• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI BENTUK KERAJINAN LAMPU HIAS KARYA DEPPI TARIGAN DITINJAU DARI PRINSIP ESTETIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI BENTUK KERAJINAN LAMPU HIAS KARYA DEPPI TARIGAN DITINJAU DARI PRINSIP ESTETIS."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI BENTUK KERAJINAN LAMPU HIAS KARYA DEPPI

TARIGAN DITINJAU DARI PRINSIP ESTETIS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIO CRISVAN IRWANA BARUS NIM. 2113151035

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rio Crisvan Irwana Barus, NIM 2113151035. “STUDI BENTUK KERAJINAN LAMPU HIAS KARYA DEPPI TARIGAN DITINJAU DARI PRINSIP ESTETIS”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bentuk dan prinsip estetis kerajinan lampu hias karya Deppi Tarigan di Galery Deep Art House. Pada bahasan ini penulis melakukan observasi langsung terhadap karya-karya, dan melakukan wawancara kepada pengerajin di tempat penelitian yaitu Galery Deep Art House.

Sampel dalam penelitian ini adalah 10 kerajinan lampu hias karya Deppi Tarigan yang terbagi menjadi 4 jenis lampu hias yaitu 5 buah lampu hias meja, 3 buah lampu hias berdiri, 1 buah lampu hias dinding, dan 1 buah lampu hias langit-langit. Data tersebut dikumpulkan melalui instrumen penelitian observasi, dokumentasi dan wawancara.

Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif berdasarkan pengembangan bentuk dan prinsip estetis kerajinan lampu hias Deppi Tarigan.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap pengembangan bentuk yang ditampilkan dari tampilan visual seluruh hasil karya Deppi Tarigan dan juga berdasarkan hasil temuan pada penelitian menunjukkan bahwa kerajinan lampu hiasnya diadaptasi dari bentuk dan bahan bubu yang kemudian dibuat beberapa pengembangan bentuk untuk setiap jenis lampu hias yang berbeda untuk memunculkan prinsip-prinsip estetis kesederhanaan (simple), keselarasan (harmoni), irama (ritme), kesatuan (unity), keseimbangan (balance) dari kerajinan lampu hias tersebut.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Studi Bentuk Kerajinan Lampu Hias Karya Deppi Tarigan

Ditinjau dari Prinsip Estetis.”

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat penyelesaian

perkuliahan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Jurusan Seni Rupa

Fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Negeri Medan.

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak menghadapi

kesulitan dan permasalahan, akan tetapi berkat kesabaran, ketekunan, dan bantuan

moral maupun materi dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan

dan jerih payah yang diberikan dalam bantuan menyelesaikan Skripsi ini. Oleh

karna itu pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd, Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M. Hum, Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Penasehat Akademik

(8)

4. Drs. Basyaruddin, M. Pd, Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Marice, M. Hum, Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

6. Drs. Mesra, M. Sn, Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

7. Anam Ibrahim M. Pd, Dosen Pembimbing Skripsi.

8. Drs. Misgiya, M. Hum, Dosen Penguji

9. Drs. Sugito, M. Pd, Dosen Penguji

10.Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Seni Rupa.

11.Deppi Tariga S. Pd, narasumber.

12.Ayah dan ibu serta keluarga yang telah memberi motivasi terbesar

kepada penulis hingga penulis dapat meneyelesaikan Skripsi ini.

13.Teman-teman yang penulis sayangi, serta segenap pihak yang turut

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya pada kesempatan ini, penulis menyampaikan bahwa Skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kepada pembaca yang memberikan

masukan berupa kritik dan saran demi penyempurnaan Skripsi ini sangat

diharapkan, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2016 Penulis,

Rio Crisvan Irwana Barus

(9)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

1. Kesederhanaan (Simple) ... 7

2. Keselarasan (Harmoni) ... 7

3. Irama (Ritme) ... 7

4. Kesatuan (Unity) ... 9

5. Keseimbangan (Balance) ... 10

B.Kerajinan ... 19

C.Tinjauan Lampu ... 22

1. Bagian-Bagian Lampu ... 23

(10)

b. Armatur (Kap Lampu) ... 25

c. Lampu ... 25

2. Jenis-Jenis Lampu ... 26

a. Lampu Hias Berdiri (Standing Lamp) ... 26

b. Lampu Hias Meja (Table Lamp) ... 27

c. Lampu Hias Dinding (Wall Lamp) ... 28

d. Lampu Hias Langit-Langit (Ceiling Lamp) ... 29

B. Kerangka Konseptual ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi Sampel Penelitian ... 33

A. Populasi ... 33

B. Sampel ... 34

C. Metode Penelitian ... 34

D. Desain Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Studi Pustaka ... 37

2. Observasi dan Dokumentasi ... 37

a. Metode Pengamatan/ Observasi ... 37

b. Metode Dokumentasi ... 38

c. Metode Wawancara/ Interview ... 38

d. Perekeman ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 45

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(12)

DAFTAR TABEL

Table 4.1. Sampel karya kerajinan lampu hias Deppi Tarigan ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Contoh Irama Pengulangan ... 8

Gambar 2. 2. Contoh Penataan Unsur Visual Yang Berirama ... 9

Gambar 2. 3. Komposisi Yang Membentuk Kesatuan ... 10

Gambar 2. 4. Keseimbangan A-Simetris... 11

Gambar 2. 5. Keseimbangan Simetris ... 11

Gambar 2. 6. Macam-Macam Garis ... 12

Gambar 2. 7. Macam-Macam Bidang Datar ... 13

Gambar 2. 8. Contoh Gambar Bentuk ... 15

Gambar 2. 9. Macam-Macam Warna ... 18

Gambar 2. 10. Contoh Tekstur ... 19

Gambar 2. 11. Bentuk-Bentuk Kerajinan Lampu Hias ... 21

Gambar 2. 12. Bentuk-Bentuk Kerajinan Lampu Hias ... 21

Gambar 2. 13. Kaki Tiang Penyangga Lampu ... 24

Gambar 2. 14. Kap Lampu ... 25

Gambar 2. 15. Lampu... 26

Gambar 2. 16. Lampu Hias Berdiri (Standing Lamp) ... 27

Gambar 2. 17. Lampu Hias Meja (Table Lamp) ... 28

Gambar 2. 18. Lampu Hias Dinding (Wall Lamp) ... 28

Gambar 2. 19. Lampu Hias Langit-Langit (Ceiling Lamp) ... 29

Gambar 2. 20. Bagan Skema Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 4. 1. Lampu Hias Meja (Table Lamp) ... 46

(14)

Gambar 4. 3. Lampu Hias Meja (Table Lamp). ... 51

Gambar 4. 4. Lampu Hias Meja (Table Lamp). ... 54

Gambar 4. 5. Lampu Hias Meja (Table Lamp). ... 56

Gambar 4. 6. Lampu Hias Berdiri (Standing Lamp) ... 59

Gambar 4. 7. Lampu Hias Berdiri (Standing Lamp) ... 63

Gambar 4. 8. Lampu Hias Berdiri (Standing Lamp) ... 67

Gambar 4. 9. Lampu Hias Dinding (Wall Lamp) ... 71

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Karya seni kerajinan secara umum dipahami sebagai suatu karya dua

dimensi atau dwimatra dan tiga dimensi atau trimatra yang dikerjakan dengan

mempergunakan alat-alat sederhana, mengandalkan kekuatan tangan dan secara

fungsional memiliki kegunaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karya seni

kerajinan mencerminkan lingkungan dan kondisi geografis dimana tempat karya

itu diciptakan. Artinya di dalam kerajinan, bahan menjadi pertimbangan dalam

berkarya sesuai dengan sumber daya lingkungan alam, sosial budaya, dan

masyarakat.

Kekayaan budaya merupakan modal munculnya keberagaman produk

kerajinan di Indonesia. Sumatera Utara merupakan propinsi yang banyak

menghasilkan karya seni kerajinan berbahan alam. Salah satu seni kerajinan

tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo.

Masyarakat Karo telah menghasilkan karya-karya sebagai apresiasi jiwa

seninya. Hal ini tentu tampak dari beberapa karya seni yang berkembang di

masyrakatnya seperti seni kerajinan teksil, seni bangunan, seni kerajinan dan lain

sebagainya. Salah satu apresiasi seni yang banyak diminati masyarakatnya adalah

seni kerajinan dari bahan bambu yang diolah menjadi suatu benda pakai yang

memiliki nilai fungsi seperti bentuk keranjang, sendok nasi (ukat), cangkir dan

(16)

2

Seni kerajinan merupakan bagian dari seni rupa yang memiliki nilai guna

praktis yang disesuaikan dengan selera konsumen, sehingga terjadi pergeseran

fungsi yang juga disesuaikan dengan kebutuhan pemakai yakni masyarakat. Dari

berbagai macam hasil kerajinan bambu yang dihasilkan pengerajin, Deppi

menggabungkan bambu dan lidi (culiki) sebagai bahan utama untuk membuat

lampu hias bernuansa budaya Karo yang bernilai ekonomis.

Pengembangan rancangan bisa mengarah kepada upaya menggali kembali

nilai- nilai tradisi untuk dapat melahirkan karya baru. Berkaitan dengan rancangan

produk pakai, cirinya dapat ditandai dari media, dekorasi, bentuk, tampilan, dan

teknik. Media yang biasa dipakai pada benda pakai tradisional bersifat organik

atau material yang berasal dari alam seperti bambu, rotan, lidi, akar, dan lain

sebagainya. Penggunaan media alami mempengaruhi tampilan bentuk yang

dihasilkan kurang simetris. Media berbahan alami akan mempengaruhi tampilan

bentuk pada kerajinan.

Bentuk dari lampu hias yang diciptakan Deppi di adaptasi dari suatu alat

tradisional yaitu bubu dimana alat ini berfungsi sebagai perangkap ikan, bubu

yang sebelumnya digunakan sebagai perangkap ikan dialih fungsikan menjadi kap

lampu hias sehingga menciptakan karakteristik tersendiri pada karya kerajinan

nya. dari bentuk lampu hias ciptaannya apakah hanya berbentuk bubu saja atau

ada bentuk lain, serta apakah ia menerapkan prinsip estetis pada lampu hiasnya.

Dari sejumlah lampu hias karyanya, yang paling menonjol dari tampilan

keseluruhan adalah rangkaian lidi (culiki) membentuk garis- garis seperti tirai

(17)

3

lampu sekaligus sumber sinar. Arah garis cenderung vertikal terkadang

melengkung. Dari hasil observasi awal terlihat lidi diikat menggunakan benang

pancing membentuk silinder menyerupai bubu (sejenis perangkap ikan)

selanjutnya dilekatkan kedalam lubang bambu ataupun sekedar diletakkan di atas

penampang lampu hias. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan pengerajin/

perancang sendiri. Tetapi belum semua masyarakat mengenal eksistensi Deppi

sebagai pengerajin di tanah karo

Kerajinan lampu hias nya yang unik ini telah memenangkan juara 1 lomba

persentasi karya di acara Gebyar Kerajinan Daerah Sumut ke-2 pada tahun 2015.

Kerajinan lampu hias bernuansa Karo ini patut diterapkan sebagai bahan ajar

muatan lokal di sekolah-sekolah tingkat menengah atau kejuruan khusus nya di

Tanah Karo.

Sebagai Alumni juruan seni rupa UNIMED, awal nya ia hanya fokus pada

karya tiga dimensi bersifat patung murni yang mengadaptasikan bentuk- bentuk

patung tradisional etnik Karo berbahan kayu. Pada perkembangan selanjutnya

tetap menjaga nilai tradisi dalam karyanya, hanya saja kali ini dia beralih dari

murni ke terapan. Peralihan dari murni ke terapan yakni desain produk lampu hias

berbahan bambu dengan pendekatan kerajinan membawa ide- ide kebaruan kuat

yang tersisa dari prinsip proses kreatif seni murni dalam karya lampu hias yang

dihasilkan.

Objek patung tradisi dialihkan menjadi ornamen etnik dan media yang

melekatkan pada identitas karya kerajinan tradisional. Hanya saja bentuk-bentuk

(18)

4

Dari ulasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti karya kerajinannya karena

belum ada yang menulis secara ilmiah tentang kerajinan lampu hiasnya dengan

meninjau dari prinsip-prinsip estetis yang terdapat pada kerajinan lampu hiasnya.

Jadi peneliti perlu memverifikasi hasil karya kerajinannya dengan judul : STUDI

BENTUK KERAJINAN LAMPU HIAS KARYA DEPPI TARIGAN DITINJAU DARI PRINSIP ESTETIS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat di

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat belum mengenal eksistensi Deppi sebagai pengerajin di

Tanah Karo.

2. Kerajinan ini belum dijadikan sebagai bahan ajar muatan local

khususnya di Tanah Karo.

3. Belum dimanfaatkan sebagai sebuah inspirasi berkarya kreatif.

4. Bentuk yang kurang bervariasi dari kerajinan lampu hiasnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti membatasi

permasalahan ini pada, pengembangan bentuk kerajinan lampu hias dan

(19)

5

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di

atas maka rumusan masalah dapat disusun mencakup hal sebagai berikut:

1. Pengembangan bentuk apa yang dapat di lihat dari lampu hias Deppi

Tarigan.

2. prinsip-prinsip estetis yang diterapkan pada lampu- lampu hias Deppi

Tarigan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan bentuk lampu hias yang

dihasilkan oleh Deppi Tarigan melalui karyanya.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip estetis dari lampu hias Deppi

Tarigan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sumber rujukan bahan pembuatan kerajinan lampu hias bagi

masyarakat awam umumnya maupun pengrajin khususnya.

2. Sebagai referensi untuk penulisan karya ilmiah khususnya dibidang

desain produk dan kerajinan bagi mahasiswa khussunya seni rupa.

3. Sebagai bahan evaluasi dalam pengembangan desain berikutnya bagi

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bentuk dan prinsip- prinsip estetis pada

kerajinan lampu hias karya Deppi Tarigan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

yaitu:

1. Ada beberapa pengembangan bentuk pada kerajinan lampu hiasnya yakni :

a. pengembangan bentuk melalui transformasi dimana ia telah menciptakan

suatu bentuk lampu hias yang baru tetapi masih dengan struktur dan funsi

yang sama,

b. pengembangan bentuk dari segi pemanfaatan bahan dimana ia

memanfaatkan bambu dan ijuk yang notabene material alami dan tradisional

sebagai bahan baku pembuatan kerajinan lampu hiasnya,

c. pengembangan bentuk dari segi pengalihan fungsi, hal tersebut dapat kita

lihat pada kap lampu hias berdiri dimana bentuk kap lampu tersebut

diadaptasi dari bentuk bubu yang digunakan sebagai perangkap ikan

tradisional,

d. pengembangan bentuk elemen hias, dimana pada setiap kerajinan lampu

hias nya terdapat lukisan dan ukiran ornamen Karo sebagai pemberi

identitas dan ciri sebagai salah satu indikator untuk mengenali kerajinan

(21)

97

e. dan pengembangan bentuk melalui modifikasi, dimana ia memodifikasi

bentuk-bentuk kerajinan nya menjadi bentuk- bentuk yang baru dan

beragam

Dikarenakan penggunaan bahan yang berbahan alam sehingga bentuk-

bentuk yang dihasilkan pun kerap sekali kurang simestris serta menciptakan

nuansa tradisional pada kerajinan ini.

2. Prinsip- prinsip estetis yang diterapkan pada setiap jenis-jenis lampu hias

tidak sama, Ditinjau dari prinsip estetis lampu-lampu tersebut bisa dilihat

dari warna nya memberikan kesan klasik/kuno dikarenakan kerajinan

tersebut menggunakan bahan alami yang sudah memiliki warna natural yang

indah dan di beri ornamen tradisional Karo, juga ditambah dari cahaya

lampu yang dihasilkan tidak terlalu terang karena menggunakan lampu yang

bercahaya kuning sehingga saat digunakan pada malam hari sebagai

penganti lampu utama ketika tidur tidak sakit dimata, rangkaian ijuk (culiki)

memberikan irama perulangan pada lampu hias nya. Hubungan antar elemen

visual pada setiap bagian lampu hias tersebut memunculkan prinsip- prinsip

(22)

98

B. Saran

Untuk lebih meningkatkan produktifitas dalam menghasilkan bentuk-bentuk

karya kerajinan lampu hias yang lebih baik lagi, maka disarankan agar:

1. Pengerajin harus lebih banyak melakukan experimen penciptaan

bentuk-bentuk kerajinan lampu hias dengan bahan ijuk (culiki) untuk

menhasilkan bentuk-bentuk yang lebih beragam lagi.

2. Pengerajin harus lebih bijak dalam melakukan tindakan modifikasi

terhadap bentuk pada karyanya khususnya pada fungsi dari bentuk yang

mengalami perubahan sehingga dapat menghadirkan bentuk-bentuk yang

sesuai dengan fungsi dari bentuk yang dimodifikasi sehingga pengerajin

dapat menghadirkan modifikasi bentuk yang lebih unik dan sesuai

dengan fungsinya.

3. Pemerintah diharapkan agar turut membantu pengerajin baik dalam

penyedian bahan maupun menyelenggarakan pameran-pameran

dilingkungan pendidikan maupun masyrakat untuk memperkenalkan

(23)

99

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Aimelda, 2006. Majalah Rumah Ide Edisi Lampu dan Gaya Interior, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Ali, 1996.Kamus Sejuta Ungkapan Peribahasa Indonesia. Surabaya: Indah.

Anton, Tanjung, 1993. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Gitamedia press.

Arikunto, 2005.Manajemen Penelitian. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Rieka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryanto, Yunus, 2009. Majalah Griya Kreasi Edisi Lampu Hias, Depok, Wisma Hijau.

Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.

Eddy Marizar, S., 2005. Desain Furniture, Yogyakarta: Media Pressindo.

Gamal Kartono, 2005. Pengembangan Desain dan Pola-Pola Artistik Elemen Pada Produk Kerajinan Fungsi Interior di Sumatera, Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol.3.

Ganda Prawira, N., (ed.), 2005. Seni Rupa dan Kerajinan, Buku Ajar mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK, Bandung, Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia.

Gay, Diehl, 1992. Research Methods For Business and Management. Macmillan Pub.co.

Graha, Oho., 1977. Pendidikan Seni Rupa 1, Jakarta, Depdikbud.

Gustami SP., 1984. Seni Ukir dan Masalahnya, Jilid I, Yogyakarta: Subbag, STSRI “ASRI”, Proyek Pengembangan IKI Jakarta.

Fichner, Louis-Rathus. 2012. Foundation of Art and Design. Bosthon:Wadsworth, Cengange Learning.

Mesra, 2013. Gambar Bentuk Ditinjau Dari Segi Estetika Dan Kreatifitas. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol 10. No.1 Desember. Medan.

Poerwadarminta, 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

(24)

100

Sachari, Agus. 2007. Seni Rupa & DESAIN. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suwartono, 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Offset.

Sipahelut, Atisah dan Petrussumadi, 1991. Dasar-dasar Desain, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sukarya, Yaya 2009. Bentuk Dan Metode Dalam Penciptaan Karya Seni Rupa. Jurnal seni dan pengajarannya, FPBS UPI, Vol 1, hlm 8.

Suryono. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, Tesis) dan Mempersiapkan diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah. Jakarta : Pranada.

Yudoseputro, Wiyoso. 1983. Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://www. artikelsiana. com/2015/08/seni-rupa-pengertian-seni-rupa-unsur. html

Gambar

Table 4.1.  Sampel karya kerajinan  lampu hias Deppi Tarigan ..........................
Gambar 4. 3. Lampu Hias Meja (Table Lamp). ............................................

Referensi

Dokumen terkait

The results show that the variables of trust, negotiating attitude and legitimacy have a signi fi cant and positive effect on the reconciliation variable, and signi fi cant

The method used in this research is the development research methods models by Borg & Gall.The results of a questionnaire distributed to 30 students and 3 teachers

adalah "bun upas " (kabut), karena jika tanantan sudah terserang kabut tersebut, pucuk--pucuk daun tanaman akan "mlungker" kemudian tanaman mati. Dengan

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat

Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika tenaga alamiah dari Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika tenaga alamiah dari reservoar masih mampu untuk

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa tanggapan responden terhadap.. pernyataan bahwa nasabah BRI syariah tidak akan terpengaruh oleh produk Perbankan lain

Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan sudah terlampaui, maka apabila karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran maka surat peringatan

Berdasarkan berbagai perbandingan studi diatas, meskipun terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller yang dilakukan penyikatan selama