RANCANGAN BANGUNAN BUDIDAYA ANGGREK
GUNA MENGATUR PEMBUNGAAN
ANGGREK JENIS
Dendi-obiutrl
sp.
Oleh :
ARIF RACHMAN F01495081
2000
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
RANCANGAN BANGUNAN BUDIDAYA ANGGREK
GUNA MENGATUR PEMBUNGAAN
ANGGREK JENIS
Denrlrobi~lnz
sp.
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Menlperoleh Gelar SARJANA TEI<NOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusail Teknik Pertanian Institut Pertanian
Oleh :
ARlF RACHMAN F01495081
2000
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
FAICULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RANCANGAN BANGUNAN BUDIDAYA ANGGREK
GUNA MENGATUR PEMBUNGAAN
ANGGREK JENIS Denhobi~itiz
sp.
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknik Pertanian Institut Pertanian
OIeh :
ARIP RACHMAN PO1495081
4 Dan katakanlah :
"
Bekerjalah kalian, maka Allah SWT. Dan Rosul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaan kalian ifu.
Dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengefahui
akan yang ghaib dan yang nyata. Lalu diberitakan-Nya kepada
kalian apa yang felah kalian kerjakan". (QS. At-Taubah : 105)
4 " Seorang yang beriman fidak akan merasa puas dengan kebaikan
dan ilmu yang diferimanya sehingga surga menjadi fempaf
kepuasannya".(HR. Turmudzi)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkah dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada jurusan Teknik
Pertanian Institut Peltanian Bogor.
Selanla penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada :
1. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, MSc., sebagai ketua jurusan Teknik Pertanian.
2. Ir. Gardjito, MSc., sebagai pembimbing akademik yang telah membantu dan
rne~nberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
3 . Ir. Meiske W., M.Eng. dan Ir. Yanuar J.P., MS., sebagai dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan dan masukan-masukannya dalam penyusunan
skripsi ini
4. DR. Toto Sutater, Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta yang telah
memberikan ijin dalam pencarian data skripsi pada peneliti di lingkungan balai.
5. Dra. Dya Widiastoety, MS., Safiil, BSc, dan Dra. Syafni, sebagai staf peneliti
di Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta yang membantu d m membimbing
dalam pencarian data skripsi di lingkungan balai.
6. Lia dan Idar, dua sahabat seperjuangan yang selalu membantu d m memberikan
semangat.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Pertanian, khususnya angkatan
Perleliti meliyadasi tiiasih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
i l i i . Oleh kar-ena itu sar-an dan kritik yang memba~igun akan sangat dibutuhkan
demi per-baikan sluipsi ini selarijutnya.
Akhil. kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi peneliti dan kepada para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 29 Agustus 2000
Arif Rachman. F01495081. Rancangall Bangunan Budidaya A n y & Guna Mengatur
Pembungaan Anggrek Jellis lle,z;l,obi~o~, .sp Dibawah bimbingan ir. Gardjito,MSc.
I<INGKAS.AN
Dari sekian macaln bunga potong anggek, Dendrobium adalah jenis anggrek yany
sangat dikenal konsumen terutalna untuk merangkai bunga. Pemilihan anggrek Dendrobiurn
sebagai bunga potong karena memiliki beberapa keunggulan , seperti : mudah dalaln
perawatannya, bibit yang mudah didapatkan, variasi bunga yang banvak, cepat dan rajin
berbunga, serta harga yang diterima petani cukup baik.
Untuk inemenuhi pennintaan bunga potong anggrek yang semakin lama selllakin
meningkat, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan tehnik produksi dan berbudidaya anggrek .
Untuk itu diperlukan usaha untuk memecahkan berbagai pennasalahan, terutalna lnasalah
pengadaan bangunan budidaya anggrek yang sesuai dengan kondisi habitat alami tanaman
anggrek Dendrobium.
Dendrobiurn membutuhkan suhu malam 21-24
'
C dan suhu siang 24-29' C.Anggrek epifit ini memerlukan naungan dari pancaran sinar matahari langsung dan
keiembaban udara sebesar 50-60 %. Anggrek ditanam di dalam pot-pot tanah liat dan diberi
media tanam dari pecahan batu bata dan arang kayu. Faktor-faktor yang lnempercepat
proses pembungaan tanaman anggrek adalah pengaturan cahaya (1000-2500 fc), Pengairan
(setiap pagi hari satu kali selaina 10 menit), pemupukan (dengan pupuk daun dua kali
seminggu), pemberian pestisida (seininggu sekali) dan suhu serta kelembaban udara yang
Perancangan ini bertujuan untuk lnerancang bangunan budidaya anggrek guna
mengatur pelnbungaan anggrek Dendrobium sebagai bunga poton$ dengan skala usaha
industri menengalah dennga nilai ekonorni t i n g i . Bangilnan budidaya ini dibuat dari
konstruksi baja dan dibangun di daerah kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Bangunan yang dirancang berkapasitas
+
5 376 buah pot tananian anggrek (diameterpot I3 cm dan tinggi 15 cm) dengan ukuran 10x16 \: 7 mi. Pot tanaman anggrek diletakkan
di rak-rak tanaman yang berukuran 1.6s 1 4 . 6 ~ 0.8 ni' berjumlah 4 buah. darak antar rak
0.8111 dan jarak antar kaki dalanl sat11 rak 3.65 m. Rak tanaman terbuat dari besi siku yang
mudah dibongkar pasang.
Tiang dan rangka atap atas bangunan terbuat dari baja DIN 25 dan rangka atap
bawah terbuat dari baja DIN 16. Gordeng diambil dari bahan baja kana1
[
120 x55 x7.Penutup atap terbuat darijbregluss yang berbentuk datar dan transparan. Dinding bangunan
dibuat dari pasangan bata merah (lm) dan kawat a!-am (3111) Untuk keluar masuk bangunan
dilengkapi 2 buah pintu dengan ukuran 2 x 3 m2 dengan kerangka besi siku, dinding plat besi
dan kawat ayam.
Untuk kebutuhan sirkulasi udara selain melalui dinding, juga melalui atap bertingkat.
Lantai terbuat dari plesteran semen dengan komposisi 1 pc: 3 pasir : 5 kerikil dengan
ketebalan 10 cm. Seluruh beban diteruskan ke dalam tanah melalui pondasi. Ukuran dasar
pondasi 80
x
80 cm2 dengan ketinggian 85 cm. Pondasi yang dipilih adalah pondasi batukali belah. Antar pondasi dihubungkan dengan balok beton bertulang (sloff).
Pembuatan bangunan budidaya anggrek ini diperkirakan membutuhkan biaya Rp 237
Halaman
DAFTAR IS1 I
...
DAFTAR TABEL . . . 111
DAFTAR GAMBAR i \I
DAFTAR IAMPIRAN \I
1 . PENDAtIULUAN 1
A . Latar Belakang 1
...
B . Tujuan 3
11 . TINJAUAN PUSTAKA ...
.
.
... 4A . Anggrek Dendrobium ... 4
...
B
.
Keadaan Biofisik Kecamatan Pasar Minggu 5...
C . Bahan Bangunan 6
...
Ill . METODE PERANCANGAN 10
...
A . Te~npat dan Waktu I0
...
B
.
Penga~ubilan Data 10...
C . Tahapan Perancangan I I
...
D . Rancangan Fungsional 12
...
E . Rancangan Struktural 12
...
F . Skala Usaha 13
...
IV . RANCANGAN FUNGSIONAL 14
...
A
.
Penentuan Kapasitas 14...
B
.
Pengaturan pembungaan 171 . Cahaya ... 18
...
2
.
Suhu dan Kelembaban 20...
3 . Sistem pernberian Air 21
...
V. RANCANGAN STRUICTURAL ... .. . . ... ... ... ... ... ... ... . .. ... .. . ... . . . . . ,. , ,. ., 24
A . Atap . . . ... ... . .. ... . . . ... . . . ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... ... ... ... ... .. . ... , , . , , . .. , . , . , ,. ., , ... 24
13. Gordeng ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... . . ... ... ... ... .. . .. . ... ... ... ... ... , .. ... ... ... ... ... . 25
C. Rangka Atap ... ... ... ... ... . . .. . . . .. . . .. ... ... ... ... ... ... ... ... . . , , . , , , . . . . . , . 30
D. Pondasi ... ... . .. ... ... ... ... ... ... . .. .. . .. . . .. . .. ... .. . ... ... ... .:. ... ... . .. . . . ... ... ... ... ... . 3 6 E. Lantai ... . . . ... ... ... ... ... ... ... . . . ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... ... ... ... ... ... ... . , , ,.. . , . . , . . 38
F. Anggaran Biaya ... ... ... . . . .. ... ... ... .. . ... ... ... ... .. . . .. ... ... ... . . ... ... . . ... ... 3 9
VII. .KESIMPULAN DAN SARAN 4 1
4 1
42
DAFTAR PUSTAKA 43
iii
DAFTAR TAREL
Halaman Tabel 1 . Profil dan macam baja yang ada di pasaran . . . .: ... 6
. . .
Tabel 2. Berat sebidang atap bertingkat 33
DAFTAR GAMRAR
[image:12.602.61.483.172.619.2]Halaman
Gambar 1 : Baja profil DIN 7
Gambar 2: Baja profil 7
Gambar 3: Contoh rumah kaca konstrilksi kayu ... 13
Gambar 4: Skema bangilnan budidaya . . . 15
Gambar 5: Penyusunan pot-pot anggrek di atas rak tanman . . . 16
Gambar 6: Proses sirkulasi ildara . . . 16
Gambar 7: Pengendali mikrosprinkler . . . 20
Gambar 8: Sistem irigasi bertekanan . . . 21
0 0 ... Gambar 9: Bentuk nosel 90 dan 180 22 GambarlO: Tampak samping . . . 22
. . . Gambarl 1: Pemasangan penutup atap pada gordeng 24 ... Gambarl2: Cara pemasangan gordeng dengan baut dan mur 25 Gambarl3: Peninjauan beban yang diterima gordeng ... 26
...
Gambarl4: Pemeriksaan terhadap defleksi yang terjadi 28
...
Gambarl5: Dimensi rangka atap atas 30
...
Gambarl6: Penyamaan ke-1A 31
...
Gambarl7: Penyamaan ke-2A 32
...
Garnbarl8: Dimensi rangka atap bawah 34
Gambarl9: Penyamaan ke-1B ...
Gambar20: Penyamaan ke-2B ...
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Peta kecamatan Pasar Minggu ... 45
Lampiran 2: Data suhu. RH. hari hujan dan curah hujan di kecarnatan Pasar Minggu . . . . 46
Lampiran 3: Daftar baja profil DIN . . . 47 Lampiran 4: Daftar baja kana1 . . . 49
. . .
Lampiran 5: Daftar bahan banguan dan upah 50
. . .
Lampiran 6: Klasifikasi daya dukung tanah 5 1
. . .
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan nilai ekonomi
yang tinggi. Permintaan akan bunga terutama bunga potong umumnya berkaitan
dengan situasi tertentu, seperti hari raya idul fitri, tahun baru, natal, atau perayaan
pernikahan. Pada saat-saat tersebut permintaan bunga potong meningkat.
Bermacam-macam jenis bunga yang telah populer sebagai bunga potong di
Indonesia di antaranya adalah mawar, krisan, gerbera, anyelir, gladioi dan anggrek.
Kondisi krisis ekonomi saat ini mengakibatkan pola konsumsi bunga potong
termasuk anggrek mengalami penurunan. Menyadari tejadinya penurunan
konsumsi dalam negeri, maka harapan satu-satunya untuk meningkatkan
pemasaran bunga potong yaitu dengan cara mengekspor ke luar negeri.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik terhadap neraca perdagangan
Indonesia untuk impor bunga potong pada bulan Januari-September 1997
mencapai $ 749 707. Sedangkan ekspor pada periode yang sama hanya $264 578
yang berarti neraca perdagangan masih negatif Untuk tahun 1998 sampai bulan
April 1998 ekspor bunga potong masih belum terealisasikan. Sedangkan impor
mencapai $ 8 327. M e l i a t kondisi ini kiranya perlu dipikirkan cara untuk memacu
ekspor bunga potong Indonesia secara inte&ikhususnya bunga potong anggrek.
Dari berbagai macam bunga potong anggrek, Dendrobium adalah jenis
anggrek yang sangat dikenal konsumen terutama untuk merangkai bunga. Bunga
anggrek mempunyai kelebihan daya tahan dibandingkan dengan jenis bunga potong
sehingga distrkai konsulnen. llenurut A ~ ~ s t i n i (1997), bunga potong anggek
merupakan Jenis bunga p o t o n yang masih banyak dirnini~ri da11 diglrnakarl
konsumen dalam berbagai kesjatan. Klasifikasi botani al~ggek Dendl.obiu111 (Ualitlli
Jakarta, 1997) iebagai berikut :
Kingdom = Planthae
Divisi = Spennathophya
Sub Divisi = Angiospe~lnae
Kelas = Monocotyledonae
Ordo = Orchidales
Falnili = Orchiddaceae
Sub Fanili = Epidendroideae
Suku = Dendrobsae
Sub Suku = Dendrobiinae
Genus = Dendrobi~nn
Spesies = D.Bifalce, D.Macropllyllum, dl1
Tanaman anggrek dalam pertutnbuhamya inemerlukan kondisi lingkungan
-
yang spesifik untuk masing-masing jenis. Lingkungan yang sesuai dengan
kebutullannya akan ~nembuat tanaman tersebut berkelnbang dan turnbuh dengan baik
dan optimal. Faktor-faktor lingkungan yang melnpengarul~i pertumbuhan tananan
anggrek melipnti telnperatur udara di sekitar tanaman, intensitas cahaya, kelembaban
relatif dan kelembaban mutlak, temperatur media tanam, dan ketersediaan unsur
Dalam perancal1gall bangunan budidaya anggek yang liarus diperliitu~~glta~i
adalah lokasi !\:ila):ah budidaya, tofoyafi, iklirn. akses dalam distsibusi, dan kontroi
finansial. Faktos-faklor tersel)u~t akan ~nenipe~igart~lli Ixncangall f i ~ ~ l ~ s i o n a l da11
sturktural b a ~ l g u n a ~ ~ yang akau Jibangun.
B. l'ujuan
Tujuan u11nu11l1 perancangan ini adalah meralicang b a n ~ ~ ~ n a n budidaya
anggek guna mengatur pembungaan anggrek jellis Dendrobium sebagai bunga
potong dalani skala industri menengall dengan nilai ekonomi t i n g ~ .
Sedangkan tujuan khususnya, yaiti~ :
1. Mernbuat rancanbBn bangunan fuulgsional bndidaya anggek da11
perlengkapannya guna mempercepat proses pe~nbungaan.
2. Merancang bangman struktural budidaya anggek dengall konstruksi baja.
3. Melakukan perhitungan desain bangunan budidaya.
4. Melakukan analisa biaya y a ~ g diperlukan untuk ~ n e t n b a ~ ~ g u n banytlan budidaya
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggrek Dendrobirrm
Anggrek Dendrobium termasv!: anggrek epifit (Anggrek yang hidup
menumpang pada pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman inangnya) dengan
tipe simpodial (tidak mempunyai batang utama dan bunga keluar pada ujung
batang). Di alam, anggrek jenis ini biasanya tumbuh di batang-batang pohon di
hutan-hutan dengan kelembaban yang tinggi. Anggrek Dendrobium dibudidayakan
oleh para petani anggrek dalam rumah sere dan rumah kaca dengan menyesuaikan
habitatnya di alam . Dendrobium membutuhkan suhu malam 21-24 "C dan suhu
siang 24-29 "C. Anggrek epifit ini juga memerlukan naungan dari pancaran sinar
matahari langsung dengan kelembaban yang dibutuhkan sebesar 50-60 %
(Gunadi,T.,1985).
Pembibitan anggrek Dendrobium diiakukan dengan dua cara, yaitu
konvensional dan kultur invitro. Cara konvensional dilakukan dengan cara
perbanyakan vegetatif melalui pemisahan rumpun dan pemotongan anakan (keiki)
pada batang tanaman induk. Sedangkan secara kultur invitro dilakukan dengan cara
kultur jaringan. Bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan dapat dalam jumlah
besar dan dengan waktu relatif singkat, pertumbuhan s e r a g k mempunyai sifat
genetik yang sama dengan induknya, dan bebas patogen ( Balithi Jakarta, 1997).
Bibit anggrek yang dibeli petani biasan~a dalam bentuk komoditi pot
(Kompot) dan siap dipindahkan ke dalam pot-pot individu atau menanam beberapa
bibit dalam satu pot besar (Ridwan,M., 1996). Bibit-bibit anggrek ditanam dalam
.(8661 unqeL $o1oleur!r>l elea) unqe] lad u13
8.E89
z
uernr1 rpinr, uep g q Z.ZZ uelnrl uerl 'ygap/ur E'E u$ue wlada3a)1'% z8m
'3 ,,EE- E.PZ uwelnq elepn nyns ')ne~ ueeynuuad seje !p ur 0 s !se~a\a eped y e l a ~ ~ a )
n 3 4 q q n s e d ueleare3ax m u r g yepuep3 uep ueslBeqay 'Zueped 'ueuMex
'mur!J ualefad 'lelea ualerad '~@Zum Rsed w!eL 'ueyelnlay r p f q p p u!p") 8ueL
uelelas eueyef eLpeure)ox !p ueleure3ay n)es yeles ueyednraur n%u!pj leSed
nZZu!w msed ue)arue3ax y!sgo!8 ust?pea;y -8
.(.11plod 'ueureuel yel) eLep!pnq uedeqZuallad euas aseu!elp ueniles uep
elepn !sel!luaA '~sesu! ' eLer1e3 'tiqns 'elepn ueqequlalay lolluoy eLuepe : ue~eleLsiad
uey!]er[~adn~aur n~S1tap yaB9ue ueqnqu1n)lad uesuap lensas 3ueL eLe(ep!pnq
ueudueq ueyu[~ad!p 'wu!qolpttaa ya.S8ue eLep!pnq usyeuesyelaru ynlun
(966 [ " ~ ' o e h \ p i ~ ) .1nqasla] ya.129ue se!q neureuel !3aq eulelnlal
y!eq dnynr, ~uelad eur!lal!p 3ueA e41er[ w a s 'y!eq 4ueL eSunq !sauen 'ne$?iineQa~
Sue.< l!qrq uep l e d a ~ 'ei(noale~\e~ad urelep rppnul : luadas ue[1~53unay ede~aqaq
!y!l!mau~ sua.iey .Zuo~od e3onq !e8eqas mn!qo.lpuaa yalj5ue uel[![!a~ad
' ( ~ 8 6 I"L'!P"W)
utiep qeh\eq ue!Zeq eurelnla) aeuleuel ne@q q~ii~ilas ay oeloldruaLuad eJe3 ue4nap
ueynyq!p ~eyndn1u2d -eleulols uep e[ny!lliq !n[elaul e.~etl )ez rlap I I V de.~aLuam
titlu~~ur u~iep IIUP i~t'u~euel L I ~ ~ I I I I I I I ~ !p SueL !S!.III~LI t~e~eej!~lleulad ~ e d a ~ . ~ a d u ~ a u ~
~udep uriep iruy~~cinc~ra~ -.id72 !ti[elaut oeySu!puaq!p y!eq q!qal ~uiup P I I ? ~ I ~ ~ I ~ U I ~ C I
unuieN .uliep ni?lu .laqe ! I ~ ~ ~ I ~ L L I ~ ~ e y ~ i ~ u ~ i p 1edep y>.~ii^iiuu L I R ~ I I C [ I I L L I ~ ~
'eleq II?Z tr!yi!iu uep i!a iu:pSua~u .teyiis itleial '!.lalyecl ui:p inrt?.\\epua3 !ynqlunl!p
Sentra produksi bunga anggrek yang berada di sekitar Kecamatan Pasar
Minggu, yaitu Rawa Belong, Ragunan, Pasar Minggu, Lebak Bulus dan Kebun
Jeruk. Skala produksi tiap-tiap kebun anggrek yang ada masih pada taraf industri
menengah ke bawah dengan produksi bunga yang terbatas
C. Bahan Bangrrnan
1. Baja
Baja adalah bahan yang terdiri atas besi (Fe), Karbon (C), Silisium (Si),
Mangaan (Mn), Phosfor (P) dan Sulphur S). Sifat-sifat baja tergantung dari kadar
karbon (C). Semakin banyak karbon maka semakin baik mutunya.
Baja yang dihasilkan umumnya dalam bentuk batangan atau balok. Macam,
[image:19.605.93.494.447.649.2]panjang dan berat baja yang ada di pasaran diuraikan pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Profil dan macam baja yang ada di Pasaran
No. 1. 2. 3 .
4.
Untuk keperluan konstruksi tiang dan rangka atap bangunan yang Panjang (m)
3-15 3-15 Macarn
DIN (DifferDange Normal)
DiEPifferDange Economique)
6. 7. 8.
dirancang menggunakan baja profil DIN. Gordeng dibuat dari baja kanal.
- Berat (kglm)
22.1-314
16.3-279.7
DiR (DifferDange Renforce) DiL (DiierDange Leger)
Sumbet : Anonim, 1984
Baja
C
(Kanal) Baja siku sama kaki Baja siku tidak sama kaki'
Garnbar 1 . Baja Profil DMx - -
F)
- f --- sY
Garnbar 2. . Baja Profil Kanal
2. Semen Portland, Pasir, Agregat Kasar dan Air
Semen portland adalah hasil produksi pabrik PC, dibungkus dalam kertas
berlapis dan beratnya sampai 50 kg. Untuk menjaga mutu, maka PC perlu
dibungkus dengan rapat di tempat yang kering. Semen portland merupakan bubuk
yang sangat halus, material yang benvarna abu-abu yang terdiri dari kalsium dan
alumunium silikat. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis, merupakan
bahan yang dapat mengeras jika diberi air,
Pasir adalah agregat halus yang 1010s ayakan 0.14-0.5 mm, didapat dari
hasil disintegrasi batuan alam atau dengan memecahnya tergantung dari tempatnya.
Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang tajam dan keras. Butiran-butiran pasir
ini hams bersifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengamh cuaca,
rnengandung Iumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) dan bahan-
bahan organik terlalu banyak. Pasir sebagai bahan bangunan dikenal sebagai pasir
urug, pasir pasang dan pasil- beton. Pasir urug digunakan untuk bahan umgan dan
stabilisator. Pasir pasang diylnakan untuk campuran penembokan, penurapan dan
plesteran. Pasir beton dipakai untuk campuran beton bersama PC dan kerikil.
Agregat kasar (koral) adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm,
terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar tidak boleh
mengandung lumpur lebih 1% dan zat-zat yang dapat memsak beton, seperti zat-
zat yang reaktif alkali.
Air yang digunakan untuk membuat beton hams bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat-zat organik, atau bahan-bahan
lain yang bersifat memsak beton dan baja tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar
yang dapat diminum (Wangsadinata,W. 1971). Jumlah air yang dipakai untuk
membuat adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan
harus dilakukan setepat-tepatnya.
3. Batu Bata, Kawat dan Fibreglass
Batu bata yang digunakan adalah batu bata merah yang terbuat dari tanah
liat yang mempunyai sifat yang sama dengan tras. batu bata ini nantinya disusun
untuk membentuk dinding bangunan yang direkatkan dengan adukan semen
portland, pasir, dan air. Kawat dipakai untuk diiding bagian atas setelah dinding
batu bata. Batu bata biasanya berukuran 22 x 11 x 5 cm', dipergunakan untuk
Kawat yang dipakai terdiri atas tiga macam, yaitu kawat beton, kawat ayam
dan kawat hannonika Kawat beton digunakan untuk mensikat kerangka besi
untuk beton bertulang. Kawat ayam digunakan untuk dindins bangunan. Kawat
harmonika digunakan ~ ~ n t u k rak tanaman.
Untuk bahan penutup atap digunakan fibreglnss, ~ a i t u bahan plastik
transparan yang dapat meneruskan cahaya matahari. Ukuran.fibreg1as.s yang ada
di pasaran adalah ukuran terpanjang sampai 25 m dan lebar 1 - 1.5 m dengan
ketebalan lmm - lcm. Bentukfibreglms ada yang bergelombang dan ada yang
datar dengan bermacam-macam warna (biru, hijau dan natural1 transparan).
Cahaya matahari yang dapat diteruskan sampai 80 % (sumber : PT Garuda Jaya
dan PT Aneka Unggul Polindo, tahun 2000). Dengan adanya fiberglass sebagai
bahan penutup atap, diharapkan tanaman yang dibudidayakan dapat melakukan
I f l . METODE PERANCANGAN
Proses peramangan ini akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertanla
adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Ini dilakukan pada bulan Agustus-
Oktober 1999. Data primer diperoleh melalui praktek lapang di Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi) Jakana dan pengamatan langsung ke perkebunan anggrek
di sekitar Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada tahap ini dilakukan
pengamatan langsung terhadap bangunan budidaya anggrek yang sudah ada dan
kondisi proses usaha perkebunan anggrek. Data sekunder didapat dari
perpustakaan dan sumber-sumber lain.
.
Pada tahap kedua dilakukan perencanaan rancangan dan pembuatan gambar
teknik. Data-data primer dan sekunder diolah untuk selanjutnya dibuat rancangan
dan gambar teknik bangunan. Kegiatan ini dilakukan di Jakarta pada bulan
November 1999- Juni 2000.
B. Pengambilan Data
Data rancangan akan diperoleh dari pengamatan langsung, literatur, dan
wawancara dengan pemilik serta para pekerja di kebun-kebun anggrek di sekitar
kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Data i k l i berupa suhu, kelembaban
relatif, dan curah hujan akan didapat dari stasiun I Mimatologi D m a g a Bogor.
Data harga bahan bangunan mengikuti harga di pasaran dan data upah tenaga kerja
(tukang) diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) atau menurut standar di
daerah setempat.
C. Tahapan Peraocangan
Bangunan budidaya anggrek dirancang dengan tahapan sebagai berikut:
1 . Penentuan kapasitas bangunan budidaya anggrek. kapasitas bangunan yang akan
dirancang ditentukan berdasarkan asumsi jumlah permintaan pasar terhadap
bunga potong anggrek di daerah penelitian.
2. Penentuan sistem budidaya anggrek. Anggrek Dendrobium dibudidayakan dalam
pot tanah dengan media tanam dari pecahan arang kayu. Penyiraman dengan
menggunakan sistem irigasi mikrosprinkler dan pot-pot tanaman ditempatkan di
atas rak-rak tanaman yang terbuat dari kawat dengan kerangka besi siku yang
mudah dibongkar pasang. Semua tanaman dan perlengkapannya ditempatkan di
dalam bangunan budidaya anggrek.
3 . Penentuan lokasi perancangan. Lokasi yang dipilih mempunyai daya dukung lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara yang cocok untuk berbudidaya
anggrek Dendrobium.
4. Pemilihan bentuW tipe bangunan yang sesuai untuk berbudidaya anggrek.
Bentuk bangunan yang dipilih berfungsi sebagai bangunan pengkondisi
lingkungan agar sesuai dengan habitat bidup tanaman anggrek.
5. Analisa beban, uji kekakuan dan tegangan lentur pada gordeng, rangka atap,
kolom dan pondasi bangunan.
6 . Pernbuatan gambar perencanaan yang sesuai dengan ketentuan gambar
teknik untuk bangunan
7. Pembuatan rencana anggaran biaya. Biaya yang diperhitungkan ialah untuk
pembelian bahan-bahan bangunan dan ongkos tenaga k e j a untuk merealisasikan
D. R;!ltcangan F!tt~psia~tak
I'e!-a!?cr?np!! i a di!akukan berdasa1-kan pada kebl~a~han hidup
tanaman a!iggi.ei\ ilendrobi~nc. baik cara budidayanya inaupLll1 lingkungan di
dalam bangunan budidaya. Bangi~nan yang diramang dises~~aikan dengan kondisi
lingkungan yang dibutuhkan tanaman. Kondisi lingkungan yang optimum untuk
merangsang fase vegetatif dan fase generatif tanaman dapat dilakukan dengan
me~l~iptakan kondisi iklim mikro di sekitar tempat tumbuh anggrek.
Faktor lingkungan yang dikontrol adalah cahaya, suhu dan kelembaban
udara. Untuk mendapatkan cahaya yang cukup bagai anggrek, bahan penutup
menggunakan fibrrgIn.~.~ yang transparan. Pengontrolan suhu dan kelembaban
udara di dalam bangunan dilakukan dengan membuat saluran ventilasi udara dan
sistem irigasi yang tepat.
Bangunan ini tidak dirancang menggunakan alat pengatur baik alat
pengatur suhu, cahaya maupun kelembaban udara. Oleh karena itu perancangan
hanya memanfaatkan jeNs bahan bangunan, bentuk dan tata letak bangunan, serta
pengaturan ventilasi untuk mencapai kondisi optimal dan sesuai bagi tanaman
anggrek. Sistem sirkulasi udara mengandalkan sistem ventilasi alami, yaitu dinding
terbuka dan atap bertingkat.
E. Rancangan Strukturat
Dalam perancangan stmkturai yang perlu diperhatikan adalah kekuatan dan
kemampuan menahan beban yang ditanggung pada kuda-kuda, kolom dan pondasi
bangunan. Oleh karena itu bentuk, ukuran dan jenis bahan konstruksi yang akan
tletiyn iiiil~si tlaii Iicl~ali yang ditangg~tng olel~ setiap koi~iponen. Selain itu
dil?wliiiibatl~I,i~ii i:iiii: i,i.ii~iidal~n~i mernpesoieh barlati di pasai-ari. Iiai-xa, ukusaii ballan
vaiig ;ids tlaii Lciiii~tiaiiitr~ tialnm pengerjaan baha~,.
Ganlbar -3. Coritoh rumah kaca konstruksi kayu
li. SItala Usaha
Target pernasal-an bunga potong a~iggrek tidak terbatas pada pasar lokal
(dalam kota) dan dalarii riegeri saja (kota besar lainnya). Tetapi jangkauan pasar bunga
anggrek Dendrobium sudah mencapai pasar luar negeri (ekspor).
Jumlali tatlaman anggrek Dendrobium yang dibudidayakan ditentukan
berdasarkan pel-mintaan pasar. Penentuan kapasitas produksi bangunan budidaya
IV. DES.-\I1 FLYGSIONAL
Me~ltii-ut A@~stiili (1997). bunga potong anggrek il>ssupaka~i jellis buliga
kegiatan tesutama ul~tuk nlesaiigkai buiiga. Walaupu11 setiap taliun sclera
konsumeii selalu bel.uba11 terl~ada]) bunga potong, namun pennintaa~l aka11 b ~ 1 1 i ~ a
potollg anggrek tetap tinggi. I-la1 illi disebabkan buiiga angp-ek ~neiiipul~yai
kelebilia~l daya tahali dibandingkali dsngan jenis bunga potong non-anggek.
Selairi itu bunga anggek mempunyai bentuk dan wama yang ~nenarik sehingga
disukai konsumeil
Peinenulian pennintaan terliadap bunga anggrek dapat dilakukan dengan
.-
memproduksi bunga anggek sesuai j u m l d ~ kebutulian pasar. Jika diasumsikan
pennintaan pasar per bulan adalali 10 000 tangkai, maka dibutt~hkall sekitar 5 000
pot tanamall ailggrek (tiap tanrunan dalam satu pot dapat berbunga k 2 tangkai).
Kapasitas bangman budidaya yang dirancang harus mampu menatnpung
sekitar 5000 pot tanalnan anggrek. Pot tatlalnan yang digunakan terbuat dari
ta11ah liat. Diameter pot 13 cm d m tinggi 15 CIII dengar] dirlding berlubang. Pot-
pot tanarnan diletakkan saling bersentuhan antar bibir pot dalam satu rak tanaman.
Rak tana~nan yang digunakan untuk lneletakkan pot-pot tanalnan
direncan&ai berukuran lebar 1.6 m (12 pot) dan panjang 14.6 m (112 pot),
sehingga kapasitas rak adalah 1 344 pot. Rak dengan ukuuan tersebut berjumlali
elnpat bual~, sehingga kapasitas total bangunan budidaya adalah 5 376 pot
Tinggi rak (analiian 0.8 in. disesuaikau deiiyaii tillggi pitlggang
liebanyakan orang Indonesia. Sesuai faktor erpnonlis, ha1 it11 altan mengnrangi
kelelalian para 1pekei:ja kebuil dalalri ~iiei-a\var raiialnall. Saraf; anlara satu rak
dellgaii mk yang laiii~lya 0.8 111 dan jarah: riap kaki dalain saur rak 3.65 seperti
tainpak pada Gambar 4. Rak taliamall dibuar dari kawar Ilar~uotiika dellgall
kerangka besi siku yalig mudal~ dibongkar pasang.
Ganibar 4. Penyusunan Por .zlnsgek di Rak Tanali~an
Dengall delilikian luasan keselun~han adalah 10 In s 16 m atau 160
Ukuran ini dipilili dengan pe~tilnballgan bellrang 10 m tidak terlalu besar sehingga
perencanaan rangka atap lebih mudah. Target la~nanya sekali panell adalah 6
bulan. Maka untuk ko~itin~titas panen diperlukan sekitar 6 unit b a n y n a n
budidaya yang serupa dengan lnasa penanaman selang satu bulan tiap
bangunannya. Dengall pengaturan seperti itu diharapkaii setiap bula~i dapat
Rak tanaman
Rak tanalnan
I F
!
I
Rak tanaman [image:29.595.79.493.57.459.2] [image:29.595.42.532.63.745.2]--
Gambar 5 . Luasan lantai bangunan
Jumlah 6 unit bangunan (@ 10 m x 16 m) dapat dikurangi menjadi 3 unit
(@ 10 m x 32 m) atau 2 unit (@ 10 m x 48 m) bangunan yang akan berpengaruh
pada penghematan biaya pembuatan pondasi, atap dan dinding bangunan. Tetapi
ha1 ini tergantung pada luas, bentuk dan kondisi lahan yang ada.
Lantai bangunan dibuat sebagai tempat jalan lalu lalang pekerja kebun
dalam merawat tanaman. Untuk pembuatan lantai perlu dipenuhi persyaratan,
yang antara lain : Lantai hams rata, tidak mudah amblas, cukup keras dan kering.
Lantai direncanakan terbuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan
komposisi 1 : 3 : 5 dan tebal 10 cm (Timbul, P dan Bedjo,1980). Tujuannya agar lebih mudah dibersihkan dan lebih terjamin kesehatan tanaman di dalam
bangunan budidaya. Lantai juga dibuat kasar agar pekerja kebun tidak tergelincir
< .
karena lantainya licin.
Di bagian pinggir kaki-kaki rak tanaman pada lantai dibuat saluran
drainase untuk pembuangan air irigasi yang berlebih. Sehingga tidak ada air yang
tergenang di lantai dan ini dapat menyebabkan lantai mudah berlurnut. Saluran
drainase dihubungkan ke sumur resapan sebagai cadangan air tanah.
B. Pengaturan Pembungaan
Dendrobium adalah jenis anggrek epifit, yaitu tanaman anggrek yang
hidup menumpang pada pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman inangnya
dan membutuhkan naungan dari sinar matahari langsung. Anggrek ditanam
dalam pot dan memerlukan media tumbuh. Dalam penelitian ini anggrek
Untuk membudidayakan anggrek Dendrobium sebagai bunga potong,
dapat dipercepat pembungaannya dengan mengatur intensitas cahaya, suhu dan
kelembaban udara, pengairan dan pemupukan yang tepat. Teknik pengaturan
pembungaan menjadi penting karena anggrek dapat dirangsang berbunga pada
waktu yang diinginkan. Misalnya pada hari besar atau ada pesanan ekspor.
Tanaman yang cocok diberi perlakuan ini adalah tanaman yang sudah dewasa dan
sehat. Dendrobium yang dewasa ditandai dengan memiliki daun akhir. Anggrek
dari kompot (komoditi pot) atau botolan dapat berbunga S bulan - 1.5 tahun. Tetapi dengan proses pengaturan tersebut di atas dapat dipercepat hingga 6 bulan
sudah dapat berbunga.
1. Cahaya
Cahaya matahari merupakan suatu sumber energi untuk mengubah zat-zat
yang kita berikan berupa pupuk dan air siraman rnenjadi bahan yang dibutuhkan
anggrek untuk tumbuh dan berkembang. Jurnlah cahaya yang masuk ke dalam
bangunan budidaya sangat berpengaruh terhadap anggrek. Faktor cahaya yang
berpengaruh tersebut adalah intensitas, lama atau panjang penyinaran dan kualitas
cahaya (Gunawan,L.W.,1986). Bangunan dibangun searah timur ke barat
sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalarn bangunan mencukupi.
Intensitas cahaya adalah banyaknya sinar yang diterima per satuan daun.
Untuk mencapai kondisi tersebut maka bahan penutup atap menggunakan bahan
fireglass warna natural (transparan). Fibreglass yang digunakan berbentuk datar
dengan ketebalan 2 mm. Dengan bentuk, warna dan tebal atapfibreglass seperti
Cahaya matahari tidak langsung dapat pula masuk melalui dinding
bangunan. Widiastoety, D dan FA. Bahar (1995) menyirnpulkan bahwa pada
tingkat intensitas cahaya optimum menyebabkan kecepatan fotosintesis tinggi,
kecepatan dan respirasi normal sehingga sejumlah besar karbohidrat dibentuk
untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Intensitas cahaya yang dibutuhkan anggrek Dendrobiurn adalah 1000-2500
fc (Widiastoety, D dan FA. Bahar, 1995), yaitu sekitar 55-80 % cahaya matahari
yang masuk ke dalam ruangan. Pengaturan cahaya pada bangunan budidaya
bersifat fleksibel, artinya apabila cahaya yang masuk kurang maka dapat diatasi
dengan memilih penutup atap yang lebih tipis atau warnanya yang lebih
transparan atau diberi cahaya tambahan dengan lampu TL. Kekurangan cahaya
bagi anggrek dapat mengakibatkan proses pembungaan terhambat dan tanaman
tetap pada fase vegetatif
Apabila cahaya yang diterima tanaman berlebihan, maka dapat dikurangi
dengan memberi paranet di atas ruangan sesuai prosentase yang diinginkan.
Kelebihan penyinaran dapat menyebabkan daun anggrek menjadi berwama
kekuning-kuningan dan tampak layu. Apabila hal itu dibiarkan terus-menerus
dapat menyebabkan tanaman anggrek menjadi mati.
Hanan,J.J (1983) melaporkan bahwa panjang penyinaran (Photoperiode)
berpengaruh pada proses pembungaan pada tanaman-tanaman di dalam Amah
kaca. Panjang penyinaran yaitu lamanya tanaman menerirna cahaya. Dengan
panjang penyinaran
+
8 jamlhari dapat mempercepat proses pembungaan anggrekDalam perancangan bangunan budidaya ini tidak diberi cahaya tambahan
karena sumber cahaya dari sinar matahari sudah mencukupi. Untuk menjaga
kualitas dan intensitas cahaya yang cukup bagi anggrek, atap bangunan sewakru-
waktu hams dibersihkan dari lumut-lumut yang tumbuh, debu atau daun-daun
kering yang mengotori atap
2. Suhu dan Kelembaban
Kecamatan Pasar Minggu mempunyai dukungan iklim yang baik untuk
usaha budidaya anggrek Dendrobium, yaitu suhu bulanan 24.3 - 33' C dan RH 82
% (sumber : data klimatologi tahun 1998). Kecepatan angin di lokasi 3.3 midetik
turut membantu mengurangi kelembaban dalam bangunan.
Suhu dan kelembaban di dalam bangunan budidaya dipengaruhi oleh
faktor-factor : penyiraman, naungan, sirkulasi udara dan ikhm di luar bangunan.
Untuk menjaga suhu dan kelembaban yang diinginkan bangunan diberi ventilasi
alami dan sistem irigasi yang tepat. Dengan membuat dinding bangunan yang
terbuka, yaitu 1 m dinding batu bata dan 3 m dinding kawat ayam.
u
Aliran udara
[image:33.595.168.408.502.690.2]p
Iq
IAtap bangunan dibuat bertingkat dengan lubang penghawaan di antara dua
atap agar udara dapat melintas di atas bangunan. Udara panas yang diakibatkan
radiasi matahari pada siang hari akan mengalir ke atas dan keluar melalui celah
atap bertingkat. Sistem pengontrolan seperti ini memang umum digunakan pada
rumah kaca di negara-negara tropis. Pengukuran suhu dan kelembaban di dalam
bangunan budidaya digunakan alat pengukur Termo-hypmrrer yang d~gantung
di tengah ruangan Suhu yang dibutuhkan tanaman anggrek Dendrob~um untuk
suhu malam sebesar 21-24 "C dan suhu slang 24-29 "C Anggrek ep~fit in1
memerlukan naungan dari pancaran sinar matahari langsung dengan kelembaban
udara 50-60 % (Gunadi,T 1985)
3. Sistem Pemberian Air
Salah satu tujuan penggunaan bangunan budidaya untuk tanaman anggrek
adalah untuk melindungi tanaman anggrek dari terpaan air hujan secara langsung
dan terkikisnya pupuk pada media tanam. Konstruksi atap bangunan yang
direncanakan bertingkat dua. Atap bagian atas harus diberi atap tirisan yang
bemingsi untuk mencegah masuknya air hujan ke dalam bangunan melalui celah-
[image:34.595.180.389.546.716.2]cefah atap.
Kemiringan atap sebesar 20' disesuaikan dengan bentuk penutup atap
Vbreglrrss) yang ben~pa lembaran (Frick,H,1980). Dinding bangunan yang
terbuat dari l m dinding batu bata dan 3 m dinding kawat, memungkinkan tampias
air hujan masuk ke dalam. Maka atap bawah juga diberi atap tirisan.
Irigasi yang digunakan adalah dengan sistem irigasi bertekanan
(Mikrosprinkler Water System) yang diprogram waktu penyiramannya. Irigasi ini
dibantu dengan jaringan pipa yang diberi nosel-nose1 dengan derajat pancaran air
90' dan 180" (Anonim,1995). Pancaran air yang dihasilkan bempa kabut
sehingga tidak merusak tanaman anggrek dalam pot. Penyiraman dilakukan
setiap pagi hari selama 10 menit (Widiastoety,D. dan F.A.Bahar,l995) atau di
[image:35.599.159.411.372.577.2]sore hari (Satsiaii.1991) satu kali penyiraman setiap hari.
Gambar 9. Sistem Irigasi Bertekanan
4. Pemnpukan dan Pemberantasan Hama
Proses mempercepat pembungaan harus diiringi dengan pengairan yang
cukup dan pemberian pupuk. Intensitas cahaya yang tingsi akan meningkatkan
fotosintesis sehingga semakin banyak karbohidrat yang diproduksi di daun. Di
malam hari karbohidrat dikirim ke akar dan diubah menjadi energi untuk
menyerap unsur hara yang ada di media tanam. Bila energi sudah tersedia tetapi
unsur hara tidak ada di media tanarn, rnaka tanaman anggrek tidak akan mau
berbunga.
Pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan melalui daun. Hal ini
lebih epektif karena daun mudah menyerap hara dari pada rnelalui akar
(Gunadi,T,1985). Pupuk daun yang diberikan adalah Gandasil D dan B, Gaviota
dan Greenzit dengan konsenterasi masing-masing 0.2-% yang diberikan dua kali
seminggu secara bergantian. Pemberian hngisida yaitu Benlate atau Dithane M-
45 dengan konsenterasi masing-masing 0.1 % serta pemberian insektisida
Bayrusil 250 EC konsenterasi 0.1 % dilakukan seminggu sekali secara bergantian
V. R,\YCANGAI\: STRUKTURAL
A. Atap
Konstn~ksi atap yang digunakan pada perancangall banfunai~ budidaya ini
adalah konstl-uksi raslik beban setangkup (rangka kaku). Konstroksi rasuk beban
setangkiip ini pada puncakilya tidak me~npunyai engsel dan pada kedua kakiiiya
zoo0 l o o 0 0 2000
__t__t
Ganbar 11. Tarnpak sa~nping
Dari galnbar di atas diketahui :
Belltang : 10 ln
Tinggi kololn : 4 1n
Jarak rasuk : 4 m
Keiniringan atap : 20 O
Penutup atap : Fibreglass (berbentuk datar dan transparan, tebal 2 mm,
ukuran, 1.5 m x 18 m dan berat 1 kgim2)
Penutup atap di pasang di atas gordeng. Penumpukan penutup atap jatuh
pada setiap selang satu gordeng. Pemasangan penutup atap pada gordeng dengan
cara pemakuan dengan paku keling yang diberi tambahan cincin dari karet. Cara
pemasangan penutup atap dapat dilihat pada Gambar 12.
Penutup atap(fiberg1ass)
I
i
(
Rangka atapI i
Gambar 12. Pemasangan penutup atap pada gordeng
Bangunan budidaya yang direncanakan menggunakan atap bertingkat agar
sirkulasi udara dapat bejalan dengan baik. Udara panas akibat adanya efek
rumah kaca di dalam bangunan pada siang hari dapat keluar melalui celah atap
bertingkat. Atap bangunan dilengkapi dengan atap tirisan untuk mencegah
masuknya air hujan dan sinar matahari secara langsung. Panjang atap tirisan
ditentukan 2.1 m untuk mengantisipasi keadaan tersebut
B. Gordeng
Menumt pengertiannya, gordeng adalah bagian dari konstmksi bangunan
yang merupakan penyangga penutup atap. Gordeng yang digunakan pada
bangunan ini adalah dari bahan baja. Dalam memilih profil baja untuk bahan
gordeng perlu memperhitungkan pengujian beban yang akan diterima dan
pengujian kekakuan. Pada penutup atap yang akan digunakan dipiiih dari bahan
fibreglass dengan tebal 2 mm dan beratnya 1 kg/m2. Gordeng menggunakan
Beban hidup ditambahkan pada beban gordeng sebesar 100 kg
(Anonim,l991) sebagai beban terpusat yang bekeja pada pertengahan batang
gordeng. Beban angin di lokasi penelitian adalah 30 kglm. Jarak gordeng 1.3 m
disesuaikan dengan ukuran lebar penutup atap (1.5 m). Jumlah gordeng yang
menyanggah penutup atap bejumlah 3 buah untuk atap atas dan 6 buah untuk
atap bawah. Pemasangan gordeng menggunakan baut dengan bagian kepala dan
bawahnya diberi mur dan sebuah plat pisau.
'
-Gambar 13. Cara pemasangan gordeng dengan baut dan mur
1. Uji Beban
Gordeng akan menerima beban yang dideritanya berdasarkan dua sumbu,
yaitu sumbu x-x ( sejajar dengan rangka atap di bawahnya) dan sumbu y-y (tegak
lurus rangka atap). Untuk lebih jelasnya pembebanan pada gordeng dapat dilihat
pada Gambar 9 di bawah ini
[image:39.602.194.372.278.380.2] [image:39.602.145.423.584.699.2]Gordeng
Peninjauan pada sumbu x-x dengan mmus untuk menghitung momen yang
diakibatkan oleh beban mati : M1 = I / ~ . Q X . L ~ , dan yang diakibatkan oleh beban
hidup : M 2 = 1/4.Px.L, di mana :
Qx = Berat gordeng
+
Berat penutup atap menurut sumbu x-x= (13.4
+
1) sin 20' = 4.9 kg/mPx = Beban hidup menurut sumbu x-x
= 100 sin 20" = 34.2 kg
L = Jarak bentang gordeng = 4 m
Dengan memasukkan angka-angka itu, maka didapat
M1 = 9.8 kgm dan M2 = 34.2 kgm
Mtotal = M l
+
M2 = 44 kgmJadi tegangan lentur maksimum menumt sumbu x-x :
'C y = Mtotal /Wy = 440011 1.1 = 396 kg/cm2
Dimana nilai Wy adalah momen tahanan yang diperoleh dari tabel untuk
konstruksi baja.
Kemudian perhitungan pada sumbu y-y, momen yang diakibatkan oleh
beban mati : MI = ~ / S . Q ~ . L ~
,
sedangkan momen akibat beban hidup :M2
=1/4.Py.L, di mana :
Qy = Berat gordeng
+
Berat penutup atap menurut sumbu y-y= (13.4
+
1) cos20° = 13.5 kg/mPy = Beban hidup menurut sumbu y-y
= 100 cos 20' = 94 kg
Angka-angka itu dimasukkan dalam rumus, maka didapat :
M1 = 27 kgm dan M2 = 94 kgm
MtotaI = MI
+
M2 = 121 kgmJadi tegangan lentur maksimum menurut sumbu y-y :
'C x = Mtotal /Wx = 12100/60.7 = 199 kg/cmz
Nilai Wx didapat dari tabel konstruksi baja.
Dengan menjumlah kedua tegangan lentur tersebut, maka didapat
'1: maksimum = Ty
+
'Cx = 595 kg/cm2Menurut ketentuan yang ditetapkan, tegangan lentur yang diijinkan untuk
baja nilainya ditetapkan maksimum sebesar 1400 kg/cmz (Potma,
AP
dan JE Be Vries,1991). Jadi dengan tegangan maksimum 595 kg/cmz, maka penggunaanbaja profil
[
120 x 55 x 7 untuk gordeng dalarn perancangan bangunan ini dapatditerima.
2. Uji Kekrkr~an
Dalam melakukan uji kekakuan, gordeng dianggap sebagai balok menerus
di atas dua tumpuan. Defleksi pada batang gordeng harus lebih kecil dari defleksi
maksimum yang diijinkan (11360 kali jarak bentang gordeng). Defleksi yang
diijinkan akibat berat gordeng itu sendii, berat atap dan berat hidup dinyatakan
[image:41.602.171.403.675.720.2]dengan huruf K
Rumus yang dipakai untuk menentukan defleksi, adalah
Kx = 5 . O x . L~
+
Px . L33 8 4 . E . I ~ 48.E.Iy
Ky = 5 .
Qv
. L~+
Pv . L33 8 4 . E . I ~ 48.E.Jx
di mana :
Qx = Berat sendiri
+
berat penutup atap pada sumhu x-x = 0.049 kglcmPx = Beban hidup menurut sumbu x-x = 34.2 kg
Ix = Momen kelembaman menurut sumbu x-x (tabel) = 364 cm4
Qy = Berat sendiri
+
berat penutup atap pada sumbu y-y = 0.135 kg/crnPy
= Beban hidup menurut sumbu y-y = 94 kg- .
Iy = Momen kelembaman menurut sumbu y-y (tabel) = 43.2 cm"
E = Modulus elastisitas = 2.1 x lo6 kg/cm4
L = Jarak bentang godeng = 400 cm
Dengan memasukkan angka-angka tersebut, maka didapatkan :
Kx = 0.683 cm dan Ky = 0.165 cm
K2 = Kx2
+
K = 0.703 cm
Dengan hasil K sebesar 0.703 cm, maka gordeng yang digunakan
memenuhi 'persyaratan karena leb'i kecil dari 11360 kali bentang gordeng (1,111
C. Rangka Atap
Atap bangunan budidaya yang dirancang dibuat bertingkat dengan tujuat~
memperlancar sirkulasi udara. Dengan bentuk atap seperti itu maka ada dua
rangka atap, yaitu rangka atap atas dan rangka atap bawah.
Rangka atap atas direncanakan memakai profil baja DIN 16 atau I 160 x
160 x 9 dan rangka atap bawah menggunakan Baja DIN 25 atau I 2 5 0 x 250 x 11.
Perhitungan gaya tekan, gaya melintang dan tegangan lentur pada kedua profil
baja tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Rangka Atap Atas
Untuk memudahkan perhitungan, maka Gambar 16 memperlihatkan
[image:43.602.150.416.417.578.2]dimensi dari rangka atap atas. Satuan yang diberikan dalam meter.
Gambar 16. Dimensi rangka atap atas
Profil yang dipakai adalah DIN 16 yang beratnya 45.8 kglm. Jarak antara
dua rangka atap adalah 4 meter. Tiga buah gordeng
C
120 x 55 x 7 yang beratnyaMaka pada pinggiran atap terjadi beban tegak yang disebabkan berat atap
dan berat gordeng sebesar :
Beban angin di lokasi bangunan budidaya diambil30 kglm, maka:
Q2 = 30 x 4 = 120 kg/m , sehingga , Qtotal = Q l + Q 2 = 303.8kgim
Pada bidang atap terjadi beban tegak lurus sebesar :
Qs = 303.8 cos 20' = 285.6 kg/m
Pada batang BC dan CD tejadi momen pengapitan
,
dinyatakan denganMBc = MCD Maka ; MBc = McD = 1/12 x QS x bZ = 34.3 kgm
Pada batang tejadi perbandingan kekakuan seperti berikut :
Ka/Kb = 0.75/0.5 : 11 1.2 = 150 : 83
Ka = 1 5 0 : 233 = 0.643
Kb = 83 : 233 = 0.356
1
VE [image:44.595.93.477.390.707.2]Sedangkan untuk penyamaan kedua akan berlaku perbandingan berikut
Ma/Mb = (b2 sin 20" )/ 2a2 = 49/50
Kita ambil; Ma = 40 x 49 = 1960 kgm
Mb = 40 x 50 = 2000 kgm
+
1960Urutan : B-D-C t 2 6
t 1986
VA Gambar 18. Penyamaan ke-2A V E
Kemudian menentukan harga akhir dari momen dan gaya , yaitu:
Beban tegak total = 2 x 1.2 x 303.8 = 729 kg
Gaya tekan, VA = VE = 112 x 729 = 365 kg
Kalau A ialah koefisien, di mana momen penyamaan dari Gambar 18
hams dikaiikan, maka didapatkan persamaan-persamaan berikut :
Untuk: MBA : -HA. 0.5 = -22.1 - 1986A
MBC : (365 x 4) -(HA x 0.9)-( 365 x 2) = -40.4
+
1993 ADengan cara elirninasi, didapat;
A = 0.13 dan HA = 565.41 kg (HA = gaya rnelintang)
sehingga, MBA = -282.71 kgm dan MBC =
+
218.69 kgmMaka tegangan lentur yang terburuk adalah : (tanpa dilihat tandanya)
[image:45.602.94.472.119.342.2]Tegangan sebesar 152 kg/cmz itu masih lebih kecil dari 1852 kg/cm2 yang
diijinkan untuk baja (Potma,AP dan JE De Vries,l991). Sehingga profil baja DIN
16 dapat digunakan.
2. Rangka Atap Bawah
Pada perhitungan kekuatan dari rangka atap bawah ini, maka cara
perhitungan pada rangka atap atas dapat digunakan. Hanya saja beban mati pada
rangka atap bawah ini bertambah karena adanya beban atap bertingkat yang
terletak di atasnya.
Tabel 2. Berat sebidang atap bertingkat
Berat total 8 106.6 kg dibagi secara merata terhadap lima buah rangka atap
bawah yang menyangga di bawahnya. ' Masing-masing rangka atap itu mendapat
beban sebesar 1621 kg (dibulatkan).
Proftl yang digunakan adalah DIN 25 dengan berat 91.1 kglm. Atap fibreglass yang beratnya 1 kg/& disangga oleh 6 buah gordeng [: 120 x 55 x 7
yang beratnya 13.4 kgtm. Gambar 19 memperlihatkan dimensi dari rangka atap
bawah.
Komponen
Fibreglass luas keseluruhan 288 m-1 kg/m2
Gordeng [ 120 x 55 x 7 panjang keseluruhan 324m
013.4 kg/m
Rangka atap atas profil DIN 16 panjang keseluruhan
75111
0
45.8 kglmBesi plat, baut, mur dan paku keling
Total
Berat
288 kg
4341.6 kg
3435 kg
42 kg
[image:46.602.93.443.323.527.2]Gambar 19. Dimensi rangka atap bawah
Beban tegak tiap meter pinggiran atap karena berat atap atas ditambah
berat sendiri dan berat penutup atap, menjadi :
Q1 = 1621
+
91.1 +((6 x 13.4)/5.4+
1)x
4 = 1776 kglmBeban angin di lokasi bangunan budidaya diarnbil30 kglm, maka:
Q2 = 30 x 4 = 120 kglm
,
sehingga,
Q total = Q l+
4 2 = 1896 kglmPada bidang atap terjadi beban tegak lurus sebesar :
Qs = 1896 cos 20' = 1782 kglm
Pada batang BC dan CD terjadi momen ;
MBC =
~ M C D
= 1/12 x QS x b2 = 4330 kgmPada batang terjadi perbandingan kekakuan seperti berikut :
KaKb = 0.7514 : 11 5.4 = 18.75 : 18.57
Ka = 18.75 : 37.27 = 0.50
Un~tan : B-D-C
[image:48.595.112.462.69.292.2]$A
Gambar 20. Penyamaan ke-1B "E
Sedangkan untuk penyamaan kedua akan berlaku perbandingan berikut :
MaIMb = (bZ sin 20" )I 2aZ = 9.97132 = 10132 . . . ..
Kita ambil nilai 40; Ma = 40 x 10 = 400 kgm
[image:48.595.105.514.214.799.2]Mb = 40 x 32 = 1280 kgm
Gambar 21. Penyamaan ke-2B
-
qoo-
440- 8 4 0
H4-
TP
E +--HE
T
Urutan : B-D-C C 400 t 4 4 0
-
Kemudian menentukan harga akhir dari momen dan gaya
,
yaitu:Beban tegak total = 2 x 5.4 x 1896 = 20477 kg
Gaya tekan: VA = VE = 112 x 20477 = 10238 kg
Jika
A
ialah koefisien, maka;Untuk: MBA : -&.4 = -2165
-
840AMBC : (10238 x 4) -(HAx 6)-( 10238 x 2 ) ~ - 5 3 9 1
+
1064 Adengan cara eliminasi, didapat;
A = 9.73 dan HA = 2585.18 kg (HA= gaya melintang)
sehingga, MBA = -10340.72 kgm dan MBC =+4961.72 kgm
Maka tegangan lentur yang terbumk adalah : (tanpa dilihat tandanya)
Nilai Wx didapat dari tabel konstruksi baja.
Besarnya tegangan 1444 kg/cm2 lebih kecil dari pada 1852 kg/cm2 yang
diijinkan untuk baja, sehingga profil baja DIN 25 arnan untuk digunakan.
D. Pondrsi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang behngsi
menerima beban yang terdapat di atasnya dan beban dari pondasi itu sendiri untuk
diteruskan ke dalam tanah secara merata sehingga bangunan tersebut tetap berdiri.
Beban yang diterima oleh pondasi adalah selumh beban konstruksi
bang~~nan, yaitu berat konstruksi atap bertingkat, beban hidup, $breglnss,
gordeng, besi plat, paku keling, baut dan mur, rangka atap, tiangl kolom, pasangan
bata merah, sloff dan pondasi beton. Beban yang diterima oleh pondasi diuraikan
Tiap-tiap pondasi dihubungkan dengan balok beton bertulang dengan
ukuran 25 x 25 cm2 dengan 4 besi tulangan
4
12 cm. Sengkang menggunakantulangan
4
6-12 cm. Beton yang dipakai menggunakan komposisi campuran 1 [image:50.602.104.451.223.480.2]PC : 2 pasir : 3 kerikil.
Tabel 3. Beban yang diterima pondasi
Komponen
Beban hidup 4 orang @ 100 kg
I
400 kgI
Berat I
Rangka atap dan tiang profil DIN 25 panjang
keseluruhan 126m @ 91.1 kg/m Atap beningkat
Pasangan bata merah 48 nl' (Berat pasang bata
merah 450 kg/m2)*
8106.6 kg
Sloff 2.52 m3 (2400kg/m3)* 6048 kg
Pondasi beton 5.12n1~(2200kg/m~0* 11264 kg
58897.2 kg
I I 1
Keterangan (*) : Peraturan Muatan Indonesia (1970)
Karena tiap titik di bawah tiang baja berjumlah 10 buah , maka beban
seberat itu dibagi dengan 10 buah pondasi tersebut. Maka didapatkan bahwa tiap
pondasi menanggung beban seberat 5889,72 m 5890 kg
Dasar pondasi dibuat berukuran 80 x 80 cm2 dan tinggi 85 cm. Besar
tegangan dukung tanah di daerah lokasi bangunan budidaya, yang mempunyai
jenis tanah sedang, sebesar 2.5 kg/cm2. Dengan demikian pondasi yang luasnya 6
400 cmZ dapat mendukung tanah maksimum 16 000 kg. Pondasi ini dapat
digunakan karena beban yang ada, yaitu 5890 kg lebih kecil dari pada 16 000 kg.
E. Lantai
Lantai yang digunakan pada bangunan budidaya ini ialah dari plesteran
semen. Tebal lantai direncanakan 10 cm. Sebelum tanah diplester dengan semen,
terlebih dahulu tanah dipadatkan dengan mesin pemadat tanah sehingga menjadi
padat dan permukaannya rata. Setelah itu tanah diurug dengan pasir umg dan
diplester semen dengan komposisi IPC : 3 pasir: 5 kerikil. Pada lantai juga dibuat saluran drainase di setiap pinggiran rak tanaman anggrek. Lalu dialirkan ke
saluran pembuangan dan ditampung ke dalam sumur resapan sebagai cadangan air
tanah.
Baja DIN 25
Pondasi bat11 kali 1 :4
[image:51.595.142.429.362.612.2]Pasangan bat11 kosong-
F. Anggaran Biaya
Perkiraan anggaran biaya unh~k pengadaan bangunan budidaya anggrek ini
dihihtng menunit analisa BOW yang terbatas hanya pada biaya untuk pembelian
bahan bangunan dan upah tenaga (bukan harga sebuah ppryek). Analisa BOW ini
lnenitikberatkan pada volume tiap jenis pekerjaan yang dikorelasikan dengan
perhitungan harga satuan bahan dan upah yang diperlukan (lanpiran 5). Adapun
rincian anggaran biaya terlampir.
Biaya pembuatan bangunan ini dibagi dalarn beberapa bagian. Hal ini
diuraikan sebagai berikut :
1. Pekerjaan tanah
2. Pekerjaan pondasi
3. Pasangan sloff beton
4. Pasangan dinding bata
5. Plesteran dinding
6. Pembuatan lantai
7. Konstruksi rangka atap
8. Pekerjaan atap
9. Pekerjaan pint11
I0.Konstruksi rak tanaman
I1,Pekerjaan instalasi irigasi
12,Pengapuran dan pengecatan
Rp 811 300
Rp7 614 720
Rpl 248 900
Rpl 711 512
Rp5 684 736
Rpl 275 029
Rp1981SO 500
Rp9717400
Rp 56 000
Rp 519000
Rp6 133 005
W.
KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
Untuk memenuhi permintaan anggrek Dendrobium yang semakin lama
semakin meningkat, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan teknik produksi dan teknik
budidayanya. Selama ini jumlah bunga potong anggrek yang dihasilkan oleh petani
dan pengusaha anggrek masih jauh di bawah potensi yang ada. Untuk itu perlu
dilakukan usaha penelitian untuk memecahkan berbagai penasalahan di bidang
budidaya anggrek.
Di antara usaha perbaikan itu adalah penyediaan bangunan budidaya anggrek
yang sesuai dengan kondisi habitat alami dari tanaman anggrek. Perancangan ini
menghasilkan rancangan fungsional dan rancangan struktural bangunan budidaya
anggrek serta analisa biaya pembangunan. Hasil perancangan ini adalah sebagai
berikut :
1. Bangunan budidaya anggrek Dendrobiurn ini dibuat berkapasitas rt 5 376 buah
pot tanaman anggrek (0 pot 13 cm) dengan ukuran bangunan 10 x 16 x 7 m'.
Rak tanaman yang digunakan berjumlah 4 buah berukuran 1.6 x 14.6 x 0.8 m3.
Jarak antar rak 0.8 m dan jarak antar kaki dalam satu rak 3.65 m. Konstruksi rak
terbuat dari besi siku dan kawat hannonika. Pot tanaman t e r b ~ ~ a t dari tanah liat
yang diberi media tanam dari pecahan arang kayu dan batu bata. Untuk masuk
dan kel~tar dari bangunan diberi pintu di bagian depan dan belakang dengan
ukuran 2 x 3 m' yang terbuat dari kerangka besi s i k ~ ~ , dinding besi plat dan kawat
dinding bangunan dari 1 m pasangan bata dan 3 m dinding kawat ayam. Sistem
irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi bertekanan dan pemeliharaan
anggrek dilakukan mengikuti rekomendasi umum budidaya anggrek
2. Faktor-faktor yang' mempercepat proses pembungaan tanaman anggrek
Dendrobium adalah pengaturan cahaya, pengairan, pemupukan, dan suhu yang
tepat bagi tanaman anggrek.
3. Konstruksi utama bangunan budidaya dibuat dari baja. Tiang dan rangka atap
bawah digunakan baja DIN 25 dan rangka atap atas dengan baja DIN 16.
Gordeng dibuat dari baja kana1 [ 120 x 55 x 7. Dari hasil pengujian kekuatan
baja, diperoleh bahwa baja DIN 25, baja DIN 16 dan baja Kanal [ 120 x 55 x 7
dapat digunakan.
4. Penutup atap yang digunakan adalah atap jbergluss. Pondasi yang dipakai
adalah pondasi batu kali belah dengan ukuran dasar pondasi 80 x 80 cm2 dengan
tinggi 85 cm. Antar pondasi dihubungkan dengan beton bertulang (sloff).
5. Biaya pengadaan bangunan budidaya anggrek ini sebesar Rp 237 245 300.
B. Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk bangunan budidaya
anggrek yang efisien sesuai kapasitas produksi yang diinginkan.'
2. Dalam petnilihan bahan material yang digunakan perlu diperhatikan tentang :
mutu bahan yang baik, barganya yang tidak terlalu tinggi dan sesuai dengan
i',g~tslini,S.h. i 93? ;'i~~n!i:::~ i'i.ofzr:.nsi Bur~ga I'otong dal: I~nplikasillya patlz Pcner-rq~a~~ j\l;ul$~lt?tnm Mufti. ShldiPusiaka. Sksil~si. .lw-iir-:a~~ linr~.~Iltu~~ Sosi;~i-E1:oiiorrn
l'c;t:minr1.:!1'13.13ogor.
anon in^. 1984. I):til:~~ Ilril-uk Konstnlkai Eaja. Yr.a&lya I':u.an~ita. Jd:uiI:t
;hloniin. 199.5. Pe~;g.erraI:ui Irigasi 'Teles dan Milu-osl~~ril~I.eir. Direkloral
- -
Eiro 1'1-odultsi I-lorliknltutx. Jal~u?;~.l%~o~~im. 199?. ISJI,~~:CI<. 13al~i Fst~rlitial~ 7'm::rum Hii!s (l3t:lilhi). Jitliil~<:~.
121ionitu. 1997. Neraca 1)el-dag;wl.yan l~tdonesia iallun I 997. Biro Pusat Stalisfil;. f;+L.:irL.~
Beswi, M.S. el- al. 1993. Perencanaal Stnlklla. I-3eton He~lulzulg. Tin1 Pene~:jentah dm
Editor
17'B.
Barrdtm_~.l)ewi? 'Vita Anna. 1998. Ilancan~an Ciudaig I'er~yiyimp;rn;lri Uiji 'Kopi Kerirt~. Skripsi.
J i n u ~ a n hfckalisasi P;.rtaniarl. PAuItm 'Teluiolo,gi Pe~lartian F B . Bogor.
t"inr~artsy'ah. 2999. K.a-jian Urnur I'eregaan Herbagai Jellis dan Vlorr.an t511nga :Pofo~lg A11~qek Der,drobiutt. Skripsi. Jurusal Teknik Ltduuir.i. F h l t s s Tc.luto!ogi Pertanian Il'B. 13ogor.
Frick,H. 1980. Ilil~u Konsk~lksi Bangunan 2. Penerbit K.artisius. Yogydmla Gunadi,
'T.
1985. Kenal hnmek. Penesbit Aykasa Bandung.Gu~atval, L.W. 1986. Budidaya Angyek. Penerbit Penebar Swadaya .l&arla
Hman, J.J. 1983. Water Loss and Stress In Cornations Grown Glass Cold Flower Gyowel-. Ass.2lS:l-3. Utiiv. of Maryland. New York.
Mukornoko, J.A. 1.985. Dasar Penyusunan Angg.aran BiayaBanqnan. CV. Gaya Media. Pratatna Jakarta
Nina,S dau Toto S. 1997. A ~ g g e k B&I KornodilasNo. 3 Balitlli. Puslilbanghor. Balitbat~gPeltauian. Jakmta
iiitlw:ai, 1%. 1996. ~ l ~ ~ n l i $ : i P e a d ~ i ) a l a r ~ rlzfii !3ii::i;.i1i.i ~ ~ c ~ i ~ ~ q ~ l u a m ~ iiiltio~.-f;ctld(j: 111.odi1ltsi
:.l;;:~Jia X I J I ~ 'T:u~.aniariFJ'ias J ~ I ~ ~ ~ I - P ~ : I~D"~I-:?~)~III.:I (Sllldi :I.a::us di h::.c. I.:ebt~ir Jemlc.
Kata hlailya :l:d<;u-ta t>;~rat,lllrLT Jak:~rl::j. S i ~ i p s . !iir-~ls;i:i So::i:~.EI:o~;o~iii
)'cri.:ii~ian. I';l!cliltas l"cri:s~ian :PH. Uoj~or.
:i;:tsi:ii. i 991. I)~?II,~II-II~I hfcdiz. 'I'IIIII~I~~I TcrIi:~d:~p l'~rl~~~~ik;~iiiztii 13ib1! ..%i~gycl: !)cr~cJroL>ii~~~i Yoi1~~1>11:1<1ee\~;a11, ~ I I I I - I I : ~ ~ ~ l - I . o ~ i i k ~ t l t ~ ~ ~ ~ i ~ 'i (,.<):I 5-2.2. iiaiiil~i. Sal:a~lz.
'lljiii:,~ll~
:'.
t l a ~ ~ 13e4jcr. 1980. Buku flciui!jlik Pfiklek 13n;u tlar~ 1:Si.tuil 1 . l);.pDiiL13~~il..1akizt;c
~ , i ' i i ~ ~ , ~ s ; i r l i l l a l : . ~ . l V . I !)Ti. I'erahlra~x Refoll I3ar~tul1111g%IrJoi1;.sia. Dii.el:lo~.:d Pe.iry~~litiik;;ui
M;isni;J~ 13:uiginan. D1'11. f3ar1dm1g.
iVidi:isii)ct)'. D . diu~ F.A. Bahw. 1995. Pell,~.rll"~~l~ !idcitsitas Cs1i:iya 'Teriiaiiap t~e~.iwnt)~li~iu~
46
Lanpifiu~ 2 Data Suhu, W, Hrui Hujrm dru~ Ciu.al~ H~qiul di Kc.cmnatal ?:sx Mitlg~u
1998
. -. - -- -
3 5tr..rd.*- I.- ? l n . - p ~ l r n l ) T r s b d a p S v n b s X-X T-rh.4.~ S u r h .(-Y L L 1 8.. ';
.
h,*n. b
.
,
,
i x'.
"' I,:.
w'3
-
u 23 i r 1.5 ~ 3 . 1 1 I.I 4-1 a. 4 . n 6.29 :.os 0.7" r.=6 5.33 r u 9 2.6s
10 35 I 7 1.1 13.1 1 1 2.3 1.1 b t C.7 14.1 1;10 > . t i ,.US 6.6U I . O I 1.08
U 11 4 14.1 r l 2 :6 9 . 7.- 7 . t.rr i.)i t7.r 4 . 1 . x i.u;
!
$- Komponen S.dtu.an
Batu ltali
7
Pasir u n q tt?
1
Pasj,
pasang m3Pasir bcton
I
111 3;
J Senten
.'
',or
1k11
1
Besic) 12/
Bosi I$ 6i Batn rncrah
P : I ~ I k e l i ~ ~ g
Ka~~val beton i
i Fibrcglass
j
C7lt t~enlbok!
fill. ~ i d ~ u ~ n a s te111bok/
Knit-knitj P:&ti srrrnbat h e r i k ~ ~ t ring
!
R;:i:i DIX 25:
.
f?ai~.DlI\l . 16a 1 120 x 5 5 x 7
!
Baja plal
I .
Bwi. - s k u .i
! 1'.a\v:it a>2:ull
;
li:twat h;ln11[11~ik:ij Baut
r P i p :lir
; k:erk~s ; I I ~ I J > ~ ; I . ~
sak Ill 3 batang
bnf311.9
buah
LC$
li4
l i i '
kg kg buah Llllall !:2
ks
iii' 111 111' n P 1% i l ll~.~11tl>2~
,
-.
:
I i i l : ; ~ ~ ~ cati . 1 . i1,~rl.g
k,
' owl;
' l ' t ~ k u ~ , ~ b;&s:
l~;~;l~l!:l !.\lLikl~Ry %:I 3!bn
B. 2'EICIU-LT:LL"I BA'r!Li DAN BETOY
1, pi.rr,. ~ t s ~ ~ ~ t g i r t
-..
~>:JLII kidi 1111itik : I O ~ I C ~ : ~ S I ;i(!~rk:iri I :.i !,.33,6 ii!.'j.Z.6 111'' lm111 lcali
(ii)
Itp 45 000 :ti) 1 5 ! 2 000-.
i i);).: s:d; ::,,~rjt~i~ %.t; 21) !>!it; !ti) 2 19l.t OijO
i 7..i i i ~ ' pisir {i;t>:;xj% i(i: 1j.p 60 CiIKi I<{? l ( 1 5 i ! IWlj
.:ii..?: : t ; l ~ t ~ l p , {J:~!L! ;;j;; (?.;I 20 ij(ii1 lli) 396 LO11
,$,II.?.? ! . q ~ ; i I : ~ itik;t~t,$; ((I; 2;: 50ii lt~j !)o 7,211
i>!j.y:i .,:[;.)si~l ,/j> 'jL=, 15 <,(it!
1. . , 3 : 1 ,. I+) 1 3 i 4
tiiiQ
ii.0.;:; jjl;sj~:i~:i :ji,