SKRIPSI
ANALISIS PERBEDAAN IMBAL HASIL ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN PERTAMBANGAN YANG LISTING
DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
YANDRI REZZIANSYAH SITOMPUL 110523026
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN IMBAL HASIL ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN PERTAMBANGAN YANG LISTING
DI BURSA EFEK INDONESIA
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya yang disebut dengan return saham. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dan pertambanganyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan teknik analisis data untuk mengetahui perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia menggunakan uji beda.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Selain itu pengujian uji beda t test berdasarkan tabel Coefficients diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) return saham pertambangan dan perusahaan otomotif sebesar 0,053 yang berarti bahwa nilai sig. (2-tailed) > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima, dan Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
RETURN ANALYSIS OF THE DIFFERENCE BETWEEN THE MINING MANUFACTURING COMPANY WITH LISTING
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The investors are motivated to invest in one of them is by buying shares in the hope to get a return of investment in accordance with what has been invested is called the stock return. The purpose of this study was to determine the difference between the yield of a manufacturing company in the field of automotive and mining are listed in the Indonesia Stock Exchange.
The data collection techniques used in this research study documentation with data analysis techniques to determine the difference between the yield of a manufacturing company with mining listed in Indonesia Stock Exchange using a different test.
The results of this study indicate that the answer to the problem in this research that there is a difference between the yields on the field of automotive manufacturing company with mining listed in Indonesia Stock Exchange. Besides testing different test t test based on table Coefficients known that sig. (2-tailed) and mining stock returns of 0,053 automotive companies which means that the sig. (2-tailed)> 0.05, so it can be said that Ha is accepted, and Ho is rejected which means that there is a difference between the yields on the field of automotive manufacturing company with mines in Indonesian Stock Exchange listing
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Perbedaan Imbal Hasil antara Perusahaan Manufaktur dengan Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia” ini guna melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum
sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, kemampuan dan
pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati
yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis Ayahanda tercinta yaitu Drs. Syahruddin Sitompul
dan Ibunda terkasih Ir. Ida Yani Pane, MT yang telah mengasuh dan
membesarkan penulis serta memberikan dorongan selama penulis menjalani
pendidikan dan hanya doa yang dapat penulis panjatkan ke Hadirat Allah
SWT, semoga kelak penulis menjadi manusia yang berguna bagi agama,
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Irsad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Syarief Fauzi, SE, M.Ak. Ak selaku Dosen Pembimbing penulisan yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan
saran dan masukkannya serta petunjuk yang sangat berarti bagi penulis.
8. Bapak selaku dosen pembaca penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan
masukkan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan pendidikan yang sangat bermanfaat bagi penulis yang dapat
digunakan pada masa yang akan datang serta seluruh karyawan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis
selama menjalani perkuliahan.
Dengan bantuan yang penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri
dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa
semoga amalan dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula.
Medan, Juli 2014 Penulis
NIM : 110523026
YANDRI REZZIANSYAH SITOMPUL
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
ABSTRACT……… ii
KATA PENGANTAR……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….. x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah . ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Modal... 11
2.2. Perkembangan Pasar Modal dan Mekanisme Pasar Modal.. 14
2.3. Mekanisme Pasar Modal...,…... 15
2.4. Jenis dan Fungsi Pasar Modal ... 16
2.5. Saham... 18
2.6. Pengertian Return Saham... 20
2.7. Jenis Return Saham... 26
2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham... 27
2.9. Pengertian dan Hubungan Risiko dan Return Saham... 31
2.10. Risiko Sistematis (Beta)... 33
2.11. Risiko Tidak Sistematis... 35
2.12.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 36
2.13. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37
2.14. Hipotesis ... 38
3.2. Definisi Operasional... 39
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian. ... 40
3.4. Jenis Data Penelitian ... 42
3.5. Metode Pengumpulan Data ………. 42
3.6. TeknikAnalisis Data ... 43
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif... 43
3.6.2. Analisis Uji Beda T Test ... 43
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian... 45
4.1.1. Gambaran Singkat Objek Penelitian ...… 45
4.1.2. Return Saham Perusahaan Otomotif... 46
4.1.3. Return Saham Perusahaan Pertambangan ... 51
4.1.4 Analisis Deskripsi Data ... 55
4.2. Pembahasan... 57
4.2.1. Return Saham Pada Perusahaan Otomotif... 57
4.2.2. Return Saham Pada Perusahaan Pertambangan ... 58
4.2.3. Hasil Analisis Data... 59
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 61
5.2. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 : Penelitian Terdahulu ... 36
Tabel 3-1 : Data Sampel Perusahaan Manufaktur dibidang Otomotif ... 41
Tabel 3-2 : Data Sampel Perusahaan Pertambangan ... 42
Tabel 4-1 : Output SPSS Statistik Deskriptif ... 55
Tabel 4-2 : Kolmogorov-Smirnov Test ... 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 : Trade –off Risk and Return ... 32
Gambar 2-2 : Risiko Systematic dan Unsystematic ... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Output Perhitungan Uji Beda Program SPSS………….... 65
Lampiran 2 : Perhitungan Return Saham Perusahaan Otomotif ……….. 68
Lampiran 3 : Perhitungan Return Saham Perusahaan Pertambangan ……….. 69
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN IMBAL HASIL ANTARA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN PERTAMBANGAN YANG LISTING
DI BURSA EFEK INDONESIA
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya yang disebut dengan return saham. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dan pertambanganyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi dengan teknik analisis data untuk mengetahui perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia menggunakan uji beda.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Selain itu pengujian uji beda t test berdasarkan tabel Coefficients diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) return saham pertambangan dan perusahaan otomotif sebesar 0,053 yang berarti bahwa nilai sig. (2-tailed) > 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima, dan Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
RETURN ANALYSIS OF THE DIFFERENCE BETWEEN THE MINING MANUFACTURING COMPANY WITH LISTING
IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The investors are motivated to invest in one of them is by buying shares in the hope to get a return of investment in accordance with what has been invested is called the stock return. The purpose of this study was to determine the difference between the yield of a manufacturing company in the field of automotive and mining are listed in the Indonesia Stock Exchange.
The data collection techniques used in this research study documentation with data analysis techniques to determine the difference between the yield of a manufacturing company with mining listed in Indonesia Stock Exchange using a different test.
The results of this study indicate that the answer to the problem in this research that there is a difference between the yields on the field of automotive manufacturing company with mining listed in Indonesia Stock Exchange. Besides testing different test t test based on table Coefficients known that sig. (2-tailed) and mining stock returns of 0,053 automotive companies which means that the sig. (2-tailed)> 0.05, so it can be said that Ha is accepted, and Ho is rejected which means that there is a difference between the yields on the field of automotive manufacturing company with mines in Indonesian Stock Exchange listing
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat
membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan.
Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah
dengan menawarkan kepemilikan perusahaan tersebut kepada masyarakat/publik
(go public). Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan
modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat/publik.
Keterlibatan masyarakat/publik dalam pasar modal adalah dengan cara membeli
saham yang ditawarkan dalam pasar modal. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terjadi transaksi jual-beli dalam pasar modal layaknya pasar barang dan
jasa pada umumnya.
Pada dasarnya, pasar modal memiliki dua fungsi yaitu fungsi ekonomi
dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah menyediakan fasilitas
untuk memidahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana kepada pihak
yang membutuhkan dana. Fungsi keuangan pasar modal adalah menyediakan dana
yang dibutuhkan oleh pihak-pihak lainya tanpa harus terlibat secara langsung
dalam kegiatan operasi perusahaan (Husnan, 2005).
Dalam aktivitas pasar modal kedua belah pihak yang memiliki dana
(investor) dan yang membutuhkan dana (emiten) akan memiliki perbedaan
untuk mendapatkan tambahan dana tanpa perlu menunggu hasil dari kegiatan
operasional, sedangkan bagi investor pasar modal adalah salah satu alternatif
untuk melakukan investasi dan mendapatkan keuntungan yang optimal. Suatu
investasi tentunya memiliki resiko tersendiri. Investor tidak dapat secara pasti
mengetahui resiko apa yang akan diterimanya dalam melakukan suatu investasi.
Oleh karena itu seorang investor memerlukan analisis dalam menginvestasikan
dananya dan meminimalkan resiko (Restiyani, 2006). Bagi seorang investor,
investasi dalam sekuritas yang dipilih tentu diharapkan memberikan tingkat
pengembalian (return) yang sesuai dengan resiko yang harus ditanggung oleh para
investor. Bagi para investor, tingkat return ini menjadi faktor utama karena return
adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Jogiyanto, 2000).
Salah satu jenis sekuritas yang paling populer di pasar modal adalah
sekuritas saham. Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu atau institusi dalam perusahaan (Ang, 1997). Sedangkan
menurut Husnan, (2005), saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau
peserta dalam perusahaan terbuka (PT). Saham yang dinilai baik adalah saham
yang mampu memberikan return realisasi yang tidak terlalu jauh dari return
ekspektasi. Investor yang memilih untuk berinvestasi di pasar modal dalam
bentuk sekuritas saham berarti berinvestasi dalam prospek perusahaan tersebut.
Perusahaan yang tergabung dalam pasar modal harus mampu meningkatkan nilai
perusahaannya karena nilai perusahaan yang tinggi tentu memberikan gambaran
yang baik dan peluang return yang besar. Apabila perusahaan menganggap semua
investor adalah investor yang rasional maka dengan return ekspektasi yang tinggi
yang dikeluarkan oleh perusahaan emiten sehingga tujuan pendanaan yang
diinginkan perusahaan melalui pasar modal juga terpenuhi.
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah
dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan
kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Hartono, 2000:
107). Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya,
tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap
investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama
yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Konsep return atau imbal hasil merupakan tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Return saham
merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari
investasinya di perusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua
jenis (Jogiyanto 2000), yaitu return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah
terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan
sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai
dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan
return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang
Dalam teorinya Robbert Ang (1997 : 20.2) yang mengatakan bahwa
return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas
suatu investasi yang dilakukannya, dalam hal ini ada beberapa faktor-faktor yang
mem pengaruhi return saham. Menurut IG.K.A. Ulupui (2009) menyatakan rasio
keuangan dapat mempengaruhi return saham, yang meliputi rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dengan hasil bahwa hanya
rasio aktivitas yang mempunyai pengaruh negatif dan rasio likuiditas, rasio
solvabilitas dan rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap return saham.
Sedangkan penelitian Dyah Kumala Trisnaeni (2007) juga membahas pengaruh
kinerja keuangan terhadap return saham, yang meliputi rasio leverage, rasio
profitabilitas dan rasio pasar. Yang menyatakan hasil bahwa rasio leverage dan
rasio profitabilitas mempunyai pengaruh yang negatif terhadap return saham,
sedangkan rasio pasar berpengaruh positif terhadap return saham.
Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi return saham dilakukan
oleh Sudarto et al. (1999). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut return
saham sebagai variabel dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta (β)
sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa,
hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan tidak signifikan,
sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan signifikan.
Hasil penelitian Supranto (1990), dalam Sudarto et al. (1990),
menyimpulkan bahwa hubungan return dengan debt to equity ratio negatif dan
tidak signifikan sedangkan hubungan positif yang signifikan antara return dan
return positif dan signifikan, akan tetapi temuan variabel beta berpengaruh positif
dan signifikan terhadap return adalah sejalan dengan temuan Sudarto et al.
(1998). Zulbahridar dan Jonius (2002) menyimpulkan bahwa dalam analisa
menunjukkan variable independen yaitu risiko (beta dan standar deviasi) dari
leverage keuangan (Debt on equity dan debt to equity ratio) secara bersama-sama
mempunyai hubungan negative yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
tingkat keuntungan (return) saham.
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor
selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang
dihadapinya. Menurut Brigham et al. (1999:192), pengertian dari return adalah
“measure the financial performance of an investment”. Pada penelitian ini, return
digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan.
Horne dan Wachoviz (1998:26) mendefinisikan return sebagai:“Return as benefit
which related with owner that includes cash dividend last year which is paid,
together with market cost appreciation or capital gain which is realization in the
end of the year”. Menurut Jones (2000:124) “return is yield dan capital gain
(loss)”. (1) Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada
pemegang saham (dalam bentuk dividen), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih
antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan.
Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000:5) yang menyatakan bahwa
”Return from investment security is cash flow and capital gain/loss”. Berdasarkan
pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan return saham adalah
keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang
Dari pengujian-pengujian yang telah dilakukan oleh berbagai peneliti
terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian (research gap) mengenai
kinerja keuangan perusahaan yang berpengaruh terhadap return saham. Karena
tidak semua kinerja keuangan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham, sebab lain juga bisa dijadikan tolak ukur dalam
mengambil keputusan investasi misalnya terjadinya krisis atau faktor ekonomi
lainya. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan analisis laporan
keuangan yang dapat mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar untuk melihat kondisi keuangan
yang terjadi di perusahaan terhadap return saham.
Pada dasarnya nilai return saham dari setiap sekuritas berbeda-beda satu
sama lainnya. Tidak semua sekuritas akan memberikan return yang sama bagi
para investor. Return dari suatu sekuritas ditentukan oleh banyak hal seperti
kinerja perusahaan dan strategi perusahaan mengelola laba yang dimiliki.
Perusahaan dianggap gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu
membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi
total kewajibannya pada waktu jatuh tempo. Kondisi yang membuat para investor
dan kreditor merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan
(financial distress) yang mengarah pada kebangkrutan. Apabila perusahaan
tersebut diindikasikan akan mengalami gagal keuangannya berarti perusahaan
tersebut tidak mampu menghasilkan return yang menguntungkan bagi pihak
investor dan pada akhirnya harga sahamnya akan mengalami penurunan (Prawira,
Bisnis di bidang manufaktur yang dalam penelitian ini dikhususkan pada
perusahaan yang bergerak dibidang otomotif dan pertambangan saat ini
berkembang pesat dengan kemudahan yang diberikan pemerintah dalam
mendirikan perusahaan bagi pihak swasta untuk tujuan menarik pemodal asing,
membuat menjamurnya perusahaan yang bergerak dibidang otomotif dan
pertambangan sehingga membuat persaingan antar perusahaan juga meningkat
yang mengakibatkan banyak perusahaan berupaya menarik dana dari investasi
pihak luar perusahaan dengan menjanjikan pembayaran imbal hasil atau return
yang tinggi.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan manufaktur dibidang otomotif
dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun
2008 dan 2011 dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan dalam pembayaran imbal
hasil atau return saham kepada investornya. Dimana pada perusahaan manufaktur
yang bergerak dibidang otomotif lebih memberikan imbal hasil berupa return
realisasi, sedangkan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan
lebih dominan memberikan imbal hasil berupa return ekspektasi.
Adapun return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu
pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu return
ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Sedangkan return ekspektasi
merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat
tidak pasti. Hal ini dikarenakan perusahaan otomotif merupakan perusahaan yang
sehingga perusahaan lebih memilih return realisasi untuk meminimalisir
terjadinya resiko yang akan diterima perusahaan.
Sedangkan perusahaan pertambangan lebih dominan memberikan imbal
hasil berupa return ekspektasi dikarenakan perkembangan perusahaan
pertambangan dalam perkembangan cukup stabil sehingga perusahaan juga
memberikan imbal hasil yang lebih tetap.
Berdasarkan data yang terlampir dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan
manufaktur dibidang otomotif dan pertambangan yang sudah membagi return
saham. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan baik dalam
membayar return saham kepada para investor. Namun besarnya return saham
yang dibayarkan tersebut dari tahun ke tahun pada beberapa perusahaan
mengalami penurunan, hal ini sangat tidak diinginkan para investor seperti
dijelaskan oleh Indriyo dan Basri (2003, hal. 231) bahwa semakin tinggi return
saham yang dibayarkan berarti menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang
baik dan semakin tinggi kesejahteraan para investor.
Berdasarkan data dapat dilihat adanya peningkatan dan penurunan return
saham pada perusahaan manufaktur dibidang otomotif dan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana hal ini menunjukkan kemampuan
perusahaan membayar imbal hasil saham dengan sejumlah equity yang dimiliki.
Nilai return saham atau imbal hasil yang tinggi berarti kinerja keuangan
perusahaan sudah baik dalam memenuhi kewajibannya. Namun berdasarkan data
yang ada ternyata beberapa perusahaan otomotif dan pertambangan belum dapat
meningkatkan pembayaran return sahamnya, hal ini tidak sesuai dengan Brigham
menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
panjang dengan sejumlah ekuitas yang dimiliki”. Jadi secara keseluruhan dapat
dilihat berdasarkan data bahwa masih ada beberapa perusahaan manufaktur di
bidang otomotif dan pertambangan yang belum membayar imbal hasil atau return
saham kepada para investor.
Peneliti ingin meneliti informasi lebih lanjut tentang besarnya pembayaran
inbal hasil atau return saham, secara khusus untuk perusahaan manufaktur
dibidang otomotif dan pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2011.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yaitu “Analisis Perbedaan Imbal Hasil antara Perusahaan Manufaktur
dengan Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan imbal hasil antara
perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan pertambangan yang listing di
Bursa Efek Indonesia”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui perbedaan Imbal
hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dan pertambangan yang
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dilakukan, yaitu :
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan masalah
analisis imbal hasil antara perusahaan manufaktur dibidang otomotif dengan
pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar dan sebagai
suatu kesempatan dalam menerapkan ilmu yang didapat dari bangku
perkuliahan sekaligus sebagai bahan perbandingan antara hal hal teoritis dan
praktis guna menambah wawasan ilmu pengetahuan
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi
ataupun memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian sejenis dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital modal) adalah pasar keuangan untuk dana-dana
jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah
dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit
adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek
diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek (stock exchange)
adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian efek
adalah setiap surat berharga (sekuritas) yang diterbitkan oleh perusahaan,
misalnya: surat pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper),
saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue), dan waran (warrant).
Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah pasar
konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya
yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuranssi, dana pensiun,
bank-bank tabungan sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah
dan masyarakat umum.
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi,
dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek (Sunariyah, 2000 : 4). Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka
jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan
dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada
masyarakat
Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang
berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari
satu tahun) dan merupakan pasar yang abstrak. Instrument pasar uang biasanya
terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek seperti sertifikat deposito,
commercial papper, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar
Uang (SPBU).
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan
demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan
karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pasar Modal merupakan tempat bertemunya investor sebagai
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di
pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1
tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen
derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal
dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja
dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
2.2. Perkembangan Pasar Modal dan Mekanisme Pasar Modal
Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda, tepatnya
pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami
masa pasang – surut akibat berbagai faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II
hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah
Republik Indonesia (RI). Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan
pembentukan ulang Pasar Modal Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No.
13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik
Indonesia No.15 tahun 1952.
Dalam 2 dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia
mengalami stagnasi sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar Modal
sepanjang dekade 1960-an hingga akhir pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977,
Pemerintah mengaktifkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan ditandai go
public. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami
perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai
dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan
swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.
Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga
semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory
Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat
sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan
komputerisasi perdagangan melalui sistem Jakarta Automated Trading System
Trading System pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar
obligasi dan derivatif.
Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar
Modal Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES
digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia.
Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia.
IHSG, yang sempat menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari
2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum
ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut
dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98% pada tahun 2009 dan 46,13%
pada tahun 2010.
2.3. Mekanisme Pasar Modal
Investor tertarik untuk menanamkan modal melalui pasar modal karena
adanya mekanisme pasar yang baik yang dapat menjamin interaksi dengan
pengusaha melalui pasar modal secara fair karena disertai adanya informasi yang
lengkap dan jelas untuk mempertimbangkan adanya keuntungan ataupun resiko
investasi secara transparan.
Bagi emiten, mekanisme pasar modal yang baik akan mempermudah
untuk memperoleh modal dari para investor, sehingga tidak membutuhkan proses
yang rumit serta dapat mengumpulkan dana dalam jumlah yang besar.
dikelompokkan dalam dua macam aktivitas utama, yakni aktivitas pasar perdana
(primary market) dan pasar sekunder (secondary market)
Pasar perdana adalah pasar dimana efek-efek diperdagangkan untuk
pertama kalinya sebelum dicatatkan di bursa efek. Saham atau efek yang pertama
kali diperdagangkan biasanya ditawarkan oleh pihak penjamin emisi
(underwriter) kepada investor melalui perantara pedagang efek. perantara
pedagang efek ini bertindak sebagai agen penjual saham. Proses penjualan
perdana ini biasanya disebut dengan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran
umum perdana.
Mekanisme penjualan saham yang kedua disebut dengan pasar sekunder.
Adapun pasar sekunder adalah pasar dimana efek-efek yang telah dicatatkan di
bursa efek diperjual belikan secara bebas. Dalam pasar sekunder ini, investor
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk membeli atau menjual saham yang
telah tercatat tersebut melalui perantara yang disebut dengan pialang.
2.4. Jenis dan Fungsi Pasar Modal
Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar
sekunder :
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada
para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer)
sebelum saham tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya
perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public
berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang
diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk
mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang
dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang dan
memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana tetap,
pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan
komisi dengan pemesanan yang dilakukan melalui agen penjualan.
2. Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham
diantara investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana,
dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka
efek tersebut harus dicatatkan di bursa. Dengan adanya pasar sekunder para
investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat. Sedangkan manfaat bagi
perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun
investor lembaga dan perseorangan.
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar,
pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan
dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka
waktunya tidak terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat,
yaitu:
1. Bursa regular. Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek
2. Bursa parallel. Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk
pasar sekunder yang diatur dan diselenggarakan oleh Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh
Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan pembeli
tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para
broker atau dealer.
Fungsi Pasar Modal
Tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak
yang memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal
mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower.
Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya imbalan atau
return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari
luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu dana
dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan
dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktiva riil.
2.5. Saham
Saham adalah bukti kepemilikan bagian modal perseroan yang memberikan
berbagai hak menurut ketentuan undang-undang. Menurut Rusdin (2006), saham
ialah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan status perusahaan, dan
Dalam prakteknya terdapat beberapa saham yang diperdagangkan, dibedakan
menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Nilai
saham terbagi atas 3 jenis, yaitu:
1. Nilai Nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang
bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai
nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus
memiliki satu jenis nilai nominal.
2. Nilai Dasar, yaitu nilai yang ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut
diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya
berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain : Right
Issue, Stock Split, ataupun Waran.
3. Nilai Pasar, yaitu harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika
bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga
penutupannya.
Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu
saham atas unjuk (Bearer Stock) dan saham atas nama (Registered stock).
1. Saham atas unjuk (Bearer Stock), adalah saham yang tidak ditulis nama
pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
yang lain.
2. Saham atas nama (Registered Stock), adalah saham yang ditulis dengan jelas
siapa pemiliknya. Dimana cara pengalihannya harus melalui prosedur
tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya
Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, saham dibedakan
menjadi :
1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling
sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan
juga merupakan jenis yang paling popular di pasar modal.
2. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen adalah bentuk gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan
sekuritas campuran. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak
memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Di
lain pihak saham preferen sama juga dengan obligasi karena jumlah atas
devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba
dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan
saham biasa.
3. Participating Preferred Stock Saham ini disamping memperoleh deviden tetap
seperti yang telah ditentukan juga memperoleh extra deviden apabila
perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Besaran deviden
jenis ini lebih kecil dari jenis saham preferen lainnya
2.6. Pengertian Return Saham
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dari
sekuritas tersebut dan diukur dengan mengunakan return sebagai nilai perubahaan
harga atau dengan menggunakan abnormal return kepada pasar dan sebaliknya.
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham
capital gain (loss) dan dividen. Capital gain (loss) merupakan selisih laba rugi
yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif tinggi atau rendah
dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedang dividen merupakan
bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada periode tertentu sesuai dengan
keputusan manajemen.
Para investor membeli saham, berarti membeli prospek perusahaan. Bila
prospek perusahaan membaik, maka harga saham tersebut akan meningkat.
Dengan naiknya harga saham diharapkan return saham juga naik, karena return
saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dikurangi dengan harga
saham sebelumnya (Husnan, 2002).
Ekspetasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh
return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return
tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen untuk investasi pada saham
dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang
menjadi indikator untuk meningkatkan wealth para investor, termasuk di
dalamnya para pemegang saham. Dividen merupakan salah satu bentuk
peningkatan wealth pemegang saham (Suharli 2004). Investor akan sangat senang
apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk
mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor selalu mencari
alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko
tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham, konsep risiko tidak
terlepas kaitannya dengan return, karena investor selalu mengharapkan tingkat
Brigham et al. (1999:192), pengertian dari return adalah “measure the financial
performance of an investment”. Pada penelitian ini, return digunakan pada suatu
investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan.
Horne dan Wachoviz (1998:26) mendefinisikan return sebagai:“Return as
benefit which related with owner that includes cash dividend last year which is
paid, together with market cost appreciation or capital gain which is realization
in the end of the year”. Menurut Jones (2000:124) “return is yield dan capital
gain (loss)”.
1. Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang
saham (dalam bentuk dividen),
2. Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado
dan Jordan (2000:5) yang menyatakan bahwa ”Return from investment
security is cash flow and capital gain/loss”.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan
saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan
capital gain/loss. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham dalam suatu periodik tertentu. Capital gain/loss dalam
suatu periode merupakan selisih antara harga saham semula (awal periode dengan
harganya di akhir periode). Bila harga saham pada akhir periode lebih tinggi dari
harga awalnya, maka dikatakan investor memperoleh capital gain, sedangkan bila
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return)
(Jogiyanto,2000;107). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran
kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa
yang akan datang.
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor
dimasa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah
terjadi, return ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan akan terjadi.
Return merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh investor dalam
mengambil keputusan investasi karena return merupakan tujuan utama seseorang
berinvestasi. Dengan adanya return, diharapkan seseorang akan termotivasi untuk
berinvestasi. Return juga merupakan imbalan yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada investor atas keberaniannya menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya. Return total sering disebut return saham, yaitu perubahan
kemakmuran dari perubahan harga saham dan perubahan pendapatan dari dividen
yang diterima. Perubahan kemakmuran ini menunjukkan tambahan kekayaan
sebelumnya.
Pemegang saham dalam investasinya dapat mendapatkan return yang
ditawarkan suatu saham dalam bentuk capital gain dan dividen. Capital gain
merupakan selisih harga saham sekarang relatif dengan harga saham periode yang
lalu. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham. Biasanya tidak seluruh keuntungan perusahaan dibagikan
dividen yang diterima ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
perusahaan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perusahaan
tidak selalu membagikan dividen kepada para pemegang saham tetapi bergantung
pada kondisi perusahaan itu sendiri. Ini berarti bahwa jika perusahaan mengalami
kerugian tentu saja deviden tidak akan dibagikan pada tahun berjalan tersebut.
Deviden yang dibagikan dapat berupa deviden tunai maupun dividen saham.
Konsep risiko tidak terlepas kaitannya dengan return, karena investor
selalu mengharapkan tingkat return yang sesuai atas setiap risiko investasi yang
dihadapinya. Menurut Brigham et al. (1999:192), pengertian dari return adalah
“measure the financial performance of an investment”. Pada penelitian ini, return
digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan.
Horne dan Wachoviz (1998:26) mendefinisikan return sebagai:“Return as benefit
which related with owner that includes cash dividend last year which is paid,
together with market cost appreciation or capital gain which is realization in the
end of the year”. Menurut Jones (2000:124) “return is yield dan capital gain
(loss)”. (1) Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada
pemegang saham (dalam bentuk dividen), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih
antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan.
Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000:5) yang menyatakan bahwa
”Return from investment security is cash flow and capital gain/loss”. Berdasarkan
pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan return saham adalah
keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang
dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss. Dividen merupakan
periodik tertentu. Capital gain/loss dalam suatu periode merupakan selisih antara
harga saham semula (awal periode dengan harganya di akhir periode). Bila harga
saham pada akhir periode lebih tinggi dari harga awalnya, maka dikatakan
investor memperoleh capital gain, sedangkan bila yang terjadi sebaliknya maka
investor dikatakan memperoleh capital loss.
Return saham juga merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi.
Menurut Jogiyanto (2008: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return
realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi
merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar
penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan
return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam
melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara
return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar
return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula
risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif
dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang
untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk
low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi
yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.
Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis
yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss
(keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat
biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan
secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang
bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya,
sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh
pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah)
dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang (Pt) lebih
tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang saham
mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan
mengalami capital loss.
Dalam penelitian ini return saham yang digunakan adalah capital gain
(loss). Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh
pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah)
dibandingkan harga saham sebelumnya. Menurut Ang (1997), menyatakan bahwa
tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya
investor tidak mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut
setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan
untuk mendapatkan keuntungan.
2.7. Jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2008:109) saham dibedakan menjadi dua: (1) return
realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang
berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat
ditulis rumus: Ross et al. (2003:238).
Pt - P(t-1) Ri =
P(t-1)
Keterangan:
Ri = Return saham
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung
dengan rumus: Jogiyanto (2008 : 232)
IHSG1 - IHSGt-1
Rm =
IHSGt-1
Keterangan:
Rm = Return pasar
IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t
IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode t-1
2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting
untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal
tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan
analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke
oleh emiten akan mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil
keputusan untuk memilih portofolio investasi yang efisien.
Menurut Jogiyanto (2008 : 351), para pelaku pasar modal akan
mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal
tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan
saham, misalnya adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan
pada harga saham, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi,
sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman memiliki
kandungan informasi jika pada saat transaksi perdagangan terjadi, terdapat
perubahan terutama perubahan harga saham. Berubahnya harga saham akan
mempengaruhi return saham yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin
meningkat return yang diperoleh investor.
Menurut Alwi (2003: 87) bahwa pergerakan naik-turun harga saham dari
suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai
bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih
bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis
pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrumen ekonomi ada faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual
maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor
internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan makro).
1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan.
2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman
yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid,
leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham, penggabungan saham,
pembelian saham, joint venture dan lainnya.
3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen
dan struktur organisasi.
4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti
laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan
diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha
dan lainnya.
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share, price
earning ratio, net profit margin, return on asset, return on equity, dan
lain-lain.
Sedangkan lingkungan makro yang mempengaruhi harga saham antara lain
1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume/harga saham
perdagangan, pembatasan/penundaan trading.
4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas
harga saham di bursa efek suatu negara.
5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan
hidup, hak asasi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap
perilaku investor.
Menurut Samsul (2006: 200), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
terdiri atas faktor makro dan faktor mikro.
a. Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu:
1) Faktor makro ekonomi yang meliputi tingkat bunga umum domestik,
tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.
2) Faktor non ekonomi yang meliputi peristiwa politik dalam negeri,
peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus
b. Faktor mikro yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu:
1) Laba bersih per saham
2) Nilai buku per saham
3) Rasio utang terhadap ekuitas
4) Dan rasio keuangan lainnya.
Menurut Tandelilin (2001: 240), dari sudut pandang investor, salah satu indikator
penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat
sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting
diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana aktiva yang dimiliki perusahaan bisa
menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan harga saham
dan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diinginkan
investor.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 158), investor sebaiknya memerhatikan
perputaran persediaan dengan seksama, karena jika tidak diamati dengan seksama
maka perputaran persediaan yang rendah akan menyebabkan kehilangan
penjualan dan menyebabkan meningkatnya biaya penyimpanan yang berlebihan
sehingga menimbulkan kerugian atas investasi yang telah ditanamkan.
2.9. Pengertian dan Hubungan Risiko dan Return Saham
Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu
adanya risiko. Menurut Reilly et al. (2000 : 3) risiko dapat diartikan “Risk is the
uncertainty that an investment will earn its expected rate of return” dari
pengertian tersebut dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas
Sharpe (1999) menyatakan “Risk is the think for measuring of actual return
deviation to expected return”. Jones (2000:10) mendefinisikan “Risk is defind as
the change that actual return on an investment will be different from the expected
return” . Risiko merupakan perubahan dimana return aktual dari investasi akan
berbeda-beda terhadap imbal hasil yang diharapkan.
Menurut Scott et al. (2000:182) “Risk the chance that an out come other
than expected will occur”. Hal tersebut didukung oleh pendapat Brigham et al.
(1999:192) ‘Risk can be defined as the chance that some unfavorable event will
occur”. Keown et al. (2002:469) mendefinisikan “Risk the likely variability
associated with expected revenue or income streams”. Dari beberapa pengertian
dapat disimpulkan bahwa risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual
return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan
(expected return).
Secara teknis, semakin besar hasil pengembalian yang diharapkan maka
risiko yang dihadapi oleh investor juga semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Expected return
Security market line
Rf
Risiko
[image:45.595.114.396.525.718.2](Sumber: Ross, et al. 2003)
Gambar 2-1 menunjukkan adanya hubungan positif antara risiko dan return.
Garis vertikal dalam gambar 2.1 menunjukan besarnya tingkat hasil yang
diharapkan yang layak, sedangkan garis horizontal memperlihatkan risiko yang
ditanggung investor. Titik Rf pada gambar menunjukan return bebas risiko (
risk-free rate). Rf pada gambar di atas menunjukan satu pilihan investasi yang
menawarkan return sebesar Rf dengan risiko sebesar nol (0). Kesimpulan dari
pola hubungan antara risiko dan return adalah, bahwa risiko dan return
mempunyai hubungan yang Security market line Rf searah dan linier. Artinya
semakin tinggi risiko suatu aset semakin tinggi pula return dari aset tersebut,
demikian juga sebaliknya.
2.10. Risiko Sistematis (Beta)
Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan),
disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi
di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro,
risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko
pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur
risiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2000:178) adalah “Beta a
measure of valatility, or relative systematic risk”. Dimana pengertian volatilitas
adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu.
Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar,
sebesar 5%, maka investor akan menghargapkan kenaikan return sekuritasnya
sebesar 5% pula.
Scott et al. (2000:201) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s
volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et.
al. (2001:290) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the
return on the market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. (2003:431) beta
adalah “The amount of systematic risk present a particular risky asset relative to
that in an average risky asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur
volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat
dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi
secara subjektif.
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data
pasar (return sekuritas dan return pasar). Secara matematis menurut Budie et al.
(1999:166) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NΣXY – (ΣX )(ΣY)
β = ___________________________ NΣX2 - (ΣX) 2
Keterangan:
X = Return pasar (Rm)
Y = Return saham (Ri)
N = Jumlah data
β = Beta saham
Atau dapat dinyatakan dengan rumus: Ross et al. (2003 : 285)
Cov (Ri.Rm) βi =
Keterangan:
βI = Beta saham
Cov = Covarian
Var = Varians
Ri = Return saham
Rm = Return Pasar
2.11. Risiko Tidak Sistematis
Risiko tidak sistematik merupakan risiko yang berpengaruh khusus pada
sebuah asset tunggal atau sebuah asset kelompok kecil, dan risiko tidak sistematis
merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang
digunakan dalam risiko tidak sistematis adalah standar deviasi. Standar deviasi
adalah risiko yang dihadapi oleh investor saat ini dianggap sama dengan tingkat
variabilitas dari return yang diharapkan. Semakin berfluktuasi tingkat harapan
return yang akan didapat maka tingkat risiko juga tinggi. (Sumber: Ross, et al.
2003:274).
Gambar 2 di atas menjelaskan hubungan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Risiko tersebut digambarkan melalui risiko total yang merupakan
penjumlahan dari risiko sistematis (Systematic risk) dan risiko tidak sistematis
(Unsystematic risk). Risiko tersebut dipergunakan karena dapat mengukur secara
garis besar tingkat risiko secara keseluruhan.
[image:49.595.114.532.310.669.2]2.12. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2-1. Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Siska Ovianti (2003)
Analisis Pengaruh Struktur Modal Perusahaan Terhadap Imbal Hasil Saham Pada Sektor Farmasi di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2001 Struktur Modal, Imbal Hasil Saham Struktur Modal Perusahaan Tidak Berpengaruh Terhadap Imbal Hasil Saham Pada Sektor Farmasi di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2001 2. Michell
Suharli (2005)
Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham
Pada Industri Food & Beverages Di Bursa Efek Jakarta
Leverage, debt
to equity ratio,
return saham
Hasil pengujian statistik
menunjukan bahwa debt to equity ratio
dan beta
saham tidak mempengaruhi
return saham
secara signifikan.
3. M. Hilmi
(2010)
Analisis Imbal Hasil Saham Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Dividen Yield Imbal Hasil Saham yang diberikan mengalami
2.13. Kerangka Konseptual
Ekspetasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh
return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return
tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen untuk investasi pada saham
dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang
menjadi indikator untuk meningkatkan wealth para investor, termasuk di
dalamnya para pemegang saham. Dividen merupakan salah satu bentuk
peningkatan wealth pemegang saham (Suharli 2004). Investor akan sangat se