KAJIAN PEMBUATAN KARET SIKLO
BERBOBOTMOLEKULRENDAH
OLEH
:
SIT1 FU'ADAH CHUSNA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
Dari liasil penelitian diperoleh kombinasi perlakuan terbaik adalah peinberian hidrogen peroksida 4 bsk, nahium hipoklorit 4 bsk dan pernanasan 3
liari. Pada koinbinasi tersebut karet siklo yang dihasilkan paling cepat larut, benvanlaputih dan berbentuk serbuk.
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya rnenyatakan baliwa tesis yang berjudul :
KAJIAN PEMBUATAN KARET SIKLO BERBOBOT MOLEKUL RENDAH adalal~ benar hasil karya saya sendiri dan beluin peniah dipublikasikan. Sernua
sulnber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dari dapat
KAJIAN PEMBUATAN KARET
SLKLO
BERBOBOTMOLEKULRENDAH
SIT1 FU'ADAH CHUSNA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk ~ne~nperoleh gel= Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Kajian Pembuatan Karet Siklo Berbobot Molekul Rendah Nama : Siti Fu'adah Chusna
Nomor Pokok : 99564
Program Studi : Teknologi lndustri Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. lllah Sailah, MS. Ketua
Drs. Yoharmus Syamsu. MSi. Drs. Chilwan Pandii, Aot., MSc.
Anggota Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Teknologi lndustri Pertanian
I
b + w h
Dr. Ir. lrawadi Jamaran
RIWAYAT HIDUP
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, puji dan syukur penulis pa~~jatkan kehadirat
Allah SWT yang telah mernberikan rahmat, berkat, hidayah dan karunia-Nya
sehingga pe11elitia11 dan per~ulisai~ tesis yang berjuduil "Kajian Peinbuatai~ Karet
Siklo Berbobot Molekd Rendah" dapat diselesaikan. Penulisan tesis irli dilakukan untuk untuk mernenuhi salah sahi syarat dalam penyelesaian shldi di program
Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Program Pasca
S a i j a ~ a Institut Pertanian Bogor.
Pada keselnpatan ini penulis tnenyarnpaikan teriina kasil~ yaig sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu, Achsan, Chusnul, Chusni dan Ichsan, serta seluruh keluarga atas
doa, sernangat dan dorongan baik rnoril rnaupun materiil yang tiada henti.
2. Dr. Ir. Illah Sailah, MS., Drs. Chilwan Pandji, Apt., MSc dan Drs. Yoliannus
Syamsu, MSi. selaku Kornisi Pernbirnbing atas petunjuk, bailhlan d m bilnbingannya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
3. H. Ary Achyar Alfa, MSi. atas ide beliau sel~ingga penelitian ini terlaksana.
4. Dr. Ir. Sudrajat, MSc. atas kesediailnya sebagai penguji.
5. Direktur dan staf Program Pasca Sajana Instih~t Pertanian Bogor.
6. Ketua, staf dosen dan tata usaha Program Siudi Teknologi Industri Pertanian.
7. Kepada semua pihak yang telah ~nembantu d m tidak dapat diseb~itkan satti
Juga tak lupa ucapan terima kasih kepada M'Nelly, Yati, Fera, Arie, Pak
Ridwan, Pak Aos, Pak Anwar, Dani, serta staf dan karyawan BPTK-Bogor lain
yang tidak dapat disebutkan satu persahl, atas banh~an, kejasama dan
kebersamaannya selama penelitian. Yuli, Nunnah, Edy, Alex, Anti, Hendra, Asep,
Irpan, Oom, Fauzan, M'Fitri dan Upik, atas kebersamaannya selama penelitian.
Linda, Arif, M'Irin, Erin, Titi, M'Hesti, ternan-teman TIP '99, TIP '00, TIP '01
atas persahabatannya, serta teman-te~nan di Frycy, Aura, Radar 6, atas
kebersamaannya.
Akhir kata, selnoga tesis ini dapat bennanfaat bagi semua pihak yang
tnemnbut~~hkannya.
DAFTAR IS1
Hala~nan DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xii DAFTAR GAMBAR xiii
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakan 1
B. Tujuan Peneli 4
C. Ruang Lingkup 5
I1 TINJAUAN PUSTAKA
G. Bobot Molekul
111 METODOLOGI PENELITIAN 24
A. Baban dan Alat 24
25
25 27
28 29
IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Bahan B
1. KadarKaret Ke~ing 2. Kadar Nit~ogen 3. Viskositas I
4 . Analisis dengan GPC
5. Analisis dengan Spek . . .
B. Pengaruh Perlakuan Terhadap Lateks Bobot Molekul Rendah ...
1. Viskositas lntrinsik dan Bobot Molekul ...
2. Analisis dengan
3. Analisis dengan . . .
.
. . .C. Produk (Karet Siklo
1. Viskositas Intrin
2. Persentase Kelarutan dan Waktu Larut
...
.
.
...3. Wama dan Bentuk
...
5
.
Ailalisis dengan Spektroskopi lnfra Merah 57 6 . k i t e r i a Karet Siklo Terbaik ... 59 V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61A . Kesimpulan ... 61 ...
B . Saran 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Teks Halani an
1 . Ko~nposisi lateks kebun dari pohon yang berumur 10 tahun ... 9 2. Kornposisi bahan yang terdapat pada karet ala~n ... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Halanlan
1. Diagram alir pelaksanaan penelitian 67
2. Diagrani alir perlakuan pendahuluan 68
3. Diagram alir penurnran bobot rnolekul karet 69
. .
4. Prosed~lr analls~s 70
5. Hasil analisis terhadap lateks kebun dan lateks DPNR ... 75 6. Hasil analisis viskositas int~insik dan bobot lnolekul pada lateks
bobot molekul rendah 76
7. Hasil analisis terhadap karet siklo 77
8. Hasil karakterisasi sifat fisik karet siklo ... 78 9. Hasil analisis keragaman viskositas intrinsik karet siklo ... 79
10. Hasil analisis keraga~nan bobot ~noleklrl karet siklo ... 80
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
1 . Cis-trans isoinerisasi karet alam (Winspear. 1968) ... 11 ...
2 . Protein dalam lateks (Tanaka. 1998) 13
3 . Struktur inolekul karet siklo ... 18 ...
.
4 Kromatogra~n lateks kebun 37
5 . Kromatogram lateks DPNR ... 38 6 . Hasil analisis spektroskopi pada lateks kebun ... 40 7
.
Hasil analisis spekhoskopi pada lateks DPNR ....
.
... 41 8.
Penganh hidrogen peroksida. nahium hipoklorit dan pemattasantedtadap viskositas intrinsik lateks bobot molekul rendah ... 42
9
.
Pengaruh hidrogen peroksida. natrium hipoklorit dan pemanasan ...terhadap bobot molekul lateks bobot molekul rendah 43
10 . Kromatogram lateks bobot lnolekul rendah ... 44 11
.
Hasil analisis spektroskopi pada lateks bobot molekul rendah ... 4512
.
Pengarub hidrogen peroksida. natrium hipoklorit dan pemanasmterhadap viskositas intrinsik karet siklo ... 46
13 . Pengaruh hidragen peroksida. natrium hipoklorit dan pemanasan
terltadap bobot lnolekul karet siklo ... 47
14 . Pengat-til~ hidrogen peroksida. nahium hipoklorit dan peinanasan ...
terhadap persentase kelarutan karet siklo 52
...
15 . Kromatogram karet siklo 56
I. PENDANULUAN
A. Latar Belakang
Karet merupakan salali satu komoditas pertanian pengl~asil devisa
terbesar bagi negara Indonesia dari sektor perkebunan d m ekspor karet alatn
Indonesia pada 2001 mencapai 1.453,l ton (Biro Pusat Statistik, 2002). Areal tanainan karet yang dimiliki Indonesia merupakan yaiig terluas di dunia yaitu
mencapai 3,5 juta hektar. Meskipun deinikian, Indonesia menempati urutan
kedua sebagai produsen karet alam dunia setelah Thailand. Pada tahun 2001
produksi karet alam Indonesia mencapai 1.576,5 ton. Meskipun hasil produksi
yang dicapai tinggi, tetapi hasil produksi tersebut masih dibawah Thailand
yang mencapai 2.357 ton pada tahun yang sama (International Rubber Study
Group, 2002). Hal ini disebabkan oleli produktivitas perkebuiian karet di Indonesia rata-rata rendah yaitu kurang dari 600 kgha/tdiun, sementara mutu
bahan olah karet yang dihasilkan juga masill rendali karena sebagian besar
dihasilkan dari perkebunan rakyat. Selain itu, liampir selun~li produksi
perkeb~man karet yaitu sekitar 95% diekspor dala~n bentuk bahan baku dm
hanya sekitar 5% saja yang digunakan di dalam negeri untuk pembuatan
barang jadi.
Meskipun j~rmlah produksi dan konsutnsi karet alam lebih raidah dari
karet sintetik, tetapi posisi karet alatn belum dapat digaitikan oleli karet sintetik. Hal ini karena keunggulan yang dimiliki ole11 karet alam tidak
adalah memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempuma, plastisitas
yang baik sehingga pengolahannya lebih mudah, daya aus yang tinggi, tidak
rnudah panas dan melniliki daya tallan yang tinggi terhadap keretakan
(Anonim, 1997).
Peningkatan perolehan devisa dari perkebunan karet dapat dilakukan
dengan peningkatan produktivitas dan lnuhl bahan olah karet. Untuk
rneningkatkan produktivitas perkebunan karet dapat dilakukan dengan
peremajaan dengan menggunakan bibit unggul, pernupukan dan intensifikasi
pertanian serta pemberian stimulus pada pohon karet untuk meningkatkan
kandungan lateks. Selain itu peningkatan perolehan devisa dapat dilakukan dengan diversitikasi jenis karet yang diekspor sehingga tidak hanya bahan
baku saja yang diekspor melainkan juga beberapa jenis barang jadi yang
terbuat dari karet alam. Salah satu jenis produk yang dapat dikembangkan dari
karet alan dan mempunyai prospek untuk diekspor adalah karet siklo.
Karet siklo merupakan salah satu bentuk karet alam yang dimodifikasi dengan cara pemanasan menggunakan katalis asan. Sifat karet siklo berbeda
dari karet alan asalnya. Kelebihan karet siklo diantaranya adalah tahan
terhadap daya gosok dan mernpunyai daya rekat yang lebih baik. Penggunaan utamanya adalah sebagai ballan baku cat, pelapis dan perekat. Sedangkan
potensi penginlaan karet siklo adalah sebagai ballan pengisi barang jadi karel
dan kulit tinlan.
Di Indonesia karet siklo telah diproduksi cukup lama, yaitu sejak tahun
1954. Tetapi selalna ini pe~nbuatan karet siklo kurang berkembaug dan secara
Tidak berke~nbwgnya peinbuatan karet siklo di dala~n negeri ini inungkin
dikarenakan adanya produk pengganti, salah satunya adalah high styrene
resine, yang dapat inenggantikan fungsi karet siklo dei~gan harga yang lebih ekonomis, baik itu di dalan negeri mauptin di luar negeri. Tetapi dengan
adanya krisis ekonomi akhir-akhir ini, llarga produk penggruiti tersebut
seinakin mahal dan tidak terjangkau bagi industri penggunanya. Hal ini
merupakan peluang bagi industri karet siklo di dalain negeri karena dengan
inernprodtksi sendiri maka harganya akan lebih murah dan terjangkau.
Selama ini telah dihasilkan karet siklo produksi lokal yang l~asilnya selain tmtuk memenuhi kebutuhan di dalan negeri juga diekspor ke berbagai
ilegara dengan harga $ 3 k g . Tetapi karet siklo yang dihasilkan tersebut
harganya relatif lnasih mahal karena biaya produksinya mas111 terlalu tinggi.
Hal ini karena pembuatan karet siklo selama ini inenggcmakan bahan baku
karet setengah jadi. Disamping itu, proses pembuatan karet siklo dilakukan
tanpa penghilangan protein seliingga inuhmya kurang baik. Oleh karei~a itu diperlukan penelitian unhik meinperbaiki inutu karet siklo agar sesuai dengan
yang diharapkan dengan biaya y ang lebih rendah.
Dalain rangka menurunkan biaya produksi, pembuatan karet siklo dapat
dilakukan dengan inenggt~~lnakan lateks kebtn yang berprotein rendall. Karet
yang ineinpunyai kandungan protein rendah biasanya disebut dengan DPNR
(Deproteinized Natural Rubber). Penunman kadar protein karet dapat dilakukan dengan tnenggunakan enzim papain.
Peilurunan kadar protein sangat penting dilakukai~, karena berdasarkan
mengliambat proses siklisasi dalarn karet alarn. DPNR baik digunakan sebagai
ballan bako pembuatan karet siklo karena kandungan proteinnya rendah
sehingga proses siklisasi dapat berjalan dengan baik. Blla proses siklisasi
berjalan dengan baik maka akan diliasilkan karet siklo seperti yang
diharapkan, yaitu karet siklo yang mudali larut.
Icemudahan larumya karet siklo dipengaruhi ole11 bobot molekul karet.
Menurut Goonetilleke el al. (1993) bila bobot lnolekul karet siklo tinggi lnaka &an sukar larut, sehingga agar dillasilkan karet siklo yang mudah larut perlu
dllakukan penurunan bobot molekul karet. Untuk lnenurunkan bobot rnolekul
karet dapat dilakukan dengan menambalikan liidrogen peroksida dan natriurn
hipoklorit kedala~n lateks.
6. Tujuan Penelitian
Tujuan umuln dari penelitian ini adalah untuk mengliasilkan karet siklo
yang mudah larut dari lateks DPNR de~igal rnenggunakatr beberapa
kombinasi perlakuan konsentrasi hidrogen peroksida dan natrium hipoklorit
serta lama peinanasan.
Tujuan k h ~ s u s dari penelitian ini adalali tnenentukan konsentrasi
liidroge~i peroksida, konsentrasi natrium hipoklorit dan lama pemariasan yang
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian tneliputi :
1. Karakterisasi dan analisis ballan baku yakni lateks keb~m dan lateks
DPNR.
2. Menentukan konsentrasi hidrogen peroksida, konsentrasi natrium
hipoklotit dan lama pemanasan yang terbaik imtuk mengl~asilkan lateks
bobot tnolekul rendah.
3. Slklisasi lateks bobot molekul rendah ~mtuk lnenghasilkan karet siklo.
4. Karakterisasi dan analisis lateks bobot molekul rendall dan produk yang
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lateks
Lateks kebun adalah getah cair yang diperoleh dari bidang sadap pohon
karet l-levea brasiliensis, dimana pada tiap penyadapan akan dihasilkan 1-2 ons lateks per pohon. Pohon karet dapat tnulai disadap pada uinur 5 tahun dan
me~niliki rnasa produktif selalna 25-35 tahun. Urnur yang paling baik untuk
berproduksi adalah 13-17 tahun dan setelah itu tanaman karet akan mengalami
kerntmduran dalam menghasilkan lateks (Anonim, 1985).
Lateks inerupakan suatu sistetn koloid yang terdiri atas partikel karet
dan bbukan karet yang tersuspensi dalarn inedia cair yang disebutt serum.
Lateks ~nengandung bahan karet 25-40% dan serum 60-75%. Komposisi lateks terdiri dari karet mumi 90-95%; protein 2-3%; asan le~nak 1-2%; gula
0,2%; gararn dari Na, K, Mg, Ca, P, Cu, Mn dan Fe 0,5%. Semua zat yang
b~lkan karet tersebut baik susunan inaupun jurnlahnya beruball-ubah,
terganiung klon tanaman karet, kondisi tanah dan iklitn. Berat jenis lateks
adalab 0,945; senun 1,02 dan karet 0,91. Dengan adanya perbedaar~ berat jenis tersebut akan tnenyebabkan terjadinya pemisahan antara fraksi karet dan
sentm bila didiamkan dalain waktu tertentu (Goutara, Djahniko dan Tjiptadi,
1985).
Menurut Honggokusumo (1978), apabila lateks disentrihse dengan kecepatan sekitar 18.000 putaran per tnenit, lateks akan terpisah meiijadi
yang benvarna kuning ju~gga, dan fraksi ketiga adalah fraksi serum (i 50%)
yang benuarna jemih, serta fraksi yang paling bawah adalah fraksi dasar (i
10%) yang berwama ku~ning pucat.
Fraksi karet mengandung partikel karet dengan diarneter antara 0,05-3
mikron, rne~niliki selubulng lapisan yang terdiri dari protein dar~ lipid yang
berfungsi unh~k lnemantapkan dispersi partikel karet di dala~n serum. Fraksi
frey wyssling berbentuk bulat dengan ukuran lebih besar daripada partikel
karet dengan diameter mencapai 8 mikron, juga mengandung lipid dan zat
warna P-karoten. Partikel frey wyssling ini sering terkunmg di antara partikel
karet dan di dalam fraksi bawal~.
Pada fraksi serum, atau biasa disebut serum-C (centrifuge serum)
mengandung bahan terlarut yang biasa terdapat di dalaln sel tanaman, seperti ion-ion terutarna terdiri dari karbonat dan fosfat, magnesium, kalsiurn, kaliu~n,
ternbaga, besi, nahium, rubidium dan juga rnangan yang ~nasuk ke dalam
lateks pada saat lateks lnengalir lnelalui irisan sadapan. Selaiu ihl juga
mengandung air, asaln nukleat, protein, karbohidrat dan inositol yang merupakan su~nber utalna asam lernak eteris (Volatile Fatty AcidIVFA),
khususnya quebracithol.
Fraksi bawah jumlahnya sekitar 10% dari volume lateks. Fraksi ini
terutarna terdiri atas partikel yang berbentuk bulat dengan ukuran relatif besar yang diametemya sekitar 2 mikron. Fraksi bawah ini mengandung air, protein,
karet, karotenoid, ion-ion logam kalsiuln dan magnesium serta lutoid. Lutoid
-
penneabel dm1 mengandung senyawa nitrogel1 yang terdispersi di dalain suatii
cairan yang disebut sen~m-B (bottom senim).
Lateks kebuni yang baik iint~ik diolali inenjadi lateks pekat, atau bahan-
baliai lainnya hams memenuhi beberapa persyaratan, antara lain adalali : tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain seperti daun atau kayu; tidak
~nenganduilg bubur lateks, atau lateks yang telall mengalami prakoagulasi; berbau segar daii ~neinpunyai kadar karet kering sekitar 28% (Anoniin, 1997).
Stem (1954) berpendapat bahwa variasi KKK lateks kebun dipeugaruhi
beberapa faktor, diantaranya adalall : ulnur tanaman, kondisi tanaman, ~ n u s i ~ n dan tenggang waktu setelah penyadapan. Tanaman yang lebih tua akan ~nenghasilkan lateks dengan KKK yaiig lebih tinggi dibaildingkan tanaman
yang beniinur lebih muda. Sedangkan lateks yang disadap pada inusiin liujan
akan cenderung lebiln encer sehingga KKK-nya rendah. Sel~ingga kaildmigail
KKK pada tiap pengainbilan lateks kebun akan berbeda-beda, meskipun
dia~nbil dari pohon yang sana dalain satu liari. Hasil analisis koinposisi lateks
kebun dari pohon yang benirnur 10 tahun dapat dilillat pada Tabel 1.
Selanjuitnya Stem (1954) juga inengemukakan balnwa lateks keblui yang
bani disadap bagian terbesamya adalah air, yaitu hampir 60%. Sedangkan
karet terkandtmg dalam lateks sekitar 35% dan sisanya adalali bahan-balm
lain seperti protein dan fosfolipid. Lateks kebi~n bersifat encer karena bagiain
terbesamya adalah air rnaka dan KKKnya berkisar antara 30-35%.
Karena lateks kebun segar tnengaildui~g ballail-bahaii yai~g sailgat
Bahan bukan karet yang terkaridun~g dalarn lateks jurnlahnya relatif kecil dan
sebagian besar terlarut dalan air sedangkan yang laimya terdispersi pada
perm~lkaan partikel karet (Triwijoso dan Siswantoro, 1989).
Tabel 1. Koinposisi lateks kebun dari pohon yang berurnur 10 taliun
Bahan 1 Persentase (%)
I
I
Karet
I
35,621 I
Abu
I
0.70I
I
I
Gula
1
0,34I
I
1
Air1
59,66i
II
A S~unber : Stem (1954)
B. I<aret
Karet merupakan bagian terbesar yang terkandung dala~n getali atau
lateks yang diperoleli dari hasil penyadapan terutama pohon karet Hevea 11rasilien.vis. Karet dapat juga diperoleh dari tanaman lain yang juga dapat menghasilkan lateks seperti Manihol glaziovii (fa~nili Eu~pl~orbiaceae),
Cas/illoa elasrica dan Ficus elaslica (famili Moraceae), ijlmt~onio elasrico, Dyers sp. d m Iandolphia sp. (fstnjli Apocinaceae), Palaqizitn gtrlla (famili
Sapotaceae), l-'ar/henium argentaturn dan Taruxacum kokhsaghyz (famili Compositae). Dari hasil penelitian yang telall dilakukan terliadap beberapa
[image:129.595.126.495.204.398.2]pengliasil lateks paling baik dai ekonon~is untuk skala industri karena jumlah
karet yang dihasilkan paling banyak dan sifat karetnya paling baik (Anonim,
1985; Anonim, 1997).
Posisi karet alan beluln dapat digantikan olelt karet sintetik, karena
keunggulan yang dimiliki ole11 kaset ala~n tidak dilniliki ole11 karet sintetik.
Beberapa kelebilian karet alain antara lain adalah : ~nemiliki daya elastisitas atau daya lenting yalg sempuma, plastisitas yang baik sehingga
pengolahannya lebih mudali, daya lengket dan daya cengkeram yang baik
serta mudah digiling. Vulkanisatnya mempunyai katdianan kikis tinggi dan
kalor yaig timbul kecil, serta daya aus yang tinggi. Pada suhu karnar karet
tidak berbentuk kristal padat tetapi juga tidak berbentuk cair, tidak mudah
paias, merniliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan akibat benturan yang bertilang-ulang. Dalam bentuk bahan mentali karet mudah digiling ketika
diproses pada gilingan terbuka dan dapat dicamptu dengan bahan-bahan yang
diperlukan dalam pembuatan prodtlk karet. Keleinbrrtan, fleksibilitas dan y a ~ g
terpenting elastisitasnya menyebabkan karet alam dapat dibedakan secara jelas
dengan benda-benda padat lainnya (Arizal, 1994; Anonim, 1997).
Selain me~niliki kelebihan, karet alam juga melnpunyai kekurangan
diantaranya adalah : tidak tahan oksidasi, ozon, cahaya matahari, panas, millyak dan pelarut hidrokarbon. Mntu bahan-bahan karet tidak konsisten,
wamanya tidak seragam, dapat tnengkr~stal pada temperatur rendah dan dapat
mengalami kemsakan pada stmktur ikatan molekulnya pada suhu yang terlalu tiilggi. K m a n tersebut disebabkan antara .- lain
-
karena =_alandalan struktur molekulnya. Sifat ketidak jenultan molekul atau ikatan ralgkap
dalam molekul menyebabkan karet alam akan mudah dioksidasi atau diadisi
ole11 senyawa lain, da11 reaks~ tersebot dipacu oleh panas atau ozo11 (Ar~zal. 1994).
Kandungan karet dalaln lateks bervariasi jutnlahnya, tergantung pada
jenis klon, intensitas sadap, ikliln dan pemupuka~i. Umumnya kadar karet di
dalam lateks berkisar antara 20-35% dan bentuknya ben~pa butir yang sangat
halus. Masing-1nasi11g butir karet diselubu~~gi ole11 protein dan lipid serta
tersebar dalaln serum. Butir-butir karet tersebut bermuatan negatif seliingga salitlg tolak menolak dan tidak tnetiggumpal. Muatan listrik negatif pada butir
karet tersebnt dapat ditingkatkan dengan mena~nbahkan suatu basa seperti -.
anonia. Tetapi apabila lateks ditanbahkan suatu asam akan mengurangi muatan listrik negatihya dan lateks akan lnenggu~npal (Anonim, 1985).
[image:131.595.124.496.609.680.2]Kotnposisi bahan-baha~ yang terdapat dalan karet alan dapat dililtat pada
Tabel 2.
Struktur lnolekul karet alam terdiri dari susu~~an monomer isoprena yang
berikatan secara cis 1,4. Sb-uktur polimer karet alam yang berikatan secara trans 1,4 dari monomer isoprena terdapat dalatn gutta perca (Garnbar 1).
Karet alam dengan struktur ikatan cis 1,4 melnpunyai sifat kl- dan plastis,
u
-
sedangkan yang berikatan secara trans 1,4 bersifat keras dan getas.
I
-
1
i
i
ii
Lemaki
-
I
i 2,4I
! I
/
Glikolipid, fosfolipid1
I
-
1
1,o
Tabel 2. Komposisi ba11a11 yang terdapat pada karet ala~n
I Bahai
!
i
j II Hidrokarbon karet
I
!
Lipid polar
j
I
/
Lipid neh-a1i Bahan anorganik
i
i
i
0 -2I
1
i
I
1 Garam organik 0,3
I
I
I Kadar air
I
Lain-lainI
I
I
I
I
I Ii
C. Protein Lateks
Kandungan protein yang terdapat dalam lateks sekitar 2,2%. Meskipun
jumlahya kecil, kandungan protein tersebut sangat berpenganh terhadap sifat lateks. Protein terdiri atas asam amino yang mempakan ikatan peptida. Gugus
fungsional penyusun asam amino adalah gt~gus amino dan gugus karboksil
yang dapat membentuk zwitter ion. Asam amino mempakan ion dipolar yang
bersifat atnfoter, yaitu ion yang dalain keadaan nehal me~npunyai dua muatan Persentase (%)
I
1
Protein i1
Le Bras (1 968)92
-
94-
2,5
-
3,52.2
1
2,2I
I I I
Arizal(1994)
93,2
1 ,0
Tanaka (1 998)
93,7
[image:132.595.131.499.102.514.2]Iistrik, yaitu positif da11 negatif, serta dapat bereaksi dengan asaln atau basa.
Pada titik isoelektrik protein aka11 ~nenggu~npal sehingga daya lan~tnya berkuraug, tetapi pada kedua sisi titik isoelekhik daya larut protein aka11
makin bertambah. Karena sifat tersebut, pH lingkungan sangat berpengamh
terhadap protein dan lateks itu sendiri.
Prcein dalain lateks sangat berpengaruh terhadap sifat fisik, tenltama terhadap p e 9 ~ 1 n p a l a I i lateks. Protein dalaln lateks dapat menstabilkan
larutan koloid lateks karena muatan lishik dalrun partikel dapat dipertahankan.
Apabila protein diliilangkan maka keseimbangan inuatan akan tergangp sehingga partikel karet dalam lateks akan menggu~npal. Untuk rnencegah
penggurnpalan inaka pada lateks dita~nbahkrul bahan pengawet (anti koagulan). Protein dalam karet ala~n dapat menghrunbat reaksi siklisasi (de
[image:133.595.207.449.466.615.2]Boer, 1950; Goutara et a/., 1985 Fessenden da11 Fessenden, 1994). Posisi protein dalain struktur karet alam dapat dilihat pada Gambar 2.
D. Deproteinasi Karet Alam
Unh~k menghilangkan atau menbwrangi kandungan protein pada karet dapat dilakukan dengan beberapa cm-a, diantaranya adalal~ dengan l~idrolisis secara kimiawi dengan basa dan hidrolisis secara enzimatis dengan
mengg~makami enzimn (Yapa dan l'apa, 1984). Sedangkan Johnson dai
Peterson (1974) mengemukakan ballwa cara efisien untuk ~nengl~idrolisis
protein adalah dengan inenggunakan enziin karena dapat mengliasilkan
peptida-peptida yang kurang kompleks dan mudah dipecah serta dapat ~nelindungi produk yang diliasilkan dari kerusakan dan perubahan yang
bersifat non hidrolitik.
Dari liasil penelitian Fernando, el al. (1984) diketahui bahwa penggmaan enzim papain menghasilkan kadar nitrogen yang lebili rendali bila
dibandingkan dengan penggunaan enziin bromnelin. Papain inerupakan salah satu jenis enzim protease yang terkandung di dalam getall pepaya yang
lnalnpu memecah molekul protein menjadi benhik asam amino. Untuk
mengl~idrolisis protein tersebut inaka pH, suhu, kemumiaii d a ~ konsentrasi papain liarus berada pada kondisi yang tepat agar enzim papain tersebut dapat
bekerja secara efektif Papain mempunyai daya tal~ail panas lebih tinggi bila
dibandingkan dengan enzim lain. Keaktifan enzim papain hanya menurun
20% pada pelnanasan 7 0 ' ~ selama 30 meiiit pada pH 7,O (Winarno, 1986;
Muliidin, 1999).
Enzim adalah suaiu kelompok protein yang berperan penting dalain
proses aktivitas biologis dan berfungsi sebagai katalisator dalam sel yang
enzi~n marnpu mempercepat berlangsungnya reaksi meskipun hanya terdapat
dalamjunlah yang kecil (Winarno, 1986; Anonimus 1997).
Selain itu protein juga dapat dihilangkan dengan petnusingan atau
pemekatan. Akibat adanya gaya senhifugal, maka partikel karet yang memiliki kerapata~i lebih kecil akan berada pada b a g i a ~ ~ paling atas dan
cende~ung memisah dari serum. Gaya sentifi~gal yang besar ini menyebabkan
kecepatan partikel ke atas bertarnbah besar, sehingga lateks kebun dengan
KKK sekitar 35% akan terpisah menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dengan KKK 60% dan skim (sistem koloid yang hanya mengandumg sedikit fraksi
padat) dengan KKK 3-8% (Tanaka, 1998).
Pengurangan ballan bukan karet selatna proses pemekatan jjuga
menyebabkan lateks yang dihasilkan akan bermutu lebill baik dari muto lateks
kebun. Makin tinggi nilai KKK lateks maka akan makin baik mutunya dan
mahal harganya. Lateks yang mempunyai KKK > 60%; yang diperoleh dengan cara apapun, biasanya disebut dengan lateks pekat (Stem, 1954).
E. Karet Siklo dan Cara Pembuatannya
1. Karet Siklo
Karet siklo men~pakan turunan atau modifikasi karet alam yang
be~upa bahan tennoplastik yang keras tetapi rap& dan rnerupakan sejenis
resin sintetis. Karet siklo ini dihasilkan dari tnodifikasi karet alam yang dipanaskan bersama katalis yang bersifat asam. Karet siklo dapat dibuat
beberapa bahan yang dapat digunakan tersebut, penggunaan lateks kebun
lnenipakan yang paling murah biayanya.
Menurut Yapa d m Lionel (1980), adanya protein dalam karet ala~n
dapat menghambat reaksi siklisasi, sehingga agar reaksi siklisasi dapat
berjalan dengan optimal perlu dilaknkan penurunan kadar protein pada
karet alam. DPNR baik digunakan sebagai bahan baku pelnbuatan karet siklo karena kandungan proteinnya rendah. Bila proses siklisasi berjalan
dengan baik maka akan dihasilkan karet siklo yang mudah larut.
Beberapa sifat karet siklo antara lain adalal~ :
1. Ringan, kaku, tahan terhadap daya gosok.
2. Me~npunyai daya rekat yang baik terhadap logam, kayu, karet, kulit,
tekstil dan kertas.
3. Melnpunyai sifat yang hatnpir sarna dengan kulit hewan.
4. Meinpunyai sifat adesi yang baik, termas~tk terhadap logan dan
pemtlkaan licin lainnya.
5. Tidak l a u t dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut karet.
6. Bersifat non polar.
7. Merupakan polimer non kristalin yang rantai-rantai molekulnya telah
dikeraskan oleh formasi cincin.
Karena sifatnya tersebut rnaka karet siklo lne~npunyai banyak
kegunaan, diantaranya adalah : untuk bahan baku tinta cetak, ballan baku
industri cat terutalna cat untuk jalan raya atau lantai, kulit sintetik, bahan
tegel bangunan, pelapis tekstil dan kertas, bahan isolator listrik, lem metal,
karet yang ~ n ~ ~ t u n y a sebanding dengan bahan pengisi dari resin stiren,
bahan pengtlat pada pembuatan kompon karet alain misalnya sebagai
bahan penguat pengganti stiren pada peinbuatan sol, pelapis tahiui air,
pelapis tahan bahan kimia d m pelapis anti korosi (Edward, 1955).
2. Cara Pembuatan Karet Siklo
Karet siklo dengan struktur polisiklik adalah produk akhir dari
reaksi siklisasi karet alan. Reaksi siklisasi termastlk kategori modifikasi
karet alam tanpa memasukkan senyawa lain ke dalam molekul karet. Bila
karet dipanaskan dengan katalis yang bersifat asam seperti asain sulfat,
Inaka ikatan rangkap karet akan berkurang karena struktur molekulnya mengalaini perubahan dari rantai lunis ~nenjadi rantai siklik, seperti yang
terlihat pada Gambar 3 (Goonetilleke et a/., 1993). Ikatan rangkap pada karet bersifat labil dan mudah diputus ole11 katalis. Dengan adanya reaksi
protonasi maka ikatan rangkap akan terbuka dan salali satu atom C yang
berada pada ikatan rangkap akan menjadi Ci. Atom C+ mudah berikatan dengan atom lain dan akan berikatan dengan CH dari monomer lain
seliiugga aka1 terbentuk rantai siklik. Reaksi protonasi tersebut tejadi
tenis inenens seliuna proses siklisasi seliingga rantai siklik yang terbenh~k
semakin banyak (Baker, 1988).
Siklisasi karet atau pe~nbuatan karet siklo dapat dilakukan dengan
amfoter dal yang terakhir adalall pei~lberian katalis yang bersifat asaln
pada suhu sekitar 50-1 5 0 " ~ (Naunton, 1961).
Ganlbar 3. Stmktur rnolekul karet siklo
Variasi sifat produk karet siklo disebabkan karena derajat siklisasi
produk dan bukan karena cara pembuatannya. Tetapi reaksi samping dari
cara yang digunakan, inisalnya oksidasi atau pengikatan silang, juga dapat meinpengaruhi sifat dari karet siklo yang dihasilkan. Ju~nlah ikatan
rangkap yang tersisa dalan produk yang telah disiklisasi mempengaruhi
sifat karet siklo yang diperoleh, termasuk kemudahan larutnya. Selain julnlah ikatan rangkap, bobot molekul juga berpengaruh terhadap sifai
F. Viskositas Intrinsik [q]
Viskositas intrinsik adalah peningkatan fraksi dalam viskositas suatu
unit pelarut ole11 penambahan 1 gram tnolekul polimer yang tidak berinteraksi. Viskositas intrinsik dihihmg dengan cara ekstrapolasi viskositas reduksi ke
konsentrasi no1 (Rabek, 1980). Viskositas intrinsik disebut juga viskositas
sebenamya dari sampel. Viskositas intrinsik ini biasanya hanya digunakan
unti~k sampel polimer.
Pada dasarnya metode viskositas adalah ~nengukur waktu yang
diperlukan pelan~t dan larutan polimer untuk mengalir diantara dua garis pada
viskometer atau mengukur laju aliran cairan yang ~nelalui tabung berbentuk
silinder. Bila viskositas pelnbandingipelarut diketahui, maka viskositas cairan
lain dapat ditentukan. Viskositas suatu cairan mumi atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan. Pada zat cair, viskositas akan meningkat dengan
naiknya tekanan dan akan menurun bila suhu meningkat. Cara pengukuran viskositas ini merupakan salah satu cara yang paling ~ n u d a l ~ dan murah (Bird,
1993).
Viskositas dapat dianggap sebagai gesekan dibagian dalam suatu
floida. Adanya viskositas menyebabkan salah sahl lapisan fluida berada diatas
lapisan lainnya atau suatu pennukaan muncul diatas pennukaan yang lainnya,
yang dapat terjadi bila diantara kedua pemukaan tersebut terdapat gaya geser
(Dannasetiawan, 1997).
Perbandingan antara viskositas l q t a n polimer terl~adap viskositas
'..W,,,,
pelarut mumi dapat dipakai untuk menentukan""massa molekul nisbi polimer.
lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah dan perhit~rngan hasilnya lebih
sederl~ana. Metode yang biasa digunakan unhk mengtkur viskositas pelarut
dan larutan polimer adalah dengan menggunakan viskometer Ostwald atau
viskometer Ubbelohde.
Viskometer Ubbelohde tnempunyai beberapa kelebihan bila
dibandingka~~ dengan viskometer Ostwald, antara lain yaitu pengukuran
viskositas tidak bergantung pada volume cairan yang dipakai karena
viskometer dirancang untuk bekerja dengan cairan mengalir lnelalui kapiler
tanpa cairan di bawahnya. Waktu alir diukur untuk pelamt dan untuk larutan
polirner pada berbagai kepekatan. Kelebihan lain viskolneter ini adalal~ untuk
mencapai berbagai konsentrasi, larutan polirner dapat diencerkan dalam
viskorneter dengan menarnbahkan sejumlah terllkur pelanrt (karena volume
cairan yang digunakan tidak penting).
Pengt~k~uan dilakukan dengan viskorneter berada dalatn penangas air
bersuhu tetap untuk mencegah naik tumnnya viskositas akibat perubahan
s~111u. Posisi viskometer harus selalu tegak l m s (vertikal) untuk menghindari
kesalahan dalam pembacaan. Selain itu larutan yang diukur harus bebas dari
kotoran agar tidak tnenyumbat kapiler viskolneter dan aliran larutan tidak
terganggu (Cowd, 1991).
Untuk mendapatkan viskositas intrinsik dari suatu srunpel, rnaka kita
hams mengukur laju alir pelan~t (to) dan laju alir sa~npel pada beberapa
konsentrasi (tl-t,). Kemudian dihitung viskositas relatihya, yaitu tllb s/d tdb. Setelah itu dicari nilai viskositas spesifik yaitu (11 relatif-1). Viskositas reduksi
tersebut diplot terhadap konsentrasi. Dari plot beberapa konsentrasi tersebut
maka diekstrapolasi ke konsentrasi no1 sehingga inengl~asilkan nilai viskositas
intrinsik [q] dari suatu larutan (Billmeyer, 1980; Rabek, 1980; Cowd, 1991;
Bird, 1993).
G . Bobot Molekul
Menun~t Mark (1980) bobot molekul adalah jumlah berat atom-atom
dalam suatu molekul tertentu. Bobot inolekul sering juga disebut sebagai
lnassa molekul, yang mempakan ganbaran dari ju~nlah mol zat. Istilah bobot
inolekul atau tnassa lnolekul digunakan kasena perbedaan dala~n teknik
pengukuran yang sangat bergantung pada sifat polimer tersebut.
Bobot lnolekul dalam suah~ jenis polimer mencirikan sifat-sifat polilner
tersebut. Rantai-rantai polimer yang berbeda dalam suatu contoh polimer akan ~nempunyai panjang yang berbeda-beda pula sehingga massa lnolekul
nisbinya akan berbeda pula. Kebanyakan sifat bahan polimer berganh~ng pada
inassa moIekulnya, seperti kelarutan, ketercetakan, kekentalan larutax dan
lelel~a~m. Suatu sampel politner sesunggulmnya terdiri dari sebaran ukuran-
ukuran lnolekul dan lnassa molekul yang berbeda-beda, karena ihl setiap
penentuan inassa molekul akan lnemberikan harga rata-rata. Bobot molekul
rata-rata nntuk semua jenis klon karet biasamya berkisar antara 3.10~-3.10'
(Cowd,1991; Bird, 1993).
Bobot molekul dalam polimer dapat dinyatakan dalam beberapa cara,
volume (Mv). Bila suatu polilner terdiri dari N rnolekl~l poli~ner dengall
distribusi molekul nl dengan bobot rnolekul BMI, nz dengan bobot molekul
BM2, dan seterusnya maka
Nilai Mn, Mw dan Mz dapat diperolel~ secara langsung dengan menggunakan Gel Permeation Chromatography (GPC). Sedangkan nilai Mv
hanya dapat diperoleh dengan mendapatkan nilai viskositas intrinsik [q] dm
memasukkannya ke dalam persamaan Mark Houwink Sakurada, yaitu :
Dimana nilai K dan a adalah konstanta untuk suatu jenis polimer pada pelamt
dan suhu tertentu (Brandmp, el a1.,1999) . Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa bila nilai viskositas intinsik suatu poli~ner rendah ~naka bobot molekul
polimer tersebut rendah juga. Demikian juga sebalihya, yaitu bila viskositas intrinsiknya tinggi Inaka bobot molekulnya juga tinggi (Billmeyer, 1980;
Rabek, 1980; Cowd,1991; Bird, 1993).
Dengan mengetahui nilai Mn, Mw, Mz da11 Mv suatu jenis polirner
a) Sifat dari poli~ner tersebut.
b) Sebaran ukuran dan bobot ~nolekul polimer.
c) Ga~nbaran dari ju~nlah mol zat.
d) Polimer tersebut polidispersi (Mw > Mu) atau monodispersi (Mw =
Mn).
e) Perlakt~an yang digunakan berpenganth terhadap bobot molekul atau
111. METODOLOGI PENELlTlAN
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan d a l m penelitian adalah lateks kebun klon
campuran (RRIC 102, RRIM 703, RRIM 712, TR 3027, BPM 1, BPM 24,
Afros 2037) yang diperoleh dari Kebun Percobaan Ciomas, Bogor dan bahan-
bahan kimia, baik yang digunakan untuk proses maupun analisa ballan baku
dan produk. Bahan kiinia yang di gunakan untuk proses antara lain adalah surfaktan terik produksi ICI, enzim papain produksi SIGMA yang diperoleh dari Balai Biotek Perkebunan Bogor, air, aquades, liidrogen peroksida,
natriurn hipoklorit dan asatn sulfat. Sedangkrul b a l m kimia untuk analisis
diantaranya adalah klororoform, selenium, NaOH, asam borat, indikator
fenolftalein, aseton, toluen, serta beberapa ballan lain yang diperlukan untuk ~nenu~ijang proses maupun analisa bahan baku dan produk. Bahan-bahan
kimia yang digunakan tersebut diperoleh dari toko baban ki~nia yang ada di
Bogor.
Peralatan yang digpnakan dalarn proses penelitian antara lain adalah
senhifuse, saringan, pengaduk, einber, mesin penggiling karet, oven, desikator, lainpu infra merah, alat gelas dan neraca analitik. Sedangkan untuk
analisis bahan baku d m produk diperltlkan alat antara lain adalah viskolneter
Ubbelohde, stop watch, kontrol suhu, pipet, labu ~nikro Kjeldahl, buret, Gel
Pennea/iot7 Chromatography (GPC), spekstroskopi infra merall, alat gelas,
serta beberapa alat lain yang diperlukan untuk menunjang proses dan analisis
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2001 sainpai bulan April 2002
di Balai Penelitian Teknologi Karet, Bogor.
C. Kegiatan Penelitian
Kegiatan dalain penelitian ini secara garis besar adalall perlakuan
pendahuluan, penurunan bobot molekul dan siklisasi sel~ingga diliasilkai~ karet
siklo. Diagram alir pelaksanaan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
1. Perlakuan pendahuluan
Lateks kebun yalg baru diambil dari kebun biasanya masih bercanpw dengan kotoran dan bahan lain yang bukan lateks sehingga
perlu disaring agar kotorannya hilang. Sekitar 50 ml lateks saring
digui~palkan dengan aseton, dikeringkan kemudian dianalisis. Sedangkan sebagian besar lateks saring yang lain kemudian ditambahkan surfaktan
tenk 2% dan selanjutnya dideproteinasi. Pemberian surfaktan terik
tersebut dimaksudkan agar lateks tidak menggu~npal untuk beberapa lama.
Dosis surfaktan terik yang digunakal tersebut merupakan dosis terbaik
dari hasil beberapa penelitian sebelumnya.
Deproteinasi inempakan proses penghilangan protein pada karet.
Pada proses ini dilakukan secara enzilnatis dengall menggunakan enziin
rata, dilakukan pengeliceran dengan menambahkan air sesuai dengan
jumlah lateks yang tersedia, KKK awal dan KKK ywg diinginkan yaitu
10%. Kernt~dlan dilakukan hidrolisis selama f 24 jam pada s u l i ~ ~ ruang
(rt27'c). Setelali itu dilakukan pemekatan dengan lnenggunakan pelnusingan seliingga dillasilkan lateks DPNR dengan KKK rt 600%.
Sekitar 50 ml lateks DPNR dia~nbil untuk digunpalkan dengan aseton, dikeringkan keln~tdian dianalisis d m sebagian besar lateks DPNR yang
lain digunakan lebili lanjut pada proses penurunan bobot molekul. Dosis
enzim papain dan waktu pe~neralnan yang digunakan serta KKK yang diinginkan men~pakan perlakuan terbaik dari hasil beberapa penelitian
sebelumnya. Diagam alir perlakuan pendahuluan dapat dilihat pada
Lalnpiran 2.
2. Penwunan bobot inolekul
Setelali dihasilkan lateks DPNR maka dilakukan penurunan bobot
molekul, yaitu dengan menambahkan hidrogen peroksida dan natriu~n
hipoklorit serta memanaskannya pada suhu rt 4 0 ' ~ . Konsentrasi hidrogen
peroksida (2,4,6 bsk) daii natri~nn hipoklorit (4,8,12 bsk) serta wakto pemanasan dalam oven (1,2,3 liari) yang diberikan disesuaikan dengan kombinasi tiap perlakuan. D a ~ i proses penuntnan bobot molekul ini
diltasilkan lateks dengan bobot lnolekul rendah. Dari tiap ko~nbinasi
perlakukan tersebut dianbil sekitar 25 ml untuk digu~npalkan dengan aseton, dikeringkan kemudian dianalisis, sedangkan sebagian besar
suhu terbaik dari hasil beberapa penelitian sebeluinnya. Diagranl alir penunlnan bobot molekul karet dapat dilihat pada Lampiran 3.
3. Siklisasi
Pada lateks bobot inolekul rendah dilakukan siklisasi dengan
menainballkan asarn sulfat 85% dan dipanaskan pada larnpu infra inerah selama satu jam. Dosis asam sulfat dan lama pemanasan yang digunakan
tersebut rnerupakan yang terbajk dari hasil beberapa penelitian
sebelumnya. Setelah dipanaskan sa~npel digurnpalkan dengan aseton
ke~nudian dike~ingkan dan dil~asilka~ karet siklo. Karet siklo yang
terbentuk tersebut kemudian dilakukan analisis dan karakterisasi sifat
fisiknya yaito bentuk d m warna.
I). Analisis Sampel
Sampel yang akan dianalisis meliputi bahan baku (lateks kebun dan
lateks DPNR), lateks bobot rnolehrl rendah dan produk yang dihasilkan y a i t ~ ~
karet siklo. Analisis yang dilakukan pada ballan baku adalah Kadar Karet
Keriug (KKK), kadar nitrogen, viskositas intrinsik, bobot ~nolekul, analisis
dengan GPC dai spektroskopi infra merah.
Untuk lateks bobot inolekul rendah dilakukan analisis viskositas
intrinsik, bobot molekul, analisis dengan GPC dan spektroskopi i n f ~ a merah.
Pada produk yang dihasilkan, yaitu karet siklo, dilakukan analisis dan
karakterisasi sifat fisik. Analisis yang dilakukan meliputi viskositas intrinsik,
spektroskopi infra merah. Sedangkan karakterisasi sifat fisik produk lneliputi
bentuk dan warna karet siklo. Prosedur yang digunakan untulk analisis sampel
disajikan pada Lanpiran 4 sedangkan hasil analisis selengkapuya dapat
dilihat pada Lampiran 5,6 dan 7.
E. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalaln penelitian adalal~
rancangan percobaan faktorial dengan tiga faktor, yaitu :
1. Faktor 1 adalal~ konsentrasi hidrogen peroksida (A) digunakan tiga taraf
yaitu :
a. A1 = 2 bsk (bagian seratus karet)
b. A2 = 4 bsk c. A3 = 6 bsk
2. Faktor I1 adalah konsentrasi natrium hipoklorit (B), terdiri dari tiga taraf : a. B 1 = 4 b s k
b. B2 = 8 bsk
c. B3 = 12 bsk
3. Faktor 111 lnerupakan lama pelnanasan (C) yang juga terdiri dari tiga taraf yaitu~ :
a. C1 = l llari
b. C2=2hari
c. C3 = 3 Ilari
Dari ketiga faktor tersebut diperolel~ 27 kombinasi perlakuan dan tiap
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dau apabila terdapat perlahati yang
berbeda nyata akan dilakukan uji lanjutan dengan Uji Duncan 5%.
Model lnatematik rancangan percobaan faktorial tersebut tnenurut Sudjana (1994) adalah sebagai berikut :
Yiju =
+
Aj+
B;+
CI, + ABjj+
ACk+
BC,k+
ABCi;l:+
&~ci;k,dimarla :
Y i j ~ = variabel respoil hasil pengalnatan ke-1 yang terjadi karena penganlh
bersama taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B dan taraf ke-k
faktor C
P
= rata-rata sebeiiarnyaAi = efek taraf ke-i faktor A
Bj = efek taraf ke-j faktor B
Cr = efek taraf ke-k faktor C
ABi; = efek interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B.
AClk = efek interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-k faktor C.
BqI, = efek interaksi antara tarafke-j faktor B dan taraf ke-k faktor C. ABCijr = efek terhadap variabel respon yang disebabkan oleh interaksi antara
taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B datl tarafke-k faktor C.
&l(,r) = efek unit percobaan ke-1 dikarenakan kombinasi perlakuan (ijk).
F. Hipotesis
Hipotesis yang mendasari penelitian ini adalah :
1. Hidrogen peroksida berpenganlh terl~adap bobot tnolekul
3. Pe~nanasan berpengarul~ terhadap bobot molekul.
4. Ada pengardl interaksi antara hidrogen peroksida dan natrium hipoklorit.
5. Ada pengaruh interaksi antara hidrogen peroksida dan pemanasan.
6. Ada pengad1 interaksi antara natrium hipoklorit dan pemanasan.
7. Ada pengarul~ interaksi antara hidrogen peroksida, natnum hipoklorit dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakterisasi Bahan Baku (Lateks kebun dan lateks DPNR)
Lateks kebun yang digunakan mempakan jenis klon campuran yang
berasal dari kebun percobaan Ciomas. Sebeltun lateks diberi perlakuan enzim
dan surfaktan, lateks kebun dikarakterisasi yang meliputi Kadar Karet Kering (KKK), kadar nitrogen, viskositas intrinsik, bobot molekul, analisis dengan
GPC dan analisis dengan spektroskopi infra merah. Selanjutnya lateks kebun
tersebut dilakukan deproteinasi dengan enzim papain 0,05% dan pemekatan
sehingga akan dihasilkan lateks DPNR. Lateks DPNR tersebut dikarakterisasi
dan karakterisasi yang dilakukan sama dengan pada lateks kebun. Berjkut ini dipaparkan setiap parameter yang dianalisis.
1. Kadar Karet Kering (KKK)
KKK lnenyatakan banyahya karet dalam 100 gram lateks. Penenh~an KKK sangat penting dilakukan karena KKK dijadikan patokan
untuk menentukan jumlah air yang ditambahkan untuk pengenceran lateks
dan jumtal~ bahan-ballan yang akan dignnakan, seperti enziln dan bahan-
bahan kimia. Penentuan KKK segera dilakukan setelah lateks diperoleh,
sebelu~n digunakan untu~k percobaan.
Hasil analisis KKK terhadap lateks kebun dan lateks DPNR masing- masing adalah sebesar 34,295% dan 65,415%. Prosedur pengukuran KKK
Pada lateks DPNR terliliat bahwa nilai KKKnya mengalami
peningkatan dibandingkan dengan lateks kebun, yang berarti kandungan
karet pada lateks DPNR lebih banyak dibandingkan pada lateks kebu~i.
Hal tersebut lnenunjukkan bahwa pemekatan berhasil meningkatkan KKK
lateks, ini disebabkan karena pada saat proses pemekatan terjadi pemisahan partikel-partikel dalam lateks. Dengan adanya gaya sentrifi~gal,
partikel karet yang memiliki karapatan lebih kecil akan berada pada
bagian atas dan cenderung memisah dari serumnya (Stem, 1954).
Sel~ingga dari proses pemekatan ini akan dihasilkan dua bagian lateks
yang berlainan, lateks dengan KKK tinggi akan keluar dari bagian atas
dm1 lateks dengan KKK rendall akan keluar dari bagian bawah.
Setelah dipekatkan KKK lateks biasanya antara 60-65%. Menurut
Stem (1954), dengan adanya proses pemekatan berarti terjadi peningkatan
KKK yang berarti mengurangi kandungan air dalam lateks tanpa
mengurangi kandungan karetnya dan pengnrangan balian bukan karet.
Lateks yang telah dipekatkan biasanya bersifat kental dan tejadi
penunrunan volume lateks. KKK lateks pada saat proses pemekatan dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan dai volume lateks yang diperoleh
tergantung KKK yang diinginkan. Makin tinggi KKK makin sedikit
volume lateks yang diperoleh karena lateks bertambah kental.
Pada saat proses pernekatan dapat terjadi penggumpalan lateks, sehingga untuk mencegah terjadinya pengpnpalan tersebut maka perlu
dita~nbahkan bahan pengawet sebelnln dilakukan pemekatan. Dosis dan
kebut~~lia~i dan lietalianan lateks y a ~ g kita perluka~i untuk berapa hari.
Pada penelitian ini KKK lateks DPNR dipakai sebagai patokan untuk
pengenceran dan pemberian bahan ki~nia yang diperlukan.
2. Kadar Nitrogen
Kadar nitrogen men~pakan cenninan jumlah protein dalaln lateks.
Ini dikarenakan penyusun utama protein adalah asain amino dan dalam
asam amino ~nengandung nitrogen. Makin tinggi kadar nitrogennya ~naka
selnakin tinggi pula jumlali protein dala~n lateks.
Dalam analisis kadar nitrogen yang diliitung adalah jumlah nitrogen
total dalaln karet. Karet alan berprotein rendah adalah karet yang
mempunyai kadar nitrogen 5 0,15%. Hasil analisis kadar nitrogen lateks kebun adalah 0,405% dan lateks DPNR adalah 0,125%. Data tersebut menunjukkan kadar protein dalam lateks DPNR lebih rendah
dibandingkan lateks kebun, karena enziin papain dan pemekatan dapat
inengurangi kadar nitrogen. Prosedur analisis selengkapnya disajikan pada
Larnpiran 4 dan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Menurut Stem (1954) kandungan protein dalsun lateks sekitar 2%.
Meskipun sangat kecil tetapi pengar~~linya sangat besar terliadap
kestabilan lateks, karena protein mampu menstabilkan siste~n emulsi
lateks.
Dari hasil penelitian Fernando, el al. (1984) diketal~ui bahwa
dibandingkan penggunaan enziln brornelin. Ole11 karena itulah dala~n penelitian ini digunakan enzim papain untuk lnenurunkan kadar protein.
Penunman kadar protein sangat penting dilakukan, karena berdasarkan penelitian Yapa dan Lionel (1980) diketahui bahwa protein
dapat mengllambat proses siklisasi dalan karet ala~n. Lateks DPNR baik
digunakan sebagai bahan baku pembuatan karet siklo karena kandungan proteinnya rendah selungga proses siklisasi dapat berjalan dengan baik.
Lateks yang telah dipekatkan kandungan nitrogennya mengalami
penurunan. Dengan mengurangi kadar nitrogen bera~ti jnga lnengurangi
kadar protein dala~n lateks tersebut. Penurunan kadar nitrogen disebabkan
karena adanya penambahan enziln papain dalam lateks sebeluln
dipekatkan dan proses pemekatan itu sendiri.
Enziln papain yang ditanbal~kan dalarn lateks me~necal~ ikatan
peptida dalam protein menjadi asam amino melalui reaksi hidrolisis dan
protein tersebut akan terl~idrolisis sempurna setelah 16-24 jam. Selain itu
enzim jnga berperan sebagai biokatalis dan mampu mempercepat
berlangsungnya reaksi rneskipun hanya dalrun ju~nlal~ yang kecil
(Winarno, 1986; Anonirnus 1997).
Pada proses pemekatan terjadi pemisahan partikel dalam lateks.
Dengan adanya gaya sentrifi~gal, partikel karet yang me~niliki berat jenis lebih kecrl berada pada bagian atas dan cenderung memisall dari serum.
Pada saat pemekatan, protein dalam lateks yang bel~nn terl~idrolisis,
Protein yang terpisah tersebut disebabkan adanya tumbukan antara
sesama partikel karet maupun antara partikel karet dengan piringan yang
ada dalarn sentrifuse. Karena turnbukan terjadi secara terns lnenerus
selama proses pemekatan ~naka terjadi gesekan. Karena letaknya pada
bagian paling luar maka proteinla11 yang akan lebih dallulu terkena
gesekan, sehingga lapisan protein yang sudah berkurang akibat hidrolisis enzim papain seinakin berkurang lag1 akibat proses pe~nekatan tersebut.
3. Viskositas Intrinsik dan Bobot Molekul
Hasil analisis viskositas intrinsik pada lateks kebun addall 640,505
dan pada lateks DPNR adalah 650,075. Sedangkan hasil analisis bobot
~nolekul pada lateks kebun dan lateks DPNR masing-masing adalah
1,204. lo6 dan 1,229.1 06.
Pengukuran viskositas intrinsik dimaksudkan untuk mendapatkan nilai bobot rnolekul rata-rata volume dari karet. Prinsip pengukuran
viskositas intrinsik adalah mengukur laju alir karet yang telah dilarutkan ke~nudian menghitungnya dengan rumus yang telah ditetapkan.
Sedangkan prinsip penghitungan bobot molekul adalah ekstrapolasi
viskositas intrinsikxya yang kelnndian dihitung dengan rumus Mark
Houwink Sakurada. Prosedur analisis selengkapnya disajikan pada Lampiran 4 dan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Bila nilai viskositas intrinsiknya rendall rnaka bobot molekdnya
juga rendah. Demikian juga sebaliknya, yaitu bila viskositas intrinsiknya
pada hasil analisis dari lateks kebun dan lateks DPNR diatas yang
memmjukkan nilai viskositas intrinsiknya yang tinggi sehingga bobot
molekulnya juga tinggi. Dan hasil analisis tersebut juga dapat dilihat
bahwa temyata antara lateks kebun dan lateks DPNR bobot molekulnya tidak ja\h berbeda. Ini berarti enzim papain d m pemekatan tidak
berpengaruh terhadap bobot molekul lateks.
4. Analisis dengan GPC
Suatu polimer umulnnya terdiri dari sebaran ukuran-ukuran molekul
dan sebaran bobot molekul yang berbeda-beda. Karena itu setiap
penentuan massa molekul akan mengahasilkan harga rata-rata. Dalam
menentukm bobot molekul dengan menggunakan GPC akan
menghasilkan rata-rata jumlah bobot molekul (Mn), rata-rata bobot
molekul (Mw) dan rata-rata z bobot molekul (Mz). Selain mengl~asilkan Mn, Mw dan Mz, bila kita menganalisis suatu sampel dengan GPC juga
akan mengetalnli distribusi molekul dan molekul yang dominm.
Prinsip kromatograii ini adalah suatu kolom diisi beberapa bentuk
ballan ke~nasan poluner bersa~nbmg silatig (yang akan menggembung bila
terdapat pelarut) dan mempunyai lubang-lubang atau celah-celah. Larutan satnpel politner yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam kolom dan
dielusi dengan melewatkan lebih banyak pelarut. Makin kecil molekul
polimer, makin sulit terelusi dari kolom karena lebil~ mudall berpindall melalui celah-celah tadi. Dengan demikian molekul terbesar (massa
lnemasuki lubang kemasan. Hasil kromatografi akan dicatat dalan bentuk
kurva. Hasil kurva tersebut berl~ubungan dengan sebaran massa molekul
pada sa~npel polimer yang dianalisa (Cowd, 1991). Untuk prosedur analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan
krornatogran lateks kebun dan lateks DPNR disajikan pada Galnbar 4 dan 5 berikut ini.
OOW ~ - ~ .
I
"
""3 :tGarnbar 4. Kro~natog~am lateks kebun
Pada krolnatogram diatas terlihat bahwa distribusi lnolekul pada
tinggi d m sesuai dengall petldapat Cowd (1991) yang mengeintlka~~
bahwa bobot molekul rata-sata untuk semua jenis klon karet biasanya
berkisar antara 3.10~-3.10'.
I i( ID'
0.1 , . . 1 :: 10" ~ ~ . .
%
-
3
5
[image:158.599.145.509.197.435.2]0 00
Gambar 5. Krotnatogram lateks DPNR
Sedangkan pada kromatogran lateks DPNR diatas menunj~tkka~~
bahwa dishibusi lnolekulnya merata tetapi nilai Mn, Mw dan Mz-nya
masill tinggi yaitu masing-masing 2,99.10h; 2,33.10G d m 2,28.10G. Dari
hasil tersebut juga dapat dilihat bahwa antara lateks kebun d m lateks
DPNR distribusi molekulnya berbeda tetapi bobot molekulnya masih
tinggi yaitu berkisar pada bobot molekul 10"m nilai Mn, Mw dan Mz
lateks DPNR dua kali lipat lateks kebun. Hal ini dikarenakan
bobot tnolekul karena bobot ~nolekulnya tetap tinggi, tetapi mena~nbalr
jumlah karet per 100 gramnya akibat terjadinya kenaikan KKK setelah
pemekatan.
5. Analisis dengan Spektroskopi Infra Merah
Analisis detlgan spekboskopi infra meralr ini bertujuan untuk
~nengetahui dan menentukan gugus penyusun dalam karet. Metode spektroskopi infra tneralr ini didasarkan pada penyerapan sinar inframerah oleh molekul senyawa. Karena panjang gelombang infra tnerah lebih
pendek daripada sinar tampak maupun sinar ultra violet (UV), rnaka
energi infra merail tidak dapat mentransmisikan elektron, tetapi hanya
menyebabkan lnolekul bergetar, karena atom-atom di dalatn suatu
lnolekul tidak diam melainkan bervibrasihergetar. Penyerapan radiasi
infra merah ini menyebabkan perubal~an tingkat vibrasi. Prosedm analisis
spektroskopi inea merah selengkapnya dapat dilihat pada Latnpiran 4.
Hasil spektroskopi lateks kebun dapat dilihat pada Gambar 6 sedangkan lateks DPNR pada Gambar 7.
Hasil analisis spektroskopi pada lateks kebun tersebut
metnperlihatkan adanya puncak yang khas pada lateks kebun, yaitu di
2961 cm", 2854 cm-I, 1449 cm-', 1376 an-' dan 836 ctn-I. Puncak 2961
cm-'
dan 2854 cm-' terlilrat sangat kuat dan menunjukkan adanya gt~gusC-H, yaitu CI-13 dan CH2. Sedangk