• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar ips siswa melalui pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) materi perkembangan teknologi kelas IV MI AL Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar ips siswa melalui pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) materi perkembangan teknologi kelas IV MI AL Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PAMULANG TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh HARTATI NIM / 1811018300091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH DUAL MODE SISTEM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi kelas IV Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.” Disusun oleh Hartati dengan NIM. 181108300091 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah melalui bimbingan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Jakarta, 28 September 2014

Yang mengesahkan Pembimbing

(3)

Pamulang Tangerang Selatan.” disusun oleh Hartati, NIM. 1811018300091, Ditujukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Dual Mode Sistem Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam sidang Munaqasah pada tanggal 15 Desember 2014 dihadapan penguji. Oleh karena itu,penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan dan keguruan.

Jakarta, 15 Desember 2014

(4)

Nama : Hartati

NIM : 1811018300091

Jurusan / Prodi : Kependidikan Islam / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode Sistem

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi kelas IV MI Al

Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.

Jakarta, 28 September 2014

Menyatakan mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa bimbingan skripsi, dan disetujui untuk pendaftaran ujian skripsi.

Dosen Pembimbing

(5)

CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi kelas IV MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.” yang disusun oleh Hartati dengan NIM 1811018300091, Program Studi Kependidikan Islam Dual Mode Sistem Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 28 September 2014

Dosen Pembimbing

Syaripulloh, M.Si

(6)

Jurusan / Prodi : Kependidikan Islam / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode Sistem

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Alamat : Jl.Remaja Gg.Salak Ujung No. 58 Rt.005/01 Mampang Pancoran Mas Depok

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi kelas IV Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.”. Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan Dosen :

Nama Dosen Pembimbing : Syarifulloh, M.Si

NIP : 196709092007011033

Jurusan /Program Studi : Kependidikan Islam/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah Dual mode Sistem.

(7)

i

Learning (CTL) Materi Perkembangan Teknologi Kelas IV MI Al-Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) pada mata pelajaran IPS kelas IV Materi Perkembangan Teknologi. Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang terdiri dari dua siklus yang mana setiap siklus terdiri dua kali pertemuan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument observasi , yang dilakukan sebelum penelitian dan disetiap pertemuan PTK, tes yang di berikan pada siswa sebelum PTK dan di akhir pertemuan setiap siklus , serta dokumentasi yang diambil setiap pertemuan saat PTK.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di MI.Al Mursyidiyyah Pondok-Benda Pamulang Tangerang Selatan, hal ini terlihat dari hasil pre Test dan post Test disetiap akhir siklus, yang meningkat dari pre test dengan skor 65,97 menjadi 70,41 pada post test siklus 1, dan meningkat kembali pada hasil rata-rata post test siklus dua yaitu 77,22. Dengan prosentase ketercapaian KKM pada siklus satu yaitu 63,88 % dan pada siklus dua yaitu 86,11 % .

(8)

ii

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi kelas IV MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan”. Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam menyusun penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun penelitian ini, baik bantuan dalam bentuk moril maupun materil. Semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridhaan Allah SWT, khususnya kepada:

1. Ibu Dr. Nurlena MA., Dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan MA., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System.

3. Bapak Dindin Ridwaniddin M,Pd., Ketua pengelola Program Dual Mode System yang membantu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyusun skripsi, juga selalu dengan gigih memperjuangkan segala kebaikan untuk kita semua.

4. Bapak Syaripullah,M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.

(9)

iii

buku sebagai bahan acuan dan referensi penyusunan skripsi.

7. Ibu kepala MI. Al Mursyidiyyah Hj,Murdati,S.Ag yang telah memberikan motivasi dan izin untuk melakukan penelitian.

8. Guru dan karyawan MI. Al Mursyidiyyah yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

9. Siswa-siswi kelas IV MI. Al Mursyidiyyah tahun ajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian.

10.Sahabat seperjuangan kelas B3 PGMI dual mode system angkatan tahun 2011, Khususnya sahabatku seperjuangan Titin Sukaesih dan Rosia Hartika yang senantiasa saling mensuport dan memberikan motivasi. 11.Ibuku Aisyah, Suami tercinta “Azwar” dan Putra putri Faradilah Azhari,

M. Faiz Azhar, Syafwah Aulia Azhari yang selalu mendukung dan mendoakan

12.Terima kasih pula penulis haturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan kontribusi yang berharga untuk penulis, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak, namun “Tak ada gading yang tak retak”. Begitu pula pada skripsi ini mungkin masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Jakarta, 28 September 2014

(10)

iv

Halaman

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 8

C. Pembatasan Fokus Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 9

BABII KAJIAN TEORiTIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori danFokus yang Diteliti ... 11

1. Hakikat Hasil Belajar ... 11

2. Hakikat Pendidikan IPS ... 16

3. Pendekatan Pembelajaran CTL ... 23

B. Penelitian yang Relavan ... 37

C. Hipotesa Tindakan ... 40

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 41

(11)

v

G. Data danSumber Data ... 47

H. Instrumen Pengumpulan data ... 47

I. Teknik Pengumpulan Data ... 54

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 54

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 55

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 56

BAB IV DESKRIPSI,ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57

B. Deskripsi Pembelajaran ... 59

C. Analisis Data ... 76

D. Pembahasan ... 80

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(12)

vi

Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan ... 42

Tabel 3.2 Kisi - kisi Observasi untuk Guru ... 48

Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru ... 50

Tabel 3.4 Kisi - kisi Observasi Aktivitas Siswa ... 51

Tabel 3.5 Lembar Observasi Siswa ... 52

Tabel 3.6 Skala Penilaian Jumlah Skor ... 53

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data... 54

Tabel 4.1 Skala Penilaian Jumlah Skor ... 60

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pertemuan Pertama ... 61

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pertemuan Kedua ... 64

Tabel 4.4 Hasil Observasi Pertemuan Pertama Siklus II ... 69

Tabel 4.5 Hasil Observasi Pertemuan Kedua Siklus II ... 72

Tabel 4.6 Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Al Mursyidiyyah Pre test dan Post test Pada Siklus I ... 76

Tabel 4.7 Perbandingan Post test Siklus I dan Post tes Siklus II ... 78

Tabel4.8 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar ... 81

Tabel 4.9 Prosentase Ketercapaian KKM Siklus I ... 82

(13)

vii 2. Lampiran Kisi-kisi soal siklus I 3. Lampiran Kisi-kisi soal siklus II 4. Lampiran Rpp siklus I

5. Lampiran Rpp Siklus II 6. Lampiran Rpp siklus III 7. Lampiran Rpp siklus IV 8. Lampiran soal Pre test

9. Lampiran soal Post test Siklus I 10. Lampiran soal Post test siklus II

11. Lampiran Materi Perkembangan Teknologi 12. Lampiran Materi Teknologi Produksi 13. Lampiran Materi Teknologi Komunikasi 14. Lampiran Materi Teknologo Transportasi 15. Lampiran Dokumentasi

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk mempersiapkan para generasi muda yang siap dan mampu menghadapi perkembangan zaman tersebut. Adapun pendidikan menurut undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah.

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.1

Pendidikan sudah sepatutnya dapat menjadi sarana bagi generasi muda yakni siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam segala aspek. Pendidikan juga tentunya tidak dilakukan secara sembarangan tanpa adanya suatu perencanaan yang matang, karena kelak dikemudian hari akan menjadi bekal bagi siswa dalam menyelesaikan berbagai masalah masalah kehidupan yang akan dihadapinya, sekaligus mempersiapkan diri akan kemajuan zaman yang semakin kompleks.

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrtatis serta bertanggungjawab.2

1

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia 2006), h.58

2

(15)

Berbicara tentang pendidikan begitu pentingnya peranan guru dalam mensukseskan cita-cita bangsa untuk generasi penerus. Untuk itu sebagai seorang guru dituntut untuk menjadi guru profesional dan mempunyai kompetensi yang baik, profesionalisme guru menuntut guru agar bekerja dengan penuh kesanggupan, apik, dan bukan asal jadi. Karena pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas, untuk itu perlu adanya pembaharuan-pembaharuan dilingkungan yang berhubungan dengan pendidikan yang mengarahkan pada proses kegiatan pembelajaran.

Tuntutan profesional dalam mengajar memang menjadi keharusan.3 Seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an Surah al-An’am ayat 135 :

و عت فوسف ٌل اع يِإ كت اك ى ع او عا وق اي لق

و ظلا ح في ا هَإ راَّلا ةبقاع هل وكت

Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu

tidak akan mendapat keberuntungan.”

IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah, merupakan mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. 4 Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat dilakukan secara sistematik.

Pendidikan IPS sekarang ini masih perlu digalakkan, berkenaan dengan usaha meningkatkan mutu pendidikan.Persoalannya, sejauh mana pendidikan IPS dewasa ini mengembangkan potensi berpikir siswa dengan melalui kegiatan belajarnya. Hal ini terus mendapat perhatian karena persoalannya berkaitan dengan proses belajar mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan IPS

3

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta:kencana, 2011), h.1

4

(16)

Adapun tujuan dari mata pelajaran IPS bagi siswa untuk memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Tujuan-tujuan tersebut tentunya bisa dicapai dengan adanya sebuah proses, yang mana proses tersebut adalah belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.5 Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupundi lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Dengan berbagai kesempatan belajar, pertumbuhan dan perkembangan siswa diarahkan dan didorong kepada tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses kegiatan pembelajaran.

Proses kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat bereksplorasi, menggali, dan menemukan kemudian memungutnya untuk memperoleh pengetahuan.6 Sedangkan proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang didalamya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa

5

Muhubbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya,2010), h.87

6

(17)

baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap.

Peranan IPS sangalah penting untuk mendidik manusia mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak menjadi warga negara yang baik. Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik.

Salah satu tantangan mendasar mengajarakan IPS dewasa ini adalah cepat berubahnya lingkungan sosial budaya sebagai kajian materi IPS itu sendiri.Perubahan-perubahanyang terjadi dalam lingkungan sosial budaya bersifat multidiminsional dan berskala internasional baik yang berhubungan masuknya arus globalisasi maupun masuknya era abad ke 21. Masalah ini semakin serius manakala dihadapkan kenyataan bahwa selama ini mata pelajaran IPS kurang mendapatkan perhatian semestinya. Padahal dengan memahami IPS akan membimbing siswa menghadapi kenyataan dalam lingkungan sosialnya dan dapat menghadapi masalah-masalah sosial yang lebih arif dan bijaksana. Untuk menghadapi tantangan perubahan ini, sesungguhnya gurulah yang harus memandu siswa membuka cakrawala pengetahuan sosialnya.

Guru tidak lagi hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi harus bisa menjadi pembimbing siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan mendapatka pembelajaran menyenangkan, bermakna dan bermutu. Guru dituntut juga untuk mengembangkan kompetensinya dalam meningkatkan kualitas pengetahuan dan kreativitas siswa.

(18)

Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman tentang teknologi diharapkan kelak siswa akan dapat menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya, dengan begitu siswa akan terbina menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab seperti yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran IPS.

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah.

Oleh karena itu guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemauan menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Demikian pula dari siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk belajar. Dalam proses belajar mengajar pasti terdapat kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran IPS siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir namun lebih banyak proses pembelajaran didalam kelas yang diarahkan kemampuannya untuk menghapal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya. siswa hanya menghapal konsep atau fakta belaka. Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu, maka akan berpengaruh pada hasil belajara siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MI Al Mursyidiyyah, diketahui hanya 15 siswa saja atau 42% dari 36 siswa dikelas IV yang sudah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 (lihat lampiran 1 tentang hasil belajar). Hal ini perlu dilakukannya perbaikan pembelajaran agar pelajaran IPS tidak tertinggal dengan pelajaran lainnya.7

Sehubungan dengan itu, kegiatan belajar mengajar IPS bukanlah merupakan proses penjinakan atau proses pemaksaan yang anak didik

7

(19)

harus menuruti kemauan guru melainkan dalam proses belajar mengajar hendaknya merupakan proses pembinaan dan pengembangan seluruh potensi anak didik, baik yang berupa intelaktual, emosi, pikiran, bakat, minat, dan motivasinya. Mengingat hal tersebut guru perlu memahami dan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang yang digunakan guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.8

Pendekatan juga dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisasi berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip, psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis), yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun diatas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan tersebut dapat berjalan kearah tercapainya tujuan atau tercapainya suatu masalah.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran IPS adalah CTL (Contextual Teaching and Learning).

“CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka”.9

Dari konsep tersebut ada 3 hal yang harus kita pahami mengenai CTL yaitu :

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dioreintasikan pada pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapakan

8

Agung Eko purnama dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya : Aprinta, 2009), h.7

9

(20)

siswa hanya menerima pelajaran, akan proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting dan bermakna secara fungsional yaitu materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa.

3. CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana meteri tersebut dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tujuan pembelajaran kontekstual adalah mempertemukan konsep-konsep yang dipelajari di dalam ruang kelas dengan kenyataan aktual dalam kenyataan lingkungan terdekatnya. Guru seharusnya dapat memberikan ruang bebas untuk siswa agar mengungkapkan gagasannya, tanpa perlu dibatasi

Pembelajaran kontekstual sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS. Program pembelajaran ini mengutamakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru dan berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa sehubungan dengan topik yang akan dipelajari bersama.

Dalam Pendekatan ini tercermin pula tujuan pembelajaran, media mencapai sasaran serta materi pembelajaran, langkah langkah pembelajaran dan penekanan orisinil. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru merupakan rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakan bersama siswa.

(21)

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan dari belajar IPS.

Oleh karena itu, berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mencoba melakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK), dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Materi Perkembangan Teknologi Kelas IV MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar IPS siswa.

2. Pelajaran IPS sukar diterima dan membosankan karena materinya yang padat.

3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru membuat siswa pasif. 4. Model pembelajaran yang dilakukan guru kurang bervariasi

5. Siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

1. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rendahnya hasil belajar IPS siswa maka melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.

2. Dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) diharapkan dapat membuat siswa aktif dan menyenangkan.

3. Hasil belajar siswa pada materi Perkembangan Teknologi

(22)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS di MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dari penyusunan ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning), di MI Al Mursyidiyyah Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penelitian tentang pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran IPS khususnya materi perkembangan teknologi.

2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi siswa :

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS dalam materiperkembangan teknologi karena pendekatan CTL mangajak siswa aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar b. Bagi Peneliti :

(23)

c. Bagi Sekolah :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan dalam pengembangan dan perbaikan kurikulum tentang pendekatan pembelajaran inovatif.

d. Bagi Guru

(24)

11

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti 1. Hakikat Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik

bahwa “hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.1

Supriyono mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Gagne (dalam Suproyono) menjelaskan hasil belajar berupa :

a. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengalaman dalam bahasa baik lisan maupun tulisan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif.

d. Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani.

1

(25)

e. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menoleh objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Pengertian hasil belajar sebagaimana pula dikatakan oleh

Nawawi dalam K.Braim dalam buku “Teori belajar dan pembelajaran” karangan Drs. Ahmad Susanto yang menyatakan

bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagi tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang dipeoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.” 2

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hordwar kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi yang telah ditetapkan kurikulum.3

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evalusi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Dengan dilakukan evaluasi (penilaian)

2

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah dasar, ( Jakarta: PT.Kharisma Putra Utama, 2013), h.5 cet.ke-1

3

(26)

dapat dilakukan tindak lanjut ( feedback) untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa”.4

Dapat dipahami tentang makna yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Bloom dalam Sudirman (2011:23) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut ranah belajar yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

a. Ranah kognitif

Meliputi : C1 mengingat, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4 menganalisa, C5 mengevaluasi dan C6 mencipta.

b. Ranah afektif

Meliputi : A1 menerima, A2 merespon, A3 menghargai, A4 mengorganisasikan, A5 karakteristik menurut nilai.

c. Ranah psikomotor

Meliputi : P1 meniru, P2 manipulasi, P3 presisi, P4 artikulasi, P5 naturalisasi.

Dari beberapa pendapat para ahli, penulis mengambil kesimpulan mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran dimana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang terkandung atau dinilai didalamnya. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini sifatnya komprehensif dan tidak secara pragmentis atau terpisah.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, adapun faktor-faktor itu digolongkan sebagai berikut:

4

(27)

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Faktor internal disebut juga faktor pada

organism (siswa). Muhibbin Syah menyebutkan bahwa “yang

termasuk faktor internal adalah aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis mencakup kondisi tubuh siswa termasuk organ tubuh dan kondisi alat indera. Sedangkan aspek psiologis banyak sekali macamnya tetapi yang esensial antara lain kecerdasan (intelegensi), sikap, bakat, minat dan motivasi

siswa”.5

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sianak, seperti keadaan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, masyarakat dan sekolah. Selama hidup anak didik tidak biasa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anakdidik. Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya seperti lingkungan sekolah. Sedangkan lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak biasa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma sosial, susila dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Seperti dalam lingkungan sekolah maka anak didik berada dalam system sosial di sekolah.6

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), cet.ke-16, hlm.130-134

6

(28)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pembelajaran”.7

Pemilihan metode dan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Untuk memilih model pembelajaran tidak boleh sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan perlu pertimbangan.

Tidak semua strategi dan metode dapat di terapkan pada mata pelajaran tertentu, seorang guru harus pandai memilih dan menentukan strategi dan metode apa yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan penggunaan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan sangat berarti dan dapat meningkatkan minat, motivasi belajar siswa. Media pembelajaran juga dapat membantu guru dari keterbatasan bercerita. Dengan meningkatnya minat dan motivasi diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa secara maksimal.

Hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung faktor eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu lingkungan yang merupakan bagian dari factor eksternal dan metode belajar yang merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

7

(29)

2. Hakikat Pendidikan IPS a. Pengertian Pendidikan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SLTA/MA/SMK. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Dimasa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.8

Hakikat IPS adalah mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS dapat melahirkan warga negara yang baik yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya, serta mampu memahami dan menelaah secara kritis kehidupan sosial di sekitarnya, dan mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik dimasyarakatnya, negara, maupun dunia.

Dalam kurikulum pendidikan dasar disebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografis, ekonomi, sejarah, antropologi, sosialogi, dan tata negara.

8

(30)

Dari pengertian di atas, menunjukkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia, dimana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu -ilmu sosial dan kemanusian (humaniora).9

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

b. Landasan Pendidikan IPS

Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin ilmu seyogyanya memiliki landasan pengembangan, baik sebagai mata pelajaran maupun pendidikan disiplin ilmu. Landasan ini diharapkan akan dapat memberikan pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.

Landasan-landasan IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu meliputi :

a) Landasan Filosofis, memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan untuk menentukan apa obyek kajian atau domain apa saja yang menjadi kajian pokok dan dimensi pengembangan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu (aspek ontologis)

b) Landasan Ideologis, dimaksudkan sebagai gagasan mendasar untuk memberi pertimbangan dan menjawab pertanyaan: (1) bagaiman keterkaitan antara das sein PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan das sollen PIPS; (2) bagaimana keterkaitan antara teori-teori pendidikan dengan hakikat dan praktis etika, moral, politik dan norma-norma perilaku dalam membangun dan mengembangkan PIPS.

9

(31)

c) Landasan Sosiologi, memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui interaksi sosial yang kan membangun teori-teori atau prinsip-prinsip PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.

d) Landasan antropologis, memberikan gagasan-gagasan mendasar dalam menentukan pola, sistem dan struktur pendidikan disiplin ilmu sebagai relevan dengan pola, sistem dan struktur kebudayaan bahkan dengan pola, sistem dan struktur perilaku manusia yang kompleks.

e) Landasan Kemanusiaan, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan karakteristik ideal manusiasebagai sasaran proses pendidikan.

f) Landasan Politis, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan dari PIPS.

g) Landasan Psikologi, memberikan sistem gagasan-gagasan mendasar untuk menentukan cara-cara PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasarkan entitas-entitas psikologinya.

h) Landasan Religius, memberikan gagasan-gagasan mendasar tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan pembangunan PIPS, khususnya pendidikan di Indonesia.10

c. Karakteristik IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu. Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS memiliki beberapa karakteristik antara lain, sebagai berikut:

a) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

10

(32)

b) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

d. Tujuan Pendidikan IPS

Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidikan dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mata pelajaran IPS secara umum bertujuan agar memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

(33)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Selain itu juga Tujuan Pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positip terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpah dirinya sendiri maupun yang menimpah masyarakat.11

Tujuan lain dari IPS yaitu pendekatan rasionalitas dalam pendidikan IPS antara lain mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dan pengambilan keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.12 Para ahli sering merumuskan tujuan Pendidikan IPS dengan mengaitkannya dengan mempersiapkan para pelajar menjadi warga negara yang baik. ini merupakan dari model pendidikan IPS sebagai Pendidikan Kewarganegaraan

citizenship education”.

Adapun tujuan kurikuler pembelajaran IPS disekolah dasar menurut munir, sebagai berikut :

1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat.

2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang keilmuan serta bidang keahlian.

11

Ibid.h.149

12

(34)

4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan keilmuan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam buku teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar Ahmad Susanto, Nurhadi menyebutkan ada empat tujuan pendidikan IPS Yaitu:

1. Knowledgemembantu para siswa untuk mengenal dirinya sendiri dan lingkungannya.

2. Skill mencakup keterampilan berpikir.

3. Attitudeyang terdiri atas tingkah laku berpikir (intelletual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior.)

4. Valueyakni nilai yang terkandung di dalam masyarakat yang diperoleh dari lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah termasuk didalamnya nilai kepercayaan, nilai ekonomi, pergaulan, ketaatan kepada pemerintahan dan hukum.13

e. Fungsi IPS sebagai pendidikan

Fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan pendidikan Nasional.

Sangatlah jelas mengapa IPS harus dipelajari mengingat pengertian tujaun dan fungsi itu sendiri karena pengetahuan sosial itu diperoleh secara alamiah dari kehidupan sehari-hari yang telah

13

(35)

ada pada diri kita masing-masing namun hal ini belum cukup mengingat masyarakat dengan permasalahannya makin berkembang.

Tujuan yang wajib dicapai dicapai dalam pembelajaran IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian sosil yang berguna bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan negara.

f. Ruang lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek - aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

g. Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran IPS Kelas IV, Semester 1 dan II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

1.1.Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana

1.2.Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya

1.3.Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4.Menghargai keragaman suku

(36)

(kabupaten/kota, provinsi)

1.5.Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya

1.6.Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan

ekonomi, dan

kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi

2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya serta pengalaman menggunakannya

3. Pendekatan Pembelajaran CTL

a. Hakikat CTL (Contextual Teaching And Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah terjemahan dari istilah CTL (Contextual Teaching and Learning). Kata kontekstual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau keadaan”. Dengan demikian kontekstual diartikan yang berhubungan dengan suasana (konteks).14 Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.

14

(37)

Pendekatan Contexstual Teaching and Learning(CTL) merupakan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran secara alamiah dengan dunia nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan dapat memaknai apa yang dipelajarinya.15

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.16

Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lainnya yang terkait dan ada hubungan dengan dunia nyata.17

Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing).`

Dari definisi di atas ditarik kesimpulan bahwa CTL adalah pengajaran dan pembelajaran kontekstual didasarkan pada pengetahuan bahwa mengaitkan merupakan kegiatan alami manusia. CTL merupakan suatu cara yang tepat untuk mempersiapkan siswa kita

15E.Mulyasa”

Menjadi Guru Professional” (Bandung:Rosda, 2013).h. 102

16

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 255

17

(38)

dalam menghadapi era reformasi, perubahan instan, dan kehadiran teknologi di mana-mana. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Oleh karena itu, tugas guru mensiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan siswa agar siswa dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.

Sehubungkan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) yaitu :

1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran yang CTL adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajarn dimulai dengan membelajarkan secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

(39)

5) Melakukan refleksi strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi”.18

b. Komponen CTL (Contextual Teaching And Learning) 1. Membangun untuk menemukan makna

Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah, atau bahasa Indonesia dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka untuk belajar.

Bisa dikatakan pengaitan yang paling ampuh adalah pengaitan yang mengundang siswa untuk membuat pilihan, menerima tanggung jawab, dan memberikan hasil yang penting bagi orang lain.

2. Pembelajaran Mandiri dan kerjasama

Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL) tentang pembelajaran mandiri sangat terkait pada pengertian”mandiri” itu sendiri. Para pelajar yang memiliki tipe seperti itu “mengatur diri

sendiri” memerintah diri sendiri. Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar mereka juga diatur, maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Mereka mengatur, menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan penting tertentu.

Kerja sama adalah komponen penting dalam CTL. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih memungkinkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri,

18WinaSanjaya,”StrategiPembelajaran”,( Jakarta: Kencana,2011). H. 25

(40)

belajar untuk menghargai orang lain, mendengar dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama.19

3. Berpikir Kritis dan Kreatif

Berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental, seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian yang terorganisasi. Sedangkan berpikir Kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru.20

4. Membantu Individu tumbuh kembang

Guru CTL menciptakan lingkungan belajar yang membantu murid tumbuhdan berkembang dengan mencontohkan perilaku yang benar dan sifat-sifatintelektual, sopan santun, rasa belas kasih, saling menghormati, rajin, disiplin diri,dan semangat belajar yang mereka harapkan dari para siswanya. Para guru CTLmembimbing setiap siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang mudah untukmereka dan menumbuhkan kecerdasan yang merupakan tantangan untuk mereka.Para guru CTL mendorong mereka untuk meningkatkan kecerdasan mereka, danmengeluarkan bakat yang terpendam di dalam diri mereka.

5. Standar tinggi dan penilaian Otentik

Dalam sistem pengajaran dan pembelajaran kontekstual yang terpenting adalah membantu semua siswa untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

Penilaian autentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Sebagai bagiankecil dari keseluruhan sistem CTL, penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran

19

Elaine B. Johnsos, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan kegiatan Belajar- MengajarMenjadiMengasyikandanBermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2010), Cet. VIII,h. 164

20

(41)

secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

Dari komponen-komponen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) sebuah pendekatan yang holistik terhadap pendidikan yang dapat digunakan oleh semua siswa baik yang berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan belajar. Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi baru,serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.

c. Karakteristik Pembelajaran CTL

Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki karakteristik tersendiri. Ciri khas atau karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ditandai oleh tujuh hal utama.

1. Kontrukvisme (Constructivisme)

Kontrukvisme merupakan landasan berpikir (Filosofis) dalam CTL, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalama.21Filasafat kontruktivisme Mark Baldwin dan diperdalam oleh Jean Peaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya sekedar dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek dari setiap objek yang diamatinya.

Keterkaitannya adalah yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik

21

(42)

matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah, atau bahasa Indonesia dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka untuk belajar.

Strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupak unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.

2. Menemukan (Inquiri)

Siswa dituntut mampu mencari, menganalisa, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru, pembelajaran mandiri adalah sebuah proses.22 Sebagaimana proses lainnya, pola ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai suatu tujuan. Para pelajar yang memiliki tipe seperti itu

“mengatur diri sendiri” memerintah diri sendiri. Mereka

mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk itu. Pola belajar mereka juga diatur, maksudnya disesuaikan dan dilaksanakan dalam kaitannya dengan sesuatu yang lain. Mereka mengatur, menyesuaikan tindakan mereka untuk mencapai tujuan penting tertentu.

3. Bertanya (Questioning)

Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan banyak yang akan ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun oleh siswa.

Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan

22ElinRosalin,”

GagasanMerancangPembelajaranKontektual”(Bandung:

(43)

mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Adapun menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa menemukan sendiri.23

Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitanya dengan kehidupan nyata.

4. Bekerja sama / Masyarakat Belajar

Kerja sama adalah komponen paling penting dalam pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning), Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya pengalaman dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih memungkinkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain, mendengar denganpikiran terbuka, dan membangun persetujuan bersama.

Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Sepertiyang disarankan dalam learning community, bahwa hasil pembelajaran diperolehdari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima,

23

Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

(44)

sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam pendekatan CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa selayaknya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya didekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat).

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

5. Pemodelan (Modelling)

Tahap pembuatan model dapat dijadikan untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru. Dalam Pemodelan, peserta didik diberi waktu untuk membuat skenarionya sendiri dan menentukan bagaimana mereka ingin menggambarkan kecakapan dan teknik yang dilakukan di kelas.24

24

(45)

Pada sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswanya. Misalnya guru memodelkan langkah-langkah cara menggunakan neraca dan demonstrasi sebelum siswanya melakukan tugas tertentu. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli di bidangnya, misalnya mendatangkan seorang guru lain untuk memodelkan cara menggunakan bahan ajar untuk mengukur kemampuan siswa seperti contoh di bawah ini.

a) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.

b) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apayang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajariyang telah dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.25

25

(46)

7. Menggunakan penilaian autentik”.26

Tahap terakhir dari pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran yang memiliki fungsi yangamat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. Guru dengan cermat akan mengetahui kemajuan, kemunduran dan kesulitan siswa dalam belajar, dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah kerjasama, saling menunjang, menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis, guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, sehingga pembelajaran lebih mengasyikan, menyenangkan, dan bermakna.

d. Langkah-langkah Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual dilakukan melalui langkah berikut ini :

26

(47)

a) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki.

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan-pertanyaan.

d) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e) Menghadirkan model sebagai contoh pelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

f) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran.

g) Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan sebenarnya pada setiap siswa.

Tabel 2.1

Langkah-langkah dengan pendekatan CTL (Contexstual Teaching Learning)

No

1 Kontruktivisme  membangun landasan yang kukuh

 Membangun Pemahaman Siswa berdasarkan Pengalaman.

 Pembelajaran harus dikemas sebagai

proses “Mengkontruksi” bukan hanya

menerima pelajaran.

 membuat rancangan yang dinamis

 menciptakan lingkungan yang mendukung

(48)

terkait materi.

 maerumuskan masalah yang ditemukan.

 merumuskan hipotesis

 merancang dan melakukan eksperiment

 mengumpulkan dan menganalisa

 Menarik kesimpulan dan

mengembangkan sikap ilmiah, yakni obyektif, jujur, hasrat ingin tahu terbuka, berkemauan dan tanggung jawab.

3 Bertanya  Bagi guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa

 mengecek pemahaman siswa.

 membangkitkan respon siswa.

 mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.

 untu menyegarkan kembali pengetahuan siswa. baik dari pada belajar sendiri.

 Tukar Pengalaman

 Berbagi Ide atau alasan

5 Pemodelan  Poses penampilan suatu contoh agar siswa berpikir, bekerja dan belajar. 6 Refleksi  Cara berpikir apa yang telah dipelajari.

 Mencatat apa yang telah dipelajari.

 Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

7 Penilaian yang sebenarnya

 Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

 Dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

 Penilaian produk atau kinerja.

 Berkesinambungan.

(49)

e. Kelebihan dan Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.

1. Kelebihan

a. Pembelajaran lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan menghubungkan materi yang telah ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruksivisme, dimana setiap siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruksivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

2. Kelemahan

(50)

guru adalah pembimbing siswa agar dapat belajar sesuatu dengan tahap perkembangannya.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.27

B. Penelitian Yang Relevan Nama

Peneliti

Judul Yang membedakan dengan hasil penelitian penulis

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pelajaran menulis cerita anak .

 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keterampilan menulis cerita anak pada siswa kelas V melalui CTL mengalami peningkatan

 siklus I persentasi total

27

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu,

(51)

rata pada lembar observasi, yaitu 48.9% dan pada sikluis II sebesar 61.5%. Selain dari hasil observasi, penulis juga menyebarkan skala, yaitu tentang kemampuan menulis cerita anak. Hasil skala pada siklus I rerata yang diperoleh, yaitu 69% dan skala pada siklus II yang diperoleh menunjukkan baik dengan rerata 78.16%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerita anak pada pelajaran bahasa Sosiologi di sekolah menengah atas Triguna Utama Tangerang Selatan.

 Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran sosiologidengan

menggunakan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan nilai kkm 72 dan dengan ketuntasan nilai siswa 80 %

(52)

post tes 81,08

 Dilihat dari persentase ketuntasan kelas pada siklus satu hanya 29,72 % dan

 Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

 Data Hasil Belajar kognitif diperoleh melalui tes kognitif berbentuk uraian dan lembar observasi hasil belajar. telah mencapai ketuntasan minimal

 Hal tersebut membuktikan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan Kontekstual

Mulyana Peranan model

CTL(Contextual

Teaching And

Learning ) Dalam

(53)

Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada mata pelajaran PKN (Di Mis Irsyadul Khair)

kkm 60

 Intrumen yang digunakan berupa pre tes dan post tes

 Rata-rata N-Gain siklus I Adalah 0,53, rata-rata N-Gain siklus II 0,67 dengan begitu indikator keberhasilan dalam penelitian telah mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 60.

C. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah dengan pendekatan
Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
Gambar, tanya jawab,  Masyarakat belajar dan
Gambar, tanya jawab,  Masyarakat belajar dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Pendididikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta yang merupakan salah satu organisasi yang ikut berperan dalam keberadaan pendidikan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/SDA-18/POKJA/2015 tanggal 19 Juni 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jaringan

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

minta pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal

REKAPITULASI BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PROGRAM DAN KEGIATAN.. TAHUN

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul