• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Insektisida Berbahan Aktif Profenofos Menggunakan Surfaktan Dietanolamida (Dea) Olein Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Insektisida Berbahan Aktif Profenofos Menggunakan Surfaktan Dietanolamida (Dea) Olein Sawit"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI IN

MENGGUNAKA

INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF P

AKAN SURFAKTAN DIETANOLAM

OLEIN SAWIT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

HANDUWENI SURTINING DEWI

F PROFENOFOS

OLAMIDA (DEA)

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Formulasi Insektisida Berbahan Aktif Profenofos Menggunakan Surfaktan Dietanolamida (DEA) Olein Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Handuweni Surtining Dewi

F351124061

(4)

RINGKASAN

HANDUWENI SURTINING DEWI. Formulasi Insektisida Berbahan Aktif Profenofos Menggunakan Surfaktan Dietanolamida (DEA) Olein Sawit. Dibimbing oleh MULYORINI RAHAYUNINGSIH dan ERLIZA HAMBALI.

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia yang konsumsinya selalu meningkat dari tahun ketahun, namun peningkatan konsumsi ini tidak seiring dengan kapasitas produksi biji kering kedelai dalam negeri, sehingga untuk memenuhi kebutuhan kacang kering kedelai dalam negeri pemerintah harus mengimport kacang kering kedelai setiap tahun. Salah satu penyebab rendahnya kapasitas produksi tanaman kedelai adalah karena adanya serangan hama ulat grayak. Pengendalian hama ulat grayak di lapangan umumnya dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos.

Profenofos merupakan bahan aktif insektisida yang tidak boleh diaplikasikan secara langsung karena sangat beracun, sehingga perlu untuk dilarutkan terlebih dahulu, namun profenofos tidak dapat larut dalam air, oleh sebab itu diperlukan suatu formulasi pelarut yang tepat dan bahan-bahan lainnya yang dapat menunjang kinerja profenofos sehingga dapat membentuk emulsi yang baik dan meningkatkan efektifitas insektisida profenofos. Salah satu bahan yang digunakan untuk dapat membentuk emulsi yang baik adalah surfaktan, pada penelitian ini digunakan surfaktan non ionik dietanolamida (DEA) olein sawit. Pada formulasi insektisida, surfaktan DEA berperan sebagai pendispersi, penghomogen, perekat dan perata pada emulsi insektisida yang terbentuk.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi larutan insektisida profenofos terbaik dengan dietanolamida (DEA) sebagai surfaktannya, selain itu juga untuk mendapatkan informasi sifat fisiko-kimia larutan insektisida yang dihasilkan dan untuk mendapatkan informasi efektifitas kinerja larutan insektisida yang dihasilkan dalam pengendalian hama ulat grayak.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, tahap pertama yaitu formulasi konsentrat larutan insektisida, tahap kedua yaitu uji sifat fisiko-kimia konsentrat larutan insektisida dan tahap ketiga yaitu uji efektifitas larutan insektisida pada ulat grayak (LC50). Formulasi insektisida dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor, faktor pertama merupakan konsentrasi surfaktan DEA sebesar 0, 10, dan 15%, faktor kedua merupakan konsentrasi bahan aktif profenofos sebesar 40, 50, 60%. Dilakukan analisis of variance

(ANOVA) pada data hasil uji sifat fisiko-kimia konsentrat larutan insektisida dan hasil berbeda nyata diuji lanjut denganDuncan Multiple Range Test(DMRT).

(5)

efektifitas insektisida terhadap ulat grayak instar tiga (LC50) adalah sebesar 574 ppm bahan aktif dalam air.

(6)

SUMMARY

HANDUWENI SURTINING DEWI. Formulation of Insecticide Profenofos Using Surfactant Diethanolamide (DEA) Based on Palm Olein. Supervised by MULYORINI RAHAYUNINGSIH and ERLIZA HAMBALI.

Soybean is one of the major food commodities in Indonesia that the consumption is increasing each year,but this is not in line with thedomestic soybean production capacity, so the government had to import soybeans each year to full fill the domestic need. One cause of the low production capacity is the armyworm attact. Generally, the armyworm attack controled by spread insecticide profenofos.

Profenofos is insecticides active ingredient that should not applied directly, because it is highly toxic. So, it need to be dissolved, but profenofos couldn’t dissolved in water. So that, it need the right formulation between the solvent and other ingredients which can supprot the profenofos performance, make good emultion and increase the effectiveness of the insecticide. One of that ingredient is surfactant. This research used surfactant diethanolamide (DEA) based on palm olein. The function of surfactant DEA in insecticide formulation are as homogenizer, dispersant, sticker and spreader agent.

The aims of this research are to obtain the best emultion insecticide product based on profenofos as the active ingredients and DEA as the surfactant, moreover it also to obtain information of the physico-chemical properties and to obtain information of the insecticide effectiveness to control armyworm attact.

This research began from formulation of the insecticide concentrate, then followed by physico-chemical properties test and last stage was the effectiveness of insecticide test to armyworm (LC50). The formulation test performed with compeletely randomized design (CRD) with two factors, first factor is DEA concentration (0, 10, 15%) and the second factor is profenofos concentration (40, 50, 60%). The data of physico-chemical properties test was analyzed by analysis of variance (ANOVA) and the significant result tested by Duncant Multiple Range Test (DMRT).

The result showed that, surfactant DEA could make good emultion between profenofos and sodium ethoxide as the solvent. The best treatment which obtain from formulation stage is concentrate with DEA 10% and profenofos 40%. The physico-chemical properties test result showed that droplet size is 1,76-2,07 µm, contact angle 11,575-24,218˚, density 0,996-0,998 g/cm3, surface tension 16,56-40,72 dyne/cm, viscosity 1,032-1,078 Cp and pH 6,87-8,22. The effectiveness of the insecticide to armyworm (LC50) is 574 ppm active ingredient in water.

(7)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta DilindungiUndang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantum kan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(8)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

HANDUWENI SURTINING DEWI

FORMULASI INSEKTISIDA BERBAHAN AKTIF PROFENOFOS

MENGGUNAKAN SURFAKTAN DIETANOLAMIDA (DEA)

(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah subhanahuwata’alasang pemilik segala ilmu diseluruh alam yang telah

melimpahkan rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Formulasi Insektisida Berbahan Aktif Profenofos Menggunakan Surfaktan Dietanolamida (DEA) Olein Sawit. Tiada satu helai daun pun jatuh di muka bumi ini tanpa seizinNya, maka terselesaikannya karya ilmiah ini semata-mata karena izin dan kehedak Allah SWT.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si dan Prof. Dr. Erliza Hambali selaku komisi pembimbing atas curahan ilmu dan arahan sejak dimulainya penelitian hingga terselesaikannya karya ilmiah ini, serta kepada staff laboratorium SBRC, Fisiologi dan Toksikologi Serangga IPB dan seluruh rekan-rekan atas bantuan dan kebersamaannya selama masa studi. Selain itu, terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada ibu, ayah, suami dan anak-anak tercinta atas segala doa dan dukungannya baik disaat-saat sulit maupun mudah.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat di dunia dan menjadi pemberat timbangan amal shalih diakhirat kelak.

Bogor, Januari 2017

(12)

DAFTAR ISI

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat dan Bahan 4

Metode Penelitian 5

Rancangan Percobaan 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Formulasi Larutan Insektisida 6

Sifat Fisiko-Kimia Konsentrat Larutan Insektisida 10

Ukuran Droplet 11

Efektifitas Larutan Insektisida Terhadap Ulat Grayak (LC50) 19

4 KESIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 40

DAFTAR TABEL

1 Formulasi Konsentrat Insektisida 5

2 Rata-rata hasil uji fisika-kimia larutan insektisida (0,07% profenofos dalam air) 11

3 Hasil pengamatan uji efektifitas insektisida 20

4 Perbandingan Insektisida Profenofos dan Buprofezin (Ferdian 2015) dengan

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka pemikiran 4

2 Struktur kimia profenofos 7

3 Struktur kimia natrium etoksida 8

4 Struktur kimia dietanolamida 8

5 Struktur emulsi konsentrat larutan insektisida profenofos dengan DEA 9 6 Konsentrat larutan insektisida profenofos dan larutan insektisida 0,07%

profenofos dalam air 10

7 Konsentrat larutan insektisida tanpa surfaktan DEA dan larutan insektisida

tanpa surfaktan DEA sebesar 0,07% bahan aktif dalam air 10

8 Sebaran ukuran droplet larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air 12 9 Kurva hubungan larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air terhadap sudut

kontak 13

10 Kurva hubungan larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air terhadap

densitas 14

11 Kurva hubungan larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air terhadap

tegangan permukaan 15

12 Kurva hubungan larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air terhadap

viskositas 17

13 Kurva hubungan larutan insektisida 0,07% profenofos dalam air terhadap pH 19

14 Pengamatan mortalitas ulat grayak instar 3 pada jam ke-48 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisis fisika kimia larutan insektisida 26

2 Data hasil penelitian, sidik ragam dan uji lanjut DMRT formulasi insektisida

terhadap parameter fisika kimia 27

3 Diagram alir penelitian dan dokumentasi gambar-gambar penelitian 36

(14)
(15)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas kedelai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan kebutuhan ini dikarenakan kedelai dapat dijadikan berbagai macam produk, baik sebagai bahan pangan utama, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri skala besar hingga kecil atau rumah tangga. Akan tetapi peningkatan kebutuhan ini tidak seiring dengan kapasitas produksi dalam negeri kedelai. Data dari Kementerian Pertanian produksi kedelai 2015 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 998.870 ton biji kering kedelai, sedangkan konsumsi masyarakat mancapai 2,54 juta ton biji kering kedelai yang terdiri dari konsumsi langsung penduduk sebesar 2 juta ton biji kering kedelai, pakan ternak sebesar 3.000 ton biji kering kedelai, benih sebesar 39.000 ton biji kering kedelai, industri non makanan sebesar 446.000 ton biji kering kedelai, dan susu sebesar 49.000 ton biji kering kedelai. Defisit kedelai ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kedelai nasional adalah serangan hama tanaman kedelai yaitu ulat grayak. Ulat grayak Spodoptera litura

dapat menyebabkan kehilangan panenhingga 80%, bahkan tanaman puso bila tidak dikendalikan (Marwoto dan Suharsono 2008). Pengendalian hama ulat grayak umumnya dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos.

Bahan aktif insektisida merupakan zat kimia yang tidak boleh diaplikasikan secara langsung karena sangat beracun dan berbahaya bagi manusia dan lingkungan, oleh sebab itu bahan aktif insektisida memerlukan pelarut dan bahan tambahan lainnya untuk membentuk suatu formula yang tepat. Keberadaan bahan tambahan sangat diperlukan karena memilki peranan penting dalam mekanisme kerja bahan aktif. Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi juga dapat menentukan bentuk formulasi insektisida. Bentuk formulasi insektisida yang ada saat ini diantaranya adalah Emulsifiable concentrate (EC), Wettable powder

(WP),Solution concentrate(SL), Suspension concentrate(SC),Water dispersible granules(WG),Granules(GR) dan lain-lain (Knowles 2008).

Surfaktan adalah suatu zat bersifat aktif permukaan yang memiliki molekul yang ampifilik yaitu memiliki dua gugus yang berlainan sifat dalam satu molekulnya yaitu gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak). Surfaktan mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan

(16)

2

emulsifier, pendispersi, bahan adhesif dan lain sebagainya (Georgou et al., 1992; Hui 1996).

Salah satu jenis surfaktan yang berpotensi digunakan untuk aplikasi insektisida ulat grayak pada tanaman kedelai adalah surfaktan dietanolamida (DEA). DEA akan berperan dalam mendispersikan, menghomogenkan, meratakan dan merekatkan bahan aktif dengan bahan aditif lainnya dan media pembawanya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti SBRC (Surfactant and Bioenergy Research Center) tahun 2012, surfaktan DEA memiliki nilai tegangan permukaan yang paling rendah (20.97 dyne/cm) di bandingkan surfaktan yang lain seperti APG (21-22 dyne/cm), etoksilat (23-25 dyne/cm), dan lauril betain (31,17 dyne/cm) yang banyak dipakai pada industri pestisida. Oleh karena itu surfaktan DEA sangat berpotensi untuk meningkatkan efektifitas insektisida (Suryani,et al.,2012). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferdian (2015) menunjukan bahwa surfaktan DEA olein sawit mampu membentuk emulsi yang baik dan meningkatkan efektifitas insektisida berbahan aktif buprofezin untuk penegndalian hama wereng coklat.

DEA dapat diproduksi dari metil ester maupun dari asam lemak yang direaksikan dengan reaktan dietanolamina. DEA yang beredar di pasaran saat ini berasal dari minyak kelapa dan dari palm kernel oil (PKO) yang harganya cukup mahal. Namun SBRC LPPM IPB telah dapat memproduksi surfaktan DEA dengan bahan baku yang lebih murah, yaitu olein sawit. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu penelitian pemanfaatan surfaktan DEA untuk aplikasi kedalam berbagai produk, salah satunya adalah insektisida.

Profenofos merupakan bahan aktif berupa cairan yang tidak dapat larut didalam air namun dapat larut dalam pelarut organik. Umumnya, industri pestisida menggunakan pelarut organik paraxylene yang ketersediaanya sulit didapatkan sehingga pada penelitan ini dilakukan kajian penggunaan pelarut yang tepat dan formulasi larutan insektisida profenofos dengan surfaktan dietanolamida olein sawit dalam bentuk EC.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan efektifitas insektisida profenofos dalam pengendalian hama ulat grayak (Spodoptera litura) dengan memanfaatkan dietanolamida (DEA) olein sawit sebagai surfaktannya. Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendapatkan formulasi larutan insektisida profenofos terbaik dengan dietanolamida (DEA) sebagai surfaktannya

2. Mendapatkan informasi sifat fisikokimia larutan insektisida yang dihasilkan 3. Mendapatkan informasi efektifitas kinerja larutan insektisida yang dihasilkan

dalam pengendalian hama ulat grayak (Spodoptera litura)

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

3

2. Bahan aktif insektisida yang digunakan adalah profenofos 3. Pelarut profenofos yang digunakan adalah natrium etoksida

4. Ujisifat fisiko-kimia larutan insektisida yang dihasilkan meliputi sudut kontak, ukuran droplet, densitas, tegangan permukaan, viskositas dan pH 5. Uji efektifitas insektisida yang dihasilkan adalah uji LC50

2 METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Aplikasi surfaktan pada formula insektisida, berperan dalam meningkatkan kemampuan penetrasi bahan aktif ke dalam tanaman inang dan hama sasaran serta menyebarkannya ke seluruh jaringan tanaman. Sifat utama dari surfaktan yang dimanfaatkan dalam hal ini adalah kemampuannya membasahi (wetting ability), menghomogenkan, menyebarkan atau mendispersi (dispersing/spreading ability), merekatkan dan membantu penetrasi (penetrating ability).Surfaktan bekerja dengan cara memperluas penyebaran genangan (coverage) larutan insektisida pada permukaan daun sehingga semprotan insektisida tersebar lebih merata. Dengan penggunaan surfaktan tersebut, permukaan daun yang tertutup larutan insektisida menjadi lebih luas dan menjadikan larutan insektisida bertahan lebih lama pada tanaman.

Surfaktan dietanolamida (DEA) termasuk dalam kelompok surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai pendispersi yang baik, penurun tegangan permukaan dan tegangan antar muka yang cukup efektif. Saat ini DEA merupakan bahan aktif permukaan yang mulai banyak digunakan pada produk insektisidakarena mudah ditangani dan sistem emulsi produk yang dihasilkan relatif stabil. Pemanfaatan surfaktan DEA olein sawit pada formulasi larutan insektisida dengan bahan aktif profenofos diharapkan dapat membentuk emulsi yang baik dan meningkatkan efektifitas insektisida yang dihasilkan dalam pengendalian hama ulat grayak. Alur kerangka pemikiran dtunjukkan pada Gambar 1.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Desember 2015. Tempat penelitiandilakukan di laboratoriumSurfactant and Bioenergy Research Center -LembagaPenelitiandanPengabdiankepadaMasyarakatInstitutPertanian Bogor (SBRC LPPM-IPB) danlaboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

(18)

4

meter (pH Meter Schott), density meter (Anton Paar DMA 4500M), potensiometer (Spinning Drop Tensiometer), viscometer (Rheometer Brookfield DV-III Ultra).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah surfaktan dietanolamida (DEA) yang diperoleh dari SBRC LPPM IPB, bahan aktif profenofos dari PT. Petrosida Gresik. Bahan lainnya yaitu NaOH dan etanol 96%.

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

Metode Penelitian Formulasi Konsentrat Larutan Insektisida

Formulasi larutan konsentrat insektisida pada penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan pelarut NaOH dalam etanol atau natrium etoksida kedalam bahan aktif profenofos dengan variasi konsentrasi 40%, 50% dan 60%, kemudian diikuti dengan penambahan surfaktan DEA dengan variasi konsentrasi 0%, 10% dan 15%, kemudian dilakukan pengadukan menggunakan homogenizer selama 5 menit dengan kecepatan 22000 rpm. Tahap ini menghasilkan konsentrat larutan

(19)

5

insektisida. Diagram alir formulasi larutan insektisida disajikan pada Lampiran 3. Tabel formulasi konsentrat larutan insektisida ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1 Formulasi konsentrat larutan insektisida

DEA Kode

Profenofos

40% 50% 60%

B1 B2 B3

0% A1 A1B1 A1B2 A1B3

10% A2 A2B1 A2B2 A2B3

15% A3 A3B1 A3B2 A3B3

Uji Sifat Fisiko-Kimia Konsentrat Larutan Insektisida

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh surfaktan DEA dan bahan aktif profenofos terhadap sifat fisik emulsi yang dihasilkan. Konsentrat larutan insektisida yang dihasilkan dari tahap sebelumnya kemudian dilakukan pengenceran dengan konsentrasi 700 ppm atau 0,07% bahan aktif profenofos di dalam 100 ml air untuk diuji sifat fisiko-kimianya. Sifat fisiko-kimia larutan yang diuji yaitu sudut kontak dan ukuran droplet (µm), densitas (g/cm3), tegangan permukaan (dyne/cm), viskositas (cP) dan pH. Rumus pengenceran untuk mendapatkan 700 ppm konsentrat larutan insektisida dalam air adalah sebagai berikut:

( )( ) ( )

Keterangan:

A = Jumlah konsentrat yang ditimbang B = Jumlah larutan encer yang diinginkan

C = Kadar bahan aktif yang diinginkan dalam larutan encer D = Kadar bahan aktif dalam larutan konsentrat

Hasil perhitungan pengenceran setiap larutan konsentrat dapat dilihat pada Lampiran 4. Data hasil uji kemudian dilakukan analysis of variance untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter uji, perlakuan dengan pengaruh nyata kemudian dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test(DMRT).

Uji Efektifitas Insektisida pada Ulat Grayak (LC50)

Efektifitas larutan insektisida ditentukan dengan cara uji mortalitas larutan terhadap ulat grayak. Serangga uji adalah Spodoptera litura instar tiga yang dipelihara di laboratorium fisiologi dan toksikologi serangga IPB, sedangkan pakan uji adalah daun tanaman kedelai. Pengujian dilakukan dengan metode celup, larutan insektisida diencerkan menjadi lima konsentrasi bahan aktif yaitu, 400; 475; 550; 625; dan 700 ppm profenofos didalam 100 ml air, serta kontrol berupa surfaktan DEA dan pelarut tanpa bahan aktif profenofos didalam 100 ml air.

(20)

6

dicelupkan kedalam larutan insektisida hingga seluruh daun terbasahi oleh larutan kemudian dikeringanginkan kembali sebelum dimasukkan ke dalam cawan petri berisi serangga uji. Setiap cawan diberi enam lembar daun kedelai yang sudah dicelup dan dilakukan pengamatan pada jam ke-48 dan 72. Tahap ini dilakukan sebanyak lima kali ulangan, diagram alir uji efektifitas insektisida pada ulat grayak dtunjukan pada Lampiran 3. Dilakukan analisis probit terhadap jumlah populasi serangga yang mati untuk menentukan efektifitas formula dengan melihat nilai(Lethal Concentration) LC50.

Rancangan Percobaan

Formulasi larutan insektisida pada tahap ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan (Bangun, 1991). Faktor pertama merupakan konsentrasi surfaktan DEA sebesar 0, 10 dan 15%. Faktor kedua merupakan konsentrasi bahan aktif profenofos 40, 50, dan 60%. Model matematis dari rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan akibat pengaruh penambahan bahan aktif profenofos

konsentrasi ke-i dan surfaktan DEA konsentrasi ke-j pada formula

insektisida ulangan ke-k

µ = rataan umum

αi = pengaruh penambahan bahan aktif profenofos konsentrasi ke-i

βj = pengaruh penambahan surfaktan DEA konsentrasi ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara penambahan bahan aktif profenofos

konsentrasi ke-i dan konsentrasi surfaktan DEA ke-j

εijk = pengaruh acak penambahan bahan aktif profenofos konsentrasi ke-i,

konsentrasi surfaktan DEA ke-j dan ulangan ke-k

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Formulasi Konsentrat Larutan Insektisida

(21)
(22)
(23)
(24)

10

Gambar 6 Konsentrat laruta 0,07% bahan akti

Gambar 7 Konsentrat Larut insektisida tanpa dalam air (D)

Sifat Fisiko-K

Uji sifat fisiko-kim dengan pengenceran konse atau 0,07% bahan aktif da grayak instar tiga di labora 700 ppm bahan aktif, maka agar sifat-sifat fisiko-kimia dapat mewakili sifat fisiko aplikasi pada ulat grayak pa

Hasil uji larutan insekt µm, sudut kontak berkisar a – 0,998 g/cm3, tegangan

arutan insektisida tanpa surfaktan DEA (C) da npa surfaktan DEA encer sebesar 0,07% ba

o-Kimia Konsentrat Larutan Insektisida

kimia larutan insektisida pada penelitian ini konsentrat larutan insektisida sebesar 700 ppm ba

dalam air. Aplikasi insektisida profenofos oratorium dilakukan dengan variasi konsentra aka pengenceran dengan konsentrasi tersebut mia larutan insektisida yang dihasilkan pada isiko-kimia larutan insektisida yang digunaka k pada tahap berikutnya di laboratorium.

nsektisida untuk ukuran droplet berkisar antara 1,76 ar antara 11,575 - 24,218˚, densitas berkisar ant

n permukaan berkisar antara 16,56 – 40,72 P dan pH berkisar antara 6, 87 –8,22. Rata-rat

(25)

11

fisika kimia larutan insektisida 0,07% bahan aktif dalam air ditunjukkan pada Tabel 2.

Ukuran Drop Plate (µm )

0 1,84 ± 0,33a 1,77 ± 0,13a 2,07 ± 0,05a

Keterangan: Angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda

tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada α = 0,05

Ukuran Droplet

Ukuran droplet pada penelitian ini diukur dalam satuan mikro. Menurut Ferdian (2015), produk emulsi memiliki homogenitas yang baik apabila memiliki ukuran droplet yang baik dan seragam. Semakin kecil ukuran droplet menunjukkan bahwa suatu emulsi memiliki homogentias yang tinggi. Oleh karena itu pengamatan terhadap parameter ukuran droplet diperlukan untuk memastikan emulsi larutan insektisida yang dihasilkan memiliki droplet berukuran mikron yang menjadi indikasi bahwa emulsi yang terbentuk sudah baik dan homogen.

(26)
(27)

0 5 10 15 20 25 30

A1B1A1B2A1B3A2B1A2B2A2B3A3B1A3B2A3B3

S

udut

K

ont

ak

)

(28)

0,995 0,9955 0,996 0,9965 0,997 0,9975 0,998 0,9985

A1B1A1B2A1B3A2B1A2B2A2B3A3B1A3B2A3B3

D

ens

it

as

(

g

/c

m

3)

(29)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

T

eg

ang

an

P

er

m

uk

aa

n (

dy

ne

/c

m

)

(30)

16

B2: Penambahan Profenofos 50% B3: Penambahan Profenofos 60%

Hasil analisis data dengan analisis varian menunjukan penambahan surfaktan DEA dan bahan aktif profenofos berbeda nyata terhadap tegangan permukaan dan terdapat interaksi antara keduanya (Lampiran 2). Hasil uji lanjut DMRT menunjukan bahwa penambahan surfaktan DEA dan bahan aktif profenofos berbeda nyata terhadap tegangan permukaan pada selang kepercayaan 95% dan terdapat interaksi antara keduanya (lampiran 2). Larutan profenofos dalam natriumetoksida dengan surfaktan DEA merupakan sistem emulsi sehingga timbulnya tegangan permukaan disebabkan oleh partikel dalam emulsi dan pelarutnya. Perubahan tegangan permukaan dipengaruhi oleh kandungan partikel dan ukuran partikel dipermukaan emulsi tersebut. Hasil berbeda nyata dapat disebabkan oleh sifat surfaktan DEA yang dapat menurunkan densitas formula, semakin kecil densitas maka kerapatan antar partikel akan semakin renggang, sehingga gaya tarik menarik antar partikel menjadi semakin lemah, oleh sebab itu tegangan permukaan menjadi semakin kecil.

Sifat utama surfaktan adalah sebagai bahan aktif permukaan (Probowati et al. 2012). Gaya tarik permukaan fluida terhadap udara akan semakin rendah karena adanya pengaruh surfaktan. Nilai tegangan permukaan yang kecil menunjukkan gaya tarik antar partikel yang kecil pada permukaan suatu larutan.

Larutan insektisida diharapkan memiliki tegangan permukaan yang rendah karena berkaitan dengan sudut kontak yang menjadi faktor penting dalam menentukan sifat larutan insektisida yang baik. Tegangan permukaan yang rendah dari larutan insektisida dapat menurunkan sudut kontak insektisida pada permukaan daun sehingga meningkatkan area semprot insektisida (Yang et al.

2014).

Viskositas

Viskositas merupakan salah satu sifat fluida yang dipengaruhi oleh ukuran dan gaya antar molekul. Viskositas menunjukkan tingkat kekentalan suatu fluida. Semakin tinggi nilai viskositas maka semakin tinggi pula tingkat kekentalan suatu fluida, yang mengindikasikan berubahnya struktur dan ikatan antar molekul. Kenaikan viskositas disebabkan karena meningkatnya konsentrasi partikel, demikian pula dengan sifat alir bahan akan tergantung pada viskositas dan densitas cairan (Rasdiana, 2016).

Pengendalian hama ulat grayak di lapang dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan alat spray. Salah satu vaktor penting yang akan mempengaruhi penggunaan larutan insektisida pada alat sprey adalah viskositas, semakin tinggi nilai viskositas larutan akan semakin sulit untuk disemprotkan, semakin rendah viskositas larutan insektisida, maka akan lebih mudah untuk disemprotkan. Oleh karena itu, viskositas larutan insektisida pada penelitian ini perlu untuk diamati.

(31)

0,98 1 1,02 1,04 1,06 1,08 1,1

A1 A2 A3

V

is

kos

it

as

(

cP

)

(32)

18

tersebut diantaranya adalah daun menjadi kering dan dapat merusak zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman. Klorofil memiliki ikatan rangkap pada struktur molekulnya, pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat merusak ikatan rangkap tersebut sehingga merusak fungsi klorofil, salah satu kerusakan yang nampak secara visual adalah daun menjadi kering dan kekuningan.

Bahan aktif profenofos merupakan racun kontak dan racun perut. Saluran pencernaan serangga memiliki tiga bagian, yaitu usus bagian depan (stomodeum), usus bagian tengah (mesenteron) dan usus bagian belakang (proctodeum), bagian usus yang berperan penting dalam pencernaan makanan adalah usus bagian tengah yang biasanya bersifat basa, pH insektisida dengan mode of action racun perut sangat berperan dalam mengganggu saluran pencernaan serangga, pH insektisida dapat merubah pH saluran pencernaan serangga sehingga serangga menjadi tidak nafsu makan, iritasi dan akhirnya mengalami kematian. Serangga memiliki bermacam-macam enzim penceraan yang berperan penting dalam metabolisme serangga, diantaranya adalah amylase, maltase,invertase, peptidase,triptase dan

lipase. Secara umum pH insektisida dapat mendegradasi enzim-enzim dalam saluran pencernaan serangga sehingga merusak fungsi enzim-enzim tersebut dan mengganggu metabolisme pencernaan serangga. Oleh sebab itu, pengamatan terhadap pH pada penelitian ini perlu dilakukan.

Penelitian pengaruh pH terhadap insektisida, bakterisida, akarisida dan herbisida telah dilakukan oleh David dan Mate (2011), Thuyet et al (2013), Pangloli dan Hung (2013), Bhika (2014), Shahgoli dan Ahangar (2015) serta Zaki

et al. (2015) dan hasil menunjukkan bahwa pada pH tinggi keefektifan pestisida menurun, hal itu terjadi karena waktu paruh pestisida menjadi lebih singkat. Waktu paruh adalah lamanya deposit bahan aktif pesitisda berada pada sasaran atau bagian tanaman tinggal 50%. Dengan demikian, lamanya organisme penggnaggu tumbuhan (OPT) terpapar oleh bahan aktif pestisida juga lebih singkat. Oleh sebab itu, pengamatan terhadap pH larutan insektisida pada penelitian ini perlu dilakukan.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pH larutan insektisida yang dihasilkan berkisar antara 6,87-8,21, namun dari data dapat dilihat bahwa larutan insektisida memiliki pH cenderung menuju basa, yaitu pH diatas 7. Insektisida pada umumnya memiliki pH 7-8, maka dapat disimpulkan bahwa pH larutan insektisida yang dihasilkan pada penelitian ini masih termasuk kedalam pH insektisida yang beredar pada umumnya.

pH adalah derajat keasaman yang dinyatakan sebagai –Log [H+] oleh sebab itu pada penelitian ini, data nilai pH ditransformasi kedalam bentuk logaritma agar diperoleh nilai [H+] sebelum dilakukan analisis varian dan uji lanjut. Hasil analisis data dengan ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan penambahan surfaktan DEA berbeda tidak nyata terhadap pH, sedangkan bahan aktif profenofos berbedanyata dan terdapat interaksi antara keduanya (Lampiran 2). Kurva hubungan formulasi larutan insektisida terhadap pH ditunjukkan pada Gambar 13.

(33)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3

pH

(34)

20

dipermukaan daun sehingga surfaktan DEA dapat meningkatkan efektifitas penggunaan formula insektisida dengan bahan aktif profenofos.

Hasil analisis probit menunjukan bahwa LC50 formula insektisida pada penelitian ini adalah sebesar 574 ppm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2015) menunjukkan bahwa LC50 untuk insektisida komersial berbahan aktif profenofos terhadap ulat grayak instar tiga dengan metode semprot pada skala laboratorium adalah sebesar 1,37 mL/L atau 1370 ppm, jika dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan insektisida profenofos dengan surfaktan DEA olein sawit dan pelarut natrium etoksida memiliki tingkat toksistas yang lebih baik dan lebih efektif dari pada insektisida profenofos komersial, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nafari (2012), bahwa hasil LC50 yang lebih besar menandakan tingkat toksisitas yang lebih kecil. Oleh karena itu semakin kecil nilai LC50 maka semakin baik tingkat toksistasnya.

Profenofos merupakan salah satu jenis insektisida organofosfat. Menurut Achmadi (2008) dan Sartono (2002). Golongan organofosfat merupakan jumlah pestisida terbesar yang beredar di pasar dan banyak digunakan dalam bidang pertanian. Dengan takaran yang rendah sudah memberikan efek yang memuaskan, selain kerjanya cepat dan mudah terurai. Keracunan organofosfat dapat terjadi melalui mulut, inhalasi, dan kulit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa nilai LC50 yang didapatkan dari insektisida profenofos dan surfaktan DEA olein sawit sangat rendah yaitu hanya 574 ppm bahan aktif dalam air.

Mekanisme kerja profenofos yaitu menghambat kerja enzim asetilkolinesterase sehingga neurotransmitter asetilkolin yang berikatan dengan reseptornya di daerah pasca sinapsis saraf pusat tidak terurai dan menimbulkan impuls saraf secara terus menerus. Gejala yang ditimbulkan berturut-turut eksitasi (kegelisahan), konvulsi (kekejangan), paralisis (kelumpuhan), dan akhirnya kematian (Matsumura 1985; Seigefried dan Scharf 2001; Djojosumarto 2008). Pengamatan mortalitas ulat grayak instar tiga pada jam ke-48 dapat ditunjukkan pada Gambar 14.

(35)

Parameter Insektisida Profenofos Insektisida Buprofezin (Ferdian 2015)

Ukuran Droplet (µm) 1,76–2,07 2,45–3.28

Sudut Kontak (˚) 11,575–24, 218 17,572o–27,052

Densitas (g/cm3) 0,996–0,998 0,997–0,998

Tegangan Permukaan (dyne/cm) 16,56–40,72 23,55–26,43

Viskositas (cP) 1,032–1,078 8,750–9,448

pH 6,87–8,22 10.03–10.42

Serangga sasaran Ulat Grayak Wereng Cokelat

LC50(ppm) 574 1661

(36)

22

terserang hama ulat grayak, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas insektisida profenofos dengan surfaktan DEA olein sawit pada skala rumah kaca dengan simulasi cuaca agar didapatkan hasil yang lebih dapat mewakili aplikasi insektisida ini dilapangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Larutan insektisida terbaik yang diperoleh dari penelitian ini adalah larutan insektisida dengan kadar bahan aktif profenofos 40% dalam pelarut natrium etoksida dan surfaktan DEA 10% (A2B1). Hasil uji sifat fisiko-kimia larutan insektisida ini adalah ukuran droplet berkisar antara 1,76–2,07 µm, sudut kontak berkisar antara 11,575 - 24,218˚, densitas berkisar antara 0,996 – 0,998 g/cm3, tegangan permukaan berkisar antara 16,56 – 40,72 dyne/cm, viskositas 1,032-1,078 cP dan pH berkisar antara 6, 87– 8,22. Efektifitas insektisida terhadap ulat grayak instar tiga (LC50)adalah sebesar 574 ppm bahan aktif dalam air.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas insektisida profenofos dengan surfaktan DEA olein sawit pada skala rumah kaca dengan simulasi cuaca agar didapatkan hasil yang lebih dapat mewakili aplikasi insektisida ini dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun MK. 1991. Rancangan Percobaan. Medan: Fakultas Pertanian USU. Bergenstahl BA, Claesson PM. 1990. Surface Forces in Emulsions. Di dalam: K.

Larsson, S.E. Firberg (Ed.). Food Emulsi. Marcel-Dekker, Inc. New York. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Berita

Resmi Statistik No. 62/07/ Th. XVIII.

Budi GP. 2009. Beberapa Aspek Perbaikan Penyemprotan Pestisida untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman. Jurnal Agritech. 11(6): 72 David I, Mate E. 2011. Influences of Spray Water Quality on The Efficacy of

Some Herbicide. J. Magy. Gyom. Tech. 12(1): 31

De Man JM. 1997. Kimia Makanan. Kosasih Padmawinata, Penterjemah Bandung: ITB Pr. Terjemahan dari: Food Chemistry.

Departemen Pertanian. 2008. Panduan pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kedelai. Jakarta. Departemen Pertanian.

[Ditlintan] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2013. Laporan Luas dan Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia 2013. Ditlintan,Jakarta.

(37)

23

Fauziah S, Supartono, Mursiti S. 2016. Sintesis Senyawa Dihidropirimidinion dari Etil Asetoasetat. Indonesian Journal of Chemical Science 21(9): 61

Ferdian MA. 2015. Kajian Stabilitas Emulsi Produk Insektisida Hama Wereng Coklat Menggunakan Surfaktan DEA Metil Ester Olein Sawit [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Georgiou G, Lin SC, Sharma MM. 1992. Surface Active Compounds From Microorganisms (Revew). J. Biotechnol. 10: 60-65

Hambali E, Suryani A, Rivai M, Sutanto AI, Nisya FN, Nurkania A.2013.Pengembangan Teknologi Proses Produksi Surfaktan Dietanolamida (DEA) dari Metil Ester Olein Sawit dan Aplikasinya untuk

Personal Care Products.Bogor :SBRC IPB

Indrawijaya B. 2015. Analisis Kinerja Surfaktan Dietanolamida Sebagai Adjuvant Pada Insektisida Nabati Minyak Nimba [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kamalakar K, Tenneti S, Yarra M, Rachapudi BNP, Malampali SLK. 2013. Sythesis of Thumba, Castor and Sal Fatty Ethanolamide Based Anionic Surfactants. J. Surf. Det. S11743-013-1500-2

Knowles A. 2008. Recent Developments of Safer Formulations of Agrochemicals.J. Environ. 28:35–44

Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada tanaman kedelai. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(4): 131-136.

Pangloli P, Hung YC. 2013. Effect Water Hardness and pH on Efficacy of Chlorine Based Sanitizers for Inactivating Eschercia coli O15:H7 and Listeria monocytogenes. Food Control. 32(31): 626

Probowati A, Paradigma CG, Diyono I. 2012.

Pembuatansurfaktandariminyakkelapamurni(VCO) melaluiproses amidasidengankatalisNaOH. Teknologi Kimia danIndustri.Vol.1, No.1 Hal 424-432

Purnamasari HD. 2015. Status Resistensi Hama Ulat Grayak )Spodoptera litura F.) Asal Karangploso Malang Terhadap Insektisida Sintetik Profenofos [Skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.

Randinini S, Buck RP, Covington AK. 2001. The Measurement of pH Definition. Standards and Procedures. IUPAC Provisional Recomendations.

Sanatkaran N, Masalova I, Malkin AY. 2014. Effect of surfactant on interfacial film and stability of highly concentrated emulsions stabilized by various binary surfactant mixtures. J. Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects461; 85–91.

Shahgoli H, Ahangar AG. 2014. Factors Controlling Degradation of Pesticides in The Soil Environment: A revew. Agric. Sci. Dev. 3(8): 273

Siegfired BD, Scharf ME. 2001. Mechanisms of organophospate resistence in insects. Di dalam: Ishaaya I, editor. Biochemical Sites of Insectiside Action and Resistence. New York (US): Springer-Verlag. Hlm 269-287. Thuyet DQ, Watanabe H, Ok J. 2013. Effect of pH on the Degradation of

Imidacloprid and Fipronil in Paddy Water. J. Pesticide Sci. 28(4): 223 Wood A. 2012. Compendium of presticide common name: profenofos.

(38)

24

Yang Y, ME Leser, AA Sher, DJ McClements. 2013. Formation and stability of emulsions using a natural small molecule surfactant:QuillajaSaponin(Q-Naturale). Food Hydrocoll. 30: 589-596

Yu Y, H Zhu, JM Frantz, ME Reding, KC Chan, HE Ozkan. 2009. Evaporation and Coverage of Pesticide Droplets on Hairy and Waxy Leaves. J. Biosyst. Eng. 104: 324-334

(39)

25

Lampiran 1. Prosedur analisis fisikokimia larutan insektisida

1. pH (SOP for pH Meter Schott)

Uji derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan Buffer pH 4, Buffer pH 7, dan buffer pH 10. Nilai pH sampel dihitung dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel, kemudian tekan tombol Enter pada pH meter. Nilai stabil yang ditunjukkan alat adalah nilai pH sampel.Pengukuran nilai pH dilakukan sebanyak 2 kali untuk setiap sampel.

2.Densitas (SOP for Densitymeter Anton Paar DMA 4500M)

Pengukuran densitasproduk insektisida dilakukan dengan menggunakan alat

Densitymeter Anton Paar DMA 4500M. sampel dilarutkan pada air sebanyak 20 ml pada konsentarasi 0,2 %, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sampel alat pada kondisi suhu 30oC. Nilai yang dimunculkan di layar adalah nilai densitas sampel.

3. Ukuran droplet (SOP for Microskop Leica ICC 50 HD)

Mikroskop Leica ICC 50 HD adalah alat yang digunakan untuk pengukuran droplet.Sebelum digunakan untuk analisis droplet, maka terlebih dahulu diatur nilai satuan hasil pembacaan diameter droplet sesuai yang diinginkan. Kemudian disiapkan kaca alas dan tutup kaca yang telah dibersihkan dengan alkohol.Diteteskan sampel pada kaca preparat ±1 tetes kemudian ditutup dengan

cover glass (dipastikan tidak ada gelembung udara karena dapat mengganggu pengamatan). Setelah preparat jadi, kemudian dipasangkan pada meja preparat dan disesuaikan pembesaran lensa objektif yang digunakan. Diatur pencahayaan dan focus kamera mikroskop, lalu dicari objek yang diinginkan.Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 1000x. Setelah memperoleh objek yang diinginkan maka gambar yang diperoleh disimpan dan diukur diameter droplet yang diperoleh. Satuan hasil pengukuran diameter droplet yaitu µm.

4. Tegangan permukaan (SOP for Spinning Drop Tensiometer)

Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan menggunakan alat

(40)

26

5. Sudut kontak (SOP forContact Angle Analyzer Phoenix 300)

Pengukuran densitasproduk insektisida dilakukan dengan menggunakan alat

Contact Angle Analyzer Phoenix 300.sampel dilarutkan pada air sebanyak 20 ml pada konsentarasi 2 %, kemudian dimasukkan ke dalam syringe. Sampel diteteskan dan kemudian pengamatan sudut kontak dilakukan 5 menit setelah tetesan jatuh pada obyek.Nilai sudut kontak diperoleh dengan menarik sudut pada sisi-sisinya.Rata-rata nilai yang dimunculkan di layar adalah nilai sudut kontak sampel.

6. Viskositas (SOP For Rheometer Brookfield DV-III Ultra)

Alat yang digunakan adalah Rheometer Brookfield DV-III Ultra.Sampel sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viscometer (spindle SC4-18; torque 14%) dengan kecepatan 90 rpm.Nilai Viskositas (cP) sampel merupakan nilai stabil yang dimunculkan di layar Rheometer.

Lampiran 2. Data hasil penelitian, sidik ragam dan uji lanjut DMRT formulasi larutan insektisida terhadap parameter fisikokimia

1. Ukuran droplet (µm)

a. Data hasil uji ukuran droplet (µm)

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 1,51 2,3 1,72 1,84 0,33

A1B2 1,95 1,67 1,69 1,77 0,13

A1B3 2,12 2,09 2,01 2,07 0,05

A2B1 2,37 1,91 1,68 1,99 0,29

A2B2 1,83 2,12 2,22 2,06 0,17

A2B3 2,14 1,69 2,02 1,95 0,19

A3B1 1,78 1,71 1,84 1,78 0,05

A3B2 1,93 1,48 2,14 1,85 0,28

A3B3 1,67 1,80 1,80 1,76 0,06

b. Sidik ragam ukuran droplet (µm) Penetapan hipotesis

H0:τ1=τ2=τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

Perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap ukuran droplet H1:τi≠ τj(minimal ada satu perlakuan yang berbeda)

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

(41)

27

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT Fhitung F tabel Keterangan

A 2 0,221 0,11 2,2159 3,55 ns

B 2 0,016 0,008 0,1599 3,55 ns

AB 4 0,267 0,067 1,3394 2,93 ns

E 18 0,896 0,05

Keterangan :

* : berbeda nyata

** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

2. Sudut Kontak (˚)

a. Data hasil uji sudut kontak (˚)

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 22,778 22,623 23,091 22,830 0,238

A1B2 14,102 14,809 14,281 14,398 0,368

A1B3 24,085 24,829 23,739 24,218 0,557

A2B1 17,867 18,255 19,310 18,477 0,747

A2B2 13,440 13,472 13,982 13,631 0,304

A2B3 23,710 23,718 23,112 23,543 0,376

A3B1 13,140 14,117 13,934 13,730 0,519

A3B2 12,259 11,804 12,349 12,137 0,292

A3B3 11,040 11,898 11,787 11,575 0,467

b. Sidik ragam sudut kontak (˚)

Penetapan hipotesis

H0 : τ1= τ2= τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

Perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap sudut kontak H1 : τi≠ τj(minimal ada satu perlakuan yang berbeda)

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sudut kontak.

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

(42)

28

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT Fhitung F tabel Keterangan

A 2 313,8 156,9 756,19 3,55 ** ** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

c. Uji lanjut DMRT sudut kontak

Interaksi Rata-rata D05 Ref. Notasi

A3B3 11,575

A3B2 12,137 0,7813 12,356 a

A2B2 13,631 0,82 12,395 a

A3B1 13,730 0,8441 12,419 b

A1B2 14,398 0,861 12,436 b

A2B1 18,477 0,8733 12,448 b

A1B1 22,830 0,8825 12,458 b

A2B3 23,543 0,8844 12,459 b

A1B3 24,218 0,8954 12,471 b

Keterangan: data diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar

3. Densitas (g/cm3)

a. Data hasil uji densitas (g/cm3)

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 0,996 0,996 0,996 0,996 0,000

A1B2 0,996 0,996 0,996 0,996 0,000

A1B3 0,997 0,997 0,997 0,997 0,001

A2B1 0,997 0,997 0,997 0,997 0,001

A2B2 0,998 0,998 0,998 0,998 0,000

A2B3 0,998 0,998 0,998 0,998 0,000

A3B1 0,997 0,997 0,997 0,997 0,001

A3B2 0,998 0,998 0,998 0,998 0,000

A3B3 0,998 0,998 0,998 0,998 0,000

b. Sidik ragam densitas (g/cm3) Penetapan hipotesis

H0: τ1= τ2= τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

(43)

29

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap densitas

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

Jika F tabel > F hitung maka H0di terima Jika F tabel < F hitung maka H0di tolak

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT F hitung F tabel Keterangan

A 2 4×10-6 ** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

c. Uji lanjut DMRT densitas

Interaksi Rata-rata D05 Ref. Notasi

A1B1 0,996

A1B2 0,996 0,0001 0,997 a

A2B1 0,997 0,0001 0,997 a

A3B1 0,997 0,0001 0,997 b

A1B3 0,997 0,0001 0,997 b

A2B2 0,998 0,0001 0,997 b

A3B3 0,998 0,0001 0,997 b

A2B3 0,998 0,0001 0,997 b

A3B2 0,998 0,0001 0,997 b

Keterangan: data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar

4. Tegangan Permukaan (dyne/cm)

a. Data hasil uji tegangan permukaam (dyne/cm)

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 42,33 40,61 39,21 40,72 1,28

A1B2 17,81 19,37 20,59 19,26 1,14

A1B3 33,4 32,73 31,75 32,63 0,68

A2B1 27,25 28,04 26,37 27,22 0,68

A2B2 19,12 18,23 20,82 19,39 1,07

A2B3 31,29 29,39 23,59 28,09 3,28

A3B1 26,25 29,03 25,39 26,89 1,55

A3B2 17,85 16,29 15,55 16,56 0,96

(44)

30

b. Sidik ragam tegangan permukaam (dyne/cm) Penetapan hipotesis

H0 : τ1= τ2= τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

Perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap tegangan permukaan H1 : τi≠ τj(minimal ada satu perlakuan yang berbeda)

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tegangan permukaan

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

Jika F tabel > F hitung maka H0di terima Jika F tabel < F hitung maka H0di tolak

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT Fhitung F tabel Keterangan

A 2 443,8 221,9 60,28 3,55 **

** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

c. Uji lanjut DMRT tegangan permukaan

Interaksi Rata-rata D05 Ref. Notasi

A3B2 16,56

A1B2 19,26 3,2912 19,85 a

A2B2 19,39 3,4541 20,02 a

A3B3 19,57 3,556 20,12 a

A3B1 26,89 3,6269 20,19 b

A2B1 27,22 3,6789 20,24 c

A2B3 28,09 3,7177 20,28 c

A1B3 32,63 3,7255 20,29 c

A1B1 40,72 3,772 20,34 c

(45)

31

5. Viskositas (cP)

a. Data hasil uji viskositas (cP)

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 1,035 1,030 1,030 1,032 0,003

A1B2 1,040 1,040 1,035 1,038 0,003

A1B3 1,050 1,045 1,025 1,040 0,013

A2B1 1,070 1,085 1,080 1,078 0,008

A2B2 1,075 1,070 1,080 1,075 0,005

A2B3 1,075 1,060 1,085 1,073 0,012

A3B1 1,070 1,065 1,090 1,075 0,013

A3B2 1,070 1,085 1,075 1,077 0,008

A3B3 1,080 1,075 1,080 1,078 0,002

b. Sidik ragam viskositas (cP) Penetapan hipotesis

H0 : τ1= τ2= τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

Perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap tegangan permukaan H1 : τi≠ τj(minimal ada satu perlakuan yang berbeda)

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tegangan permukaan

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

Jika F tabel > F hitung maka H0di terima Jika F tabel < F hitung maka H0di tolak

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT Fhitung F tabel Keterangan

A 2 0,009 0,005 62,272 3,55 **

B 2 0,00002 0,0000 0,1605 3,55 ns

AB 4 0,0001 0,00004 0,4938 2,93 ns

E 18 0,001 0,00008

Keterangan :

* : berbeda nyata

** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

c. Uji lanjut DMRT viskositas

A Average D05 Ref. Notasi

0 1,037

10 1,076 0,0086 1,045 A

15 1,077 0,009 1,085 B

(46)

32

6. pH

a. Data hasil uji pH

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

1 2 3

A1B1 8,19 8,18 8,25 8,21 0,04

A1B2 6,43 6,35 7,85 6,87 0,85

A1B3 7,78 7,85 7,73 7,79 0,06

A2B1 8,12 8,15 8,19 8,15 0,04

A2B2 7,85 7,88 7,93 7,89 0,04

A2B3 7,27 7,34 7,32 7,31 0,04

A3B1 8,12 8,10 8,14 8,12 0,02

A3B2 7,71 7,76 7,80 7,76 0,05

A3B3 7,21 7,20 7,22 7,21 0,01

b. Data hasil transformasi pH kedalam [H+]

Perlakuan Ulangan Rata-rata sd

c. Sidik ragam kepekatan [H+]

Penetapan hipotesis

H0 : τ1= τ2= τ3=... ...=τ9(rataan antar perlakuan sama)

Perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap kepekatan [H+] H1 : τi≠ τj(minimal ada satu perlakuan yang berbeda)

Minimal ada satu perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kepekatan [H+]

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat kesalahan (α) 5% Dasar pengambilan keputusan :

(47)

33

Tabel ANOVA Sumber

Keragaman DB JK KT Fhitung F tabel Keterangan

A 2 3×10-14 2×10-14 2,7945 3,55 ns

** : berbeda sangat nyata ns : berbeda tidak nyata

a. Uji lanjut DMRT kepekatan [H+]

Interaksi Rata-rata D05 Ref. Notasi

A1B1 6×10-9

Keterangan: data diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar

7. Uji Efektifitas Larutan Insektisida Terhadap Ulat Grayak

a. Data mortalitas ulat grayak jam ke-48 Konsentrasi

(ppm)

(48)

y = 12,39x - 29,18

4,50 4,70 4,90 5,10 5,30 5,50 5,70 5,90

2,7 2,75 2,8 2,85 2,9

Series5

(49)

35

Lampiran 3. Diagram alir penelitian dan dokumentasi gambar-gambar penelitian

1. Diagram alir penelitian

a. Diagram alir formulasi larutan insektisida

Bahan aktif Profenofos (40%, 50%, 60%)

Natrium etoksida

Homogenasi selama 5 menit, kecepatan 22000 rpm Surfaktan DEA

(0%, 10% dan 15%)

Konsentrat larutan insektisida profenofos dengan surfaktan DEA

Pencampuran 1

Larutan profenofos dalam natrium

etoksida

Pencampuran 2

Konsentrat larutan insektisida profenofos dengan surfaktan DEA dalam bentukEmulsiable

(50)

36

b. Diagram alir uji efektifitas insektisida

Daun kedelai (6 lembar)

Pembilasan 1 Air

Pembilasan 2 Aquadest

pengeringanginan

Pencelupan

pengeringanginan

Daun kedelai dengan perlakuan insektisida

Pengamatan

Analisis probit Konsentrat insektisida (DEA 10% : Profenofos 40%)

Pengenceran (400; 475; 550; 625;

dan 700 ppm profenofos dalam

air)

Laruan insektisida encer

Data mortalitas

LC50 Spodoptera litura

instar 3 (10 ekor)

(51)
(52)

( )( ) ( )

( )( )

( )

(53)

39

Tabel hasil perhitungan pengenceran konsentrat larutan insektisida:

Perlakuan B (mL) C (ppm) D (ppm) A (mL)

A1B1 100 700 400000 0,18

A1B2 100 700 500000 0,14

A1B3 100 700 600000 0,12

A2B1 100 700 400000 0,18

A2B2 100 700 500000 0,14

A2B3 100 700 600000 0,12

A3B1 100 700 400000 0,18

A3B2 100 700 500000 0,14

(54)

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 3 Februari 1988 sebagai putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan bapak Ir. Bambang Handoko dan ibu Suryati. Pendidikan sarjana ditempuh dijurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dan lulus pada tahun 2011. Ditahun yang sama penulis sempat bekerja di PT. Jakarana Tama, Ciawi, Bogor sebagai staff Quality Control (QC) organoleptik hingga tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikan magister di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh program sarjana penulis mengikuti unit kegiatan mahasiswa pecinta alam fakultas sebagai kepala biro humas dan berkesempatan mengikuti beberapa pendakian yaitu pegunungan Hyang-Argopuro 3088 mdpl, Taman Nasional Meru Betiri trans Bnadealit-Sukamade, dan lain-lain. Selain itu, penulis juga pernah berkesempatan mengikuti seminar sebagai partisipant pada Seminar Nasional dan Focus Group Discussion: Ketahanan Pangan Nasional, Persembahan Indonesia Untuk Dunia (2009), seminar Kehalalan Pangan Indonesia (2010) dan seminar Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Pengolahan Produk Dalam Kemasan (2010).

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 6 Konsentrat larutautan insektisida profenofos (A) dan larutan i
Tabel 2.Tabel 2 Rata-rata hasil uji fisika kimia larutan insektisida 0,07% bahan aktif
Tabel 3. Hasil pengamatan uji efektifitas formula insektisida
+7

Referensi

Dokumen terkait