• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diksi dalam terjemahan Kitab Syaroh Uqudullujain Karya Drs. Moch. Ati Chasan Umar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Diksi dalam terjemahan Kitab Syaroh Uqudullujain Karya Drs. Moch. Ati Chasan Umar"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab

Syarah Uqudullujain

Karya Drs. Moch Ali Chasan Umar

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Disusun oleh:

Sri Mustika Mutiara

Nim: 1110024000027

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi

ini

merupakan hasil karya

asli

saya yang diajukan unhrk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu

di

UIN Syarif Hidayatullah J akarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini

telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan

yang

berlaku

di

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar.

Ciputat, 19 November 2Al4

(3)

Syaroh

Uqudullujain

Karya

Drs.

Moch.

Ati

Chasan

Umar

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh:

SRI MUSTIKA MUTIARA

1110024000027

Dosen Pembimbing

Pembimbing

I

Pembimbing

II

mad Syatibi, M.Ag.

Nip: 19s5070319860310.02

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DA}[ HUMANIORA

UNI\TERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Drs. Ikhwan Azizi,MA Nip: 19570816199403 1001

(4)

Skripsi

berjudul

(AIIALISIS

DIKSI

TERJEMAHAN KITAB

SYARH UQUDULLUJAII\P'

Karya

Drs. Moch

AIi

Chasan

lImar."

yang ditulis oleh

SRI MUSTIKA MUTIARA, NIM

1110024000027 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah pada tanggal

4

Februari 2015 diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada program Studi Tarjamah.

Ciputat, 4 Februari 2010

Sideng Munaqasyah

TIM PENGUJI

Dr.Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum.

( Ketua Sidang )

Umi Kulsun, MA

( Sekretaris Sidang )

Drs. Ikhwan Azizi,MA

( Pembimbing I )

Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag.

( Pembimbing II )

Dr. Darsita Suparno,M.Hum.

( Pengqii I )

Abdul Wadud Kasyful Anwar, M.Ag.

( Penguji II )

TTD

,04^^,{e

)

Tgl. Tsl.

I

,ryw,

Tgl.

at -

03

'

20lS

(

Tg1.

(

Tgl.

(

Tg1.

(5)

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

ج

J Je

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

د

D De

Dz de dan zet

ر

R Er

Z Zet

س

S Es

ش

Sy Es

ص

S es dengan garis di bawah

D de dengan garis di bawah

ط

T te dengan garis di bawah

ظ

Z zet dengan garis di bawah

ع

„ koma tebalik di atas hadap kanan

Gh ge dan ha

ف

F Ef

ق

Q Ki

K Ka

ل

L El

M Em

N En

W We

ه

H Ha

ء

` Apostrof
(6)

v

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____ A Fathah

______

ِ I Kasrah

___ U dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksarany adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

ي _____ Ai a dan i

______ Au a dan u

Vokal Panjang

Keterangan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal latin Keterangan

ا

A a dengan topi di atas

ي ِ

I i dengan topi di atas
(7)

vi

Kata Sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah huruf qomariyah . contoh : al-rijal bukan ar-rija`l, al-diwa`n bukan ad-di`wa`an.

Syaddah (tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (

-

), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةر رَضلا tidak ditulis ad-darurah melainkan al-darurah, demikian seterusnya.

Ta Marbutah

(8)

vii

No Kata Arab Alih Aksara

1

ةقيرط

Tariqah

2

ةیماسإا ةعماجلا

Al-jami‟ah al- islamiyyah

3

دوجولا ةدح

Wahdat al-wujud

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut jua digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bu lan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, (Contoh: Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

(9)

viii

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat- kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.

Kata Arab Alih Aksara

اتسأا ه

dzahaba al-ustadzu

رجأا ث

Tsabata al-ajru

ةيرصعلا ةكرحلا

al-harakah al-asriyyah

ها اإ هلا ا أ د شأ

Asyhadu an la ilaha illa Allah

لاصلا م اناوم

Maulana Malik al-Salih

ها مكرث ي

Yu` atstsirukum Allah

ةی قعلا رهاظملا

al-mazahir al-aqliyah

ةینو لا ايآا

al-ayat al-kauniyah

اروظحملا ی ت ةر رضلا

(10)

ix

SRI MUSTIKA MUTIARA. 1110024000027

“ANALISIS DIKSI TERJEMAHAN KITAB

SYARH UQUDULLUJAIN

” Karya

Drs. Moch

Ali Chasan Umar.”

Dalam kegiatan penerjemahan salah satu hal yang harus diperhatikan adalah masalah pemilihan kata (diksi), apabila dalam hal tersebut tidak tepat dan sesuai maka akan memperhambat tersampainya pesan Bsu terhadap Bsa.

Kitab syarah Uqudullujain adalah salah satu kitab kuning yang sering dikaji oleh para santri salafi yang berisikan tentang masalah- masalah hak istri pada suami dan sebaliknya dan masalah lainya yang berhubungan dengan suami istri, dan salah satu kitab yang penting dikaji bagi yang belum maupun yang sudah memasuki dunia perkawinan dan berumah tangga. Karena, dengan memahami, menghayati dan mengamalkan kandungan buku ini, akan dapat membentuk rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, serta membina keharmonisan suami istri berdasarkan tuntunan Syari‟at Islam.

(11)

x

PRAKATA

Al-hamdulillah, tiada kata yang pantas diucapkan kecuali rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul (Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab Syarh Uqudullujain) sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1).

Salawat beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya menuju zaman yang penuh dengan

pengetahuan, dan semoga kita mendapat Syafa‟at di hari akhir.

Saya menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas akhir ini, tidak lepas dari perhatian, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya memyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada siapapun yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini.

(12)

xi

Selanjutnya ucapan syukur dan hormat saya haturkan dan tunjukkan kepada :

1. Prof. Dr.Oman Fathurrahman M.Hum, selaku Dekan Fatultas Adab dan Humaniora, Dr. Ahmad Saekhudin, M.A, Dr. Ade Asnawi selaku Ketua Jurusan Tarjamah yang telah memberikan semangat kepada para mahasiswanya agar tak pernah bosan untuk berkarya, kepada Dr. Moch.

Syarif Hidayatullah, M.Hum “Sebagai Bapak baru di jurusan Tarjamah”

semoga bisa membangun jurusan tarjamah menjadi lebih baik dan unggul, kepada, Umi Kulsum, MA sebagai sekertaris Jurusan Tarjamah.

2. Drs Ikhwan Azizi, M.A, Ahmad Syatibi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi banyak masukan dan mengorbankan waktunya di tengah kesibukannya serta kesabaran membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Abdul Wadud Kasyful Anwar Lc, MA, selaku penguji yang telah menyempatkan waktunya dan memberikan masukan kepada saya agar memperbaiki skripsi menjadi lebik baik lagi. 4. Segenap Dosen Jurusan Tarjamah yang tidak dapat saya sebutkan

(13)

xii

Humaniora yang telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2010 yang berjuang bersama, Rifial Mahmudin – Akew, Halimah, Hanifah, Nia, Eva, Umay, Mutz, Novi, Lili, Hani, Asiah, Fahmi, Faat, Syafaat, Ocid, Syarif, Kholis, Fhan, Uwes, Imam, Arif Azami, Julpong, Lukman. Temen seperjuangan BidikMisi Semoga Allah SWT melindungi kalian dan tetap menatap masa depan yang cerah. 7. Sahabat tersayang Irna Agustiani yang selalu memberi semangat suka

maupun duka (Semoga kesuksesan menyertai kita).

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu hingga skripsi ini terselesaikan dan menjadikan amal baik di sisi Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat dijadikan suatu yang bernilai dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca bagi umumnya.

Ciputat, 18 November 2014

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ...……….….………

PERNYATAAN...……….……….……….…..…….…....i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……..……….….…...……...ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………..………..……..….….iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB –LATIN ……..……….…..iv

ABSTRAK ……….v

PRAKATA……….……vi

DAFTAR ISI……….….……….…….…….vii

BAB I

: PENDAHULUAN

A.Latar belakang...1

B.Pembatasan dan perumusan masalah...5

C.Tujuan dan manfaat penelitian...6

D.Tinjauan pustaka...7

E. Sistematika penulisan...8

BAB II

: KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan ………..………..…..………...9

1. Pengertian penerjemahan………..………...….9

2. Proses penerjemahan…....………….……….…………...11

(15)

xiv

B. Teori Diksi

1. Definisi Diksi……….………...…………..…..17

2. Masalah Pemilihan Kata dalam penerjemahan …...….18

3. Ketepatan Pilihan Kata………....………..……19

4. Kesesuaian Pilihan Kata…………...…...………..20

5. Kelangsungan Diksi……..……..….………...…..22

C. Wawasan Umum Semantik 1. Pengertian Semantik……….……….……….…………..23

2. Jenis- jenis Semantik…………...……….…24

3. Pengertian Makna………...……….….28

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode yang digunakan data………..…………..….…..25

B. Fokus Penelitian .. ……….…..…27

C. Sumber Data……….………27

D. Metode Penyediaan Data………..27

E. Metode Analisis Data……...………29

F. Analisis Data……….……….…..30

G. Metode penyajian Analisis data……….…..30

(16)

xv

A. Analisis Penggunaan Kata–Kata yang kurang tepat dalam

Diksi………..………...………....33

B. Analisis Penggunaan Kata-kata yang kurang sesuai dalam

Diksi………...………..47

C. Analisis Penggunaan Kata yang Berhubungan dengan

kelangsungan Diksi……….……….……53

BAB V

: PENUTUP

A. Kesimpulan ……….60

B. Saran……….………61

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Bahasa itu bersifat arbitrer (manasuka) bukanlah angka-angka atau rumus-rumus yang dipakai dalam ilmu alam yang dapat ditentukan makna dan jumlah tertentu. Akan tetapi, bahasa bagaikan makhluk hidup yang tumbuh berubah, berkembang, sesuai dengan tempat, waktu, zaman dan perubahan manusia serta kebudayaan. Bahasa lisan maupun tulisan adalah alat bagi manusia untuk mengungkapkan sesuatu yang ada di benak fikiranya sesuai dengan apa yang manusia dengar, baca, dan fikiran itu akan menjadi sebuah ungkapan yang kongkrit.

Dalam dunia pesantren kegiatan penerjemahan sedikit banyaknya dilakukan oleh para santri. Akan tetapi, pada umumnya menitik beratkan pada penerjemahan kata demi kata. Terjemahan ini dilakukan pada kitab-kitab bahasa arab ke bahasa lokal, kegiatan ini umumnya di pesantren salafi dan tentunya yang diterjemahkan tidak jauh dari kitab islam klasik.

(18)

selalu diletakkan di bagian tengah setiap halaman. Pergeseran sub topik tidak menggunakan alinea baru akan tetapi menggunakan pasal-pasal atau kode.

Menerjemah tidak semudah yang kita bayangkan bahkan lebih sulit dari mengarang, karena pengarang bebas memiliki makna kata sedangkan menerjemah terikat dengan arti yang disusun orang lain dan terpaksa / dipaksa untuk mengungkapkan konsep – konsep seperti apa yang dikehendaki oleh pengarang. 1

Diksi adalah salah satu hal yang terpenting dalam dunia penerjemahan. Ketepatan pemilihan kata dalam menerjemahkan akan berpengaruh sejauh mana pesan Tsu tersampaikan dengan benar dalam Tsa, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa, menurut Nida proses menerjemahkan dapat diringkas sebagai berikut: analysis-trasfer-restructuring. Analysis digunakan untuk mengetahui pesan yang ingin diterjemahkan, dan memuat analysis gramatikal, analisis semantik (baik arti referensial maupun arti konotatif). Transfer mempersoalkan “bagaimana hasil analisis tersebut ditrasfer dari BSU ke BSA dengan sedikit perbedaan arti dan konotasi tetapi dengan kesamaan reaksi seperti pada orang aslinya, restructuring

membicarakan “macam- macam bahasa atau gaya bahasa .2

Oleh karena itu, sebagai prinsip dasar perlu diingat bahwa karya terjemahan

adalah karya yang bersifat “rekreatif” yaitu menyampaikan kembali (recreate)

maksud dan tulisan orang lain dalam bahasa yang berbeda. Jadi seorang penerjemah tidak dapat bersikap seolah-olah karangan itu adalah karya “kreatif” atau penciptaan tangan pertama, sehingga berhak mengubah maksud penulis

1

Satori Ahmad, problematika terjemah Arab- Indonesia, ( Jakarta, Adabia Press, 2011) hal: 22

2

(19)

aslinya. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus netral, tanpa mengupayakan perubahan maksud teks Bsu. 3

Ada dua jenis perangkat yang wajib digunakan oleh penerjemah yaitu perangkap intelektual dan perangkap praktis. Perangkap intelektual mencakup kemampuan yang baik dalam Bsu ke Bsa, mengenai pokok masalah yang diterjemahkan, penerapan pengetahuan yang dimiliki serta keterampilan. Perangkat praktis meliputi kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan dan kemampuan mengenali konteks suatu teks.4

Jenis dan tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna semantik leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada dan tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dibedakan makna denotatif dan konotatif, berdasarkan ketepatan makna dikenal adanya makna istilah, khusus dan umum disebutkan adanya makna- makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya. 5

Baik – buruk, benar – salahnya suatu terjemahan tidak akan pernah diketahui tanpa adanya penelitian yang menyeluruh pada sebuah produk terjemahan. Jadi, seorang penerjemah tidak berhak mengatakan bahwa hasil terjemahanya itu baik. Sebaiknya diperiksa dan diteliti terlebih dahulu dari satu tahap ke tahap lain sampai ke tangan pembaca.

Menurut Gorys Keraf, Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang

3

Rochayah Machali, Pedoman bagi penerjemah, ( Bandung; Kaifa 2009) hal ; 150.

4

Ibid hal 11.

5

(20)

ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pillihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosa kata bahasa itu”.

Pada alinea sebelumnya telah dibahas bahwa, dalam pengalihan pesan sering terjemahan kata atau istilah menjadi suatu kendala yang agak sulit diatasi terkadang sulit untuk menemukan kata yang tepat. Maka, keterampilan menemukan kata yang tepat bagi seorang penerjemah sangatlah diperlukan agar mampu menuangkan dalam tulisan yang enak dibaca.

Penulis akan memberi satu contoh kutipan dari kitab Terjemahan SYARH UQUDULLUJAIN Dari pemakaian diksi yang kurang tepat.







:ءاسنلا )

91

(

6

... ل قلا ف لامجإاب و ةقفنلا و تيبملا ف لدعلااب

أ

Terjemahanya: Bergaullah dengan mereka secara patut. (Q.S. 4 An- Nisa: 19). Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil

dalam bermalam, memberi nafkah, dan bagus dalam berbicara.

Pada teks sumber (Tsu) di atas, terdapat kata لامجِإا

yang diterjemahkan bagus

terlihat kurang tepat apabila dilihat dari konteks Bsu. Dalam Kamus Al-Asry kata لامجإا diartikan baik, ramah7, sedangkan kata bagus kamus

sinonim bahasa Indonesia adalah elok, baik sekali, indah, rupawan8, menurut penulis bagus itu lebih tepat dipakai untuk kata- kata memuji seperti, “baju baru

itu bagus sekali”. Kemudian kata لوقلا merupakan derivasi dari

6

Muhammad bin Umar Nawawi, Syarh Uqudullujain, hal 3.

7

Atabik Ali, Kamus Kontemporer Al- A’sry Arab- Indonesia, hal : 32.

8

(21)

berkata9 لوعفملا لعافلا يمم ردصم ردصم لعف

عراضم يضام لعف

ًةلاقمو ًااقمو

ًايقو ًا ق ل قي- لاق

Dalam kamus KBBI “Berbicara” v 1 berkata;

bercakap; berbahasa: 2 melahirkan pendapat ( dengan perkataan, tulisan, dsb: 3 berunding; merundingkan: 10

Dari beberapa referensi di atas, setelah dicermati dari konteks kalimat bahwa kata لامجإا

lebih tepat diartikan baik apabila dipadankan dengan kata لوقلا

maka lebih tepat diartikan bertutur kata baik

Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil dalam

bermalam, memberi nafkah, dan bertutur kata baik .11

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab ” Syarah Uqudullujain

karya Drs. Moch Ali Chasan Umar. Karena buku tersebut berkaitan tentang

masalah hak dan kewajiban suami istri dan menjadi sangat penting untuk dikaji oleh mereka yang akan memasuki dunia perkawinan dan berumah tangga maupun bagi mereka yang sudah berkeluarga, yang dilengkapi dengan landasan ayat-ayat al-Qur‟an, al-Hadits dan asar sahabat serta hikayat-hikayat.

B. Perumusan dan pembatasan masalah

Sebagaimana telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, bahwa pengamatan pada terjemahan kitab Syarah Uqudullujain memberi inspirasi

9

A.W. Munawwar, Kamus Al- Munawwir Arab – Indonesia, hal : 1171

10

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai Pustaka: 2007) cet: 4 ,hal: 148.

11

(22)

kepada penulis untuk membahas permasalahan diksi. Penulis akan menganalisa hasil terjemahan pada pasal I saja agar tidak terlalu meluas, dengan sub judul Hak Istri Pada Suami. Untuk lebih mudah dan terarah maka di dalam penulisan skripsi ini dibatasi dalam perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah pemilihan kata (diksi) dalam Terjemahan Kitab Syarah Uqudullujain sudah tepat dan sesuai dengan syarat ketentuanya?

2. Apakah pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah sesuai dengan makna yang terkandung dalam Bsu ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui ketepatan dan kesesuaian diksi yang dipakai dalam pengalihan pesan teks BSU kepada BSA .

2. Mengetahui tersampaikan atau tidaknya terjemahan buku kepada pembaca.

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Menambah pengetahuan seputar penilaian diksi pada karya-karya buku terjemahan.

(23)

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini, penelitian tentang diksi memang sudah banyak diantaranya Ana Saraswati (2008) diksi dalam terjemahan Studi Kritik Terjemahan Ar-Risalah al-Qusyairiyah Fi Ilmi Al- Tasawuf, Novitatasari Rahayu (2011) Analisis Diksi pada Fat al-Qarib pada Bab Nikah, Asep Saepulah (2010) Ketepatan diksi terjemahan Mukhtasar Ihya Ulumuddin karya Iman Al- Ghazali. Maka, penulis

terisnpirasi untuk menganalisis “Analisis Diksi dalam Terjemahan Kitab

Syarah Uqudullujain “ karya Syaikh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi yang diterjemahkan Drs. M Ali Chasan Umar. Dan adapun penelitian yang dibedakan pada penelitian ini ialah lebih menekankan kepada kesesuaian dan ketepatan dalam pemilihan kata.

(24)

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang akan penulis rincikan sebagai berikut:

BAB I : Diawali deng an pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah problermatika pembahasan. Agar pembahasan tidak terlalu melebar dilakukan pembatasan dan perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian kemudian ditutup dengan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab II ini, akan membahas gambaran penerjemahan: Proses terjemahan, metode-metode terjemahan, Syarat- syarat penerjemahan. Teori diksi yang terdiri dari : Definis diksi, masalah pemilihan kata dalam terjemahan, ketepatan pemilihan kata, kesesuaian pemilihan kata, dan kelangsungan diksi. Kemudian akan dibahas tentang wawasan semantik yaitu: pengertian semantik, dan pengertian makna.

BAB III : Pada bab III ini, berisi metode penelitian dan gambaran objek penelitian.

BAB IV : Pada bab IV ini, menganalis Diksi Kitab Terjemahan dalam memilih diksi kitab “Syarh Uqudullujain”. Analisis penggunaan kata–kata yang kurang tepat dalam diksi, analisis penggunaan kata- kata yang kurang sesuai dalam diksi, analisis penggunaan kata yang berhubungan dengan kelangsungan diksi

(25)

9

KERANGKA TEORI

A.Penerjemahan

1. Pengertian Penerjemahan

Terjemah secara etimologis berasal dari bahasa Arab „tarjamah‟ yang artinya penjelasan bila dikatakan „tarjama kalamahu’, artinya menerangkan

ucapanya atau apabila dituliskan „tarjama kalimatuhu’ artinya menjelaskan

tulisanya, dari dua contoh di atas, ia menerangkan ucapan dan tulisanya dan ia mengalih bahasakan satu teks ke bahasa lain.

[image:25.595.82.486.230.697.2]

Secara terminologis, terdapat beberapa definisi tentang terjemah, penulis akan memuat beberapa pendapat dari para ahli penggiat bahasa. Penerjemahkan merupakan proses memindahkan makna yang telah diungkapkan dalam bahasa yang satu (bahasa sumber) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya dalam bahasa yang lain (bahasa sasaran), berikut simbol yang diungkapkan oleh Widyamartaya dalam bukunya Seni Menerjemahkan

Gambar 12: Amanat dalam dua latar budaya1

1

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, ( Yogyakarta : Penerbit Kanisius : 1989) hal :38.

S A P

(26)

Bangun bujur sangkar menunjukkan satu latar budaya yang bangun lingkaran latar budaya yang lain: S berarti sumber, A berarti amanat, dan P berarti Penerima. Di dalam kebudayaan persegi,, terdapat sumber, amanat, dan penerima dan semuanya berbangun persegi. Di dalam kebudayaan lingkaran, terdapat sumber, amanat dan penerima yang dibangun bulat. Itu semua menunjukkan bahwa di dalam kebudayaan manapun orang berbicara dalam bahasa kebudayaan itu dan bereaksi di dalam pola kebudayaan. Dalam penerjemahan tugas penerjemah adalah mengambil amanat yang berbangun persegi yang disampaikan dari sumber yang berbangun persegi kepada penerima yang berbangun persegi kemudian mengungkapkan amanat yang sama berupa amanat yang berbangun bulat kepada penerima yang berbangun bulat . jadi penerjemahan bukan hanya sekedar menumpahkan amanat bangun persegi kepada bangun bulatan.akan tetapi, ada tahap-tahap selanjutnya yang harus dilakukan dalam penerjemahan.

Menurut Ibnu Burdah terjemah sebagai usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan padananya ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran). 2

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa penerjemah adalah kegiatan memindahkan pesan dari BSU ke BSA dengan secara jelas, sesuai dengan gaya bahasa yang dibutuhkan sehingga pesan itu tersampaikan, dan bisa terjadi dalam satu bahasa ataupun dua bahasa sesuai kebutuhan yang diperlukan dalam teks BSU tersebut. Dalam prakteknya seseorang yang sedang merumuskan gagasan-gagasan yang ada pada benaknya dalam bahasa matematika atau bahasa

2

(27)

fisika sekalipun merupakan contoh dari penerjemahan. Dengan kata lain, penerjemahan dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan baik verbal maupun non verbal dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit biasa diartikan proses pengalihan pesan dari bahasa pertama dengan padananya kedalam bahasa kedua.

2. Proses Penerjemahan

Dalam melakukan suatu hal dibutuhkan proses begitu pula dengan penerjemahan untuk menghasilkan pesan teks Bsa yang sesuai dengan pesan yang terdapat pada teks Bsu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan3.

Proses penerjemahan bisa juga dipersingkat yaitu terdapat tiga tahapan proses penerjemahan berikut dalam segitiga proses penerjemahan sebagai berikut:

1) Pemahaman Bsu

Pemahaman Bsu merupakan hasil dari olah intelektual atas apa yang dilihat dari teks dan apa yang didengar, yang dibantu dengan gramatikal melalui perangkat morfologis dan sintaksis pada Tsu.

2) Implikatur

Implikatur meruupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman menangkap aspek semantik (makna) dan pragmatik yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap teks dan impikasi kontekstualnya.

3

(28)

3) Pemadanan Bsa

Pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek tekstual dan kontekstual dari Tsu ke Tsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk bisa menerjemahkan, seorang penerjemah harus benar- benar memahami Tsu. Jadi, seorang yang tidak memahami Tsu, tidak akan dapat menerjemahkan secara akurat. 4

3. .Metode- Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan adalah teknik yang dipergunakan oleh seorang penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Penulis akan mencoba menguraikan metode terjemahan yang terbagi menjadi 8 ( Delapan).

a. Penerjemahan kata demi kata

Metode terjemahan ini, seorang penerjemah meletakkan kata-kata Tsa langsung di bawah versi Tsu, dan diterjemahkan diluar konteks. Kata- kata yang bersifat kultural diterjemahkan apa adanya namun, metode ini biasanya hanya digunakan untuk prapenerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu yang sukar dipahami, dan para pemula yang tidak mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik. Contoh :

نع هثاث بتك

Dan di sisiku tiga buku-buku

Terjemahan kata demi kata amat bermanfaat yaitu menjaga dan mempertahankan kemurnian teks aslinya akan tetapi apabila dipakai untuk menerjemahkan naskah yang panjang penerjemahan kata demi kata

4

(29)

saja tidak cukup karena harus memperhatikan aspek yang lain pula dalam proses penerjemahan.

b. Penerjemahan harfiah .

Metode jenis ini dilakukan saat seorang penerjemah mencarikan padanan kontruksi gramatikal Bsu yang terdekat dengan Bsa, tetapi penerjemahan leksikal atau kata- katanya dilakukan terpisah dari konteks. Metode ini data digunakan sebagai tahap awal pengalihan.contoh:

نم لجر ءاج نسحملا

ی ن لازلزلا اياحض ة عاسمل اتركایغ ي لإ

Datang seorang lelaki yang membantu kebaikan ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban goncangan.

Penerjemahan harfiyah hanya mencari padanan gramatikal, sehingga terjemahan sedikit kaku dan tidak luwes.

c. Penerjemahan Setia.

Metode jenis ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat dengan makna gramatikal Bsu. Kata- kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi menyimpang dari struktur gramatikal Bsa. Penerjemahan jenis ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Bsu, sehingga terjemahan tersebut terlihat kaku dan asing. Metode ini bermanfaat sebagai proses awal tahap pengalihan. Contoh :

دامرلا ریثك ه

Dia (lk) dermawan kaena banyak abunya

(30)

d. Penerjemahan Semantik

Metode jenis ini berbeda dengan penerjemahan setia, karena penerjemahan semantik lebih luwes dan mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan mengompromikan makna selama masih dalam batas wajar. Kata yang sedikit bermuatan budaya diterjemahkan dengan kata netral dan fungsional. Sedangkan penerjemahan setia tidak berkompromi dengan kaidah Bsa dan lebih terikat oleh Bsu sehingga terjemahan terlihat lebih kaku. Contoh:

لصفلا امأ نی ج لا ا تيأر

Aku lihat si muka dua di depan kelas

e. Terjemahan Adpatasi (sanduran )

Metode jenis ini, merupakan metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Bsa. Karena seorang penerjemah hanya memperhatikan apakah terjemahanya dapat dipahami oleh pembaca Bsa atau tidak. Akan tetapi, penerjemah tidak mengorbankan hal- hal penting dalam Tsu, misalnya tema, karakter, ataupun alur. Metode jenis ini, biasanya digunakan dalam penerjemahan drama atau puisi. Ciri lain dari metode ini adalah terjadinya peralihan budaya Bsu ke Bsa. Dengan kata lain, ada penyesuaian kebudayaan dan struktur kebahasaan. f. Penerjemahan bebas

Metode ini, mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks Bsu, biasanya brbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada aslinya. Penerjemahan jenis ini sering dipakai dikalangan media massa.

نیعمجأ سانلا ةایحل داسفلا لوصأ نم میظع لصأ لاملا أ يف

Harta Sumber Malapetaka

(31)

menghilangkan pesan Tsu. Apabila diterjemahkan secara lengkap menjadi, Harta merupakan sumber terbesar kehancuran bagi kehidupan manusia.

g. Penerjemahan Idiomatik

Metode jenis ini, bertujuan agar penerjemah memproduksi pesan dalam teks Bsu dan mengharuskannya untuk sering menggunakan kesan keakraban serta ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya.

h. Penerjemahan Komunikatif

Metode jenis ini, penerjemah berupaya memproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga aspek kebahasaan dan aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Metode ini sangat memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Metode jenis ini dapat menghasilkan variasi penerjemahan yang sesuai dengan prinsip- prinsip komunikasi.

4. Syarat- syarat Penerjemah.

Penerjemah menjembatani pesan termaktub dalam teks sumber agar sampai kepada pembaca teks terjemahan, maka ditangan penerjemah pula berbagai keputusan dibuat entah itu dengan pemilihan teknik penerjemahan, diksi, panjang pendeknya kalimat, penempatan informasi, ataupun yang lainya.

Menurut Neurbeut syarat- syarat penerjemah diantaranya: 5

Pertama, seorang penerjemah harus memiliki kompetensi kebahasaan terkait dengan penguasaan bahasa sumber dan bahasa target. Sebagai dwibahasawan, penerjemah harus memahami aspek-aspek linguistik dua bahasa sekaligus.

5

(32)

Kedua, kompetensi tekstual yaitu kemampuan menterjemah memahami isi pembicaraan, pemahaman tekstual diperoleh setelah penerjemah mengindentifikasi relasi antarmakna dalam kalimat. Berkat kompetensi tekstual, penerjemah dapat menyelami makna yang tertuang dalam setiap ragam kalimat. Dalam pemahaman tekstual selain memahami pengetahuan dalam bahasa sumber juga harus ditunjang dengan common knowledge“pengetahuan umum”.

Ketiga, kompetensi materi. Pengetahuan ihwal bidang ikmu yang diterjemahkan turut menentukan kualitas hasil terjemahan. Tidak perlu menjadi pakar di bidang ilmu tersebut akan tetapi ia harus memahami istilah- istilah teknis yang berhubungan denganya. Artinya kompetensi materi ini harus ditunjang dengan kemampuan mendekati karakter, penalaran, dan retorikasi penulis, sehingga konstruksi gagasanya, bisa dipahami dengan baik.

Keempat, kompetensi kultural. Bahasa adalah cerminan budaya salah satu problem penerjemahan juga terkait dengan istilah- istilah yang bernuansa budaya. Sebagai contoh, ungkapan

هیَفك ب قي

“membolak balikan kedua tangan“ dalam bahasa Arab digunakan untuk menggambarkan penyesalan. Pergambaran ini tentu saja bersifat kultural. Dalam bahasa Indonesia, menyesal digambarkan dengan mengelus dada .

Kelima, kompetensi transfer. Penerjemah yang mumpuni sudah pasti memiliki kompetensi transfer yang baik, kompetensi ini antara lain, berkenaan dengan persoalan strategi penerjemahan, prosedur atau teknik penrjemahan apa yang akan dipakai agar menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

(33)

penguasaan bahasa Indonesia. Ketiga, wawasan yang luas ihwal materi teks sumber yang hendak diterjemahkan.

B. TEORI DIKSI

1. Definisi Diksi

Pemilihan kata atau diksi adalah mencakup kata- kata yang dikelompokkan untuk menyampaikan suatu gagasan lalu dipakai untuk menjadi sebuah ungkapan yang tepat dan membedakan nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar. 6

Ada lima tingkat dalam memilih diksi menurut Simbolon, berikut lima tingkat tersebut dari yang terendah hingga yang tertinggi :7

a. Literal ( Harfiah)

Pemilihan makna kata yang didasarkan semata- mata pada makna kata tersebut di kamus.

b. Sintaktikal ( Tata Bahasa)

Pemilihan makna kata yang tidak didasarkan semata- mata pada susunan tata bahasa sumber.

c. Idiomatikal ( Peribahasa)

Pemilihan kata yang didasarkan pada kesepadanan idiom pada bahasa sasaran, contoh pada kasus هناسللاط هتجح رصق نم . Ungkapan peribahasa tersebut apabila

6

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2010) hal 24.

7

(34)

tidak diartikan dengan aspek keperibahasaan makan terjemah yang didapat adalah orang pendek argumenya, maka panjang lisanya. Padahal, pesan yang hendak dinyatakan oleh ungkapan itu setara dengan ungkapan dalam bahasa Indonesia yaitu ¸ tong kosong nyaring bunyinya.

d. Aestetikal (Kesusastraan)

Pemilihan kata yang sudah harus benar- benar mempertimbangkan mutu kesastraan, seperti konotasi dan irama, tentu saja sebisa mungkin setia dengan mutu kesastraan naskah asli, harus lebih mempertimbangkan pemilihan kata.

e. Etikal (Kesusilaan)

Pemilihan kata didasarkan pada prinsip kepatutan yang berlaku pada penutur bahasa sasaran, seperrti kata ،ةیفس ، لهاج banyak yang menerjemahkan kata- kata tersebut dengan hanya melihat padanan yang tersedia di kamus. Padahal, padanan yang ada di kamus belum melihat aspek etis kata itu ketika berada dalam kalimat yang kemudian dibukukan, apalagi untuk buku popular yang bernuansa agama. Kata ،ةیفس ، لهاج akan lebih tepat bila diterjemahkan dengan orang yang tidak berilmu.

2. Masalah Pemilihan Kata dalam penerjemahan

(35)

3. Ketepatan Pilihan Kata

a. Persoalan Ketepatan pilihan Kata

Ketepatan pemilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Maka, persoalan ketepatan pemilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang apabila kosa kata yang banyak akan memungkinkan penulis lebih bebas memilih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili pemikiranya.

Ketepatan kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya, apakah sudah cukup lengkap untuk mendukung penulis atau masih butuh penjelasan tambahan? Dengan demikian, makna kata yang tepat agar meminta pula perhatian penulis untuk tetap mengikuti perkembanan makan tiap kata dari waktu ke waktu, karena tiap kata dapat mengalami pula perkembangan, sejalan dengan perkembangan waktu.8

b. Persyaratan Ketepatan pilihan Kata

Karena ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti yang dipikirkan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis harus berusaha secermat mungkin memilih kata- katanya untuk mencapai maksud tersebut.

8

(36)

Berikut ini beberapa butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata yaitu:

a. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi

b. Membedakan dengan cermat kata- kata yang hampir bersinonim c. Membedakan kata- kata yang mirip dalam ejaanya.

d. Hindarilah kata- kata ciptaan sendiri.

e. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing , terutama kata- kata asing yang mengandung akhiran asing.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan

kata umum dan kata khusus .

h. Menggunakan kata-kata indria yang menujukkan presepsi yang khusus. i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

4. Kesesuaian Pilihan Kata

a. Persoalan Kesesuaian Pilihan Kata

(37)

kesesuaian adalah dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca, sedangkan dalam persoalan kecocokan atau kesesuaian kita mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.

c. Persyaratan Kesesuaian Pilihan Kata

Bahasa di dunia ini selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu, tingkat perubahan yang dialami tiap bahasa tergantung dari bermacam–macam faktor : kebutuhan untuk menyerap teknologi baru yang belum dimiliki, tingkat kontak dengan bangsa- bangsa lain di dunia, kekayaan budaya asli yang dimiliki penutur bahasanya, dan macam – macam faktor yang lain.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara, agar kata- kata yang dipergunakan tidak akan menganggu suaasana, dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan para hadirin atau para pembaca. Syarat- syarat tersebut adalah :

a. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam suatu situasi yang formal.

b. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata- kata popular.

(38)

d. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata- kata slang.

e. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. f. Hindarilah ungkapan- ungkapan asing (idiom yang mati). g. Jauhkan kata- kata atau bahasa yang artifisial.

5. Kelangsungan Diksi

Salah satu cara lain untuk menjaga ketepatan pemilihan kata adalah kelangsungan. Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. 9

Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang

mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau menggunakan kata- kata yang kabur yang bisa menimbulkan ambiguitas ( makna gamda) berikut ini ada beberapa point yang berhubungan dengan kelangsungan diksi atau pemilihan kata diantaranya :

a. Penggunaan kata yang terlalu banyak untuk suatu maksud serta kekaburan. Contoh: hak interpelasi adalah hak dimana untuk mengajukan hak ini sekurang-

kurangnya 30 anggota dewan ini yang tidak hanya terdiri dari satu fraksi dapat

mengajukan usul kepada DPR untuk mengajukan hak ini kepada presiden tentang

suatu kebijaksanaan pemerintah. Dalam kalimat di atas, sebenarnya hanya ada dua hal yang dibicarakan yang pertama batasan pengertian interpelasi yang kedua

9

(39)

syarat- syarat mengajukan interpelasi. Untuk menghilangkan kekaburan dan penggunaan kata yang terlalu banyak sebaiknya direvisi sebagai berikut.

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk mengajukan suatu pertanyaan mengenai

kebijaksanaan pemerintah kepada Presiden. Usul interpelasi sekurang-

kurangnya diajukan oleh 30 anggota dewan, dari satu fraksi atau lebih.

a. Menggunakan kata- kata yang tidak menambah kejelasan makna kata.

Contoh: sesudah tahap terakhir pertandingan itu, terjadilah keributan antara kedua kesebelasan. Sebaiknya menjelang akhir pertandingan, terjadilah keributan antara kedua kesebelasan.

b. Mengulang makna yang sama dengan kata lain.

Contoh: agar supaya, kami ligat dengan mata kepala sendiri, dapt didengar oleh telinga kami sendiri, maju ke depan, mundur ke belakang. Gejala ini dikenal dengan istilah redudan atau tautologi.

C. Wawasan Umum Semantik

1. Pengertian Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia atau semantik dalam bahasa Inggris

berasal dari Yunani sema (kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”.Kata

kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang

(40)

pertama.10jadi, Semantik adalah bidang kajian linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa dengan kata lain, semantic adalah ilmu yang mempelajari system tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab, semantik dikenal sebagai ilmu al-dilalah.11

2. Jenis -jenis Semantik

a. Semantik Leksikal

semantik leksikal adalah makna yang diselidiki melalui leksem-leksem yang ada pada kamus, atau bisa disebut makna kamus. Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam dalam studi semantik untuk menyebut satuan-satuan bermakna. Penulis memberikan contoh : seperti kata meja, kucing, dan makan.

b. Semantik Gramatikal

tataran tata bahasa atau gramatikal dibagi menjadi dua subtataran, yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang dari linguistik yang mempelajari struktur intern kata, serta proses-proses pembentukanya, sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Satuan-satuan morfologi, yaitu morfem dan kata, maupun satuan sintaksis yaitu kata, frase, klausam dan kalimat, jelas dan maknanya. Proses morfologi dan proses sintaksis sendiri mempunyai makna, maka pada tataran ini disebut makna gramatikal atau semantik gramatikal.

10

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta, Rineka Cipta, 2009) hal: 2

11

(41)

25

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan metode penelitian, berikut beberapa pengertian metodologi sebagai berikut:

1- Menurut Muhammad, metodologi terdiri dari dua suku kata yaitu berasal dari

bahasa Yunani „metodos‟ dan logos, kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu”

Metha” yang berarti melalui/ melewati dan “hodos” yang berarti jalan/ cara

metode yang merupakan analisis teorotis mengenai suatu cara atau metode. kemudian metode penelitian research method sebagai aspek aksiologi dari suatu paradigma.1

2- Menurut Fatimah, metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian metode, kemudian metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 2

Secara Hirarki metodologi terbagi menjadi 3 bagian :

1

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Medis, 2011), h. 168.

22

(42)

Sumber: Mahsun 2007. Metode Penelitian Bahasa, ( Jakarta: Grafindo Persada) h:121. yang sudah dimodifikasi oleh peneliti untuk keperluan penelitian .

Metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan ilmiah pada setiap disiplin ilmu karena dalam metode dapat dilakukan pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur “keberadaan” objek sasaran disiplin-disiplin ilmu itu sendiri. Dalam penelitian ini, digunakan jenis penelitian kualitatif menurut Fatimah, metode kualitatif merupakan prosedur yang

Metodologi

Teknik Metode

Paradigma

Morfologi Semantik

Derivasi /tasrif Kata

dasar

Metode padan Intralingual

Metode padan

Metode padan extralingual

Teknik dasar hubung banding bersifat lingual

Teknik dasar hubung banding yang bersifat

extralingual

(43)

dapat dipahami menghasilkan uraian deskriptif data tertulis 3berupa kalimat-kalimat dalam pemelihan kata (diksi) yang terdapat pada kitab Terjemahan Syarah Uqudullujain yang menjadi objek penelitian ini.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini terbatas pada:

1. Ketepatan pemilihan kata pada terjemahan yang mewakili pemikiran pada teks Bsu yaitu yang mengadung makna denotatif maupun konotatatif.

2. Kesesuaian pemilihan kata pada terjemahan yang menyangkut bahasa yang sesuai dan tidak menyinggung perasaan dan kelangsungan diksi teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.

C. Sumber Data

Sumber data pada penilitian ini adalah kalimat yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (Bsa) yang diidentifikasikan kekurangtepatan dan kesesuaian, kemudian mengklasifikasikanya sesuai dengan syarat ketepatan dan kesesuaian makna kata pada terjemahan.

D. Metode Penyediaan Data

Dalam penelitian diharuskan adanya metode dan sebelum berlanjut ke motede analisis data ada hal yang harus dilakukan oleh peneliti salah satunya yaitu tahap penyediaan data, di dalam penelitian ini menggunakan kitab terjemahan Syarah Uqudullujain yang telah diberi judul oleh penerjemah yaitu

3

(44)

“Keluarga Sakinah” kemudian untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya penelitian

ini menggunakan metode simak.

Menurut Mahsun, dinamakan metode simak dikarenakan cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. 4 Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan lisan , akan tetapi juga menggunakan bahasa secara tertulis, metode ini mempunyai teknik dasar yaitu teknik sadap dikatakan demikian karena pada hakikatnya praktik penelitian penyimakan itu dilakukan dengan menyadapan pemakai bahasa. Sebagai teknik dasar maka ada teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat cakap karena pada hakikatnya teknik ini termasuk dari teknik pengamatan dalam penyediaan data. Jadi, untuk mengidentifikasikan teks yang akan diteliti digunakan metode simak, dengan teknik dasar sadap kemudian dilanjutkan dengan teknik bebas libat cakap.

Setelah dilakukan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap peneliti juga harus menggunakan teknik lanjutan yaitu teknik catat untuk menerapkan metode simak guna mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian dari uaraian di atas di gambarkan sebagai berikut :

4

(45)

Sumber: Mahsun 2007. Metode Penelitian Bahasa, ( Jakarta: Grafindo Persada) h: 116. yang sudah dimodifikasi oleh peneliti untuk keperluan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Setelah melakukan metode penyediaan data, kemudian dilanjutkan dengan metode analisis data. Metode analisis data merupakan upaya untuk mengklasifikasi dan pengelompokkan data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. 5

Pada penelitian ini digunakan metode padan yaitu analisis data yang dilakukan dengan cara menghubung-bandingkan antarunsur yang bersifat lingual, yang terdiri dari: metode padan intralingual yaitu dengan menggunakan teknik menghubung-bandingkan yang mengacu pada makna unsur-unsur yanag berada dalam bahasa (bersifat lingual), dan metode padan extralingual yaitu menggunakan teknik menghubung-bandingkan dengan unsur yang berada pada dalam luar bahasa. Dari kedua metode diatas akan dilanjutkan dengan teknik

55

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa:Tahapan Srateg, Metode dan Tekniknya, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) h: 253.

Metode Simak

Teknik bebas libat cakap

Teknik catat Teknik sadap

(46)

hubung banding menyamakan (HBS), hubung banding membedakan (HBB) dan hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP).

F. Analisis Data

Semua data yang telah dikumpulkan melalui metode yang sudah dilakukan dalam kebutuhan penelitian dengan teknik catat dan dianalisis sifat data dan sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat yang kurang tepat dan sesuai dalam terjemahan. Analisis data pada penelitian yaitu:

1. Digunakan kata denotatif pada diksi terjemahan untuk menganalisis ketepatan terjemahan.

2. Digunakan kata konotatif pada diksi terjemahan untuk menganalisis kesesuaian terjemahan.

3. Amanat digunakan untuk menyamapaikan pesan yang terkandung pada terjemahan tersebut

G. Metode Penyajian Analisis Data.

(47)

Metodologi Penelitian Metode Kualitatif paradigma Sumber data Penyediaan Data Analisis Data Penyajian Data formal morfologi

kalimat yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (Bsa) yang diidentifikasikan kekurangtepatan dan kesesuaian, kemudian mengklasifikasikanya

sesuai dengan syarat ketepatan dan kesesuaian makna kata padaterjemahan.

1. Digunakan kata denotatif pada diksi terjemahan untuk

menganalisis ketepatan terjemahan.

2. Digunakan kata konotatif pada diksi terjemahan untuk menganalisis kesesuaian terjemahan. 3. Amanat digunakan untuk menyamapaikan pesan yang terkandung pada terjemahan tersebut. semantik

metode simak dengan teknik sadap bebas libat cakap kemudian setelah meinyimak data

(48)

H.

Gambaran Umum Kitab Syarh Uqudullujain

Sebelum menjelaskan riwayat hidup pengarang, penulis akan mencoba sedikit mengulas tentang kitab Syarh Uqudullujain. Kitab ini adalah kitab fiqih salah satu dari sekian banyak hasil karya Syaikh Muhammad Nawawi, kitab ini berisikan tentang komentar-komentar dan penjelasan tentang masalah- masalah lainya yang berhubungan dengan suami istri, yang dilengkapi dengan landasan, dan Atsar Sahabat serta hikayat-hikayat.

Kitab ini telah diterjemahkan oleh Drs. M.Ali Chasan Umar, kitab syarh Uqudulludjain banyak dikaji di pesantren-pesantren salafy di Indonesia terjemahan ini ada beberapa pasal diantaranya:

Pasal I, menerangkan hak-hak istri pada suami, yaitu kewajiban suami untuk: menggauli dengan baik, memberi nafkah, memberi maskawin, mengajar istri yang menjadi kebutuhanya yaitu berbagai macam ibadah yang fardlu „ain dan yang sunah lainya, kemudian segala kebutuhan dengan masalah haid (mentruasi), serta

kewajiban ta‟atnya suami.

Pasal II, menjelaskan hak-hak kewajiban suami pada istri, yaitu: ta‟at terhadap suami selain maksiat, bergaul dengan baik, melayani suami, dll.

Pasal III, menjelaskan keutamaan shalat istri di rumah daripada berjama‟ah,

Pasal IV, menjelaskan haramnya lelaki melihat wanita lain dan sebaliknya yaitu

(49)

33

ANALISIS DIKSI DALAM TERJEMAHAN KITAB

SYARAH UQUDULLUJAIN

A. Analisis Penggunaan kata-kata yang kurang tepat dalam Diksi.

Dalam bab II telah dibahas langkah-langkah yang harus dilakukan saat memilih diksi dalam suatu teks terjemahan, dalam ini bab IV akan dianalisis ketepatan dan kesesuaian diksi dalam kitab Syarh Uqudullujain pasal I, sebagai berikut:

Penggunaan Kata Denotatif dan Konotatif

(50)

Teks yang dianalisis:

1

...

ش ا ص ت ك

ش ا ك ت ت ف ت خأ

.

Terjemahanya: “Wahai saudaraku, istriku yang jelek ucapanya itu sudah mati. Aku selalu sabar menghadapi kejelekan ucapanya”.2

Analisis:

Kata ت ف ت yang diterjemahkan sudah mati memiliki konotasi negatif atau kurang sopan. Karena pada tema terjemahan di atas mengacu kepada manusia. Kata mati digunakan pengertian netral dan tidak bernilai rasa hormat dalam suatu budaya karena setiap daerah mempunyai budaya yang berbeda-beda bisa jadi kata mati itu mempunyai konotasi yang positif dan lazim digunakan dalam budaya tertentu, di dalam kamus tesaurus dijelaskan bahwa:

mati : merupakan ragam kasar3,

meninggal merupakan ragam hormat4.

Kemudian dalam suatu budaya yang beranggapan bahwa kata mati itu termasuk konotasi yang negatif karena biasa digunakan untuk binatang dan seseorang yang melakukan kejahatan. Sedangkan untuk manusia sebaiknya digunakan meninggal, wafat, atau berpulang yang kesemuanya lebih berkonotasi positif atau dianggap lebih sopan jika dilihat dari konteks terjemahan di atas.

1

muhammad Nawawi, syarh Uqudullujain, hal : 5.

2

Ali Chasan Umar, Keluarga Sakinah terjemahan Syarah Uqudullujain, ( Semarang: Karya Toha Putra 1994) Cet : 2 , hal: 21.

33

Eko endarmo, teasurus Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet1h.408.

4

(51)

Sehingga terjemahannya menjadi :

“Wahai saudaraku, istriku yang kasar tutur katanya itu sudah meninggal dunia.

Aku selalu sabar menghadapi perangainya yang mengecewakan”.

Teks yang dianalisis:

ج

ت

ف أ

أ ات ا ه ف

ج

ا

ا

ج

ت

5

Terjemahanya: “Allah Ta’ala telah memberikan ujian mental atau cobaan kepada Nabi Ayub as. empat perkara: habis hartanya, anaknya, tubuhnya menjadi burik, dan ditinggalkan seluruh manusia kecuali istrinya”.6

Analisis:

Kata burik merupakan terjemahan dari kata قيِز تم akan tetapi setelah ditelaah ditemukan arti lain dari kata قيِز تم di dalam kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Kamus Al-Asry) diartikan bahwa:

perobekan, peretakan, pemecahan7

: قيِزمت

Sedangkan dalam KBBI kata “Burik”

1 bopeng; 2 berbintik-bintik putih (pada bulu ayam) ;kurik.8

Berdasarkan pengertian kamus, menunjukkan bahwa kata burik itu lebih sesuai ditujukan kepada hewan, sedangkan apabila ditujukan kepada manusia memiliki konotasi yang terlalu kasar dan padanan kata pada terjemahan tidak cukup dilihat dari makna kamus saja. Akan tetapi dilihat dari konteks kalimat di atas bahwa

5

Muhammad Nawawi, syarh Uqudullujain, hal : 4.

6

Ali Chasan Umar, Keluarga Sakinah terjemahan Syarah Uqudullujain, ( Semarang: Karya Toha Putra 1994) Cet : 2 , hal: 17.

7

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab- Indonesia

(Yogyakarta:Yayasan Ali Maksun Pondok Pesantren Krapyak, 1996 ), Cet Ke -1, hal 576.

8

(52)

dalam tubuh manusia tidak bisa dikatakan sobek akan tetapi tubuh manusia itu hancur karena dalam konteks kalimat di atas dikisahkan bahwa keadaan tubuh Nabi Ayub itu mengalami gatal- gatal yang tiada henti sehingga menjadikan tubuhnya menjadi luka yang berkepanjangan dan mengakibatkan tubuhnya pun menjadi hancur.

Sehingga terjemahan menjadi :

“Allah Ta‟ala telah memberikan ujian mental atau cobaan kepada Nabi Ayub as.

empat perkara: habis hartanya, anaknya, tubuhnya menjadi hancur dan ditinggalkan seluruh manusia kecuali istrinya”.

Teks yang dianalisis:

ج

ج

،

أ

ضف

ح ا ف

ج

ت ط

ا ف

ا

ح ص ف

Terjemahanya:Suami mempunyai kedudukan menguasai istri, maksudnya adalah kelebihan dalam hak dan kewajiban istri taat kepada suami, karena

maskawin yang diberikan para suami kepada para istri”.10

Analisis:

Pada kalimat di atas ditemukan kurang lebih dua kata yang kurang sesuai dengan diksi pertama, ةجرد نِیع diterjemahkan menguasai, apabila diliat dari arti referensi dalam kamus, kata menguasai mempunyai cakupan yang luas dalam sebuah kepemimpinan, kurang sesuai jika dilihat dari tema kalimat di atas yang berada dalam ranah rumah tangga akan mengalami kekaburan makna bagi

9

Muhammad Nawawi, syarh Uqudullujain, hal : 3.

10

(53)

para pembaca karena mempunyai konotasi yang berlebihan sedangkan makna yang dibutuhkan hanya sebatas mengatur dalam sebuah keluarga.

Dalam KBBI kata menguasai v 1berkuasa atas (sesuatu); memegang kekuasaan atas (sesuatu); menggunakan kuasa (pengaruh dsb) atas; dapat mengatasi keadaan; mengurus11

menurut referensi yang ada dalam kamus KBBI kata mengatasi keadaan cukup mewakili konteks kalimat akan tetapi, apabila dilihat dari Bsu ke Bsa lebih sesuai diterjemahkan satu tingkat di atas istri.

Kedua, kata ةیِضف diterjemahkan kelebihan menurut penulis penerjemahan ini kurang sesuai apabila dipadankan dengan konteks kalimat di atas. Dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Al-asry bahwa:

keistimewaan, keunggulan12: ة یِضف

Dalam KBBI “Kelebihan” n 1 lebihnya; sisanya: 2 keadaan melebihi yang biasa; keunggulan: 3 keadaan terlampau banyak. 13

Setelah dicermati pengertian dari kamus, kata kelebihan lebih tepat apabila digunakan untuk menunjukan kapasitas, dan apabila diliat dari makna denotatif atau bisa disebutkan makna referensial sebaiknya diterjemahkan keistimewaan karena lebih tepat apabila dipadankan dengan konteks kalimat di atas.

Kemudian kata kebaikan pada terjemahan merupakan kata umum. Kata kebaikan masih bisa mengandung arti yang bermacam contohnya kebaikan

11

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai Pustaka: 2007) cet: 4 ,hal: 604.

12

Atabik Ali, Kamus Kontemporer Al- A’sry Arab- Indonesia,hal:856.

13

(54)

akhlak, kebaikan perilaku (dermawan), maka terjemahan di atas sebaiknya memakai kata yang khusus yaitu berbagai keperluan.

Sehingga terjemahan menjadi :

“Suami memiliki keistimewaan satu tingkat di atas istri , maka istri wajib taat

kepada suami karena telah memberikan maskawin dan nafkah untuk berbagai keperluan istri.

Teks yang dianalisis:







(

ا

)

(

أ

ا ت ا ف

إ

ا ف ج

....

9

Terjemahanya : Bergaullah dengan mereka secara patut. (Q.S. 4 An- Nisa: 19) Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil

dalam bermalam, memberi nafkah, dan bagus dalam berbicara.15

Analisis :

Pada teks sumber (Tsu) di atas, terdapat kata ِلامجِإا

yang diterjemahkan bagus terlihat kurang tepat apabila dilihat dari konteks Bsu. Dalam Kamus Al- Asrydijelaskan bahwa :

baik, ramah16: ِلامجِإا

Sedangkan kata bagus kamus Sinonim bahasa Indonesia adalah elok, baik sekali, indah, rupawan17, bagus itu lebih tepat dipakai untuk kata- kata memuji

seperti, “baju baru itu bagus sekali”.

14

Muhammad Nawawi, Syarh Uqudullujain, hal 3.

15

Ali Chasan Umar, Keluarga Sakinah terjemahan Syarah Uqudullujain, ( Semarang: Karya Toha Putra 1994) Cet : 2 , hal: 13.

16

Atabik Ali, Kamus Kontemporer Al- A’sry Arab- Indonesia, hal : 32.

17

(55)

Kemudian kata لوقلا merupakan derivasi dari berkata18

لوعفملا لعافلا يمم ردصم ردصم لعف

عراضم يضاملعف

ا

ا ا -

Dalam kamus KBBI “Berbicara” v 1 berkata;

bercakap; berbahasa: 2 melahirkan pendapat ( dengan perkataan, tulisan, dsb: 3 berunding; merundingkan: 19

Dari beberapa referensi di atas, setelah dicermati dari konteks kalimat bahwa kata لامجإا

lebih tepat diartikan baik apabila dipadankan dengan kata لوقلا

maka lebih tepat diartikan bertutur kata baik

Sehingga terjemahan menjadi:

Bergaullah dengan mereka secara patut (Q.S. 4 An- Nisa: 19) Maksudnya supaya mempergauli isteri dengan baik, adil dalam bermalam, memberi nafkah,

dan bertutur kata baik 20

Teks yang dianalisis:

(....

ا

ف ا

ِ

)

ح

ا

ح ص

Terjemahanya: “Seorang pelayan harus menjaga harta tuannya dan menata yang menjadi kebaikanya“.22

Analisis:

Pada terjemahan di atas ada beberapa kata yang diterjemahkan yang kurang sesuai dengan konteks kalimat. Pertama, pada kata ِدا لا yang

18

A.W. Munawwar, Kamus Al- Munawwir Arab – Indonesia, hal : 1171

19

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta, Balai Pustaka: 2007) cet: 4 ,hal: 148.

20

Ali Chasan Umar, Keluarga Sakinah (terjemahan syarah uqudullujain), (Karya Toha Putra, Semarang) hal: 13.

21

Muhammad Nawawi, Syarh Uqudullujain, hal : 6.

22

(56)

diterjemahkan pelayan dalam kamus Kontemporer Arab-Indonesia Al-Asry dijelaskan bahwa:

pembantu rumah, pelayan, pegawai, pekerja23: ِدا لا Sedangkan dalam kamus Al-Munawwir dijelaskan bahwa:

pelayan, abdi, pegawai, pekerja24: ِدا لا

pada kamus Al-Munawwir ada sedikit penambahan arti yaitu pada kata abdi, kata pelayan masih mempunyai makna yang umum karena banyak makna pada kata tersebut sesuai konteks bisa pelayan toko, restoran, dan lain-lain.

Dalam KBBI “Pelayan” v 1 orang yang melayani; pembantu; pesuruh:25

sebaiknya kata pelayan diganti dengan kata pembantu. Kata tuan pada terjemahan di atas kurang tepat apabila dipadankan dengan kata pembantu lebih sesuai diganti dengan majikanya karena, meliat dari konteks kalimat di atas ini hanya sebatas dalam rumah tangga saja.

Kedua, pada kata menata dalam Al- Munawwir Arab-Indonsia dijelaskan bahwa:

menjaga (jangan sampai rusak), memelihara, melindungi26: هظفحب

kata dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Al-Asry ءارجإ ،ةيدأت : ( )

diterjemahkan permunculan, perbuatan, pelaksanaan,27 ایقلا : . ایقلا

Dalam praktek terjemahan ada beberapa kata yang harus diterjemahkan ada yang tidak seharusnya diterjemahkan namun, kecocokan makna dalam pemilihan

23

Atabik Ali, Kamus Kontemporer Al- A’sry Arab- Indonesia, hal: 814.

24

A.W. Munawwar, Kamus Al- Munawwir Arab – Indonesia, hal: 326.

25

Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

26

A.W. Munawwar, Kamus Al- Munawwir Arab – Indonesia,hal: 279.

27

Gambar

Gambar 12: Amanat dalam dua latar budaya1

Referensi

Dokumen terkait

PENULARAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN DARI LARVA Oryctes rhinoceros L (Coleptera : Scarabaedae) YANG DILUMURI Metarhizium anisopliae (Metch) Sorokin KE LARVA SEHAT PADA

Kinerja Karyawan BPRS Saka Dana Mulia Kudus mengalami penurunan. Penurunan kinerja Karyawan ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu motivasi kerja islami, disiplin kerja

PTK ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu guru inti sebagai pelaksana pembelajaran dan peneliti sebagai pengamat ( observer ). Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A2

Berdasarkan pendapat tersebut, yang dimaksud kualitas tes buatan guru (quality ofteacher tes making) dalam penelitian ini adalah kualitas tes yang dibuat sendiri

Karena sering dalam karya potret-diri Suwage kita toh melihat gambaran manusia (dia) dalam keadaan kesakitan dan penderitaan, tak jarang juga kita lihat image manusia (dia)

Bersyukur pada Tuhan untuk keputusan Saudara/i yang berkomitmen melayani bersama di Gereja, oleh karena itu, kami mengundang Saudara/i yang mengisi formulir komitmen pelayanan pada

Objective: The purpose of this study is to optimize the extraction method of eurycoma or pasak bumi roors using simplex lattice design.. ]Iethods: One gram of root