• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA

Oleh :

Indri Nani Anggrieni Sihaloho NIM 4123311018

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA Indri Nani Anggrieni Sihaloho

(NIM 4123311018) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui strategi penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. (2) Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan yang berjumlah 31 orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi Bentuk Pangkat dan Akar tahun ajaran 2016/2017. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan koneksi matematika siswa pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan karena persentase banyak siswa yang memperoleh nilai minimal 70 adalah 19,35% sedangkan indikator keberhasilan yang ingin dicapai adalah terdapat 80% siswa yang memiliki nilai minimal 70. Pada siklus II kemampuan koneksi matematika siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 96,77% siswa sudah mencapai nilai minimal 70. Karena semua indikator sudah dipenuhi maka kemampuan koneksi matematika siswa dalam pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai waktu yang direncanakan.

Skripsi ini berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas X SMA, disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Medan.

(5)

v

Itakido Nola Sihaloho yang senantiasa memberikan Doa, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Spesial thanks so much buat serdaduAde Yolanda Kaban dan Dicky Paradiba Manalu yang selalu hadir dalam keadaan terpuruk dan terbahagia dalam hidup penulis. Rekan-rekan seperjuangan dan terbaik MM’12 Eks A (Rita, Nirma, Wiliater, Martin, Lambok, Delvita, Dhiena, Mutiara, Damayanti, Jihan, Afwanil, Eka, Husna, Ridho, Leni, Thoibah, dan Yara). Rekan-rekan matematika angkatan 2010, 2011 dan 2012 atas segala informasi, bantuan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Teman-teman NHKBP Gedung Johor dan PNR Weyk 4&9 yang selama ini bersama membangun iman dan kasih dalam persekutuan, yang selalu mendoakan demi selesainya skripsi ini. Rekan-rekan PPLT Trisakti Pakam‘fke posko’ (Abed, Andrey, Atika, Ayu, Adel, Desi, Ery, Fika, Henok, Kiki, Maya, Lita, Sarma, Nita, Mei, Trisna, dan Tami) atas motivasi dan penghiburannya selama 3 bulan bersama. Rekan-rekan semua yang terkasih, yang mengenal, dan yang mendoakan penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, rekan SMP dan SMA yang selalu memberikan motivasi dan dukungan. Biarlah kiranya Tuhan yang membalaskan segala hal yang telah dicurahkan kepada penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Atas bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, September 2016 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 11

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

2.1 Kerangka Teoritis 13

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 13

2.1.2 Model Pembelajaran 15

2.1.2.1 Model Pembelajaran Berbasis Masalah 16

2.1.2.2 Langkah-langkah Proses PBM 19

2.1.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Model PBM 21 2.1.2.4 Teori Belajar Yang Melandasi Pendekatan PBM 23

2.1.3 Masalah Dalam Matematika 25

2.1.4 Koneksi Matematika 27

(7)

vii

2.1.4.2 Tujuan dan Jenis Koneksi Matematika 29 2.1.5 Hubungan Model PBM Dengan Meningkatkan Kemampuan

Koneksi Matematika Siswa 31

2.1.6 Materi Pangkat dan Akar 32

2.2 Penelitian Yang Relevan 37

2.3 Kerangka Konseptual 39

2.4 Hipotesis Tindakan 40

BAB III METODE PENELITIAN 41

3.1 Jenis Penelitian 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 41

3.3.1. Subjek Penelitian 41

3.3.2. Objek Penelitian 41

3.4 Prosedur Penelitian 42

3.5 Instrumen Penelitian 50

3.5.1 Tes Kemampuan Koneksi Matematika 50 3.5.2 Observasi Proses Pembelajaran 52

3.6 Teknik Analisis Data 53

3.6.1.Analisis Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika 53

3.6.2.Analisis Hasil Observasi 54

3.6.3.Kriteria Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika 54

3.7 Indikator Keberhasilan 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 56

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 56

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Siswa 56

4.1.2 Hasil dan Pembahasan Siklus I 62

4.1.2.1 Permasalahan I 62

(8)

viii

4.1.2.4 Tahap Observasi I 66

4.1.2.5 Analisis Data I 69

4.1.2.5.1 Analisis Data Tindakan Guru 69 4.1.2.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa 71 4.1.2.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika I 72

4.1.2.6 Refleksi I 81

4.1.3 Hasil dan Pembahasan Siklus II 83

4.1.3.1 Permasalahan II 83

4.1.3.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 84 4.1.3.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 86

4.1.3.4 Tahap Observasi II 89

4.1.3.5 Analisis Data II 91

4.1.3.5.1 Analisis Data Tindakan Guru 91 4.1.3.5.2 Analisis Data Hasil Observasi Siswa 93 4.1.3.5.3 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika II 94

4.1.3.6 Refleksi II 100

4.2 Pembahasan dan Hasil Penelitian 101

4.3 Temuan Penelitian 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 106

5.1 Kesimpulan 106

5.2 Saran 108

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.1 5 Gambar 1.2Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.3 6 Gambar 3.1Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 42 Gambar 4.1Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika 57

Siswa pada Tes Awal

Gambar 4.2Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi

matematika I pada Siklus I 75

Gambar 4.3Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika I 76 pada Siklus I

Gambar 4.4Rata-rata Tingkat Kemampuan Siswa pada Indikator Koneksi

matematika II pada Siklus II 97

Gambar 4.5Deskripsi Tingkat Kemampuan Koneksi matematika II 99 pada Siklus II

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa dan Kesalahan Siswa Dalam 5

Menjawab Soal

Tabel 1.2Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa 7 Tiap Aspek

Tabel 2.1Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah 20 Tabel 3.1Kisi-kisi Tes Kemampuan Koneksi Matematika 50 Tabel 3.2Teknik Penskoran Kemampuan Koneksi Matematika 51 Tabel 3.3Tingkat Penguasaan Koneksi Matematika Siswa 53

Tabel 4.1Deskripsi Hasil Tes Awal 56

Tabel 4.2Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1 58 Tabel 4.3Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2 59 Tabel 4.4Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3 59 Tabel 4.5Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 4 61 Tabel 4.6Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori 72

koneksi antar topik matematika

Tabel 4.7Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori 73 koneksi matematika dengan bidang studi lain

Tabel 4.8Tingkat Penguasaan Koneksi matematika Siswa Kategori 74 Koneksi Matematika dengan Dunia Nyata

Tabel 4.9Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I 76 Tabel 4.10Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1 78 Tabel 4.11Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2 79 Tabel 4.12Data Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 3 80 Tabel 4.13Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori 94

Koneksi Antar Topik Matematika

Tabel 4.14Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika Siswa Kategori 95 Koneksi Matematika Dengan Bidang Studi Lain

(11)

xi

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 112 Lampiran 2Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 120

Lampiran 3Lembar Aktivitas Siswa I 128

Lampiran 4Lembar Aktivitas Siswa II 131

Lampiran 5Lembar Aktivitas Siswa III 134

Lampiran 6Lembar Aktivitas Siswa IV 137

Lampiran 7Alternatif Penyelesaian LAS 140

Lampiran 8Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi 147 Lampiran 9Lembar Validitas Tes Kemampuan Awal 148 Lampiran 10Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Awal Siswa 151

Lampiran 11Tes Kemampuan Awal Siswa 152

Lampiran 12Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal Siswa 153 Lampiran 13Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi I 155 Lampiran 14Kisi-Kisi Soal Kemampuan Koneksi I 158 Lampiran 15Tes Kemampuan Koneksi Matematika I 159 Lampiran 16Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi I 160 Lampiran 17Lembar Validitas Tes Kemampuan Koneksi II 162 Lampiran 18Kisi-Kisi Tes Kemampuan Koneksi II 165 Lampiran 19Tes Kemampuan Koneksi Matematika II 166 Lampiran 20Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Koneksi II 167 Lampiran 21Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus I 169 Lampiran 21Lembar Observasi Strategi yang Dilakukan Guru Siklus II 172 Lampiran 22Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 175 Lampiran 22Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 177

Lampiran 23Hasil Analisis Tes Awal 179

(13)

xiii

Lampiran 28Hasil Analisis TKKM II Kategori I 189 Lampiran 29Hasil Analisis TKKM II Kategori II 191 Lampiran 30Hasil Analisis TKKM II Kategori III 193 Lampiran 31Hasil Analisis TKKM II Kategori I, II dan III 195 Lampiran 32Daftar Nama Kelompok Siswa Siklus I dan II 197

Lampiran 33Jadwal Penelitian 199

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan dan kematangan. Makna pendidikan memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Menurut Buchori (dalam Trianto, 2011) bahwa “pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.” Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi dan sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas. Matematika sebagai salah satu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Seperti yang dikemukakan Abdurrahman (2012) bahwa :

Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta sarana untuk menghasilkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

(15)

2

paling kompleks. Ada beberapa alasan tentang perlunya belajar dan menguasai matematika seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012) bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3) merupakan komunikasi yang kuat, jelas dan singkat; 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; 6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Mengingat pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan sudah seharusnya matematika menjadi pelajaran disekolah yang disukai dan diminati oleh siswa. Tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat dan tidak menyukai pelajaran matematika. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang bergantung pada rumus-rumus, bila tidak mengetahui rumus maka soal matematika tidak dapat diselesaikan, sehingga siswa menganggap matematika sangat sulit dibandingkan dengan mata pelajaran lain, seperti yang dikemukakan oleh Surya (2012), bahwa:

Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat, tidak jarang siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian dari mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika. Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada matematika.

(16)

3

Selain itu, penyebab utama dalam belajar juga dikemukakan oleh Abdurrahman (2012), bahwa

Penyebab utama masalah belajar (learning problems) adalah faktor eksternal yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat.

Berkenaan dengan pendapat diatas, maka dari itu salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran adalah guru. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Mengajar bagi guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi tetapi menjadi guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2011) menyatakan bahwa:

Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektul maupun keterampilan motorik, membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif dan lain sebagainya. Oleh karena itu, seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang cocok dengan minat dan bakat sesuai dengan taraf perkembangan siswa.

Selain guru, faktor lain yang mempengaruhi kualitas belajar siswa adalah model atau metode yang digunakan guru. Sebagaimana diungkapkan Slameto (2010) bahwa “metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula”. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran diatas tidak mengherankan bahwa siswa dewasa ini sangat sulit mempelajari matematika. Guru masih banyak yang tidak memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, metode apa yang cocok dipilih untuk suatu materi tertentu. Banyak guru yang masih mengajarkan suatu pelajaran khususnya matematika dengan cara konvensional.

(17)

4

melihat keadaan siswa seperti mengecek kehadiran dan tugas-tugas siswa. Selanjutnya guru langsung memulai materi pelajaran, menjelaskan materi pelajaran, memberi catatan, memberi contoh soal, dan langsung memberikan soal latihan pada siswa. Tidak ada variasi dalam model atau metode yang dibawakan, suasana belajar terlalu monoton, sehingga siswa menjadi bosan, pasif dan kurang termotivasi untuk belajar khususnya belajar matematika. Hal yang diungkapkan di atas, mendukung yang dikemukakan oleh Slameto (2010) bahwa:

Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

(18)

5

Mengacu kepada tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) dan standar pembelajaran matematika dari NCTM (2000), salah satu kemampuan matematika yang perlu dikuasai dan dikembangkan adalah kemampuan koneksi matematika. Kemampuan koneksi matematika penting untuk dikuasai siswa karena dapat mempermudah siswa dalam belajar, bukan hanya belajar matematika tetapi juga belajar pada bidang ilmu lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun masalah yang terjadi adalah kemampuan koneksi matematika siswa SMA Santa Maria Medan masih rendah. Siswa belum mampu mengaitkan beberapa representasi yang berbeda dari suatu konsep matematika serta menggunakan simbol dari konsep matematika untuk menyelesaikan masalah dalam bidang ilmu lain atau masalah kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang diberikan kepada 31 siswa di kelas X-1 SMA Santa Maria Medan, menunjukkan bahwa hasil kemampuan awal siswa masih sangat rendah. Pemberian tes awal kemampuan koneksi matematika berisi materi prasyarat Bentuk Pangkat dan Akar yaitu perpangkatan SMP. Hasil jawaban siswa dan kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan koneksi awal matematika disajikan dalam tabel berikut ini,

Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa Dan Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal Soal

No. Foto hasil kerja siswa Kesalahan siswa

1

 Siswa tidak menuliskan informasi yang

diketahui dan yang ditanyakan dengan benar.

 Siswa tidak memahami bagaimana

menggunakan kalimat dan simbol matematika.  Siswa tidak membuat

kesimpulan di akhir jawaban soal.

 Siswa hanya melihat Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa

(19)

6

Soal

No. Foto hasil kerja siswa Kesalahan siswa

hasil akhir tanpa memperhatikan proses mendapatkan hasil.

3

 Siswa tidak menuliskan informasi yang diketahui dan yang ditanyakan dengan benar.

 Siswa kurang mampu menerjemahkan kalimat cerita sehari-hari menjadi kalimat matematika yang merupakan hasil

pemikirannya sendiri.  Siswa tidak memahami

apa yang diminta soal.  Siswa salah paham pada

maksud soal sehingga siswa menjawab dengan bunga tunggal.

 Siswa tidak mampu melihat hubungan antara soal dengan bidang studi lain.

 Siswa tidak membuat kesimpulan pada akhir jawabannya.

 Siswa sulit menuliskan apa yang ada dipikirannya menjadi model

matematika.

 Siswa tidak menuliskan langkah ketika menjawab soal, siswa langsung menuliskan tanda sama dengan.

Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa

(20)

7

Tabel diatas adalah contoh dari jawaban siswa yang salah. Berdasarkan penilaian masih banyak siswa yang membiarkan lembar jawabannya kosong, dengan alasan tidak memahami soal, lupa rumus, dan soalnya sulit. Dari penyelesaian tes pada materi prasyarat yang diberikan kepada siswa dapat dilihat bahwa seluruh siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah nyata dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga kesulitan menemukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa cenderung melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada, siswa hanya bergantung pada rumus-rumus untuk menyelesaikan soal-soal tanpa memahami dan memikirkan apa yang dimaksudkan dalam soal. Siswa tidak memahami apa yang diketahui dan ditanya pada soal dengan benar. Jika siswa mampu mengkoneksikan masalah matematika dengan berbagai hal yang berkaitan dengan penyelesaiannya maka pembelajaran akan lebih bermakna.

Soal tes yang diberikan adalah tes kemampuan koneksi matematika siswa yang mengukur kemampuan siswa dalam melakukan koneksi antar topik matematika, antara matematika dengan ilmu lain, dan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Soal tes terdiri atas 4 soal dimana soal pertama dan kedua mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika, soal ketiga mengukur kemampuan siswa melakukan koneksi antar matematika dengan ilmu lain dan soal keempat mengukur kemampuan koneksi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hasil tes kemampuan koneksi awal 31 siswa di kelas X-1 SMA Santa Maria Medan, disajikan dalam tabel 1.2. berikut ini :

Tabel 1.2. Persentase Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Tiap Aspek.

Indikator

Banyak siswa yang menjawab

benar

Persentase Keterangan Kemampuan koneksi

matematika siswa antar topik matematika (soal no.1&2)

15 orang 48.39 % Sangat Rendah Kemampuan koneksi

matematika siswa antara matematika dengan ilmu lain diluar matematika (soal no.3)

0 Orang 0 % Sangat

(21)

8

Indikator

Banyak siswa yang menjawab

benar

Persentase Keterangan Kemampuan koneksi

matematika siswa dengan kehidupan sehari-hari (soal

no.4)

21 Orang 67.74 % Sedang

Dari tabel diatas, terlihat jelas bahwa kemampuan koneksi matematika siswa masih sangat rendah. Kemampuan koneksi matematika siswa dengan kehidupan sehari-hari lebih tinggi dari kemampuan koneksi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belajar secara parsial untuk tiap-tiap topik matematika sehingga belum mampu melihat matematika sebagai sebuah disiplin ilmu dimana antar topik yang satu dengan topik yang lain saling berkaitan. Belajar matematika tidak hanya sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, padahal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan mengkoneksikan setiap masalah dengan penyelesaiannya.

(22)

9

Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dirancang sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang akan dipelajari untuk mendorong siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep, mencapai berfikir kritis, memiliki kemandirian belajar, keterampilan berpatisipasi dalam kerja kelompok, dan kemampuan koneksi matematis.

Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas X SMA.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan kurang berminat mempelajari matematika. Siswa berpendapat bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Siswa tidak termotivasi.

2. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya sendiri.

3. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.

4. Siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan tidak mampu menyelesaikan soal-soal koneksi matematika secara mandiri, siswa kurang percaya diri mengemukakan pendapatnya.

5. Kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih rendah.

(23)

10

1.3 Batasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi, maka peneliti membatasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Proses pembelajaran kurang mendukung siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan untuk aktif dalam mengembangkan ide-ide/gagasannya sendiri.

2. Model pembelajaran yang digunakan dikelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih kurang bervariasi, pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.

3. Kemampuan koneksi matematika siswa SMA kelas X-1 SMA Santa Maria Medan masih rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1 SMA Santa Maria Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa di kelas X-1 SMA Santa Maria Medan ?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa kelas X-1 di SMA Santa Maria Medan

(24)

11

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan atau masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi siswa, sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran matematika, untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa, memberi pengalaman baru dan mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru, memberi alternatif atau variasi model pembelajaran matematika untuk dikembangakan agar menjadi baik dalam pelaksanaannya dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya.

3. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajarn yang tepat dalam kegiatan mengajar di sekolah di masa yang akan datang.

5. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan peneliti dan pembaca yang tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan kemampuan koneksi matematika siswa SMA.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menyatukan berbagai pendapat tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini adalah defenisi dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

(25)

12

2. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menekankan pada presentasi ide-ide atau demonstrasi keterampilan siswa. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah menyajikan masalah, sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar memecahkan masalah oleh dirinya sendiri. Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Masalah matematika adalah suatu pernyataan matematika atau soal matematika yang tidak memiliki algoritma/rumus tertentu untuk menyelesaikannya atau menjawabnya, dapat berupa teka-teki atau soal cerita.

(26)

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Strategi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika adalah sebagai berikut:

a. Guru mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok menurut prosedur pembelajaran berbasis masalah, 3 kelompok beranggotakan 5 orang siswa dan 4 kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

b. Guru dan siswa menyimpulkan masalah yang telah siswa diskusikan dalam kelompoknya maupun hasil presentasi kelas.

c. Guru berkeliling mengamati proses pembelajaran dan memberikan bantuan.

d. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan LAS.

e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bertanya, memberikan pendapat dan mepresentasikan hasil diskusi ke depan kelas.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini dapat dilihat :

(27)

107

Banyak siswa yang memiliki nilai≥ 70 adalah 11 orang siswa atau 35.48%

dan banyak siswa yang memiliki nilai ≤ 69 adalah 20 orang siswa atau

64.52%.

b. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika I pada siklus I, diperoleh bahwa nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa adalah 61.51 (rendah). Dari 31 orang siswa terdapat diperoleh tidak ada siswa yang memiliki tingkat penguasaan sangat tinggi, 4 orang siswa atau 12.90% yang

memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 11 orang siswa

atau 35.48% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika

sedang, 10 orang siswa atau 32.26% yang memiliki tingkat penguasaan

koneksi matematika rendah dan 6 orang siswa atau 19.35% yang memiliki

tingkat penguasaan koneksi matematika sangat rendah. Dari hasil TKKM I diperoleh bahwa siswa yang memiliki nilai≥ 70 adalah 6 orang siswa atau 19.35% dan yang memiliki≤69 adalah 25 orang siswa atau 80.65%.

c. Dari hasil tes kemampuan koneksi matematika II diperoleh nilai rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa adalah 86.77 (tinggi). Dari 31 orang

siswa terdapat 8 orang siswa atau 25.81% yang memiliki tingkat

penguasaan koneksi matematika sangat tinggi, 17 orang siswa atau 54.84%

memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika tinggi, 5 orang siswa atau

16.13% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi matematika sedang, 1

orang siswa atau 3.23% yang memiliki tingkat penguasaan koneksi

matematika rendah dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat penguasaan

(28)

108

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Kepada guru matematika SMA Santa Maria Medan hendaknya mulai

menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat melakukan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya dan pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran yang sudah dimiliki sebelumnya.

2. Kepada guru hendaknya masalah yang diberikan dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang jelas, menarik minat siswa unuk menyelesaikannya, masalah bersifat praktis dan ilmiah serta diambil dari masalah yang dikenal siswa dalam dunia nyata untuk menghindari kesalahpahaman siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut.

3. Kepada siswa diharapkan mempersiapakan diri dan memiliki pengetahuan awal yang berkaitan dengan pelajaran baru sebelum memulai suatu pelajaran, hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa lebih memahami pelajaran baru yang akan disampaikan. Selain itu, siswa juga harus memiliki minat belajar yang tinggi untuk menimbulkan kepercayaan diri dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga siswa tidak gampang menyerah dan menganggap suatu masalah sulit diselesaikan.

(29)

109

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Penerbit Kencana.

Arends, Richard. (2012). Learning To Teach 9th Edition. USA : Penerbit The Mc Grow Hill Company.

Arikunto, S.,dkk. (2013).Prosedur Penelitian. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar

dengan Analisis Klasik dan Modern.Medan : Penerbit Larispa Indonesia. Cahya, Antonius. (2006).Pemahaman Dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta : Penerbit Dirjen Dikti. Melalui http://faizalnisbah. blogspot. com/masalah - dalam -matematika. {17 Februari 2016}.

Daulay, Leni Agustina. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada PPs UNIMED : tidak diterbitkan.

FMIPA Unimed. (2012). Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Medan. Medan : Unimed.

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Surabaya : Penerbit UM PRESS.

Ismail. (2002).Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Apa, Bagaimana, dan Contoh pada Subpokok Bahasan Statistika. Proseding Seminar Nasional Paradigma Baru Pembelajaran MIPA. Kerja Sama Dirjen Dikti Depdiknas dengan (JICA-IMSTEP).

Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Penerbit Media Persada.

(30)

110

Kentucky Department of Education. (1991). Open-Response Released Items and Scoring Rubrics : Grade 12. Chicago Public Schools Bureau of Student Assesment.

Marsigit,dkk. (2006).Matematika SMA Kelas X. Jakarta : Penerbit Quadra.

MacMath, Sherly, John Wallace,& Xiaohong Chi. (2009). Problem Based Learning in Mathematics: A Tool for Developing Students Conceptual Knowledge. Ontorio Institute.

National Council of Teachers Mathematics. (2003). Principles and Standards for School Mathematics. NCTM : Reston VA.

Nungki, P. (2008). Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta : Penerbit Tugu.

Padmavathy, R.D. (2013). Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics.International Multidisciplinary e-Journal (45-5).

Priatno, Nanang dan Sukamto, Tito. (2012). Advancd Learning Mathematics 1B. Bandung : Penerbit Grafindo Media Utama.

Ruspiani. (2000). Kemampuan dalam Melakukan Koneksi Matematika.Tesis pada PPs UPI : tidak diterbitkan.

Rusman. (2014). Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media.

Saragih, Donnaria. (2013). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Tesis pada PPs UNIMED : tidak diterbitkan.

Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika Kelas X Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Penerbit Rineke Cipta.

(31)

111

Suherman, H.E. dkk. (2003). Common text book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Penerbit JICA-UPI.

Surya, E. (2012). Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan Strategi Konflik Kognitif. Jurnal Tematik: Universitas Negeri Medan, Vol 001 No 08, April 2012, ISSN: 1979-0633, hal 1-14.

Syaban, M. (2009). Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa. http://educare.e-fkipunla.net/index2. {6 Januari 2016 }.

T.Raka Joni. (1979). Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum dan Staf Akademik. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Trianto. (2011). Mendesain model pembelajaran inovatif - progresif. Jakarta : Penerbit Khrisma Putra Utama.

Gambar

Gambar 1.1 Hasil Jawaban Siswa Pada Soal No.1
Tabel 4.16 Deskripsi Kemampuan Koneksi matematika I
Tabel 1.1. Hasil Jawaban Siswa Dan Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal
Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Biologi Menggunakan Model PBL dengan Metode Eksperimen Disertai Teknik Vee Diagram Fishbone Diagram Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Belajar

Gender Development Index , Indonesia yang menempati posisi ke-96 dari 180 negara. Semakin masuk pada pedesaan-pedesaan di Indonesia yang terlihat adalah relasi gender yang

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan membuktikan kemampuan laba dan arus kas operasi untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang, yang dapat membantu pihak internal

The determination of optimum temperature of protease and keratinase of the crude extract was conducted through assessment of enzyme activity with various incubation temperatures,

[r]

Hewan bentos hidup relatif menetap (sessile) sehingga baik digunakan sebagai penunjuk kualitas perairan, sehingga kelampok ini dapat

Untuk mengetahui penggunaan alat peraga riil dalam meningkatkan hasil

Untuk mengetahui adakah pengaruh tipe kepribadian dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi wanita usia 30-50 tahun di puskesmas Gilingan Surakarta..