• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1975 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1975 2004"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN RUTIN DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PERIODE 1975-2004

OLEH DIYAH UTAMI

H14103015

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

DIYAH UTAMI. Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1975-2004 (dibimbing oleh SRI HARTOYO).

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai -13,13 persen pada tahun 1998. Salah satu kebijakan pemerintah yang turut serta berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan fiskal, yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada saat krisis, pemerintah harus menjalankan kebijakan defisit anggaran dalam mengelola keuangan negara. Defisit anggaran mengalami peningkatan karena meningkatnya jumlah pengeluaran pada pos pembayaran cicilan dan bunga utang. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut memberikan efek yang berarti bagi perekonomian.

Adanya krisis ekonomi mendorong kondisi sosial politik dan keamanan menjadi tidak stabil, sehingga para investor swasta khususnya investor asing enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada saat krisis, inflasi meningkat tajam yaitu mencapai 77,63 persen, hal tersebut dikarenakan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mendorong peningkatan pada harga bahan bakar minyak (BBM), kemudian diikuti dengan meningkatnya harga-harga barang dan jasa lainnya. Inflasi yang tinggi juga memicu biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan, sehingga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu analisis jangka panjang dengan uji kointegrasi Engel-Granger dan analisis jangka pendek dengan Error Correction Model (ECM). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series yang merupakan data tahunan dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2004. Data sekunder tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi.

(3)

besar didominasi oleh pengeluaran untuk pembayaran cicilan dan bunga utang. Dengan demikian pemerintah harus lebih fokus untuk mengurangi atau bahkan menghentikan ketergantungan terhadap utang, baik utang dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, pemerintah perlu menciptakan surplus anggaran agar dapat digunakan untuk mengurangi jumlah cicilan dan bunga utang demi tercapainya kesinambungan fiskal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang karena pengeluaran pembangunan pemerintah lebih mengarah kepada investasi. Akan tetapi pada jangka panjang pengaruhnya tidak signifikan karena adanya ketidakefisienan dalam pelaksanaannya. Kemudian investasi swasta mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Akan tetapi pada jangka panjang pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh positif investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan investasi swasta merupakan pembentuk akumulasi modal yang dapat digunakan untuk menciptakan output dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Pekerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan pekerja merupakan salah satu faktor penting dalam produksi barang dan jasa, sehingga dapat mendorong peningkatan pada output yang selanjutnya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini disebabkan inflasi dapat menghambat investasi, mengurangi kapasitas produksi, dan menurunkan daya beli masyarakat. Dari hasil estimasi diperoleh bahwa model ECM terbebas dari masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan ketidaknormalan.

(4)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN RUTIN DAN

PENGELUARAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PERIODE 1975-2004

Oleh: DIYAH UTAMI

H14103015

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Diyah Utami

Nomor Registrasi Pokok : H14103015 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Periode 1975-2004

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. NIP. 131 124 021

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Ir. Rina Oktaviani, MS., Ph.D. NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan

Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode

1975-2004”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Ir. Bambang Juanda, MS., Ph.D sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini. Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Tanti Novianti, M.Si sebagai dosen penguji komisi pendidikan, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen serta staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yaitu Bapak Bedjo Wiryo Sumarto, Ibu Mugiarti Rahayu, dan Bapak Purwadi, serta saudara-saudara penulis terutama Redifa Fajar Prasetya dan Rastiti. Kesabaran, doa, dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Mada Pradana yang telah mengisi relung hati, atas segala dukungan, doa, dan semangat yang tak pernah berhenti mengalir. Semoga kita akan terus berjalan beriringan, di dekatkan dan diridhoi oleh Allah SWT.

(8)

Riska atas segala dukungan, doa, semangat, serta menjadi sahabat yang senantiasa menemani dalam suka maupun duka. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar Ilmu Ekonomi angkatan 40 yang selalu ceria dan kompak, semoga kekompakan akan selalu terjaga dan semoga sukses dalam mencapai cita-cita.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Ilmu Ekonomi angkatan 39 atas kesediaannya untuk berbagi pengalaman tentang keluh kesah dalam penyusunan skripsi. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar Ilmu Ekonomi angkatan 41 dan 42, teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah, yakinlah bahwa kalian mampu mencapai segala cita-cita yang kalian inginkan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan, bantuan, dukungan, dan semangat yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 7

2.2. Pengeluaran Pemerintah ... 7

2.3. Investasi Swasta ... 8

2.4. Pekerja ... 9

2.5. Inflasi ... 10

2.6. Model Pertumbuhan ... 11

2.7. Penelitian Terdahulu ... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Teori ... 18

3.2. Kerangka Konseptual ... 23

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.2. Metode Analisis Data ... 25

4.3. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test) ... 25

4.4. Uji Kointegrasi ... 26

4.5. Pendekatan Koreksi Kesalahan ... 28

4.5.1. Uji Kebaikan Model ECM ... 28

(10)

4.6. Definisi Operasional Variabel ... 32

V. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INLASI ... 34

5.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 34

5.2. Pengeluaran Rutin Pemerintah ... 36

5.3. Pengeluaran Pembangunan Pemerintah ... 38

5.4. Investasi Swasta ... 39

5.5. Pekerja ... 41

5.6. Inflasi ... 42

VI. PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA ... 44

6.1. Hasil Pengujian Akar-Akar Unit ... 44

6.2. Uji Kointegrasi ... 46

6.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan ... 52

6.3.1. Uji Kebaikan Model ECM ... 52

6.3.2. Model Koreksi Kesalahan (ECM) ... 53

VII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1. Kesimpulan ... 57

7.2. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1998-2004 ... 1

1.2. Perkembangan Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah 1994-2004 ... 3

6.1. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test) pada Level ... 45

6.2. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test) pada First Difference ... 46

6.3. Hasil Uji Akar Unit terhadap Residual Persamaan Regresi ... 47

6.4. Model Jangka Panjang ... 47

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 3.1. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi

dan Pendapatan Nasional ... 18

3.2. Dampak Pergeseran dalam Permintaan Agregat terhadap Inflasi dan Output ... 21

3.3. Kerangka Konseptual ... 24

5.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 34

5.2. Perkembangan Pengeluaran Rutin Pemerintah Riil (2002=100) ... 36

5.3. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Riil (2002=100) ... 38

5.4. Perkembangan Investasi Swasta Riil (2002=100) ... 40

5.5. Perkembangan Pekerja Riil (2002=100) ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Penelitian ... 62

2. Pengujian Stasioneritas ... 63

a. Uji Akar-Akar Unit pada Level ... 63

b. Uji Akar-Akar Unit pada First Difference ... 66

3. Kointegrasi ... 70

a. Hasil Uji Akar Unit terhadap Residual Persamaan Regresi ... 70

b. Model Jangka Panjang ... 70

4. Uji Kebaikan Model ECM ... 71

a. Uji Autokorelasi ... 71

b. Uji Heteroskedastisitas ... 71

c. Uji Normalitas ... 71

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai -13,13 persen pada tahun 1998.

Kemudian sejak tahun 1999 perekonomian mulai memasuki proses pemulihan yaitu ditandai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79 persen. Seiring dengan meningkatnya perekonomian global, perekonomian Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang baik. Kinerja ekonomi selama tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38 persen dan sampai dengan tahun 2004 kembali meningkat sebesar 5,13 persen. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 2004 didukung oleh situasi keamanan yang terkendali serta diimbangi pula dengan rendahnya laju inflasi (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1998-2004

Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Pertumbuhan Ekonomi (%)

-13,13 0,79 4,92 3,83 4,38 4,88 5,13

Sumber: BPS (1998-2004)

(15)

2

anggaran yang akan digunakan bagi kinerja perekonomian merupakan hal yang penting bagi suatu negara (Gie, 2004).

Sebagai pemegang otoritas fiskal, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah harus menggerakkan perekonomian. Kecenderungan di dalam sisi pengeluaran mencerminkan sesuatu yang penting dari sisi penerimaan. Sebagai contoh, pengeluaran riil pemerintah pada tahun 1970-an meningkat sangat tajam akibat dampak langsung dari peningkatan penerimaan devisa dari ekspor minyak dan pemasukan bantuan (Dumairy, 1996). Adanya peningkatan penerimaan devisa tersebut disebabkan oleh harga minyak bumi di pasar dunia melambung tinggi dan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak pada saat itu memperoleh dampak positifnya.

Kemudian pada pertengahan dasawarsa 1980-an terjadi perubahan komposisi pengeluaran pemerintah Indonesia. Pada tahun 1982 dunia mengalami resesi ekonomi yaitu harga minyak di pasar dunia menurun tajam, sehingga penerimaan devisa dari minyak bumi ikut turun. Semenjak itu pengeluaran pembangunan tidak pernah lagi lebih besar daripada pengeluaran rutin (Dumairy, 1996). Selanjutnya pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan posisi keuangan pemerintah semakin tertekan, terutama disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

(16)

3

cicilan dan bunga utang. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut memberikan efek yang berarti bagi perekonomian.

1.2. Perumusan Masalah

(17)

4

diimbangi dengan peningkatan penerimaan pemerintah, sehingga hal tersebut membuat pemerintah mengalami kesulitan dalam mengelola anggaran negara.

Oleh karena keterbatasan anggaran yang dimiliki, pemerintah melakukan pinjaman baru untuk menutup pembayaran cicilan pinjaman yang lama atau jatuh tempo (Kusumastuti, 2005). Hal ini mengakibatkan akumulasi beban utang semakin bertambah. Selain itu, dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan sebagian dialokasikan untuk menutup beban utang sehingga pembangunan mengalami pelambatan.

Adanya krisis ekonomi mendorong kondisi sosial politik dan keamanan menjadi tidak stabil, sehingga para investor swasta khususnya investor asing enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada saat krisis, inflasi meningkat tajam yaitu mencapai 77,63 persen. Hal tersebut dikarenakan terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mendorong peningkatan pada harga bahan bakar minyak (BBM), kemudian diikuti dengan meningkatnya harga-harga barang dan jasa lainnya. Inflasi yang tinggi juga memicu biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan, sehingga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan.

(18)

5

itu kembali. Hal ini tentunya berdampak terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang diteliti adalah bagaimana pengaruh pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan untuk dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang,

(19)

6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan ekonomi (Putong, 2003). Menurut Boediono dalam Marissa (2004), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses pertumbuhan output per kapita jangka panjang apabila ada kecenderungan output per kapita naik yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut (kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar atau bersifat sementara. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi bersifat self generating, artinya proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya.

2.2. Pengeluaran Pemerintah

Menurut Suparmoko (2000), pengeluaran pemerintah merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi dimasa-masa yang akan datang. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat. Selain itu pengeluaran juga merupakan penyedia kesempatan kerja yang lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.

(21)

8

Pada hakekatnya yang dimaksud dengan anggaran belanja rutin adalah anggaran yang dikaitkan dengan kegiatan yang sifatnya terus-menerus, sedangkan anggaran belanja pembangunan dikaitkan dengan kegiatan yang sifatnya tidak terus-menerus dan ada akhirnya (Suparmoko, 2000). Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, pembayaran cicilan dan bunga utang, subsidi, serta pengeluaran rutin lainnya, sedangkan pengeluaran pembangunan terdiri dari pengeluaran untuk program pembangunan dan pengeluaran bantuan proyek.

Pada tahun 2005 pemerintah melakukan kebijakan perubahan format belanja negara. Perubahan format belanja negara tersebut dilandasi oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Perubahan yang dimaksud adalah dengan menjalankan sistem penganggaran yang terpadu (unified budgeting system), yaitu dengan menyatukan anggaran belanja rutin dan anggara belanja pembangunan yang sebelumnya dipisahkan (Purwanto, 2006).

2.3. Investasi Swasta

Menurut Sukirno (1991), investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dalam konteks makroekonomi, investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat menambah stok modal secara fisik, seperti pembangunan pabrik dan kantor.

(22)

9

pengeluaran pemerintah (Mankiw, 2000). Investasi swasta di Indonesia terdiri dari investasi domestik dan investasi asing. Investasi swasta domestik merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta di dalam negeri, sedangkan investasi asing merupakan penanaman modal yang berasal dari luar negeri yang meliputi semua pinjaman dan bantuan pemerintah dalam bentuk uang dan barang.

Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Lailatussholiha (2005), investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis, perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat (efek jangka pendek) yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja. Kemudian investasi mendorong terjadinya akumulasi modal yang dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi (efek jangka panjang).

2.4. Pekerja

(23)

10

bekerja misalnya wanita karir yang sedang cuti melahirkan atau petani yang sedang menanti panen.

2.5. Inflasi

Inflasi merupakan fenomena kenaikan harga secara umum yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran di pasar. Interaksi tersebut akan menghasilkan keseimbangan antara tingkat harga dan jumlah output yang diminta dan yang ditawarkan di pasar.

(24)

11

2.6. Model Pertumbuhan

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah modifikasi dari model pertumbuhan yang digunakan oleh Kweka dan Morissey (2000). Mereka meneliti tentang pengaruh pengeluaran sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania dengan menggunakan data runtun waktu periode 1965-1996. Model tersebut diterapkan untuk melihat pengaruh pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1975 sampai dengan 2004. Peneliti menggunakan model penelitian Kweka dan Morissey karena model tersebut telah memenuhi syarat sebagai model pertumbuhan dimana dalam variabel penjelasnya terdapat variabel kapital dan tenaga kerja.

Persamaan atau model pertumbuhan yang digunakan Kweka dan Morissey adalah sebagai berikut :

g = ao + a1 ( Ip / Y ) + a2 ( Ig / Y ) + a3 ( Hg / Y ) + a4 ( Cg / Y ) + e (2.1) dimana :

Y = Gross Domestic Product (milyar), Ip = Investasi swasta (milyar),

Ig = Pengeluaran investasi pemerintah (milyar),

Hg = Pengeluaran investasi modal manusia pemerintah (milyar), Cg = Pengeluaran konsumsi pemerintah (milyar),

(25)

12

Dalam penelitiannya, Kweka dan Morissey tidak mempunyai data jumlah pekerja, oleh karena itu mereka menggunakan data pengeluaran investasi modal manusia pemerintah sebagai proksinya. Namun dalam penelitian ini peneliti mengganti variabel pengeluaran investasi modal manusia pemerintah dengan pekerja. Hal tersebut dikarenakan menurut konsep labor force approach pekerja mencerminkan angkatan kerja yang sebenarnya yang berpengaruh terhadap perekonomian.

Selain itu peneliti mengganti variabel pengeluaran investasi pemerintah (Ig) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (Cg) dengan pengeluaran rutin pemerintah dan pengeluaran pembangunan pemerintah. Hal tersebut dilakukan karena pengeluaran rutin digunakan untuk kegiatan yang tidak produktif dan cenderung mengarah kepada konsumsi, sedangkan pengeluaran pembangunan mengarah kepada investasi. Kemudian peneliti juga memasukkan variabel inflasi dalam model karena pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari adanya pengaruh inflasi. Inflasi disebabkan oleh adanya interaksi permintaan dan penawaran di pasar yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tingkat harga dan output.

2.7. Penelitian Terdahulu

(26)

13

Dalam model penelitiannya digunakan empat variabel bebas, yaitu: investasi swasta yang menggunakan data pembentukan swasta, pengeluaran pemerintah yang produktif atau investasi fisik yang diproksikan dengan data pengeluaran pembangunan atau modal total pemerintah, pengeluaran konsumsi pemerintah yang merupakan jumlah pengeluaran pemerintah yang bersifat konsumsi dikurangi pengeluaran di sektor pendidikan dan kesehatan, dan pengeluaran modal manusia yang merupakan pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan. Semua variabel yang digunakan menggunakan nilai riil dengan menggunakan indeks harga konsumen tahun 1985. Metode analisis yang digunakan yaitu metode Error Correction Model (ECM) dan pendekatan kointegrasi Johansen serta Engel-Granger.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kweka dan Morissey adalah disatu sisi peningkatan pengeluaran produktif (investasi fisik) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hubungan yang negatif ini diperkirakan karena adanya ketidakefisienan investasi publik yang terjadi di Tanzania pada periode penelitian. Namun di sisi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan pada waktu tertentu berpengaruh pula terhadap konsumsi swasta. Kemudian ditemukan juga bahwa tidak ada pengaruh pengeluaran publik dibidang modal manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta juga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(27)

14

simultan dengan metode pendugaan parameter yang digunakan yaitu metode Two Stage Least Square (TSLS). Persamaan simultan yang digunakan terdiri dari 14 persamaan termasuk persamaan identitas. Persamaan-persamaan tersebut yaitu pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi, ekspor, impor, pendapatan nasional, pendapatan disposibel, permintaan uang, penawaran uang, permintaan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja, tingkat pengangguran, laju inflasi, tingkat suku bunga, dan tingkat upah. Selain mengestimasi persamaan-persamaan tersebut, peneliti juga melakukan analisis simulasi kebijakan fiskal yaitu dengan mengkombinasikan berbagai variabel fiskal dengan menggunakan data tahun 1969-2000 dimana persentase perubahan variabel fiskal tersebut disesuaikan dengan rata-rata persentase perubahannya dari tahun 1969-2000. Variabel-variabel fiskal yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu:

1. Pengeluaran total yang terdiri dari subsidi, pengeluaran pembangunan, pembayaran utang luar negeri beserta bunganya, belanja luar negeri pemerintah, dan pengeluaran lain-lain.

2. Pengeluaran pembangunan yang merupakan bagian dari pengeluaran total. 3. Pengeluaran subsidi yang merupakan bagian dari pengeluaran total.

4. Penerimaan dari pajak total yang terdiri dari pajak ekspor, pajak impor (pajak pertambahan nilai, bea masuk dan cukai), pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, serta penerimaan pajak lainnya.

(28)

15

6. Penerimaan dari pajak ekspor yang merupakan bagian dari penerimaan pajak total.

7. Penerimaan dari migas.

Berdasarkan hasil estimasi dan validasi model ekonomi Indonesia dalam penelitiannya secara umum variabel-variabel kebijakan fiskal kurang berpengaruh terhadap pendapatan nasional, konsumsi, investasi, ekspor, impor, permintaan uang, penawaran uang, permintaan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja, upah, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan pendapatan disposibel. Sedangkan berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, kebijakan fiskal memiliki dampak terhadap pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan inflasi di Indonesia. Simulasi kebijakan fiskal selama tahun 1969 sampai dengan tahun 2000 menunjukkan bahwa kebijakan pengeluaran total pemerintah lebih dominan dalam meningkatkan pendapatan nasional dibandingkan variabel-variabel kebijakan lain terutama kebijakan penerimaan pajak total.

(29)

16

dan geofisika), dan realisasi pengeluaran pembangunan (sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan YME, pemuda dan olahraga). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara perubahan (peningkatan atau penurunan) total pengeluaran pemerintah dengan perubahan (peningkatan atau penurunan) PDB. Pengeluaran rutin tidak signifikan mempengaruhi perubahan PDB karena lebih bersifat konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti belanja untuk pembayaran bunga utang. Sementara perubahan pengeluaran pembangunan memiliki hubungan kausal positif dan signifikan terhadap perubahan PDB. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh positif pengeluaran sektor pertanian, infrastruktur, dan transportasi serta pendidikan terhadap PDB dan pengaruh positif perubahan PDB terhadap pengeluaran pemerintah di sektor infrastruktur dan transportasi.

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya mencakup perbedaan dalam periode penelitian dan variabel-variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan dari tahun 1975 sampai dengan 2004, yaitu selama kurun waktu 30 tahun. Kemudian variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi.

(30)

17

(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teori

Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan perangkat dalam kebijakan fiskal. Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional. Gambar 3.1 menjelaskan bagaimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempengaruhi harga dan pendapatan nasional. Adanya peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1. Jika penawaran agregat (AS) relatif konstan maka kenaikan AD akan berdampak pada peningkatan harga umum dan pendapatan nasional dari Y0 ke Y1. Peningkatan terhadap pendapatan nasional pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

P

AS P1

P0 AD1

AD0 Y0 Y1 Y

Sumber: Mankiw (2000)

Gambar 3.1. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi dan Pendapatan Nasional

(32)

19 nasional Y = C + I + G + ( X-M ). Dari notasi yang sangat sederhana tersebut dapat dilihat bahwa kenaikan (penurunan) pengeluaran pemerintah akan menaikkan (menurunkan) pendapatan nasional (Dumairy, 1996). Secara teori dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengeluaran pemerintah dengan pendapatan nasional.

Pengeluaran rutin pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga dan cicilan utang, subsidi, serta pengeluaran rutin lainnya. Jika pengeluaran rutin tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi maka akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena adanya peningkatan konsumsi akan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan atas dan meningkatkan pendapatan nasional, sehingga pada selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

(33)

20 pinjaman yang berlebihan akan mendorong terjadinya krisis utang, penerimaan berlebih dalam bentuk valuta asing (foreign reserves) dapat mendorong krisis dalam neraca pembayaran (balance of payment), pencetakan uang untuk menutupi utang akan mendorong inflasi, dan terlalu banyak pinjaman dalam negeri mendorong suku bunga riil meningkat sehingga dapat menghambat investasi swasta. Secara teori dapat disimpulkan bahwa pengeluaran rutin pemerintah dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran pembangunan pemerintah adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek pembangunan fisik dan non fisik. Pengeluaran ini mencerminkan peranan pemerintah dalam perekonomian yang lebih mengarah kepada investasi seperti pengeluaran untuk membangun jalan raya dan gedung sekolah. Pengeluaran pembangunan jalan raya dan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan agregat akan barang dan jasa yang berhubungan dengan pembangunan itu sendiri. Kenaikan dalam permintaan agregat akan meningkatkan output dan selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jadi secara teori pengeluaran pembangunan pemerintah akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(34)

21 ekonomi (efek jangka panjang). Dengan demikian secara teori investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Salah satu determinan penting dari produksi barang dan jasa suatu negara adalah tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin banyak output yang diproduksi. Adanya tambahan jumlah pekerja harus diimbangi pula dengan adanya tambahan modal. Jika modal untuk produksi tetap, maka dengan bertambahnya jumlah pekerja dapat menurunkan output yang diproduksi itu sendiri. Namun sebaliknya jika modal untuk produksi fleksibel mengikuti pertambahan jumlah pekerja, maka peningkatan jumlah pekerja dapat meningkatkan output. Dengan demikian secara teori dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

LRAS

Tingkat harga, P AS2

P3 C AS1 P2 B

P1 AD2

A

AD1

Y1 = Y3 = Y Y2 Output, Y

Sumber: Mankiw (2000)

(35)

22

Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus (dalam jangka panjang). Hubungan inflasi dan output dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Ketika pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk meningkatkan permintaan agregat, kebijakan tersebut akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi, yaitu dari titik A ke titik B. Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika mereka memproduksi lebih banyak dan berarti juga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Tingkat harga yang tinggi dibandingkan tingkat harga tahun sebelumnya berarti inflasi yang lebih tinggi. Jadi ketika pemerintah menggerakkan perekonomian ke atas sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek maka akan menurunkan tingkat pengangguran atau meningkatkan output (pertumbuhan ekonomi), dan meningkatkan inflasi. Adanya inflasi menyebabkan harga-harga barang input produksi menjadi tinggi yang berakibat pada pengurangan kapasitas produksi oleh produsen, dengan kata lain terjadi penurunan penawaran dari AS1 ke AS2.

(36)

23 3.2. Kerangka Konseptual

Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta sebagai pembentuk akumulasi modal dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Pekerja sebagai salah satu faktor penting dalam produksi barang dan jasa dapat memberikan efek dalam pertumbuhan ekonomi. Inflasi sebagai cerminan dari peningkatan harga-harga juga memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan estimasi pertumbuhan ekonomi menggunakan variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi.

(37)

24

Uji Kointegrasi Engel-Granger

Error Correction Model (ECM) Uji Kebaikan Model

Gambar 3.3. Kerangka Konseptual o Pengeluaran Pemerintah: Rutin dan Pembangunan.

o Investasi Swasta, Pekerja, dan Inflasi.

Estimasi Pertumbuhan Ekonomi

Estimasi Model Jangka Panjang Estimasi Model Jangka Pendek Krisis

(38)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time

series yang merupakan data tahunan dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2004.

Data sekunder tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank

Indonesia (BI). Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data

pertumbuhan ekonomi Indonesia, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran

pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi.

4.2. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari

variabel-variabel dalam penelitian ini adalah estimasi jangka panjang dengan uji

kointegrasi Engel-Granger dan estimasi jangka pendek dengan Error Correction

Model (ECM) atau model koreksi kesalahan. Adapun syarat untuk menggunakan

ECM adalah jika terdapat minimal satu variabel tidak stasioner. Namun jika

seluruh data yang digunakan ternyata stasioner, maka persamaan tersebut tidak

dapat dianalisa dengan menggunakan ECM.

4.3. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test)

Sebelum melakukan serangkaian proses terhadap model sangat penting

untuk melakukan uji akar-akar unit atau uji stasioneritas. Uji ini dimaksudkan

untuk mengetahui sifat dan kecenderungan data yang dianalisis, apakah data

(39)

26

Metode yang digunakan untuk menguji kestasioneran data time series

dalam penelitian ini adalah Augmented Dickey Fuller (ADF) Test. Hipotesis yang

diuji dalam uji ADF adalah:

Ho : Data tidak stasioner (mengandung unit root)

H1 : Data stasioner (tidak mengandung unit root)

Penolakan atas hipotesis nol menunjukkan bahwa data yang dianalisis adalah

stasioner. Jika terdapat hubungan antara variabel tersebut dengan waktu atau trend

maka dikatakan bahwa variabel tersebut tidak stasioner.

Pengujian unit root dilakukan untuk menghindari masalah regresi lancung

(spurious regression). Ciri dari regresi lancung biasanya memiliki R-Squared

yang tinggi dan t-statistik yang nampak signifikan namun tidak mempunyai arti

dalam ilmu ekonomi atau tidak sesuai dengan teori ekonomi yang ada.

Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit. Uji ini

merupakan konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas data pada

derajat nol atau I(0). Pada uji ini data yang diamati di-difference pada derajat

tertentu, sehingga semua data stasioner pada derajat yang sama. Suatu data

dikatakan stasioner pada tingkat ke-d atau I(d)jika setelah di-difference sebanyak

d kali nilai ADF test-nya secara relatif lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon.

4.4. Uji Kointegrasi

Setelah diperoleh hasil pengujian akar-akar unit, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat konsistensi jangka panjang dari

(40)

27

variabel-variabel yang tidak stasioner. Uji kointegrasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji kointegrasi Engel-Granger, hal tersebut dikarenakan

persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan tunggal.

Metode kointegrasi Engel-Granger sebenarnya menggunakan metode ADF

yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu meregresi persamaan Ordinary

Least Square (OLS) kemudian mendapatkan residual (u) dari persamaan tersebut.

Tahap kedua adalah dengan menggunakan metode ADF tes diuji akar unit

terhadap u dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar unit ADF

variabel-variabel sebelumnya (Pasaribu, 2003).

Jika hipotesis nol ditolak maka variabel u adalah stasioner atau dalam hal

ini kombinasi linear antar variabel adalah stasioner. Artinya meskipun

variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang

variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan. Oleh karena itu,

kombinasi linear dari variabel-variabel tersebut disebut regresi kointegrasi.

Parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat disebut

sebagai koefisien-koefisien jangka panjang atau co-integrated parameters.

Adapun persamaan jangka panjang yang diestimasi dalam penelitian ini

adalah (dalam logaritma):

Yt = α0 + α1LNRUTINt + α2LNPEMB t + α3LNINVESTt + α4LNLABORt +

α5INFt + εt (4.1)

(41)

28

dimana:

α1 = intersep,

αn = parameter yang diduga, dimana (n = 1,2,..5) dan menggambarkan

hubungan jangka panjang antar variabel independent dengan

variabel dependent,

Yt = pertumbuhan ekonomi pada periode t,

LNRUTINt = pengeluaran rutin pemerintah riil pada periode t,

LNPEMB t = pengeluaran pembangunan pemerintah riil pada periode t,

LNINVESTt = investasi swasta riil pada periode t,

LNLABORt = jumlah pekerja riil pada periode t,

INFt = laju inflasi pada periode t,

εt = error term.

4.5. Pendekatan Koreksi Kesalahan

4.5.1. Uji Kebaikan Model ECM

Uji kebaikan model sangat penting peranannya untuk mengetahui ada

tidaknya masalah-masalah pelanggaran asumsi OLS yang muncul pada estimasi

model jangka pendek pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Uji kebaikan model

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Uji Autokorelasi

Kondisi yang menunjukkan adanya autokorelasi yaitu jika nilai error tidak

(42)

29

korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan

tidak berpola. Kondisi ini menyebabkan varians yang diperoleh underestimate.

Untuk mendeteksi autokorelasi digunakan uji Breusch-Godfrey Serial

Correlation LM Test. Hipotesis yang digunakan adalah (1) H0: tidak terdapat

autokorelasi, (2) H1: terdapat autokorelasi.

Kriteria uji:

Probability Obs*R-Squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0.

Probability Obs*R-Squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.

Artinya, jika menolak H0 maka menunjukkan terdapat masalah autokorelasi

dalam model. Namun sebaliknya, jika menerima H0 maka menunjukkan tidak

terdapat masalah autokorelasi dalam model.

2. Uji Heteroskedastisitas

Kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai

yang sama disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan Autoregressif Conditional

Heteroskedasticity (ARCH) Test dan White Heteroskedasticity Test.

Hipotesis:

H0 : tidak terdapat heteroskedastisitas(homoskedastisitas),

H1 : terdapat heteroskedastisitas.

Kriteria uji:

Probability Obs*R-Squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0.

(43)

30

Artinya, jika menolak H0 maka menunjukkan terdapat masalah heteroskedastisitas

dalam model, dan sebaliknya jika menerima H0 maka menunjukkan tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas dalam model.

3. Uji Normalitas

Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term

terdistribusi normal. Untuk mengetahuinya digunakan Jarque-Bera, dimana

hipotesisnya adalah H0 : terdistribusi normal dan H1 : tidak terdistribusi normal.

Bila nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan maka

persamaan tidak mempunyai masalah normalitas atau error term terdistribusi

normal.

4.5.2. Model Koreksi Kesalahan (ECM)

Model ECM bertujuan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu

(time series) yang tidak stasioner dan regresi palsu. ECM lahir dan dikembangkan

untuk mengatasi masalah perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara jangka

pendek dan jangka panjang dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode

dikoreksi pada periode selanjutnya sehingga tidak ada informasi yang dihilangkan

hingga penggunaan untuk peramalan jangka panjang (Thomas dalam Muttaqin,

2006). Oleh karena pada jangka pendek akan dimasukkan variabel dummy, maka

persamaan jangka pendek pertumbuhan ekonomi yang diestimasi dalam penelitian

ini yaitu:

ΔYt = b0 + b1ΔLNRUTINt + b2ΔLNPEMBt + b3ΔLNINVESTt + b4ΔLNLABORt +

(44)

31

dimana :

ECM = εt-1 = Yt-1 β0 β1LNRUTINt-1 β2LNPEMBt-1 - β3LNINVESTt-1 -

β4LNLABORt-1 - β5INFt-1 (4.3)

dengan b 1 > 0 atau<0, b2 >0, b3 >0, b4 >0 atau <0, dan b5 >0atau <0

dimana :

b0 , β0 : intersep,

bn , βn : parameter yang diduga, dimana (n = 1,2,..5 dan menggambarkan

hubungan jangka pendek antar variabel independent dengan

variabel dependent,

λ : Error Correction Term,

Yt : pertumbuhan ekonomi pada periode t,

LNRUTINt : pengeluaran rutin pemerintah riil pada periode t,

LNPEMB t : pengeluaran pembangunan pemerintah riil pada periode t,

LNINVESTt : investasi swasta riil pada periode t,

LNLABORt : jumlah pekerja riil pada periode t,

INFt : laju inflasi pada periode t,

Yt-1 : lag pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya,

LNRUTINt-1 : lag pengeluaran rutin pemerintah riil pada periode sebelumnya,

LNPEMB t-1 : lag pengeluaran pembangunan pemerintah riil pada periode

sebelumnya,

LNINVESTt-1 : lag investasi swasta riil pada periode sebelumnya,

LNLABORt-1 : lag jumlah pekerja riil pada periode sebelumnya,

(45)

32

Dummy : dummy krisis ekonomi,

0 = untuk sebelum dan sesudah krisis,

1 = untuk semasa krisis.

4.6. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari data pertumbuhan ekonomi tujuh negara industri utama dan

beberapa negara Asia. Pertumbuhan ekonomi tersebut dinyatakan dalam

satuan persen.

2. Pengeluaran rutin pemerintah

Pengeluaran rutin pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang,

pembayaran bunga dan cicilan utang, subsidi, serta pengeluaran rutin lainnya.

Data pengeluaran rutin pemerintah diperoleh dari laporan realisasi APBN

yang dinyatakan dalam satuan milyar rupiah.

3. Pengeluaran pembangunan pemerintah

Pengeluaran pembangunan pemerintah merupakan jumlah realisasi

pengeluaran untuk program pembangunan dan pengeluaran bantuan proyek.

Seperti halnya pengeluaran rutin, data pengeluaran pembangunan pemerintah

diperoleh dari laporan realisasi APBN yang dinyatakan dalam satuan milyar

(46)

33

4. Investasi Swasta

Investasi merupakan pergerakan arus pengeluaran yang dapat menambah stok

modal secara fisik. Investasi swasta yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup jumlah investasi yang dilakukan pihak swasta baik dari dalam

negeri maupun luar negeri. Data investasi swasta dari dalam negeri diperoleh

dari proyek-proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui

pemerintah menurut sektor ekonomi. Sedangkan investasi swasta dari luar

negeri diperoleh dari proyek-proyek penanaman modal luar negeri (PMLN)

yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi. Investasi swasta tersebut

dinyatakan dalam satuan milyar rupiah .

5. Pekerja

Pekerja merupakan jumlah angkatan kerja yang berusia 15-65 tahun ke atas

yang bekerja, dinyatakan dalam satuan orang. Data jumlah pekerja diperoleh

dari data penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut golongan umur dan

kegiatan selama seminggu yang lalu, dinyatakan dalam satuan milyar pekerja.

6. Inflasi

Data inflasi yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari data laju inflasi

tujuh negara industri utama dan beberapa negara Asia. Inflasi tersebut

dinyatakan dalam satuan persen.

7. Dummy

Variabel dummy yang digunakan dalam penelitian ini merupakan dummy

krisis ekonomi, dimana angka nol menyatakan waktu sebelum dan setelah

(47)

V. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INLASI

5.1. Pertumbuhan Ekonomi

(48)

35

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1980 tidak lain karena pada periode 1973-1982 merupakan era boom minyak, yaitu harga minyak di pasar internasional melambung tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak saat itu mendapat rejeki nomplok dari hasil ekspornya, sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun situasi berubah pada tahun 1983 ketika dunia mengalami resesi ekonomi, terjadi krisis minyak yaitu harga minyak di pasar internasional merosot. Seiring dengan hal tersebut penerimaan pemerintah dari minyak pun ikut menurun, sehingga memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada periode 1983-1986 pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,88 persen per tahun.

Setelah masa resesi yaitu pada periode 1987-1996 pertumbuhan ekonomi kembali mengalami peningkatan yaitu dari 3,59 persen pada tahun 1987 menjadi 7,82 persen pada tahun 1996. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan yang cukup besar dalam konsumsi dan investasi. Memasuki pertengahan tahun 1997 Indonesia dihadapkan pada kondisi krisis moneter. Hal ini disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam dunia perbankan nasional. Krisis tersebut melemahkan perekonomian yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi hingga mencapai –13,13 persen.

(49)

36

2003 mendorong kemajuan pada perekonomian tahun 2004, dimana pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi meningkat hingga mencapai 5,13 persen. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut juga didukung oleh situasi keamanan yang terkendali serta diimbangi pula oleh rendahnya laju inflasi.

5.2. Pengeluaran Rutin Pemerintah

Pengeluaran rutin pemerintah riil dari periode awal penelitian yaitu tahun 1975 hingga akhir periode tahun 2004 cenderung selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang sangat tajam terjadi pada tahun 2001 dimana pengeluaran rutin pemerintah riil mencapai hingga Rp 27.474,87 milyar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kembali stabilnya laju inflasi hingga mencapai 12,55 persen pada tahun 2001 setelah melewati angka 77,63 persen pada tahun 1998. Perkembangan pengeluaran rutin pemerintah riil dapat dilihat pada Gambar 5.2.

(50)

37

Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar selama tahun 1998/1999 telah memberikan dampak negatif pada operasional keuangan pemerintah secara keseluruhan. Memburuknya kinerja perekonomian yang didorong oleh keadaan politik yang belum stabil menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah melebihi peningkatan penerimaannya, sehingga keuangan pemerintah mengalami defisit. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut dilihat dalam bentuk nominal. Akan tetapi secara riil, dengan memperhitungkan tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah mengalami penurunan.

Pada tahun 1998 pengeluaran rutin pemerintah riil turun hingga mencapai Rp 1.345,50 milyar akibat inflasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 77,63 persen. Memasuki tahun 1999 pengeluaran rutin pemerintah riil mulai meningkat kembali seiring dengan stabilnya laju inflasi dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat karena pemerintah merasa prihatin atas dampak krisis moneter yang memperburuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

(51)

untuk membiayai proyek pembangunan baik fisik maupun non fisik. Selama periode penelitian tahun 1975-2004 pengeluaran pembangunan pemerintah riil

(52)

39

Kondisi perekonomian yang buruk pasca krisis dan setelah krisis mendorong pemerintah untuk melaksanakan kebijakan yaitu mengalokasikan pengeluaran pembangunan pada program proyek prasarana sosial dan program pemulihan kegiatan perekonomian nasional (Statistik Indonesia, 2000). Dengan demikian sejak tahun 1999 sampai dengan akhir periode penelitian tahun 2004 pengeluaran pembangunan pemerintah riil cenderung mengalami peningkatan. Meskipun pada tahun 2003 pengeluaran tersebut mengalami penurunan, namun penurunannya tidak setajam pada tahun 1998.

5.4. Investasi Swasta

Investasi swasta dialokasikan untuk penyediaan barang-barang modal yang dapat meningkatkan kapasitas produksi, yang kemudian pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta dalam penelitian ini mencakup Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMLN). Perkembangan investasi swasta riil dapat dilihat pada Gambar 5.4.

(53)

40

politik, sosial, dan keamanan. Situasi ini menyebabkan para investor tidak mau mengambil resiko menanamkan modalnya, sehingga akumulasi modal yang

Setelah melewati masa krisis, investasi swasta riil mulai meningkat kembali. Hal ini dikarenakan pemerintah melakukan kebijakan yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya kembali, terutama untuk investor asing. Karena semenjak iklim investasi di Indonesia tidak kondusif, banyak investor asing yang berhati-hati dan sangat selektif untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

(54)

41

5.5. Pekerja

Seperti yang terlihat pada Gambar 5.5, perkembangan jumlah pekerja riil selama periode 1975-2004 sangat berfluktuasi. Perkembangan jumlah pekerja riil tersebut tidak terlepas dari pengaruh inflasi. Ketika inflasi rendah jumlah pengangguran meningkat sehingga jumlah pekerja menurun, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain terjadi trade off antara inflasi dan pengangguran (Mankiw, 2000).

Pekerja Riil

1500 3500 5500 7500 9500 11500

1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004

Tahun

Mi

ly

ar

Sumber: BPS (1975-2004), diolah

Gambar 5.5. Perkembangan Pekerja Riil (2002=100)

(55)

42

peningkatan sehingga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan.

Seiring dengan menurunnya tingkat inflasi, biaya operasional perusahaan kembali stabil. Perusahaan memerlukan pekerja untuk meningkatkan output yang akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar, hal ini berarti terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga jumlah pekerja kembali meningkat. Pada tahun 2003 jumlah pekerja mengalami penurunan, namun pada tahun 2004 meningkat kembali hingga mencapai 5.998,08 milyar pekerja.

5.6. Inflasi

Laju inflasi yang dihitung berdasarkan pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada awal periode penelitian tahun 1975 tercatat sebesar 19,10 persen. Sampai dengan tahun 1996 laju inflasi Indonesia berada di bawah kisaran 12 persen. Namun pada bulan Juli tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang dipicu oleh jatuhnya mata uang bath Thailand. Jatuhnya mata uang bath Thailand tersebut menyebabkan pasar modal Indonesia jatuh lebih dari 80 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar jatuh hingga 75 persen (Gie, 2004). Perkembangan inflasi Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.5.

(56)

(57)

VI. PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

INDONESIA

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Langkah awal sebelum melakukan estimasi ECM terlebih dahulu harus dilakukan uji akar unit untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner atau tidak. Setelah dilakukan pengujian akar unit maka dilakukan pengujian kointegrasi Engel-Granger untuk melihat hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel yang tidak stasioner. Setelah diperoleh persamaan jangka panjang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi ECM yang digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek diantara variabel-variabel yang stasioner, namun untuk mengetahui ada tidaknya masalah-masalah pelanggaran asumsi klasik yang muncul pada estimasi model jangka pendek pertumbuhan ekonomi di Indonesia maka dilakukan uji kebaikan model, yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

6.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit

(58)

45

Tabel 6.1. Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) pada Level

Variabel Nilai ADF

t-statistik

Nilai Kritis Mackinnon Ket

1 % 5 % 10 %

Pertumbuhan Ekonomi -1,92 -2,65 -1,95 -1,61 Stasioner Pengeluaran Rutin

Dari Tabel 6.1 dapat dilihat bahwa hanya variabel pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stasioner pada taraf 10 persen (taraf nyata yang digunakan). Sedangkan variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, dan pekerja tidak stasioner baik pada taraf 1 persen, 5 persen maupun 10 persen. Hal ini terlihat dari nilai t-statistik ADF keempat variabel tersebut yang lebih besar dari nilai kritis Mackinnon.

(59)

46

Tabel 6.2. Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) Pada First Difference

Variabel Nilai ADF

t-statistik

Nilai Kritis Mackinnon Ket

1 % 5 % 10 %

Pertumbuhan Ekonomi -6,60 -3,69 -2,97 -2,62 Stasioner Pengeluaran Rutin

Investasi Swasta -6,91 -3,70 -2,98 -2,63 Stasioner

Pekerja -7,44 -3,70 -2,98 -2,63 Stasioner

Inflasi -6,49 -3,70 -2,98 -2,63 Stasioner

Sumber: Lampiran 2b

Pada Tabel 6.2 dapat dilihat bahwa semua variabel, baik variabel independen maupun dependen, stasioner pada derajat satu I(1) atau first difference. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak yang artinya semua variabel stasioner pada taraf 10 persen, ditunjukkan oleh nilai t-statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon.

6.2. Uji Kointegrasi

(60)

47

Tabel 6.3. Hasil Uji Akar Unit terhadap Residual Persamaan Regresi Variabel Nilai ADF

Berdasarkan Tabel 6.3 dapat dilihat bahwa residual dari persamaan yang digunakan berhasil menolak hipotesis nol atau dengan kata lain uji akar unit pada residual U bersifat stasioner pada level atau I(0), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang digunakan cenderung menuju pada keseimbangan jangka panjang walaupun pada tingkat level terdapat variabel yang tidak stasioner. Hal ini terlihat dari nilai t-statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon 10 persen. Selain itu, koefisien residual U sebesar – 0,91 semakin menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan terdapat kointegrasi (Lampiran 3a). Oleh karena terdapat kointegrasi diantara variabel-variabel dalam penelitian, maka model jangka panjang pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.4.

(61)

48

dijelaskan oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi sebesar 86 persen. Sedangkan sisanya sebesar 14 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Pada persamaan jangka panjang mempunyai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf yang digunakan yaitu 10 persen, sehingga seluruh variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen secara bersamaan atau serentak. Berdasarkan model jangka panjang tersebut dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian memiliki arah yang benar sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Pada pengujian signifikasi secara statistik (t-hitung) diperoleh bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pekerja, dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan secara individu terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 10 persen. Di sisi lain, variabel pengeluaran pembangunan dan investasi swasta tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik pada taraf 1 persen, 5 persen maupun 10 persen, tetapi memberikan arah yang sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan.

(62)

49

investasi domestik menurun. Penurunan investasi tersebut pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kweka dan Morissey (2000), investasi publik (pengeluaran pembangunan pemerintah) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena adanya ketidakefisienan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini diindikasikan bahwa penyebab tidak signifikannya pengeluaran pembangunan adalah karena terjadi kebocoran dalam APBN, khususnya dalam pembiayaan pembangunan, sehingga mengakibatkan pengeluaran pembangunan yang dilakukan tidak sebesar nilai dana yang dianggarkan untuk realisasi pembangunan.

Selain itu juga karena pada periode penelitian terjadi guncangan bencana alam yaitu gempa bumi dan gelombang tsunami yang melumpuhkan propinsi Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara, sehingga diperlukan peran pemerintah yang besar yaitu dengan mengalokasikan anggaran pembangunan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi dan untuk membangun daerah tersebut kembali.

(63)

50

permintaan agregat akan bahan bangunan dan jasa yang berhubungan dengan konstruksi. Permintaan agregat akan direspon dunia usaha dengan meningkatkan produksi barang dan jasa. Kemudian peningkatan produksi barang dan jasa tersebut akan meningkatkan output nasional yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Hubungan yang positif antara investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,29 mengindikasikan bahwa jika investasi swasta meningkat sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,29 persen. Namun dalam estimasi jangka panjang investasi swasta tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi perekonomian Indonesia pada periode penelitian mengalami keterpurukan yaitu karena adanya krisis ekonomi yang kemudian mendorong ketidakstabilan politik dan keamanan. Semenjak itu iklim investasi menjadi tidak kondusif sehingga para investor terutama investor asing lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini mengakibatkan investasi yang seharusnya bisa lebih besar terakumulasi menjadi berkurang.

(64)

51

Pekerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,93. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan jumlah pekerja sebesar 1 persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,93 persen. Semakin meningkatnya jumlah pekerja maka dapat meningkatkan jumlah output barang dan jasa, dengan asumsi dalam jangka panjang modal adalah fleksibel. Dengan adanya peningkatan output barang dan jasa yang dihasilkan maka output nasional akan meningkat, dan selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

(65)

52

6.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan

6.3.1. Uji Kebaikan Model ECM

Untuk menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diperoleh pada penelitian ini terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka dilakukan uji kebaikan. Adapun hasil uji kebaikan model ECM pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test diketahui bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 1,00 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen

(Lampiran 4a).

2. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas baik dengan menggunakan ARCH-Test maupun White Heteroskedasticity-Test, diperoleh bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,32 pada ARCH-Test dan 0,33 pada White Heteroskedasticity-Test yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen (Lampiran 4b).

3. Uji Normalitas

(66)

53

terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,98 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen (Lampiran 4c).

6.3.2. Model Koreksi Kesalahan (ECM)

Model koreksi kesalahan atau ECM digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan regresi dengan mengestimasi dinamika error correction term (U). Setelah diketahui bahwa model ECM terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka model ECM dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.5.

(67)

54

Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek diketahui bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja dan inflasi signifikan atau berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomipada taraf 10 persen serta memiliki arah yang benar sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Namun variabel yang diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu variabel dummy krisis ekonomi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Adapun interpretasi dari hasil estimasi tersebut yaitu secara keseluruhan pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengeluaran rutin bersifat tidak produktif dan tidak mengarah kepada investasi. Salah satu komponen dalam pengeluaran rutin adalah pengeluaran subsidi. Dalam jangka pendek pengeluaran subsidi akan mendorong terjadinya distorsi pasar yang dapat menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian (Sutriono, 2006). Adanya subsidi dari pemerintah akan menurunkan minat investor menanamkan modal karena takut kalah bersaing dengan sektor usaha yang disubsidi oleh pemerintah. Dengan menurunnya investasi tersebut berarti terjadi penurunan akumulasi modal untuk pembangunan yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

(68)

55

permintaan agregat dan akan berpengaruh terhadap output. Misalnya pengeluaran pembangunan sarana pendidikan yaitu pembangunan gedung sekolah dasar. Adanya pembangunan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan barang yang berhubungan dengan konstruksi, peralatan atau perlengkapan pendidikan, serta jasa yang terkait dengan pendidikan yang diselenggarakan. Hal ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi barang dan jasa, sehingga output meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam jangka pendek investasi swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Samuelson dan Nordhaus, efek jangka pendek yang ditimbulkan bila terjadi perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat, yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja (Lailatussholiha, 2005). Kemudian selanjutnya akan berpengaruh terhadap peningkatan output nasional atau pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan pekerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Bellante dan Jackson, 1983). Dalam perekonomian agregat berlaku asumsi constant return to scale atau tingkat pengembalian skala yang konstan, maka dengan adanya tambahan jumlah pekerja dalam jangka pendek akan mendorong peningkatan output barang dan jasa, yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output nasional, kemudian pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Gambar

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1998-2004
Tabel 1.2.
Gambar 3.1. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi dan Pendapatan Nasional
Gambar 3.2. Dampak Pergeseran dalam Permintaan Agregat terhadap Inflasi dan Output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kereta Api Indonesia (persero) divisi regional Sumatera Utara &amp; NAD, dengan pedoman kepada peraturan, ketentuan perusahaan, anggaran pendapatan dan anggaran biaya serta

Mampu menganalisis wilayah berdasarkan aspek ekonomi untuk setiap kecamatan dari contoh kasus kabupaten yang diambil , terutama kegiatan analisis persentase, pertumbuhan,

Fokus utama ialah untuk mengkaji peranan simbol yang terdapat dalam upacara Pakan di dalam setiap ritual yang berkaitan dengan budaya masyarakat Penan di kawasan

Analisis data penelitian dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat hasil pengukuran beberapa parameter perairan dan melihat hasil uji sampel logam berat pada

Dari perbandingan ini dapat dilihat bahwa overlap 50% memperlihatkan akurasi yang paling baik karena baik pada data uji tanpa noise maupun data uji yang ditambah noise

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru pendidikan jasmani terhadap Elemen Perubahan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kabupaten

Pengadaan Benih dan Pakan Ikan Pengadaan Benih Ikan Mas Rajadanu 50,000 Ekor Desa Gunungkarung Kecamatan Luragung Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Desa Tugu Mulya Desa Darma

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian ekstrak rimpang temu putih, tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol dan perlakuan dalam hal tahapan