa hipopigmentasi atau eritematosa yang mati rasa, 2) Penebalan saraf

tepi yang disertai gangguan fungsi saraf akibat peradangan kronis saraf tepi, gangguan ini

dapat berupa mati rasa apabila mengenai fungsi sensoris, kelemahan otot atau kelumpuhan

apabila mengenai fungsi motoris dan kulit kering dan retak apabila mengenai fungsi otonom,

3) Adanya bakteri tahan asam didalam kerokan jaringan kulit. 5

Menurut WHO, cacat pada kusta dibagi menjadi tiga tingkat yakni tingkat 0,1, dan 2.

Cacat tingkat 0 berarti tidak dijumpai adanya cacat. Cacat tingkat 1 berarti adanya cacat yang

disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris. Cacat tingkat 2 berarti adanya cacat atau kerusakan

yang terlihat.

3,5

5

Cacat tingkat 2 pada kaki yang paling serius adalah ulkus. Ulkus ini 70%

terjadi dibagian depan telapak kaki dan 30% ditumit dan pinggir luar telapak kaki. Hal ini

disebabkan karena bagian depan kaki adalah bagian yang paling besar tertekan untuk

memberi daya dorong saat orang berjalan, dimana tekanan memiliki peranan penting dalam

terjadinya ulkus.

Prinsip perawatan cacat bertujuan untuk mencegah timbulnya cacat yang lebih lanjut

(4)

ataupun tajam, dengan memakai alas kaki dan mencegah luka dengan membagi tugas rumah

tangga supaya orang lain mengerjakan bagian yang berbahaya bagi kaki yang mati rasa,

3.Merawat luka yaitu jika ada luka, memar atau lecet sekecil apapun, rawatlah dan

istirahatkan bagian kaki tersebut sampai sembuh.5

Jika pada penderita kusta yang sudah menyelesaikan pengobatan (RFT) kemudian

mendapat luka atau ulkus pada telapak kakinya seringkali penderita berfikir bahwa penyakit

kustanya kambuh kembali. Hal tersebut tidaklah benar. Luka pada kaki yang mati rasa

tersebut bukanlah disebabkan oleh Mycobacterium leprae oleh karena itu pemberian MDT

tidak perlu diulangi.

5

LAPORAN KASUS

Seorang wanita, 58 tahun, datang ke poliklinik kusta RSUP.H.Adam Malik Medan

pada tanggal 22 Oktober 2008 dengan keluhan borok tanpa disertai rasa sakit pada telapak

kaki kanan sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa luka kecil akibat tertusuk duri

sewaktu membersihkan halaman yang semakin lama semakin melebar hingga membentuk

borok, namun karena tidak sakit tidak diobati oleh penderita. Sebelumnya penderita pernah

berobat ke puskesmas dan dinyatakan menderita kusta, serta telah diberi pengobatan dengan

memakan 12 papan obat yang dimakan secara teratur selama 12 bulan dan telah

menyelesaikan pengobatannya sekitar 2 tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik, didapat keadaan umum dan status gizi baik dan suhu tubuh

afebris. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai ulkus dengan ukuran 1,5 x 2,5 cm, dengan

dasar yang bersih dan pinggir yang menebal pada regio plantaris dekstra serta dijumpai

mutilasi pada digiti I&V pedis dekstra. Pada pemeriksaan saraf tepi pembesaran N. tibialis

posterior dekstra positif, nyeri tekan negatif. Pada pemeriksaan fungsi sensoris pada telapak

kaki kanan dijumpai anestesi, ballpoint test menunjukkan hasil negatif. Pada pemeriksaan

fungsi motoris dijumpai kekuatan otot pada regio pedis dekstra sedang.

Pada pemeriksaan bakteriologis yang diambil dari cuping telinga kanan dan kiri tidak

dijumpai kuman kusta (BTA negatif). Pemeriksaan laboratorium dijumpai hemoglobin 13,6

gr%, leukosit 10,400/ul, laju endap darah (LED) 15 mm/jam, hitung jenis 1/0/1/86/9/3, KGD

(5)

Pasien didiagnosis banding dengan cacat kusta tingkat 2 pada penderita kusta

multibasiler yang telah menyelesaikan pengobatan, ulkus diabetik. Dengan diagnosis kerja

cacat kusta tingkat 2 pada penderita kusta multibasiler yang telah menyelesaikan pengobatan.

Penatalaksanaan pada pasien ini diajarkan cara perawatan ulkus yaitu ulkus

dibersihkan dengan sabun, kemudian ulkus direndam dalam air selama 20-30 menit,

kemudian digosok bagian pinggir luka yang menebal dengan batu apung & jaringan nekrotik

dibuang. Setelah dikeluarkan dari air diberi minyak atau pelembab pada bagian kaki yang

tidak luka (untuk mengurangi kekeringan kulit) kemudian dibalut (pembalutan luka diganti

dua kali sehari) lalu pada bagian kaki tersebut diistirahatkan (jangan diinjak pada waktu

berjalan, berjalanlah pincang, atau pakai tongkat) serta dianjurkan untuk memakai alas kaki

yang lembut dan selalu menghindar benda-benda panas, tajam dan kasar yang dapat

menimbulkan luka baru maupun memperberat kondisi luka yang telah ada. Kontrol ulang 1

bulan kemudian, tampak ulkus pada kaki mulai membaik, perawatan ulkus tetap diteruskan.

Kontrol ulang 3 bulan kemudian, ulkus sudah tidak tampak lagi. Kepada pasien

diajarkan cara pencegahan cacat dengan prinsip 3M yaitu Memeriksa kaki secara teratur,

Melindungi kaki dari trauma fisik, dan Merawat kaki yang terluka sampai sembuh.

Prognosis quo ad vitam bonam, quo ad functionam dubia, quo ad sanationam dubia.

DISKUSI

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

dermatologis.

Dari anamnesis ditemukan bahwa penderita mengalami borok tanpa disertai rasa sakit

pada telapak kaki kanan sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya hanya berupa luka kecil akibat

tertusuk duri yang semakin lama semakin melebar hingga membentuk borok, namun karena

tidak sakit tidak diobati oleh penderita. Dijumpai riwayat penyakit kusta dengan riwayat

pengobatan dengan memakan 12 papan obat yang dimakan secara teratur selama 12 bulan

dan telah menyelesaikan pengobatannya sekitar 2 tahun yang lalu. Berdasarkan kepustakaaan

disebutkan bahwa pada kaki yang sensibilitasnya normal, lesi akan menimbulkan nyeri,

sehingga penderita mengistirahatkan kaki yang sakit. Pada kaki yang sensibilitasnya

(6)

bahwa resiko ulserasi meningkat pada kaki yang tidak sensitif sebesar 10-12 kali apabila

terdapat paralisis otot selain hilangnya sensibilitas.

Dari pemeriksaan dermatologis ditemukan ulkus dengan ukuran 1,5 x 2,5 cm, dengan

dasar yang bersih dan pinggir yang menebal pada regio plantaris dekstra serta dijumpai

mutilasi pada digiti I&V pedis dekstra. Pada kepustakaan disebutkan bahwa ulkus yang

terjadi pada telapak kaki 70% terjadi dibagian depan telapak kaki dan 30% ditumit dan

pinggir luar telapak kaki. Hal ini disebabkan karena bagian depan kaki adalah bagian yang

paling besar tertekan untuk memberi daya dorong saat orang berjalan, dimana tekanan

memiliki peranan penting dalam terjadinya ulkus. 6

4

Diagnosis banding pada kasus diatas yaitu ulkus diabetik, dapat disingkirkan karena

pada pemeriksaan KGD dijumpai nilai yang normal, dan tidak dijumpai ulkus yang nyeri dan

bengkak yang dijumpai untuk ulkus diabetik.

Pada pemeriksaan saraf tepi ditemukan

pembesaran N. tibialis posterior dekstra serta dijumpai anastesi pada telapak kaki kanan. Hal

ini mendukung riwayat penyakit kusta pada penderita tersebut.

7

Penatalaksanaan pada pasien yaitu diajarkan cara perawatan ulkus dan cara

pencegahan cacat, hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa prinsip perawatan ulkus pada

kusta yaitu luka dibersihkan dengan sabun, kemudian rendam kaki dalam air selama 20-30

menit, gosok bagian pinggiran luka yang menebal dengan batu apung dan jaringan nekrotik

yang ada harus dibuang. Setelah dikeluarkan dari air, beri minyak atau pelembab pada bagian

kaki yang tidak luka untuk mengurangi kekeringan kulit kemudian dibalut dan diistirahatkan

pada bagian kaki tersebut (jangan diinjak pada waktu berjalan, berjalanlah pincang, atau

pakai tongkat). Jika pada ulkus tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas dan

sakit), maka tidak ada infeksi sekunder oleh bakteri lain sehingga antibiotik tidak perlu

diberikan. Dan pencegahan cacat dapat dilakukan dengan 3M yaitu 1.Memeriksa yaitu sering

berhenti dan memeriksa kaki dengan teliti apakah ada luka atau lecet yang sekecil apapun, 2.

Melindungi yaitu melindungi kaki dari benda yang panas, kasar ataupun tajam, dengan

memakai alas kaki dan mencegah luka dengan membagi tugas rumah tangga supaya orang

lain mengerjakan bagian yang berbahaya bagi kaki yang mati rasa, 3.Merawat luka yaitu jika

ada luka, memar atau lecet sekecil apapun, rawatlah dan istirahatkan bagian kaki tersebut

sampai sembuh.

(7)

Pasien datang :

Kontrol I (1 bulan setelah pengobatan) : Kontrol II (3 bulan setelah pengobatan) :

(8)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bryceson A, Pfaltzgraf RE. Leprosy. Edisi ke-3. London: Churchill Livingstone;

1990. h. 97-151, 165-81.

2. Rea TH, Modlin RI. Leprosy. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi

ke-7. New York: McGrawHill Incoorporate; 2008. h. 1786-96.

3. Wisnu IM, Hadilukito G. Pencegahan cacat kusta. Dalam: Sjamsoe-Daili ES, Menaldi

SL, Ismiarto SP, Nilasari H, editor. Kusta. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;

2003. h. 83-93.

4. Lewis FS, Conologue T, Harrop E. Leprosy. Diperoleh dari:

5. Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Buku

pedoman nasional pengendalian penyakit kusta. Jakarta: Departemen kesehatan RI;

2007. h.37-46, 89-117.

6. Srinivasan H. Disability, Deformity and Rehabilitation. In :Hasting RC, editor.

Leprosy. 2 nd

7. Lower Extremity (Leg & Foot) Ulcers. Available from :

ed. London:Churchill Livingstone;1994. h. 443-7.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,

Jadi, secara keseluruhan tujuan dari public relations adalah untuk menciptakan citra baik perusahaan sehingga dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk yang ditawarkan oleh

If people are more accurate for truths than deception (the veracity effect), which is clearly the case in Professor Burgoon’s data, then as the pro- portion of truthful senders

Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk menganalisis dampak yang terjadi pada pasar ekspor perikanan dengan komoditas udang dan ikan ke Eropa bila

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan (Suryani, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan institusional, kepemilikan

mudharabah pada Bank Syariah Mandiri Kcp Sengkang adalah dapat meningkatkan investasi dana pihak ketiga pada bank syariah karena jika bank menggunakan sistem

kampung nelayan Tambak Lorok bahwa masih ada kesederhanaan yang tertinggal dan tidak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah bagian dari kota Semarang yang berkontribusi dalam

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, kelimpahan relatif famili Eulophidae, Encyrtidae dan Scelionidae pada lanskap Nyalindung jauh lebih tinggi dari famili lainnya,