• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bijak dalam Menggunakan Kemasan Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bijak dalam Menggunakan Kemasan Pangan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bijak dalam Menggunakan Kemasan Pangan

10 Mei 2007 | 09:00 WIB (Produk Pangan » Kemasan Pangan)

Faktor yang mempengaruhi migrasi senyawa toksik adalah jenis serta konsentrasi kimia terkandung, sifat komposisi pangan beserta suhu dan lama kontak.

Kemajuan teknologi memberikan efektifitas dalam pengemasan pangan minuman. Berbagai jenis dan bentuk kemasan memudahkan pangan untuk didistribusikan. Pangan ataupun minuman menjadi lebih awet dan higienis jika dikemasan dengan baik. Konsumen pun merasa nyaman dengan tersediannya produk pangan terkemas, serta tersedianya berbagai pilihan kemasan produk pangan rumah tangga. Seperti gayung bersambut, fenomena ini dimanfaatkan oleh berbagai produsen kemasan pangan. Berbagai jenis, bentuk, dan ukuran, kemasan tersedia. Bermacam-macam bahan dari yang paling sederhana mulai dari kertas sampai paling modern yakni polivnil dan logam digunakan dalam kemasan ini.

Dewasa ini secara garis besar terdapat lima macam bahan pengemas yakni kertas dan bahan sejenisnya, gelas, plastik, dan logam. Masing - masing jenis bahan pengemas ini memiliki keunggulan tertentu. Jenis kemasan tersebut cocok untuk jenis pangan tertentu. Pangan padat, setengah padat (pasta) dan cair (minuman) memiliki bahan kemas tersendiri.

Di satu sisi kemasan memberikan keuntungan, disisi lain kemasan juga perlu diwaspadai. Tidak semua bahan pengemas aman terhadap pangan minuman. Oleh karena itu kemasan tersebut harus memenuhi syarat keamanan.

Pengaruh Negatif Kemasan Plastik

Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, plasticizer, retar dan nyala,

antioksidan, lubrikan, stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinilklorida dan polisterina. Resiko yang ditimbulkan

senyawa-senyawa tersebut (lihat tabel jenis Polimer) senyawa kimia toksik dari plastik dapat bermigrasi terhadap pangan antara lain karena pengaruh suhu dan waktu kontak. Suhu tinggi (lebih dari 60oC) dan lama kontak selama 30 menit, senyawa toksik seperti halnya formalin sudah termigrasi ke dalam bahan pangan. Semakin besar suhu dan semakin lama kontak, migrasi senyawa toksik akan semakin besar. Oleh karena itu perlu diperhatikan aplikasi kemasan jenis ini dalam makanan minuman.

Pengaruh Negatif Kemasan Logam

Berbagai kaleng terbuat dari jenis-jenis logam seng, aluminium, besi, alumunium dan seng tidak meracun dalam kadar rendah bagi tubuh manusia. Logam akan bereaksi dengan asam, dan logam tersebut larut, oleh karena itu akan menurunkan kualitas bahan pangan atau minuman yang bersifat asam.Bahan tambahan kaleng, misal cat, serta bahan pelapis kaleng organik epoksi fenol dan organosol perlu diperhatikan penggunaannya. Kaleng ataupun kemasan logam lainnya tidak boleh mengandung logam timbal, kromium, merkuri, dan cadmium. Logam-logam ini

(2)

penggunaan logam). Banyak makanan dan minuman yang bersifat asam. Kontak antara asam dengan logam akan melarutkan kemasan logam yang bersangkutan. Waktu kontak berkorelasi positif dengan jumlah logam yang terlarut. Artinya semakin lama terjadinya kontak, maka semakin banyak logam yang larut. Oleh karena itu perlu dipilah jenis pangan-minuman yang layak dikemas dengan kaleng atau kemasan logam.

Pengaruh Kemasan Asal Bahan Kertas dan Sejenisnya

Bahan kemas asal kertas sudah lama dikenal. Kemasan kertas banyak digunakan, terutama dipasar tradisional. Penggunaan koran bekas ataupun kertas sisa banyak dijumpai di warung, dan dipasar. Secara modern pun kemasan kertas digunakan, baik ditambah pelapis maupun secara langsung.Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk melengketkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Terkadang digunakan klor sebagai pemutih, digunakan pula adhesive aluminium, pewarna dan pelapis.Bahan berbahaya termigrasi yang ada dalam kertas adalah tinta, terutama untuk kertas bekas (mengandung logam berat), serta komponen bahan kimia tersebut di atas kecuali selulosa dan lignin. Mengingat kertas pun memberikan ancaman bagi kesehatan, maka pemilihan bahan yang dikemas, dan penggunaan kertas sebagai pengemas harus diperhatikan. Kertas bertinta seharusnya tidak digunakan untuk membungkus bahan pangan secara langsung.

Migrasi Bahan Kimia Berbahaya Dari Kemasan

Terjadinya keracunan ataupun akumulasi bahan toksik, sebenarnya karena proses migrasi

senyawa tersebut dari kemasan ke pangan. Migrasi merupakan perpindahan bahan kimia baik itu polimer, monomer, ataupun katalisator kemasan (contoh formalin dari kemasan/wadah melamin) kedalam pangan. Migrasi memberikan dampak terhadap penurunan kualitas pangan dan

keselamatan pangan. Jumlah senyawa termigrasi kebanyakan tidak disadari, tetapi berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang.Faktor yang mempengaruhi migrasi senyawa toksik adalah jenis serta konsentrasi kimia terkandung, sifat komposisi pangan beserta suhu dan lama kontak. Kualitas bahan kemasan juga berpengaruh terhadap migrasi. Jika bahan inert (tidak mudah bereaksi) maka migrasinya kecil dan sebaliknya.Potensi migrasi bahan toksik meningkat karena lamanya kontak, meningkatnya suhu, tingginya konsentrasi senyawa termigrasi dan bahan makanan yang terlalu reaktif. Migrasi bahan toksik merupakan masalah serius jangka panjang bagi kesehatan konsumen, oleh karena itu perlu perhatian khusus. Peraturan dan perundang-undangan harus ditegakkan sebagai payung hukum. Pengawasan oleh BPOM RI secara independent akan mengurangi resiko kontaminasi bahan berbahaya, sehingga dapat mengaktulisasikan tujuan pokok organisasi dalam melindungi masyarakat dari pangan berbahaya.

Pemilihan Kemasan Pangan

Menyikapi keberadaan jenis bahan kemas yang heterogen, perlu kebijakan khusus dalam pemilihan kemasan efektif dan mencapai sasaran. Sejumlah kriteria perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kemasan pangan:

(3)

2. Sifat bahan kimia pengemas, kompatibilitasnya harus dinilai secara seksama.Apakah bahan kimia tersebut mudah termigrasi, serta evalusi terhadap pengaruh suhu dan waktu kontak terhadap komposisi yang dikandung pengemas.

3. Evaluasi terhadap faktor lingkungan. Mengingat migrasi bahan toksik sangat dipengaruhi suhu, lama kontak dan jenis senyawa toksik dalam kemasan, maka faktor lingkungan harus diperhatikan.

Kategori Pangan Terkemas

Kategori pangan penting diketahui untuk pemilihan bahan pengemas. Secara garis besar pangan dapat dikategorikan sbb:

1. Sesuai derajat asam basanya (pH) Pangan maupun minuman beragam kadar asam

basanya. Ada yang bersifat sangat asam, ada yang netral dan ada pula yang basa. Pangan yang bersifat asam berbahaya jika kemasannya terbuat dari logam. Pangan yang bersifat netral lebih banyak memiliki kecocokan dengan banyak jenis bahan kemas.

2. Suhu saat pengemasan dan penyimpanan saat pengemasan ada yang dilakukan saat pangan pada suhu tinggi (diatas 60oC), suhu kamar, ataupun suhu rendah. Pengemasan pangan pada suhu tinggi, ataupun penyimpanan pangan terkemas pada suhu tinggi akan meningkatkan migrasi bahan kia toksik, Formaldehid dari kemasan melamin termigrasi pada suhu tersebut.

3. Kandungan kimia dominan Bahan kimia dominan dalam pangan dapat berupa protein, lemak/minyak, garam dsb. Pemilihan kemasan disesuaikan dengan kandungan kimia; seyogyanya dipilih kemasan yang tidak bereaksi antara kemasan dan kimia bahan pangan. Sebagai contoh : Pangan berkadar garam tinggi, akan mendegradasi kemasan logam.

SYARAT KEAMANAN KEMASAN PANGAN

1. Kemasan tidak bersifat toksikdan beresidu terhadap pangan-minuman.

2. Kemasan harus mampu menjaga bentuk, rasa, kehigienisan, dan gizi bahan pangan. 3. Senyawa bahan toksik kemasan tidak boleh bermigrasi ke dalam bahan pangan terkemas. 4. Bentuk, ukuran dan jenis kemasan memberikan efektifitas.

5. Bahan kemasan tidak mencemari lingkungan hidup. Secara ringkas syarat kemasan harus mampu melindungi pangan secara fisik, kimia dan biologis. Beberapa bahan kemasan karena pengaruh suhu, dan waktu kontak terhadap jenis bahan pangan tertentu, menimbulkan efek toksik bagi tubuh manusia.

(4)

Dasar Hukum

Dalam perihal peraturan tentang kemasan pangan, telah dituangkan dalam Undang-undang tentang pangan yang kemudian diimplementasikan dalam permenkes tentang produksi dan peredaran pangan. Peraturan tersebut lengkapnya sbb:

1. Undang-undang No.7 Th 1996 tentang Pangan (UU 7/1999)

Pasal 1 butir 10:

Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.

Pasal 16 :

1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

2. Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.

3. Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.

Pasal 17 :

Bahan yang akan digunkan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan

penggunaannya bagi pangan yang diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329

(5)

Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing Services 2 RELATED ITEMS :

Gerai Perdana Sweet Hut di Indonesia

Taste Paradise, Pengalaman Makan Malam ala Raja Tiongkok Nampan Antislip

Kemasan pangan sangat diperlukan dalam dunia foodservice, karena beragam makanan yang akan dijual ke konsumen terlebih dahulu ditempatkan dalam wadah atau kemasan. Selain untuk menjaga penampilan dan kualitas makanan, wadah kemasan pangan juga dapat meningkatkan nilai jual dan sebagai media promosi.

Saat ini kemasan pangan mulai diperhatikan keamanannya oleh konsumen, terlebih sejak tahun 2010 lalu, saat gaya hidup sehat menjadi tren dan mulai bangkit di kalangan masyarakat

Indonesia. Konsumen tidak hanya sadar untuk memilih bahan baku yang aman dan sehat pada menu yang ditawarkan di setiap restoran atau kafe yang mereka kunjungi, namun kemasan pangan yang mengusung go green dan aman juga turut diperhatikan untuk menempatkan makanan dan minuman yang mereka pesan.

Dengan timbulnya kepedulian konsumen terhadap keamanan kemasan pangan tersebut, menuntut pelaku usaha restoran, kafe dan usaha lainnya yang bergerak di dunia foodservice harus

menyediakan dan menggunakan kemasan yang aman, go green, dan sesuai standar kemasan pangan yang baik dan aman dari pemerintah.

Demi mengakomodir hadirnya kemasan pangan yang food grade, pemerintah melalui lembaga terkait seperti Kementerian Perindustrian membuat peraturan mengenai standar kemasan pangan, keamanan mutu dan gizi pangan pada kemasan, dan kewajiban pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang.

(6)

Kemasan Pangan yang mengatur jenis kemasan pangan dan bahan tambahan kemasan pangan termasuk pewarna/tinta, pelarut dan perekat. “Kemasan pangan wajib menggunakan material, pewarna/tinta, pengikat (binders) dan pelarut yang sesuai peraturan yang diizinkan. Jika sengaja tidak menggunakan bahan yang aman dan dapat membahayakan kesehatan manusia, akan diberikan sanksi pidana penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp 4 juta. Selain itu setiap produk yang mempunyai nomor resgistrasi (MD dan ML) berarti mereka telah

meyatakan bahwa tinta yang digunakan adalah food grade dan tercantum sesuai peraturan yang diizinkan,” terang DR. Roy Sparringa, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan berbahaya, Badan POM saat dimintai keterangan mengenai kemasan pangan yang aman oleh tim FST di kantor Badan POM.

Standarisasi kemasan pangan yang aman bagi produsen atau penyedia kemasan pangan maupun bagi pelaku usaha di bidang foodservice selaku pemakai, perlu diterapkan dan mendapat

dukungan pemerintah. Karena selain demi terciptanya kemasan pangan yang aman dan berstandar, dari pihak produsen kemasan pangan tersebut juga akan diuntungkan bila mereka akan menembus pasar internasional. Hal tersebut terkait dengan tingginya standar keamanan kemasan pangan yang diterapkan beberapa negara.

Di sisi lain, Badan POM selaku pihak dari pemerintah yang mampu memberikan legalitas dan pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan juga turut membantu masyarakat yang ingin dengan mudah mengetahui atau mendapatkan informasi tentang kemasan pangan yang baik dan aman.

Pihak Badan POM melakukan beberapa langkah demi terciptanya kemasan pangan yang aman di tangan konsumen, seperti melakukan langkah promotif melalui kegiatan penyuluhan melalui pelaksanaan workshop atau seminar, pameran, penyebaran booklet, leaflet, poster, langkah preventif dengan penyusunan peraturan tentang pengawasan kemasan pangan, standar tentang cara uji migrasi zat kontak pangan dari kemasan pangan, dan langkah represif meliputi sampling dan tindak lanjut hasil pengujian kemasan pangan.

Tujuan dari standarisasi kemasan pangan tentunya berpedoman pada ketentuan peraturan yang ada dan merupakan salah satu pengawasan yang dilakukan produsen. Karena dalam sistem pengawasan obat dan makanan (Sispom) yang dikembangkan oleh Badan POM, bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan produsen. Untuk pelanggaran, bagi produsen maupun pelaku usaha yang menggunakan kemasan pangan yang tidak aman dan melanggarnya, maka dilakukan tindakan penegakan hukum melalui sanksi administrasi atau pidana. “Penggunaan tinta maupun material untuk produk kemasan pangan yang tidak sesuai persyaratan keamanan kemasan pangan merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang, sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan akan dikenakan sanksi administrasi dan pidana,” ungkap Roy.

(7)

Dengan kepedulian yang tumbuh dari pihak konsumen, produsen kemasan, dan pelaku usaha foodservice dalam menggunakan dan menyediakan kemasan yang aman dan baik, diharapkan menjadi sebuah peningkatan yang baik dalam bisnis foodservice di tanah air untuk selalu mengutamakan sisi kesehatan, bukan sebuah usaha yang hanya mementingkan keuntungan semata. (Syukur)

Dasar Hukum Mengenai Kemasan Pangan

Undang-Undang No.18 tahun 2012 tentang Pangan Bagian Keenam Standar Kemasan Pasangan

PP No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan Bagian V, Pasal 16-20

Peraturan MenPerin No:24/M-IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang

Peraturan Kepala Badan POM No HK 03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan

Peraturan MenPerind No.20/M-IND/PER/2/2012 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Melamin-Perlengkapan Makan Minum secara Wjib

Ada sebuah pertanyaan :”Apakah ada Industri yang tidak memerlukan dan membutuhkan KEMASAN..?”.

Hampir semua Sektor Industri memerlukan dan membutuhkan Kemasan. Industri Makanan & Minuman, Industri Obat-obatan, Industri Produk-produk kecantikan Wajah dan Perawatan Tubuh, Industri Pengalengan Ikan dan Buah, bahkan Industri Sparepart dan Mesin Mobil dan Motor, Rokok, Garmen, Textile, Souvenir, Bubuk Deterjen, Sabun, Shampoo, dll adalah beberapa contoh Sektor Industri yang membutuhkan dan memerlukan Kemasan terutama dalam skala volume yang besar.

Mungkin hanya “Industri Hiburan dan Industri Motivasi” yang tidak membutuhkan Kemasan walaupun Industri tersebut selalu menggunakan kata-kata “dikemas/dipackage” semua program-program mereka supaya lebih menarik.

(8)

Industri Makanan & Minuman amat sangat membutuhkan Kemasan. Pada umumnya bahan makanan, baik yang berasal dari Nabati maupun Hewani merupakan jaringan hidup. Sehingga dalam pengangkutannya memerlukan Kemasan yang baik dan aman untuk mendistribusikannya dari daerah pertanian, peternakan atau Industri hingga sampai ke konsumen sehingga dapat dikonsumsi dengan aman.

Pun dalam penyimpanannya, seringkali terjadi reaksi biokimia yang dapat menghasilkan Senyawa dalam bentuk Gas yang keluar dari bahan-bahan tertentu.

Kerusakan yang terjadi selama Pengangkutan dan Distribusi terutama disebabkan oleh adanya GETARAN, KEJUTAN, KOMPRESI dan KONTAK DENGAN UDARA LANGSUNG, sehingga dapat menyebabkan Reaksi Kimia yang dapat merubah Warna dan Rasa menjadi lebih baik atau bahkan bisa sebaliknya.

Bahan makanan yang sudah diolah baik yang setengah jadi maupun yang sudah jadi dapat dengan mudah tercemar baik oleh Mikroba maupun bahan kimia yang dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Perlu juga diingat bahwa bahan makanan olahan yang dibutuhkan manusia tidak selalu dapat tersedia atau dihasilkan sendiri, bahkan seringkali didatangkan dari tempat lain yang jaraknya sangat jauh. Sudah pasti selama perjalanan dari Produsen sampai ke tempat Konsumen langsung maupun ke Distributor memerlukan penyimpanan untuk produk tersebut dijual saat itu juga atau pada waktu berikutnya bisa saja terjadi reaksi kimia atau pencemaran apabila tidak ditangani dengan baik dan secara professional.

Salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah kerusakan yang disebabkan oleh reaksi Biologis, Kimia dan Mekanis tersebut adalah dengan pemilihan Desain dan pemilihan Bahan Pengemas yang baik, aman, bagus dan sesuai dengan peruntukannya.

PENGEMASAN

Sejak dahulu, kita sudah mengenal dan mempergunakan alat pembungkus yang khas dan bisa dibilang sangat sederhana bahkan apa adanya untuk membungkus Bahan Makanan dan Makanan Olahan. Alat pembungkus yang dimaksud adalah Daun-daunan (daun pisang, pelepah batang pisang dll), Kulit, Kertas, Kain, Keramik, Logam dan Gelas. Dengan perkembangan Teknologi modern, teristimewa Tehnik Mutakhir dibidang Kimia, maka muncullah beraneka ragam alat pembungkus dengan desain yang bagus-bagus dan modern mengikuti perkembangan jaman yang terbuat dari Kertas, Kaleng, Gelas, Aluminium Foil, Plastik dan Kayu.

(9)

pengiriman karena faktor ini yang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya kerusakan yang terjadi. Sedangkan untuk Perdagangan diutamakan bahan dan desain yang dapat memikat konsumen. Walaupun secara umum kemasan tersebut haruslah dapat melindungi isinya dengan baik dan aman tuk dikonsumsi sampai pada jangka waktu tertentu.

Pada dasarnya ada beberapa tujuan pengemasan untuk bahan makanan dan makanan olahan yaitu :

· Untuk memudahkan pengangkutan dan distribusi.

· Pencegahan bahan makanan dari bakteri, mikroba bahkan suhu udara yang dapat menyebabkan perubahan rasa maupun pencemaran terhadap bahan makanan atau makanan olahan tersebut.

· Pencegahan dari uap air yang dapat menyebabkan kehilangan berat atau berubah bentuk. · Pencegahan dari kemungkinan kerusakan atau degradasi.

· Memudahkan untuk membawa dan mengeluarkan yang dibutuhkan pada saatnya. Dan mengamankan sisanya dengan mengemasnya kembali.

· Dapat memperpanjang masa simpan.

· Disamping itu di dalam kemasan tersebut juga harus mencantumkan merek, siapa pembuatnya, mutunya, isinya dan penerangan cara penggunaaan isinya. Dan yang lebih penting harus mencantumkan kapan tanggal kadaluwarsanya dengan jelas.

Ada berbagai macam bahan kemasan, sedangkan bahan makanan dan makanan olahan yang akan dikemas pun bermacam-macam pula. Oleh karena itu pemilihan bahan pembungkus untuk produk tertentu merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam perusahaaan makanan. Sehingga untuk maksud diatas tersebut, kemasan harus kuat namun fleksibel untuk dibuat kedalam berbagai bentuk kemasan. Akan tetapi yang lebih penting adalah tidak terjadinya reaksi (mikrobiologi, kimia dan fisik) antara bahan kemasan dan bahan yang dikemas yang dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan dan kerugian. Dan sangat diperlukan pengetahuan mengenai sifat makanan yang hendak dikemas dan sifat bahan pengemas yang dipergunakan. BEBERAPA JENIS KEMASAN

Secara umum jenis bahan kemasan ada 6 bahan dasar yang sesuai dengan perkembangan bahan kemasan modern. Adapun ke-6 jenis bahan kemasan tersebut adalah : Kertas, Kaleng, Gelas, Aluminium Foil, Plastik dan Kayu.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh staff dosen dan pengajar khususnya yang berada di lingkungan Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia yang telah

Ngopi Doeloe adalah sebuah bisnis kreatif yang mulai berkiprah dalam industri restoran sejak tanggal 20 November 2006, yang berarti bisnis kreatif ini sudah

Anda dapat menggunakan utilitas nirkabel untuk menghubungkan ke jaringan Wi-Fi dengan adaptor baru Anda.. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan

tentang fakta-fakta dan sifat objek tertentu, serta mendapatkan data yang mendalam (Kriyantono, 2006:69), yaitutentang hambatan komunikasi da- lam proses belajar mengajar antara

Penelitian tentang madrasah sudah pernah dilakukan oleh Maksum, 11 ia mengkaji tentang Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, titik tekan penelitian tersebut pada

merasa lebih baik setelah berada di panti asuhan Kafalatul Yatama, dari yang sebelumnya tidak bisa mengaji menjadi bisa, dari yang sholatnya masih “bolong-bolong” menjadi

Di tingkat pusat sebenarnya ada Bulog (Badan Urusan Logistik), namun dalam kinerjanya lebih sering menurunkan harga beras daripada menaikan. Lebih sering

Analisis regresi menurut Sudjana (1996:310) adalah untuk mempelajari cara bagaimana data yang terdiri dari dua atau lebih variabel berhubungan yang dinyatakan dalam